kacang hijau

12
No Jenis Hama Keterangan 1 Lalat kacang ( Agromyza phaseoli Coq.) Bioekologi Lalat kacang ( Agromyza phaseoli Caq.) memiliki tubuh kecil dan berwarna hitam mengilap. Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00-10.00 pagi. Wa matahari bersinar terik, lalat ini bersem di dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau. Lalat kacang bertelur pada pagi h Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama. Setelahtelurmenetas,belatungnya menggerek dan memakan kepingbiji atau daun sehingga terbentuk liang. Belatung i akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai pangkal aka Kepompong ataupupanyaberwarna cokelat kuning. Pada setiap batangtanaman yang diserang rata-rata terdapat 4-5 pupa. Gejala serangan Tanda serangan awal hama ini berupa bintik-bintik putih pada kotiledon, Gejala awa berupa bercak-bercak pada keping biji ata daun pertama. Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang ger pada keping biji atau daun pertama. Ketikapolongyang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning-kuningan. Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa, at kulit pupa di antara akar dan kulit akar.

Upload: neelabarbara

Post on 21-Jul-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

No 1

Jenis Hama Lalat kacang (Agromyza phaseoli Coq.) Bioekologi

Keterangan

Lalat kacang (Agromyza phaseoli Caq.) memiliki tubuh kecil dan berwarna hitam

mengilap. Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00-10.00 pagi. Waktu matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau. Lalat kacang bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama. Setelah telur menetas, belatungnya menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga terbentuk liang. Belatung ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai pangkal akar, Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning. Pada setiap batang tanaman yang diserang rata-rata terdapat 4-5 pupa. Gejala serangan Tanda serangan awal hama ini berupa bintik-bintik putih pada kotiledon, Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama. Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama. Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning-kuningan. Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar.

Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar-akar adventif di bagian terbawah dari batang. Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat pada tanaman kedelai. Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang masih muda mudah rontok ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada serangga tersebut untuk bertelur. Pengendalian Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami Agromyzae Dodd, Eurytoma poloni, Eurytoma sp., dan Cynipid. Selain itu, dapat pula dilakukan penyemprotan insektisida pada pagi hari, pada saat umur tanaman 4-10 HST. Bioekologi Penggerek polong kacang hijau sama dengan penggerek polong pada kedelai. Larva yang baru menetas menggerek masuk ke dalam polong menuju ke bagian bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong sampai habis kemudian berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan licin, larva yang masih kecil berwarna merah kebiru-biruan. Gejala serangan Gejala serangannya terlihat pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila dibuka terdapat larva yang gemuk dengan kotorankotorannya berwarna hijau basah. Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu

2

Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.)

lubang gerek yang bentuknya bundar. Pengendalian Hama ini dapat dikendalikan dengan cara mengatur waktu tanam yang tepat,

pergiliran tanaman, dan upaya penanaman secara serentak. Dapat juga dilakukan

penyemprotan insektisida. 3 Ulat jengkal kedeias (Plusia chalcites Esp.) Bioekologi Hama penyebabnya adalah ulat

jengkal kedelai (PIusia chalcites Esp.). Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm Tubuhnya berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Bentuk dewasanya berupa kupu-kupu. Telur kupukupu ini diletakkan berkelompok sebanyak 50 butir. Stadium telurnya selama 3 hari. Larva tersebut akan menjadi kepompong di antara daun yang dianyam menjadi satu. Stadium pupanya selama 6 hari. Gejala serangan Gejalanya ulat ini menyerang tanaman yang sudah agak tua dan memakan daunnya sehingga tinggal tulangnya saja. Serangan larva muda menyebabkan bercak-bercak putih pada daun karena yang tinggal hanya

epidermis dan tulang daunnya. Sedang larva yang lebih besar dapat menyebabkan daun terserang habis atau tinggal beberapa tulang daunnya saja. Serangan larva terjadi pada tanaman stadia vegetative dan generatif. Pengendalian - secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu - sanitasi, yaitu dengan membersihkan

gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut - dengan pestisida organik(campuran

bawang putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, dan sambiloto). 4 Kumbang Callosobruchus Bioekologi Kumbang Calloso-bruchus maculatus yang menyerang biji. Siklus hidup kumbang ini, pada biji kacang hijau varietas MB 129, berlangsung antara 23-28 hari. Kemampuan bertelur kumbang betina antara 40-90 butir. Persentase telur yang dapat menetas hingga menjadi dewasa sebesar 19-98. Perbandingan antara jantan dewasa dan betinanya 1:1. Gejala serangan Kumbang ini meletakkan telurnya pada permukaan polong atau biji kacang hijau. Larva yang baru menetas langsung menggerek masuk ke dalam biji dan memakan kotiledon serta bagian biji lainnya. Pengendalian Biji sebaiknya disimpan dalam kantong plastik, karung plastik, atau kaleng yang tertutup rapat. Biji atau benih yang akan disimpan hams berkadar air rendah dalam kemasan kedap udara. Kadar air biji 90 dalam kemasan dapat mempertahankan biji selama 6 bulan. Cara lain yaitu dengan melakukan fumigasi dengan aluminium fosfit atau metil bromida atau dengan penyemprotan

insektisida berbahan aktif pirimiphos metil, femitrothion, atau metacrifos pada permukaan kemasan).

5

Riptortus linearis

Bioekologi Serangga ini berbadan panjang,

berwarna kuning kecokelat-cokelatan, dan mirip dengan walang sangit tetapi mudah dikenal dengan garis putih kekuning-kuningan yang terdapat pada sisi badan. Serangga jantan berukuran 11 13 cm, sedangkan serangga betina berukuran 13 14 cm. Abdomen betina bagian tengah membesar. Umur serangga sekitar 47 hari. Telur berbentuk bulat, berbentuk silindris dengan bagian tengah agak cekung, berwarna keabu-abuan, dan

diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun atau pada polong. Setiap kelompok berjumlah 3 5 butir telur dan warnanya berubah menjadi cokelat suram. Stadium telur berlangsung selama sekitar tujuh hari. Nimfa mengalami lima instar, masing masing berbeda dalam hal bentuk, warna, ukuran, dan umur. Nimfa satu sampai tiga berbentuk mirip dengan semut geramang atau rangrang, sedangkan instar empat sampai lima berbentuk seperti polyrachis. Umur nimfa sekitar 22 hari dan siklus hidup kepik polong rata rata berlangsung selama 29 hari (Pitojo, 2004). Gejala Serangga tersebut menusuk kulit

polong hingga ke biji serta menghisap cairan biji tersebut. Serangan pada polong muda menyebabkan biji kempis dan polong kadang kadang gugur. biji Serangan pada fase biji

pengisisan

dapat

meyebabkan

membusuk berwarna hitam. Serangan pada polong tua memnyebabkan kualitas biji turun karena terdapat bintik hitam pada bji.

Seringkali serangan hama ini menimbulkan efek samping yaitu serangan jamur yang masuk ke biji pada saat serangga menusuk dan menghisap cairan (Pitijo, 2004). Pengendalian Pengendalian secara kultur teknis

adalah degan melakukan penggiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang kepik polong serentak dan melaksanakan tetap penanaman mengindahkan

dengan

ketentuan penangkaran benih buncis. Apabila dipandang perlu, kepik polong dapat

dikendalikan dengan menggunakan insektisida (Pitojo, 2004).

No 1

Jenis Penyakit Bercak daun Cercospora Penyebab

Keterangan penyakit ini ialah Cendawan

Cercospora canesens. Gejala serangan Gejala adanya penyakit ini terletak pada helai daun, dimana timbul bercak cokelat muda sampai tua di tepinya, sedangkan di tengahnya berwarna abu-abu. Bercak ini berbentuk tidak teratur sampai bulat dengan ukuran bervariasi. Bercak ini dapat menyatu sehingga bertambah besar dan mengakibatkan daun mengering dan rontok. Ukuran polong dan biji menyusut. Di lapangan, gejala penyakit ini timbul pada umur 30-35 HST. Pengendalian Pengendalian dilakukan dengan

penanaman varietas unggul yang tahan penyakit tersebut atau dengan menggunakan fungisida pada waktu tanaman berumur 30 dan 40 hari. 2 Embun tepung Penyebab penyakit ini ialah Cendawan Erysiphe polygoni. Gejala serangan Gejala yang tampak apabila terserang penyakit ini berupa bercak cokelat yang tertutup oleh tepung berwarna putih. Gejala ini dapat timbul pada seluruh bagian tanaman kecuali akar. Serangan yang hebat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok, polong tidak terbentuk. Jika polong telah terbentuk maka pertumbuhannya terhenti dan menghasilkan biji yang kecil. PengendalianSelain dengan menanam varietas yang tahan,

penyakit

ini

dapat

dikendalikan

dengan

menggunakan fungisida yang disemprotkan pada tanaman selain itu juga dapat dilakukan dengan penyerbukan belerang.

3

Karat daun

Penyebab nya ialah Cendawan Uromyces sp. Gejala serangan Gejala penyakit ini Mula-mula muncul bercak kecil berwarna terang pada kedua

permukaan daun. Dalam beberapa hari, bercak berubah menjadi bintil berwarna cokelat

kemerahan sebesar jarum yang dikelilingi oleh daerah berwarna kuning. Daun yang terinfeksi parah akan mengering kemudian rontok. Pengendalian Pengendalian paling sederhana yaitu

dengan menanam varietas yang tahan terhadap penyakit tersebut. Selain itu, dapat pula dengan menggunakan fungisida pada umur 25 hari, 35 hari, dan 45 hari. Penyebab peyakit ini ialah Cendawan Elsinoe iwatae. Gejala serangan Serangan yang berat dapat mengakibatkan daun muda yang terinfeksi menjadi keriting dan tanaman menjadi kerdil. Penyakit ini dapat menyerang daun, batang, atau polong. Serangan pada daun berupa bercak cokelat sampai cokelat kemerahan, di sekeliling bercak sering tampak klorotis.

4

Kudis

Selanjutnya, bagian tengah bercak menjadi abu-abu dan berlubang, umumnya berada di sekitar tulang daun.

Serangan pada batang berupa bercak bulat abu-abu sampai putih keabu-abuan di tengah dan dikelilingi batas yang cokelat kemerahan. Serangan pada polong muda berupa bercak cekung bulat panjang, atau tidak beraturan. Wamanya cokelat tua sampai cokelat kemerahan dan tengahnya abu-abu. Bila polong masak, warnanya berubah menjadi lebih muda Pengendalian Pengendalian penyakit ini terdapat

beberapa cara, yaitu: menggunakan varietas yang tahan bila memungkinkan, merotasikan tanah bekas tanaman kacang hijau dengan tanaman yang berbeda familinya, dan memperbaiki system drainase lahan. Selain secara teknis, pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida. 5 Rhizoctonia Penyebab penyakit ini ialah Rhizoctonia solani. Gejala serangan Gejala penyakit ini kecambah rebah, pada bibit timbul bercak kemerahan pada pangkal batang dan akar, sedikit di bawah permukaan tanah. Selanjutnya, bercak melebar menjadi cekung, dan tanaman mati. Cendawan ini juga dapat menyebabkan daun membusuk. Mula-mula timbul bercak cekung kecil kemudian melebar sehingga daun beserta tangkainya membusuk berwarna cokelat kehitaman. Pengendalian Perbaiki drainase dengan membuat

guludan dan selokan sehingga tanah tidak terlalu basah. Gunakan fungisida untuk perawatan benih.

Pengendalian secara biologis dengan memberi biakan jamur Trichoderma harzianum berumur 1 minggu pada pangkal batang untuk menghindari rebah kecambah 6. Mozaik Kuning Penyebab penyakit ini ialah Bean yellow mosaic virus (BYMV) Gejala Gejala yang ditimbulkan akibat serangan patogen ini yaitu pada daunnya terdapat bercakbercak kuning, serangan lanjut patogen ini menyebabkan daun kuning semuanya, proses asimilasi terganggu, pertumbuhan tidak normal dan menyebabkan tanaman kerdil. Pengendalian Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan dan bebas virus, mencabut dan membakar insektisida vektor di tanaman untuk

terserang,

menggunakan serangga

memberantas

lapangan,

melakukan pergiliran tanaman, mencegah dan memperhatikan bahan perbanyakan yang bebas dari penyakit ini, serta pemakaian antibiotika.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Khalim. 2008. Pengendalian Hama Kacang Tanah http://institutyogyakarta.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjour nal. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2012 Djafaruddin. 2004. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Seto pitojo 2004 penangkaran benih buncis kanisius yogyakarta Yudiarti, Turrini. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tugas Matakuliah Hama Penyakit Penting Tanaman Utama

HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN KACANG HIJAU

Oleh: NILA FITRIYA 0910440154

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012