kabupaten kutai timur - adbang.kutaitimurkab.go.id
TRANSCRIPT
KABUPATEN KUTAI TIMUR
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KUTAI TIMUR
PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS
(RENSTRA)
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KUTAI TIMUR
2016 - 2021
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KUTAI TIMUR
iii | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karuniaNya, Perubahan Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kutai Timur Tahun 2016-2021 dapat diselesaikan.
Penyusunan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2021 berdasarkan adanya perubahan
RPJMD Kabupaten kutai Timur Tahun 2016 – 2021, dengan demikian untuk
membentuk susunan rencana dan program pembangunan yang optimal serta
berkesinambungan maka dalam penyusunan Perubahan Renstra ini berpedoman
pada Perubahan RPJMD Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 - 2021.
Akhirnya, tanpa menyebutkan satu persatu dengan rasa hormat yang
sedalam-dalamnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak di
Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur yang telah membantu penyusunan
perubahan rencana strategis (Renstra) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai
Timur Tahun 2016-2021. Harapan kami renstra ini dapat dilaksanakan secara
konsisten, profesional dan penuh tanggungjawab.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kutai Timur
Aji Wijaya Effendie, S.Hut
iv | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Daftar lsi
Kata Pengantar iii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar viii
Daftar Istilah ix
Daftar Singkatan xii
BAB I
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
1
B. Landasan Hukum 5
C. Maksud dan Tujuan 7
1. Maksud 7
2. Tujuan 7
D. Sistematika Penulisan 8
BAB II GAMBARAN UMUM PELAYANAN
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
13
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi OPD 13
1. Tugas Dinas Lingkungan Hidup 13
2. Fungsi Dinas Lingkungan Hidup 13
3. Struktur Organisasi 18
B. Sumber Daya DLH Kabupaten Kutai Timur 19
C. Kinerja Pelayanan OPD 20
D. Gambaran Umum Kondisi Lingkungan di
Kabupaten Kutai Timur
23
1. Iklim Investasi di Kabupaten Kutai Timur 23
2. Laju Deforestasi dan Emisi Gas Rumah Kaea 24
3. Pengelolaan Persampahan, Sanitasi,
Limbah Domestik, dan Air Bersih
27
4. Tanah Longsor dan Lahan Kritis 30
5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 32
6. Keanekaragaman Hayati 32
7. Kualitas Udara dan Tanah 40
8. Pelanggaran Lingkungan dan
Ketidaktaatan Masyarakat dan Pelaku
Usaha terhadap Regulasi Lingkungan Hidup
41
E. Tantangan dan Peluang Pengembangan
Pelayanan 42
BAB III
A.
ISU-ISU STRATEGIS
Telaahan Visi-Misi dan Program Kepala
44
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih 44
B. Telaahan RPJMN dan Renstra K/L 45
C. Telaahan RPJMD dan Renstra DLH Provinsi
Kalimantan Timur
46
v | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
1. Tujuan 1: Meningkatkan Pengelolaan
Biodiversity/keanekaragaman hayati dan
Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
59
2. Tujuan 2: Meningkatkan Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan
62
3. Tujuan 3: Meningkatkan Tata Kelola
Lingkungan Hidup
65
Strategi dan Kebijakan Dinas Lingkungan Hidup 67
1. Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan
1: Meningkatkan Pengelolaan
Biodiversity/keanekaragaman hayati dan
Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
68
2. Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan 2:
Meningkatkan Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan
69
3. Meningkatkan Tata Kelola Lingkungan Hidup 71
1. Kutai Timur sebagai Wilayah Strategis
Andalan Nasional 46
2. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan
ekonomi 47
3. Pengelolaan sanitasi lingkungan dan air minum 47
4. Investasi Tinggi 47
D. Telaahan RTRW Kabupaten Kutai Timur
dan KLHS Kabupaten Kutai Timur 49
E. Penentuan Isu-Isu Strategis 49
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN,
STRATEGI DAN KEBIJAKAN 58
A. Visi dan Misi OPD 58
B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah OPD 59
C.
BAB V RENCANA PROGRAM DAN
KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN
PENDANAAN INDIKATIF
72
A. Tujuan 1: Meningkatkan Pengelolaan
Biodiversity/ Keanekaragaman Hayati
72
B. Tujuan 2. Meningkatkan Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan
73
C. Tujuan 3: Meningkatkan Tata Kelola
Lingkungan Hidup
74
BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG
MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD 88
BAB VII PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH
PELAKSANAAN 93
Referensi 94
vi | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Sumber Daya Manusia Dinas Lingkungan Hidup
Kab. Kutai Timur 19
Tabel 2. 2 Data Sarana dan Prasarana 20
Tabel 2.2 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan
Pelayanan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kutai Timur 22
Tabel 2. 3 Realisasi Investasi Daerah (PMDN) Kabupaten/
Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2009-2013 (Jtan) 23
Tabel 2. 4 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing
(PMA) Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2009-2013 (Jtan) 24
Tabel 2. 5 Laju Tutupan Lahan Kabupaten Timur 2015 25
Tabel 2. 6 Luas Areal, Jumlah Produksi, dan Jumlah
Produktivitas Kelapa Sawit di Kabupaten
Kutai Timur 26
Tabel 2. 7 Data Laju Timbunan Sampah (Ton/Tahun) 27
Tabel 2. 8 Data Jumlah Sampah yang Diangkut ke
TPA(Ton/Tahun) 28
Tabel 2. 9 Wilayah Perkotaan yang Beresiko Masalah
Sanitasi Drainase 29
Tabel 2. 10 Kondisi dan Tingkat Pencemaran Septik Tank
Masyarakat 29
Tabel 2. 11 Persentase Masyarakat dalam mengakses
Jamban Tahun 2015 29
Tabel 2. 12 Persentase Penduduk Berakses Air Minum di
Kalimantan Timur 2008-2011 30
Tabel 2. 13 Tingkat Kerawanan Longsor di Kabupaten
Kutai Timur Tahun 2015 30
Tabel 2. 14 Sumber Mata Air dan Potensi Bencana di
Karangan dan Kaliorang 31
Tabel 2. 15 Prosentase Luas Lahan yang Rusak s/d 2015 31
Tabel 2. 16 Luas Lahan Kritis di Kabupaten Kutai Timur 31
Tabel 2. 17 Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten
Kutai Timur 32
vii | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabel 2. 18 Taman Nasional, Cagar Alam, dan Hutan
Lindung di Kutai Timur 33
Tabel 2. 19 Sebaran dan Luasan Rencana Hutan Lindung
di Kabupaten Kutai Timur 34
Tabel 2. 20 Persentase Luas Kawasan Konservasi dan
Lindung di Kabupaten Kutai Timur 34
Tabel 2. 21 Jumlah Spesies Flora dan Fauna Berdasarkan
Golongan di Kutai Timur 34
Tabel 2. 22 Jumlah Spesies, Genus dan Famili Flora di
Kutai Timur 35
Tabel 2. 23 Golongan Keanekaragaman Hayati yang ada di
Kabupaten Kutai Timur 35
Tabel 2. 24 Luas Potensi Karst di Tiap Kecamatan Tahun 2015 36
Tabel 2. 25 Luas Wilayah Konservasi Mangrove di Tiap
Kecamatan Tahun 2015 38
Tabel 2. 26 Jumlah Kebakaran Hutan di Kutai Timur Tahun 201539
Tabel 2. 27 Indeks Kualitas Udara Prov. Kutim 2009-2012 40
Tabel 2. 28 Hasil Uji Udara Ambien Tahun 2014 40
Tabel 2. 29 Izin Lingkungan dan Pengaduan Masyarakat
terkait LH di Kabupaten Kutai Timur 42
Tabel 4. 1 Tujuan 1 dan Sasaran Jangka Menengah
Pelayanan DLH Kabupaten Kutai Timur 60
Tabel 4. 2 Tujuan 2 dan Sasaran Jangka Menengah
Pelayanan DLH Kabupaten Kutai Timur 62
Tabel 4. 3 Tujuan 3 dan Sasaran Jangka Menengah Dinas
Lingkungan Hidup 66
Tabel 4. 4 Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan 1 Dinas
Lingkungan Hidup 68
Tabel 4. 5 Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan 2 Dinas
Lingkungan Hidup 69
Tabel 4. 6 Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan Dinas
Lingkungan Hidup 71
Tabel 5. 1 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja,
Kelompok Sasaran, dan Pendanaan
Indikatif DLH Kabupaten Kutai Timur 74
Tabel 6. 1 Indikator Kinerja OPD yang Mengacu pada
Tujuan dan Sasaran RPJMD 89
viii | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Daftar Gambar
Gambar 1. 1 Bagan Alir Penyusunan Renstra OPD 2
Gambar 1. 2 Keterkaitan Antar Dokumen
4
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kutai Timur
Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2013
18
ix | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Daftar lstilah
Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin
dicapai OPD melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5
(lima) tahun yang akan datang.
Misi adalah Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
Indikator Sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran
untuk diwujudkan pada tahun tertentu.
Pendanaan Indikatif adalah standar anggaran yang ditetapkan pemerintah
untuk perencanaan program pembangunan.
Nomenklatur adalah pembentukan tata susunan dan aturan pemberian nama
objek pemerintahan sesuai tugas dan fungsinya.
Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan
menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk setempat.
Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan
untuk diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-
hutan. Bisa juga disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau
terjadi secara alami.
HutanPrimer adalahhutan yangtelahmencapai umurlanjut dan ciri struktural
tertentu yang sesuai dengan kematangannya; serta dengan demikian memiliki
sifat-sifat ekologis yang unik.
Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan
semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan
menggunakan sedikit sumber daya.
x | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
UNICEF adalah organisasi PBB untuk melindungi hak-hak anak dan kaum
muda.
WWF Indonesia (World Wide Fund for Nature) adalah sebuah organisasi
non-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang
konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan yang berada di Indonesia.
Udara Ambien adalah udara sekitar kehidupan yang apa adanya yang sehari-
hari dihirup oleh makhluk hidup yang bernafas.
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources) adalah lembaga yang membantu dunia dalam mencari solusi untuk
menangani permasalahan lingkungan yang paling mendesak dalam tantangan
pembangunan. Lembaga ini berkompeten menangani lora dan fauna, termasuk
spesies anggrek.
Biodiversity/Keanekaragaman Hayati adalah kesatuan kehidupan yang
mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan
menurut skala organisasi biologisnya.
Daya Dukung adalah kemampuan lingkungan hidup mendukung kehidupan
diatasnya secara alamiah.
Daya Tampung adalah kemampuan lingkungan hidup yang lebih bersifat
antroposentris (mengutamakan kepentingan manusia).
EmisiGas Rumah Kaca adalahgas-gas yangada di atmosferyangmenyebabkan
efek rumah kaca atau pemanasan global.
Lahan Kritis adalah lahan yang sangat tandus dan gundul dengan tingkat
kesuburan yang sangat rendah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai lahan
pertanian. Lahan ini masih dapat dikelola walaupun produktivitasnya rendah.
Areal Konsesi adalah kawasan yang diberikan izin oleh pemerintah untuk
dikelola oleh perusahaan, individu atau entitas legal lainnya.
Flora dan Fauna Endemik adalah tumbuhan dan hewan yang hanya ada
diwilayah tertentu dan spesi ik.
Kawasan Konservasi adalah suatu kawasan atau wilayah yang dilestarikan
atau dilindungi.
Spesies Mamalia adalah hewan yang menyusui anaknya, biasanya tubuhnya
ditutup oleh rambut.
Spesies Amphibi adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di
dua alam; yakni di air dan di daratan.
xi | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Spesies Reptil adalah (binatang melata) adalah sebuah kelompok hewan
vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya
Spesies Molusca adalah kelompok hewan triploblastik selomata yang bertubuh
lunak, seperti jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya.
Spesies Krustasea adalah suatu kelompok hewan yang biasanya dianggap
sebagai suatu sub ilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup
dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip.
Spesies Palmae adalah sekelompok tumbuhan berbunga yang banyak
anggotanya memiliki nilai penting dalam kehidupan manusia seperti kelapa.
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak.
Troglobion adalah Fauna khas gua yang hanya bisa dijumpai di gua.
Produksi Biomassa adalah pengelohan bahan biologis yang berasal dari
organisme atau makhluk hidup.
Normalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk memperbaiki
kondisi yang telah rusak.
Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya.
Green Economy adalah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan
Timur mengenai pembangunan yang berkelanJtn, di mana aspek-aspek
kelestarian lingkungan menjadi bagian vital dalam kebijakan pembangunan
daerah lainnya.
Agribisnis adalahbisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir.
Agroindustri adalahkegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut.
Sumber Daya Alam Nabati adalah Tumbuhan.
Sumber Daya Alam Hewani adalah Hewan.
Ekoregion adalah geogra is ekosistem, artinya pola susunan berbagai
ekosistem dan proses di antara ekosistem tersebut yang terikat dalam suatu
satuan geogra is. Penetapan ekoregion menghasilkan batas (boundary) sebagai
satuan unit analisis dengan mempertimbangkan ekosistem pada sistem yang
lebih besar.
xii | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Daftar Singkatan
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menenengah Nasional
RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Renstra Rencana Strategis
OPD Organisasi Perangkat Daerah
RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah
UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas
Renja Rencana Kerja
UU Undang-undang
Permen Peraturan Menteri
SPPN Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
PP Peraturan Pemerintah
DLH Dinas Lingkungan Hidup
RTRW Rencana Tata Ruang dan Wilayah
KLHS Kajian Lingkungan Hidup Strategis
K/L Kementerian atau Lembaga
MDGs Millennium Development Goals adalah Deklarasi Milenium hasil
kesepakatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) berupa delapan
butir tujuan, dan diantaranya mengenai lingkungan
SPM Standar Pelayanan Minimum
xiii | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Limbah B3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
DAS Daerah Aliran Sungai
SDA Sumber Daya Alam
S2 Sarjana 2 atau Magister
PNS Pegawai Negeri Sipil
CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil
TK2D Tenaga Kerja Kontrak Daerah
PMA Penanaman Modal Asing
PDRB Produk Domestik Regional Bruto
DOB Daerah Otonomi Baru
Ha Hektar
Km2 Kilo Meter Persegi
CSR Coorporate Social Responsibility
3R Reuse, Reduce, Recycle
TPA Tempat Pembungan Akhir (Persampahan)
SSK Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota
IPLT lnstalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IPAL lnstalasi Pengelolaan Air Limbah
RTH Ruang Terbuka Hijau
TNK Taman Nasional Kutai Timur
Kehati Keanekaragaman Hayati
IUPHHK-HA Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam
MoU MemorandumofUnderstanding(SuratPerjanjianatauKesepakatan_
BPS Badan Pusat Statistika
SIPD Sistem lnformasi Pembangunan Daerah
IKL Indeks Kualitas Lingkungan
LH Lingkungan Hidup
AMDAL Analisis Mengenai dampak Lingkungan
xiv | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
UPL/UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
SPPLH Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup
PPLHD Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
PPLH Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
SLHD Status Lingkungan Hidup Daerah
PMA Penanaman Modal Asing
UKM Usaha Kecil Menengah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks pembangunan, perencanaan memegang peranan yang
sangat penting. Perancanaan menjadi penting karena berkaitan dengan
keterbatasan sumber daya yang diperlukan sebagai modal pembangunan.
Untuk itu, proses perencanaan yang baik perlu dilakukan untuk memberikan
intervensi agar tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dapat tercapai
meskipun dengan sumber daya yang terbatas.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) harus
memiliki Rencana Strategi (Renstra) Perangkat Daerah yang berpedoman pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Renstra disusun untuk
mewujudkan capaian visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, indikasi
program/kegiatan, target indikator kinerja dan pagu dana indikatif serta sumber-
sumber pembiayaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yang mengacu pada tugas
pokok dan fungsi perangkat daerah.
Penyusunan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2021 berdasarkan adanya perubahan RPJMD
Kabupaten kutai Timur Tahun 2016 – 2021, dengan demikian untuk membentuk
susunan rencana dan program pembangunan yang optimal serta berkesinambungan
maka dalam penyusunan Perubahan Renstra ini berpedoman pada Perubahan RPJMD
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 - 2021.
Dalam konteks Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kutai Timur,
Renstra DLH Kabupaten Kutai Timur merupakan komitmen DLH yang digunakan
sebagai tolak ukur dan alat bantu dalam perumusan kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan serta sebagai pedoman dan acuan dalam mengembangkan dan
meningkatkan kinerja sesuai dengan kewenangan, tugas pokok dan fungsi DLH
dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta
tantangan yang dihadapi dalam rangka mencapai visi Kabupaten Kutai Timur.
2 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Secara garis besar, Renstra OPD disusun melalui tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan penyusunan Renstra OPD;
b. Penyusunan rancangan renstra OPD; c. Penyusunan rancangan akhir Renstra OPD; dan d. Penetapan Renstra OPD.
Gambar 1. 1 Bagan Alir Penyusunan Renstra OPD
Sumber : lampiran IV Permendagri No 54/2010
Selanjutnya, penyajian rancangan Renstra OPD Kabupaten Kutai Timur
sekurang-kurangnya mencakup sistematika berikut ini:
a. Pendahuluan
b. Gambaran pelayanan OPD;
c. Tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan;
d. Rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan
pendanaan indikatif; dan
e. indikator kinerja OPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD.
3 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Rancangan Renstra OPD yang telah disusun, dibahas dengan seluruh unit kerja
dilingkungan OPD untuk dibahas bersama dengan pemangku kepentingan
sesuai dengan kebutuhan dalam forum OPD. Pembahasan ini dilakukan untuk
memperoleh masukan dalam rangka penajaman pencapaian sasaran program
dan kegiatan pelayanan OPD. Selanjutnya, setelah pembahasan tersebut
dilakukan, Kepala OPD menyampaikan rancangan Renstra OPD kepada Kepala
Bappeda untuk diveri ikasi. Proses ini sekaligus dilakukan untuk
menyempurnakan rancangan awal RPJMD. Apabila dalam proses tersebut
ditemukan hal-hal yang perlu disempurnakan, hasil penyempurnaan rancangan
renstra OPD tersebut kembali disampaikan oleh kepala OPD kepada kepala
Bappeda paling lama 7 (tujuh hari kerja sejak veri ikasi dilakukan.
Apabila proses-proses tersebut telah selesai dilakukan, maka tahapan
selanjutnya adalah penyusunan rancangan akhir Renstra OPD. Penyusunan
rancangan akhir Renstra OPD merupakan penyempurnaan rancangan Renstra
OPD, yang berpedoman pada RPJMD yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah. Rancangan akhir Renstra OPD selanjutnya disampaikan Kepala OPD
kepada Kepala Bappeda untuk memperoleh pengesahan kepala daerah.
Rancangan akhir tersebut kemudian diveri ikasi oleh Bappeda. Proses veri ikasi
dilakukan untuk menjamin kesesuaian visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan OPD dengan RPJMD, dan keterpaduan dengan rancangan
akhir Renstra OPD lainnya.
Selanjutnya, Bappeda menghimpun seluruh rancangan akhir Renstra OPD yang
telah diteliti melalui veri ikasi akhir, untuk diajukan kepada Bupati guna
memperoleh pengesahan. Pengesahan tersebut ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah. Berdasarkan keputusan kepala daerah tentang pengesahan
Renstra OPD, kepala OPD menetapkan Renstra OPD menjadi pedoman unit kerja
di lingkungan OPD dalam menyusun rancangan Renja OPD. Pengesahan
rancangan akhir Renstra OPD dengan keputusan kepala daerah, paling lama 1
(satu) bulan setelah Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan. Penetapan
Renstra OPD oleh kepala OPD paling lama 7 (tujuh) hari setelah Renstra OPD
disahkan oleh kepala daerah.
Sebagai sebuah produk perencanaan, Renstra tetap tidak dapat dipisahkan
keberadaannya dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya.
Renstra merupakan dokumen perencaan yang terintegrasi dan menjadi satu
kesatuan dengan dokumen perencanaan lainnya, baik di tingkat nasional
maupun daerah, terutama dengan dokumen perencanaan dan penganggaran
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Dokumen tersebut antara lain
RPJPD, RPJMD, Renstra OPD, RKPD dan Renja OPD. Semua dokumen
perencanaan sebagaimana dimaksud di atas, dari sisi waktu mencakup 3 (tiga)
4 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
kerangka waktu, yaitu kerangka jangka panjang (20 tahun). Rencana jangka
menengah (5 tahun), dan rencana jangka pendek (1 tahun).
Secara substantif, keberadaan Renstra OPD dengen dokumen perencanaan tersebut
membentuk keterkaitan yang bersifat hierarkis, yaitu dokumen dengan jangka
waktu lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen dengan jangka waktu lebih
pendek. Secara sederhana keterkaitan hubungan antara dokumen Renstra OPD
dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut;
Gambar 1. 2 Keterkaitan Antar Dokumen
Sumber: Permendagri No 54 tahun 2
5 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
B. Landasan Hukum
Penyusunan rencana strategis Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai timur
tahun 2016-2021 dilakukan berdasar pada beberapa peraturan, perundangan,
antara lain seperti :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679 Dalam Perubahan
Kedua UU Nomor 23 Tahun 2014 yang diatur UU Nomor 9 tahun 2015)
sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
4. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Timur, dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 74);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4355);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Keuangan Negara;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah;
11. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, Pemerintahan daerah Kabupaten / Kota;
6 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
12. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, Tata
Cara penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang rencana Pembanguan
Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nas) 2015-2019;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan keuangan Daerah;
15. Peraturan MenteriDalamNegeri Nomor54 tahun 2010tentang Pelaksanan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan
Daerah ;
16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah provinsi dan
daerah Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi kalimantam
Timur tahun 2005-2025;
18. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 01 Tahun 2016
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi KalimantanTimur Tahun
2016-2036;
19. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 07 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Kalimantan Timur 2013-2018 dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS);
20. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 07 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2013-2018;
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 05 Tahun 2013 tentang
Organisasi dan Tata Kerja lnspektorat Wilayah Kabupaten, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga
Teknis Daerah Lainnya Kabupaten Kutai Timur.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 01 Tahun 2016 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013-2032;
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor ... Tahun ... tentang
Kajian Lingkugan Hidup Strategis;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 04 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kutai
Timur Tahun 2006-2025;
7 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
25. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor .... Tahun ... tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Kutai Timur Tahun 2016-2021;
26. Surat Edaran Bupati Kutai Timur No. 47/1/050/B.1/04/2016 perihal
pedoman penyusunan rancangan renstra OPD.
C. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Maksud penyusunan Renstra Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur
Tahun 2016 - 2021 adalah sebagai pedoman kerja Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kutai Timur selama 5 (lima) tahun kedepan yang merupakan
pedoman pembangunan daerah, baik yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Kutai Timur, Lembaga Pemerintah, swasta dan masyarakat
untuk periode pembangunan tahun 2016-2021.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan rencana strategis (Renstra) Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2021 adalah membentuk susunan rencana
dan program pembangunan yang optimal serta berkesinambungan dalam
kurun waktu 5 tahun kedepan didasarkan pada kecenderungan perkembangan
wilayah kabupaten yang lalu, posisi wilayah kabupaten dalam konteks wilayah
lebih luas dan aspirasi masyarakat kemasa depan, berpedoman pada RPJMD
Kabupaten Kutai Timur.
D. Sistematika Penulisan
Rencana strategis (Renstra) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur
Tahun 2016-2021 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan gambaran umum penyusunan rancangan awal RENSTRA, agar
subtansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik. Bab ini
memuat:
8 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
1.1 Latar Belakang yang secara ringkas mengemukakan tentang:
• Pengertian Renstra OPD,
• Fungsi Renstra OPD dalam penyelenggaraan pembangunan daerah,
• Proses penyusunan Renstra OPD, keterkaitan Renstra OPD dengan
RPJMD,
• Renstra K/L dan Renstra provinsi/kabupaten/kota, dan dengan Renja
OPD.
1.2 Landasan Hukum
Memuat daftar peraturan perundang-undangan yang harus diperhatikan
dalam penyusunan Renstra OPD seperti:
• undang-undang,
• peraturan pemerintah dan peraturan menteri dalam negeri,
• peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
1.3 Maksud dan Tujuan
Memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Renstra
OPD.
1.4 Sistematika Penulisan
Menguraikan pokok bahasan dalam penulisan Renstra OPD, serta
susunan garis besar isi dokumen.
BAB II GAMBARAN PELAYANAN OPD
Memuat uraian tentang:
• peran (tugas dan fungsi) OPD dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah,
• sumber daya yang dimiliki OPD dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsinya,
• capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra
OPD periode sebelumnya,
• capaian program prioritas OPD yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan
RPJMD periode sebelumnya, dan
9 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
• hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi
melalui Renstra OPD ini.
2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi OPD
Memuat penjelasan umum tentang:
• dasar hukum pembentukan OPD,
• struktur organisasi OPD,
• serta uraian tugas dan fungsi sampai dengan satu eselon di bawah
kepala OPD. Uraian tentang struktur organisasi OPD ditujukan untuk
menunjukkan organisasi, jumlah personil, dan tata laksana OPD
(proses, prosedur, mekanisme).
2.2 Sumber Daya OPD
Memuat penjelasan ringkas tentang macam sumber daya yang dimiliki
OPD dalam menjalankan tugas dan fungsinya, mencakup:
• sumber daya manusia,
• asset/modal, dan
• unit usaha yang masih operasional.
2.3 Kinerja Pelayanan OPD
Bagian ini menunjukkan tingkat capaian kinerja OPD berdasarkan
sasaran/target Renstra OPD periode sebelumnya, menurut SPM untuk
urusan wajib, dan/atau indikator kinerja pelayanan OPD dan/atau
indikator lainnya seperti MDGs.
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan OPD
Bagian ini mengemukakan hasil analisis terhadap:
• renstra K/L dan Renstra OPD provinsi,
• hasil telaahan terhadap RTRW, dan
• hasil analisis terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) yang berimplikasi sebagai tantangan dan peluang bagi
pengembangan pelayanan OPD pada lima tahun mendatang. Bagian ini
mengemukakan macam pelayanan, perkiraan besaran kebutuhan
pelayanan, dan arahan lokasi pengembangan pelayanan yang
dibutuhkan.
10 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identi ikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
OPD
Pada bagian ini dikemukakan permasalahan-permasalahan pelayanan
OPD beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala
daerah Terpilih
Bagian ini mengemukakan apa saja tugas dan fungsi OPD yang terkait
dengan visi, misi, serta program kepala daerah dan wakil kepala daerah
terpilih. Selanjutnya berdasarkan identi ikasi permasalahan pelayanan
OPD (Tabel 3.1.), dipaparkan apa saja faktor-faktor penghambat dan
pendorong pelayanan OPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan
misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut. Faktor-faktor inilah
yang kemudian menjadi salah satu bahan perumusan isu strategis
pelayanan OPD.
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra
Bagian ini mengemukakan apa saja faktor-faktor penghambat ataupun
faktor-faktor pendorong dari pelayanan OPD yang mempengaruhi
permasalahan pelayanan OPD ditinjau dari sasaran jangka menengah
Renstra K/L ataupun Renstra OPD provinsi/kabupaten/kota.
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Pada bagian ini dikemukakan apa saja faktor-faktor penghambat dan
pendorong dari pelayanan OPD yang mempengaruhi permasalahan
pelayanan OPD ditinjau dari implikasi RTRW dan KLHS.
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
Pada bagian ini direview kembali faktor-faktor dari pelayanan OPD yang
mempengaruhi permasalahan pelayanan OPD ditinjau dari:
• gambaran pelayanan OPD;
• sasaran jangka menengah pada Renstra K/L;
• sasaran jangka menengah dari Renstra OPD provinsi/kabupaten/
kota;
• implikasi RTRW bagi pelayanan OPD; dan
• implikasi KLHS bagi pelayanan OPD.
11 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Selanjutnya dikemukakan metode penentuan isu-isu strategis dan hasil
penentuan isu-isu strategis tersebut. Dengan demikian, pada bagian ini
diperoleh informasi tentang apa saja isu strategis yang akan ditangani
melalui Renstra OPD tahun rencana.
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 Visi dan Misi OPD
Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan visi dan misi OPD.
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah OPD
Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan dan sasaran
jangka menengah OPD. Pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah
OPD beserta indikator kinerjanya.
4.3 Strategi dan Kebijakan OPD
Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan strategi dan kebijakan
OPD dalam lima tahun mendatang.
• Rumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan
bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai serta selanjutnya
dijabarkan dalam serangkaian kebijakan.
• Kebijakan adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan
tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih, agar lebih terarah
dalam mencapai tujuan dan sasaran.
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
Pada bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja,
kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.
BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD
Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja OPD yang secara langsung
menunjukkan kinerja yang akan dicapai OPD dalam lima tahun mendatang
sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.
12 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB VII PENUTUP
Memuat kaidah pelaksanaan yang meliputi penjelasan Renstra OPD
merupakan pedoman dalam penyusunan Renja
13 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB II
GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kutai Timur merupakan badan
pelaksana teknis terkait pencegahan, pengendalian, dan melakukan pemulihan
terhadap dampak lingkungan di daerah Kabupaten Kutai Timur. Nomenklatur
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kutai Timur di bentuk berdasarkan
Perda Nomor 05 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja lnspektorat
Wilayah Kabupaten, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya di Kabupaten Kutai Timur.
Berdasarkan peraturan ini, DLH Kabupaten Kutai Timur memiliki tugas, fungsi,
dan struktur organisasi sebagai berikut:
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi OPD
1. Tugas Dinas Lingkungan Hidup
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
lingkungan
2. Fungsi Dinas Lingkungan Hidup a. Perumusan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Bidang Lingkungan Hidup;
c. Pembinaan pelaksanaan pengelolaan Lingkungan Hidup; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
14 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
a. Kepala Dinas
Dinas Lingkungan Hidup dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala Dinas dan
dibantu oleh 1 (satu) kesekretariatan dan 4 bidang meliputi bidang tata
lingkungan, bidang pengelolaan sampah dan limbah B3, bidang
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dan bidang
penaatan dan pengembangan kapasitas lingkungan hidup. Adapun tugas
kepala Dinas Lingkungan Hidup sebagai berikut:
1. Tugas :
Menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang lingkungan
hidup sesuai peraturan yang berlaku;
2. Fungsi :
a. Penetapan kebijkan teknis bidang lingkungan hidup sesuai
dengan rencana strategis yang ditetapkan pemerintah daerah;
b. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di
bidang lingkungan hidup;
c. Perencanaan, pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian
kebijakan teknis bidang tata lingkungan;
d. Perencanaan, pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian
kebijakan teknis bidang pengendalian pencemaran lingkungan;
e. Perencanaan, pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian
kebijakan teknis bidang pengendalian kerusakan dan perubahan
iklim;
f. Perencanaan, pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian
kebijakan teknis bidang penaatan dan pengembangan kapasitas
lingkungan hidup;
g. Pembinaan penyelenggaraan urusan kesekretariatan dinas;
h. Pembinaan unit pelaksana teknis dinas;
i. Pembinaan kelompok jabatan fungsional;
b. Sekretariat
Bidang ini dipimpin oleh seorang sekretaris dan dibantu oleh 3 (tiga) sub
bagian, yaitu Sub bagian perencanaan program, sub bagian umum dan
kepegawaian, sub bagian keuangan. Adapun tugas dan fungsi bidang ini
adalah sebagai berikut:
1. Tugas :
Membantu Kepala Dinas dalam koordinasi pelaksanaan tugas bidang
dan pelayanan teknis serta administrasi kepada seluruh satuan
15 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Organisasi dalam lingkungan Dinas Lingkungan Hidup yang meliputi
perencanaan program, umum, dan keuangan.
2. Fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana kerja, anggaran dan
laporan program/kegiatan dinas;
b. Pengelolaan dan koordinasi administrasi umum, kepegawaian,
perlengkapan, rumah tangga dinas, dokumentasi dan pengarsipan;
c. Penyelenggaraan pengadaan, pemeliharaan dan inventarisasi
barang milik negara;
d. Pelaksanaan hubungan masyarakat dan keprotokolan;
e. Pengelolaan administrasi keuangan.
c. Bidang Tata Lingkungan
Bidang ini bertugas menangani berbagai persoalan yang berkaitan dengan
tata lingkungan. Bidang ini dipimpin oleh seorang kepala bidang dan
dibantu oleh 3 (tiga) seksi, yaitu Seksi Inventarisasi dan Kajian Strategis
Lingkungan Hidup, Seksi Kajian Dampak Lingkungan dan Seksi
Perlindungan Lingkungan Hidup. Adapun tugas dan fungsi bidang ini
adalah sebagai berikut:
1. Tugas :
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan dan bimbingan, pengendalian seksi inventarisasi dan
kajian strategis lingkungan hidup, seksi kajian dampak lingkungan
hidup dan seksi perlindungan lingkungan hidup.
2. Fungsi :
a. Penyusunan dan perencanaan program kegiatan di bidang tata
lingkungan;
b. Perumusan kebijakan dalam bidang tata lingkungan;
c. Pelaksanaan koordinasi kegiatan dalam bidang tata lingkungan; d.
Perumusan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis dalam seksi inventarisasi dan kajian strategis lingkungan
hidup;
e. Perumusan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis dalam seksi dampak lingkungan hidup;
f. Perumusan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis dalam seksi perlindungan lingkungan.
16 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
d. Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
Bidang ini bertugas menangani persoalan pengelolaan sampah dan limbah
B3. Bidang ini dipimpin oleh seorang kepala bidang dan dibantu oleh 3
(tiga) seksi, yaitu Seksi Pengurangan Sampah, Seksi Pengelolaan Sampah
dan Seksi Pengelolaan Limbah B3. Adapun tugas dan fungsi bidang ini
adalah sebagai berikut:
1. Tugas :
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan dan bimbingan, pengendalian teknis seksi pengurangan
sampah, seksi pengelolaan sampah, dan seksi pengelolaan limbah B3.
2. Fungsi :
a. Penyusunan dan perencanaan program kegiatan di bidang
pengelolaan sampah dan limbah B3;
b. Perumusan kebijakan dalam bidang pengelolaan sampah dan
limbah B3;
c. Pelaksanaan koordinasi kegiatan dalam bidang pengelolaan
sampah dan limbah B3;
d. Perumusan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pengurangan sampah;
e. Perumusan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pengelolaan sampah;
f. Perumusan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pengelolaan limbah B3;
e. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Bidang ini dibentuk menangani persoalan pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup di Kabupaten Kutai Timur. Bidang ini dipimpin oleh
seorang kepala bidang dan dibantu oleh 3 (tiga) seksi, yaitu Seksi
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup, Seksi Pemantauan
Lingkungan dan Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan. Adapun tugas
dan fungsi bidang ini adalah sebagai berikut:
1. Tugas :
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan dan bimbingan, pengendalian teknis seksi pengendalian
pencemaran lingkungan, seksi pemantauan lingkungan dan seksi
pengendalian kerusakan lingkungan.
17 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2. Fungsi:
a. Penyusunan dan perencanaan program kegiatan di bidang
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan;
b. Perumusan kebijakan dalam bidang pengendalian pencemaran
c. dan kerusakan lingkungan;
d. Pelaksanaan koordinasi kegiatan dalam bidang pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan;
e. Perumusan, pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pengendalian pencemaran lingkungan;
f. Perumusan, pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pemantauan lingkungan;
g. Perumusan, pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pengendalian kerusakan lingkungan;
f. Bidang Penaatan dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup
Bidang ini bertugas menjalankan fungsi penaatan dan pengembangan
kapasitas lingkungan hidup di Kabupaten Kutai Timur. Bidang ini dipimpin
oleh seorang kepala bidang dan dibantu oleh 3 (tiga) seksi, yaitu Seksi
Penaatan Lingkungan, Seksi Pengaduan dan Penegakan Hukum Lingkungan
Hidup dan Seksi Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup. Adapun tugas
dan fungsi bidang ini adalah sebagai berikut:
2. Tugas :
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan
dan bimbingan, pengendalian teknis seksi penaatan lingkungan hidup,
seksi pengaduan dan penegakan hukum lingkungan hidup, dan seksi
pengembangan kapasitas lingkungan hidup.
3. Fungsi :
a. Penyusunan dan perencanaan program kegiatan di bidang
penaatan dan pengembangan kapasitas lingkungan hidup;
b. Perumusan kebijakan dalam bidang penaatan dan
pengembangan kapasitas lingkungan hidup;
c. Pelaksanaan koordinasi kegiatan dalam bidang penaatan dan
pengembangan kapasitas lingkungan hidup;
d. Perumusan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam penaatan lingkungan hidup;
e. Perumusan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pengaduan penegakan hukum
lingkungan hidup;
f. Perumusan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengaturan teknis dalam pengembangan kapasitas lingkungan hidup.
18 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
3. Struktur Organisasi
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Kutai Timur Peraturan Bupati Nomor
26 Tahun 2016
19 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
B. Sumber Daya DLH Kabupaten Kutai Timur
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, DLH Kabupaten Kutai Timur
didukung oleh sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan mulai dari SMA
hingga S2, dengan latar belakang bidang pendidikan lingkungan, kehutanan,
administrasi pemerintahan, hukum, ekonomi, kimia, teknik pertanian, teknik
industri dan lain-lain. Pegawai DLH Kabupaten Kutai Timur per bulan
Desember 2015 berjumlah 77 orang, yang terdiri dari 53 orang PNS, 2 orang
CPNS, dan 22 orang TK2D. Adapun rincian pegawaian DLH Kabupaten Kutai
Timur adalah sebagai berikut:
Tabet 2. 1 Sumber Daya Manusia Dinas Lingkungan Hidup Kab. Kutai Timur
No Uraian Jumlah
(Orang)
I MENURUT GOLONGAN
Golongan IV 9 Golongan III 48 Golongan III 21 Golongan I 24
JUMLAH 102
II MENURUT PENDIDIKAN PNS
S2 20 S1 33 D3 1 SLTA 23 SLTP 5 SD 20
JUMLAH 102
III MENURUT PENDIDIKAN TK2D
S2 - S1 21 D3 3 D1 1 SLTA 25 SLTP 3 SD 8
JUMLAH 61
IV MENURUT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN PERJENJANGAN
SPAMEN/ Diklat PIM II - SPAMA/ Diklat PIM III 2 ADUM/ ADUMLA/ Diklat PIM IV 11
JUMLAH 13
20 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Sumber: DLH Kabupaten Kutai Timur 2019
Aspek lain yang juga turut mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DLH Kabupaten
Kutai Timur adalah kepemilikan sarana prasarana, adapun sarana prasarana yang
dimiliki DLH adalah sebagai berikut
label 2. 2 Data Sarana dan Prasarana
No
Jenis Barang
Jumlah
1 Gedung Kantor 1 Unit
2 Kendaraan Roda 4 7 Unit
3 Kendaraan Roda 2 19 Unit
4 Kamera trap (kamera jebakan yang dilet di dalam hutan Wehea)
6 Unit
Sumber: Kesekretariatan DLH Kabupaten Kutai Timur 2015
Keberadaan gedung kantor terletak di area perkantoran Kabupaten Kutai
Timur, gedung ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang perkantoran.
Fasilitas yang belum dimiliki di gedung kantor DLH Kabupaten Kutai Timur
adalah laboratorium lingkungan sehingga dalam pelaksanaan kajian uji kualitas
udara, air, dan udara masih bekerjasama dengan laboratorium universitas di
Ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Sementara itu, kendaraan roda 4 dan 2
digunakan untuk transportasi dalam melakukan pengawasan lingkungan ke
berbagai perusahaan, kecamatan, dan desa di Kabupaten Kutai Timur. Kamera
trap sendiri digunakan untuk melakukan pemantauan vegetasi lora dan
habitat fauna di area Hutan Lindung Wehea.
C. Kinerja Pelayanan OPD
Berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, sub bab ini menyajikan
tingkat capaian kinerja DLH Kabupaten Kutai Timur berdasarkan sasaran/
target Renstra DLH Kabupaten Kutai Timur periode 2011-2015, yang
merupakan realisasi capaian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Tahun 2011-
2015. Capaian ini mencakup telaahan terhadap hasil evaluasi status dan
kedudukan capaian kinerja pembangunan daerah pada DLH Kabupaten
Kutai Timur dari Tahun 2011 hingga 2015 dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir.
Evaluasi kegiatan ini meliputi seluruh program dan kegiatan yang terdapat
dalam Renstra DLH Kabupaten Kutai Timur Tahun 2011-2015 yang
dikelompokkan menurut kategori program dan kegiatan sesuai bidang
lingkungan hidup terhadap RPJMD, SPM, dan kewenangan menurut pembagian
wilayah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Program yang telah dijalankan oleh DLH Kabupaten
Kutai Timur selama Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut:
21 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
1. Perlindungan dan konservasi SDA
2. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
3. Penaatan Hukum Lingkungan
4. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
5. Peningkatan Kualitas Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup
6. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA
7. Pengembangan Ekowisata dan Jasa Lingkungan d Kawasan-kawasan
Konservasi Laut dan Hutan
8. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
9. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Telahaan terhadap capaian kinerja OPD berdasarkan Permendagri Nomor
54 Tahun 2010 menghendaki adanya 2 (dua) tabel analisis mengenai capaian
indikator kinerja dan realisasi anggaran yang digunakan dalam mencapai
indikator kinerja. Namun untuk lebih mencerminkan lingkup koord. bisnis/
kinerja yang harus dilakukan oleh DLH Kabupaten Kutai Timur. Dengan
demikian, sub bab ini dimodi ikasi dengan turut menampilkan berbagai aspek
yang menunjukkan kondisi lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Kutai
Timur.
22 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabel 2.2 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur
23 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
No Kabupaten Kota 2009 2010 2011 2012 2013
1 Paser - 19.590 435.829,76 912.596,60 2.187.513,90
2 Kutai Barat - - - 326.456,60 913.799,40
3 Mahakam Ulu
D. Gambaran Umum Kondisi Lingkungan di Kabupaten
Kutai Timur
Perkembangan pembangunan dan keberadaan perusahaan tambang dan non
tambang membawa dampak bagi perubahan dan penurunan kuantitas dan
kualitas lingkungan yang ada di Kabupaten Kutai Timur. Beberapa kondisi
umum yang mampu menggambarkan kondisi lingkungan di Kabupaten Kutai
Timur dapat dilihat melalui berbagai informasi di bawah ini:
1. Iklim Investasi di Kabupaten Kutai Timur
Iklim investasi terbagi menjadi dua, investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Berikut adalah tabel investasi
daerah Provinsi Kalimantan Timur:
Tabel 2. 3 Realisasi lnvestasi Daerah (PMDN)
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2009-2013 (Jtan)
4 Kukar 1.449.732,40 1.978.658 2.919.953,05 45.149,50 1.713.879,00
5 Kutim - 1.027.850 1.250.904,26 4.390.650,60 3.522.274,80
6 Berau - 270.654 876.411,63 2.279.420,90 386.842,30
7 Penajam Pasir Utara 31.300 25.950 8.644,00 3.111,00 3.811.0
8 Balikpapan 2.200 234.759,79 527.300,00 - -
9 Samarinda 6.000 2.444.062,78 230.370,00 - 60.861,30
10 Bontang 11.238 471.712 8.220.305,15 651.094,30 858.769,90
Sumber: RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2013-2018
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa nilai investasi daerah dalam
negeri untuk Kabupaten Kutai Timur mencapai Rp. 3.522.274,80. Angka ini
merupakanangkainvestasitertinggidiKalimantanTimur,denganmenyumbang
38 % dari total investasi dalam negeri yang ada di Kalimantan Timur.
24 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
No Kabupaten Kota 2009 2010 2011 2012 2013
1 Paser 5.800 1.936,34 3.548,15 26.093,90 422.087,04
2 Kutai Barat - 65.809,43 103.236,08 142.024,70 200.549,47
3 Mahakam Ulu
Tabel 2. 4 Realisasi lnvestasi Penanaman Modal
Asing (PMA) Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2009-2013 (Jtan)
4 Kukar 25.708,67 68.559,95 62.531,90 133.854,00 860.900,26
5 Kutim 3.850 63.155,28 134.704,69 61.629,30 946.284,77
6 Berau 168.887,10 19.668,41 125.448,50 19.779,60 189.479,14
7 Penajam Pasir Utara - 1.000,00 21,00 17.314,40 3.616,61
8 Balikpapan 47.063,67 505.286,12 3.200,10 1.547.616,00 7.854.905,28
9 Samarinda 1.540,16 9.874,43 66.276,70 40.859,20 400.479,55
10 Bontang 200,00 182.082,14 669.650,00 448.825,70 387,36
Sumber: RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2013-2018
Kecenderungan tingginya nilai investasi juga terlihat pada penanaman
modal asing di Kabupaten Kutai Timur, berdasarkan data di atas pada Tahun
2013 menunjukkan bahwa nilai investasi asing di Kabupaten Kutai Timur
menunjukkan urutan ke dua setelah Balikpapan. Sumbangan investasi asing di
Kabupaten Timur terhadap Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 8,69%.
Tingginya investasi nilai investasi PMD dan PMA di Kabupaten Kutai Timur
didominasi oleh banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang tambang dan
perkebunan kelapa sawit. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Kutai Timur Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2013
sebesar 3,43% dengan migas dan non migas sebesar 3,98%. Kaitanya dengan
isu lingkungan di Kabupaten Kutai Timur, kedua jenis usaha ini memiliki resiko
tinggi terhadap kerusakan lingkungan.
2. Laju Deforestasi dan Emisi Gas Rumah Kaea
Hutan Kalimantan termasuk dalam 11 wilayah di dunia yang berkontribusi
terhadap lebih dari 80% deforestasi secara global hingga tahun 2030 (WWF
Indonesia). Kabupaten Kutai Timur sebagai salah satu wilayah yang memiliki
komposisi 17% (357474,50 Km2) dari total wilayah di Kalimantan Timur turut
mengalami laju deforestasi. Kondisi ini dapat tergambar dari perubahan luas
lahan hutan yang terus menyusut, disusul dengan penambahan luas lahan
untuk peruntukkan lain seperti pertambangan dan perkebunan. Adapun
informasi lebih detail mengenai laju perubahan tutupan lahan dapat dilihat
melalui tabel dibawah ini:
25 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabet 2. 5 Laju Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Timur 2015
No
Tipe Penggunaan Lahan
Luas Penggunaan Lahan (Ha)
Luas Perubahan Tutupan Lahan (Ha)
2000 2005 2010
2014 2000-2005 2005-2010 2010-2014
1 No data 3720649 3769390 3788904 3745120 48741 19514 -43784
2 Hutan primer 946862 815202 727175 699769 -131660 -88027 -27406
3 Hutan sekunder kerapatan tinggi 742264 652185 641639 558027 -90079 -10546 -83612
4 Hutan sekunder kerapatan rendah 651679 619419 606604 619552 -32260 -12815 12948
5 Hutan rawa primer 17727 6812 6812 6372 -10915 0 -440
6 Hutan rawa sekunder 53693 62357 58226 56166 8664 -4131 -2060
7 Hutan mangrove primer 30069 23574 16266 12796 -6495 -7308 -3470
8 Hutan mangrove sekunder 11619 14371 15776 16825 2752 1405 1049
9 Kelapa agroforestri 4597 5082 2173 5885 485 -2909 3712
10 Karet agroforestri 23298 133652 121825 104820 110354 -11827 -17005
11 Kebun buah campuran 104227 58369 19066 34131 -45858 -39303 15065
12 Monokultur lainnya 21414 4618 6602 11892 -16796 1984 5290
13 Sawit monokultur 41595 137758 360433 560754 96163 222675 200321
14 Karet monokultur 12511 85424 229817 181112 72913 144393 -48705
15 Hutan tanaman jati 769 407 40839 23029 -362 40432 -17810
16 Hutan tanaman lainnya 2134 24494 18294 15285 22360 -6200 -3009
17 Hutan tanaman akasia 6233 43284 30081 51346 37051 -13203 21265
18 Semak belukar 567566 380652 156614 148505 -186914 -224038 -8109
19 Padi sawah 1529 4502 1791 1307 2973 -2711 -484
20 Pertanian lainnya 1097 54307 47436 32660 53210 -6871 -14776
21 Padang rumput 6687 38017 22293 22245 31330 -15724 -48
22 Pertambangan 3940 16204 20359 26587 12264 4155 6228
23 Lahan terbuka 27798 41001 16160 17210 13203 -24841 1050
24 Permukiman 5609 13783 49443 53194 8174 35660 3751
25 Tambak 2213 2915 3151 3190 702 236 39
25 Tubuh air 39965 39965 39965 39965 0 0 0
26 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Penyusutan lahan paling ektrim selama tahun 2000 hingga 2014 terjadi pada
hutanprimerdansemakbelukar, hal iniberbandingterbalikdenganpenambahan
luas lahan tutupan untuk sawit monokultur, pertambangan, dan permukiman.
Peningkatan luas lahan tutupan secara drastis pada sawit monokultur dan
pertambangan terjadi pada rentang waktu 2000 hingga 2005. Kondisi ini
berbanding lurus dengan pengurangan areal hutan primer dan semak belukar,
bukan tidak mungkin pengurangan luas areal ini diakibatkan olehperluasan areal
pertambangan dan bukaan lahan baru untuk perkebunan sawit. Sementara itu,
penambahan luas lahan tutupan untuk permukiman terjadi pada rentang waktu
2005 hingga 2010, pada rentang tahun ini terjadi pembangunan yang gencar di
Kutai Timur seiring penetapan Kabupaten Timur sebagai DOB pada Tahun 1999.
Perkebunan sawit
Perkebunan sawit merupakan komoditi dengan luas tanaman dan hasil
produksi dominan pada sektor perkebunan di Kabupaten Kutai Timur. Pada
Tahun 2014 saja tercatat bahwa produksi kelapa sawit mencapai 5.203.078,8
ton dari luas tanaman 404.087,21 Ha (Kutai Timur Dalam Angka,2015). Angka
ini menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit menempati 95.7% total areal
perkebunan.
Tabel 2. 6 Luas Areal, Jumlah Produksi, dan
Jumlah Produktivitas Kelapa Sawit di Kabupaten
Kutai Timur
Tahun
2012 2013 2014 2015
Luas Areal (Ha) 307.629.20 359.519.53 404.087.21 424.311.10
Jumlah Produksi (Ton) 2.519.717.36 3.402.407.20 5.212.078.80 6.238.327.31
Jumlah Produktivitas (kg/Ha) 20.054.48 20.985.61 21.005.98 21.985.30
Sumber: Laporan Laju Deforestasi DLH Kabupaten Kutai Timur 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi kenaikan
luas area perkebunan sawit dengan rata-rata kenaikan luas lahan sebesar
38.893,97 Ha. Adapun total penambahan luas areal perkebunan sawit sebesar
116.681,90 Ha dari tahun 2013 hingga 2015. Total luas areal perkebunan sawit
hingga tahun 2015 memiliki kapasitas luas hampir dua kali lipat dari total luas
kawasan yang di lindungi seluas 219.538,38 Ha. Jumlah luas ini belum di bagi
dengan luas kawasan tambang, pemukiman dan saranan prasarana umum.
27 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Emisi Gas Rumah Kaea
Dalam pembangunan green economic di Provinsi Kalimantan Timur, rencana
penurunan tingkat emisi gas rumah kaca digenjot hingga 1.250 ton/1jt US$
pada Tahun 2018, saat ini wilayahProvinsi Kalimantan Timurterdapat emisi gas
rumah kaca sebesar 1.517 ton/1jt US$. Hal ini mengartikan bahwa Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur cukup serius terkait penurunan emisi gas rumah
kaca. Rencana ini perlu disambut baik oleh Kabupaten/Kota yang berada di
wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Demikian halnya dengan Kabupaten Kutai
Timur, yang sampai saat ini belum memiliki data pasti mengenai kondisi emisi
gas rumah kaca yang ada di kabupaten ini.
3. Pengelolaan Persampahan, Sanitasi, Limbah Domestik, dan Air Bersih
Pengelolaan sampah di Kabupaten Kutai Timur dilakukan oleh UPTD
Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman. Pengelolaan sampah oleh Pemda
Kutai Timur baru dapat dilaksanakan di Sangatta Utara dan Selatan. Wilayah
ini memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan kepadatan yang paling tinggi
di antara kecamatan lainnya. Adapun laju timbulan sampah per tahun dapat
dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabet 2. 7 Data Laju Timbunan Sampah (Ton/
Tahun)
No
Tahun
Laju Timbulan (Ton/Tahun)
Jumlah Penduduk Sangatta Utara
dan Sangatta Selatan (Jiwa)
1 2010 69357 91085
2 2011 71540 90350
3 2012 73723,4 95522
4 2013 87600 100990
5 2014 125560 103771
6 2015 189800 112883
Sumber: UPTD Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kutai Timur
2016
Data yang ada menunjukkan bahwa peningkatan jumlah sampah berbanding
lurus dengan peningkatan jumlah penduduk, sementara itu pengelolaan
sampah oleh masyarakat secara mandiri hanya 11,1% dan 88,9% lainnya
belum dikelola secara mandiri. Penerapan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam
pengelolaan sampah yang belum masif digalakkan oleh Pemda maupun
28 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
masyarakat mampu menjadi pemicu terjadinya penumpukkan sampah seiring
dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk setiap tahunya. Salah satu
potensi yang perlu terus didorong dalam pengelolaan sampah adalah
keberadaan 6 (enam) bank sampah milik masyarakat dari hasil binaan program
CSR PT. KPC dan DLH Kutai Timur.
Tabet 2. 8 Data Jumtah Sampah yang Diangkut ke
TPA (Ton/Tahun)
No Tahun Jumlah Sampah Masuk Ke TPA
(Ton/Tahun)
1 2010 55888.8
2 2011 57144.4
3 2012 58400
4 2013 68620
5 2014 109500
6 2015 146584
Sumber: UPTD Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kutai Timur
2016
Keberadaan 1 (satu) TPA yang ada di Kabupaten Kutai Timur berbanding
terbalik dengan laju peningkatan sampah yang diangkut ke TPA. Pada tahun
2014 ke 2015 saja sudah ada penambahan 37084 ton sampah setiap tahunya.
Sementara itu, kondisi TPA yang ada saat ini tidak memenuhi persyaratan
teknis sesuai dengan standar nasional karena tidak adanya alokasi lahan TPA
di RTRW.
Sanitasi dan Limbah Domestik
Sanitasi dan limbah domestik merupakan aspek yang mampu mempengaruhi
kondisi lingkungan. Berdasarkan dokumen SSK Kutim Tahun 2015, terdapat
60,2% daerah di Kabupaten Kutai Timur mengalami genangan air sedangkan
sisanya 39,8% tidak mengalami genangan atau banjir. Adapun wilayah yang
beresiko mengalami permasalahan drainase di daerah padat penduduk adalah
sebagai berikut:
29 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabet 2. 9 Witayah Perkotaan yang Beresiko
Masatah Sanitasi Drainase
No Area Beresiko Wilayah Prioritas
(Drainase Perkotaan)
1 Beresiko sangat tinggi
• Sangatta Utara
• Muara Bengkal
2 Beresiko tinggi • Sangatta Utara
• Sangatta Selatan
• Muara Bengkal
• Muara Ancalong
Sumber: Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kutai
Timur Tahun 2015
Pengukuran mengenai jumlah dan tingkat pencemaran limbah domestik
berupa tinja masyarakat sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
terdapat beberapa gambaran kondisi umum dari data-data di bawah ini:
Tabet 2. 10 Kondisi dan Tingkat Pencemaran
Septik Tank Masyarakat
Satuan
Tidak Aman Aman
Kondisi Septik tank Persen 29% 70.9%
Pencemaran septik tank Persen 94.3% 5.7%
Sumber: Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kutai
Timur Tahun 2015
Tabet 2. 11 Persentase Masyarakat datam
mengakses Jamban Tahun 2015
No Kondisi (Persen)
Jumlah KK
1 BABS (11%) 8412
2 Akses terhadap jamban tidak layak (25%) 18949
3 Akses terhadap jamban bersama layak (5%) 3503
Sumber: Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kutai
Timur Tahun 2015
Sampai Tahun 2015 belum ada sarana maupun prasarana untuk penanganan
air limbah domestik di Kabupaten Kutai Timur dan baru ada pembangunan
IPLT dan IPAL Kawasan. Selama ini hampir tidak pernah dilakukan pengurasan
tinja, belum ada truk tinja, dan belum ada rancangan pengelolaan air limbah.
Kondisi bisa menjadi gambaran awal terkait kondisi pencemaran lingkungan,
walaupun demikian perlu ada pengujian lebih lanjut terjait tingkat pencemaran
lingkungan akibat limbah domestik.
30 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Air Bersih
Prosentase rumah tangga dengan akses ke sumber air bersih yang lebih baik di
Indonesia (UNICEF RI, 2012), Kaltim urutan ke 12, dan terbaik adalah Jawa
tengah. Sementara itu persentase penduduk berakses air minum dari Tahun
2008 hingga 2011 adalah sebagai berikut:
label 2. 12 Persentase Penduduk Berakses Air
Minum di Kalimantan limur 2008-2011
Tahun
Penduduk Mengakses Air
Minum
(%)
2008 52,79
2009 64,85
2010 65,71
2011 75,20
Sumber: RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2015-2019
4. Tanah Longsor dan Lahan Kritis
Wilayah daratan Kabupaten Timur terdiri dari gugusan gunung/pegunungan
yang jumlahnya sekitar 8 (delapan) gunung dan yang tertinggi adalah Gunung
Menyapa dengan ketinggian mencapai 2000 m di atas permukaan air laut,
juga terdapat daratan landai seperti kawasan gambut. Keberdaan pegunungan
dengan lereng yang curam memiliki potensi terhadap kerawanan longsor.
Adapun kerawanan bencana alam longsor dapat dilihat melalui tabel di bawah
ini:
Tabet 2. 13 Tingkat Kerawanan Longsor di
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015
No
Kategori
Luas (Ha)
Luas (%)
1 Tidak Rawan 1233613,14 83,89
2 Agak Rawan 1324383,79 41,76
3 Sedang 357201,55 11,26
4 Rawan 109631,61 3,46
5 Sangat Rawan 1469191,62 4,63
Jumlah 3171749,72 100
Sumber: Dokumen lndektifikasi Kerusakan Sumber-sumber Mata Air dan
Tanah Longsor di Kab. Kutai Timur 2015
31 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
No Sumber Air Curam
Problem/Potensi Bencan
1 Air Panas Karangan 25-45% Erosi,longsor,banjir (18,37%)
2 Kaliorang 25-45% Erosi,longsor,banjir (7,78%)
Sekitar 83,89% kawasan di Kabupaten masuk dalam potensi tidak rawan longsor,
namun demikian sekitar setengah diantaranya memiliki potensi longsor dengan
kategori agak rawan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi rawan longsor
yang cukup besar di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Keberadaan kawasan rawan
longsor ini memiliki pengaruh yang signi ikan terhadap kerusakan sumber mata
air. Sebagai salah satu contoh dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabet 2. 14 Sumber Mata Air dan Potensi Bencana
di Karangan dan Katiorang
Kondisi Lereng
a
Sumber: Dokumen lndektifikasi Kerusakan Sumber-sumber Mata Air dan
Tanah Longsor di Kab. Kutai Timur 2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa keberadaan sumber mata air pada lereng
curam 25-45% memiliki potensi bencana seperti longsor. Potensi bencana ini
mampu mengancam keberadaan sumber mata air di Kabupaten Kutai Timur
yang umumnya berada di lereng pegunungan.
Tabet 2. 15 Prosentase Luas Lahan yang Rusak s/d
2015
No Area Lahan Rusak Hektar (Ha)
1 Total lahan yang rusak 2013 s/d 2015 24009.19023
2 Jumlah lahan untuk produksi biomassa 25,890.73
3 Prosentase status kerusakan lahan 92.73%
Sumber: Potensi dan Status Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa
Kab. Kutai Timur 2015
Tabet 2. 16 Luas Lahan Kritis di Kabupaten Kutai Timur
No Status Tanah Luas (Ha)
1 Lahan agak kritis 1780783,57
2 Lahan yang sangat kritis 110,01
3 Lahan kritis 23268,93
Total 1804162,51
Sumber: Dokumen Status Lingkungan Hidup Daerah Kab. Kutai Timur
2015
32 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Total lahan kritis di Kabupaten Kutai Timur mencapai 50,46% dari total wilayah
Kabupaten Kutai Timur. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar
daratan berupa lahan memiliki potensi lahan kritis dengan kategori agak kritis,
sangat kritis dan kritis. Kondisi ini harus diantisipasi dengan berbagai upaya
pelestarian seperti penghijauan agar tidak terjadi penambahan lahan kritis.
Jika laju perluasan lahan kritis semakin meningkat, maka kondisi lahan yang
sangat tandus dan gundul dengan tingkat kesuburan yang sangat rendahpun
turut mendominasi wilayah daratan Kabupaten Kutai Timur. Lahan ini tidak
dapat digunakan sebagai lahan pertanian, walaupun masih dapat dikelola
namun produktivitasnya rendah.
5. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Berdasarkan SPM mengenai lingkungan hidup, salah satu aspek daya du
kung lingkungan adalah keberadaan RTH di lokasi pemukiman, industri,
pusat perdagangan, dan lokasi padat lalu lintas hingga 10% dari total luas
wilayahnya. Saat ini Kabupaten Kutai Timur memiliki dua kawasan ekonomi
dengan variasi kepadatan penduduk berbeda yaitu Kawasan Sangatta Utara
dan Muara Bengkal (lihat Tabel 2.17).
Tabet 2. 17 Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kabupaten Kutai Timur
Wilayah
(kecmatan)
Luas RTH
(Ha)
Luas Wilayah
(Ha)
Persentase
Terhadap Luas
Wilayah
Kepadatan
Penduduk/Km2
Sangatta Utara 5 1262,59 0,39% 71,40
Muara Bengkal 1 1522,80 0,06% 9,40
Total 6 2785,39 0,21%
Sumber: Dinas Pembangunan Umum, 2015
Walaupun persentase RTH di dua kecamatan belum memenuhi SPM, namun
pada dasarnya wilayah Kabupaten Kutai Timur masih banyak memiliki
kawasan hijau yang belum terdata secara pasti luas areal hijau yang ada.
6. Keanekaragaman Hayati
Kabupaten Kutai Timur memiliki luas 35.747,50 Km2 atau sekitar 3.574.760 Ha.
Sebagian besar merupakan kawasan budidaya yang sudah memiliki hak konsesi
(pertambangan, perkebunan dan kehutanan), itu di luar kawasan lindung dan
koservasi (TNK) serta Cagar Alam Sedulang Muara Kaman. Semakin tinggi
33 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
pemanfaatan lahan maka potensi kehilangan keanekaragaman hayati juga
menjadi tinggi, sehingga dibutuhkan upaya penilaian dan perencanaan dalam
rangka mengidenti ikasi resiko-resiko terhadap keanekaragaman hayati serta
membuat rancangan efektif dalam pencegahan, pengelolaan, rehabilitasi serta
pemantauan terpadu dan berkala terhadap populasi keanekaragaman hayati di
Kabupaten Kutai Timur. Berikut permasalahan Kehati yang terjadi di 3 (tiga)
kawasan di luar konsesi kehutanan, pertambangan dan perkebunan.
Tabel 2. 18 Taman Nasional, Cagar Alam, dan
Hutan Lindung di Kutai Timur
No
Nama
Lokasi
Luas (Ha)
Permasalahan terkait Kehati
1 Taman Nasional Kutai Sangatta Selatan, Utara, Teluk Pandan
136.559,16 • Upaya Enclave dari Masyarakat
• Illegal Logging
2 Cagar Alam Sedulang
Muara Kaman
Muara Bengkal, Muara Ancalong
44.979,22 • Illegal Logging
• Perburuan anggrek, burung dan fauna lainnya.
3 Hutan Lindung Wehea
Kecamatan Muara Wahau
38.000 • Sementara ini yang luas hutan legal di Kementerian Kehutanan sekitar 36.000, 2.000 Ha lainnya masuk di Kabupaten Brau
• Illegal Logging
Total (Ha) 219.538,38
Sumber: Profil Keanekaragaman Hayati DLH Kabupaten Kutai Timur Tahun
2013
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa luas kawasan taman nasional, cagar
alam, dan hutan lindung yang telah ada sekitar 7% dari luas wilayah Kutai
Timur dan itu belum termasuk luas areal konservasi dan kawasan lindung yang
ada pada areal konsesi (pertambangan, kehutanan dan perkebunan) yang
belum terindenti ikasi secara pasti. Dari data tersebut dan luas hutan yang
besar (sekitar 61,50 % dari luas total wilayah kabupaten) maka Kutai Timur
memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi terutama di
daratan. Namun demikian, keberadaan kawasan konservasi tidak luput dari
permasalahan yang mengancam ekosistem Kehati seperti illega loging dan
perburuan lora endemik di kawasan konservasi tersebut. Berikut beberapa
tabel yang menunjukkan keanekaragaman hayati yang ada di Kabupaten Kutai
Timur.
34 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabet 2. 19 Sebaran dan Luasan Rencana Hutan
Lindung di Kabupaten Kutai Timur
No 1.
Kecamatan
Bengalon
Luas (ha)
26.065,39
2. Busang 131.108,96
3. Karangan 41.819,26
4. Kongbeng 0,15
5. Muara Wahau 132.382,32
6. Sandaran 4.854,82
7. Teluk Pandan 13.440,09
Luas Total (ha) 349.670,99
Sumber: Profil Keanekaragaman Hayati DLH Kabupaten Kutai Timur Tahun
2013
Tabet 2. 20 Persentase Luas Kawasan Konservasi
dan Lindung di Kabupaten Kutai Timur
No
Kawasan
Luas (ha)
% Luas kawasan
berdasarkan luas Kutim
1 TNK 136.559,16 3,82
2 Cagar Alam 44.979,22 1,26
3 Hutan Lindung Wehea 38.000 1,06
4 Rencana hutan lindung 349.670,99 9,78
5 Kawasan Lindung 92391,96 2,58
Total (ha) 661.601,33 18,51
Sumber: Profil Keanekaragaman Hayati DLH Kabupaten Kutai Timur Tahun
2013
Tabet 2. 21 Jumtah Spesies Ftora dan Fauna
Berdasarkan Gotongan di Kutai Timur
1
No Golongan
Mamalia
Jumlah spesies
36
2 Burung 58
3 Am ibi 26
4 Reftil 45
5 Tumbuhan Berkayu 465
6 Tumbuhan Bawah/Herba 102
7 Satwa Perairan (Pisces) 58
8 Tumbuhan Perairan Laut 3
Total 793
Sumber: Profil Keanekaragaman Hayati DLH Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013
35 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Orangutan merupakan salah satu fauna endemik di Kalimantan Timur,
keberadaan orangutan juga dapat ditemui di wilayah Kabupaten Kutai Timur.
Berdasarkan data yang dilansir oleh (The Nature Conservancy, 2015) 70%
Orangutan Kalimantan berada di luar kawasan konservasi dan merupakan
kawasanlUPHHK-HA,lUPHHK-Tl,perkebunansawit,arealtambang,perladangan
masyarakat, dan rawan terhadap perubahan lahan yang merupakan habitat.
Setiap tahun populasi orangutan di Kalimantan mengalami penurunan akibat
konversi hutan, kerusakan habitat, kebakaran hutan, dan fragmentasi lahan.
Pada Tahun 2015 dilakukan penandatanganan MoU Pengelolaan Kawasan
Bernilai Konservasi Tinggi di Kawasan Bentang Alam Wehea - Kelay Seluas
264.480Ha di Kecamatan Muara Wahau dan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur
dan Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Pada
bentang alam Wehea terdapat fauna endemik seperti Beruang Madu, Macan
Dahan, Orangutan dan satwa lainnya yang bertumpang tindih dengan Kawasan
Logging, Kawasan Perkebunan dan Perladangan Masyarakat.
Tabel 2. 22 Jumlah Spesies, Genus dan Famili Flora
di Kutai Timur
No Golongan Tumbuhan Jumlah
Spesies Genus Famili
1 Tumbuhan berkayu 465 216 69
2 Tumbuhan bawah/herba 102 81 50
Sumber: Profil Keanekaragaman Hayati DLH Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013
Tabel 2. 23 Golongan Keanekaragaman Hayati
yang ada di Kabupaten Kutai Timur
No
Golongan Keanekaragaman Hayati
Jumlah (Jenis)
Jumlah di tingkat nasional (Jenis)
1 Keanekaragaman Mamalia 36 -
2 Keanekaragaman Burung 58 -
3 Keanekaragaman Reptil 45 -
4 Keanekaragaman lnsekta 9 -
5 Keanekaragaman lkan 57 -
6 Keanekaragaman Ekosistem dan Tumbuhan Laut 3 -
7 Spesies Mamalia yang Dilindungi 10 127
8 Spesies Burung yang Dilindungi 12 382
9 Spesies Herpetofauna yang Dilindungi 12 -
10 Spesies Perairan yang Dilindungi 2 -
11 Spesies Tumbuhan yang Dilindungi 34 -
Sumber: Profil Keanekaragaman Hayati DLH Kabupaten Kutai
Timur Tahun 2013
36 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Berdasarkan data pada Renstra Kementrian Lingkungan Hidup 2015-2019,
Indonesia merupakan rumah dari 17% total spesies yang ada: 35 ribu-40
ribu spesies tumbuhan (11-15%), 707 spesies mamalia (12%), 350 spesies
amphibi dan reptil (15%), 1.602 spesies burung (17%) dan 2.184 spesies ikan
air tawar (37%). Sementara untuk kelautan terdapat setidaknya 2.500 spesies
molusca, 2000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 spesies mamalia laut,
dan lebih dari 2.500 spesies ikan. Sebagian besar spesies tersebut harus
menghadapi ancaman kepunahan karena perusakan habitat dan perburuan
untuk beberapa spesies tertentu akibat tingginya permintaan. Jumlah spesies
yang dilindungi mencakup 31 spesies reptilia, 12 spesies palmae, 11 spesies
ra lesia, 29 spesies orchidaceae, 127 spesies mamalia 10 diantaranya berada
di Kabupaten Kutai Timur, 382 spesies burung dan 12 diantaranya berada di
kawasan hutan lindung Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan data IUCN, untuk
satwa ada 2 spesies berkategori punah, 66 spesies berkategori kritis, dan 167
spesies kondisi genting. Untuk tumbuhan, 1 spesies punah, 2 spesies punah,
115 spesies kritis, dan 72 spesies berstatus genting.
Potensi Karst
Karst merupakan salah satu potensi keanekaragaman hayati yang banyak
ditemui di Kabupaten Kutai Timur, luas kawasan karst dapat dilihat melalui
tabel di bawah ini:
Tabet 2. 24 Luas Potensi Karst di Tiap Kecamatan
Tahun 2015
No Kecamatan Luas Karst (Ha)
1 Muara Ancalong -
2 Busang -
3 Long Mesangat -
4 Muara Wahau -
5 Telen -
6 Kombeng 923,84
7 Muara Bengkal -
8 Batu Ampar -
9 Sangatta Utara -
10 Bengalon 8051,80
11 Teluk Pandan -
12 Sangatta Selatan -
Jumlah 58133,11
37 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
No
Kecamatan
Luas Karst (Ha)
13 Rantau Pulung -
14 Sangkulirang -
15 Kaliorang -
16 Sandaran 34370,12
17 Kaubun -
18 Karangan 14787,35
Jumlah 58133,11
Sumber: Kutai Timur Dalam Angka 2015
Berdasarkan data BPS Kabupaten Kutai Timur luas wilayah karst tidak
mengalami perubahan dari Tahun 2013 hingga 2015 yaitu seluas 58133,11
Ha atau sebesar 1,62% dari total wilayah Kabupaten Kutai Timur. Karst ini
tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Karangan, Sandaran, Bengalon, dan
Muara Bengkal. Besarnya potensi karst di wilayah Kabupaten Kutai Timur
merupakan potensi Kehati yang harus dilestarikan, keberadaan karst sendiri
banyak ditemui diwilayah hutan lindung dan kawasan konservasi.
Selain data yang tercantum pada data BPS Kutim 2015, terdapat pula potensi
karst yang cukup luas di wilayah Kailorang dan merupakan salah satu kawasan
cagar budaya yang direncanakan masuk dalam warisan budaya dunia. Fungsi
karst dalam keanekaragaman hayati adalah ekosistem biota yang unik dan
spesifik seperti troglobion (fauna khas gua yang hanya bisa dijumpai di gua .
Ekosistem Pesisir
Karakteristik ekosistem pesisir laut Indonesia ditunjukkan dengan keberadaan
hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Hutan mangrove di
Kabupaten Kutai Timur memiliki proporsi 3,53% dari total luas wilayah.
Kondisi hutan mangrove dari tahun ke tahun mengalami penyusutan, berikut
gambaran keberadaan konservasi mangrove Pada tahun 2015.
38 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabet 2. 25 Luas Witayah Konservasi Mangrove di
Tiap Kecamatan Tahun 2015
No Kecamatan
Wilayah Konservasi
Mangrove
(Ha)
1 Muara Ancalong -
2 Busang -
3 Long Mesangat -
4 Muara Wahau -
5 Telen -
6 Kombeng -
7 Muara Bengkal -
8 Batu Ampar -
9 Sangatta Utara 921,25
10 Bengalon 277,02
11 Teluk Pandan 0,13
12 Sangatta Selatan 58,95
13 Rantau Pulung -
14 Sangkulirang 7926,71
15 Kaliorang 929,88
16 Sandaran 1986,55
17 Kaubun 526,38
18 Karangan -
Jumlah 626,87
Sumber: Kutai Timur Dalam Angka 2015
Pada Tahun 2013 terdapat luas konservasi mangrove sebesar 16.798,40Ha
(Pro il Kehati Kutim 2013 , sementara itu pada Tahun 2015 diketahui bahwa
luas kawasan konservasi mangrove di Kabupaten Timur seluas 12.626,87Ha
(BPS Kutim 2015), kondisi ini menunjukkan terjadi penurunan luas kawasan
hutan mangrove hingga 24,83%. Penyusutan luas kawasan mangrove ini
disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada
peningkatan volumen air laut dan abrasi pantai. Tingginya aktivitas angkut
batu bara di kawasan pesisir juga turut memberikan sumbangsih terhadap
penurunan luas kawasan mangrove, sementara itu penanaman kembali hutan
mangrove belum digalakkan secara masif.
39 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Kebakaran Hutan
Wilayah Kabupaten Kutai Timur terdiri dari perairan dan daratan dengan total
luas 35747,50 Km2 dengan potensi hutan lindung seluas 397098,56 Ha dan
kawasan gambut seluas 33611,32 Ha (BPS Kutai Timur 2015). Seperti wilayah
lainnya di Indonesia, Kabupaten Kutai Timur memiliki dua musim yaitu
musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau biasanya terjadi pada
bulan Mei s/d Oktober, sementara itu musim penghujan terjadi pada bulan
November s d April. Letak geora is Kabupaten Kutai Timur yang berada pada
garis horisontal khatulistiwa membuat terik matahari di wilayah ini jauh lebih
terik saat musim kemarau dibanding wilayah lainnya. Kondisi ini turut memicu
kebakaran hutan dibeberapa titik, selain karena disebabkan kondisi alam juga
terdapat beberapa kasus kebakaran hutan akibat ulah manusia yang sengaja
membakar hutan untuk membuka lahan baru perkebunan. Adapun kejadian
kebakaran hutan sepanjang Tahun 2015 di beberapa titik dapat dilihat melalui
tabel di bawah ini:
Tabet 2. 26 Jumtah Kebakaran Hutan di Kutai
Timur Tahun 2015
No
Wilayah
Jumlah
Kejadian
Kawasan Lindung
Luas Hutan Lindung (Ha)
Kawasan Resapan Air (Ha)
Kawasan Gambut (Ha)
1 Muara ancalong 1 kali - 144,41 33611,32
2 Sangatta utara 17 kali - 274,41 -
3 Telen 1 kali - - -
4 Kombeng 2 kali 3568,46 - -
5 Muara bengkal 4 kali - 292,41 -
6 Bengalon 2 kali 28237,14 7303,79 -
7 Rantau pulung 1 kali
Sumber: Data SfPD DLH & Kutai Timur Dalam Angka 2015
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebakaran hutan terjadi di
beberapa titik pada 7 (tujuh) wilayah kecamatan. Kejadian kebakaran hutan
sepanjang Tahun 2015 paling sering terjadi di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan
Sangatta Utara. Belum diketahui data secara pasti berapa luas areal kebakaran
hutan, selain itu belum adanya data time series mengenai kebakaran hutan di tiap
tahunnya menyulitkan perhitungan terkait sejauhmana laju kebakaran hutan yang
terjadi di Kabupaten Kutai Timur. Saat ini urusan mengenai kebakaran hutan di
tangani oleh Dinas Kehutanan, namun demikian DLH memiliki urusan mengenai
kebakaran hutan kaitanya dengan keberadaan kawasan lindung di tiap kecamatan
40 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
seperti hutan lindung, kawasan resapan air, kawasan gambut, dan kondisi kualitas
udara akibat kebakaran hutan.
7. Kualitas Udara dan Tanah
Kualitas Udara
Tanpa disadari atau tidak kegiatan pembangunan yang menggunakan sumber
daya alam yang ada memiliki pengaruh terhadap pencemaran lingkungan.
Salah satu pencemaran lingkungan dapat dilihat melalui kondisi kualitas
udara. Berikut indeks kualitas udara di Provinsi Kalimantan Timur:
Tabet 2. 27 lndeks Kuatitas Udara Provinsi Kutai
Timur 2009-2012
Tahun Indeks Kualitas Udara
2009 93,22
2010 92,30
2011 93,12
2012 92,49
Sumber: RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 201t-2019
Kualitas udara di Kabupaten Kutai Timur sendiri dapat dilihat dari hasil uji
kualitas udara ambien yang dilakukan DLH Kabupaten Kutai Timur pada Tahun
2014 menunjukkan data mengenai kualitas udara sebagai berikut:
Tabet 2. 28 Hasit Uji Udara Ambien Tahun 2014
Lokasi
Pengambilan
Sampel
Lama Pengujian
S02
(Sulfur Dioksida)
µ/Nm3
c0
(Karbon Monoksida)
µ/Nm3
N02
(Nitrogen
Dioksida)
µ/Nm3
TSP (Debu)
µ/Nm3
Sangatta Selatan 1 Jam 0,0764 1,3385 0,148 0,0327
Teluk Pandan 1 Jam 0,0725 1,2812 0,145 0,275
Sangatta Utara 1 Jam 0,1724 2,4837 0,222 0,0687
Rantau Pulung 1 Jam 0,0684 1,3419 0,149 0,0327
Baku Mutu Udara Nasional
1 Jam 900 30000 400 399,29
Sumber: Status Lingkungan Hidup Kab. Kutai Timur 201t
41 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Dari keseluruhan uji kualitas udara ambein di beberapa titik di Kabupaten
Kutai Timur (tabel 2.28), dapat diketahui bahwa kualitas udara ambien yang
menjadi sampel pengujian masih berada di bawah ambang batas baku mutu.
Dengan demikian, bahan pencemar di udara masih dalam kategori aman
baik untuk makhluk hidup, tumbuhan dll. Namun demikian perlu dilakukan
pengujian yang lebih komprehensif terkait uji emisi, hal ini berkaitan dengan
tingginya aktivitas penambangan batu bara dan produksi kelapa sawit yang
memiliki dampak terhadap pencemaran udara.
Kualitas Tanah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup. Kerusakan
tanah untuk produksi biomassa ditandai dengan berubahnya sifat dasar tanah yang
melampaui kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa (PP No.150
Tahun 2000 . Parameter sifat dasar tanah mencakup sifat isik, sifat kimiawi, dan
sifat biologi tanah (PerMen LH No.07 Tahun 2006). Potensi kerusakan tanah di
Kabupaten Kutai Timur sebagian besar dalam taraf rendah dan sedang, secara
keseluruhan tidak lebih dari 2% potensi kerusakan tanah dalam taraf tinggi.
Uji kualitas tanah dilakukan dibeberapa lokasi dengan hasil sebagai berikut; Batu
Ampar, Long Masangat, dan Rantau Pulung memiliki potensi kerusakan tanah taraf
sedang berkisar dari 74-97% dari luas wilayahnya, sedang taraf tinggi berkisar 4-
11% dan terbesar ada di Long Masangat. Status kerusakan tanah secara umum di 3
daerah studi belum melebihi batas baku mutu yang ada, hanya terkonsentrasi pada
permeabilitas tanah yang melebihi ambang, hal tersebut wajar karena tanah
Kalimantan Timur atau daerah studi merupakan sebagian besar jenis tanah tua
dengan kandungan liat tinggi. Total keseluruhan status kerusakan di Kabupaten
Kutai Timur terjadi pada lahan seluas 23976,7
Ha (Dokumen Potensi dan Status Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa
Kab. Kutai Timur 2015).
8. Pelanggaran Lingkungan dan Ketidaktaatan Masyarakat dan Pelaku Usaha terhadap Regulasi Lingkungan Hidup
Izin lingkungan berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdiri dari Amdal yang dilakukan
oleh KLH dan UPL/UKL yang dilakukan oleh DLH. Pada lingkup usaha yang lebih
kecil komitmen untuk ramah lingkungan dalam menjalankan usahanya tercantum
dalam SPPLH. Saat ini pengawasan wajib dilakukan pada izin usaha Amdal dan UPL
UKL dengan rentang waktu 2 kali dalam 1 tahun. Hal ini dilakukan untuk memantau
pelanggaran lingkungan atas izin lingkungan yang di miliki oleh suatu badan usaha.
Pada konteks Kabupaten Kutai Timur pengawasan terhadap pelanggaran
42 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
lingkungan di Kabupaten Kutai Timur belum berjalan secara menyeluruh, hal ini
disebabkan oleh berbagai factor baik internal maupun eksternal. Berikut total izin
Amdal, UKL UPL, dan total pengaduan masyarakat terkait pelanggaran lingkungan:
Tabet 2. 29 lzin Lingkungan dan Pengaduan
Masyarakat terkait LH di Kabupaten Kutai Timur
Satuan
Jumlah
Total izin AMDAL (1991-2009 Izin 187
Total Izin UKL UPL (2003-2015 Izin 137
Pengaduan Masyarakat Aduan yang ditindaklanjuti 13
Sumber: Dokumen Laporan Bidang Pengkajian dan Penaatan, DLH Kutim
2015
Dari total izin lingkungan Amdal di Kabupaten Kutai Timur, baru 64 badan
usaha yang dilakukan pengawasan secara rutin 1 tahun sekali. Artinya
maih ada 123 perusahaan yang belum diawasi secara rutin kaitanya dengan
pelanggaran yang dilakukan.
E. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan menuntut dikembangkanya suatu
sistem terpadu yang mampu mendokumentasikan berbagai kondisi lingkungan
yang ada di Kabupaten Kutai Timur, namun sampai saat ini Kabupaten Kutai
Timur dalam hal ini adalah DLH belum mampu meciptakan sistem data
tersebut. DLH perlu memprakarsai penerapan sistem data lingkungan terpadu
agar mampu menjadi alat untuk memantau sejauhmana daya dukung dan daya
tampung lingkungan di Kabupaten Kutai Timur.
Komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk melaksanakan
pembangunan green economy harus didukung dengan komitmen kabupaten.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur harus konsekuen dan taat untuk
menggunakan sumber daya alam yang selaras dan seimbang dengan fungsi
lingkungan hidup. Sebagai kosekuensinya, kebijakan, rencana, dan program
pembangunan harus dijiwai untuk melaksanakan pelestarian lingkungan hidup
dengan asas keberlanJtn. Salah satu wujud komitmen Pemda untuk
melestarikan lingkungan adalah dengan membuat Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) sebagaimana amanat Undang-undang. Dokumen ini mampu
menjadi guide/arahan terkait daya tampung dan daya dukung lingkungan
43 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
dalam melakukan pembangunan yang bekelanjutan. Dengan kata lain, KLHS
harus menjadi rujukan dalam setiap perencanaan pembangunan baik yang
dilakukan oleh Pemda, Perusahaan, maupun masyarakat. Namun sayangnya,
sampai saat ini Kabupaten Kutai Timur belum melakukan Kajian KLHS yang
berbasis pada pelestarian lingkungan.
44 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS
A. Telaahan Visi-Misi dan Program Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Terpilih
Dalam Visi-Misi Bupati dan Wakil Bupati Kutai Timur terpilih, isu Lingkungan
Hidup diulas khusus pada misi keempat. Misi ini selain fokus pada persoalan
lingkungan hidup juga berkonsentrasi pada pengelolaan dan pemanfaatan
ruang. Secara teknis, DLH menjadi instansi yang paling penting dalam
mengawal misi ini, karena sesuai dengan Tugas dan Fungsi (tusi) DLH Kutai
Timur memiliki kewenangan yang diamanatkan regulasi untuk mengawal misi
ini.
Misi 4 Kutai Timur:
Meningkatkan Pengelolaan Ruang untuk Mewujudkan Kualitas Lingkungan yang lebih baik, lebih sehat dan nyaman bagi
kehidupan manusia.
Jika dielaborasi lebih jauh, fokus misi ini bisa melahirkan beberapa tujuan,
antara lain: (1) Meningkatkan Pengelolaan Biodiversity/keanekaragaman
hayati dan Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup. Peningkatan kualitas
lingkungan hidup dan pengelolaan keanekaragaman hayati erat berhubungan
dengan penekanan Laju Deforestasi, Degradasi Lahan, Konservasi, Reklamasi
dan Rehabilitasi Lahan, Perlindungan flora dan fauna endemik, termasuk
perlindungan kawasan Karst dan ekosistem pesisir, (2) Meningkatkan Daya
Dukung dan Daya Tampung Lingkungan. Menindaklanjuti tujuan pertama,
penguatan daya tampung dan daya dukung lingkungan harus disertai dengan
pengelolaan dan pengendalian lingkungan khususnya mengenai pengelolaan
Sampah, limbah, Kualitas Sanitasi Lingkungan-Pemukiman-Pusat Kegiatan,
45 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Kualitas Air, Udara, Tanah, DAS, sumber mata air dan pengelolaan limbah
B3. Terakhir, (3) Meningkatkan Tata Kelola Lingkungan Hidup. Tujuan ini
diharapkan bisa mengintervensi Partisipasi Masyarakat dan Pelaku Usaha
dalam Upaya Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Koordinasi
DLH dengan elemen horizontal maupun vertikal. Bagian ini juga diharapkan
bisa memberikan penjelasan dan argumen logis mengenai bagaimana
komunitas adat terpencil (KAT) bisa diberdayakan, relasi dengan OPD terkait,
perencanaan dan penyusunan regulasi lingkungan hidup, serta penyusunan
database lingkungan.
Dalam menindaklanjuti tujuan-tujuan ini, DLH Kutai Timur menjalankan
beberapa pedoman acuan yakni, (a) Implementasi Kebijakan dan Prosedur
Teknis (instrumentatif) sebagai satu-satunya OPD yang bertanggung jawab, (b
Berkoordinasi dengan OPD lain (horizontal seperti Dinas PU, Pertanian,
Perkebunan, Tata Ruang, dan sebagainya, dan (c) Berkoordinasi dengan Dinas,
Kementerian, Lembaga yang berada di level atas (vertikal), serta berkoordinasi
dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan Provinsi Kalimantan Timur.
B. Telaahan RPJMN dan Renstra K/L
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam arahan Rencana
Strategisnya sebagai relevansi dari penetapan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) menekankan beberapa poin terkait Lingkungan
Hidup, antara lain:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan tujuan
pembangunan Tahun 2015-2019, yaitu memastikan kondisi lingkungan berada
pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya
berada rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan
kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi
perekonomian nasional.
Terkait Poin strategis ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah
menetapkan pembangunan ekonomi berbasis keselamatan dan kelangsungan
lingkungan hidup dalam green economy, yang harus juga ditegaskan dalam
perencanaan strategis Kabupaten-Kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan
Timur.
Sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun
2015-2019 adalah : (1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan
46 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan
indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-
68,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42. Anasir utama pembangun dari
besarnya indeks ini yang akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan; (2)
Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH
terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu
produksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan
satwa liar) dan ekspor; dan, (3) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan
keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga
kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dengan indikator
kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini
merupakan agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah hotpsot kebakaran
hutan dan lahan, peningkatan populasi spesies terancam punah, peningkatan
kawasan ekosistem esensial yang dikelola oleh para pihak, penurunan
konsumsi bahan perusak ozon, dan lain-lain .
C. Telaahan RPJMD dan Renstra DLH Provinsi Kalimantan Timur
1. Kutai Timur sebagai Wilayah Strategis Andalan Nasional
Sebagai dasar dalam pemenuhan kebutuhan pengembangan daerah, penataan
ruang nasional telah mengatur pembentukan kawasan untuk meningkatkan
ekonomi pada pusat pertumbuhan yaitu dengan Kawasan Andalan.
Kawasan andalan merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi
kawasan tersebut dan kawasan disekitarnya.
Kawasan Andalan Nasional yang terkait dengan wilayah Kabupaten Kutai
Timur antara lain Kawasan Andalan Sangkulirang - Sangatta - Muara Wahau
(SASAMAWA).
Pemerintah Kutai Timur melalui DLH dalam koordinasi dengan Pemerintah
Provinsi harus bisa mengembangkan pendekatan pembangunan yang lebih
terintegrasi, khususnya dalam mengembangkan dan mengelola kawasan-
kawasan strategis nasional yang ada di Kutai Timur.
47 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan ekonomi
Kepentingan Ekonomi yang menjadi dasar penentuan Kutai Timur sebagai
salah satu wilayah strategis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi provinsi meliputi:
a. Kawasan Industri dan Pelabuhan Maloy di Kabupaten Kutai Timur;
b. Kawasan Agropolitan Regional di Kabupaten Kutai Timur; dan
c. Kawasan Pusat Pertambangan Regional (klaster pertambangan) di
Kabupaten Kutai Timur.
3. Pengelolaan sanitasi lingkungan dan air minum
Padatahun2011rumahtanggayangmenggunakanairlayakuntukdiminumpaling
tinggi berada di Berau dan itupun hanya 48,98 persen. Sedangkan pengguna paling
minim air minum yang layak adalah Kutai Timur sebesar 19,68 persen. Kondisi
ini memerlukan kinerja dan perbaikan kinerja DLH Kutai Timur, selain itu perlu
juga meningkatkan kualitas air minum dengan agregat kabupaten, juga harus bisa
memberikan dampak positif bagi perbaikan kualitas pengelolaan area tangkapan
dan sumber air, kawasan karst dan juga zona-zona hidup lora dan fauna endemik.
4. Investasi Tinggi
Pada tahun 2013, Realisasi Investasi Daerah (PMA) di Kabupaten Kutai Timur
menempatiperingkat kedua setelahKota Balikpapan.Konsentrasi pada industri
ekstraktif dan perkebunan kelapa sawit menyebabkan Kutai Timur menjadi
Kabupaten dengan investasi paling tinggi, akan tetapi hal ini juga memberikan
dampak buruk bagi pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup. Kondisi
ini juga harus bisa mengembalikan orientasi dan target Kabupaten Kutai Timur,
bukan lagi pada pertumbuhan ekonomi berbasis pertambangan dan sawit,
melainkan pertumbuhan ekonomi berbasis perbaikan lingkungan dan
pengembangan sektor pertanian.
Telaah Visi-Misi RPJMD Provinsi Kalimantan Timur
1. Visi: Mewujudkan Kalimantan Timur Sejahtera yang Merata dan
Berkeadilan berbasis Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan.
Visi ini memberikan ruang lebih kepada pengarusutamaan peningkatan
kualitas lingkungan. DLH Kutai Timur harus bisa memanfaatkan peluang
ini sebagai bagian holistis dari upaya pengelolaan dan pengendalian
Lingkungan Hidup di Provinsi Kalimantan Timur.
48 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2. Misi IV adalah Misi yang Terkait Lingkungan Hidup: Mewujudkan
Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat serta berperspektif Perubahan
Iklim.
Sama halnya dengan visi RPJMD Provinsi Kalimantan Timur, Misi IV ini
memberikan ruang rasional, ruang kreativitas dan ruang teknis yang
cukup bagi peningkatan dan penguatan kualitas lingkungan. DLH Kutai
Timur diharapkan bisa memaksimalkan potensi dan peluang ini selain
dalam kolektivitas spirit pembangunan Kalimantan Timur, juga secara
khusus untuk perbaikan kualitas lingkungan hidup di Kutai Timur.
3. Tujuan 6: Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
Telaahan Renstra DLH Kalimantan Timur
1. Visi: Terwujudnya Kualitas Lingkungan Hidup Kalimantan Timur yang
baik
2. Misi: (1) Mewujudkan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Efektif melalui
Peran Aktif Pemangku Kepentingan, (2) Mewujudkan Pencegahan dan
Pengendalian Dampak Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup,
(3) Mewujudkan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berperspektif
Perubahan Iklim, dan (4) Berperan Aktif dalam Mendukung Terwujudnya
Pembangunan Daerah Berbasis Agroindustri dan Energi Ramah
Lingkungan
Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) yang agregatnya disusun di Provinsi
merupakan sesuatu yang penting dan berasal dari hitung-hitungan indeks yang
diinput di Kabupaten. DLH Kutai Timur harus bisa merespon visi dan misi, baik
yang ada di RPJMD Kalimantan Timur maupun Renstra DLH Kalimantan Timur
karena posisi Kutai Timur sebagai destinasi pertambangan dan perkebunan
sawit turut mencitrakan kabupaten ini sebagai salah satu kabupaten dengan
tingkat deforestasi tinggi, degradasi lahan tinggi dan kualitas lingkungan hidup
yang cukup rendah.
49 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
D. Telaahan RTRW Kabupaten Kutai Timur dan
KLHS Kabupaten Kutai Timur
Ulasan bagian ini belum bisa dibuat secara utuh, karena hingga saat ini regulasi
yang mengatur RTRW dan KLHS Kabupaten Kutai Timur belum disahkan.
E. Penentuan lsu-lsu Strategis
1. Rendahnya Pengelolaan persampahan, limbah 83 dari pelaku usaha, dan
limbah domestik.
Persoalan sampah masih diatur oleh UPTD Sampah yang berada di bawah Dinas
Pekerjaan Umum dan pergerakan kinerjanya masih sebatas wilayah Kota
Sangatta (Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan). Hal ini akan
berpengaruh pada persentase pengelolaan sampah dengan hitung- hitungan
agregat Kabupaten yang harus berupa rekapan hasil di seluruh wilayah
Kecamatan, yang berisi kinerja pengelolaan sampah di kompleks pemukiman
wilayah perkotaan, pedesaan, pusat-pusat kegiatan, dll.
Masalah persampahan masih menjadi persoalan yang rumit di Kabupaten Kutai
Timur karena, berdasarkan amanah UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, pengelolaan sampah tidak berhenti pada kegiatan
pengangkutan dan penumpukan. Intervensi pemerintah dalam pengelolaan
sampah tidak harus berhenti pada level teknis dengan mengumpulkan dan
mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saja, melainkan harus
juga menjangkau pengelolaan yang lebih jauh yakni pendaur-ulangan,
pengelolaan sampah bersama pihak swasta dan pemberdayaan masyarakat yang
mengolah sampah. Konsentrasi pada level teknis pengumpulan dan
pengangkutan menyebabkan terabaikannya peran pemerintah dalam penguatan
kapasitas kognitif berupa kreativitas dan kesadaran dalam pengelolaan sampah.
DLH harus juga menjamin adanya sosialisasi dan penguatan kapasitas
masyarakat secara individu maupun kolektif dalam mengelola sampah baik
dengan metode 3R (reuse, reduce, dan recycle) dan tidak lagi mengandalkan
UPTD KPP sebagai satu-satunya institusi dalam menangani persoalan sampah.
Hal ini menjadi peran penting yang harus digagas dan dikembangkan oleh
Bidang Pengembangan Kapasitas yang dengan sendirinya akan memberikan
hasil yang maksimal bagi kinerja DLH khususnya dalam agregat persentase
pengelolaan sampah dengan unit hitung setiap desa hingga kecamatan.
50 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2. Belum adanya Tata Kelola Sanitasi Lingkungan dan Air Bersih yang
Baik.
Sanitasi lingkungan yang sesuai dengan kriteria umum di Indonesia
meliputi pengelolaan sanitasi tempat-tempat umum, fasilitas dan sumber
daya yang digunakan publik, lingkungan pemukiman dan arena publik.
Sanitasi lingkungan didata dengan melakukan pengendalian dan
pengawasan terhadap kualitas lokasi-lokasi tersebut. Hal ini ditopang
dengan sosialiasasi, pendampingan dan upaya peningkatan kesadaran
yang kontinu dari DLH dan (atau) OPD terkait lainnya.
Hal ini sejalan dengan de inisi operasional mengenai pengelolaan air
bersih. Air bersih yang dikonsumsi rumah tangga dan juga pusat kegiatan
(pemerintah, swasta dan publik) juga harus mendapat perhatian serius
dari DLH sebagai instansi yang paling bertanggung jawab terhadap
kualitas air dan OPD terkait lainnya.
Persoalan sanitasi dan air bersih untuk wilayah-wilayah pemukiman
masih menjadi bagian dari perencanaan di Bappeda yang eksekusinya
akan dilaksanakan oleh Dinas PU. Hal ini juga masih sebatas wacana yang
belum dieksekusi dalam program maupun kebijakan di level makro juga
belum diimplementasikan dalam kegiatan OPD. Beberapa persoalan
penting yang muncul di dalam pengelolaan sanitasi dan air bersih yang
masih amburadul ini antara lain, (1) Terbukanya peluang pelaku usaha
membuang limbah B3 ke aliran air sungai dan sumber air bersih, (2) Polusi
sungai yang tinggi akibat tidak adanya upaya revitalisasi dan normalisasi
sungai, (3) Pembuangan limbah domestik yang masif dilakukan oleh
hampir semua warga yang bermukim di sepanjang aliran sungai (warga
tidak memiliki lubang pembuangan limbah domestik dan semua bangunan
rumah membelakangi sungai), dan (4) Sungai dijadikan lubang sampah
terbuka oleh pelaku usaha maupun warga yang bermukim di sepanjang
aliran sungai.
3. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum terintegrasi.
Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat
kepadatan (densitas) yang sangat rendah. Potensi alokasi lahan untuk RTH
masih sangat potensial. Akan tetapi pengelolaan yang terintegrasi dan
terpusat masih menjadi wilayah garapan yang tidak memiliki kejelasan.
Hampir semua OPD memiliki lahan yang dikelola menjadi RTH masing-
masing OPD, baik dalam bentuk taman, arena rekreasi maupun spot-spot
hijau. Perencanaan dan strategi pelaksanaan program dan kegiatan terkait
51 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
RTH sudah dilakukan oleh Bappeda, namun tidak pernah ada koordinasi
dengan DLH yang seharusnya dijadikan sebagai OPD yang mengawal
dan mengontrol perencanaan dan program tersebut. Hal ini secara
positif berimplikasi pada kompetisi untuk menata dan mengelola taman-
taman dan RTH yang ada, akan tetapi bila merujuk pada alur kebijakan dan
penetapan target kinerja, hal ini tidak memiliki relevansi yang tegas
dengan OPD-OPD yang sesuai amanah UU 23 tahun 2014 tidak memiliki
keterkaitan teknis dengan pengelolaan RTH. DLH Kutai Timur harus bisa
menjadi lembaga yang mampu mengintegrasikan potensi pengelolaan ini.
Hal ini bisa menjadi salah satu pintu masuk yang juga memberi peluang
bagi DLH Kutai Timur (masih dalam penggodokan regulasi nasional) untuk
menjadi Dinas Lingkungan Hidup. Alasan utamanya karena selain sudah
memiliki kuali ikasi A, beberapa fungsi yang selama ini tidak bisa maksimal
dijalankan oleh Dinas atau Badan bisa dimaksimalkan di bawah koordinasi
maupun kewenangan DLH.
4. Belum Maksimalnya Perlindungan Keanekaragaman Hayati.
Ada beberapa kewenangan terkait kehutanan yang sudah ditarik ke
Provinsi. Namun, DLH sebagai salah satu Badan yang memiliki Tugas
dan Fungsi yang jelas menyangkut perlindungan dan keberlangsungan
keanekaragaman hayati harus juga bisa memaksimalkan isu-isu
lingkungan terkini sebagai bagian penting dan syarat menentukan target-
target kinerja.
Sebagai contoh, terkait Luas dan Persentase Hutan Lindung, DLH bisa
memaksimalkan fungsi konservasinya dengan mengangkat karakteristik
keanekaragaman hayati yang ada di wilayah hutan lindung. Dengan
berkonsentrasi pada lora dan fauna endemik misalnya, DLH bisa turut
berkontribusi dalam menentukan luas sebaran dan habitat alami, yang
dengan sendirinya membantu proses perbaikan hutan yang diusahakan
di tingkat Provinsi serta bisa memberikan arahan bagi Provinsi untuk
menetapkan secara jelas batas-batas hutan dan bagaimana revitalisasi
hutan (reforestasi) bisa berjalan. Pengelolaan keanekaragaman hayati
ini juga bisa dimaksimalkan lewat upaya pembangunan (kembali) hutan
dari desa seperti yang tertuang dalam spirit pembangunan BupatifWakil
Bupati terpilih.
52 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
5. Tingginya Kon lik Internal dan Eksternal KAT terkait Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
DLH masih harus berhadapan dengan pemberdayaan desa-desa
konservasi, penguatan kapasitas komunitas adat terpencil, kesadaran
tentang jenis dan batas hutan, penyelesaian sengkarut wilayah ulayat
dan Hutan Lindung Wehea yang diklaim menjadi hutan adat, hingga
pengembalian fungsi hutan dan hutan lindung yang selama ini dijadikan
wilayah pemukiman dan juga penyelesaian kon lik keulayatan baik
secara internal (antar anggota Komunitas Adat Terpencil/KAT), maupun
secara eksternal antara KAT dengan pelaku usaha, pemerintah di semua
level dan juga dengan instansi lainnya. Problem pemukiman masyarakat di
dalam hutan lindung menjadi sesuatu yang harus ditangani serius oleh
DLH bukan untuk mengamankan luas hutan lindung (kewenangan
Provinsi), melainkan untuk menjamin kelestarian keanekaragaman hayati
khususnya satwa dan tumbuhan endemik. Sekalipun sudah ada beberapa
kali revisi dan pembaruan luas wilayah lindung, posisi pemukiman yang
berada dalam wilayah hutan lindung harus bisa ditegaskan dengan
kebijakan dan langkah-langkah strategis pemerintah. Hal ini berimplikasi
pada penertiban pemukiman dan penguatan daya dukung lingkungan.
Salah satu pintu masuk yang sesuai dengan amanah Undang-Undang
adalah perlindungan keanekaragaman hayati. Dasar ini juga yang bisa
mencairkan relasi dan interaksi DLH dengan Provinsi yang memiliki
kewenangan atas luasan dan laju deforestasi (kawasan).
6. Belum Adanya Kajian Mengenai Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan
Terkait daya dukung dan daya tampung lingkungan, DLH Kutai Timur
belum sampai pada petunjuk dan pelaksanaan yang teknis. Beberapa
kendala yang diungkapkan adalah luas wilayah (geogra is dan rentang
kendali (spand of control , serta persoalan demogra i (Hak tenurial, dll ,
dan irisan fungsi dan kewenangan baik di level Kabupaten maupun antara
Kabupaten, Provinsi dan Pusat.
Masalah lain adalah minimnya sumber daya dalam hal ini tenaga ahli
dan tenaga fungsional yang bisa mengoperasikan petunjuk teknis terkait
peningkatan daya tampung dan daya dukung lingkungan. Ada tiga kendala
utama dalam persoalan ini yakni, (1) belum adanya regulasi yang mengatur
hal ini.
Tidak adanya Perda terkait Lingkungan, RPPLH-PPLH, dan KLHS, (2)
rendahnya tingkat kesadaran pelaku usaha (hanya ada 1 pelaku usaha yang
53 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
tertib dan ramah lingkungan-dari 64 pelaku usaha yang diawasi oleh
PPLHD DLH Kutai Timur).(3) belum adanya petunjuk teknis operasional
dari Provinsi terkait,
kewenangan yang ditarik ke Provinsi sesuai amanah UU 23 2014
tentang Pemda. Akan tetapi spirit pembangunan green economy yang
digagas Provinsi Kalimantan Timur sebagai salah satu pengarusutamaan
pembangunan bisa dijadikan rujukan karena secara gamblang sudah
mengatur poin-poin teknis tentang hal ini. Idealisme penyelamatan dan
revitalisasi fungsi hutan di wilayah Kalimantan Timur (dalam green
economy), kelesuan perdagangan bahan tambang (seperti batu bara)
menjadikan paradigma dan aksentuasi pembangunan dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi tidak lagi pada industri ekstraktif dan perkebunan
(khususnya sawit). Celah ini harus bisa dimaksimalkan DLH untuk ikut
berkontribusi dengan fungsi-fungsi penting yang ada dalam bidang-
bidang di DLH. Reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang yang
cenderung lamban, ekspansi atau perluasan lahan perkebunan kelapa
sawit, hingga revisi perijinan penggarapan lahan karst oleh pelaku usaha
harus bisa didorong dan dipercepat sebagai dasar untuk meningkatkan
daya tampung dan daya dukung lingkungan.
7. Belum Tertatanya Database Lingkungan Hidup
Tidak adanya database lingkungan hidup menjadikan DLH
KutaiTimurtidak bisa memiliki posisi tawar yang maksimal baik secara
internal di hadapan OPD yang lain dalam rangka penentuan target kinerja
dan realisasinya, maupun secara eksternal horizontal dengan para pelaku
usaha (swasta yang bisa diberdayakan untuk membantu perbaikan
kualitas lingkungan bahkan secara eksternal vertikal dengan DLH
Provinsi dan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) dalam
rangka penguatan sistem pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup
terpadu. Begitu banyak ide seperti pengembangan ekowisata,
peningkatan dan substitusi jasa lingkungan, pengelolaan limbah dan
sampah, sanitasi-air bersih- daerah aliran sungai (DAS), perbaikan
Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) Air, Udara, Sungai, Hutan dan
Keanekaragaman Hayati tidak bisa maksimal dijalankan secara berkala
(periodik) maupun dalam penentuan kinerja satu tahun anggaran
karena DLH Kutai Timur tidak memiliki database lingkungan yang
terbarukan (updated) dan ditingkatkan kualitasnya secara konstan
(upgraded).
54 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
8. Rendahnya Kualitas Air, Udara dan Belum Sempurnanya Pengukuran
Kualitas Tanah
Berdasarkan hasil observasi di beberapa titik yang menjadi sumber air
untuk masyarakat kota Sangatta (Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta
Selatan), kualitas air bersih untuk konsumsi rumah tangga sangat rendah
dan terancam bisa menjadi media yang membantu penularan beberapa
penyakit karena hampir tidak ada pengukuran kualitas air bersih yang
memenuhi kriteria dan standar kualitas air yang ada. Hal ini juga terjadi
dengan polusifpencemaran udara. Pengukuran emisi yang masih sebatas
emisi gas buang kendaraan merupakan sesuatu yang sama sekali tidak bisa
memberikan sumbangan bagi pengukuran kualitas udara. Sebagai salah
satu wilayah yang selama sekian tahun menjadi destinasi pertambangan
mineral dan perkebunan kelapa sawit, Kabupaten Kutai Timur sangat
bermasalah dengan kualitas udara. Rendahnya kualitas air dan udara juga
kian diperparah dengan belum pernah adanya pengukuran kualitas tanah
dan peluang pengembalian fungsi lahan (FGD DLH Kutai Timur, Selasa 12
April 2016).
9. Rendahnya Ketaatan Pelaku Usaha dan rendahnya
kesadaranmasyarakat terhadap regulasi lingkungan
Berdasarkan data PPLHD DLH Kutai Timur, hanya ada 1 (satu) dari 64
pelaku usaha di Kutai Timur yang memenuhi 5 aspek dan kewajiban pelaku
usaha terkait lingkungan hidup. Hal ini selain disebabkan oleh begitu
banyaknya regulasi Lingkungan Hidup yang belum selesai, problematika
ini juga turut dipantik oleh pembinaan, pengawasan dan penguatan
kesadaran dan kapasitas yang masih kurang. Rata-rata DLH hanya bisa
melakukan pengawasan terhadap komunitas masyarakat, pelaku usaha
dan instansi terkait dua kali dalam setahun. Hal ini tentunya sangat minim
data pengawasan dan hasil uji laboratorium dan penilaiaan ketaatan.
Faktor lain yang bisa saja dimanfaatkan secara negatif adalah pelanggaran
yang ada muncul karena lemahnya pengawasan dan interaksi DLH dengan
OPD terkait yang tidak terintegrasi sehingga kecurangan-kecurangan
pelaku usaha dan masyarakat tidak bisa ditelusuri secara lebih mendalam.
10. Semakin seringnya kejadian kebakaran hutan dan lahan setiap
tahunnya
Kebakaran hutan dan berkurangnya hutan dalam arti sesungguhnya
menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Akan
55 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
tetapi, resiko dan persoalan eksternalitas menjadi bagian yang sangat
menyulitkan pemerintah Kabupaten Kutai timur. Laju deforestasi menjadi
sesuatu yang bisa melemahkan fungsi dan capaian kinerja DLH. Untuk
itu, perlu ada upaya yang terorganisir berupa penyesuaian target kinerja
dengan DLH dan Dinas Kehutanan Provinsi.
11. Berkurangnya Area Tangkapan dan Terdegradasinya Lahan di
Sekitar Sumher Air
Area tangkapan (catchment area) air (wilayah sekitar sumber air) menjadi
sesuatu yang paling penting ketika pemerintah melalui fungsi-fungsi OPD
ingin memaksimalkan pelayanan air bersih kepada masyarakat. Hilang dan
terus berkurangnya wilayah tangkapan air di Kabupaten Kutai Timur bisa
menjadikan layanan air minum (dari sisi kualitas maupun ketersediaan
dan kecukupan) bisa terganggu. DLH Kutai Timur harus bisa menjadikan
area tangkapan di sekitar sumber mata air menjadi area yang tidak lagi
terganggu oleh aktivitas ekonomi lainnya. Wilayah-wilayah strategis
seperti kawasan karst harus bisa dijaga kelangsungan keanekaragaman
hayatinya sehingga bisa memberikan kontribusi yang maksimal bagi
perbaikan kualitas dan jaminan kecukupan air bersih untuk waktu-waktu
mendatang. Posisi strategis ini juga harus dikawal baku mutunya agar
layanan kepada masyarakat benar-benar maksimal.
12. Meningkatnya Kerusakan Wilayah Karst
Wilayah Karst ditengarai sebagai salah satu wilayah yang cukup
diandalkan dalam pemurnian dan perbaikan kualitas air bersih. Akan
tetapi dalam beberapa waktu terakhir ancaman pengembangan ekonomi
lewat alihfungsi lahan justru mengurangi luas dan kualitas karst di
beberapa wilayah Kabupaten Kutai Timur. Hal ini harus memperoleh
respon penting dan teknis dari DLH karena kawasan karst adalah salah
satu kawasan strategis yang bisa memberikan banyak keunggulan bagi
Kabupaten Kutai Timur. Penguatan dan peningkatan kualitas kawasan
karst bisa diintervensi lewat strategi pengendalian dan pelestarian
keanekaragaman hayati.
13. Tingginya Laju Deforestasi dan Tingginya Emisi Gas Rumah Kaea
Laju deforestasi dan emisi GRK yang tinggi akan sangat mempengaruhi
kinerja dan target-target capaian kinerja yang sudah ditentukan oleh DLH
56 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Kabupaten Kutai Timur. Hal ini dikarenakan isu lingkungan yang terkait
dengan dua hal ini sangat strategis dan berimplikasi pada kerusakan
lingkungan yang akut. Posisi Kutai Timur yang dijadikan sasaran
pengembangan industri ekstraktif dan perkebunan kelapa sawit bisa
membuat sejumlah OPD membiarkan kerusakan hutan dan alih fungsi
lahan yang terjadi secara masif. Padahal, kinerja positif dari OPD-OPD
terkait termasuk DLH sangat ditentukan oleh sejauh mana laju deforestasi
bisa ditekan dan emisi GRK bisa dikurangi.
14. Rusaknya Ekosistem Pesisir (Mangrove, Terumbu Karang, dan
Padang Lamun)
Pencemaran dan penurunan kualitas air, udara dan tanah di Kabupaten
Kutai Timur diikuti dengan kerusakan yang luar biasa di ekosistem
pesisir. Rusaknya ekosistem pesisir antara lain hilang dan rusaknya
mangrove, terumbu karang dan padang lamun merupakan ancaman lain
bagi kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Perbaikan
sedini mungkin, pencegahan yang terarah dan memiliki fokus pada
kawasan ekosistem pesisir yang sudah rusak merupakan sesuatu yang
sangat penting dan sangat strategis untuk segera dilakukan oleh DLH. Hal
ini selain untuk menjamin adanya kinerja pengendalian dan penguatan
lingkungan hidup, juga bisa menjamin adanya dampak eksternalitas yang
lebih luas.
15. Reklamasi dan Rehabilitasi Lahan yang Belum Sesuai dengan Target
yang Diharapkan
DLH dalam koordinasinya dengan level pemerintahan yang lebih
tinggi (Provinsi) harus bisa mengupayakan upaya konstan dan kontinu
terhadap lahan-lahan yang rusak pasca pertambangan. Reklamasi dan
rehabilitasi lahan berperan penting dalam pengembalian (normalisasi)
dan penghidupan kembali (revitalisasi) lahan yang hancur akibat aktivitas
ekstraktif bahan tambang dan mineral. Hasil observasi menunjukkan
begitu banyak lahan bekas tambang di Kabupaten Kutai Timur belum
direklamasi dan direhabilitasi sama sekali. PemerintahKutai Timurmelalui
DLH harus bisa memberikan argumentasi yang logis dan berimbang
mengenai realitas lahan pasca tambang di Kabupaten Kutai Timur agar
langkah dan upaya perbaikan dari Provinsi Kalimantan Timur bisa segera
dikedepankan sebagai sesuatu yang benar-benar mendesak (urgent).
57 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
16. Meluasnya Bukaan Lahan Setiap Tahun
Peningkatan ratusan ribu hektar lahan sawit dalam lima tahun terakhir
menunjukkan bahwa fokus dan orientasi pembangunan ekonomi di
Kabupaten Kutai Timur masih berputar di sekitar pengembangan
agroindustri perkebunan sawit yang sesungguhnya tidak sejalan dengan
ideal dan spirit green economy Provinsi Kalimantan Timur. Dengan
bertambah luasnya lahan sawit dari waktu ke waktu akan menimbulkan
ancaman yang besar bukan saja terhadap keseimbangan dan
kesinambungan ekosistem, melainkan juga akan memberikan pengaruh
yang signi ikan terhadap kualitas dan kecukupan air bersih, ruang hidup
pertanian dan komoditi andalan, perbaikan pengelolaan ketahanan
pangan dan lain sebagainya. Di atas semua itu, ekspansi perkebunan sawit
tentunya memberikan pengaruh luar biasa pada penurunan kualitas
lingkungan hidup, khususnya mengenai daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
58 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Bab ini akan memaparkan visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi dan
kebijakan.Visi,misi, tujuandansasaransertastrategidankebijakandirumuskan
sebagai upaya menyelesaikan permasalah lingkungan hidup di Kabupaten
Kutai Timur yang telah dipaparkan pada bab tiga. Berikut di bawah ini adalah
pemaparan visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi dan arah kebijakan Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kutai Timur periode 2016-2020.
A. Visi dan Misi OPD
Pada bagian ini akan dikemukakan rumusan pernyataan visi dan misi DLH. Visi dan
misi Kepala Daerah tersebut pada level berikutnya diturunkan ke tujuan, sasaran,
strategi dan kebijakan.Merujuk pada undang-undang No 23 tahun 2014 tentang
PemerintahDaerah,visidanmisiDLHmenggunakanvisidanmisiKepalaDaerahyang
dituangkan dalam RPJMD. Adapun visi yang dituangkan dalam RPJMD dan dijadikan
rujukan dalam penyusunan Restra DLH ini adalah 'Terwujudnya kemandirian Kutai
Timur melalui pembangunan agribisnis dan agroindustri'. Selanjutnya, misi yang
digunakan rujukan dalam penyusunan Renstra DLH ini adalah misi keempat, yaitu
meningkatkan pengelolaan ruang untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
lebih baik, lebih sehat dan nyaman bagi kehidupan manusia.
59 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah OPD
Pada bagian ini akan dikemukakan rumusan pernyataan tujuan dan
sasaran jangka menengah DLH. Tujuan dan sasaran adalah tahap
perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi
dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang
selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja DLH
selama lima tahun. Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal
yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi,
memecahkan permasalahan, dan menangani isu strategis daerah yang
dihadapi.
Sementara itu, sasaran dide inisikan sebagai hasil yang diharapkan dari suatu
tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesi ik, mudah dicapai, rasional,
untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Perumusan sasaran perlu memperhatikan indikator kinerja sesuai tugas dan
fungsi DLH atau kelompok sasaran yang dilayani, serta pro il pelayanan yang
terkait dengan indikator kinerja. Tujuan dan sasaran tersebut selanjutnya akan
diturunkan menjadi strategi dan arah kebijakan.
Dalam rangka mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan permasalahan,
dan menangani isu strategis daerah yang dihadapi, DLH Kabupaten Kutai
Timur menetapkan tiga tujuan dengan satu indikator tujuan indeks kualitas
lingkungan hidup. Adapun tiga tujuan dimaksud adalah:
1. Meningkatkan Pengelolaan Biodiversity/keanekaragaman hayati dan
Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup;
2. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan;
3. Meningkatkan Tata Kelola Lingkungan Hidup.
Pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah DLH beserta indikator
kinerjanya secara detil akan disajikan dalam narasi berikut:
1. Tujuan 1: Meningkatkan Pengelolaan Biodiversity/ keanekaragaman hayati dan Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
Tujuan1terfokuspadapeningkatanpengelolaanbiodiversity/keanekaragaman
hayati. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, menjelaskan bahwa sumber daya alam hayati
adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati
(tumbuhan) dan hewani (satwa) yang bersama dengan unsur nonhayati
disekitarnya yang membentuk ekosistem. Pengelolaan sumber daya alam
hayati sendiri menjadi tanggungjawab pemerintah dalam hal ini pemerintah
60 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
pusat dan daerah berikut juga masyarakat. Pentingnya pengelolaan sumber
daya alam hayati juga tertuang pada Renstra Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Tahun 2015-2019 yang menempatkan keanekaragaman hayati
sebagai sasaran dalam pembangunan berkelanJtn dari aspek lingkungan hidup.
Di Indonesia berdasarkan data IUCN, terdapat 2 spesies satwa dalam kategori
punah, 66 spesies berkategori kritis, dan 167 spesies kondisi genting. Untuk
tumbuhan, 2 spesies punah, 11S spesies kritis, dan 72 spesies berstatus genting.
Sementara itu, di Kabupaten Kutai Timur terdapat 10 spesies mamalia yang
terancam punah dan 3 spesies diantaranya yaitu hewan yang dilindungi negara
yaitu Beruang Madu, Orangutan, dan Babi Hutan. Selain itu juga terdapat 6
spesies burung yang menjadi prioritas tinggi dilindungi dan 1 spesies prioritas
sangat tinggi (Permenhut No. S7 Tahun 2008). Untuk tumbuhan di Kabupaten
Kutai Timur terdapat 4 spesies yang terancam punah dan masuk dalam daftar
IUCN.
Tingginya sumber daya alam hayati di Kabupaten Kutai Timur berbanding
terbalik dengan alih fungsi lahan diantaranya hutan primer dan semak
belukar yang mengalami penyusutan paling ekstrim selama tahun
2000 hingga
2014, dan terjadi penambahan luas lahan tutupan untuk sawit
monokultur, pertambangan, dan permukiman selama tahun yang sama.
Dengan demikian, diperlukan rencana aksi terkait perlindungan
keaneragaman hayati di Kabupaten Kutai Timur yang meliputi
peningkatan pelestarian kawasan konservasi serta lora dan fauna yang
ada didalamnya, pemanfaatan lestari, dan peningkatan kualitas data dan
informasi keanekaragaman hayati
61 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
No Tujuan Indikator Tujuan Target Akhir Sasaran Indikator Sasaran 1
2
3
4
5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Meningkatkan Indeks Kualitas Meningkatnya Persentase Kawasan 10% 10% 10% 10%
Pengelolaan Lingkungan konservasi sumber daya konservasi yang Biodiversity/ alam hayati dilestarikan
Keanekaragaman Meningkatnya Persentase luas kawasan 10% 10% 10% 10%
Hayati
pemanfaatan lestari konservasi yang siap sumber daya alam hayati untuk dimanfaatkan (pendidikan, ekowisata
dll)
Persentase luas RTH 28% 28% 28% 16% terhadap total luas kawasan perkotaan
Tabet 4. 1 Tujuan 1 dan Sasaran Jangka Menengah Petayanan DLH Kabupaten Kutai Timur
Target Kinerja Sasaran Pada Tahun Ke
62 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2. Tujuan 2: Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Tujuan kedua dari Rencana strategis Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kabupaten Kutai Timur memberi aksentuasi pada serangkaian upaya untuk
meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persoalan
ini menjadi sesuatu yang sangat signi ikan dan strategis karena dengan
holistisitas intervensi dan pengawalan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, akar masalah lingkungan bisa diidenti ikasi dan bisa dijadikan
acuan dalam menyusun perencanaan dan implementasi pembangunan baik
yang berhubungan dengan lingkungan hidup maupun di sektor-sektor lain.
Persoalan daya dukung lingkungan yang harus ditingkatkan dan daya tampung
lingkungan yang harus dipertahankan agar tetap proporsional mengandaikan
adanya komitmen dan konsistensi daerah dalam merujuk capaian dan kinerja
DLH. Di titik ini kesempatan untuk kian memantapkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dari waktu ke waktu menjadi sesuatu yang harus segera
direspon DLH Kutai Timur.
63 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabet 4. 2 Tujuan 2 dan Sasaran Jangka Menengah Petayanan DLH Kabupaten Kutai Timur
No Tujuan Indikator
Tujuan
Target
Akhir
Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran Target Kinerja Pada Tahun
I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
2 Meningkatkan
Daya Dukung dan
Daya Tampung
Lingkungan
IKL Meningkatkan Daya
Dukung dan Tetap
Dipertahankannya
Daya Tampung
Lingkungan
Jumlah Pencemaran Lingkungan 15% 15% 15% 15% 15%
Jumlah Perusakan Lingkungan 1 data 1 data 1 data 1 data
Cakupan Pelaku Usaha yang Sudah
Menerapkan Pengelolaan Limbah dan limbah
B3
1 data 1 data 1 data 1 data
Cakupan Rumah Tangga di wilayah Perkotaan
yang sudah menerapkan pengelolaan limbah
20% 20% 20% 20% 20%
Cakupan UKM yang sudah menerapkan
pengelolaan limbah dan limbah B3
10 10 10 10
Cakupan Rumah Tangga di wilayah Perkotaan
yang sudah menerapkan pengelolaan limbah
2
IPAL
2 IPAL 2 IPAL 2
IPAL
Baku Mutu Lingkungan (Air, Udara, Tanah) 8 Kec 10
Kec
12 Kec 15 Kec 18
Kec
64 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tujuan kedua ini ditopang oleh satu sasaran yakni meningkatnya daya
dukung lingkungan dan dipertahankannya daya tampung lingkungan secara
proporsional. Sasaran ini akan bisa terwujud sebagai kinerja dan keberhasilan
DLH ketika 7 indikator sasaran bisa dipenuhi dan memberikan hasil yang
maksimal. Dengan meningkatnya daya dukung lingkungan diharapkan beberapa
ideal kebijakan yang lebih besar seperti spirit green economy Provinsi
Kalimantan Timur maupun target perbaikan Lingkungan Hidup secara nasional
bisa didukung oleh perbaikan peningkatan daya dukung lingkungan di tingkat
Kabupaten Kutai Timur. Hal yang sama berlaku juga untuk hitung-hitungan yang
proporsional dan seimbang mengenai posisi daya tampung lingkungan hidup di
Kutai Timur. Daya tampung lingkungan yang masih proporsional ini diharapkan
bisa dipertahankan untuk keberlanJtn maupun kelangsungan lingkungan hidup
yang tentunya berkontribusi bagi kemajuan dan pengembangan wilayah.
Sasaran ini memiliki tujuh indikator sasaran yakni:
a. Jumlah Pencemaran Lingkungan. Jumlah pencemaran Lingkungan
menjadi sesuatu yang harus ditekan hingga berada di angka nol. Namun,
ideal ini tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan sumber daya
yang ada. Pentahapan target capaian dalam 5 tahun periode Renstra
menjadi sesuatu yang penting untuk melihat tren penurunan jumlah
pencemaran lingkungan hingga angka nol.
b. Jumlah Perusakan Lingkungan. Jumlah perusakan lingkungan hidup
menjadi indikator yang juga bisa menggambarkan sejauh mana daya
dukung lingkungan nantinya bisa ditingkatkan. lnstrumentasi ini berbasis
pada isu lingkungan yang ada juga tugas dan fungsi DLH yang selama ini
dijalankan DLH.
c. Volume Sampah. Sebagai indikator yang diusahakan beberapa instansi,
volume sampah juga bisa menampung kinerja DLH, khususnya pada
perbaikan perilaku, kebiasaan dan kreativitas masyarakat. Jika secara
teknis, proses pengangkutan sampah ke TPA dilakukan oleh UPTD
Persampahan, maka DLH Kutai Timur dengan serangkaian kerjanya
akan memastikan bahwa masyarakat benar-benar teredukasi di level
kognisinya untuk mengerti dan paham mengenai apa itu, bahaya dan
ancaman lingkungan yang bisa terjadi dengan adanya pengelolaan sampah
yang buruk.
d. Cakupan Pelaku Usaha yang Sudah Menerapkan Pengelolaan Limbah
dan Limbah 83. Fokus indikator ini adalah pada penyadaran para pelaku
usaha yang kemudian disusul dengan pengawalan dan pengawasan di level
implementasinya.
e. Cakupan UKM yang sudah menerapkan pengelolaan limbah dan
limbah 83. Jika pada indikator sebelumnya titik tekan kinerja DLH ada
65 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
pada interaksi dan konektivitasnya dengan pelaku usaha besar, makan
pada indikator ini, DLH terkoneksi dengan rangkaian upaya penyadaran
dan pengembangan kapasitas pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).
f. CakupanRumahTanggadiwilayahPerkotaanyangsudahmenerapkan
pengelolaan limbah. Indikator ini adalah kelanJtn pengukuran kinerja
DLH khususnya yang berkaitan dengan kinerja dan pelayanan DLH di
tengah masyarakat. Tingkat kesadaran dan kreativitas masyarakat dalam
mengelola limbah rumah tangga akan diuji di satu sisi dan di sisi lainnya
akan menjadi ukuran apakah DLH Kutai Timur berhasil dalam penguatan
pengelolaan limbah di level masyarakat.
g. Baku Mutu Lingkungan (Air, Udara, Tanah). Pengujian kelayakan untuk
menentukan baku mutu membutuhkan konsentrasi dan kerja serius dari
DLH Kutai Timur. Sebagai indikator yang nantinya mendukung tujuan
peningkatan daya dukung dan daya saing lingkungan hidup, perbaikan dan
peningkatan baku mutu lingkungan menjadi salah satu jawaban
bagaimana DLH berhasil dalam pelayanannya.
3. Tujuan 3: Meningkatkan Tata Kelola Lingkungan Hidup
Tujuan ketiga dari Renstra DLH ini dirumuskan guna meningkatkan
pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kutai Timur. Sebagai Kabupaten
yang memiliki potensi alam yang besar, tata kelola lingkungan yang baik sangat
dibutuhkan untuk menjaga kualitas lingkungan hidup di Kutai Timur. Tata
kelola lingkungan ini dibutuhkan agar pemanfaatan lingkungan, baik itu
yang dilakukan oleh masyarakat, pelaku usaha maupun pemerintah,
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Permasalahan yang banyak
ditemui selama ini adalah aspek pemanfaatan yang mengabaikan pelestarian
lingkungan. Akibatnya, terjadi degradasi lingkungan secara besar-besaran yang
berdampak pada keseimbangan alam yang salah satunya dicirikan dengan
munculnya sejumlah bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu
menjadi penting untuk meningkatkan tata kelola lingkungan dengan
menyediakan payung regulasi terkait pemanfaatan dan pelestarian lingkungan
hidup, mengawasi penerapan regulasi lingkungan hidup, menyediakan data
lingkungan hidup sebagai basis pengambilan kebijakan serta meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
66 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabet 4. 3 Tujuan 3 dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Lingkungan Hidup
67 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Selanjutnya penetapan tujuan untuk meningkatkan tata kelola lingkungan
hidup dimaksudkan untuk mencapai kondisi meningkatnya kepatuhan
terhadap regulasi lingkungan hidup dan meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Masing-masing kondisi tersebut
memiliki ukuran keberhasilan pencapaian kinerja (indikator sasaran).
Sasaran meningkatnya kepatuhan terhadap regulasi lingkungan hidup memiliki
indikator sasaran persentase penerapan kebijakan lingkungan. Asumsinya
adalah bahwa untuk mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang baik,
dibutuhkan kebijakan yang mengatur pemanfaatan sekaligus pelestarian
lingkungan hidup. Untuk memastikan bahwa kebijakan yang tersedia
tersebut dipatuhi oleh masyarakat, pelaku usaha maupun pemerintah, maka
dilakukanlah serangkaian upaya yang dilakukan oleh DLH untuk mengetahui
bahwa kebijakan (dalam bentuk regulasi) lingkungan telah diterapkan secara
baik oleh masyarakat, pelaku usaha maupun pemerintah. Upaya yang dilakukan
oleh DLH tersebut selanjutnya digunakan sebagai indikator kinerja sasaran
OPD ini. Cara penghitungan indikator tersebut dilakukan dengan membagi
jumlah kebijakan lingkungan yang diterapkan dengan total jumlah kebijakan
yang ada dikalikan seratus persen.
Sasaran kedua dari tujuan ini adalah meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan indikator sasaran persentase
kelompok masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Sebagai bagian terbesar dari entitas Kabupaten Kutai Timur, masyarakat
Kutai Timur memiliki peran strategis dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang memiliki dimensi yang cukup banyak membutuhkan
keterlibatan aktif dari masyarakat. Meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup ini selanjutnya dijadikan indikator
sasaran DLH.
C. Strategi dan Kebijakan Dinas Lingkungan Hidup
Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan strategi dan kebijakan DLH
dalam lima tahun mendatang. Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan
perencanaan komperhensif tentang bagaimana OPD mencapai tujuan dan
sasaran dengan efektif dan e isien. Dengan pendekatan yang komprehensif,
strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,
reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategik tidak saja
mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang
68 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan
dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memberbaiki kinerja dan kapasitas
birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi.
Berikut di bawah ini adalah strategi dan arah kebijakan DLH:
1. Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan 1: Meningkatkan Pengelolaan
Biodiversity/keanekaragaman hayati dan Meningkatkan Kualitas
Lingkungan Hidup
Dalamrangka mengakselarasi tujuan pertama dan sasaranya, maka dirumuskan
strategi dan arah kebijakan untuk lebih menfokuskan program dan kegiatan,
sehingga meningkatkan pengelolaan biodiversity/keanekaragaman hayati
dapat diwujudkan. Adapun arah kebijakan yang akan diterapkan dalam kurun
waktu lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:
Tabet 4. 4 Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan 1
Dinas Lingkungan Hidup
Berikut ulasan strategi dan arah kebijakan yang berhubungan dengan tujuan
pertama:
a. Peningkatan konservasi sumber daya alam di kawasan konservasi dan
lindung. Strategi ini memerankan tugas DLH untuk terlibat secara langsung
dalam menjaga kelestarian sumber daya alam hayati. Adapun pelestarian
yang dilakukan terbatas pada kawasan ekosistem esensial sesuai dengan
kewenangan pemerintah Kabupaten Kutai Timur.
b. Pengembangan kawasan lindung dan konservasi sebagai kawasan
ekowisata. Strategi ini memberikan tantangan baru untuk DLH, tidak
hanya melakukan pelestarian sumber daya alam hayati, juga terlibat
69 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
untuk promosi dan edukasi sumber daya alam hayati yang dimiliki oleh
Kabupaten Kutai Timur. Promosi dan edukasi yang dilakukan diharapkan
mampu mendorong partisipasi masyarakat untuk turut terlibat dalam
pelestarian sumber daya alam hayati.
c. Peningkatan luas kawasan RTH. Strategi ini sesuai dengan tugas dan
fungsi DLH untuk melaksanakan koordinasi dan mendorong perluasan
kawasan RTH diwilayah perkotaan. Adapun fokus pengembangan RTH ini
dilakukan hingga tingkat kecamatan, sehingga diakhir masa Renstra setiap
kecamatan memiliki RTH yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat dan
juga mendukung lingkungan yang lestari.
2. Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan 2: Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Untuk mengakselerasi, mendukung atau bahkan memastikan tujuan-tujuan
yang ada bisa diimplementasikan dalam program dan kegiatan DLH secara
maksimal, dibutuhkan beberapa strategi dan arah kebijakan yang diharapkan
bisa memberi kepastian mengenai pusat intervensi, aktor, sumber daya, lokasi,
dan batasan-batasan pengukuran kinerja lainnya yang objektif dan terpadu.
Berikut dipaparkan strategi dan arah kebijakan yang terkait dengan tujuan
kedua Renstra DLH Kutai Timur.
Tabet 4. 5 Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan 2
Dinas Lingkungan Hidup
Tujuan: Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatnya Daya Dukung dan Tetap Dipertahankanya Daya Tampung Lingkungan
Peningkatan koordinasi antar stakeholder dalam pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan perusakan
Perlindungan kawasan daya tampung dan daya dukung lingkungan
Pencegahan pencemaran dan perusakan di kawasan-kawasan rawan bencana
lingkungan Peningkatan kualitas air rawa di Kawasan Esensial Lahan Basah
Pengembangan laboratorium lingkungan
Peningkatan kualitas air sungai Sangatta,
Sungai Bengalon, Sungai Muara Wahau, Sungai
Karangan
Peningkatan pengelolaan Pengembangan kebijakan dan teknologi
sampah pengelolaan sampah
Peningkatan pengelolaan Intensi ikasi pengawasan pengelolaan limbah
limbah secara mandiri perusahaan dan domestik
Peningkatan Kualitas Air, Peningkatan pengawasan dan pembinaan
Udara dan Tanah mengenai kualitas Air, Udara dan Tanah
70 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Berikut ulasan strategi dan arah kebijakan yang berhubungan dengan tujuan
kedua:
a. Peningkatan Koordinasi antar-stakeholder dalam pencegahan dan
penanggulangan pencemaran dan perusakan lingkungan. Strategi
ini memainkan peran besar DLH sebagai koordinator lintar-sektor dan
stakeholder khususnya dalam merumuskan dan mencapai cita-cita besar
terkait pengentasan pencemaran dan perusakan lingkungan. Ujung dari
strategi ini adalah semakin membaiknya kualitas, daya dukung dan daya
tampung lingkungan dari waktu ke waktu. Beberapa arah kebijakan yang
dipakai dalam memperkuat strategi ini adalah: a. perlindungan kawasan
daya tampung dan daya dukung lingkungan, b. pencegahan pencemaran
dan perusakan di kawasan-kawasan rawan bencana, c. peningkatan
kualitas air rawa dan di kawasan esensial lahan basah, d. pengembangan
laboratorium lingkungan, dan e.peningkatan kualitas air Sungai Sangatta,
Bengalon, Muara Wahau dan Karangan.
b. Peningkatan Pengelolaan Sampah. Merujuk pada tugas bersama
DLH dan beberapa instansi terkait persoalan ini, sepantasnya gebrakan
kolaboratif yang holistis diintegrasikan dalam strategi ini. Pengelolaan
sampah jangan lagi dititikberatkan hanya kepada salah satu fungsi, unit
atau OPD. Dengan kapasitasnya yang harus kuat dalam perumusan dan
perencanaan, DLH Kutai Timur diharapkan mampu mendukung strategi ini
dengan arah kebijakannya yakni pengembangan kebijakan dan teknologi
pengelolaan sampah.
c. Peningkatan Pengelolaan limbah secara mandiri. Strategi ini berada
di level koordinasi yang diharapkan bisa memperkuat pengelolaan
lingkungan dari sudut pandang identi ikasi, penjaringan, pengembangan
dan penguatan partisipasi masyarakat secara luas. Tentunya fokus strategi
ini harus juga memberi ruang pada pelaku usaha besar-menengah-kecil
dan masyarakat kebanyakan. Dan untuk itu untuk mendukung strategi
ini DLH Kutai Timur menentukan arah kebijakan yang lebih merujuk
pada kedalaman dan inti partisipasi yakni, Intensi ikasi pengawasan
pengelolaan limbah perusahaan dan domestik.
d. Peningkatan Kualitas Air, Udara dan Tanah. Strategi ini dijalankan
sebagai salah satu kompetensi intifpenting DLH (core competency). Kinerja
DLH sebagai badan yang paling bertanggung jawab untuk soal perbaikan
dan peningkatan kualitas lingkungan hidup ditentukan salah satunya
melalui strategi ini. Arah kebijakan yang digunakan di sini adalah
Peningkatan pengawasan dan pembinaan mengenai kualitas Air, Udara
dan Tanah. Diharapkan dengan pendekatan yang integratif antara arah
kebijakan dan strategi yang diusung, cita-cita lingkungan sehat dan
nyaman bisa menjadi sesuatu yang nyata.
71 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
3. Meningkatkan Tata Kelola Lingkungan Hidup
Untuk memastikan bahwa tujuan yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan
pemecahan permasalahan serta fokus dan lokus yang akan dituju, maka
dibutuhkan beberapa strategi dan arah kebijakan yang diharapkan bisa
memberi kepastian mengenai pusat intervensi, aktor, sumber daya, lokasi,
dan batasan-batasan pengukuran kinerja lainnya yang objektif dan terpadu.
Berikut dipaparkan strategi dan arah kebijakan yang terkait dengan tujuan
ketiga Renstra DLH Kutai Timur.
Tabet 4. 6 Strategi dan Arah Kebijakan Tujuan
Dinas Lingkungan Hidup
Dalam konteks ini DLH memiliki peran yang sangat strategis sebagai
penganggungjawab sebagian dari urusan lingkungan yang ada di Kabupaten
Kutai Timur. Sehingga, dalam rangka meningkatkan tata kelola lingkungan
hidup perlu dirumuskan strategi pembinaan dan penegakan hukum lingkungan
dilakukan. Strategi tersebut difokuskan padapembinaan dan Pengawasan
terhadap pelaku usaha dan masyarakat serta peningkatan Partisipasi
Masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan (air, udara, tanah). Asumsinya,
ketika tata kelola lingkungan hidup di Kabupaten Kutai Timur dari hulu sampai
hilir telah diintervensi dengan baik, maka resiko kerusakan lingkungan dapat
diminimalis
72 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
Pada bagian ini akan dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator
kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif. Program DLH merupakan
program prioritas RPJMD yang sesuai dengan tugas dan fungsi DLH. Rencana
program prioritas beserta indikator keluaran program dan pagu, selanjutnya
dijabarkan kedalam rencana kegiatan. Kegiatan dipilih berdasarkan strategi
dan kebijakan jangka menengah DLH. Indikator keluaran program prioritas
yang telah ditetapkan tersebut, merupakan indikator kinerja program yang
berisi outcome program. Outcome merupakan manfaat yang diperoleh
dalam jangka menengah untuk bene iciaries tertentu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
Berikut di bawah ini adalah paparan rencana program dan kegiatan, indikator
kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif yang disajikan pertujuan:
A. Tujuan 1: Meningkatkan Pengelolaan Biodiversity/
Keanekaragaman Hayati
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya memiliki peranan penting dalam
lingkaran kehidupan. Unsur-unsur sumber daya alam hayati pada dasarnya
73 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
memiliki ketergantungan satu sama lain, sehingga kerusakan dan kepunahan
salah satu unsur berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem. Sementara
itu, persoalan keanekaragaman hayati yang terjadi di Kabupaten Kutai Timur
adalah semakin meningkatnya kepunahan flora dan fauna akibat menyusutnya
luas hutan primer yang menjadi ekosistem akibat aktivitas manusia.
Dengan demikian diperlukan berbagai tindakan-tindakan seperti: pencegahan
hilangnya keanekaragaman hayati yang tidak dapat dipulihkan, merumuskan
solusi-solusi aternatif yang dapat memperkecil kepunahan keanekaragaman
hayati, mencari perluang mitigasi dan rehabilitasi terkait pemulihan
keanekaragaman hayati. Adapun program dan kegiatan yang dapat dilakukan
dalam kurun waktu 2016-2020 untuk menjaga kelestarian sumber daya alam
hayati adalah sebagai berikut:
1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
• Pendataan Keanekaragaman Hayati
• Perlindungan kawasan karst
• Perlindungan kawasan lahan basah
• Penyusunan dan penetapan dokumen wilayah ekoregion Kab. Kutai
Timur
2. Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan di kawasan-
kawasan konservasi laut dan hutan
• Promosi kawasan ekowisata
• Edukasi dan sosialiasi sumber daya alam hayati di kawasan konservasi
• Pengembangan kerjasama dalam penelitian di kawasan konservasi
3. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
• Pengembangan kawasan RTH
B. Tujuan 2. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan
Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup memberikan gambaran jelas
mengenai kesiapan dan ketangguhan pemerintah daerah dalam menjamin
adanya pengelolaan dan pengendalian yang maksimal terhadap lingkungan
hidup.Konsentrasipadapenyusunandokumenperencanaan,kajian,peyusunan
dokumen acuan sampai pada pelaksanaan program dan kegiatan pendukung
adalah hal-hal yang diharapkan bisa memberikan gambaran kinerja yang
74 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
objektif mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan yang boleh jadi
selama ini terabaikan dalam dinamika kebijakan yang ada.
Tujuan 3: Meningkatkan Tata Kelola Lingkungan Hidup
Aspek tata kelola merupakan aspek yang cukup strategis dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Denganya, hal-hal yang telah ditetapkan pada tujuan 1
dan tujuan 2 dapat bergerak sinergis dengan tetap memperhatikan aspek
kelestarian serta pelestarian lingkungan hidup. Aspek tata kelola ini sengaja
dirumuskan oleh DLH Kutai Timur sebagai garansi bahwa spirit pembangunan
yang diselenggarakan oleh Kabupaten Kutai Timur adalah pembangunan yang
berkelanjutan.
Selanjutnya untuk memastikan hal-hal tersebut kemudian disiapkanlah
seperangkat instrumen yang memayungi penataan dan pengelolaan
lingkungan hidup di Kutai Timur. Salah satu instrumen tersebut adalah
adanya regulasi yang mengatur penataan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Dinas Lingkungan Hidup memiliki kewajiban memantau penerapan sejumlah
regulasi lingkungan hidup dalam rangka mengendalikan pencemaran dan
perusakan lingkungan Hidup serta merehabilitasi serta memulihkan cadangan
alam. Upaya besar yang dibahasakan sebagai program tersebut didukung
oleh sejumlah kegiatan, diantaranya adalah penanganan kasus lingkungan,
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan (Amdal, UKL-UPL, SPPL),
penyusunan RPPLH, penyusunan dokumen status lingkungan hidup daerah
(SLHD), penyusunan database lingkungan hidup, pengawasan pelaksanaan
terhadap izin lingkungan, penyusunan kebijakan teknis pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, pemantauan kualitas air sungai,
peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA
serta persipan dan evaluasi penilaian adipura.
Secara detail program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan
pendanaan indikatif untuk tujuan 1, tujuan 2, dantujuan 3 disajikan pada Tabel 5.1.
75 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Tabel 5. 1 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
2,05
2.05.01.01
2.05.01.01.02 Penyediaan Jasa
Komunikasi, Sumber
Daya Air dan Listrik
Peningkatan
Kapasitas
Pemerintahan
Tersedianya
Jasa
Komunikasi
Listrik dan Air
100% 40.000.000 100% 40.000.000 100% 65.000.000 100% 50.784.800 100% 195.784.800
2.05.01.01.07 Penyediaan Jasa
Administrasi
Keuangan
Persentase
Pelaksanaan
Jasa Keuangan
Terlaksananya
Jasa Keuangan
80% 546.967.500 100% 65.320.000 80% 160.000.000 100% 246.362.790 100% 340.532.200 100% 1.359.182.490
2.05.01.01.08 Penyediaan Jasa
Kebersihan Kantor
Peningkatan
Kapasitas
Pemerintahan
Terlaksananya
Kebersihan
Kantor
100% 222.852.000 100% 129.800.000 100% 352.652.000
2.05.01.01.10 Penyediaan Alat Tulis
Kantor
Jumlah Alat
Tulis Kantor
yang Tersedia
Tersedianya
Alat Tulis
Kantor
70% 48.556.000 75% 30.000.000 100% 47.813.800 100% 126.369.800
2.05.01.01.16 Penyediaan Makanan
dan Minuman Rapat
Peningkatan
Kapasitas
Pemerintahan
Tersedianya
Makan dan
Minum Rapat
10 Kali 30.000.000 11 Kali 33.280.000 11 Kali 55.384.800 50 Kali 118.664.800
2.05.01.01.17 Rapat-Rapat
Koordinasi dan
Konsultasi ke Luar
Daerah
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Terlaksananya
Menghadiri
Rapat/
Undangan/Koor
dinasi/Konsulta
si
50 Kali 415.000.000 20 Kali 173.000.000 20 Kali 419.477.100 20 Kali 354.330.350 110 kali 1.361.807.450
2.05.01.01.19 Rapat-Rapat
Koordinasi dan
Konsultasi ke Dalam
Daerah
Peningkatan
Kapasitas
Pemerintahan
Meningkatnya
Jumlah
Menghadiri
Rapat/Koordina
si
30 Kali 118.000.000 10 Kali 40.000.000 20 Kali 60.000.000 20 Kali 106.177.600 80 kali 324.177.600
1.08.01.00.01.19 Rapat-rapat
Koordinasi dan
Konsultasi di Dalam
dan Luar Daerah
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Terlaksananya
Menghadiri
Rapat/
Undangan/Koor
dinasi/Konsulta
si
18 Kali 494.620.262 18 kali 494.620.262
1.08.01.00.01.21 Penyediaan
Pelayanan
Operasional Kantor
Kelancaran
Operasional
Kantor
Terlaksananya
Pelayanan
Opersional
Kantor
80% 244.901.843 80% 244.901.843
1.08.01.00.01.22 Pembuatan Laporan
dan Evaluasi Program
dan Kegiatan
Jumlah Buku
Laporan dan
Evaluasi
Tersedianya
Laporan dan
Evaluasi
Program dan
Kegiatan
20 Buku 83.611.750 20 Buku 83.611.750
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH
Lingkungan Hidup
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
Meningkatnya
kelancaran
administrasi
perkantoran
Meningkatny
apenyelengg
araan tata
pemerintaha
n di bidang
lingkungan
hidup yang
efektif,
efisien dan
akuntabel
Meningkatn
ya kinerja
penyelengga
raan tata
pemerintaha
n di bidang
lingkungan
hidup yang
efektif,
efisien,
transparan
dan
akuntabel
76 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2.05.01.02
2.05.01.02.05 Pengadaan kendaraan
dinas/operasional
Peningkatan
kelancaran
tugas
Terpeliharanya
kendaraan
dinas
3 Unit 1.500.000.000 4 Unit 1.840.295.600 4 Unit 581.000.000 11 Unit 3.921.295.600
2.05.01.01.02.10 Pengadaan Meubelair Peningkatan
kelancaran
tugas
Tersedianya
Meubeair
50% 200.000.000 50% 200.000.000
2.05.01.02.22 Pemeliharaan
rutin/berkala gedung
kantor
Peningkatan
Kapasitas
Pemerintahan
Terlaksananya
pemeliharaan
gedung kantor
80% 241.095.305 75% 90.000.000 100% 70.000.000 80% 88.018.500 80% 201.887.300 80% 691.001.105
2.05.01.02.23 Pemeliharaan
rutin/berkala mobil
jabatan
Peningkatan
kelancaran
tugas
Terpeliharanya
mobil dinas
5 Unit 288.500.000 3 Unit 80.000.000 5 Unit 55.000.000 5 unit 258.897.350 18 Unit 682.397.350
2.05.01.02.30 Pemeliharaan
rutin/berkala peralatan
kantor
Peningkatan
kelancaran
tugas
Terpeliharanya
peralatan
kantor
100% 111.500.000 100% 111.500.000
1.08.01.00.02.36 Pengadaan Meubelair,
Peralatan dan
Perlengkapan kantor
Persentase
Kebutuhan
Meubelair,
Peralatan dan
Perlengkapan
Kantor
Tersedianya
Meubelair,
Peralatan dan
Perlengkapan
Kantor
75% 165.733.000 75% 165.733.000
2.05.01.03
Meningkatnyapen
yelenggaraan tata
pemerintahan di
bidang lingkungan
hidup yang efektif,
efisien dan
akuntabel
Meningkatn
ya kinerja
penyelengga
raan tata
pemerintaha
n di bidang
lingkungan
hidup yang
efektif,
efisien,
transparan
dan
Meningkatnya
disiplin
aparatur (%)
2.05.01.03.02 Pengadaan pakaian
dinas beserta
perlengkapannya
Peningkatan
kelancaran
tugas
Tersedianya
pakaian dinas
untuk pegawai
100% 100.000.000 100% 100.000.000
Meningkatnyapen
yelenggaraan tata
pemerintahan di
bidang lingkungan
hidup yang efektif,
efisien dan
akuntabel
Meningkatn
ya kinerja
penyelengga
raan tata
pemerintaha
n di bidang
lingkungan
hidup yang
efektif,
efisien,
transparan
dan
akuntabel
Meningkatnya
kapasitas
aparatur
1.08.01.00.05.01 Pendidikan dan
Pelatihan Formal
Jumlah Personil
yang mengikuti
pelatihan teknis
Tersedianya
SDM yang
memiliki
kemampuan
teknis di BLH
33 Orang 98.227.688 33 Orang 98.227.688
2.05.01.06
2.05.01.01.06.07 Penyusunan Rencana
Strategis (Renstra)
Penyusunan
Rencana
Strategis
Tersedianya
Dokumen
Renstra Dinas
Lingkungan
Hidup
1 Buku 245.514.603 1 Buku 206.894.000 1 Buku 452.408.603
2.05.01.06.01 Penyusunan Laporan
Capaian Kinerja dan
Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD
Pelaksanaan
Administrasi
Tertib Laporan
Tersedianya
Laporan
Capaian
Kinerja
2 Dokumen 86.600.000 2 Dokumen 70.000.000 2 Dokumen 98.672.400 6 Dokumen 255.272.400
2.05.01.06.50 Fasilitasi
Penyelesaian
Kewajiban Kepada
Pihak Ketiga
Persentase
terlaksananya
penyelesaian
kewajiban
kepada pihak
ketiga
Terselesaikann
ya kewajiban
kepada pihak
ketiga
100% 309.001.000 100% 401.350.000 100% 710.351.000
2.05.01.06.08 Penyusunan Laporan
Keuangan
Semesteran dan Akhir
Tahun
Pelaksanaan
Administrasi
Tertib Laporan
Tersedianya
Laporan
Keuangan
2 Laporan 156.680.000 2 Laporan 156.680.000
Meningkatnyapen
yelenggaraan tata
pemerintahan di
bidang lingkungan
hidup yang efektif,
efisien dan
akuntabel
Meningkatn
ya kinerja
penyelengga
raan tata
pemerintaha
n di bidang
lingkungan
hidup yang
efektif,
efisien,
transparan
dan
akuntabel
terpenuhinya
kebutuhan
sarana dan
prasarana
Meningkatnyapen
yelenggaraan tata
pemerintahan di
bidang lingkungan
hidup yang efektif,
efisien dan
akuntabel
Meningkatn
ya kinerja
penyelengga
raan tata
pemerintaha
n di bidang
lingkungan
hidup yang
efektif,
efisien,
transparan
dan
akuntabel
meningkatnya
akuntabilitas
kinerja
aparatur
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Tujuan SasaranIndikator
SasaranProgram dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode
77 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
1.08.01.00.17
Pendataan
Keanekaragaman
Hayati
Database Kehati Tersedianya
Database
Kehati
-
Perlindungan
Kawasan Karst
Luas Kawasan
Karst yang
Dilindungi
Tersedianya
Kawasan Karst
yang Dilindungi
-
Penyusunan Profil
Tutupan Lahan
Dokumen Profil
Tutupan Lahan
Tersedianya
Dokumen Profil
Tutupan Lahan
-
Identifikasi
Masyarakat Hukum
Adat dan Kearifan
Lokal
Dokumen MHA
dan Kearifan
Lokal
Tersedianya
Dokumen MHA
dan Kearifan
Lokal
-
Perlindungan Koridor
Orang Utan
Luas Koridor
Orang Utan
yang Dilindungi
Tersedianya
Koridor Orang
Utan yang
Dilindungi
-
Perlindungan
Kawasan Lahan
Basah
Luas Kawasan
Lahan Basah
Tersedianya
Kawasan
Lahan Basah
-
Penyusunan Dokumen
Wilayah Ekoregion
Kab. Kutai Timur
Peta Region Per
Kecamatan
Tersedianya
Peta Region
Per Kecamatan
-
1.08.01.00.17.01 Konservasi Sumber
Daya Air dan
Pengendalian
Kerusakan Sumber-
Sumber Air
Peningkatan
Pendataan
Sumber Daya
Air dan
Kerusakan
Sumber Daya
Air
Jumlah Lokasi
Sumber Daya
Air dan
Kerusakan
Sumber daya
Air
20 Lokasi 134.318.500 20 Lokasi 134.318.500
1.08.01.00.17.05 Pengendalian Dampak
Perubahan Iklim
Peningkatan
Rapat
Koordinasi Antar
Stakeholder
Dalam
Pengendalian
Dampak
Perubahan Iklim
Jumlah
Koordinasi
dalam
Pengendalian
Dampak
Perubahan
Iklim
4 Kali 72.626.400 4 Kali 72.626.400
1.08.01.00.17.08 Pengendalian dan
Pengawasan
Pemanfaatan SDA
Peningkatan
Pengawasan
dan Evaluasi
Pelaku Usaha/
Kegiatan yang
wajib AMDAL
Jumlah Pelaku
Usaha/
Kegiatan yang
diawasi dan di
Evaluasi
45 Usaha 193.723.199 45 Usaha 193.723.199
1.08.01.00.17.10 Pengelolaan
Keanekaragaman
Hayati dan Ekosistem
Peningkatan
Pendataan
Keanekaragama
n hayati dan
Ekosistem
Jumlah
Kecamatan
yang terdata
keanekaragam
an hayati dan
ekosistem
1
Kecamatan
9.439.250 1
Kecamatan
9.439.250
1.08.01.00.17.15 Koordinasi
Peningkatan
Pengelolaan Kawasan
Konservasi
Peningkatan
Koordinasi
Pengelolaan
Konservasi
Jumlah
Koordinasi
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi
6 Kali 38.498.700 6 Kali 38.498.700
Program Perlindungan dan Konservasi SDA
Meningkatkan
Pengelolaan
Bioiversity/
Keanekaragam
an Hayati
Meningkatn
ya
Konservasi
SDA Hayati
Persentase
Kawasan
Konservasi
yang
Dilestarikan
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
78 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2.05.01.01.24
2.05.01.01.24.12 Penataan RTH Jumlah Lokasi
Taman yang
Terbangun
Tersedianya
Lokasi Taman
yang
Terbangun
5 Lokasi 59.663.000 5 Lokasi 100.000.000 5 Lokasi 159.663.000
Pemeliharaan RTH Luas RTH
Terpelihara
Tersedianya
RTH yang
Terpelihara
-
Penyusunan dan
Analisis Data /
Informasi Pengelolaan
RTH
Database RTH Tersedianya
Database RTH
-
1.08.01.00.21
Promosi Kawasan
Ekowisata
Jumlah Informasi
yang
Disebarluaskan
Melalui Website
Daerah
Tersedianya
Informasi yang
Disebarluaskan
Melalui
Website
Daerah
-
Jumlah Leaflet
yang
Disebarluaskan
Tersedianya
Leaflet yang
Disebarluaskan
-
Jumlah Pameran
yang Dilakukan
Terlaksananya
Pameran
Promosi
Kawasan
Ekowisata
-
Edukasi Sosialisasi
SDA Hayati di
Kawasan Konservasi
Jumlah
Pengunjung
Kawasan
Konservasi yang
Teredukasi
Terwujudnya
Pengunjung
Kawasan
Konservasi
yang
Teredukasi
-
1.08.01.00.21.01 Pengembangan
Ekowisata dan Jasa
Lingkungan
Dikawasan Konservasi
Peningkatan
Persentase
Pengelolaan
Ekowisata dan
Jasa lingkungan
di Kawasan
Konservasi
PersentaseKeh
adiran Petugas
Penjaga Hutan
WEHEA
35% 295.940.650 35% 295.940.650
Program Pengembangan Ekowisata dan Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut dan Hutan
Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Meningkatkan
Pengelolaan
Bioiversity/
Keanekaragaman
Hayati
Meningkatn
ya
Pemanfaata
n Lestari
Sumber
Daya Alam
Hayati
Persentase
Luasan RTH
Terhadap
Total Luasan
Kawasan
Perkotaan
Meningkatn
ya
Pemanfaata
n Lestari
SDA Hayati
Persentase
Luas
Kawasan
Konservasi
yang Siap
untuk
dimanfaatkan
(Pendidikan,
ekowisata, dll)
Meningkatkan
Pengelolaan
Bioiversity/
Keanekaragaman
Hayati
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
79 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan Sasaran
Indikator
Sasaran
2.05.01.16
Penyusunan Kajian
Daya Dukung dan
Daya Tampung
Lingkungan Hidup
Dokumen Kajian
Daya Dukung
dan Daya
Tampung
Lingkungan
Hidup
Tersedianya
Dokumen
Kajian Daya
Dukung dan
Daya Tampung
Lingkungan
Hidup
-
Penyusunan
Masterplan
Peningkatan Kualitas
Air Sungai Sangatta
Dokumen
Masterplan
Tersedianya
Dokumen
Masterplan
-
Pengendalian
Kerusakan Rawa
Luas Area Rawa
Dalam Keadaan
Baik
Tersedianya
Area Rawa
Dalam
Keadaan Baik
-
2.05.01.16.29 Pendidikan dan
Pelatihan
Laboratorium
Lingkungan Hidup
Jumlah Peserta
dengan Nilai
Diklat
Lingkungan
Hidup A
Terwujudnya
Peserta
dengan Nilai
Diklat
Lingkungan
Hidup A
2 Orang 75.000.000 2 Orang 26.219.460 2 Orang 50.000.000 6 Orang 151.219.460
2.05.01.01.15.19 Pengadaan Sarana
dan Prasarana
Laboratorium
Lingkungan
Jumlah
Peralatan
Laboratorium
Lingkungan
Tersedianya
Peralatan
Laboratorium
Lingkungan
5 Unit 70.000.000 5 Unit 70.000.000
1.08.01.00.16.20 Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Laboratorium
Lingkungan
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Laboratorium
Lingkungan
Jumlah Sarana
dan Prasarana
Laboratorium
Lingkungan
40% 60.914.000 40% 60.914.000
Penetapan Kawasan
Rawan Bencana
Lingkungan
Peta Kawasan
Beresiko Rawan
Bencana
Lingkungan
Dengan Skala
1:50000
Tersedianya
Peta Kawasan
Beresiko
Rawan
Bencana
Lingkungan
Dengan Skala
1:50000
-
Pelaksanaan Proses
Perizinan Land
Application
Jumlah Izin LA Terlaksananya
Perizinan LA
-
2.05.01.16.30 Peningkatan
Konservasi Daerah
Tangkapan Air dan
Sumber-sumber Air
(DBH-DR)
Luas DTA di
Waduk
Tersedianya
DTA di Waduk
30 Ha 1.000.000.000 35 Ha 8.000.000.000 227 Ha 20.000.000.000 292 29.000.000.000
Luas DTA di
Danau
Tersedianya
DTA di Danau
-
Meningkatkan
Daya Dukung dan
daya Tampung
Lingkungan
Meningkatk
an Daya
Dukung dan
Tetap
Dipertahank
annya Daya
Tampung
Lingkungan
Jumlah
Pencemaran
dan
Perusakan
Lingkungan
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
80 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Danau DTA di Danau
Luas DTA di
Embung
Tersedianya
DTA di
Embung
-
Jumlah Sumber
Air yang
Dikonservasi
Terlaksananya
Sumber Air
yang
Dikonservasi
-
Luas DAS yang
Dikonservasi
Terlaksananya
DAS yang
Dikonservasi
-
2.05.01.01.16.31 Penghijauan di Area
Sempadan Sungai
(DBH-DR)
Luas
Penghijauan
pada Area
Sempadan
Sungai
Terlaksananya
Penghijauan
pada Area
Sempadan
Sungai
120 Ha 2.000.000.000 120 Ha 2.000.000.000
Pengawasan Baku
Mutu Air Limbah di
Sungai Sangatta
Dokumen Hasil
Pengawasan
yang Berisi
Rekomendasi
Tersedianya
Dokumen Hasil
Pengawasan
yang Berisi
Rekomendasi
-
Peningkatan
Partisipasi
Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sungai
Sangatta
Jumlah
Kelompok
Masyarakat
yang
Berpartisipasi
Dalam
Pengelolaan
Sungai Sangatta
Terwujudnya
Peran Serta
Masyarakat
dalam
Pengelolaan
Sungai
Sangatta
-
1.08.01.00.16.14 Peningkatan Peran
Serta Masyarakat
Dalam Pengendalian
Lingkungan Hidup
Terlaksananya
Kegiatan
Sosialisasi
Lingkungan
Hidup
Jumlah
Penyuluhan
Untuk
Meningkatkan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
2
Kecamatan
47.684.125 2
Kecamatan
47.684.125
Pelaksanaan Diklat
LH
Jumlah Peserta
Diklat
Terwujudnya
Peserta yang
mengikuti
Diklat
-
Pelaksanaan
Pemberian
Penghargaan LH
Jumlah
Penghargaan LH
Terlaksananya
Pemberian
Penghargaan
LH
-
2.05.01.16.33 Pembangunan Ruang
Terbuka Hijau (RTH)
Lapangan Olahraga
(Bankeu)
Jumlah Luasan
Penanaman di
RTH Daerah
Pemukiman
Terlaksananya
Penanaman di
RTH Daerah
Pemukiman
0.5 Ha 200.000.000 200.000.000
2.05.01.16.35 Pembinaan Upaya
Pelestarian
Lingkungan Hidup
Database Kehati Tersusunya
data kehati
1 Data 100.000.000 100.000.000
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
81 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
2.05.01.01.20
Pengujian Kualitas
Udara Ambien
Data Kualitas
Udara
Terlaksananya
Pengujian
Kualitas Udara
-
1.08.01.00.16.21 Pemantauan Kualitas
Udara
Peningkatan
Pemantauan
Kualitas Udara
Jumlah Lokasi
Pemantauan
Kualitas Udara
Kab. Kutai
Timur
5 Lokasi 256.218.600 5 lokasi 256.218.600
Pemantauan Kualitas
Tanah
Data Kualitas
Tanah
Terlaksananya
Pemantauan
Kualitas Tanah
-
2.05.01.01.20.07 Penetapan Kelas Air Dokumen Kelas
Air
Tersedianya
Dokumen
Kelas Air
1 Sungai 150.000.000 1 Sungai 50.000.000 2 Sungai 200.000.000
Pemantauan Emisi
Gas Buang Industri
Data Emisi Gas
Buang
Terlaksananya
Pemantauan
Emisi Gas
Buang
-
2.05.01.01.20.08 Pemantauan Evaluasi
dan Pelaporan
Penurunan Emisi GRK
Penurunan
Emisi Gas
Rumah Kaca
(CO2Eq/th)
Terlaksananya
Pemantauan
Penurunan
Emisi GRK
1 Dokumen 50.000.000 1 Dokumen 50.000.000
Pemantauan Emisi
Kendaraan Bermotor
Data Emisi
Kendaraan
Bermotor
Tersedianya
Data Emisi
Kendaraan
Bermotor
-
Penyusunan Baku
Mutu Kerusakan
Lingkungan
Dokumen Baku
Mutu Kerusakan
lingkungan
Tersedianya
Dokumen Baku
Mutu
Kerusakan
lingkungan
-
2.05.01.01.30
Meningkatkan
Daya Dukung dan
daya Tampung
Lingkungan
Meningkatk
an Daya
Dukung dan
Tetap
Dipertahank
annya Daya
Tampung
Lingkungan
Jumlah
Pencemaran
dan
Perusakan
Lingkungan
2.05.01.01.30.01 Pemantauan Evaluasi
dan Pelaporan
Penurunan Emisi GRK
Penurunan
Emisi Gas
Rumah Kaca
(CO2Eq/th)
Terlaksananya
Pemantauan
Penurunan
Emisi GRK
1 Dokumen 127.106.000 1 Dokumen 48.700.000 2 Dokumen 175.806.000
Program Peningkatan Pengendalian Polusi
Program Penurunan Emisi Total (dalam juta)
Meningkatkan
Daya Dukung dan
daya Tampung
Lingkungan
Meningkatk
an Daya
Dukung dan
Tetap
Dipertahank
annya Daya
Tampung
Lingkungan
Jumlah
Pencemaran
dan
Perusakan
Lingkungan
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
82 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan Sasaran
Indikator
Sasaran
2.05.01.01.15
2.05.01.01.15.23 Penyusunan
Kebijakan Manajemen
Pengelolaan Sampah
Dokumen NSPK Tersedianya
Dokumen
NSPK
2 Dokumen 96.000.000 2 Dokumen 96.000.000
Pemeliharaan
Bangunan TPA
Jumlah
Bangunan TPA
yang Berkondisi
Baik (unit)
Tersedianya
Bangunan TPA
yang
Berkondisi
Baik (unit)
-
2.05.01.15.17 Operasional TPA,
Pengelolaan Limbah
Domestik dan Lumpur
Tinja
Persentase
Keterpenuhan
SKP
Terlaksananya
Keterpenuhan
SKP
100% 1.550.000.000 100% 1.252.000.000 100% 970.682.000 100% 3.772.682.000
Kerjasama
Pengelolaan
Persampahan
Jumlah
Kerjasama yang
Ditindak Lanjuti
Terlaksananya
Kerjasama
Pengelolaan
Persampahan
-
Penyusunan Database
TPS, TPST dan TPA
Sampah
Database TPS,
TPST, dan TPA
Tersedianya
Database TPS,
TPST, dan TPA
-
Peningkatan Jasa
Pelayanan Retribusi
Pengelolaan Sampah
dan Lumpur Tinja
Jumlah Retribusi Terlaksananya
Pelayanan
Retribusi
Pengelolaan
Sampah dan
Lumpur Tinja
-
Penyediaan dan
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana TPA
Jumlah Sarana
dan Prasarana
Sampah yang
Berkondisi Baik
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
Sampah yang
Berkondisi
Baik
-
Pengembangan
Teknologi Pengelolaan
Persampahan
Persentase
Teknologi
Pengelolaan
Persampahan
yang Berkondisi
Baik
Terlaksananya
Pengembangan
Teknologi
Pengelolaan
Persampahan
yang
Berkondisi
Baik
-
Monitoring dan
Evaluasi Pengelolaan
TPA
Dokumen hasil
monitoring dan
evaluasi
pengelolaan
TPA yang
ditindaklanjuti
Tersedianya
Dokumen hasil
monitoring dan
evaluasi
pengelolaan
TPA
-
Pelaksanaan dan
Pembinaan
Pengelolaan Limbah
Domestik dan Lumpur
Tinja
Jumlah Rumah
Tangga yang
mengelola
Limbah Secara
Baik
Terlaksananya
Rumah Tangga
yang
mengelola
Limbah Secara
Baik
-
2.05.01.15.15 Peningkatan operasi
dan pemeliharaan
prasarana dan sarana
persampahan
Sangatta Utara
Unit Sarana dan
Prasarana
Persampahan
yang Berkondisi
Baik
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
Persampahan
yang
Berkondisi
Baik
100% 4.850.000.000 100% 4.343.850.000 100% 3.438.000.000 100% 12.631.850.000
Operasional UPT
Kebersihan Sangatta
Utara
Persentase
Keterpenuhan
SKP
Terlaksananya
Keterpenuhan
SKP
-
Operasional UPT
Kebersihan Sangatta
Selatan
Persentase
Keterpenuhan
SKP
Terlaksananya
Keterpenuhan
SKP
-
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Meningkatkan
Daya Dukung dan
daya Tampung
Lingkungan
Meningkatk
an Daya
Dukung dan
Tetap
Dipertahank
annya Daya
Tampung
Lingkungan
Volume
Sampah
83 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
Selatan SKP SKP
2.05.01.15.16 Peningkatan Operasi
dan Pemeliharaan
Prasarana dan Sarana
Persampahan
Sangatta Selatan
Unit Sarana dan
Prasarana
Persampahan
yang Berkondisi
Baik
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
Persampahan
yang
Berkondisi
Baik
100% 1.405.000.000 100% 1.200.000.000 100% 1.445.000.000 100% 4.050.000.000
Pengadaan Peralatan
Operasional UPT.
Kebersihan
Jumlah
Peralatan
Operasional
yang Baru
Diadakan
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
Persampahan
-
2.05.01.01.15.10 Sosialisasi Kebijakan
Pengelolaan
Persampahan
Jumlah Peserta
Sosialisasi yang
Menerapkan 3R
Terwujudnya
Peserta
Sosialisasi
yang
Menerapkan
3R
10% 450.000.000 10% 223.634.800 20% 673.634.800
Penerapan Teknologi
Daur Ulang Sampah
Jumlah
Kelompok yang
Melakukan
Pengelolaan
Sampah
Terwujudnya
Peran Serta
Masyarakat
Dalam
Pengelolaan
Persampahan
-
Pemberian
Penghargaan Bagi
Kecamatan Terbersih
Jumlah
Kecamatan
Penerima
Penghargaan
Terwujudnya
Peran Serta
Masyarakat
Dalam
Pengelolaan
Persampahan
-
2.05.01.01.15.11 Peningkatan Peran
Serta Masyarakat
Dalam Pengelolaan
Persampahan
Jumlah Rumah
Tangga yang
Memiliki Tempat
Sampah 3R
Terpenuhinya
SKP TPA
10 RT 65.937.250 10 RT 100.000.000 20 RT 165.937.250
2.05.01.15.20 Persiapan dan
Evaluasi Penilaian
Kota Adipura
Jumlah
Dokumen
Adipura
Tersedianya
Dokumen
Adipura
2 Dokumen 35.000.000 2 Dokumen 64.000.000 2 Dokumen 123.100.000 6 Dokumen 222.100.000
1.08.01.00.16.01 Koordinasi Penilaian
Kota Sehat/ Adipura
Peningkatan
Nilai Pada Titik
Pantau Adipura
Jumlah
Koordinasi
untuk meraih
penghargaan
Adipura Kota
Sangatta
7 Kali 46.464.000 7 Kali 46.464.000
2.05.01.01.15.21 Pengadaan Kendaraan
Operasional (DAK)
Jumlah
Kendaraan
Operasional
Tersedianya
Kendaraan
Operasional
10 Unit 648.942.000 10 Unit 420.000.000 20 Unit 1.068.942.000
2.05.01.01.15.22 Pendamping Dak Persentase
terlaksananya
kegiatan DAK
Terlaksananya
kegiatan DAK
100% 21.000.000 100% 21.000.000
Persiapan dan
Evaluasi Penilaian
Kota Sehat
Jumlah
Dokumen Kota
Sehat
Tersedianya
Dokumen Kota
Sehat
-
2.05.01.15.02 Penyediaan Sarana
dan Prasarana
Pengelolaan
Persampahan
Jumlah Sarana
dan Prasarana
Persampahan
Tersedianya
Sapras
Persampahan
10 Unit 28.322.675 10 Unit 317.000.000 10 Unit 997.000.000 12 Unit 248.761.800 9 unit 2.982.737.400 51 Unit 4.573.821.875
Pembinaan
Pembatasan
Timbunan Sampah
Kepada
Produsen/Industri
Jumlah
Produsen
Industri yang
dibina
Terpenuhinya
SKP
-
Penyediaan Fasilitas
Pendaur Ulangan
Sampah
Jumlah Alat
Daur Ulang
Tersedianya
Alat Daur
Ulang Sampah
-
Pengadaan Bank
Sampah
Jumlah Bank
Sampah
Tersedianya
Bank Sampah
-
84 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
Pengujian Kadar
Polusi Limbah Padat
dan Limbah Cair
Data Polusi
Limbah Padat
dan Limbah Cair
Tersedianya
Data Polusi
Limbah Padat
dan Limbah
Cair
-
Monitoring Sanitasi Database
Sanitasi
Tersedianya
Database
Sanitasi
-
Pelaksanaan
Perizinan
Penyimpanan
Sementara,
Pengumpulan,
Pengangkutan,
Penimbunan dan
Penguburan Limbah
B3 dan Limbah Medis
Jumlah Izin
Limbah B3
Tersedianya
data Izin
Limbah B3
-
Penyusunan Neraca
Limbah B3 Kabupaten
Data Neraca
Limbah B3
Kabupaten
Tersedianya
Data Neraca
Limbah B3
-
Pengelolaan Data
Base Limbah B3
Database
Limbah B3
Tersedianya
Database
Limbah B3
-
Fasilitasi Pembinaan
Teknik Pengolahan
Limbah
Jumlah Fasilitasi
yang
Ditindaklanjuti
Terfasilitasinya
Teknik
Pengolahan
Limbah
-
1.08.01.00.16.06 Pengelolaan B3 dan
Limbah B3
Peningkatan
Kualitas
Pengelolaan B3
dan Limbah B3
Jumlah Lokasi
Koordinasi
18 Lokasi 54.443.800 54.443.800
Program Peningkatan Pengendalian Polusi
Meningkatkan
Daya Dukung dan
daya Tampung
Lingkungan
Meningkatk
an Daya
Dukung dan
Tetap
Dipertahank
annya Daya
Tampung
Lingkungan
Baku Mutu
Lingkungan
(Air, Udara,
Tanah)
85 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan Sasaran
Indikator
Sasaran
2.05.01.16
2.05.01.01.16.25 Penyusunan
Raperda/Perda di
Bidang Lingkungan
Hidup
Jumlah Raperda
PPLH, Perda
PPLH, Perda
MHA Dalam
Pengelolaan
Hutan Lindung
Tersedianya
Perda/Raperda/
RPPLH
1 Perda 150.000.000 1 Perda 180.000.000 1 Perda 48.000.000 3 Perda 378.000.000
Penyusunan
Instrument Ekonomi
Lingkungan Hidup
(PDB Dan PDRB
Hujau)
Dokumen
Instrument
Ekonomi
Lingkungan
Hidup
Tersedianya
Dokumen
Instrument
Ekonomi
Lingkungan
Hidup
-
Penyusunan Indeks
Kualitas Lingkungan
Hidup
Dokumen Indeks
Kualitas
Lingkungan
Hidup
Tersedianya
Dokumen
Indeks Kualitas
Lingkungan
-
1.08.01.00.16.07 Pengkajian Dampak
Lingkungan
Peningkatan
Kajian Dampak
Lingkungan
Jumlah Kajian
Dampak
Lingkungan
1 Kajian 55.924.500 1 Kajian 55.924.500
1.08.01.00.16.13 Koordinasi
Penyusunan AMDAL
Persentase
pemenuhan
kegiatan wajib
AMDAL oleh
pemrakarsa dan
Peningkatan
Kapasitas
kinerja aparatur
komisi AMDAL
Tersedianya
Aparatur
Komisi AMDAL
yang
Independen
85% 96.800.700 85% 96.800.700
Penilaian dan
Pemeriksaan
Dokumen (AMDAL,
UKL, UPL, SPPL)
Dokumen
AMDAL, UKL,
UPL, SPPL
Tersedianya
Dokumen
AMDAL, UKL,
UPL, SPPL
-
Peningkatan
Kapasitas Tim Komisi
dan Tim Teknis
AMDAL Daerah
Jumlah Personil
Tim Teknis
AMDAL Daerah
dan Tim Komisi
yang Terlatih
Terlatihnya
Personil Tim
Teknis dan Tim
Komisi AMDAL
Daerah
-
Pengelolaan Database
Kegiatan/Usaha
Database
Kegiatan/Usaha
Tersedianya
Database
Kegiatan/Usah
a
-
Pelaksanaan Proses
Izin Lingkungan
Jumlah Izin
Lingkungan
Tersedianya
Data Izin
Lingkungan
-
Penyusunan Data
Base LH
Database
Berbasis IT (SIL)
Tersedianya
Database
Lingkungan
-
Pelaksanaan
Pendataan Sumber-
sumber Pencemaran
Data-data
Sumber
Pencemar
Tersedianya
Data Sumber-
sumber
Pencemar
-
Penyusunan Baku
Mutu Sumber
Pencemar
Dokumen Baku
Mutu Sumber
Pencemar
Tersedianya
Dokumen Baku
Mutu Sumber
Pencemar
-
Pengelolaan Database Database Tersedianya -
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Meningkatkan
Tata Kelola
Lingkungan Hidup
Meningkatn
ya
kepatuhan
terhadap
regulasi
lingkungan
Persentase
penerapan
kebijakan
lingkungan
86 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan Sasaran
Indikator
Sasaran
Pengelolaan Database
Pencemaran
Lingkungan
Database
Pencemaran
Lingkungan
Tersedianya
Database
Pencemaran
Lingkungan
-
Pelaksanaan Proses
Perizinan Air Limbah
Jumlah Izin
Pengelolaan Air
Limbah
Tersedianya
Data Izin
Pengelolaan
Air Limbah
-
2.05.01.16.22 Pemantauan Kualitas
Air Sungai
Data Kualitas
Air Sungai
Tersedianya
Data Kualitas
Air Sungai
5 Lokasi 64.150.000 5 Lokasi 150.000.000 10 Lokasi 214.150.000
1.08.01.00.16.03 Pemantauan Kualitas
Lingkungan
Hasil
Pemantauan
Kualitas Air
Sungai di Kab.
Kutai Timur
Jumlah Data
Hasil
Pemantauan
Air Sungai
9 Data
Kualitas
Air Sungai
78.439.635 9 Data
Kualitas Air
Sungai
78.439.635
2.05.01.16.27 Pengawasan
Pelaksanaan
Terhadap Izin
Lingkungan
Jumlah
Rekomendasi
yang
Ditindaklanjuti
Terwujudnya
Penerapan
Kebijakan
Lingkungan
48
Rekomendasi
150.000.000 13
Rekomendas
i
50.000.000 15
Rekomenda
si
270.000.000 15
Rekomenda
si
200.000.000 91
Rekomenda
si
670.000.000
Pembinaan
Pengelolaan
Lingkungan Bagi
Usaha
Jumlah Pelaku
Usaha yang
dibina
Terwujudnya
Penerapan
Kebijakan
Lingkungan
-
Pengelolaan Database
Status Ketaatan
Pelaku Usaha
dan/atau Kegiatan
Data Base
Ketaatan Pelaku
Usaha
Tersedianya
Database
Ketaatan
Pelaku Usaha
-
Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Kegiatan Pengawasan
Pengelolaan
Lingkungan
Jumlah Sarana
dan Prasarana
Pengawasan
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
Pengawasan
-
2.05.01.16.26 Penanganan Kasus
Lingkungan
Jumlah Kasus
LH yang
Ditindaklanjuti
Terwujudnya
Penerapan
Kebijakan
Lingkungan
12 Kasus 125.000.000 8 Kasus 50.000.000 13 Kasus 120.000.000 13 Kasus 50.000.000 46 Kasus 345.000.000
1.08.01.00.26.02 Penegakan Hidup dan
Penyelesaian Kasus
Sengketa Lingkungan
Hidup
Peningkatan
Penegakan dan
Penyelesaian
Kasus Sengketa
Lingkungan
Hidup
Persentase
Kasus
Sengketa yang
tertangani
100% 109.196.200 100% 109.196.200
Sosialisasi Kebijakan
Pengaduan dan
Penyelesaian Kasus
Lingkungan
Jumlah Peserta Terwujudnya
Peran Serta
Masyarakat
Dalam
Pengawasan
Terhadap
Pencemaran
Lingkungan
-
Pengelolaan Database
Kasus LH
Database Kasus
LH
Tersedianya
Database
Kasus LH
-
1.08.01.00.16.23 Pengawasan
kerusakan Lahan dan
Kerusakan Tanah
untuk Produksi
Biomassa
Peningkatan
Pengawasan
Kerusakan lahan
dan Kerusakan
Tanah untuk
Produksi
Biomassa
Jumlah Lokasi
Pendataan
Kerusakan
Lahan dan
Tanah untuk
Produksi
Biomassa
5 Lokasi 90.730.850 5 Lokasi 90.730.850
87 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Outcome Output Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Data
Pencapaian
Pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanIndikator Kinerja Program/
Kegiatan 2017 2018 2019 2020Kode Program dan Kegiatan
Kondisi Kinerja Pada Akhir
Periode Renstra DLH2016Tujuan SasaranIndikator
Sasaran
2.05.01.01.28
2.05.01.01.28.01 Peningkatan
Pelayanan
Administrasi
Perkantoran
Persentase
Pelayanan
Administrasi
Perkantoran
UPT.
Kebersihan
Terlaksananya
pelayanan
administrasi
perkantoran
100% 6.153.990.000 100% 74.740.000 100% 6.228.730.000
2.05.01.01.18
Pemantauan dan
Evaluasi KLHS
Dokumen Hasil
Pemantauan
dan Evaluasi
KLHS yang
Ditindaklanjuti
Tersedianya
Dokumen
Informasi LH
-
Peningkatan Peran
Serta Masyarakat
Dalam Perlindungan
dan Konservasi SDA
Jumlah
Kelompok
Masyarakat
yang
Berpartisifasi
Dalam Upaya
Perlindungan
dan Konservasi
SDA
Terwujudnya
Kader LH
-
Jumlah MHA
yang
Berpartisipasi
Dalam Upaya
Perlindungan
dan Konservasi
SDA
Terwujudnya
MHA yang
Berpartisipasi
Dalam Upaya
Perlindungan
dan Konservasi
SDA
-
Penyusunan KLHS Dokumen KLHS Tersedianya
Dokumen
KLHS
-
2.05.01.01.18.12 Penyusunan Status
Lingkungan Hidup
Daerah Kab. Kutim
Jumlah Buku
Laporan dan Data
Status
Lingkungan
Hidup
Tersedianya
Data dan
Analisis
Lingkungan
Hidup
35 Buku 100.361.800 1 Buku 75.000.000 36 Buku 175.361.800
1.08.01.00.18.09 Pelaksanaan
Pengendalian Sumber
Daya Alam dan
lingkungan Hidup
Jumlah Kajian
Kriteria Baku
Mutu Lingkungan
Hidup Kab. Kutai
Timur
Tersedianya
Data Hasil
Perhitungan
Daya Tampung
Sungai Sangatta
1 Dokumen 47.184.970 1 Dokumen 47.184.970
2.05.2.05.01.19
2.05.01.19.01 Peningkatan Edukasi
dan Komunikasi di
Bidang Lingkungan
Jumlah sekolah
yang memenuhi
kriteria sekolah
adiwiyata
Meningkatnya
edukasi untuk
membentuk
sekolah
berbudaya
lingkungan
18 Sekolah 72.428.100 5 Sekolah 200.000.000 5 Sekolah 75.000.000 10 Sekolah 63.778.250 5 Sekolah 150.000.000 43 Sekolah 561.206.350
2.05.01.19.08 Penyusunan Dokumen
Informasi Kinerja
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Persentase
Kelompok
Masyarakat
yang Terlibat
Dalam
Pengelolaan LH
Tersedianya
Dokumen
Informasi LH
1 Dokumen 70.000.000 1 Dokumen 70.000.000
1.08.01.00.19.02 Pengembangan Data
dan Informasi
Lingkungan
Jumlah Data dan
Informasi
Lingkungan
Hidup Kab.
Kutai Timur
Tersedianya
Dokumen
Informasi
Lingkungan
Hidup Kab.
Kutai Timur
8 Data 63.456.675 8 Data 63.456.675
1.08.01.00.19.07 Monitoring Sanitasi Persentase
Penanganan
Sanitasi dan Air
Bersih
Tersedianya
Dokumen /
Data
Pengelolaan
Penanganan
Sanitasi dan
Air Bersih
25% 77.755.600 25% 77.755.600
82.061.504.430 TOTAL :
Program Peningkatan Administrasi Perkantoran
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Meningkatkan
Tata Kelola
Lingkungan Hidup
Meningkatn
ya
kepatuhan
terhadap
regulasi
lingkungan
Persentase
Penerapan
Kebijakan
Lingkungan
Meningkatkan
Tata Kelola
Lingkungan Hidup
Meningkatn
ya
partisipasi
masyarakat
dalam
pengelolaan
lingkungan
hidup
Persentase
kelompok
masyarakat
yang terlibat
dalam
pengelolaan
lingkungan
hidup
88 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB VI
INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
Pada bagian ini akan dikemukakan indikator kinerja DLH yang secara langsung
menunjukkan kinerja yang akan dicapai DLH dalam lima tahun mendatang
sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.
Indikator-indikator ini akan menjadi indikator kinerja utama DLH yang
menggambarkan langsung cita-cita DLH yang disesuaikan dengan cita-cita
daerah seperti yang sudah diulas pada bab-bab sebelumnya. Indikator kinerja
DLH yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD ini ditampilkan dalam
Tabel 6.1.
89 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
No
Kondisi Kinerja pada
awal periode RPJMD Indikator
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kinerja pada
akhir periode RPJMD
(Tahun 2014/2015)
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tabet 6. 1 lndikator Kinerja OPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
IKLH
Persentase Kawasan konservasi yang dilestarikan 10% 10% 10% 10% 10%
Persentase luas kawasan konservasi yang siap untuk dimanfaatkan (pendidikan, ekowisata dll)
10% 10% 10% 10% 10%
Persentase luas RTH terhadap total luas kawasan perkotaan 28% 28% 28% 16% 16%
Jumlah Pencemaran Lingkungan 15% 15% 15% 15% 15% 15%
Jumlah Perusakan Lingkungan 1 data 1 data 1 data 1 data 1 data
Volume Sampah 1 data 1 data 1 data 1 data 1 data
Cakupan Pelaku Usaha yang Sudah Menerapkan Pengelolaan Limbah dan Limbah B3
20% 20% 10% 25% 25% 25%
Cakupan UKM yang sudah menerapkan pengelolaan limbah dan limbah B3
10 10 10 10 10
Cakupan Rumah Tangga di wilayah Perkotaan yang sudah menerapkan pengelolaan limbah
2 IPAL 2 IPAL 2 IPAL 2 IPAL 2 IPAL
Baku Mutu Lingkungan (Air, Udara, Tanah) 8 kec 10 kec 12 kec 15 kec 18 kec 18 kec
Persentase penerapan kebijakan lingkungan 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Persentase kelompok masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup
15% 15% 15% 15% 15%
Presentase Kebutuhan Keuangan DLH 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Prosentase Kebutuhan Operasional Kantor 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Jumlah Buku Laporan dan Evaluasi 20 buku 20 buku 20 buku 20 buku 20 buku 20 buku 20 buku
Jumlah Menghadiri Undangan, Sosialisasi, Rapat dan Koordinasi 18 kali 20 kali 20 kali 20 kali 20 kali 20 kali 20 kali
Presentase Pemeliharaan Gedung Kantor 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Jumlah Jenis Mebeler, Peralatan dan Perlengkapan Kantor 75% 70% 80% 90% 95% 100% 100%
Jumlah Kendaraan Dinas (roda 4) 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
Jumlah Personil yang Mengikuti Pelatihan Teknis 33 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang
90 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Indikator-indikator kinerja OPD yang merujuk pada RPJMD haruslah menjadi
acuan dan rujukan utama dalam proses pengambilan keputusan seputar
kebijakan dan penganggaran bahkan koordinasi kerja sama dan kemitraan
pemerintah daerah umumnya dan OPD terkait khususnya. Berikut adalah
ulasan masing-masing indikator tersebut,
1. IKLH (Indeks Kualitas Lingkungan Hidup). Adalah indikator utama
yang bisa memberikan gambaran dan informasi jelas dan tegas mengenai
situasi dan kondisi lingkungan hidup terkini dari suatu daerah. Indikator
ini juga menjadi dasar untuk mengukur pengelolaan dan pengendalian
lingkungan hidup. Komitmen dan konsistensi pengambil kebijakan di
semua level kepemimpinan haruslah mengikutsertakan temuan dan
masukandari indikatorini.Danuntukituperluadakajian,datadanaktivitas
intervensi teknis dan kebijakan lainnya yang sudah dielaborasikan dalam
perumusan dan penyusunan Renstra ini di Bab-Bab sebelumnya, yang
harus dilaksanakan secara serius. Dengan kata lain, di satu sisi indikator
ini memerlukan komitmen kebijakan dan kepemimpinan, di sisi lain,
indikator ini harus didukung oleh program dan kegiatan yang tepat.
2. Persentase Kawasan konservasi yang dilestarikan. Kawasan
konservasi yang dilestarikan adalah kawasan tempat hidup lora dan
fauna baik yang endemik, terancam punah, atau yang memiliki kontribusi
utama dalam rantai makanan dan keseimbangan ekosistem. Dalam
indikator ini, konsentrasi utama DLH bukan pada kawasan konservasi yang
sudah ditetapkan melalui mekanisme nasional dan provinsi, melainkan
persentase kawasan yang dilestarikan dimaksudkan untuk kawasan
yang dikawal DLH Kuta Timur dengan intervensi dan kebijakan yang
disesuaikan dengan tugas dan fungsi DLH. Konsentrasi konservasi juga
bisa mengambil beberapa wilayah irisan di dalam kawasan konservasi
nasional, tanpa mengganggu dan melecehkan kebijakan dan kewenangan
provinsi maupun pusat.
3. Persentase luas kawasan konservasi yang siap untuk dimanfaatkan
(pendidikan, ekowisata dll). Untuk tidak menabrak kewenangan
provinsi dan pusat, konsentrasi menyiapkan kawasan konservasi untuk
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan ekowisata diarahkan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab DLH Kutai Timur. Tidak akan
ada tabrakan kepentingan dan kewenangan karena, DLH Kutai Timur
juga akan menjalankan fungsi koordinasi dan pendelegasian tugas-tugas
provinsi dan pusat sehubungan dengan lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangan yang ada.
4. Persentase luas RTH terhadap total luas kawasan perkotaan. Luas
RTH terhadap total luas wilayah perkotaan menjadi salah satu tanggung
jawab DLH. Sekalipun RTH di wilayah perkotaan sudah menjadi garapan
91 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
beberapa OPD lain, DLH Kutai Timur akan menjadi integrator yang
menjamin persentase yang proporsional. Selain itu, fokus DLH Kutai Timur
juga akan diarahkan untuk menjamin penggunaan dan pengelolaan ruang
terbuka hijau di setiap kota kecamatan melalui pembinaan, pendampingan,
fasilitasi dan koordinasi yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi.
5. Jumlah Pencemaran dan Perusakan Lingkungan. Jumlah pencemaran
dan perusakan lingkungan memiliki peran penting sebagai salah satu
indikator yang juga turut menentukan keberhasilan DLH Kutai Timur.
Dengan penurunan yang signi ikan bahkan ke angka nol, prestasi
dan keberhasilan daerah bisa disumbang oleh kinerja DLH juga. Hal
sebaliknya akan membahasakan kegagalan daerah dalam pembangunan,
jika pencemaran dan perusakan lingkungan tidak terkontrol dan bahkan
memiliki tren kenaikan yang konstan.
6. Volume Sampah. Seperti sudah diuraikan pada bagian sebelumnya,
indokator ini menjadi salah satu indikator utama OPD yang komposit dan
menggabungakn tugas penting beberapa OPD dan DLH termasuk salah
satu OPD yang bertanggung jawab dan berwenang untuk mengelola dan
menjamin kesuksesan dan bekerjanya indikator ini.
7. Cakupan Pelaku Usaha yang Sudah Menerapkan Pengelolaan Limbah
dan Limbah 83. Fokus indikator ini adalah pada penyadaran para pelaku
usaha yang kemudian disusul dengan pengawalan dan pengawasan
di level implementasinya. Indikator ini bisa menjamin keberhasilan
pembangunan dan kemajuan daerah khususnya ketika daerah gencar
melakukan serangkaian propaganda dan kampanye mengenai lingkungan
hidup yang nyaman, lestasi dan terawat.
8. Cakupan UKM yang sudah menerapkan pengelolaan limbah dan
limbah 83. Jika pada indikator sebelumnya titik tekan kinerja DLH ada
pada interaksi dan konektivitasnya dengan pelaku usaha besar, maka pada
indikator ini, DLH terkoneksi dengan rangkaian upaya penyadaran dan
pengembangan kapasitas pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Sebagai
bagian dari penentuan kinerja daerah melalui RPJMD, indikator ini harus
bisa dipastikan keberhasilannya oleh DLH di akhir periode renstra dan
disesuaikan dengan turunan indikator yang ada dalam RPJMD Kutai Timur.
9. CakupanRumahTanggadiwilayahPerkotaanyangsudahmenerapkan
pengelolaan limbah. Indikator ini adalah kelanJtn pengukuran kinerja
DLH khususnya yang berkaitan dengan kinerja dan pelayanan DLH di
tengah masyarakat. Tingkat kesadaran dan kreativitas masyarakat dalam
mengelola limbah rumah tangga akan diuji di satu sisi dan di sisi lainnya
akan menjadi ukuran apakah DLH Kutai Timur berhasil dalam penguatan
pengelolaan limbah di level masyarakat.
92 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
10. Baku Mutu Lingkungan (Air, Udara, Tanah). Pengujian kelayakan untuk
menentukan baku mutu membutuhkan konsentrasi dan kerja serius dari
DLH Kutai Timur. Sebagai indikator yang nantinya mendukung tujuan
peningkatan daya dukung dan daya saing lingkungan hidup, perbaikan dan
peningkatan baku mutu lingkungan menjadi salah satu jawaban
bagaimana DLH berhasil dalam pelayanannya.
11. Persentase penerapan kebijakan lingkungan. Indikator ini menjadi
salah satu indikator yang di dalamnya terkandung kunci kesuksesan daerah
dalam mengimplementasikan, mengawal (monitoring), mengevaluasi dan
menjamin regulasi dan kebijakan lingkungan hidup yang ada terjamin
dan memperoleh basis legitimasinya. Persentase penerapan kebijakan
lingkungan hidup juga menelisik sejauh mana regulasi yang dihasilkan
pemerintah Kabupaten Kutai Timur diimplementasikan secara maksimal
atau tidak di level eksekusinya.
12. Persentase kelompok masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Indikator ini termasuk indikator utama yang menjamin
adanya hubungan mutual dan resiprokal antara pemerintah, sektor swasta
dan masyarakat dalam mengelola dan mengendalikan kelestarian dan
keberlanJtn lingkungan hidup. Dengan demikian indikator ini menjadi
sesuatu yang harus bisa ditingkatkan capaiannya di akhir periode renstra
maupun RPJMD.
93 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
BAB VII
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Dokumen Renstra ini merupakan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja
(Renja) dan RKA tahun 2016-2021. Dokumen ini menjadi acuan perencanaan
hingga satu tahun pertama dibawah kepemimpinan kepala daerah dan
wakil kepala daerah terpilih pada periode selanjutnya karena untuk mengisi
kekosongan dokumen perencanaan di masa transisi. Sehingga Renja transisi
merupakan Renja tahun pertama yang digunakan oleh OPD pada periode
berikutnya. Oleh sebab itu, Renja transisi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Renstra pada periode berikutnya.
Dokumen Renstra Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur ini
merupakan komitmen OPD yang digunakan sebagai tolak ukur dan alat bantu
dalam perumusan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan serta sebagai
pedoman dan acuan dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja sesuai
dengan kewenangan, tugas pokok dan fungsi OPD dengan mempertimbangkan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta tantangan yang dihadapi dalam
rangka mencapai visi daerah.
Rencana pembangunan pada Renstra ini berusaha secara optimal dituntaskan.
Dokumen perencanaan di era transisi juga digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah pembangunan lingkungan hidup yang belum sepenuhnya
tertangani sekaligus memberikan gambaran mengenai apa saja tantangan dan
hambatan yang akan dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup pada periode
berikutnya. Sehingga sebaiknya penyusunan Renstra periode berikutnya akan
disusun dengan memperhatikan keberlanjutan dari program-program yang
akan dilaksanakan pada periode ini.
Renstra ini merupakan pedoman bagi kepala OPD dan bidang-bidang dalam
menyusun Renja. Sehubungan dengan hal tersebut, hendaknya Renstra ini
dapat dilaksanakan secara konsisten, profesional dan penuh tanggungjawab.
94 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Referensi
Kementerian Lingkungan Hidup. 2015. Renstra Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Tahun 2015-2019.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Timur. 2013. RPJMD
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. 2015. Status
Lingkungan Hidup Daerah.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. 2015. RPJMD Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2021.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantai Timur. 2015. Kutai Timur dalam
Angka.
Dinas Perkebunan, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Laporan Dinas Perkebunan. Dinas
Pekerjaan Umum, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Data Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Kutai Timur. 2016. Data Persampahan.
Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Dokumen Pemutakhiran
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Dokumen Indenti ikasi
Kerusakan Sumber-sumber Mata Air dan Tanah Longsor, Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Data Kepegawaian. Dinas
Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Data Keuangan. Dinas
Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Potensi dan Status
Kerusakan Tanah untuk Proses Produksi Biomasa di Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Kegiatan Peningkatan
Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan.
95 | R e n s t r a D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p
Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2013. Pro il Keanekaragaman
Hayati di Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Kutai Timur. 2015. Sistem Informasi
Lingkungan.
Badan Pengelolaan Hutan Lindung Wehea Bekerjasama Dengan Orang Utan
Conservation Service Program-The Nature Cservancy. 2010. Penyusunan
Rencana Strategis Pengelolaan Hutan Lindung Wehea 2011-2015.
PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KUTAI TIMUR
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KUTAI TIMUR