k3 di lab mikrobiologi

Upload: siti-qomariah-anisa

Post on 02-Mar-2016

3.108 views

Category:

Documents


325 download

DESCRIPTION

k3 Di Lab Mikrobiologi

TRANSCRIPT

STANDART KEAMANAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI

A. Latar Belakang Laboratorium mikrobiologi awalnya digunakan sebagai sarana penunjang diagnosis, semakin majunya ilmu pengetahuan maka fungsi laboratorium semakin meningkat, tidak hanya untuk diagnosis tetapi mencakup bidang pelayanan, pendidikan, penelitian bahkan dibidang perlindungan tanaman laboratorium mikrobiologi diperlukan dalam pengembangan agens pengendali hayati (APH) untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Dalam mengembangkan APH dilaboratorium diperlukan prinsip-prinsip keamanan dan keselamatan kerja, mengingat bekerja dengan mikroorganisme juga mempunyai resiko yang sama bahayanya dengan penggunaan bahan kimia maupun radioaktif. Dalam beberapa studi kasus dilaboratorium ada sekitar 20% dari seluruh kasus yang terjadi di laboratorium terjadi dikarenakan terinfeksi oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang merugikan, oleh karena itu dalam bekerja di laboratorium perlu berhati-hati dan diperlukan prosedur standar dan peralatan standar yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan personil laboratorium.

Dalam Journal Clinical Microbiology, pernah dilaporkan bahwa jamur Beauveria bassiana dapat menginfeksi tubuh manusia dan menimbulkan gatal-gatal, korengan serta kulit melepuh. Meskipun kasus ini jarang terjadi akan tetapi personil di laboratorium perlu mengantisipasi dengan menerapkan standart keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium mikrobiologi kususnya dalam pengembangan APH.

Klasifikasi Laboratorium Mikrobiologi

Berdasarkan resiko infeksi, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kategori.

1. Kategori risiko 1 : tidak menimbulkan resiko/resiko sangat rendah (individu, masyarakat), tidak menyebabkan penyakit (manusia/ternak). 2. Kategori resiko 2 : menimbulkan resiko sedang (individu), resiko rendah (masyarakat), dapat menimbulkan sakit akan tetapi tidak menimbulkan bahaya yang serius. Infeksi yang terjadi dapat dicegah dan resiko penyebaran terbatas. 3. Kategori resiko 3 : menimbulkan resiko tinggi (individu), resiko rendah (masyarakat), dapat menimbulkan sakit serius tetapi tidak menyebar, tersedia tindakan pencegahan dan pengobatan efektif. 4. Kategori resiko 4 : menimbulkan resiko tinggi (individu, mayarakat), dapat menimbulkan sakit serius, sangat menular dan belum tersedia tindakan pencegahan dan pengobatan yang efektif.

Berdasarkan Tingkat Keamanan Biologis laboratorium diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis I : Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme kategori resiko1.

2. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis II : Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko II. 3. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis III : Menyelenggarakan kegiatan dengan mikroorganisme resiko III. 4. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis IV : Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko IV.

Berdasarkan kategori diatas maka laboratorium mikrobiologi untuk pengembangan APH dapat digolongkan ke dalam kelompok laboratorium tingkat keamanan biologis I dan II, tergantung dari jenis mikroorganisme yang dikembangkan.

B. Pembahasan

1. Persyaratan Laboratorium Mikrobiologi Untuk Pengembangan APH Dalam mengembangkan APH di laboratorium diperlukan persyaratan tertentu sesuai dengan standart laboratorium tingkat keamanan Biologis I dan II.

Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis I meliputi :pintu yang dapat digunakan untuk akses masuk dan keluar, terdapat bak cuci tangan, disediakan jas laboratorium dan rak penyimpanannya, ruangan mudah dibersihkaan, kedap air, perabotan kokoh, jendela dilengkapi saringan debu, Biological Safety Cabinet (BSL), autoclave untuk sterilisasi alat, bahan maupun sterilisasi sisa-sisa kultur / isolat yang tidak terpakai sebelum dibuang.

Gambar 1. Pemakaian Biological Safety Cabinet Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis II yaitu :pintu dapat menutup sendiri, tersedia bak cuci tangan (steinless steel), perabotan kokoh, jendela dilengkapi saringan debu, dilengkapi dengan Biological Safety Cabinet (BSL)/Laminar flow menggunakan filter udara yang dapat mengalirkan ulang udara yang tersaring, membuang sebagian udara ke atmosfer dan memasukkan udara melalui bagian depan cabinet. Cahaya/penerangan cukup, membatasi lalu lintas orang maupun barang ketika personil laboratorium sedang bekerja.

Gambar 2. Biological Safety Cabinet

2. Standart Operasional Praktek di Laboratorium Mikrobiologi Selain peralatan pendukung laboratorium, juga diperlukan Standart Operasional dalam praktek di laboratorium mikrobiologi. Standart operasional tersebut harus dilakukan oleh setiap personil tanpa terkecuali. Aturan-aturan standart keamanan dan keselamatan di laboratorium sebagai berikut :

a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun disinfektan ketika memasuki dan meninggalkan ruangan laboratorium.b. Tidak diperbolehkan menyimpan, meletakkan makanan, minuman dilaboratorium, tidak boleh merokok di area laboratorium. c. Di dalam lokasi laboratorium sebaiknya menggunakan jas laboratorium berlengan panjang dengan kancing di bagian depan agar mudah dibuka.

Gambar 3. Berbagai Alat Pelindung Diri

d. Sebaiknya didalam laboratorium menggunakan sepatu khusus, disesuaikan dengan kondisi laboratorium. e. Singkirkan barang-barang yang tidak perlu dari area kerja. (sebaiknya tas, dompet, dsb. tempatkan pada rak tersendiri). f. Bersihkan area kerja dengan menggunakan alkohol sebelum maupun setelah bekerja. g. Pemberian label pada media/isolat/dll harus secara jelas, agar tidak terjadi kekeliruan. h. Botol-botol reagen, botol kultur (isolat) harus tertutup rapat dan jangan dibuka kalau tidak diperlukan. i. Peralatan inokulasi disterilisasi terlebih dulu dengan api bunsen sebelum dan sesudah digunakan. j. Perlakukan semua mikroorganisme sebagai pathogen yang berpotensi (beresiko bagi kesehatan) dan gunakan cara perlindungan yang sesuai. k. Gunakan sarung tangan apabila bekerja dengan mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan penyakit. l. Sterilisasi seluruh bahan dan peralatan laboratorium. m. Jangan pernah menggunakan pipet dengan mulut. n. Pertimbangkan selalu setiap bahaya yang ada, autoclave terlebih dahulu cairan sisa culture yang tidak terpakai sebelum membuangnya. o. Buang semua materi limbah padat kedalam kantong dan di autoclave sebelum kemudian dibuang ke tempat sampah. p. Kenali letak alat-alat keselamatan di laboratorium (P3K,shower, pemadam api). q. Laporkan setiap terjadi kecelakaan sekecil apaun di laboratorium (zat kimia, culture/ isolat tumpah rusak).3. Penggunaan Alat-alat di LaboratoriumDalam penggunaaan alat-alat di laboratorium pun juga perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :a. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas untuk mengurangi kontaminasi Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang jatuh di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jamb. Cara pembukaan wadah

Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan, memiliki potensi terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada kulit atau daerah kerja. Pembukaan wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-hati, bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terinfeksi adalah sebagai berikut : Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah tidak terpencar ke luar. Gunakan jas lab. dan sarung tangan. Hindari aerosol. Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety Cabinet.c. Penerimaan spesimen di Laboratorium

Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan pada meja khusus dalam areal laboratorium. Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen. Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf. Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor. Wadah diberi label tentang identitas spesimen. Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang. Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari. Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.d. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium

Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat membawa spesimen. Membawa spesimen di atas kaki Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari spesimen. Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa spesimen diautoklaf. Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka saat bekerja.

e. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh

Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas laboratrorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti Virus hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.

1. Mengambil, melabel dan membawa spesimen

Gunakan sarung tangan

Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.

Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai. Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hari-hati dan tutup rapat mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya dibakar dalam alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan sempritnya diautoklaf dalam kantong yang terpisah.

Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA INFEKSI.

Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah.

2. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel

Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas I dan Kelas II.

Gunakan sarung tangan

Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain kasa.3. Kaca dan benda tajam

Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari borosilikat.

Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil darah.

4. Sediaan darah pada kaca objek

Pegang kaca objek dengan forsep

5. Peralatan otomatis

Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)

Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan dalam tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.

Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam alat disinfektan hanya pada keadaan tertentu.

6. Melakukan sentrifus

Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup

Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup7. Jaringan

Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil, seperti dari biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam waktu kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan waktu beberapa hari.

Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat (cryotome) haru didekontaminasi.

f. Kecelakaan di Laboratorium

Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri merupakan resiko yang sering terjadi sebagai penyebab penularan utama pada petugas pemeriksa laboratorium.

Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan dengan urutan prioritas sebagai berikut :1. Perlindungan petugas pemeriksa

Batasi kontaminasi

Dekontaminasi pegawai

Dekontaminasi areal yang berhubungan2. Dekontaminasi kulit, detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus dilakukan dengan tidak merusak kulit3. Dekontaminasi mata, dilakukan dengan perawatan air untuk mencegah penyebaran kontaminasi dari satu area ke area lainnya.4. Dekontaminasi pakaian, pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya dan diletakkan pada wadah tertentu. Harus dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi dapat termonitor.5. Dekontaminasi daerah kerja, basahi semua daerah yang terkena tumpahan termasuk wadah yang rusak dengan disinfektan. Diamkan 10 menit. Bersihkan dengan tissue atau lap dengan menggunakan sarung tangan.Bila terjadi kecelakaan diruang kerja laboratorium, batasi orang yang masuk di daerah tersebut sampai dilakukan monitor terhadap kontaminasi oleh petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus tersedia di laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui oleh semua staf laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai dengan petunjuk lengkap tentang pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka bakar, keracunan, shock/collapse serta terbaca oleh semua staff.Setelah semua hal yang mendukung terciptanya kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja terpenuhi, maka hal terakhir yang diperlukan untuk menyempurnakan semua kegiatan tersebut adalah mencuci tangan. Cara yang benar untuk mencuci tangan yaitu :

1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir

2. Gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah

3. Digosok telapak tangan ke telapak tangan, sehingga menghasikan busa secukupnya selama 15-20 detik

4. Bilas kembali dengan air bersih

5. Tutup kran dengan siku atau tissue

6. Keringkan tangan dengan tissu / handuk kertas

7. Hindarkan menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan.C. Penutup Penerapan standart keamanan dan keselamatan laboratorium tidak akan terlaksana dengan baik tanpa kesadaran dari personil laboratorium. Disamping itu juga diperlukan kerjasama yang baik antar personil laboratorium sehingga lingkungan kerja yang aman dan nyaman di laboratorium dapat terwujud dan dapat menciptakan ide dan karya yang bermanfaat bagi orang banyak.

kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja sangat perlu diperhatikan dan diterapkan di dalam lingkungan kerja yang mana disini lingkungan kerja yang dimaksud adalah laboratorium mikrobiologi. Laboratorium ini merupakan laboratorium yang kegiatannya berhubungan langsung dengan mikroorganisme baik pathogen maupun non pathogen.

Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko terjadinya penyakit akibat kerja di dalam laboratorium mikrobiologi adalah dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sanitasi lingkungan serta diri sendiri dengan mencuci tangan dan pengolahan limbah yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Standar Keamanan Mikrobiologi untuk Pengembangan Agen Pengendali Hayati Penyusun : Vikayanti, S.Si. Staf Seksi Jaringan Laboratorium BBP2TP Surabaya.

11K3 di Laboratorium Mikrobiologi