k2 laporan lapsing rdp panja ruuk diy dengan kasultanan yogyakarta dan pura pakualaman

6
LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT PANJA RUUK DIY KOMISI II DPR RI DENGAN KGHP HADIWINOTO PENGAGENG KPH WAHONO SASTRO KRIYO DAN PENGEGENG KAWEDANAN KAPRAJAN PURO PAKUALAM SENIN, 10 OKTOBER 2011 Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat Ke : - Sifat : Terbuka Jenis Rapat : RDPU Panja RUUK DIY Dengan : KGHP Hadiwinoto Pengageng, KPH Wahono Sastro Kriyo & Pengegeng Kawedanan Kaprajan Puro Pakualam Hari/Tanggal : Senin, 10 Oktober 2011 Pukul : 14.00 WIB- Selesai Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd.Nusantara/KK.III) Ketua Rapat : Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si/Ketua Panja RUUK DIY Sekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH./Kabag Set Komisi II DPR RI Acara :Mencari masukan terkait dengan masalah pertanahan dan penataan Ruang di Provinsi DIY. Kehadiran : 22 dari 25 Anggota Komisi II DPR RI 3 orang izin Hadir : Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH. Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA. Ganjar Pranowo Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si Ir. Nanang Samodra, KA. M.Sc Ignatius Moelyono Khatibul Umam Wiranu, M. Hum Drs. H. Murad U Nasir M. Si Agustina Basik Basik, S.Sos.,MM.,MPD Alexander Litaay Dra. Eddy Mihati, M.Si Drs. Almuzammil Yusuf Hermanto, SE.,MM Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si Drs. H. Nu’man Abdul Hakim TERBATAS (Untuk kalangan Sendiri)

Upload: triya-indra-rahmawan

Post on 17-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: K2 Laporan Lapsing RDP PANJA RUUK DIY Dengan Kasultanan Yogyakarta Dan Pura Pakualaman

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT

PANJA RUUK DIY KOMISI II DPR RI DENGAN

KGHP HADIWINOTO PENGAGENG KPH WAHONO SASTRO KRIYO DAN PENGEGENG KAWEDANAN KAPRAJAN PURO PAKUALAM

SENIN, 10 OKTOBER 2011

Tahun Sidang : 2011-2012Masa Persidangan : IRapat Ke : -Sifat : TerbukaJenis Rapat : RDPU Panja RUUK DIYDengan : KGHP Hadiwinoto Pengageng, KPH Wahono Sastro Kriyo

& Pengegeng Kawedanan Kaprajan Puro PakualamHari/Tanggal : Senin, 10 Oktober 2011Pukul : 14.00 WIB- SelesaiTempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd.Nusantara/KK.III) Ketua Rapat : Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si/Ketua Panja RUUK DIYSekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH./Kabag Set Komisi II DPR RIAcara : Mencari masukan terkait dengan masalah pertanahan dan

penataan Ruang di Provinsi DIY.Kehadiran : 22 dari 25 Anggota Komisi II DPR RI

3 orang izinHadir : Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH. Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA. Ganjar Pranowo Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si Ir. Nanang Samodra, KA. M.Sc Ignatius Moelyono Khatibul Umam Wiranu, M. Hum Gede Pasek Suardika, SH., MH Dra. Gray Koesmoertiyah, M.Pd Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM Hj. Nurokhmah Ahmad Hidayat Mus

Drs. H. Murad U Nasir M. Si Agustina Basik Basik, S.Sos.,MM.,MPD Alexander Litaay Dra. Eddy Mihati, M.Si Drs. Almuzammil Yusuf Hermanto, SE.,MM Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si Drs. H. Nu’man Abdul Hakim Dra. Hj. Ida Fauziyah Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si Drs. Akbar Faizal, M.Si

Izin : Paula Sinjal, SH., M.Si Arif Wibowo.

Agus Purnomo, S.IP

TERBATAS(Untuk kalangan Sendiri)

Page 2: K2 Laporan Lapsing RDP PANJA RUUK DIY Dengan Kasultanan Yogyakarta Dan Pura Pakualaman

I. PENDAHULUANRapat Dengar Pendapat dengan KGHP Hadiwinoto Pengageng, KPH Wahono Sastro Kriyo & Pengegeng Kawedanan Kaprajan Puro Pakualam, dibuka pukul 14.00 WIB, oleh Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si/Ketua Panja RUUK DIY.

II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN1. Dalam pertemuan dengan Panja RUU Keistimewaan DIY ini, pihak

Kawedanan Ageng Kasultanan DIY yang dipimpin oleh KGPH Hadiwinoto menyampaikan: Bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta dulunya adalah Kasultanan yang

didirikan oleh Pangeran Mangkubumi dengan ditandatanganinya perjanjian Giyanti pada tahun 1775 antara Susuhunan PB III dengan VOC, dimana saat itu Pangeran Mangkubumi adalah penguasa Kerajaan Mataram. Perjuangan P.Mangkubumi melawan VOC selama kurang klebih 9 tahun menjadikan Susuhunan PB maupun VOC dipaksa untuk memberikan separuh Mataram kepada Pangeran Mangkubumi melalui perjanjian Giyanti 1775, dalam perjanjian Giyanti tersebut, P.Mangkubumi diakui menjadi Sultan Hamengkubuwono I dengan Keratonnya di Yogyakarta.

DIY merupakan satu-satunya Swapraja yang wilayahnya merupakan gabungan wilayah kerajaan Kasultanan dan Pakualaman ditambah dengan enclave Ngawen, Kotagede dan Imogiri di jaman kolonial yang berhasil mempertahankan diri dalam NKRI yang artinya Yogyakrata sebagai Kasultanan tetap memiliki wilayah, rakyat dan birokrasi pemerintahan yang keberadaannya dikukuhkan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta menurut UUD 1945.

Masa Pemerintahan Kolonioal Belanda, Kasultanan Yogyakarta selaku pemerintahan swapraja diakui sebagai kesatuan pemerintahan pribumi yang menguasai dan memiliki tanah dalam wilayah pemerintahannya. Setelah Indonesia merdeka terdapat kurang lebih 250 swapraja yang dihapuskan keberadaanya sehingga yang ada kemudian adalah penyebutan bekas swapraja, demikian pula tanah yang dikuasai oleh swapraja berubah menjadi tanah bekas swapraja, mengingat dengan proklamasi kemerdekaan RI maka yang bergabung dengan NKRI harus tunduk pada keputusan hukum bangsa Indonesia.

Pada 23 September 1960, Pemerintah RI mengeluarkan UU No.5 Tahun 1960 tentang UU Peraturan Dasar Pokok Agraria sehingga dengan keberadaan UU PA ini maka tanah-tanah swapraja atau bekas swapraja dengan sendirinya dihpaus dan dikuasai oleh negara. Namun bagi Provinsi DIY pada waktu itu UUPA belum dapat diberlakukan di DIY dikarenakan sebelum UUPA dikeluarkan di DIY telah terdapat UU No,.3 Tahun 1950 jo UU No.19 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta, berupa rijksblad-rijksblad dan peraturan-peraturan daerah. UUPA baru dapat diberlakukan di DIY Tahun 1984 yaitu sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1984 tentang Pemberlakuan Sepenuhnya UUPA di DIY dan pemberlakukan tersebut diatur oleh Mendagri dan untuk kepentingan tersebut dikelurakanlah Keputusan Mendagri No.66 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan Pemberlakukan sepenuhnya UUPA di Provinsi DIY.

Page 3: K2 Laporan Lapsing RDP PANJA RUUK DIY Dengan Kasultanan Yogyakarta Dan Pura Pakualaman

Terkait hal ini pihak Kawedanan Ageng Kasultanan DIY yang dipimpin oleh KGPH Hadiwinoto menegaskan kepada Panja RUUK DIY Komisi II DPR RI bahwa UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar dan Pokok Agraria tersebut perlu direvitalisasi kembali, sesuai dengan semboyan yang digunakan Republik Indonesia ini yaitu Bhineka Tunggal Ika. Pihak Kawedanan Ageng Kasultanan DIY mengingikan Pasal 18 huruf b dalam UUD 1945 diubah dan dikembalikan sesuai aslinya, mengingat sejak kata setingkat Provinsi untuk DIY dirubah jadi Provinsi maka Keistimewan DIY seolah akan dirubah.

2. Menanggapi pernyataan pihak Kawedanan Ageng Kasultanan DIY yang dipimpin oleh KGPH Hadiwinoto sejumlah anggota menyampaikan bahwa: Perlu ada kejelasan, pendataan, dan pengukuran mana yang Sultan

Grond, Sultanaat Grond maupun Pakualaman Grond dan Pakualamanat Grond dan diharapkan secepatnya hal ini dilaksanakan.

Perlu dirumuskan statusnya terlebih dahulu terkait mana yang tanah pribadi Sultan, Sultanaat Grond, tanah ahli waris dan sebagainya.

Kemudian terkait dengan Pasal 26 Kasultanan dan Pakualaman adalah subyek hak dan ini sudah diakomodir di Pasal 26 ayat (2). Dimana penggunaan fungsinya adalah Sultan dan Pakualam berhak mengelola tanah yang dikelola maupun dimilikinya untuk kepentingan rakyat. Bila hal ini semua jelas maka diharapkan semua juga akan beres.

Diberi Keistimewan tetapi disisi lain juga punya kewajiban untuk sejahterakan rakyat.

Kedepan untuk “subyek hak” perlu dibahas dan “hak milik Sultan” perlu diakui.

3. Terkait pernyataan sejumlah Anggota Panja RUUK DIY tersebut pihak Kawedanan Ageng Kasultanan DIY yang dipimpin oleh KGPH Hadiwinoto menyampaikan bahwa: Untuk pihak Kawedanan Ageng Kasultanan DIY yang dipimpin oleh KGPH

Hadiwinoto bisa dibuat mudah maupun bisa juga dibuat sulit, dan tentu waktu 1 tahun untuk mengukur itu belum tentu selesai. Terkait dengan pengukuran tanah ini kiranya nanti malah justru bisa memperpanjang waktu proses pembentukan RUUK DIY maupun perpanjangan masa jabatan Gubernur untuk Sultan HB X DIY, sehingga proses yang ahrusnya cepat justru malah mundur hanya gara-gara pengukuran tanah ini. Untuk tanah-tanah Kasultanan maupuan Pakualaman ini nanti bisa dimasukkan ke Perdais bukan didalam RUUK DIY.

Selama ini tanah Sultan maupun tanah Pakualaman telah dimanfaatkan oleh rakyat DIY seperti untuk Universitas, Rumah Sakit, dan sebagainya jadi kembali lagi juga untuk kepentingan masyarakat. Terkait hal ini tentu yang diatur adalah perlunya ada pasal yang bisa menjamin hak milik mana yang ”kekancingan’ dan sebagainya karena selama ini putra-putra raja maupun adik-adik raja Sultan HB X berada di keraton, karena keraton juga difungsikan sebagai rumah dinas pangeran. Jadi tanah-tanah keraton selama ini juga untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.

Kemudian istilah Sultanaat ini bukan kategori ”tanah keprabon” yang bisa dipinjamkan dan Sultan Grond artinya adalah tanah mahkota sehingga Sultan Grond itu masuk Keprabon dan keprabon itu masuk Sultan Grond.

Page 4: K2 Laporan Lapsing RDP PANJA RUUK DIY Dengan Kasultanan Yogyakarta Dan Pura Pakualaman

Kemudian untuk tanah kekancingan itu dasarnya adalah NGOP. Bagi rakyat yang meminjam tanah Sultan/Pakualaman maka bila yang pinjam itu wafat maka itu tidak bisa diturunkan ke anaknya meskipun istilahnya pinjam tapi tetap harus diurus ulang ke Keraton bahwa sekarang yang pinjam adalah anaknya.

4. Dari pihak Kawedanan Ageng Pakualaman menyampaikan kepada anggota Panja RUUK DIY bahwa apa yang disampaikan oleh pihak Kawedanan Ageng Kasultanan DIY adalah sama dengan pihak Kawedanan Ageng Pakualaman.

II. KESIMPULAN/PENUTUPPanja RUUK DIY Komisi II DPR RI menyampaikan apresiasi atas paparan dan masukan/aspirasi yang disampaikan KGHP Hadiwinoto Pengageng, KPH Wahono Sastro Kriyo, dan Pengegeng Kawedanan Kaprajan Puro Pakualam terkait dengan Pertanahan di Provinsi DIY. Terhadap masukan tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta dengan Pemerintah.

Jakarta, 10 Oktober 2011PIMPINAN PANJA RUUK DIY

KETUA,

TTD.

Drs. ABDUL HAKAM NAJA, M.SiA-126