jurusan teknik lingkungan, fakultas teknik, universitas
TRANSCRIPT
Sanitasi Perumahan dan Permukiman
Denny Helard, Dr.Eng.Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas AndalasPengurus IATPI Sumatera Barat
Disampaikan pada acara Bimbingan Teknis Penerapan Teknologi Konstruksi Perumahan dan PermukimanKerjasama Jurusan Teknik Sipil UNAND, LPJK Prov. Sumatera Barat dan Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR
1
Pentingnya Sanitasi Perumahan/Permukiman2
•40,2% penduduk Indonesia belum mendapatkan akses sanitasi layak
Hak Dasar
•Kerugian ekonomi sebesar 56,7 trilyun per tahun akibat kondisi sanitasiyang buruk.
Kerugian Ekonomi
•Setiap 1 USD yang diinvestasikan untuk perbaikan sanitasi memberikanimbal balik hasil paling sedikit sebesar 8 USD (WHO, 2005)
Imbal Balik (Keuntungan)
•Dapat menurunkan angka penyakit diare sampai 94% (WHO, 2007)
Menurunkan Penyakit
3
PUPR
Penyakit Akibat Sanitasi yang Tidak Layak4
• Diare, Kolera, Disentri, Deman Tifoid
Bakteri
• Hepatitis A, Hepatitis E, Gastroenteritis.
Virus
• Berbagai jenis cacing (ascariasis, cacing tambang dll), Protozoa (giardiasis, infeksi usus halus), Scabies (parasit kulit, kutu)
Parasit
Akibat Sanitasi yang Tidak Layak
PUPR
Akibat Sanitasi yang Tidak Layak
PUPR
Definisi7
•Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaanmaupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, danutilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni
Perumahan
•Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuanperumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, sertamempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan ataukawasan perdesaan.
Permukiman
•Upaya untuk menjamin dan meningkatkan penyehatan lingkungan dalamsuatu kawasan perumahan/permukiman, termasuk pengumpulan,pengolahan, dan pembuangan air limbah, air hujan/drainase, dan sampah
•Upaya membuang limbah cair rumah tangga, dan sampah untukmenjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik di tingkat rumahtangga maupun di lingkungan permukiman
Sanitasi
Landasan Hukum8
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman
Peraturan-peraturan lainnya: UU, PP, Perpres, Permen PUPR, Permendagri, Pergub, Perwako/Perbup
Landasan Hukum9
Pasal 134 UU 1/2011: Pihak pengembang (developer) dilarang menyelenggarakan pembangunanperumahan, yang tidak membangun perumahansesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan utilitas umum yang diperjanjikan
Jika tidak terpenuhi, Pasal 150 ayat (2) UU 1/2011: sanksiadministratif (teguran, pembekuan/pencabutan imb, pembukaan/pencabutan izin usaha, penutupan lokasidll). Selain itu, pihak pengembang yang bersangkutanjuga dapat dijerat pidana berdasarkan Pasal 151 UU 1/2011 (denda Rp. 5M, tambahan: membangunkembali sesuai kriteria yg disyarakatkan).
PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh
Kriteria Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Pencegahan Terhadap Perumahan
Kumuh
dan Permukiman Kumuh
PENGAWASAN DAN
PENGENDALIANPEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Perizinan
Standar Teknis
Kelaikan Fungsi
Pendampingan
Pelayanan Informasi
Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Penetapan Lokasi
Pola Penanganan
Pengelolaan
Peremajaan
Pemukiman Kembali
1)
2)
3)
a.
b
c
Kriteria Bangunan
Gedung
Kriteria Jalan Lingkungan
Kriteria Penyediaan Air
Minum
Kriteria Drainase
Lingkungan
Kriteria Pengelolaan Air
Limbah
Kriteria Pengelolaan
Persampahan
Kriteria Pengamanan
Kebakaran
1
4
5
6
7
2
3Pemugaran
Ketentuan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
PERMEN PUPR No. 2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH
DAN PERMUKIMAN KUMUH
PUPR
Pengawasan dan Pengendalian
Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pemugaran
Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni
Pemberdayaan Masyarakat
Pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan informasi
Peremajaan
Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat
Pemukiman kembali
Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: penyediaan Rusunawa)
PENANGANAN
PERMUKIMAN
KUMUH
PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH
PUPR
PERMUKIMAN
PERMUKIMAN KUMUH
PERUMAHAN
PERUMAHAN KUMUH
PERMUKIMAN KUMUH adalah : Permukiman yang tidak
layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat
kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan
serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
PERUMAHAN KUMUH adalah : Perumahan yang mengalami
penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.
PENURUNAN
KUALITAS
TEMPAT HUNIAN
●Ketidakteraturan bangunan
● Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi
●Kualitas bangunan tidak memenuhi syarat
●Kualitas sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat
PERMUKIMAN
TIDAK LAYAK
HUNI
Sumber : UU 1 Tahun 2011
DEFINISI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
PUPR
7 KRITERIA DAN INDIKATOR PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
1. Bangunan Gedung
2. Jalan Lingkungan
3. Penyediaan Air Minum
4. Drainase Lingkungan
5. Pengelolaan Air Limbah
6. Pengelolaan Persampahan
7. Proteksi Kebakaran
• ketidakteraturan bangunan;
• tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata ruang;
• kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat.
• jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman;
• kualitas permukaan jalan lingkungan buruk.
• ketidaktersediaan akses aman air minum;
• tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku.
• drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan;
• ketidaktersediaan drainase;
• tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan;
• tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya;
• kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk.
• sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku;
• prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis.
• prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis;
• sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis;
• Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar
• ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran;
• ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran.
Kenapa inikumuh?
Bangunantidak teratur
Kenapa inikumuh?
Kualitas jalanyang buruk
Kenapa inikumuh?
Tidaktersedianya
saranapengelolaan
air limbah
Kenapa inikumuh?
Tidaktersedianya
saranapersampahan
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan
Ditinjau dari
Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
masyarakat tidak dapat mengakses
air minum yang memenuhi syarat
kesehatan.
a. ketidaktersediaan
akses aman air minum;
dan/atau
b. tidak terpenuhinya
kebutuhan air minum
setiap individu sesuai
standar yang berlaku.
kebutuhan air minum masyarakat
dalam lingkungan perumahan atau
permukiman tidak mencapai minimal
sebanyak 60 liter/orang/hari.
PUPR
PP 14/2016
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan
Ditinjau dari
Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
a.drainase lingkungan tidak
mampu mengalirkan limpasan
air hujan sehingga
menimbulkan genangan;
b.ketidaktersediaan drainase;
c.tidak terhubung dengan
sistem drainase perkotaan;
d.tidak dipelihara sehingga
terjadi akumulasi limbah
padat dan cair di dalamnya;
dan/atau
e. kualitas konstruksi drainase
lingkungan buruk.
menimbulkan genangan dengan tinggi
lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam
dan terjadi lebih dari 2 kali setahun.
saluran tersier, dan/atau saluran lokal
tidak tersedia.
saluran lokal tidak terhubung dengan
saluran pada hirarki di atasnya sehingga
menyebabkan air tidak dapat mengalir dan
menimbulkan genangan.
pemeliharaan saluran drainase tidak
dilaksanakan, baik pemeliharaan rutin
dan/atau pemeliharaan berkala.
kualitas konstruksi drainase buruk, karena
berupa galian tanah tanpa material pelapis
atau penutup atau telah terjadi kerusakan.
PUPR
PP 14/2016
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
a.sistem pengelolaan air limbah
tidak sesuai dengan standar
teknis yang berlaku; dan/atau
b.prasarana dan sarana
pengelolaan air limbah tidak
memenuhi persyaratan teknis.
a. kloset leher angsa tidak terhubung
dengan tangki septik; atau
b. tidak tersedianya sistem pengolahan
limbah setempat atau terpusat.
tidak memiliki sistem:
a. pengelolaan limbah domestik;
b. pengelolaan limbah komunal; atau
c. pengelolaan limbah terpusat.
PUPR
Kekumuhan
Ditinjau dari
Pengelolaan
Air Limbah
PP 14/2016
Kriteria
Perumahan
Kumuh Dan
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kekumuhan Ditinjau
dari Drainase
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan
Ditinjau dari
Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
a. prasarana dan sarana
persampahan tidak sesuai
dengan persyaratan
teknis;
b.sistem pengelolaan
persampahan tidak
memenuhi persyaratan
teknis; dan/atau
c. Tidak terpeliharanya
sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan
sehingga terjadi
pencemaran lingkungan
sekitar.
tidak tersedianya:
a.tempat sampah dengan pemilahan sampah
pada skala domestik atau rumah tangga;
b.tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS
3R (reduce, reuse, recycle) pada skala
lingkungan;
c.gerobak sampah dan/atau truk sampah pada
skala lingkungan; dan
d.tempat pengolahan sampah terpadu (TPST)
pada skala lingkungan.
tidak tersedianya:
a.sistem pewadahan dan pemilahan domestik;
b.sistem pengumpulan skala lingkungan;
c.sistem pengangkutan skala lingkungan;
d.sistem pengolahan skala lingkungan.
pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan tidak dilaksanakan, baik
pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan
berkala.PUPR
PP 14/2016
TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
Permukiman Kumuh Atas Air - Banjarmasin Permukiman Kumuh Tepi Air - Jakarta
Permukiman Kumuh Rawan Bencana -
Jogjakarta
Permukiman Kumuh Perbukitan- Jayapura
Permukiman Kumuh Dataran Rendah -Jakarta
1 2
3
4 5 PUPR
SASARAN CIPTA KARYA 2015-2019 “MENUJU 100-0-100”
PUPR
Prasarana Air Limbah25
Air yang berasal dari sisa aktivitas manusia
Pengelolaan air limbah dikelompokkan pada:
- Pengolahan Setempat
- Pengolahan Terpusat
Pengolahan Setempat
Air limbah langsung diolah dimana air limbah tersebut timbul.
Pengolahan Terpusat
Air limbah dialirkan melalui sistem perpipaan menuju ke instalasi
pengolahan air limbah (IPAL)
26
27
28
Karakteristik Air Limbah Perumahan29
30
• Penghubung Pengguna (User Interfaces)
• Penampungan, Pengaliran, dan Pengolahan Sistem Setempat
• Penampungan dan Pengaliran Sistem Terpusat
• Pengolahan Akhir Sistem Terpusat (IPAL)
Teknologi Pengolahan Air Limbah berdasarkan fungsinya dikelompokkan sebagai berikut:
Pilihan Teknologi Pengolahan Air Limbah
31
Penghubung Pengguna
32
Penampungan, Pengaliran, dan Pengolahan Sistem Setempat
33
Penampungan, Pengaliran, dan Pengolahan Sistem Setempat
34
35
36
Prasarana Pengolahan Sampah37
Prasarana pengelolaan sampah berbasis kepada keterlibatan
masyarakat dalam mengelola sampah di sumbernya dengan prinsip
3R (reduce, reuse, recycle)
Upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya, karena
adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan
baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan
sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas,dan
lain-lain.
Pengelolaan persampahan di Indonesia dilakukan melalui duapendekatan yaitu pengurangan di sumber melalui kegiatan 3R danpengolahan akhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Infrastrukturyang terkait dengan persampahan yaitu TPA dan TempatPengolahan Sampah 3R (TPS 3R).
38
39
40
• Pewadahan (User Interfaces)
• Pengumpulan (RT/RW)
• Tempat Penampungan Sementara (TPS)
• Pengangkutan
• Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu 3R(TPS3R)
• Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Teknologi Pengolahan Sampah menurut Kelompok Fungsinya adalah sebagai berikut (UU No. 18/2008):
Pilihan Teknologi Pengolahan Sampah
41
Pewadahan
42
Pewadahan
43
Pengumpulan (RT/RW)
44
45
Tempat Penampungan Sementara
46
47
Pengangkutan
48
49
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 3R
50Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 3R
51
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 3R
52
53
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
54
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
55
Prasarana Drainase Perkotaan56
Drainase perkotaan adalah sistem jaringan pembuangan air hujan di wilayah kota yang berfungsimengelola/mengendalikan air permukaan, sehingga tidakmengganggu dan/atau merugikan masyarakat sertamemberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.
Secara prinsip sistem drainase berfungsi untuk mengelolakelebihan air dengan cara meresapkan sebanyakbanyaknyaair ke dalam tanah secara alamiah, atau mengalirkan air kebadan air penerima, seperti sungai atau laut, tanpamelampaui kapasitas badan air sebelumnya.
57
58
59
• Drainase tanpa perkerasan
• Drainase dengan perkerasan
• Drainase swale
Prinsip pemilihan jenis konstruksi penampang drainase tersier mengacu kepada konsep green infrastructure, yaitu sebagai berikut :
Pilihan Teknologi Drainase
60
61
62