jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu...
TRANSCRIPT
POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENANAMKAN AKHLAK
PADA ANAK SEJAK USIA DINI (Studi Kasus TK Bakti Nusa Indah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan Banten)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Susylowati NIM 1112011000098
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
i
ABSTRAK
Susylowati (1112011000098) : Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Sejak Anak Usia Dini (Studi Kasus: Orang
Tua Murid TK Bakti Nusa Indah, Kel. Cempaka Putih, Kec. Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam
menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini dengan studi kasus di TK Bakti
Nusa Indah, Cempaka Putih, Kecamatan Cempaka Putih,Kota Tangerang
Selatan,Banten.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan pendekatan deskriptif
analisis. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket. Dan teknik
analisis data menggunakan reduksi data, menyajikan dan menarik kesimpulan.
Hasil yang ditemukan adalah adanya keragaman pola asuh yang dilakukan oleh
wali murid TK Bakti Nusa Indah dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia
dini, diantara pola asuh tersebut adalah pola asuh demokratis, permisif dan
otoriter. Pada pola asuh demokratis menunjukkan tingkat penerimaan yang paling
besar dibandingkan dengan tipe permisif dan otoriter. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dari data penelitian yang ada orang tua memiliki kecenderungan dalam
menanamkan akhlak pada sejak usia dini dengan menggunakan pola asuh
demokratis.
Keyword : Pola Asuh Akhlak, Orang Tua, Usia Dini
ii
ABSTRACT
Susylowati (NIM: 1112011000098): Parenting Parents in Instilling Morals in
Children From Early Age (Case Study of Tk Bakti Nusa Indah)
This study aims to find out how parenting parents who instill morals in children
from an early age with a case study on parents in Bakti Nusa Indah Kindergarten,
Cempaka Putih, Cempaka Putih District, South Tangerang City, Banten.
In this study to obtain appropriate results, this study uses qualitative research and
descriptive analysis approaches. By taking data with observations, interviews and
questionnaires. And data analysis techniques use data reduction, present and
draw conclusions.
The results found were the diversity of parenting practices carried out by the
guardians of the Bakti Nusa Indah Kindergarten students in cultivating morals in
children from an early age, among these parenting styles were democratic,
permissive and authoritarian parenting. In democratic parenting shows the
highest level of acceptance compared to permissive and authoritarian types. So it
can be concluded that from the research data there are parents who have a
tendency to instill morals at an early age by using democratic parenting.
Keyword: Parenting, Morals, Parents, Early Age
iii
KATA PENGANTAR
ن الرحيم الرحم بسم للا
Puji syukur sedalam dan luasnya dihaturkan atas limpahan karunia, Iman,
Islam, kesehatan, kesempatan yang dilimpahkan untuk penulis dari Allah SWT,
Tuhan semesta Alam, Dzat pemberi, penyempurna rahmat serta hidayah.
Sehingga dengan ridho-Nya penulis mampu menorehkan gagasan, pemikiran,
yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pola Asuh Orang Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini”, sebagai kesyukuran atas
limpahan cakrawala pengetahuan yang Allah hidangkan kepada kita. Sehingga
penulis merasa bahwa karya ini bukan sebatas pemenuhan tuntutan akademik
belaka, namun merupakan kewajiban insan cita dalam mengamalkan perintahnya,
“bacalah dengan nama tuhanmu yang maha menciptakan”. Tak lupa shalawat
beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, guru paripurna,
sang murabbi bagi segala ummat diseluruh Alam. Semoga tercurahkan
keselamatan bagi keluarga, sahabat, tabi’in serta pengikut yang senantiasa
istiqamah menjalankan ajarannya.
Dengan selesainya skripsi ini, Penulis sadari betul, karya ini tidak akan
mudah hadir tanpa dorongan yang senantiasa terus mengalir, hadir dalam relung
jiwa dan badan, menjadikannya penyemangat dalam setiap goresan tinta, dan
pemicu untuk tetap melangkah. Datangnya dari orang tua tercinta Ayah Johan
Izuddin dan Ibu Kurniawati, dua sosok yang menyatu, memberikan andil begitu
besar bagi keberlangsungan setiap aktivitas yang dijalankan oleh penulis, teramat
besar pengorbanan yang telah dihibahkan untuk penulis. Mudah-mudahan Allah
senantiasa melindungi, melimpahkan kesehatan dan kelapangan rezeki, dan
mengampuni seluruh dosanya seperti mereka mendidik anak-anaknya saat kecil.
Selanjutnya penulis juga menghaturkan ribuan banyak terima kasih kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Amany Lubis,
MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Serta
seluruh jajaran civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. Abdul Majid Khon,
M.Ag.
iv
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Marhamah Saleh, Lc,
MA.
5. Pembimbing Akademik Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, yang
senantiasa memberi bimbingan dan arahan selama menempuh
studi SI di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam.
6. Pembimbing skripsi Dr. Sururin, M.Ag yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mendengar celotehan penulis, dan
selaku pembimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada
penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.
7. Seluruh Dosen Pendidikan Agama Islam, terima kasih atas
didikan, keteladanan, keikhlasan, kebersamaan yang dihibahkan
kepada kami, mahasiswa PAI. Kami ingin menjadi bagian yang
menghargai masa depan penuh rasa optimistis, dengan cara kami
menghargai pendidik hari ini.
8. Kepala perpustakaan Umum, perpustakaan FITK, berikut staf
bagian, office boy FITK, satpam FITK, yang turut andil dalam
memberikan suasana yang nyaman bagi penulis berada di ruang
lingkup akademis, semoga Allah lapangkan keihklasan dan
pengabdiannya.
9. Kepala TK Bakti Nusa Indah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan,
yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
10. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Johan Izuddin dan Kurniawati
yang tiada henti memberikan do’a, motivasi, serta curahan kasih
sayang yang tiada tara. Begitu juga dengan dukungan moril dan
materil yang tiada ternilai harganya untuk keberhasilan dan
kesuksesan penulis. Skripsi ini penulis persembahkan untuk
kalian.
v
11. Uwa Tersayang Syamsuddin dan Istri yang selalu memberikan
support kepada penulis untuk bisa segera menyelesaikan
penelitian ini.
12. Adik-adik tercinta Halimah Tusa’diah dan Aulia Putri Pertiwi
yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis. Serta
saudara sepupu Teteh Zulfah dan keponakan-keponakan
tersayang, yang selalu membawa kebahagiaan dan memberikan
semangat saat penulis mengerjakan skripsi.
13. Kepala SDI Ruhul Amin Andi Angger Sutawijaya, beserta para
dewan guru, Marini Munas, Halimah Tusa’diah,Hasna Fikriyani ,
Lili Siwidiyaningsih, Rofiqoh, Marzuqoh, dan Theresa Darma,
yang sudah memberi kesempatan untuk menimba ilmu serta
mendapatkan pengelaman mengajar selama dua tahun, dan selalu
memberikan dorongan, do’a. motivasi dan setia menemani
penulis dalam menyelasaikan tugas skripsi dengan baik.
14. Kepala PKBM Sekolah KITA Tangerang Ahmad Jubaedi, beserta
dewan guru Andri Nur Triyanto, Ibet Munandar, dan Wafi
Alfauzan Agusto, Irma Parmiati, dan Inas Fityah yang selalu
memberi semangat, dorongan dan bantuan, sehingga penelitian ini
dapat selesai dengan baik.
15. Intan Rabiatul Adawiyah, Rahayu Mulyawati, Putri Amelia, Febi
Yustianingsih, Robika Rahman, Ahmad Rei Fuad Zein, M. Yunus
Yazid, sahabat satu perjuangan yang saling menyemangati,
memotivasi, memberi masukan, dan keceriaan, semoga Allah
mudahkan dan melancarkan segala urusan kita.
16. Sahabat tersayang dari MTs-SMA Islam Al-Layyinah, yaitu
ZyRraa, yang terdiri dari Farasya Rida, Annisa Putri Sasmita,
Ayu Febrilian, Abiyani Oktavianti, Jurni Hikmawanti, dan
Mohammad Alfialdy. Yang selalu mendokan dan menjadi
penyemangat terbaik sepanjang masa.
vi
17. Sahabat MI Al-Layyinah yaitu Dedengkot, terdiri dari Tholut
Amirul Mukminin, Sylvia Kartika Nafisah, Febi Nusdiansyah,
Wisnu Hadi Santoso, dan Muhammad Zamakhsyari Syihab yang
selalu memberikan cerita penyemangat, doa, dan dukungn
terbaiknya dalam menyelesaikan penulisan ini.
18. Teman-teman Pendidikan Agama Islam 2012, semoga Allah
mudahkan dan lancarkan segala urusan kalian. Aamiin, see you on
top guys! Salam Sukses.
19. Keluarga besar PAI C 2012 “Kancawan dan Kancawati”, yang
selalu memberikan semangat, motivasi, canda tawa, dan telah
banyak menggoreskan kenangan indah. Semoga persahabatan kita
bukan hanya di dunia tetapi sampai di surga nanti.
20. Ida Parida, Cut Rosa Meilisa, dan Mora Nasution teman hidup
selama berada di Ciputat, yang selalu memberikan semangat,
kenyamanan, kebersamaan dan nasihat yang dapat membuat
penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.
21. Khairil Anam, Rayhanah Nur Tsabitah, Ikhwan Fillah, dan Kak
Novia Nasyomia dan kawan-kawan KAMMI Tangsel lainnya,
yang telah memberikan semangat perjuangan untuk terus dapat
menjadi yang terbaik.
22. Adik-adik di SDI Ruhul Amin yang telah memberikan warna baru
dalam kehidupan penulis untuk terus mendedikasikan diri dalam
dunia pendidikan.
23. Adik-adik PKBM Sekolah KITA, yang terus memberikan
semangat baru dalam jiwa penulis untuk dapat segera
menyelesaikan skripsi ini.
Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang turut membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih banyak, semoga Allah membalas
dengan rahmat dan karunia yang tiada terhingga.
vii
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan. Untuk
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
khusunya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Jakarta, 21 Januari 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................ 10
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 12
A. Pola Asuh Orang Tua ..................................................................................... 12
1. Pengertian Pola Asuh ................................................................................ 12
2. Jenis-jenis Pola Asuh ................................................................................ 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh .......................................... 18
B. Orang Tua ...................................................................................................... 19
1. Kewajiban Orang Tua ............................................................................... 19
2. Aspek Pengukuran Pola AsuhOrang Tua .................................................. 22
C. Akhlak ............................................................................................................ 24
1. Pengertian Akhlak ..................................................................................... 24
2. Ruang Lingkup Akhlak ............................................................................. 25
3. Macam-macam Akhlak ............................................................................. 29
4. Faktor Pembentukan Akhlak ..................................................................... 32
D. Karakteristik Usia Dini .................................................................................. 33
ix
1. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini ................................................. 39
2. Perkembangan keagamaan Anak Usia Dini ............................................ 40
E. Pola Asuh Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak Sejak Usia Dini ..... 41
F. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………...…….43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 45
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 45
B. Metode Penelitian .......................................................................................... 45
C. Responden Penelitian ..................................................................................... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 46
E. Analisis Data .................................................................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 56
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 56
B. Deskripsi Data ................................................................................................ 56
C. Hasil Penelitian .............................................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 80
A. Kesimpulan .................................................................................................... 80
B. Implikasi ........................................................................................................ 80
C. Saran .............................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82
LAMPIRAN ......................................................................................................... 85
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Usia Orang Tua Siswa TK Bakti Nusa Indah ...................................... 57
Grafik 4.1 Pendidikan Orang Tua Siswa TK Bakti Nusa Indah ........................... 57
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Memberikan Kebebasan pada Anak untuk Memilih dan
melakukan suatu tindakan ................................................................ 59
Tabel 4.2 Mencukupi Semua Kebutuhan Anak ............................................... 60
Tabel 4.3 Memberikan Bimbingan dengan Penuh Perhatian ........................... 60
Tabel 4.4 Memperhatikan dan Memilih Teman yang Baik untuk Anak ......... 61
Tabel 4.5 Memberikan Perhatian dan Kasih Sayang kepada Anak ................. 62
Tabel 4.6 Dapat Menciptakan suasan komunikatif dalam Keluarga ............... 62
Tabel 4.7 Berlaku Adil Pada Anak .................................................................. 63
Tabel 4.8 Meluangkan Waktu dengan Mengajak Anak ke Tempat
Rekreasi ........................................................................................... 64
Tabel 4.9 Menbiarka Anak Bermain tanpa Pengawasan ................................. 65
Tabel 4.10 Memberikan kebebasan kepada anak tanpa memberikan control
sama sekali ...................................................................................... 66
Tabel 4.11 Memberikan Kesempatan kepada Anak untuk Melakukan sesatu
tanpa Pengawasan yang Cukup ........................................................ 66
Tabel 4.12 Tidak Menegur atau Memperingatkan Ketika Anak Salah ............ 67
Tabel 4.13 Tidak Peka terhadap Maslaah yang dihadapi Anak ......................... 68
Tabel 4.14 Bersikap Pasif dan Masa Bodoh terhadap Anak .............................. 69
Tabel 4.15 Memaksa Anak untuk Mematuhi Aturan dan tidak boleh
Membantah ...................................................................................... 70
Tabel 4.16 Mengharuskan Anak Mengikuti Semua Keinginan Anda .............. 71
Tabel 4.17 Meminta Tolong kepada Anak Anda dengan Nada Mengancam .... 71
Tabel 4.18 Memberikan Perintah dan Laragan kepada Anak ........................... 72
Tabel 4.19 Memukul Anak Apabila Melakukan Sebuah Kesalahan ................. 73
Tabel 4.20 Memberikan Hukuman kepada Anak Apabila Melakukan
Sebuah Kesalahan ............................................................................ 73
Tabel 4.21 Presentasi Kategori Jawabn Responden .......................................... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam
kehidupan manusia. Karena sejak manusia dilahirkan ke muka bumi, Allah
menganugerahkan akal pikiran yang menjadikannya lebih mulia daripada
makhluk-makhluk yang diciptakan-Nya. Dengan kemuliaan tersebut
manusia bertugas sebagai khalifah di muka bumi ini.
Tugas sebagai seorang khalifah tentu tidaklah mudah. Manusia
harus menggunakan akal pikirannya untuk dapat memilah mana yang baik
dan mana yang buruk. Tentunya ia dapatkan hal tersebut dari pendidikan
yang ia dapatkan dari lingkungan di sekitarnya. Terutama pendidikan yang
ia dapatkan dari keluarganya, karena tugas mendidik yang pertama dan
utama adalah keluarga.
Mendidik merupakan kerja yang tak pernah usai. Mendidik berarti
mewariskan kebajikan, kebijaksanaan, keterampilan, inspirasi dan bekal
ideologi yang berpijak di arah tuntunan ilahi. Mendidik adalah medan
dedikasi tanpa batas. Mendidik merupakan salah satu langkah untuk
mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan.
Keluarga merupakan tempat pertama anak-anak mendapatkan
pendidikan, yaitu dari orang tua dan anggota keluarganya. Selain itu
keluarga merupakan tempat untuk mendapatkan sebuah kenyamanan,
kasih sayang, cinta dan juga pembelajaran keteladan. Ibrahim Amini
mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Agar Tak Salah Mendidik
bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sebaik-baiknya kamu adalah orang
yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling
baik terhadap keluargaku.”1
1 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik , (Jakarta : Al-Huda, 2006), h. 55
2
Keluarga adalah yang terdiri dari orang tua yaitu ayah, ibu dan juga
anggota keluarga lainnya. Orang tua memegang prinsip pembelajar
sebagaimana disandarkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa, “Setiap orang
adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah.” Tentu kita sepakat bahwa
ruang dan waktu bukanlah alasan yang melimitasi bergulirnya nilai-nilai.
Peran sebagai orang tua sekaligus guru, atau sebaliknya bak dua
sisi mata uang yang tak terpisahkan. Ia melekat secara permanen pada diri
setiap insan. Penyatuan predikat orang tua dan guru, adalah takdir manusia
sebagai makhluk pilihan. Sudah merupakan fitrah manusia bahwa uliran
waktu berjalan mengantarkan kita semua menuju momentum menunaikan
amanat sebagai ibu atau ayah. Ini berarti sebagai insan harus siap berperan
sebagai praktisi pendidikan. Minimal untuk anak-anaknya sendiri.
Sebab ketika seorang anak lahir , maka pada detik itu juga sebagai
orang tua harus menjadi guru baginya. Kewajiban untuk mengajarkan
kepada anak-anak tentang berbagai hal dalam kehidupan ini, tak bisa
diserahkan sepenuhnya kepada orang lain atau institusi pendidikan. Ada
proses belajar yang harus dilalui secara tuntas di dalam rumah sebelum
anak-anak bersekolah.
Ibrahim Amini megungkapkan bahwa, Imam Sajjad as telah berkata,
Adapun yang menjadi hak anakmu ialah, engkau harus tahu bahwa ia
adalah darimu, dan kebaikan dan keburukannya di dunia ini dikaitkan
kepadamu. Engkau juga berkewajiban membantunya dalam masalah
akhlak yang baik, mengenal Allah dan ketaatan kepada-Nya. Maka
berkenaan dengannya hendaklah engkau seperti seorang yang yakin
akan mendapat pahala jika ia berbuat kebajikan kepadanya dan
mendapatkan siksa jika berbuat jelek kepadanya.2
Nilai-nilai dasar seperti praktik keagamaan, kejujuran dan teladan
kebaikan menjadi domain orang tua selaku panutan ketika di rumah. Ikatan
yang kuat antara orang tua dengan anak adalah cara sederhana memupuk
benih kecerdasan ke dalam diri mereka.3
2 Ibid. h. 57
3 Bambang Tri. Menginstal Akhlak Anak. ( Bandung : Pustaka Mandiri ) hal. 2
3
Ada nasehat penting bagi para orang tua dari Dr. Muhammad
Muhammad Badri dalam bukunya, Sentuhan Jiwa Untuk Anak
Kita,Cintailah anak-anak Anda dengan cinta yang nyata; tunjukkan
kesalahan mereka dengan lembut dan santun; bersabarlah dalam
menghadapi perilaku mereka; bersikaplah sesekali seakan-akan Anda
mengabaikan kesalahan mereka; jadikanlah diri Anda sebagai teladan
bagi mereka; gunakanlah cara dan metode yang tepat dalam melakukan
itu. Gunakan bahasa cinta dan kasih sayang.4
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Dr. Muhammad Muhammad
Badri diatas menegaskan bahwa rumah bagi anak haruslah diciptakan
senyaman mungkin dengan pola asuh yang tepat dalam mencintai anak
secara nyata, meluruskan kesalahan dengan lembut dan santun,
mengendalikan diri agar mampu menghadapi berbagai kesalahan perilaku
anak seraya meluruskannya dengan cara cara yang tepat.
Peranan orang tua dalam pola asuhnya terhadap anak mereka
menjadi amat penting bagi anak sehingga ketauladanan perbuatan baik dan
positif yang dilaksanakan orang tua merupakan proses pendisiplinan dari
sejak dini, apabila tidak maka depresi mental, tekanan kejiwaan, stress,
penderita batin banyak terjadi dikalangan orang tua.
Allah swt. berfirman dalam Al-Qur‟an surat At-tahrim ayat 6 yang
berbunyi:
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
4 Muhammad Muhammad Badri, Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita, (Bekasi : Daun
Publishing) hal. Viii
4
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim : 6)5
Pada ayat di atas telah diperintahkan bagi orang tua untuk menjaga
keluarganya dari siksaan api neraka. Sungguh, tanggung jawab dan
amanah yang sangat besar bagi para orang tua untuk membesarkan dan
juga mendidik sang anak hingga dewasa secara baik, karena anak adalah
amanah dari Allah yang kelak dimintai pertanggung jawabannya.
Tidak perlu disangsikan lagi, penting untuk kita ketahui dengan
jelas generasi yang kita idamkan seperti apa. Setiap orang tua pasti
menginginkan anaknya tumbuh sehat, cerdas dan juga berakhlak baik.
Tentunya hal tersebut menjadi tujuan utama orang tua. Namun pendidikan
yang ada saat ini rupanya tidak memiliki kejelasan tujuan. Ada suatu
pendidikan Islam yang menyiapkan individu hidup secara islami di zaman
modern tetapi masih lemah dalam hubungan antar manusia dan
meninggalkan kehidupan ilmiah dan kerja. Ada pula suatu pendidikan
Islam yang berusaha mengadopsi sistem Barat dan filsafat pendidikan
Barat dengan sedikit menambahkan ilmu agama dan peradaban Islam
tetapi tidak berhasil. Masih banyak contoh lainnya.
Peran orang tua sejak dini kepada anaklah yang menjadi bekal dan
pegangan yang kuat bagi sang anak. Ketika dunia pendidikan di luar
lingkungan rumah seperti sekolah dan lainnya memiliki berbagai hal yang
dapat ia serap tanpa pertimbangan positif dan negatifnya, peran orang
tualah yang menjadi pembimbing utama bagi anak untuk memberi
pendidikan ketauladanan sebagai bekal utama untuk menjadi generasi
yang berakhlak yang siap menghadapi tantangan zaman saat ini.
Muhammad Nur Abdul Hafizh mengatakan dalam bukunya Mendidik
Anak Bersama Rasulullah, diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu
„Abbas r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda. “Jadikanlah kata-kata
pertama yang diucapkan seorang anak, kalimat La ilaha Illallah.”
Dan diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq yang menceritakan bahwa
5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul
„Ali-Art, 2005), h. 174.
5
para sahabat Nabi Saw. menyukai untuk mengajarkan kalimat Laa
ilaaha Illallah, kepada setiap anak yang baru bisa mengucapkan kata-
kata, sebanyak tujuh kali, sehingga kalimat tauhid ini menjadi ucapan
mereka yang pertama kalinya.6
Hadits ini menegaskan bahwa, hal yang sangat dianjurkan dan
disenangi oleh baginda Nabi Saw. adalah megajarkan anak sejak sedini
mungkin untuk mengucapkan kata-kata tauhid atau mengesakan Allah.
Dengan begitu anak akan terbiasa dalam dirinya mengucapkan kata-kata
tauhid, yang nanti akan ia pahami maknanya setelah ia tumbuh semakin
besar.
Generasi saat ini merupakan generasi yang hidup di abad-21 yang
sedang deras dengan arus globalisasi. Globalisasi adalah suatu proses
tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.7
Dengan adanya globalisasi ini terjadilah pergeseran pola tingkah laku yang
disebabkan globalisasi informasi dan komunikasi, pada kenyataannya telah
menyangkut banyak bidang, diantaranya: pola tingkah laku di lingkungan
keluarga, di sekolah, dan didalam kehidupan masyarakat. Dari sini dapat
kita ketahui bagaimana perubahan pola tingkah laku pada hubungan guru
dengan siswa, hubungan antara orang tua dengan anaknya, dan hubungan
ketetanggaan masyarakat antar individu.
Globalisasi informasi dan komunikasi juga berdampak pada gaya
hidup, baik itu dampak negatif maupun positif. Globalisasi berdampak
negatif pada masyarakat, misalnya gaya masyarakat sehari-hari cenderung
bergaya hidup mewah. Dengan melihat tayangan-tayangan sinetron,
telenovela yang ada di TV membuat orang tidak menyesuaikan dengan
pendapatan rumah tangganya.8
6 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah,(Bandung :
Penerbit al-Bayan.1997) h. 114 7 Tri darmiyati https://www.scribd.com/doc/46989791/Dampak-Globalisasi-
Dalam-Pendidikan 8 http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/dampak-globalisasi-informasi-
dan.html (Ahmad Rifai)
6
Banyak hal yang berdampak dari arus globalisasi yang telah kita
amati seperti contoh di atas. Ada positif dan juga negatif. Semua hal
tersebut tentunya bisa mempengaruhi jiwa anak, jika tidak diberikan
pengawasan yang cukup oleh orang tua. Terlebih lagi pada saat ini gadget
adalah barang yang hampir seluruh orang di dunia ini memakainya
termasuk balita. Semua orang tidak bisa melewatkan benda yang satu ini.
Jika sejak balita orang tua dengan mudah memberikan akses secara
bebas pada anak untuk bisa merasakan perkembangan yang sedang terjadi
pada dunia ini, tentunya akan menjadi kebiasaan yang tak terelakkan jika
ia tumbuh semakin besar. Hal tersebut harus diimbangi dengan
pengawasan dan juga pemberian ketauladan yang nyata dari orang tua.
Agar tidak menimbulkan hal negatif.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka oleh sebab itu
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah” ( Qs. An-Nisa : 9 ) 9
Ayat diatas menerangkan kepada orang tua agar tidak
meninggalkan anak mereka dalam keadaan lemah. Lemah di sini
maksudnya adalah lemah dalam segala aspek perkembangan anaknya, baik
itu dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah
aqidah atau keimanannya.
Telah jelas Allah paparkan dalam firmanNya bahwa sebagai orang
tua harus memberikan kasih sayang, cinta, perhatian dan juga pendidikan
mengenai aqidah atau keimanannya. Ketika arus globalisasi para orang tua
9 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung :
Diponegoro,2000), h. 98
7
dengan bangga memperlihatkan bahwa balita mereka telah bisa bermain
games di gadget, orang tua juga terlebih dahulu harus mengenalkan atau
mengajarkan hal mengenai aqidah atau keimanan kepada sang anak.
Bambang Tri mengatakan, Teori Goleman tentang kecerdasan
emosional (EQ) semestinya membuat kita paham bahwa begitu
pentingnya akhlak yang baik sebagai bekal hidup. Kini dengan
membanjirnya informasi, bertambahnya jumlah manusia, serta
kompleksitas hidup yang semakin rumit, banyak orang terjangkiti
penyakit hati alias kecerdasan emosional yang rendah. 10
Dalam teori psikologi perkembangan, usia dini anak (0-6 tahun)
merupakan usia emas (golden age) perkembangan kecerdasan intelektual
dan emosionalnya. Pada tahap inilah setelah kelahirannya, anak memiliki
peluang untuk dibentuk berakhlak mulia sejalan dengan peran aktif ayah
dan ibunya.11
Hal tersebut berkaitan dengan kecerdasan spiritual. Jauh-jauh hari
Rasulullah saw. sudah memberikan pelajaran kepada kita sebagai orang
tua, bagaimana membentuk anak dengan kepribadian baik yang optimal.
Islam sangat mementingkan pengasuhan anak ini karena anak akan
menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri,
memiliki andil peluang untuk menjadi sebaik-baik manusia yaitu yang
paling bermanfaat buat yang lainnya. 12
Lalu, apa yang terjadi jika pendidikan akhlak ini diabaikan sejak
anak-anak masih berusia dini? Hal inilah yang menjadi titik tolak
tumbuhnya seorang manusia yang berpenyakit hati hingga dewasa.
Penyakit hati ini seolah tak kentara sejak kanak-kanak, tetapi bibit-
bibitnya sudah ada. Terkadang bibit-bibit penyakit hati ini justru
ditanamkan oleh orang tuanya sendiri karena ketidakpahaman dalam soal
pengasuhan anak.
Akan tetapi, Islam telah memberikan kurikulum yang sempurna
terhadap pola asuh dan pendidikan anak-anak ini. Peran orang tua sangat
10
Bambang Tri, Menginstal Akhlak Anak, hal. 3 11
Ibid. h. 4 12
Ibid. h. 5
8
berpengaruh dalam penerapan pola pendidikan tersebut. Rasulullah saw.
Bersabda, ”Tiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami).
Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi (penyembah api berhala).”13
Terlebih Rasulullah saw. Telah menerapkan bahwa tiap-tiap anak
memiliki hak, yaitu mendapatkan nama yang baik, pendidikan adab yang
baik, dan diberi kedudukan yang baik (di dalam hati) (HR Aththusi).
Dengan demikian, otak anak sebagai sumber kecerdasan yang mirip
dengan hardisk di dalam komputer harus di install dengan akhlak sehingga
mampu menjalankan program (kehidupan) dengan baik dan benar.14
Dengan penemuan Daniel Goleman tentang kecerdasan emosional
(EQ) tersadarlah orang-orang bahwa kunci sukses seorang manusia
bukanlah pada kecerdasan intelektualnya (IQ), tetapi pada kecerdasan
emosionalnya (EQ) alias akhlak, lalu siapa yang menafikan bahwa Nabi
Muhammad saw. Menjadi manusia yang paling sukses di dunia ini karena
ketinggian akhlaknya? Jauh sebelum Goleman mengeluarkan teori EQ,
Rasulullah saw. Sudah memberikan contoh dan melalui hadits serta
sunnah, beliau banyak berbicara pentingnya akhlak. Tidak kurang,
Rasulullah saw. Pun mementingkan pendidikan akhlak sejak usia dini bagi
anak-anak karena menjadi dasar pembentukan karakter muslim yang kuat,
tangguh dan berbudi luhur.
Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Al Bazzar)15
Oleh karena itu, agama Islam telah menyiapkan kurikulum
sekaligus contoh yang sempurna dalam pendidikan akhlak ini. Andai saja
kaum Muslim memahami dan mempraktikkan tuntunan ini dalam megasuh
dan mendidik anak, niscaya generasi Muslim yang akan datang dapat
13
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012)
h.235 14
Bambang Tri, Menginstal Akhlak Anak, hal. 5 15
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta:
Amzah, 2007), h. 4
9
terselamatkan dari pencemaran akhlak. Bambang Tri mengatakan bahwa,
pencemar akhlak saat ini banyak sekali jenisnya, seperti16
:
1. Perilaku buruk orang tua dan keluarga dekat.
2. Perilaku buruk teman
3. Perilaku buruk para guru
4. Informasi sampah dari media massa, seperti televisi, radio,
internet, koran dan majalah.
5. Idola yang menyesatkan.
Semua itu harus diantisipasi sejak dimulainya pengasuhan anak
pada masa bayi hingga akhirnya ia dapat mengetahui dan membedakan
yang mana yang baik dan buruk.
Berdasarkan penelitian pendahuluan di wilayah TK BNI bahwa
masih dijumpai sikap dan perilaku sebagian orang tua yang kurang peduli
terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya. Mereka lebih tertarik
memberikan bekal pendidikan umum yang dinilai lebih dapat mendukung
peningkatan nilai akademik anak seperti kursus Bahasa Inggris,
Jarimatika, Sempoa dan lain sebagainya. Mereka belum menyadari bahwa
pendidikan agama adalah hal dasar yang mutlak menjadi hak anak. Anak
berhak tau siapa Tuhannya, anak harus dibekali dengan ajaran Tauhid
yang jelas dan juga berhak dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak
fitrahnya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis
mengadakan penelitian dan membahas skripsi yang berjudul “Pola Asuh
Orang Tua Dalam Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini
(Studi Kasus: Orang Tua Murid TK BNI, Kel. Cempaka Putih, Kec.
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten)
B. Identifikasi Masalah
Terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari latar
belakang masalah diatas antara lain, yaitu :
16
Ibid. hal. 10
10
1. Krisis Akhlak pada anak di era gobalisasi
2. Pengaruh besar kecanggihan teknologi terhadap akhlak anak.
3. Tidak semua orang tua mempunyai pemahaman tentang agama secara
baik dan pentingnya menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini
4. Masih banyak orang tua yang tidak tahu bahkan tidak peduli bahwa
pola asuh yang baik harus segera ditanamkan sejak bayi lahir ke
dunia.
5. Masih banyak orang tua yang tidak peduli terhadap akhlak anak, dan
lebih mengutamakan keceradasan intelektual.
C. Pembatasan Masalah
Di dalam skripsi ini, penulis akan membatasi permasalahan seputar
pola asuh orang tua yang terdiri dari ayah atau ibu dalam menanamkan
akhlak pada anak sejak usia dini, yaitu usia golden age (4-6 tahun).
D. Perumusan Masalah
Bagaimana pola asuh orang tua dalam menanamkan akhlak pada
anak sejak usia dini ( 3-6 tahun) di wilayah TK BNI Cempaka Putih, Kec.
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Perumusan Masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam menanamkan
akhlak pada anak sejak usia dini (3-6 tahun) di wilayah TK BNI Cempaka
Putih, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten.
F. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian yang di harapkan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dalam Pendidikan Agama Islam, khususnya meningkatkan
11
pemahaman tentang peran orang tua dalam menanamkan akhlak pada
anak sejak usia dini.
2. Secara Akademik
a. Agar menjadi bahan evaluasi bagi para orang tua untuk sedini
mungkin menanamkan akhlak pada anak sejak dini agar kelak
mencetak generasi penerus bangsa dan agama yang baik.
b. Agar hasil dari penelitian yang dilakukan dapat memberikan
kontribusi pada orang tua, khususnya yang berkaitan dengan
akhlak anak, agar nanti dapat berperan positif untuk menanamkan
akhlak pada anaknya sejak dini dalam kehidupan sehari-hari
c. Memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana program strata satu
(S-1) pada jurusan Pendidikan Agma Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
d. Memberikan sumbangsih untuk memperkaya khazanah
intelektual Islam tentang peranan orang tua dalam menanamkan
akhlak pada anak sejak usia dini.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh
Secara etimologi, pola asuh berasal dari dua kata yaitu “pola”
dan ”asuh”. Pola artinya a) gambar yang dipakai untuk contoh batik.
b) corak batik. c) potongan kertas yang dipakai membuat baju, model
d) sistem, cara kerja. 6) bentuk (struktur) yang tetap. Asuh artinya a)
menjaga (merawat dan mendidik), anak kecil b) membimbing
(membantu, melatih dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri, 3)
memimpin (mengepalai,menyelenggarakan) suatu badan
kelembagaan.17 Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara
membimbing dan mendidik anak. Mendidik dan memelihara anak
baik mengurus makannya, misalnya, pakaiannya, dan keberhasilannya
sampai dewasa.
Disamping pengertian etimologi di atas, berikut akan
dijelaskan pengertian pola asuh secara terminologi dari beberapa
pendapat ahli sebagai berikut :
a. Pola asuh dapat diartikan kepemimpinan dan bimbingan yang
dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan
hidupnya.18 Pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya
menjadi dasar pendidikan anak, proses sosialisasi , dan kehidupan
anak di masyarakat. Orang tua terkadang kurang memperhatikan
adanya suatu perbedaan setiap individu pada setiap anak.
b. KBBI menyatakan bahwa kata pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu
pola dan asuh. Kata pola berarti sistem, corak, bentuk (struktur)
17
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka,2007) hal. 268 18
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Sejak Usia Dini) (Yogyakarta:
DIVA Press 2011) hal. 21
13
yang tetap, cara kerja. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga
(merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing ( mengepalai
dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Singkatnya, kata
asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan,
perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan
menjalani kehidupan secara sehat dan optimal. 19
c. Sedangkan pola asuh menurut St. Vembriarto adalah melindungi,
memelihara, sosialisasi, dan memberikan suasana kemesraan bagi
anggotanya.20 Dalam mengasuh hendaknya sikap orang tua dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan
inisiatifnya, sehingga ia mendapat kesempatan untuk membuat
kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh
adalah membimbing,mendidik, mengarahkan anak sejak ia lahir dalam
pertumbuhan dan berkembangnya sehingga ia bisa menjalani
hidupnya secara baik dan benar, sesuai dengan norma yang berlaku,
dan juga berakhlak mulia.
2. Jenis-Jenis Pola Asuh
Menurut Baumrind seorang ahli psikologi perkembangan yang
dikutip oleh Agoes Dariyo mengatakan. Ada tiga jenis pola asuh yaitu
pola asuh otoriter , permisif, dan demokratis21.
a. Pola Asuh Otoriter (Parent Oriented).
Ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan
orangtua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-
mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan
tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh
19
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : edisi
ke 3 cet.4 Balai Pustaka,2007) hal. 73 & 884 20
St.Vembriarto,Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Grasindo,1993) hal. 35 21
Agoes Dariyo, Psi,Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia
Indonesia,2004) hal.97-98
14
orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi “robot”,
sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri,
pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi di sisi lain
anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri,dari kenyataan.
Misalnya,dengan menggunakan narkoba dari segi positifnya, anak
yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan disiplin yakni
mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau
menunjukkan kedisiplinan dihadapan orang tua, padahal dalam
hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua,
anak bersikap dan bertindak lain. Hal itu tujuannya semata hanya
untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung
memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
b. Pola Asuh Permisif.
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan
dan ketetapan keluarga ditangan anak. Apa yang dilakukan oleh
anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti segala
kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa
pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang
diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan
aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu
menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab,
maka anak akan menjadi seseorang yang mandiri, kreatif, inisiatif,
dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
c. Pola Asuh Demokratis.
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua
belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab,
artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah
pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara
moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena.
Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung
15
jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini,
anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang
lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak
munafik, jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung
merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu
harus dipertimbangkan antara anak dan orang tua.
Menurut Maimunah Hasan ada beberapa tipe pola asuh,
diantaranya adalah tipe autoritatif, tipe otoriter, tipe penyabar, tipe
penelantar.22
a. Tipe Autoritatif.
Tipe ini akan menerima dan melibatkan anak sepenuhnya.
Orangtua itu memiliki tingkat pengendalian yang tinggi dan
mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan
sosial sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. Akan tetapi
mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua
arah. Mereka memberikan penjelasan dan alasan hukuman dan
larangan. Anak dari orang tua seperti ini akan tumbuh menjadi
anak yang mandiri, tegas terhadap diri sendiri, ramah dengan
teman sebayanya, dan mau bekerja sama dengan orang tua. Anak
juga akan berhasil secara intelektual dan sosial, menikmati
kehidupan dan memiliki motivasi yang kuat untuk maju.
22
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Sejak Usia Dini) (Yogyakarta:
DIVA Press 2011) hal. 26
16
b. Tipe Otoriter
Orangtua tipe otoriter selalu menuntut dan mengendalikan
dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak, mereka
menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap kekuasaan mereka
dan tradisi. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima dengan
alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati
orang tua yang membesarkannya. Anak-anak dengan orang tua
seperti ini cenderung memiliki kompetensi dan tanggung jawab
sedang, cenderung menarik diri secara sosial. Dan tidak memiliki
sikap spontanitas. Anak perempuan akan tergantung pada orang
tuanya dan tidak memiliki motivasi untuk maju. Anak laki-laki
cenderung lebih agresif dibandingkan dengan anak laki-laki yang
lain.
c. Tipe Penyabar.
Orang tua tipe penyabar akan menerima, responsive, sedikit
memberikan tuntutan pada anak-anak. Anak akan lebih positif
moodnya dan lebih menunjukkan vitalitasnya dibandingkan anak
dari keluarga otoriter. Orang tua yang sering membolehkan
(permisif) akan membuat anak cenderung berwatak tidak patuh,
tidak dapat menahan emosi kemarahan dan menuntut orang lain
secara berlebihan. Dia memiliki sifat cemas, ragu-ragu dan tidak
percaya diri.
Untuk itu orang tua yang terlalu berlebihan dalam
memberikan perhatian kepada anak.mereka terlampau cemas
terhadap keadaan-keadaan yang dihadapi anak dan kelewat hati-
hati. Memang, orang sering keliru menerapkan kasih sayang dan
menyerah pada keinginan keinginan anak. Ternyata “cinta yang
buta” itu akan mengakibatkan anak sangat bergantung kepada
orang tua dan si anak kehilangan kesempatan untuk belajar dan
berusaha bagi diri sendiri. Hal ini berarti menambah masalah baru
bagi orangtua.
17
d. Tipe Penelantar
Orangtua tipe penelantar lebih memperhatikan aktivitas diri
mereka sendiri dan tidak terlibat dengan aktivitas anak-anaknya,
mereka tidak tahu dimana anak-anak mereka berada, apa yang
sedang dilakukan dan siapa teman-temannya saat diluar rumah.
Mereka tidak tertarik pada kejadian-kejadian di sekolah anak.
Jarang bercakap-cakap dengan anak-anaknya, dan tidak
mempedulikan pendapat anak-anaknya. Biasanya pola pengasuhan
anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang
terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang
akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik.
Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan
terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Dalam mengasuh anak, orang tua mempunyai cara yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan latar
belakang pendidikan, sosial ekonomi orangtua, dan pengasuhan
orang tua terdahulunya, seperti ada orang tua yang bersikap keras
dan ada pula yang bersikap lembut penuh toleransi. Orang tua yang
tidak otoriter akan dapat mentoleransikan kemauan anak-anaknya.
Tetapi yang dapat membawa anak ke jenjang kesuksesan adalah
suasana yang hangat dan menyenangkan didalam rumah.
Pernyataan-pernyataan dari beberapa pendapat tokoh di atas
dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter adalah pola
pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan. Pola asuh permisif
yang bersifat memberi kebebsan pada anak. Pola asuh demokratis,
pola asuh yang melibatkan anak dalam mengambil keputusan, anak
diajarkan untuk bisa terlibat dalam segala hal terutama dalam
mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkan apa yang
telah dipilihnya. Dari beberapa macam pola asuh tersebut, pola
asuh demokratis adalah pola asuh yang bisa diterapkan para orang
tua, agar orang tua tidak menuntut banyak pada anak, namun tidak
18
begitu saja memberikan kebebasan pada anak, tetap memberi
pengawasan yang cukup serta memberi kepercayaan kepada anak
untuk dapat melakukan suatu hal sesuai keinginannya dengan
penuh tanggungjawab.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh
Menurut oqbum yang dikutip oleh Drs. H. Abu Ahmadi, bahwa
keluarga juga berfungsi sebagai kasih sayang, ekonomi, pendidikan,
perlindungan atau penjagaan, status dalam keluarga, beragama, rekreasi
dalam keluarga. Oleh sebab itu artinya ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi digunakannya pola asuh tertentu oleh orang tua dalam
mendidik dan mengasuh anaknya, antara lain : faktor tingkat sosial,
ekonomi , tingkat pendidikan, kepribadian, jumlah anak.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh dibagi dua yaitu faktor intern dan ekstern.
a. Faktor Intern
Faktor yang ada dalam diri individu, mencakup :
1) Faktor tingkat sosial ekonomi : orang tua berasal dari tingkat sosial
ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan dengan
orang tua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
2) Faktor tingkat pendidikan : orang tua dalam latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi, dalam praktek asuhannya terlihat
lebih sering membac aartikel ataupun mengikuti kemajuan
pengetahuan mengenai perkembangan anaknya. Dalam mengasuh
anaknya mereka menjadi lebih siap karena memiliki latar belakang
pendidikan terbatas, memiliki pengetahuan dan pengertian yang
terbatas mengenai kebutuhan dan perkembangan anak, sehingga
menunjukkan pengertian dan cenderung untuk mendominasi anak.
19
b. Faktor Ekstern
Faktor berada di luar individu , mencakup :
1) Faktor jumlah anak: jumlah anak yang dimiliki oleh suatu
keluarga juga dapat mempengaruhi digunakannya pola asuh
tertentu. Orangtua yang memiliki anak hanya dua sampai tiga
orang (keluarga kecil) cenderung lebih intensif pengasuhannya,
dimana interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak lebih
menekan pada perkembangan pribadi, kerjasama antara anggota
keluarga dapat lebih diperhatikan. Tetapi, biasanya anak kurang
bersosialisasi karena dirumahnya hanya terdiri dari empat atau lima
orang saja. Orang tua yang memiliki anak lebih dari lima orang
(keluarga besar) sangat kurang memperoleh kesempatan untuk
mengadakan pertemuan secara intensif antar orang tua dan anak,
karena orang tua secara tidak langsung kurang memperhatikan
segala perilaku dan perbuatan anaknya. Tetapi, rasa sosialisasi
anak sangat tinggi karena mereka merasa ada saingan dalam
keluarganya.
2) Latar belakang keluarga: faktor ini mempengaruhi kualitas
perkawinan seseorang, menentukan pemilihan pasangan
mempengaruhi pola interaksi atau komunikasi antara suami istri
dan anak sehingga akan mempengaruhi dalam menentukan pola
asuh dalam keluarganya.
3) Keadaan masyarakat di mana keluarga itu hidup : keluarga yang
berada di lingkungan yang baik, ramah, penuh kasih sayang, akan
membuat keluarga harmonis karena suasan hangat dan penuh kasih
sayang anak dapatkan ketikea mereka berada di rumah.
B. Orang Tua
1. Kewajiban Orang Tua
Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka. Karena dari merekalah anak-anak mendapatkan pendidikan
20
secara tidak formal, dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan
terdapat dalam kehidupan keluarga.23
Orang tua adalah panggilan yang biasa diberikan kepada
pasangan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan telah
dikaruniai seorang anak. Biasanya dikenal dengan panggilan ayah dan
ibu, bapak dan bunda, atau papa dan mama. Menjadi orang tua
tentunya keinginan setiap manusia yang ada di dunia. Tidak lengkap
rasanya apabila suatu pasangan belum dikaruniai seorang anak.
Apalagi dalam sebuah hadist salah satu amal yang disebut sebagai
amal jariyah yaitu doa anak yang shalih. Tentunya setiap orang tua
ingin sekali memiliki anak-anak yang shalih yang kelak menjadi
pemberat amalnya di akhirat kelak.
Memiliki anak yang shalih atau shalihah tentunya hanya akan
sekedar menjadi impian jika sebagai orang tua tidak mendidik atau
menanamkan akhlak yang baik pada anaknya. Dalam Islam telah jelas
Allah memerintahkan kepada para orang tua untuk mendidik anak
dengan baik dan bertauhid hanya kepada Allah swt. seperti yang telah
tertera dalam firman Allah. (QS.Luqman : 13)
”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".24
23
Zakiah Darajat,Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta :Bumi Aksara,2006),cet : 6 h.
35 24
Departemen Agama RI, Al-qur‟an Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul
„ali-ART, 2005), h. 412
21
Dalam ayat ini tentunya telah jelas bahwa orang tua
mempunyai kewajiban kepada anak-anaknya untuk menyerukan ke-
Esaan Allah atau bertauhid. Tentunya harus dibarengi dengan
penanaman akhlak dan pembinaan ibadah sejak sedini mungkin agar
dalam jiwa anak terpatri dengan kuat bahwa agamanya yang lurus dan
dipegang teguh hanyalah satu yaitu Islam yang Mengesakan Allah
swt.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah
merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua
orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.25
Dalam pertumbuhan anak, orang tua mempunyai kewajiban
untuk membimbing dan membina seorang anak untuk taat
beribadah,dan cinta pada agamanya. Hal inipun telah jelas Allah
katakan dalam firmannya. (QS.Thahaa: 32)
وأمر أهلك بلصلة واصطب علي ها ل نسألك رزقا نن ن رزقك والعاقبة للت قوى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa. 26
Pada ayat ini Allah memerintahkan agar para orang tua untuk
mengajak anaknya atau membiasakan diri dalam hal beribadah.
Dengan pembiasaan ini, tentunya anak akan terbentengi dengan
penguatan ruhiyah yang telah didapatkan sejak kecil. Hal ini akan
25
Amir Dien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1973) 26
Departemen Agama RI, Al-qur‟an Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul
„ali-ART, 2005), h. 321
22
berdampak pula pada kehidupan sosialnya dimasyarakat. Anak yang
mendapatkan lingkungan yang religius di rumah, dengan penanaman
akhlak dan pembinaan ibadah sejak dini akan memiliki perilaku
positif dalam kehidupan kesehariannya. Oleh karenanya pemegang
penting peranan dalam pembentukan akhlak dan kepribadian yang
baik serta tangguh dan taat pada seorang anak ini adalah orang tua.
Oleh sebab itu orang tua harus sadar akan kewajibannya ini
agar terbentuknya generasi-generasi Islam yang berkepribadian
muslim yang beriman, taat beribadah, teguh pendirian, pandai bergaul,
ramah dan memiliki kepekaan sosial / kepedulian yang tinggi terhadap
masyarakat.
2. Aspek Pengukuran Pola Asuh Orang Tua
Orang tua selalu mempunyai pengaruh yang kuat pada anak-anak.
Setiap orang tua mempunyai gaya tersendiri dalam hubungannya dengan
anak-anaknya.
Menurut Sri Esti Wuryani Diwandono ada beberapa aspek dalam
pola asuh orang tua yaitu : kontrol orangtua terhadap anak, tuntutan
orangtua kepada anak untuk menjadi matang, dan kejelasan komunikasi
orangtua dan anak
a. Kontrol orang tua terhadap anak
Kontrol orang tua terhadap anak adalah bagaimana sikap orangtua
dalam menerima dan menghadapi tingkah laku anaknya, yang tidak
sesuai dengan perilaku yang diharapan.
Menurut penulis dalam membimbing anak, tentunya orang tua
akan menerima perilaku anak yang kadan tidak sesuai dengan
keinginannya. Dalam prosesnya orang tua harus dapat mengontrol
perilaku anak, dengan tujuan untuk mengarahkan anak ke arah yang
lebih baik, bukan untuk mengendalikan anak sesuai dengan keinginan
orang tua. Jika perilaku anak yang muncul adalah hal positif maka
23
orang tua memberikan respon berupa pujian, atau penghargaan
sebagai apresiasi dari yang anak lakukan. Jika perilaku anak yang
muncul adalah hal negative, orang tua tidak berhak semena-mena
untuk menyalahkan anak dan langsung memberi hukuman. Orang tua
harus tahu apa faktor yang mempengaruhi anak bersikap buruk
tersebut, sehingga orang tua dapat memberi respon yang tepat kepada
anak, yaitu berupa nasihat, atau diskusi bahwa perilaku yang telah ia
lakukan adalah hal yang kurang baik. Sehingga anak akan lebih
mudah untuk menerima segala nasihat yang diberikan orang tua.
b. Tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadi matang.
Adalah bagaimana tingkah laku orangtua mendorong kemandirian
anak dan mendorong anak memiliki rasa tanggung jawab atas segala
tindakannya dan mengharapkan anak-anak bertindak dengan cara yang
matang.
Orang tua bertugas untuk memberikan fasilitas serta arahan yang
dapat menumbuh kembangkan kemandirian, dan rasa tanggung jawab
anak terhadap segala tindakan yang dilakukan.
c. Kejelasan komunikasi orangtua dan anak
Adalah bagaimana usaha orangtua pada anak agar tampil pada
tingkat yang tinggi secara intelektual, sosial, dan emosional.
Bagaimana ungkapan orangtua dalam menunjukkan kasih sayang ,
perhatian, terhadap anak dan bagaimana cara memberikan dorongan
kepada anaknya.
Pengasuhan ini merupakan tanggung jawab orang tua, sehingga
sungguh disayangkan bila pada masa kini masih ada orang yang menjalani
peran orang tua tanpa kesadaran pengasuhan. 27
Orang tua harus terus mengupgrade pengetahuannya tentang
pentingnya pengasuhan pada anak. Agar dalam segala proses tumbuh
kembangnya, orang tua memahami apa yang harus dan tidak boleh
27 Sri Lestari.Psikologi Keluarga.( Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2012)
h.37
24
dilakukan, dan dilupakan, sehingga dapat melakukan pengasuhan terbaik
untuk menciptakan generasi terbaik di masa depan.
C. Pengertian Akhlak
1. Akhlakul Karimah
Menurut bahasa Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk
jamak dari “ ,yang berarti budi pekerti, perangai (khuluqun) خلق
tingkah laku dan tabi‟at”.28
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
disebutkan bahwa “akhlak memiliki arti budi pekerti, kelakuan”.29
Akhlak secara istilah akan penulis uraikan dari beberapa
denifisi yang dikemukan oleh para ahli diantaranya:
a. Akhlak menurut Ibn Miskawaih dikutip oleh Abuddin Nata
menyatakan:
حال للن فس دا عية لا ال اف عالا من غيفكر ولروية “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan”.30
b. Menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Yatimin Abdullah,
akhlak adalah:
ها تصدر الف عال ئة ف الن فس را سخة عن عبارة عن هي س حاجة الىى فكر و رؤية بسهولة بيسرمن غي
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.31
28
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11 29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, h. 27 30
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3 31
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah,
2007), h. 4
25
c. Ibnu Arabi dalam buku Rosihon Anwar menyatakan, “akhlak
adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk
berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.
Keadaan tersebut pada seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau
bawaan, dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan
dan perjuangan”.32
d. Dalam buku “Ensiklopedia Islam”, “akhlak adalah suatu keadaan
yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan, atau penelitian”.33
Dari beberapa definisi pengertian akhlak menurut para ahli, dapat
diketahui bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa atau diri
seseorang, yang dilakukan secara langsung (reflex), tanpa ada paksaan dan
pemikiran terlebih dahulu ketika akan melakukan perbuatan.
2. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak sama dengan ruang lingkup ajaran Islam,
yaitu hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah) dan
habluminannas (hubungan manusia dengan manusia).
Abuddin Nata membagi ruang lingkup ajaran akhlak menjadi tiga
bagian yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, dan
akhlak terhadap lingkungan.34
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah atau pola hubungan manusia dengan
Allah adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia terhadap Allah. Akhlak terhadap Allah meliputi beribadah
32
Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, h. 14 33
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1997), h. 102 34
Abuddin Nata, op. cit., h. 149
26
kepada-Nya, mentauhidkan-Nya, berdo‟a, berdzikir dan bersyukur serta
tunduk dan taat kepada Allah.35
Firman Allah SWT:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.36
(QS. Az-Zariyat:56)
Abuddin Nata menjelaskan ada empat alasan mengapa manusia
perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia.
Kedua, Karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan
pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan
hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna
kepada manusia. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan
berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia. Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan
manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan
lautan.37
Akhlak terhadap Allah merupakan suatu bentuk kepatuhan seorang
hamba kepada Tuhannya, karena Allah-lah yang telah memberikan
kehidupan, menurunkan rezeki, memberikan nikmat dan mencukupi segala
kebutuhan yang dibutuhkan oleh hambanya. Oleh karena itu sudah
sepantasnya seorang hamba bersyukur dengan cara beribadah kepada
Allah, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangannya serta menyakini bahwa Allah Maha Esa, satu-satunya dzat
yang wajib disembah, tidak ada sesembahan yang pantas disembah selain
Allah SWT.
b. Akhlak terhadap sesama manusia
Sahriansyah dalam bukunya “Ibadah dan Akhlak” menyatakan
akhlak sesama manusia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
35
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), Cet. I,
h. 201 36
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan As-Salam, h. 524 37
Abuddin Nata, op. cit., h. 150
27
1) Akhlak terhadap diri pribadi sendiri adalah pemenuhan kewajiban
manusia terhadap dirinya sendiri, baik yang menyangkut jasmani
maupun ruhani.
2) Akhlak terhadap keluarga, keluarga merupakan bagian dari
masyarakat, jika seluruh keluarga sebagai bagian dari masyarakat itu
baik, masyarakat akan menjadi baik pula. Namun sebaliknya jika
keluarga itu tidak baik maka masyarakat juga tidak akan menjadi
baik.
3) Akhlak terhadap orang lain atau masyarakat.
Dalam menjalani hidup di dunia ini kita tidak bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu
berakhlak yang baik terhadap orang lain adalah suatu keharusan.38
Firman Allah swt:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri”.39
(QS. An-Nisa:36)
Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak
dapat hidup sendiri memerlukan bantuan orang lain. Untuk mencapai
kebahagiaan dunia akhirat perlu adanya sikap yang baik antara sesama
manusia, sikap saling membantu, saling menghargai, kerjasama, rukun,
santun, ramah, agar terbina keharmonisan diantara sesama manusia.
c. Akhlak terhadap lingkungan
38 Sahriansyah, op. cit., h. 203-211
39
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan As-Salam Al-Qur‟an , h. 85
28
Lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia, seperti: tumbuh-tumbuhan, binatang, benda mati, air, gunung,
lautan, udara, dan sebagainya.
Kehidupan manusia memerlukan lingkungan yang bersih, tertib,
sehat dan seimbang. Oleh karena itu, akhlak terhadap lingkungan terutama
sekali adalah memanfaatkan potensi alam untuk kepentingan hidup
manusia. Namun harus diingat bahwa potensi alam terbatas dan umur
manusia lebih panjang. Oleh karenanya pelestarian dan pengembangan
potensi alam harus diupayakan sepanjang mungkin. Manusia tidak boleh
boros dalam memanfaatkan potensi alam dan serakah menggali kekayaan
alam yang dapat berakibat kerusakan alam itu sendiri. 40
Allah SWT
berfirman:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar)”. 41
(QS. Ar-Rum:41)
Manusia hidup di dunia ini tidak sendirian, berdampingan dengan
makhluk ciptaan Allah lainnya. Adanya keterkaitan antara satu makhluk
dengan makhluk lainnya, dan saling membutuhkan satu sama lain. Jika
manusia memperlakukan alam dengan baik, maka alampun akan baik,
namun sebaliknya jika manusia memperlakukan alam dengan buruk, maka
akan muncul dampak buruk dan negative melebihi dampak buruk yang
dilakukan oleh manusia, dan hal ini dapat merugikan manusia itu sendiri,
dan makhluk Allah lainnya. Sehingga tidak seimbanglah ekosistem yang
ada di bumi ini.
40
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, h. 201-210 41
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan As-Salam Al-Qur‟an, h. 409
29
3. Macam-Macam Akhlak
Akhlak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam yaitu: akhlak
mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang mulia), dan
akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyidah (akhlak yang
jelek).42
a. Akhlak Mahmudah
Akhlak terpuji merupakan terjemahan dan ungkapan bahasa
Arab akhlaq mahmudah. “Mahmudah merupakan bentuk maf‟ul dari
kata hamida yang berarti dipuji, atau makarim al-akhlaq (akhlak
mulia)”.43
Al-Ghazali menerangkan seperti yang dikutip oleh Asmaran,
“bahwa akhlak baik artinya menghilangkan semua adat-adat kebiasaan
yang tercela yang sudah dirincikan oleh agama Islam serta menjauhkan
dari tiap najis dan kotoran, kemudian membiasakan yang baik,
menggemarinya, melakukannya dan mencintainya”.44
Menurut Kasmuni dan Ihsan Sanusi, “akhlak mahmudah pada
prinsipnya merupakan daya jiwa seseorang yang mempengaruhi
perbuatannya, sehingga menjadi perilaku utama, benar, cinta kebajikan,
suka berbuat baik sehingga menjadi watak pribadinya dan mudah
baginya melakukan sebuah perbuatan itu tanpa ada paksaan”.45
Rosihon Anwar dalam bukunya “Akhlak Tasawuf” membagi
akhlak terpuji menjadi lima antara lain:
1) Akhlak terhadap Allah
a) Menauhidkan Allah SWT, pengakuan bahwa Allah-lah yang
memiliki sifat Rububiyyah, Uluhiyyah, serta kesempurnaan nama
dan sifat.
b) Berbaik sangka (husnu zhan), berbaik sangka terhadap keputusan
Allah.
42
Al-Hindi Al-Muttaqi, Kanz Al-„Ummal, (Beirut: Mu‟assasah Ar-Risalah, 1981), Juz
III, h. 21 43
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Ed. Rev, h. 87 44
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), Ed. I, Cet.
2, h. 204 45
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, h. 52
30
c) Zikrullah (mengingat Allah), asas dari setiap ibadah kepada
Allah SWT.
d) Tawakal, menyerahkan segala urusan kepasa Allah.
2) Akhlak terhadap diri sendiri
a) Sabar, tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati rida
serta menyerahkan diri kepada Allah SWT.
b) Syukur, sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat
yang diberikan oleh Allah SWT dalam melakukan maksiat
kepada-Nya.
c) Amanah, sikap pribadi yang setia, tulus hati, dan jujur dalam
melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya.
d) Benar atau Jujur, berlaku benar atau jujur dalam perkataan
maupun dalam perbuatan.
e) Menepati janji (al-wafa‟)
f) Memelihara kesucian diri, menjaga diri dari segala tuduhan,
fitnah dan memelihara kehormatan.
3) Akhlak terhadap keluarga
a) Berbakti kepada orang tua
b) Bersikap baik kepada saudara
4) Akhlak terhadap masyarakat
a) Berbuat baik kepada tetangga
b) Suka menolong orang lain
5) Akhlak terhadap lingkungan, manusia sebagai khalifah
mengayomin, memelihara, serta membimbing makhluk ciptaan
Allah, harus diperlakukan dengan baik.46
Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang harus dimiliki oleh
setiap manusia, karena akhlak mahmudah mengantarkan manusia menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat. Terciptanya kedamaian, ketentraman dan
kerukunan antara sesama manusia dan makhluk Allah lainnya di muka
bumi ini. Akhlak mahmudah dilakukan seorang manusia kepada
Tuhannya Allah SWT, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan.
b. Akhlak Mazmumah
Akhlak Mazmumah adalah kebalikan dari akhlak mahmudah, yaitu
tingkah laku tercela atau akhlak jahat, dalam arti segala sesuatu yang
membinasakan atau mencelakakan. Atau akhlak mazmumah diartkan
sebagai perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercemin pada diri
46
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, h. 90-114
31
manusia cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan
orang lain.47
Yatimin Abdullah menyatakan “akhlak mazmumah ialah perangai
atau tingkah laku pada tutur kata yang tercemin pada diri manusia,
cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain”.48
Imam al-Ghazali mengungkapkan seperti yang dikutip oleh
Asmaran, “sifat-sifat tercela ini dengan sifat-sifat muhlikzat, yaitu segala
tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan”.49
Asmaran dalam buku “Studi Pengantar Akhlak” membagi sifat-sifat
buruk menjadi dua bagian yaitu:
1) Maksiat lahir, ialah segala sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota
lahir seperti tangan, mulut, mata. Macam-macam maksiat lahir
meliputi: maksiat lisan, maksiat telinga, maksiat mata, maksiat
tangan.
2) Maksiat batin, ialah segala sifat tercela yang diperbuat oleh batin
yaitu hati. Macam-macam maksiat batin meliputi: ghadab (marah),
rasa mendongkol (hiqd), dengki (Hasad) dan sombong (Takabur).50
Macam-macam akhlak tercela menurut Rosihon Anwar dalam
bukunya antara lain:
1) Syirik, menjadikan sekutu selain Allah SWT dan memperlakukannya
seperti Allah SWT.
2) Kufur, tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, baik dengan
mendustakan atau tidak mendustakan.
3) Nifak dan Fasik, nifak adalah menampakkan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang terkandung di dalam hati.
Menampakan Islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran
dan kejahatan.
4) Takabur dan Ujub, merasa dirinya yang paling sempurna, kaya,
terhormat dari pada yang orang lain sehingga menjadikan orang
tersebut takabur (sombong).
5) Dengki, perasaan yang timbul dalam diri seseorang setelah
memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi dimiliki oleh
orang lain.
6) Gibah, membicarakan keburukan orang lain.
47
Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), h. 26
48
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, h. 56
49
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, h. 183 50
Ibid., h. 188-202
32
7) Riya‟, beramal bukan ikhlas karena Allah tetapi semata-mata
mengharapkan pujian dari orang lain.51
Akhlak secara fitrah manusia adalah baik, namun berubah menjadi
buruk oleh manusia itu sendiri. Jika ia terlahir dalam keluarga yang kurang
baik, lingkungan buruk, pendidikan tidak baik dan kebiasaan-kebiasaan
yang tidak baik maka akan menghasilkan akhlak yang buruk. Begitupula
sebaliknya jika ia terlahir dalam keluarga yang baik, lingkungan baik,
pendidikan baik dan kebiasaan-kebiasaan baik maka akan menghasilkan
akhlak yang baik.
4. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak
Akhlak terbentuk melalui proses pembiasaan yang selaras dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan. Agar nilai-nilai ini dapat
diarahkan kepada nilai-nilai baik dan positif maka perlu diketahui faktor-
faktor apa saja yang berperan dalam pembentukan akhlak.
Menurut Kasmuri dan Ihsan Sanusi dalam buku “Akhlak Tasawuf”
ada lima aspek yang memepengaruhi pembentukan Akhlak antara lain:
a. Adat atau Kebiasaan
Segala pekerjaan jika dilakukan secara berulang-ulang dengan penuh
kesadaran dan kegemaran maka akhirnya akan menjadi suatu
kebiasaan.
b. Insting atau Naluri
Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir. Naluri adalah sifat
yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan
dengan tidak terpikir lebih dahulu kearah tujuan tanpa didahului
latihan perbuatan.
c. Pendidikan
Pendidikan strategis sebagai pusat perubahan perilaku yang kurang
baik untuk diarahkan keperilaku yang lebih baik, dengan pendidikan
naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan
terarah.
d. Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal seseorang akan ikut mencetak akhlak
manusia yang tinggal di lingkungan tersebut. Lingkungan alam dapat
mematahkan dan mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa
51
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, h. 122-137
33
seseorang. Lingkungan sosial atau pergaulan sangat besar pengaruhnya
dalam proses pembentukan akhlak.
e. Media Informasi
Salah satu contoh kemajuan teknologi media informasi adalah televisi.
Televisi memiliki manfaat, namun lebih banyak memiliki
mudharatnya, salah satunya dapat mempengaruhi akhlak seseorang,
karena media televisi pada saat ini lebih banyak menanyangkan acara
imitative bagi penontonya, yaitu sikap meniru tanpa menyaringnya,
sehingga akan mudah diikuti terutama anak-anak yang suka meniru.52
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya, ada tiga aliran yang
mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu aliran nativisme, aliran
empirisme, dan aliran konvergensi.
a. Aliran Nativisme
Faktor paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang
adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah
memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka
dengan sendirinya orang tersebut akan menjadi baik.
b. Aliran Empirisme
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk
pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan
pembinaan anak itu baik, maka baiklah anak itu. Sebaliknya jika
pendidikan dan pembinaan anak itu buruk, maka buruklah anak itu.
c. Aliran Konvergensi
Aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu pembawaan si anak dan faktor dari luar, yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah
yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif
melalui berbagi metode.53
D. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
Masa anak usia dini disebut juga sebagai masa awal kanak-kanak
yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri. Ciri-ciri ini tercemin dalam
52
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, 30-43
53
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 167
34
sebutan-sebutan yang diberikan oleh para orang tua, pendidik dan ahli
psikologi untuk anak usia dini.54
Bagi orang tua, asa awal kanak-kanak merupakan usia yang sulit,
karena anak-anak beradadalam proses pengembangan kepribadian. Proses
ini berlangsung disertai perilaku-perilaku yang kurang menarik untuk
orang tua, misalnya melawan orang tua, marah tanpa alasan, takut yang
tidak rasional, dan sering juga merasa cemburu. 55
Selain dikatakan sebagai usia yang sulit, anak usia dini oleh orang
tua juga dianggap sebagai usia bermain karena pada masa-masa ini anak-
anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan puncaknya ada
tahun-tahun tersebut. 56
Usia dini juga disebut sebagai usia menjelajah atau usia bertanya.
Sebutan ini dikenakan pada mereka dalam tahap ingin tahu keadaan
lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya serta
bagaimana supaya anak dapat menjadi bagian dari lingkungannya.57
Dalam hal ini tentunya anak usia dini mengalami aspek-aspek
perkembangan, yaitu :58
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi
kemajuan perkembangan berikutnya. Ketika fisik berkembang dengan
baik memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan
keterampila fisiknya, dan eksplorasi lingkungannyadengan tanpa
bantuan dari orang lain. Perkembangan fisik anak ditandai juga
54
Riana Mashar. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Perkembangannya. (Jakarta
: Kencana, tahun 2011).hal.7 55Ibid.,hal.8 56
Ibid., hal. 8 57
Ibid.
Ahmad Susanto. Perkembangan Anak usia Dini.(Jakarta : Prenada Media Group,
yahun 2011). hal. 33 58
Ibid.
35
dengna berkembangnya perkembangan motorik, baik motorik halus
maupun motorik kasar.
Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia
tiga tahun, rata-rata tinggi anak sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar
10-1 kg. Adapun pada usia lia tahun tinggi anak mencapai 100-110
cm pertumbuhan otak pada usia ini sudah mencapai 75% dari orang
dewasa, sedangkan umur pada umur enam tahun mecapai 90%.
Perkembangan fisik anak tidak lepas dari asupanmakanan
yang bergizi, sehingga setiap tahapan perkembangan fisik anak tidak
terganggu dan berjalan sesuai denga umur yang ada.
2. Perkembangan Intelegensi
Intelegensi bukanlah suatu yangbersiat kebendaan, melainkan
suatu fiksi ilmiah untuk medeskripsikan perilaku individu yang
berkaitan dengan kemapuan intelektual. Dalam mengartikan
intelegensi (kecerdasan) ini para ahli mempunyai pengertian yang
beragam.
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara
kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai
studi pengukuran dengan menggunakan tes intelegensi sebagai alat
ukurnya yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok
subjek dari dan sampai ke tingkat usia tertentu secara test-retest, yang
alat ukurnya disusun secara skuensial (Standfort Revision Benet
Test).
36
Tabel 3.1
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK
Usia Kemampuan Motorik Kasar Kemampuan
Motorik Halus
Usia 3-4
tahun
1. Naik dan turun tangga.
2. Meloncat dengan dua kaki
3. Melepar bola
1. Menggunakan
krayon
2. Menggunakan
benda/ alat
3. Meniru bentuk
(meniru gerakan orang
lain)
Usia 4-6
tahun
1.Melompat
2. Mengendarai sepeda anak
3. Bermain olahraga
4. Menagkap bola
1.Menggunakan pensil
2. Menggambar
3. Memotong dengna
gunting
4. Menulis huruf cetak
Dengan menggunakan hasil tes intelegensi sebagai alat ukurnya
yang mencakup general (Information and Verbal Analogies, Jones and
Conrad) , telah megembangkan kurva perkembnagan intelegensi, yang
dapat ditafsirkan antara lain :
a. Laju perkembangan intelegnsi pada masa anak-anak berlangsung
sangat pesat.
b. Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut
jeni-jenis kecakapan khusus tertentu.
Bloom menjelaskan berdasarkan hail studi longitudinal bahwa
dengan berpatokan kepada hasil tes IQ dari masa-masa sebelumnya
ditempuh oleh sujek yang sama, kita akan dapat melihat perkembangan
persentase taraf kematangan dan kemampuannya sebagai berikut:
a. Usia 1 tahun berkembang ampai sekitar 20%- nya
b. Usia 4 tahun sekitar 50%-nya
37
c. Usia 8 tahun sektar 80%-nya
d. Usia 13 tahun sekitar 92%-nya
Hasil studi Bloom ini tampaknya juga menjelaskan bahwa laju
perkembangan IQ itu bersifat proporsional. Dalam dunia pendidikan
dan pengajaran masalah intelegensi merupakan salah satu masalah
pokok, karenanya tidak mengeherankan kalau masalah ini banayak
dikupas para ahli baik secara khusus maupun secara sambil lalu dalam
pertautan dengan pembahasan yang lain. Tentang peran intelegensi
dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya,
sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya
seseorang dalam belajar, sedang pada sisi lain ada juga yang
menggaggap bahwa intelegensi tidak lebih memengaruhi soal tersebut.
Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa intelegensi
merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil
atau gagalnya belajar seseorang, terlebih-lebih pada waktu anak masih
sangat muda. Intelegensi sangat besar pengaruhnya.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa yang dimiliki oleh anak-anak adalah bahas yang telah
dimiliki dari hasil pengolahan dan telah berkembang. Anak telah
banyak memperoleh masukan dan pengetahuan tentang bahasa ini dari
lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, juga lingkungan
pergaulan teman sebaya, yang berkembang di dalam keluarga atau
bahasa ibu.
Selain itu perkembangan bahasa anak juga diperkaya dan
dilengkapi oleh lingkungan masyarakatdi mana mereka tinggal. Hal
ini, berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan
dan pergaulan dengna masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus
dalam perilaku bahasa.
Pada umunya setiao anak memiliki dua tipe perkembangan
bahasa pada anak, yaitu egocentric speech dan socialized speech.
38
egocentric speech , yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri
(monolog). Adapun socialized speech, yaitu bahasa yang berangsung
ketika terjadi kontak antara anak dan temannya atau dengan
lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam kima bentuk :
a. Adapted information (penyesuaian informasi)
b. Critism (kritik) , menyangkut penilaian anak terhadap ucapan
atau tingkah laku orang lain
c. Command (perintah), request (permintaan), dan threat(ancaman)
d. Questions ( pertanyaan)
e. Answer (jawaban)
Adapun dilihat dari sisi kemampuan berbicara ada tiga faktor yang
paling dominan yang memengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu faktor
biologis, faktor kognitif, dan faktor lingkungan.
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematanga dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap nirma-norma kelompok, moral dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
bekerja sama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum
memiliki kemampuan untuk bergaul dengna orang lain. Untuk
mencapai kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-cara
penyesuaian diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak
melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-
orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau
orang dewasa lainnya.
Perkemabangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat
serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaiman
39
mnerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Proses
bimbingan orang tua lazim disebut sosialisasi.
5. Perkembangan Moral
Moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai, atau tata cara kehidupan. Adapun
moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai, dan prinsip moral. Nilai-nilai moral inisperti
seruan untuk berbuat baik kepada oragn lain, memelihara ketertiban,
kemanan, memelihara kebersihan dan memelihara hal orang lain,
larangan berjudi, mencuri, berzina, membunuh, dan meminum
minuman keras (Khamar). Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila
tingkah laku orang ini sesuai dengna nilai-nilai moral yang berlaku
yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
E. Perkembangan Keagamaan Anak Usia Dini
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah
ada di setiap manusia sejak dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk
mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminology Islam dorongan ini
dikenal dengan hidayat al-diniyat, berupa benih-benih keagamaan yang
dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini
manusia pada hakekatnya adalah makhluk beragama.59
Keberagamaan merupakan faktor bawaan manusia apakah nantinya
setelah dewasa seseorang akan menjadi sosok penganut agama yang taat,
sepenuhnya tergantung dari pembinaan nilai-nilai agama oleh kedua orang
tuanya. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi anak-anak, sedangkan
lembaga pendidikan sebagai pelanjut dari pendidikan rumah tangga.
Dalam kaitan dengan kepentingan ini pula terlihat peran strategis dan
peran sentral keluarga dalam meletakan dasar-dasar keberagamaan
59
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), Edisi
Revisi, h. 272.
40
Saat anak meninjak usia 7 tahun, secara fisik mereka dibiasakan
mengerjakan sholat (pembiasaan), kemudian setelah mencapai 10 tahun,
perintah untuk melaksankan shalat secara rutin dan tepat waktu
diperketat(disiplin). Pada jenjang usia ini anak-anak juga diperkenalkan
kepada nilai-nilai ajarannya, diajarkan membaca al-qur‟an, sunah rasul,
maupun cerita-cerita yang bernilai pendidikan.60
Menurut Zakiah Darajat memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada
anak-anak pada umur ini hendaknya memilih sifat-sifat Allah yang
menyenangkan baginya, seperti Allah maha pengasih, penyayang,
penolong, pelindung dan sebagainya. Sifat-sifat Allah yang menakutkan
seperti menghukum, mengazab memasukan ke neraka dan sebagainya,
janganlah diperkenalkan pada anak usia sekolah dasar. Karena sifat-sifat
yang menimbulkan rasa takut kepada Allah dapat menyebabkan anak-anak
menjauhi dan menakuti-Nya, selanjutnya anak tidak berani mendekatkan
diri kepada Allah SWT.61
Untuk itu pendidikan keagamaan pada masa ini dilakukan dengan
penuh kesabaraan, dan jangan sekali kali memaksakan kehendak kepada
anak.Cara yang paling tepat adalah pambinaan, latihan, serta suriteladan
dari orang tua. Oleh karena itu sejak dini tel8ah diupayakan terbentuknya
kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga fitrah untuk mengenal Allah
serta pengabdian kepadanya akan senantiasa kokoh hingga anak tumbuh
dewasa
Dengan pembiasaan sikap keberagamaan ini sedikit demi sedikit
anak terbentuk dalam dirinya pribadi yang religius sehinggaakan tercermin
dalam akhlaknya itu akhlak mahmudah, karena dalam lingkungan keluarga
yang didapatkannya serta pendidikan yang diterima dari ayah ibunya telah
ditanamkan sikap keberagamaan yang membentuk akhlak sejak dini.
F. Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Akhlak pada Anak Usia
Dini
60
Ibid.,h.70 61
Ibid.,hal.71
41
Menurut kamus bahasa Indonesia, menanamkan adalah menanam
sesuatu atau menaburkan paham ajaran, memasukkan, mebangkitkan atau
memelihara (Perasaan, Cinta, Kasih Semangat dan Sebagainya)62
Pendidikan seorang anak dimulai sejak ia dilahirkan. Orang tua dan
keluarganyalah pendidik utama dan pertama anak tersebut karena
merekalah orang-orang yang berada dekat dengannya. Setiap tingkah laku,
dan juga perkataan adalah memori-memori yang akan diterima olehnya.
Terkadang orang tua sering mengabaikan proses mendidik di masa
kanak-kanak. Tak jarang orang tua lupa atau bahkan tidak peduli tentang
peran mereka sebagai orang tua. Sehingga pendidikan yang didapatkan
seorang anak dalam keluarganya bukan berupa hal hal positif, seperti
bahasa-bahasa kasar yang terkadang dikeluarkan oleh ayah atau bundanya
saat sedang marah, atau bahkan tontonan televisi yang dibiarkan memilih
apa saja yang anak suka untuk ditonton karena kurangnya pengawasan
orang tua. Hal ini sungguh sangat miris sekali.
Pada umumnya akhlak seseorang ditentukan dari pendidikan,
pengalaman , dan latihan-latihan yang telah dilaluinya sejak kecil. Anak
yang terbiasa mendapatkan pendidikan agama dari orang tuanya tentunya
akan terbentuk akhlak yang baik ketika ia akan memasuki usia dewasa.
Beda halnya dengan seseorang yang sejak kecilnya tidak pernah dikenalkan
dengan agama oleh orang tuanya. Anak tersebut ketika memasuki usia
dewasa akan menganggap remeh sebuah agama dan tidak mempunyai
pegangan dalam menjalani hidupnya.
Ibnu Jazzar AlQairawani menjelaskan tentang perbaikan anak sejak
dini, “Sesungguhnya masa kanak-kanak adalah masa terbaik bagi
pendidikan. Apabila kita dapati sebagian anak mudah dibina dan sebagian
lagi sulit dibina, sebagian giat belajar, dan sebagian lagi sulit untuk belajar,
sebagian malas untuk belajar dan sebagian lagi belajar untuk maju dan
sebagian lagi belajar hanya untuk meghindari hukuman.
62
Team Pustaka Poenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. (Jakarta :
Pustaka Poenix, 2007), h. 329
42
Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas
bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut terutama timbul
karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan oara pendidik.
Semakin dewasa usia anak,semakin sulit pula baginya untuk meninggalkan
kebiasaan buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari sifat
buruknya namun tidak mampu mengubahnya. Karena sifat buruk itu sudah
menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Maka berbahagialah para
orang tua yang selalu memeperigati dan mencegah anaknya dari sifat-sifat
buruk sejak dini. Karena dengan demikian, mereka telah menyiapkan dasar
yang kuatbagi kehidupan anak di masa mendatang.” 63
Dalam hal ini juga dibutuhkan ketegasan orang tua untuk
memperingati anaknya agar ketika ia mempunyai sifat buruk dalam dirinya
segera ia perbaiki. Tentunya memang tidaklah mudah, namun sebagai
pendidik utama orang tua harus melaksanakan tugas tersebut agar kelak
anak mereka nanti memiliki akhlak yang baik di masa depan.
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “adab adalah melakukan
sesuatu yang terpuji, baik perkataan maupun perbuatan. Disebutkan
juga dengan ungkapan : berakhlak mulia. Pendapat lain
mengatakan bahwa artinya adalah mengerjakan segala sesuatu
yang dianggap baik. Pendapat lain mengatakan bahwa artinya
adalah menghormati orang yang di atasmu dan lembut kepada
orang di bawahmu. 64
Pendapat lain mengatakan diambil dari lafal ( المادبة) yang artinya
adalah undangan makan. Dinamakan demikian karena merupakan
panggilan dan anjuran. Al-Junaid ra ditanya tentang adab. Dia menjawab,
“Maksudnya adalah memperlakukan orang lain dengan baik.” Pentinngnya
adab terlihat pada hubungan interaksi dan perlakuan kepada orang lain
63
Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah,(Bandung
: Penerbit al-Bayan.1997) h. 319 64
DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Cara Nabi Mendidik Anak.
(Yogyakarta:Pro U Media,2010), h.347
43
sampai pada penampilan yang merefleksikan kepribadian seorang anak
maupun orang dewasa.65
Oleh karena itu, kemampuan anak dalam menjalankan adab
merupakan prioritas utama dalam pendidikan akhlak. Hal ini sebagimana
dikatakan oleh penyair Saleh bin Abdul Quddus.
Orang yang engkau ajari adab di masa kanak-kanaknya
Laksana ranting kecil yang dutanam dan di siram air
Sampai engkau melihatnya berdaun nan segar
Setelah engkau mellihatnya kering meranggas
Orangtuanya tidak akan meninggalkan akhlaknya
Sampai terkubur di tanah makamnya
Setelah mengerti , dia kembali menjadi bodoh 66
Demikian juga penyakit yang kembali menyerang
Pentingnya adab dan penanamannya dalam diri anak terlihat sangat
jelas ketika melihat rasulullah saw. memberikan perhatia terbesar pada
adab dalam membentuk akhlak sang anak. Sampai-sampai beliau
menanamkannya dalam diri anak dan mebiasakannya dengan adab tersebut
agar menjadi salah satu tabiat dan sifat dasarnya. Dan disebutkan bahwa
penanaman sikap ini lebih baik dibaningkan bersedakah, kendati sedekah
begitu penting dalam Islam.
Diriwayatkan oleh Attarmidzi dari Jabir bin Samurah ra.
Rasulullah saw. bersabda : “ seorang bapak menghukum anaknya lebih
baik bagi si anak daripada memberinya sedekah satu sha‟‟67
Rasulullah saw. menjelaskan kepada kedua orangtua bahwa hadiah
dan warisan terbaik untuk anak adalah adab. Diriwayatkan oleh attarmidzi
dari Sa‟id bin Ash ra :
Bahwasanya rasulullah saw bersabda: “ tidaklah seorang bapak
memberikan pemberian kepada anaknya sesuatu yang lebih baik
dibandingkan adab terpuji.” 68
65
Ibid. 66
Ibid. h.348 67Ibid. 68
Ibid.
44
Oleh karena itu, Ali bin Madini ra mengatakan, “Mewariskan adab
kepada anak-anak lebih baik daripada mewariskan harta. Kedudukan dan
cinta dari para sejawat, serta menggabungkan antara kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat.”69
Sebagian orang melalaikan tentang pentingnya adab dan
menganggapnya remeh serta boleh dilupakan. Mereka tidak tahu bahwa
dirinya sedang memeprsiapkan anaknya untuk berbuat durhaka. orang
yang patut dikasihani ini tidak mengerti bahwa menanamkan adab adalah
hak anak yang wajib dipenuh oleh orangtuanya, persis seperti kewajiban
memberi makan dan minum.
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitaian yang dilakukan oleh Syamsul Fuad dengan nomor
induk mahasiswa 103011026657 Progran Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun2011 dengan judul Peran Orang Tua dalam Menanamkan Sikap
Keberagamaan Anak (Studi Kasus di Rt 01/03 Meruyung Kecamatan Limo Kota
Depok) menghasilkan penelitian bahwa masih lemahnya peranan orang tua dalam
menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar. Adapun faktor yang
mempengaruhi sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar adalah karena kurang
pemahaman bahwa pentingnya penanaman sikap keberagamaan pada anak sejak
usia dini.
69
Ibid.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2018 di
TK Bakti Nusa Indah yang beralamat di Jl. Abdul Ghani No 44 Cempaka
Putih – Ciputat Timur Kota Tangerang Selatann – Banten 14119.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara berpikir dan berbuat yang
dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan mencapai
tujuan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu.70
Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati,
dan melihat pola asuh orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak sejak
usia dini. Di TK Bakti Nusa Indah, Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian
kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh
penafsiran dan pemahaman yang mendalam mengenai makna,
kenyataan,dan fakta yang relevan.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk
memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara
sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.71
Jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif
deskriptif analisis. Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yag
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode penelitian lapangan (field research) yaitu
70
Sugiyono, Metode Penelitin Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D ( Bandung : Alfabeta, 2008), hal.3 71
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007), hal.47
46
penulis ,mengadakan observasi langsung untuk mengetahui dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan di lapangan yang berkaitan
dengan penelitian. Penulis menghimpun informasi, data, dan fakta dari
objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari relita yang tengah
terjadi di lapangan agar lebih objektif dan akurat. Tentang pola asuh orang
tua dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini di TK Bakti Nusa
Indah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
C. Responden Penelitian
Responden pada penelitian ini adalah para wali murid Tk Bakti Nusa
Indah,berjumlah 22 orang yang terdiri dari para ibu, karena melihat kondisi
lapangan, yang terlibat langsung saat mengantar, menunggu, hingga
menjemput anak-anak adalah para ibu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas ,
penulis melakukan penelitian dengan cara berikut :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Metode observasi yang akan digunakan adalah
langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa
ada pertolongan alat standar lain manusia kepentingan tersebut.72
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengamatan
langsung. Pengamatan langsung adalah pengamatan tanpa menggunakan
peralatan khusus dengan mengamati seluruh unsur-unsur yang menjadi
topik dalam penelitian, sebagai penguat dalam memberikan data/informasi
yang berkenaan dengan penelitian. Peneliti mengamati langsung objek
sasaran yang menjadi sasaran penelitian.
72
Pedoman Penulisan Skripsi FITK, (Jakarta:Tanpa Penerbit), hal. 66
47
Table 3.1
Kisi-Kisi Observasi
No. Variable Indikator
1. Pola Asuh Orang Tua -Aktivitas orang tua saat
mengantar anak ke sekolah.
- Aktivitas orang tua selama
menunggu anak hingga pulang
sekolah
2. Pola Asuh Orang Tua -Aktivitas ketika berada di dalam
kelas
-Bersosialisasi dengan teman dan
lingkungan sekolah
-Aktivitas ketika jam istirahat dan
bermain di sekolah
3. Aktifitas Penanaman Akhlak -Pola Asuh yang diterapkan
orang tua
-Penanaman akhlak yang
dilakukan oleh Orang tua
48
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode yang dipergunakan penulis untuk
mengumpulkan data dengan Tanya jawab secara langsung kepada
responden, di mana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dengan
seseorang sasaran penelitian (responden). Adapun bentuk pertanyaan tidak
terstruktur, artinya penggunaan pertanyaan dalam wawancara lebih
pedoman wawancara lebih bebas, pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu,
tetapi disesuaikan dengan keadaan ciri yang unik dari informan, mengalir
seperti percakapan sehari-hari.
Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur disusun bukan berupa
daftar pertanyaan, akantetapi hanya berupa poin-poin pokok yang akan
ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat wawancara
berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung
secara alami dan mendalam.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara
Variable Indikator Responden
Pola Asuh Orang
Tua
- Pandangan orang tua
tentang pola asuh
- Latar belakang sosiologis
orang tua
- Rutinitas orang tua dengan
anak
- Hubungan orang tua dan
anak
- Wali murid
Penanaman Akhlak - Pandangan Orang tua
tentang akhlak
- Wali murid
49
- pandangan orang tua
mengenai Urgensi peran
orangtua untuk menanamkan
akhlak pada anak
- Upaya yang dilakukan
oleh orang tua dalam
menanamkan akhlak pada
anak sejak usia dini
3. Angket
Angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai
kesamaan dengan teknik wawancara, karena keduanya diberikan dalam
bentuk pertanyaan. Bedanya kalau wawancara dilaksanakan secara lisan
sedangkan angket secara tertulis.
Angket adalah pertanyaan yang disusun berdasarkan teori yang telah
dibangun kemudian diberikan kepada responden yang telah ditentukan guna
mendapatkan informasi mengenai masalah yang diteliti. Angket diberikan
kepada orang tua yang memiliki anak usia dini (0-6 tahun) yang menjadi
sampel dengan 20 item pertanyaan. Adapun butir-butir pertanyaan di dalam
angket adalah meliputi : upaya orang tua dalam menerapkan pola asuh
(demokratis, permisif, otoriter) , upaya orang tua dalam menanamkan
akhlak pada anak sejak dini.
50
Tabel. 3.3
Kisi- Kisi Instrumen Angket
Pola Asuh Orang Tua
No. Dimensi Indikator Jumlah
Soal No. Item Soal
1 Pola Asuh
Demokratis
Memberi
kebebasan
Memberi
bimbingan
Komunikatif
1
3
3
1
2,3,4,5
6,7,8
2 Pola Asuh Permisif Pengawasan
yang sangat
longgar
Tidak Peduli
(Acuh tak acuh)
3
3
9,10,11
12,13.14
3 Pola Asuh Otoriter Memaksa
Memerintah
Menghukum
3
1
2
15,16,17
18
19,20
4. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan oleh penulis selanjutnya
adalah mengolah data, sehingga data dapat dianalisis dan diambil
kesimpulannya. Tujuan pengeolah data adalah menyiapkan data agar mudah
ditangani dalam analisinya.
Dalam proses analisis data terhadap komponen-komponen utama, harus
benar-benar dipahami secara mendalam. Komponen tersebut adalah
pengumpulan data, reduksi data, kajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Untuk menganalisis berbagai data yag sudah ada, digunakan
51
metode deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk menggambarkan data
yang sudah diperoleh melalui proses analitis yang mendalam dan selanjutnya
diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif.
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta
empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di
lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan
dengan cara proses pengumpulan data.
Menurut Miles dan Humbeman tahapan analisis data adalah sebagai
berikut
a. Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
dengan hasil observasi dan wawancara.
b. Reduksi dan Analisis Data
Pengolahan data selanjutnya dengan mereduksi, merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, di cari
tema dan polanya sehingga memerlukan kecerdasan, keluasaan dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Data direduksi akan mempermudah
penulis manusia melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan, reduksi data digunakan dengan alat
elektronik, dengan memberikan kode pada aspek tertentu.73
Reduksi dilakukan untuk memilah dan memilih mana data yang
digunakan sebagai rujukan dalam melakukan intrepetasi terhadap data
yang diperoleh dari lapangan, dalam hal ini tidak semua data yang
didapatkan dari informan akan digunakan secara menyeluruh tapi memilih
dibagian mana focus data yang sesuai dengan kisi-kisi wawancara yang
dijelaskan sebelumya.
c. Penyajian Data
Penyajian data dalam bentuk uraian singkat, teks yang bersifat
naratif, bagan hubungan anatar kategori, flowchart, grafik, matriks,
73
Sulistyaningsih,“Metodologi Penelitian -Kualitatif dan Kuantitafit”,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012), hal. 162
52
networks dan sejenisnya. Penyajian data bersifat kompleks dan dinamis,
sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah
berlangsung agak lama dilapangan akan mengalami perekambangna
data.74
Pada bagian ini, penulis akan melakukan proses penyajian terhadap
data yang diambil dari lapangan terkiat dengan pola asuh orang tua dalam
menumbuhkan akhlak pada anak usia dini. Penyajian tersebut dapat
menghasilkan satu narasi yang utuh dalam menjelaskan fenomena yang
terdapat pada lapangan. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan
menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan
megolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis
secara deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui pola asuh yang digunakan
oleh orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak usia dini (0-6 tahun ),
dilakukan dengan skala likert yaitu untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi, responden terhadap suatu objek.
Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner ,
dimana hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam table dianalisis
berdasarkan dimensi pola asuh orang tua (otoriter, permisif, demokratis).
Adapun data yang diperoleh melalui engket, penulis akan mengalisa
dna mengola data statistik frekuensi, yaitu memeriksa jawaban-jawaban
dari para orang tua, lalu dijumlahkan, dklasifikasikan dan ditabulasikan,
data yang didapat dari sebuah item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang
di dalamnya langsung dibuat frekuensi dengan menggunakan rumus.75
74
Sulistyaningsih, hal. 163 75
Anas sujiono,Pengatar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2006),Cet.21 hal.43
P =
53
Keterangan:
P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah Responden
100% = Bilangan Tetap
Adapun ketentuan skala prosentasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Penafsiran Prosentase
NO Prosentase Penafsiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
100%
90-99%
60-89%
51-59%
50%
40-49%
10-39%
1-9%
0%
Seluruhnya
Hampir seluruhnya
Sebagian besar
Lebih dari setengah
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Sedikit sekali
Tidak sama sekali
d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan awal yang telah ditemukan masih bersifat sementara, dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat manusia
mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi kesimplan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung bukti bukti yang valid dan
54
konsisten saat ke lapangan mengumpulkan data, maka kesmpulan yang
dikemukakan adalah kesmpulan yang kreadibel.76
E. Pemeriksaan dan Pengecekkan Keabsahan Data
Di dalam pemerikasaan atau pengecekkan keabsahan data dapat dilakukan
dengan jenis pengujian, yaitu :
1. Creadibility dan Transferability
Pada penelitian ini, peneliti akan mevalidasi dengan mengkonfrimasi
kembali antara teori pola asuh yang dikemukakan oleh para ahli dalam
penjelasan bab 2, dengan fakta yang terdapat di lapangan terkait bagaimana
pola asuh orang tua dalam mananmkan akhlak anak di TK Bakti Nusa
Indah, sehingga dapat menghasilakan intrepertasi dari konsep yang sesuai
dengan keadaan.
2. Dependability / Auditability
Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas dipengaruhi oleh: a) status dan
kedudukan peneliti di kalangan anggota kelompok yang diselidikidan
hubungan pribadinya dengan partisipan, b) pilihan informan, c) situasi dan
kondisi sosial yang mempengaruhi informasi yang diberikan, d) definisi
konsep, e) metode pengumpulan dan analisis data pengumpulan.
Usaha yang dilakukan manusia mempertinggi reliabilitas internal
adalah: a) uraian deskriptif yang konkrit, b) membentuk tim peneliti c)
menggunakan partisipan lokal sebagai asisten peneliti, d) meminta
pertimbangan ahli lain, e) pencacatan data atau infoemasi dengan alat
mekanis.
Reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan sebagai upaya untuk
mempertajam uraian deskriptif yang konkrit, yaitu pengungkapan data
wawancara dan dokumen dengan konfirmasi berulang-ulang terhadap
responden, dalam hal ini bagaimana hasil waawncara yang dilakukan terkait
76
Sulistyaningsih, hal. 164
55
pola asuh orang tua yang dituangkan dalam bentuk deskriptif yang
selanjutnya di konfirmasi secara berulang-ulang, selanjutnya meminta
pendapat dan pertimbangan peneliti lain yang menggunakan pendekatan
kualitatif, dan pencatatan data atau informasi dengan alat mekanis
menggunakan komputer.77
3. Confirmability
Data yang ditemukan dari hasil observasi, dan wawancara ke beberapa
informan dan narasumber, kemudian dianalisis secara cermat dan teliti,
disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan
pengalaman, kerangka pikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka dan
kecendrungan-kecendrungan tertentu. Confirmability atau objektivitas dalam
penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat,
didengar, ditangkap, dan dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia,
tidak dibuat-buat atau direka-reka. 78
Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti
akan menggunakan beberapa kriteria keabsahan data dengan menggunakan
teknik pemeriksaan sebagaimana telah disebut di atas untuk dapat
membuktikan keabsahan data. Yaitu dengan kehadiran peneliti itu sendiri
sebagai instrumen, mencari tema atau penjelasan berdasarkan pengamatan.
77
Pedoman Penulisan Skripsi FITK, hal. 75 78
Pedoman Penulisan Skripsi FITK, hal. 76
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di TK Bakti Nusa Indah.TK ini terletak di Jl. H.
Abdul Gani No. 44 Kelurahan Cempaka Putih Kec. Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan Banten. TK ini berdiri sejak tahun 1991, yang didirikan
oleh H. Saih. Sejak berdiri TK ini tergabung dalam di Yayasan Ruhul Amin
yang sudah terlebih dahulu mendirikan dengan SDI Ruhul Amin di tahun
1988. Hingga saat ini TK Bakti Nusa Indah telah meluluskan sebanyak 486
siswa.
Sejak berdiri TK Bakti Nusa Indah telah memiliki banyak prestasi di
antaranya adalah juara 1 nyanyi bersama, Juara 1 tarian daerah, Juara 2 bola
keranjang,Juara 3 mewarnai ,Juara 1 lomba busana daersh, Juara 2 praktek
solat, juara 2 tari kreasi guru, dalam lomba-lomba tahunan antara TK se-
Tangerang Selatan di Pantai Ancol, dan berbagai presatasi lainnya.
B. Identitas Responden
Peserta didik di TK Bakti Nusa Indah ini berjumlah 22 orang siswa.
Dengan keterangan, kelas A berjumlah 10 orang, kelas B berjumlah 12 orang.
Adapun pada penelitian ini, yang menjadi pelaku observasi berjumlah wali
murid yang menjadi orang tua dari anak yang berusia 4 sampai dengan 6
tahun di TK Bakti Nusa Indah. Berikut data respnden yang diperoleh peneliti
di lapangan, antara lain:
1. Responden
Seluruh responden berjumlah 16 orang yang terdiri dari ibu-ibu.
Yaitu para ibu dari siswa TK Bakti Nusa Indah. Hal ini sesuai dengan yang
peneliti lihat di lapangan, aktifitas mengantar, menunggu dan menjemput
anak di lakukan oleh ibu.
57
2. Usia
Usia responden 25-30 sebanyak 2 orang, 31-35 sebanyak 12 orang
dan 35-40 sebanyak 2 orang.
Grafik 4.1
25-31 tahun12%
31-35 tahun75%
36-40 tahun13%
Usia Orang Tua Siswa TK Bakti Nusa Indah
3. Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir responden mayoritas Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu sebanyak 7 Orang, lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3
orang. Lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 3 orang,
lulusan Diploma (D3) sebanyak 1 orang, lulusan Sarjana sebanyak 2
orang.
Grafik 4.2
Sekolah Dasar19%
Sekolah Menengah Pertama
19%
Sekolah menengah
Atas
44%
Diploma 36%
Sarjana (S1)12%
Pendidikan Orang Tua TK Bakti Nusa Indah
58
4. Pekerjaan
Mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 10 orang, sisanya bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 6
orang. Dari data yang ada setelah diolah, hanya 16 yang dapat
memberikan respon terhadap penelitian ini.
C. Deskripsi Data
Beberapa kategori pola asuh orang tua sesuai dengan hasil angket
yang peneliti berikan adalah sebagai berikut :
1. Pola Asuh Demokratis
Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk dapat memberikan
yang terbaik bagi anak mereka. Pola asuh termasuk bagian terpenting
yang harus dilakukan orang tua. Pola asuh yang tepat akan memberikan
dampak yang sangat baik bagi anak. Peneliti mengamati diantara
beberapa tipe pola asuh sebagian besar orang tua dari siswa-siswa di
TK Bakti Nusa Indah menerapkan pola asuh demokratis. Pola asuh
demokratis adalah :
“Pola Asuh demokratis Kedudukan antara orang tua dan anak
sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan
mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan
yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak
tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak
dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih
untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya.”79
Teori yang dikemukakan di atas memberikan penjelasan bahwa
pola asuh demokratis terdiri dari beberapa indikator yaitu :
a. Kedudukan orang tua dan anak adalah sejajar
b. Kebebasan yang bertanggung jawab
c. Orang tua tidak berbuat semena-mena
79
Agoes Dariyo, Psi,Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia Indonesi,2004)
hal.97
59
d. Anak diberi kepercayaan dan tanggung jawab
Dari hasil angket yang disebar mengenai tipe demokratis,
berikut adalah tabel respon bagaimana orang tua terhadap pola asuh
demokratis :
Tabel 4.1
Memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 2 12,5 %
2 Setuju 13 81,25%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%
Jumlah 16 100%
Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa hampir seluruh orang
tua yang dijadikan responden menjawab setuju untuk memberikan
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.
Hasil perhitungannya yaitu 12,5% menjawab sangat setuju, 81,25%
menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, dan 6,25% menjawab sangat
tidak setuju.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa
orang tua siswa, bahwa mereka memberikan anak kebebasan berekspresi
dan bertindak, agar anak bisa tumbuh berkembang dengan penuh percaya
diri. Namun hal ini tetap disertai dengan pengawasan orang tua agar ketika
terjadi suatu kesalahan, orang tua memberikan arahan dengan komunikasi
yang baik.
60
Tabel 4.2
Mencukupi semua kebutuhan anak
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 10 62,5 %
2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
Pada tabel di 4.2 diatas, menyajikan data yang menunjukkan
bahwa hampir seluruh orang tua wali murid sangat setuju untuk
mencukupi kebutuhan anak, terlebih pada anak mereka yang masih dalam
kategori usia dini. Seperti menyiapkan pakaian, makan, bekal, mainan, dan
sebagainya. Hal ini berdasarkan hasil yaitu 62,5% menjawab sangat setuju
, 37,5% menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, dan 0% menjawab
sangat tidak setuju.
Peneliti juga mewawancarai orang tua, dan menyatakan bahwa
sudah menjadi sebuah kewajiban untuk orang tua menyiapkan segala hal
yang dibutuhkan oleh anak.
Tabel 4.3
Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 9 56,25 %
2 Setuju 7 43,75%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
61
Hasil tabel 4.3 di atas, mengemukakan penjelasan bahwa sebagian
besar para wali murid yang menjadi responden sangat setuju untuk orang
tua memberi bimbingan penuh pengertian terhadap anak-anaknya. Hal ini
sesuai dengan hasil perhitungan, yaitu 56,25% menjawab sangat setuju,
43,75% menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, dan 0% menjawab
sangat tidak setuju.
Hal tersebut sesuai dengan yang peneliti amati saat jam istirahat
tiba bahwa beberapa orang tua memberi nasihat dan arahan kepada anak
dengan penuh kasih sayang, ketika terjadi sesuatu di dalam kelas, orang
tua memberikan penjelasan yang menenangkan dan nasihat agar anak
memahami dengan mudah.
Tabel 4.4
Memperhatikan dan memilih teman yang baik untuk anak
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 10 62,5 %
2 Setuju 5 31,25%
3 Tidak Setuju 1 6,25%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
Berdasarkan dari tabel 4.4 menunnjukkan bahwa sebagian besar
orang tua memperhatikan dan memilih teman yang baik untuk anak. Hal
ini berdasarkan hasil perhitungan, yang menjawab 62,5% menjawab
sangat setuju, 31,25% menjawab setuju, 6,25% menjawab tidak setuju dan
0% menjawab sangat tidak setuju. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh orang tua dari ananda Reza,
“Saya membebaskan anak saya berteman dengan siapapun, namun
tetap masih dalam pantauan saya, misalkan ia bermain dengan temannya di
62
rumah saya memantau dari jauh, sekiranya temannya Kiran itu tidak baik
dari segi sikap dan perkataannya, saya akan mengingatkan Kiran untuk
tidak meniru temannya, dan mencoba untuk berteman dengan yang lain.
Karena menurut saya dengan berteman sangat berpengaruh pada diri
Kiran.”80
Tabel 4.5
Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 14 87,5 %
2 Setuju 2 12,5%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
Berdasarkan tabel 4.5 menggambarkan bahwa hampir seluruh orang tua
sangat setuju untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak.karena
itulah yang menjadi hak anak dan kewajiban sebagai orang tua. Hal ini
berdasarkan dengan perhitungan, 87,5% menjawab sangat setuju, 12,5%
menjawab setuju, dan 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Tabel 4.6
Dapat menciptakan suasana komunikatif dalam keluarga
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 10 12,5 %
2 Setuju 6 81,25%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
80
Wawancara dengan ibunda dari Kiran, 18 September 2018, TK Bakti Nusa
Indah
63
Sesuai dengan hasil pada tabel 4.6 di atas dapat menjelaskan bahwa
seluruh orang tua setuju bahwa orang tua harus menciptakan suasana komunikatif
dalam keluarga, agar terjalin suasana yang nyaman. Hal ini berdasarkan hasil
perhitungan bahwa yang menjawab sangat setuju 12,5%,menjawab 81,25%
menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, 0% menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan yang peneliti amati di lapangan, orang tua berusaha untuk
memberikan pengertian kepada anak, bahwa ada beberapa jajanan yang boleh di
beli dan tidak, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak
sehingga anak memahami apa yang boleh dan tidak.
Tabel 4.7
Berlaku adil kepada anak
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 14 87,5 %
2 Setuju 2 12,5%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
Pada tabel 4.7 di atas,menjelaskan bahwa seluruh orang tua setuju untuk
berlaku adil kepada anak. Tidak membeda-bedakan, kakak ataupun adik. Hal ini
berdasarkan hasil perhitungan yaitu yang menjawab sangat setuju 87,5%,
menjawab setuju 12,5%, menjawab tidak setuju, dan sangat tidak setuju 0%.
Dari hasil wawancara, orang tua juga mengatakan bahwa berlaku adil
adalah hal yang penting harus diterapkan dalam keluarga agar anak mendapatkan
perhatian, kasih sayang, dan juga perlakuan yang adil agar tidak menimbulkan
rasa iri antara kakak dan adik.
64
Tabel 4.8
Meluangkan waktu dengan mengajak anak ke tempat rekreasi
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 6 37,5 %
2 Setuju 9 56,25%
3 Tidak Setuju 1 6,25%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
Penjelasan dari tabel 4.8 di atas, adalah hampir seluruh orang tua setuju
untuk meluangkan waktu dengan mengajak ke tempat rekreasi. Hal ini
berdasarkan hasil perhitungan yaitu menjawab sangat setuju 37,5% , menjawab
setuju 56,25%, menjawab tidak setuju 1% dan menjawab sangat tidak setuju 0%.
2. Pola Asuh Permisif
Pola asuh adalah bimbingan yang utama dan harus dilakukan orang tua
terhadap anaknya. Orang tua harus paham betul makna menjadi orang tua.
dengan memahami makna tersebut orang tua akan mengetahui pola asuh mana
yang tepat yang akan diberikan untuk anak mereka. Pada pola asuh permisif
Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-
mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang
diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan
sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara
bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seseorang yang mandiri, kreatif,
inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya. Berikut adalah respon orang
tua terhadap pola asuh permisi.
65
Tabel 4.9
Membiarkan anak bermain tanpa adanya pengawasan
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25 %
2 Setuju 8 50%
3 Tidak Setuju 7 43,75%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
Pada tabel 4.9 di atas, memberikan gambaran bahwa hampir sebagian
setuju, anak bermain tanpa diberi pengawasan yang cukup.hal ini berdasarkan
perhitungan yaitu, sangat setuju 1%, menjawab setuju 8%, menjawab tidak setuju
43,75%,dan menjawab sangat tidak setuju 0%.
Dari penelitian di lapangan, beberapa wali murid, ayah dan ibunya bekerja
sehingga anak dititipkan pada nenek, pembantu atau tetangga. Bertemu hanya
ketika pulang bekerja dan saat mengantar ke sekolah. Hal ini yang mengakibatkan
anak-anak bermain tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua, sehingga orang
tua tidak terlalu banyak tahu aktivitas keseharian anak. .
Orang tua mengatakan, mereka hanya tahu anak-anak bermain dengan
siapa dan kapan tanpa memberi pengawasan yang cukup dikarenakan rutinitas
pekerjaan yang cukup menyita waktu mereka.
Beberapa hal tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar orang tua
masih membiarkan anak-anak bermain tanpa pengawasan yang cukup,
dikarenakan kesibukan pekerjaan masing-masing.
66
Tabel 4.10
Memberikan kebebasan kepada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25 %
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Setuju 7 43,75%
4 Sangat Tidak Setuju 8 50%
Jumlah 16 100%
Menurut tabel 4.10 di atas, dapat menunnjukkan bahwa hampir seluruh
orang tua tidak setuju untuk memberikan kebebasan kepada anak tanpa
memberikan kontrol sama sekali. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan, yaitu
yang menjawab sangat setuju 6,25% , menjawab setuju 0%, menjawab tidak
setuju 43,75%, menjawab sangat tidak setuju 50%.
Dari hasil wawancara, orang tua menyatakan bahwa sebagai orang tua di
jaman sekarang ini akan sangat beresiko jika memberi kebebasan kepada anak
tanpa memberi kontrol sama sekali, karena akan mempengaruhi segala perkataan
dan sikap anak, terutama akhlak, karena dari lingkungan di luar rumahlah anak
mendapat pengaruh yang cukup besar.
Tabel 4.11
Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25 %
2 Setuju 3 18,75%
3 Tidak Setuju 7 43,75%
4 Sangat Tidak Setuju 5 31,25%
Jumlah 100%
67
Tabel 4.11 di atas, memberikan gambaran bahwa hasil perhitungan yaitu
orang tua yang menjawab sangat setuju 6,25%, menjawab setuju 18,75% ,
menjawab tidak setuju 43,75%, menjawab 31,25% menjawab sangat tidak setuju.
Hal ini sesuai juga dengan hasil wawancara dengan beberapa orang tua, orang tua
yang bekerja memberi pernyataan bahwa, anak diberi kebebasan karena orang tua
memang tidak bisa cukup mengawasi, waktu orang tua sudah habis di kantor dan
ketika di rumah hanya bisa mengawasi ketika anak berada di rumah saja, tidak
saat bermain. Orang tua yang lain menyatakan bahwa, mereka tidak setuju dengan
hal tersebut karena anak usia dini sangat perlu sekali pengawasan dari orang tua.
Menurut orang tua anak usia dini, sedang suka meniru apa yang ia dapatkan dari
luar. Sehingga sangat tidak setuju dengan membiarkan anak begitu saja
melakukan sesuatu tanpa pengawasan orang tua.
Tabel 4.12
Tidak menegur atau memperingatkan ketika anak salah
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Setuju 8 50%
4 Sangat Tidak Setuju 8 50%
Jumlah 16 100%
Merujuk pada tabel 4.12 di atas, dapat disimpulkan bahwa, sleuruh orang
tua tidak setuju dengan tidak menegur memeperingatkan ketika anak salah. Hal ini
sesuai dengan perhitungan yaitu, menajwab sangat setuju 0%, menjawab setuju
0%, menjawab tidak setuju 50%, menjawab snagat tidak setuju 50%.
Dari hasil wawancara, orang tua menyatakan bahwa memperingatkan
ketika anak salah adalah kewajiban orang tua dalam mendidik anak, agar yang
tertanam pada anak adalah akhlak yang baik, bukan hal sebaiknya. Jika tidak
diingatkan anak tidak akan tahu, yang mereka lakukan adalah sebuah hal yang
68
benar atau hal yang salah. Bisa berakibat fatal jika dibiarkan hingga ia tumbuh
dewasa. Anak dapat memiliki akhlak yang buruk di masa depannya.
Tabel 4.13
Tidak peka terhadap masalah yang dihadapi anak
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 1 6,25 %
3 Tidak Setuju 11 68,75%
4 Sangat Tidak Setuju 4 25%
Jumlah 16 100%
Tabel 4.13 di atas, menunjukkan hasil yaitu, orang tua yang menjawab
sangat setuju 0%, menjawab setuju 6,25%, menjawab tidak setuju 68,75%,
menjawab sangat tidak setuju 25%. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
peneliti dengan orang tua bahwa mereka tidak setuju jika sebagai orang tua tidak
mempunyai kepekaan terhadap masalah anak, anak akan mencari perhatian atau
mencari solusi di luar rumah, komunikasi orang tua juga menjadi tidak baik, jika
sebagai orang tua tidak mempunyai kepekaan tersebut.
Peneliti juga mengamati, bahwa orang tua di TK Bakti Nusa Indah hampir
sebagian besar memiliki kepekaan terhadap anak, jika ada masalah di kelas, orang
tua mengajak anak untuk berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah secara
bersama.
69
Tabel 4.14
Bersikap pasif dan masa bodoh kepada anak
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Setuju 4 25%
4 Sangat Tidak Setuju 12 75%
Jumlah 16 100%
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat menunjukkan bahwa orang tua
tidak setuju jika bersikap pasif dan masa bodoh kepada anak. Hal ini sesuai
dengan hasil perhitungan, yaitu orang tua yang menjawab sangat setuju 0%,
menajwab setuju 0%, menjawab tidak setuju 4%, dan menjawab sangat
tidak setuju 75%.
3. Pola Asuh Otoriter
Pemahaman orang tua tentang pola asuh kepada anak adalah hal yang
sangat penting, karena dengan mengetahui hal ini orang tua bisa lebih siap
untuk dapat mendidik, dan membimbing anaknya dengan baik hingga
dewasa. Diantara Ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan
orangtua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa
dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah
terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-
olah menjadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak
percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi di sisi
lain anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri,dari kenyataan.
Misalnya,dengan menggunakan narkoba dari segi positifnya, anak yang
dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan disiplin yakni mentaati
peraturan. Berikut ini adalah respon dari orang tua terkait dengan pola asuh
otoriter:
70
Tabel 4.15
Memaksa anak untuk mematuhi aturan dan tidak boleh membantah
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 2 12,5%
2 Setuju 6 37,5%
3 Tidak Setuju 8 50%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 16 100%
Hasil tabel 4.15 di atas, memberikan gambaran bahwa sebagian
orang tua tidak setuju memaksa anak untuk mematuhi aturan dan tidak
boleh membantah, hal ini sesuai hasil perhitungan yaitu orang tua
menjawab sangat setuju 12,5% , menjawab setuju 37,5%, menjawab tidak
setuju 50%, dan menjawab sangat tidak setuju 0%.
Sesuai penelitian di lapangan, beberapa orang tua memaksa anak
untuk menaati perintah, seperti tidak boleh jajan lebih dari yang
seharusnya, jajan harus sesuai yang dijinkan ibunya, tidak boleh bermain
kotor-kotoran, tidak boleh bermain saat jam tidur siang, dan sebagainya.
Dari hasil wawancara beberapa orang tua berpendapat bahwa
segala aturan yang diberikan kepada anak tentunya untuk kebaikan sang
anak, seperti harus tidur siang sebelum bermain, pulang sesuai dengan
waktu yang ditentukan ketika bermain,jajan tidak sembarangan, tidak
boleh bertengkar dengan adik,hal-hal tersebut adalah ajaran kebaikan yang
harus dituruti dan tidak boleh dibantah oleh anak.
71
Tabel 4.16
Mengharuskan anak untuk mengikuti semua keinginan anda
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 2 12,5%
3 Tidak Setuju 12 75%
4 Sangat Tidak Setuju 2 12,5%
Jumlah 100%
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat menunjukkan bahwa hanpir
seluruh orang tua tidak setuju untuk mengharuskan anak mengikuti semua
keinginan orang tua, hal ini sesuai hasil perhitungan, yaitu orang tua yang
menjawab sangat setuju 0% , menajawab setuju 12,5%, menjawab tidak
setuju 75%, dan menjawab sangat tidak setuju 12,5%..
Sesuai hasil wawancara dengan Mama Kal, mengatakan:
“saya ingin anak saya berkembang sesuai anak diusianya, ke depan
terserah dia ingin jadi apa, tugas saya sebagai orang tua hanya
mengarahkan, ketika yang dia cita-citakan baik insyaa allah saya selalu
dukung, namun tetap saya selalu memberi semangat, dorongan, dan
nasihat jika ia keliru atau salah.”81
Tabel 4.17
Meminta tolong kepada anak anda dengan nada mengancam
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Setuju 8 50%
4 Sangat Tidak Setuju 8 50%
Jumlah 16 100%
81
Wawancara Mama Kal, 18 September 2018, TK Bakti Nusa Indah
72
Penjelasan dari tabel 4.17 di atas adalah seluruh orang tua tidak setuju
untuk meminta tolong kepada anak dengan nada mengancam, hal ini sesuai
dengan hasil perhitungan yaitu orang tua yang menjawab sangat setuju 0%,
menjawab setuju 0%, menjawab tidak setuju 50% dan menjawab snagat tidak
setuju 50%.
Tabel 4.18
Memberikan perintah dan larangan kepada anak
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 1 6,25%
2 Setuju 11 68,75%
3 Tidak Setuju 4 25%
4 Sangat Tidak Setuju 0 70
Jumlah 100%
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, dapat menjelaskan bahwa hampir seluruh
orang tua setuju untuk memberikan perintah dan larangan kepada anak. Hal ini
sesuai hasil perhitungan yaitu, yang menjawab sangat setuju 6,25%, menjawab
setuju 68,75%, menjawab tidak setuju 25%, dan menjawab sangat tidak setuju
0%.
Berdasarkan hasil wawancara orang tua berpendapat bahwa perintah dan
larangan adalah suatu hal yang penting, karena itu bentuk dari didikan atau arahan
dari orang tua kepada anak. Agar anak mengetahui apa yang boleh dan tidak, yang
baik dan tidak, halal dan haramnya. Tidak bisa orang tua membiarkan begitu saja,
karena hal tersebut adalah kewajiban sebagai orag tua.
Sebagian besar orang tua meyakini bahwa segala hal yang diperintahkan
oleh orang tua adalah sebuah kebaikan bagi anak, mereka mengaggap bahwa
orang tua tahu mana yang baik dan mana yang tidak, sehingga perintah dan larang
itu perlu.
73
Tabel 4.19
Memukul anak apabila melakukan sebuah kesalahan
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Setuju 7 43,75%
4 Sangat Tidak Setuju 9 56,25%
Jumlah 16 100%
Hasil dari tabel 4.19 di atas, dapat menggambarkan bahwa seluruh orang
tua tidak setuju untuk memukul anak jika anak melakukan suatu kesalahan. Hal
ini sesuai dengan hasil perhitungan yaitu, yang menjawab sangat setuju 0%,
menjawab setuju 0%, menjawab tidak setuju 43,75%, menjawab sangat tidak
setuju 56,25%.
Tabel 4.20
Memberikan hukuman kepada anak apabila melakukan sebuah kesalahan
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 12 75%
3 Tidak Setuju 4 25%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100%
Berdasarkan hasil tabel 4.20 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar orang tua tidak setuju dengan memberi hukuman kepada anak ketika anak
melakukan kesalahan, sebagian lagi setuju jika melakukan hal tersebut. Hal ini
sesuai perhitungan yaitu orang tua yang menjawab sangat setuju 0%, ,menjawab
setuju 75%, menjawab tidak setuju 25%, dan menjawab sangat tidak setuju 0%.
74
Dari hasil wawancara menguatkan bahwa tujuan orang tua memberi
hukuman kepada anak ketika mereka melakukan kesalahan agar anak tidak
mengulangi kembali kesalahan tersebut.
D. Analisa Data
Orang tua adalah pendidik utama, dan pertama bagi anak. Orang tua
adalah penanggung jawab yang utama terhadap pendidikan anak terutama
pendidikan akhlak pada anak. Sehingga pemberian bekal teoritis maupun praktis
mengenai penanaman akhlak mutlak harus dimiliki. Apalagi di masa sekarang
sudah masuk dengan kecanggihan teknologi yang sangat cepat, informasi menjadi
cepat didapat dan mudah untuk mempengaruhi anak jika tidak ada pengawasan
yang cukup dari orang tua.
Urgensi tentang akhlak adalah hal utama yang harus ditanamkan oleh orang
tua. Hal ini menjadi sorotan yang penting bagi orang tua untuk sejak dini
menanamkan akhlak pada anak sejak sedini mungkin dalam segala aktivitasnya.
Di TK Bakti Nusa Indah peneliti menemukan beberapa orang tua yang masih
belum paham apa itu pola asuh, dan belum memahami tentang pentingnya
memilih pola asuh yang tepat terutama dalam menanamkan akhlak pada anak
sejak usia dini. Pola asuh yang dipilih atau diterapkan oleh orang tua di TK Bakti
Nusa Indah ini sebagian besar adalah pola asuh demokratis sesuai dengan yang
dianjurkan oleh ajaran Islam bahwa orang tua berusaha untuk bersikap adil kepada
anaknya, dalam bentuk perhatian, bimbingan dan juga kasih sayang,agar anak
merasakan kenyamanan dan kebahagiaan yang sempurna untuk anak dan
merupakan sesuatu yang baik untuk perkembangan anak selanjutnya.
75
Tabel 4.21
Persentase Kategori Jawaban Responden
No.
Tipe Pola
Asuh
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju (S) Tidak Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
1 Demokratis 56% 41,5% 0% 2,5%
2 Permisif 2,1% 5,2% 46,9% 45,8%
3 Otoriter 3,1% 32,3% 44,8% 19,8%
Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 56%
menjawab sangat setuju, 41,5% menjawab setuju, 0% tidak setuju, dan
2,5% menjawab sangat tidak setuju pada tipe pola asuh demokratis. Pada
tipe pola asuh permisif, 2,1% menjawab sangat setuju, 5,2% setuju, 46,9%
tidak setuju, dan 45,8% sangat tidak setuju. Pada tipe otoriter responden
yang menjawab sangat setuju 3,1%, setuju 32,3%, tidak setju 44,8%, dan
19,8 sangat tidak setuju.
Dari penjelasan hasil tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa
hampir seluruh orang tua di TK Bakti Nusa Indah memilih menerapkan
pola asuh demokratis Namun beberapa orang tua memakai dua tipe pola
asuh sekaligus yaitu demokratis dan otoriter, hal ini sesuai dengan hasil
tabel di atas bahwa sebagian kecil masih menerapakan pola asuh otoriter
dalam beberapa keadaan yang menurut orang tua masih sangat perlu
diterapkan kepada anak terlebih hal perintah dan larangan mengenai yang
baik dan yang buruk. Pada tipe pola asuh permisif sedikit sekali responden
yang menjawab setuju, bahkan hampir seluruhnya menajwab tidak setuju
terhadap pola asuh ini.
76
Di TK Bakti Nusa Indah peneliti menemukan beberapa orang tua
yang masih mengabaikan tentang pentingnya memilih pola asuh yang
tepat terutama dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini. Pola
asuh yang dipilih atau diterapkan oleh orang tua di TK Bakti Nusa Indah
ini sebagian besar adalah pola asuh demokratis sesuai dengan yang
dianjurkan oleh ajaran Islam bahwa orang tua berusaha untuk bersikap adil
kepada anaknya, dalam bentuk perhatian, bimbingan dan juga kasih
sayang,agar anak merasakan kenyamanan dan kebahagiaan yang sempurna
untuk anak dan merupakan sesuatu yang baik untuk perkembangan anak
selanjutnya.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara peneliti terhadap wali
murid, bahwa mereka cenderung menerapkan pola asuh demokratis
Karena pola asuh ini seimbang,bahwa anak harus diberikan kasih sayang
dan juga perhatian yang cukup. Kasih sayang dan perhatian ini orang tua
berikan dalam bentuk komunikasi antara orang tua dan anak, dengan
komunikasi ini orang tua memberikan bimbingan dan arahan pada anak,
dan memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih dan melakukan
sesuatu dengan penuh tanggung jawab agar anak tumbuh berkembang
dengan percaya diri namun tetap dalam pengawasan yang cukup dari
orang tua.
Selain itu, pola asuh demokratis ini baik diterapkan dalam
memberikan penanaman akhlak pada anak sejak dini. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara peneliti, bahwa menurut orang tua akhlak adalah
sangat penting bagi kehidupan seseorang, orang tua sangat berharap anak
memiliki akhlak yang baik, terutama akhlak anak tehadap orang tua.
Urgensi penanaman akhlak ini membuat orang tua memilih pola asuh
demokratis karena pada anak usia dini, anak masih sangat mudah
dibentuk, tentunya dengan bimbingan penuh kasih dan sayang,namun pasti
ada hambatan di setiap proses penerapannya.
Adapun rata-rata dimensi pola asuh orang tua selain pola asuh
demokratis adalah pola asuh otoriter. Peneliti menyimpulkan bahwa
77
beberapa orang dalam penerapannya menerapkan kedua pola asuh
tersebut.
Orang tua tidak memberi kebebasan kepada anak ketika melakukan
suatu hal karena kekhawatiran orang tua terhadap anak yang masih dini.
Orang tua juga memberikan perintah dan larangan,dan memberikan
hukuman jika melakukan kesalahan. Hal ini dikarenakan ornag tua ingin
memahami bahwa dalam hidup ada hal yang baik untuk dilakukan dan
tidak baik untuk dilakukan. Dan pemberian hukuman adalah sebagai
pembelajaran kepada anak bahwa setiap kesalahan yang diperbuat ada
sebuah konsekuensi yang akan didapatkan.
Dalam hasil wawancara peneliti dengan orang tua, orang tua yang
menerapkan pola asuh ini menganggap bahwa anak tidak bisa dibiarkan
melakukan hal apapun begitu saja, butuh sikap ketegasan dari orang tua
agar anak tumbuh disiplin, agar anak mengetahui apa yang diberikan
dilakukan orang tua adalah kebaikan untuk anak.
Ditinjau dari aspek penerapan pendidikan agama dalam keluarga,
pola asuh ini lebih tepat diterapkan untuk menekankan perihal akidah dan
mengaktifkan ibadah bagi si anak. Seperti halnya, orang tua harus mampu
menanamkan keyakinan kepada anak bahwa agama yang paling benar
adalah agama yang menyembah kepada Allah swt. Juga dalam hal
beribadah mendirikan shalat.
Namun, penerapan pola asuh otoriter yang salah, yaitu diterapkan
kepada anak secara berlebihan akan berdampak tidak nyaman bagi seorang
anak di usia dini. Anak usia dini yang sedang tumbuh dan berkembang
tentunya ingin merasa nyaman dan aman berada didekat orang tua dan
keluarganya, anak juga mempunyai keinginan untuk mandiri dan
diperlakukan secara wajar, serta ingin mendapatkan kesempatan belajar
sendiri, bagaimana menghadapi masalah serta menunjukkan
kemampuannya.
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter secara berlebihan
akan menaksir sifat anak terlalu rendah, hingga orang tua terlalu banyak
78
memberikan perintah, larangan dan nasihat bahkan hukuman tanpa
mendengarkan dan melihat apa yang ingin disampaikan anak, orang tua
berharap anak sesuai yang dinginkannya. Anak akan melihat dan
memperhatikan sikap orang tua secara detil sehingga ia pun akan
mencontoh apa yang dilakukan orang tua. Ketika orang tua memberikan
perintah dan larangan namun mereka tidak mencontohkan hal tersebut,
anak akan mempertanyakan dan mengabaikan perintah orang tua. Padahal
pendidikan akhlak yang terbaik bagi seorang anak adalah keteladanan
yang diberikan langsung oleh orang tua, tidak hanya sekedar perintah,
nasihat dan hukuman.
Hasil penelitian lapangan dan angket masih ditemukan orang tua
yang menerapkan pola asuh permisif. Dalam penanaman akhlak, hal ini
sangat tidak boleh diterapkan kepada anak, terutama anak usia dini. Saat
ini segala informasi dapat diterima dengan mudah dan cepat, jika tanpa
pengawasan yang cukup oleh orang tua, informasi dan segala hal yang
anak dapatkan dari lingkungan diluar keluarga akan mempengaruhi segala
perilaku anak dengan cepat.
Orang tua tidak peka terhadap hal-hal yang berpengaruh buruk
terhadap anak, akhlak yang buruk bisa tercipta pada diri anak, dan jika
kesadaran orang tua lambat akan hal ini tentunya akan membawa anak
berakhlak buruk pula terhadap kehidupannya kelak. Seperti yang peneliti
amati, beberapa wali murid tidak memberikan pengawasan yang cukup
saat anak bermain gadget terutama menonton di youtube. Jika anak tidak
mendapatkan pengawasan yang cukup hal yang tidak diinginkan bisa
terjadi.
Selain itu pola asuh permisif ini di latar belakangi kesibukan orang
tua. Orang tua merasa sudah lelah dengan segala aktifitas pekerjaannya,
sehingga sedikit waktu yang diberikan untuk memberi bimbingan dan
pengawasan terhadap anak, beberpa anak yang dititipkan kepada
neneknya, saat orang tua bekerja,dan ada yang diasuh oleh baby sitter.
79
Apabila pola asuh permisif ini diterapkan, akan berakibat buruk
pada anak. Anak-anak akan jauh dari sifat religius, dan memiliki akhlak
yang tidak baik, karena merasa mereka bebas melakukan sesuatu tanpa
diperhatikan oleh orang tua, bagi anak usia dini ia akan lebih banyak
meniru apa yang ia dapatkan dari lingkungan sekitarnya, bukan dari orang-
orang terdekatnya terlebih orang tua.
E. Upaya Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Akhlak Sejak Dini
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara orang tua, upaya yang telah
diberikan oleh orang tua dalam menanamkan akhlak pada ank sejak usia dini
adalah :
1. Mengenalkan Al-Quran Sejak Dini
Al-Quran adalah kalam Allah yang menjadi pedoman juga petunjuk
bagi para hamba-Nya. Orang tua tentu menginginkan anaknya lebih baik dari
mereka. Upaya yang dilakukan oleh para orang tua adalah dengan
memperkenalkan al-Quran sejak dini, yaitu dengan mengajak anak mengaji,
mengenalkan huruf hijaiyah, memasukkan anak-anak ke pengajian atau TPA
terdekat, dan ada juga yang mengaji setiap ba‟da maghrib dengan orang
tuanya.
2. Membiasakan Mengucapkan Terima Kasih, Maaf, dan Tolong.
Berdasarkan hasil wawancara orang tua membiasakan anak untuk
mengucapkan terima kasih, maaf dan tolong. Menurut orang tua, tiga kata
tersebut adalah pembiasaan yang harus dibiasakan sedari kecil agara anak
memiliki sopan santun terhadap orang lain.
3. Tidak Berkata Kasar
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara peneliti dengan
para wali murid, ketika bermain orang tua mengawasi dari kejauhan, orang
tua bisa mengawasi segala perilaku dan perkataan anak, sehingga ketika anak
mengatakan perkataan yang tidak baik atau kasar, orang tua mengingatkan
dan memberikan nasihat, dan ada juga orang tua yang memberikan contoh
langsung bahwa berkata kasar atau yang tidak baik, tidak diperbolehkan.
80
BAB V
KESMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan mengenai masalah yang berkaitan
dengan pola asuh orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia
dini di TK Bakti Nusa Indah, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
sebagian besar orang tua menerapkan pola asuh demokratis, Sebagian kecil
menerapkan pola asuh otoriter dan sedikit sekali yang menerapkan pola asuh
permisif, dan ada sebagian kecil yang menerapkan dua pola asuh sekaligus.
Pemilihan kedua pola asuh ini dilandasi bahwa untuk menanamkan akhlak
pada anak butuh pola asuh yang memberikan ketegasan dalam pemberian
arahan dan bimbingan, namun penerapan pola asuh otoriter ini tidak
mendominasi dan berlebihan.
Orang tua masih perlu untuk meningkatkan upaya mereka dalam
menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini. Orang tua perlu menyadari
bahwa untuk menanamkan akhlak pada anak, banyak hal yang bisa
dilakukan dan diterapkan.
Usia anak yang masih kecil adalah masa keemasannya dalam
menyerap apa yang ia lihat, dan didengar. Orang tua harus paham bahwa
ialah yang harus menjadi teladan bagi anak sehingga segala hal yang
dilihat,dan didengar oleh anak adalah sebuah kebaikan yang akan ia tiru dan
menjadikan dirinya memiliki akhlak yang baik.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas pola asuh yang dipakai orang tua di
TK Bakti Nusa Indah sudah menerapkan pola asuh yang cukup tepat untuk
diterapkan kepada anak. Kesadaran para orang tua pun tentang pentingnya
menanamkan akhlak pada anak sudah cukup baik,hanya saja masih perlu
bagi para orang tua untuk memulai lebih awal yaitu pada usia keemasan
anak, yaitu ketika anak masih bayi, orang tua harus memiliki kesadaran
81
untuk menanamkan akhlak meskipun anak belum memahami hal tersebut.
Karena di usia tersebutlah anak terekam kuat apa yang ia dapat sejak
pertama kali orang tua ajarkan suatu hal kepadanya. Ayah dan ibu juga
harus bekerja sama satu sama lain untuk berperan penting dalam
menanamkan akhlak pada anak, yaitu dengan terus menerus mencontohkan
keteladanan pada anak di segala hal. Karena anak belajar dari paying ia
dengar, dan ia lihat dari orang-orang terdekatnya.
C. Saran
1. Peneliti berharap orang tua mampu berkomunikasi dengan baik untuk
menerapkan pola asuh orang tua secara bersama, karena peran pola asuh
dalam menanamkan akhlak ini tidak hanya bertumpu pada ibu, seorang
ayah juga berperan penting di dalamnya. Yang peneliti lihat rata-rata ibu
lah yang paling dekat dengan anak, dan keseharian anak pun bersama
ibu, meskipun begitu anak tentu melihat setiap hal kecil yang
dicontohkan oleh ayahnya ketika sedang bersama.
2. Peneliti berharap orang tua terus mengupgrade diri mereka dalam
menjadi orang tua yang memberi peran penting dalam menanamkan
akhlak sejak usia dini. Sebagai orang tua perlu untuk terus belajar agar
ketika anak bertanya kepada ibu dan ayahnya tentang suatu hal, ayah
dan ibu bisa memberikan penjelasan dengan cara yang tepat dan sesuai
dengan pemahaman anak
3. Peneliti berharap orang tua tidak berhenti untuk terus memberikan
keteladanan dan perhatian yang lebih pada anak, agar anak dapat
mencontoh hal-hal baik dari ayah dan ibunya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an,Jakarta: Amzah,
2007.
Al-Hindi Al-Muttaqi, Kanz Al-„Ummal. Beirut: Mu‟assasah Ar-Risalah, 1981.
Amini, Ibrahim. Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta : Al-Huda, 1981.
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Ed. I, Cet.
II, 2010.
Badri, Muhammad.Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita. Bekasi : Daun Publishing.
2011
Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara. Cet.VI. 2006.
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja.Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.,
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
2011
Djatnika, Rahmat. Sistem Etika Islam, Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1996.
Hafizh, Nur Abdul Muhammad, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung :
Penerbit al-Bayan. 1997.
Hasan, Maimunah. 2011 PAUD (Pendidikan Anak Sejak Usia Dini) (Yogyakarta:
DIVA Press)
Indrakusuma, Amir Dien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional
Jalaluddin, 2007. Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Edisi
Revisi,
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Pustaka Media,
2011.
Lestari.,Sri. Psikologi Keluarga. Jakarta: KencanaPrenada Media Group. 2012.
83
Majid Khon, Ahmad. Hadist Tarbawi. Jakarta: Prenada Media Group. 2012.
Mustofa, Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 1997.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. 2011
Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2015.
Riana Mashar. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Perkembangannya. Jakarta :
Kencana, 2011.
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, Banjarmasin: IAIN Antasari Press, Cet. I. 2014.
Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak usia Dini.(Jakarta : Prenada Media Group
Sugiyono, Metode Penelitin Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D. Bandung : Alfabeta. 2008.
Sujiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Cet. 21. 2006.
Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian -Kualitatif dan Kuantitafit. Yogyakarta :
Graha Ilmu. 2012.
Suwaid, Abdul Haifzh Nur Muhammad, Cara Nabi Mendidik Anak. Yogyakarta:
Pro U Media. 2010.
Team Pustaka Poenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta :
Pustaka Poenix. 2007.
Tim Penyusun,. Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve. 1997.
Tim Penyusun, Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung :
Diponegoro. 2000.
Tim Penyusun, Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, Bandung: CV
Jumanatul „Ali-Art. 2005.
Tim Penyusun, Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka, 2007.
Tri, Bambang. Menginstal Akhlak Anak. Bandung : Pustaka Mandiri . 2012
84
Vembriarto, St. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT. Grasindo. 2003.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2007.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Wawancara
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Legiyem
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 November 1984
Alamat Domisili : Kp. Bulak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : -
Jumlah Anggota Keluarga : 4 ( Empat)
1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?
Mungkin cara mengasuh anak, mendidik anak, mungkin seperti itu.
2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?
Tipe pola asuhnya saya kurang tahu, tapi intinya saya bukan tipe yang bisa
acuh tak acuh sama anak saya, inginnya sebagai orang tua seimbang,
membimbing dan juga anak harusa ada aturannya juga.
3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?
Agar anak bisa terkontrol, misalnya ketika anak minta ijin untuk main saya
mengingatkan agar ia pulang jam sekian agar ia tahu batasan waktu,dan jadi
terkontrol. Misalnya dia tidak ingin pulang, saya tunggu dan mengawasi
sampai batas waktu yang disesuaikan.
saya ingin anak saya berkembang sesuai anak diusianya, ke depan terserah dia
ingin jadi apa, tugas saya sebagai orang tua hanya mengarahkan, ketika yang
dia cita-citakan baik insyaa allah saya selalu dukung, namun tetap saya selalu
memberi semangat, dorongan, dan nasihat jika ia keliru atau salah
4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan
?
Sebenarnya saya masih sulit untuk menerapkan pola asuh ini kepada anak
karena, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor lingkungan, anak jadi
agak susah diatur, karena mengikuti teman yang dibiarkan saja oleh ibunya
ketika bermain, tanpa dicari dan dibatasi waktunya. Dan hasilnya sikap
anakpun mengikuti sekitarnya, jika diminta untuk pulang ketika bermain dia
tidak ingin pulang karena teman-teman yang lain tidak dibatasi waktunya, dan
akhirnya tidak bisa tidur siang, atau tidak belajar karena kelelahan saat
bermain. Lingkungan ini yang sangat berpengaruh pada anak.
4. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?
Yang pertama sipasti orang tua, yang kedua itu lingkungan, yang ketiga adalah
sekolah,karena sebagian waktu anak di sekolah, jadi lingkungan di sekolah
menurut saya juga sangat berperan untuk membentuk akhlaknya.
5. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus
menanamkan akhlak pada anak?
Mungkin lebih kepada agamanya, seperti mengaji, sedikit banyak anak
menjadi tahu dasar-dasar agama. Dan dari kesehariannya. Seperti untuk
menanamkan kesopanan pada anak, kita mencontohkan cara bicara yang baik
kepada anak, agar anak terbiasa mengucapkan yang baik, menurut saya anak
adalah cerminan dari orang tua.
Dan saya membebaskan anak saya berteman dengan siapapun, namun tetap
masih dalam pantauan saya, misalkan ia bermain dengan temannya di rumah
saya memantau dari jauh, sekiranya temannya Kiran itu tidak baik dari segi
sikap dan perkataannya, saya akan mengingatkan Kiran untuk tidak meniru
temannya, dan mencoba untuk berteman dengan yang lain. Karena menurut
saya dengan berteman sangat berpengaruh pada diri Kiran.
6. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada
anak ibu sudah maksimal?
Menurut saya masih kurang, karena anak jaman sekarang lebih banyak
terpengaruh dari lingkungan di luar rumah daripada di dalam rumah, lebih
senang main di luar rumah karena lingkungna di rumah saya banyak sekali
anak-anak sehingga waktu anak lebih banyak di luar rumah karena ingin
bermain.
7. Sejak usia berapa anak ibu diperbolehkan main di luar?
Sejak ia mulai mengerti bermain dengan anak-anak seusianya, yang akhirnya
ia sulit untuk diminta pulang, karena keasikan bermain.
8. Apakah akhlak itu penting ?
Sangat penting, karena itulah yang dinilai seseorang, kepribadiannya dalam
kesehariannya. Lingkunganlah pembentuk akhlak anak tersebut, biasanya
anak-anak yang suka berkata kasar karena ia terbiasa juga mendengar kata-
kata kasar dari sekitarnya, sehingga ia mencontoh, karena anak-anak itu
mencontoh dari apa yang ia lihat, dengar dan rasakan.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Rania
Tempat Tanggal Lahir : Jawa Timur, 16 April 1987
Alamat Domisili : Gang Jambu, Ciputat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : D3
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : -
Jumlah Anggota Keluarga : 4 ( Empat)
1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?
Mengasuh anak, gimana di dalam rumah bagus, di luar lingkungan bagus.
2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?
Demokratis
3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?
Karena saya sangat setuju sekali, setiap hari ketika menegur kita juga
sekaligus membimbing. Misal lagi main sama adiknya, saya tidak membiarkan
begitu saja, tapi saya perhatikan, sambil didik perlahan-lahan, dari hal
kecilpun kita ajarkan, agar ia terbiasa dan mengingat apa saja nasihat yang
diberikan orang tua. Tidak selalu membimbing itu ketika belajar saja, tapi dari
hal kecil apapun bisa kita ajarkan kepada anak.
4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan
?
Semoga apa yang saya lakukan keoada anak saya ini bisa berhasil, karena
tidak mungkin orang tua mengajarkan hal buruk kepada anak, ingin saya anak
saya kelak menjadi orang yang berhasil dan berkepribadian yang baik.
Namun saya masih menemukan kesulitan ketika menerapkan pola asuh
tersebut, karena anak anak moodnya mudah berubah,banyak likunya, namanya
juga anak-anak.
5. Apakah akhlak itu penting ?
Sangat penting, nomor satu, ketika dia berkeluarga, dia S1, S2 tidak ada apa-
apanya, jika tidak ada akhlak, tidak bisa menjadi manusia yang baik. Karena
contohnya ketika berjualan juga harus memiliki akhlak, ramah terhadap
pembeli, pembeli pun akan senang pada kita, begitupun sebaliknya, maka dari
itu akhlak adalah pondasi kehidupan yang paling penting dalam hidup
6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?
Yang pertama orang tua, kedua sekolah, karena akhlak nomor satu.
7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus
menanamkan akhlak pada anak?
Saya sangat disiplin kalau akhlak, saya nomor satu kalau bicara akhlak pada
anak, kalau anak tidak menghormati kita, kita dihormati siapa, pelan-pelan
saya ingatkan dari hal yang sepele, kaka ini tidak boleh, misal dia membentak
saya karena marah, saya ingatkan bahwa tidak boleh seperti itu kepada orang
tua, nanti Allah akan marah. Misalnya juga ayahnya sedang marah dan
membentak saya, saya ingatkan juga, ayah tidak boleh seperti itu, nanti Allah
marah, jadi say jug memberi contoh langsung kepada anak. Tapi namanya
juga anak-anak, susah-susah mudah. Jadi harus sabar juga. Ketika bermain
juga sedikit-seikit kita tanamkan, tidak boleh seperti ini dan sebagainya.
Kadang juga saya kasih reward jika ia bisa menjadi anak yang baik, jadi ketika
saya membelikan sesuatu buat anak-anak tidak semata-mata memberi begitu
saja, namun hal tersebut sebagai reward jika hari itu anak-saya sudah berbuat
baik.
8. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada
anak ibu sudah maksimal?
Belum, masih banyak perjalanannya, apalagi anak saya perempuan, masih
banyak artikel yang belum saya sampaikan. Saya bertahap menanamkan pada
anak, pelan-pelan namun bisa terus ia ingat dan terapkan dalam kehidupannya
nanti.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Sartini
Tempat Tanggal Lahir : Malang, 20 Oktober1971
Alamat Domisili : Jl. Abdul Ghani, Ciputat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : -
Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)
1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?
Mengurus anak, mendidik yang benar
2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?
Saya tipe yang harus nekan, tegas.
3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?
Namanya anak tidak bisa dibiarkan gitu aja, anak harus disiplin, tegasnya saya
agar anak bisa terdidik dengan baik.
Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan ?
Anak menjadi penurut, bukan penurut yang takut, tapi penurut yang tahu.
Anak saya nurut kata ibunya. Anak saya tidak berontak, ketkka saya bilang A
ya A, dia tidak menolak dan menurut. Biasanya ia menurut tapi juga ertanya
mengapa tidak boleh, mengapa ini boleh.
4. Apakah akhlak itu penting ?
Sangat penting sekali.
5. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?
Yang pertama sipasti orang tua, yang kedua itu lingkungan, yang ketiga adalah
sekolah,karena sebagian waktu anak di sekolah, jadi lingkungan di sekolah
menurut saya juga sangat berperan untuk membentuk akhlaknya.
6. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus
menanamkan akhlak pada anak?
Pelan-pelan aja memberitahunya, misal dia tidak mau mengaji saya nasihati,
dan anak jika diberi tahu pasti nanya. Saya keras tapi tidak main fisik, karena
jika main fisik anak menjadi tertekan, dan membekas dalam diri saya.
7. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada
anak ibu sudah maksimal?
Menurut saya masih kurang, karena anak jaman sekarang lebih banyak
terpengaruh dari lingkungan di luar rumah daripada di dalam rumah, lebih
senang main di luar rumah karena lingkungna di rumah saya banyak sekali
anak-anak sehingga waktu anak lebih banyak di luar rumah karena ingin
bermain.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Lestari
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 1980
Alamat Domisili : Kp. Bulak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : -
Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima)
1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?
Mengasuh anak
2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?
Demokratis
3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?
Kasian kalau saya jadi orang tua yang otoriter, anak harus menurut apa kata
saya, dan sebagainya anak jadi tidak bebas, takut anak makin berontak dan
berani.
4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan
?
Anak jadi penurut,
5. Apakah akhlak itu penting ?
Sangat penting sekali.
6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?
Orang tua, intinya orang tua, jika orang tua didiknya tidak benar, anak juga
tidak benar.
7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus
menanamkan akhlak pada anak?
Saya suru ngaji, mengingatkan untuk jangan nakal ya dek.
8. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada
anak ibu sudah maksimal?
Masih sangat kurang, tapi saya berusaha sebaik mungkin untuk jadi orang tua
yang baik.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Tumini
Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 28 November 1981
Alamat Domisili : Jl. Abdul Ghani
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : -
Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)
1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?
Mendidik yang mana yang boleh dan mana yang tidak
2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?
Demokratis
3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?
Sesuai keinginan anak tapi tetap dalam pengawasan orang tua.
4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan
?
Kadang ketika kita lupa dia yang mengingatkan, ketika saya bilang tidka usah
mengaji dulu, anaknya meminta untuk mengaji. kadang masih menolak jika
kita ingatkan, kita arahkan pelan-pelan, kadang saya beri reward jika iasudha
menjadi anak yang penurut dan baik.
5. Apakah akhlak itu penting ?
Sangat penting sekali. Kalau tidka dibekali akhlak ia akan tanpa arah.
6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?
Orang tua yang pasti, bu guru di sekolah.
7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus
menanamkan akhlak pada anak?
Saya didik dia ke pengajian, orang tua berperan dan guru diskeolah juga
berperan.
8. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada
anak ibu sudah maksimal?
Belum, saya masih berusaha memberi yang terbaik untuk anak saya.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Endang Sukmawati
Tempat Tanggal Lahir : Purwokerto, 7 Mei 1979
Alamat Domisili : Jl. Kenangan 2
Pekerjaan : Guru, dan Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : D3
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : Bahagia Dunia Akhirat
Jumlah Anggota Keluarga : 6 ( Enam)
1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?
Mendidik dengan hati, tutwuri handayani, bermain sambil belajar
2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?
Demokratis
3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?
Biar adil, pola asuh sama anak-anak, tidak keras kepada anak
4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan
?
Anak jadi mencontoh apa yang kita lakukan, apa yang dilihat secara langsung.
5. Apakah akhlak itu penting ?
Sangat penting sekali. Karena pondasi sampai dia besar
6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?
Yang pertama sipasti orang tua, yang kedua itu lingkungan, yang ketiga adalah
sekolah,karena sebagian waktu anak di sekolah, jadi lingkungan di sekolah
menurut saya juga sangat berperan untuk membentuk akhlaknya.
7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus
menanamkan akhlak pada anak?
Misalkan dirumah gamau ngaji jadi saya masukan ke TPA untuk mengaji,
karena di TPA belajar doa doa pendek, baca doa setelah belajar, kadang ketika
anak saya tidak mau mengaji dan malas, ya saya cari akal, agar ia mau
mengaji tapi dengan tidak keras menanamkannya. Tapi kadang saya lagi kesal
pernah saya cubit jika ia membandel tapi setelah itu saya menyesak telah
melakukan hal itu.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Novi Arini
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 November 1992
Alamat Domisili : Jl, Rawa Papan, Bintaro
Pekerjaan : Guru, Dan Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : Smk Akuntansi
Organisasi Yang Pernah Diikuti : Remaja Masjid
Motto Hidup : Bahagia Dunia Akhirat
Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)
1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu
Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?
Pola asuh menurut saya adalah mendengarkan kemauan anak dan memilah
yang baik/tidak untuk kebaika anak saya. Saya ingin anak saya mandiri,
memilki empati, dan mampu bersikap toleransi kelak saat besar.
2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?
Ya, sangat penting.
3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?
Karena apalah artinyamemiliki ilmu tinggi tetapi tidak berakhlak.
4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan
Akhlak?
Sejak saat anak mulai memahami perkataan orang lain dan melihat perbuatan
orang lain, sejak balita.
5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak
Pada Anak?
Mengajarkan anak sholat, memahami puasa, menyempatkan diri bersedekah,
memahami kalimat, “ Tolong, terima kasih, dan maaf.” Bercerita islami,
mengaji, dan bersenandung surah pendek saat bermain dengannya.
6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?
Insyaa Allah tidak
7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?
Saya tipe ibu yang realitas, saya akan berusaha menjelaskan kenyataan yang
secara tidak langsung anak saya belajar untuk menjadi orang yang jujur.
8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal
Atau alitas, Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?
Saya biasanya hanya berteriak lebih keras ketika memanggil namanya.
9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?
Ya, sudah.
10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?
Ya, mengikuti.
11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?
Sekitar jam 10.30- 11.30
12. Adakah Hambatan Dalam Upaya Menanamkan Akhlak, Atau Hambatan
Lainnya Dalam Proses Penanaman Akhlak Pada Anak?
Alhamdulillah tidak ada.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Rofiqoh
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juni 1986
Alamat Domisili : Parung Bogor
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : S1
Organisasi Yang Pernah Diikuti : Bem, Organisasi Kewirausahaan
Bagian Fakultas.
Motto Hidup : Ora Et Labora
Jumlah Anggota Keluarga : 4 Orang (Inshaa Allah Mau 4)
Daftar Pertanyaan
1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu
Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa?
Pola asuh itu semua hal yang dilakukan orang tua dalam mengasuh, mendidik,
melindungi, dan menanamkan bekal yang dipersiapkan untuk anak agar bisa
menjadi dewasa dan mandiri di masa depan.
2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?
Tentu, sangat penting.
3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?
Agar anak dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk, selain itu
berharap anak dapat menjauhi hal yang buruk dan menjalankan hal yang baik.
4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan
Akhlak?
Sejak anak dilahirkan, bahkan ketika anak di dalam kandungan.
5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak
Pada Anak?
Mengenalkan Omar kepada Sang Pencipta Allah swt. Dan para Nabi-Nya,
mengenalkan Omar dengan al-Quran, mengajarkan wudhu dan sholat, semua
itu dilakukan dalam keseharian melalui kejadian, cerita-cerita buku, menonton
tv,dan bermain.selain itu juga kita mencontohkan akhlak-akhlak yang baik dan
memberikan penjelasan jika memang Omar memerlukannya. Serta
melarangnya jika ia melakukan akhlak yang buruk dan memberikan
penjelasan jika Omar menanyakan mengapa ia dilarang melakukan hal
tersebut.
6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?
Tidak juga
7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?
Tipe demokratis
8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal
Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?
Pertama, saya beri tahu dulu, jika ia menangis atau tantrum, saya akan
membiarkan dia tenang dulu baru peluk dia dan kami diskusikan hal itu
sampai kami meminta maaf satu sama lain.
9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?
Iya sudah.
10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?
Omar saya ajarkan di rumah.
11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?
Tidak menentu, kadang waktu bermain, kadang sambil istirahat, kadang ketika
akan beranjak tidur.
12. Untuk mengenalkan tentng akhlak akhlak yang baik, huruf hijaiyah, dan al-
Quran melalui video-video.
13. Adakah Hambatan Dalam Upaya Menanamkan Akhlak, Atau Hambatan
Lainnya Dalam Proses Penanaman Akhlak Pada Anak?
Pasti ada hambatan, karena anak itu seorang peniru yang ulung. Jadi hal yang
didapat dan dilihat dari gadget kadang ia tiru. Selain gadget juga dari acara
menonton tv dan berinteraksi dengan lingkungan itu bisa menjadi hambatan
untuk menerapkan akhlak baik pada anak. Jadi proteksi kita terhadap anak
harus selalu ada teritama mendampingi dia untuk memberitahu dan
menasehati hal-hal yang ia lakukan.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Rini Munas
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Februari 1982
Alamat Domisili : Jl. H. Abdul Ghani Kp. Bulak 2 Rt 02
Rw 2 Cempaka Putih Ciputat,Tangsel.
Pekerjaan : Guru Sd
Pendidikan Terakhir : D2
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : Hari Ini Harus Lebi Baik Dari Kemarin
No. Hp : 085691049473
Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)
Daftar Pertanyaan
1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu
Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?
Ya merawat anak sampai besar kali ya. kalau akhlak ya perilaku yang tidak
boleh dilakukan dan boleh dilakukan.
2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?
Penting.
3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?
Untuk sebagai pegangan hidup anak, anak tanpa akhlak mau jadi apa.
4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan
Akhlak?
Sejak dia bisa ngomong, bisa berinteraksi dnegan sekitarnya.
5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Untuk Bisa Menanamkan Akhlak
Pada Anak?
Untuk bersikap sopan, bilang terima kasih ketika sudah diberi sesuatu.
6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?
Tidak.
7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?
Dua-duanya, ketika ada hal hal tertentu anak-anak harus nurut sama saya, ada
hal tertentu juga saya pikir anak boleh berpendapat.
8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal
Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?
Memanggil namanya lebih keras, kadang memukul seperlunya.
9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?
Sudah.
10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?
Tidak, anaknya belum mau.
11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?
-
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Siti Jubaedah
Tempat Tanggal Lahir : 20-10-1981
Alamat Domisili : Rempoa,Tangerang Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : Sma
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : -
No. Hp :
Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)
Daftar Pertanyaan
1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu
Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?
Ya mendidik dan merawat anak, kalau akhlak itu pegangan hidup anak,
2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?
Sangat penting.
3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?
Tanpa akhlak, takutnya anak-anak terbawa jaman sekarang. Minimal dia itu
harus tau agama buat pegangan hidup dia ke depannya. nanti anak akan hancur
kalau ga punya akhlak.
4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan
Akhlak?
Sejak dini, ya sekitar dia sudah bisa berinteraksi sama kita, 3-4tahun.
5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak
Pada Anak? (Detail)
Ya, minimal saya kenalkan dia agama aja , biar dia paham sedikit-sedikit.
6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?
Iya. Karena Abror termasuk anak yang harus diperlakukan dengan lembut.
7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?
Ga dua-duanya kali yaa.
8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal
Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?
Paling nada saya agak tinggi ketika memanggil namanya.
9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?
Sudah.
10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah?
Di rumah aja.
11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?
Habis ashar.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Martini
Tempat Tanggal Lahir : 17 November 1975
Alamat Domisili : Kampung Mabad, Ciputat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : -
Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)
Daftar Pertanyaan
1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu
Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?
Ya, merawa anak, mendidiknya,mengasuh. Akhlak yaa, perilaku baik yang
harus dimilki anak.
2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?
Penting.
3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?
Karena anak bagai kertas putih, kita sebagai orang tua yang akan
menggoreskan tinta seperti apa pada anak.
4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan
Akhlak?
Sejak dini.
5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Untuk Bisa Menanamkan Akhlak
Pada Anak? (Detail)
Kalau saya paling ngajarinnya, untuk tidak besikap tidak sopan terhadap orang
lain, tidak ngomong kasar, tidak manggil mamanya dengan berteriak, kenal
agama juga itu yang paling penting,waktunya solat ya solat, waktunya ngaji ya
ngaji.
6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?
Tidak juga.
7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?
Demokratis.
8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal
Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?
Saya nasihati pelan-pelan.
9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?
Sudah.
10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?
Di rumah bareng teman-temannya.
11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?
Sore hari.
DATA DIRI NARASUMBER
Nama Lengkap : Mama Rehan
Tempat Tanggal Lahir : 16 April 1992
Alamat Domisili : Jl. Abdul Ghani, Ciputat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : Sma
Organisasi Yang Pernah Diikuti : -
Motto Hidup : bermanfaat untuk orang lain
No. Hp :
Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat) Orang
Daftar Pertanyaan
1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu
Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?
Yang saya tahu si, pola asuh itu merawat dan mendidik anak, udah itu aja,
klau akhlak, itu adalah egangan dia untuk bisa bedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, mana yang boleh d nana yang tidak.
2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?
Sangat penting.
3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?
Karena itulah nanti pegangan hidup dia.
4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan
Akhlak?
Sejak dia sudah bisa berinteraksi dengan sekitarnya, sekitar 3-4 tahunan.
5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak
Pada Anak? (Detail)
ya kaalau menurut saya, kalau main jangan keterlaluan, misal ngomongin hal
yang jelek, saya kasih tau pelan-pelan, caranya dengan “Rehan, ucapan seperti
itu tidak baik.” kalau saya si biasanya suka nasihatinnya pelan-pelan, yang
penting ke dia itu didengerin, ga dibentak , tapi kalau Rehan mulai bertingka
ngeselin saya juga bertindak tegas dan aga sedikit membentak, tapi selama ini
saya selalu menasihati dengan cara pelan-pelan biar ngena ke hati si anaknya,
dan anak paham apa yang kita sudah jelaskan mengenai akhlak tidak boleh ini
dan itu.
6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?
Ga terlalu si, tapi Rehan memang anak yang termasuk agak manja.
7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?
Demokratis.
8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal
Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?
Paling saya di awal ngomonnya pelan-pelan sama dia, karena kalau dibentak
malah anaknya ga nurut.
9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?
Sudah.
10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?
Di rumah sama bapaknya. Setelah sholat maghrib
Identitas Responden
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Tempat, Tanggal Lahir :
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. D3 e. Sarjana
6. Pekerjaan : a. Pegawai Negeri c. Wiraswasta
b. Pegawai Swasta d. Lainnya
Keterangan :
SS (Sangat Setuju) TS (Tidak Setuju)
S (Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju)
N (Netral)
Berilah tanda checklist pada jawaban yang sesuai dan periksa kembali jawaban anda sebelum
diserahkan
Pola Asuh Demokratis SS S N TS STS
1. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan
2. Mencukupi semua kebutuhan anak
3. Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian
4. Memperhatikan dan memilih teman yang baik untuk anak
5. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak
6. Dapat menciptakan suasana komunikatif dalam keluarga
7. Berlaku adil kepada anak
8. Meluangkan waktu dengan mengajak anak ke tempat rekreasi.
Pola Asuh Permisif
9. Membiarkan anak bermain tanpa adanya pengawasan
10. Memberikan kebebasan pada anak, tanpa memberikan kontrol sama sekali
11. . Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup
12. Tidak menegur atau memperingatkan ketika anak salah
Terima kasih atas kesediaan bapak/ ibu mengisi daftar pertanyaan ini.
13. Tidak peka terhadap masalah yang sedang dihadapi anak
14. Bersikap pasif dan masa bodoh kepada anak
Pola Asuh Otoriter
15. Memaksakan anak untuk mematuhi peraturan dan tidak boleh membantah
16. Mengharuskan anak untuk mengikuti keinginan anda
17. Meminta tolong keada anak dengan nada mengancam
18. Memberikan perintah dan larangan kepada anak
19. Memukul anak apabila melakukan kesalahan pada anak
20. Memberikan hukuman kepada anak apabila melakukan kesalahan
BIODATA PENULIS
Susylowati. Penulis lahir di Jakarta, pada hari Sabtu, 16 Juli
1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,
dari pasangan Johan Izuddin dan Kurniawati. Saat ini penulis
tinggal bersama orang tuanya di Perumahan Binong Permai
Blok B 39 No. 27 RT 017 RW 012, Curug, Tangerang
Banten. Penulis menyelesaikan pendidikannya mulai dari TK
Raudhatul Ummah, dan selesai pada tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Layyinah, dan lulus pada tahun 2006.
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di MTs Al-Layyinah Depok dan lulus
di tahun 2009. Selanjutnya penulis masih di yayasan yang sama melanjutkan
pendidikan di SMA Islam AL-Layyinah, lulus pada tahun 2012. Setelah lulus,
penulis melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) angkatan 2012, dan menamatkan studinya pada tahun 2018.
Mengenai pengalaman organisasi, penulis semasa di Tsanawiyah sampai SMA
menjadi pengurus Osis Yayasan Pendidikan Islam Al-Layyinah (MTs-SMA)
Masa Bakti 2008-2011 sebagai sekretaris kepengurusan, Penulis juga aktif dalam
Kepramukaan, Masa Bakti 2010-2011, menjabat sebagai sekretaris. Selama duduk
di bangku perkuliahan penulis juga aktif dalam organisasi intra kampus Pojok
Seni Tarbiyah (POSTAR).Selain itu, ia juga aktif mengikuti organisasi Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Agama Islam masa bakti 2015-2016 dan
menjabat dalam Bidang Kesenian. Kemudian pada tahun 2016- 2018 penulis
mendapatkan amanah untuk menjadi wali kelas di SD Islam Ruhul Amin.
Demikian biodata ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, semoga apa yang
telah ditulis bermanfaat bagi para pembaca.