jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu...

129
POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENANAMKAN AKHLAK PADA ANAK SEJAK USIA DINI (Studi Kasus TK Bakti Nusa Indah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan Banten) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Susylowati NIM 1112011000098 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Upload: lyminh

Post on 14-Apr-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENANAMKAN AKHLAK

PADA ANAK SEJAK USIA DINI (Studi Kasus TK Bakti Nusa Indah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan Banten)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Susylowati NIM 1112011000098

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

i

ABSTRAK

Susylowati (1112011000098) : Pola Asuh Orang Tua Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Sejak Anak Usia Dini (Studi Kasus: Orang

Tua Murid TK Bakti Nusa Indah, Kel. Cempaka Putih, Kec. Ciputat

Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam

menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini dengan studi kasus di TK Bakti

Nusa Indah, Cempaka Putih, Kecamatan Cempaka Putih,Kota Tangerang

Selatan,Banten.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan pendekatan deskriptif

analisis. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket. Dan teknik

analisis data menggunakan reduksi data, menyajikan dan menarik kesimpulan.

Hasil yang ditemukan adalah adanya keragaman pola asuh yang dilakukan oleh

wali murid TK Bakti Nusa Indah dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia

dini, diantara pola asuh tersebut adalah pola asuh demokratis, permisif dan

otoriter. Pada pola asuh demokratis menunjukkan tingkat penerimaan yang paling

besar dibandingkan dengan tipe permisif dan otoriter. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa dari data penelitian yang ada orang tua memiliki kecenderungan dalam

menanamkan akhlak pada sejak usia dini dengan menggunakan pola asuh

demokratis.

Keyword : Pola Asuh Akhlak, Orang Tua, Usia Dini

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

ii

ABSTRACT

Susylowati (NIM: 1112011000098): Parenting Parents in Instilling Morals in

Children From Early Age (Case Study of Tk Bakti Nusa Indah)

This study aims to find out how parenting parents who instill morals in children

from an early age with a case study on parents in Bakti Nusa Indah Kindergarten,

Cempaka Putih, Cempaka Putih District, South Tangerang City, Banten.

In this study to obtain appropriate results, this study uses qualitative research and

descriptive analysis approaches. By taking data with observations, interviews and

questionnaires. And data analysis techniques use data reduction, present and

draw conclusions.

The results found were the diversity of parenting practices carried out by the

guardians of the Bakti Nusa Indah Kindergarten students in cultivating morals in

children from an early age, among these parenting styles were democratic,

permissive and authoritarian parenting. In democratic parenting shows the

highest level of acceptance compared to permissive and authoritarian types. So it

can be concluded that from the research data there are parents who have a

tendency to instill morals at an early age by using democratic parenting.

Keyword: Parenting, Morals, Parents, Early Age

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

iii

KATA PENGANTAR

ن الرحيم الرحم بسم للا

Puji syukur sedalam dan luasnya dihaturkan atas limpahan karunia, Iman,

Islam, kesehatan, kesempatan yang dilimpahkan untuk penulis dari Allah SWT,

Tuhan semesta Alam, Dzat pemberi, penyempurna rahmat serta hidayah.

Sehingga dengan ridho-Nya penulis mampu menorehkan gagasan, pemikiran,

yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pola Asuh Orang Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini”, sebagai kesyukuran atas

limpahan cakrawala pengetahuan yang Allah hidangkan kepada kita. Sehingga

penulis merasa bahwa karya ini bukan sebatas pemenuhan tuntutan akademik

belaka, namun merupakan kewajiban insan cita dalam mengamalkan perintahnya,

“bacalah dengan nama tuhanmu yang maha menciptakan”. Tak lupa shalawat

beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, guru paripurna,

sang murabbi bagi segala ummat diseluruh Alam. Semoga tercurahkan

keselamatan bagi keluarga, sahabat, tabi’in serta pengikut yang senantiasa

istiqamah menjalankan ajarannya.

Dengan selesainya skripsi ini, Penulis sadari betul, karya ini tidak akan

mudah hadir tanpa dorongan yang senantiasa terus mengalir, hadir dalam relung

jiwa dan badan, menjadikannya penyemangat dalam setiap goresan tinta, dan

pemicu untuk tetap melangkah. Datangnya dari orang tua tercinta Ayah Johan

Izuddin dan Ibu Kurniawati, dua sosok yang menyatu, memberikan andil begitu

besar bagi keberlangsungan setiap aktivitas yang dijalankan oleh penulis, teramat

besar pengorbanan yang telah dihibahkan untuk penulis. Mudah-mudahan Allah

senantiasa melindungi, melimpahkan kesehatan dan kelapangan rezeki, dan

mengampuni seluruh dosanya seperti mereka mendidik anak-anaknya saat kecil.

Selanjutnya penulis juga menghaturkan ribuan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Amany Lubis,

MA.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Serta

seluruh jajaran civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. Abdul Majid Khon,

M.Ag.

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

iv

4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Marhamah Saleh, Lc,

MA.

5. Pembimbing Akademik Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, yang

senantiasa memberi bimbingan dan arahan selama menempuh

studi SI di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan

Pendidikan Agama Islam.

6. Pembimbing skripsi Dr. Sururin, M.Ag yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mendengar celotehan penulis, dan

selaku pembimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada

penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.

7. Seluruh Dosen Pendidikan Agama Islam, terima kasih atas

didikan, keteladanan, keikhlasan, kebersamaan yang dihibahkan

kepada kami, mahasiswa PAI. Kami ingin menjadi bagian yang

menghargai masa depan penuh rasa optimistis, dengan cara kami

menghargai pendidik hari ini.

8. Kepala perpustakaan Umum, perpustakaan FITK, berikut staf

bagian, office boy FITK, satpam FITK, yang turut andil dalam

memberikan suasana yang nyaman bagi penulis berada di ruang

lingkup akademis, semoga Allah lapangkan keihklasan dan

pengabdiannya.

9. Kepala TK Bakti Nusa Indah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan,

yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk melakukan

penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

10. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Johan Izuddin dan Kurniawati

yang tiada henti memberikan do’a, motivasi, serta curahan kasih

sayang yang tiada tara. Begitu juga dengan dukungan moril dan

materil yang tiada ternilai harganya untuk keberhasilan dan

kesuksesan penulis. Skripsi ini penulis persembahkan untuk

kalian.

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

v

11. Uwa Tersayang Syamsuddin dan Istri yang selalu memberikan

support kepada penulis untuk bisa segera menyelesaikan

penelitian ini.

12. Adik-adik tercinta Halimah Tusa’diah dan Aulia Putri Pertiwi

yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis. Serta

saudara sepupu Teteh Zulfah dan keponakan-keponakan

tersayang, yang selalu membawa kebahagiaan dan memberikan

semangat saat penulis mengerjakan skripsi.

13. Kepala SDI Ruhul Amin Andi Angger Sutawijaya, beserta para

dewan guru, Marini Munas, Halimah Tusa’diah,Hasna Fikriyani ,

Lili Siwidiyaningsih, Rofiqoh, Marzuqoh, dan Theresa Darma,

yang sudah memberi kesempatan untuk menimba ilmu serta

mendapatkan pengelaman mengajar selama dua tahun, dan selalu

memberikan dorongan, do’a. motivasi dan setia menemani

penulis dalam menyelasaikan tugas skripsi dengan baik.

14. Kepala PKBM Sekolah KITA Tangerang Ahmad Jubaedi, beserta

dewan guru Andri Nur Triyanto, Ibet Munandar, dan Wafi

Alfauzan Agusto, Irma Parmiati, dan Inas Fityah yang selalu

memberi semangat, dorongan dan bantuan, sehingga penelitian ini

dapat selesai dengan baik.

15. Intan Rabiatul Adawiyah, Rahayu Mulyawati, Putri Amelia, Febi

Yustianingsih, Robika Rahman, Ahmad Rei Fuad Zein, M. Yunus

Yazid, sahabat satu perjuangan yang saling menyemangati,

memotivasi, memberi masukan, dan keceriaan, semoga Allah

mudahkan dan melancarkan segala urusan kita.

16. Sahabat tersayang dari MTs-SMA Islam Al-Layyinah, yaitu

ZyRraa, yang terdiri dari Farasya Rida, Annisa Putri Sasmita,

Ayu Febrilian, Abiyani Oktavianti, Jurni Hikmawanti, dan

Mohammad Alfialdy. Yang selalu mendokan dan menjadi

penyemangat terbaik sepanjang masa.

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

vi

17. Sahabat MI Al-Layyinah yaitu Dedengkot, terdiri dari Tholut

Amirul Mukminin, Sylvia Kartika Nafisah, Febi Nusdiansyah,

Wisnu Hadi Santoso, dan Muhammad Zamakhsyari Syihab yang

selalu memberikan cerita penyemangat, doa, dan dukungn

terbaiknya dalam menyelesaikan penulisan ini.

18. Teman-teman Pendidikan Agama Islam 2012, semoga Allah

mudahkan dan lancarkan segala urusan kalian. Aamiin, see you on

top guys! Salam Sukses.

19. Keluarga besar PAI C 2012 “Kancawan dan Kancawati”, yang

selalu memberikan semangat, motivasi, canda tawa, dan telah

banyak menggoreskan kenangan indah. Semoga persahabatan kita

bukan hanya di dunia tetapi sampai di surga nanti.

20. Ida Parida, Cut Rosa Meilisa, dan Mora Nasution teman hidup

selama berada di Ciputat, yang selalu memberikan semangat,

kenyamanan, kebersamaan dan nasihat yang dapat membuat

penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

21. Khairil Anam, Rayhanah Nur Tsabitah, Ikhwan Fillah, dan Kak

Novia Nasyomia dan kawan-kawan KAMMI Tangsel lainnya,

yang telah memberikan semangat perjuangan untuk terus dapat

menjadi yang terbaik.

22. Adik-adik di SDI Ruhul Amin yang telah memberikan warna baru

dalam kehidupan penulis untuk terus mendedikasikan diri dalam

dunia pendidikan.

23. Adik-adik PKBM Sekolah KITA, yang terus memberikan

semangat baru dalam jiwa penulis untuk dapat segera

menyelesaikan skripsi ini.

Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang turut membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan

skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih banyak, semoga Allah membalas

dengan rahmat dan karunia yang tiada terhingga.

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

vii

Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam

pembuatan skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan. Untuk

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat

khusunya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Jakarta, 21 Januari 2018

Penulis

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................ 10

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 12

A. Pola Asuh Orang Tua ..................................................................................... 12

1. Pengertian Pola Asuh ................................................................................ 12

2. Jenis-jenis Pola Asuh ................................................................................ 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh .......................................... 18

B. Orang Tua ...................................................................................................... 19

1. Kewajiban Orang Tua ............................................................................... 19

2. Aspek Pengukuran Pola AsuhOrang Tua .................................................. 22

C. Akhlak ............................................................................................................ 24

1. Pengertian Akhlak ..................................................................................... 24

2. Ruang Lingkup Akhlak ............................................................................. 25

3. Macam-macam Akhlak ............................................................................. 29

4. Faktor Pembentukan Akhlak ..................................................................... 32

D. Karakteristik Usia Dini .................................................................................. 33

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

ix

1. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini ................................................. 39

2. Perkembangan keagamaan Anak Usia Dini ............................................ 40

E. Pola Asuh Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak Sejak Usia Dini ..... 41

F. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………...…….43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 45

A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 45

B. Metode Penelitian .......................................................................................... 45

C. Responden Penelitian ..................................................................................... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 46

E. Analisis Data .................................................................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 56

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 56

B. Deskripsi Data ................................................................................................ 56

C. Hasil Penelitian .............................................................................................. 58

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 80

A. Kesimpulan .................................................................................................... 80

B. Implikasi ........................................................................................................ 80

C. Saran .............................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82

LAMPIRAN ......................................................................................................... 85

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Usia Orang Tua Siswa TK Bakti Nusa Indah ...................................... 57

Grafik 4.1 Pendidikan Orang Tua Siswa TK Bakti Nusa Indah ........................... 57

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Memberikan Kebebasan pada Anak untuk Memilih dan

melakukan suatu tindakan ................................................................ 59

Tabel 4.2 Mencukupi Semua Kebutuhan Anak ............................................... 60

Tabel 4.3 Memberikan Bimbingan dengan Penuh Perhatian ........................... 60

Tabel 4.4 Memperhatikan dan Memilih Teman yang Baik untuk Anak ......... 61

Tabel 4.5 Memberikan Perhatian dan Kasih Sayang kepada Anak ................. 62

Tabel 4.6 Dapat Menciptakan suasan komunikatif dalam Keluarga ............... 62

Tabel 4.7 Berlaku Adil Pada Anak .................................................................. 63

Tabel 4.8 Meluangkan Waktu dengan Mengajak Anak ke Tempat

Rekreasi ........................................................................................... 64

Tabel 4.9 Menbiarka Anak Bermain tanpa Pengawasan ................................. 65

Tabel 4.10 Memberikan kebebasan kepada anak tanpa memberikan control

sama sekali ...................................................................................... 66

Tabel 4.11 Memberikan Kesempatan kepada Anak untuk Melakukan sesatu

tanpa Pengawasan yang Cukup ........................................................ 66

Tabel 4.12 Tidak Menegur atau Memperingatkan Ketika Anak Salah ............ 67

Tabel 4.13 Tidak Peka terhadap Maslaah yang dihadapi Anak ......................... 68

Tabel 4.14 Bersikap Pasif dan Masa Bodoh terhadap Anak .............................. 69

Tabel 4.15 Memaksa Anak untuk Mematuhi Aturan dan tidak boleh

Membantah ...................................................................................... 70

Tabel 4.16 Mengharuskan Anak Mengikuti Semua Keinginan Anda .............. 71

Tabel 4.17 Meminta Tolong kepada Anak Anda dengan Nada Mengancam .... 71

Tabel 4.18 Memberikan Perintah dan Laragan kepada Anak ........................... 72

Tabel 4.19 Memukul Anak Apabila Melakukan Sebuah Kesalahan ................. 73

Tabel 4.20 Memberikan Hukuman kepada Anak Apabila Melakukan

Sebuah Kesalahan ............................................................................ 73

Tabel 4.21 Presentasi Kategori Jawabn Responden .......................................... 75

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam

kehidupan manusia. Karena sejak manusia dilahirkan ke muka bumi, Allah

menganugerahkan akal pikiran yang menjadikannya lebih mulia daripada

makhluk-makhluk yang diciptakan-Nya. Dengan kemuliaan tersebut

manusia bertugas sebagai khalifah di muka bumi ini.

Tugas sebagai seorang khalifah tentu tidaklah mudah. Manusia

harus menggunakan akal pikirannya untuk dapat memilah mana yang baik

dan mana yang buruk. Tentunya ia dapatkan hal tersebut dari pendidikan

yang ia dapatkan dari lingkungan di sekitarnya. Terutama pendidikan yang

ia dapatkan dari keluarganya, karena tugas mendidik yang pertama dan

utama adalah keluarga.

Mendidik merupakan kerja yang tak pernah usai. Mendidik berarti

mewariskan kebajikan, kebijaksanaan, keterampilan, inspirasi dan bekal

ideologi yang berpijak di arah tuntunan ilahi. Mendidik adalah medan

dedikasi tanpa batas. Mendidik merupakan salah satu langkah untuk

mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan.

Keluarga merupakan tempat pertama anak-anak mendapatkan

pendidikan, yaitu dari orang tua dan anggota keluarganya. Selain itu

keluarga merupakan tempat untuk mendapatkan sebuah kenyamanan,

kasih sayang, cinta dan juga pembelajaran keteladan. Ibrahim Amini

mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Agar Tak Salah Mendidik

bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sebaik-baiknya kamu adalah orang

yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling

baik terhadap keluargaku.”1

1 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik , (Jakarta : Al-Huda, 2006), h. 55

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

2

Keluarga adalah yang terdiri dari orang tua yaitu ayah, ibu dan juga

anggota keluarga lainnya. Orang tua memegang prinsip pembelajar

sebagaimana disandarkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa, “Setiap orang

adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah.” Tentu kita sepakat bahwa

ruang dan waktu bukanlah alasan yang melimitasi bergulirnya nilai-nilai.

Peran sebagai orang tua sekaligus guru, atau sebaliknya bak dua

sisi mata uang yang tak terpisahkan. Ia melekat secara permanen pada diri

setiap insan. Penyatuan predikat orang tua dan guru, adalah takdir manusia

sebagai makhluk pilihan. Sudah merupakan fitrah manusia bahwa uliran

waktu berjalan mengantarkan kita semua menuju momentum menunaikan

amanat sebagai ibu atau ayah. Ini berarti sebagai insan harus siap berperan

sebagai praktisi pendidikan. Minimal untuk anak-anaknya sendiri.

Sebab ketika seorang anak lahir , maka pada detik itu juga sebagai

orang tua harus menjadi guru baginya. Kewajiban untuk mengajarkan

kepada anak-anak tentang berbagai hal dalam kehidupan ini, tak bisa

diserahkan sepenuhnya kepada orang lain atau institusi pendidikan. Ada

proses belajar yang harus dilalui secara tuntas di dalam rumah sebelum

anak-anak bersekolah.

Ibrahim Amini megungkapkan bahwa, Imam Sajjad as telah berkata,

Adapun yang menjadi hak anakmu ialah, engkau harus tahu bahwa ia

adalah darimu, dan kebaikan dan keburukannya di dunia ini dikaitkan

kepadamu. Engkau juga berkewajiban membantunya dalam masalah

akhlak yang baik, mengenal Allah dan ketaatan kepada-Nya. Maka

berkenaan dengannya hendaklah engkau seperti seorang yang yakin

akan mendapat pahala jika ia berbuat kebajikan kepadanya dan

mendapatkan siksa jika berbuat jelek kepadanya.2

Nilai-nilai dasar seperti praktik keagamaan, kejujuran dan teladan

kebaikan menjadi domain orang tua selaku panutan ketika di rumah. Ikatan

yang kuat antara orang tua dengan anak adalah cara sederhana memupuk

benih kecerdasan ke dalam diri mereka.3

2 Ibid. h. 57

3 Bambang Tri. Menginstal Akhlak Anak. ( Bandung : Pustaka Mandiri ) hal. 2

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

3

Ada nasehat penting bagi para orang tua dari Dr. Muhammad

Muhammad Badri dalam bukunya, Sentuhan Jiwa Untuk Anak

Kita,Cintailah anak-anak Anda dengan cinta yang nyata; tunjukkan

kesalahan mereka dengan lembut dan santun; bersabarlah dalam

menghadapi perilaku mereka; bersikaplah sesekali seakan-akan Anda

mengabaikan kesalahan mereka; jadikanlah diri Anda sebagai teladan

bagi mereka; gunakanlah cara dan metode yang tepat dalam melakukan

itu. Gunakan bahasa cinta dan kasih sayang.4

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Dr. Muhammad Muhammad

Badri diatas menegaskan bahwa rumah bagi anak haruslah diciptakan

senyaman mungkin dengan pola asuh yang tepat dalam mencintai anak

secara nyata, meluruskan kesalahan dengan lembut dan santun,

mengendalikan diri agar mampu menghadapi berbagai kesalahan perilaku

anak seraya meluruskannya dengan cara cara yang tepat.

Peranan orang tua dalam pola asuhnya terhadap anak mereka

menjadi amat penting bagi anak sehingga ketauladanan perbuatan baik dan

positif yang dilaksanakan orang tua merupakan proses pendisiplinan dari

sejak dini, apabila tidak maka depresi mental, tekanan kejiwaan, stress,

penderita batin banyak terjadi dikalangan orang tua.

Allah swt. berfirman dalam Al-Qur‟an surat At-tahrim ayat 6 yang

berbunyi:

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia

dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan

tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

4 Muhammad Muhammad Badri, Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita, (Bekasi : Daun

Publishing) hal. Viii

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

4

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(At-Tahrim : 6)5

Pada ayat di atas telah diperintahkan bagi orang tua untuk menjaga

keluarganya dari siksaan api neraka. Sungguh, tanggung jawab dan

amanah yang sangat besar bagi para orang tua untuk membesarkan dan

juga mendidik sang anak hingga dewasa secara baik, karena anak adalah

amanah dari Allah yang kelak dimintai pertanggung jawabannya.

Tidak perlu disangsikan lagi, penting untuk kita ketahui dengan

jelas generasi yang kita idamkan seperti apa. Setiap orang tua pasti

menginginkan anaknya tumbuh sehat, cerdas dan juga berakhlak baik.

Tentunya hal tersebut menjadi tujuan utama orang tua. Namun pendidikan

yang ada saat ini rupanya tidak memiliki kejelasan tujuan. Ada suatu

pendidikan Islam yang menyiapkan individu hidup secara islami di zaman

modern tetapi masih lemah dalam hubungan antar manusia dan

meninggalkan kehidupan ilmiah dan kerja. Ada pula suatu pendidikan

Islam yang berusaha mengadopsi sistem Barat dan filsafat pendidikan

Barat dengan sedikit menambahkan ilmu agama dan peradaban Islam

tetapi tidak berhasil. Masih banyak contoh lainnya.

Peran orang tua sejak dini kepada anaklah yang menjadi bekal dan

pegangan yang kuat bagi sang anak. Ketika dunia pendidikan di luar

lingkungan rumah seperti sekolah dan lainnya memiliki berbagai hal yang

dapat ia serap tanpa pertimbangan positif dan negatifnya, peran orang

tualah yang menjadi pembimbing utama bagi anak untuk memberi

pendidikan ketauladanan sebagai bekal utama untuk menjadi generasi

yang berakhlak yang siap menghadapi tantangan zaman saat ini.

Muhammad Nur Abdul Hafizh mengatakan dalam bukunya Mendidik

Anak Bersama Rasulullah, diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu

„Abbas r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda. “Jadikanlah kata-kata

pertama yang diucapkan seorang anak, kalimat La ilaha Illallah.”

Dan diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq yang menceritakan bahwa

5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul

„Ali-Art, 2005), h. 174.

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

5

para sahabat Nabi Saw. menyukai untuk mengajarkan kalimat Laa

ilaaha Illallah, kepada setiap anak yang baru bisa mengucapkan kata-

kata, sebanyak tujuh kali, sehingga kalimat tauhid ini menjadi ucapan

mereka yang pertama kalinya.6

Hadits ini menegaskan bahwa, hal yang sangat dianjurkan dan

disenangi oleh baginda Nabi Saw. adalah megajarkan anak sejak sedini

mungkin untuk mengucapkan kata-kata tauhid atau mengesakan Allah.

Dengan begitu anak akan terbiasa dalam dirinya mengucapkan kata-kata

tauhid, yang nanti akan ia pahami maknanya setelah ia tumbuh semakin

besar.

Generasi saat ini merupakan generasi yang hidup di abad-21 yang

sedang deras dengan arus globalisasi. Globalisasi adalah suatu proses

tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.7

Dengan adanya globalisasi ini terjadilah pergeseran pola tingkah laku yang

disebabkan globalisasi informasi dan komunikasi, pada kenyataannya telah

menyangkut banyak bidang, diantaranya: pola tingkah laku di lingkungan

keluarga, di sekolah, dan didalam kehidupan masyarakat. Dari sini dapat

kita ketahui bagaimana perubahan pola tingkah laku pada hubungan guru

dengan siswa, hubungan antara orang tua dengan anaknya, dan hubungan

ketetanggaan masyarakat antar individu.

Globalisasi informasi dan komunikasi juga berdampak pada gaya

hidup, baik itu dampak negatif maupun positif. Globalisasi berdampak

negatif pada masyarakat, misalnya gaya masyarakat sehari-hari cenderung

bergaya hidup mewah. Dengan melihat tayangan-tayangan sinetron,

telenovela yang ada di TV membuat orang tidak menyesuaikan dengan

pendapatan rumah tangganya.8

6 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah,(Bandung :

Penerbit al-Bayan.1997) h. 114 7 Tri darmiyati https://www.scribd.com/doc/46989791/Dampak-Globalisasi-

Dalam-Pendidikan 8 http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/dampak-globalisasi-informasi-

dan.html (Ahmad Rifai)

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

6

Banyak hal yang berdampak dari arus globalisasi yang telah kita

amati seperti contoh di atas. Ada positif dan juga negatif. Semua hal

tersebut tentunya bisa mempengaruhi jiwa anak, jika tidak diberikan

pengawasan yang cukup oleh orang tua. Terlebih lagi pada saat ini gadget

adalah barang yang hampir seluruh orang di dunia ini memakainya

termasuk balita. Semua orang tidak bisa melewatkan benda yang satu ini.

Jika sejak balita orang tua dengan mudah memberikan akses secara

bebas pada anak untuk bisa merasakan perkembangan yang sedang terjadi

pada dunia ini, tentunya akan menjadi kebiasaan yang tak terelakkan jika

ia tumbuh semakin besar. Hal tersebut harus diimbangi dengan

pengawasan dan juga pemberian ketauladan yang nyata dari orang tua.

Agar tidak menimbulkan hal negatif.

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang

mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka oleh sebab itu

hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah” ( Qs. An-Nisa : 9 ) 9

Ayat diatas menerangkan kepada orang tua agar tidak

meninggalkan anak mereka dalam keadaan lemah. Lemah di sini

maksudnya adalah lemah dalam segala aspek perkembangan anaknya, baik

itu dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah

aqidah atau keimanannya.

Telah jelas Allah paparkan dalam firmanNya bahwa sebagai orang

tua harus memberikan kasih sayang, cinta, perhatian dan juga pendidikan

mengenai aqidah atau keimanannya. Ketika arus globalisasi para orang tua

9 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung :

Diponegoro,2000), h. 98

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

7

dengan bangga memperlihatkan bahwa balita mereka telah bisa bermain

games di gadget, orang tua juga terlebih dahulu harus mengenalkan atau

mengajarkan hal mengenai aqidah atau keimanan kepada sang anak.

Bambang Tri mengatakan, Teori Goleman tentang kecerdasan

emosional (EQ) semestinya membuat kita paham bahwa begitu

pentingnya akhlak yang baik sebagai bekal hidup. Kini dengan

membanjirnya informasi, bertambahnya jumlah manusia, serta

kompleksitas hidup yang semakin rumit, banyak orang terjangkiti

penyakit hati alias kecerdasan emosional yang rendah. 10

Dalam teori psikologi perkembangan, usia dini anak (0-6 tahun)

merupakan usia emas (golden age) perkembangan kecerdasan intelektual

dan emosionalnya. Pada tahap inilah setelah kelahirannya, anak memiliki

peluang untuk dibentuk berakhlak mulia sejalan dengan peran aktif ayah

dan ibunya.11

Hal tersebut berkaitan dengan kecerdasan spiritual. Jauh-jauh hari

Rasulullah saw. sudah memberikan pelajaran kepada kita sebagai orang

tua, bagaimana membentuk anak dengan kepribadian baik yang optimal.

Islam sangat mementingkan pengasuhan anak ini karena anak akan

menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri,

memiliki andil peluang untuk menjadi sebaik-baik manusia yaitu yang

paling bermanfaat buat yang lainnya. 12

Lalu, apa yang terjadi jika pendidikan akhlak ini diabaikan sejak

anak-anak masih berusia dini? Hal inilah yang menjadi titik tolak

tumbuhnya seorang manusia yang berpenyakit hati hingga dewasa.

Penyakit hati ini seolah tak kentara sejak kanak-kanak, tetapi bibit-

bibitnya sudah ada. Terkadang bibit-bibit penyakit hati ini justru

ditanamkan oleh orang tuanya sendiri karena ketidakpahaman dalam soal

pengasuhan anak.

Akan tetapi, Islam telah memberikan kurikulum yang sempurna

terhadap pola asuh dan pendidikan anak-anak ini. Peran orang tua sangat

10

Bambang Tri, Menginstal Akhlak Anak, hal. 3 11

Ibid. h. 4 12

Ibid. h. 5

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

8

berpengaruh dalam penerapan pola pendidikan tersebut. Rasulullah saw.

Bersabda, ”Tiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami).

Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau

Majusi (penyembah api berhala).”13

Terlebih Rasulullah saw. Telah menerapkan bahwa tiap-tiap anak

memiliki hak, yaitu mendapatkan nama yang baik, pendidikan adab yang

baik, dan diberi kedudukan yang baik (di dalam hati) (HR Aththusi).

Dengan demikian, otak anak sebagai sumber kecerdasan yang mirip

dengan hardisk di dalam komputer harus di install dengan akhlak sehingga

mampu menjalankan program (kehidupan) dengan baik dan benar.14

Dengan penemuan Daniel Goleman tentang kecerdasan emosional

(EQ) tersadarlah orang-orang bahwa kunci sukses seorang manusia

bukanlah pada kecerdasan intelektualnya (IQ), tetapi pada kecerdasan

emosionalnya (EQ) alias akhlak, lalu siapa yang menafikan bahwa Nabi

Muhammad saw. Menjadi manusia yang paling sukses di dunia ini karena

ketinggian akhlaknya? Jauh sebelum Goleman mengeluarkan teori EQ,

Rasulullah saw. Sudah memberikan contoh dan melalui hadits serta

sunnah, beliau banyak berbicara pentingnya akhlak. Tidak kurang,

Rasulullah saw. Pun mementingkan pendidikan akhlak sejak usia dini bagi

anak-anak karena menjadi dasar pembentukan karakter muslim yang kuat,

tangguh dan berbudi luhur.

Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya aku diutus untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Al Bazzar)15

Oleh karena itu, agama Islam telah menyiapkan kurikulum

sekaligus contoh yang sempurna dalam pendidikan akhlak ini. Andai saja

kaum Muslim memahami dan mempraktikkan tuntunan ini dalam megasuh

dan mendidik anak, niscaya generasi Muslim yang akan datang dapat

13

Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012)

h.235 14

Bambang Tri, Menginstal Akhlak Anak, hal. 5 15

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta:

Amzah, 2007), h. 4

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

9

terselamatkan dari pencemaran akhlak. Bambang Tri mengatakan bahwa,

pencemar akhlak saat ini banyak sekali jenisnya, seperti16

:

1. Perilaku buruk orang tua dan keluarga dekat.

2. Perilaku buruk teman

3. Perilaku buruk para guru

4. Informasi sampah dari media massa, seperti televisi, radio,

internet, koran dan majalah.

5. Idola yang menyesatkan.

Semua itu harus diantisipasi sejak dimulainya pengasuhan anak

pada masa bayi hingga akhirnya ia dapat mengetahui dan membedakan

yang mana yang baik dan buruk.

Berdasarkan penelitian pendahuluan di wilayah TK BNI bahwa

masih dijumpai sikap dan perilaku sebagian orang tua yang kurang peduli

terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya. Mereka lebih tertarik

memberikan bekal pendidikan umum yang dinilai lebih dapat mendukung

peningkatan nilai akademik anak seperti kursus Bahasa Inggris,

Jarimatika, Sempoa dan lain sebagainya. Mereka belum menyadari bahwa

pendidikan agama adalah hal dasar yang mutlak menjadi hak anak. Anak

berhak tau siapa Tuhannya, anak harus dibekali dengan ajaran Tauhid

yang jelas dan juga berhak dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak

fitrahnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis

mengadakan penelitian dan membahas skripsi yang berjudul “Pola Asuh

Orang Tua Dalam Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini

(Studi Kasus: Orang Tua Murid TK BNI, Kel. Cempaka Putih, Kec.

Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten)

B. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari latar

belakang masalah diatas antara lain, yaitu :

16

Ibid. hal. 10

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

10

1. Krisis Akhlak pada anak di era gobalisasi

2. Pengaruh besar kecanggihan teknologi terhadap akhlak anak.

3. Tidak semua orang tua mempunyai pemahaman tentang agama secara

baik dan pentingnya menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini

4. Masih banyak orang tua yang tidak tahu bahkan tidak peduli bahwa

pola asuh yang baik harus segera ditanamkan sejak bayi lahir ke

dunia.

5. Masih banyak orang tua yang tidak peduli terhadap akhlak anak, dan

lebih mengutamakan keceradasan intelektual.

C. Pembatasan Masalah

Di dalam skripsi ini, penulis akan membatasi permasalahan seputar

pola asuh orang tua yang terdiri dari ayah atau ibu dalam menanamkan

akhlak pada anak sejak usia dini, yaitu usia golden age (4-6 tahun).

D. Perumusan Masalah

Bagaimana pola asuh orang tua dalam menanamkan akhlak pada

anak sejak usia dini ( 3-6 tahun) di wilayah TK BNI Cempaka Putih, Kec.

Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Perumusan Masalah diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam menanamkan

akhlak pada anak sejak usia dini (3-6 tahun) di wilayah TK BNI Cempaka

Putih, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Prov. Banten.

F. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian yang di harapkan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dalam Pendidikan Agama Islam, khususnya meningkatkan

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

11

pemahaman tentang peran orang tua dalam menanamkan akhlak pada

anak sejak usia dini.

2. Secara Akademik

a. Agar menjadi bahan evaluasi bagi para orang tua untuk sedini

mungkin menanamkan akhlak pada anak sejak dini agar kelak

mencetak generasi penerus bangsa dan agama yang baik.

b. Agar hasil dari penelitian yang dilakukan dapat memberikan

kontribusi pada orang tua, khususnya yang berkaitan dengan

akhlak anak, agar nanti dapat berperan positif untuk menanamkan

akhlak pada anaknya sejak dini dalam kehidupan sehari-hari

c. Memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana program strata satu

(S-1) pada jurusan Pendidikan Agma Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Memberikan sumbangsih untuk memperkaya khazanah

intelektual Islam tentang peranan orang tua dalam menanamkan

akhlak pada anak sejak usia dini.

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh

Secara etimologi, pola asuh berasal dari dua kata yaitu “pola”

dan ”asuh”. Pola artinya a) gambar yang dipakai untuk contoh batik.

b) corak batik. c) potongan kertas yang dipakai membuat baju, model

d) sistem, cara kerja. 6) bentuk (struktur) yang tetap. Asuh artinya a)

menjaga (merawat dan mendidik), anak kecil b) membimbing

(membantu, melatih dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri, 3)

memimpin (mengepalai,menyelenggarakan) suatu badan

kelembagaan.17 Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara

membimbing dan mendidik anak. Mendidik dan memelihara anak

baik mengurus makannya, misalnya, pakaiannya, dan keberhasilannya

sampai dewasa.

Disamping pengertian etimologi di atas, berikut akan

dijelaskan pengertian pola asuh secara terminologi dari beberapa

pendapat ahli sebagai berikut :

a. Pola asuh dapat diartikan kepemimpinan dan bimbingan yang

dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan

hidupnya.18 Pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya

menjadi dasar pendidikan anak, proses sosialisasi , dan kehidupan

anak di masyarakat. Orang tua terkadang kurang memperhatikan

adanya suatu perbedaan setiap individu pada setiap anak.

b. KBBI menyatakan bahwa kata pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu

pola dan asuh. Kata pola berarti sistem, corak, bentuk (struktur)

17

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai

Pustaka,2007) hal. 268 18

Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Sejak Usia Dini) (Yogyakarta:

DIVA Press 2011) hal. 21

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

13

yang tetap, cara kerja. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga

(merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing ( mengepalai

dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Singkatnya, kata

asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan,

perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan

menjalani kehidupan secara sehat dan optimal. 19

c. Sedangkan pola asuh menurut St. Vembriarto adalah melindungi,

memelihara, sosialisasi, dan memberikan suasana kemesraan bagi

anggotanya.20 Dalam mengasuh hendaknya sikap orang tua dapat

memberikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan

inisiatifnya, sehingga ia mendapat kesempatan untuk membuat

kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh

adalah membimbing,mendidik, mengarahkan anak sejak ia lahir dalam

pertumbuhan dan berkembangnya sehingga ia bisa menjalani

hidupnya secara baik dan benar, sesuai dengan norma yang berlaku,

dan juga berakhlak mulia.

2. Jenis-Jenis Pola Asuh

Menurut Baumrind seorang ahli psikologi perkembangan yang

dikutip oleh Agoes Dariyo mengatakan. Ada tiga jenis pola asuh yaitu

pola asuh otoriter , permisif, dan demokratis21.

a. Pola Asuh Otoriter (Parent Oriented).

Ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan

orangtua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-

mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan

tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh

19

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : edisi

ke 3 cet.4 Balai Pustaka,2007) hal. 73 & 884 20

St.Vembriarto,Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Grasindo,1993) hal. 35 21

Agoes Dariyo, Psi,Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia

Indonesia,2004) hal.97-98

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

14

orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi “robot”,

sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri,

pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi di sisi lain

anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri,dari kenyataan.

Misalnya,dengan menggunakan narkoba dari segi positifnya, anak

yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan disiplin yakni

mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau

menunjukkan kedisiplinan dihadapan orang tua, padahal dalam

hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua,

anak bersikap dan bertindak lain. Hal itu tujuannya semata hanya

untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung

memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.

b. Pola Asuh Permisif.

Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan

dan ketetapan keluarga ditangan anak. Apa yang dilakukan oleh

anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti segala

kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa

pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang

diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan

aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu

menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab,

maka anak akan menjadi seseorang yang mandiri, kreatif, inisiatif,

dan mampu mewujudkan aktualisasinya.

c. Pola Asuh Demokratis.

Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu

keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua

belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab,

artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah

pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara

moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena.

Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

15

jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini,

anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang

lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak

munafik, jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung

merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu

harus dipertimbangkan antara anak dan orang tua.

Menurut Maimunah Hasan ada beberapa tipe pola asuh,

diantaranya adalah tipe autoritatif, tipe otoriter, tipe penyabar, tipe

penelantar.22

a. Tipe Autoritatif.

Tipe ini akan menerima dan melibatkan anak sepenuhnya.

Orangtua itu memiliki tingkat pengendalian yang tinggi dan

mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan

sosial sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. Akan tetapi

mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua

arah. Mereka memberikan penjelasan dan alasan hukuman dan

larangan. Anak dari orang tua seperti ini akan tumbuh menjadi

anak yang mandiri, tegas terhadap diri sendiri, ramah dengan

teman sebayanya, dan mau bekerja sama dengan orang tua. Anak

juga akan berhasil secara intelektual dan sosial, menikmati

kehidupan dan memiliki motivasi yang kuat untuk maju.

22

Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Sejak Usia Dini) (Yogyakarta:

DIVA Press 2011) hal. 26

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

16

b. Tipe Otoriter

Orangtua tipe otoriter selalu menuntut dan mengendalikan

dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak, mereka

menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap kekuasaan mereka

dan tradisi. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima dengan

alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati

orang tua yang membesarkannya. Anak-anak dengan orang tua

seperti ini cenderung memiliki kompetensi dan tanggung jawab

sedang, cenderung menarik diri secara sosial. Dan tidak memiliki

sikap spontanitas. Anak perempuan akan tergantung pada orang

tuanya dan tidak memiliki motivasi untuk maju. Anak laki-laki

cenderung lebih agresif dibandingkan dengan anak laki-laki yang

lain.

c. Tipe Penyabar.

Orang tua tipe penyabar akan menerima, responsive, sedikit

memberikan tuntutan pada anak-anak. Anak akan lebih positif

moodnya dan lebih menunjukkan vitalitasnya dibandingkan anak

dari keluarga otoriter. Orang tua yang sering membolehkan

(permisif) akan membuat anak cenderung berwatak tidak patuh,

tidak dapat menahan emosi kemarahan dan menuntut orang lain

secara berlebihan. Dia memiliki sifat cemas, ragu-ragu dan tidak

percaya diri.

Untuk itu orang tua yang terlalu berlebihan dalam

memberikan perhatian kepada anak.mereka terlampau cemas

terhadap keadaan-keadaan yang dihadapi anak dan kelewat hati-

hati. Memang, orang sering keliru menerapkan kasih sayang dan

menyerah pada keinginan keinginan anak. Ternyata “cinta yang

buta” itu akan mengakibatkan anak sangat bergantung kepada

orang tua dan si anak kehilangan kesempatan untuk belajar dan

berusaha bagi diri sendiri. Hal ini berarti menambah masalah baru

bagi orangtua.

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

17

d. Tipe Penelantar

Orangtua tipe penelantar lebih memperhatikan aktivitas diri

mereka sendiri dan tidak terlibat dengan aktivitas anak-anaknya,

mereka tidak tahu dimana anak-anak mereka berada, apa yang

sedang dilakukan dan siapa teman-temannya saat diluar rumah.

Mereka tidak tertarik pada kejadian-kejadian di sekolah anak.

Jarang bercakap-cakap dengan anak-anaknya, dan tidak

mempedulikan pendapat anak-anaknya. Biasanya pola pengasuhan

anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang

terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang

akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik.

Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan

terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

Dalam mengasuh anak, orang tua mempunyai cara yang

berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan latar

belakang pendidikan, sosial ekonomi orangtua, dan pengasuhan

orang tua terdahulunya, seperti ada orang tua yang bersikap keras

dan ada pula yang bersikap lembut penuh toleransi. Orang tua yang

tidak otoriter akan dapat mentoleransikan kemauan anak-anaknya.

Tetapi yang dapat membawa anak ke jenjang kesuksesan adalah

suasana yang hangat dan menyenangkan didalam rumah.

Pernyataan-pernyataan dari beberapa pendapat tokoh di atas

dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter adalah pola

pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan. Pola asuh permisif

yang bersifat memberi kebebsan pada anak. Pola asuh demokratis,

pola asuh yang melibatkan anak dalam mengambil keputusan, anak

diajarkan untuk bisa terlibat dalam segala hal terutama dalam

mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkan apa yang

telah dipilihnya. Dari beberapa macam pola asuh tersebut, pola

asuh demokratis adalah pola asuh yang bisa diterapkan para orang

tua, agar orang tua tidak menuntut banyak pada anak, namun tidak

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

18

begitu saja memberikan kebebasan pada anak, tetap memberi

pengawasan yang cukup serta memberi kepercayaan kepada anak

untuk dapat melakukan suatu hal sesuai keinginannya dengan

penuh tanggungjawab.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut oqbum yang dikutip oleh Drs. H. Abu Ahmadi, bahwa

keluarga juga berfungsi sebagai kasih sayang, ekonomi, pendidikan,

perlindungan atau penjagaan, status dalam keluarga, beragama, rekreasi

dalam keluarga. Oleh sebab itu artinya ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi digunakannya pola asuh tertentu oleh orang tua dalam

mendidik dan mengasuh anaknya, antara lain : faktor tingkat sosial,

ekonomi , tingkat pendidikan, kepribadian, jumlah anak.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pola asuh dibagi dua yaitu faktor intern dan ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor yang ada dalam diri individu, mencakup :

1) Faktor tingkat sosial ekonomi : orang tua berasal dari tingkat sosial

ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan dengan

orang tua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.

2) Faktor tingkat pendidikan : orang tua dalam latar belakang

pendidikan yang lebih tinggi, dalam praktek asuhannya terlihat

lebih sering membac aartikel ataupun mengikuti kemajuan

pengetahuan mengenai perkembangan anaknya. Dalam mengasuh

anaknya mereka menjadi lebih siap karena memiliki latar belakang

pendidikan terbatas, memiliki pengetahuan dan pengertian yang

terbatas mengenai kebutuhan dan perkembangan anak, sehingga

menunjukkan pengertian dan cenderung untuk mendominasi anak.

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

19

b. Faktor Ekstern

Faktor berada di luar individu , mencakup :

1) Faktor jumlah anak: jumlah anak yang dimiliki oleh suatu

keluarga juga dapat mempengaruhi digunakannya pola asuh

tertentu. Orangtua yang memiliki anak hanya dua sampai tiga

orang (keluarga kecil) cenderung lebih intensif pengasuhannya,

dimana interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak lebih

menekan pada perkembangan pribadi, kerjasama antara anggota

keluarga dapat lebih diperhatikan. Tetapi, biasanya anak kurang

bersosialisasi karena dirumahnya hanya terdiri dari empat atau lima

orang saja. Orang tua yang memiliki anak lebih dari lima orang

(keluarga besar) sangat kurang memperoleh kesempatan untuk

mengadakan pertemuan secara intensif antar orang tua dan anak,

karena orang tua secara tidak langsung kurang memperhatikan

segala perilaku dan perbuatan anaknya. Tetapi, rasa sosialisasi

anak sangat tinggi karena mereka merasa ada saingan dalam

keluarganya.

2) Latar belakang keluarga: faktor ini mempengaruhi kualitas

perkawinan seseorang, menentukan pemilihan pasangan

mempengaruhi pola interaksi atau komunikasi antara suami istri

dan anak sehingga akan mempengaruhi dalam menentukan pola

asuh dalam keluarganya.

3) Keadaan masyarakat di mana keluarga itu hidup : keluarga yang

berada di lingkungan yang baik, ramah, penuh kasih sayang, akan

membuat keluarga harmonis karena suasan hangat dan penuh kasih

sayang anak dapatkan ketikea mereka berada di rumah.

B. Orang Tua

1. Kewajiban Orang Tua

Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak

mereka. Karena dari merekalah anak-anak mendapatkan pendidikan

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

20

secara tidak formal, dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan

terdapat dalam kehidupan keluarga.23

Orang tua adalah panggilan yang biasa diberikan kepada

pasangan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan telah

dikaruniai seorang anak. Biasanya dikenal dengan panggilan ayah dan

ibu, bapak dan bunda, atau papa dan mama. Menjadi orang tua

tentunya keinginan setiap manusia yang ada di dunia. Tidak lengkap

rasanya apabila suatu pasangan belum dikaruniai seorang anak.

Apalagi dalam sebuah hadist salah satu amal yang disebut sebagai

amal jariyah yaitu doa anak yang shalih. Tentunya setiap orang tua

ingin sekali memiliki anak-anak yang shalih yang kelak menjadi

pemberat amalnya di akhirat kelak.

Memiliki anak yang shalih atau shalihah tentunya hanya akan

sekedar menjadi impian jika sebagai orang tua tidak mendidik atau

menanamkan akhlak yang baik pada anaknya. Dalam Islam telah jelas

Allah memerintahkan kepada para orang tua untuk mendidik anak

dengan baik dan bertauhid hanya kepada Allah swt. seperti yang telah

tertera dalam firman Allah. (QS.Luqman : 13)

”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,

janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar".24

23

Zakiah Darajat,Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta :Bumi Aksara,2006),cet : 6 h.

35 24

Departemen Agama RI, Al-qur‟an Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul

„ali-ART, 2005), h. 412

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

21

Dalam ayat ini tentunya telah jelas bahwa orang tua

mempunyai kewajiban kepada anak-anaknya untuk menyerukan ke-

Esaan Allah atau bertauhid. Tentunya harus dibarengi dengan

penanaman akhlak dan pembinaan ibadah sejak sedini mungkin agar

dalam jiwa anak terpatri dengan kuat bahwa agamanya yang lurus dan

dipegang teguh hanyalah satu yaitu Islam yang Mengesakan Allah

swt.

Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah

merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup

keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua

orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.25

Dalam pertumbuhan anak, orang tua mempunyai kewajiban

untuk membimbing dan membina seorang anak untuk taat

beribadah,dan cinta pada agamanya. Hal inipun telah jelas Allah

katakan dalam firmannya. (QS.Thahaa: 32)

وأمر أهلك بلصلة واصطب علي ها ل نسألك رزقا نن ن رزقك والعاقبة للت قوى

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat

dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak

meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki

kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang

bertakwa. 26

Pada ayat ini Allah memerintahkan agar para orang tua untuk

mengajak anaknya atau membiasakan diri dalam hal beribadah.

Dengan pembiasaan ini, tentunya anak akan terbentengi dengan

penguatan ruhiyah yang telah didapatkan sejak kecil. Hal ini akan

25

Amir Dien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1973) 26

Departemen Agama RI, Al-qur‟an Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul

„ali-ART, 2005), h. 321

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

22

berdampak pula pada kehidupan sosialnya dimasyarakat. Anak yang

mendapatkan lingkungan yang religius di rumah, dengan penanaman

akhlak dan pembinaan ibadah sejak dini akan memiliki perilaku

positif dalam kehidupan kesehariannya. Oleh karenanya pemegang

penting peranan dalam pembentukan akhlak dan kepribadian yang

baik serta tangguh dan taat pada seorang anak ini adalah orang tua.

Oleh sebab itu orang tua harus sadar akan kewajibannya ini

agar terbentuknya generasi-generasi Islam yang berkepribadian

muslim yang beriman, taat beribadah, teguh pendirian, pandai bergaul,

ramah dan memiliki kepekaan sosial / kepedulian yang tinggi terhadap

masyarakat.

2. Aspek Pengukuran Pola Asuh Orang Tua

Orang tua selalu mempunyai pengaruh yang kuat pada anak-anak.

Setiap orang tua mempunyai gaya tersendiri dalam hubungannya dengan

anak-anaknya.

Menurut Sri Esti Wuryani Diwandono ada beberapa aspek dalam

pola asuh orang tua yaitu : kontrol orangtua terhadap anak, tuntutan

orangtua kepada anak untuk menjadi matang, dan kejelasan komunikasi

orangtua dan anak

a. Kontrol orang tua terhadap anak

Kontrol orang tua terhadap anak adalah bagaimana sikap orangtua

dalam menerima dan menghadapi tingkah laku anaknya, yang tidak

sesuai dengan perilaku yang diharapan.

Menurut penulis dalam membimbing anak, tentunya orang tua

akan menerima perilaku anak yang kadan tidak sesuai dengan

keinginannya. Dalam prosesnya orang tua harus dapat mengontrol

perilaku anak, dengan tujuan untuk mengarahkan anak ke arah yang

lebih baik, bukan untuk mengendalikan anak sesuai dengan keinginan

orang tua. Jika perilaku anak yang muncul adalah hal positif maka

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

23

orang tua memberikan respon berupa pujian, atau penghargaan

sebagai apresiasi dari yang anak lakukan. Jika perilaku anak yang

muncul adalah hal negative, orang tua tidak berhak semena-mena

untuk menyalahkan anak dan langsung memberi hukuman. Orang tua

harus tahu apa faktor yang mempengaruhi anak bersikap buruk

tersebut, sehingga orang tua dapat memberi respon yang tepat kepada

anak, yaitu berupa nasihat, atau diskusi bahwa perilaku yang telah ia

lakukan adalah hal yang kurang baik. Sehingga anak akan lebih

mudah untuk menerima segala nasihat yang diberikan orang tua.

b. Tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadi matang.

Adalah bagaimana tingkah laku orangtua mendorong kemandirian

anak dan mendorong anak memiliki rasa tanggung jawab atas segala

tindakannya dan mengharapkan anak-anak bertindak dengan cara yang

matang.

Orang tua bertugas untuk memberikan fasilitas serta arahan yang

dapat menumbuh kembangkan kemandirian, dan rasa tanggung jawab

anak terhadap segala tindakan yang dilakukan.

c. Kejelasan komunikasi orangtua dan anak

Adalah bagaimana usaha orangtua pada anak agar tampil pada

tingkat yang tinggi secara intelektual, sosial, dan emosional.

Bagaimana ungkapan orangtua dalam menunjukkan kasih sayang ,

perhatian, terhadap anak dan bagaimana cara memberikan dorongan

kepada anaknya.

Pengasuhan ini merupakan tanggung jawab orang tua, sehingga

sungguh disayangkan bila pada masa kini masih ada orang yang menjalani

peran orang tua tanpa kesadaran pengasuhan. 27

Orang tua harus terus mengupgrade pengetahuannya tentang

pentingnya pengasuhan pada anak. Agar dalam segala proses tumbuh

kembangnya, orang tua memahami apa yang harus dan tidak boleh

27 Sri Lestari.Psikologi Keluarga.( Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2012)

h.37

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

24

dilakukan, dan dilupakan, sehingga dapat melakukan pengasuhan terbaik

untuk menciptakan generasi terbaik di masa depan.

C. Pengertian Akhlak

1. Akhlakul Karimah

Menurut bahasa Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk

jamak dari “ ,yang berarti budi pekerti, perangai (khuluqun) خلق

tingkah laku dan tabi‟at”.28

Dalam kamus besar bahasa Indonesia

disebutkan bahwa “akhlak memiliki arti budi pekerti, kelakuan”.29

Akhlak secara istilah akan penulis uraikan dari beberapa

denifisi yang dikemukan oleh para ahli diantaranya:

a. Akhlak menurut Ibn Miskawaih dikutip oleh Abuddin Nata

menyatakan:

حال للن فس دا عية لا ال اف عالا من غيفكر ولروية “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan”.30

b. Menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Yatimin Abdullah,

akhlak adalah:

ها تصدر الف عال ئة ف الن فس را سخة عن عبارة عن هي س حاجة الىى فكر و رؤية بسهولة بيسرمن غي

“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-

macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.31

28

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11 29

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa, h. 27 30

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3 31

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah,

2007), h. 4

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

25

c. Ibnu Arabi dalam buku Rosihon Anwar menyatakan, “akhlak

adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk

berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.

Keadaan tersebut pada seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau

bawaan, dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan

dan perjuangan”.32

d. Dalam buku “Ensiklopedia Islam”, “akhlak adalah suatu keadaan

yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir

perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses

pemikiran, pertimbangan, atau penelitian”.33

Dari beberapa definisi pengertian akhlak menurut para ahli, dapat

diketahui bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa atau diri

seseorang, yang dilakukan secara langsung (reflex), tanpa ada paksaan dan

pemikiran terlebih dahulu ketika akan melakukan perbuatan.

2. Ruang Lingkup Akhlak

Ruang lingkup akhlak sama dengan ruang lingkup ajaran Islam,

yaitu hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah) dan

habluminannas (hubungan manusia dengan manusia).

Abuddin Nata membagi ruang lingkup ajaran akhlak menjadi tiga

bagian yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, dan

akhlak terhadap lingkungan.34

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah atau pola hubungan manusia dengan

Allah adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh

manusia terhadap Allah. Akhlak terhadap Allah meliputi beribadah

32

Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, h. 14 33

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van

Hoeve, 1997), h. 102 34

Abuddin Nata, op. cit., h. 149

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

26

kepada-Nya, mentauhidkan-Nya, berdo‟a, berdzikir dan bersyukur serta

tunduk dan taat kepada Allah.35

Firman Allah SWT:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”.36

(QS. Az-Zariyat:56)

Abuddin Nata menjelaskan ada empat alasan mengapa manusia

perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:

Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia.

Kedua, Karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan

pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan

hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna

kepada manusia. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan

berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan

hidup manusia. Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan

manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan

lautan.37

Akhlak terhadap Allah merupakan suatu bentuk kepatuhan seorang

hamba kepada Tuhannya, karena Allah-lah yang telah memberikan

kehidupan, menurunkan rezeki, memberikan nikmat dan mencukupi segala

kebutuhan yang dibutuhkan oleh hambanya. Oleh karena itu sudah

sepantasnya seorang hamba bersyukur dengan cara beribadah kepada

Allah, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala

larangannya serta menyakini bahwa Allah Maha Esa, satu-satunya dzat

yang wajib disembah, tidak ada sesembahan yang pantas disembah selain

Allah SWT.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Sahriansyah dalam bukunya “Ibadah dan Akhlak” menyatakan

akhlak sesama manusia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

35

Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), Cet. I,

h. 201 36

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan As-Salam, h. 524 37

Abuddin Nata, op. cit., h. 150

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

27

1) Akhlak terhadap diri pribadi sendiri adalah pemenuhan kewajiban

manusia terhadap dirinya sendiri, baik yang menyangkut jasmani

maupun ruhani.

2) Akhlak terhadap keluarga, keluarga merupakan bagian dari

masyarakat, jika seluruh keluarga sebagai bagian dari masyarakat itu

baik, masyarakat akan menjadi baik pula. Namun sebaliknya jika

keluarga itu tidak baik maka masyarakat juga tidak akan menjadi

baik.

3) Akhlak terhadap orang lain atau masyarakat.

Dalam menjalani hidup di dunia ini kita tidak bisa memenuhi

kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu

berakhlak yang baik terhadap orang lain adalah suatu keharusan.38

Firman Allah swt:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-

bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,

Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan

diri”.39

(QS. An-Nisa:36)

Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak

dapat hidup sendiri memerlukan bantuan orang lain. Untuk mencapai

kebahagiaan dunia akhirat perlu adanya sikap yang baik antara sesama

manusia, sikap saling membantu, saling menghargai, kerjasama, rukun,

santun, ramah, agar terbina keharmonisan diantara sesama manusia.

c. Akhlak terhadap lingkungan

38 Sahriansyah, op. cit., h. 203-211

39

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan As-Salam Al-Qur‟an , h. 85

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

28

Lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada disekitar

manusia, seperti: tumbuh-tumbuhan, binatang, benda mati, air, gunung,

lautan, udara, dan sebagainya.

Kehidupan manusia memerlukan lingkungan yang bersih, tertib,

sehat dan seimbang. Oleh karena itu, akhlak terhadap lingkungan terutama

sekali adalah memanfaatkan potensi alam untuk kepentingan hidup

manusia. Namun harus diingat bahwa potensi alam terbatas dan umur

manusia lebih panjang. Oleh karenanya pelestarian dan pengembangan

potensi alam harus diupayakan sepanjang mungkin. Manusia tidak boleh

boros dalam memanfaatkan potensi alam dan serakah menggali kekayaan

alam yang dapat berakibat kerusakan alam itu sendiri. 40

Allah SWT

berfirman:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali

(ke jalan yang benar)”. 41

(QS. Ar-Rum:41)

Manusia hidup di dunia ini tidak sendirian, berdampingan dengan

makhluk ciptaan Allah lainnya. Adanya keterkaitan antara satu makhluk

dengan makhluk lainnya, dan saling membutuhkan satu sama lain. Jika

manusia memperlakukan alam dengan baik, maka alampun akan baik,

namun sebaliknya jika manusia memperlakukan alam dengan buruk, maka

akan muncul dampak buruk dan negative melebihi dampak buruk yang

dilakukan oleh manusia, dan hal ini dapat merugikan manusia itu sendiri,

dan makhluk Allah lainnya. Sehingga tidak seimbanglah ekosistem yang

ada di bumi ini.

40

Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, h. 201-210 41

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan As-Salam Al-Qur‟an, h. 409

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

29

3. Macam-Macam Akhlak

Akhlak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam yaitu: akhlak

mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang mulia), dan

akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyidah (akhlak yang

jelek).42

a. Akhlak Mahmudah

Akhlak terpuji merupakan terjemahan dan ungkapan bahasa

Arab akhlaq mahmudah. “Mahmudah merupakan bentuk maf‟ul dari

kata hamida yang berarti dipuji, atau makarim al-akhlaq (akhlak

mulia)”.43

Al-Ghazali menerangkan seperti yang dikutip oleh Asmaran,

“bahwa akhlak baik artinya menghilangkan semua adat-adat kebiasaan

yang tercela yang sudah dirincikan oleh agama Islam serta menjauhkan

dari tiap najis dan kotoran, kemudian membiasakan yang baik,

menggemarinya, melakukannya dan mencintainya”.44

Menurut Kasmuni dan Ihsan Sanusi, “akhlak mahmudah pada

prinsipnya merupakan daya jiwa seseorang yang mempengaruhi

perbuatannya, sehingga menjadi perilaku utama, benar, cinta kebajikan,

suka berbuat baik sehingga menjadi watak pribadinya dan mudah

baginya melakukan sebuah perbuatan itu tanpa ada paksaan”.45

Rosihon Anwar dalam bukunya “Akhlak Tasawuf” membagi

akhlak terpuji menjadi lima antara lain:

1) Akhlak terhadap Allah

a) Menauhidkan Allah SWT, pengakuan bahwa Allah-lah yang

memiliki sifat Rububiyyah, Uluhiyyah, serta kesempurnaan nama

dan sifat.

b) Berbaik sangka (husnu zhan), berbaik sangka terhadap keputusan

Allah.

42

Al-Hindi Al-Muttaqi, Kanz Al-„Ummal, (Beirut: Mu‟assasah Ar-Risalah, 1981), Juz

III, h. 21 43

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Ed. Rev, h. 87 44

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), Ed. I, Cet.

2, h. 204 45

Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, h. 52

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

30

c) Zikrullah (mengingat Allah), asas dari setiap ibadah kepada

Allah SWT.

d) Tawakal, menyerahkan segala urusan kepasa Allah.

2) Akhlak terhadap diri sendiri

a) Sabar, tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati rida

serta menyerahkan diri kepada Allah SWT.

b) Syukur, sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat

yang diberikan oleh Allah SWT dalam melakukan maksiat

kepada-Nya.

c) Amanah, sikap pribadi yang setia, tulus hati, dan jujur dalam

melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya.

d) Benar atau Jujur, berlaku benar atau jujur dalam perkataan

maupun dalam perbuatan.

e) Menepati janji (al-wafa‟)

f) Memelihara kesucian diri, menjaga diri dari segala tuduhan,

fitnah dan memelihara kehormatan.

3) Akhlak terhadap keluarga

a) Berbakti kepada orang tua

b) Bersikap baik kepada saudara

4) Akhlak terhadap masyarakat

a) Berbuat baik kepada tetangga

b) Suka menolong orang lain

5) Akhlak terhadap lingkungan, manusia sebagai khalifah

mengayomin, memelihara, serta membimbing makhluk ciptaan

Allah, harus diperlakukan dengan baik.46

Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang harus dimiliki oleh

setiap manusia, karena akhlak mahmudah mengantarkan manusia menuju

kebahagiaan dunia dan akhirat. Terciptanya kedamaian, ketentraman dan

kerukunan antara sesama manusia dan makhluk Allah lainnya di muka

bumi ini. Akhlak mahmudah dilakukan seorang manusia kepada

Tuhannya Allah SWT, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan.

b. Akhlak Mazmumah

Akhlak Mazmumah adalah kebalikan dari akhlak mahmudah, yaitu

tingkah laku tercela atau akhlak jahat, dalam arti segala sesuatu yang

membinasakan atau mencelakakan. Atau akhlak mazmumah diartkan

sebagai perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercemin pada diri

46

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, h. 90-114

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

31

manusia cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan

orang lain.47

Yatimin Abdullah menyatakan “akhlak mazmumah ialah perangai

atau tingkah laku pada tutur kata yang tercemin pada diri manusia,

cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain”.48

Imam al-Ghazali mengungkapkan seperti yang dikutip oleh

Asmaran, “sifat-sifat tercela ini dengan sifat-sifat muhlikzat, yaitu segala

tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan”.49

Asmaran dalam buku “Studi Pengantar Akhlak” membagi sifat-sifat

buruk menjadi dua bagian yaitu:

1) Maksiat lahir, ialah segala sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota

lahir seperti tangan, mulut, mata. Macam-macam maksiat lahir

meliputi: maksiat lisan, maksiat telinga, maksiat mata, maksiat

tangan.

2) Maksiat batin, ialah segala sifat tercela yang diperbuat oleh batin

yaitu hati. Macam-macam maksiat batin meliputi: ghadab (marah),

rasa mendongkol (hiqd), dengki (Hasad) dan sombong (Takabur).50

Macam-macam akhlak tercela menurut Rosihon Anwar dalam

bukunya antara lain:

1) Syirik, menjadikan sekutu selain Allah SWT dan memperlakukannya

seperti Allah SWT.

2) Kufur, tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, baik dengan

mendustakan atau tidak mendustakan.

3) Nifak dan Fasik, nifak adalah menampakkan sesuatu yang

bertentangan dengan apa yang terkandung di dalam hati.

Menampakan Islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran

dan kejahatan.

4) Takabur dan Ujub, merasa dirinya yang paling sempurna, kaya,

terhormat dari pada yang orang lain sehingga menjadikan orang

tersebut takabur (sombong).

5) Dengki, perasaan yang timbul dalam diri seseorang setelah

memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi dimiliki oleh

orang lain.

6) Gibah, membicarakan keburukan orang lain.

47

Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), h. 26

48

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, h. 56

49

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, h. 183 50

Ibid., h. 188-202

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

32

7) Riya‟, beramal bukan ikhlas karena Allah tetapi semata-mata

mengharapkan pujian dari orang lain.51

Akhlak secara fitrah manusia adalah baik, namun berubah menjadi

buruk oleh manusia itu sendiri. Jika ia terlahir dalam keluarga yang kurang

baik, lingkungan buruk, pendidikan tidak baik dan kebiasaan-kebiasaan

yang tidak baik maka akan menghasilkan akhlak yang buruk. Begitupula

sebaliknya jika ia terlahir dalam keluarga yang baik, lingkungan baik,

pendidikan baik dan kebiasaan-kebiasaan baik maka akan menghasilkan

akhlak yang baik.

4. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak

Akhlak terbentuk melalui proses pembiasaan yang selaras dengan

nilai-nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan. Agar nilai-nilai ini dapat

diarahkan kepada nilai-nilai baik dan positif maka perlu diketahui faktor-

faktor apa saja yang berperan dalam pembentukan akhlak.

Menurut Kasmuri dan Ihsan Sanusi dalam buku “Akhlak Tasawuf”

ada lima aspek yang memepengaruhi pembentukan Akhlak antara lain:

a. Adat atau Kebiasaan

Segala pekerjaan jika dilakukan secara berulang-ulang dengan penuh

kesadaran dan kegemaran maka akhirnya akan menjadi suatu

kebiasaan.

b. Insting atau Naluri

Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir. Naluri adalah sifat

yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan

dengan tidak terpikir lebih dahulu kearah tujuan tanpa didahului

latihan perbuatan.

c. Pendidikan

Pendidikan strategis sebagai pusat perubahan perilaku yang kurang

baik untuk diarahkan keperilaku yang lebih baik, dengan pendidikan

naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan

terarah.

d. Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal seseorang akan ikut mencetak akhlak

manusia yang tinggal di lingkungan tersebut. Lingkungan alam dapat

mematahkan dan mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa

51

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, h. 122-137

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

33

seseorang. Lingkungan sosial atau pergaulan sangat besar pengaruhnya

dalam proses pembentukan akhlak.

e. Media Informasi

Salah satu contoh kemajuan teknologi media informasi adalah televisi.

Televisi memiliki manfaat, namun lebih banyak memiliki

mudharatnya, salah satunya dapat mempengaruhi akhlak seseorang,

karena media televisi pada saat ini lebih banyak menanyangkan acara

imitative bagi penontonya, yaitu sikap meniru tanpa menyaringnya,

sehingga akan mudah diikuti terutama anak-anak yang suka meniru.52

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya, ada tiga aliran yang

mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu aliran nativisme, aliran

empirisme, dan aliran konvergensi.

a. Aliran Nativisme

Faktor paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang

adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa

kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah

memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka

dengan sendirinya orang tersebut akan menjadi baik.

b. Aliran Empirisme

Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri

seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk

pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan

pembinaan anak itu baik, maka baiklah anak itu. Sebaliknya jika

pendidikan dan pembinaan anak itu buruk, maka buruklah anak itu.

c. Aliran Konvergensi

Aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor

internal, yaitu pembawaan si anak dan faktor dari luar, yaitu

pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui

interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah

yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif

melalui berbagi metode.53

D. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

Masa anak usia dini disebut juga sebagai masa awal kanak-kanak

yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri. Ciri-ciri ini tercemin dalam

52

Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, 30-43

53

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 167

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

34

sebutan-sebutan yang diberikan oleh para orang tua, pendidik dan ahli

psikologi untuk anak usia dini.54

Bagi orang tua, asa awal kanak-kanak merupakan usia yang sulit,

karena anak-anak beradadalam proses pengembangan kepribadian. Proses

ini berlangsung disertai perilaku-perilaku yang kurang menarik untuk

orang tua, misalnya melawan orang tua, marah tanpa alasan, takut yang

tidak rasional, dan sering juga merasa cemburu. 55

Selain dikatakan sebagai usia yang sulit, anak usia dini oleh orang

tua juga dianggap sebagai usia bermain karena pada masa-masa ini anak-

anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan puncaknya ada

tahun-tahun tersebut. 56

Usia dini juga disebut sebagai usia menjelajah atau usia bertanya.

Sebutan ini dikenakan pada mereka dalam tahap ingin tahu keadaan

lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya serta

bagaimana supaya anak dapat menjadi bagian dari lingkungannya.57

Dalam hal ini tentunya anak usia dini mengalami aspek-aspek

perkembangan, yaitu :58

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi

kemajuan perkembangan berikutnya. Ketika fisik berkembang dengan

baik memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan

keterampila fisiknya, dan eksplorasi lingkungannyadengan tanpa

bantuan dari orang lain. Perkembangan fisik anak ditandai juga

54

Riana Mashar. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Perkembangannya. (Jakarta

: Kencana, tahun 2011).hal.7 55Ibid.,hal.8 56

Ibid., hal. 8 57

Ibid.

Ahmad Susanto. Perkembangan Anak usia Dini.(Jakarta : Prenada Media Group,

yahun 2011). hal. 33 58

Ibid.

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

35

dengna berkembangnya perkembangan motorik, baik motorik halus

maupun motorik kasar.

Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia

tiga tahun, rata-rata tinggi anak sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar

10-1 kg. Adapun pada usia lia tahun tinggi anak mencapai 100-110

cm pertumbuhan otak pada usia ini sudah mencapai 75% dari orang

dewasa, sedangkan umur pada umur enam tahun mecapai 90%.

Perkembangan fisik anak tidak lepas dari asupanmakanan

yang bergizi, sehingga setiap tahapan perkembangan fisik anak tidak

terganggu dan berjalan sesuai denga umur yang ada.

2. Perkembangan Intelegensi

Intelegensi bukanlah suatu yangbersiat kebendaan, melainkan

suatu fiksi ilmiah untuk medeskripsikan perilaku individu yang

berkaitan dengan kemapuan intelektual. Dalam mengartikan

intelegensi (kecerdasan) ini para ahli mempunyai pengertian yang

beragam.

Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara

kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai

studi pengukuran dengan menggunakan tes intelegensi sebagai alat

ukurnya yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok

subjek dari dan sampai ke tingkat usia tertentu secara test-retest, yang

alat ukurnya disusun secara skuensial (Standfort Revision Benet

Test).

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

36

Tabel 3.1

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK

Usia Kemampuan Motorik Kasar Kemampuan

Motorik Halus

Usia 3-4

tahun

1. Naik dan turun tangga.

2. Meloncat dengan dua kaki

3. Melepar bola

1. Menggunakan

krayon

2. Menggunakan

benda/ alat

3. Meniru bentuk

(meniru gerakan orang

lain)

Usia 4-6

tahun

1.Melompat

2. Mengendarai sepeda anak

3. Bermain olahraga

4. Menagkap bola

1.Menggunakan pensil

2. Menggambar

3. Memotong dengna

gunting

4. Menulis huruf cetak

Dengan menggunakan hasil tes intelegensi sebagai alat ukurnya

yang mencakup general (Information and Verbal Analogies, Jones and

Conrad) , telah megembangkan kurva perkembnagan intelegensi, yang

dapat ditafsirkan antara lain :

a. Laju perkembangan intelegnsi pada masa anak-anak berlangsung

sangat pesat.

b. Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut

jeni-jenis kecakapan khusus tertentu.

Bloom menjelaskan berdasarkan hail studi longitudinal bahwa

dengan berpatokan kepada hasil tes IQ dari masa-masa sebelumnya

ditempuh oleh sujek yang sama, kita akan dapat melihat perkembangan

persentase taraf kematangan dan kemampuannya sebagai berikut:

a. Usia 1 tahun berkembang ampai sekitar 20%- nya

b. Usia 4 tahun sekitar 50%-nya

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

37

c. Usia 8 tahun sektar 80%-nya

d. Usia 13 tahun sekitar 92%-nya

Hasil studi Bloom ini tampaknya juga menjelaskan bahwa laju

perkembangan IQ itu bersifat proporsional. Dalam dunia pendidikan

dan pengajaran masalah intelegensi merupakan salah satu masalah

pokok, karenanya tidak mengeherankan kalau masalah ini banayak

dikupas para ahli baik secara khusus maupun secara sambil lalu dalam

pertautan dengan pembahasan yang lain. Tentang peran intelegensi

dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya,

sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya

seseorang dalam belajar, sedang pada sisi lain ada juga yang

menggaggap bahwa intelegensi tidak lebih memengaruhi soal tersebut.

Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa intelegensi

merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil

atau gagalnya belajar seseorang, terlebih-lebih pada waktu anak masih

sangat muda. Intelegensi sangat besar pengaruhnya.

3. Perkembangan Bahasa

Bahasa yang dimiliki oleh anak-anak adalah bahas yang telah

dimiliki dari hasil pengolahan dan telah berkembang. Anak telah

banyak memperoleh masukan dan pengetahuan tentang bahasa ini dari

lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, juga lingkungan

pergaulan teman sebaya, yang berkembang di dalam keluarga atau

bahasa ibu.

Selain itu perkembangan bahasa anak juga diperkaya dan

dilengkapi oleh lingkungan masyarakatdi mana mereka tinggal. Hal

ini, berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan

dan pergaulan dengna masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus

dalam perilaku bahasa.

Pada umunya setiao anak memiliki dua tipe perkembangan

bahasa pada anak, yaitu egocentric speech dan socialized speech.

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

38

egocentric speech , yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri

(monolog). Adapun socialized speech, yaitu bahasa yang berangsung

ketika terjadi kontak antara anak dan temannya atau dengan

lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam kima bentuk :

a. Adapted information (penyesuaian informasi)

b. Critism (kritik) , menyangkut penilaian anak terhadap ucapan

atau tingkah laku orang lain

c. Command (perintah), request (permintaan), dan threat(ancaman)

d. Questions ( pertanyaan)

e. Answer (jawaban)

Adapun dilihat dari sisi kemampuan berbicara ada tiga faktor yang

paling dominan yang memengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu faktor

biologis, faktor kognitif, dan faktor lingkungan.

4. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematanga dalam

hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhadap nirma-norma kelompok, moral dan tradisi,

meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan

bekerja sama.

Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum

memiliki kemampuan untuk bergaul dengna orang lain. Untuk

mencapai kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-cara

penyesuaian diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak

melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-

orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau

orang dewasa lainnya.

Perkemabangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses

perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai

aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat

serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaiman

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

39

mnerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Proses

bimbingan orang tua lazim disebut sosialisasi.

5. Perkembangan Moral

Moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat

istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai, atau tata cara kehidupan. Adapun

moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan

peraturan, nilai-nilai, dan prinsip moral. Nilai-nilai moral inisperti

seruan untuk berbuat baik kepada oragn lain, memelihara ketertiban,

kemanan, memelihara kebersihan dan memelihara hal orang lain,

larangan berjudi, mencuri, berzina, membunuh, dan meminum

minuman keras (Khamar). Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila

tingkah laku orang ini sesuai dengna nilai-nilai moral yang berlaku

yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.

E. Perkembangan Keagamaan Anak Usia Dini

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah

ada di setiap manusia sejak dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk

mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminology Islam dorongan ini

dikenal dengan hidayat al-diniyat, berupa benih-benih keagamaan yang

dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini

manusia pada hakekatnya adalah makhluk beragama.59

Keberagamaan merupakan faktor bawaan manusia apakah nantinya

setelah dewasa seseorang akan menjadi sosok penganut agama yang taat,

sepenuhnya tergantung dari pembinaan nilai-nilai agama oleh kedua orang

tuanya. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi anak-anak, sedangkan

lembaga pendidikan sebagai pelanjut dari pendidikan rumah tangga.

Dalam kaitan dengan kepentingan ini pula terlihat peran strategis dan

peran sentral keluarga dalam meletakan dasar-dasar keberagamaan

59

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), Edisi

Revisi, h. 272.

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

40

Saat anak meninjak usia 7 tahun, secara fisik mereka dibiasakan

mengerjakan sholat (pembiasaan), kemudian setelah mencapai 10 tahun,

perintah untuk melaksankan shalat secara rutin dan tepat waktu

diperketat(disiplin). Pada jenjang usia ini anak-anak juga diperkenalkan

kepada nilai-nilai ajarannya, diajarkan membaca al-qur‟an, sunah rasul,

maupun cerita-cerita yang bernilai pendidikan.60

Menurut Zakiah Darajat memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada

anak-anak pada umur ini hendaknya memilih sifat-sifat Allah yang

menyenangkan baginya, seperti Allah maha pengasih, penyayang,

penolong, pelindung dan sebagainya. Sifat-sifat Allah yang menakutkan

seperti menghukum, mengazab memasukan ke neraka dan sebagainya,

janganlah diperkenalkan pada anak usia sekolah dasar. Karena sifat-sifat

yang menimbulkan rasa takut kepada Allah dapat menyebabkan anak-anak

menjauhi dan menakuti-Nya, selanjutnya anak tidak berani mendekatkan

diri kepada Allah SWT.61

Untuk itu pendidikan keagamaan pada masa ini dilakukan dengan

penuh kesabaraan, dan jangan sekali kali memaksakan kehendak kepada

anak.Cara yang paling tepat adalah pambinaan, latihan, serta suriteladan

dari orang tua. Oleh karena itu sejak dini tel8ah diupayakan terbentuknya

kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga fitrah untuk mengenal Allah

serta pengabdian kepadanya akan senantiasa kokoh hingga anak tumbuh

dewasa

Dengan pembiasaan sikap keberagamaan ini sedikit demi sedikit

anak terbentuk dalam dirinya pribadi yang religius sehinggaakan tercermin

dalam akhlaknya itu akhlak mahmudah, karena dalam lingkungan keluarga

yang didapatkannya serta pendidikan yang diterima dari ayah ibunya telah

ditanamkan sikap keberagamaan yang membentuk akhlak sejak dini.

F. Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Akhlak pada Anak Usia

Dini

60

Ibid.,h.70 61

Ibid.,hal.71

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

41

Menurut kamus bahasa Indonesia, menanamkan adalah menanam

sesuatu atau menaburkan paham ajaran, memasukkan, mebangkitkan atau

memelihara (Perasaan, Cinta, Kasih Semangat dan Sebagainya)62

Pendidikan seorang anak dimulai sejak ia dilahirkan. Orang tua dan

keluarganyalah pendidik utama dan pertama anak tersebut karena

merekalah orang-orang yang berada dekat dengannya. Setiap tingkah laku,

dan juga perkataan adalah memori-memori yang akan diterima olehnya.

Terkadang orang tua sering mengabaikan proses mendidik di masa

kanak-kanak. Tak jarang orang tua lupa atau bahkan tidak peduli tentang

peran mereka sebagai orang tua. Sehingga pendidikan yang didapatkan

seorang anak dalam keluarganya bukan berupa hal hal positif, seperti

bahasa-bahasa kasar yang terkadang dikeluarkan oleh ayah atau bundanya

saat sedang marah, atau bahkan tontonan televisi yang dibiarkan memilih

apa saja yang anak suka untuk ditonton karena kurangnya pengawasan

orang tua. Hal ini sungguh sangat miris sekali.

Pada umumnya akhlak seseorang ditentukan dari pendidikan,

pengalaman , dan latihan-latihan yang telah dilaluinya sejak kecil. Anak

yang terbiasa mendapatkan pendidikan agama dari orang tuanya tentunya

akan terbentuk akhlak yang baik ketika ia akan memasuki usia dewasa.

Beda halnya dengan seseorang yang sejak kecilnya tidak pernah dikenalkan

dengan agama oleh orang tuanya. Anak tersebut ketika memasuki usia

dewasa akan menganggap remeh sebuah agama dan tidak mempunyai

pegangan dalam menjalani hidupnya.

Ibnu Jazzar AlQairawani menjelaskan tentang perbaikan anak sejak

dini, “Sesungguhnya masa kanak-kanak adalah masa terbaik bagi

pendidikan. Apabila kita dapati sebagian anak mudah dibina dan sebagian

lagi sulit dibina, sebagian giat belajar, dan sebagian lagi sulit untuk belajar,

sebagian malas untuk belajar dan sebagian lagi belajar untuk maju dan

sebagian lagi belajar hanya untuk meghindari hukuman.

62

Team Pustaka Poenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. (Jakarta :

Pustaka Poenix, 2007), h. 329

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

42

Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas

bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut terutama timbul

karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan oara pendidik.

Semakin dewasa usia anak,semakin sulit pula baginya untuk meninggalkan

kebiasaan buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari sifat

buruknya namun tidak mampu mengubahnya. Karena sifat buruk itu sudah

menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Maka berbahagialah para

orang tua yang selalu memeperigati dan mencegah anaknya dari sifat-sifat

buruk sejak dini. Karena dengan demikian, mereka telah menyiapkan dasar

yang kuatbagi kehidupan anak di masa mendatang.” 63

Dalam hal ini juga dibutuhkan ketegasan orang tua untuk

memperingati anaknya agar ketika ia mempunyai sifat buruk dalam dirinya

segera ia perbaiki. Tentunya memang tidaklah mudah, namun sebagai

pendidik utama orang tua harus melaksanakan tugas tersebut agar kelak

anak mereka nanti memiliki akhlak yang baik di masa depan.

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “adab adalah melakukan

sesuatu yang terpuji, baik perkataan maupun perbuatan. Disebutkan

juga dengan ungkapan : berakhlak mulia. Pendapat lain

mengatakan bahwa artinya adalah mengerjakan segala sesuatu

yang dianggap baik. Pendapat lain mengatakan bahwa artinya

adalah menghormati orang yang di atasmu dan lembut kepada

orang di bawahmu. 64

Pendapat lain mengatakan diambil dari lafal ( المادبة) yang artinya

adalah undangan makan. Dinamakan demikian karena merupakan

panggilan dan anjuran. Al-Junaid ra ditanya tentang adab. Dia menjawab,

“Maksudnya adalah memperlakukan orang lain dengan baik.” Pentinngnya

adab terlihat pada hubungan interaksi dan perlakuan kepada orang lain

63

Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah,(Bandung

: Penerbit al-Bayan.1997) h. 319 64

DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Cara Nabi Mendidik Anak.

(Yogyakarta:Pro U Media,2010), h.347

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

43

sampai pada penampilan yang merefleksikan kepribadian seorang anak

maupun orang dewasa.65

Oleh karena itu, kemampuan anak dalam menjalankan adab

merupakan prioritas utama dalam pendidikan akhlak. Hal ini sebagimana

dikatakan oleh penyair Saleh bin Abdul Quddus.

Orang yang engkau ajari adab di masa kanak-kanaknya

Laksana ranting kecil yang dutanam dan di siram air

Sampai engkau melihatnya berdaun nan segar

Setelah engkau mellihatnya kering meranggas

Orangtuanya tidak akan meninggalkan akhlaknya

Sampai terkubur di tanah makamnya

Setelah mengerti , dia kembali menjadi bodoh 66

Demikian juga penyakit yang kembali menyerang

Pentingnya adab dan penanamannya dalam diri anak terlihat sangat

jelas ketika melihat rasulullah saw. memberikan perhatia terbesar pada

adab dalam membentuk akhlak sang anak. Sampai-sampai beliau

menanamkannya dalam diri anak dan mebiasakannya dengan adab tersebut

agar menjadi salah satu tabiat dan sifat dasarnya. Dan disebutkan bahwa

penanaman sikap ini lebih baik dibaningkan bersedakah, kendati sedekah

begitu penting dalam Islam.

Diriwayatkan oleh Attarmidzi dari Jabir bin Samurah ra.

Rasulullah saw. bersabda : “ seorang bapak menghukum anaknya lebih

baik bagi si anak daripada memberinya sedekah satu sha‟‟67

Rasulullah saw. menjelaskan kepada kedua orangtua bahwa hadiah

dan warisan terbaik untuk anak adalah adab. Diriwayatkan oleh attarmidzi

dari Sa‟id bin Ash ra :

Bahwasanya rasulullah saw bersabda: “ tidaklah seorang bapak

memberikan pemberian kepada anaknya sesuatu yang lebih baik

dibandingkan adab terpuji.” 68

65

Ibid. 66

Ibid. h.348 67Ibid. 68

Ibid.

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

44

Oleh karena itu, Ali bin Madini ra mengatakan, “Mewariskan adab

kepada anak-anak lebih baik daripada mewariskan harta. Kedudukan dan

cinta dari para sejawat, serta menggabungkan antara kebaikan dunia dan

kebaikan akhirat.”69

Sebagian orang melalaikan tentang pentingnya adab dan

menganggapnya remeh serta boleh dilupakan. Mereka tidak tahu bahwa

dirinya sedang memeprsiapkan anaknya untuk berbuat durhaka. orang

yang patut dikasihani ini tidak mengerti bahwa menanamkan adab adalah

hak anak yang wajib dipenuh oleh orangtuanya, persis seperti kewajiban

memberi makan dan minum.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitaian yang dilakukan oleh Syamsul Fuad dengan nomor

induk mahasiswa 103011026657 Progran Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun2011 dengan judul Peran Orang Tua dalam Menanamkan Sikap

Keberagamaan Anak (Studi Kasus di Rt 01/03 Meruyung Kecamatan Limo Kota

Depok) menghasilkan penelitian bahwa masih lemahnya peranan orang tua dalam

menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar. Adapun faktor yang

mempengaruhi sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar adalah karena kurang

pemahaman bahwa pentingnya penanaman sikap keberagamaan pada anak sejak

usia dini.

69

Ibid.

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2018 di

TK Bakti Nusa Indah yang beralamat di Jl. Abdul Ghani No 44 Cempaka

Putih – Ciputat Timur Kota Tangerang Selatann – Banten 14119.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara berpikir dan berbuat yang

dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan mencapai

tujuan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu.70

Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati,

dan melihat pola asuh orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak sejak

usia dini. Di TK Bakti Nusa Indah, Ciputat Timur Tangerang Selatan.

Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian

kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh

penafsiran dan pemahaman yang mendalam mengenai makna,

kenyataan,dan fakta yang relevan.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara

sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.71

Jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif

deskriptif analisis. Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yag

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metode penelitian lapangan (field research) yaitu

70

Sugiyono, Metode Penelitin Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R

& D ( Bandung : Alfabeta, 2008), hal.3 71

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2007), hal.47

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

46

penulis ,mengadakan observasi langsung untuk mengetahui dan

mengumpulkan data-data yang diperlukan di lapangan yang berkaitan

dengan penelitian. Penulis menghimpun informasi, data, dan fakta dari

objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari relita yang tengah

terjadi di lapangan agar lebih objektif dan akurat. Tentang pola asuh orang

tua dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini di TK Bakti Nusa

Indah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

C. Responden Penelitian

Responden pada penelitian ini adalah para wali murid Tk Bakti Nusa

Indah,berjumlah 22 orang yang terdiri dari para ibu, karena melihat kondisi

lapangan, yang terlibat langsung saat mengantar, menunggu, hingga

menjemput anak-anak adalah para ibu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas ,

penulis melakukan penelitian dengan cara berikut :

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung. Metode observasi yang akan digunakan adalah

langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa

ada pertolongan alat standar lain manusia kepentingan tersebut.72

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengamatan

langsung. Pengamatan langsung adalah pengamatan tanpa menggunakan

peralatan khusus dengan mengamati seluruh unsur-unsur yang menjadi

topik dalam penelitian, sebagai penguat dalam memberikan data/informasi

yang berkenaan dengan penelitian. Peneliti mengamati langsung objek

sasaran yang menjadi sasaran penelitian.

72

Pedoman Penulisan Skripsi FITK, (Jakarta:Tanpa Penerbit), hal. 66

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

47

Table 3.1

Kisi-Kisi Observasi

No. Variable Indikator

1. Pola Asuh Orang Tua -Aktivitas orang tua saat

mengantar anak ke sekolah.

- Aktivitas orang tua selama

menunggu anak hingga pulang

sekolah

2. Pola Asuh Orang Tua -Aktivitas ketika berada di dalam

kelas

-Bersosialisasi dengan teman dan

lingkungan sekolah

-Aktivitas ketika jam istirahat dan

bermain di sekolah

3. Aktifitas Penanaman Akhlak -Pola Asuh yang diterapkan

orang tua

-Penanaman akhlak yang

dilakukan oleh Orang tua

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

48

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode yang dipergunakan penulis untuk

mengumpulkan data dengan Tanya jawab secara langsung kepada

responden, di mana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dengan

seseorang sasaran penelitian (responden). Adapun bentuk pertanyaan tidak

terstruktur, artinya penggunaan pertanyaan dalam wawancara lebih

pedoman wawancara lebih bebas, pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu,

tetapi disesuaikan dengan keadaan ciri yang unik dari informan, mengalir

seperti percakapan sehari-hari.

Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur disusun bukan berupa

daftar pertanyaan, akantetapi hanya berupa poin-poin pokok yang akan

ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat wawancara

berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung

secara alami dan mendalam.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Wawancara

Variable Indikator Responden

Pola Asuh Orang

Tua

- Pandangan orang tua

tentang pola asuh

- Latar belakang sosiologis

orang tua

- Rutinitas orang tua dengan

anak

- Hubungan orang tua dan

anak

- Wali murid

Penanaman Akhlak - Pandangan Orang tua

tentang akhlak

- Wali murid

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

49

- pandangan orang tua

mengenai Urgensi peran

orangtua untuk menanamkan

akhlak pada anak

- Upaya yang dilakukan

oleh orang tua dalam

menanamkan akhlak pada

anak sejak usia dini

3. Angket

Angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai

kesamaan dengan teknik wawancara, karena keduanya diberikan dalam

bentuk pertanyaan. Bedanya kalau wawancara dilaksanakan secara lisan

sedangkan angket secara tertulis.

Angket adalah pertanyaan yang disusun berdasarkan teori yang telah

dibangun kemudian diberikan kepada responden yang telah ditentukan guna

mendapatkan informasi mengenai masalah yang diteliti. Angket diberikan

kepada orang tua yang memiliki anak usia dini (0-6 tahun) yang menjadi

sampel dengan 20 item pertanyaan. Adapun butir-butir pertanyaan di dalam

angket adalah meliputi : upaya orang tua dalam menerapkan pola asuh

(demokratis, permisif, otoriter) , upaya orang tua dalam menanamkan

akhlak pada anak sejak dini.

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

50

Tabel. 3.3

Kisi- Kisi Instrumen Angket

Pola Asuh Orang Tua

No. Dimensi Indikator Jumlah

Soal No. Item Soal

1 Pola Asuh

Demokratis

Memberi

kebebasan

Memberi

bimbingan

Komunikatif

1

3

3

1

2,3,4,5

6,7,8

2 Pola Asuh Permisif Pengawasan

yang sangat

longgar

Tidak Peduli

(Acuh tak acuh)

3

3

9,10,11

12,13.14

3 Pola Asuh Otoriter Memaksa

Memerintah

Menghukum

3

1

2

15,16,17

18

19,20

4. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan oleh penulis selanjutnya

adalah mengolah data, sehingga data dapat dianalisis dan diambil

kesimpulannya. Tujuan pengeolah data adalah menyiapkan data agar mudah

ditangani dalam analisinya.

Dalam proses analisis data terhadap komponen-komponen utama, harus

benar-benar dipahami secara mendalam. Komponen tersebut adalah

pengumpulan data, reduksi data, kajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Untuk menganalisis berbagai data yag sudah ada, digunakan

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

51

metode deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk menggambarkan data

yang sudah diperoleh melalui proses analitis yang mendalam dan selanjutnya

diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif.

Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta

empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di

lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan

dengan cara proses pengumpulan data.

Menurut Miles dan Humbeman tahapan analisis data adalah sebagai

berikut

a. Pengumpulan data

Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara.

b. Reduksi dan Analisis Data

Pengolahan data selanjutnya dengan mereduksi, merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, di cari

tema dan polanya sehingga memerlukan kecerdasan, keluasaan dan

kedalaman wawasan yang tinggi. Data direduksi akan mempermudah

penulis manusia melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan, reduksi data digunakan dengan alat

elektronik, dengan memberikan kode pada aspek tertentu.73

Reduksi dilakukan untuk memilah dan memilih mana data yang

digunakan sebagai rujukan dalam melakukan intrepetasi terhadap data

yang diperoleh dari lapangan, dalam hal ini tidak semua data yang

didapatkan dari informan akan digunakan secara menyeluruh tapi memilih

dibagian mana focus data yang sesuai dengan kisi-kisi wawancara yang

dijelaskan sebelumya.

c. Penyajian Data

Penyajian data dalam bentuk uraian singkat, teks yang bersifat

naratif, bagan hubungan anatar kategori, flowchart, grafik, matriks,

73

Sulistyaningsih,“Metodologi Penelitian -Kualitatif dan Kuantitafit”,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012), hal. 162

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

52

networks dan sejenisnya. Penyajian data bersifat kompleks dan dinamis,

sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah

berlangsung agak lama dilapangan akan mengalami perekambangna

data.74

Pada bagian ini, penulis akan melakukan proses penyajian terhadap

data yang diambil dari lapangan terkiat dengan pola asuh orang tua dalam

menumbuhkan akhlak pada anak usia dini. Penyajian tersebut dapat

menghasilkan satu narasi yang utuh dalam menjelaskan fenomena yang

terdapat pada lapangan. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan

menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan

megolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis

secara deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui pola asuh yang digunakan

oleh orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak usia dini (0-6 tahun ),

dilakukan dengan skala likert yaitu untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi, responden terhadap suatu objek.

Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner ,

dimana hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam table dianalisis

berdasarkan dimensi pola asuh orang tua (otoriter, permisif, demokratis).

Adapun data yang diperoleh melalui engket, penulis akan mengalisa

dna mengola data statistik frekuensi, yaitu memeriksa jawaban-jawaban

dari para orang tua, lalu dijumlahkan, dklasifikasikan dan ditabulasikan,

data yang didapat dari sebuah item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang

di dalamnya langsung dibuat frekuensi dengan menggunakan rumus.75

74

Sulistyaningsih, hal. 163 75

Anas sujiono,Pengatar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2006),Cet.21 hal.43

P =

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

53

Keterangan:

P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban

F = Frekuensi jawaban responden

N = Jumlah Responden

100% = Bilangan Tetap

Adapun ketentuan skala prosentasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Penafsiran Prosentase

NO Prosentase Penafsiran

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

100%

90-99%

60-89%

51-59%

50%

40-49%

10-39%

1-9%

0%

Seluruhnya

Hampir seluruhnya

Sebagian besar

Lebih dari setengah

Setengahnya

Hampir setengahnya

Sebagian kecil

Sedikit sekali

Tidak sama sekali

d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan awal yang telah ditemukan masih bersifat sementara, dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat manusia

mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi kesimplan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung bukti bukti yang valid dan

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

54

konsisten saat ke lapangan mengumpulkan data, maka kesmpulan yang

dikemukakan adalah kesmpulan yang kreadibel.76

E. Pemeriksaan dan Pengecekkan Keabsahan Data

Di dalam pemerikasaan atau pengecekkan keabsahan data dapat dilakukan

dengan jenis pengujian, yaitu :

1. Creadibility dan Transferability

Pada penelitian ini, peneliti akan mevalidasi dengan mengkonfrimasi

kembali antara teori pola asuh yang dikemukakan oleh para ahli dalam

penjelasan bab 2, dengan fakta yang terdapat di lapangan terkait bagaimana

pola asuh orang tua dalam mananmkan akhlak anak di TK Bakti Nusa

Indah, sehingga dapat menghasilakan intrepertasi dari konsep yang sesuai

dengan keadaan.

2. Dependability / Auditability

Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas dipengaruhi oleh: a) status dan

kedudukan peneliti di kalangan anggota kelompok yang diselidikidan

hubungan pribadinya dengan partisipan, b) pilihan informan, c) situasi dan

kondisi sosial yang mempengaruhi informasi yang diberikan, d) definisi

konsep, e) metode pengumpulan dan analisis data pengumpulan.

Usaha yang dilakukan manusia mempertinggi reliabilitas internal

adalah: a) uraian deskriptif yang konkrit, b) membentuk tim peneliti c)

menggunakan partisipan lokal sebagai asisten peneliti, d) meminta

pertimbangan ahli lain, e) pencacatan data atau infoemasi dengan alat

mekanis.

Reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan sebagai upaya untuk

mempertajam uraian deskriptif yang konkrit, yaitu pengungkapan data

wawancara dan dokumen dengan konfirmasi berulang-ulang terhadap

responden, dalam hal ini bagaimana hasil waawncara yang dilakukan terkait

76

Sulistyaningsih, hal. 164

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

55

pola asuh orang tua yang dituangkan dalam bentuk deskriptif yang

selanjutnya di konfirmasi secara berulang-ulang, selanjutnya meminta

pendapat dan pertimbangan peneliti lain yang menggunakan pendekatan

kualitatif, dan pencatatan data atau informasi dengan alat mekanis

menggunakan komputer.77

3. Confirmability

Data yang ditemukan dari hasil observasi, dan wawancara ke beberapa

informan dan narasumber, kemudian dianalisis secara cermat dan teliti,

disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan

pengalaman, kerangka pikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka dan

kecendrungan-kecendrungan tertentu. Confirmability atau objektivitas dalam

penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat,

didengar, ditangkap, dan dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia,

tidak dibuat-buat atau direka-reka. 78

Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti

akan menggunakan beberapa kriteria keabsahan data dengan menggunakan

teknik pemeriksaan sebagaimana telah disebut di atas untuk dapat

membuktikan keabsahan data. Yaitu dengan kehadiran peneliti itu sendiri

sebagai instrumen, mencari tema atau penjelasan berdasarkan pengamatan.

77

Pedoman Penulisan Skripsi FITK, hal. 75 78

Pedoman Penulisan Skripsi FITK, hal. 76

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di TK Bakti Nusa Indah.TK ini terletak di Jl. H.

Abdul Gani No. 44 Kelurahan Cempaka Putih Kec. Ciputat Timur Kota

Tangerang Selatan Banten. TK ini berdiri sejak tahun 1991, yang didirikan

oleh H. Saih. Sejak berdiri TK ini tergabung dalam di Yayasan Ruhul Amin

yang sudah terlebih dahulu mendirikan dengan SDI Ruhul Amin di tahun

1988. Hingga saat ini TK Bakti Nusa Indah telah meluluskan sebanyak 486

siswa.

Sejak berdiri TK Bakti Nusa Indah telah memiliki banyak prestasi di

antaranya adalah juara 1 nyanyi bersama, Juara 1 tarian daerah, Juara 2 bola

keranjang,Juara 3 mewarnai ,Juara 1 lomba busana daersh, Juara 2 praktek

solat, juara 2 tari kreasi guru, dalam lomba-lomba tahunan antara TK se-

Tangerang Selatan di Pantai Ancol, dan berbagai presatasi lainnya.

B. Identitas Responden

Peserta didik di TK Bakti Nusa Indah ini berjumlah 22 orang siswa.

Dengan keterangan, kelas A berjumlah 10 orang, kelas B berjumlah 12 orang.

Adapun pada penelitian ini, yang menjadi pelaku observasi berjumlah wali

murid yang menjadi orang tua dari anak yang berusia 4 sampai dengan 6

tahun di TK Bakti Nusa Indah. Berikut data respnden yang diperoleh peneliti

di lapangan, antara lain:

1. Responden

Seluruh responden berjumlah 16 orang yang terdiri dari ibu-ibu.

Yaitu para ibu dari siswa TK Bakti Nusa Indah. Hal ini sesuai dengan yang

peneliti lihat di lapangan, aktifitas mengantar, menunggu dan menjemput

anak di lakukan oleh ibu.

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

57

2. Usia

Usia responden 25-30 sebanyak 2 orang, 31-35 sebanyak 12 orang

dan 35-40 sebanyak 2 orang.

Grafik 4.1

25-31 tahun12%

31-35 tahun75%

36-40 tahun13%

Usia Orang Tua Siswa TK Bakti Nusa Indah

3. Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir responden mayoritas Sekolah Menengah Atas

(SMA) yaitu sebanyak 7 Orang, lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3

orang. Lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 3 orang,

lulusan Diploma (D3) sebanyak 1 orang, lulusan Sarjana sebanyak 2

orang.

Grafik 4.2

Sekolah Dasar19%

Sekolah Menengah Pertama

19%

Sekolah menengah

Atas

44%

Diploma 36%

Sarjana (S1)12%

Pendidikan Orang Tua TK Bakti Nusa Indah

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

58

4. Pekerjaan

Mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yaitu

sebanyak 10 orang, sisanya bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 6

orang. Dari data yang ada setelah diolah, hanya 16 yang dapat

memberikan respon terhadap penelitian ini.

C. Deskripsi Data

Beberapa kategori pola asuh orang tua sesuai dengan hasil angket

yang peneliti berikan adalah sebagai berikut :

1. Pola Asuh Demokratis

Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk dapat memberikan

yang terbaik bagi anak mereka. Pola asuh termasuk bagian terpenting

yang harus dilakukan orang tua. Pola asuh yang tepat akan memberikan

dampak yang sangat baik bagi anak. Peneliti mengamati diantara

beberapa tipe pola asuh sebagian besar orang tua dari siswa-siswa di

TK Bakti Nusa Indah menerapkan pola asuh demokratis. Pola asuh

demokratis adalah :

“Pola Asuh demokratis Kedudukan antara orang tua dan anak

sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan

mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan

yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak

tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak

dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih

untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya.”79

Teori yang dikemukakan di atas memberikan penjelasan bahwa

pola asuh demokratis terdiri dari beberapa indikator yaitu :

a. Kedudukan orang tua dan anak adalah sejajar

b. Kebebasan yang bertanggung jawab

c. Orang tua tidak berbuat semena-mena

79

Agoes Dariyo, Psi,Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia Indonesi,2004)

hal.97

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

59

d. Anak diberi kepercayaan dan tanggung jawab

Dari hasil angket yang disebar mengenai tipe demokratis,

berikut adalah tabel respon bagaimana orang tua terhadap pola asuh

demokratis :

Tabel 4.1

Memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 2 12,5 %

2 Setuju 13 81,25%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 1 6,25%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa hampir seluruh orang

tua yang dijadikan responden menjawab setuju untuk memberikan

kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.

Hasil perhitungannya yaitu 12,5% menjawab sangat setuju, 81,25%

menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, dan 6,25% menjawab sangat

tidak setuju.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa

orang tua siswa, bahwa mereka memberikan anak kebebasan berekspresi

dan bertindak, agar anak bisa tumbuh berkembang dengan penuh percaya

diri. Namun hal ini tetap disertai dengan pengawasan orang tua agar ketika

terjadi suatu kesalahan, orang tua memberikan arahan dengan komunikasi

yang baik.

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

60

Tabel 4.2

Mencukupi semua kebutuhan anak

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 10 62,5 %

2 Setuju 6 37,5%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Pada tabel di 4.2 diatas, menyajikan data yang menunjukkan

bahwa hampir seluruh orang tua wali murid sangat setuju untuk

mencukupi kebutuhan anak, terlebih pada anak mereka yang masih dalam

kategori usia dini. Seperti menyiapkan pakaian, makan, bekal, mainan, dan

sebagainya. Hal ini berdasarkan hasil yaitu 62,5% menjawab sangat setuju

, 37,5% menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, dan 0% menjawab

sangat tidak setuju.

Peneliti juga mewawancarai orang tua, dan menyatakan bahwa

sudah menjadi sebuah kewajiban untuk orang tua menyiapkan segala hal

yang dibutuhkan oleh anak.

Tabel 4.3

Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 9 56,25 %

2 Setuju 7 43,75%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

61

Hasil tabel 4.3 di atas, mengemukakan penjelasan bahwa sebagian

besar para wali murid yang menjadi responden sangat setuju untuk orang

tua memberi bimbingan penuh pengertian terhadap anak-anaknya. Hal ini

sesuai dengan hasil perhitungan, yaitu 56,25% menjawab sangat setuju,

43,75% menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, dan 0% menjawab

sangat tidak setuju.

Hal tersebut sesuai dengan yang peneliti amati saat jam istirahat

tiba bahwa beberapa orang tua memberi nasihat dan arahan kepada anak

dengan penuh kasih sayang, ketika terjadi sesuatu di dalam kelas, orang

tua memberikan penjelasan yang menenangkan dan nasihat agar anak

memahami dengan mudah.

Tabel 4.4

Memperhatikan dan memilih teman yang baik untuk anak

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 10 62,5 %

2 Setuju 5 31,25%

3 Tidak Setuju 1 6,25%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan dari tabel 4.4 menunnjukkan bahwa sebagian besar

orang tua memperhatikan dan memilih teman yang baik untuk anak. Hal

ini berdasarkan hasil perhitungan, yang menjawab 62,5% menjawab

sangat setuju, 31,25% menjawab setuju, 6,25% menjawab tidak setuju dan

0% menjawab sangat tidak setuju. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

oleh orang tua dari ananda Reza,

“Saya membebaskan anak saya berteman dengan siapapun, namun

tetap masih dalam pantauan saya, misalkan ia bermain dengan temannya di

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

62

rumah saya memantau dari jauh, sekiranya temannya Kiran itu tidak baik

dari segi sikap dan perkataannya, saya akan mengingatkan Kiran untuk

tidak meniru temannya, dan mencoba untuk berteman dengan yang lain.

Karena menurut saya dengan berteman sangat berpengaruh pada diri

Kiran.”80

Tabel 4.5

Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 14 87,5 %

2 Setuju 2 12,5%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menggambarkan bahwa hampir seluruh orang tua

sangat setuju untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak.karena

itulah yang menjadi hak anak dan kewajiban sebagai orang tua. Hal ini

berdasarkan dengan perhitungan, 87,5% menjawab sangat setuju, 12,5%

menjawab setuju, dan 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Tabel 4.6

Dapat menciptakan suasana komunikatif dalam keluarga

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 10 12,5 %

2 Setuju 6 81,25%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

80

Wawancara dengan ibunda dari Kiran, 18 September 2018, TK Bakti Nusa

Indah

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

63

Sesuai dengan hasil pada tabel 4.6 di atas dapat menjelaskan bahwa

seluruh orang tua setuju bahwa orang tua harus menciptakan suasana komunikatif

dalam keluarga, agar terjalin suasana yang nyaman. Hal ini berdasarkan hasil

perhitungan bahwa yang menjawab sangat setuju 12,5%,menjawab 81,25%

menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, 0% menjawab sangat tidak setuju.

Berdasarkan yang peneliti amati di lapangan, orang tua berusaha untuk

memberikan pengertian kepada anak, bahwa ada beberapa jajanan yang boleh di

beli dan tidak, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak

sehingga anak memahami apa yang boleh dan tidak.

Tabel 4.7

Berlaku adil kepada anak

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 14 87,5 %

2 Setuju 2 12,5%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Pada tabel 4.7 di atas,menjelaskan bahwa seluruh orang tua setuju untuk

berlaku adil kepada anak. Tidak membeda-bedakan, kakak ataupun adik. Hal ini

berdasarkan hasil perhitungan yaitu yang menjawab sangat setuju 87,5%,

menjawab setuju 12,5%, menjawab tidak setuju, dan sangat tidak setuju 0%.

Dari hasil wawancara, orang tua juga mengatakan bahwa berlaku adil

adalah hal yang penting harus diterapkan dalam keluarga agar anak mendapatkan

perhatian, kasih sayang, dan juga perlakuan yang adil agar tidak menimbulkan

rasa iri antara kakak dan adik.

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

64

Tabel 4.8

Meluangkan waktu dengan mengajak anak ke tempat rekreasi

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 6 37,5 %

2 Setuju 9 56,25%

3 Tidak Setuju 1 6,25%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Penjelasan dari tabel 4.8 di atas, adalah hampir seluruh orang tua setuju

untuk meluangkan waktu dengan mengajak ke tempat rekreasi. Hal ini

berdasarkan hasil perhitungan yaitu menjawab sangat setuju 37,5% , menjawab

setuju 56,25%, menjawab tidak setuju 1% dan menjawab sangat tidak setuju 0%.

2. Pola Asuh Permisif

Pola asuh adalah bimbingan yang utama dan harus dilakukan orang tua

terhadap anaknya. Orang tua harus paham betul makna menjadi orang tua.

dengan memahami makna tersebut orang tua akan mengetahui pola asuh mana

yang tepat yang akan diberikan untuk anak mereka. Pada pola asuh permisif

Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-

mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang

diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan

sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara

bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seseorang yang mandiri, kreatif,

inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya. Berikut adalah respon orang

tua terhadap pola asuh permisi.

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

65

Tabel 4.9

Membiarkan anak bermain tanpa adanya pengawasan

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 1 6,25 %

2 Setuju 8 50%

3 Tidak Setuju 7 43,75%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Pada tabel 4.9 di atas, memberikan gambaran bahwa hampir sebagian

setuju, anak bermain tanpa diberi pengawasan yang cukup.hal ini berdasarkan

perhitungan yaitu, sangat setuju 1%, menjawab setuju 8%, menjawab tidak setuju

43,75%,dan menjawab sangat tidak setuju 0%.

Dari penelitian di lapangan, beberapa wali murid, ayah dan ibunya bekerja

sehingga anak dititipkan pada nenek, pembantu atau tetangga. Bertemu hanya

ketika pulang bekerja dan saat mengantar ke sekolah. Hal ini yang mengakibatkan

anak-anak bermain tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua, sehingga orang

tua tidak terlalu banyak tahu aktivitas keseharian anak. .

Orang tua mengatakan, mereka hanya tahu anak-anak bermain dengan

siapa dan kapan tanpa memberi pengawasan yang cukup dikarenakan rutinitas

pekerjaan yang cukup menyita waktu mereka.

Beberapa hal tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar orang tua

masih membiarkan anak-anak bermain tanpa pengawasan yang cukup,

dikarenakan kesibukan pekerjaan masing-masing.

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

66

Tabel 4.10

Memberikan kebebasan kepada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 1 6,25 %

2 Setuju 0 0%

3 Tidak Setuju 7 43,75%

4 Sangat Tidak Setuju 8 50%

Jumlah 16 100%

Menurut tabel 4.10 di atas, dapat menunnjukkan bahwa hampir seluruh

orang tua tidak setuju untuk memberikan kebebasan kepada anak tanpa

memberikan kontrol sama sekali. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan, yaitu

yang menjawab sangat setuju 6,25% , menjawab setuju 0%, menjawab tidak

setuju 43,75%, menjawab sangat tidak setuju 50%.

Dari hasil wawancara, orang tua menyatakan bahwa sebagai orang tua di

jaman sekarang ini akan sangat beresiko jika memberi kebebasan kepada anak

tanpa memberi kontrol sama sekali, karena akan mempengaruhi segala perkataan

dan sikap anak, terutama akhlak, karena dari lingkungan di luar rumahlah anak

mendapat pengaruh yang cukup besar.

Tabel 4.11

Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu tanpa

pengawasan yang cukup

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 1 6,25 %

2 Setuju 3 18,75%

3 Tidak Setuju 7 43,75%

4 Sangat Tidak Setuju 5 31,25%

Jumlah 100%

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

67

Tabel 4.11 di atas, memberikan gambaran bahwa hasil perhitungan yaitu

orang tua yang menjawab sangat setuju 6,25%, menjawab setuju 18,75% ,

menjawab tidak setuju 43,75%, menjawab 31,25% menjawab sangat tidak setuju.

Hal ini sesuai juga dengan hasil wawancara dengan beberapa orang tua, orang tua

yang bekerja memberi pernyataan bahwa, anak diberi kebebasan karena orang tua

memang tidak bisa cukup mengawasi, waktu orang tua sudah habis di kantor dan

ketika di rumah hanya bisa mengawasi ketika anak berada di rumah saja, tidak

saat bermain. Orang tua yang lain menyatakan bahwa, mereka tidak setuju dengan

hal tersebut karena anak usia dini sangat perlu sekali pengawasan dari orang tua.

Menurut orang tua anak usia dini, sedang suka meniru apa yang ia dapatkan dari

luar. Sehingga sangat tidak setuju dengan membiarkan anak begitu saja

melakukan sesuatu tanpa pengawasan orang tua.

Tabel 4.12

Tidak menegur atau memperingatkan ketika anak salah

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Tidak Setuju 8 50%

4 Sangat Tidak Setuju 8 50%

Jumlah 16 100%

Merujuk pada tabel 4.12 di atas, dapat disimpulkan bahwa, sleuruh orang

tua tidak setuju dengan tidak menegur memeperingatkan ketika anak salah. Hal ini

sesuai dengan perhitungan yaitu, menajwab sangat setuju 0%, menjawab setuju

0%, menjawab tidak setuju 50%, menjawab snagat tidak setuju 50%.

Dari hasil wawancara, orang tua menyatakan bahwa memperingatkan

ketika anak salah adalah kewajiban orang tua dalam mendidik anak, agar yang

tertanam pada anak adalah akhlak yang baik, bukan hal sebaiknya. Jika tidak

diingatkan anak tidak akan tahu, yang mereka lakukan adalah sebuah hal yang

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

68

benar atau hal yang salah. Bisa berakibat fatal jika dibiarkan hingga ia tumbuh

dewasa. Anak dapat memiliki akhlak yang buruk di masa depannya.

Tabel 4.13

Tidak peka terhadap masalah yang dihadapi anak

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 1 6,25 %

3 Tidak Setuju 11 68,75%

4 Sangat Tidak Setuju 4 25%

Jumlah 16 100%

Tabel 4.13 di atas, menunjukkan hasil yaitu, orang tua yang menjawab

sangat setuju 0%, menjawab setuju 6,25%, menjawab tidak setuju 68,75%,

menjawab sangat tidak setuju 25%. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

peneliti dengan orang tua bahwa mereka tidak setuju jika sebagai orang tua tidak

mempunyai kepekaan terhadap masalah anak, anak akan mencari perhatian atau

mencari solusi di luar rumah, komunikasi orang tua juga menjadi tidak baik, jika

sebagai orang tua tidak mempunyai kepekaan tersebut.

Peneliti juga mengamati, bahwa orang tua di TK Bakti Nusa Indah hampir

sebagian besar memiliki kepekaan terhadap anak, jika ada masalah di kelas, orang

tua mengajak anak untuk berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah secara

bersama.

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

69

Tabel 4.14

Bersikap pasif dan masa bodoh kepada anak

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Tidak Setuju 4 25%

4 Sangat Tidak Setuju 12 75%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat menunjukkan bahwa orang tua

tidak setuju jika bersikap pasif dan masa bodoh kepada anak. Hal ini sesuai

dengan hasil perhitungan, yaitu orang tua yang menjawab sangat setuju 0%,

menajwab setuju 0%, menjawab tidak setuju 4%, dan menjawab sangat

tidak setuju 75%.

3. Pola Asuh Otoriter

Pemahaman orang tua tentang pola asuh kepada anak adalah hal yang

sangat penting, karena dengan mengetahui hal ini orang tua bisa lebih siap

untuk dapat mendidik, dan membimbing anaknya dengan baik hingga

dewasa. Diantara Ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan

orangtua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa

dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah

terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-

olah menjadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak

percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi di sisi

lain anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri,dari kenyataan.

Misalnya,dengan menggunakan narkoba dari segi positifnya, anak yang

dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan disiplin yakni mentaati

peraturan. Berikut ini adalah respon dari orang tua terkait dengan pola asuh

otoriter:

Page 84: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

70

Tabel 4.15

Memaksa anak untuk mematuhi aturan dan tidak boleh membantah

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 2 12,5%

2 Setuju 6 37,5%

3 Tidak Setuju 8 50%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 16 100%

Hasil tabel 4.15 di atas, memberikan gambaran bahwa sebagian

orang tua tidak setuju memaksa anak untuk mematuhi aturan dan tidak

boleh membantah, hal ini sesuai hasil perhitungan yaitu orang tua

menjawab sangat setuju 12,5% , menjawab setuju 37,5%, menjawab tidak

setuju 50%, dan menjawab sangat tidak setuju 0%.

Sesuai penelitian di lapangan, beberapa orang tua memaksa anak

untuk menaati perintah, seperti tidak boleh jajan lebih dari yang

seharusnya, jajan harus sesuai yang dijinkan ibunya, tidak boleh bermain

kotor-kotoran, tidak boleh bermain saat jam tidur siang, dan sebagainya.

Dari hasil wawancara beberapa orang tua berpendapat bahwa

segala aturan yang diberikan kepada anak tentunya untuk kebaikan sang

anak, seperti harus tidur siang sebelum bermain, pulang sesuai dengan

waktu yang ditentukan ketika bermain,jajan tidak sembarangan, tidak

boleh bertengkar dengan adik,hal-hal tersebut adalah ajaran kebaikan yang

harus dituruti dan tidak boleh dibantah oleh anak.

Page 85: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

71

Tabel 4.16

Mengharuskan anak untuk mengikuti semua keinginan anda

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 2 12,5%

3 Tidak Setuju 12 75%

4 Sangat Tidak Setuju 2 12,5%

Jumlah 100%

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat menunjukkan bahwa hanpir

seluruh orang tua tidak setuju untuk mengharuskan anak mengikuti semua

keinginan orang tua, hal ini sesuai hasil perhitungan, yaitu orang tua yang

menjawab sangat setuju 0% , menajawab setuju 12,5%, menjawab tidak

setuju 75%, dan menjawab sangat tidak setuju 12,5%..

Sesuai hasil wawancara dengan Mama Kal, mengatakan:

“saya ingin anak saya berkembang sesuai anak diusianya, ke depan

terserah dia ingin jadi apa, tugas saya sebagai orang tua hanya

mengarahkan, ketika yang dia cita-citakan baik insyaa allah saya selalu

dukung, namun tetap saya selalu memberi semangat, dorongan, dan

nasihat jika ia keliru atau salah.”81

Tabel 4.17

Meminta tolong kepada anak anda dengan nada mengancam

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Tidak Setuju 8 50%

4 Sangat Tidak Setuju 8 50%

Jumlah 16 100%

81

Wawancara Mama Kal, 18 September 2018, TK Bakti Nusa Indah

Page 86: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

72

Penjelasan dari tabel 4.17 di atas adalah seluruh orang tua tidak setuju

untuk meminta tolong kepada anak dengan nada mengancam, hal ini sesuai

dengan hasil perhitungan yaitu orang tua yang menjawab sangat setuju 0%,

menjawab setuju 0%, menjawab tidak setuju 50% dan menjawab snagat tidak

setuju 50%.

Tabel 4.18

Memberikan perintah dan larangan kepada anak

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 1 6,25%

2 Setuju 11 68,75%

3 Tidak Setuju 4 25%

4 Sangat Tidak Setuju 0 70

Jumlah 100%

Berdasarkan tabel 4.18 di atas, dapat menjelaskan bahwa hampir seluruh

orang tua setuju untuk memberikan perintah dan larangan kepada anak. Hal ini

sesuai hasil perhitungan yaitu, yang menjawab sangat setuju 6,25%, menjawab

setuju 68,75%, menjawab tidak setuju 25%, dan menjawab sangat tidak setuju

0%.

Berdasarkan hasil wawancara orang tua berpendapat bahwa perintah dan

larangan adalah suatu hal yang penting, karena itu bentuk dari didikan atau arahan

dari orang tua kepada anak. Agar anak mengetahui apa yang boleh dan tidak, yang

baik dan tidak, halal dan haramnya. Tidak bisa orang tua membiarkan begitu saja,

karena hal tersebut adalah kewajiban sebagai orag tua.

Sebagian besar orang tua meyakini bahwa segala hal yang diperintahkan

oleh orang tua adalah sebuah kebaikan bagi anak, mereka mengaggap bahwa

orang tua tahu mana yang baik dan mana yang tidak, sehingga perintah dan larang

itu perlu.

Page 87: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

73

Tabel 4.19

Memukul anak apabila melakukan sebuah kesalahan

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Tidak Setuju 7 43,75%

4 Sangat Tidak Setuju 9 56,25%

Jumlah 16 100%

Hasil dari tabel 4.19 di atas, dapat menggambarkan bahwa seluruh orang

tua tidak setuju untuk memukul anak jika anak melakukan suatu kesalahan. Hal

ini sesuai dengan hasil perhitungan yaitu, yang menjawab sangat setuju 0%,

menjawab setuju 0%, menjawab tidak setuju 43,75%, menjawab sangat tidak

setuju 56,25%.

Tabel 4.20

Memberikan hukuman kepada anak apabila melakukan sebuah kesalahan

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 12 75%

3 Tidak Setuju 4 25%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 100%

Berdasarkan hasil tabel 4.20 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar orang tua tidak setuju dengan memberi hukuman kepada anak ketika anak

melakukan kesalahan, sebagian lagi setuju jika melakukan hal tersebut. Hal ini

sesuai perhitungan yaitu orang tua yang menjawab sangat setuju 0%, ,menjawab

setuju 75%, menjawab tidak setuju 25%, dan menjawab sangat tidak setuju 0%.

Page 88: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

74

Dari hasil wawancara menguatkan bahwa tujuan orang tua memberi

hukuman kepada anak ketika mereka melakukan kesalahan agar anak tidak

mengulangi kembali kesalahan tersebut.

D. Analisa Data

Orang tua adalah pendidik utama, dan pertama bagi anak. Orang tua

adalah penanggung jawab yang utama terhadap pendidikan anak terutama

pendidikan akhlak pada anak. Sehingga pemberian bekal teoritis maupun praktis

mengenai penanaman akhlak mutlak harus dimiliki. Apalagi di masa sekarang

sudah masuk dengan kecanggihan teknologi yang sangat cepat, informasi menjadi

cepat didapat dan mudah untuk mempengaruhi anak jika tidak ada pengawasan

yang cukup dari orang tua.

Urgensi tentang akhlak adalah hal utama yang harus ditanamkan oleh orang

tua. Hal ini menjadi sorotan yang penting bagi orang tua untuk sejak dini

menanamkan akhlak pada anak sejak sedini mungkin dalam segala aktivitasnya.

Di TK Bakti Nusa Indah peneliti menemukan beberapa orang tua yang masih

belum paham apa itu pola asuh, dan belum memahami tentang pentingnya

memilih pola asuh yang tepat terutama dalam menanamkan akhlak pada anak

sejak usia dini. Pola asuh yang dipilih atau diterapkan oleh orang tua di TK Bakti

Nusa Indah ini sebagian besar adalah pola asuh demokratis sesuai dengan yang

dianjurkan oleh ajaran Islam bahwa orang tua berusaha untuk bersikap adil kepada

anaknya, dalam bentuk perhatian, bimbingan dan juga kasih sayang,agar anak

merasakan kenyamanan dan kebahagiaan yang sempurna untuk anak dan

merupakan sesuatu yang baik untuk perkembangan anak selanjutnya.

Page 89: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

75

Tabel 4.21

Persentase Kategori Jawaban Responden

No.

Tipe Pola

Asuh

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju (S) Tidak Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

1 Demokratis 56% 41,5% 0% 2,5%

2 Permisif 2,1% 5,2% 46,9% 45,8%

3 Otoriter 3,1% 32,3% 44,8% 19,8%

Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 56%

menjawab sangat setuju, 41,5% menjawab setuju, 0% tidak setuju, dan

2,5% menjawab sangat tidak setuju pada tipe pola asuh demokratis. Pada

tipe pola asuh permisif, 2,1% menjawab sangat setuju, 5,2% setuju, 46,9%

tidak setuju, dan 45,8% sangat tidak setuju. Pada tipe otoriter responden

yang menjawab sangat setuju 3,1%, setuju 32,3%, tidak setju 44,8%, dan

19,8 sangat tidak setuju.

Dari penjelasan hasil tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa

hampir seluruh orang tua di TK Bakti Nusa Indah memilih menerapkan

pola asuh demokratis Namun beberapa orang tua memakai dua tipe pola

asuh sekaligus yaitu demokratis dan otoriter, hal ini sesuai dengan hasil

tabel di atas bahwa sebagian kecil masih menerapakan pola asuh otoriter

dalam beberapa keadaan yang menurut orang tua masih sangat perlu

diterapkan kepada anak terlebih hal perintah dan larangan mengenai yang

baik dan yang buruk. Pada tipe pola asuh permisif sedikit sekali responden

yang menjawab setuju, bahkan hampir seluruhnya menajwab tidak setuju

terhadap pola asuh ini.

Page 90: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

76

Di TK Bakti Nusa Indah peneliti menemukan beberapa orang tua

yang masih mengabaikan tentang pentingnya memilih pola asuh yang

tepat terutama dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini. Pola

asuh yang dipilih atau diterapkan oleh orang tua di TK Bakti Nusa Indah

ini sebagian besar adalah pola asuh demokratis sesuai dengan yang

dianjurkan oleh ajaran Islam bahwa orang tua berusaha untuk bersikap adil

kepada anaknya, dalam bentuk perhatian, bimbingan dan juga kasih

sayang,agar anak merasakan kenyamanan dan kebahagiaan yang sempurna

untuk anak dan merupakan sesuatu yang baik untuk perkembangan anak

selanjutnya.

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara peneliti terhadap wali

murid, bahwa mereka cenderung menerapkan pola asuh demokratis

Karena pola asuh ini seimbang,bahwa anak harus diberikan kasih sayang

dan juga perhatian yang cukup. Kasih sayang dan perhatian ini orang tua

berikan dalam bentuk komunikasi antara orang tua dan anak, dengan

komunikasi ini orang tua memberikan bimbingan dan arahan pada anak,

dan memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih dan melakukan

sesuatu dengan penuh tanggung jawab agar anak tumbuh berkembang

dengan percaya diri namun tetap dalam pengawasan yang cukup dari

orang tua.

Selain itu, pola asuh demokratis ini baik diterapkan dalam

memberikan penanaman akhlak pada anak sejak dini. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara peneliti, bahwa menurut orang tua akhlak adalah

sangat penting bagi kehidupan seseorang, orang tua sangat berharap anak

memiliki akhlak yang baik, terutama akhlak anak tehadap orang tua.

Urgensi penanaman akhlak ini membuat orang tua memilih pola asuh

demokratis karena pada anak usia dini, anak masih sangat mudah

dibentuk, tentunya dengan bimbingan penuh kasih dan sayang,namun pasti

ada hambatan di setiap proses penerapannya.

Adapun rata-rata dimensi pola asuh orang tua selain pola asuh

demokratis adalah pola asuh otoriter. Peneliti menyimpulkan bahwa

Page 91: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

77

beberapa orang dalam penerapannya menerapkan kedua pola asuh

tersebut.

Orang tua tidak memberi kebebasan kepada anak ketika melakukan

suatu hal karena kekhawatiran orang tua terhadap anak yang masih dini.

Orang tua juga memberikan perintah dan larangan,dan memberikan

hukuman jika melakukan kesalahan. Hal ini dikarenakan ornag tua ingin

memahami bahwa dalam hidup ada hal yang baik untuk dilakukan dan

tidak baik untuk dilakukan. Dan pemberian hukuman adalah sebagai

pembelajaran kepada anak bahwa setiap kesalahan yang diperbuat ada

sebuah konsekuensi yang akan didapatkan.

Dalam hasil wawancara peneliti dengan orang tua, orang tua yang

menerapkan pola asuh ini menganggap bahwa anak tidak bisa dibiarkan

melakukan hal apapun begitu saja, butuh sikap ketegasan dari orang tua

agar anak tumbuh disiplin, agar anak mengetahui apa yang diberikan

dilakukan orang tua adalah kebaikan untuk anak.

Ditinjau dari aspek penerapan pendidikan agama dalam keluarga,

pola asuh ini lebih tepat diterapkan untuk menekankan perihal akidah dan

mengaktifkan ibadah bagi si anak. Seperti halnya, orang tua harus mampu

menanamkan keyakinan kepada anak bahwa agama yang paling benar

adalah agama yang menyembah kepada Allah swt. Juga dalam hal

beribadah mendirikan shalat.

Namun, penerapan pola asuh otoriter yang salah, yaitu diterapkan

kepada anak secara berlebihan akan berdampak tidak nyaman bagi seorang

anak di usia dini. Anak usia dini yang sedang tumbuh dan berkembang

tentunya ingin merasa nyaman dan aman berada didekat orang tua dan

keluarganya, anak juga mempunyai keinginan untuk mandiri dan

diperlakukan secara wajar, serta ingin mendapatkan kesempatan belajar

sendiri, bagaimana menghadapi masalah serta menunjukkan

kemampuannya.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter secara berlebihan

akan menaksir sifat anak terlalu rendah, hingga orang tua terlalu banyak

Page 92: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

78

memberikan perintah, larangan dan nasihat bahkan hukuman tanpa

mendengarkan dan melihat apa yang ingin disampaikan anak, orang tua

berharap anak sesuai yang dinginkannya. Anak akan melihat dan

memperhatikan sikap orang tua secara detil sehingga ia pun akan

mencontoh apa yang dilakukan orang tua. Ketika orang tua memberikan

perintah dan larangan namun mereka tidak mencontohkan hal tersebut,

anak akan mempertanyakan dan mengabaikan perintah orang tua. Padahal

pendidikan akhlak yang terbaik bagi seorang anak adalah keteladanan

yang diberikan langsung oleh orang tua, tidak hanya sekedar perintah,

nasihat dan hukuman.

Hasil penelitian lapangan dan angket masih ditemukan orang tua

yang menerapkan pola asuh permisif. Dalam penanaman akhlak, hal ini

sangat tidak boleh diterapkan kepada anak, terutama anak usia dini. Saat

ini segala informasi dapat diterima dengan mudah dan cepat, jika tanpa

pengawasan yang cukup oleh orang tua, informasi dan segala hal yang

anak dapatkan dari lingkungan diluar keluarga akan mempengaruhi segala

perilaku anak dengan cepat.

Orang tua tidak peka terhadap hal-hal yang berpengaruh buruk

terhadap anak, akhlak yang buruk bisa tercipta pada diri anak, dan jika

kesadaran orang tua lambat akan hal ini tentunya akan membawa anak

berakhlak buruk pula terhadap kehidupannya kelak. Seperti yang peneliti

amati, beberapa wali murid tidak memberikan pengawasan yang cukup

saat anak bermain gadget terutama menonton di youtube. Jika anak tidak

mendapatkan pengawasan yang cukup hal yang tidak diinginkan bisa

terjadi.

Selain itu pola asuh permisif ini di latar belakangi kesibukan orang

tua. Orang tua merasa sudah lelah dengan segala aktifitas pekerjaannya,

sehingga sedikit waktu yang diberikan untuk memberi bimbingan dan

pengawasan terhadap anak, beberpa anak yang dititipkan kepada

neneknya, saat orang tua bekerja,dan ada yang diasuh oleh baby sitter.

Page 93: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

79

Apabila pola asuh permisif ini diterapkan, akan berakibat buruk

pada anak. Anak-anak akan jauh dari sifat religius, dan memiliki akhlak

yang tidak baik, karena merasa mereka bebas melakukan sesuatu tanpa

diperhatikan oleh orang tua, bagi anak usia dini ia akan lebih banyak

meniru apa yang ia dapatkan dari lingkungan sekitarnya, bukan dari orang-

orang terdekatnya terlebih orang tua.

E. Upaya Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Akhlak Sejak Dini

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara orang tua, upaya yang telah

diberikan oleh orang tua dalam menanamkan akhlak pada ank sejak usia dini

adalah :

1. Mengenalkan Al-Quran Sejak Dini

Al-Quran adalah kalam Allah yang menjadi pedoman juga petunjuk

bagi para hamba-Nya. Orang tua tentu menginginkan anaknya lebih baik dari

mereka. Upaya yang dilakukan oleh para orang tua adalah dengan

memperkenalkan al-Quran sejak dini, yaitu dengan mengajak anak mengaji,

mengenalkan huruf hijaiyah, memasukkan anak-anak ke pengajian atau TPA

terdekat, dan ada juga yang mengaji setiap ba‟da maghrib dengan orang

tuanya.

2. Membiasakan Mengucapkan Terima Kasih, Maaf, dan Tolong.

Berdasarkan hasil wawancara orang tua membiasakan anak untuk

mengucapkan terima kasih, maaf dan tolong. Menurut orang tua, tiga kata

tersebut adalah pembiasaan yang harus dibiasakan sedari kecil agara anak

memiliki sopan santun terhadap orang lain.

3. Tidak Berkata Kasar

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara peneliti dengan

para wali murid, ketika bermain orang tua mengawasi dari kejauhan, orang

tua bisa mengawasi segala perilaku dan perkataan anak, sehingga ketika anak

mengatakan perkataan yang tidak baik atau kasar, orang tua mengingatkan

dan memberikan nasihat, dan ada juga orang tua yang memberikan contoh

langsung bahwa berkata kasar atau yang tidak baik, tidak diperbolehkan.

Page 94: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

80

BAB V

KESMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis memaparkan mengenai masalah yang berkaitan

dengan pola asuh orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak sejak usia

dini di TK Bakti Nusa Indah, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

sebagian besar orang tua menerapkan pola asuh demokratis, Sebagian kecil

menerapkan pola asuh otoriter dan sedikit sekali yang menerapkan pola asuh

permisif, dan ada sebagian kecil yang menerapkan dua pola asuh sekaligus.

Pemilihan kedua pola asuh ini dilandasi bahwa untuk menanamkan akhlak

pada anak butuh pola asuh yang memberikan ketegasan dalam pemberian

arahan dan bimbingan, namun penerapan pola asuh otoriter ini tidak

mendominasi dan berlebihan.

Orang tua masih perlu untuk meningkatkan upaya mereka dalam

menanamkan akhlak pada anak sejak usia dini. Orang tua perlu menyadari

bahwa untuk menanamkan akhlak pada anak, banyak hal yang bisa

dilakukan dan diterapkan.

Usia anak yang masih kecil adalah masa keemasannya dalam

menyerap apa yang ia lihat, dan didengar. Orang tua harus paham bahwa

ialah yang harus menjadi teladan bagi anak sehingga segala hal yang

dilihat,dan didengar oleh anak adalah sebuah kebaikan yang akan ia tiru dan

menjadikan dirinya memiliki akhlak yang baik.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas pola asuh yang dipakai orang tua di

TK Bakti Nusa Indah sudah menerapkan pola asuh yang cukup tepat untuk

diterapkan kepada anak. Kesadaran para orang tua pun tentang pentingnya

menanamkan akhlak pada anak sudah cukup baik,hanya saja masih perlu

bagi para orang tua untuk memulai lebih awal yaitu pada usia keemasan

anak, yaitu ketika anak masih bayi, orang tua harus memiliki kesadaran

Page 95: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

81

untuk menanamkan akhlak meskipun anak belum memahami hal tersebut.

Karena di usia tersebutlah anak terekam kuat apa yang ia dapat sejak

pertama kali orang tua ajarkan suatu hal kepadanya. Ayah dan ibu juga

harus bekerja sama satu sama lain untuk berperan penting dalam

menanamkan akhlak pada anak, yaitu dengan terus menerus mencontohkan

keteladanan pada anak di segala hal. Karena anak belajar dari paying ia

dengar, dan ia lihat dari orang-orang terdekatnya.

C. Saran

1. Peneliti berharap orang tua mampu berkomunikasi dengan baik untuk

menerapkan pola asuh orang tua secara bersama, karena peran pola asuh

dalam menanamkan akhlak ini tidak hanya bertumpu pada ibu, seorang

ayah juga berperan penting di dalamnya. Yang peneliti lihat rata-rata ibu

lah yang paling dekat dengan anak, dan keseharian anak pun bersama

ibu, meskipun begitu anak tentu melihat setiap hal kecil yang

dicontohkan oleh ayahnya ketika sedang bersama.

2. Peneliti berharap orang tua terus mengupgrade diri mereka dalam

menjadi orang tua yang memberi peran penting dalam menanamkan

akhlak sejak usia dini. Sebagai orang tua perlu untuk terus belajar agar

ketika anak bertanya kepada ibu dan ayahnya tentang suatu hal, ayah

dan ibu bisa memberikan penjelasan dengan cara yang tepat dan sesuai

dengan pemahaman anak

3. Peneliti berharap orang tua tidak berhenti untuk terus memberikan

keteladanan dan perhatian yang lebih pada anak, agar anak dapat

mencontoh hal-hal baik dari ayah dan ibunya.

Page 96: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an,Jakarta: Amzah,

2007.

Al-Hindi Al-Muttaqi, Kanz Al-„Ummal. Beirut: Mu‟assasah Ar-Risalah, 1981.

Amini, Ibrahim. Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta : Al-Huda, 1981.

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Ed. I, Cet.

II, 2010.

Badri, Muhammad.Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita. Bekasi : Daun Publishing.

2011

Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara. Cet.VI. 2006.

Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja.Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.,

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

2011

Djatnika, Rahmat. Sistem Etika Islam, Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1996.

Hafizh, Nur Abdul Muhammad, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung :

Penerbit al-Bayan. 1997.

Hasan, Maimunah. 2011 PAUD (Pendidikan Anak Sejak Usia Dini) (Yogyakarta:

DIVA Press)

Indrakusuma, Amir Dien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha

Nasional

Jalaluddin, 2007. Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Edisi

Revisi,

Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Pustaka Media,

2011.

Lestari.,Sri. Psikologi Keluarga. Jakarta: KencanaPrenada Media Group. 2012.

Page 97: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

83

Majid Khon, Ahmad. Hadist Tarbawi. Jakarta: Prenada Media Group. 2012.

Mustofa, Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. 2011

Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2015.

Riana Mashar. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Perkembangannya. Jakarta :

Kencana, 2011.

Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, Banjarmasin: IAIN Antasari Press, Cet. I. 2014.

Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak usia Dini.(Jakarta : Prenada Media Group

Sugiyono, Metode Penelitin Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R

& D. Bandung : Alfabeta. 2008.

Sujiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Cet. 21. 2006.

Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian -Kualitatif dan Kuantitafit. Yogyakarta :

Graha Ilmu. 2012.

Suwaid, Abdul Haifzh Nur Muhammad, Cara Nabi Mendidik Anak. Yogyakarta:

Pro U Media. 2010.

Team Pustaka Poenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta :

Pustaka Poenix. 2007.

Tim Penyusun,. Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta:

Ichtiar Baru van Hoeve. 1997.

Tim Penyusun, Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung :

Diponegoro. 2000.

Tim Penyusun, Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, Bandung: CV

Jumanatul „Ali-Art. 2005.

Tim Penyusun, Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka, 2007.

Tri, Bambang. Menginstal Akhlak Anak. Bandung : Pustaka Mandiri . 2012

Page 98: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

84

Vembriarto, St. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT. Grasindo. 2003.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,Jakarta: PT Bumi

Aksara. 2007.

Page 99: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 100: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

Hasil Wawancara

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Legiyem

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 November 1984

Alamat Domisili : Kp. Bulak

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMA

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : -

Jumlah Anggota Keluarga : 4 ( Empat)

1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?

Mungkin cara mengasuh anak, mendidik anak, mungkin seperti itu.

2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?

Tipe pola asuhnya saya kurang tahu, tapi intinya saya bukan tipe yang bisa

acuh tak acuh sama anak saya, inginnya sebagai orang tua seimbang,

membimbing dan juga anak harusa ada aturannya juga.

3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?

Agar anak bisa terkontrol, misalnya ketika anak minta ijin untuk main saya

mengingatkan agar ia pulang jam sekian agar ia tahu batasan waktu,dan jadi

terkontrol. Misalnya dia tidak ingin pulang, saya tunggu dan mengawasi

sampai batas waktu yang disesuaikan.

saya ingin anak saya berkembang sesuai anak diusianya, ke depan terserah dia

ingin jadi apa, tugas saya sebagai orang tua hanya mengarahkan, ketika yang

dia cita-citakan baik insyaa allah saya selalu dukung, namun tetap saya selalu

memberi semangat, dorongan, dan nasihat jika ia keliru atau salah

4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan

?

Sebenarnya saya masih sulit untuk menerapkan pola asuh ini kepada anak

karena, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor lingkungan, anak jadi

agak susah diatur, karena mengikuti teman yang dibiarkan saja oleh ibunya

ketika bermain, tanpa dicari dan dibatasi waktunya. Dan hasilnya sikap

anakpun mengikuti sekitarnya, jika diminta untuk pulang ketika bermain dia

tidak ingin pulang karena teman-teman yang lain tidak dibatasi waktunya, dan

Page 101: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

akhirnya tidak bisa tidur siang, atau tidak belajar karena kelelahan saat

bermain. Lingkungan ini yang sangat berpengaruh pada anak.

4. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?

Yang pertama sipasti orang tua, yang kedua itu lingkungan, yang ketiga adalah

sekolah,karena sebagian waktu anak di sekolah, jadi lingkungan di sekolah

menurut saya juga sangat berperan untuk membentuk akhlaknya.

5. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus

menanamkan akhlak pada anak?

Mungkin lebih kepada agamanya, seperti mengaji, sedikit banyak anak

menjadi tahu dasar-dasar agama. Dan dari kesehariannya. Seperti untuk

menanamkan kesopanan pada anak, kita mencontohkan cara bicara yang baik

kepada anak, agar anak terbiasa mengucapkan yang baik, menurut saya anak

adalah cerminan dari orang tua.

Dan saya membebaskan anak saya berteman dengan siapapun, namun tetap

masih dalam pantauan saya, misalkan ia bermain dengan temannya di rumah

saya memantau dari jauh, sekiranya temannya Kiran itu tidak baik dari segi

sikap dan perkataannya, saya akan mengingatkan Kiran untuk tidak meniru

temannya, dan mencoba untuk berteman dengan yang lain. Karena menurut

saya dengan berteman sangat berpengaruh pada diri Kiran.

6. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada

anak ibu sudah maksimal?

Menurut saya masih kurang, karena anak jaman sekarang lebih banyak

terpengaruh dari lingkungan di luar rumah daripada di dalam rumah, lebih

senang main di luar rumah karena lingkungna di rumah saya banyak sekali

anak-anak sehingga waktu anak lebih banyak di luar rumah karena ingin

bermain.

7. Sejak usia berapa anak ibu diperbolehkan main di luar?

Sejak ia mulai mengerti bermain dengan anak-anak seusianya, yang akhirnya

ia sulit untuk diminta pulang, karena keasikan bermain.

8. Apakah akhlak itu penting ?

Sangat penting, karena itulah yang dinilai seseorang, kepribadiannya dalam

kesehariannya. Lingkunganlah pembentuk akhlak anak tersebut, biasanya

anak-anak yang suka berkata kasar karena ia terbiasa juga mendengar kata-

Page 102: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

kata kasar dari sekitarnya, sehingga ia mencontoh, karena anak-anak itu

mencontoh dari apa yang ia lihat, dengar dan rasakan.

Page 103: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Rania

Tempat Tanggal Lahir : Jawa Timur, 16 April 1987

Alamat Domisili : Gang Jambu, Ciputat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : D3

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : -

Jumlah Anggota Keluarga : 4 ( Empat)

1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?

Mengasuh anak, gimana di dalam rumah bagus, di luar lingkungan bagus.

2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?

Demokratis

3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?

Karena saya sangat setuju sekali, setiap hari ketika menegur kita juga

sekaligus membimbing. Misal lagi main sama adiknya, saya tidak membiarkan

begitu saja, tapi saya perhatikan, sambil didik perlahan-lahan, dari hal

kecilpun kita ajarkan, agar ia terbiasa dan mengingat apa saja nasihat yang

diberikan orang tua. Tidak selalu membimbing itu ketika belajar saja, tapi dari

hal kecil apapun bisa kita ajarkan kepada anak.

4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan

?

Semoga apa yang saya lakukan keoada anak saya ini bisa berhasil, karena

tidak mungkin orang tua mengajarkan hal buruk kepada anak, ingin saya anak

saya kelak menjadi orang yang berhasil dan berkepribadian yang baik.

Namun saya masih menemukan kesulitan ketika menerapkan pola asuh

tersebut, karena anak anak moodnya mudah berubah,banyak likunya, namanya

juga anak-anak.

5. Apakah akhlak itu penting ?

Sangat penting, nomor satu, ketika dia berkeluarga, dia S1, S2 tidak ada apa-

apanya, jika tidak ada akhlak, tidak bisa menjadi manusia yang baik. Karena

contohnya ketika berjualan juga harus memiliki akhlak, ramah terhadap

Page 104: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

pembeli, pembeli pun akan senang pada kita, begitupun sebaliknya, maka dari

itu akhlak adalah pondasi kehidupan yang paling penting dalam hidup

6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?

Yang pertama orang tua, kedua sekolah, karena akhlak nomor satu.

7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus

menanamkan akhlak pada anak?

Saya sangat disiplin kalau akhlak, saya nomor satu kalau bicara akhlak pada

anak, kalau anak tidak menghormati kita, kita dihormati siapa, pelan-pelan

saya ingatkan dari hal yang sepele, kaka ini tidak boleh, misal dia membentak

saya karena marah, saya ingatkan bahwa tidak boleh seperti itu kepada orang

tua, nanti Allah akan marah. Misalnya juga ayahnya sedang marah dan

membentak saya, saya ingatkan juga, ayah tidak boleh seperti itu, nanti Allah

marah, jadi say jug memberi contoh langsung kepada anak. Tapi namanya

juga anak-anak, susah-susah mudah. Jadi harus sabar juga. Ketika bermain

juga sedikit-seikit kita tanamkan, tidak boleh seperti ini dan sebagainya.

Kadang juga saya kasih reward jika ia bisa menjadi anak yang baik, jadi ketika

saya membelikan sesuatu buat anak-anak tidak semata-mata memberi begitu

saja, namun hal tersebut sebagai reward jika hari itu anak-saya sudah berbuat

baik.

8. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada

anak ibu sudah maksimal?

Belum, masih banyak perjalanannya, apalagi anak saya perempuan, masih

banyak artikel yang belum saya sampaikan. Saya bertahap menanamkan pada

anak, pelan-pelan namun bisa terus ia ingat dan terapkan dalam kehidupannya

nanti.

Page 105: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Sartini

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 20 Oktober1971

Alamat Domisili : Jl. Abdul Ghani, Ciputat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMP

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : -

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)

1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?

Mengurus anak, mendidik yang benar

2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?

Saya tipe yang harus nekan, tegas.

3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?

Namanya anak tidak bisa dibiarkan gitu aja, anak harus disiplin, tegasnya saya

agar anak bisa terdidik dengan baik.

Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan ?

Anak menjadi penurut, bukan penurut yang takut, tapi penurut yang tahu.

Anak saya nurut kata ibunya. Anak saya tidak berontak, ketkka saya bilang A

ya A, dia tidak menolak dan menurut. Biasanya ia menurut tapi juga ertanya

mengapa tidak boleh, mengapa ini boleh.

4. Apakah akhlak itu penting ?

Sangat penting sekali.

5. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?

Yang pertama sipasti orang tua, yang kedua itu lingkungan, yang ketiga adalah

sekolah,karena sebagian waktu anak di sekolah, jadi lingkungan di sekolah

menurut saya juga sangat berperan untuk membentuk akhlaknya.

6. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus

menanamkan akhlak pada anak?

Pelan-pelan aja memberitahunya, misal dia tidak mau mengaji saya nasihati,

dan anak jika diberi tahu pasti nanya. Saya keras tapi tidak main fisik, karena

jika main fisik anak menjadi tertekan, dan membekas dalam diri saya.

7. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada

anak ibu sudah maksimal?

Page 106: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

Menurut saya masih kurang, karena anak jaman sekarang lebih banyak

terpengaruh dari lingkungan di luar rumah daripada di dalam rumah, lebih

senang main di luar rumah karena lingkungna di rumah saya banyak sekali

anak-anak sehingga waktu anak lebih banyak di luar rumah karena ingin

bermain.

Page 107: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Lestari

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 1980

Alamat Domisili : Kp. Bulak

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMP

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : -

Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima)

1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?

Mengasuh anak

2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?

Demokratis

3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?

Kasian kalau saya jadi orang tua yang otoriter, anak harus menurut apa kata

saya, dan sebagainya anak jadi tidak bebas, takut anak makin berontak dan

berani.

4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan

?

Anak jadi penurut,

5. Apakah akhlak itu penting ?

Sangat penting sekali.

6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?

Orang tua, intinya orang tua, jika orang tua didiknya tidak benar, anak juga

tidak benar.

7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus

menanamkan akhlak pada anak?

Saya suru ngaji, mengingatkan untuk jangan nakal ya dek.

8. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada

anak ibu sudah maksimal?

Masih sangat kurang, tapi saya berusaha sebaik mungkin untuk jadi orang tua

yang baik.

Page 108: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Tumini

Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 28 November 1981

Alamat Domisili : Jl. Abdul Ghani

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMA

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : -

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)

1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?

Mendidik yang mana yang boleh dan mana yang tidak

2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?

Demokratis

3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?

Sesuai keinginan anak tapi tetap dalam pengawasan orang tua.

4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan

?

Kadang ketika kita lupa dia yang mengingatkan, ketika saya bilang tidka usah

mengaji dulu, anaknya meminta untuk mengaji. kadang masih menolak jika

kita ingatkan, kita arahkan pelan-pelan, kadang saya beri reward jika iasudha

menjadi anak yang penurut dan baik.

5. Apakah akhlak itu penting ?

Sangat penting sekali. Kalau tidka dibekali akhlak ia akan tanpa arah.

6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?

Orang tua yang pasti, bu guru di sekolah.

7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus

menanamkan akhlak pada anak?

Saya didik dia ke pengajian, orang tua berperan dan guru diskeolah juga

berperan.

8. Menurut ibu apakah upaya ibu dalam menanamkan akhlak tersebut kepada

anak ibu sudah maksimal?

Belum, saya masih berusaha memberi yang terbaik untuk anak saya.

Page 109: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Endang Sukmawati

Tempat Tanggal Lahir : Purwokerto, 7 Mei 1979

Alamat Domisili : Jl. Kenangan 2

Pekerjaan : Guru, dan Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : D3

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : Bahagia Dunia Akhirat

Jumlah Anggota Keluarga : 6 ( Enam)

1. Menurut ibu apa itu pola asuh ?

Mendidik dengan hati, tutwuri handayani, bermain sambil belajar

2. Apa tipe pola asuh yang ibu terapkan ?

Demokratis

3. Mengapa ibu memilih pola asuh tersebut ?

Biar adil, pola asuh sama anak-anak, tidak keras kepada anak

4. Ketika ibu memilih tipe pola asuh seperti ini, dampak apa yang ibu rasakan

?

Anak jadi mencontoh apa yang kita lakukan, apa yang dilihat secara langsung.

5. Apakah akhlak itu penting ?

Sangat penting sekali. Karena pondasi sampai dia besar

6. Menurut ibu siapa yang lebih berperan dalam penanaman akhlak anak ?

Yang pertama sipasti orang tua, yang kedua itu lingkungan, yang ketiga adalah

sekolah,karena sebagian waktu anak di sekolah, jadi lingkungan di sekolah

menurut saya juga sangat berperan untuk membentuk akhlaknya.

7. Lalu, bagaimana cara Ibu untuk berupaya menerapkan pola asuh sekaligus

menanamkan akhlak pada anak?

Misalkan dirumah gamau ngaji jadi saya masukan ke TPA untuk mengaji,

karena di TPA belajar doa doa pendek, baca doa setelah belajar, kadang ketika

anak saya tidak mau mengaji dan malas, ya saya cari akal, agar ia mau

mengaji tapi dengan tidak keras menanamkannya. Tapi kadang saya lagi kesal

pernah saya cubit jika ia membandel tapi setelah itu saya menyesak telah

melakukan hal itu.

Page 110: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Novi Arini

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 November 1992

Alamat Domisili : Jl, Rawa Papan, Bintaro

Pekerjaan : Guru, Dan Wiraswasta

Pendidikan Terakhir : Smk Akuntansi

Organisasi Yang Pernah Diikuti : Remaja Masjid

Motto Hidup : Bahagia Dunia Akhirat

Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)

1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu

Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?

Pola asuh menurut saya adalah mendengarkan kemauan anak dan memilah

yang baik/tidak untuk kebaika anak saya. Saya ingin anak saya mandiri,

memilki empati, dan mampu bersikap toleransi kelak saat besar.

2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?

Ya, sangat penting.

3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?

Karena apalah artinyamemiliki ilmu tinggi tetapi tidak berakhlak.

4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan

Akhlak?

Sejak saat anak mulai memahami perkataan orang lain dan melihat perbuatan

orang lain, sejak balita.

5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak

Pada Anak?

Mengajarkan anak sholat, memahami puasa, menyempatkan diri bersedekah,

memahami kalimat, “ Tolong, terima kasih, dan maaf.” Bercerita islami,

mengaji, dan bersenandung surah pendek saat bermain dengannya.

6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?

Insyaa Allah tidak

7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?

Saya tipe ibu yang realitas, saya akan berusaha menjelaskan kenyataan yang

secara tidak langsung anak saya belajar untuk menjadi orang yang jujur.

Page 111: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal

Atau alitas, Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?

Saya biasanya hanya berteriak lebih keras ketika memanggil namanya.

9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?

Ya, sudah.

10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?

Ya, mengikuti.

11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?

Sekitar jam 10.30- 11.30

12. Adakah Hambatan Dalam Upaya Menanamkan Akhlak, Atau Hambatan

Lainnya Dalam Proses Penanaman Akhlak Pada Anak?

Alhamdulillah tidak ada.

Page 112: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Rofiqoh

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juni 1986

Alamat Domisili : Parung Bogor

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : S1

Organisasi Yang Pernah Diikuti : Bem, Organisasi Kewirausahaan

Bagian Fakultas.

Motto Hidup : Ora Et Labora

Jumlah Anggota Keluarga : 4 Orang (Inshaa Allah Mau 4)

Daftar Pertanyaan

1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu

Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa?

Pola asuh itu semua hal yang dilakukan orang tua dalam mengasuh, mendidik,

melindungi, dan menanamkan bekal yang dipersiapkan untuk anak agar bisa

menjadi dewasa dan mandiri di masa depan.

2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?

Tentu, sangat penting.

3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?

Agar anak dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk, selain itu

berharap anak dapat menjauhi hal yang buruk dan menjalankan hal yang baik.

4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan

Akhlak?

Sejak anak dilahirkan, bahkan ketika anak di dalam kandungan.

5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak

Pada Anak?

Mengenalkan Omar kepada Sang Pencipta Allah swt. Dan para Nabi-Nya,

mengenalkan Omar dengan al-Quran, mengajarkan wudhu dan sholat, semua

itu dilakukan dalam keseharian melalui kejadian, cerita-cerita buku, menonton

tv,dan bermain.selain itu juga kita mencontohkan akhlak-akhlak yang baik dan

memberikan penjelasan jika memang Omar memerlukannya. Serta

Page 113: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

melarangnya jika ia melakukan akhlak yang buruk dan memberikan

penjelasan jika Omar menanyakan mengapa ia dilarang melakukan hal

tersebut.

6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?

Tidak juga

7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?

Tipe demokratis

8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal

Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?

Pertama, saya beri tahu dulu, jika ia menangis atau tantrum, saya akan

membiarkan dia tenang dulu baru peluk dia dan kami diskusikan hal itu

sampai kami meminta maaf satu sama lain.

9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?

Iya sudah.

10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?

Omar saya ajarkan di rumah.

11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?

Tidak menentu, kadang waktu bermain, kadang sambil istirahat, kadang ketika

akan beranjak tidur.

12. Untuk mengenalkan tentng akhlak akhlak yang baik, huruf hijaiyah, dan al-

Quran melalui video-video.

13. Adakah Hambatan Dalam Upaya Menanamkan Akhlak, Atau Hambatan

Lainnya Dalam Proses Penanaman Akhlak Pada Anak?

Pasti ada hambatan, karena anak itu seorang peniru yang ulung. Jadi hal yang

didapat dan dilihat dari gadget kadang ia tiru. Selain gadget juga dari acara

menonton tv dan berinteraksi dengan lingkungan itu bisa menjadi hambatan

untuk menerapkan akhlak baik pada anak. Jadi proteksi kita terhadap anak

harus selalu ada teritama mendampingi dia untuk memberitahu dan

menasehati hal-hal yang ia lakukan.

Page 114: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Rini Munas

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Februari 1982

Alamat Domisili : Jl. H. Abdul Ghani Kp. Bulak 2 Rt 02

Rw 2 Cempaka Putih Ciputat,Tangsel.

Pekerjaan : Guru Sd

Pendidikan Terakhir : D2

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : Hari Ini Harus Lebi Baik Dari Kemarin

No. Hp : 085691049473

Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)

Daftar Pertanyaan

1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu

Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?

Ya merawat anak sampai besar kali ya. kalau akhlak ya perilaku yang tidak

boleh dilakukan dan boleh dilakukan.

2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?

Penting.

3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?

Untuk sebagai pegangan hidup anak, anak tanpa akhlak mau jadi apa.

4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan

Akhlak?

Sejak dia bisa ngomong, bisa berinteraksi dnegan sekitarnya.

5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Untuk Bisa Menanamkan Akhlak

Pada Anak?

Untuk bersikap sopan, bilang terima kasih ketika sudah diberi sesuatu.

6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?

Tidak.

7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?

Page 115: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

Dua-duanya, ketika ada hal hal tertentu anak-anak harus nurut sama saya, ada

hal tertentu juga saya pikir anak boleh berpendapat.

8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal

Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?

Memanggil namanya lebih keras, kadang memukul seperlunya.

9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?

Sudah.

10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?

Tidak, anaknya belum mau.

11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?

-

Page 116: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Siti Jubaedah

Tempat Tanggal Lahir : 20-10-1981

Alamat Domisili : Rempoa,Tangerang Selatan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : Sma

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : -

No. Hp :

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)

Daftar Pertanyaan

1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu

Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?

Ya mendidik dan merawat anak, kalau akhlak itu pegangan hidup anak,

2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?

Sangat penting.

3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?

Tanpa akhlak, takutnya anak-anak terbawa jaman sekarang. Minimal dia itu

harus tau agama buat pegangan hidup dia ke depannya. nanti anak akan hancur

kalau ga punya akhlak.

4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan

Akhlak?

Sejak dini, ya sekitar dia sudah bisa berinteraksi sama kita, 3-4tahun.

5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak

Pada Anak? (Detail)

Ya, minimal saya kenalkan dia agama aja , biar dia paham sedikit-sedikit.

6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?

Iya. Karena Abror termasuk anak yang harus diperlakukan dengan lembut.

7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?

Ga dua-duanya kali yaa.

Page 117: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal

Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?

Paling nada saya agak tinggi ketika memanggil namanya.

9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?

Sudah.

10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah?

Di rumah aja.

11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?

Habis ashar.

Page 118: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Martini

Tempat Tanggal Lahir : 17 November 1975

Alamat Domisili : Kampung Mabad, Ciputat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMP

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : -

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)

Daftar Pertanyaan

1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu

Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?

Ya, merawa anak, mendidiknya,mengasuh. Akhlak yaa, perilaku baik yang

harus dimilki anak.

2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?

Penting.

3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?

Karena anak bagai kertas putih, kita sebagai orang tua yang akan

menggoreskan tinta seperti apa pada anak.

4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan

Akhlak?

Sejak dini.

5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Untuk Bisa Menanamkan Akhlak

Pada Anak? (Detail)

Kalau saya paling ngajarinnya, untuk tidak besikap tidak sopan terhadap orang

lain, tidak ngomong kasar, tidak manggil mamanya dengan berteriak, kenal

agama juga itu yang paling penting,waktunya solat ya solat, waktunya ngaji ya

ngaji.

6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?

Tidak juga.

7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?

Page 119: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

Demokratis.

8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal

Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?

Saya nasihati pelan-pelan.

9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?

Sudah.

10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?

Di rumah bareng teman-temannya.

11. Jika Iya, Kapan Waktu Anak Untuk Mengaji?

Sore hari.

Page 120: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

DATA DIRI NARASUMBER

Nama Lengkap : Mama Rehan

Tempat Tanggal Lahir : 16 April 1992

Alamat Domisili : Jl. Abdul Ghani, Ciputat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : Sma

Organisasi Yang Pernah Diikuti : -

Motto Hidup : bermanfaat untuk orang lain

No. Hp :

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat) Orang

Daftar Pertanyaan

1. Skripsi Saya Ini Akan Membahas Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam

Menanamkan Akhlak Pada Anak Sejak Usia Dini, Lalu Adakah Yang Ibu

Ketahui Tentang Pola Asuh Itu Seperti Apa ? Dan Akhlak Itu Seperti Apa ?

Yang saya tahu si, pola asuh itu merawat dan mendidik anak, udah itu aja,

klau akhlak, itu adalah egangan dia untuk bisa bedakan mana yang baik dan

mana yang buruk, mana yang boleh d nana yang tidak.

2. Apakah Akhlak Penting Dimiliki Oleh Anak ?

Sangat penting.

3. Jika Memang Penting Apa Alasannya ?

Karena itulah nanti pegangan hidup dia.

4. Selanjutnya,Menurut Ibu Sejak Usia Berapa Anak Ibu Perlu Ditanamkan

Akhlak?

Sejak dia sudah bisa berinteraksi dengan sekitarnya, sekitar 3-4 tahunan.

5. Lalu, Upaya Apa Yang Sudah Ibu Lakukan Utuk Bisa Menanamkan Akhlak

Pada Anak? (Detail)

ya kaalau menurut saya, kalau main jangan keterlaluan, misal ngomongin hal

yang jelek, saya kasih tau pelan-pelan, caranya dengan “Rehan, ucapan seperti

itu tidak baik.” kalau saya si biasanya suka nasihatinnya pelan-pelan, yang

penting ke dia itu didengerin, ga dibentak , tapi kalau Rehan mulai bertingka

Page 121: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

ngeselin saya juga bertindak tegas dan aga sedikit membentak, tapi selama ini

saya selalu menasihati dengan cara pelan-pelan biar ngena ke hati si anaknya,

dan anak paham apa yang kita sudah jelaskan mengenai akhlak tidak boleh ini

dan itu.

6. Apakah Ibu Termasuk Yang Memanjakan Anak Atau Tidak ?

Ga terlalu si, tapi Rehan memang anak yang termasuk agak manja.

7. Apakah Ibu Termasuk Orang Tua Yang Otoriter, Atau Tipe Demokratis?

Demokratis.

8. Jika Anak Ibu Melakukan Suatu Hal Yang Terkadang Membuat Ibu Kesal

Atau Emosi Apa Yang Ibu Lakukan ?

Paling saya di awal ngomonnya pelan-pelan sama dia, karena kalau dibentak

malah anaknya ga nurut.

9. Apakah Ibu Sudah Mengenalkan Al-Quran Atau Ilmu Agama Pada Anak ?

Sudah.

10. Apakah Anak Ibu Mengikuti Pengajian Di Tpa Atau Di Rumah ?

Di rumah sama bapaknya. Setelah sholat maghrib

Page 122: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

Identitas Responden

1. Nama Lengkap :

2. Jenis Kelamin :

3. Tempat, Tanggal Lahir :

4. Alamat :

5. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. D3 e. Sarjana

6. Pekerjaan : a. Pegawai Negeri c. Wiraswasta

b. Pegawai Swasta d. Lainnya

Keterangan :

SS (Sangat Setuju) TS (Tidak Setuju)

S (Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju)

N (Netral)

Berilah tanda checklist pada jawaban yang sesuai dan periksa kembali jawaban anda sebelum

diserahkan

Pola Asuh Demokratis SS S N TS STS

1. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu

tindakan

2. Mencukupi semua kebutuhan anak

3. Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian

4. Memperhatikan dan memilih teman yang baik untuk anak

5. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak

6. Dapat menciptakan suasana komunikatif dalam keluarga

7. Berlaku adil kepada anak

8. Meluangkan waktu dengan mengajak anak ke tempat rekreasi.

Pola Asuh Permisif

9. Membiarkan anak bermain tanpa adanya pengawasan

10. Memberikan kebebasan pada anak, tanpa memberikan kontrol sama sekali

11. . Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa

pengawasan yang cukup

12. Tidak menegur atau memperingatkan ketika anak salah

Page 123: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

Terima kasih atas kesediaan bapak/ ibu mengisi daftar pertanyaan ini.

13. Tidak peka terhadap masalah yang sedang dihadapi anak

14. Bersikap pasif dan masa bodoh kepada anak

Pola Asuh Otoriter

15. Memaksakan anak untuk mematuhi peraturan dan tidak boleh membantah

16. Mengharuskan anak untuk mengikuti keinginan anda

17. Meminta tolong keada anak dengan nada mengancam

18. Memberikan perintah dan larangan kepada anak

19. Memukul anak apabila melakukan kesalahan pada anak

20. Memberikan hukuman kepada anak apabila melakukan kesalahan

Page 124: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 125: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 126: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 127: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 128: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
Page 129: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43721/2/...JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

BIODATA PENULIS

Susylowati. Penulis lahir di Jakarta, pada hari Sabtu, 16 Juli

1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,

dari pasangan Johan Izuddin dan Kurniawati. Saat ini penulis

tinggal bersama orang tuanya di Perumahan Binong Permai

Blok B 39 No. 27 RT 017 RW 012, Curug, Tangerang

Banten. Penulis menyelesaikan pendidikannya mulai dari TK

Raudhatul Ummah, dan selesai pada tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Layyinah, dan lulus pada tahun 2006.

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di MTs Al-Layyinah Depok dan lulus

di tahun 2009. Selanjutnya penulis masih di yayasan yang sama melanjutkan

pendidikan di SMA Islam AL-Layyinah, lulus pada tahun 2012. Setelah lulus,

penulis melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) angkatan 2012, dan menamatkan studinya pada tahun 2018.

Mengenai pengalaman organisasi, penulis semasa di Tsanawiyah sampai SMA

menjadi pengurus Osis Yayasan Pendidikan Islam Al-Layyinah (MTs-SMA)

Masa Bakti 2008-2011 sebagai sekretaris kepengurusan, Penulis juga aktif dalam

Kepramukaan, Masa Bakti 2010-2011, menjabat sebagai sekretaris. Selama duduk

di bangku perkuliahan penulis juga aktif dalam organisasi intra kampus Pojok

Seni Tarbiyah (POSTAR).Selain itu, ia juga aktif mengikuti organisasi Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Agama Islam masa bakti 2015-2016 dan

menjabat dalam Bidang Kesenian. Kemudian pada tahun 2016- 2018 penulis

mendapatkan amanah untuk menjadi wali kelas di SD Islam Ruhul Amin.

Demikian biodata ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, semoga apa yang

telah ditulis bermanfaat bagi para pembaca.