jurusan manajemen pemasaran fakultas ekonomi dan · pdf file(studi kasus atas penanganan...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEADILAN JASA, TERHADAP WORD OF
MOUTH, KEPUASAN, DAN INTENSITAS PEMBELIAN
ULANG
(Studi Kasus atas penanganan keluhan pelanggan
PT AHASS di Ciledug)
Oleh : INTAN PRASTIANA
106081002431
JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Abstract
The purpose of this research is to know the influence of the effect of perceived interac interactional fairness, procedural fairness, and distributive fairness to word of mouth, satisfaction, and repurchase intentions on customer following complaint handling of PT AHASS on Ciledug by using non probability sampling in respondent selection. Data processing method use path analysis, statistical examination in this research use test R square, t, and f. The result of the research also shows that there is significant influence of interactional fairness, procedural fairness, and distributive fairness variable upon word of mouth variable as shown in R square 51.4%, while the rest 49.6% influenced byunknown other variable. Beside that variable interactional fairness, distributive fairness, and word of mouth also influence to satisfaction, it showed by R square 70% while and the rest 30% of it is explained by other variable. And distributive fairness, procedural fairness, and word of mouth upon repurchase intentions variable as shown in R square 95%, while the rest 5% influenced by unknown other variable.This research acceptable to know variable of interactional fairness, procedural fairness, and distributive fairness as simultan to word of mouth and so as simultant variable interactional fairness, distributive fairness, and word of mouth influenced to satisfaction, and so as simultant variable distributive fairness, procedural fairness, and word of mouth influenced to repurchase intentions. While as partial variable of interaktional fairness, procedural fairness influenced as significant to variable word of mouth, and distributive fairness, word of mouth influenced as significant to variable satisfaction. And distributive fairness, procedural fairness, and word of mouth influenced as significant to variable repurchase intentions. Key words : Interactional Fairness, Procedural Fairness, Distributive fairness, Word of Mouth, Satisfaction, Repurchase Intentions
i
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keadilan interaksional, keadilan prosedural, dan keadilan distributif terhadap komunikasi word of mouth , kepuasan, dan intensitas pembelian ulang pada pasca penanganan keluhan pelanggan PT AHASS di Ciledug, dengan menggunakan metode pengambilan non probability sampling dalam pemilihan responden. Metode pengolahan data menggunakan metode analisis jalur. Pengujian statistik dalam penelitian ini menggunakan uji R square, uji t, dan F.Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel keadilan intearsional, keadilan prosedural, dan keadilan distributif berpengaruh terhadap word of mouth , hal ini ditunjukkan dengan nilai R square sebesar 51.4%, sedangkan sisanya 48.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui. Selain itu variabel keadilan distributif dan word of mouth juga berpengaruh pada kepuasan, hal ini ditunjukkan dengan nilai R square sebesar 70%, sedangkan sisanya 30% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui. Dan variabel keadilan distributif, keadilan prosedural, dan word of mouth juga berpengaruh terhadap intensitas pembelian ulang, hal ini ditunjukkan dengan nilai R squre sebesar 95% sedangkan sisanya 5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui. Dalam penelitian ini diketahui bahwa keadilan interaksional, keadilan prosedural, dan keadilan distributif berpengaruh secara simultan terhadap word of mouth . Dan keadilan interaksional, keadilan distributif dan word of mouth juga berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan. Dan variabel keadilan distributive, keadilan procedural, dan word of mouth juga berpengaruh secara simultan terhadap intensitas pembelian ulang. Sedangkan secara parsial variabel keadilan interaksional, keadilan procedural, dan keadilan distributf berpengaruh terhadap word of mouth. Dan variabel keadilan distributive, word of mouth berpengaruh terhadap kepuasan, dan variabel keadilan distributif, keadilan procedural, dan word of mouth berpengaruh secara signifikan terhadap variabel intensitas pembelian ulang. Kata kunci : Keadilan Interaksional, Keadilan Prosedural, Keadilan Distributif, Word of Mouth, Kepuasan, Intensitas Pembelian Ulang.
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegagalan pada saat penyampaian jasa merupakan suatu hal yang tidak
dapat diabaikan dan akan terjadi pada hampir seluruh perusahaan penyedia
jasa. Jasa pemeliharaan kendaraan dipercayai sebagai salah satu jenis jasa
yang rentan terhadap kegagalan jasa. Kegagalan jasa yang dapat terjadi antara
lain seperti salah diagnosis kerusakan kendaraan, gagal memperbaiki
kendaraan, dan sebagainya. Sebagian kegagalan yang terjadi dapat berakibat
fatal, sehingga tidaklah mengherankan apabila tingkat keluhan pada jasa ini
termasuk tinggi.
Manajemen keluhan terus menjadi titik utama penelitian pemasaran
sejalan dengan banyaknya perusahaan yang semakin yakin bahwa pemasaran
dengan konsep mempertahankan pelanggan sangatlah menguntungkan.
Keluhan pelanggan dianggap sebagi peluang penting bagi perusahaan untuk
mengetahui reaksi pelanggan atas suatu pelayanan perusahaan, terutama pada
perusahaan jasa (Kim et al,2003 dalam Foedjiawati dan Semuel, 2007:43).
Perusahaan dapat meningkatkan retensi konsumen, dan melindunginya
terhadap penyebaran komentar negatif, dan meminimalkan kerugian dengan
mengelola ketidakpuasan pasca pembelian secara efektif. Konsumen yang
tidak puas akan mengkomunikasikan pengalaman negativenya dengan rata-
rata sembilan orang pelanggan yang lain, dan akibatnya penjualan perusahaan
mungkin menurun 10 persen sampai dengan 15 persen (Kim et al,2003 dalam
Foedjiawati dan Semuel, 2007:43).
Ketika seorang pelanggan mengalami pengalaman yang tidak memuaskan
akibat kegagalan jasa, pelanggan tersebut dapat terlibat dalam beberapa
respon. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan keluhan merupakan proses
yang dinamis, secara intuitif, aktifitas word of mouth terus berjalan saat proses
penanganan keluhan berlangsung dan suatu pihak dapat mangharapkan
terjadinya peningkatan peluang dari aktifitas word of mouth mulai dari awal
kegagalan jasa sampai ke tiap-tiap langkah penanganan keluhan.
Pentingnya identifikasi dan pemberian respon pada keluhan konsumen
tidak bisa diabaikan, karena perusahaan bisa mengubah perilaku pasca
pembelian konsumen menjadi lebih baik melalui analisis yang dilakukan.
Kebanyakan pelanggan yang tidak puas, dapat dinampakkan melalui perilaku
tidak langsung, seperti komentar negatif word of mouth atau sampai
memutuskan keluar dari pelanggan, daripada menyatakan keluhan secara
langsung kepada perusahaan (Best and Andreasen, 1977 dalam Foedjiawati
dan Semuel, 2007:43). Hal ini mengakibatkan perusahaan menemui kesulitan
menganalisa penyebab ketidakpuasan dan mengidentifikasi peluang-peluang
untuk pengembangan pelayanan yang diberikan.
Penelitian sebelumnya pada permasalahan penanganan keluhan
mengemukakan bahwa keluhan mungkin saja dapat menaikkan tingkat
kepuasan, karena merupakan fasilitas dalam menyatakan ketidakpuasan (Nyer,
2000 dalam Foedjiawati dan Semuel, 2007:43). Penanganan keluhan bukan
hanya merupakan pemicu naiknya intensi penggunaan kembali, tetapi dapat
juga menurunkan tingkat komunikasi word of mouth yang negatif dan
menaikkan tingkat komunikasi word of mouth yang positif bagi perusahaan.
Konsumen melakukan penggunaan ulang tidak hanya dipengaruhi kualitas
produk, tetapi juga oleh faktor kualitas pelayanan. Pelayanan yang baik akan
memberikan kepuasan konsumen, sehingga mendorong orang untuk
melakukan pembelian ulang. Hal inilah yang dipertahankan oleh PT AHASS
yang berdiri pada tahun 1971 ini memiliki komitmen sebagai bengkel
kepercayaan sepeda motor Honda dalam melakukan perawatan dan perbaikan
sepeda motornya agar tetap aman, nyaman, dan selalu dalam kondisi prima
menemani mobilitas pemakainya. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, PT
AHASS selalu mengutamakan kualitas hasil kerja, pelayanan prima, harga
yang transparan dan menjadikan kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama,
dan dengan merespon setiap keluhan yang dilakukan pelanggan yang
mengeluh dan berhasil ditangani dengan baik maka semakin positif pula Word
of mouth yang diterima oleh PT AHASS. Terlebih lagi Industri sepeda motor
saat ini merupakan suatu industri yang besar di Indonesia, dan perkembangan
bisnis ini terus berkembang seiring dengan mobilitas kegiatan yang semakin
meningkat.
Penelitian sebelumnya pada permasalahan penanganan keluhan
menunjukkan bahwa penangaan keluhan bukan hanya merupakan pemicu
naiknya intensi pembelian kembali, tapi juga dapat menurunkan tingkat
komunikasi word of mouth yang negatif dan menaikkan tingkat komunikasi
word of mouth yang positif bagi perusahaan.
Penelitian ini mengacu kepada penelitian terdahulu Davidow (2003:67)
yang berjudul The Effect Of Word Of Mouth On Perceived Justice,
Satisfaction, and Repurchase Intentions Following Complaint Handling.
Dengan kerangka teoritikal dimana komunikasi word of mouth bertindak
sebagai variable mediator antara persepsi keadilan, kepuasan, dan intensi
pembelian ulang pelanggan pasca penanganan keluhan pelanggan.
Berdasarkan latar belakang di atas dan keyakinan bahwa belum banyak
penelitian tentang variabel-variabel yang mempengaruhi intensi penggunaan
ulang pelanggan pada jasa bengkel di jakarta, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat permasalahan penanganan keluhan pada PT.AHASS di Jakarta
dengan mempergunakan kerangka teorikal yang diperkenalkan oleh Davidow
(2003:67). Sehingga penelitian ini diberi judul ” Pengaruh Persepsi
Keadilan Jasa terhadap komunikasi word of mouth, Kepuasan dan Intensi
Pembelian Ulang Pelanggan: Studi kasus atas penanganan keluhan
pelanggan di PT AHASS Ciledug ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas dan untuk mengarahkan
pembahasan maka didapatkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan efek
komunikasi word of mouth, persepsi keadilan, kepuasan, dan intensitas
penggunaan ulang pasca keluhan pada konsumen PT AHASS , yaitu :
1. Bagaimana pengaruh keadilan Interaksional, keadilan procedural, dan
keadilan distributive terhadap komunikasi word of mouth?
2. Bagaimana pengaruh Keadilan Interaksional, keadilan distributive, dan
word of mouth terhadap kepuasan?
3. Bagaimana pengaruh keadilan Interaksional, Keadilan procedural, dan
Word of Mouth terhadap Intensitas pembelian ulang?
4. Seberapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan
Interaksional, Keadilan Prosedural, dan Keadilan Distributif terhadap word
of mouth, kepuasan, dan Intensi pembelian ulang?
C. Tujuan Penelitian
Dari penjabaran perumusan permasalahan-permasalahan maka
dapatdisimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh keadilan Interaksional, keadilan Procedural,
dan keadilan Distributif terhadap komunikasi word of mouth.
2. Untuk menganalisis pengaruh keadilan Interaksional, Keadilan Distributif,
dan komunikasi word of mouth terhadap Kepuasan.
3. Untuk menganalisis pengaruh pengaruh keadilan Distributif, keadilan
Prosedural, dan terhadap Intensitas pembelian ulang.
4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung
Keadilan Interaksional, Keadilan Prosedural, dan Keadilan Distributif
terhadap word of mouth, kepuasan, dan Intensi pembelian ulang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual ( intellectual
exercise ) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta
meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti.
2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber
informasi dan referensi intuk memungkinkan penelitian selanjutnya
mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan
maupun melengkapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemasaran Jasa
1. Pengertian jasa
Zethaml and Bitner (2003) dalam Lupiyoadi (2006:5) mengemukakan
definisi jasa adalah “Include all economics activities whose output is not a
physical product or constructions, is generally consumed at the time it is
produced, and provided added value in froms (such as convenience,
amusement, timeliness, comfort, or health) that are essentially intangible
concerns of its first purchaser. Jadi pada dasarnya jasa merupakan semua
aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan prosuk dalam bentuk
fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama
dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti
misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau
pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.
Menurut Gronroos (1990) dalam Rambat dan Hamdani (2006:6),
mendefinisikan jasa sebagai berikut: A service is an activity or series of
activities of more or less intangible nature that normally, but not
necessarily, take place in interactions between the customer and service
employees and/or physical resources or good and/or system of the service
provider, which are provided as solutions to customer problem. Jasa
adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible (tidak
berwujud) yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi
antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau
barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas
masalah pelanggan.
Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output
selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi, dan diproduksi pada
saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak
berwujud bagi pembeli pertamanya. Lovelock (2007:5) jasa adalah
tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik,
kinerjanya pada dasrnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan
kepemilikan atas faktor-faktor produksi. Lalu Lovelock (2007:5) juga
mengatakan bahwa kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan
manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari
tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas
nama penerima jasa tersebut.
2. Kareakteristik jasa
Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang atau
produk fisik. Terdapat empat karakteristik pokok pada jasa ( Tjiptono,
2007:18) :
a. Tidak Berwujud.
Hal ini menyebabkan konsumen tidak dapat melihat, mencium,
meraba, mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka
membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen akan
mencari informasi tentang jasa tersebut, seperti lokasi perusahaan, para
penyedia, dan penyalur jasa, peralatan, dan alat komunikasi yang
digunakan serta harga produk jasa tersebut. Beberapa hal yang dapat
dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan calon
konsumen, yaitu meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud,
menekankan pada manfaat yang diperoleh, menciptakan suatu nama
merek (brand) bagi jasa, dan memakai nama orang terkenal untuk
meningatkan kepercayaan konsumen.
b. Tidak terpisahkan ( inseparability ).
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa
yang menghasilkannya. Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat
bersamaan. Jika konsumen membeli suatu jasa maka ia akan
berhadapan langsung dengan sumber atau penyedia jasa tersebut,
sehingga penjualan jasa lebih diutamakan untuk penjualan langsung
dengan skala operasi terbatas. Untuk mengatasi masalah ini,
perusahaan dapat menggunakan strategi-strategi, seperti bekerja dalam
kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, serta melatih pemberi
jasa supaya mereka mampu membina kepercayaan konsumen.
c. bervariasi ( variability ).
Jasa yang diberikan seringkali berubah-ubah tergantung siapa yang
menyajikannya, kapan dan dimana penyajian jasa tersebut dilakukan.
Ini mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu
standar. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan dapat
menggunakan tiga pendekatan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu
melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik,
melakukan standarisasi proses produksi jasa, memantau kepuasan
pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survei pelanggan, dan
comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat
diperbaharui dan diperbaiki.
d. perishability
Jasa tidak dapat disimpan sehingga tidak dapat dijual pada masa
yang akan datang. Keadaan mudah musnah ini bukanlah suatu
masalah jika permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukan
persiapan pelayanan sebelumnya. Jika permintaan berfluktuasi, maka
perusahaan akan menghadapi masalah yang sulit dalam melakukan
persiapan pelayanannya. Untuk itu perlu dilakukan pelayanan produk,
penetapan harga, serta program promosi yang tepat untuk
mengantisipasi ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran jasa.
Menurut Lupiyoadi, (2006:7) mengatakan bahwa Observasi dan
pengamatanyang dilakukan oleh pemain-pemain di sektor jasa
mengemukakan lima langkah yang dapat dilakukan untuk meraih sukses
didunia jasa, yaitu :
1). Renewing the service offering
2). Localizing the point-of-service system
3). Leveraging the service “contract”
4). Using information power strategically
5). Determining the strategic value of a service business
B. Kegagalan Jasa
Kegagalan jasa merupakan suatu situasi dimana terdapat sesuatu yang
berjalan tidak semestinya. Karakteristik jasa yang tidak dapat dipisahkan dari
tingginya kontak langsung menyebabkan kegagalan jasa umumnya tidak dapat
disamarkan kepada pelanggan. (Boshoff, 1997 dalam Keumaladewi, 2006 : 7).
Menurut Denham (1998) dalam Tjiptono (2007:450) , mengatakan bahwa
secara garis besar masalah-masalah yang dihadapi setiap perusahaan bisa
ditelusuri dari tiga sumber utama, yaitu :
1. Masalah disebabkan oleh perusahaan itu sendiri, misalnya janji yang
berlebihan.
2. Masalah disebabkan karyawan, misalnya perlakuan kasar dan tidak sopan.
3. Masalah disebabkan pelanggan, misalnya tidak teliti membaca instruksi
atau petunjuk yang diberikan.
Tjiptono (2007:450) mengatakan bahwa kegagalan jasa terjadi pada
berbagai critical incidents dalam service encounters. Setiap service
encounters terbentuk dari sejumlah critical incidents. Atau ”moment of
truth”, yaitu momen interaksi spesifik dan actual antara pelanggan dengan
karyawan penyedia jasa, terutama yang memuaskan dan tidak memuaskan.
Beberapa contoh kegagalan jasa yang terjadi dalam critical incidents jasa
penerbangan antara lain kekeliruan dalam penanganan bagasi, layanan yang
lambat, sikap petugas yang tidak simpatik, dan perubahan skedulpenerbangan
tanpa pemberitahuan.
Renspons karyawan terhadap kegagalan jasa berhubungan langsung
dengan kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Kegagalan jasa
umunyadikelompokkan ke dalam tiga kategori berikut (Bitner, et al 1990
dalam Tijptono 2007:451) :
1. Respons karyawan terhadap kegagalan sistem penyampaian jasa
Tipe ini merupakan kegagalan dalam penawaran jasa inti perusahaan.
Dalam konteks perusahaan penerbangan, contoh kegagalan semacam itu,
antara lain menghidangkan makanan yang sudah dingin atau tidak segar,
keliru manangani bagasi penumpang , tidak mengumumkan perubahan
skedul penerbangan. Secara garis besar, kegagalan sistem penyampaian
jasa terdiri atas respons karyawan terhadap tiga tipe kegagalan jasa seperti
berikut ini :
a. Ketersediaan jasa (unavailable services ), berkenaan dengan tidak
adanya layanan tertentu yang biasanya tersedia.
b. Layanan yang lambatnya keterlaluan (unreasonably show service ),
yaitu layanan atau karyawan yang dipersepsikan pelanggan sangat
lambat dalam menjalankan fungsi atau tugasnya.
c. Kegagalan jasa inti lainnya (other core service failures ) yang
mencerminkan berbagai jasa inti yang ditawarkan oleh industri yang
berbeda-beda, misalnya makanan yang sudah dingin, pesawat yang
kotor, dan bagasi yang keliru ditangani.
2. Respons karyawan terhadap kebutuhan individual dan permintaan spesial
pelanggan.
Kebutuhan pelanggan bisa implisit maupun eksplisit. Kebutuhan
implisit adalah kebutuhan pelanggan yang tidak diminta secara khusus,
namun sepatutnya diketahui dengan jelas oleh penyedia jasa. Sebaliknya
kebutuhan eksplisit adalah kebutuhan pelanggan yang memang jelas0jelas
diminta. Secara garis besar, kebutuhan dan permintaan pelanggan
mencakup respons karyawan terhadap empat tipe kemungkinan kegagalan
jasa berikut ini.
a. Kebutuhan spesial, yaitu permintaan yang didasarkan pada
pertimbangan medis, religius, psikologis, bahasa, atau sosiologis
khusus pelanggan.
b. Respons karyawan terhadap preferensi pelanggan, menyangkut
kemampuan karyawan memodofikasi sistem penyampaian jasa
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi preferensi khusus
pelanggan yang bukan disebabkan masalah medis, religius, psikologis,
bahasa, maupun sosiologis mereka. Contoh tipikal preferensi
pelanggan restorant adalah permintaan mereka agar hidangannya
ditukar atau diganti.
c. Respons karyawan terhadap kesalahan pelanggan, meliputi skenario
dimana kegagalan jasa disebabkan kesalahan pelanggan yang diakui
atau diterima, seperti tiket dan kunci kamar hotel yang hilang.
d. Respons karyawan terhadap disruptive others (pelanggan atau pihak-
pihak tertentu yang mengganggu pengalaman jasa pelanggan lainnya),
berkenaan dengan kemampuan karyawan dalam menenangkan situasi
atau menyelesaikan perselisihan antar pelanggan. Misalnya, meminta
penonton bioskop agar tenang atau diam selama pertunjukkan, dan
meminta perokok agar tidak merokok di ruangan-ruangan restorant
yang tidak boleh ada asap rokok.
3. Tindakan karyawan yang tidak cepat dan tidak diharapkan (unprompted
and unsolicited emplpoyee actions)
Tipe ini menyangkut kejadian dan perilaku karyawan (yang baik
maupun yang jelek) yang sama sekali tidak diharapkan pelanggan.
Tindakan-tindakan ini yang diminta pelanggan dan juga tidak menjadi
bagian dari system penyampaian jasa inti.
Tabel 2.1 Sumber Penyebab Kegagalan Jasa
KATEGORI DESKRIPSI
1. Layanan Layanan yang tidak tersedia
a. Produk Keliru
b. Harga Keliru
Layanan yang terlalu lambat
a. Menunggu Kelamaan
2. Penyedia jasa Tindakan dan perilaku karyawan yang
tidak sepatutnya
3. Hal-hal diluar kendali penyedia jasa Faktor lingkungan nonmanusia perilaku
organisasi lain.
4. Pelanggan a. Perilaku pelanggan yang tidak bisa
dihindari
b. Perilaku pelanggan yang bisa
dihindari
c. Perilaku pelanggan lain
Sumber : Diadaptasi dari McColl-Kennedy (2003) dalam Tjiptono (2007:453)
Dalam kaitannya dengan komplain, Denham (1998) dalam Tjiptono
(2007:457) mengidentifikasi tiga tipe pelanggan, yakni active complainers,
inactive complainers, dan hyperactive complainers.
1. Active Complainers, yakni mereka yang memahami haknya, asertif,
percaya diri, dan tahu persis cara menyampaikan komplain. Bila
ekspektasi mereka akan pelayanan dan nilai (value) tidak terpenuhi,
mereka akan menyampaikan komplainnya ke perusahaan yang
bersangkutan. Tipe pelanggan semacam ini sangat berharga bagi
perusahaan, karena mereka cenderung langsung menginformasikan dan
mencari solusi atas setiap komplain yang mereka rasakan. Dengan
demikian, perusahaan masih berpeluang untuk melakukan perbaikan
dan memuaskan mereka.
2. inactive complainers, yakni mereka yang lebih suka menyampaikan
keluhan kepada orang lain (teman, keluarga, rekan kerja) daripada
langsung kepada perusahaan bersangkutan. Mereka cenderung
langsung berganti pemasok dan tidak pernah kembali ke perusahaan
yang mengecewakan mereka. Dengan demikian, peluang perbaikan
bagi perusahaan praktis tidak ada.
3. hyperactive complainers, yaitu mereka yang selalu komplain terhadap
apapun. Tipe ini bisa disebut pula chronic complainers, yang
kadangkala berlaku kasar dan agresif. Mereka ini hampir tidak
mungkin dipuaskan karena tujuan komplainnya lebih dilatarbelakangi
keinginan untuk mencari untung.
Apabila keluhan ditangani secara baik, maka akan menghasilkan kepuasan
pelanggan, hubungan relasional yang lebih kuat, dan meningkatkan intensi
penggunaan ulang layanan serta loyalitas pada perusahaan (Blodget et al,
1993; Reynolds dan Arnold, 2000 dalam Keumaladewi, 2006:13)
C. Pemulihan Jasa
Konsep pemulihan jasa ( service recovery ) mengalami evolusi dari waktu
ke waktu. Sebelum dekade 1970 dan awal 1980an, istilah ini mengacu pada
upaya memperbaiki kerusakan computer atau alat telekomunikasi, atau
menangani kerusakan setelah terjadinya bencana alam. Mulai awal 1970an
dan berlanjut pada dekade berikutnya, para pemasar mulai menekankan bukan
hanya pada insiden pemulihan jasa dalm konteks reaktif (memecahkan
masalah jasa spesifik), namun juga berfokus pada manfaat pemuluhan dalam
jangka panjang, seperti peningkatan loyalitas pelanggan dan komunikasi
gethok tular yang lebih positif. Artikel klasik yang dipublikasikan Hart, et al
(1990) dalam Tjiptono (2007:465).
Secara garis besar aktivitas yang diperlukan dalam rangka memulihkan
layanan pelanggan, meliputi beberapa hal berikut (Bowen & Johnston, 1999
dalam Tjiptono, 2007:465) :
1. Respons, pengakuan bahwa telah terjadi masalah atau kegagalan jasa,
permohonan maaf, empati, respons yang cepat, keterlibatan manajemen.
2. Informasi, penjelasan atas kegagalan yang terjadi, mendengarkan
pandangan pelanggan terhadap solusi yang diharapkan, menyepakati
solusi, menjamin bahwa masalah yang sama tidak akan terulang lagi,
permohonan maaf tertulis.
3. Kompensasi, token compensation, kompensasi ekuivalen atau
pengembalian uang.
Proses pemulihan jasa yang efektif dan komprehensif terdiri atas empat tahap
utama (Fandy Tjiptono, 2007:466), yakni:
1. Mengidentifikasi kegagalan jasa ( service failure )
2. Memecahkan masalah pelanggan
3. Mengkomunikasikan dan mengklasifikasikan kegagalan jasa
4. Mengintegrasikan data dan menyempurnakan jasa keseluruhan
D. Aplikasi teori keadilan jasa
Teori keadilan adalah suatu teori yang berakar dari ilmu hukum. Saat ini
teori keadilan telah dikembangkan dalam konteks jasa untuk mengukur
keadilan dari penyampaian jasa. Berry dan Seiders (1998) dalam
Keumaladewi (2006:15), mendefinisikan keadilan dalam konteks jasa sebagai
berikut ”Justice, a customer’s perception of fairness of the overall outcome of
a service encounter” adalah penting untuk mengkonseptualisasikan hubungan
antara pelanggan dengan perusahaan dalam suatu timbangan keadilan.
Hubungan yang terjadi haruslah seimbang. Dalam perspektif pelanggan,
pelanggan telah mengeluarkan biaya untuk mendapatkan jasa, maka
perusahaan haruslah menyediakan jasa yang telah dibayar oleh pelanggan
tersebut. Apabila pertukaran yang terjadi adil, maka timabangan akan
seimbang, dan semuanya berjalan baik. Namun apabila perusahaan tidak
menyampaikan jasa seperti yang dijanjikan , pelanggan akan merasa
menderita kerugian, sebagai hasil dari ketidakadilan. Saat itu terjadi, tugas
perusahaan adalah untuk menyeimbangkan timbangan kembali, dan merubah
pelanggan yang tidak puas menjadi puas dan loyal kembali.
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Atau dengan kata lain keadilan pada dasarnya terletak pada
keseimbangan atau keharmonisan antara penuntutan hak dan menjalankan
kewajiban. Sebagai contoh, bila kita mengakui hak hidup kita, sudah
sewajarnyalah kita mempertahankan hak hidup kita dengan bekerja keras
tanpa merugikan orang lain. Sebab orang lain juga mempunyai hak dan
kewajiban hidup yang sama dengan kita. Berdasarkan segi etis, manusia
diharapkan untuk tidak hanya menuntut hak dan melupakan atau tidak
melaksanakan kewajibannya sama sekali. Sikap dan tindakan manusia yang
semata-mata hanya menuntut haknya tanpa melaksanakan kewajibannya akan
mengarah pada pemerasan atau perbudakan terhadap orang lain.
Keadilan merupakan suatu hal yang penting diperhatikan dalam hal
pencapaian kepuasan pelanggan karena setiap individu ingin diperlakukan
secara adil (Walster, dan Berscheid, 1978) dalam Keumaladewi (2006:16),
Mowen dan Groove (1983) dalam Keumaladewi (2006:16).
Dalam penelitiannya Davidow (2003:69) telah mengembangkan prinsip
keadilan untuk mengukur keadilan prosedural, distributive, dan interaksional
dalam suatu penelitian mengenai kegagalan dan pemulihan jasa. Dan juga
penelitian Hema Malini (2003:5) yang telah menguji ketiga konsep teori
keadilan yang diterimanya dari perusahaan, yaitu keadilan interaksional,
keadilan prosedural, dan keadilan distributif terhadap kepuasan mengenai
penanganan keluhan.
1. Keadilan Interaksional
Dalam penelitian Hema Malini (2003:11), keadilan interaksional
adalah perlakuan interpersonal yang diterima pelanggan selama prosedur
pengaduan berlangsung. Keadilan interaksional ini menggambarkan aspek
dari kesopanan, kepedulian, dan kejujuran selama proses pengaduan,
seperti menyediakan penjelasan dan usaha yang berarti dalam mencairkan
konflik yang terjadi. Tax, Brown dan Chandrashekaran (1998) dalam
Hema Malini (2003:11) menjelaskan bahwa faktor interaksional
membantu menjelaskan mengapa seseorang merasa diperlakukan tidak
adil, meskipun mereka akan menggambarkan prosedur pengambilan
keputusan dan hasil yang adil.
Keadilan interaksional sebagai persepsi keadilan di dalam interaksi
antara individu saat penyampaian jasa. Keadilan interaksional juga
didefinisikan sebagai kualitas interaksi antara dua pihak yang terlibat di
dalam suatu konflik. Keadilan interaksional timbul dari bagian
interpersonal dari suatu transaksi. Keadilan interaksional merupakan suatu
bagian yang intangible dari suatu pengalaman jasa yang terbentuk dari
penilaian keadilan yang berhubungan dengan kejujuran, keramahan, usaha,
empati, dan penjelasan (Keumaladewi, 2006:18). Kesdilan interpersonal
ini menggambarkan aspek kesopanan, kepedulian, dan kejujuran selama
proses pengaduan, seperti menyediakan penjelasan dan usaha yang berarti
dalam menyelesaikan konflik atau perselisihan yang terjadi.
Lebih lanjut dijelaskan dalam penelitian Hama Malini (2003:12),
penelitian marketing mengenai perilaku organisasi dan psikologi sosial
memberikan pengetahuan tentang lima elemen penting dalam keadilan
interaksional, yaitu :
a. Kejelasan (explanation )
b. Kejujuran (honesty)
c. Kesopanan (politeness)
d. Usaha (effort)
e. Kepedulian (empathy)
Keadilan interpersonal menggambarkan aspek kesopanan, kepedulian,
kejujuran, selama proses pengaduan, seperti menyediakan penjelasan dan
usaha yang berarti dalam menyelesaikan konflik atau perselisihan yang
terjadi. Tax dan Brown (1998) dalam Hama Malini (2003:12) mengatakan
bahwa keadilan interaksional berpengaruh positif terhadap kepuasan atas
penanganan keluhan.
2. Keadilan Prosedural
Dalam penelitian Hema Malini (2003:13) mendefinisikan keadilan
prosedural sebagai keadilan yang dapat dirasakan pelanggan sebagai
proses dimana pada akhirnya permasalahan dapat diselesaikan. Konsep
dalam keadilan prosedural adalah pelanggan diberi kesempatan untuk
menceritakan permasalahan yang dihadapi dan perusahaan memberikan
penjelasan yang dapat diterima oleh pelanggan. Keadilan prosedural ini
sangat penting karena bertujuan untuk menyelesaikan konflik, sebagai cara
untuk mendorong kelanjutan hubungan produktif diantara pihak-pihak
yang berselisih terutama pada saat hasilnya tidak memuaskan bagi satu
pihak ataupun bagi kedua pihak.
Menurut Davidow (2003:69) Keadilan prosedural berkaitan dengan
keadilan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian
prosedur, pelanggan membuat suatu penilaian subjektif mengenai proses
yang dilakukan penanganan kegagalan jasa. Atribut-atribut dari penilaian
tersebut adalah tanggung jawab, waktu dan kecepatan, kenyamanan, tindak
lanjut, process control, kefleksibelan, dan pengetahuan mengenai proses.
Keadilan prosedural merupakan prediksi penting dan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan.
Menurut Tax, Brown dan Chandrashekaran (1998) dalam Hema
Malini (2003:13) menggambarkan lima elemen penting pada keadilan
prosedural yang diidentifikasikan dalam bidang hukum, pemasaran,
psikologi, dan literatur organisasi yang merupakan bagian penting untuk
mengevaluasi keluhan. Lima elemen yang digunakan dalam penelitiannya
adalah :
1. Kontrol proses ( proses control )
2. Kemudahan yang dicapai ( accessibility )
3. Kecepatan ( timing atau speed)
4. Kemudahan menyesuaikan (flexibility)
Berbagai elemen itu secara bersama-sama menyatakan bahwa prosedur
penanganan keluhan yang adil adalah harus mudah diakses, menyediakan
unsur kontrol bagi para pelanggan yang menyampaikan keluhan, fleksibel
dan diselesaikan dengan cara yang pantas dan tepat waktu. Menurut
Sweeny (1992) dalam Hema Malini (2003:14) berdasarkan hasil
penelitiannya mengatakan bahwa keadilan prosedural merupakan prediksi
penting dan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan, kinerja
perusahaan, dan komitmen perusahaan. Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh
Smith, Bolton dan Wagner (1999:366) berdasarkan hasil penelitiannya
juga mengatakan bahwa keadilan prosedural yang diberikan oleh
perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan pelayanan encounter yang
diterima oleh pelanggan.
3. Keadilan Distributif
Keadilan distributif ialah keadilan yang berhubungan dengan jasa,
kemakmuran, atau keberadaan menurut kerja, kemampuan, dan
kondisi/keberadaan seseorang (Saifudiens, 2009). Keadilan distributif
merupakan persepsi keadilan dari hasil yang terlihat (tangible) dari suatu
penyampaian jasa . Kelley, hoffman , dan Davis ( 2001) dalam Hema
malini (2003:5) mengatakan bahwa keadilan distributif adalah keadilan
yang berhubungan dengan hasil keputusan penyelesaian atas penanganan
keluhan pelanggan. Keadilan ini menggambarkan aspek dari, koreksi pada
harga (corrections of charges), penggantian biaya (refund), perbaikan
(repairs), kredit (credit), penggantian barang (replacement), dan
permintaan maaf (apologies). Menurut Reis (2000) dalam Hema Malini
(2003:15), terdapat sekurang-kurangnya 17 standard peraturan dari
keadilan distributif yang telah dicatat ke dalam leteratur. Hal-hal yang
khusus diantaranya adalah prinsip : equity, equality dan need. Menurut
Oliver dan Swan (1999) dalam Hema Malini (2003:15), kebanyakan dari
penelitian marketing memfokuskan pada prinsip equity dan beberapa
penelitian mengatakan bahwa equity berpengaruh terhadap kepuasan
konsumen, disamping itu pembelian ulang keputusan dari word of mouth
juga berpengaruh.
Tax, Brown dan Chandrashekaran (2001) dalam Hema Malini
(2003:16), mengemukakan bahwa perusahaan-perusahaan yang
menjanjikan untuk memberikan kepuasan akan menciptakan harapan pada
pelanggan. Hal ini berarti berbagai keluhan yang diberikan akan ditangani
dalam kerangka yang mengacu pada aturan kebutuhan. Mereka yang
mengajukan keluhan dan mengetahui penyelesaian keluhan orang lain juga
berharap mendapatkan perlakuan yang sama. Oleh karena itu, pelanggan
akan mengevaluasi kelayakan kompensasi secara berbeda-beda yang
berdasarkan : pengalaman sebelumnya baik dengan perusahaan yang
bersangkutan maupun perusahaan lain, pengetahuan akan penyelesaian
yang diperoleh pelanggan lain dan persepsi dari kerugian-kerugian yang
dialami. Hal ini menyatakan bahwa keadilan distributif paling tepat
dilakukan untuk penanganan keluhan yang diberlakukan dalam kerangka
umum, seperti apakah hasil penanganan keluhan adalah seperti sesuai
dengan yang seharusnya yaitu dapat memnuhi kebutuhan dan keadilan dari
pelanggan.
Dalam penelitian Hema malini (2003:16) mengatakan bahwa keadilan
distributif merupakan prediksi penting dan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan. Keadilan distributif ini meliputi alokasi kompensasi
(diskon, penggantian biaya, pemberian kupon, dan penggantian barang),
hal ini adalah respon perusahaan atas perbaikan kegagalan pelayanan yang
diberikannya. Kepuasan pelayanan encounter dipengaruhi secara positif
oleh keadilan distributif yang diberikan oleh perusahaan. Berdasarkan
hasil penelitiannya, perhitungan keadilan distributif mempunyai persentasi
nilai yang paling besar dari keseluruhan efek keadilan pada kepuasan
pelanggan.
Penelitian-penelitian empiris telah mendukung peranan keadilan
distributif dalam pemulihan jasa, suatu keadilan distributif berhasil dicapai
di dalam suatu pemulihan jasaapabila setidaknya pelanggan menerima apa
yang harusnya mereka terima sebelum kegagalan jasa ini terjadi.
Kelley, Hoffman dan Davis (1993) dalam Hema malini (2003:15)
mengemukakan bahwa dalam penanganan keluhan, distribusi dan hasil
akhir penyelesaian dapat dilihat dari :
1. Penggantian biaya (refunds)
2. Perbaikan (repairs)
3. Koreksi (corrections)
4. Permintaan maaf ( apologies )
E. Word of mouth
Silverman (2001) dalam Keumaladewi (2006:18) mendefinisikan Word of
Mouth (WOM) sebagai berikut: Word of Mouth is communication about
products and services between people who are perceived to be independent of
the company providing the product or services, in a medium perceived to be
independent of the company.
Menurut John C Mowen Jilid II terjemahan Dwi Kartini (2002:180)
mengatakan bahwa komunikasi word of mouth mengacu pada pertukaran
komentar, pemikiran, atau ide-ide di antara dua konsumenatau lebih, yang tak
satupun merupakan sumber pemasaran. Komunikasi word of mouth
mempunyai pengaruh yang sangat kuat etrhadap perilaku pembelian
konsumen. Studi lainnya mendapatkan bahwa pengaruh komunikasi word of
mouth adalah dua kali lebih efektif dari iklan, radio, dan tujuh kali lebih
efektif dari surat kabar dan majalah. Word of mouth diartikan sebagai suatu
bentuk komunikasi mengenai produk barang dan jasa antara orang-orang yang
independen, bukan merupakan bagian dari perusahaan penyedia produk
tersebut, yang terjadi melalui medium yang juga diyakini independen.
Komunikasi Word of Mouth dapat dianggap sebagai salah satu bentuk
tradisional dari komunikasi pemasaran. Word of Mouth merupakan
komunikasi interpersonal yang bersifat informal dengan pelakunya konsumen
sendiri bukan tenaga pemasaran. Word of mouth dianggap sebagai bentuk
iklan yang paling kredibel. Implikasinya terhadap para pemasar antara lain
mereka akan berfokus kepada kepuasan pelanggan. Perkembangan teknologi
pun membuat konsumen semakin cekatan dalam menghindari periklanan
tradisional. Word Of Mouth adalah sebuah konsep paling sederhana dalam
marketing namun juga sebuah konsep marketing yang tidak akan hilang
ditelan ombak. Kini para pemasar mengadopsi kembali konsep Word Of
Mouth. Ini karena melihat kenyataan bahwa pembelian bukan sebagai respons
dari iklan, namun sebagai respons dari apa yang mereka dengar sebelumnya
dari sumber-sumber yang dipercayai ( Syafrizalrahadian, 2009 ).
Dalam Dian Kamalia ( 2006:20 ), dampak pemasaran Word of Mouth
hampir selalu besar, bahkan lebih besar dari komunikasi personal, massa, atau
langsung. Menurut Harrison ( 2001 ) dalam Yusuf (2010:23) Intensitas Word
of Mouth lebih dihasilkan melalui kepuasan, kepuasan menghasilkan sebuah
summative experience evaluation dan hal ini bisa membentuk kandungan dari
sebuah pesan Word of Mouth. Informasi Word of Mouth menawarkan solusi
pada masalah ketidakpastian layanan yang ditawarkan sebelum menggunakan,
sehingga konsumen mencari informasi Word of Mouth dari sumber yang telah
berpengalaman dalam pemakaian suatu produk atau barang atau jasa,
(Cristiani, 2007:18 )
Dalam banyak industri (terutama sektor jasa), pendapat atau opini positif
dari teman atau keluarga jauh lebih persuasif dan kredibel dari pada iklan.
Oleh sebab itu, banyak perusahaan yang tidak hanya meneliti kepuasan total,
namun juga menelaah sejauh mana pelanggan bersedia merekomendasikan
produk perusahaan kepada orang lain. Word of mouth negatif bisa merusak
reputasi dan citra perusahaan. Pelanggan yang tidak puas bisa mempengaruhi
sikap dan penilaian negative rekan atau keluarganya terhadap barang dan jasa
perusahaan. Word of mouth negatif biasanya tersebar jauh lebih cepat dari
pada Word of Mouth positif. Bahkan biasanya dikatakan bahwa gossip
negative bisa menyebar secepat virus. Apalagi ada kecenderungan bahwa
lebih besar kemungkinan seorang pelanggan yang tidak puas menceritakan
pengalaman buruknya kepada orang lain dari pada pelanggan yang puas
menyampaikan pengalaman positifnya. Belum lagi ada kecenderungan orang
suka melebih-lebihkan cerita pengalamannya. Itulah sebabnya banyak
perusahaan yang mengadopsi program kepuasan pelanggan (Fandy Tjiptono,
2007 :344).
Walker (2001:60) menyatakan bahwa terdapat dua konstruk untuk
pengukuran komunikasi Word of Mouth yakni Word of Mouth activity dan
Word of Mouth praise. Word of Mouth activity dalam hal ini berkaitan dengan
tingkat penyebaran Word of Mouth. Dan Word of Mouth praise berkaitan
dengan valensi Word of Mouth.
1. Tingkat Penyebaran Word of Mouth
Davidow (2003:71), mengatakan bahwa penyebaran word of mouth
adalah aktifitas melakukan komunikasi word of mouth, kecenderungan
pelanggan untuk menceritakan pengalaman keluhannya. Tingkat
penyebaran Word of Mouth dapat dilihat dari seberapa sering seorang
individu terlibat di dalam komunikasi Word of Mouth dan juga dari
banyaknya kontak yang dilakukan. Dichter (1966) dalam Keumaladewi
(2006:20), mengatakan bahwa Frekuensi keterlibatan seseorang yang
tinggi terhadap produk barang ataupun jasa akan mengakibatkan terjadinya
pikiran-pikiran ataupun emosi yang berlebih yang dapat dengan mudah
dilekuarklan melalui komunikasi Word of Mouth, yang terkadang
dilakukan dengan sengaja, dengan tujuan untuk melepaskan ketegangan
atau pengalaman. Keterlibatan yang intens dengan suatu advertising
messages , juga menciptakan keinginan untuk terlibat dalam komunikasi
Word of Mouth mengenai pesan ataupun produk tersebut.
Holmes dan Lett (1977) dalam Keumaladewi (2006:21), menemukan
bahwa tingkat penggunaan, dan intensi penggunaan ulang keduanya
memiliki hubungan yang positif dengan perilaku penyebaran Word of
Mouth.
Penyebaran melalui mulut (word of mouth) ini tidak dapat dibendung.
Hal ini akan memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap produk atau
pelayanan atau jasa yang dimaksud. Hasil penelitian Octovate Consulting
Group tentang penyebaran Word of Mouth ini menyebutkan bahwa 89%
konsumen akan membeli barang berdasarkan rekomendasi orang lain atau
dapat menggunakan jasa pelayanan yang direkomendasikan oleh orang
lain, melalui penyebaran komunikasi Word of Mouth ini.
Istilah Word of Mouth digunakan untuk mendefinisikan komunikasi
verbal baik bersifat positif maupun negatif. Komunikasi ini dapat
berupaperbincangan antara dua orang atau lebih, atau sekedar
penyampaian testimonial secara satu arah. Medianya dapat berupa
pertemuan tatap muka, telepon, e-mail, listgroup, atau komunikasi lainnya.
Word of Mouth positif diyakini sebagai sarana yang sangat berharga dalam
mempromosikan produk barang dan jasa perusahaan.
Kotler dalam Cristiani, 2007 memberikan penjelasan bahwa ada 2
manfaat dari Word of Mouth, yakni :
1. Sumber Word of Mouth adalah meyakinkan, artinya Word of
Mouth adalah metode promosi dari konsumen oleh konsumen dan
untuk konsumen. Mempunyai konsumen yang loyal merupakan
impian semua produsen. Tidak hanya kepuasan konsumen akan
mengulangi pembelian, tetapi mereka juga bercerita kepada orang
lain.
2. Sumber Word of Mouth mempunyai biaya rendah, artinya selalu
mempertahankan hubungan dengan konsumen yang puas dengan
produk yang dibelinya dan membuat konsumen menjadi penyebar
informasi bagi produk yang berbiaya kecil.
2. Valensi Word of Mouth
Dalam penelitiannya Davidow (2003:71) mengatakan bahwa valensi
word of mouth adalah tingkat kepositifan dari komunikasi word of mouth
yang telah dilakukan pelanggan. Dari perspektif pemasaran, Word of
Mouth dapat dipandang sebagai suatu valensi ( positif atau negatif ).
Positif Word of Mouth terjadi saat berita baik dan endorsement yang
diinginkan perusahaan diucapkan. Hal ini dapat terjadi berdasarkan atas
pengalaman pribadi, ataupun pengaruh dari komunikasi yang dilakukan
pihak ketiga. Negatif Word of Mouth merupakan kebalikannya. Hal ini
berati bahwa hal negatif dari sudut pandang perusahaan dapat dianggap
positif dari sudut pandang pelanggan.
Geoffrey ( 2003:332), menemukan bahwa kecenderungan untuk
melakukan negative Word of Mouth adalah positif dengan ketidakpuasan
dan berhubungan negative dengan persepsi pelanggan.
WOM
Negatif Positif
Menurut Kotler ( 1994 ) dalam Dion Kamalia ( 2006 ), konsumen
menerima dan menanggapi Word of Mouth pada kondisi dan situasi :
1. Konsumen kurang dapat informasi yang cukup untuk membantu
dalam melakukan pilihan.
2. Produknya sangat kompleks dan sulit dinilai dengan menggunakan
penilaian konteks.
3. Seseorang kurang mampu untuk dapat menilai produk, tidak
penting bagaimana informasi disebarkan dan ditujukan.
4. Sumber lain mempunyai kredibilitas rendah.
5. Pengaruh orang lain lebih mudah dijangkau dari pada sumber lain,
dan karena dapat dikonsultasikan dengan menghemat waktu, dan
tenaga.
6. Kuatnya ikatan sosial yang ada antar penyebar dan penerima
informasi.
Word of Mouth lebih efektif apabila digunakan dalam hal promosi
produk jasa dibandingkan barang karena produk jasa memiliki
karakteristik yang intangible ( tidak nyata )sehingga lebih beresiko
dibandingkan dalam pembelian produk barang. Karena itu biasanya calon
konsumen produk jasa akan lebih membutuhkan rekomendasi dari orang
lain mengenai produk jasa tersebut.
Elemen yang terpenting adalah bahwa Word of Mouth terjadi dari atau
di antara orang-orang yang dipersepsikan tidak memiliki kepentingan
komersial dalam mendorong orang lain untuk menggunakan produk
tertentu. Ini berarti tidak terdapat insentif tertentu yang menyebebkan
disampaikannya informasi yang salah atau tidak benar.
Word of Mouth dianggap juga sebagai sarana komunikasi yang sangat
”powerful” dan dalam beberapa literatur dikatakan bahwa penyebabnya
adalah konsumen lebih percaya pada sumber-sumber informasi personal
atau informal dalam membuat keputusan pembelian suatu produk,
dibandingkan dengan sumber-sumber formal seperti iklan (Bansal dan
Voyer, 2000:169).
F. Kepuasan Pelanggan
Definisi kepuasan pelanggan menurut Brown (1992) The state in which
customer neesds, wants and expectation throughout the product on services
life are met or exceeded resulting in repeat purchase, loyalty and favorable
word of mouth. Definisi tersebut mengandung arti bahwa kepuasan pelanggan
adalah suatu kondisi dimana kebutuhan, dan keinginan pelanggan dan harapan
konsumen terhadap sebuah produk dan jasa sesuai atau terpenuhi dengan
tampilan dari produk dan jasa tersebut. Konsumen yang puas akan
mengkonsumsi produk dan jasa tersebut secara terus menerus, mendorong
konsumen loyal terhadap produk dan jasa tersebut dan senang hati
mempromosikan produk dan jasa tersebut dari mulut ke mulut.
Kepuasan berkaitan dengan evaluasi subyektif terhadap perasaan
seseorang. Perasaan yang timbul merupakan sebuah fungsi diskonfirmasi dan
outputnya relatif terhadap input. Hasil akhir dari evaluasi ini berupa perasaan
akan pemenuhan yang positif atau negatif. Menurur Kotler (2004:17),
“Satisfaction is a person’s feelings of pleasure or disapointment resulting
from comparing a product perceived performance (or outcome) in relation to
his or her expectations”.
Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana tanggapan kinerja produk
memenuhi harapan pembeli. Bila kinerja produk lebih rendah ketimbang
harapan pelanggan, maka pembelinya tidak puas. Bila presentasi sesuai atau
melebihi harapan maka pelanggan merasa puas.
Menurut Kotler Jilid II (2005:70) Perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk atau jasa
terhadap kinerja yang diharapkan. Jika kinerka memenuhi harapan, maka
pelanggan akan puas. Kepuasan merupakan penilaian mengenai ciri atau
keistimewaan produk atau jasa itu sendir, yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan konsumsi konsumen.
Kepuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang dipersepsikan antara harapan awal sebelum pembelian
(atau norma kerja lainnya ) dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya (Day dalam Rino Desanto, 2008:7). Kepuasan pelanggan
sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi
suatu produk atau jasa, dikutip oleh Setiawan, 2004 dalam Rino
Desanto(2008:7).
Tjiptono (2007:348) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan berkontribusi
pada sejumlah aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan,
meningkatnya reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga,
berkurangnya biaya transaksi masa depan, dan meningkatnya efisiensi dan
produktivitas karayawan.
Kepuasan pelanggan adalah sebuah peringkat kepuasan yang dapat
diuraikan sebagai suatu kesesuaian pilihan produk dengan pemanfaatannya.
Kepuasan pelanggan adalah adalah suatu fenomena yang multidimensial,
seperti perceived quality atas jasa dalam mempertahankan pelanggan.
Menurut Hoffman dan Bateson (dalam Fitri Rahmayuni, 2006:29),
mengatakan bahwa ada 3 bentuk untuk menilai kepuasan dan ketidakpuasan
pelanggan, yaitu :
1. Diskonfirmasi Positif, yaitu apabila kinerja lebih baik dari yang
diharapkan.
2. Diskonfirmasi Sederhana, yaitu apabila kinerja sama dengan yang
diharapkan.
3. Diskonfirmasi Negatif, yaitu apabila kinerja kurang dari yang
diharapkan.
Tingkat kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara tingkat
kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Menurut Freddy Rangkuti
(2006:24) mengatakan bahwa pengertian tersebut dapat diterapkan dalam
penelitian kepuasan atau ketidakpuasan terhadap satu perusahaan tertentu
karena keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan konsumen.
Gambar 2.1
Konsep Kepuasan Pelanggan
Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan keinginan pelanggan
Produk / Jasa
Pelanggan nilai produk / Tingkat Kepuasan Harapan
Jasa bagi pelanggan Pelanggan terhadap produk
Sumber : Freddy Rangkuti (2006) measuring customer satisfaction. Jilid III, hal 24
Freddy Rangkuti (2006:24) mengatakan bahwa Tujuan utama
perusahaan adalah menciptakan kepuasan pelanggan, namun jika harus
menurunkan harga atau meningkatkan jasa mereka yang kemudia terjadi
adalah penurunan keuntungan. Untuk mengetahui bagaimana mengenai
kebutuhan pelanggan tanpa harus mengorbankan keuntungan, perusahaan
dapat mengukur kepuasan pelanggan dengan beberapa metode. Menurut
(Cravens dalam Jum’i, 2007:31 ), tingkat kepuasan pelanggan dipengaruhi
oleh 3 hal, yaitu :
1. Citra (Image )
Suatu citra dari perusahaan atau merek merupakan suatu hal yang
juga dapat memberikan keunggulan kompetitif karena hal tersebut
akan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen.
2. Kinerja karyawan (employee performance)
Kinerja suatu produk dan sistem pengantoran tergantung kepada
seberapa baik keseluruhan fungsi organisasi dalam usaha memuaskan
kepuasan konsumen. Sehingga semua pihak dalam organisasi akan
mempengaruhi konsumen termasuk karyawan.
3. Persaingan ( Competition )
Kekuatan dan kelemahan pesaing juga akan mempengaruhi
kepuasan kosumen dan memberikan peluang untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif. Menemukan kesenjangan antara kebutuhan
konsumen dengan yang ditawarkan pesaing akan memberikan peluang
untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
Tjiptono (2007: 356) menerangkan tentang model kepuasan
pelanggan, diantaranya model diskonfirmasi harapan (expectancy
disconfirmation model), equity theory, experientially based affective
feeling, assimililation contrast theory, ooponent process theory, serta
model anteseden dan konsekuensi kepuasan pelanggan.
1. expectancy disconfirmation model
Bedasarkan konsumsi atau pemakaian produk atau merek
tertentu dan juga merek lainnya dalam kelas produk yang sama,
pelanggan membentuk harapannya mengenai kinerja dari merek
bersangkutan. Harapan atas kinerja ini dibandingkan dengan
kinerja aktual produk (yakni persepsi terhadap kualitas).
2. Equity Theory
Model trasdisional Equity Theory (dikenal pula dengan
istilah keadilan distributif dalam leteratur sosiologi) berusaha
mengoperasionalkan prinsip utama ”pertukaran” ( exchange).
Menurut Homans dikutip dalam Tjiptono (2007:358), reward yang
didapatkan seseorang dari pertukarannya dengan orang lain harus
proporsional dengan investasinya.
3. Attribution Theory
Attribution Theory mengidentifikasi proses yang dilakukan
seseorang dalam menentukan penyebab aksi / tindakan dirinya,
orang lain, dan objek tertentu. Atribusi yang dilakukan seseorang
bisa sangat mempengaruhi kepuasan purnabelinya terhadap produk
atau jasa tertentu, karena atribusi memoderasi perasaan puas atau
tidak puas.
4. Experientally based affective feelings
Pendekatan eksperiensial berpandangan bahwa tingkat
kepuasan pelanggan dipengaruhi perasaan positif dan negatif yang
diasosiakan pelanggan dengan barang atau jasa tertentu setelah
pembeliannya. Dengan kata lain, selain pemahaman kognitif
mengenai diskonfirmasi harapan, perasaan yang timbul dalam
proses purnabeli juga mempengaruhi perasaan puas atau tidak puas
terhadap produk yang dibeli.
5. Assimilation Contrast Theory
Menurut teori ini, konsumen mungkin menerima
penyimpangan (deviasi ) dari ekspektasinya dalam batas tertentu.
Apabila produk atau jasa yang dibeli dan dikonsumsi tidak terlalu
berbeda dengan apa yang diharapkan pelanggan, maka kinerja
produk atau jasa tersebut akan diasimilasi atau diterima dan produk
atau jasa bersangkutan akan dievaluasi secara positif.
6. Opponent Process Theory
Teori ini berusaha menjelaskan mengapa pengalaman
konsumen yang pada mulanya sangat memuaskan cenderung
dievaluasi kurang memuaskan pada kejadian atau kesempatan
berikutnya. Dasar pemikirannya adalah pandangan bahwa
organisme akan beradaptasi dengan stimuli di lingkungannya,
sehingga stimuli berkurang intensitasnya sepanjang waktu
7. Model anteseden dan konsekuensi pelanggan
Model anteseden dan konsekuensi kepuasan pelanggan.
Dalam model tersebut anteseden kepuasan pelanggan meliputi,
ekspektasi pelanggan, diskonfirmasi ekspektasi, kinerja, affect,
equity (penilaian konsumen terhadap keadilan interaksional,
prosedural dan distributif). Sedangkan konsekuensi kepuasan
pelanggan diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu perilaku
komplain, perilaku word of mouth, dan minat pembelian ulang.
Gambar 2.2
Model Anteseden dan Konsekuensi Kepuasan Pelanggan
Ekspektasi
Affect
Equity / keadilan diatributif
Perilaku komplain
Minat pembelian Ulang
Word of mouth
Kepuasan Kinerja
Diskonfirmasi
Sumber : Szmanski dan Henard (2001) dalam Tjiptono (2007:353)
Tjiptono (2007:366) mengemukakan enam konsep cara mengukur
kepuasan pelanggan, yaitu :
1. Kepuasan pelanggan keseluruhan (Overall Customer Satisfaction )
Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan
adalah langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka
dengan produk atau jasa spesifik tertentu. Biasanya ada dua bagian dalam
proses pengukurannya. Pertama, mengukur tingkat kepuasan pelanggan
terhadap produk dan jasa perusahaan bersangkutan. Kedua, menilai dan
membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan
terhadap produk dan jasa para pesaing.
2. Dimensi kepuasan pelanggan
Berbagai penelitian memilah kepuasan pelanggan ke dalam
komponen-komponennya. Umumnya, proses semacam ini terdiri atas
empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci
kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai produk dan jasa
perusahaan berdasarkan item-item spesifik, seperti kecepatan layanan,
fasilitas layanan, atau keramahan staf layanan pelanggan. Ketiga,
meminta pelanggan menilai produk dan jasa pesaing berdasarkan item-
item spesifik yang sama. Dan keempat, meminta para pelanggan untuk
menentukan diemnsi-dimensi yang menurut mereka paling penting dslam
menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.
3. Konfirmasi Harapan ( Confirmation of Expectations)
Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung , namun
disimpulkan berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan
pelanggan dengan kinerja actual produk perusahaan pada sejumlah atribut
atau dimensi penting.
4. Minat pembelian ulang ( Repurchase intent )
Kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan
menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan jasa
perusahaan lain.
5. Kesediaan untuk merekomendasi (Willingness to recommend )
Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relative lama atau
bahkan hanya terjadi satu kali pembelian (seperti pembelian mobil, broker
rumah, asuransi jiwa, tur keliling dunia, dan sebagainya), kesediaan
pelanggan untuk merekomendasikan produk kepada teman atau
keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk dianalisis dan
ditindaklanjuti.
6. Ketidakpuasan pelanggan (Customer Dissatisfaction)
Beberapa macam aspekk yang sering ditelaah guna mengetahui
ketidakpuasan pelanggan, meliputi komplain, retur atau pengembalian
produk, biaya garansi, product recall (penarikan kembali produk dari
pasar), gethok tular negative, dan defections (konsumen yang beralih ke
pesaing ).
G. Intensitas Penggunaan Ulang Pelanggan
Perusahaan jasa harus dapat memberikan secara konsisten jasa yang
berkualitas lebih tinggi daripada para pesaingnya. Pelanggan memilih
penyedia jasa dengan membandingkan pelayanan yang dirasakan (perceived
services) dengan yang diharapkan (expected services). Jika pelayanan yang
dirasakan berada dibawah yang diharapkan, maka timbul suatu ketidakpuasan
pelanggan, rasa kepercayaan pelanggan terhadap penyedia jasa menjadi
berkurang atau hilang sama sekali. Sebaliknya jika pelayanan yang dirasakan
sama atau lebih besar dari yang diharapkan, maka pelanggan merasa puas.
Mereka akan menggunakan kembali jasa tersebut dan memberitahukan kepada
yang lain, sehingga menjadi alat promosi yang efektif, dan kelangsungan
hidup perusahaan menjadi lebih terjamin.
Intensitas penggunaan ulang menunjukkan keinginan pelanggan untuk
melakukan penggunaan ulang pelanggan untuk waktu yang akan datang.
Intensi adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap objek
(Assael dalam Rino Desanto, 2008:9). Intensi pembelian adalah hasil proses
evaluasi terhadap merek. Tahapan terakhir dari pengembalian keputusan
secara komplek termasuk membeli merek yang diinginkan, mengevaluasi
merek tersebut saat dikonsumsi dan menyimpan informasi ini untuk digunakan
dimasa yang akan datang. Ketika seorang konsumen mengevaluasi terhadap
merek, mereka cenderung untuk membeli merek yang memberikan kepuasan
tinggi. Persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap intensi pembelian ( Wijaya, 2004
dalam Rino Desanto, 2008:9).
Penelitian-penelitian terdahulu menghubungkan kepuasan dengan intensi
penggunaan ulang. Kepuasan diidentifikasikan memiliki pengaruh yang
positif terhadap intensi penggunaan ulang sendiri didefinisikan sebagai suatu
penilaian individu mengenai penggunaan ulang suatu jasa dari perusahaan
yang sama, penilaian ini berdasarkan atas situasi saat ini dan kemungkinan
situasi yang terjadi (Sitaniapessy, 2008 ).
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi intensi
penggunaan ulang jasa sebelumnya telah dilakukan oleh Davidow (2003:67)
yang berjudul The Effect of Word of Mouth on Perceived Justice, Satisfaction,
and Repurchase Intentions Following Complaint Handling. Dalam studinya,
Davidow (2003:67) menguji efek yang diberikan oleh komunikasi Word of
mouth sebagai variabel mediator antara persepsi keadilan, kepuasan, dan
intensi penggunaan ulang pelanggan. Studi tersebut menguji dimensi-dimensi
persepsi keadilan dalam penentuan perilaku pasca keluhan. Persepsi keadilan
dalam hal ini adalah keadilan Interaksional, keadilan prosedural, dan keadilan
distributif. Keterlibatan pelanggan didalam aktifitas word of mouth dapat
memberikan dampak pada penilaian kepuasan dan perilaku selanjutnya.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa ketiga dimensi keadilan
memiliki hubungan yang kuat dan signifikan terhadap word of mouth
(Penyebaran word of mouth dan valensi word of mouth). Keadilan distributif
merupakan dimensi yang memiliki dampak terkuat dari ketiga dimensi
keadilan. Selain itu Davidow (2003) pun berhasil membuktikan bahwa word
of mouth merupakan sebuah faktor kunci mediator hubungan antara persepsi
keadilan terhadap respon perusahaan dengan kepuasan dan Intensi pembelian
ulang
Pada penelitian Hema Malini (2003:78) yang diberi judul ”Pengaruh
Keadilan Interaksional, Keadilan Prosedural, dan Keadilan Distributif
terhadap kepuasan pada penanganan keluhan pelanggan” mengatakan bahwa
ketiga dimensi keadilan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Kepuasan atas penanganan keluhan, bahwa tinggi rendahnya tingkat kepuasan
atas penanganan keluhan pelanggan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat
keadilan Interaksional, Keadilan Prosedural, dan Keadilan Distributif yang
dilakukan oleh perusahaan.
Pada penelitian Rino Desanto (2008:26) yang berjudul ”Pengaruh Kualitas
Pelayanan, dan Kepuasan Konsumen Terhadap Intensi Hunian Ulang Hotel
Merdeka Madiun”, mengatakan bahwa nilai tabel dengan tingkat signifikansi
5%, derajat bebas (2,97), didapat angka 3,1. oleh karena nilai F hitung > nilai
F tabel ( 17.399 > 3,1), maka Ho ditolak, artinya kualitas pelayanan dan
kepuasan konsumen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap intensi hunian ulang pelanggan. Demikian juga dilihat dari
probabilitasnya < 0,05, berarti koefisien regresi berganda signifikan. Jadi
kepuasan konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap intensi hunian
ulang pelanggan.
Dalam Penelitian Lori Molinari, et al (2008:368) yang berjudul
”Satisfaction, Quality and Value and Effeects on Repurchase and Positive
Word of Mouth Behavioral Intentions in B2B Services Context” mengatakan
Kepuasan memiliki hubungan yang positif dengan Intensi Pembelian Ulang,
dengan nilai t 3.030 dan niali p 0,0164 dan koefisien jalur sebesar 0,23. Dan
Word of Mouth memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan, dan Intensi
Pembelian Ulang,
Dalam penelitian Wijaya ( 2004 ) yang berjudul pengaruh persepsi kualitas
pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap keinginan membeli, mengatakan
bahwa persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas pembelian ulang.
I. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan diteliti tentang bagaimana efek komunikasi word
of mouth berpengaruh sebagai mediator antara persepsi keadilan dan kepuasan
serta dampaknya terhadap intensitas pembelian ulang pelanggan pada pasca
penanganan keluhan pelanggan PT.Astra Honda di Ciledug dengan mengacu
pada penelitian Davidow ( 2003:67) dan penelitian-penelitian sebelumnya.
Davidow (2003:68) menyatakan bahwa Ketiga variabel keadilan, yaitu
keadilan prosedural, distributif, dan interaksional mempengaruhi word of
mouth (Valensi word of mouth dan penyebaran word of mouth ) kepuasan dan
intensitas pembelian ulang pelanggan. keterlibatan pelanggan didalam
aktivitas komunikasi Word of mouth dapat memberikan dampak pada
penilaian kepuasan dan perilaku selanjutnya, oleh karena itu Davidow
(2003:68) beranggapan bahwa daripada menjadi suatu hasil keluaran,
komunikasi Word of mouth dapat menjadi variabel mediator yang
mempengaruhi kepuasan dan intensi penggunaan ulang pelanggan. Juga
menjelaskan adanya hubungan yang positif antara persepsi keadilan dengan
kepuasan , dan menunjukkan adanya hubungan yang positif antara persepsi
keadilan dengan intensitas pembelian ulang.
Davidow (2003:69) berpendapat bahwa pelaku keluhan menilai aktifitas
komunikasi word of mouth mereka dan kemudian menentukan kepuasan dan
intensitas pembelian ulang mereka. Dengan kata lain, aktivitas komunikasi
word of mouth akan mempengaruhi tingkat kepuasan atau intensi pembelian
ulang. Davidow ( 2003:76) juga berhasil membuktikan bahwa word of mouth
merupakan sebuah faktor kunci mediator hubungan antara persepsi terhadap
kepuasan dan intensi penggunaan ulang. Ditemukan pula bahwa word of
mouth merupakan variabel yang paling kuat mempengaruhi intensi
penggunaan ulang pelanggan. Selain word of mouth dibuktikan juga kepuasan
merupakan variabel mediator lainnya yang juga memiliki pengaruh kuat dalam
hubungan dengan intensi penggunaan ulang pelanggan. Word of mouth
berpengaruh terhadap kepuasan dan intensi penggunaan ulang.
Penelitian-penelitian terdahulu menghubungkan kepuasan dengan intensi
penggunaan ulang. Kepuasan diidentifikasikan memiliki pengaruh yang
positif terhadap intensi penggunaan ulang pada berbagai macam tipe penyedia
jasa. Intensias penggunaan ulang sendiri didefinisikan sebagai suatu penilaian
individu mengenai penggunaan ulang suatu jasa dari perusahaan yang sama
(Hellier et al.,2003:1762).
Davidow (2000) menemukan bahwa service quality (kualitas pelayanan),
yang terdiri dari timeliness (kecepatan merespon), apology (permintaan maaf),
redress (perbaikan), facilitation (pemfasilitasan), creadibility (kreadibilitas),
dan attentiveness (perhatian) dapat mempengaruhi satisfaction (kepuasan),
dan kepasan ini mempengaruhi keinginan untuk melakukan repurchase
(pembelian ulang) pelanggan.
Anderson ( 1998 ) dalam Davidow (2003:69)Komunikasi Word of mouth
(penyebaran dan valensi ) diasumsikan mempengaruhi kepuasan dan intensi
penggunaan ulang, dengan menggunakan prinsip konsistensi san self
perception theory untuk mendukung asumsi ini. Dengan kata lain, apabila
seorang konsumen telah membuat keputusan, ia akan mendapatkan tekanan
internal untuk berperilaku konsisten dengan komitmennya tersebut. Dengan
kata lain, aktivitas komunikasi Word of mouth akan mempengaruhi tingkat
kepuasan atau intensi penggunaan ulang.
Keumaladewi (2006:29) mengatakan bahwa ketiga persepsi keadilan
memiliki hubungan yang positif dengan word of mouth, dan kepuasan.
Adanya hubungan yang positif antara persepsi keadilan dengan kepuasan
ditunjukkan oleh penelitian Bowman dan Narayandas (2001) dalam
keumaladewi (2006:29), sedangkan Clemer(1988) mengatakan bahwa adanya
hubungan yang positif antara ketiga persepsi keadilan dengan intensi
pembelian ulang.
Berasarkan apa yang telah diuraikan diatas dapat digambarkan kerangka
konseptual seperti diperlihatkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.3
Persamaan analisis jalur struktur I,II,III
Keadilan Interaksional (X1)
Keadilan Prosedural (X2)
Keadilan Distributif (X3)
Word of Mouth (Y1)
Intensi Pembelian Ulang (Y3)
Kepuasan (Y2)
Sumber : Jonathan Sarwono (2006:54)
Y1 = ρx1y1X1 + ρx2y1X2 + ρx3y1X3 + ε 1 ( Struktur I )
Y2 = ρx3y1X3 + ρy1y2 + ε 2 ( Struktur I I )
Y3 = ρx3y3X3 + ρx2y1X2 + ρy1y3 + ε 3 ( Struktur III )
J. Perumusan Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua
variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris,
pengujian hipotesisnya, sebagai berikut :
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara keadilan interaksional, keadilan
prosedural, dan keadilan distributif terhadap word of mouth secara
simultan dan parsial.
Ha : Terdapat pengaruh antara keadilan interaksional, keadilan prosedural,
dan keadilan distributif terhadap word of mouth secara simultan
dan parsial
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara keadilan interaksional, keadilan
distributif, dan word of mouth terhadap kepuasan secara simultan
dan parsial.
Ha : Terdapat pengaruh antara keadilan interaksional, keadilan
distributif, dan word of mouth terhadap kepuasan secara simultan
dan parsial.
3. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara keadilan Distributif, keadilan
Prosedural, dan word of mouth terhadap Intensi pembelian ulang
secara simultan dan parsial.
Ha : Terdapat pengaruh antara keadilan Distributif, keadilan Prosedural,
dan word of mouth terhadap Intensi pembelian ulang secara
simultan dan parsial.
4. Ho : Tidak terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara
keadilan Interaksional, keadilan Prosedural, Keadilan Distributif
terhadap word of mouth, kepuasan, dan Intensi pembelian ulang
secara simultan dan parsial.
Ha : Terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara keadilan
Interaksional, keadilan Prosedural, Keadilan Distributif terhadap
word of mouth, kepuasan, dan Intensi pembelian ulang secara
simultan dan parsial.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksploratori yaitu penelitian yang
bertujuan memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap
suatu obyek dengan memformulasikan suatu masalah secara lebih tepat.
Penelitian semacam ini untuk menentukan alternatif tindakan yang akan
dilakukan sehingga mendapat gambaran yang jelas mengenai suatu
permasalahan. Oleh sebab itu, hal-hal ini perlu ditekankan guna mendapatkan
data primer seperti sampel, pengumpulan data dan profil responden,
instrument penelitian, tehnik penganalisaan data dan analisa data.
B. Metode Penentuan Sample
Sample dipilih dengan menggunakan teknik sample non probability
melalui cara Convenience sampling yaitu uunit sample yang ditarik mudah
dihubungi dimana saja, tidak menyusahkan, mudah mengukur dan
berkarakteristik kooperatif, (Freddy Rangkuti, 2003:32). Hal itu digunakan
untuk mempermudah dan sesuai dengan tujuan penelitian yang diterapkan,
maka sample dalam penelitian ini 100 orang konsumen.
Hal ini berdasarkan pendapat dari Zay dan Diel dalam (Fitri Rahmayuni,
2005:51) yang menyatakan bahwa besarnya sample minimum untuk sebuah
penelitian sebanyak 100 responden, karena jumlah minimal tersebut sudah
memenuhi uji distribusi Z sehingga data akan mendekati sempurna atau batas
sample minimum. Jumlah sample sebanyak 100 responden diperoleh melalui
convenience sampling dimana pengambilan sample dilakukan dari pengguna
yang mudah diakses dan bersedia menjadi responden yaitu dengan
membagikan kuesioner secara langsung kepada pengguna jasa layanan Honda-
Astra di Jakarta.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang langsung diperoleh dengan melakukan penelitian
lapangan terhadap responden yang dituju. Dalam hal ini responden
diminta mengisi sendiri kuesioner tanpa melibatkan pandangan subyektif
interviewer. Namun pada saat pengisisan kuesioner, responden telah
didampingi oleh interviewer untuk menghindari kesalahan yang terjadi
dalam pengisian kuesioner.
2. Data Sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa riset kepustakaan
yaitu berasal dari buku-buku kuliah, dan jurnal-jurnal, di internet, majalah,
serta laporan penelitian yang berkaitan dalam masalah skripsi ini.
D. Metode Analisis Data
Dalam analisis data penelitian, metode analisis yang digunakan
dikelompokkan dalam 2 kategori besar yaitu, analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Pada proses pengolahan data untuk menentukan nilai variabel
eksogen (dependent ) dan variabel endogen ( independent ), data yang
tidak dapat diukur dengan skala rasio dan internal akan digolongkan ke
dalam 5 kategori yaitu dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kategori sangat setuju dengan skor 5
b. Kategori setuju dengan skor 4
c. Kategori netral dengan skor 3
d. Kategori tidak setuju dengan skor 2
e. Kategori sangat tidak setuju dengan skor 1
Untuk menguji kevalidan dan reliabel butir-butir pernyataan yang
ada pada kuesioner, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih
dahulu, guna mendapatkan hasil penelitian yang baik dapat dilakukan try
out terhadap beberapa responden terbatas terlebih dahulu.
a. Uji Validitas
Menurut Bhuono (2005:66), uji validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir suatu daftar (konstruk) pertanyaan
dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada
umumnya mendukung suatu variabel tertentu.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan suatu instrument . Suatu instrument dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain,
mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain,
mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti.
Validitas suatu butir pertanyaan dapat dinilai pada hasil output
SPSS pada tabel dengan judul item total statistics. Menilai
kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai
corrected item total correlation > dari r-tabel. Uji validitas
sebaiknya dilakukan secara terpisah pada lembar kerja yang
berbeda antara satu konstruk variable yang lain sehingga dapat
diketahui butir-butir pertanyaan variabel mana yang paling banyak
tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Instrument yang reliabel berarti instrument tersebut bila
digunakan beberapa kali adalah mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Reliabilitas (keandalan) merupakan
ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam
menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dikatakan baik
jika memiliki nilai Crobachs Alpha > dari 0,6 (Bhuono, 2005:72).
2. Analisis Kuantitatif
a. Analisis Jalur (path analysis)
Analisis jalur (path analysis) merupakan pengembangan
dari analisis regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai
bentuk khusus dari analisis jalur (regression is special case of path
analysis). Analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji
model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat (Riduwan
dan Engkos A.K 2007:3). Dengan demikian dalam model hubungan
antar variabel tersebut, terdapat variabel bebas (Independent Variabel )
atau dalam hal ini disebut variabel eksogen (Exogenous), dan variabel
terikat (Dependent Variabel) atau yang disebut variabel endogen
(endogenous). Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur
mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independent menuju
variabel dependent yang terakhir. Menurut Riduwan dan Engkos
(2003:3) penggunaan analisis jalur dalam analisis data penelitian
didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut, yaitu :
a. Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linear,
aditif dan kausal.
b. Variabel-variabel residual tidak berkolerasi dengan variabel yang
mendahuluinya, dan tidak juga berkolerasi dengan variabel yang
lain.
c. Dalam model hubungan variabel hanya terdapat jalur kausal /
sebab-akibat searah.
d. Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval yang
berasal dari sumber yang sama.
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka data yang telah diperoleh
perlu dianalisis. Sebelum peneliti menggunakan analisis jalur dalam
penelitiannya, maka peneliti harus menyusun model hubungan antar
variabel yang dalam hal ini disebut diagram jalur. Tujuan analisis jalur
adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat
variabel, sebagai variabel independen terhadap variabel dependen.
Diagram jalur disusun berdasarkan kerangka pemikiran yang
dikembabgkan dari teori yang digunakan untuk penelitian. Dalam
penelitian ini model hubungan antar variabel independen atau eksogen
yaitu keadilan interaksional (X1), keadilan prosedural (X2), dan
keadilan distributif (X3) dengan variabel dependen atau endogen yaitu
word of mouth (Y1), Kepuasan (Y2), intensitas pembelian ulang (Y3).
Maka dapat diketahui formulasi model analisis jalur (path analysis)
sebagai berikut :
Gambar 3.1
Persamaan analisis jalur struktur I,II,III
Keadilan Prosedural (X2)
Keadilan Distributif (X3)
Word of Mouth (Y1)
Intensi Pembelian Ulang (Y3)
Kepuasan (Y2)
Keadilan Interaksional (X1)
Sumber : Jonathan Sarwono (2006:54)
Y1 = ρx1y1X1 + ρx2y1X2 + ρx3y1X3 + ε 1 (Struktur I)
Y2 = ρx1Y2X1 + ρx3y1X3 + ρy1y2 + ε 2 (Struktur I I)
Y3 = ρx3y3X3 + ρx2y1X2 + ρy1y3 + ε 3 (Struktur III)
b. Uji Hipotesis
dari perhitungan dengan SPSS 17.0 akan diperoleh keterangan atau
hasil mengenai koefisien determinasi, Uji F, Uji t untuk menjawab
perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan
dengan hal tersebut di atas, yakni :
1). Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinan ( R2 ) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independent menjelaskan variabel
dependent. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada
tabel model summaryb dan tertulis R square yang sudah disesuaikan
dengan jumlah variabel independent yang digunakan dalam penelitian.
2) Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat dan mengetahui pengaruh
bersama-sama variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Untuk menguji hipotesa Ho :b =0, maka langkah-langkah
yang akan digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan uji F
adalah sebagai berikut :
a) Menentukan Ho dan Ha
(1) Ho : Tidak terdapat pengaruh antara keadilan interaksional,
keadilan prosedural, dan keadilan distributif terhadap
word of mouth.
Ha : Terdapat pengaruh antara keadilan interaksional, keadilan
prosedural, dan keadilan distributif terhadap word of
mouth.
(2) Ho : Tidak terdapat pengaruh antara keadilan interaksional,
keadilan distributif, dan word of mouth terhadap
kepuasan.
Ha : Terdapat pengaruh antara keadilan interaksional, keadilan
distributif, dan word of mouth terhadap kepuasan.
(3). Ho : Tidak terdapat pengaruh antara keadilan Distributif,
keadilan Prosedural, dan word of mouth terhadap Intensi
pembelian ulang.
Ha : Terdapat pengaruh antara keadilan Distributif, keadilan
Prosedural, dan word of mouth terhadap Intensi
pembelian ulang.
b) Menentukan nilai F (Fhitung)
Untuk mengetahui korelasi ini signifikan atau tidak,
digunakan uji F, dengan rumus sebagai berikut :
F = R2 yxk(n-k-1)
K(1-R2 yxk)
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
n = jumlah pengamatan atau sample
k = jumlah variabel independent
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya variabel independen secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Jika Sig F >0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
Jika Sig F >0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
3) Uji t (Uji Parsial)
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individu atau parsial
terhadap variabel dependen. Menurut Bhuono (2005:54) hasil uji
t hitung ini pada output SPSS dilihat pada tabel coefficients.
Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari p-value (pada kolom sig)
pada masing-masing variabel independen, jika p value lebih kecil
dari level of sognifficant yang ditentukan, atau t hitung (pada
kolom t) lebih besar dari t tabel (dihitung dari two tailed α 5%,
df= n-k, k merupakan jumlah independent variabel). Untuk
menguji koefisien hipotesa Ho = 0.
a) Menentukan level of signifficant
level signifikan yang digunakan sebesar 5% atau (α) = 0.05
b) Menentukan nilai t (thitung)
Menentukan thitung (t-test) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
thitung = bi – (βi) βi = 0 dengan rumus thitung = bi
Sb Sb
Dimana :
bi = koefisien variabel ke-i
βi = parameter ke-i yang dihipotesiskan
Sb = kesalahan standar
c) Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho
jika probabilitas >0.05 = terima Ho
jika probabilitas >0.05 = tolak Ho
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Sub variabel Indikator
Keadilan
Interaksional
(Hema Malini, 2003)
(Davidow, 2003)
1. Kejujuran
2. Kejelasan
3.Kepedulian
4. Kesopanan
5. Usaha
1.Menceritakan hal yang sebenarnya.
2. Memberikan suatu penjelasan yang
dapat diterima oleh pelanggan
mengapa masalah tersebut dapat
terjadi.
3. Memperhatikan keluhan pelanggan.
4. Berlaku sopan dalam menangani
permasalahan.
5. Berusaha dengan keras untuk
menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Keadilan Prosedural
(Hema Malini, 2003)
(Davidow, 2003)
1.Kontrol keputusan
2. Kemudahan yang
Dicapai
3. Kecepatan
4. Kontrol proses
1. Memberikan kebebasan untuk
menerima atau menolak terhadap
hasil penanganan permasalahan.
2. Memberikan kemudahan dalam
mengemukakan permasalahan.
3. Merespon dengan cepat dalam
menangani permasalahan.
4. Memberikan kesempatan untuk
menjelaskan permasalahan.
5.Kemudahan
menyesuaikan
5. Bersedia untuk menyesuaikan
prosedur penanganan permasalahan
Keadilan distributif
(Hema Malini, 2003)
(Davidow, 2003)
1. Penggantian biaya
2. Perbaikan
3. Koreksi
4. Permintaan maaf
1. Bersedia memberikan biaya ganti rugi
kepada pelanggan yang dirugikan.
2. Memperbaiki pelayanan.
3. Mengoreksi setiap kesalahan yang
telah dilakukannya.
4. Bersedia untuk meminta maaf atas
kesalahan tersebut.
Word of mouth
Davidow (2003)
1. Penyebaran word
of mouth
2. Valensi word of
mouth
1. bercerita pada banyak orang
2. Menceritakan pengalaman
3. Menyampaikan pendapat
1. Bercerita tentang pemulihan jasa yang
baik
2. Bercerita tentang tindakan positif
3. Bercerita tentang penanganan keluhan
yang baik
Kepuasan
(Fornell, et al. Dalam
Tjiptono, 2007)
1.Overall
satisfaction
2. Confirmation of
Expection
3. Dimensi
kepuasan pelanggan
4. Minat pembelian
ulang (Repurchase
intent )
5. Kesediaan untuk
1. Kepuasan menyeluruh terhadap
pelayanan perusahaan PT. AHASS
2. Membandingkan kepuasan pelayanan
perusahaan PT. AHASS dengan
perusahaan lain.
1. Kesesuaian antara kinerja perusahaan
dengan harapan pelanggan.
2. Kesesuaian antara harapan pelanggan
dengan produk PT.AHAAS.
1. pelayanan dan produk yang
ditawarkan oleh PT.AHASS sudah
memenuhi keinginan pelanggan.
2. pelayanan dan produk yang
ditawarkan oleh PT.AHASS lebih
baik dibandingkan dengan pesaing.
3. Pelayanan dan produk berkualitas
yang ditawarkan oleh PT.AHASS
harus dipertahankan.
1. Pelanggan akan menggunakan jasa
perusahaan PT.AHASS ini kembali
dengan mengukur kepuasan yang
dirasakan.
1. Kesediaan pelanggan untuk
merekomendasi
(Willingness to
recommend )
6. Ketidakpuasan
pelanggan (Customer
Dissatisfaction).
merekomendasikan kepada orang
lain.
1. Pelanggan komplain kepada
perusahaan PT.AHASS.
2. Pelanggan beralih ke perusahaan lain
sejenis.
3. Menyebarkan word of mouth negatif.
Intensi Penggunaan
Ulang
(Rino Desanto, 2008)
(Sitaniapessy, 2008)
(Davidow, 2003)
Tetap menggunakan
kembali
1. Tetap melakukan penggunaan ulang
pelanggan untuk waktu yang akan
datang.
2. perusahaan dapat memberikan
secara konsisten jasa yang
berkualitas tinggi dari para
pesaingnya.
3. pelanggan memilih penyedia jasa
dengan membandingkan pelayanan
yang dirasakan
4. Penilaian konsumen mengenai
penggunaan ulang suatu jasa dari
perusahaan yang sama berdasarkan
situasi saat ini.
5. Menggunakan jasa ini kembali dan
memberitahukan kepada orang lain
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah singkat PT. AHASS
Bengkel AHASS - Astra Honda Authorized Service Station adalah bengkel
resmi dari P.T. Astra Honda Motor untuk melayani konsumen sepeda motor
Honda dalam perbaikan dan perawatan kendaraan konsumen. Fungsi dari
AHASS ini sebenarnya adalah sebagai layanan purna jual bagi sepeda motor
Honda dimana konsumen dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan
keluhan dan garansi dari sepeda motor merek Honda.
Dalam melayani konsumennya bengkel AHASS mempunyai slogan, kami
SIAP, dimana SIAP (Selalu ingin anda puas) ini merupakan motto bagi setiap
bengkel AHASS dalam melayani konsumen sepeda motor Honda. Bengkel
AHASS melayani One Stop Service untuk perawatanatau perbaikan ringan dan
berat, termasuk diantaranya perawatan atau perbaikan yang memerlukan turun
mesin atau overhaul, oversize, dan lain-lain.
PT AHASS memiliki komitmen sebagai bengkel kepercayaan sepeda
motor Honda dalam melakukan perawatan dan perbaikan sepeda motornya
agar tetap aman, nyaman, dan selalu dalam kondisi prima menemani mobilitas
pemakainya. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, PT AHASS selalu
mengutamakan kualitas hasil kerja, pelayanan prima, harga yang transparan
dan menjadikan kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama. Untuk
meningkatkan kualitas hasil kerja, PT AHASS menggunakan peralatan
berteknologi modern standard Honda Jepang, melakukan pemeriksaan akhir
(Final Check) setiap sepeda motor sebelum diserahkan kepada konsumen.
Untuk menjamin pelayanan yang prima, PT AHASS didukung oleh
mekanik yang handal, terlatih dengan sertifikasi Astra Honda, jujur dan
terpercaya. Managemen PT AHASS juga menyediakan customer service yang
dapat diakses untuk menyampaikan keluhan secara langsung kepada
perusahaan.
B. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk mendapatkan data primer, penulis menyebarkan kuesioner
kepada pengguna bengkel servive Honda (PT AHASS) di daerah ciledug
sebanyak 100 responden. Sebelum melakukan try out terhadap 100
responden dengan memberikan pernyataan untuk menguji tingkat validitas
dan reliabilitas dari sebuah pernyataan. Kuesioner dilakukan setelah
penulis melakukan try out terhadap 30 responden.
Valid adalah instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur (Sugiono, 2005:109). Validitas yang diukur dalam
penelitian ini adalah validitas kontruksi yaitu kerangka dari suatu konsep.
Dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan
skor total memakai rumus korelasi produk moment dengannilai r = 0,3.
Jika kurang dari 0,3 maka pernyataan dikatakan tidak valid. Sedangkan
reliabilitas adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiono,
2005:120).
Kuesioner dilakukan setelah penulis melakukan try out terhadap 30
responden. Kuesioner dibagi menjadi 6 variabel yaitu variabel Keadilan
Interaksionel (X1) yaitu ada 5 indikator, Keadilan Prosedural (X2) yaitu
ada 5 indikator, Keadilan Distributif (X3) yaitu ada empat indikator, Word
of Mouth (Y1) yaitu ada 6 indikator, Kepuasan Pelanggan (Y2) yaitu ada
11 indikator, dan Intensi Pembelian Ulang (Y3) yaitu ada 5 indikator.
Menurut Bhuono (2005:54) uji validitas dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung (Corrected Item-Total Correlation) dengan
r tabel, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai r hitung > nilai r tabel maka Item Valid
2. Jika nilai r hitung < nilai r tabel maka Item Tidak Valid
Nilai r tabel dapat diperoleh dimana df = n-2, dalam hal ini n adalah
jumlah sampel atau responden. Pada penelitian ini jumlah sampel yang
digunakan (n) = 30, maka besarnya df = 30-2=28. Dengan alpha = 0,05,
maka didapat nilai r tabel = 0,3. Sedangkan untuk uji reliabilitas
dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha dengan kriteria sebagai
berikut (Bhuono, 2005 :72) :
1. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka suatu insyrumen dikatakan
reliabel.
2. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka suatu insyrumen dikatakan
reliabel.
Berikut adalah hasil try out yang diberikan kepada 30 responden
dengan memberikan 47 butir pernyataan yang dibagi menjadi 6 variabel
utama.
Tabel 4.1 Hasil Try Out Instrument
Kontribusi X1,X2,X3 terhadap Y1,Y2,Y3
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 36
(Sumber : Data Primer 2010)
Jika dihitung secara simultan atau bersama-sama, instrument
pernyataan pada variabel Keadilan Interaksional (X1), Keadilan
Prosedural (X2), Keadilan Distributif (X3), Word of Mouth (Y1),
Kepuasan Pelanggan (Y2), Intensitas Pembelian Ulang (Y3) mempunyai
tingkat Cronbac’s Alpha = 0.939. Hasil diatas dapat diketahui bahwa
semua pernyataan pada penelitian ini mempunyai tingkat reliabilitas yang
tinggi. Berikut adalah hasil try out penelitian pernyataan :
Tabel 4.2 Hasil Try Out Instrument Pernyataan
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item
Total
Correlation
Cronbach’s
Alpha if
Item
Deleted
Keterangan
Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
133.0000
132.8333
133.0333
133.0333
133.0000
133.7000
132.5333
132.9333
132.8333
132.9000
132.8667
132.7667
132.7667
133.0333
133.0333
133.2667
132.9667
132.8000
186.897
183.799
183.137
183.137
189.517
187.597
188.671
182.685
183.799
186.645
187.706
185.151
185.495
183.137
179.964
181.857
187.620
190.855
.427
.531
.640
.640
.562
.517
.585
.613
.531
.544
.456
.564
.590
.640
.714
.552
.562
.307
.938
.937
.936
.936
.937
.937
.937
.936
.937
.937
.938
.937
.936
.936
.935
.937
.937
.939
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item
Total
Correlation
Cronbach’s
Alpha if
Item
Deleted
Keterangan
Item 19
Item 20
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Item 33
Item 34
Item 35
Item 36
133.0000
132.6667
133.0333
133.7000
132.8667
132.9667
133.3000
132.7333
132.8000
132.9667
132.8000
132.5333
132.9667
132.6000
132.8667
132.7667
132.7667
133.0333
189.517
189.885
186.861
187.597
187.706
187.620
186.631
189.651
190.372
179.689
190.028
186.533
188.033
185.214
187.706
185.151
185.495
183.137
.562
.455
.452
.517
.422
.562
.420
.374
.420
.745
.445
.654
.407
.593
.456
.564
.590
.640
.937
.938
.938
.937
.938
.937
.938
.938
.938
.935
.938
.936
.938
.936
.938
.937
.936
.936
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
(Sumber : Data primer, diolah 2010)
Dari hasil output table diatas dapat dilihat untuk butir pernyataan
Keadilan Interaksional (X1), Keadilan Prosedural (X2), Keadilan
Distributif (X3), Word of Mouth (Y1), Kepuasan Pelanggan (Y2),
Intensitas Pembelian Ulang (Y3), jika nilai r hitung > 0.3 dan nilai dari
Total Cronbach’s Alpha juga lebih besar dari nilai Alpha yaitu Total
Cronbach’s Alpha > 0.6 maka dapat diketahui bahwa pada butir
pernyataan dari instrument Keadilan Interaksional (X1), Keadilan
Prosedural (X2), Keadilan Distributif (X3), Word of Mouth (Y1),
Kepuasan Pelanggan (Y2), Intensitas Pembelian Ulang (Y3) adalah valid
dan reliable.
C. Hasil Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Kualitatif
a. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner untuk
mendapatkan data primer sebagai sumber penelitian. Kuesioner ini
ada dua jenis pernyataan, yaitu karakteristik responden dengan 8 butir
pernyataan dan pernyataan untuk variabel eksogen dan endogen
sebanyak 36 butir pernyataan. Berikut jumlah hasil persentase pada
pernyataan karakteristik responden.
1). Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Jenis Kelamin
Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Wanita Pria Total
3862
100
38.062.0
100.0
37.0100.0
(Sumber : Data Primer. Diolah 2010)
Tabel 4.3 hasil data yang di atas dapat dilihat bahwa 38
responden adalah berjenis kelamin Wanita dan 62 responden
adalah berjenis kelamin wanita. Ini berarti di daerah ciledug lebih
banyak pria yang pernah menyatakan keluhan dari pada wanita.
Hal ini karena mayoritas pengguna kendaraan bermotor adalah
pria.
2). Usia
Tabel 4.4 Usia Responden
Frequency Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 15-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41 -45 tahun Lainnya Total
60191722
100
60.0 19.0 17.0 2.0 2.0 100
79.019.096.098.0
100.0
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa responden yang
melakukan keluhan di daerah ciledug yang berusia 15-30 tahun ada
19 responden, responden yang berusia 31-35 tahun ada 60
responden, responden yang berusia 36-40 tahun ada 17 responden,
responden yang berusia 41-45 tahun ada 2 responden dan
responden yang lebih dari 45 tahun ada responden.
Hasil data diatas dapat disimpulkan konsumen atau pelanggan
bengkel service Honda (PT AHASS) yang penah melakukan
keluhan terbanyak aadalah yang berusia 31-35 tahun, karena pada
usia sekitar 31-35 tahun tingkat emosional lebih tinggi, dan mereka
cenderung untuk menyatakan keluhan apabila hasil service tidak
memuaskan atau tidak sesuai dengan harapan awal konsumen.
3). Pekerjaan
Tabel 4.5 Pekerjaan Responden
Frequency Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pelajar Mahasiswa/Mahasiswi Pegawai Negeri/Swasta Wiraswasta Lainnya Total
164324152
100
16.0 43.0 24.0 15.0 2.0 100
16.059.083.098.0
100.0
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa responden di daerah
ciledug yang pernah melakukan keluhan mempunyai profesi
sebagai pelajar ada 16 responden, yang berprofesi sebagai
mahasiswa atau mahasiswi ada 43 responden, sebagai pegawai
negeri atau swasta ada 24 responden, sebagai wiraswasta ada 15
responden, lainnya ada 2 responden. Pada lainnya, responden
mengisi sebagai pengangguran. Dari hasil tersebut didapatkan
mahasiswa dan mahasiswi yang lebih kritis dibandingkan lainnya,
sehingga mereka lebih berani untuk menyampaikan keluhan
mereka kepada perusahaan.
4). Kepemilikan Kendaraan
Tabel 4.6 Kepemilikan Kendaraan
Frequency Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Milik Pribadi Milik Keluarga Total
7129
100
71.0 29.0 100
72.0100.0
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.10 hasil data di atas dapat dilihat bahwa 71 responden
yang pernah melakukan keluhan adalah untuk kendaraan milik
pribadi, sedangkan sisanya 29 responden mengatakan kendaraan
milik keluarga. Pelanggan yang berkeluh adalah mereka yang
memiliki kendaraan pribadi, atau milik sendiri karena mereka lebih
memprioritaskan kendaraan milik sendiri, dan lebih
memperhatikan kualitas kendaraannya, sehingga mereka
menyatakan keluhannya agar kepuasan mereka atas kendaraan
tersebut terpenuhi oleh perusahaan.
5). Seberapa sering service di PT AHASS
Tabel 4.7 Seberapa sering service di PT AHASS Frequency Valid
Percent Cumulative Percent
Valid 3-5 kali 6-10 kali > 10 kali Total
172261
100
17.0 22.0 61.0 100
18.0100.078.0
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa, penggunaan PT AHASS
di ciledug 17 responden menyatakan sebanyak 3-5 kali
penggunaan, 22 responden 6-10 kali penggunaan, dan sisanya
sebanya 61 responden menyatakan melakukan service di PT
AHASS ciledug sebanyak lebih dari 10 kali. Hasil tersebut
menunjukkan konsumen yang berkeluh rata-rata sudah
berlangganan atau diatas 10 kali, karena konsumen sudah
mengetahui kualitas yang didapatkan di PT AHASS Ciledug,
sehingga ketika mereka merasa terdapat kekurangan dalam jasa
yang diberikan di PT AHASS Ciledug mereka dapat
mengetahuinyam, dan mereka pun berani untuk menyampaikan
keluhannya.
b. Pembahasan butir pernyataan
1). Keadilan Interaksional
Tabel 4.8 Karyawan PT AHASS Ciledug jujur dalam memberikan
informasi mengenai keadaan motor saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak setuju 9 9.0 9.0 9.0
Ragu 20 20.0 20.0 29.0
Setuju 49 49.0 49.0 78.0
sangat setuju 22 22.0 22.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.12 di atas dapat dilihat responden yang menyatakan
tidak setuju 9 responden, yang ragu-ragu 20 responden, yang
menyatakan setuju 49 responden, dan yang sangat setuju 22
responden. Jika dilihat yang menyatakan setuju lebih dari 40
responden, ini berarti Karyawan PT.AHASS Ciledug jujur dalam
memberikan informasi mengenai keadaan motor pelanggannya.
Tabel 4.9 PT. AHASS Ciledug selalu memberikan penjelasan kepada saya
atas kesalahan yang terjadi kendaraan saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak setuju 11 11.0 11.0 11.0
Ragu 35 35.0 35.0 46.0
Setuju 35 35.0 35.0 81.0
sangat setuju 19 19.0 19.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.13 di atas, dapat diperoleh responden yang
menyatakan tidak setuju 11 responden, ragu-ragu 35 responden,
setuju 35 responden, dan sangat setuju 19 responden. Ini berarti
sebagian responden setuju dengan pernyataan bahwa PT. AHASS
Ciledug selalu memberikan penjelasan kepada pelanggannya atas
kesalahan yang terjadi mengenai kendaraan pelanggan.
Tabel 4.10 PT. AHASS Ciledug selalu memperhatikan keluhan saya
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
tidak setuju 11 11.0 11.0 17.0
Ragu 49 49.0 49.0 66.0
Setuju 31 31.0 31.0 97.0
sangat setuju 3 3.0 3.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Berdasarkan table 4.14 di atas, dapat diketahui terdapat 6
responden yang menyatakan sangat tidak setuju, 11 responden
menyatakan tidak setuju, dan sebanyak 49 responden menyatakan
ragu-ragu, 31 responden menyatakan setuju, dan 3 responden
menyatakan sangat setuju. Jika sebagian besar responden yang
menyatakan ragu-ragu maka dapat dikatakan responden tidak
mengetahui dengan pasti tentang karyawan PT AHASS yang
selalu memperhatikan keluhan pelanggannya.
Tabel 4.11 Para Karyawan PT AHASS Ciledug selalu berlaku sopan dalam
menangani setiap permasalahan saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Sangat tidak setuju 7 7.0 7.0 7.0
tidak setuju 7 7.0 7.0 14.0
Ragu 25 25.0 25.0 39.0
Setuju 52 52.0 52.0 91.0
Sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.15 di atas, dapat diperoleh bahwa responden yang
menyatakan sangat tidak setuju ada 7 responden, yang
menyatakan tidak setuju ada 7 responden, yang menyatakan
ragu-ragu ada 25 responden, yang menyatakan setuju ada 52
responden, dan yang menyatakan sangat setuju ada 9 responden.
Jika dilihat dari jumlah responden yang menyatakan setuju lebih
dari 50% maka dapat disimpulkan bahwa para karyawan
PT.AHASS Ciledug selalu berlaku sopan dalam menangani
setiap permasalahan pelanggannya.
Tabel 4.12 PT AHASS Ciledug selalu berusaha untuk menyelesaikan permasalahansaya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Ragu 31 31.0 31.0 39.0
Setuju 59 59.0 59.0 98.0
sangat setuju 2 2.0 2.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Table 4.16 di atas dapat diperoleh responden yang
menyatakan tidak setuju ada 8 responden, yang menyatakan
ragu-ragu ada 31 responden, yang menyatakan setuju ada 59
responden, yang menyatakan sangat setuju ada 2 responden. Jika
dilihat dari responden yang menyatakan setuju lebih dari 5%
maka dapat disimpulkan bahwa PT. AHASS Ciledug selalu
berusaha untuk menyelesaikan permasalahan pelanggannya.
2). Keadilan Prosedural (X2)
Tabel 4.13 PT. AHASS Ciledug memberikan kebebasan kepada pelanggannya dalam
menerima atau menolak hasil penanganan permasalahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak setuju 19 19.0 19.0 19.0
Ragu 61 61.0 61.0 80.0
Setuju 17 17.0 17.0 97.0
sangat setuju 3 3.0 3.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.17 di atas, dapat diketahui bahwa ada 19 responden
yang menyatakan tidak setuju, sebanyak 61 responden yang
menyatakan ragu-ragu, dan 17 responden menyatakan setuju, dan
3 responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti responden
menyatakan ragu-ragu dengan pernyataan PT.AHASS Ciledug
memberikan kebebasan kepada pelanggannya dalam menerima
atau menolak hasil penanganan permasalahan
Tabel 4.14 PT. AHASS Ciledug memberikan kemudahan kepada pelanggannya dalam
mengemukakan permasalahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 3 3.0 3.0 3.0
Setuju 69 69.0 69.0 72.0
sangat setuju 28 28.0 28.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa 3 responden
menyatakan ragu-ragu, 69 responden menyatakan setuju, 28
responden menyatakan sangat setuju. Jika dilihat ada lebih dari
60% responden yang menjawab setuju ini berarti responden
setuju dengan pernyataan bahwa PT AHASS Ciledug
memberikan kemudahan kepada pelanggannya dalam
mengemukakan permasalahan.
Tabel 4.15 PT. AHASS Ciledug merespon dengan cepat dalam menangani
permasalahan saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 2.0 2.0 2.0
Ragu 14 14.0 14.0 16.0
Setuju 64 64.0 64.0 80.0
sangat setuju 20 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa terdapat 2 responden yang
menyatakan tidak setuju, 14 responden menyatakan ragu-ragu,
sebanyak 64 responden menyatakan setuju, dan 20 responden
menyatakan sangat setuju. Sebagian besar responden menjawab
setuju maka dapat disimpulkan responden setuju dengan PT.
AHASS Ciledug merespon dengan cepat dalam menangani
permasalahan saya.
Tabel 4.16 PT. AHASS Ciledug memberikan kesempatan kepada saya untuk
menjelaskan permasalahan saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
Ragu 18 18.0 18.0 22.0
Setuju 50 50.0 50.0 72.0
sangat setuju 28 28.0 28.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 4
responden menyatakan tidak setuju, 18 responden menyatakan
ragu-ragu, 50 responden menyatakan setuju, dan 28 responden
menyatakan sangat setuju. Bisa dilihat 50% responden
menyatakan setuju maka dapat disimpulkan bahwa responden
menganggap PT AHASS Ciledug memberikan kesempatan
kepada pelanggan untuk menjelaskan permasalahan saya.
Tabel 4.17 PT AHASS Ciledug telah menetapkan standard prosedur dalam
penanganan permasalahan
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
Ragu 28 28.0 28.0 31.0
Setuju 58 58.0 58.0 89.0
sangat setuju 11 11.0 11.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa ada 3 responden
menyatakan tidak setuju, 28 responden menyatakan ragu-ragu, 58
responden menyatakan setuju, dan 11 responden menyatakan
sangat setuju. Terlihat bahwa lebih dari 50% responden
menyatakan setuju pada pernyataan PT AHASS Ciledug telah
menetapkan standard prosedur dalam penanganan permasalahan.
3). Keadilan Distributif (X3)
Tabel 4.18 PT. AHASS Ciledug bersedia memberikan biaya ganti rugi
kepada pelanggannya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 36 36.0 36.0 36.0
Setuju 55 55.0 55.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Berdasarkan tebel 4.22 di atas, dapat diketahui terdapat 36
responden menyatakan ragu-ragu, 55 responden setuju, dan 9
responden menyatakan sangat setuju. Terlihat bahwa lebih dari
50% menyatakan setuju, ini berarti bahwa responden setuju
bahwa PT AHASS Ciledug bersedia memberikan biaya ganti rugi
kepada pelanggannya.
Tabel 4.19 Karyawan PT AHASS Ciledug selalu berusaha untuk
memperbaiki setiap pelayanannya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
Ragu 19 19.0 19.0 20.0
Setuju 64 64.0 64.0 84.0
sangat setuju 16 16.0 16.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 Tabel 4..33 di atas dapat terlihat bahwa 1 responden
menyatakan tidak setuju, 19 responden menyatakan ragu-ragu, 64
responden menyatakan setuju, dan 16 responden menyatakan
sangat setuju. Ini berarti sebagian besar responden mengatakan
setuju dengan pernyataan bahwa Karyawan PT AHASS Ciledug
selalu berusaha untuk memperbaiki ssetiap pelayanannya.
Tabel 4.20 Karyawan PT AHASS Ciledug mengkoreksi kembali
kesalahan yang telah dilakukannya
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
Ragu 24 24.0 24.0 25.0
Setuju 60 60.0 60.0 85.0
sangat setuju 15 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Tabel 4.34 di atas dapat dilihat bahwa 1 responden
menyatakan tidak setuju, 24 responden menyatakan ragu-ragu,
sebanyak 60 responden menyatakan setuju, dan 15 responden
menyatakan sangat setuju. Lebih dari 50% responden menjawab
setuju, ini berarti responden setuju dengan pendapat bahwa
karyawan PT AHASS Ciledug mengkoreksi kembali kesalahan
yang telah dilakukan karyawan.
Tabel 4.21 Karyawan PT AHASS Ciledug bersedia untuk meminta maaf
kepada pelanggan atas kesalahannya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Ragu 24 24.0 24.0 32.0
Setuju 54 54.0 54.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.35 di atas, terlihat bahwa 8 responden menyatakan
tidak setuju, 24 responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak 54
responden menyatakan setuju, dan 14 responden menyatakan
sangat setuju. Ini terlihat jelas bahwa lebih dari 50% responden
menyatakan pendapatnya setuju dengan pernyataan bahwa
karyawan PT AHASS Ciledug bersedia untuk meminta maaf
kepada pelanggan atas kesalahannya.
4. Word of Mouth (Y1)
Tabel 4.22 Saya menceritakan pengalaman penanganan komplain
PT AHASS Ciledug tersebut pada banyak orang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Ragu 46 46.0 46.0 54.0
Setuju 41 41.0 41.0 95.0
sangat setuju 5 5.0 5.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data table 4.36 di atas terlihat bahwa terdapat 8 responden
menyatakan tidak setuju, sebanyak 46 responden menyatakan
ragu, 41 responden menyatakan setuju, dan 5 responden
menyatakan sangat setuju. Sebagian besar responden tersebut
menyatakan ragu-ragu maka responden tidak terlalu peduli untuk
menceritakan pengalaman penanganan komplain mereka
terhadap PT AHASS Ciledug tersebut kepada banyak orang.
Tabel 4.23 Saya menceritakan pengalaman saya tentang pelayanan di
PT AHASS Ciledug setiap kali ada kesempatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
tidak setuju 4 4.0 4.0 7.0
Ragu 30 30.0 30.0 37.0
Setuju 44 44.0 44.0 81.0
sangat setuju 19 19.0 19.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Data tabel 4.37 di atas, dapat terlihat bahwa terdapat 3
responden menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden
menjawab setuju, 30 responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak
44 responden menyatakan setuju, dan 19 responden menyatakan
sangat setuju. Sebagian besar responden menyatakan setuju, ini
berarti para responden menceritakan pengalaman mereka tentang
pelayanan di PT AHASS Ciledug setiap kali ada kesempatan.
Tabel 4.24 Saya selalu menyampaikan pendapat saya kepada orang lain tentang PT AHASS di Ciledug
(Sumnber : Data Primer, diolah 2010)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Ragu 28 28.0 28.0 36.0
Setuju 56 56.0 56.0 92.0
sangat setuju 8 8.0 8.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Tabel 4.38 di atas dapat diketahui bahwa 8 responden
menyatakan tidak setuju, 28 responden menyatakan ragu-ragu,
sebanyak 56 responden menyatakan setuju, dan 8 responden
menyatakan sangat setuju. Sebanyak lebih dari 50% responden
menyatakan setuju, ini berarti para responden setuju pada
pernyataan bahwa mereka selalu menyampaikan pendapatnya
kepada orang lain tentang PT AHASS di Ciledug.
Tabel 4.25 Saya bercerita tentang pemulihan jasa yang baik dari PT
AHASS Ciledug tersebut kepada orang-orang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 5 5.0 5.0 5.0
Ragu 24 24.0 24.0 29.0
Setuju 63 63.0 63.0 92.0
sangat setuju 8 8.0 8.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Berdasarkan tabel 4.39 di atas dapat terlihat bahwa terdapat 5
responden menyatakan tidak setuju, 24 responden menyatakan
ragu-ragu, sebanyak 63 responden menyatakan setuju, dan 8
responden menyatakan sangat setuju. Hal ini berarti terdapat
lebih dari 60% menyatakan setuju bahwa mereka bercerita
tentang pemulihan jasa yang baik dari PT AHASS Ciledug
kepada orang-orang.
Tabel 4.26 Saya bercerita tentang tindakan positif yang dilakukan PT AHASS Ciledug
tersebut kepada orang-orang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 20 20.0 20.0 20.0
Setuju 80 80.0 80.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.40 di atas terlihat kelas bahwa terdapat 20
responden menyatakan ragu-ragu, dan sebanyak 80 responden
menyatakan setuju. Bisa dilihat bahwa terdapat 80% responden
menyatakan setuju dengan pernyataan berikut, ini berarti bahwa
para responden bercerita tentang tindakan positif yang dilakukan
PT AHASS Ciledug kepada orang-orang.
Tabel 4.27 Saya bercerita tentang baiknya penanganan komplain PT AHASS
Ciledug kepada orang-orang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 22 22.0 22.0 22.0
Setuju 69 69.0 69.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.41 di atas, terdapat 22 responden menyatakan
ragu-ragu, sebanyak 69 responden menyatakan setuju, dan 9
responden menyatakan sangat setuju. Terlihat bahwa lebih dari
60% responden menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa
para responden bercerita tentang baiknya penanganan komplain
PT AHASS Ciledug kepada orang-orang.
5). Kepuasan Pelanggan (Y2)
Tabel 4.28 PT AHASS Ciledug telah memberikan kepuasan kepada
pelanggannya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
tidak setuju 1 1.0 1.0 2.0
Ragu 16 16.0 16.0 18.0
Setuju 79 79.0 79.0 97.0
sangat setuju 3 3.0 3.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber: Data Primer, diolah 2010)
Berdasarkan data tabel 4.42 di atas diketahui bahwa terdapat 1
responden menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden
menyatakan tidak setuju, 16 responden menyatakan ragu-ragu,
sebanyak 79 responden menyatakan setuju, dan ada 3 responden
menyatakan sangat setuju. Bisa dilihat terdapat lebih dari 70%
responden menyatakan setuju bahwa PT AHASS Ciledug telah
memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
Tabel 4.29 Saya lebih memilih menggunakan jasa yang ditawarkan di PT AHASS
Ciledug dibandingkan dengan perusahaan lain sejenis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
tidak setuju 13 13.0 13.0 16.0
Ragu 54 54.0 54.0 70.0
Setuju 30 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.43 di atas terlihat bahwa terdapat 3 responden
menyatakan sangat tidak setuju, 13 responden menyatakan tidak
setuju, sebanyak 54 responden menyatakan ragu-ragu, dan 30
responden menyatakan setuju. Jika sebagian besar responden
menjawab ragu-ragu maka responden tidak tahu pasti tentang
lebih memilih menggunakan jasa yang ditawarkan di PT AHASS
Ciledug dibandingkan dengan perusahaan lain sejenisnya.
Tabel 4.30 Segala harapan mengenai pelayanan dapat dipenuhi oleh
PT AHASS Ciledug
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
Ragu 29 29.0 29.0 35.0
Setuju 54 54.0 54.0 89.0
sangat setuju 11 11.0 11.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.44 di atas terlihat bahwa terdapat 6 responden
menyatakan tidak setuju, 29 responden menyatakan ragu-ragu,
sebanyak 54 responden menyatakan setuju, dan 11 responden
menyatakan sangat setuju. Lebih dari 50% responden
menyatakan setuju, hal ini berarti responden merasa segala
harapan mengenai pelayanan dapat dipenuhi oleh PT AHASS
Ciledug.
Tabel 4.31 Segala harapan mengenai onderdil atau produk berkualitas dapat
dipenuhi oleh PT AHASS Ciledug
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 7 7.0 7.0 7.0
Ragu 13 13.0 13.0 20.0
Setuju 70 70.0 70.0 90.0
sangat setuju 10 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.45 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 7
responden menyatakan tidak setuju, 13 responden menyatakan
ragu-ragu, sebanyak 70 responden menyatakan setuju, dan
terdapat 10 responden menyatakan sangat setuju. Terlihat bahwa
terdapat 70% menyatakan setuju, hal ini berarti responden setuju
mengenai segala harapan mengenai onderdil atau produk yang
berkualitas dapat dipenuhi oleh PT AHASS Ciledug.
Tabel 4.32 Pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh PT AHASS Ciledug sudah
memenuhi keinginan saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 7 7.0 7.0 7.0
tidak setuju 20 20.0 20.0 27.0
Ragu 21 21.0 21.0 48.0
Setuju 51 51.0 51.0 99.0
sangat setuju 1 1.0 1.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.46 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 7
responden menyatakan sangat tidak setuju, 20 responden
menyatakan tidak setuju, 21 responden menyatakan ragu-ragu,
sebanyak 51 responden menyatakan setuju, dan 1 responden
menyatakan sangat setuju. Telihat terdapat lebih 50% responden
menyatakan setuju, yang berarti bahwa responden setuju dengan
pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh PT AHASS Ciledug
sudah memenuhi keinginan pelanggan.
Tabel 4.33 Pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh PT AHASS Ciledug
lebih baik dibandingkan dengan pesaing
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 21 21.0 21.0 21.0
Setuju 64 64.0 64.0 85.0
sangat setuju 15 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.47 di atas, terdapat 21 responden menyatakan
ragu-ragu, sebanyak 64 responden menyatakan setuju, dan 15
responden menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat lebih dari 60% responden setuju bahwa
pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh PT AHASS Ciledug
lebih baik dibandingkan dengan pesaing.
Tabel 4.34 PT AHASS Ciledug mampu mempertahankan
pelayanan dan produknya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 19 19.0 19.0 19.0
Setuju 74 74.0 74.0 93.0
sangat setuju 7 7.0 7.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.48 di atas terlihat bahwa terdapat 19 responden
menyatakan ragu-ragu, sebanyak 74 responden menyatakan
setuju, dan terdapat 7 responden menyatakan sangat setuju.
Diketahui bahwa lebih dari 70% responden menyatakan setuju,
ini berarti responden setuju dengan pernyataan bahwa PT
AHASS Ciledug mampu mempertahankan pelayanan dan
produknya.
Tabel 4.35 Saya menggunakan jasa PT AHASS Ciledug dengan mengukur
kepuasan yang saya dapatkan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
tidak setuju 10 10.0 10.0 13.0
Ragu 25 25.0 25.0 38.0
Setuju 54 54.0 54.0 92.0
sangat setuju 8 8.0 8.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.49 di atas diketahui bahwa terdapat 3 responden
menyatakan sangat tidak setuju, 10 responden tidak setuju, 25
responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak 54 responden
menyatakan setuju, dan 8 responden menyatakan sangat setuju.
Hal ini berarti bahwa lebih dari 50% responden setujy dengan
pernyataan bahwa konsumen akan menggunakan jasa PT
AHASS Ciledug dengan mengukur kepuasan yang mereka
dapatkan.
Tabel 4.36 Saya bersedia untuk merekomendasikan PT AHASS Ciledug
kepada orang lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 12 12.0 12.0 12.0
Setuju 79 79.0 79.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.50 di atas terdapat 12 responden menyatakan
ragu-ragu, sebanyak 79 responden menyatakan setuju dan 9
responden menyatakan sangat setuju. Lebih dari 70% responden
menyatakan setuju, ini berarti mereka bersedia untuk
merekomendasikan PT AHASS Ciledug kepada orang lain.
Tabel 4.37 Saya beralih ke perusahaan lain sejenis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 13 13.0 13.0 13.0
Setuju 68 68.0 68.0 81.0
sangat setuju 19 19.0 19.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.51 di atas, terlihat bahwa 13 responden
menyatakan ragu-ragu, 68 responden menyatakan setuju, dan 19
responden menyatakan sangat setuju. Terlihat bahwa lebih dari
60% responden menyatakan setuju, ini berarti responden setuju
untuk beralih ke perusahaan lain sejenis.
Tabel 4.38 Saya menyebarkan word of mouth negative tentang
PT AHASS Ciledug
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
Ragu 29 29.0 29.0 30.0
Setuju 57 57.0 57.0 87.0
sangat setuju 13 13.0 13.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.52 di atas, terlihat bahwa 1 responden
menyatakan tidak setuju, 29 responden menyatakan ragu-ragu, 57
responden menyatakan setuju, dan 13 responden menyatakan
sangat setuju. Terdapat lebih dari 50% responden setuju, hal ini
berarti responden setuju untuk menyebarkan word of mouth
negative tentang PT AHASS Ciledug
6). Intensitas Pembelian Ulang (Y3) Tabel 4.39
Saya komitmen akan selalu menggunakan jasa di PT AHASS Ciledug
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
Ragu 2 2.0 2.0 3.0
Setuju 68 68.0 68.0 71.0
sangat setuju 29 29.0 29.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Data tabel 4.53 terlihat bahwa 1 responden menyatakan tidak
setuju, 2 responden menyatakan ragu-ragu, dan sebanyak 68
responden setuju, 29 responden menyatakan sangat setuju.
Terlihat bahwa lebih dari 60% responden setuju untuk komitmen
akan selalu menggunakan jasa di PT AHASS Ciledug.
Tabel 4.40
Saya memilih PT AHASS Ciledug sebagai pilihan pertama, karena kenyamanan yang diberikan melebihi dari pesaing
Dari data tabel 4.54 diatas terdapat 36 responden menyatakan ragu-ragu, ada 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu 36 36.0 36.0 36.0
Setuju 55 55.0 55.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Berdasarkan data tebel 4.55 diatas, terlihat terdapat 1
responden yang menyatakan tidak setuju, 19 responden ragu-ragu,
64 responden setuju, dan 16 responden sangat setuju. Terdapat
lebih dari 60% responden menyatakan setuju pada pernyataan Saya
memilih PT AHASS Ciledug sebagai pilihan pertama, karena
kenyamanan yang diberikan melebihi dari pesaing.
Tabel 4.41 Saya kembali memilih PT AHASS Ciledug, karena harapan yang
saya inginkan dapat saya rasakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
Ragu 19 19.0 19.0 20.0
Setuju 64 64.0 64.0 84.0
sangat setuju 16 16.0 16.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Berdasarkan data tebel 4.55 di atas, terlihat terdapat 1
responden yang menyatakan tidak setuju, 19 responden ragu-
ragu, 64 responden setuju, dan 16 responden sangat setuju.
Terdapat lebih dari 60% responden menyatakan setuju, hal ini
berarti responden setuju dengan pernyataan mengenai para
responden akan kembali memilih PT AHASS Ciledug, karena
harapan yang mereka inginkan dapat mereka rasakan.
Tabel 4.42 Untuk situasi saat ini, saya lebih memilih PT AHASS Ciledug
dibandingkan dengan bengkel lainnya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
Ragu 24 24.0 24.0 25.0
Setuju 60 60.0 60.0 85.0
sangat setuju 15 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Data tabel 4.56 di atas, terlihat bahwa terdapat 1 responden
menyatakan tidak setuju, 24 responden menyatakan ragu-ragu, 60
responden menyatakan setuju, dan 15 responden menyatakan
sangat setuju. Terdapat 60% responden menyatakan setuju, hal
ini berarti responden setuju dengan pernyataan untuk situasi saat
ini, para responden lebih memilih PT AHASS Ciledug
dibandingkan dengan bengkel lainnya.
Tabel 4.43 Saya akan melakukan service di PT AHASS Ciledug, dan akan
memberitahukan kepada teman dan keluarga saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Ragu 24 24.0 24.0 32.0
Setuju 54 54.0 54.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 (Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Berdasarkan data tabel 4.57 di atas telihat bahwa ada 8
responden menyatakan tidak setuju, 24 responden menyatakan
ragu-ragu, 54 responden menyatakan setuju, dan 14 responden
menyatakan sangat setuju. Hal ini berarti sebagian besar
responden setuju untuk melakukan service di PT AHASS
Ciledug dan memberitahukan kepada teman dan keluarganya
2. Analisis Kuantitatif
a. Uji Analisis Jalur
Teknik pengolahan data selanjutnya dalam menyelesaikan
penelitian ini adalah dengan menggunakan Analisis Jalur (Path
Analysis), dimana analisis jalur ini berfungsi untuk mengetahui
pengaruh langsung dan tidak langsung sekumpulan variabel, sebagai
variabel penyebab (variabel eksogen) terhadap seperangkat variabel
lainnya yang merupakan variabel akibat (variabel endogen).
1) Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel
Dalam metode analisis jalur, untuk mencari hubungan kausal
atau pengaruh variabel-variabel penelitian, terlebih dahulu dihitung
matriks korelasi dari variabel-variabel Keadilan interaksional,
keadilan prosedural, keadilan distributiv, word of mouth, kepuasan
pelanggan, dan intensitas pembelian ulang. Berikut ini adalah hasil
penghitungan koefisien korelasi dengan menggunakan software
SPSS 17.0 :
Tabel 4.44 Koefisien Korelasi
Correlations
x1 x2 x3 y1 y2 y3
Pearson Correlation 1 .263** .254* .611** .390** .277**
Sig. (2-tailed) .008 .011 .000 .000 .005
x1
N 100 100 100 100 100 100
Pearson Correlation .263** 1 .588** .463** .254* .675**
Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .011 .000
x2
N 100 100 100 100 100 100
Pearson Correlation .254* .588** 1 .491** .747** .964**
Sig. (2-tailed) .011 .000 .000 .000 .000
x3
N 100 100 100 100 100 100
Pearson Correlation .611** .463** .491** 1 .694** .567**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
y1
N 100 100 100 100 100 100
Pearson Correlation .390** .254* .747** .694** 1 .718**
Sig. (2-tailed) .000 .011 .000 .000 .000
y2
N 100 100 100 100 100 100
Pearson Correlation .277** .675** .964** .567** .718** 1
Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .000 .000 y3
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Beradasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai korelasi antar
variabel. Angka koefisien korelasi bertanda positif (+)
menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut
bersifat berbanding lurus, artinya peningkatan satu variabel akan
diikuti oleh peningkatan variabel lain.
Untuk penentuan keeratan hubungan digunakan kriteria
berdasarkan :
0.00 ≤ ρ <0.25 = Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan
0.25 ≤ ρ <1.50 = Hubungan yang kecil (tidak erat) / cukup
0.50 ≤ ρ <0.75 = Hubungan yang kuat
0.75 ≤ ρ <1 = Hubungan yang sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis sebagai
berikut:
HO : Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua
Variabel
H1 : Ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua
variabel Pengujian berdasarkan uji probabilitas akan
diterima apabila nilai probabilitas lebih dari > 0.05, maka
HO diterima dan jika nilai probabilitas kurang dari < 0.05,
maka HO ditolak.
Tabel 4.45 Pengujian Hubungan Antar Sub V ariabel
Hubungan Koefisien
Korelasi
Kategori Probabilitas Kesimpulan
Keadilan Interaksional (X1) dengan
keadilan prosedural (X2)
0.263 Cukup 0.008 Signifikan
Keadilan Interaksional (X1) dengan
Keadilan Distributuf (X3)
0.254 Cukup 0.011 Signifikan
Keadilan Prosedural (X2) dengan
Keadilan Distributif (X3)
0.588 Kuat 0.000 Signifikan
Word of Mouth (Y1) dengan
Kepuasan (Y2)
0.694 Kuat 0.000 Signifikan
Word of Mouth (Y1) dengan
Intensitas Pembelian Ulang (Y3)
0.567 Kuat 0.000 Signifikan
Kepuasan (Y2) dengan Intensitas
Pembelian Ulang (Y3)
0.718 Kuat 0.000 Signifikan
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Berdasarkan hasil pengujian diatas, semua hubungan yang
terjadi antar dua variabel memiliki hubungan yang signifikan,
karena semua nilai probabilitasnya lebih kecil dari pada 0.05.
2) Persamaan Analisis Jalur Y1 =X1+X2+X3
Dalam penentuan pengaruh variabel penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan
seluruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Nilai
koefisien jalur (berdasarkan estimate) variabel Keadilan
Interaksional, Keadilan Prosedural, dan Keadilan Distributif
terhadap Word of Mouth diolah dengan menggunakan bantuan
software SPSS 17, berikut adalah hasil pengolahannya :
Tabel 4.46 Koefisien Analisis Jalur Struktur I
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 3.901 1.923 2.029 .045
x1 .486 .073 .498 6.694 .000
x2 .201 .099 .180 2.026 .046
1
x3 .384 .132 .258 2.915 .004
a. Dependent Variable: y1
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Koefisien-koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan adalah sebagai berikut :
Ρy1x1 = 0.498
Ρy1x2 = 0.180
Ρy1x3 = 0.258
Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai
berikut :
Y1 = ρx1y1X1 + ρx21y1X2 + ρx3y1X3 + ε 1
Y1 = 0.498 X1+0.180 X2 + 0.258 X3 + 0.49 ε 1
3) Persamaan Analisis Jalur Y2 = X3 + Y1
Dalam penentuan pengaruh variable penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan
variable eksogen terhadap variabel endogen. Nilai koefisien jalur
(berdasarkan estimate) variabel Keadilan Interaksional, Keadilan
Distributif, terhadap Word of Mouth diolah dengan menggunakan
bantuan software SPSS17 berikut adalah hasil pengolahannya :
Tabel 4.47 Koefisien Analisis Jalur Struktur II
Rangkuman Coefficients Model 1 dan 2-Substruktur 2 Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 3.925 2.545 1.542 .126
x1 -.024 .118 -.015 -.208 .836
x3 1.353 .163 .535 8.312 .000
1
y1 .750 .134 .441 5.608 .000
(Constant) 3.815 2.477 1.540 .127
x3 1.356 .162 .536 8.386 .000
1
y1 .734 .109 .431 6.751 .000
a. Dependent Variable: y2 (sumber :data primer, diolah 2010)
Tabel 4.48
Rangkuman summary Model 1 dan model 2-Sub struktur II
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .837a .700 .690 2.28822
2 .836a .700 .693 2.27690
a. Predictors: (Constant), y1, x3
(Sumber : Data primer, diolah 2010)
Koefisien-koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan adalah sebagai berikut :
Ρy2x3 = 0.535
Ρy2y1 = 0.441
Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai
berikut :
Y2 = ρx31y1X3 + ρy31y2 + ε 2
Y2 = 0.535X3 + 0.441 + 0.3
4) Persamaan Analisis Jalur Y3 = X3 +X2+ Y1
Dalam penentuan pengaruh variable penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan variable
eksogen terhadap variabel endogen. Nilai koefisien jalur
(berdasarkan estimate) variabel Keadilan Distributif, Keadilan
Prosedural, terhadap Word of Mouth diolah dengan menggunakan
bantuan software SPSS17 berikut adalah hasil pengolahannya :
Tabel4.48 Koefisien Analisis Jalur Struktur III
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .763 .468 1.632 .106
x3 .971 .033 .836 29.096 .000
x2 .124 .025 .142 5.024 .000
1
y1 .071 .020 .091 3.451 .001
a. Dependent Variable: y3
(Sumber :Data Primer, diolah 2010) Koefisien-koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan adalah sebagai berikut :
Ρy3x3 = 0.836
Ρy2x2 = 0.142
Ρy3y1 = 0.091
Jadi, persamaan analisis jalur adalah sebagai berikut :
Y3 = ρx3y3X3 + ρx2y1X2 + ρy1y3 + ε 3
Y3 = 0.836X3 + 0.142X3 + 0.091 + 0.05
5) Diagram Analisis Jalur
Besarnya koefisien jalur diperlihatkan oleh hasil output
diagram jalur. Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
(Sumber : Data primer, diolah 2010)
Gambar 4.1 Diagram Analisis Jalur Struktur I, II. Dan III
6) Perhitungan Pengaruh
a). Perhitungan pengaruh pada Struktur I
Pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel Keadilan
Interaksional (X1), Keadilan Prosedural (X2), Keadilan
Distributif (X3) terhadap Word of Mouth (Y1) :
Y1
X3
X2
Y3
0.44
0.09
0.71
0.83
0.25
0.18
0.58
0.25
X1 Y2
0.490.26
Tabel 4.49 Pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan Interaksional (X1)
terhadap Word of Mouth (Y1) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X1 langsung Ρx1x1. ρx1y1 (0.498)(0.498) 0.248004
X1 melalui X2 Ρx1y1.r x1x2.ρx2y1 (0.498)(0.263)(0.180) 0.02357533
X1 melalui X3 Ρx1y1.r x1x3.ρx3y1 (0.498)(0.254)(0.258) 0.032634935
Total pengaruh X1 terhadap Y1 0.304214265
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
Keadilan Interaksional (X1) terhadap Word of Mouth (Y1) adalah
sebesar 0.248004 atau 2.48004%, pengaruh tidak langsung
melalui Keadilan Prosedural (X2) adalah 0.02357533 atau
2357533% dan pengaruh tidak langsung melalui Keadilan
Distributif (X3) adalah 0.032634935 atau 32634935% sehingga
total pengaruh yang diberikan variabel Keadilan Interaksional
(X1) adalah 0.304214265 atau sebesar 304214265% terhadap
Word of Mouth (Y1). Ini berarti Keadilan Interaksional memiliki
pengaruh yang cukup terhadap Word of Mouth (Y1).
Tabel 4.50 Pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan Prosedural (X2)
terhadap Word of Mouth (Y1) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X2 langsung Ρx2y1. ρx2y1 (0.180)(0.180) 0.0324
X2 melalui X1 Ρx2y1.r x2x1.ρx1y1 (0.180)(0.263)(0.498) 0.02357532
X2 melalui X3 Ρx2y1.r x2x3.ρx3y1 (0.180)(0.588)(0.258) 0.02730672
Total pengaruh X2 terhadap Y1 0.08328204
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
Keadilan Prosedural (X2) terhadap Word of Mouth (Y1) adalah
sebesar 0.0324 atau 3.24%, pengaruh tidak langsung melalui
Keadilan Interaksional (X1) adalah 0.02357532 atau 2357532%,
dan pengaruh tidak langsung melalui Keadilan Distributif (X3)
adalah 0.02730672 atau 2730672%, sehingga total pengaruh
yang diberikan variabel Keadilan Prosedural adalah 0.08328204
atau sebesar 8328204% terhadap Word of Mouth (Y1). Ini
berarti Keadilan Prosedural memiliki pengaruh yang cukup
terhadap Word of Mouth (Y1).
Tabel 4.51 Pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan Distributif (X3)
terhadap Word of Mouth (Y1) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X3 langsung Ρx3y1. ρx3y1 (0.258)(0.258) 0.066584
X3 melalui X1 Ρx3y1.r x3x1.ρx1y1 (0.258)(0.254)(0.498) 0.032634936
X3 melalui X2 Ρx3y1.r x2x3.ρx2y1 (0.258)(0.588)(0.180) 0.02730672
Total pengaruh X3 terhadap Y1 0.126525656
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
Keadilan Distributif (X3) terhadap Word of Mouth (Y1) adalah
sebesar 0.066584 atau 66584%, pengaruh tidak langsung melalui
Keadilan Interaksional (X1) adalah 0.032634936 atau
3.2634936%, dan pengaruh tidak langsung melalui Keadilan
Prosedural (X2) adalah 0.02730672 atau 2.730672%, sehingga
total pengaruh yang diberikan variabel Keadilan Distributif (X3)
adalah 0.126525656 atau 126525656% terhadap Word of Mouth
(Y1), ini berarti Keadilan Distributif mempunyai pengaruh yang
kecil tehadap Word of Mouth (Y1).
Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap
Word Of Mouth, yaitu :
Pengaruh total : P yxi +Σ Pxixj Pyxj
Pengaruh total X1 = 0.248004 + 0.02357533 + 0.032634935 =
0.304214265
Pengaruh total X2 = 0.0324 + 0.02357532 + 0.02730672 =
0.08328204
Pengaruh total X3 = 0.066584 + 0.032634936 + 0.02730672 =
0.126525656
Maka pengaruh total X1, X2, X3 =
0.304214265 + 0.08328204 + 0.126525656 = 0.514021961
Hasil ini mendekati hasik koefisien Determinasi (R2 x1x2x3 ) yaitu sebesar
0.514.
b. Perhitungan Pengaruh Pada Struktur II
Pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel Keadilan
Interaksional (X1), Keadilan Prosedural (X2), Keadilan Distributif (X3)
dan Word of Mouth (Y1) terhadap variabel endogen Kepuasan
Pelanggan (Y2) :
Tabel 4.52 Pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan Interaksional (X1)
terhadap Kepuasan (Y2) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X1 melalui Y1 Ρx1y1.ρy1y2 (0.498)(0.441) 0.219618
Total pengaruh X1 terhadap Y1 0.069618
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Tabel 4.53 Pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan Distributif (X3)
terhadap Kepuasan (Y2) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X3 langsung Ρx3y2 0.535 0.535
X3 melalui Y1 Ρx3y1. ρy2y1 (0.258)(0.441) 0.113778
Total pengaruh X3 terhadap Y2 0.648778
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
Keadilan Distributif (X3) terhadap Kepuasan (Y2) adalah sebesar 0.535
dan pengaruh tidak langsung melalui Word of Mouth (Y1) adalah
0.113778. Sehingga total pengaruh yang diberikan variabel Keadilan
Distributif (X3) adalah 0.648778 atau sebesar (0.6487782 = 0.4209129)
terhadap Kepuasan. Ini berarti Keadilan Distributif memiliki pengaruh
yang cukup terhadap Kepuasan (Y2).
Tabel 4.54 Pengaruh langsung dan tidak langsung Word of Mouth (Y1)
terhadap Kepuasan (Y2) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
Y1 langsung Ρy2y1 (0.441) 0.441
Total pengaruh Y1 terhadap Y2 0.441
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh yang dimiliki
Word of Mouth (Y1) terhadap Kepuasan (Y2) hanya pengaruh langsung
yaitu sebesar 0.441 atau (0.4412 = 0.194481) 194481%. Maka dapat
diketahui bahwa Word of Mouth mempunyai pengaruh yang cukup
terhadap Kepuasan.
Berikut adalah pengaruh total keempat variabel terhadap Kepuasan,
yaitu :
Pengaruh total : Pyxi + Σ Pyxi. r xixj Pyxj
Pengrauh total X3 = 0.535 + 0.113778 = 0.648778
Pengaruh total Y1 = 0.441
Maka pengaruh total X3, Y1 =
(0.6487782 ) + (0.4412 ) = 0.6202406
Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2 X1,X2,X3,Y1) yaitu
sebesar 0.700.
c. Perhitungan Pengaruh Pada Struktur III
Tabel 4.55 Pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan Prosedural (X2)
terhadap Intensitas Pembelian Ulang (Y3) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X2 melalui Y1 Ρx2y1. Ρy3y1 (0.180)(0.091) 0.01638
Total pengaruh X2 terhadap Y3 0.01638
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
Keadilan Prosedural (X2) terhadap Intensitas Pembelian Ulang (Y3)
adalah melalui pengaruh tidak langsung dari Word of Mouth (Y1) adalah
0.01638. Sehingga total pengaruh tidak langsung yang diberikan
variabel Keadilan Prosedural (X2) adalah sebesar (0.016382 =
0.0002683) terhadap Intensitas pembelian ulang (Y3). Ini berarti
Keadilan pRosedural memiliki pengaruh yang tidak langsung terhadap
Intensitas pembelian ulang (Y3).
Tabel 4.56 Pengaruh langsung dan tidak langsung Keadilan Distributif (X3)
terhadap Intensitas Pembelian Ulang (Y3) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X3 langsung Ρx3y3 0.836 0.836
X3 melalui Y1 Ρx3y1. Ρy3y1 (0.258)(0.091) 0.023478
Total pengaruh X3 terhadap Y3 0.859478
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari data tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
Keadilan Distributif (X3) terhadap Intensitas pembelian ulang (Y3)
adalah sebesar 0.836. Dan pengaruh tidak langsung Keadilan Distributif
(X3) melalui Word of Mouth (Y1) adalah 0.023478. Sehingga total
pengaruh yang diberikan variabel Keadilan Distributif (X3) adalah
0.859478 atau sebesar (0.8594782 =0.7387024) terhadap Intensitas
Pembelian Ulang (Y3).
Tabel 4.57 Pengaruh langsung dan tidak langsung Word of Mouth (Y1)
terhadap Intensitas Pembelian Ulang (Y3) Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
Y1 langsung Ρy3y1 0.091 0.091
Total pengaruh Y1 terhadap Y3 0.091
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh yang dimiliki
Word of Mouth (Y1) terhadap Intensitas pembelian ulang (Y3) hanya
pengaruh langsung yaitu sebesar 0.091 atau (0.0912 = 0.008281). Maka
dapat diketahui bahwa Word of Mouth mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap Intensitas Pembelian Ulang.
Berikut adalah pengaruh total ke tiga variabel terhadap Intensitas
Pembelian Ulang, yaitu :
Pengaruh Total X2 = 0.01638
Pengaruh total X3 = 0.836 + 0.023478 = 0.7387124
Pengaruh total Y1 = 0.091
Maka pengaruh total X2,X3,Y1 =
(0.016382 ) + (0.73871242 ) + (0.0912 ) = 0.7472517
Hasil ini mendekati hasil koefisien determinasi (R2 x2,x3,y1) yaitu sebesar
0.953.
b. Uji Hipotesis
1). Koefisien Determinasi (R2)
(a) Koefisien Determinasi Struktur I Tabel 4.58 Koefisien Determinasi Struktur I
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .717a .514 .499 1.71026
a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Pada table Model Summary, didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.717, nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0.514 (51,4%). Nilai R Square
sebesar 51,4%, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
model analisis jalur yang didapatkan dimana variabel eksogen
yaitu Keadilan Interaksional (X1), Keadilan Prosedural
(X2),Keadilan Distrubutif (X3), memiliki pengaruh terhadap
perubahan variabel Word of Mouth (Y1) sebesar 51.4%.
sedangkan sisanya (100%-51.4%= 48.6%) adalah kemungkinan
terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap
perubahan variabel Word of Mouth (Y1). Hal ini sesuai dengan
nilai error 1 yang muncul pada path di atas yaitu sebesar 0.49.
(b) Koefisien Determinasi Struktur II Tabel 4.59 Koefisien Determinasi Struktur II
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .837a .700 .690 2.28822
a. Predictors: (Constant), y1, x3, x1
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Pada tabel Model Summary didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.837, nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0.700 (70.0%). Nilai R Square
sebesar 70.0%, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
model analisis jalur yang didapatkan dimana variabel eksogen
yaitu Keadilan Interaksional (X1), Keadilan Distributif (X3), dan
Word of Mouth (Y1) memiliki pengaruh perubahan variabel
endogen Kepuasan (Y2) sebesar 70.0%. sedangkan sisanya
(100% - 70.0%= 30.0%) adalah kemungkinan terdapat aspek-
aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel
Kepuasan (Y2). Hal ini sesuai dengan nilai error 1 yang muncul
pada path di atas yaitu sebesar 0.30.
(c) Koefisien Determinasi Struktur III Tabel 4.60 Koefisien Determinasi Struktur III
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .976a .953 .951 .41576
a. Predictors: (Constant), y1, x2, x3
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Pada table Model Summary didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.976, nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0.953 (95.3%). Nilai R Square
sebesar 95.3%, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
model analisis jalur yang didapatkan dimana variabel eksogen
yaitu Keadilan Prosedural (X2), Keadilan Distributif (X3), dan
Word of Mouth (Y1) memiliki pengaruh perubahan variabel
endogen Intensitas Pembelian Ulang (Y3) sebesar 95.3%.
sedangkan sisanya (100% - 95.3%= 4.7%) adalah kemungkinan
terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap
perubahan variabel Intensitas pembelian ulang (Y3). Hal ini
sesuai dengan nilai error 1 yang muncul pada path di atas yaitu
sebesar 0.05.
2) Uji F
(a) Pengujian persamaan Y1 = X1 + X2+ X3 secara simultan Tabel 4.61 Analisis Varian (Annova) Struktur I
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 297.201 3 99.067 33.869 .000a
Residual 280.799 96 2.925 1
Total 578.000 99
a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2
b. Dependent Variable: y1
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Pada tabel analisis varian (Annova) ditampilkan hasil uji F
yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel
Keadilan Interaksional (X1), Keadilan Prosedural (X2), Keadilan
Distributif (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Word of Mouth (Y1). Pengujian dilakukan dengan Uji F,
hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : ρx1y1 = ρx2y2 = ρx3y3 0
H1 : sekurang-kurangnya ada sebuah ρxiyi ≠ 0,i = 1,2,3
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 33.869.
dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena nilai signifikan < 0.05,
maka keputusannya adalah H0 ditolak atau terdapat kecocokan
antara model dengan data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
aspek variabel Keadilan Interaksional(X1), Keadilan
Prosedural(X2), dan Keadilan Disributif (X3) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Word of Mouth (Y1). Sehingga
model analisis jalur yang didaptkan layak digunakan.
Dari hasil penelitian diatas maka sesuai dengan hasil
penelitian dari Davidow (2003:75), yang menyatakan bahwa
ketiga dimensi persepsi keadilan, yaitu Keadilan Interaksional,
Keadilan Prosedural dan Keadilan Distributif memiliki hubungan
yang signifikan. Dan Penelitian Keumaladewi (2006:68) yang
menyatakan bahwa keadilan interaksional, keadilan prosedural,
dan keadilan distributif memiliki pengaruh yang signifikan
dengan word of mouth.
(b) Pengujian persamaan Y2 = X1+X3+Y1 Secara simultan Tabel 4.62 Analisis Varian (Annova) Struktur II
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 1171.390 3 390.463 74.574 .000a
Residual 502.650 96 5.236 1
Total 1674.040 99
a. Predictors: (Constant), y1, x3, x1
b. Dependent Variable: y2
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Pada tabel analisis varian (Annova) ditampilkan hasil uji F
yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel
Keadilan Interaksional (X1), Keadilan Distributif (X3), dan Word
of Mouth (Y1) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Kepuasan (Y2). Pengujian dilakukan dengan Uji F, hipotesis
yang diajukan adalah :
Ho : ρy2y1 = ρx1y2 = ρx3y2 = 0
H1 : sekurang-kurangnya ada sebuah ρy2y1 , ρx1y2 , ρx3y32 ≠ 0
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 74.574.
dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena nilai signifikan < 0.05,
maka keputusannya adalah H0 ditolak atau terdapat kecocokan
antara model dengan data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
aspek variabel Keadilan Interaksional(X1), Keadilan Disributif
(X3), dan Word of Mouth (Y1) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan (Y2). Sehingga model analisis
jalur yang didaptkan layak digunakan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Keumaladewi (2006:68)
yang menyatakan adanya hubungan yang pengaruh antara
komponen persepsi keadilan Interaksional, keadilan prosedural,
keadilan distributif, Word of Mouth terhadap kepuasan.
(c) Pengujian persamaan Y3 = X2+X3+Y1 Secara simultan Tabel 4.63 Analisis Varian (Annova) Struktur III
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 336.046 3 112.015 648.024 .000a
Residual 16.594 96 .173 1
Total 352.640 99
a. Predictors: (Constant), y1, x2, x3
b. Dependent Variable: y3
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Pada tabel analisis varian (Annova) ditampilkan hasil uji F
yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel
Keadilan Prosedural (X2), Keadilan Distributif (X3), dan Word
of Mouth (Y1) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Intensi Pembelian ulang (Y3). Pengujian dilakukan dengan Uji
F, hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : ρy3y1 = ρx2y3 = ρx3y3 = 0
H1 : sekurang-kurangnya ada sebuah ρy3y1 , ρx2y3 , ρx3y3 ≠ 0
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 648.024
dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena nilai signifikan < 0.05,
maka keputusannya adalah H0 ditolak atau terdapat kecocokan
antara model dengan data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
aspek variabel Keadilan Interaksional(X1), Keadilan Disributif
(X3), dan Word of Mouth (Y1) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan (Y2). Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak digunakan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Davidow (2003) dan Keumaladewi (2006:68) yang
menyatakan bahwa adanya hubungan pengaruh antara Komponen
keadilan, word of mouth, kepuasan, terhadap Intensi Pembelian
ulang pelanggan.
3) Uji Parsial (t-Test)
a. Pengujian Secara Individu (Parsial) Struktur I Tabel 4.64 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur I
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 3.901 1.923 2.029 .045
x1 .486 .073 .498 6.694 .000
x2 .201 .099 .180 2.026 .046
1
x3 .384 .132 .258 2.915 .004
a. Dependent Variable: y1
(Sumber : Data Primer 2010)
Y1 = ρx1y1X1 + ρx2y21X2 + ρx3y1X3
Berikut adalah pengujiannya :
a) Menguji signifikansi koefisien X1 (Keadilan Interaksional)
pada model analisis jalur :
Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
H0 : ρx1y1 = 0 (Koefisien X1 (Keadilan Interaksional) tidak
signifikan)
H1 : ρx1y1 ≠ 0 (Koefisien X1 (Keadilan Interaksional) signifikan )
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α =
0.05 :
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah
0.000 atau probabilitas dibawah atau probabilitas di bawah 0.05
(0.000 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak, sehingga
mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien
Keadilan Interaksional berpengaruh signifikan terhadap Word of
Mouth.
Hal ini berkaitan dengan teori Lewis (1983) dalam
Keumaladewi (2006:27) melaporkan bahwa cara penanganan
keluhan (keadilan dari respon perusahaan) merupakan suatu
faktor utama di dalam kecenderungan aktifitas komunikasi word
of mouth.
b) Menguji signifikansi koefisien X2 (Keadilan Prosedural) pada
model analisis jalur :
H0 : ρx2y1 = 0 (Koefisien X1 (Keadilan Prosedural) tidak
signifikan)
H1 : ρx2y1 ≠ 0 (Koefisien X1 (Keadilan Prosedural) signifikan )
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α =
0.05 :
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah
0.046 atau probabilitas dibawah atau probabilitas di bawah 0.05
(0.000 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak, sehingga
mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien
Keadilan Interaksional berpengaruh signifikan terhadap word of
mouth.
b) Menguji signifikansi koefisien X3 (Keadilan Distributif) pada
model analisis jalur :
H0 : ρx2y1 = 0 (Koefisien X3 (Keadilan Distributif) tidak
signifikan)
H1 : ρx2y1 ≠ 0 (Koefisien X3 (Keadilan Distributif signifikan )
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α =
0.05 :
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah
0.004 atau probabilitas dibawah atau probabilitas di bawah 0.05
(0.000 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak, sehingga
mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien
Keadilan Interaksional berpengaruh signifikan terhadap word of
mouth.
Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa ketiga dimensi
persepsi keadilan memiliki hubungan yang kuat dan positif
dengan word of mouth. Keadilan distributif merupakan dimensi
yang memiliki dampak yang terkuat dari ketiga dimensi keadilan.
Tabel 4.65 Pengujian Individual
NO Hipotesis Koefisien jalur T
hitung
t tabel Kesimpulan
1 Ρy1x1 ≠ 0 Ρy1x1 = 0.498 6.694 1.98 H0 ditolak
2 Ρy1x2 ≠ 0 Ρy1x2 = 0.180 2.026 1.98 H0 ditolak
3 Ρy1x3 ≠ 0 Ρy1x3 = 0.258 2.915 1.98 H0 ditolak
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari hasil pengujian parsial diketahui bahwa untuk variabel
Keadilan Interaksional(X1), keadilan Prosedural(X2), dan
keadilan distributif(X3) berpengaruh terhadap word of mouth
(Y1).
b. Pengujian secara individual (parsial) Struktur II
Tabel 4.66 Hasil Uji Parsial (T-test) Struktur II
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 3.925 2.545 1.542 .126
X1 -.024 .118 -.015 -.208 .836
X3 1.353 .163 .535 8.312 .000
1
Y1 .750 .134 .441 5.608 .000
(Constant) 3.815 2.477 1.540 .127
x3 1.356 .162 .536 8.386 .000
1
y1 .734 .109 .431 6.751 .000
a. Dependent Variable: y2
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Y2 = ρx3y1X2 + ρy1y2Y1 + ε
Berikut adalah pengujiannya :
a) Menguji signifikansi koefisien X1 (Keadilan Interaksional)
pada model analisis jalur :
a) Menguji signifikansi Koefisien X3 (Keadilan Distributif )
pada model analisis jalur :
Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
H0 : ρx3y1X3 =0 (Koefisien X1 (Keadilan Interaksional) tidak
signifikan)
H1 : ρx3y1X3 ≠0 (Koefisien X1 (Keadilan Interaksional)
signifikan)
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas α =
0.05 :
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom sig adalah
0.000 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan
demikian H0 diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang
sama dengan uji t yaitu koefisien Keadilan Distributif
berpengaruh tidak langsung secara signifikan terhadap
Kepuasan melalui word of mouth.
Hasil data diatas sesuai dengan teori Davidow (2003)
yang menyatakan bahwa ketiga komponen persepsi keadilan
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepuasan,
dan dimana word of mouth menjadi variabel mediator antara
keadilan dengan kepuasan.
b) Menguji signifikansi koefisien Y1 (Word of mouth) pada
model analisis jalur :
Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
H0 : ρy1y2Y2 =0 (Koefisien Y1 (Word of mouth) tidak
signifikan)
H1 : ρy1y2Y2 ≠0 (Koefisien Y1 (Word of Mouth) signifikan)\
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas α =
0.05 :
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom sig adalah
0.000 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan
demikian H0 diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang
sama dengan uji t yaitu koefisien Word of mouth berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan.
Hasil data diatas sesuai dengan teori Davidow (2003)
yang menyatakan bahwa ketiga komponen persepsi keadilan
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepuasan,
dan dimana word of mouth menjadi variabel mediator antara
keadilan dengan kepuasan. Dan dalam penelitian Davidow
(2003) dan Keumaladewi (2006:26) dijelaskan bahwa dalam
kerangka konseptual dijelaskan pelaku keluhan bereaksi
terhadap respon perusahaan dengan terlibat didalam aktifitas
word of mouth, hal ini dapat berpengaruh terhadap kepuasan.
Tabel 4.67 Pengujian Individual
N0 Hipotesis Koefisien Jalur t hitung t tabel Kesimpulan
1 Ρy2x1 ≠ 0 Ρy2x1 = -0.015 -0.208 1.98 H0 diterima
2 Ρy2x3 ≠ 0 Ρy2x3 = 0.535 8.312 1.98 H0 ditolak
3 Ρy1y2 ≠ 0 Ρy1y2 =0.441 5.608 1.98 H0 ditolak
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari hasil pengujian parsial diatas diketahui bahwa untuk
variabel Keadilan Distributif dan word of mouth berpengaruh
positif terhadap kepuasan.
b. Pengujian secara individual (parsial) Struktur III Tabel 4.68
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) .763 .468 1.632 .106
X3 .971 .033 .836 29.096 .000
X2 .124 .025 .142 5.024 .000
1
Y1 .071 .020 .091 3.451 .001
a. Dependent Variable: y3
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Y3= ρx3y3X3 + ρx2y1X2 + ρy1y3Y1 + ε
Berikut adalah pengujiannya :
a) Menguji signifikansi koefisien X1 (Keadilan Interaksional)
pada model analisis jalur :
Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
H0 : ρx3y3X3 =0 (Koefisien X1 (Keadilan Distributif) tidak
signifikan)
H1 : ρx3y3X3 ≠0 (Koefisien X1 (Keadilan Distributif)
signifikan)
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas α =
0.05 :
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom sig adalah
0.000 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan
demikian H0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang
sama dengan uji t yaitu koefisien Keadilan Distributif
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh
Davidow (2003:76) dan penelitian Hema Malini (2003:67)
yang menyatakan keadilan distributif berpengaruh secara
signifikan terhadap Intensi pembelian ulang.
b) Menguji signifikansi Koefisien X2 (Keadilan Prosedural )
pada model analisis jalur :
Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
H0 : ρx2y1X2 =0 (Koefisien X1 (Keadilan Prosedural) tidak
signifikan)
H1 : ρx2y1X2 ≠0 (Koefisien X1 (Keadilan Prosedural)
signifikan)
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas α =
0.05 :
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom sig adalah
0.000 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan
demikian H0 diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang
sama dengan uji t yaitu koefisien Keadilan Prosedural
berpengaruh secara signifikan terhadap Intensi Pembelian
Ulang melalui Word of mouth.
Hasil data diatas sesuai dengan teori Davidow (2003)
yang menyatakan bahwa ketiga komponen persepsi keadilan
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Intensi
Pembelian Ulang, dan dimana word of mouth menjadi
variabel mediator antara keadilan dengan Intensi Pembelian
ulang.
c) Menguji signifikansi koefisien Y1 (Word of mouth) pada
model analisis jalur :
Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
H0 : ρy1y3Y1 =0 (Koefisien Y1 (Word of mouth) tidak
signifikan)
H1 : ρy1y3Y1 ≠0 (Koefisien Y1 (Word of Mouth) signifikan)
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas α = 0.05
Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom sig adalah
0.001 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan
demikian H0 diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang
sama dengan uji t yaitu koefisien Keadilan Distributif tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan.
Hasil data diatas sesuai dengan teori Davidow (2003) yang
menyatakan bahwa Word of mouth berpengaruh signifikan
terhadap Intensi pembelian ulang. Dan dalam penelitian
Davidow (2003) dan Keumaladewi (2006:26) dijelaskan
bahwa dalam kerangka konseptual dijelaskan pelaku keluhan
bereaksi terhadap respon perusahaan dengan terlibat didalam
aktifitas word of mouth, hal ini dapat berpengaruh terhadap
kepuasan dan Intensi pembelian ulang.
Tabel 4.69 Pengujian Individual
N0 Hipotesis Koefisien Jalur t hitung t tabel Kesimpulan
1 Ρx3y3 ≠ 0 Ρx3y3 = 0.836 29.096 1.98 H0 ditolak
2 Ρx2y1 ≠ 0 Ρx2y1 = 0.142 5.024 1.98 H0 ditolak
3 Ρy1y3 ≠ 0 Ρy1y3 =0.091 3.451 1.98 H0 ditolak
(Sumber : Data Primer, diolah 2010)
Dari hasil pengujian parsial diketahui bahwa untuk
variabel Keadilan Distributifl, Keadilan Prosedural, dan word
of mouth berpengaruh signifikan terhadap Intensi pembelian
ulang.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV dengan
menyebarkan 100 kuesioner pada konsumen PT. AHASS pasca keluhan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara parsial, hasil uji t menunjukkan bahwa variabel bebas pada
persamaan pertama yaitu Y1 = X1+X2+X3 menunjukkan bahwa
variabel Keadilan Interaksional (X1), berpengaruh signifikan terhadap
Word of Mouth (Y1). Karena thitung > ttabel, yaitu 6.694 > 1.98, keadilan
prosedural juga berpengaruh signifikan terhadap Word of Mouth (Y1),
karena Karena thitung > ttabel, yaitu 2.026 > 1.98, dan variabel keadilan
distributif (X3) juga berpengaruh signifikan terhadap Word of Mouth
(Y3), karena thitung > ttabel, yaitu 2.915 > 1.98.
2. Secara parsial, hasil uji t menunjukkan bahwa variabel bebas pada
persamaan II, yaitu Y2 = X3 + Y1 menunjukkan bahwa variabel
Keadilan Interaksional (X1) , tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Kepuasan (Y2) melalui Word of mouth (Y1), karena
nilai thitung < ttabel, yaitu -208 < 1.98, dan variabel Keadilan Distributif
(X3) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan (Y2), karena thitung >
ttabel, yaitu 8.312 > 1.98, dan untuk variabel Word of Mouth (Y1)
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan (Y2) karena nilai thitung
>ttabel, yaitu 5.608 > 1.98.
3. Secara parsial, hasil uji t menunjukkan bahwa variabel bebas pada
persamaan III, yaitu Y3 =X2+X3+Y1, menunjukkan bahwa variabel
Keadilan Prosedural (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Intensitas Pembelian ulang (Y3), karena nilai karena nilai
thitung > ttabel, yaitu 5.024 > 1.98, dan untuk variabel Keadilan distributif
(X3) juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Intensitas
pembelian ulang (Y3), karena nilai thitung > ttabel, yaitu 29.096 > 1.98,
dan untuk variabel Word of Mouth (Y1) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Intensitas pembelian ulang (Y3), karena nilai thitung
> ttabel, yaitu 3.451 > 1.98.
4. Secara simultan, hasil uji F dalam Struktur I, yaitu Y1=X1+X2+X3
menunjukkan bahwa variabel Keadilan Interaksional (X1), Keadilan
Prosedural (X2), Keadilan Distributif (X3) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Word of Mouth (Y1). Pada struktur II, yaitu Y2 =
X1 +X3+Y1 menunjukkan bahwa variabel Keadilan Interaksional(X1)
tidak mempunyai pengaruh terhadap Kepuasan (X2) melalui Word of
Mouth (Y1), dan keadilan Distributif (X3), dan Word of Mouth (Y1)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan (Y2). Dan
selanjutnya pada hasil Struktur III, yaitu Y3 = X3 + X2+Y1,
menunjukkan bahwa Keadilan Distributif (X3), Keadilan Prosedural
(X2), dan Word of Mouth (Y1) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Intensitas pembelian ulang (Y3).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil analisis data pada struktur I analisis jalur diketahui
bahwa secara parsial (uji t) Word of mouth(Y1) dipengaruhi secara sifnifikan
oleh Keadilan Interaksional(X1), keadilan prosedural(X2), dan keadilan
distributif(X3), tetapi Keadilian Interaksional(X1) lebih besar mempengaruhi
word of mouth(Y1) dibandingkan dengan Keadilan Prosedural (X2) dan
keadilan distributif (X3). Hal ini terlihat dari nilai thitung Keadilan
Prosedural(X2) dan keadilan distributif(X3) lebih kecil dibandingkan Keadilan
Interaksional(X1). Hal ini memperlihatkan bahwa layanan yang ramah dan
sopan saat menanggapi keluhan pelanggan dapat membuat pelanggan merasa
keadilan interaksionalnya terpenuhi sehingga pelanggan PT AHASS pun
mempunyai kecederungan untuk lebih menyebarkan berita positif tentang
penanganan keluhannya.
Pada struktur II analisis jalur diketahui bahwa secara parsial (uji t)
Kepuasan(X2) dipengaruhi oleh Keadilan prosedural(X3) dan Word of
mouth(Y1). Hal ini memperlihatkan dalam pencapaian kepuasan yang
diperhatikan oleh pelanggan adalah bagaimana hasil keputusan penyelesaian
atas penanganan keluhan pelanggan dapat diselesaikan sehingga pelanggan
yang berkeluh akan merasa bahwa keadilan distributif mereka terpenuhi.
Sehingga tinggi rendahnya keadilan prosedural akan berpengaruh pula
terhadap tinggi rendahnya kepuasan atas penanganan keluhan, dan akan
menghasilkan komunikasi word of mouth yang positif.
Pada struktur III analisis jalur diketahui bahwa secara parsial (uji t)
Intensitas pembelian ulang(Y3) dipengaruhi oleh Keadilan Distributif(X3),
Keadilan prosedural(X2), Word of mouth(Y1). Hal ini memperlihatkan bahwa
keadilan prosedural(X2) sebagai keadilan yang dapat dirasakan pelanggan
sebagai proses dimana pada akhirnya permasalahan dapat diselesaikan, konsep
yang diberikan pada keadilan prosedural ini adalah pelanggan diberi
kesempatan untuk menceritakan permasalahan yang dihadapi dan perusahaan
memberikan penjelasan yang dapat diterima oleh pelanggan, dan pelanggan
juga mendapatkan respon dan hasil perbaikan atas kegagalan pelayanan yang
diberikan perusahaan, sehingga jika keadilan prosedural(X2) dan keadilan
distributif(X3) mereka terpenuhi maka berujung pada intensitas pembelian
ulang dan komunikasi word of mouth juga berpengaruh.
PT AHASS juga perlu membuat sebuah sistem yang membuat pelanggan
lebih mudah menyampaikan keluhan. Bisa dengan menyediakan frontliner
(customer service) atau call center khusus untuk penyampaian keluhan. PT
AHASS juga dapat menambah fitur di website PT AHASS bagi pelanggan
yang ingin menyampaikan keluhannya secara online di internet. Karena
dengan semakin banyaknya pelanggan yang mengeluh dan berhasil ditangani
dengan baik maka akan semakin positif pula word of mouth yang disebarkan
dan semakin tinggi tingkat kepuasan, yang berujung pada intensitas pembelian
ulang.
Penelitian ini menunjukkan arti pentingnya penanganan keluhan terhadap
penyebaran word of mouth yang positif, kepuasan, dan juga intensitas
pembelian ulang. Dengan ini diharapkan keluhan dapat dipandang sebagai
suatu peluang pemasaran karena apabila ditangani dengan baik bukan saja
mempengaruhi kepuasan namun juga akan menyebarkankan word of mouth
yang positif, yang manfaatnya adalah pada peningkatan intensi pembelian
ulang pelanggan yang menyampaikan keluhan dan juga dapat menambah daya
tarik perusahaan bagi calon-calon pelanggan. Sehingga penting untuk para
praktisi pemasaran untuk merancang suatu system penanganan keluhan yang
baik yang dapat memudahkan para pelanggannya dalam menyampaikan
keluhan.
Daftar Kepustakaan Cremer, De David, “Procedural and Distributive Justice Effect Moderated by Organizational Identification”.Tilburg University.,Netherlands,2004 Darmi, Sih & Herry Subagyo, “Pengaruh Keadilan procedural dan keadilan distributive terhadap kepuasan komitmen”, STIE Stikubank Semarang, 2005 Davidow, Moshe, “Have you heard the word? The effect of word of mouth on perceived justice, satisfaction, and repurchase intentions following complaint handling”, journal of consumer satisfaction, dissatisfaction and complaining behavior, University of Haifa, 2003 Desanto, Rino. “Pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap intensitas hunian ulang hotel merdeka madiun”, Politeknik Madiun, 2008 Dobele R angela, Tony ward “Enhancing Word of Mouth Reerals” : Advertising /
Marketing Communication Issue. Central Quensland University
Foloer, Robert.Konovsky. Mary A. “Effect of procedural and distributive on reaction”. Academy of management Journal Foloer, Robert. Konovsky. Mary A. “Effect of procedural and distributive on Reaction”.
Academy of Management Journal.
Ghozali, Imam. “Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005 Greenacre Luke, Paul F Burke, Sara Denize “ Important Information in Word of Mouth
Communication : Acquisition vs Dissemination” , university of Technologi, Sidney
Gremler D Dwayne, Kevin P Gwinner, Stephen W. Brown. “ Generating Positive Word-
of-mouth Communication through Coustomer-employee Relationship” , 2001.
Hamid, Abdul.”Panduan penulisan skripsi”, Cetakan 1, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007 Hellier, P. Geursen, R. dan Rickard, J., ”Customer repurchase intention : A
general structural equation model ”, European Journal of Marketing. Bradford:
2003.
Helm, Sabrina, Andreas Eggert dan Ina Garnefeld. ” An Experimenttal Study on the
Impact of Positive Word of Mouth on its Sender”, Herdecke University. Hermawan Asep. ”The effect of Employee Cues on Perceived Service Quality
Satisfaction and Word-of-mouth Recomendations in Hotel Setting” , Faculty of
economy Trisakti University, jurnal manajemen dan pemasaran Jasa : 2005. Jum’i., “Analisis Pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan”. Skripsi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 Keumaladewi, F, Ninna., “Pengaruh word of mouth terhadap persepsi keadilan, kepuasan, dan intensitas pembelian ulang pelanggan pasca keluhan” pada studi kasus Auto 2000, Skripsi FE UI, Depok, 2006 Kotler, P.& Keller, K.K. “Marketing Management” New Jersey :Pearson-Prentice Hall.2006 Kotler, Philip., “Manajemen Pemasaran”, ed 11 jilid I, PT.Indeks kelompok gramedia, Jakarta, 2005 Lupiyoadi, Rambat, “Manajemen Pemasaran” , Salemba 4, Jakarta, 2001 Malini, Hema, ”Analisis pengaruh keadilan interaksional, keadilan prosedural, dan keadilan distributif terhadap kepuasan atas penanganan keluhan pelanggan”Universitas Diponegoro, Semarang,2003 Molinari K.Lori, Russell Abratt, Paul Dion, “Satisfaction, Quality, and Value and Effect
on Repurchase and Positive word-of-mouth behavioral Intentions in a B2B services Context “, point Park University, Pittsburgh, Pennsylvania, USA .
Mowen C John & Michael Minor, “Organisasi behavior”, Terjemahan Dr.Dwi Kartini, SE.Spec, Fakultas Ekonomi UNPAD, Bandung, 2002 Padmantyo, Haryanto, dan Imronuddin, (200), ”Penilaian Kepuasan Konsumen Internal Di Bidang Jasa Pendidikan (Studi Kasus Di Fakultas Ekonomi dan Psikologi Universitas hammadiyah Surakarta)”, Benefit Vol. 8 No. 1, Juni 2004, UMS, Surakarta. Peter,Paul J & Olson C Jerry, “Consumer Behavior”.,University of wiconsien,erlangga, 1996
Rangkuti, Freddy, (2003), “Measuring Customer Satisfaction”, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Riduwan, Drs.M.B.A.,A.K Engkos,SE.,MM. ”Cara menggunakan dan memakai analisis jalur atau path analysis”.Alfabeta Bandung, 2007 Sarwono,Jonathan.”Analisis jalur untuk riset bisnis dengan SPSS”.CV Andi offset,Yogyakarta,2007 Semuel Hatane, Foedjiawati. “Pengaruh sikap, persepsi nilai dan persepsi peluang
keberhasilan terhadap niat menyampaikan keluhan” , Universitas Kristen Petra
Surabaya. Sitaniapessy, Harry AP. “ Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Niat Pembelian Ulang di Matahari Department Store Ambon” , Politeknik Negeri Ambon, 2008.
Sweeney C. Jillian, Geoffrey N Soutar and Tim Mazzarol, “ The Different Between
Positive And Negative Word of Mouth-Emotion As A Differentiator ?” University of Western : Australia, 2003
Tjiptono, Fandi.”Pemasaran Strategik”,Andi Yogyakarta, 2008
-------------------.,”Manajemen Jasa”,Cetakan ke-2, Bayumedia,Malang,2006 Wijaya, dan irawati,L.,”Pengaruh persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap keinginan membeli”.,jurnal studi Indonesia,2004 www.katalogkota.com