jurusan komunikasi dan penyiaran islam...
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNIITAS CAFE RUMI JAKARTA
DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI TASAWUF DI MASYARAKAT
PERKOTAAN
Skiripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memporelah Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Di susun oleh:
FALAHUL MUALIM YUSUF
1112051000087
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skiripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Mei 2017
Falahul Mualim Yusuf
i
ABSTRAK
Falahul Mualim Yusuf
Strategi Komunikasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta Dalam Menanamkan
Nilai-nilai Tasawuf Di Masyarakat Perkotaan
Arus modernitas, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia, khususnya bagi masyarakat
perkotaan. Sehingga tanpa disadari, konsumerisme, hedonisme, matrealisme dan
sikap individualisme ikut menyergap masyarakat mengiringi berbagai bidang
kemajuan tersebut. Akibatnya, sebagian bahkan keseluruhan, ruang batin
masyarakat terhampas oleh aspek duniawi, yang menyisakan ruang kegersangan
dan kehampaan, baik nilai kemanusiaan maupun spiritual, hal itu telah melahirkan
bergabai macam probematika, sehingga masyarakat membutuhkan sebuah
alternatif untuk menumbuhkan kembali jiwa spiritualitas diri yang semakin
terkikis. Cafe Rumi Jakarta memiliki fungsi mewadahi masyarakat perkotaan,
dengan menggunakan nilai-nilai tasawuf yang ditanamkan, dalam memaknai
kehidupan secara lahir batin di tengah tantangan zaman.
Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan komunitas Cafe Rumi
Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan? Apakah
faktor pendukung dan penghambat komunikasi komunitas Cafe Rumi Jakarta
dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konvergensi simbolik
yang dikemukakan oleh Ernest Bromann yang menjelaskan tentang proses
pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan
hadirnya makna, motif dan juga persamaan bersama. Kesadaran kelompok yang
terbangun dalam suatu kelompok dapat membangun semacam makna, motif untuk
bertindak bagi orang-orang dalam kelompok tersebut.
Metodologi penelitian dalam penelitian ini dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dan metode penelitian studi kasus, serta dengan analisis
deskriptif. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas),
suatu program, atau situasi sosial. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan
dan menganalisis bagaimana strategi komunikasi komunitas Cafe Rumi Jakarta
dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan.
Strategi komunikasi yang digunakan oleh komunitas Cafe Rumi Jakarta
melalui nilai-nilai tasawuf, adalah dengan mengidentifikasi komunikan (sasaran
dakwah), menentukan metode dakwah, dan pemanfaatan media komunikasi. Cafe
Rumi Jakarta menanamkan nilai-nilai tasawuf melalui bentuk komunikasi yang
ditawarkan dalam menumbuhkembangkan jiwa spiritualitas diri, dan membangun
etika individual dan sosial. Kemudian dilihat dari faktor pendukung dan
penghambat komunikasi adalah waktu dan kondisi dari kominakator, komunikan
maupun masyarakat luas.
Strategi komunikasi yang ditentukan serta menggunakan komunikasi yang
sesuai dengan perencanaan, semua itu berhasil dilakukan oleh Komunitas Cafe
Rumi Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan, dan
hasil yang diperoleh sangat baik, meskipun masih ada penghambat yang menjadi
tantangan dalam menyebarkan nilai tasawuf kepada masyarakat. Kata kunci: Strategi, komunikasi, cafe, rumi, nilai-nilai tasawuf, .
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahiar-rahmaniar-rahim,
Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad Wa ‘ala Alih Sayyidina Muhammad
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Puji serta Syukur yang sebesar-besarnya
kehadirat Allah SWT, Tuhan yang menguasai seluruh alam, memiliki segala dzat
yang abadi, dan yang menguasai diri ini, senantiasa memberikan rahmat, karunia
dan ridha-Nya kepada penulis sehingga selalu berupaya untuk meraih cinta dan
ridha-Nya. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, yang lembut tutur katanya, luhur akhlaq dan budi
pekertinya, dan sampai saat ini, penulis masih berupaya menginternalisasi cahaya
Ilahi yang ditanamkan dan diajarkan, Sosoknya selalu menjadi inspirasi, semoga
salam keselamatan selalu tercurah untuknya, keluarganya, para sahabatnya dan
para wali-wali Allah. Aamiin.
Dalam penyusunan tugas akhir, skripsi ini dapat terselesaikan, sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, penulis
sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan
saran dalam perbaikan yang bersifat membangun.
Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada kedua orang tua tercinta
Ayahanda Abah H. Muhammad Jusup dan Ibunda Umi Hj. Sunarti, yang tulus
ikhlas memberikan cinta, kasih sayang, dukungan moral dan materil selama ini.
Terimakasih atas segalanya, meluangkan segenap waktu untuk mengasuh,
iii
membimbing, dan mengiringi perjalanan hidup, dan tak luput alunan doa yang
tiada henti terucap serta nasihat agar selalu kuat dan semangat menatap masa
depan, sehingga penulis insya Allah sukses dan berhasil dalam menggapai cita-
cita. Kemudian teruntuk kakak dan adik-adik tercinta, Mas Zakky Muwalid
Yusuf, Adik Muhammad Fikri Khoiri Yusuf, dan adik perempuanku Yushlihah
Rofiati Yusuf, Canda dan tawa yang kalian berikan, terima kasih telah menjadi
bagian hidup penulis yang berharga.
Dengan terselesaikannya skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi
Komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam Menanamkan Nilai-nilai Tasawuf di
Masyarakat Perkotaan ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FDIKOM), Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj.
Roudhonah, M.Ag. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr.
Suhaimi, M.Si. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, M.Si Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita
Fathurokhmah, M.Si Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Prof. Dr. Asep Usman Ismail, MA. Dosen pembimbing yang membantu
penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini, di tengah-tengah kesibukannya,
memberikan pemikirannya dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
skiripsi yang baik, khususnya dalam kajian Ilmu Tasawuf.
4. Hj. Umi Musyarofah, MA Dosen Pembimbing Akademik dan seluruh dosen
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis,
selama penulis berada dibangku perkuliahan.
5. Saudara dan teman-teman luar biasa, Cacatan Akhir Kuliah, Keluarga Besar
Mang Ewok Squad, Keluarga Besar Cafe Rumi Jakarta, Keluarga Besar KPI C
dan KPI 2012, Keluarga Besar FIDKOM UIN Jakarta, Keluarga Besar HMI
Cabang Ciputat, KKN PRASASTI, Lesehan Sejarah RI, Kenduri Cinta,
Zaadul Muslim, AIC Pusat, HTI Tangerang, LSMI Cabang Ciputat, Jumat
Baik, UNITS Tangsel, AKXI Tangerang, sedulur dari jurusan Hukum
Keluarga, dan warga Grand Residence Pondok Cabe, tanpa mengurangi rasa
hormat yang tidak disebutkan namanya satu-persatu, dari kalian meberikan
pelajaran mengenai arti kehidupan dalam solidaritas dalam petemanan,
persaudaraan, atau bahkan percintaan. Semoga silaturahmi kita akan selalu
terjalin.
Ucapan terimakasih ini tentunya tidak cukup bila dibanding dengan
kebaikan dan bantuan dari semua pihak, yang kembali lagi dengan kerendahan
hati tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tanpa mengurangi rasa
hormat penulis, Akhir kata, semoga segala bentuk motivasi, dukungan dan doa
yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang berlimpah dari
Allah SWT. Aamin
Jakarta, 17 April 2017
Falahul Mualim Yusuf
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.. ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian .................................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 12
G. Kerangka Teori ............................................................................................. 13
H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 16
A. Teori Konvergensi Simbolik ........................................................................ 16
1. Elemen-elemen Konvergensi Simbolik ................................................ 16
B. Strategi.......................................................................................................... 19
C. Komunikasi .................................................................................................. 20
1. Pengertian Komunikasi ......................................................................... 20
2. Unsur-unsur Komunikasi ...................................................................... 22
D. Strategi Komunikasi ..................................................................................... 24
1. Pengertian Strategi Komunikasi ........................................................... 24
2. Tujuan Strategi Komunikasi ................................................................. 24
3. Ruang Lingkup Strategi Komunikasi ................................................... 25
E. Komunitas dan Komunitarianisme ............................................................... 25
1. Konseptualisasi Komunitas .................................................................. 25
vi
2. Konseptualisasi Komunitarianisme ...................................................... 27
F. Tasawuf ........................................................................................................ 28
1. Pengertian Tasawuf .............................................................................. 28
2. Pokok Pengamalan tasawuf .................................................................. 33
G. Nilai-Nilai Tasawuf ...................................................................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM ..................................................................................... 39
A. Profil Komunitas Cafe Rumi Jakarta ............................................................ 39
1. Sejarah dan Perkembangan ................................................................... 39
2. Tarekat Naqsabandiyah ........................................................................ 44
3. Tujuan Cafe Rumi Jakarta .................................................................... 45
B. Visi dan Misi Komunitas Cafe Rumi Jakarta ............................................... 46
1. Visi Cafe Rumi ..................................................................................... 46
2. Misi Cafe Rumi .................................................................................... 46
C. Kegiatan Komunitas Cafe Rumi Jakarta ...................................................... 46
D. Struktur Organisasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta ...................................... 47
BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................................. 48
A. Analisis Data Strategi Komunikasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta ............. 48
1. Strategi Komunikasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta ............................ 48
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Cafe Rumi ................................................ 60
B. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................................. 79
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 83
A. Kesimpulan ................................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 87
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1. ............................................................................................................ 52
Gambar 4.2. ............................................................................................................ 56
Gambar 4.3. ............................................................................................................ 57
Gambar 4.4. ............................................................................................................ 58
Gambar 4.5. ............................................................................................................ 59
Gambar 4.6. ............................................................................................................ 60
Gambar 4.7. ............................................................................................................ 63
Gambar 4.8 ............................................................................................................. 67
Gambar 4.9. ............................................................................................................ 70
Gambar 4.10 ........................................................................................................... 73
Gambar 4.11. .......................................................................................................... 73
Gambar 4.12. .......................................................................................................... 75
Gambar 4.13. .......................................................................................................... 77
Gambar 4.14. .......................................................................................................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi dan dakwah pada dasarnya dapat di lakukan berbagai cara,
strategi, atau metode. Salah satunya dengan pendekatan metode tasawuf.
Perkembangan dakwah Islamiyah inilah yang menyebabkan agama Islam dalam
ajarannya senantiasa berkembang dan disebarluaskan kepada masyarakat.1
Arus modernitas, urbanisme, perkembangan kajian ilmu pengetahuan dan
tekhnologi memiliki dampak yang demikian besar bagi kehidupan manusia. Tanpa
disadari, konsumerisme, hedonisme, jiwa matrealistis dan sikap individualisme
ikut menyergap manusia mengiringi berbagai bidang kemajuan tersebut.
Akibatnya, sebagian atau bahkan kadang keseluruhan, ruang batin manusia
terhampas oleh aspek duniawi, yang menyisakan ruang kegersangan ruhaniah.2
Pada sisi itu, kita juga menyaksikan semakin melunturnya nilai-nilai tradisi dan
penghayatan agama yang terjadi.
Terlebih lagi perkembangan industrialisasi dan ekonomi yang demikian
pesat, telah menempatkan manusia modern ini menjadi manusia yang tidak lagi
memiliki pribadi yang merdeka, tak terkecuali bagi masyarakat perkotaan (urban
Society). Hidup mereka sudah menjadi otomisasi mesin yang serba mekanis,
sehingga kegiatan sehari-hari pun sudah terjebak oleh alur rutinitas yang
menjemukan.3
1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet ke -2, h. 16-17 2 Muhammad Sholikhin, Sufi Modern, Mewujudkan Kebahagiaan, Menghilangkan
Keterasingan. (Jakarta : PT. Elex Media Komputerindo, 2013), h. vi. 3 Ahmad, Suyuti, Percik-Percik Kesufian, (Bandung : Penerbit Pustaka Hidayah, 2002),
h. 3-5.
2
Sementara itu, pelaksanakan aspek-aspek syariat lahiriah dari agama,
sudah menjadi sekedar rutinitas, juga tidak mampu menjawab akan pencarian
makna hidup, ketentraman, kebahagiaan yang didambakan oleh manusia.4 Hal
demikian disebabkan, karena mereka tidak berupaya menanamkan dan meresapi
akan makna kesadaran spiritual, ibadah yang dikerjakan, hanya sebatas formalitas
semata, dan mereka sering kali terpengaruh dalam derasnya arus modernitas,
dengan mengesampingkan nilai-nilai spiritual tersebut.
Sehingga tak terelakan, bahwa proses modernisasi itu, disamping
membawa dampak positif, juga telah menimbulkan dampak negatif. Sisi dampak
positifnya, modernisasi membawa kemudahan-kemudahan dalam kehidupan
manusia. Sementara dampak negatifnya, modernisasi menimbulkan krisis makna
hidup, kehampaan spiritual dan tersingkirnya agama dalam kehidupan manusia.5
Melihat konteks diatas, dalam konteks keagamaan, memang tak
terhindarkan, dunia modern dengan kekuatan teknologinya yang memukau itu,
telah mengubah hal intim dan privat menjadi sesuatu yang lebih terbuka. Tasawuf
misalnya, yang semula ada di bilik-bilik tarekat yang jauh dari peradaban, kini
masuk ke tengah sudut yang lebih terbuka dan modern seperti di perkotaan.
Sehingga pada awalnya, selama ini dianggap hanya membuat orang lupa akan
dunia, kini mendapat tantangan baru agar bisa lebih selaras dengan modernisme.
Sebaliknya, modernisasi tidak selalu berhasil memenuhi janji-janji
kesejahteraan yang di tawarkan. Modernisasi yang diikuti globalisasi justru kerap
memunculkan kesulitan baru, dari meningkatnya gaya hidup materialistik,
4 Muhammad Sholikhin, Sufi Modern, Mewujudkan Kebahagiaan, Menghilangkan
Keterasingan. (Jakarta : PT. Elex Media Komputerindo, 2013), h. vi. 5 Moh. Toriquddin, Sekularitas Tasawuf, Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern.
Malang : UIN-Malang Press. 2008. h. 63-64.
3
hedonistik, hingga mewabahnya disorientasi dan depresi sosial di masyarakat. Hal
itu berdampak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat perkotaan, sehingga
sikap-sikap ini juga memengaruhi cara keberagamaan orang perkotaan.
Bagi masyarakat perkotaan, khususnya di Jakarta sendiri. Sikap hidup
yang mengutamakan materi (materialistik), memperturutkan kesenangan dan
kelezatan syahwat (hedonistik), ingin menguasai semua aspek kehidupan
(totaliteristik), dan hanya percaya pada rumus-rumus pengetahuan empiris saja.
Serta paham hidup yang bertumpu pada kemampuan akal pikiran manusia,
tampak lebih terlihat menguasai manusia yang memegang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Di tangan mereka yang berjiwa dan bermental demikian itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan. Sehingga
menimbulkan sikap-sikap yang cenderung ingin menang sendiri, kurang adanya
rasa saling menghargai, pola persaingan yang tidak sehat, yang kemudian
mengakibatkan rasa frustasi dan stress. Potensi-potensi yang demikian itu, telah
memunculkan sikap untuk melakukan sesuatu, dengan menghalalkan segala cara.
Bahkan, mereka menjadi penyebab akan berbagai kerusakan di daratan dan di
lautan.
Sebagaimana di isyaratkan dalam Al-Qur'an :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
4
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(QS.Al-Rum 30:41).6
Dari gambaran diatas, jelas kehidupan masyarakat perkotaan,
membutuhkan sentuhan yang lain untuk merajut hidup. Salah satu alternatif yang
dibutuhkan adalah nilai-nilai tasawuf yang perlu ditanamkan. Hal ini yang
membuat Komunitas Cafe Rumi Jakarta memberikan perhatian serius terhadap
problematika yang terjadi. Dengan menjelaskan tentang bagaimana poros
keindahan dan keseimbangan dalam ajaran Islam. sehingga nilai-nilai tasawuf itu
harus mampu diinternalisasikan kepada setiap insan, khususnya bagi masyarakat
Jakarta demi menjaga keseimbangan hidup secara lahir batin.
Bahkan, hal ini sekaligus untuk menelisk hipotesis Peter Berger dan
William James, yang menyebut bahwa “Agama punya seribu nyawa” dan
modernisasi tidak akan mampu membunuhnya.7 Yang juga semakin memperteguh
akan eksistensi tasawuf bagi masyarakat perkotaan. Oleh karenanya, ajaran
tasawuf yang dihadirkan Komunitas Cafe Rumi Jakarta apakah mampu memberi
an solusi sebagai wujud kongkret pemenuh dahaga rohaniah dalam mengatasi
krisis nilai-nilai spiritual yang terjadi dan berkembang di masyarakat.
Di satu sisi, kebanyakan dari kita sering mengatakan bahwa, para pelaku
tasawuf atau sufi, selama ini diidentikkan dengan kehidupan statis, tradisional,
hidup menyendiri, cuek dengan hingar-bingarnya dunia, cuek dengan perubahan,
dan berbagai labelitas kejumudan lainnya.8
6 Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 408. 7 Hussein Ja’far al-hadar. Menyegarkan Islam Kita, dari Ibrahim Sampai Hawking, Dari
Adam Hingga Era Digital. PT. Gramedia Jakarta. 2014. h. 186 8 Ni’am, Syamsun. Tasawuf Studies: pengantar belajar tasawuf. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014, h. 203.
5
Akan tetapi, perlu ditelisik lebih jauh dengan melihat prinsip Komunitas
Cafe Rumi Jakarta, mereka membangun komunikasi terhadap masyarakat, dengan
merangkul siapa saja dalam meraih keseimbangan dalam Islam. Sehingga
menjawab berbagai asumsi yang muncul, yang menganggap bahwa tasawuf hanya
memikirkan diri sendiri, kiranya perlu ditinjau kembali dalam melihat aspek
ajarannya secara luas. Dengan memahami setiap makna yang terkandung di dalam
tasawuf.
Bertolak dari titik itu, secara substansial, ajaran tasawuf mempunyai nilai
positif jika diterapkan pada masyarakat perkotaan, karena ajaran tasawuf ini tidak
mengharuskan seseorang untuk meninggalkan kepentingan-kepentingan duniawi.
Artinya, ada pola keselarasan, dalam menyeimbangkan kedua fase kehidupan.
Seorang sufi yang batinnya sama sekali telah meninggalkan keduniawian, tetapi
secara lahiriah mereka masih berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat dan
memikul berbagai tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dalam semua
spiritualitas Islam, hal demikian tidak saling bertentangan, tetapi saling
melengkapi.9
Komunitas Cafe Rumi Jakarta terbentuk di bawah naungan Yayasan
Samudra Cinta Mawlana, yang digagas oleh muchsin mulaila dan lima sekawan
yang berlatarbelakang pengusaha, musryid (guru spiritual)-Nya, Mawlana Syeikh
Hisyam Kabbani, adalah seorang tokoh sufi besar, ia menyebarkan nilai-nilai
tasawuf hampir ke seluruh pelosok dunia.
Berpedoman kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, komunitas ini
menjadi sebuah wadah untuk menyebarkan syiar Islam, melalui pendekatan
9 Seyyed Hosein Nasr, Islam dan Nestapa Manusia Modern, terj. Anas Mahyuddin,
(Bandung: Pustaka, 1983), h. 98
6
tasawuf, sebagai bagian dari inti ajaran agama Islam. Dengan nuansa spiritual
sufi, mereka mempunyai fungsi dalam mengkomunikasikan nilai tasawuf dalam
tantangan modernisme yang semakin mengakar terhadap masyarakat Jakarta.
Terlebih letaknya berada di tengah pusat jantung perkotaan.
Mengacu pada konteks itu, pada dasarnya, hubungan Allah dan manusia
sebagai khalifah, serta alam, adalah merupakan hubungan segi tiga dimana Allah
merupakan puncaknya. Hubungan yang harmonis dengan Allah akan melahirkan
pola hubungan yang harmonis pula terhadap sesama manusia dan juga alam.
Selain itu, hal menariknya, mereka mengembangkan konsep dakwah
dengan menggunakan sebuah terminologi cafe, dan bukan dilakukan di masjid
atau mushola, maupun lembaga-lembaga Islam pada umumnya. Karena secara
subtansial istilah kafe (cafe) mempunyai arti dari bahasa Perancis. Secara harfiah
adalah minuman kopi, kemudian menjadi tempat minum-minum yang bukan
hanya kopi, tetapi juga minuman lainnya, seperti teh, bir, atau kedai kopi.1 0
Di tengah masyarakat kita saat ini, sudah lazim kita dengarkan berbagai
keluhan seperti gelisah, frustasi, perasaan tidak puas dengan segala yang di miliki,
perasaan batin yang hampa, semangat hidup yang sirna dan berbagai penyakit
psikomatis serta prilaku yang mencerminkan ketidaktenangan. Masyarakat
perkotaan yang tengah menghadapi probematika yang sangat kompleks dan carut-
marut, Sehingga mereka harus bisa kembali menumbuhkan jiwa spiritualitas
diri.1 1 Di satu sisi, tasawuf perlu diaktualisasikan terhadap nilai-nilai yang di
bawakannya. Sebagai jawaban atas tantangan zaman, agar menjadikan manusia
1 0 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi ketiga (Jakarta: Balai pustaka. 2005), h. 102. 1 1 M. Sholihin & Rasyid Anwar, Akhlak Tasawuf, Manusia, Etika dan Makna Hidup
Penerbit Nuansa. Bandung : 2005. h. 257.
7
yang beretika, manusia insan kamil, manusia yang sadar akan dirinya, baik dalam
kondisi yang berhubungan dengan Tuhan, sosial dan alam.
Manusia dalam hal ini masyarakat Jakarta harus dapat menyimbangkan
urusan Ilahi dan dunia dengan membangun hablum minallah dan hablum
minannas dalam peran sebagai hamba dan sebagai khalifah yang membawa
pembaharu dan pencipta masyarakat yang berperadabadan dalam arus modernisasi
saat ini. Sehingga dalam hal ini Cafe Rumi memerlukan strategi komunikasi
kepada masyarakat sebagai tolak ukur untuk melakukan aktivitas dakwahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Strategi Komunikasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam
Menanamkan Nilai-nilai Tasawuf di Masyarakat Perkotaan”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi penelitian pada strategi
Komunikasi yang dilakukan komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam
menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan yakni pada nilai-
nilai tasawuf yang meliputi nilai tasawuf itu di korelasikan dalam konteks
hubungan dengan Allah, Manusia dan Alam. Selain itu lokasinya hanya di
kawasan Melawai, Kebayoran Baru. Jakarta Selatan.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana strategi komunikasi komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam
menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan?
8
b. Apa faktor pendukung dan penghambat komunitas Cafe Rumi Jakarta
dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi Komunikasi komunitas Cafe Rumi Jakarta
dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyakat perkotaan.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi
komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di
masyakat perkotaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
keilmuan serta mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan strategi
komunikasi yang dilakukan oleh sebuah komunitas, yang meliputi dalam
ranah komunikasi dakwah kepada masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, dengan adanya penelitian ini pembaca dapat
mengaplikasikan strategi komunikasi dalam kegiatan dakwah yang dilakukan
dalam sebuah komunitas. Serta memberikan masukan kepada komunitas Cafe
Rumi Jakarta atau komunitas lain yang sama-sama bergerak di bidang
dakwah.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
9
Dalam penelitian strategi komunikasi yang dilakukan komunitas Cafe
Rumi Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat
perkotaan. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Pendekatan
kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat.
Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala
sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai katagorisasi tertentu.1 2
Menurut Bogdan dan Taylor (1990), penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang
diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus. Studi kasus
merupakan strategi yang cocok untuk menjawab pertanyaan yang berkenaan
dengan bagaimana dan mengapa. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan
komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,
suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial.1 3 Penelitian
ini menggunakan jenis studi kasus deskriptif. Studi kasus deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan intervensi atau fenomena dan konteks
kehidupan nyata yang menyertainya. Dalam studi kasus, kasus yang diangkat
1 2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 237. 1 3Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet ke- 4, h. 201.
10
biasanya memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri. Dari keunikan dan
kekhasannya tersebut yang dijadikan daya tarik dari model ini.1 4
Dalam penelitian ini dirasa penting menggunakan studi kasus
deskriptif. Peneliti ingin mengetahui strategi komunikasi yang di lakukan
komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di
masyarakat perkotaan.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah komunitas Cafe Rumi Jakarta.
Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah strategi dakwah
dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Cafe Rumi Jakarta di Jalan Wisma
Iskandariyah Raya kav 12-14 Melawai, Kebayoran Baru. Jakarta Selatan. Dan
waktu yang ditempuh dalam penelitian ini adalah dari bulan November 2016
sampai Mei 2017.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data diantaranya:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan.1 5 Observasi merupakan suatu teknik
1 4Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), Cet ke-3, h.76. 1 5Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke-4, h. 115.
11
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.1 6 Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengamatan terhadap strategi komunikasi yang
dilakukan komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam menanamkan nilai-
nilai tasawuf di masyarakat perkotaan.
b. Wawancara
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa pedoman
wawancara.1 7 Dalam wawancara, pewawancara bermaksud
memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir dari yang diwawancarai
yang relevan dengan masalah yang diteliti.1 8 Dalam penelitian ini,
peneliti akan mewawancarai pendiri atau ketua komunitas Cafe Rumi
Jakarta, jamaah Cafe Rumi dan tokoh ahli tasawuf.
c. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk menelusuri data historis, sejumlah
besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.1 9 Dalam penelitian ini, peneliti akan menelusuri terkait
strategi komunikasi yang dilakukan komunitas Cafe Rumi Jakarta
dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan.
6. Teknik Analisis Data
1 6Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,” dalam Imam Gunawan,
Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet ke-1, h. 143. 1 7Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke-4, h. 108. 1 8Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), Cet ke-1, h. 162. 1 9Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke-4, h. 121.
12
Analisis data merupakan proses mengatur data, mengorganisasikannya
kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data
merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi
wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk
memungkinkan menyajikan temuan-temuan tersebut.2 0 Dalam penelitian ini,
peneliti mengolah data dan mengorganisasikan hasil temuan dalam
pengamatan, hasil wawancara, serta dokumentasi yang terkait dengan strategi
komunikasi yang dilakukan komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam
menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan.
7. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013 yang dikeluarkan oleh Biro
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk mendapatkan teori terdahulu. “Gay
(1976) berpendapat bahwa kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara
sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi
yang berkaitan dengan masalah penelitian.2 1
2 0Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
Cet ke-3, h. 85. 2 1Consuelo G Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Unversitas
Indonesia-UI Press, 1993), h. 31.
13
Penelitian melakukan tinjauan pustaka pada penelitian sebelumnya.
Peneliti menemukan skripsi yang menjadi tinjauan pustaka, dalam penelitian ini
terdapat didalam dan diluar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara lain:
1. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program
Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya Pada Masyarakat Kota
Bogor oleh Maulana Fityan Aunillah tahun 2015.
2. Strategi Komunikasi PT.Arminareka Perdana Dalam Mempromosikan
Program Haji Plus Dan Umrah oleh Oleh Gilang Kusuma Rukmana
tahun 2016.
3. Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan
Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di Kelurahan
Bintaro oleh Nadia Anggraeni tahun 2016.
G. Kerangka Teori
Penelitian ini menggunakan teori konvergensi simbolik yang dikemukakan
oleh Ernest Bromann, Dalam model dipelopori oleh Ernest Bromann, teori ini
menjelaskan tentang proses pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran
kelompok yang menghasilkan hadirnya makna, motif dan juga persamaan
bersama. Kesadaran kelompok yang terbangun dalam suatu kelompok dapat
membangun semacam makna, motif untuk bertindak bagi orang-orang dalam
kelompok tersebut..2 2
2 2 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,1996).
h. 191.
14
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran
yang jelas dan terarah, maka peneliti mengelompokan lima bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang
masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah), tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran
umum penulisan penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan penulis
dalam menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari
berbagai sumber seperti buku referensi maupun internet yang
menjadi landasan penelitian skripsi, antara lain teori tentang
konvergensi simbolik kemudian penjelasan strategi dan
komunikasi, strategi komunikasi, tasawuf dan penjelasan dalil-dalil
terkait dalam nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan profil dari komunitas Cafe Rumi Jakarta,
Tarekat Naqsabandiyah, Visi dan Misi komunitas Cafe Rumi
Jakarta, dan kegiatan serta struktur komunitas Cafe Rumi Jakarta.
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini menjelaskan tentang analisis dengan cara mengkorelasikan
dengan teori yang ada dalam penelitian ini.
15
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian ini dan saran yang yang
ditujukan untuk pembaca dan penelitian terkait selanjutnya.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Konvergensi Simbolik
Teori Konvergensi simbolik atau pemusatan simbolis juga sering dikenal
dengan nama analisis bertemakan fantasi. Teori konvergensi simbolik dipelopori
oleh Ernest Bromann, yang menjelaskan tentang proses pertukaran pesan yang
menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya makna, motif dan
juga persamaan bersama. Kesadaran kelompok yang terbangun dalam suatu
kelompok dapat membangun semacam makna, motif untuk bertindak bagi orang-
orang dalam kelompok tersebut.
Symbolic Convergence Theory (SCT) menjelaskan makna, emosi, nilai dan
motif untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh orang yang mencoba
untuk memahami dari pengalaman yang umum seperti keragaman kehidupan.
Teori ini mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang memunculkan
kesadaran kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna, motif dan perasaan
bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana orang-orang secara
kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses pertukaran
pesan untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat di
dalamnya.2 3
1. Elemen-elemen Konvergensi Simbolik
Elemen-elemen dalam anatomi konvergensi simbolik terdiri dari
struktur dasar, struktur pesan, struktur dinamis, struktur komunikator, struktur
2 3 Morisson, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa, (Jakarta:. Kencana, 2013), Cet
ke-1, h. 83.
17
medium dan struktur evaluatif. unit analisis utama dalam struktur dasar adalah
tema fantasi. Sementara kategori-kategori khusus yang merupakan kelanjutan
dari unit utama tema fantasi adalah: tipe fantasi, inisial simbolik dan saga.
a. Tema Fantasi, merupakan penanda mengenai suatu yang harus
ditemukan dalam komunikasi. Hal ini adalah bagian dari pesan drama-
drama besar yang panjang dan rumit dari sebuah cerita yang
dipaparkan melalui visi retorik.
b. Isyarat Simbolik merupakan indikator retorika atau kode yang
mendukung tema fantasi. Biasanya berwujud kata, frase atau simbol.
c. Tipe Fantasi, muncul saat anggota komunitas retorik berbagi kesamaan
di antara garis peran dalam drama-drama berbeda atau kualitas
karakter dalam drama dan tipe fantasi merupakan stok scenario yang
digunakan untuk menjelaskan kejadian-kejadian baru dalam bentuk
dramatik yang dikenal khalayak.
d. Saga, ucapan yang senantiasa diulang-ulang dalam pencapaian
kehidupan seseorang, kelompok, komunitas, organisasi dan Negara
atau bisa juga kaum puritan.
Titik awal teori ini adalah gambaran oleh cerita-cerita yang
menggambarkan bagaimana segala sesuatu diyakini ada. Cerita-cerita atau tema-
tema fantasi ini diciptakan dalam interaksi simbolis dalam kelompok-kelompok
kecil serta mereka berpindah dari satu orang ke orang lain dan dari satu kelompok
ke kelompok lain untuk berbagi sebuah pandangan tentang dunia.
Tema-tema fantasi merupakan bagian drama-drama yang lebih besar dari
cerita-cerita yang lebih panjang dan lebih rumit yang disebut pandangan retorika.
18
Pandangan retorika adalah sebuah pandangan tentang bagaimana sesuatu telah
terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi.2 4
Pada pandangan dan ukuran yang besar, pandangan ini membentuk
anggapan-anggapan pada dasar pengetahuan sebuah kelompok, membentuk
pemahaman akan realitas. Tema-tema fantasi dan bahkan pandangan retorika yang
lebih besar, terdiri atas karakter, alur, tempat, dan perantara yang mendukung.
Misalnya sebuah kelompok berkumpul untuk mengadakan sebuah
pertemuan. Sebelum, selama dan setelah pertemuan, para anggotanya akan
berbagi pengalaman dan cerita yang menyatukan kelompok tersebut. Beberapa
cerita tersebut akan menjadi cerita yang lagi-lagi menceritakan tentang organisasi
tersebut dan anggotanya. Setiap anggotanya akan memiliki karakter, alur, tempat
dan perantara yang mendukungnya. Dalam banyak hal, perantara pendukung
dapat berupa perusahaan itu sendiri. Menceritakan cerita ini berulang-ulang akan
menciptakan dan mempertahankan kesatuan dalam kelompok tersebut.
Dan ketika anggota memiliki tema-tema fantasi yang sama, maka visi
dalam pandangan retorika yang dihasilkannya akan menyatukan mereka dan
memberi mereka rasa identifikasi (sense of identification), yang sama akan
realitas bersama.
Ketika pandangan retorika dibuat melalui pembagian tema-tema fantasi
dalam sebuah kelompok, mereka memenuhi sebuah fungsi penciptaan kesadaran.
Mereka membuat orang-orang menyadari cara-cara tertentu dalam memahami
segala sesuatu. Fungsi pendukung kesadaran (consciousness-sustaining), di sini,
tema-tema fantasi hadir untuk mempertahankan komitmen. Dalam sebuah
2 4 Morisson, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa, (Jakarta:. Kencana, 2013), Cet
ke-1, h. 85.
19
perusahaan, kesadaran bersama atau pandangan retorika dapat melahirkan
kesetiaan, kebanggaan, kebanggaan dan komitmen.
Ada tiga tema susunan mendalam yang utama, sebagian besar pandangan
retorika dijelaskan oleh salah satu dari tiga sumber yang memotivasi. Tiga sumber
tersebut meliputi kesalehan (righteous), yang menjadikan kepekaan moral sebagai
dasar bagi bagaimana pandangan retorika berkerja. Kemudian sosial, (sosial),
yang sangat bergantung kepada interaksi sosial untuk keberhasilan pandangan
retorika. Dan pragmatis (pragmatic), yang memiliki dasar praktis sebagai sumber
yang mendukung pandangan tersebut. Dengan kata lain anggota masyarakat
dipandu oleh sebuah ketertarikan, kebutuhan, atau fokus pada sudut pandang
kesalehan, sosial atau pragmatis. Jelasnya, tema-tema fantasi merupakan unsur
utama persuasi.
Tema-tema fantasi merupakan salah satu hal yang diciptakan dan
dihasilkan kembali dalam percakapan. Ketika audiens atau seseorang
mendengarkan sebuah percakapan, seseorang akan mampu mendengarkan tema-
tema fantasi dalam tindakan. Tetapi jika seseorang mendengarkan dengan lebih
seksama maka seseorang juga akan mendengarkan banyak tindakan kecil yang
terjadi.2 5
B. Strategi
Setiap usaha atau setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan memerlukam
dan memiliki strategi. Strategi merupakan hasil akhir menyangkut tujuan dan
sasaran organisasi. Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perenanaan
dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang
2 5Stephen W Littlejohn & Karen A Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human
Communication (edisi: 9). Jakarta: Salemba Humanika. 2012. hal, 236-239.
20
penting dalam mencapai dasar dan sasaran dengan memperlihatkan keunggulan
kompetitif dan sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan, dan
perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.2 6
Sedangkan strategi menurut beberapa pakar, yang dihimpun kemudian
dijelaskan secara kompleks Imam Mulyana menjelaskan bahwa strategi adalah
ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan
secara efektif yang terbaik. Terdapat empat unsur penting dalam pengertian
strategi, yaitu : kemampuan, sumber daya, lingkungan dan tujuan.2 7
Dalam Ilmu Komunikasi, Onong Uchjana Effendi mengatakan Strategi
pada hakikatnya adalah “Perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan, akan
tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya memberikan arah saja melainkan harus mampu menunjukan
bagaimana taktik operasionalnya”.2 8 Setelah memperhatikan dari berbagai
pendapat tentang strategi, secara pengertian terminologi strategi adalah taktik atau
cara yang disusun dengan seksama untuk mencapai suatu keberhasilan.2 9
C. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris Communication. Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam
2 6Triton PB, Managemen Strategi (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007), h. 13. 2 7Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strategi, Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. 1992), cet ke-1 h.32. 2 8 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. 1992), cet ke-1 h. 32. 2 9 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. 1992), cet ke-1 h. 300.
21
“Ensiklopedi Umum” diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan yang
terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:
a. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun
memberitahukan.
b. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku di mana-
mana.
c. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat
mayoritas.
d. Communico, yang berarti membuat sama.
e. Demikian juga Communication berasal dari kata Latin
Communicatio yang juga bersumber dari dari kata Communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna.3 0
Secara etimologis ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang
dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang
mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang
yang menerima pesan. Adapun pengertian komunikasi menurut istilah
(teminologi) banyak dikemukakan oleh sarjana-sarjana yang menekuni ilmu
komunikasi, antara lain:
1. William Albiq, mengatakan dalam bukunya Public Opinion
bahwa komunikasi adalah: proses pengoperan lambang-lambang
yang berarti diantara individu-individu.
3 0 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013), cet. ke-1,
h.17.
22
2. Lasswell, 1960, mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan
apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan akibat
atau hasil apa” (Who? Says what? In which channel? To whom?
With what Effect?).3 1
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses di mana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan
lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang antara
keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya dapat
mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata lain, jika
lambangnya tidak mengerti oleh salah satu pihak, maka komunikasinya
tidak lancar dan tidak komunikatif.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Dalam Komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol). Dalam prosesnya komunikasi dibangun oleh tiga unsur
yang fundamental, yaitu:
a. Komunikator (Source)
Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan. Komunikator
memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang memformulasikan
pesan atau informasi yang kemudian akan disampaikan kepada orang lain.
Komunikator sebagai bagian yang paling menentukan dalam
3 1 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013), cet. ke-1,
h.19.
23
berkomunikasi dan untuk menjadi seorang komunikator itu harus
mempunyai persyaratan dalam memberikan komunikasi untuk mencapai
tujuannya. Sehingga dari persyaratan tersebut mempunyai daya tarik
sendiri komunikan terhadap komunikator.
b. Pesan (Message)
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah
di dalam usaha mencoba sikap dan tingkah laku komunikan.3 2
Pesan dapat disampaikan melalui lisan dan media, sedangkan bentuk pesan
dapat berupa informative, yakni memberikan keterangan-keterangan dan
kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan. Pesan berupa
persuasive, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan
kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan
rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan itu
adalah kehendak sendiri. Sedangkan pesan koersif, yakni dengan
menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan penekanan-
penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan diantara
semuanya dan pada kalangan publik.
c. Penerima Pesan/ Komunikan (Receiver)
Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator.
Decoder, adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama dengan
komunikan.3 3 Dalam menerima pesan decoder mempunyai sifat
3 2 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996), cet. ke-1, h.59. 3 3 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013), cet. ke-1, h.
44.
24
decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam menafsirkan pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
D. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi Komunikasi
Rogers memberi batasan pengertian Strategi Komunikasi sebagai suatu
rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala
yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Sedangkan pakar perencanaan
komunikasi Middleron membuat definisi dengan menyatakan: “Strategi
Komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi
mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada
pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang
optimal”.3 4
Pemilihan strategi merupakan salah satu langkah penting yang
memerlukan penanganan secara hati-hati dalam merencakan komunikasi. Jika
kita salah meenentukan strategi, maka hasil yang diperoleh pun bisa
mengakibatkan kerugian baik dari segi waktu, materi dan tenaga.
2. Tujuan Strategi Komunikasi
Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett,
tujuan strategi komunikasi adalah:3 5
a. To secure understanding, untuk memastikan bahwa terjadi suatu
pengertian dalam berkomunikasi.
b. To establish acceptance, bagaimana cara penerimaan itu terus
3 4 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, h. 61. 3 5 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi kampanye Public Relations, (jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005) h. 37.
25
dibina dengan baik.
c. To motive action, penggiatan untuk memotivasinya.
d. The goals which the communicator sought to achieve, bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator
dari proses komunikasi tersebut.
3. Ruang Lingkup Strategi Komunikasi
Strategi Komunikasi terdiri dari dua aspek egi Komunikasi terdiri
dari dua aspek, yakni: secara makro (planned multimedia strategy) dan
secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut
memiliki fungsi ganda, yaitu:
a. Menyebarluaskan pesan komunikasiyang bersifat informative,
persuasif dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk
memperoleh hasil yang optimal.
b. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat
kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya
media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan
merusak nilai-nilai budaya.3 6
E. Komunitas dan Komunitarianisme
1. Konseptualisasi Komunitas
Dalam Pada dasarnya penjelasan mengenai komunitas ada dua hal
yakni pertama, terbentuk pada batasan geografis tertentu (geographical
3 6Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), cet ke-7, h. 28.
26
locality), dan identitas yang sama, atau minat, kepentingan, kepedulian
terhadap hal yang sama (sense of identity or community of interest). Faktor
utama yang menjadi dasar suatu komunitas adalah adanya interaksi yang
lebih besar diantara para anggotanya sehingga menumbuhkan rasa
keterikatan keakraban yang menimbulkan kenyamanan bagi para anggotanya.
Pada umumnya, mereka memiliki kebiasaan yang sama.
Karakteristik yang membedakan komunitas dengan kelompok lain
adalah adanya perasaan nyaman pada anggotanya untuk hidup dalam
komunitas karena memiliki persamaan, baik dalam etnik, kebiasaan, bahasa
maupun faktor pengikat lainnya, seperti minat. Secara umum, tujuan
dibentuknya suatu komunitas adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik
fisik maupun psikis.
Secara singkat konsep komunitas sebagai berikut:
a. Sebagai sistem pertengahan di antara masyarakat, sebagai
makrosystem dan kelompok kecil sebagai microsystem.
b. Memiliki populasi yang karakteristiknya teridentifikasi oleh
perasaan saling memiliki, dan kesadaran anggotanya sebagai
bagian dari komunitas tersebut.
c. Sebagai organisasi dan pertukaran dari kepentingan sesama
anggotanya.
d. Memiliki fungsi-fungsi yang berbeda satu sama lain.
e. Beradaptasi dengan lingkungannya melalui pertukaran potensi
yang dimiliki masing-masing anggota.
27
f. Menciptakan dan memelihara organisasi serta kelembagaan
untuk memenuhi kebutuhan subsistem dan suprasistem masing-
masing.3 7
Dengan begitu, komunitas merupakan sistem dalam masyarakat yang
memiliki karakteristik saling memiliki, kepentingan, memiliki fungsi yang
berbeda satu sama lain, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
subsistem dan suprasistem masing-masing.
2. Konseptualisasi Komunitarianisme
Komunitarianisme adalah kelompok yang memusatkan perhatian
kepada komunitas dan masyarakat. Komunitarianisme menekankan
ketergantungan dan keterikatan individu pada komunitasnya. Menganggap
bahwa masyarakat sudah ada, dalam bentuk tradisi-tradisi kultural, praktek-
praktek dan pemahaman sosial bersama. Masyarakat tidak perlu didirikan,
tapi lebih butuh untuk diakui, dihargai dan dilindungi, dengan cara
memperhatikan hak-hak keanggotaan kelompok.
Komunitarianisme terbagi dalam dua pandangan. Pertama,
Komunitarianisme filosofis, pemahaman mereka lebih mengedepankan
peranan komunitas daripada individu yang membentuk komunitas tersebut.
Kedua, Komunitarianisme ideologis, pemikirannya banyak di pengaruhi oleh
Amitai Etzioni seorang sosiolog Israel-Amerika. Etzioni berargumen bahwa
aspirasi dan hak individu sudah seharusnya dijaga, tetapi itu mesti
dimasukkan ke dalam tujuan berkomunitas secara spesifik. Masyarakat,
3 7 Atie Rachmiatie, Radio Komunitas: Eskalasi Demokratisasi Komunikasi (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), Cet-1, h. 76.
28
termasuk di dalamnya keluarga dan sekolah, perlu memperkuat diri,
kemudian menyebarkan nilai-nilai kebaikan sedemikian rupa kepada
anggotanya.
Komunitarianisme lebih menekankan kepada keseimbangan hak
setiap individu dalam sebuah komunitas. Komunitarianisme mengemukakan
kebaikan bersama sebagai satu konsepsi mendasar tentang kehidupan yang
baik, yang menentukan pandangan hidup komunitas. Kebaikan bersama ini
akan menyatukan atau menjadi ukuran, untuk selanjutnya mengevaluasi
berbagai pola preferensi anggota-anggota kelompok. Pandangan hidup
komunitas mendasari tatanan publik mengenai berbagai konsepsi tentang
yang baik. Bobot yang diberikan pada preferensi individu bergantung pada
seberapa besar ia menyesuaikan dengan dan memberikan sumbangan pada
kebaikan bersama ini.
Komunitarianisme yang kebanyakan disibukkan dengan ide
ketegangan antara masyarakat dan masyarakat. mereka mempelajari tentang
dampak industrialisme dan modernisasi perkotaan.3 8
F. Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf
Membuat suatu rumusan tentang difinisi dan batasan yang berkaitan
dengan pengertian tasawuf adalah hal yang tidak mudah, hal ini telah diakui
oleh para ahli tasawuf. Keadaan demikian disebabkan oleh kecenderungan
3 8Ridha Aida, Liberalisme dan Komunitarianisme, Konsep tentang Individu dan
Komunitas, Demokrasi Vol. IV. Tahun 2005, h, 100.
29
spiritual pada setiap pemahaman agama, aliran filsafat, dan peradaban dalam
kurun waktu.3 9
Tasawuf menurut Al-Junaid al-Bagdadi ialah membersihkan hati dari
sifat yang menyamai binatang, menekan sifat Basyariah (kemanusiaan),
menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi sifat-sifat keruhanian,
berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas
dasar kepribadiaannya, memberikan nasehat kepada umat, benar-benar
menepati janji kepada Allah SWT. Dan mengikuti syariat Rasulullah SAW.4 0
Zakaria Al-ansari berkata, tasawuf adalah ilmu tentang pembersihan jiwa,
perbaikan budi pekerti serta pembangunan lahir dan batin, untuk memperoleh
kebahagiaan yang abadi.4 1
Dengan demikian, dapat ditarik kedalam suatu pengertian yang lebih
gampang dan mudah dimengerti, bahwa tasawuf ialah upaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dengan membersihkan jiwa, dan keluar dari
sifat atau sikap yang tercela dan berpegang terhadap budi pekerti yang luhur
serta bersikap atau berprilaku terpuji.4 2
a. Pengertian tasawuf secara etimologi
Secara etimologi, kata tasawuf berasal dari bahas Arab, yaitu
tashawwata yatashawwatu, tashawwufan. Pengertian tasawuf dapat
dimaknai menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
3 9 At-Taftazani, Madkhal, h. 3, dalam Syamsul Ni’am, The Wisdom Of KH. Achmad
Siddiq: Membumikan Tasawuf (Surabaya: Erlangga, 2006), h. 99. 4 0 Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta : Rineka Cipta, 2004, h. 28 4 1 Syaikh Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf, Jakarta : Qisti Press, 2005. h. 5. 4 2 Ahmad Khalil, Merengkuh Bahagia : Dialog Al-Quran, Tasawuf dan Psikologi,
Malang : UIN Malang Press. 2007, h. 55.
30
Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan
ahlush-Shuffah yakni para sahabat Nabi, yaitu orang-orang miskin
yang menjaga kehormatan dirinya dari meminta-minta, mereka
banyak berdiam di serambi-serambi masjid Nabawi dan mereka
mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.4 3
Ahlush-Shuffah merupakan profil manusia yang berhati bersih, dekat
dengan Allah, dan berhati dermawan. Kehidupan mereka oleh para
pengamat sebagai embrio kehidupan para sufi.
Tasawuf berasal dari kata shafa yang artinya suci, bersih,
jernih atau bening. Teori ini didasarkan pada prinsip
bahwa esensi terletak pada usaha, perjuangan atau proses
untuk mensucikan batin (jiwa/nafs), bahkan kesucian jiwa
itu sendiri merupakan salah satu tujuan bertasawuf.4 4
Berasal dari kata shaff. makna shaff ini dinisbahkan
kepada para sufi yang senantiasa datang ketika sholat
berjamaah di masjid, selalu berada di shaf (barisan)
terdepan. Mereka memprihatinkan sholat secara
komprehensif, lengkap, dan sempurna.
Ada yang menisbahkan tasawuf berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu shopos. Istilah ini disamakan maknanya
dengan kata hikmah yang berarti kebijaksanaan atau
kebenaran.4 5
4 3 M. Solihin, Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia, 2011, h. 11. 4 4Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012, h. 66. 4 5Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2006) , h. 179.
31
Kemudian tasawuf berasal dari kata Shuf berarti kain
wol kasar, sebagai salah satu identitas sufi dalam meniti
hidupnya. Kaum sufi tidak mengunakan kain wol halus
dan sutra karena identik dengan orang-orang yang kaya
dan hidup mewah. Dengan demikian, dirinya akan terjaga
dan selalu berhati suci serta mulia.4 6
Berasal dari kata Shafwah yang berarti pilihan. Teori
etimologi ini berdasarkan keyakinan para pengamat bahwa
sufi diyakini sebagai kelompok orang-orang terpilih
diantara hamba-hamba Allah SWT. Karena kesucian jiwa
dan kedekatan dengan Allah. Dengan kesucian dan
kedekatan dengan Allah, seorang sufi memiliki kekuatan
spiritual (spiritual power) untuk menjalani hidup dengan
tulus, dan beramal dengan ikhlas. Mereka menjadi teladan
umat, bahkan menjadi guru di masyarakat.4 7
b. Tasawuf Menurut Terminologi Para Ahli
Para sufi, pengamal tasawuf, maupun pengamat tasawuf, tidak
sepakat dalam mengartikan tasawuf. Kaum sufi memberikan makna
tasawuf sesuai dengan pengamalan spiritualnya, sementara para
pengamat melihatnya dari dua sudut pandang, yakni dari pandangan
intelektual dan logika. Meskipun demikian, ada dua inti tasawuf yang
4 6Rifa'i, A Bachrun dan Mud'is, H Hasan. Filsafat Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia,
2010, h. 26. 4 7Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012. h. 67.
32
di sepakati yakni kesucian jiwa untuk menghadap Allah, dan upaya
mendekatkan diri kepadanya secara individu.4 8
Kedua pokok amaliah tasawuf tersebut merupakan pesan Al-
Qur’an yang tersurat pada ayat berikut :
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri
(dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia
sembahyang (shalat).” (QS. Al-A’la [89] :14-15).4 9
“Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya
(syaitan) dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).” (QS.
Al-Alaq [96] : 19).5 0
Adapun menurut penulis, tasawuf sangatlah identik dengan
jiwa manusia, karena tasawuf berhubungan dengan pembinaan mental
rohaniah manusia. bahwa yang dimaksud tasawuf adalah usaha yang
dilakukan manusia untuk melatih jiwa yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh sehingga dapat membebaskan dirinya dari pengaruh
kehidupan dunia, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT,
dan dapat menjadikannya seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.
4 8Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012. h. 69-70. 4 9Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 591. 5 0Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 597.
33
2. Pokok Pengamalan tasawuf
Ajaran dan pengamalan tasawuf terfokus pada tiga kegiatan amaliah
yakni: Tazkiyatun-nafs, yakni membersihkan diri dari dosa besar maupun
dosa kecil, serta membersihkan diri dari berbagai penyakit hati dan sifat-sifat
tercela. Singkatnya, mengamalkan tasawuf berarti memberikan perhatian dan
melakukan langkah-langkah sistematis dan berencana guna mensucikan jiwa
kita dari berbagai penyakit hati. Secara garis besar yang biasa dilakukan para
sufi dalam melakukan tazkyatun nafs, ada empat tahap :
a. Al-ibadat, yakni melakukan berbagai ibadah secara konsisten dan
berkesinambungan (istiqamah mudawamah), baik yang wajib
maupun yang sunah. Ibadah vertikal dilakukan dengan
memperbanyak shalat, dzikir, wirid, taubat, membaca Al-quran,
puasa, haji dan umrah, maupun ibadah horizontal atau ibadah sosial
seperti menyantuni anak yatim.
b. Al-Mujahadat, yakni perjuangan untuk melawan berbagai dorongan
nafsu dan bisikan setan. Motif, ide, dan dorongan untuk berbuat
maksiat bagaimana pun bentuknya harus dikendalikan, ditekan, dan
dikurangi agar tidak menjadi kenyataan. Menurut syeikh Abdul
Qadir Isa, berjuang melawan hawa nafsu adalah menyapuhnya,
membawanya keluar dari keinginan-keinginannya yang tercela dan
mengharuskannya untuk melaksanakan syariat Allah, baik perintah
maupun larangan.5 1
c. Ar-Riyadat melakukan latihan-latihan keruhanian. Yakni
melakukan berbagai ibadah sunat seperti puasa, shalat, dzikir, dan
5 1Syaikh Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf, Jakarta : Qisti Press, 2005. h. 14.
34
wirid secara teratur. Dengan memperhatikan makna-makna yang
terkandung dalam setiap kegiatan amaliah yang diterapkan.
d. Al-Inqitha ilallah, yakni mengorentasikan diri kepada Allah,
maksudnya, menguatkan tekad dan arah bahwa hidup dan
kehidupan ini semaata-mata untuk Allah.5 2
Pokok pengamalan tasawuf yang kedua, taqarub ilallah, yakni
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Memberikan
perhatian serius kepada usaha-usaha pengamalan tasawuf adalah perjuangan
untuk menghampiri Allah yang diakui-Nya dengan para hamba, bahkan lebih
dekat dari pada jarak manusia dengan lehernya. Persoalannya kedekatan
Allah dengan kita tidak selalu dapat kita rasakan. Kita memiliki pengetahuan
bahwa Allah dekat dengan hamba-hamba-Nya. Hanya saja pengetahuan itu
hanya ada dalam pikiran, bukan perasaan. Kesadaran tentang kedekatan Allah
dengan kita hanya muncul sewaktu-waktu tergantung suasana hati, tempat
dan keadaan tertentu.
Merasakan kedekatan Allah berarti dzikir kepada Allah dengan
melafalkan kalimat-kalimat thayyibah atau ungkapan dzikir yang indah
maupun dengan membaca Al-Qur’an. Namun, ungkapan itu sering berhenti
pada pengucapan saja, tidak tembus kedalam kalbu. Ironisnya, sedang
berdzikir pun kalbu tidak mengingat Allah. Dan sudah menjadi rahasia
umum, kebanyakan diantara kita yang dalam keadaan shalat pun, perasaan
dan pikirannya terpaut dengan berbagai hal di luar shalat. Hal ini
5 2Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012. h. 72-73.
35
mengisyaratkan bahwa dalam keadaan shalat pun kita masih jauh dari Allah,
lebih-lebih di luar shalat.5 3
Ketiga, hudhurul-qalbi ma’allah, yakni merasakan kehadiran Allah
di dalam kalbu. Agenda ketiga memfokuskan diri pada perjuangan merasakan
kehadiran Allah dan melihat-Nya dengan mata hati, bahkan merasakan
kesatuan diri dengan-Nya. Setiap orang beriman diharapkan dapat merasakan
kehadiran Allah di dalam kalbunya, baik waktu shalat maupun di luar
shalat.5 4
Ketiga kegiatan tasawuf ini merupakan metode untuk menumbuh-
kembangkan potensi akhlak terpuji, serta menekan, mengurangi dan
mengendalikan potensi akhlak tercela. Kegiatan tasawuf yang di atas, harus
senantiasa diletakkan di atas landasan akidah yang benar dan senantiasa
ditopang oleh kepatuhan menjalankan ibadah sesuai dengan syariat Islam.
G. Nilai-Nilai Tasawuf
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh, telah
memberikan tempat kepada jenis penghayatan keagamaan, baik yang eksoterik
(lahiriah) maupun yang esoterik (batiniah). Ini sebagai upaya pengembangan
kualitas keberagamaan untuk menghayati Tuhan dalam agama Islam. Di samping
itu, Islam harus bisa memberikan jawaban dan solusi atas fenomena-fenomena
kejadian yang terjadi di masyarakat, sehingga akan jelas fungsi dan perannya
sebagai rahmatan lil-alamin (kesejahteraan hidup). Untuk itulah ajaran dan
5 3Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012. h. 76.
5 4Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012. h. 77.
36
tradisinya dituntut lebih fungsional, aplikatif, serta membuka pemahaman,
penafsiran dan penghayatannya yang fungsional pula, demi tercapainya cita-cita
ideal agama yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup lahir batin.
Tasawuf menjadi suatu kaedah untuk membangun hubungan ideal antar
manusia dengan Tuhan, juga dengan lingkungan sekelilingnya.5 5 Hubungan Allah
dan manusia sebagai khalifah, serta alam, adalah merupakan hubungan segi tiga
dimana Allah merupakan puncaknya. Hubungan yang harmonis dengan Allah
akan menimbukan hubungan yang harmonis pula terhadap sesama manusia dan
juga alam. Sehingga akan mengokohkan sifat-sifat ke-Tuhanan yang ada dalam
jiwa untuk senantiasa arif pada Tuhan, manusia, dan alam.
Hubungan personal dengan Tuhan itu tidak hanya berhenti pada titik
personal saja, juga tidak hanya dipenuhi oleh kebernikmatan hidup secara spiritual
individual. Melainkan, berujung dan ditujukan untuk meraih implikasi sosial dan
lingkungan yang luas. Sehingga menandai adanya kearifan menuju ke arah Tuhan,
manusia dan alam semesta yang ketiga-tiganya menjadi pusat episentrum
ekosistem dalam Islam.
Dalam surat Ali Imran ayat 190-191 Allah berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal,”.“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
5 5 Andi Eka Putra, “Alam dan Lingkungan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Tasawuf” .
Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadits. IAIN Lampung :Al-Dzikra, Vol. 8. No.1, h. 5-6.
37
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
(QS. Al-Imran [3] :190-191).5 6
Ditegaskan kembali dalam surat al-Qhasash ayat 77 :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Qhasash [28] :77).5 7
Dalam memahami konsep mengenai nilai-nilai tasawuf yang meliputi
hubungan dengan Allah, manusia dan alam, dalam kesemuanya terhimpun dalam
profil pribadi seorang muslim yang dekat dengan Allah dan dekat dengan
hamba-hambanya, adalah pribadi Muslim yang bersih dari nilai-nilai yang
buruk, dan terhindar pula dari berbagai penyakit hati dan sifat-sifat tercela. Pada
sisi lain, pribadi Muslim tersebut peduli terhadap masalah sosial di sekitarnya,
merasa bertanggungjawab untuk mengatasi dan memberikan solusi terhadap
masalah sosial, serta terlibat pula dalam aksi-aksi sosial.5 8
Nilai-nilai tasawuf merupakan energi yang mengalirkan dan
memancarkan etika Al-Qur’an atau etika Islam dalam hidup dan kehidupan
seorang Muslim. Dengan keyakinan yang kokoh pada Allah, tidak hanya
5 6Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 75. 5 7Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 394. 5 8Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012. h. 241.
38
meresapi uluhiyyah Allah, Tuhan yang diibadahi, tetapi juga menghayati dan
meresapkan rubbubiyyah Allah, Tuhan yang dirasakan hadir, dekat, dan terlibat
dalam keseharian manusia, seorang Muslim yang mengamalkan tasawuf
memiliki modal spiritual, untuk mengembangkan akhlak yang terpuji dan etika
yang fungsional dalam membimbing hidup dan kehidupan ini.
Demikian juga ketika seorang pengamal tasawuf berjihad atau ber-
mujahadah, mensucikan jiwanya dari kekufuran, kemusyrikan, sifat-sifat
kemunafikan, kecenderungan dan kecanduan kepada perbuatan yang diharamkan
Allah (al-muharramat), perbuatan yang dimakruhkan Allah (al-makruhat),
perbuatan yang syubhat (asy-syubhat), berbagai penyakit hati dan sifat-sifat
tercela sesungguhnya dia sedang membangun fondasi yang kokoh, kuat dan
mengakar guna menegakkan etika individual dan etika sosial yang bernilai
kemanusiaan (humanistik) dan ketuhanan (ilahiah).
Semuanya merupakan modal guna mengembangkan pribadi Muslim
yang akidah, iman, dan keyakinannya kokoh, ibadah dan hubungan formalnya
dengan Allah istiqomah, mu’amalat, akhlak, dan etikanya terhadap sesama
manusia, flora dan fauna, hewan dan tetumbuhan juga terpuji.
Singkatnya, menjadi manusia yang menyadari dirinya sebagai hamba
Allah dan menjalankan fungsi kehambaannya (al-ubudiyah) dengan baik, taat,
tepat, dan tekun. Pada waktu yang sama menyadari dirinya sebagai khalifah
Allah (al-khilafah) dengan mendalam dan menjalankan fungsi kekhalifahan
dengan baik, yakni dengan menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas diri,
keluarga, dan lingkungan sosialnya.5 9
5 9Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012. h. 234-235.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Komunitas Cafe Rumi Jakarta
1. Sejarah dan Perkembangan
Cafe Rumi Jakarta merupakan komunitas Islam yang beraliran sufi,
terbentuk dibawah naungan Yayasan Samudra Cinta Mawlana, didirikan pada
tanggal 8 Agustus 2008, yang digagas oleh Muchsin Mulaila dan lima
sekawan yang memiliki latar belakang pengusaha, yakni Hendro Marto
Wardojo, Miranti Abidin, Amania Ray, Tito Sulistio dan Yati Idris. Mereka
memiliki fungsi menanamkan ajaran tasawuf dalam ajaran Islam, khususnya
kepada masyarakat perkotaan.
Cafe Rumi diresmikan oleh Mawlana Syaikh Muhammad Hisham
Kabbani Rabbani, yang juga merupakan guru spiritualnya (mursyid), seorang
tokoh sufi besar dunia yang berasal dari Lebanon, dan menetap di Amerika
Serikat. Hingga kini ia menyebarkan nilai-nilai tasawuf hampir ke semua
pelosok dunia. Dengan berpedoman kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah, dalam pengajarannya, tidak terlepas dari nilai-nilai yang bersandar
pada rujukan utama yakni, Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.6 0
Komunitas Cafe Rumi Jakarta berdiri di tengah-tengah jantung pusat
perkotaan, seperti gedung perkantoran, pertokoan dan pusat pembelanjaan.
Cafe Rumi Mempunyai peranan sebagai pusat dakwah bagi kaum urban,
Komunitas ini didirikan karena melihat persoalan dari kondisi yang
6 0 Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, via
Wawancara, 22 November 2016.
40
kontemporer, yang mengacu pada konteks masyarakat perkotaan, khususnya
masyarakat Jakarta, secara realitas banyak mempunyai problematika.
Seiring dengan kemajuan tekhnologi dan arus informasi yang telah
banyak melahirkan dampak yang signifikan bagi kehidupan, karena di
samping ditandai dengan pesatnya perkembangan kajian itu banyak pula
melahirkan kemajuan budaya dan perdaban, namun zaman ini ternyata juga
diwarnai dengan arus baru di tengah masyarakat Jakarta, yaitu kerinduan pada
kesejukan dan kedamaian jiwa.
Ketenangan jiwa mereka terganggu oleh kemajuan budayanya sendiri,
karena budaya itu membawa mereka lari dari fitrah kemanusiaan yang
mestinya menjadi hiasan abadi peradabannya. Seperti sikap individualistik,
materialistik yang mengarah kepada sikap hedonistik. Sehingga timbulnya
disorientasi dan depresi sosial, terlebih lagi semakin terkikisnya
pendangkalan iman, serta kehilangan harga diri dan masa depan.6 1 Cafe Rumi
terletak di kawasan, Wisma Iskandariyah. Jl. Iskandarsyah Raya Blok B4. kav
12-14, Melawai, Kebayoran Baru. Jakarta Selatan.
Secara hirarkis, komunitas penganut Sufi biasanya memiliki seorang
guru yang dikenal dengan sebutan guru spiritual (mursyid). Berbeda dengan
guru yang mempelajari agama melalui buku, dalam Sufi, seorang mursyid
memiliki hubungan yang jelas dengan Rasulullah SAW. Tarekat (thariqah),
itu dapat dikatakan mu'tabar atau diakui apabila pengajaran atau silsilahnya
bersambung hingga sampai Rasulullah SAW, apabila silsilah atau
pengajarannya terputus maka disebut ghairu mu'tabarah. Tarekat yang
6 1 Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, via
Wawancara, 22 November 2016.
41
mu'tabarah yang diakui dan dikenal didunia sebanyak 41 aliran tarekat dari 40
yang ada bersumber dan mengambil cahaya dari Ali bin Abi Thalib RA.
Untuk yang satu mengambil cahaya dari Abu Bakar Shiddiq RA, yang
sekarang dikenal dengan nama Tarekat Naqshbandiyah.
Setiap tarekat memiliki seorang mursyid, dan masing-masing mursyid
itu mempunyai metode yang berbeda. Dalam tarekat biasanya selalu
berpedoman terhadap mursyidnya, mulai dari penamaan tarekat, maupun
ajarannya, hal ini menandakan bahwa komunitas ini adalah bagian dari
tarekat Naqsbandi Rabbani Al-Haqanni.
Syaikh Hisyam kabanni sendiri memiliki metode tersendiri, ajarannya
yang bersifat universal, yang menjelaskan tentang keindahan dan kedamaian
Islam, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat luas. Secara kompleks dalam
menjalankan dakwahnya, Syaikh Hisyam Kabbani merupakan tokoh sentral
yang mempunyai pengaruh kuat untuk mengajarkan ajaran tasawuf dengan
cinta. Yang semuanya tercakup dalam ranah tasawuf itu sendiri. Selain itu,
tasawuf juga merupakan jantung dari ajaran agama Islam.
Jika menelisik mengenai sejarahnya, Syaikh Hisyam Kabbani adalah
menantu dan murid dari Mawlana Syekh Nazim Al-Haqqani. Sedangkan
Mawlana Syaikh Nazim Al-Haqqani (almarhum), sendiri juga merupakan
mursyid dari Cafe Rumi. Menurut sejarah Syaikh Hisyam telah menjadi
pengikut Mawlana Syaikh Nazdim dan Mawlana Syaikh Abdullah selama
lebih dari 50 tahun, yang mengabdikan dirinya, di jalan kewaliannya.
Selain itu, jalur ayah dan ibunya yang memang merupakan keturunan
Rasulullah SAW. Kemudian istri Syaikh Hisyam, Hj. Nazihe Adil yang
42
merupakan putri Syaikh Nadzim al-Haqqani, ia adalah keturunan Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani. Dalam silsilahnya, ia merupakan keturunan dari
Imam Hasan bin Ali, dan sampai kepada Imam Ali bin Abi Thalib RA, yang
kemudian bermuara kepada Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan dari jalur Ibunya, berasal dari keturunan Mawlana Syeikh
Jalaluddin Rumi, berasal dari keturunan sahabat Abu bakar As-Sidiq RA,
yang kemudian bermuara kepada Nabi Muhammad SAW. Pencapaian yang
telah di raih adalah bukti yang tinggi. Dirinya telah mengabdikan diri di jalan
Syaikhnya, Nabinya dan di Jalan Allah SWT.6 2
Berada di tengah daerah perkotaan seperti metropolitan Jakarta, Cafe
Rumi menjalankan tujuan dakwahnya dengan berbagai tantangan. Seperti
misalnya hal yang tidak banyak ditemui saat berdakwah melalui masjid dan
lembaga-lembaga Islam pada umumnya, berbeda dengan menyampaikan
dakwah di masjid. Cafe Rumi adalah wadah dakwah Islam beraliran sufi yang
menargetkan dakwahnya bagi kaum urban yang mencari keseimbangan,
kedamaian dan keindahan Islam. Kebutuhan spiritual masyarakat perkotaan
yang semakin gelisah dan hampa akan makna spiritualitas, diwadahi dalam
naungan balutan cinta untuk membangkitkan kembali jiwa spiritualitas
masyarakat kota yang semakin terkikis.
Cinta yang universal, tak mengenal batasan agama, suku dan ras
menjadi sesuatu yang diidam-idamkan banyak orang yang semakin muak
dengan dunia yang kian berkonflik. Dalam penerapan dakwahnya, Komunitas
Cafe Rumi Jakarta mengedepankan olah spiritual, yakni menjembatani antara
6 2Diakses melalui Website Cafe Rumi Jakarta, pada 4 Januari pukul 14.20. WIB.
43
kehidupan duniawi dan kekosongan rohani, yang lebih mengutamakan cinta
kasih terhadap sesama sehingga seiring berjalannya waktu, kehadirannya
lebih mudah diterima oleh banyak kalangan.6 3
Selain itu, saat ini komunitas sufi tak cuma digandrungi oleh para
ulama, sufi kini justru banyak diterapkan oleh para pengusaha, termasuk bagi
para pendiri Cafe Rumi, yang justru diprakarsai oleh para pengusaha papan
atas di Jakarta. Bahkan, pemberian nama Cafe itu sendiri tidak mengacu
kepada nama-nama yang berkonotasi Islam, seperti majelis ta’lim, majelis
dzikir dan lain sebagainya, melainkan pembentukan nama disusun dari istilah
yang secara umum dapat dipahami dan dimengerti bagi kebanyakan orang,
atau istilah yang konvensional bagi sebuah terminologi Cafe, Seperti nama
“Rumi”.
Dalam melakukan dakwahnya, Komunitas Cafe Rumi Jakarta juga
menggunakan metode Tari Sufi (Whirling Dhevish) dalam aktivitasnya,
sempat mengalami gejolak pada masa lampau, karena terjadi kesalahan
persepsi atau ketidakpahaman dari banyak orang yang memahami dan
menggangap bahwa ajaran atau metode yang diterapkan oleh komunitas Cafe
Rumi Jakarta melalui sebuah tarian dianggap sesuatu hal yang menyimpang
dan menyesatkan, sehingga komunitas ini, mencoba melakukan pendekatan
melalui metode dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf secara jelas dengan
ajaran cinta yang penuh kedamaian.
Dalam perkembangan syiarnya. Komunitas Cafe Rumi Jakarta
melakukan pendekatan dalam memperluas proses kegiatan dakwah yang
6 3Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, via
Wawancara, 22 November 2016.
44
diterapkan, yakni melalui dunia maya dan media sosial, seperti diantaranya:
Situs Website www.caferumijakarta.com , Jejaring Sosial Facebook Cafe
Rumi Jakarta, Twitter @Caferumijakarta, Instagram Caferumijakarta dan
situs Youtube yakni Cafe Rumi Jakarta.6 4
Dengan metode yang dikembangkan, membuat masyarakat banyak
yang tertarik untuk mengikutinya. Seperti dalam data di media sosial diatas,
tercatat jumlah pengikutnya mencapai angka ribuan orang.6 5 Diantaranya,
dalam situs Website, Jejaring Sosial Facebook, Twitter, Instagram, dan
Youtube. Tercatat, jumlah pengikut di laman facebook mencapai 5.200 orang,
di instagram, mencapai sekitar 1.507 orang. Di twitter 1.314 pengikut, dan
situs Youtube mencapai 288 Subcriber.6 6
2. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah merupakan sebuah sekolah pemikiran dan
praktik yang berdiri di muka barisan kelompok yang menyebarluaskan
kebenaran dan memerangi kebatilan serta ketidakadilan, khususnya di Asia
Tengah dan India di masa lampau, di Cina dan Uni Soviet di masa modern,
serta di Eropa dan Amerika Utara belakangan ini dan merambah ke Asia
Tenggara yang lahir dari tokohnya yakni Bahaud Naqsabandi dari Bukhara
tahun 1390 Masehi.
6 4Diakses melalui Website, Instagram, Twitter, Facebook dan situs Youtube Cafe Rumi
Jakarta, pada 4 Januari pukul 14.11. WIB. 6 5Akun Facebook Cafe Rumi Jakarta. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016. Pukul
14.34. 6 6Akun Facebook, Instagram dan Website Cafe Rumi Jakarta. Diakses pada tanggal 29
Oktober 2016. Pukul 14.35.
45
Syekh-Syekh Naqsybandi yang berperan di bidang politik, sosial,
pendidikan dan spiritual dalam masyarakat mereka, berperilaku berdasarkan
Kitab Suci al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Tarekat Naqsybandiyah adalah jalan yang dianut oleh para Sahabat
Rasul dan orang-orang yang mengikutinya. Tarekat ini tersusun atas
peribadatan yang terus-menerus dalam setiap tindakan, baik lahir maupun
batin, dengan disiplin yang lengkap dan sempurna berdasarkan Sunnah
Rasulullah SAW. Hal tersebut terdiri atas pemeliharaan adab pada tingkat
tertinggi dan dengan tegas meninggalkan bid’ah dan penafsiran bebas dalam
kebiasaan-kebiasaan umum dan perilaku pribadi. Ia juga memiliki elemen
menjaga kesadaran terhadap hadirat Allah SWT, menuju peniadaan diri
sendiri dan pengalaman yang sempurna akan hadirat Ilahi.
Tarekat ini merupakan cerminan sempurna dari kesempurnaan
tertinggi. Merupakan jalan pensucian diri dengan jalan perjuangan yang
paling sulit, pergulatan melawan ego. Ia bermula di tempat di mana yang lain
berakhir, dalam ikatan cinta Ilahiah yang sempurna, yang telah dianugerahkan
kepada Sahabat Rasulullah SAW pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq RA.6 7
3. Tujuan Cafe Rumi Jakarta
Memberikan sebuah Oase di Perkotaan, sebagai wadah bagi yang
merindukan kecintaan, ketenangan dan kedamaian ajaran Islam.6 8
6 7Diakses melalui Website Cafe Rumi Jakarta, pada 4 Januari pukul 14.22. WIB. 6 8Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, via
wawancara, 22 November 2016.
46
B. Visi dan Misi Komunitas Cafe Rumi Jakarta
1. Visi Cafe Rumi
Mengenal dan menjadikan Islam sebagai Agama yang rahmatan lil
alamin melalui kecintaan kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, sesama
manusia dan alam.
2. Misi Cafe Rumi
Membangun kecintaan kepada Allah, bagi semua para pencari untuk
meraih cinta yang sebenarnya. Cinta dalam menganggungkan Sang Khaliq,
yang penuh dengan keyakinan hati. Wadah untuk para pencari tanpa
memandang suku, ras, agama dan bangsa. Dengan kasih sayang yang tulus,
untuk meraih kebahagian secara bersama-sama dalam menjalankan kehidupan
ini, sehingga melahirkan pola hubungan harmonis terhadap Allah, manusia
dan alam.6 9
C. Kegiatan Komunitas Cafe Rumi Jakarta
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Komunitas Cafe Rumi Jakarta di
antaranya sebagai berikut:
Dzikir Kwajagan beserta Shalawat Nabi
Tari Sufi (Whirling Dhervish) dan Meditasi Sufi
Kajian Al-Quran dan Tasawuf,
Pelatihan Bela Diri
Makangratis.com.7 0
6 9Diakses dari akun Facebook Café Rumi Jakarta, pada 23 November pukul 13.22. WIB. 7 0 Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, via
wawancara, 22 November 2016.
47
D. Struktur Organisasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta
Struktur Organisasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta sebagai berikut :
Mursyid 1. (Alm) Syaikh Nadzim Haqqani
2. Syaikh Hisyam Kabanni
Dewan Pembina 1. Hendro Marto Wardojo.
2. Miranti Abidin
3. Amania Ray
4. Tito Sulistio
5. Yati Idris
Ketua & Pengelola Ustadz. Muchsin Mulaila
Sekertaris Roya Iswara
Bendahara Wiwi Sayogyo
Divisi. Bidang Kesenian Firman Kurniawan
Divisi. Bidang Pengembangan Dakwah Ustadz Shohib Ismail
Divisi. Bidang Humas dan Publikasi 1. Aditya
2. Julia
3. Candra
Divisi Bidang Usaha Hidayat
48
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Data Strategi Komunikasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta
1. Strategi Komunikasi Komunitas Cafe Rumi Jakarta
Pada dasarnya, setiap lembaga, organisasi, komunitas, atau
semacamnya, biasanya dibentuk atas dasar sebuah tujuan dan cita-cita yang
ingin mereka capai. Terbentuknya Cafe Rumi Jakarta karena melihat kondisi
kontemporer yang dialami oleh masyarakat perkotaan khususnya masyarakat
Jakarta, berbagai persoalan yang datang tanpa henti telah memberikan
dampak nyata dari segala sudut Ibu Kota, ditambah kehadiran era globalisasi,
serta kemajuan tekhnologi telah menjadikan masyarakat yang semakin
cenderung selalu ingin menguasai segala hal yang ditawarkan, sehingga
membentuk pribadi yang hanya ingin terpenuhi dari segi kebutuhan
jasmaninya, tanpa memperhatikan aspek rohaninya. Tidaklah heran seringkali
muncul berbagai persoalan yang sumber utamanya berasal dari aspek
batinnya.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan strategi yang
strategis agar mencapai hasil yang optimal. Dalam menjalankan strategi
komunikasi yang mereka yakni diantaranya :
a. Mengidentifikasi komunikan
Mengenal komunikan sebagai sasaran dalam melakukan
komunikasi merupakan langkah pertama bagi komunikator, agar
mengetahui sejauh mana kondisi atau persoalan yang di hadapi
49
komunikator dalam hal ini Cafe Rumi Jakarta. Dalam
mengidentifikasi komunikan atau sasaran dakwah, jika berkaca
kepada rujukan awal, pada dasarnya, Allah SWT menciptakan
manusia di muka bumi ini sesungguhnya bukan tanpa tujuan. Namun
demikian di antara manusia yang hidup di muka bumi ini, ada yang
mengerti maksud dan tujuan mereka dan banyak pula yang lupa akan
tujuan hidupnya.
Kebanyakan manusia memandang menjadi seseorang yang
meraih kesuksesan, hanya di ukur ketika memiliki segala hal yang
bersifat material, seperti harta, rumah dan kendaraan yang mewah,
kedudukan serta jabatan yang dimilikinya, namun hakikatnya, sesuatu
penjelasan mengenai hal-hal yang membentuk makna hidup hanya
sebatas dipahami dan proses pengetahuannya hanya terjebak dalam
segi empirisme saja.
Sehingga mereka yang mengalami hal demikian cenderung
selalu ingin menguasai segala aspek bidang kehidupan, dengan
menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri, kebanyakan mereka
melupakan akan tujuan hidup yang hakiki, dan menganggap ketika
telah meraih sesuatu hal yang bersifat duniawi (materi) seperti hal di
atas, telah menjadi seseorang yang memiliki kesuksesan dan meraih
kebahagian yang hakiki pula.
Pandangan hidup seperti itu nampaknya menjadi fenomena
masyarakat di era perkotaan saat ini. Seperti di Jakarta, Cara hidup
yang konsumtif, individualistis, materialistis, pragmatis dan mengakar
50
kepada sikap hedonistis. Dalam perkembangannya, telah melahirkan
gejolak-gejolak yang nyata yang memungkinkan bagi seseorang yang
telah meraih kesuksesan dan kebahagiaan tetapi semuanya adalah
sesuatu hal yang semu.
Sehingga timbul semacam gangguan yang terus mengarah
kepada terkikisnya nilai-nilai kemanusian bahkan kehampaan
spiritual, hal inilah yang mengakibatkan banyak orang yang
mengalami stress dan gelisah akibat tekanan dan persaingan yang kian
ketat, dan tidak mempunyai pegangan hidup.
Kegelisahan yang terjadi disebabkan perasaan takut
kehilangan apa yang dimiliki, timbulnya rasa takut akan masa depan
yang tidak disukai, kekecewaan terhadap hasil kerja yang tidak
mampu memenuhi harapan dan kepuasan, terutama kepuasan spiritual.
Kemudian terlebih lagi degradasi moral yang sangat
memprihatinkan yang dapat menjatuhkan harkat dan martabat mereka,
hal ini sudah banyak terjadi di masyarakat. Namun memang secara
geografis, masyarakat Jakarta yang memiliki latar belakang dan
psikologis yang berbeda, dan memiliki persoalan-persoalan yang
berbeda pula.
Namun dari itu semua, dapat disepakati, bahwa sebagian
besar sumber pesoalan itu berasal dari aspek batinnya, Sehingga dari
latar belakang yang demikian, dapat digaris bawahi, Cafe Rumi
melakukan strategi dengan tujuan agar mampu menempatkan diri
(komunikator) sesuai dengan keadaan warga masyarakat (komunikan).
51
b. Menentukan Metode Dakwah
Setelah mengidentifikasi komunikan dengan mengetahui latar
belakang dan kondisi psikologis dari keadaan masyarakat Jakarta.
Maka strategi selanjutnya adalah dengan menentukan metode dakwah,
tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat diterima serta mudah
dipahami oleh masyarkat Jakarta.
Namun sebelum mengalisa tentang metode dakwah Cafe Rumi,
jika kita membuka kembali tentang sejarah kehadiran tasawuf, bahwa
tolak ukur dalam menginternalisasikan nilai-nilai tasawuf itu pada
dasarnya mempunyai wadah dalam arti mempunyai pedoman dalam
mengamalkan tasawuf yakni dengan melalui bebagai macam thariqat,
tarekat (jalan) yang di tempuh. Namun dari setiap tarekat itu memiliki
metode masing-masing yang berbeda, sesuai dengan ketentuan dan
bimbingan ajaran yang dilakukan oleh mursyidnya.
Melihat konteks dalam komunikan diatas, bahwa melalui
metode dakwah yang digunakan adalah melalui ajaran cinta, dalam
istilah sufi biasa disebut “mahabbah”, sehingga para sufi atau dalam
hal ini Komunitas Cafe Rumi Jakarta, yang tinggal di perkotaan
menangkap peluang pasar. Seperti dalam hal pemberian Nama Cafe
Rumi sendiri, merupakan salah satu strategi komunikasi yang
dilakukan dalam konteks dakwah yang menjebak, artinya menjebak
dalam hal positif. Seperti dalam istilah “Café” yang berada di Jakarta,
yang sudah identik dengan sesuatu tempat untuk menghabiskan waktu
52
berjam-jam bagi masyarakat, sehingga dipergunakan untuk merangkul
masyarakat Jakarta.
Selain itu, pemberian nama “Rumi” sendiri diambil dari nama
besar yakni Syaikh Jalalludin Rumi seorang tokoh Islam dalam
spiritualis Sufi, dan tidak dengan nama-nama yang berkontasi Islam.
Artinya, kebanyakan masyarakat mengetahui nama tersebut adalah
sebuah istilah yang umum di dengar, sehingga berdasarkan hal diatas,
menjadi sebuah alasan untuk merangkul masyarakat dan menjawab
persoalan mengapa mereka tidak melakukan dakwah di masjid,
maupun lembaga-lembaga Islam pada umumnya.
Gambar 4.1
Cafe Rumi Jakarta.7 1
Menurut Ernest Bormann's metode yang menjanjikan untuk
melihat interaksi kelompok kecil dan kepaduan. Ketika orang-orang
yang tidak mengenal satu sama lain datang bersama demi mencapai
tujuan bersama, baik kelompok dalam sebuah organisasi. Sehingga
7 1 Sumber: Dokumen pribadi penulis, gambar diambil pada 10 Februari 2017 pukul 16:13
WIB.
53
dalam hal ini Cafe Rumi melakukan sesuatu kepada masyarakat
Jakarta dalam membangun sebuah pola hubungan satu sama lain,
meskipun dari latarbelakang berbeda, sehingga dalam teori
konvergensi simbolik dimengerti dan secara umum melihat sikap
secara akurat itu mengupas tentang bagaimana kekompakan maupun
kesamaan di dalam kelompok tercapai, dan dapat diartikan juga
mereka mempunyai sebuah asumsi yang sama dalam memandang
sebuah realitas.
Dalam memahami ajaran cinta melalui ranah tasawuf, seperti
yang dijelaskan oleh ketua Cafe Rumi Jakarta :
“Dalam tasawuf menegaskan bahwa ajaran cinta adalah dasar
dari pendekatan diri kepada Allah. Tingginya tingkat hedonisme.
Masyarakat Jakarta ini sudah sibuk dan stres, justru frase cintalah
yang dijadikan senjata”. 7 2
Kutipan diatas menjelaskan, bahwa Cafe Rumi dalam
merangkul masyarakat mempunyai kekhasan tersendiri, dengan selalu
ditanamkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian, karena
selama ini, wajah Islam selalu diidentikan dengan hal-hal yang
bersifat radikal, melihat pemberitaan di Media Massa, kelompok-
kelompok ekstrimis yang anti Islam, pengaruh budaya barat, ditambah
lagi dasar pemahaman ajaran agama yang keliru dan salah persepsi
dari kalangan umat Islam itu sendiri.
Sehingga tidaklah heran hal demikian menyebabkan Ajaran-
ajaran luhur dari Islam akan semakin ditinggalkan dan mengalami
7 2Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, 19
Maret 2017. Pukul. 16.34 WIB.
54
kondisi yang memprihatinkan. Oleh karenanya, kelas-kelas tasawuf
seperti Cafe Rumi mempunyai tantangan agar bisa selaras dalam
konteks kekinian.
c. Pemanfaatan Media Komunikasi
Kehadiran tekhnologi dan komunikasi memeberikan dampak
yang besar dalam proses membangun hubungan sesama manusia.
Melihat hal itu, Komunitas Cafe Rumi Jakarta melakukan dan
membangun komunikasi kepada masyarakat luas melalui pemanfaatan
media komunikasi dalam perluasan dakwah yang dilakukan, di tengah
arus tekhonologi dan informasi saat ini, selain itu, berfungsi sebagai
tujuan jangka panjang atau strategi komunikasi dalam memperluas
proses kegiatan dakwah yang diterapkan, melalui media sosial, seperti
diantaranya:
Situs Website, www.caferumijakarta.com
Jejaring Sosial Facebook, Cafe Rumi Jakarta.
Twitter, @Caferumijakarta.
Instagram, Caferumijakarta.
dan situs Youtube, Cafe Rumi Jakarta.7 3
Konteks diatas menjelaskan bahwa, strategi komunikasi yang dilakukan
Komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di
masyarakat perkotaan, pada dasarnya melalui bentuk komunikasi massa, dengan
pemanfaatan media komunikasi (New Media), sehingga dalam hal ini yang
dilakukan melalui beberapa media sosial, diantaranya Website, Facebook, Twitter,
7 3Diakses melalui Website, instagram, twitter, facebook dan situs youtube Cafe Rumi
Jakarta, pada 4 Januari pukul 14.11. WIB.
55
Instagram dan Youtube. Kegiatan yang dilakukan di media sosial ini juga lebih
banyak berupa unggahan status, poster-poster atau gambar yang berisi ajakan
menghadiri kegiatan yang diterapkan. Oleh karenanya dengan metode yang
dikembangkan tersebut, membuat masyarakat banyak yang tertarik untuk
mengikutinya.
Seperti dalam data media sosial, tercatat jumlah pengikutnya mencapai
angka ribuan orang.7 4 Diantaranya, dalam situs Website, Jejaring Sosial Twitter,
Facebook, Instagram, dan Youtube. Jumlah pengikut di jejaring twitter mencapai
1.314 pengikut. Laman facebook mencapai 5.200 orang, di instagram, mencapai
sekitar 1.507 orang, dan di Youtube terdapat 288 Subscriber.7 5
Dalam Websitenya, mereka membuat sebuah gambaran tentang fungsi
Cafe Rumi Jakarta didirikan, dengan tampilan yang elegan, website Cafe Rumi
dapat diakses dilaman penulusuran Google, menempati posisi teratas, sehingga
hal demikian menandakan bahwa Cafe Rumi memiliki ruang dan dapat diterima
bagi masyarakat secara luas.
Di akun Twitter bernama @CafeRumiJakarta, tweet-tweet yang diunggah
banyak menjelaskan mengenai ajaran maupun nilai-nilai tasawuf yang dilakukan,
sebagai upaya untuk mendekatkan dan meraih cintanya Allah SWT, sesuai dengan
metode dan bimbingan dari mursyidnya yang juga berasal dari ajaran Rasulullah
SAW. Selain itu, mereka juga mengambil syair-syair puisi dari Rumi, Ibn Arabi,
maupun tokoh-tokoh sufi lainnya, untuk semakin membangkitkan memotivasi
7 4Akun Facebook Cafe Rumi Jakarta. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016. Pukul
14.34. 7 5Akun Facebook, Instagram dan Website Cafe Rumi Jakarta. Diakses pada tanggal 29
Oktober 2016. Pukul 14.35.
56
untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dalam meraih dan membentuk jiwa
spiritual yang penuh kedamaian.
Gambar 4.2
Tampilan tweet @Caferumijakarta.7 6
Kemudian dalam media sosial Instagram menampilkan beberapa caption
dan gambar menarik, dalam unggahannya terkait dengan hal-hal keindahan dalam
memaknai ajaran tasawuf. Penulis melihat bahwa postingan memiliki ciri khas
tersendiri, karena komunitas sufi berbeda dengan komunitas pada umumnya. Cafe
Rumi Jakarta sendiri memiliki akun Instagram dengan nama @Caferumijakarta.
Namun ada juga yang menggunakan @rumicafe_jakarta. Melalui unggahan foto-
foto yang menarik, yang tak jauh berbeda dari twitter.
Selain menampilkan kegiatan-kegiatannya, mereka juga menampilkan
kata-kata mutiara yang berbalut dengan hikmah sufi, bertujuan untuk memberikan
motivasi sebagai muhasabah diri, melihat postingannya tidak sedikit pula yang
menyukainya. Sehingga dalam mengajak pengguna Instagram atau juga pengikut
7 6 Sumber: Akun @Caferumijakarta diakses pada 19 Maret 2017, pukul 7:20 WIB.
57
akun tersebut, dijelaskan kembali melalui caption di bawah foto, yang
memudahkan para pengguna Instagram memahami makna dalam foto tersebut.
Gambar 4.3
Salah satu unggahan di akun Instagram @Caferumijakarta.7 7
Begitu juga di Facebook, Komunitas Cafe Rumi Jakarta memiliki akun
Facebook berupa Fanpage dengan nama Cafe Rumi Jakarta. Foto dan status yang
diunggah tidak jauh berbeda dengan media sosial di Twitter dan Instagram. Status
dalam sekali unggah memiliki lebih panjang dan memiliki ciri khas dari setiap
media sosial, karena berbeda dengan Twitter yang memiliki karakter terbatas
dalam sekali tweet.
Tak jauh berbeda dengan pengembangan pemanfaatan media komunikasi
yang dijelaskan diatas, seperti dalam Facebook dan Instagram. Status yang
diunggah lebih kepada kegiatan-kegiatan Cafe Rumi Jakarta, seperti
mensosialisasikan kegiatan yang dilakukan, namun mereka juga memposting
unggahan berupa nasehat maupun hikmah-hikmah Sufi. Tulisan yang diunggah
terdapat yang menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits terkait dengan proses
7 7 Sumber: Akun Instagram @Caferumijakarta diakses pada 20 Maret 2017, pukul 7:59
WIB.
58
mendekatkan diri kepada Allah maupun mengenai tasawuf secara umum, seperti
gambar di bawah ini.
Gambar 4.4
Tampilan status di akun Facebook Cafe Rumi Jakarta7 8
Pesan atau materi dakwah yang disajikan oleh komunitas ini di media
sosial umumnya adalah ayat-ayat atau terjemahan Al Qur’an serta Hadits Nabi,
serta hikmah mutiara dari para sahabat Nabi dan para ulama-ulama sufi terkemuka
yang terkait dengan pola hubungan diri dengan Allah, manusia dan alam, yang
semuanya terhimpun dalam nilai-nilai tasawuf.
Dalam proses kegiatan dakwah melalui kajian tasawuf yang dilakukan
oleh Cafe Rumi Jakarta terkadang bekerja sama dengan komunitas lain atau
lembaga keislaman yang dapat memudahkan menyebarkan tujuan dakwahnya.
Seperti majelis ta’lim dan majelis dzikir. Kegiatan-kegiatan yang disebarluaskan
tidak hanya berupa foto atau tulisan yang diunggah di media sosial, namun
mengunakan live Streaming, atau siaran langsung melalui internet.
7 8 Sumber: Akun Facebook Cafe Rumi Jakarta diakses pada 20 Maret 2017, pukul 9:20
WIB.
59
Kegiatan yang dilakukan, seperti dzikir, kajian tasawuf, tari sufi,
makangratis.com, perkumpulan para sufi Nusantara, dan lain-lain. Ditayangkan
secara langsung melalui kanal situs jejaring Youtube, agar proses dakwahnya bisa
dipahami dan kenal di Indonesia maupun seluruh dunia, hal demikian mempunyai
harapan agar tidak ada salah persepsi maupun pandangan yang keliru, maupun
saling menganggap paling benar.
Selain itu juga terdapat juga video Recorder yang bisa diakses oleh orang-
orang atau masyarakat yang tidak hadir pada saat kegiatan-kegiatan berlangsung
di kanal situs Youtube Cafe Rumi Jakarta. Hal demikian dilakukanDengan adanya
sinergi dengan komunitas lain dapat membantu menyebarluaskan kegiatan
dakwah secara menyeluruh kepada masyarakat perkotaan.
Gambar 4.5
Salah Satu Kajian Live Streaming Cafe Rumi Jakarta dengan tama
“Kekuatan Hijrah”.7 9
Kemudian Cafe Rumi Jakarta melakukan sebuah komunikasi dalam
aktivitas dakwahnya melalui segi usaha, yakni dengan penjualan produk-produk
sufi, berupa hasil kreativitas yang dilakukan Cafe Rumi Jakarta, hal demikian
7 9 Sumber: Situs Youtube Cafe Rumi Jakarta, diakses pada 20 Maret 2017, pukul 10:30
WIB.
60
dilakukan agar membentuk sebuah kemandirian dalam sebuah lembaga,
mengingat dakwah memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga untuk
mendapatkan pemasukan dana demi kelancaran kegiatan berdakwah, yakni
melalui infaq di setiap kegiatan, donasi, menjual kaos yang bertemakan Islami,
pernak-pernik sufi (sufi shop) yang biasa di jual di Cafe Rumi Jakarta, di luar
Cafe Rumi maupun secara online yang dipublikasikan melalui pemanfaatan
media.
Gambar 4.6
Tampilan status tentang Sufi Shop Cafe Rumi Jakarta.8 0
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Cafe Rumi
Dalam memahami bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan Cafe
Rumi Jakarta, yakni terdapat berupa proses pengembangan aktivitas atau
kegiatan dakwah yang dijalankan dengan membangun sebuah ranah
komunikasi kelompok. Sehingga dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di
8 0 Sumber: Akun Facebook Cafe Rumi Jakarta diakses pada 20 Maret 2017, pukul
10:20 WIB.
61
masyarakat perkotaan, Komunitas Cafe Rumi Jakarta melakukan kegiatan-
kegiatan rutin yang dijalankan setiap minggu. Kegiatan-kegiatan tersebut
yakni diantaranya :
a. Dzikir Kwajagan beserta Sholawat Kepada Nabi
Pada dasarnya Dzikir adalah terus menerus mengucapkan nama-
nama Allah dengan lisan dan mengingatnya dengan hati, para ahli tasawuf
percaya bahwa jika seseorang secara terus-menerus mengingat Allah,
perlahan tapi pasti akan dipenuhi dengan kualitas sifat ketuhanan yang
tinggi dan kecenderungan-kecenderungan nafsu badaniahnya akan
menghilang.8 1
Dalam Tarekat Naqsybandiyah, dalam hal ini merupakan tarekat
Komunitas Cafe Rumi Jakarta, yakni melakukan latihan spiritual harian
dan dzikir bersama mingguan yang dikenal sebagai Khatmu'l-Khwajagan
atau dzikir bersama para guru, merupakan praktik penting (ختم الخواجكان )
yang tidak boleh ditinggalkan oleh murid dan jamaahnya.
Dzikir Khatmu'l-Khwajagan merupakan dzikir yang berasal dari
sejarah Nabi Muhammad SAW, yakni pada saat Nabi dan Abu Bakar
sedang berada di Gua Tsur, sehingga Nabi memberikan rahasia-rahasia
atau shir dalam meraih cintanya Allah.
Abu Bakar ash-Shiddiq RA, bahagia dan gembira dengan apa yang
terjadi di dalam gua itu, dan mengerti mengapa Nabi SAW telah
memilihnya untuk menjadi teman dalam berhijrah. Sehingga para Syaikh
Naqsabandiyah menganggap kejadian dalam Gua Tsur sebagai fondasi
8 1 Ahmad Khalil, Merengkuh Bahagia : Dialog Al-Quran, Tasawuf dan Psikologi,
Malang : UIN Malang Press. 2007, h. 70.
62
dari tarekat. Tidak hanya sebagai sumber dari wirid, tetapi juga karena
ruh-ruh dari seluruh anggota tarekat ini telah hadir bersama di saat itu.8 2
Dalam melakukan dzikir tersebut, dengan posisi duduk, bersama
Syaikh atau mursyid dalam suatu majelis. Dengan memperhatikan adab-
adabnya, sesuai ajaran dan ketentuan yang ditetapkan. Sehingga hal-hal
demikian harus menjadi pedoman awal sebelum melakukan dzikir
tersebut. Kegiatan Dzikir Khawajagan biasa dilakukan selesai
melaksanakan sholat Isya.
Proses dzikir diatas, membentuk sebuah pandangan yang
mengemukakan tentang gambaran (image) individu terhadap realitas yang
dipandu atau dibimbing oleh cerita-cerita yang menunjukkan bagaimana
suatu objek (dzikir), harus dipercaya. Bertolak dari titik itu, menurut
Ernest Bormann, ia menjelaskan bahwa proses terjadinya cerita-cerita
tersebut, tercipta melalui interaksi simbolis di dalam sebuah kelompok,
yang kemudian disebarluaskan dari satu orang kepada orang lainnya dan
dari kelompok ke kelompok lainnya untuk memberikan anggapan yang
sama tentang pengalaman yang dialaminya.
Metode dzikir yang dilakukan Cafe Rumi Jakarta, merupakan salah
satu susunan tema fantasi di dalam teori konvergensi simbolik, sebagai
sumber memotivasi dengan meliputi kesalehan (righteous), yang
menjadikan kepekaan moral sebagai dasar bagaimana pandangan retorika
bekerja. Walaupun secara keseluruhan dalam retorika tidak pernah
8 2 Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, 19
Maret 2017. Pukul. 16.34 WIB.
63
diceritakan secara keseluruhan tetapi dibangun secara bertahap dengan
cara menceritakan tema-tema fantasi yang berhubungan.
Selain itu mereka membentuk sebuah sumber legitimasi
(sanctioning agent), dengan memberikan keabsahan berdasarkan cerita-
cerita yang disampaikan. Cerita itu juga tidak terlepas dan didasarkan
kepecayaan kepada Tuhan.
Melihat konteks diatas, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
penulis dengan cara mengikuti kegiatannya, Cafe Rumi Jakarta selalu rutin
melaksanakan dzikir ini, dengan dibimbing oleh syaikh atau mursyidnya,
bahkan tidak jarang mereka sering mengundang tokoh maupun para
ulama, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Seperti diantaranya
Habib Novel bin Alaydrus (Solo), Syeikh Fuad Dzibril Haddad, Mustafa
Debu, Dik Doank dan lain-lain.
Gambar 4.7
Kegiatan Dzikir Khatm Khawajagan Cafe Rumi Jakarta.8 3
Jika menelisik lebih jauh, dalam metode dzikir, pada dasarnya
merupakan salah satu pokok pengamalan di dalam ajaran tasawuf, yakni
8 3Sumber: Dokumen pribadi penulis, gambar diambil pada 10 Februari 2017 pukul 21:13
WIB.
64
tazkiyatun nafs, yang berarti mengorientasikan diri lahir-batin dengan
berjuang (mujahadah) seoptimal mungkin agar jiwa kita dekat dengan
Allah. Akan tetapi, upaya mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah SWT,
tidak akan berhasil jika tidak diawali dengan penyucian jiwa.
Sebab Allah SWT, zat yang Maha Suci tidak dapat di dekati,
kecuali oleh orang-orang yang berjiwa suci pula. Dengan demikian, maka
penyucian jiwa dipandang sebagai pokok sentral dalam pengamalan
tasawuf. Penyucian jiwa itu berdampak pada kedamaian, kebahagiaan, dan
kesejukan kalbu.8 4
Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah SWT.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang berusaha
mensucikan jiwanya. Dan Sesungguhnya merugilah orang-orang yang
mengotorinya.” (QS. As-Syams [91] :9-10).8 5
Kemudian di tegaskan kembali dalam surat Ar-Raad ayat 28.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Raad [13] :28).8 6
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa, keutamaan untuk selalu
mengingat Allah, dalam segala hal apapun, sesuai dengan ajaran dan
tuntunan Rasulullah SAW, karena banyak keutamaan yang dirasakan,
8 4Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans Pustaka,
2012, h. 72. 8 5Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 595. 8 6Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 252.
65
sehingga akan melahirkan penyucian jiwa, dan keyakinan yang kuat.
Kemudian saat selesai melaksanakan dzikir, dilanjutkan dengan membaca
maulid kepada Nabi yang diiringi lantunan shalawat dengan tarian sufi dan
musik hadrah.
Salah satu tuntunan Nabi Muhammad untuk mendekatkan diri kepada
Allah adalah dengan berdzikir. Cafe Rumi mengembangkan metode berzikir
dengan cara yang berbeda, yaitu dengan gerakan berputar sehingga terciptalah
tarian sema atau dikenal dengan tari sufi. Mereka melakukan hal demikian
bertujuan sebagai proses mendekat, merasakan dan meraih cintanya Allah
dan Rasulullah SAW.
b. Tari Sufi (Whirling Dervish) dan Meditasi Sufi
Tari sufi (Whirling Dervish) merupakan salah satu kesenian asing
yang masuk dan berkembang di Indonesia. Whirling Dervish adalah
kesenian tari ritual yang dipopulerkan oleh seorang teolog Islam sekaligus
pujangga sufi dari bumi Persia pada Tahun 1207-1273 Masehi.
Rumi menciptakan tari ini sebagai upaya untuk mendekatkan diri
kepada Allah, dan tujuan hidup yang hakiki yaitu mencari Tuhan dan
bermunajat serta bentuk ekspresi rasa cinta dan kasih sayang seorang
hamba kepada Sang Pencipta dan kepada sosok tauladan yang sempurna
yaitu Muhammad SAW.
Tari sufi merupakan salah satu bentuk meditasi sufi, pada dasarnya
berguna untuk berbagai macam hal, mulai dari penyakit hati dan mental,
yang hakikatnya proses meditasi sufi yang dilakukan dapat menjadi
sebuah obat, dan pembersihan jiwa.
66
Dalam memaknai tari sufi, memiliki filosofi mendalam pada
gerakan sebagai dinamika perjalanan menuju kesatuan Ilahi. Hal ini
tergambarkan secara artistik dan dramatik, para penari atau biasa disebut
para darwis berjalan membentuk lingkaran, lalu menghormati guru mereka
dengan mencium tangan guru.
Kemudian memutar badan dengan ritmis seperti ritme doa dzikir,
putaran tersebut berlawanan dengan arah jarum jam, sesuai dengan ritme
perputaran bumi, gerakan ini melambangkan alam semesta yang selalu
berputar mengelilingi garis edarnya masing-masing.
Posisi tangan kanan naik dengan telapak terbuka ke atas,
melambangkan proses menuju ke Yang Ilahi serta keterbukaan akan
rahmat-Nya. Dan posisi tangan kiri menurun, dengan telapak mengarah ke
bawah, menandakan proses mengalirnya rahmat Ilahi ini ke sesama dan
seluruh bumi. Para penari melakukan gerakan terus-menerus sampai
tercapai rasa persatuan mesra dengan Yang Ilahi, dengan sesama dan alam
semesta. Dalam pandangan Bormann termasuk katagori isyarat simbolik.
Begitupun melalui kostum yang dipakai saat menari. Warna
kostum asli (penari sufi) hitam dan putih, mempunyai makna tentang
mengingat mati sebelum mati. Ini berguna untuk mengendalikan ego atau
hawa nafsu. Isyarat simbolik yang ditampilkan dalam hal ini sangat jelas,
yang memaknai simbol warna tersebut. Sehingga pada hakikatnya, Islam
adalah agama yang indah, yang mengajarkan kelembutan. Karena
sesungguhnya jihad yang sebenarnya adalah melawan ego, bukan
berperang dengan kemarahan.
67
Jalaluddin Rumi menciptakan tari sebagai bentuk dan rasa cintanya
kepada Tuhan, secara sosiologis tari yang diciptakan Rumi merupakan
jalan lain seseorang untuk mencapai transenden dan mendapatkan
kenikmatan serta kepuasan batin karena telah mendekati singgasana Tuhan
melalui cara yang indah, yaitu dengan menari. Tari ini digunakan Cafe
Rumi Jakarta sebagai bentuk komunikasi selanjutnya, memiliki fungsi
yang cukup penting yaitu sebagai daya tarik bagi masyarakat.
Gambar 4.8
Tari Sufi (Whirling Dervish) di Cafe Rumi Jakarta.8 7
Dari gambaran diatas, menurut Bormann, bahwa hal demikian
tidak terlepas dari visi retorik yang telah mapan, melalui kegiatan
penceritaan dan tampilan tema-tema fantasi, maka timbullah proses
penciptaan kesadaran. Visi retorik membuat seseorang menjadi lebih sadar
mengenai cara-cara tertentu dalam melihat sesuatu, hal ini
mengambarkarkan bahwa tari sufi sesuatu hal yang sudah dikenal, dengan
8 7Sumber: Akun Facebook Cafe Rumi Jakarta, diakses pada 25 Maret 2017, pukul 16:54
WIB.
68
membentuk kesadaran karena meniru cara-cara lama yang dapat menarik
perhatian.
Melihat konteks diatas, tari sufi memiliki subuah diskursus
mengenai tema fantasi yang kuat dan dialami sesuai dengan cerita-cerita
retoris dari berbagai sumber yang dijelaskan oleh Cafe Rumi, terlebih lagi
dalam tari sufi mengandung sebuah isyarat Simbolik merupakan indikator
retorika atau kode yang mendukung tema fantasi. Biasanya berwujud kata,
frase atau simbol. Karena dari itu semua, sesungguhnya tari sufi memiliki
simbol untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Komunitas Cafe Rumi Jakarta juga memperkenalkan dan
menampilkan tari sufi (whirling dervish), kepada masyarakat luas, dengan
mengunjungi beberapa tempat di sudut-sudut perkotaan, baik di instansi
pemerintahan, lembaga-lembaga keislaman, pusat pembelanjaan,
perhotelan, cafe, stasiun televisi, tempat wisata perkotaan baik nasional
dan internasional. Bahkan seringkali mereka memainkan alunan tari sufi
tersebut bersama dengan grup musik maupun musisi seperti Mustafa
Debu, Ahmad Dhani dan Dik Doank.
Kemudian mereka juga melakukan kegiatan tersebut dengan alam
bebas, seperti di pegunungan dan pesisir pantai. Dengan tujuan agar bisa
lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui rasa dan penghayatan akan
eksistensi ciptaan Allah yang dituangkan dalam alam raya.
Hal demikian dilakukan sebagai salah satu strategi komunikasi
melalui aktivitas dakwah Islam yang diterapkan Cafe Rumi dalam
menanamkan nilai-nilai tasawuf, dengan memiliki prinsip untuk
69
merangkul siapa saja, dan tidak ada latar belakang khusus dalam
menebarkan cinta ke seluruh alam, yang mempunyai esensi untuk
mengokohkan sifat-sifat kearifan kepada Allah, manusia dan alam.
Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits Nabi, Rasulullah
SAW bersabda:
ا رحم من ف ي األرض يرحمك من ف ي السماء
“Sayangilah makhluk yang ada dibumi, niscaya yang ada dilangit
akan menyayangimu”.8 8
Maksud dari hadits Nabi diatas, jelas memberikan penjelasan bahwa
sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang. Maka
apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril, seraya
berkata: ”Sungguh aku mencintai fulan, maka cintailah ia.” Kemudian Jibrilpun
bergegas dengan serta merta mencintainya, dan berseru dengan lantang pada
penghuni langit”. Allah mencintai fulan, maka cintailah ia!!” dan penghuni langit
seketika itupun mencintainya.
Agama Islam mengajarkan kasih sayang, bukan hanya kepada manusia
saja, tetapi juga kepada seluruh makhluk hidup. Kepada kedua orang tua, anak-
anak, suami istri, sesama muslim dan manusia bahkan kepada hewan dan
tumbuhan pun harus bersikap kasih sayang. Dan sebaiknya sebagai seorang
mukmin hendaknya menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia ini.
Artinya dari kandungan hadist diatas, memberikan penjelasan bahwa
Rasulullah saw adalah benar-benar teladan yang sempurna dalam memberikan
8 8 Hadits Riwayat ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dalam Shahiihul jaami’ no.
896).
70
kasih sayangnya. Oleh karenanya, kita harus mengupayakan untuk menebarkan
kasih sayang sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Gambar 4.9
Tari Sufi (Whirling Dervish) di salah satu pusat pembelanjaan,
stasiun televisi dan di alam bebas.8 9
Mengenai proses Meditasi Sufi yakni berupa bentuk muhasabah
diri, meditasi dengan memusatkan fikiran dan hati untuk senantiasa
mengingat Allah SWT. Untuk merenungi atas segala sikap maupun
kesalahan-kesalahan, kehinaan, perbuatan buruk, penyakit hati atau jiwa
yang tercakup dalam dosa-dosanya, seperti dzikir, wirid, membaca
shalawat Nabi maupun melalui tari sufi.
Pada dasarnya banyak media atau cara dalam melakukan meditasi.
Sehingga pada hakikatnya, selain mempunyai cara masing-masing, juga
8 9 Sumber: Akun Facebook Cafe Rumi Jakarta, diakses pada 25 Maret 2017, pukul 16:54
WIB.
71
dapat menjadi sebuah obat untuk memperbaiki diri, demikian juga proses
tersebut dapat manfaat bagi kecerdasan emosional, spiritual dan
intelektual, yakni penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi
dan spiritual atau sebagai model kemampuan seseorang untuk memberi
makna spiritual terhadap pemikiran, prilaku, akhlak dan kegiatan, serta
mampu mengsinergikan logika berfikir dengan kecerdasan memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Memiliki manfaat yang bisa diperoleh sebagai tercapainya
keseimbangan antara hubungan Vertikal (manusia dengan Tuhan), dan
Horizontal (manusia dengan manusia) untuk mengahapi kehidupan lahir
dan batin secara baik.
c. Kajian Al-Quran dan Tasawuf
Bentuk komunikasi selanjutanya yakni dalam kajian Al-Quran,
berupa pembelajaran mengenai aspek tartil dan tafsir Al-Quran,
merupakan pedoman dan petunjuk yang termaktub dalam firman suci
Ilahi, belajar dan mengkaji Al-Quran adalah wajib bagi setiap Muslim,
sehingga dalam hal ini mempunyai tujuan agar masyarakat bisa membaca
dan memahami dari setiap kandungan yang terdapat dalam Al-Quran, yang
kemudian bisa mengaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat. Proses
kegiatan kajian Al-Quran biasa dilakukan pada hari rabu saat selesai
melaksanakan sholat Magrib.
Kemudian mengenai kajian tasawuf, yakni berupa mempelajari
Kitab Sufi karangan para ulama besar, seperti diantaranya Al-Mukhtasor
Ihya Ulumuddin, karya Imam Al-Ghazali, yang mengupas mengenai fiqh
72
dan tasawuf, dalam hal ini agar menjadi panduan maupun bahan
kontemplasi dalam memahami kandungan sufistik yang dibedah secara
mendalam, dengan pendekatan keilmuan secara teoritis dan praktis,
sehingga pembahasannya sampai pada nilai-nilai ke-Tuhanan, begitu juga
dengan kitab-kitab seperti Al-Hikam, Kitab Tanwirul Qulub, dan lain
sebagainya.
Selain itu, Cafe Rumi juga menghadirkan para ulama dan habaib
untuk mengisi kajiannya. Kajian Tasawuf biasa dilakukan pada hari selasa
saat selesai melaksanakan sholat Magrib. Melihat konteks diatas, Islam
telah memberikan pedoman dalam Firman Allah dan Sunnah Nabi.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 122,
dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi
(ke medan perang). mengapa diantara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS. At-Taubah [9] :122).9 0
Dalam Hadits, Rasulullah SAW bersabda :
يقا إ ل ل هللا ب ه طر لما سه س ف يه ع يقا يلتم ,ةلجن من سلك طر
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga, sesungguhnya para malaikat
9 0Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 206.
73
menaungkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena
senang terhadap apa yang diperbuat”(HR. Muslim).9 1
Kandungan firman Allah dan hadits Nabi jelas memberikan sebuah
penjelasan mengenai keutamaan dalam menuntut ilmu, karena hal itu akan
membentuk dan melahirkan kualitas diri agar lebih memahami tujuannya,
sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat.
Gambar 4.10
Kegiatan Kajian Tasawuf di Cafe Rumi Jakarta.9 2
Gambar 4.11
Kajian Tasawuf bersama Syaikh Hisyam Kabbani di Masjid Bank
Indonesia Jakarta.9 3
Dalam kajian tasawuf Dalam memahami konteks diatas, dalam
pandangan Boogmann secara keseluruhan tercakup sebagai sumber
9 1Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Sholihin ,terj. Achmad Sunarto (Jakarta: Pustaka
Amani, 1999) hlm 317. 9 2 Sumber: Dokumen pribadi penulis, gambar diambil pada 10 Februari 2017 pukul 21:28
WIB. 9 3 Sumber: Dokumen pribadi penulis, gambar diambil pada 5 Februari 2017, pukul21:50
WIB.
74
legitimasi (santioning agent) yakni sebagai pihak atau sumber yang
memberi keabsahan (legitimasi) pada suatu cerita. Artinya dalam hal ini,
cerita-cerita yang disampaikan terkait atau didasarkan pada kepercayaan
kepada Tuha dan prinsip-prinsip ideal sesuai apa yang disampaikan.
d. Pelatihan bela Diri
Bentuk komunikasi dalam tahap ini yakni dengan melakukan
Pelatihan Bela Diri, merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan Cafe
Rumi Jakarta, bentuk pelatihan fisik ini, bertujuan untuk menjaga
kesehatan jasmani maupun rohani, membekali diri dari segala sesuatu
yang buruk atau tindak kejahatan, hal ini dilakukan tidak lain merupakan
salah satu strategi komunikasi dalam dakwahnya. Mereka memadukan
olah fisik dan batin sebagai proses manifestasi dalam membangun
hubungan dengan sesama manusia melalui seni bela diri, yang relatif
mudah diterima bagi masyarakat Jakarta.
Selain itu, pelatihan bela diri ini juga merupakan salah satu bentuk
nyata untuk mempertahankan eksistensi budaya bela diri Indonesia.
Seperti diantaranya jenis latihan Silat Tawo pelatihan bela diri yang
berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat. Kemudian Silat Betawi dan lain
sebagainya. Namun terkadang mereka juga melakukan latihan-latihan bela
diri dari budaya luar, seperti judo.
Kegiatan latihan ini biasa dilakukan pada hari rabu mulai siang
hingga sore hari. Dalam hal ini juga memiliki tema fantasi dengan cerita-
cerita fantasi dari masing-masing orang dengan tujuan membangun
keakraban tingkat tinggi dalam komunitas ini.
75
Dalam pandangan Bormann tahap ini termasuk dalam ranah sosial,
(sosial), yang sangat bergantung kepada interaksi sosial untuk
keberhasilan pandangan retorika.
Gambar 4.12
Pelatihan Bela Diri Silat Tawo yang berasal dari Minangkabau,
Sumatra Barat.9 4
e. MakanGratis.com
Proses bentuk komunikasi selanjutnya yakni dalam program
Makangratis.com, adalah sebuah kegiatan dalam bidang sosial yang
berfungsi sebagai aksi sosial untuk memberikan sesuatu hal berupa produk
yang berbentuk fisik, seperti makanan siap saji, yang diperuntukan kepada
saudara-saudara yang membutuhkan. Melihat hal ini juga bernilai sedekah,
dan banyak memiliki keutamaannya dari faedah melakukan kegiatan di
terapkan, selain itu juga mempunyai nilai untuk membangun silaturahmi
antar sesama, sebagai menifestasi membangun pola hablum minanas
kepada masyarakat perkotaan. Kegiatan ini rutin dilakukan pada saat
selesai melakasanakan sholat Jum’at.
9 4 Sumber: Akun Facebook Cafe Rumi Jakarta di akses pada 12 Maret 2017, pukul 18:47
WIB.
76
Melihat konteks diatas, dijelaskan juga dalam Al-Qur’an, yakni.
Seperti dalam surat Al-Baqarah Ayat 195 :
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah [2] :195).9 5
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan para hamba-Nya agar
berinfak (membelanjakan harta) di jalan Allah, yaitu mengeluarkan harta
di jalan-jalan menuju Allah. Yakni setiap jalan kebaikan seperti
bersedekah kepada fakir miskin, kerabat atau memberikan nafkah kepada
orang yang menjadi tanggungan.
Melihat penjelasan ayat diatas, program Makangratis.com tidak
hanya diperuntukkan terhadap fakir miskin di jalan-jalan sudut kota
Jakarta dan sekitarnya, namun proses kegiatannya juga dilakukan di
beberapa tempat, seperti lembaga maupun institusi Islam, yakni di
lingkungan Pesantren, Yayasan Yatim Piatu, Duafa, bahkan mereka juga
sering kali mengunjungi para korban bencana alam. Hal demikian
dilakukan sebagai bentuk komunikasi untuk menumbuhkembangkan
persaudaraan dan menjalin silaturahmi antara sesama manusia sebagai
pokok membangun etika sosial.
Konteks diatas juga mengandung sesuatu hal yang selalu diulang
tema-tema fantasi dalam membangun kekompakan, kesamaan,
9 5Tim Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
(Jakarta, Cahaya Intan Permata, 2006), h. 30.
77
menciptakan kebersamaan, dengan visi retiroka yang sesuai dari fantasi
yang dialami oleh cerita-cerita masa lalu, yang memiliki pengaruh kuat.
Dari semua bentuk kegiatannya dengan saling berbagi pengalaman
atau cerita mereka (tema fantasi) yang membuat mereka menyatu dan
akrab. Karena sumber cerita mereka yang selalu diulang-ulang. Masing-
masing cerita akan memiliki karakter pemain, alur cerita, adegan dan
sumber legitimasi.
Sehingga ketika kesadaran tercipta, yang disebarluaskan melalui
kegiatan komunikasi, selanjutnya memiliki fungsi untuk mempertahankan
kesadaran. Dan tema-tema fantasi yang bertugas untuk memelihara
komitmen berdasarkan kesadaran yang sudah terbentuk. Jelas, tema-tema
fantasi itu merupakan elemen penting dalam persuasi.
Gambar 4.13
Kegiatan Dakwah MakanGratis.com.9 6
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh
kegiatan yang dilakukan, sebagai manifestasi dari pokok pengamalan
tasawuf yakni, tazkiyatun nafs, taqarub ila Allah dan hudurul qalbi ma
9 6 Sumber: Dokumen pribadi penulis diambil pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 13:09
WIB.
78
Allah. Sehingga agar memahami esensi dari pokok pengamalan tasawuf
bagi masyarakat perkotaan.
Selain itu, Komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam melakukan proses
pengembangan bentuk komunikasi kepada masyarakat perkotaan yakni
melalui kerjasama dengan kalangan Nahdhatul Ulama, bergabung bersama
dalam membangun jaringan thariqat yang di sebut Jatman (Jamiyyah
Thariqah Muktamar Nahdiyyin).
Gambar 4.14
Logo Jatman (Jamiyyah Thariqah Muktamar Nahdiyyin), Cafe Rumi
dan Nahdhatul Ulama.9 7
Kemudian melalui kesenian, seperti tim hadrah, mereka juga
mengunjungi beberapa tempat di sudut-sudut perkotaan, maupun lembaga
keagamaan. Mereka membuat syair-syair yang penuh makna sufistik, yang
diberikan kepada masyarakat perkotaan. Hal demikian dilakukan sebagai
bentuk aktualisasi untuk proses muhasabah diri atau meditasi sufistik
dalam mendekatkan diri dan meraih cintanya Allah SWT.
Dari beberapa bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas
Cafe Rumi Jakarta, mempunyai tujuan strategi yang tidak lain sebagai
pendorong atau sebagai bahan motivasi bagi masyarakat yakni
menumbuhkembangkan kembali spiritualitas diri, mengembalikan fungsi
9 7 Muchsin Mulaila, Ketua Cafe Rumi Jakarta, di Yayasan Samudra Cinta Mawlana, via
Wawancara, 19 Maret 2017. Pukul. 16.30 WIB.
79
kekhalifahan dengan membangun kesalehan individual dan sosial secara
baik.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat
Mengenai faktor pendukung dan penghambatnya terdapat berbagai macam
hal yang dirasakan oleh Komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam membangun
komunikasi kepada masyarakat melalui nilai-nilai tasawuf yang diterapkan.
Dalam faktor pendukung diantaranya, ketika saat di dirikannya majelis ilmu ini,
yakni dipelopori oleh beberapa pengusaha di Jakarta, sehingga memudahkan
terbentuknya komunitas sufi yang mempunyai ciri khas tersendiri, dan terbilang
unik saat itu.
Selain itu, banyak ulama yang mendukung majelis ini, seperti Dewan
Thariqah Indonesia, bahkan pada saat awal terbentuk, komunitas ini mendapat
bimbingan langsung dari ulama besar dunia, yakni Syeikh Hisyam Kabbani.
Karena sosok Syeikh Hisyam merupakan tokoh yang berpengaruh, sehingga
ajarannya menyebar ke seluruh dunia.
Seiring perkembangan komunikasi dalam aktivitas dakwahnya, terdapat
berbagai latar belakang yang menjadi murid dari Syekh Hisyam Kabbani, seperti
masyarakat umum, pengusaha, kalangan akademisi, bahkan pejabat pemerintahan.
Dengan adanya dukungan ini, memudahkan Cafe Rumi Jakarta dalam
mendapatkan dukungan di setiap kegiatan dalam menanam atau mensosialisasikan
pemahaman nilai-nilai tasawuf dalam bentuk komunitas sufi di tengah pusat
perkotaan. Yang menargetkan komunikan seperti, anak jalanan, anak muda,
kalangan perkantoran, publik figur, pengusaha, akademisi, maupun pejabat
pemerintahan.
80
Faktor pendukung lainnya yakni Cafe Rumi Jakarta melakukan bentuk
komunikasi yang berkerja sama dengan kalangan Nahdhatul Ulama, bergabung
bersama dalam membangun dan menjalin nilai-nilai tasawuf kepada masyarakat.
Yakni jaringan thariqat atau biasa di sebut Jatman (Jamiyyah Thariqah Muktamar
Nahdiyyin), yang memiliki fungsi dan sifatnya aktif dan terbuka, dengan tujuan
agar dapat berbagi pengalaman kepada masyarakat Jakarta secara luas dan
membangun komunikasi khususnya dalam ranah tasawuf.
Karena melihat realitas dilapangan, kebanyakan komunitas-komunitas sufi
yang lain, kehadirannya tidak lebih hanya menyentuh atau berafiliasi di dalam
perkumpulannya saja, atau cenderung tertutup. Artinya dalam pendekatan hal ini,
harus berupaya dan saling bersinergi untuk merangkul masyarakat Jakarta dalam
memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai tasawuf yang dibawakan. Selain
itu, hal demikian juga sebagai upaya untuk membangun hubungan antar sesama
manusia dengan baik.
Sementara itu, faktor penghambat yang dirasakan oleh Cafe Rumi Jakarta,
yakni banyaknya orang-orang yang memusuhi, atau kelompok yang anti tasawuf,
kebanyakan mereka melakukan tindakan massif, dengan memberikan pemahaman
kepada masyarakat luas mengenai tasawuf dengan stigma buruk.
Cafe Rumi Jakarta menganggap tidak menutup kemungkinan bahwa hal
ini menjadi penghambat yang kuat. Selain itu faktor internal sebagai komunikator
dari Cafe Rumi, yang banyak pula memiliki pekerjaan diluar Cafe Rumi, sehingga
dalam menjalankan dakwahnya tidak totalitas. Melihat konteks saat ini di
Indonesia, yang kondisi cara beragama dan kehidupan yang berbeda pada masa
Nabi, sehingga harus di sesuaikan.
81
Faktor selanjutnya, mengenai komunikan tenatang pemahaman mengenai
dasar keislaman tentang tasawuf, jika melihat realitas di lapangan banyak
masyarakat yang kurang memahami ajaran Islam secara luas, sehingga
memunculkan kesalahan persepsi, yang cenderung menganggap bahwa tasawuf
merupakan ilmu yang tidak terlalu penting untuk di terapkan.
Faktor penghambat ketiga adalah masalah dana. Setiap kegiatan,
khususnya kegiatan dakwah memerlukan dana yang tidak sedikit, atau dalam arti
memerlukan dana. Sehingga mereka tidak hanya mengandalkan selain dari
koperasi yayasan yang dinaungi oleh para pengusaha dan juga pendiri Cafe Rumi
Jakarta, juga dari penjualan pernak-pernik sufi (sufi shop), kemudian melalui
infaq maupun donasi dari jamaah di setiap kegiatan dan di luar kegiatan. Kegiatan
dilaksanakan di Cafe Rumi Jakarta untuk mengukur kembali setiap kegiatan Cafe
Rumi Jakarta yang sudah dilaksanakan.
Masyarakat harus mampu menciptakan suatu moralitas baru yang tidak
menganggu kehidupan pribadi seseorang. Kemudian harus memperkuat
kehidupan komunitas tanpa menjadi orang yang fanatik dan saling bermusuhan
terhadap komunitas lain. Serta memiliki perjuangan kepentingan pribadi harus
diimbangi dengan komitmen pada komunitas, tanpa harus menjadi bagian yang
penting dalam kelompok.
Karena itu kerakusan individu yang tanpa batas, harus diganti dengan
kepentingan pribadi yang bermanfaat secara sosial dan memperoleh peluang yang
disahkan masyarakat. Inti dari sikap komunitarian yang ditawarkan Etzioni diatas,
adalah gambaran mengenai kesepakatan untuk menciptakan moral yang baru,
kehidupan nilai kebersamaan. Artinya, membentuk kehidupan sosial yang penuh
82
kebersamaan berbeda halnya dengan sikap individualisme yang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan individu.
Dari berbagai gambaran dan penjelasan diatas, semuanya merupakan
modal untuk mengembangkan dan membentuk pribadi Muslim yang semakin
baik, Singkatnya, menjadi manusia yang menyadari dirinya sebagai hamba Allah
dan menjalankan fungsi kehambaannya (al-ubudiyah) dengan baik, taat, tepat, dan
tekun. Pada waktu yang sama menyadari dirinya sebagai khalifah Allah (al-
khilafah) dengan mendalam dan menjalankan fungsi kekhalifahan dengan baik
pula, dengan menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas diri, keluarga, dan
lingkungan sosialnya, atau dalam hal ini juga mampu mengembalikan jiwa
spiritual dengan menegakan etika individual dan etika sosial secara optimal.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era globalisasi, jika berkaca terhadap kehidupan di dunia secara
umum maupun dikalangan masyarakat Muslim, saat ini memang merasakan
kebutuhan besar akan spiritualisme. Seiring dengan kemajuan tekhnologi dan arus
informasi yang telah banyak melahirkan dampak yang signifikan bagi kehidupan
manusia, karena di samping ditandai dengan pesatnya perkembangan kajian itu
banyak pula melahirkan kemajuan budaya dan peradaban.
Namun zaman ini ternyata juga diwarnai dengan arus baru di tengah
masyarakat, yaitu kerinduan pada kesejukan dan kedamaian jiwa. Ketenangan
jiwa mereka terganggu oleh kemajuan budayanya sendiri, karena budaya itu
membawa mereka lari dari fitrah kemanusiaan yang mestinya menjadi hiasan
abadi peradabannya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan,
secara garis besar mengenai strategi komunikasi yang dilakukan oleh Cafe Rumi
Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan adalah
sebagai berikut :
1. Strategi yang digunakan oleh Komunitas Cafe Rumi Jakarta dalam
menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat perkotaan yakni, pertama
mengidentifikasi komunikan atau sasaran dakwah dengan melihat kondisi
dan persoalan yang terjadi di masyarakat dengan latar belakang yang
berbeda, khususnya menyangkut aspek batin yang semakin terkikis,
berimplikasi munculnya probematika di tengah masyarakat dengan
84
pendekatan melalui teori konvergensi simbolik. Seperti tema-tema fantasi
yang dihasilkan sesuai pengalamannnya.
Kedua, menentukan metode dakwah yakni menampilkan aspek ajaran
cinta dalam tasawuf. Ketiga, pemanfaatan media komunikasi, dengan
memanfaatkan kehadiran tekhnologi saat ini, Cafe Rumi mempunyai tujuan
untuk merangkul masyarakat melalui media komunikasi yang berbasis
massa. Agar dapat diterima masyarakat secara luas, kemudian Cafe Rumi
melakukan bentuk-bentuk komunikasi berupa kegiatan yang ditawarkan,
mulai dari dzikir, tari sufi, kajian dan meditasi sufi, kajian Al-Quran,
pelatihan bela diri, dan makangratis.com.
2. Mengenai faktor pendukungnya adalah saat di dirikannya majelis ilmu ini,
dipelopori oleh beberapa pengusaha di Jakarta, sehingga memudahkan
terbentuknya komunitas sufi dan mempunyai ciri khas tersendiri. Selain itu,
banyak ulama seperti, Dewan Thariqat Indonesia, kemudian Syeikh Hisyam
Kabbani. Dan berkerja sama dengan kalangan Nahdhatul Ulama,
membangun jaringan thariqat atau biasa di sebut Jatman yang sifatnya aktif
dan terbuka, dengan tujuan agar dapat berbagi pengalaman dan penjelasan
tentang ilmu tasawuf kepada masyarakat Jakarta secara luas.
Sementara itu, faktor penghambatnya yakni banyaknya orang-orang
yang memusuhi, atau kelompok yang anti tasawuf, kebanyakan mereka
melakukan tindakan massif, dengan memberikan pemahaman kepada
masyarakat luas mengenai tasawuf dengan stigma buruk. Selain itu faktor
internal atau komunikator dari Cafe Rumi, yang banyak pula memiliki
pekerjaan diluar Cafe Rumi, sehingga dalam menjalankan dakwahnya tidak
85
totalitas. Faktor selanjutnya, mengenai pemahaman mengenai dasar
keislaman tentang tasawuf, banyak masyarakat yang kurang memahami
ajaran Islam secara luas.
Faktor penghambat ketiga adalah masalah dana. Setiap kegiatan
memerlukan dana yang tidak sedikit. Sehingga mereka tidak hanya
mengandalkan selain dari koperasi yayasan yang di naungi oleh para
pengusaha dan juga pendiri Cafe Rumi Jakarta, juga dari penjualan pernak-
pernik sufi (sufi shop), kemudian melalui infaq maupun donasi dari jamaah
di setiap kegiatan dan di luar kegiatan.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti mencoba memberikan beberapa
saran, yakni diantara sebagai berikut :
1. Saran Praktis
Pertama, kepada komunitas Cafe Rumi Jakarta, melihat komunikan
atau sasaran dakwahnya adalah masyarakat perkotaan yang kompleks,
sehingga selalu diperlukan strategi komunikasi yang matang dan tepat, dengan
harapan agar lebih bisa merangkul masyarakat perkotaan yang beragam latar
belakang, karakter maupun kehidupan yang berbeda, dengan melakukan
inovasi maupun kreatifitas dalam menerapkan strateginya, seperti melakukan
pendekatan-pendekatan kultural atau kajian ilmiah secara berkelanjutan.
Dengan diadakannya seminar, pengajian yang berbasis massa,
pengenalan ilmu-ilmu tasawuf secara terbuka baik dalam lembaga keislaman
maupun umum, kerena melihat realitas, banyaknya kelompok komunitas sufi
yang selama ini cenderung tertutup, dan hanya mementingkan kelompoknya
86
saja. Walaupun Cafe Rumi turut terlibat dalam jatman, akan tetapi diperlukan
pula upaya-upaya yang sesuai dalam persoalan masyarakat yang menyangkut
perbaikan umat atau masyarakat secara luas, sehingga masyarakat perkotaan
bisa kembali menemukan dan menumbukan jiwa spiritualitas mereka,
ditengah menghadapi tantangan zaman.
2. Saran Akademis
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan peradaban zaman
modern memberikan dampak yang besar sebagai proses komunikasi dalam
kegiatan dakwah, sehingga dalam menjelaskannya, bahwa strategi komunikasi
yang dapat diterapkan atau dilakukan oleh pelaku dakwah dapat berbeda dari
satu pelaku dakwah ke pelaku dakwah yang lain. Selain itu, perlu juga
memerhatikan dasar atau unsur dari proses komunikasi yang diterapkan.
Sehingga Para akademisi dapat menentukan hal-hal apa saja yang harus atau
wajib ada dalam pembahasan strategi komunikasi khususnya dalam kaitannya
dengan dakwah.
87
DAFTAR PUSTAKA
A Bachrun, Rifa'i dan Mud'is, H Hasan. Filsafat Tasawuf. Bandung : Pustaka
Setia, 2010.
Arikunto.“Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek” dalam Imam
Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013, Cet ke-1.
At-Taftazani, Madkhal, h. 3, dalam Syamsul Ni’am, The Wisdom Of KH. Achmad
Siddiq: Membumikan Tasawuf Surabaya: Erlangga, 2006.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2010, Cet ke-4.
___. Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kencana, 2007.
Cangara, Hafied. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Pustaka Baru, 2006.
Eka Putra, Andi. “Alam dan Lingkungan dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Tasawuf”. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadits. IAIN Lampung:
Al-Dzikra, Vol. 8. No.1.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers,
2012, Cet ke-3.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013, Cet ke-1.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika, 2012, Cet ke-3.
Hosein Nasr, Seyyed. Islam dan Nestapa Manusia Modern, terj. Anas
Mahyuddin, Bandung: Pustaka, 1983.
Ja’far al-hadar, Hussein. Menyegarkan Islam Kita, dari Ibrahim Sampai Hawking,
Dari Adam Hingga Era Digital. PT. Gramedia Jakarta. 2014.
Khalil, Ahmad. Merengkuh Bahagia : Dialog Al-Quran, Tasawuf dan Psikologi,
Malang : UIN Malang Press. 2007.
Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,
Jakarta : Golo Riwu, 2000.
Littlejohn & Karen A Foss. Stephen W. Teori Komunikasi: Theories of Human
Communication (edisi: 9). Jakarta: Salemba Humanika. 2012.
88
Morisson, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa, (Jakarta:. Kencana, 2013),
Cet ke-1
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004, Cet ke- 4.
Mulyana, Imam. Mengupas Konsep Strategi, Teori dan Praktek, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. 1992, cet ke-1.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2006.
PB, Triton. Managemen Strategi Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007.
Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi ketiga Jakarta: Balai pustaka. 2005.
Qadir Isa, Syaikh Abdul. Hakekat Tasawuf, Jakarta : Qisti Press, 2005.
Rachmiatie, Atie. Radio Komunitas: Eskalasi Demokratisasi Komunikasi
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), Cet-1.
Ridha Aida, Liberalisme dan Komunitarianisme, Konsep tentang Individu dan
Komunitas, Demokrasi Vol. IV. Tahun 2005.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013).
Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi kampanye Public Relations, (jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005).
Sevilla, Consuelo G. dkk, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit
Unversitas Indonesia-UI Press, 1993.
Sholihin, M & Rasyid Anwar, Akhlak Tasawuf, Manusia, Etika dan Makna Hidup
Penerbit Nuansa. Bandung : 2005.
Sholikhin, Muhammad. Sufi Modern, Mewujudkan Kebahagiaan, Menghilangkan
Keterasingan. Jakarta : PT. Elex Media Komputerindo, 2013.
Solihin, M. Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia, 2011.
Suyuti, Ahmad. Percik-Percik Kesufian, Bandung : Penerbit Pustaka Hidayah,
2002.
89
Syamsun, Ni’am. Tasawuf Studies: pengantar belajar tasawuf. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014.
Toriquddin, Moh. Sekularitas Tasawuf, Membumikan Tasawuf dalam Dunia
Modern. Malang : UIN-Malang Press. 2008.
Uchjana Effendi, Onong. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. 1992, cet ke-1.
___. Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), cet.
ke-1.
___. Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Usman Ismail, Asep. Tasawuf Menjawab Tantangan Global. Jakarta: Trans
Pustaka, 2012.
LAMPIRAN
BERITA ACARA WAWANCARA
Narasumber : Ust. Muchsin Mulaela.
Jabatan : Ketua dan pengelola Cafe Rumi Jakarta
Tanggal/Waktu : 20 Maret 2017/ 20.00 WIB-Selesai.
Lokasi : Cafe Rumi Jakarta
1. Apakah yang menyebabkan banyak masyarakat, dalam hal ini
masyarakat Jakarta, banyak mengalami problematika ditengah
zaman modern?
Jika melihat konteks zaman modern, terjadi problematika, sehingga
masyarakat di dorong untuk menjadi konsumerisme, yang mengarahkan
pada sikap hedonisme, perkembangan industrialisasi dan tekhnologi
menampilkan pergeseran pola nilai-nilai kemanusiaan bahkan merambah
ke nilai spiritual, sehingga mereka meresa gelisah, resah, ditambah pula
dengan harga bahan pokok melonjak naik, yang menimbukan banyak
kebutuhan masyarakat yang tidak terpenuhi, persaingan dunia kerja, sibuk
nya aktifitas di Jakarta. Tingkat stess yang tinggi dijalan raya, kemacetan,
menimbulkan sikap arogansi, tidak mau mengalah, saling serobot,
kemudian persaingan bisnis yang menghalalkan segala cara, pelayanan
kota yang masih buruk, status yang sama dalam hukum, ketimpangan
sosial. Banyak pula yang cuek terhadap lingkungan, sehingga tindakan
yang amoral seperti itu, membuat penyakit hati dan jiwa yang tidak
tentram.
2. Probematika yang terjadi di masyarakat Jakarta karena semakin
terkikisnya nilai-nilai spiritual, lalu apakah mereka ingin kembali
menumbuhkan jiwa spiritualitas diri dalam menghadapi arus
modernitas?
Persoalan besar yang muncul ditengah-tengah umat manusia khusunya di
Jakarta sekarang ini adalah krisis spiritualitas. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dominasi rasionalisme, empirisme,
melahirkaaan sikap konsemrisme dan hedonisme, ternyata membawa
warga Jakarta kepada kehidupan modern dimana menjadikan sekuralisme
menjadi mentalitas zaman. Sekalipun krisis spiritual Bahkan hilang dari
pedoman hidup menjadi ciri peradaban masyarakat Jakarta, dan
masyarakat Islam tetap menyimpan potensi untuk menghindari krisis
tersebut.
3. Apakah jika dikenalkan sesuatu yang bersifat agamis, terlebih
sifatnya sesuatu hal yang agamis itu merupakan hal baru bagi
mereka, apakah mereka mudah menerimannya?
Selama ini, mayoritas di negeri ini, memamahi Islam hanya sebatas
formalitas belaka, artinya sejak ia kecil hingga dewasa, menjalankan
syariat hanya sebatas formalitas, namun mengenai aspek batinnya tidak
pernah diperhatikan dan di sentuh. Misalnya sholat yang harus memahami
dan merseapi esensinya, sehingga terhimpun dalam syariat, dan
seharusnya syariat dan tasawuf merupakan dua sayap yang tak bisa
terpisahkan.
4. apa saja alasan atau pertimbangan Cafe Rumi Jakarta menerapkan
konsep komunikasi sufistik atau tasawuf bagi masyarakat perkotaan,
terlebih di Jakarta?
Mengacu terhadap persoalan yang terjadi bagi masyarakat Jakarta, yang
sudah lelah diikenalkan tentang syariat yang itu-itu saja, banyak yang
menjalani syariat tanpa makna, sehingga tasawuf perlu ditanamkan bagi
masyarakat Jakarta, agar dimensi batin nya pun bisa tersentuh, berkaca
pada penjelasan diatas, tingkat stressing yang tinggi, menimbukan banyak
problematika. Oleh karena nya tasawuf merupakan jawaban atas kegelisan
itu, Namun kami tidak hanya menanamkan tasawuf, tetapi kami juga
mensinergikan dua hubungan yang bersifat fiqih dan tasawuf, seperti
misalnya kajian sufi yang biasa kami dilakukan, yang menjelaskan aspek
syariat dan tasawuf. Sehingga baik fiqih dan tasawuf dua komponen ini
sama-sama penting dan saling berkaitan pada dasarnya.
5. Mengapa memilih di tengah perkotaan, apakah kondisi cara
beragama orang kota dan desa berbeda?
Dalam mengukurnya, mengenai penerapan tasawuf di desa dan kota
berbada, pada dasarnya, hal itu mengacu pada probematika masyarakat
perkotaan. Sehingga masyarakat perkotaan lebih membutuhkan tasawuf.
Sebaliknya jika melihat konteks di desa, mereka cenderung menjalani
hidup lebih rentan mengalami stress yang rendah, kehidupan mereka yang
dekat dengan alam, menjalakan cinta yang menyeluruh, misalnya orang
desa lebih terbuka pada hal apapun, berbeda dengan kondisi diperkotaan
yang terkotak-kotakan, banyak memunculkan gesekan-gesekan dalam
ruang lingkup masyarakat kota itu sendiri. Sehingga di kota diperlukan
tasawuf yang lebih menyentuh.
6. Mengapa menggunakan istilah terminologi “Cafe”, apakah hal
demikian merupakan salah satu strategi dakwah Cafe Rumi untuk
menarik jamaah? Dan apakah mereka sendiri yang ingin mencari
ketenangan karna mengalami kehampaan atas keadaan jiwanya?
Ya, jika kita melihat manusia itu ada dua unsur, jasmani dan rohani, dalam
perspektif jasmaniah ada dua hal makan dan minum, namun bukan halnya
jasmani, dari aspek rohani atau batin kita pun perlu makan dan minum,
artinya, batin kita yang mengalami kekeringan dan kelaparan sehingga
memunculkan penyakit hati, dan salah satu solusinya dengan menanamkan
nilai-nilai tasawuf tersebut.
7. Apakah cara berdakwah dengan mengadopsi istilah “Cafe”
merupakan pendekatan yang efektif?
Jika berbicara masalah efektif atau tidaknya, kami memberikan satu
alternatif bagi masyarakat Jakarta, melihat tingkat stressing yang tinggi,
kemudian kejumudan-kejumudan yang terjadi. dalam konteks kekinian,
Cafe adalah sebuah tempat yang identik dengan tempat menghabiskan
waktu berjam-jam, selain itu hal ini bisa menjadi strategi dakwah dengan
melihat sasarannya dari warga Jakarta yg banyak memahami tentang
fungsi Cafe tersebut, atau sering nongkrong, sehingga hal ini yang
membuat kami menerepkannya. Dan akhirnya banyak pula yang datang ke
Cafe Rumi, walaupun begitu, disini tidak ada paksaan untuk mengikuti
kegiatan kami, kecuali bagi mereka yang merasa penasaran atau
merupakan para pencari pasti akan datang kembali ke Cafe Rumi Jakarta.
8. Dalam kegiatan Cafe Rumi seperti dzikir sufi yang dilakukan di Cafe
dalam tanda kutip seperti dzikir, sholawat yang berbalut tarian sufi,
apakah memunculkan asumsi hal demikian dianggap sesuatu yang
menyimpang bagi mereka, lalu bagaimana menjelaskannya?
Dahulu iya, banyak memunculkan asumsi atau stigma negatif, karena
kehadiran tari sufi misalnya, pernah dianggap menyimpang oleh beberapa
orang-orang yang anti tasawuf, atau orang-orang yang belum mengerti
ensensi dari tarian itu, namun sering perkembangan zaman, kami lakukan
pendekatan-pendekatan yang bersifat kultural, pendekatan dialog,
sehingga kami sering tampilkan dimana-mana, stigma negatif itu mulai
hilang, dan banyak masyarakat yang mengerti bahwa tarian itu
menghantarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga
banyak juga yang mencari tau untuk datang ke Cafe Rumi.
9. Visi Cafe Rumi, menjadikan agama Islam sebagai agama rahmatan lil
alamin melalui kecintaan kepada Allah, Nabi Muhammad, manusia
dan alam, yang terhimpun dalam nilai-nilai tasawuf, bagaimana
membangun hubungan itu?
Pada dasarnya dalam hal ini merupakan pola segi tiga, dimana Allah
merupakan puncaknya. Sehingga dalam membangun kualitas dengan
Allah, akan melahirkan kualitas hubungan dengan manusia dan alam akan
baik. Jadi dari ketiga hal tersebut tidak di pandang sebagai parsial namun
harus integral. Jika dalam matematika ada X dan Y, sehingga dari dua hal
tersebut memberikan gambaran akan terjalinnya dua hubungan yang akan
melahirkan hubungan dengan penuh harmonisasi. Sehingga hal ini
merupakan implementasi dari membangun hubungan ketiganya, dalam
menginternasisaikan nilai-nilai tasawuf.
10. Apakah Syeikh Hisyam Kabbani, memberikan pedoman dalam
berdakwah untuk mengajak masyarakat perkotaan (Jakarta)?
Ya, banyak pedoman yang dilakukan oleh syekh Hisyam, baik
hubungannya dengan Allah, manusia dan alam, artinya, dalam ketiga hal
tersebut harus memiliki keseimbangan. Tidak berhenti pada hal personal
saja, walaupun Allah merupakan dimensi puncaknya. Dalam bimbingan
yang dilakukan Syekh Hisyam, karena diharuskan mengenal marifatus
syeikh, sehingga syekh itu mengenalkan kita kepada Rasulullah, dan
Rasulullah mengenalkan kita kepada Allah.
11. Selain melakukan komunikasi atau dakwah disini, apakah Cafe Rumi
di dunia luar juga melakukan aktivitas serrupa, dengan mengenalkan
nilai-nilai tasawuf terhadap masyarakat luas?
Tidak, dalam berdakwah kami melakukannya bukan hanya disini Cafe
Rumi, namun kami juga mengenalkan nilai-nilai tasawuf kepada
masyarakat luas, seperti tari sufi yang kami hadir dan tampilkan di pusat-
pusat pembelanjaan, instansi pemerintahan, majelis tal’im dan dzikir,
media massa, kemudian acara-acara yang berbalut pernikahan, musik,
ataupun di tempat-tempat wisata. Dengan harapan masyarakat luas yang
belum tersentuh hatinya, memahami esensi akan ajaran tasawuf yang
penuh keindahan.
12. Seperti apa latarbelakang masyarakat yang datang ke Cafe Rumi
Jakarta, bagaimana cara pendekatannya, apakah dari masing-masing
latarbelakang mempunyai strategi khusus?
Banyak latar belakang yang hadir, mulai dari pengusaha, orang
perkantoran, publik figur, maupun kalangan anak-anak muda, pada
dasarnya sama yang kita kenalkan yakni ajarannya nilai-nilai tasawuf itu
sendiri, hanya saja pendekatan dari masing-masing latar belakang itu yang
sedikit agak berbeda, bagaimana bersikap dan merangkulnya atau
memberi arahannya.
13. Dalam sebuah lembaga, atau organisasi maupun komunitas pasti
mempunyai tujuan yang ingin di capai, melihat hal itu, Sejak berdiri
hingga sekarang, Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan
Cafe Rumi Jakarta kepada masyarakat?
Dalam melakukan strategi, kami melakukan proses mengindentifikasi
komunikan atau sasaran dakwah melihat konteks di Jakarta yang
kompleks, sehingga di dalamnya ada metode yang kami terapkan, melalui
ajaran cinta dalam pandangan tasawuf, yang dilakukan Cafe Rumi Jakarta
mengikuti guru atau mursyid, tarekat naqsabandiyah yang kami jalani,
seperti halnya mursyid kami selalu mengajarkan kepada masyarakat tidak
pada Islamnya dulu, artinya banyak masyarakat yang sudah bosan
menjalankan syariat hanya sebatas formalitas tadi, misalnya, orang
perkotaan cenderung sudah malas ngaji, karena malu, gengsi, sehingga
pendekatan-pendekatannya yang dilakukan melalui ajaran cinta dan
keindahan Islam yang lainnya, jika cinta sudah hadir, seperti keindahan-
keindahan ajaran Nabi, menjelaskan keindahan-keindahan lain dalam
Islam, sehingga akan melahirkan sebuah pemahaman Islam dengan penuh
cinta, yang menyeluruh melalui metode dan bimbingan dari Syekh Hisyam
Kabbani. Kemudian kehadiran tekhnologi saat ini, merupakan senjata
dalam merangkul masyarakat, sehingga kami memanfaatkan media
komunikasi tersebut.
14. Lalu, bagaimana bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan Cafe
Rumi di masyarakat Jakarta?
Sebenarnya, satiap para pencari atau manusia itu mempunyai keinginan,
namun pada hakikatnya tidak bisa ditangkap oleh beberapa ulama yang
mengajarkan Islam sejak kecil, sehingga banyak masyarakat perkotaan
sudah bosan dalam tanda petik, menjalankan syariatnya tidak diresapi atau
menumbuhkan jiwa spiritual diri, bagi warga Jakarta yang mengalami
probematika itu. Sehingga dalam pendekataan dakwah kami, kami
kenalkan banyak hal, mulai dari zikir, tari sufi, kajian sufistik, dan
kegiatan-kegitan yang lain, yang sejak dulu tidak pernah mengelami akan
hal-hal demikian. Sehingga mereka merasakan sesuatu hal yang baru, yang
perasaan jiwa hatinya lebih tentram, lebih arif, lebih bijaksana, dan
mempunyai tujuan agar mereka bisa juga mengekspresikan rasa cintanya
baik kaitannya kepada Allah, manusia dan alam. Hal ini merupakan proses
bentuk-bentuk komunikasi dalam berdakwah yang kami tawarkans, agar
menarik mereka masyarakat perkotaan.
15. Sejauh ini, apa saja faktor pendukung dalam melakukaan strategi
komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf di masyarakat
perkotaan?
Mengenai faktor pendukungnya, kehadiran Cafe Rumi didukung oleh
beberapa pengusaha yang memang merupakan bagian pendiri dari Cafe
Rumi itu sendiri, kemudian para ulama, seperti syekh Hisyam Kabbani,
yang juga menjadi mursyid kami, selain itu juga ketelibatan kita di Jatman
dengan Nahdatul Ulama, yang membangun sikap aktif dan terbuka.
Karena banyak komunitas sufi ditengah kota yang cenderung tertutup.
Sehingga kami bersinergi dalam menanamkan nilai-nilai tasawuf bersama
dengan jaringan NU, sehingga kita membangun jaringan kepada
masyarakat Jakarta yang populasinya banyak. Kerja sama antar tarekat,
seperti Tarekat Naqsabandiyah Qadariah, terkadang sering mengundang
kami, untuk tari sufi di masyarakat luas secara bersama. Kehadiran media
sosial, Selain itu ketika kami tampil di media massa, banyak memberikan
faktor faktor pendukung dalam menanamkan nilai tasawuf di masyarakat
perkotaan. Sehingga memudahkan dalam menyampaikan dakwah kami
kepada masyarakat Jakarta.
16. Lalu bagaimana dengan faktor penghambatnya?
Mengenai faktor penghambat. banyak mengalami hambatan, yakni
banyaknya orang-orang yang memusuhi, atau kelompok yang anti tasawuf,
kebanyakan mereka melakukan tindakan massif, dengan memberikan
pemahaman kepada masyarakat luas mengenai tasawuf dengan stigma
buruk. Selain itu, Faktor selanjutnya, mengenai pemahaman mengenai
dasar keislaman tentang tasawuf, banyak pula yang kurang memahami,
sehingga memunculkan kesalahan persepsi, yang cenderung menganggap
bahwa tasawuf tidak penting. Kemudian dari segi internal kita, banyak
yang memiliki pekerjaan di luar Cafe Rumi, yang terkadang dalam
melaksanakan kegiatan tidak berjalan optimal.
BERITA ACARA WAWANCARA
Narasumber : Ust. Muhammad Nur Jabir. MA.
Jabatan : Direktur Rumi Institute Jakarta (Ahli Tasawuf)
Tanggal/Waktu : 16 Maret 2017/ 20.00 WIB-Selesai.
Lokasi : Rumi Istitute Jakarta
1. Sejauh Mana Posisi Tasawuf dalam Agama Islam?
Dalam setiap agama itu membawa jalan batin, baik dalam agama Yahudi
(Kabbala), Nasrani (mistisme) maupun Islam (tasawuf), sehingga yang
berkaitan dengan agama pasti memasuki atau membawa hal batin, jadi
posisinya berkaitan dengan aspek batin dalam setiap agama, dalam
keseluruhan agama pada dasarnya berbicara tiga hal, yakni berbicara
mengenai masalah hukum, kemudian berbicara mengenai pemaknaan atau
filosofi, dan berbicara masalah batin, yakni hal demikian adalah wilayah
tasawuf. Wilayah tasawuf dalam agama Islam adalah poros agama Islam,
memberikan sumbangsih dalam pembangunan Akhlak etika dalam
kehidupan secara lahir batin.
2. Dalam tasawuf apakah tarekat itu?
Pada dasarnya dalam bertasawuf membangun hubungan antara mursyid
dan murid, dan mengenai tarekat adalah institusi yang dibuat untuk
mencirikan dari seorang mursyid, seperti misalnya, Syekh Abdul Qadir
Jailani, yang memaknai tarekatnya dengan tarekat Qadariyah, dan lain
sebagainya. Sehingga dalam tarekat merupakan bimbingan langsung yang
menuju kepada Allah sesuai dengan arahan dari mursyidnya dengan
memberikan jalannya.
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tarekat yang
berasal dari Syaidina Ali bin Abi Thalib maupun Syaidina Abu Bakar
Shidiq?
Pada dasarnya tidak ada yang berbeda baik yang berasal dari Abu Bakar
dan Ali, karena silsilah itu berdasarkan kepada gurunya, dan mengenai
risalahnya hakikatnya memiliki kesamaan yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW, sehingga yang membedakan hanya sebatas metode
yang disampaikan, artinya dari masing-masing tarekat mempunyai
metode-metodenya sendiri.
4. Apakah pola hubungan antara Allah, manusia dan alam, merupakan
bentuk dari segi aksiologi atau nilai-nilai yang terkandung dalam
tasawuf?
Ya, dalam tasawuf adalah dasarnya merupakan dimensi esotetik atau batin
yang pada akhirnya akan terhimpun dalam memberikan suatu nilai,
hubungan itu akan terbangun secara kongket dengan saling mengokohkan
nilai ketuhanan yang berimplikasi kepada manusia dan alam, ketiga
hubungan tersebut melahirkan sebuah dimensi yang secara lengkap dan
tidak terpisah. Sehingga dari semua itu terhimpun dalam nilai-nilai
tasawuf.
5. Apakah perbedaan komunitas sufi dengan majelis ta’lim atau majelis
dzikir, apakah secara umum mesyarakat mengetahui komunitas sufi?
Komunitas sufi merupakan sebuah ranah wadah bagi para pencari dan
pejalan dalam aspek batinah atau dimensi esoterik dalam tasawuf.
Kemudian mengenai majelis talim ranahnya berbicara mengenai
keseharian atau syariat. Sehingga terjadi kontrasepsi, artinya banyak orang
yang cenderung meninjau kembali apakah hal demikian merupakan ajaran
Islam yang baik (tasawuf), kebanyakan dari kita, umat itu senang dengan
“suapin” dalam majelis ta’lim setelah itu selesai bubar, tetapi dalam ranah
komunitas sufi, terjadi sebuah bentuk dialog karena dibawa diluar dunia
keseharian, artinya memasuki aspek batin, yang membutuhkan penjelasan
yang berbeda dengan bahasa majelis ta’lim. Maka menimbulkan hal
negatif tentang tasawuf.
6. Saat ini, mengapa komunitas-komunitas sufi, banyak muncul
ditengah-tengah pusat perkotaan?
Dunia perkotaan sedang mengalami gejolak yang kian mengalami
kejumudan, kian berkonflik, mereka sudah lelah dalam dunia kerja,
sehingga mengalami stress, kemudian banyak hal sumbangsih sufistik di
perkotaan, sufi mengisi kekosongan dan kelelahan yang terjadi di
masyarakat perkotaan, komunitas sufi bisa diartikan sebagai pelarian,
dalam arti pelarian untuk mencari ketenangan, tasawuf pula bisa menjadi
solusi terhadap radikalisme, artinya selama ini, terjebak dalam kontekstual
radikalisme agama, sehingga pada dasarnya masyarakat kota memerlukan
alternatif yang menerpa probematika bagi batinnya, sehingga dapat digaris
bawahi bahwa lebih mengarahkan untuk mencari pemaknaan atau jati diri.
7. Kehadiran komunitas sufi di tengah pusat perkotaan, apakah
merupakan dakwah gaya baru dalam perkembangan ajaran Islam?
Ya, hal ini merupakan dakwah gaya baru, dalam kehidupan masyarakat
kota yang mengalami berbagai macam persoalan, selain itu, komunitas-
komunitas itu memberikan pemahaman melalui buku-buku sufi yang di
jual di toko buku, karena jika kita berkunjung ke toko-toko buku dan
mencoba mengamati jenis buku yang paling laris, maka akan kita dapati
buku psikologi, spiritualitas, persoalan innerself dan masalah hati atau
batiniah.
8. Selama ini, apakah kebanyakan masyarakat perkotaan mengetahui
maksud dari kehadiran komunitas-komunitas sufi di tengah pusat
perkotaan?
Jika melihat secara analitis, ada dua hal dalam memberikan pemahamaan
terhadap hal ini, pertama, masyarakat kota yang aktif religius, artinya
dalam keseharian selalu aktif dalam melakukan segala aktifitas besifat
religius, yang bisa membatasi masalah dirinya, orang lain dan
lingkungannya, sehingga mereka banyak mengetahui, kehadiran
komunitas sufi tersebut, kedua, antapatif religius, artinya kalangan mereka
tidak terlalu memahami kehadiran urban sufisme, karena cenderung hanya
memikirkan pribadinya saja dan cenderung cuek akan keberadaan di
sekitarnya.
9. Bagaimana menurut anda mengenai kehadiran salah satu komunitas
sufi yakni Cafe Rumi Jakarta di Kota Jakarta?
Banyaknya komunitas sufi yang memberikan sentuhan dalam bertasawuf
bagi kalangan perkotaan, khususnya di Jakarta. kehadiran Cafe Rumi
merupakan salah satu solusi sebagai wadah bagi mereka yang mau
memahami ajaran Islam dengan rasa cinta, sehingga kelas-kelas sufistik
seperti Cafe Rumi banyak diminati, yang juga dengan bimbingan
mursyidnya, Syekh Hisyam, beliau merupakan sufi yang ajarannya penuh
kelembutan. mereka pun mengembangkan tari sufi yang berasal dari
Rumi, seperti disini, artinya kehadiran mereka juga merupakan wadah bagi
masyarakat Jakarta yang resah, lelah dengan kehidupan kota, selain itu
mereka juga membangun bentuk pendidikan tasawuf yang relatif mudah di
pahami di Jakarta. Hal itu pun mengatisipasi jegolak yang beragam dalam
kehidupan masyarakat Jakarta.
10. Komunitas Cafe Rumi Jakarta, dalam dakwahnya menanamkan
nilai-nilai tasawuf kepada masyarakat Jakarta, apakah metode yang
dikembangkan sesuai dengan kondisi yang sangat dibutuhkan
masyarakat Jakarta?
Iya sangat dibutuhkan, karna sumbangsih tasawuf mempunyai dampak
yang besar dalam berbagai hal, pertama, seperti mengisi kekosongan
fitrawi (kehampaan batin) kelelahan manusia, seperti yang terjadi di
Jakarta, karena identik dengan kota besar, dengan agenda yang sangat
sibuk, mempunyai berbagai macam aktifitas, sehingga kondisi yang
demikian itu membutuhkan sesuatu alternatif untuk merajut hidup, dan
mengembalikan rasa nilai-nilai kemanusiaan dan menumbuhkan kembali
jiwa spiritualitas mereka.
11. Apakah kehadiran Cafe Rumi Jakarta merupakan salah satu
kerinduan masyarakat akan wajah atau ajaran Islam yang penuh
keindahan dan kedamaian?
Banyak hal yang menjadi kerinduan akan wajah Islam yang penuh
kedamaian, dan hal itu merupakan salah satunya, hadirnya Cafe Rumi juga
salah satu cara untuk membangkitkan kembali nilai spiritualitas di
masyarakat. Selain itu saat ini, seperti halnya banyak buku-buku sufi yang
hadir ditengah-tengah toko pusat perkotaan, literatur tasawuf menjadi
menarik bagi masyarakat perkotaan yang sedang mengalami kehampaan
aspek batianiah mereka, sehingga mereka banyak mengetahui dari
knowledge mengenai tasawuf dan unsur-unsurnya.
12. Arus modernisasi, perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan
sebagainya, apakah banyak memunculkan probematika bagi manusia
ataupun masyarakat?
Arus modernsasi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada
hakikatnya dapat memberi berbagai kemudahan bagi manusia dalam
bekerja dan mengakses informasi tanpa batas. Namun, perkembangan
tersebut membuat manusia berpikir, dan bertindak mekanistis. Dampak
dari modernisasi adalah terjadinya pergolakan dan memunculkan
probelamatikam ideologi yang sulit dibendung seperti hedonisme,
konsumerisme dan materialisme. Demikian pula dalam masalah
kepercayan atau keyakinan dengan Tuhan, karena manusia lebih
mengutamakan hal-hal dunia yang sifatnya materialistis, individualistis
dan mekanistis, sehingga kepercayaan dan keyakinan dengan Tuhan
semakin berkurang dan bahkan sampai menjadi atheis. Dengan demikian,
terjadi pergeseran nilai manusia dan spiritual yang semakin mengakar,
mulai dari manusia dengan dirinya, manusia dengan manusia yang lain,
manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan.
13. Jika demikian, apakah kehadiran Cafe Rumi Jakarta merupakan
jawaban, sebagai Oase atau petunjuk terhadap kegagalan
modernisme yang kehadirannya hanya meninggalkan kegersangan
nilai-nilai spiritual?
Jika berbicara modernitas, kompleksnya merupakan sebuah diskursus dari
dunia barat, dan kita hanya mendapatkan sampah-sampah modernitas yang
berasal dari, sehingga hadirnya tasawuf melahirkan sebuah jawaban untuk
menjawab tantangan zaman, melihat modernitas menimbulkan
probematika masyarakat yang tak terbendung, oleh karenanya tasawuf
adalah jembatan yang mampu memberi sentuhan dalam mengobati
kegersangan nilai-nilai spiritual.
14. Banyak jalan menuju Tuhan, salah satunya tasawuf, yang juga
dikembangkan Cafe Rumi dengan menggunakan melalui jalan cinta,
apakah hal demikian merupakan jalan yang kongkret?
Dalam tasawuf, memang pada dasarnya berbicara mengenai makna cinta,
walaupun cinta merupakan sesuatu dimensi yang bersifat abstrak, namun
sesuatu yang abstrak itu melahirkan cinta yang tidak ada batas, sehingga
dalam membangun hubungan dengan Allah itu harus di dasari dengan
cinta, karena hal ini merupakan tahapan atau tangga bagi para sufi untuk
mengenal Allah. Bagi para pejalan pasti akan mengalami fase tangga-
tangga itu, sehingga peran cinta itu akan melahirkan harmonisasi yang
indah, Hal demikian pula yang dilakukan Cafe Rumi. mereka belajar pula
dari sosok Rumi, yang menjelaskan rasa cintanya kepada Allah dengan
melakukan tarian atau syair-syair puisinya. Karena tari itu adalah simbol
cinta kepada Allah.
15. Mursyid dari Cafe Rumi yakni Syeikh Hisyam Kabbani, apakah
sosok beliau mempunyai pengaruh kuat bagi masyarakat perkotaan,
khususnya di Jakarta?
Syekh Hisyam merupakan ulama besar dunia, Ulama yang mengajarkan
Islam hampir di seluruh pelosok dunia, termasuk Asia Tenggara, seperti
Singapura, Malaysia, Brunei Darusallam dan Indonesia, banyak
sumbangsih yang diberikan, bagi masyarakat perkotaan, seperti di Jakarta,
Syekh Hisyam banyak memberikan sumbangsih atau mempunyai sesuatu
hal dakwah yang universal dalam konteks perkembangan syiar Islam.
16. Sejauh mana manfaat menanamkan nilai-nilai tasawuf dalam konteks
kehidupan modern, terlebih konteks ini dalam kehidupan Jakarta?
Manfaat terbesarnya adalah pemaknaan, dalam tasawuf memberikan
sesuatu makna-makna baru dalam kehidupan, makna yang ditemukan dari
sesuatu yang baru dan berharga dalam menjalani kehidupan dunia yang
tidak kekal ini. Tasawuf juga membangun nilai-nilai spitualitas yang
sempat hilang dari manusia, karena tergerus oleh hawa nafsu dan egonya.
Selain itu juga juga membangun jiwa, agar lebih optimis, percaya diri,
dengan pondasi akhak yang kuat.
s
BERITA ACARA WAWANCARA
Narasumber : Surya Ari Wibowo
Jabatan : Jamaah Cafe Rumi Jakarta
Tanggal/Waktu : 20 Maret 2017/ 20.00 WIB-Selesai.
Lokasi : Cafe Rumi Jakarta
1. Apa yang melatarbelakangi anda mengikuti, bergabung atau ingin
ikut berpartisipasi dengan Komunitas Cafe Rumi Jakarta?
Pada dasarnya saya berasal dari Terminal (pengamen), saya berasal dari
jalanan, yang melatarbelakangi yakni sebenarnya “di beri” dalam arti tidak
terlintas cita-cita mengenal perkumpulan seperti ini. Namun memang saya
menyukai atau senang dalam membahas urusan hati atau jiwa, karena
melihat banyak problem yang dialami, sehingga saya menyukai hal-hal
yang membahas diri, tafakur yang di ajarkan di Naqsabandy ini.
2. Dari mana anda mengetahui Komunitas Cafe Rumi Jakarta dan
Sejak kapan anda bergabung dengan komunitas ini?
Saya mengikuti Perkumpulan ini sejak awal terbentuknya Cafe Rumi,
berawal dari ajakan teman yang mengikuti perkumpulan sufi ini, yakni di
Tahun 2008. Saat itu saya mengenal mawlana Syekh Hisyam dan mulai
mengikutinya.
3. Apakah anda sebelumnya pernah mengikuti perkumpulan komunitas
sufi seperti ini, lalu bagaimana kondisi anda sebelum mengenal
komunitas Cafe Rumi Jakarta?
Saya tidak pernah mengikuti perkumpulan seperti ini, mengenai kondisi
dulu, saya merasakan kegelisahan dalam diri, saya merasakan bukan hidup
yang sebenarnya, saya mencari kerja kesana kesini memunculkan banyak
masalah, seringkali saya berkelahi, ya hidup di jalanan seperti itu.
Sehingga melalui Cafe Rumi saya banyak menemukan sesuatu hal
ketenangan yang saya cari.
4. Sejauh mana anda mengetahui tentang ilmu tasawuf?
Saya tidak mengetahui mengenai tasawuf pada dasarnya, saya
mengetahuinya hanya sebatas bagaimana cara hati untuk ketenangan,
sehingga semakin saya pelajari mengenai tasawuf, banyak mengetahui
seperti halnya, tujuan hidup ini untuk apa dan mau seperti apa, walaupun
terkadang saat dalam kondisi yang terpuruk atau terjatuh, kita bisa
mengembalikan kembali jiwa spiritualitas, sehingga kita mengetahui
esensi dari tujuan hidup ini. Melihat konteks seluruh kehidupan dunia,
pembicaraan tidak jauh yakni membahas mengenai kemampuan, kebisaan,
kepemilikan. Namun pada dasarnya kita menuhankan Ego diri sendiri
yang membahayakan, sehingga menimbulkan rasa kecewa, gelisah dan
lain sebagainya. Karena penampaiannya yang dicari tidak ditemukan,
tetapi hanya menghancurkan kesenangan kita.
5. Dalam tasawuf cenderung menggunakan dimensi batiniah, atau
esoterik dalam Islam, apakah anda mengetahui hal demikian?
Iya, seperti yang dijelaskan diatas, awalnya saya tidak banyak mengetahui
mengenai tasawuf, namun seiring berjalannya waktu saya banyak
menemukan dalam tasawuf yang menjelaskan mengenai kondisi batiniah
atau esoterik dalam Islam.
6. Kehadiran ajaran yang penuh kedamaian dalam ajaran Islam yang di
dambakan banyak masyarakat di tengah zaman modern, apakah
termasuk anda merindukan hal demikian?
Iya, saya salah satu yang merindukan ajaran yang penuh kelembutan,
kedamaian, seperti Cafe Rumi ini, melalui metode yang Mawlana Syekh
Hisyam ajarkan menyentuh hati saya, untuk mengikuti jalan ini.
7. Apakah sebelumnya anda mengikuti majelis ta’lim atau majelis dzikir
di Jakarta?
Melihat masa kelam saya yang berasal dari jalanan, saya tidak pernah
mengikuti majelis ta’lim maupun majelis dzikir. Saat itu hidup saya hanya
untuk mencari uang di Jakarta
8. Kehadiran Cafe Rumi di Jakarta, apakah sudah sesuai dan
dibutuhkan bagi masyarakat kota?
Saya kira bukan hanya masyarakat perkotaan seperti di Jakarta, namun hal
ini harus di kaji dan diaplikasikan untuk seluruh manusia, Karena
berbicara masalah konteks zaman kekinian, banyak menimbukan gejolak
yang banyak mengganggu kondisi jiwa sehingga melahirkan
ketidaknyamanan maupun kegelisahan dan kecemasan belaka. Namun
kembali lagi
9. Apakah anda jamaah aktif atau pasif di komunitas Cafe Rumi
Jakarta?
Alhamdulillah, saat ini saya masih aktif menjadi jamaah Cafe Rumi
Jakarta.
10. Apa yang menarik sehingga anda selalu hadir, dalam setiap kegiatan
yang dilakukan Cafe Rumi?
Cafe Rumi bagi saya seperti saya selalu merindukan sesuatu hal yang
berharga untuk saya, melalui bimbingan Mursyid saya untuk mengenal
dan mencintai Allah, selain itu, kajian seperti dzikir yang membuat hati
menjadi lebih tenang, lebih lagi dalam tari sufi, yang pada awalnya saya
banyak mempunyai pertanyaan mengenai tari ini, namun setelah saya
mencoba dan merasakan, hal itu ada sebuah rasa yang ditampilkan. Dan
saya semakin yakin untuk mencari hakikat cinta dalam tari itu.
11. Apakah anda selalu menerapkan atau mengamalkan ilmu yang
diajarkan dari Cafe Rumi?
Sejauh ini, Alhamdulillah melalui bimbingan Mawlana Syekh Hisyam
selalu saya melakukan dan perlahan mengamalkan apa yang telah di
ajarkan.
12. Secara hirarkis, perkumpulan sufi biasanya memiliki tarekat, tak
terkecuali Cafe Rumi Jakarta, apakah anda sebelumnya mengatahui
akan hal demikian?
Mengenai tarekat pada dasarnya, saya tidak mengetahuinya, namun saat di
Cafe Rumi saya baru mengetahuinya dan mengikuti maupun
mengamalkannya.
13. Apakah sebelumnya ada mempunyai guru spiritual?
Saya tidak pernah mempunyai guru spiritual, baik habaib, maupun Kyai,
maupun ustad-ustad, saya hanya mempunyai guru spiritual saat mengikuti
majelis komunitas ini, yakni Mawlana Syekh Hisyam Kabbani.
14. Apakah yang menjadi pedoman anda untuk mengikuti jalan tarekat
ini, dan siapa yang menjadi panutan di Cafe Rumi Jakarta?
Dalam tarekat dikenal dengan istilah Mursyid dan Murid, dari kedua hal
demikian, dalam menjalakan proses tarekatnya melalui beberapa tahapan,
agar bisa mengikuti tarekat itu, namun dalam hal ini berbicara mengenai
“baiat”, yakni saat kita mengikuti jalan tarekat harus melakukan hal
demikian baiat antara murid dengan Mursyid. Sosok yang menjadi panutan
Syekh Hisyam Kabanni.
15. Apakah dalam pengembangan metode atau nilai-nilai tasawuf yang
dikembangkan Cafe Rumi sesuai dengan apa yang anda cari?
Dalam metode yang dikembangkan Cafe Rumi yang menyakut mengenai
pola hubungan dengan Allah, banyak memberikan pemahaman dan rasa
yang saya cari, salah satunya mengenai tari sufi, Alhamdulillah karena
ridhanya, saya bisa melakukan tarian itu, dan tidak mengalami pusing,
selain itu itu dzikir, yang membuat hati menjadi tenang. Hal demikian
merupakan pokok dan proses pendekatan diri kepada Allah, hal lain
seperti kegiatan makangratis. Yang juga membangun dan menjalin
silaturahmi antar sesama manusia dengan kepedulian. Dari hal-hal diatas
merupakan sesuatu hal yang membangun pola hubungan hablum minallah
dan hablum minanas, sehingga saya banyak bersyukur bisa hadir di Cafe
Rumi.
16. Sejauh mana manfaat yang anda peroleh terhadap nilai-nilai tasawuf
yang diajarkan di Cafe Rumi?
Banyak manfaat yang saya peroleh hingga saat ini, belajar banyak hal
mengenai tasawuf dan segala unsur-unsurnya, belajar dari segala sesuatu
yang tidak mengatasnamakan diri sendiri, namun orientasinya hanya
Allah, artinya tidak menduakan Allah. Selain itu melihat banyak hal kecil
yang menhancurkan hal besar yang telah saya lakukan, sehingga
menyadarkan saya untuk lebih arif terhadap sesuatu yang kita hadapkan,
dan lebih bijaksana dalam menjalani hidup.
Sejujurnya saya tidak memikirkan hal-hal yang akan terjadi kedepan, atau
sesuatu yang akan datang, namun saya hanya menyerahkan kepada Allah
melalui cinta saja. Dan Allah yang mengatur diri saya.
Dokumentasi
(Wawancara Bersama Ustadz Muchsin Mulaela – Pendiri dan Pengelola Cafe Rumi Jakarta)
(Wawancara Bersama Ustadz Muhammad Nur Jabir. MA – Pakar Ilmu Tasawuf
( Direktur Rumi Institute Jakarta)
(Wawancara Bersama Surya Ari Wibowo, salah satu jamaah Cafe Rumi Jakarta)