2012-11-19 makalah seminar steve mualim

12
SEMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nama : Steve Mualim NRP : P052100081 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Judul Penelitian : Analisis Cadangan Karbon sebagai Jasa Lanskap Padang Golf di Jabopunjur Komisi Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M. S. 2. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M. S. Bidang Ilmu : Ilmu Tumbuhan Hari/Tanggal : Senin, 19 November 2012 Waktu : 11.00-12.00 WIB Tempat : Ruang Seminar Tumbuhan FAPERTA

Upload: dedhsa

Post on 05-Aug-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

SEMINAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Nama : Steve Mualim

NRP : P052100081

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Judul Penelitian : Analisis Cadangan Karbon sebagai Jasa Lanskap

Padang Golf di Jabopunjur

Komisi Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M. S.

2. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M. S.

Bidang Ilmu : Ilmu Tumbuhan

Hari/Tanggal : Senin, 19 November 2012

Waktu : 11.00-12.00 WIB

Tempat : Ruang Seminar Tumbuhan FAPERTA

Page 2: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

1Bagian dari tesis, disampaikan pada Seminar Sekolah Pasca Sarjana IPB 2Mahasiswa S2 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPS IPB 3Staf Pengajar di Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor di Departemen Arsitektur

Lanskap 4Staf Pengajar di Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor di Departemen Agronomi dan

Hortikultura

ANALISIS CADANGAN KARBON SEBAGAI JASA LANSKAP

PADANG GOLF DI JABOPUNJUR1

Carbon Stock Analysis as Landscape Services of Golf Course in JABOPUNJUR

Steve Mualim2, Hadi Susilo Arifin

3, Sandra Arifin Aziz

4

Abstract

Golf courses as man made landscapes have an important contribution to ecosystem

dynamics, until now there is still little information about potential C-Stock from golf course.

The presence of vegetations in golf course that able to sequestrate the Carbon Dioxide. It’s

necessary for climate change mitigation in order to creating low Carbon as one of the

environmental services. This research was conducted at three location of golf courses, i.e

Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, and the Golf Pantai Indah Kapuk. Those study sites

were selected due to have different elevation, Cibodas Golf Park 1330 m above sea level (m

asl), Bogor Golf Club 230 m asl, The Golf Pantai Indah Kapuk 3 m asl respectively. The

objectives of this research are: 1) to analyse potential C-Stock in turfgrass, 2) to analyse

potential C-Stock of tree stands and 3) to analyse the structure composition and type of

vegetation. There are 42 sampling plots were scattered and observed at Cibodas Golf Park,

Bogor Golf Club, and The Golf Pantai Indah Kapuk. C-Stock estimation was calculated by

non-destructive sampling method using existing allometric equation. Based on the results

turfgrass contributes smaller C-Stock than tree stands on game area, only less than 25 % of

the total value from C-Stock in all golf courses. Turfgrass C-Stock increased following by

decreasing elevation 7530.26 kg/ha, 9531.36 kg/ha, and 10828.34 kg/ha in Cibodas Golf

Park, Bogor Golf Club, and the Golf Pantai Indah Kapuk respectively. On the other side, the

highest tree stands C-Stock was found in Bogor Golf Club 35931.42 kg/ha, following by the

Golf Pantai Indah Kapuk 23496.40 kg/ha, and Cibodas Golf Park 10332.97. According to

vegetation analysis showed the level of species diversity was medium at Cibodas Golf Park

(H’ = 2.73) and high at Bogor Golf Club (H’ = 4.19), and The Golf Pantai Indah Kapuk (H’

= 3). The difference of C-Stock in turfgrass and tree stands are strongly influenced by the

elevation, age and structure of the trees, as well as basal area of vegetation stands.

Keywords : allometric equation, environmental services, species diversity, tree stands,

turfgrass

PENDAHULUAN

Peran ekosistem daratan khususnya ruang hijau terbuka perkotaan dalam siklus karbon

merupakan topik yang menarik bagi peneliti dan pembuat kebijakan lingkungan. Berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri no 1 tahun 2007, yang dimaksud dengan Ruang Terbuka

Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan

perkotaan dengan luas minimal 20 % yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung

manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika (DEPDAGRI, 2012). Permasalahan

yang terjadi saat ini terkait erat dengan perubahan penutupan dan penggunaan lahan.

Persatuan Golf Indonesia (2011) menyatakan terdapat 53 klub golf yang berada di kawasan

Jakarta, Bogor, Puncak, dan Cianjur. Pembangunan lapangan golf dari tahun ke tahun yang

Page 3: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

cenderung meningkat mengakibatkan komunitas pencinta golf dikaitkan dengan dampak

lingkungan negatif yang timbul dari lapangan golf (Terman, 1997).

Perubahan penutupan dan penggunaan lahan berdampak pada keberadaan vegetasi.

Selain dari sisi estetika manfaat ekologis dari keberadaan vegetasi pada tingkat pohon di suatu

lanskap yang saat ini menjadi perhatian banyak orang adalah sebagai pengendali iklim terkait

dengan penyerapan karbondioksida melalui proses fotosintesis. Pendugaan karbon baik dari

sink maupun source yang menghasilkan gas rumah kaca (GRK) merupakan salah satu cara

yang digunakan untuk mengurangi emisi akibat dampak lingkungan global. Penurunan gas

rumah kaca di atmosfer seperti CO₂ tidak hanya dilakukan dengan menurunkan emisi, tetapi

perlu diiringi dengan peningkatan penyerapan GRK (Valenti, 2010).

Padang golf dengan penataan lingkungan sebagai lanskap buatan dan habitat satwa liar

dapat juga menjadikan lapangan golf sebagai zona penyangga (buffer) antara daerah perkotaan

dan pedesaan yang menarik secara visual bagi para pemain golf. Arifin dan Nakagoshi (2011)

menambahkan ruang terbuka hijau di perkotaan merupakan lanskap potensial untuk

konservasi biodiversitas ketika ditopang oleh jaringan ekologi yang baik.

Peran vegetasi dalam kaitannya dengan penyerapan karbon merupakan salah satu jasa

lingkungan yang potensial untuk dikembangkan untuk mendukung sebuah harmonisasi

pembanguan yang berkelanjutan pada lanskap padang golf. Terlepas dari berbagai isu

lingkungan yang ditimbulkan dengan pembangunan lapangan golf seperti alih fungsi dan

perubahan penutupan lahan, diperlukan penelitian yang lebih mendalam dan oleh karena itu

penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis C-Stock pada rumput golf, 2) menganalisis C-

Stock pada tegakan, dan 3) menganalisis keanekaragaman jenis dan struktur tegakan di

padang golf.

2

Page 4: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat

6044’18.34” LS dan 107

000’13.49” BT pada ketinggian 1339 m di atas permukaan laut (m

dpl), Bogor Golf Club dengan koordinat 6035’04.58” LS dan 106

046’42.87” BT pada

ketinggian 230 m dpl, dan padang golf the Golf Pantai Indah Kapuk dengan koordinat

6006’48.18” LS dan 106

044’56.32” BT pada ketinggian 3 m dpl. Analisis biomassa dan kadar

karbon dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk analisis laboratorium penentuan kadar karbon rumput golf

adalah sampel rumput golf. Sedangkan alat yang digunakan antara lain timbangan kasar,

timbangan analitik, eksikator, oven, tanur, dan cawan aluminium.

Peralatan yang digunakan dalam survei untuk analisis keanekaragaman dan pendugaan

biomassa tegakan adalah global positioning system (gps), tally sheet, tali tambang, hagameter,

meteran, pita ukur, kalkulator.

Prosedur Penelitian

1. Penarikan Contoh Rumput Golf (Destruktif)

Rumput golf yang dijadikan sampel adalah rumput yang terdapat pada area permainan

green, teebox, fairway, dan rough di padang golf tempat penelitian dengan ukuran 0.5 m x 0.5

m dengan kedalaman 0-10 cm. Pengambilan sampel dilakukan secara random masing-masing

sebanyak 3 ulangan. Peubah yang diukur di lapangan adalah bobot basah. Sedangkan di

laboratorium yang diukur adalah bobot kering, kadar abu, kadar zar terbang, dan kadar

karbon.

2. Penentuan Petak Ukur Permanen Tegakan

Penentuan petak ukur permanen dilakukan dengan menggunakan petak contoh berupa

bujur sangkar dengan ukuran 20 m x 20 m. Survei untuk pengukuran fisik pohon dilakukan

untuk memperoleh data mengenai diameter batang. Pengukuran Diameter at breast height

(DBH) dilakukan pada ketinggian 130 cm dari atas permukaan tanah. DBH dibagi 4 kategori,

yaitu: < 10 cm , 10-19.9 cm, 20-29.9 cm, 30-39.9 cm, dan > 40 cm.

3. Analisis Keanekaragaman Vegetasi

Penentuan titik sampling di dalam setiap area lapangan golf dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan metode penentuan lokasi

penelitian secara sengaja yang dianggap representatif. Pengambilan contoh vegetasi dilakukan

dengan menggunakan petak contoh berupa bujur sangkar dengan beberapa ukuran. Bagian

petak contoh yang besar berukuran 20 m x 20 m untuk vegetasi yang berupa pohon, bagian

petak contoh yang kecil berukuran 10 m x 10 m untuk tiang, petak contoh ukuran 5 m x 5 m

untuk pancang.

Analisis Data

1. Penentuan Kadar Karbon Rumput Golf

Kadar Karbon terikat pada rumput golf didahului dengan tahapan penentuan biomassa

rumput golf, penentuan kadar air, penentuan kadar zat terbang, penentuan kadar abu, dan

terakhir penentuan kadar karbon. Kadar Karbon terikat dihitung dengan menggunakan rumus:

100% - kadar zat terbang - kadar abu.

2. Penentuan Biomassa dan Potensi C-Stock Tegakan

Penentuan biomassa pohon pada skala plot dari beberapa jenis pohon dilakukan dengan

metode non-destructive sampling yaitu dengan menggunakan persamaan alometrik spesifik

3

Page 5: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

dan non spesifik untuk jenis pohon lainnya yang belum diketahui persamaan alometriknya

(Tabel 1)

Tabel 1. Persamaan Alometrik Spesifik Untuk beberapa Jenis Spesies Jenis Tegakan Persamaan

Akasia

Jati

Mahoni

Y = 0.0000478 D2.76

Y = 0.153 D2.382

Y = 0.048 D2.68

Kayu Putih Y = 0.206 D2.305

Resak

Pinus merkusii

Y = 0.0002264 D2.423

Y = 0.0000169D2.3169

Bambu Y = 0.1312 D2.2784

Sengon Y = 0.0272 D2.831

Karet

Puspa

Palem

Ki Putri

Y = 419-16.9 D + 0.322 D2

Y = 0.000093 D2.505

Y = 4.5 + (7.7 x H)

Y = 0.000179((D+1)2.102H0.37)

Pohon lain*

Pohon lain**

Pohon lain***

Y = 0.012 ( D2H)0.916

Y = 0.0509 ( D2H)

Y = 0.0776 ( D2H)0.94

Sumber : Chave et al. (2005), Hairiah et al. (2011), dan Krisnawati et al. (2012)

C-Stock dihitung dengan menggunakan pendekatan biomassa, dimana karbon dioksida yang

diserap tanaman melalui proses fotosintesis disimpan dalam bentuk biomassa. Biomassa total

dapat digunakan untuk menghitung total karbon yang tersimpan dengan menggunakan asumsi

bahwa kandungan karbon kira-kira 50% dari biomassa (Brown, 1997).

3. Analisis Keanekaragaman Jenis Vegetasi

Pendugaan struktur vegetasi pada setiap area padang golf dilakukan dengan

menggunakan analisis vegetasi dan indeks keragaman pada setiap titik sampling. Menurut

Soerianegara dan Indrawan (2008) penentuan komposisi jenis pohon dominan menggunakan

Indeks Nilai Penting (INP) dengan melihat nilai frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan

dominansi relatif dengan menggunakan rumus:

Secara kuantitatif gambaran umum mengenai keanekaragaman tegakan pada suatu area

dapat dilihat dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon wiener, yang dihitung

dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :

Y = biomassa pohon (kg/pohon)

D = diameter batang (cm)

= berat jenis kayu (gr/cm3)

H = tinggi tegakan (m)

* pohon yang belum tersedia persamaannya di

lokasi dengan curah hujan < 1500 mm/tahun

**pohon yang belum tersedia persamaannya di

lokasi dengan curah hujan 1500-4000 mm/tahun

***pohon yang belum tersedia persamaannya di

lokasi dengan curah hujan > 4000 mm/tahun

4

Page 6: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon

ni = Nilai INP jenis ke-i

N = Nilai INP total

HASIL

Potensi C-Stock Rumput Golf Area Permainan

Rata-rata cadangan karbon dari rumput golf pada area permainan di lokasi penelitian

meningkat dengan semakin sedikit bagian rumput yang dipangkas. Pada 3 lokasi penelitian

terlihat bahwa C-stock meningkat mulai dari area green, teebox, fairway, dan rough (Gambar

1). Nilai C-Stock tertinggi rumput golf pada area permainan terdapat di area rough berturut-

turut sebesar 3739.61 kg/ha, 3455.33 kg/ha, dan 4830.11 kg/ha

Gambar 1. Potensi Cadangan Karbon Pada Rumput Area Permainan di Lokasi Penelitian

Secara umum terlihat bahwa penurunan ketinggian lokasi penelitian mulai dari Cibodas

Golf Park (1330 m dpl) sampai the Golf Pantai Indah Kapuk (3 m dpl) cenderung

meningkatkan potensi cadangan karbon rumput golf pada masing-masing area permainan

dengan nilai total C-Stock 7530.26 kg/ha, 9531.36 kg/ha, dan 10828.34 kg/ha.

Potensi C-Stock Tegakan di Tiga Lokasi Penelitian

Potensi C-Stock tegakan pada ketiga lokasi penelitian meningkat dengan bertambahnya

kelas DBH tegakan (Gambar 2). Potensi C-Stock pada ketiga lokasi penelitian memiliki nilai

tertinggi pada kelas DBH 30-39.9 cm untuk Cibodas Golf Park dan kelas DBH > 40 cm untuk

Bogor Golf Club dan the Golf Pantai Indah Kapuk dengan nilai masing-masing 6428.38

kg/ha, 24283.03 kg/ha, dan 19219.04 kg/ha. Sedangkan nilai total C-Stock tegakan untuk

ketiga lokasi penelitian masing-masing bernilai 10332.97 kg/ha, 35931.42 kg/ha, dan

23496.40 kg/ha.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Cibodas Golf Park Bogor Golf Club The Golf Pantai Indah Kapuk

C-S

tock

(kg

/ha)

green

teebox

fairway

rough

total

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

< 10 10 - 19.9 20 - 29.9 30 - 39.9 > 40

C-S

tock

Te

gaka

n (

kg/h

a)

Kelas DBH (cm)Cibodas Golf Park Bogor Golf Club The Golf Pantai Indah Kapuk

5

H ≥ 3, keragaman spesies tinggi;

1 < H < 3, keragaman spesies sedang;

H ≤ 1, keragaman spesies rendah.

Page 7: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

Gambar 2. Sebaran C-Stock Tegakan Pada Berbagai Kelas DBH di Lokasi Penelitian

Keanekeragaman Jenis dan Struktur Tegakan di Lokasi Penelitian

Berdasarkan indeks nilai penting (INP) pada Cibodas Golf Park, terlihat bahwa

Pterocarpus indicus dan Schima wallichi merupakan spesies yang dominan pada tingkat

pertumbuhan pohon dan tiang (Tabel 2).

Tabel 2. Beberapa Spesies dengan INP Tertinggi Pada Lokasi Penelitian

Lokasi Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon (H’)

Cibodas Golf Park Pohon Pterocarpus indicus Willd. 57.70 2.09

Casuarina equisetifolia L. 38.71

Casuarina junghuniana Miq 34.12

Tiang Schima wallichi (DC.) Korth 198.39 0.64

Cibotium baranetz J.Sm. 101.61

Bogor Golf Club Pohon Tectona grandis L.f. 46.15 2.63

Pterocarpus indicus Willd. 41.24

Swietenia mahogani (L.)Jacq. 32.91

Tiang Tectona grandis L.f. 96.41 1.56

Maesopsis eminii Engl. 65.42

Pinus merkusii Jungh.&De Vr 50.29

the Golf Pantai Indah

Kapuk

Pohon Samanea saman (Jacq.) Merr. 36.33 3.00

Bismarckia nobilis

Hildebandt&H.Wendl.

24.42

Abrus precatorius L. 19.48

Sedangkan pada area Bogor Golf Club spesies yang mendominasi pada tingkat

pertumbuhan pohon maupun tiang adalah Tectona grandis dan pada the Golf Pantai Indah

Kapuk spesies yang mendominasi adalah Samanea saman. Keanekaragaman jenis pada lokasi

penelitian tergolong sedang pada Cibodas Golf Park (H’ = 2.73), dan tergolong tinggi pada

Bogor Golf Club dan The Golf Pantai Indah Kapuk dengan nilai H’ masing-masing 4.19 dan

3.00 (Tabel 2).

Gambar 3. Kerap

Gambar 4. Kerapa

Kapuk

0246810121416

0

100

200

300

< 10 10 - 19.9 20 - 29.9 30 - 39.9

Tin

ggi t

ega

kan

rat

a-ra

ta

(m)

Ke

rap

atan

ind

/ha

Kelas DBH (cm)Kerapatan ind/ha Tinggi tegakan rata-rata

0

2

4

6

8

10

12

14

0

20

40

60

80

< 10 10 - 19.9 20 - 29.9 30 - 39.9 > 40 Tin

ggi t

ega

kan

rat

a-ra

ta (

m)

Ke

rap

atan

ind

/ha

Kelas DBH (cm)

Kerapatan ind/ha Tinggi tegakan rata-rata

6

Gambar 3. Kerapatan dan Tinggi Tegakan pada Cibodas Golf Park

Page 8: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

Vegetasi pada area Cibodas Golf Park didominasi oleh spesies berdiameter < 10 cm

dengan jumlah total individu mencapai 278 individu/ha (Gambar 3). Rataan tinggi vegetasi

tertinggi diperoleh dari vegetasi dengan kelas DBH 30-39.9 cm. Terlihat juga bahwa dengan

meningkatnya kerapatan maka tinggi pohon menurun dan begitu juga sebaliknya.

Struktur tegakan pada Bogor Golf Club mempunyai kerapatan total 189 individu/ha,

dengan sebaran individu tertinggi pada kelas diameter 10-19.9 cm sebanyak 69 individu/ha

dan terendah pada kelas diameter <10 cm sebanyak 22 individu/ha. Sedangkan untuk tinggi

pohon pada Bogor Golf Club, terlihat bahwa dengan meningkatnya diameter vegetasi maka

tinggi akan cenderung meningkat dan tinggi pohon maksimal diperoleh dari sebaran kelas

diameter > 40 cm (Gambar 4).

Struktur tegakan the Golf Pantai Indah Kapuk memiliki total kerapatan sebesar 106

individu/ha dengan kerapatan tertinggi pada kelas DBH > 40 cm yaitu sebesar 48 individu/ha.

Hal ini menunjukkan bahwa tegakan pada area the Golf Pantai Indah Kapuk didominasi oleh

tegakan dengan DBH > 40 cm (Gambar 5). Sedangkan rataan tinggi tegakan pada lokasi

penelitian meningkat dengan bertambahnya ukuran DBH dengan rataan tertinggi diperoleh

pada kelas diameter > 40 cm dengan rataan tinggi 8.91 m.

PEMBAHASAN

Potensi C-Stock Rumput Golf Area Permainan

C-Stock rumput golf pada area permainan meningkat dengan berkurangnya ketinggian

lokasi penelitian mulai dari area green, teebox, fairway, dan rough. Perbedaan cadangan

karbon pada masing-masing area disebabkan perbedaan ketinggian pangkasan rumput pada

masing-masing area tersebut.

Rumput golf jenis Bermuda grass maupun Zoysia grass tergolong rumput C4 yang

tumbuh adaptif di dataran rendah dibanding dataran tinggi. Hasil penelitian Mehaffey et al.

(2005) menunjukkan suhu adalah faktor utama yang mempengaruhi kecepatan tumbuhnya

daun pada poaceae, pada suhu yang lebih tinggi umumnya pertumbuhan daun berlangsung

0

2

4

6

8

10

0

10

20

30

40

50

60

< 10 10 - 19.9 20 - 29.9 30 - 39.9 > 40

Tin

ggi t

ega

kan

rat

a-ra

ta

(m)

Ke

rap

atan

ind

/ha

Kelas DBH (cm)Kerapatan ind/ha Tinggi tegakan rata-rata

Gambar 4. Kerapatan dan Tinggi Tegakan pada Bogor Golf Club

Gambar 5. Kerapatan dan Tinggi Tegakan pada the Golf Pantai Indah Kapuk

7

Page 9: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

lebih cepat. Sehingga akumulasi biomassa berlangsung lebih cepat di dataran rendah

dibandingkan dataran tinggi.

Area green merupakan area yang paling rutin dipangkas dan bagian rumput golf yang

dipangkas menurun sampai pada area rough. Perbedaan ketinggian pangkasan ini

mengakibatkan perbedaan biomassa pada masing-masing area. Zhao et al. (2008)

menambahkan pada proses regenerasi yang cepat setelah clipping pada rumput, maka akan

diikuti oleh penggunaan CO2 oleh tanaman yang lebih cepat sehingga dapat memberikan

kontribusi besar dalam mengurangi akumulasi CO2 atmosfer dalam upaya mitigasi pemanasan

global.

Rumput pada area rough memiliki nilai C-Stock tertinggi karena area permainan

tersebut berfungsi sebagai penghalang laju bola sehingga memiliki ketinggian rumput yang

paling tinggi dibanding area lainnya. Selain disebabkan perbedaan ketinggian pangkasan dan

umur turfgrass pada tiga lokasi penelitian, perbedaan cadangan karbon pada ekosistem

turfgrass diduga disebabkan perbedaan dalam pemeliharaan rumput golf di lapangan seperti

intensitas pemupukan dan irigasi (Small dan Czimczik, 2010).

Potensi C-Stock Tegakan Pada Lokasi Penelitian

Tegakan pada Bogor Golf Club memiliki nilai C-Stock tertinggi disebabkan usia

lapangan golf tersebut paling tua diantara padang golf lainnya. Hal ini menyebabkan vegetasi

asli yang terdapat di area ini seperti karet cenderung memiliki DBH yang besar sehingga

potensi C-Stocknya juga tinggi.

Secara keseluruhan tegakan dengan kelas DBH > 30 cm mempunyai proporsi ± 60 %

dalam total cadangan karbon tegakan pada tiga lokasi penelitian. Menurut Kusmana et

al.(1992) salah satu faktor penting yang menentukan besarnya cadangan karbon pada tegakan

adalah diameter tegakan itu sendiri.

Pada Cibodas Golf Park sumbangan cadangan karbon tertinggi dihasilkan oleh famili

casuarinaceae seperti cemara gunung dan cemara laut. Kedua jenis ini merupakan tumbuhan

yang mampu beradapatasi baik di dataran tinggi sehingga pertumbuhan fisik tumbuhan yang

meliputi pertambahan diameter batang berlangsung cepat. Akibatnya tegakan dari kedua

spesies ini cenderung memiliki DBH yang besar sehingga potensi cadangan karbon yang

dimilikinya juga tinggi.

Sumbangan cadangan karbon terbesar dari tegakan di Bogor Golf Club dan the Golf

Pantai Indah Kapuk dihasilkan dari tegakan yang berasal dari famili fabaceae yang berfungsi

sebagai peneduh seperti angsana, sengon, flamboyan, dan trembesi. Nova et al. (2011)

menyatakan bahwa pohon-pohon jenis ini memiliki pertumbuhan diameter batang yang cukup

cepat sehingga akumulasi biomassanya berlangsung lebih cepat, hal ini menyebabkan potensi

karbon yang terkandung di dalamnya tergolong tinggi.

Keanekaragaman Jenis dan Struktur Tegakan di Lokasi Penelitian

Spesies puspa (Schima wallichi) pada area Cibodas Golf Park merupakan jenis yang

nilai kerapatan dan frekwensinya tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat

serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi penelitian. Hal ini mendukung hasil penelitian

Arrijani et al. (2006) yang menyatakan puspa merupakan spesies yang mendominasi pada

zona sub Montana (1000-1500 m dpl) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Sebelum dibangun pada tahun 1935, kondisi vegetasi alami pada areal Bogor Golf

Club awalnya didomninasi oleh hutan karet. Menurut Sundarapandian dan Swamy (2000),

indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran

tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya. Kemampuan spesies jati dalam

8

Page 10: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

menempati sebagian besar lokasi penelitian menunjukkan bahwa spesies ini memiliki

kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan pada wilayah penelitian.

Struktur tegakan pada area the Golf Pantai Indah Kapuk didominasi oleh spesies

tanaman eksotik yang berasal dari famili arecaceae. Area The Golf Pantai Indah Kapuk

cenderung memiliki suhu yang tinggi dengan curah hujan rendah, tetapi secara keseluruhan

keanekaragaman jenis tegakan pada The Golf Pantai Indah Kapuk tergolong tinggi.

Bentuk struktur tegakan horizontal untuk tegakan pada Cibodas Golf Park menyerupai

huruf J terbalik (eksponensial negatif), bentuk struktur tegakan seperti ini sering ditemukan

pada tegakan hutan tidak seumur atau hutan alam dan berada dalam kondisi yang seimbang

(Onrizal et al., 2005). Kurva pertumbuhan struktur horizontal pada Cibodas Golf Park

berbentuk huruf J terbalik disebabkan oleh komposisi tegakan pada lokasi penelitian memiliki

kerapatan individu/ha yang menurun dengan bertambahnya ukuran DBH. Selain itu, hal ini

juga berarti bahwa populasi pohon di Cibodas Golf Park terdiri atas campuran seluruh kelas

diameter dengan didominasi oleh pohon berdiameter kecil, sehingga dapat menjamin

kelangsungan tegakan di masa mendatang

Struktur tegakan pada areal Bogor Golf Club memiliki sebaran yang mendekati normal

yang didominasi oleh spesies jati dengan DBH 10-19.9 cm. Davis et al. (2001) menyatakan

bahwa hutan dengan tegakan yang seumur cenderung mempunyai karakteristik struktur

tegakan membentuk kurva sebaran normal.

Tegakan pada area the Golf Pantai Indah Kapuk cenderung meningkat dengan

bertambahnya kelas diameter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada lokasi ini didominasi

oleh spesies yang memiliki DBH besar dan memiliki kerapatan tinggi. Pengetahuan mengenai

struktur tegakan dapat memberikan informasi mengenai dinamika populasi suatu jenis

kelompok mulai dari tingkat pertumbuhan semai, tiang, pancang, pohon, maupun tumbuhan

bawah.

Pada areal Bogor Golf Club dan The Golf Pantai Indah Kapuk, untuk keseluruhan jenis

memiliki bentuk struktur yang tidak mengikuti bentuk umum struktur tegakan hutan alam (J

terbalik). Sedikitnya jumlah individu pada kelas diameter terkecil (< 10 cm) menyebabkan

ketidaksesuaian bentuk umum struktur tersebut. Penelitian Prasetyo (2006) menunjukkan

bahwa umumnya pada areal bekas penebangan, untuk keseluruhan jenis, individu pada kelas

diameter terkecil (< 10 cm) berjumlah sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena jenis

berdiameter kecil yang masih berumur muda belum dapat beregenerasi secara optimal,

sedangkan jenis yang berukuran besar, juga mendapatkan gangguan seperti adanya aktivitas

penebangan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Potensi C-Stock rumput golf pada masing-masing lokasi penelitian meningkat mulai

dari area green, teebox, fairway, dan rough. Nilai total C-Stock pada rumput golf

juga mengalami peningkatan diikuti dengan penurunan elevasi lokasi penelitian.

2. Nilai C-Stock tegakan tertinggi untuk semua lokasi penelitian dihasilkan pada kelas

DBH > 40 cm dan C- Stock total untuk tegakan memiliki nilai tertinggi pada Bogor

Golf Club diikuti the Golf Pantai Indah Kapuk dan Cibodas Golf Park. Faktor yang

mempengaruhi nilai C-Stock antara lain umur tegakan, DBH, dan jenis tegakan.

3. Komposisi struktur vegetasi yang terdapat pada lokasi penelitian beragam dengan

indeks keanekaragaman yang tergolong tinggi (H’ ≥ 3) pada Bogor Golf Club dan

9

Page 11: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

The Golf Pantai Indah Kapuk, kecuali pada Cibodas Golf Park yang tergolong

sedang (1<H’<3).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai

saran yaitu :

1. Pengurangan penebangan tegakan pohon ketika pembangunan sebuah padang golf

baru, dan pertahankan jenis vegetasi yang secara alamiah terdapat pada sebuah

padang golf untuk meningkatkan potensi cadangan karbon yang tersimpan dan

meminimalisir emisi karbon dari padang golf sehingga sebuah padang golf dapat

menjadi karbon sink yang baik.

2. Pemilihan jenis tegakan yang memiliki potensi cadangan karbon yang tinggi pada

area permainan maupun non permainan sangatlah penting dalam kaitannya dengan

optimalisasi lahan padang golf sebagai penambat karbon (carbon sequester).

DAFTAR PUSTAKA

Arifin HS, Nakagoshi N. 2011. Landscape ecology and urban biodiversity in tropical

Indonesian cities. Landscape Ecol Eng. 7:33–43.

Arrijani, Setiadi D, Guhardja E, Qayim I. 2006. Analisis vegetasi hulu DAS Cianjur Taman

Nasional Gunung Gede-Pangrango. Biodiversitas. 7:147-153.

Brown S. 1997. Estimating Biomassa and Biomass Change of Tropical Forest. FAO. Rome.

134 p.

Chave J, Andalo C, Brown S, Cairns MA, Chambers JQ, Eamus D, Folster H, Fromard F,

Higuchi N, Kira T, Lescure JP, Puig H, Riera B, Yamakura T. 2005. Tree allometry and

improved estimation of carbon stocks and balance in tropical forests. Oecologia.

145:87-99.

Davis LS, Johnson KN, Bettinger PS, Howard TE. 2001. Forest Management: To Sustain

Ecological, Economic and Social Value 4th

Edition. McGraw Hill. Boston. 277 p.

DEPDAGRI. 2012. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. http://depdagri.go.id. [30 Oktober 2012].

Hairiah K, Sitompul SM, Noordwijk MV, Palm C. 2011. Methods for Sampling Carbon

Stocks Above and Below Ground. ICRAF. Bogor. 23 p.

Kusmana C, Sabiham S, Abe K, Watanabe H. 1992. An Estimation of above ground biomass

of a mangrove forest in East Sumatra, Indonesia. Tropics . 4 : 143-257.

Krisnawati H, Adinugroho WC, Imanuddin R. 2012. Model-Model Alometrik Untuk

Pendugaan Biomassa Pohon Pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. 119 hal.

Mehaffey MH, Fisher DS, Burns JC. 2005. Photosynthesis and nutritive value in leaves of

three warm-season grasses before and after defoliation. J.Agron. 97:755–759.

Nova JS, Widyastuti A, Yani E. 2011. Keanekaragaman jenis pohon pelindung dan estimasi

penyimpanan karbon kota Purwokerto. Jakarta, 15 Mei 2011. Konservasi Sumberdaya

Alam dan Lingkungan. hal 176-222.

Onrizal, Kusmana C, Saharjo BS, Handayani IP, Kato T. 2005. Komposisi jenis dan struktur

hutan kerangas bekas kebakaran di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

Barat. 2005. Biodiversitas. 6:263-265.

[PGI] Persatuan Golf Indonesia. 2011. Daftar klub anggota persatuan golf Indonesia.

http://www.pgionline.org. [5 Oktober 2011].

10

Page 12: 2012-11-19 Makalah Seminar Steve Mualim

Prasetyo D. 2006. Kajian Komposisi dan Struktur Tegakan Serta Pertumbuhan Jenis

Komersial, Khususnya Jenis Ramin di Hutan Rawa Gambut IUPHHK PT. DIAMOND

RAYA TIMBER, Provinsi Riau. Skripsi. Departemen Budidaya Hutan, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 90 hal. [Tidak Dipublikasi].

Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

83 hal.

Small AT, Czimczik CI. 2010. Carbon sequestration and green house gas emissions in urban

turf. Geophysical Research Letters. 37:67:73.

Sundarapandian SM, Swamy PS. 2000. Forest ecosystem structure and composition along an

altitudinal gradient in the Western Ghats, South India. J of Trop For Sci. 12 :104-123.

Terman MR. 1997. Natural link : naturalistic golf courses as wildlife habitat. Landscape and

Urban Planning. 38:183-197.

Valenti A. 2010. Carbon footprint analysis of operation and maintenance of northern

california golf courses. Environment International. 57:319-3.

Zhao W, Chen SP, Lin GH. 2008. Compensatory growth responses to clipping defoliation in

Leymus chinensis (Poaceae) under nutrient addition and water deficiency conditions.

Plant ecol. 196:85–99.