jurusan al-ahwal as-syakhsiyah fakultas syari’ah...

138
1 UPAYA KELUARGA AUTIS DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH (Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewis Kota Blitar) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : Nurul Laila NIM 04210069 JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG OKTOBER, 2008

Upload: buidat

Post on 02-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

1

UPAYA KELUARGA AUTIS DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH (Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewis Kota Blitar)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Nurul Laila

NIM 04210069

JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

OKTOBER, 2008

Page 2: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Nurul Laila, NIM 04210069, mahasiswi

Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca,

mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka

skripsi yang bersangkutan dengan judul:

UPAYA KELUARGA AUTIS DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH (Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewis Kota Blitar)

Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada

majelis dewan penguji.

Malang, 14 Oktober 2008 Pembimbing,

Dra. Mufidah CH, M.Ag NIP. 150 240 393

Page 3: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

3

HALAMAN PERSETUJUAN

UPAYA KELUARGA AUTIS DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH

(Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewis Kota Blitar)

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Hukum Islam

Oleh: Nurul Laila

NIM. 04210069

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Oleh

Dosen Pembimbing

Dra. Mufidah CH, M.Ag NIP. 150 240 393

Mengetahui, Dekan Fakultas Syari’ah

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150 216 425

Page 4: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

4

PENGESAHAN SKRIPSI Dewan penguji skripsi saudara Nurul Laila, NIM 04210069, mahasiswi Fakultas

Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang angkatan tahun 2004, dengan judul:

UPAYA KELUARGA AUTIS DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH (Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewis Kota Blitar)

Dewan Penguji Tanda Tangan

DraJundiani SH. M.Hum ( ) NIP. 150 294 455 ( Ketua Penguji )

DR. Roibin M.HI ( ) NIP. 150 294 456 ( Penguji Utama ) Dra. Hj. Mufidah CH, M.Ag ( ) NIP. 150 240 393 ( Sekretaris ) Malang, 24 Oktober 2008 Dekan, Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150 216 425

Page 5: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

5

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,

penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

UPAYA KELUARGA AUTIS DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH

(Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewis Kota Blitar) Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada

kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka

skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi

hukum.

Malang, 14 Oktober 2008

Penulis,

Nurul Laila NIM. 04210069

Page 6: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

6

MOTTO

Anakmu bukanlah milikmu Mereka adalah putra-putri yang

hidup Yang rindu pada diri sendiri Lewat engkau mereka lahir Namun tidak dari engkau

Mereka ada padamu, namun bukan hakmu

Berikan mereka kasih sayangmu Tapi jangan sodorkan pikiranmu

Sebab mereka memilki alam pikiran mereka tersendiri

Engkau patut memberikan untuk raganya

Tapi tidak untuk jiwanya Sebab mereka adalah penghuni rumah

masa depan Yang tidak dapat kau kunjungi

Sekalipun dalam mimpi

(Kahlil Gibran,lebanon)

Page 7: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

7

PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN

Allah Yaa Rabb…Allah Yaa Rabb…Allah Yaa Rabb…Allah Yaa Rabb… Penjaga jiwaku....Penjaga jiwaku....Penjaga jiwaku....Penjaga jiwaku....

Jika ada makhluk yang lebih lemah yang Engkau ciptakan…Jika ada makhluk yang lebih lemah yang Engkau ciptakan…Jika ada makhluk yang lebih lemah yang Engkau ciptakan…Jika ada makhluk yang lebih lemah yang Engkau ciptakan… Maka, itu aku…..Maka, itu aku…..Maka, itu aku…..Maka, itu aku…..

Jika ada seorang yang sering berpaling dari Mu…Jika ada seorang yang sering berpaling dari Mu…Jika ada seorang yang sering berpaling dari Mu…Jika ada seorang yang sering berpaling dari Mu… Maka itu aku…Maka itu aku…Maka itu aku…Maka itu aku…

Jika ada orang yang hanya pandai meminta pada Mu…Jika ada orang yang hanya pandai meminta pada Mu…Jika ada orang yang hanya pandai meminta pada Mu…Jika ada orang yang hanya pandai meminta pada Mu… Maka, itu aku…Maka, itu aku…Maka, itu aku…Maka, itu aku…

Maka yaa Allah ..Maka yaa Allah ..Maka yaa Allah ..Maka yaa Allah ..

Di umurku yang semakin menua,Di umurku yang semakin menua,Di umurku yang semakin menua,Di umurku yang semakin menua, Disisa waktu yang aku tak tau berakhir kapan….Disisa waktu yang aku tak tau berakhir kapan….Disisa waktu yang aku tak tau berakhir kapan….Disisa waktu yang aku tak tau berakhir kapan….

Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku,Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku,Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku,Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, Bersama mereka, orangBersama mereka, orangBersama mereka, orangBersama mereka, orang----orang yang aku cintai…..orang yang aku cintai…..orang yang aku cintai…..orang yang aku cintai…..

Ayah dan IbukuAyah dan IbukuAyah dan IbukuAyah dan Ibuku SaudaraSaudaraSaudaraSaudara----saudaraku*saudaraku*saudaraku*saudaraku*

KeluargakuKeluargakuKeluargakuKeluargaku GuruGuruGuruGuru----gurukugurukugurukuguruku

SahabatSahabatSahabatSahabat----sahabatku**sahabatku**sahabatku**sahabatku** Dan kalian orangDan kalian orangDan kalian orangDan kalian orang----orang yangorang yangorang yangorang yang berharga di dalam hidupku berharga di dalam hidupku berharga di dalam hidupku berharga di dalam hidupku

Orang yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran dalam padaku…Orang yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran dalam padaku…Orang yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran dalam padaku…Orang yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran dalam padaku…

Dan jangan ajak aku pergi dari dunia ini, sebelum aku tau….bagaimana indahnya Dan jangan ajak aku pergi dari dunia ini, sebelum aku tau….bagaimana indahnya Dan jangan ajak aku pergi dari dunia ini, sebelum aku tau….bagaimana indahnya Dan jangan ajak aku pergi dari dunia ini, sebelum aku tau….bagaimana indahnya berterimakasih pada merekaberterimakasih pada merekaberterimakasih pada merekaberterimakasih pada mereka

Bagaimana indahnya bersyukur yang benarBagaimana indahnya bersyukur yang benarBagaimana indahnya bersyukur yang benarBagaimana indahnya bersyukur yang benar Agar sempat aku berbaktAgar sempat aku berbaktAgar sempat aku berbaktAgar sempat aku berbakti pada mereka dan agar sempat mereka ajarkan padakui pada mereka dan agar sempat mereka ajarkan padakui pada mereka dan agar sempat mereka ajarkan padakui pada mereka dan agar sempat mereka ajarkan padaku

Berakhlak yang baik di duniaBerakhlak yang baik di duniaBerakhlak yang baik di duniaBerakhlak yang baik di dunia hanya pada hanya pada hanya pada hanya pada----Mulah kami berserahMulah kami berserahMulah kami berserahMulah kami berserah

'n Special thanks for Al'n Special thanks for Al'n Special thanks for Al'n Special thanks for Al----Qur'an penjawab seluruh misteri Qur'an penjawab seluruh misteri Qur'an penjawab seluruh misteri Qur'an penjawab seluruh misteri dan seluruh hamba Allah di muka bumidan seluruh hamba Allah di muka bumidan seluruh hamba Allah di muka bumidan seluruh hamba Allah di muka bumi

* Mba' Ida,mas ipin,rizalIda,mas ipin,rizalIda,mas ipin,rizalIda,mas ipin,rizal Yang tak pernah terganti ** Di Fatimiyyah (Ahaf), Rayon Al-Faruq, Syari'ah '04 ‘n Special Championship “Charlies Angels” “Charlies Angels” “Charlies Angels” “Charlies Angels” bagaikan intan, Tidak bisa di buat namun harus ditemukan.

Page 8: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI) ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan keharibaan revolusi akbar Nabi

Muhammad SAW, seluruh keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak

langkah mereka sampai hari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dengan bekal ilmu pengetahuan yang sangat terbatas dan

amat jauh dari kesempurnaan. Sehingga tanpa bantuan, dorongan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak, maka kiranya sangat sulit bagi penulis untuk

menyelesaikannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

syukur penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang.

2. Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam

Negeri Malang. Beserta seluruh guru, dosen, para pengajar yang telah mendidik

dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Mufidah CH. M.Ag, selaku dosen pembimbing dalam skripsi ini. Terima

kasih atas bimbingan, arahan dan motivasinya. Semoga Bapak beserta seluruh

keluarga selalu diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan.

4. Ayah, ibu dan kedua kakakku dan adiku serta seluruh keluargaku terima kasih

atas bimbingan, arahan, serta pengorbanan yang telah kalian berikan demi

terselesaikannya skripsi ini.

Page 9: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

9

5. Sahabat-sahabat PMII khususnya Rayon Radikal “Al-Faruq”. Tangan terkepal

dan maju ke muka, serta selamat berjuang melawan tirani.

6. Semua teman-teman angkatan 2004 Fakultas Syari’ah yang tidak bisa aku

sebutkan satu persatu.

7. Teman, Sahabat, Saudaraku di PPP. Al-HIKMAH AL-FATHIMIYYAH selalu

ada saat susah dan senang. Yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu

8. Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi terwujudnya karya yang lebih baik di masa mendatang.

Sebagai ungkapan terima kasih, penulis hanya mampu berdo’a semoga segala

bantuan yang telah diberikan kepada penulis diterima dsebagai amal kebaikan dan

mendapatkan pahala yang setimpal. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.

Penulis

Page 10: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii

PENGESAHAN SKRIPSI...................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..............................................................vi

MOTTO ..............................................................................................................vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR...................................................................................... viii

DAFTAR ISI........................................................................................................x

ABSTRAK........................................................................................................ xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ....................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................9

C. Batasan Masalah ..................................................................................9

D. Tujuan Penelitian.................................................................................9

E. Manfaat Penelitian .............................................................................10

F. Definisi Oprasional ............................................................................10

G. Sistematika Pembahasan....................................................................11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Terdahulu...............................................................................13

B. Anak Autis.........................................................................................15

1. Pengertian Autis ..............................................................................17

2. Hak-hak anak autis ..........................................................................18

3. Kriteria Anak Autis .........................................................................23

C. Keluarga Sakinah...............................................................................37

1. Pengertian Pernikahan .....................................................................37

2. Tujuan Pernikahan...........................................................................40

3. Pengertian Keluarga Sakinah ...........................................................44

a. Keluarga ................................................................................44

b. Sakinah....................................................................................51

Page 11: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

11

c. Keluarga Sakinah.....................................................................54

4. Langkah-Langkah Pembinaan Keluarga Sakinah.............................56

5.Anak Autis dan Keluarga Sakinah....................................................61

a. Anak Autis dan Pengaruhnya terhadap Keluarga .........................61

b. Strategi keluarga dalam mengasuh anak autis menuju keluarga

sakinah .......................................................................................64

D. Penanganan Anak Autis dalam Pandangan Fiqih................................69

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................71

B. Sumber Data .....................................................................................73

C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................74

D. Metode Pengolahan Data...................................................................75

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Obyek Penelitian.............................................................78

1. Kondisi Geografis.......................................................................78

2. Kondisi Pendidikan.....................................................................79

3. Kondisi Ekonomi........................................................................79

B. Data Tentang Upaya-upaya keluarga autis dalam membina keluarga

sakinah ..........................................................................................80

C. Analisis Terhadap Upaya-Upaya Keluarga autis dalam membina

keluarga sakinah.............................................................................90

D. Analisis dari Aspek Fiqih..............................................................116

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................120

B. Saran ............................................................................................121

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

12

ABSTRACT

Laila, Nurul. 04210069. 2008. The Autis Family Effort in Creating Harmonious Family (Case Study in Autis Education Institute “Aldewiess “ Blitar). Thesis. Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Departement. Syari’ah Faculty. The State Islamic University of Malang. Key Words: Autis Children, Harmonious Family. Basically, the researcher knows the good of marriage is getting inherit or new generetaion. In the fact, the man who or she can make has married wants to get good inherit who is healt, saleh, salehah, and of course he or she can make her or his parents are happy in the world and the life here after children can make their are happy with high loyality, high religion and also having good intellectual. In addition, the marriage also is too creating harmonious family. Harmonious family is the pilar to create the ideal society wich is able to create inherit. Next, in that society we can find the warmth, love, happiness and quite situation wich can feel by all members of family. Harmonious family also create strong generation because good children only will be born from the family wich has high quality. Different with the reality. In the fact, there are many families which are fault to create harmonious family, the wish before marriage. Generally, in the marriage and contructing harmonious family have been same as the theory, but in the reality when the family born the children who are hoped, unfortunately there is trouble in their children, namely autis wich is famous in the society. The trouble can make depression for member of family because they must still keep the harmonious of family, still care with that children and do not underestimate with that children in order she or he can survive her or his life as usual or normal children. This research focuses on the parents effort who have autis children to keep their happiness and also the harmonious of their family. The data in the research is gotten trough direct interview with the parents who have autis children. That data is primer data and the secondary data is from documentation. All the data are explained detailly because this kind of the research is descriptif research and doing in field than that research is called field research. After getting the data, next the researcher analizes the data with the theory. The result of the reseach is the researcher can know the efforts which are done by the parents who have autis children to create harmonious family. That efforts are nearer with the God (Allah), giving good education, doing therapist, communicating with the children as the form of care to them, giving motivation in order the children can grow up better, often doing sharing with the family of the family and solve the conflict together. By those efforts. In the fact, parents can create harmonious although their children are autis.

Page 13: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Anak penderita autis

seperti seorang yang kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita

tidak dapat mengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak

terkendali. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memiliki

gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia punya ritual sendiri

yang harus dilakukannya pada saat-saat atau kondisi tertentu.

Tersirat juga bahwa potensi jumlah autis di Indonesia semakin meningkat.

Tapi sekali lagi disayangkan, kita tak memiliki data kongret mengenai jumlahnya,

sehingga perkembangan autis di masyarakat seperti fenomena gunung es saja. Saat

Page 14: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

14

ini gangguan autis menjadi fenomena karena makin banyak anak-anak yang

mengalaminya. Kalau dulu pada tahun 1970-an anak-anak yang mengalami

gangguan autis hanya 1:10.000 kelahiran, kini tercatat 1:150 kelahiran. Sebuah

peningkatan yang sangat mencolok, walau penyebabnya belum diketahui secara

pasti.

Banyak spekulasi yang beredar, baik di media massa ataupun internet,

tentang penyebab ini. Misalnya anak menjadi autis karena ibunya saat hamil

mengonsumsi bahan makanan yang terkontaminasi merkuri, atau gara-gara imunisasi

dengan vaksin yang mengandung timerosal. Namun, semua itu belum bisa

dibuktikan kebenarannya.

Gangguan autistik hingga kini belum diketahui apa penyebabnya. Yang

sudah bisa dijelaskan, anak mengalami gangguan autistik karena faktor bawaan

(genetik) atau paparan lingkungan. "Faktor genetik bisa berpengaruh, tetapi

genetiknya multifaktorial. Jadi tidak berarti kalau orangtuanya seperti ini, anaknya

mesti begini. Multifaktorial artinya ada banyak gen yang bekerja," kata Hardiono

pada anak yang memiliki faktor genetik itu, mungkin saja gejalanya tidak keluar.

Namun, bila dipicu faktor-faktor lingkungan yang buruk seperti pencemaran atau

makanan, maka mungkin saja jadi tercetus gejalanya. 1

”Soal faktor lingkungan, jangan semua anak dipukul rata. Kalau ada

gangguan merkuri pasti autis, atau kalau autis pasti gangguan merkuri. Tidak begitu,

karena tiap anak lain-lain. Banyak yang diduga, tapi yang terbukti benar tidak ada

yang tahu, Selain itu juga ada faktor gangguan dari struktur otak akibat gangguan

dari bahan kimia di otak yang disebut neotransmiter. Bahan kimia di otak itu salah

1 Deteksi dini Dilakukan, www.kompas.com (Diakses pada 17 Mei 2008)

Page 15: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

15

satunya serotonin. Kadar serotonin pada anak-anak autis lebih rendah daripada anak-

anak biasa dan memicu perubahan perilaku.

"Tidak usah pusing dengan segala macam teori penyebab yang belum bisa

dibuktikan. Yang paling penting untuk dilakukan adalah bagaimana mendeteksi anak

yang mengalami gangguan ini sedini mungkin.

Dulu sering disebut gangguan autis ini tidak bisa sembuh, hanya bisa dibantu

sedikit. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa yang penting adalah mendeteksi

pada usia sedini mungkin. Hal inilah yang saat ini menjadi problem setiap orang tua,

apalagi yang baru saja menikah yang dengan berbagai tujuannya seperti memperoleh

keturunan yang shaleh dan shalihah serta mempunyai misi membentuk keluarga

sakinah. Namun dengan permasalahan di atas seakan semua harapan menjadi

hambar.

Pada dasarnya kita tahu bahwa tujuan pernikahan adalah memperoleh

keturunan. Hal ini tidaklah dapat dipungkiri lagi setiap manusia yang telah menikah

sangat mendambakan keturunan yang baik, sehat, shaleh, shalehah, dan bisa

membahagiakan kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dengan

ketaatan yang tinggi, ibadah dan iman yang kuat serta berintelektual2. Namun tidak

hanya sampai di sini setelah lahir anak yang didambakan suami dan istri adalah

tanggung jawab yang sangat berarti bagi orangtua. Ada dua hal yang harus

diperhatikan. Pertama pemenuhan kebutuhan materi, seperti uang saku, pakaian,

kebutuhan makanan yang bergizi agar tumbuh sehat dan sebagainya. Kedua,

kebutuhan non materi, seperti pendidikan, ilmu agama, akhlak.

2 Slamet Abidin dkk, Fikih Munakahat I (Bandung : Pustaka Setia, 1999) 13-17.

Page 16: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

16

akhidah dan lain-lain yang sepenuhnya adalah tanggung jawab orang tua.3

Pendidikan keluarga memberikan banyak bekal dan landasan yang memungkinkan

anak kita mampu menghadapi segala problem yang ada,4 seperti dijelaskan dalam

firman Allah Q.S At-Tahrim : 6

$ pκ š‰r' ‾≈ tƒ t Ï%©!$# (#θãΖ tΒ# u (#þθ è% ö/ ä3|¡ à�Ρr& ö/ ä3‹Î=÷δ r& uρ #Y‘$ tΡ $ yδ ߊθ è% uρ â¨$ ¨Ζ9$# äο u‘$ yfÏtø: $#uρ $ pκö�n=tæ îπ s3 Í×‾≈n=tΒ

Ôâ ŸξÏî ׊#y‰Ï© āω tβθ ÝÁ÷è tƒ ©!$# !$tΒ öΝèδ t�tΒr& tβθ è=yè ø�tƒ uρ $ tΒ tβρâ÷ s∆ ÷σム∩∉∪

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan5.

Adapun tujuan-tujuan yang lain seperti memperoleh kebahagian dan

ketenteraman (Q.S Al-Araf : 189)

uθ èδ “Ï% ©!$# Νä3s) n=s{ ÏiΒ <§ø� ‾Ρ ;ο y‰Ïn≡uρ Ÿ≅ yè y_uρ $ pκ ÷]ÏΒ $ yγ y_÷ρy— zä3 ó¡ uŠ Ï9 $pκ ö�s9 Î) ( $ £ϑn= sù $ yγ8¤± tós?

ôM n=yϑym ¸ξ ôϑym $Z�‹Ï� yz ôN§�yϑsù ϵ Î/ ( !$£ϑ n=sù M n=s)øO r& # uθtã ¨Š ©!$# $ yϑ ßγ−/ u‘ ÷È⌡s9 $ oΨtG øŠ s?# u $ [sÎ=≈|¹

¨sðθä3uΖ©9 zÏΒ šÌ�Å3≈ ¤±9$# ∩⊇∇∪

Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur".6

Setelah melewati proses yang cukup panjang sampailah pada proses

pembentukan keluarga. Pada dasarnya keluarga adalah komunitas terkecil dalam

masyarakat yang terdiri atas manusia yang tumbuh dan berkembang sejak

3 M.Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam (Jakarta : Sidija, 2003) 189. 4 Abdul Karim Bakkar, 75 Langkah Cemerlang Melahirkan Anak Unggul (Jakarta : Robbani Prees) 1 5 Al-Qur’an Dan Terjemahan 6 Al-Qur’an dan Terjemahan Ibid

Page 17: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

17

dimulainya kehidupan, sesuai dengan tabiat dan naluri manusia, yaitu memandang

sesuatu dengan matanya menyikapi sesuatu dengan jalan hukum, kecenderungan

memilih arah yang baik, serta mengupayakanya dengan segala yang dimilikinya.

Kemudian menganggap bagus sesuatu yang dilihatnya benar, atau membenarkan

sesuatu yang dilihat buruk. Selanjutnya tentang konsep dan hierarki keluarga sakinah

terbangun atas dua dimensi : dimensi kualitas hidup dan dimensi waktu, durasi atau

stabilitas.7

Oleh karena itulah ahli-ahli kemasyarakatan berpendapat bahwa rumah adalah

tempat pertama mencetak dan membentuk pribadi umat baik laki-laki maupun

perempuan. Bila tempat tersebut bersih dan sehat maka akan selamatlah

pembentukan umat tersebut. Jika sebaliknya, maka juga akan berdampak sebaliknya.

Hal tersebut juga harus didukung oleh komponen-komponen keluarga sebagai

kekuatan sistem dengan kualitas individu-individu yang baik.8

Adapun visi Islam tentang keluarga adalah ketika Rasulullah telah

mengisyaratkan betapa strategisnya keluarga. Islam memandang keluarga sebagai

surga kecil.9

Salah satu konsep hidup berkeluarga adalah keluarga sakinah, yakni

keluarga yang berlangsung dengan mengikuti panduan agama Islam. Keluarga

sakinah merupakan subsistem dari sistem sosial menurut Al-Quran dan bukanlah

sebuah bangunan keluarga di atas lahan kosong.

Telah menjadi sunatullah bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang

pernikahan akan memimpikan keluarga sakinah. Keluarga sakinah merupakan pilar

7 Jaih Mubarok, Modernisasi Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Bandung : Pustaka Bani Qurisy 2005) 18. 8 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga Sakinah (Bandung : Al Bayan Mizan, 2005) 214-215. 9 An-Manar (12 Agustus 2002),

Page 18: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

18

pembentukan masyarakat ideal yang dapat melahirkan keturunan yang salih. Di

dalamnya kita akan menemukan kehangatan, kasih sayang, kebahagiaan, dan

ketenangan yang akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga.

Selain itu keluarga sakinah juga membentuk generasi yang tangguh seperti

halnya anak-anak yang berkualitas hanya akan lahir dari keluarga yang berkualitas.

Di sini, keluarga sakinah menjadi sistem terpenting untuk mewujudkan lahirnya

anak-anak berkualitas tersebut. Di dalamnya terdapat nilai-nilai seperti cinta, kasih

sayang, komitmen, tanggung jawab, saling menghormati, kebersamaan dan

komunikasi yang baik. Keluarga yang dilandasi nilai-nilai tersebut akan menjadi

tempat terbaik bagi anak-anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Selain itu keluarga merupakan basis sosial pertama setiap orang. Karena kehidupan

dalam keluarga sebagai barometer dasar setiap orang, maka dalam lingkup inilah

perlu dibangun konsep dan prilaku yang mendasar pula.10

Namun tidak demikian realitanya banyak keluarga yang broken home selain

itu ada rumah tangga tidak seindah seperti yang kita duga kalau tidak tahu rumusnya.

Maka akan terjadi dampak yang tidak diinginkan. Salah satu penyebabnya bisa jadi

karena dalam proses pembentukan keluarga kurang ilmu, sehingga visinya tidak

jelas akan dibawa kemana. Ada yang arahnya hanya duniawi saja, alat ukurnya

hanya harta atau kedudukan. Justru karena alat ukur yang salah menyebabkan cara

menilainya pun menjadi salah, anak yang pendidikannya kurang tinggi dianggap

tidak sukses, bapak yang penghasilannya sedikit dianggap gagal.

Sebuah keluarga tidak bisa dibangun hanya dengan uang, tetapi ada yang

lebih berharga dari uang yaitu sikap selain itu ada beberapa yang perlu diperhatikan

10 Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Jokjakarta : Pustaka Pesantren 2004 ) 1.

Page 19: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

19

ialah kita melupakan hal penting yang mendasar yakni dialog antar anggota

keluarga.11 Membangun rumah tangga tidak bisa dilakukan dengan menggunakan

sisa waktu, sisa tenaga, dan sisa pikiran. Apa yang akan terjadi jika sesuatu dibangun

dengan sisa, rumah tangga yang dibangun dari sisa waktu misalnya, bapak berangkat

sebelum anak bangun dan pulang sesudah anak tidur, akibatnya anak merasa tidak

punya bapak, Istri merasa tidak ada kasih sayang. Membina rumah tangga menuju

sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Jelas tak segampang yang

dibayangkan. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga

sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah, namun lebih kepada

adanya keterampilan untuk mengelola konflik yang terjadi di dalamnya.

Seperti halnya apabila dalam proses yang mulai dari pernikahan serta

pembentukan keluarga sakinah sudah sesuai dengan teori yang ada namun pada

realitanya ketika mengandung dan melahirkan anak yang didambakan seiring

perkembangan waktu anak tersebut mengalami kelainan yaitu autis yang saat ini

mulai marak dibicarakan oleh sebagian masyarakat. Menurut Jaquelyn, Autis adalah

sindrom kompleks yang melibatkan masalah genetika, pencernaan, dan sistem imun

tubuh, invasi virus, jamur dan bakteri patogen lainnya.12 Menurut Bonny, autis

merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit ini dapat

mengganggu perkembangan anak, diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang

tampak.13 Meskipun banyak lembaga yang memberikan sumbangsih untuk terapi

autis namun hal ini tidak mampu menjadi jaminan yang pasti apakah anak tersebut

mampu menjadi anak yang sesuai dengan harapan orang tua tersebut.

11 Nashir Al Umar, Keluarga Modern Tapi Sakinah, (Solo : Aqwam 2008) 47. 12 Jaquelyn Mccandless,MD, Cildren With Starving Brains (Jakarta : Grasindo 2003) 206. 13 Bonny Danuatmaja, Terapi anak autis di rumah (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI : katalog dalam terbitan KDT) 3.

Page 20: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

20

Autis yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya hanya berupa terapi

dan semakin hari korban daripada autis semakin meningkat terbukti dengan

banyaknya lembaga-lembaga yang berdiri di berbagai daerah. Sesungguhnya kita

semua tidak tahu siapa yang harus disalahkan ayah, ibu, atau proses pembentukan

anak atau ada hal lain yang dijadikan sebagai kambing hitam daripada masalah

tersebut.

Hal ini jelas menjadi satu tekanan yang sangat berat bagi kedua orangtua

padahal ketika meninjau kembali tujuan pernikahan dan pembentukan keluarga

sakinah yaitu agar mendapat keturunan yang baik, shaleh, berintelektual tinggi dan

menjadi generasi yang tangguh sehingga menjadi satu tantangan bagi para orangtua

untuk berusaha sekuat tenaga bagaimana mengelola permasalahan tersebut sehingga

kelangsungan keluarga sakinah tetap ada dan mampu dipertahankan serta anak

tersebut mampu menjadi generasi yang berintelektual dan berahlakul karimah.

Dari latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan

mengkaji materi tersebut. Karena peneliti ingin mengetahui lebih jauh upaya-upaya

apa saja yang dilakukan para orangtua ketika mengetahui anaknya mengalami autis

namun tetap berusaha melakukan suatu proses dalam pembentukan keluarga sakinah

serta upaya apa saja yang dilakukan dalam membina keluarga sakinah apabila salah

satu komponen keluarga mengalami abnormal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman anggota keluarga autis tentang keluarga sakinah?

2. Apa upaya yang dilakukan para orangtua penderita autis dalam membina

keluarga sakinah ?

Page 21: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

21

C. Batasan masalah

Karena banyaknya hal-hal yang berkaitan dengan masalah autis dan

keluarga sakinah maka penelitian yang dilakukan hanya pada keluarga yang

anaknya mengalami autis dan menjadi peserta didik di lembaga pendidikan autis

Aldewis serta upaya keluarga tersebut dalam membina keluarga sakinah.

D. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan adanya permasalahan tersebut maka tentunnya ada

beberapa tujuan yang ingin dicapai :

1. Untuk mengetahui dan memahami kesadaran dan pemahaman keluarga

tersebut terhadap autis dan implikasinya terhadap eksistensi keluarga sakinah,

sehingga mereka termotivasi untuk lebih berusaha agar keluarga tersebut

tetap sakinah meskipun salah satu anggota keluarga mengalami abnormal.

2. Untuk mengetahui, memahami dan mendeskripsikan upaya-upaya yang

dilakukan para orangtua keluarga atau anaknya yang mengalami autis dalam

membina keluarga sakinah tersebut.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian secara teoristis untuk memperkaya wacana

keilmuan tentang upaya yang dilakukan para orangtua keluarga autis dalam membina

keluarga sakinah serta dari hasil yang didapat dapat memberikan kontribusi ilmiah

terutama pada matakuliah ilmu psikologi hukum keluarga serta Jurusan Al-Ahwal

As-Syakhsiyyah Fakultas Syariah.

Adapun secara praktis mampu memberikan kontribusi serta solusi-solusi

terkait upaya-upaya yang dilakukan para keluarga autis membina keluarga sakinah

Page 22: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

22

kepada masyarakat luas sehingga eksistensi daripada keluarga sakinah dapat terus

berlangsung serta menjadi kontribusi positif terhadap Fakultas Syari’ah khususnya

yang konsentrasi kepada ahwal as-syakhsiyah itu sendiri.

F. Definisi Operasional

Autistik adalah keadaan merasa terganggu bila berinteraksi dengan yang lain,

Autisme adalah berpangkal pada kemampuan pikir atau khayal sendiri,14 Autistik

adalah terganggu jika berhubungan dengan orang yang lain.15 Autisme

diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan

interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola

sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme

empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki dari pada anak perempuan.16

Keluarga adalah terdiri dari ayah, ibu dengan anak-anaknya serta menjadi

satuan kekerabatan yang mendasar di masyarakat.17 Secara harfiyah (etimologi)

sakinah diartikan ketenangan, ketentraman dan kedamaian jiwa. Kata ini dalam Al-

Qur’an disebutkan sebanyak enam kali dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa

sakinah itu didatangkan Allah SWT. ke dalam hati para nabi dan orang-orang yang

beriman. Ali bin Muhammad Al-Jurjani (ahli pembuat kamus ilmiah) mendefinisikan

sakinah adalah adanya ketentraman dalam hati pada saat datangnya sesuatu yang

tidak terduga, dibarengi satu nur (cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan dan

ketentraman. Adapun menurut Muhammad Rasyid Ridha bahwa sakinah adalah

14 Pius A Partanto dkk, Kamus Ilmiah popular (Surabaya:Arkola 1994) 58 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (Jakarta : Balai Pustaka 1995) 66 16 (http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme (di akses pada 5: 10 pagi 22 April 2008) 17 Departemen pendidikan dan kebudayaan Op.Cit 471

Page 23: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

23

sikap jiwa yang timbul dari suasana ketenangan dan merupakan lawan dari

kegoncangan bathin dan ketakutan.18

Keluarga Sakinah merupakan sebuah keluarga yang memiliki ketentraman,

kedamainan, dan ketenangan di antara anggota keluarga.19

G. Sistematika pembahasan

Pada Bab I, sebagai Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah yang

berisi tentang fenomena maraknya anak autis di kalangan masyarakat serta tingkat

pemahaman masyarakat tentang pernikahan dan keluarga sakinah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan,

guna mengantarkan peneliti pada bab selanjutnya.

Bab II, merupakan Kajian Pustaka, meliputi: kajian/penelitian terdahulu

tentang anak autis, pernikahan, keluarga sakinah dan segala pembahasan yang

berkaitan dengan keluarga sakinah serta strategi pengasuhan dan pembinaan keluarga

sakinah.

Bab III, merupakan Metode Penelitian, meliputi: jenis penelitian dengan

penelitian lapangan, sumber data terdiri dari sumber data primer dan skunder, metode

pengumpulan data yang meliputi wawancara dan dokumentasi, metode pengolahan

dan analisa data.

Bab IV, merupakan Paparan dan Analisis Data, meliputi: gambaran kondisi

objek penelitian, pemaparan data hasil penelitian terhadap keluarga yang memiliki

anak autis, pemaparan hasil penelitian tentang upaya yang dilakukan para anggota

keluarga autis dalam membina keluarga sakinah, analisa data yang meliputi: upaya-

upaya yang dilakukan keluarga tersebut dalam membina keluarga sakinah 18 Nurul Hakim, Makalah Konsep Keluarga Sakinah Prespektif UU No.1 Tahun 1974 dan PP No.10 Tahun 1983 (disampaikan pada seminar keluarga di Universitas Surabaya 30 Januari 2008 ) 19 Ibid Abidin 12

Page 24: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

24

Bab V, merupakan Penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran-saran yang di

ambil dari hasil penelitian mulai dari judul hingga proses pengambilan kesimpulan

dan saran-saran bagi berbagai pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini.

Page 25: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

25

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Di dalam perkembangan saat ini telah banyak sekali dilakukan penelitian-

penelitian tentang autis baik di indonesia maupun di dunia, hal ini terbukti dari hasil

desertasi salah satu pakar psikologi, Adriana Soendar Ginanjar dari Universitas

Indonesia dalam meraih gelar doktor yang berjudul Memahami Spektrum Autistik

Secara Holistik yang membahas secara detail sebab akibat serta pengaruh dan ciri

autis tersebut.20

Selain itu ada juga Penelitian yang lain namun lebih difokuskan kepada

metode-metode untuk menangani anak-anak autis yang saat ini semakin hari semakin

20 Adriana Soenandar Ginanjar, Memahami Spektrum Autistik Secara Holistik, Disertasi Doktor (Jakarta : Universitas Indonesia, 2007), 3.

Page 26: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

26

meningkat, penelitian ini dilakukan oleh Alumni Mahasiswa Universitas Islam

Negeri Malang Fakultas Psikologi untuk memperoleh gelar sarjana, Su’da Hidayah

dalam skripsinya yang berjudul Problematika Penerapan Metode Aba Dalam Proses

Terapi Autis Di Sekolah Autis River Kid’s Malang.21

Selanjutnya dalam keluarga sakinah kami mengutip dari penelitian Iis

Inayatal Afiyah (03210033). Disebutkan pula bahwa, dengan adanya bencana

”Lumpur Lapindo Brantas Inc”, yang berakibat buruk pada kelangsungan

hidup masyarakat sekitarnya, mualai dari masalah tempat tinggal hingga

masalah keluarga dan menambah penderitaaan masyarakat sidoarjo terutama,

yang rumahnya sudah tenggelam oleh lumpur. Sehingga dalam hal ini peneliti

mengambil judul Dampak Bencana Lumpur Panas (lapindo brantas inc.)

Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Di Desa Jatirejo Kec. Porong, Kab.

Sidoarjo)” yang fokus pada eksistensi keluarga sakinah.22

Selain itu peneliitian terdahulu tentang keluarga sakinah juga dilakukan

oleh Atik Rosyidah (02210056) namun dalam penelitiannya lebih difokuskan

pada masalah pemenuhan nafkah batin para suami yang istrinya menjadi

tenaga kerja wanita serta pengaruhnya terhadap keluarga sakinah tersbut,

sehingga dapat diketahui sejauh mana eksistensi keluarga sakinah ketika istri

mmenjadi tenaga kerja wanita dan kurangnya pemenuhan nafkah batin oleh

suami.23

21 Su’da Hidayah, Problematika Penerapan Metode ABA Dalam Proses Terapi Autis di Sekolah Autis RIVER KID’S Malang , Skripsi (Malang : UIN 2006) 22 Iis Inayatul Alfiyah, Dampak Bencana Lumpur Lapindo Terhadap Keharmonisan Keluarga (Suti Kasus Ds. Jatirejo Kec. Porong Kab. Sidoarjo) Skripsi (Malang : UIN Malang, 2007) 23

Atik Rosydah, Upaya Pemenuhan Nafkah Batin Para suami Tenaga Kerja Wanita dan Implikasinya terhadap kesakinahan keluarga (Studi Kasus di desa PAdas Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun)Skripsi (Malang : UIN Malang 2006)

Page 27: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

27

Demikian dengan penelitian kami yang terfokus pada keluarga sakinah

namun disebabkan adanya salah satu keluarga yang mengalami autis, hal ini yang

menjadi satu bentuk perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu.

B. Anak Autis

Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Anak penderita autis

seperti seorang yang kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita

tidak dapat mengendalikan emosinya, kadang tertawa terbahak-bahak, kadang marah

tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memiliki gerakan-gerakan aneh

yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannya

pada saat-saat atau kondisi tertentu.24

Selain itu autis adalah suatu gangguan yang menyangkut banyak aspek

perkembangan yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu

perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial dan perilaku repetitif. Karena

gambaran autis begitu beragam dan setiap saat seorang anak akan senantiasa

mengalami perkembangan, maka proses penyembuhannyapun tidak bisa begitu saja,

sebab bisa saja kemudian hasil dari diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke

waktu.25

Autis merupakan suatu kata atau istilah yang mungkin untuk sebagian orang

masih merupakan suatu tanda. Namun, bagi sebagian orang lagi terutama para

orangtua yang mempunyai anak penyandang autis, kata itu sudah tidak asing lagi.

Para profesional yang menggeluti bidang perkembangan anak telah lama

mengadakan penelitian tentang autis, psikopatologi, cara pencegahan, dan

24

Emanuel Setio Dewo, Anak Autis, http://dewo.wordpress.com/2006/01/17/anak-autis/ (diakses pada 17 mei 2008, 5:10 pagi) 25Julia Maria van Tie,Perlu Kehati-Hatian Menegakkan Diagnosa Autisme, http://lita.inirumahku.com/health/lita/ciri-ciri-autisme-bagian-1/ (diakses pada 17 mei 2008)

Page 28: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

28

penanggulangannya, serta kelanjutan perkembangan anak dengan autis di kemudian

hari.

Saat ini, masalah autis menimbulkan keprihatinan yang mendalam, terutama

dari orangtuanya. Selain itu, rasa khawatir timbul pada ibu-ibu muda yang akan

melahirkan. Autis dapat terjadi pada siapa saja, tidak ada perbedaan status sosial-

ekonomi, pendidikan, golongan etnik, atau bangsa. Jumlah kasus yang dilaporkan

cenderung meningkat dari tahun ke tahun.26

Pada dasarnya gejala autis mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia

tiga tahun. Secara medis, kelainan diotak penyandang autis ini tak dapat

disembuhkan. Tetapi bila otak anak yang sedang berkembang mendapat rangsangan

secara intensif dan terpadu sedini mungkin maka bisa jadi fungsi sel yang rusak disa

diambil alih oleh sel otak yang lain, meski hasilnya tidak sempurna. Karena itu

makin cepat penyandang autis mendapat pertolongan, semakin menambah harapan

anak dapat beradaptasi dengan diri dan lingkungannya. Bahkan anak bisa

menumbuhkan kemampuan konseptual dan akademik bila mendapatkan pelatihan

sejak balita.27 Selain itu cara berpikir seorang anak autis, bahwa ia hanya mampu

memaknai kejadian-kejadian tersebut secara harfiah. Ia juga mengalami kegagalan

dalam pengembangan bentuk fantasi dan imajinasi. Sehingga segalanya menjadi

kaku atau rigid dan tidak fleksibel.

Pada anak-anak autis ini juga mengalami kegagalan dalam melakukan

memaknai hubungan antara kejadian yang satu dengan yang lainnya. Jadi seringkali

ia mampu mengumpulkan banyak informasi secara detil tetapi tidak mengerti apa

fungsi setiap detilnya, dan konteksnya secara global. Karena kegagalan berbagai

26 http.www.\Net\autis\autisme-gangguan-perkembangan-anak_16.html (Diakses pada 1 mei 2008) 27 Sekolah Untuk Penyandang Autis, Republika (Senin 31 Maret 2008), 22.

Page 29: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

29

perkembangan dalam melakukan kontak dengan orang lain ini, maka ia juga akan

bereaksi berbeda dari pada anak-anak normal lainnya.28

1. Pengertian Autis

Autis Berasal dari kata kuno yaitu auto yang berarti sendiri. Penyandang

autis seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autis baru diperkenalkan sejak

tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad

yang lampau.

Dahulu dikatakan autis merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini

ternyata autis masa kanak-kanak ini dapat dikoreksi. Tatalaksana koreksi harus

dilakukan pada usia sedini mungkin, sebaiknya jangan melebihi 5 tahun karena

diatas usia ini perkembangan otak anak akan sangat melambat. Usia paling ideal

adalah 2-3 tahun karena pada usia ini perkembangan otak anak berada pada tahap

paling cepat. Disamping itu lamanya terapi yang rata-rata 2-3 tahun, dapat

mempersiapkan anak untuk memasuki masa pendidikan reguler sesuai dengan

umurnya. Oleh karena itu diagnosa harus dilakukan sedini mungkin, artinya anak

harus segera dikonsultasikan pada orang yang berpengalaman dalam menangani

kasus tersebut. Penatalaksanaan terapi yang dilakukan antara umur 2-3 tahun secara

intensif bagi anak-anak autis murni tanpa penyulit yang lain, ternyata mempunyai

keberhasilan yang cukup tinggi. Penyandang autis mempunyai karakteristik antara

lain:

1. Selektif berlebihan terhadap rangsang.

2. Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru.

3. Respon stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial.

28 Julia, http://lita.inirumahku.com/health/lita/ciri-ciri-autisme-bagian-1 Op.Cit

Page 30: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

30

4. Respon unik terhadap imbalan.

Perilaku autis digolongkan dalam dua jenis, yaitu prilaku yang aksesif

(berlebihan) dan prilaku yang dedefisit (kekurangan). Yang termasuk prilaku aksesif

adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menyepak, mengggigit,

mencakar memukul, dan lain sebagainya. Disini juga sering terjadi anak melukai diri

sendiri (self abuse). Prilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, prilalu sosial

kurang sesuai dan lain sebagainya.29

2. Hak-Hak anak Autis

Sesungguhnya anak autis tidaklah berbeda dengan anak-anak yang lain di

dunia ini, dan tidaklah munafik setiap anak atau orang dewasa mempunyai

kekurangan dan kelebihan begitu pula anak yang mengalami autis namun demikian

tidaklah menjadi satu alasan mereka juga mempunyai hak yang sama dengan anak-

anak yang lain.

Yang dimaksud anak adalah mencakup anak laki-laki dan wanita. Anak-anak

memiliki banyak hak, yang terpenting adalah tarbiyah (pendidikan), yaitu

menanamkan din (agama) dan akhlak dalam diri mereka sehingga mereka memiliki

(pendidikan) agama serta akhlak yang baik. Allah ta’ala berfirman Q.S At-tahriim 6 :

$ pκš‰r' ‾≈tƒ tÏ% ©!$# (#θãΖ tΒ#u (#þθ è% ö/ä3|¡ à�Ρr& ö/ä3‹Î=÷δ r& uρ # Y‘$tΡ $ yδߊθ è%uρ â¨$ ¨Ζ9$# äο u‘$yfÏtø: $#uρ $ pκö�n=tæ îπs3 Í×‾≈n=tΒ

Ôâ ŸξÏî ׊#y‰ Ï© āω tβθ ÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tΒ öΝèδ t�tΒ r& tβθè=yè ø�tƒ uρ $ tΒ tβρâ÷ s∆÷σ ム∩∉∪

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

29 Y.Handoyo, Autisma; Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal,Autis Dan Prilaku Lain (Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, 2004),12-13.

Page 31: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

31

Anak-anak adalah amanah di pundak kedua orang tuanya dan mereka berdua

akan diminta pertanggung jawabannya pada hari kiamat akan anak-anak mereka.

Dengan memberi mereka pendidikan Islam dan akhlak mulia membuat kedua orang

tuanya terbebas dari tanggung jawab tersebut dan anak-anaknya menjadi keturunan

yang shaleh sehingga mereka menjadi buah hati kedua orang tuanya di dunia dan

akhirat. Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S At-Thur :21

tÏ% ©!$#uρ (#θ ãΖtΒ#u öΝåκ ÷Jyè t7? $#uρ Νåκ çJ−ƒ Íh‘ èŒ ?≈yϑƒ Î* Î/ $uΖ ø)ptø: r& öΝÍκ Í5 öΝåκ tJ−ƒÍh‘ èŒ !$tΒ uρ Νßγ≈oΨ ÷G s9r& ôÏiΒ ΟÎγÎ=uΗxå ÏiΒ & óx« 4 ‘≅ä. ¤› Í÷ö∆ $# $ oÿÏ3 |=|¡ x. ×Ïδ u‘ ∩⊄⊇∪

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Ini adalah termasuk buah dari pendidikan terhadap anak jika dia dididik

dengan cara yang benar maka dapat mendatangkan manfaat bagi orang tuanya

bahkan hingga setelah kematiannya. Sebagian orang tua ada yang menganggap

remeh hak ini, mereka melalaikan anak-anaknya dan melupakannya seakan-akan

tidak ada tanggung jawab bagi mereka terhadap anak-anaknya, tidak ditanyakan

kemana mereka pergi dan kapan mereka datang, siapa teman dan sahabatnya, mereka

tidak diarahkan kepada kebaikan dan tidak dilarang dari perbuatan buruk. Yang

mengherankan adalah bahwa sebagian diantara mereka bersusah payah menjaga

harta bendanya dan mengembangkannya, mengusahakannya hingga larut malam

padahal maslahat dari upaya tersebut pada umumnya untuk orang lain. Sementara

untuk anak-anaknya tidak mereka perhatikan sama sekali, padahal memperhatikan

mereka lebih utama dan lebih bermanfaat di dunia dan akhirat.

Page 32: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

32

Kedua orangtuanya juga berkewajiban atas sandang pangannya, seperti

makanan dan minuman serta pakaian, mereka juga wajib memperhatikan kebutuhan

ruhaninya berupa ilmu, iman dan mengenakan untuknya pakaian takwa, itulah yang

terbaik. Termasuk hak anak-anak adalah membiayai mereka untuk hal-hal yang baik

tanpa berlebih-lebihan dan kekurangan karena itu termasuk kewajiban terhadap anak-

anaknya dan sebagai tanda syukur kepada Allah Ta’ala atas apa yang mereka terima

berupa harta. Seharusnya mereka tidak menahan hartanya dan bakhil memberikannya

kepada anak-anaknya, padahal anak-anaknya tetap akan mengambilnya setelah

kematiannya.

Bahkan seandainya ada kepala keluarga yang bakhil mengeluarkan harta yang

merupakan kewajibannya maka anaknya boleh mengambil harta orang tuanya sesuai

dengan kebutuhannya sebagaimana yang difatwakan oleh Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam kepada Hindun binti Utbah. Termasuk hak anak-anak adalah tidak

membedakan di antara mereka satu sama lain dalam pemberian, tidak boleh sebagian

anaknya diberi sesuatu sementara yang lainnya diabaikan, hal tersebut merupakan

kedzaliman dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim, karena itu akan

mengakibatkan mereka yang terabaikan menjauh dan menimbulkan permusuhan di

antara mereka. Sebagian orang mengistimewakan sebagian anaknya dibanding yang

lainnya dengan perlakuan dan kasih sayang, maka orang tuanya mengkhususkannya

dalam hal pemberian dengan alasan bahwa anaknya tersebut berbakti kepadanya

melebihi yang lainnya.

Hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk membedakan perlakuan

terhadap mereka. Baktinya anak melebihi yang lainnya tidak boleh diberi sesuatu

sebagai imbalan atas baktinya tersebut karena balasan dari baktinya tersebut (adalah

Page 33: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

33

pahala) dari Allah Ta’ala, disamping itu mengistimewakannya akan membuatnya

takabbur dan menganggap dirinya lebih utama sementara yang lainnya akan menjauh

dan semakin durhaka, kemudian kitapun tidak tahu, bisa jadi ada perubahan keadaan,

anak yang tadinya berbakti berbalik menjadi anak durhaka sementara yang durhaka

menjadi anak yang berbakti, karena hati seseorang berada di Tangan Allah, Dia

membolak-balikkannya kapan saja sesuka-Nya.

Sikap yang melebihkan antara anak sebagai sesuatu yang aniaya, sedangkan

perbuatan aniaya adalah kezaliman dan haram hukumnya. Kadang orang tua

memberikan Seperti ada di antara mereka yang membutuhkan alat-alat tulis, atau

biaya pengobatan atau pernikahan, maka tidaklah mengapa mengkhususkan apa yang

mereka perlukan, karena pengkhususan tersebut karena adanya kebutuhan seperti

nafkah. Dan ketika orang tua menunaikan kewajibannya terhadap anaknya berupa

tarbiyah (pendidikan) dan nafkah, maka besar harapan baginya mendapatkan

perlakuan yang baik dari anaknya dengan baktinya dan pemenuhan hak-haknya.

Sementara ketika orang tua mengabaikan kewajibannya maka sangat mungkin

mengakibatkan anak-anaknya tidak megakui hak-haknya dan mendapatkan perlakuan

yang setimpal, siapa yang menabur angin dialah yang menuai badai.30

Selain itu hak-hak anak juga terakomodir dalam konvensi hak anak oleh PBB

pada tanggal 20 november tahun 1989 bahwa tidak ada diskriminasi antar anak yang

satu dengan yang lain Semua hak-hak berlaku bagi semua anak tanpa pengecualian.

Ini merupakan kewajiban negara dan orang tua untuk melindungi anak dari bentuk

diskriminasi apapun dan untuk mengambil tindakan positif untuk mendukung hak-

30 Syekh Muhammad Bin Shali Al utsaimin, Hak-Hak Yang sesuai Fitrah dan Dikuatkan Oleh Syari’ah (Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007),21-26

Page 34: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

34

hak mereka. Selanjutnya kepentingan terbaik anak adalah semua tindakan yang

berhubungan dengan anak akan dilakukan atas pertimbangan kepentingan terbaik

anak. Bimbingan orang tua juga sangat diperlukan untuk kapasitas perkembangan

anak, selain itu orang tua dan anggota keluarga lainnya juga harus menghargai hak-

hak dan kewajiban-kewajiban anak. Kelangsungan hidup dan perkembangan setiap

anak mempunyai hak yang melekat dan negara mempunyai kewajiban untuk

menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan anak.31

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut konvensi tersebut,

semua anak tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, asal-usul

keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar yaitu :

Hak Atas Kelangsungan Hidup

Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan

pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat

tinggal yang layak dan perawatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit.

Hak Untuk Berkembang

Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi,

waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat,

dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.

Hak Partisipasi

Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat,

berserikat dan berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang

menyangkut dirinya. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak

31 Konvensi Hak-Hak Anak Diadopsi dari Dewan Umum PBB Pada Tanggal 20 November tahun 1989.

Page 35: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

35

boleh memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak

dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.

Hak Perlindungan

Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi,

perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun

dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah

mempekerjakan anak-anak di bawah umur.

Dengan demikian jelas terkait hak anak tidak membedakan dari segi

kekurangan dan kelibahan ataupun hal lain, anak berhak mendapatkan haknya dan

adalah kewajiban orang tua, kita semua dan negara atas keberlangsungan hak anak

tersebut

Untuk itu ada baiknya para orangtua, lembaga-lembaga pendidikan maupun

lembaga lain yang terkait dengan anak mengevaluasi kembali, apakah semua hak-hak

asasi anak telah dipenuhi / terpenuhi.32

3. Kriteria Penderita Autis

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada

dua dari gejala-gejala di bawah ini:

a. Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai.

b. Kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang

tertuju.

c. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.

32 Diki, Hak Anak Autis, http://deckie.wordpress.com/2008/02/19/hak-anak-anak/ (Di Akses pada 30 Mei 2008)

Page 36: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

36

d. Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain).

e. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal

balik.

2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada satu dari

gejala-gejala di bawah ini:

a. Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak

berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal.

b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.

c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.

d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.

3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat,

dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini:

a. Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan

berlebihan.

b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada

gunanya.

c. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.

d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.33

Selain Kriteria diatas ada beberapa pendapat dalam mengkategorikan bentuk-

bentuk diagnosa dari gejala-gejala autis tersebut seperti dibawah ini :

a. Hambatan Kualitatif Dalam Interaksi Sosial

Interaksi sosial pada anak autis dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

33 Autisme, http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme Op.Cit

Page 37: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

37

1. Menyendiri (aloof): banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh

tak acuh, dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan

perilaku serta perhatian yang terbatas (tidak hangat).

2. Pasif: dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika

pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.

3. Aktif tapi aneh: secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini

sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

Hambatan sosial pada anak autis akan berubah sesuai dengan perkembangan

usia. Biasanya, dengan bertambahnya usia maka hambatan tampak semakin

berkurang, seperti pengkategorian dibawah ini:

1. Sejak tahun pertama, anak autis mungkin telah menunjukkan adanya

gangguan pada interaksi sosial yang timbal balik, seperti menolak untuk

disayang/dipeluk, tidak menyambut ajakan ketika akan diangkat dengan

mengangkat kedua lengannya, kurang dapat meniru pembicaraan atau

gerakan badan, gagal menunjukkan suatu objek kepada orang lain, serta

adanya gerakan pandangan mata yang abnormal.

2. Permainan yang bersifat timbal balik mungkin tidak akan terjadi.

3. Sebagian anak autis tampak acuh tak acuh atau tidak bereaksi terhadap

pendekatan orangtuanya, sebagian lainnya malahan merasa cemas bila

berpisah dan melekat pada orangtuanya.

4. Anak autis gagal dalam mengembangkan permainan bersama teman-

temannya, mereka lebih suka bermain sendiri.

5. Keinginan untuk menyendiri yang sering tampak pada masa kanak akan

makin menghilang dengan bertambahnya usia.

Page 38: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

38

6. Walaupun mereka berminat untuk mengadakan hubungan dengan teman,

sering kali terdapat hambatan karena ketidakmampuan mereka untuk

memahami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kesadaran

sosial yang kurang inilah yang mungkin menyebabkan mereka tidak mampu

untuk memahami ekspresi wajah orang ataupun untuk mengekspresikan

perasaannya baik dalam bentuk vokal maupun ekspresi wajah. Kondisi

tersebut menyebabkan anak autis tidak dapat berempati kepada orang lain

yang merupakan suatu kebutuhan penting dalam interaksi sosial yang normal.

b. Hambatan kualitatif dalam komunikasi verbal/non-verbal dan dalam

bermain

Keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa serta berbicara merupakan

keluhan yang sering diajukan para orangtua, sekitar 50% mengalami hal ini:

1. Bergumam yang biasanya muncul sebelum dapat mengucapkan kata-kata,

mungkin tidak tampak pada anak autis.

2. Mereka sering tidak memahami ucapan yang ditujukan pada mereka.

3. Biasanya mereka tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk

menyampaikan keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya

untuk mengambil objek yang dimaksud.

4. Mereka mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata serta

kesukaran dalam menggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan benar.

5. Bahwa satu kata mempunyai banyak arti mungkin sulit untuk dapat

dimengerti oleh mereka.

6. Anak autis sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar atau

yang pernah mereka dengar sebelumnya tanpa maksud untuk berkomunikasi.

Page 39: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

39

7. Bila bertanya sering menggunakan kata ganti orang dengan terbalik, seperti

"saya" menjadi "kamu" dan menyebut diri sendiri sebagai "kamu".

8. Mereka sering berbicara pada diri sendiri dan mengulang potongan kata atau

lagu dari iklan televisi dan mengucapkannya di muka orang lain dalam

suasana yang tidak sesuai.

9. Penggunaan kata-kata yang aneh atau dalam arti kiasan, seperti seorang anak

berkata "sembilan" setiap kali ia melihat kereta api.

10. Anak-anak ini juga mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun

mereka dapat berbicara dengan baik, karena tidak tahu kapan giliran mereka

berbicara, memilih topik pembicaraan, atau melihat kepada lawan bicaranya.

11. Mereka akan terus mengulang-ulang pertanyaan biarpun mereka telah

mengetahui jawabannya atau memperpanjang pembicaraan tentang topik

yang mereka sukai tanpa mempedulikan lawan bicaranya.

12. Bicaranya sering dikatakan monoton, kaku, dan menjemukan.

13. Mereka juga sukar mengatur volume suaranya, tadak tahu kapan mesti

merendahkan volume suaranya, misal di restoran atau sedang membicarakan

hal-hal yang bersifat pribadi.

14. Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada

suara.

15. Komunikasi non-verbal juga mengalami gangguan. Mereka sering tidak

menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan

perasaannya atau untuk merasakan perasaan orang lain, misalnya

menggelengkan kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis dan lain

sebagainya.

Page 40: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

40

c. Aktivitas dan minat yang terbatas

1. Abnormalitas dalam bermain terlihat pada anak autis, seperti stereotip,

diulang-ulang dan tidak kreatif. Beberapa anak tidak menggunakan

mainannya dengan sesuai, juga kemampuannya untuk menggantikan suatu

benda dengan benda lain yang sejenis sering tidak sesuai.

2. Anak autis menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.

Contohnya seorang anak autis akan mengalami kesukaran bila jalan yang

biasa ia tempuh ke sekolah diubah atau piring yang biasa ia pakai untuk

makan diganti. Mainan baru mungkin akan ditolak berminggu-minggu

sampai kemudian baru bisa ia terima. Mereka kadang juga memaksakan

rutinitas pada orang lain, contohnya seorang anak laki-laki akan menangis

bila waktu naik tangga sang ibu tidak menggunakan kaki kanannya terlebih

dahulu.

3. Mereka juga sering memaksa orangtua untuk mengulang suatu kata atau

potongan kata.

4. Dalam hal minat terbatas, sering aneh dan diulang-ulang. Misalnya, mereka

sering membuang waktu berjam-jam hanya untuk memainkan saklar lampu,

memutar-mutar botol atau mengingat-ingat rute kereta api.

5. Mereka mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan

menolak meninggalkan rumah tanpa benda tersebut. Misalnya, seorang anak

laki-laki yang selalu membawa penghisap debu ke mana pun ia pergi.

6. Stereotip tampak pada hampir semua anak autis, termasuk melompat turun

naik, memainkan jari-jari tangannya di depan mata, menggoyang-goyang

tubuhnya, atau menyeringai.

Page 41: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

41

7. Mereka juga menyukai objek yang berputar, seperti mengamati putaran kipas

angin atau mesin cuci.

d. Gangguan kognitif

Hampir 75-80% anak autis mengalami retardasi mental dengan derajat rata-

rata sedang. Menarik untuk diketahui bahwa beberapa anak autis menunjukkan

kemampuan memecahkan masalah yang luar biasa, seperti mempunyai daya ingat

yang sangat baik dan kemampuan membaca yang di atas batas penampilan

intelektualnya.

Sebanyak 50% dari idiot savants, yakni orang dengan retardasi mental yang

menunjukkan kemampuan luar biasa, seperti menghitung kalender, memainkan satu

lagu hanya dari sekali mendengar, mengingat nomor-nomor telepon yang ia baca dari

buku telepon adalah seorang penyandang autis.

e. Gangguan perilaku motorik

Kebanyakan anak autis menunjukkan adanya stereotip, seperti bertepuk-

tepuk tangan dan menggoyang-goyangkan tubuh. Hiperaktif biasa terjadi terutama

pada anak prasekolah. Namun, sebaliknya dapat terjadi hipoaktif. Beberapa anak

juga menunjukkan gangguan pemusatan perhatian dan impulsivitas. Juga didapatkan

adanya koordinasi motorik yang terganggu, tiptoe walking, clumsiness, kesulitan

belajar mengikat tali sepatu, menyikat gigi, memotong makanan, dan mengancingkan

baju.

f. Respons abnormal terhadap perangsangan indera

Beberapa anak menunjukkan hipersensitivitas terhadap suara (hiperakusis)

dan menutup telinganya bila mendengar suara yang keras seperti suara petasan,

gonggongan anjing atau sirine polisi. Anak yang lain mungkin justru lebih tertarik

Page 42: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

42

dengan suara jam tangan atau remasan kertas. Sinar yang terang, termasuk sinar

lampu sorot di ruang praktik dokter gigi, mungkin membuatnya tegang walaupun

pada beberapa anak malah menyukai sinar. Mereka mungkin sangat sensitif terhadap

sentuhan, memakai baju yang terbuat dari serat yang kasar, seperti wol, atau baju

dengan label yang masih menempel, atau berganti baju dari lengan pendek menjadi

lengan panjang. Semua itu dapat membuat mereka tempertantrums.

Di lain pihak, ada juga anak yang tidak peka terhadap rasa sakit dan tidak

menangis saat mengalami luka yang parah. Anak mungkin tertarik pada rangsangan

indera tertentu seperti objek yang berputar.

g. Gangguan tidur dan makan

Gangguan tidur berupa terbaliknya pola tidur, terbangun tengah malam.

Gangguan makan berupa keengganan terhadap makanan tertentu karena tidak

menyukai tekstur atau baunya, menuntut hanya makan jenis makanan yang terbatas,

menolak mencoba makanan baru, dapat sangat menyulitkan para orangtua.

h. Gangguan afek dan mood

Beberapa anak menunjukkan perubahan mood yang tiba-tiba, mungkin

menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas. Sering tampak tertawa sendiri, dan

beberapa anak tampaknya mudah menjadi emosional. Rasa takut yang sangat

kadang-kadang muncul terhadap objek yang sebetulnya tidak menakutkan. Cemas

perpisahan yang berat, juga depresi berat mungkin ditemukan pada anak autis.

i. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan agresivitas melawan orang lain

Ada kemungkinan mereka menggigit tangan atau jari sendiri sampai

berdarah, membentur-benturkan kepala, mencubit, menarik rambut sendiri, atau

Page 43: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

43

memukul diri sendiri. Tempertantrums, ledakan agresivitas tanpa pemicu, dan kurang

perasaan terhadap bahaya, dapat terjadi pada anak autisme.

j. Gangguan kejang

Terdapat kejang epilepsi pada sekitar 10--25% anak autis. Ada korelasi yang

tinggi antara serangan kejang dengan beratnya retardasi mental dan derajat disfungsi

susunan syaraf pusat.

k. Kondisi fisik yang khas

Dilaporkan bahwa anak autisme usia 2-7 tahun, tubuhnya lebih dibanding

anak seusianya dan saudaranya.

4. Terapi Autis

Tujuan terapi pada gangguan autis adalah untuk mengurangi masalah

perilaku serta meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama

dalam penggunaan bahasa. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu

program terapi yang menyeluruh dan bersifat individual, dimana pendidikan khusus

dan terapi wicara merupakan komponen yang penting.

Suatu tim kerja terpadu yang terdiri dari tenaga pendidik, tenaga medis

(psikiater, dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara, pekerja sosial, dan perawat,

sangat diperlukan agar dapat mendeteksi dini, serta memberi penanganan yang sesuai

dan tepat waktu. Semakin dini terdeteksi dan mendapat penanganan yang tepat, akan

dapat tercapai hasil yang optimal.

a. Pendekatan edukatif

Anak dengan autis seharusnya mendapat pendidikan khusus. Rencana

pendidikan sebaiknya dibuat secara individual sesuai dengan kebutuhan masing-

masing anak. Juga perlu diperhitungkan tidak hanya kelemahan anak ini, namun juga

Page 44: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

44

kekuatan yang mereka punyai, agar guru dapat mempertimbangkannya dalam

memberikan keterampilan baru. Yang terbaik bagi mereka adalah suatu bentuk

pelatihan yang sangat terstruktur, sehingga kecil kesempatan bagi anak untuk

melepaskan diri dari teman-temannya dan guru akan segera bertindak bila melihat

anak melakukan aktivitas sendiri. Latihan yang terstruktur ini juga mempermudah

anak untuk dapat memperkirakan kemungkinan apa yang akan terjadi di sekitarnya.

Idealnya, anak ikut serta pelatihan ini dengan harapan ia dapat memperoleh

kemampuan untuk bekerja sendiri. Pendekatan ini tentunya membutuhkan suatu

kelas yang perbandingan murid dan gurunya rendah.

Dalam pelajaran bahasa, anak lebih mudah mengembangkan kemampuannya

dalam berkomunikasi bila fokus pembicaraan mengenai hal-hal yang ada dalam

kehidupan sehari-hari. Pada beberapa anak dapat dicoba dengan melatih bahasa

isyarat. Demikian pula dalam melatih ketrampilan sosial, hendaknya juga mengenai

hal-hal yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Kekurangan dalam interaksi soaial,

hubungan timbal-balik, memahami aturan-aturan sosial, memusatkan perhatian bila

berada dalam suatu kelompok, dan kemampuan mengerjakan cara-cara yang

diajarkan oleh pembimbingnya, merupakan masalah-masalah yang kemungkinan

dapat berhasil dicapai dalam program untuk remaja dan dewasa muda.

b. Terapi perilaku

Dengan modifikasi perilaku yang spesifik diharapkan dapat membantu anak

autisme dalam mempelajari perilaku yang diharapkan dan membuang perilaku yang

bermasalah.

Dalam suatu penelitian dikatakan, dengan terapi yang intensif selama 1-2

tahun, anak yang masih muda ini dapat berhasil meningkatkan IQ dan fungsi

Page 45: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

45

adaptasinya lebih tinggi dibanding kelompok anak yang tidak memperoleh terapi

yang intensif. Pada akhir dari terapi, sekitar 42% dapat masuk ke sekolah umum.

Agresivitas yang cukup banyak ditemukan pada anak autis, memerlukan penangan

yang spesifik, yakni:

Anak:

a. Ajari keterampilan berkomunikasi (non-verbal).

b. Tingkatkan ketrampilan sosial (dengan peragaan).

Medis

a. Konsultasi endokrinologi: untuk mengatasi agresivitas seksual.

b. Konnsultasi neurologi: untuk menyingkirkan adanya kejang lobus temporalis

dan sindrom hipotalamik.

Lingkungan

Lingkungan harus aman, teratur, dan responsif.

Sekolah:

• Periksa prestasi akademik yang diharapkan.

• Catat reaksi dari teman-teman.

• Coba kurangi tuntutan dan perubahan.

• Konsultasi dengan para ahli.

Rumah:

• Bagaimana penerimaan keluarga terhadap anak (orangtua dan saudara-

saudaranya).

• Catat tuntutan-tuntutan terhadap anak dan coba kurangi setiap perubahan

rutinitas.

• Pembatasan ruang adalah penting.

Page 46: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

46

• Konsultasi dengan para ahli.

Bangkitkan rasa percaya diri pada anak:

a. Bantu anak untuk melatih kontrol diri: stop-lihat-dengar

b. Praktikkan latihan relaksasi: napas dalam atau musik.

c. Ajari mendeteksi bahaya.

Kembangkan pelbagai keterampilan sebagai pengganti agresivitas, seperti

keterampilan sosial, berkomunikasi, kerjasama, menggunakan waktu senggang, dan

berekreasi.

Kurangi perubahan rutinitas yang mendadak. Hendaknya keluarga mempunyai

rencana terhadap apa yang diharap dari anak di rumah:

a. Rutinitas sehari-hari pada pagi hari, sepulang sekolah dan sore hari.

b. Gunakan gambar-gambar untuk anak non-verbal dan mempunyai fungsi yang

lebih rendah.

Bagi anak dengan agresivitas yang berat:

a. Pakai cara istirahat (time out) untuk meredakan dan dapat mengontrol diri

lebih baik.

b. Batasi reaksi emosional untuk menjadi agresif dengan berkata `tidak’ atau

‘stop’.

c. Gunakan alat bantu fisik untuk mengontrol anak

d. Koreksi terhadap akibat negatif yang dibuat anak

e. Pengendalian fisik pada agresivitas yang berat dan hilangnya kontrol diri.

f. Pastikan anak mempunyai rutinitas sehari-hari yang teratur.

g. Semua teknik di atas harus digunakan dengan hati-hati dan di bawah

supervisi profesional yang telah terlatih.

Page 47: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

47

Teknik pencegahan timbulnya agresivitas:

a. Bina hubungan yang kuat dengan anak

b. Pastikan anak mempunyai rutinitas yang teratur, terutama di rumah

c. Tinjau kembali bermacam tuntutan terhadap anak

d. Bagaimana mengatur perubahan rutinitas (sebelum/sesudah hari libur)

e. Jelaskan dan siapkan anak terhadap perubahan

f. Kurangi suara dan keributan di sekitarnya

g. Buat rencana untuk ‘hari-hari buruk’ dengan memilih suatu tempat yang

tenang agar anak lebih tenang.

h. Pergunakan relaksasi dan kontrol diri sebagai cara untuk memberi lebih

banyak ketrampilan pada anak

i. Pertemuan rutin dengan anggota tim agar mereka menyadari tanda-tanda

agresivitas

j. Supervisi dan ahli jiwa yang terlatih dalam terapi perilaku kognitif

c. Psikoterapi

Dengan adanya pengetahuan tentang faktor biologi pada autisme,

psikodinamik psikoterapi yang dilakukan pada anak yang masih kecil, termasuk

terapi bermain yang tidak terstruktur adalah tidak sesuai lagi. Psikoterapi individual,

baik dengan atau tanpa obat, mungkin lebih sesuai pada mereka yang telah

mempunyai fungsi lebih baik, saat usia mereka meningkat, mungkin timbul perasaan

cemas atau depresi ketika mereka menyadari kelainan dan kesukaran dalam membina

hubungan dengan orang lain.

Page 48: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

48

d. Terapi Obat

Pada sekelompok anak autis dengan gejala-gejala seperti tempertrantums,

agresivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas, dan stereotip, pemberian obat-obatan

yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi komprehensif.

Pemeriksaan yang lengkap dari kondisi fisik dan laboratorium harus dilakukan

sebelum memulai pemberian obat-obatan. Periode istirahat dari obat, setiap enam

bulan dianjurkan untuk menilai lagi apakah obat masih diperlukan dalam terapi.

Obat-obatan yang digunakan antara lain:

a. Antipsikotik: untuk memblok reseptor dopamin

b. Fenfluramine: untuk menurunkan serotonin

c. Naltrexone: untuk antagonis opioida

d. Simpatomimetik: untuk menurunkan hiperaktivitas

e. Clomipramine: untuk anti depresan

f. Clonidine: untuk menurunkan aktivitas noradrenergik34

C. Keluarga Sakinah

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan adalah peristiwa besar dalam hidup seseorang. Karena pernikahan

membawa perubahan status, peranan, bahkan perubahan hak dan kewajiban, selain

itu pernikahan juga mampu membahagiakan dengan berbagai ragam.35 Bila suami

34 ferizal masra, Autisme: Gangguan Perkembangan Ana,Tempo (Senin 16 April 2007) 35 Muhammad Abdul Qzis Al-Khauli, Membina Keluarga Islami Menuju Keutamaan Hidup,(Semarang : Pustaka Adnan 2006), 2.

Page 49: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

49

istri tidak memahami arti penting dari pernikahan itu maka dalam pembentukan

keluarga akan mengalami banyak permasalahan.36

Di dalam ajaran Islam, nikah adalah sunatullah yang memiliki dimensi sosial

dan spiritual, sebab disamping harus dilaksanakan sesuai dengan hukum yang

diberikan oleh Allah. Kelangsungan dan sepak terjang dalam kehidupan keluarga

yang telah dibentuk itupun tidak akan membuahkan sakinah dan kebahagian sejati

apabila tidak didasarkan pada ajaran agama dan pergaulan yang harmonis antara

anggota keluarga, pergaulan yang baik dengan tetangga dan masyarakat sekitar.

Karena itu, nikah yang dilakukan oleh seorang muslim harus bernilai ibadah dan

sosial.37

Di dalam Islam, pernikahan adalah pintu gerbang menuju keluarga sakinah.

Ia dianggap sebagai ikatan suci (sakral) yang mempunyai dimensi duniawi dan

ukhrawi sekaligus. Karena itu, keluarga dalam Islam adalah satuan terkecil dalam

sistem sosial masyarakat umat islam yang tidak saja sebagai ketentraman lahir dan

batin, cinta kasih dan sayang, tetapi juga sebagai suatu perjanjian berat dan kokoh

yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT38

Nikah, atau kawin secara etimologis (lughah) berarti kumpul, atau bersatu,

sedangkan secara etimologis (istilah) ” nikah adalah suatu akad (ikatan) yang

menghalalkan hubungan laki-laki dan perempuan yang semula terlarang (haram)”.

Sedangkan menurut ilmu fiqih pengertian nikah adalah menurut para ulama dengan

beragam sekali, namun secara keseluruhan hampir sama antara satu dengan yang

lainnya, yang dapat disimpulkan sebagai berikut ” Pernikahan adalah yang ditetapkan

36 R. Mulyadi, “Upaya Mewujudkan Rumah Tangga Sakinah, Mawadah, Rahmah” Majalah Perkawinan dan Keluarga (Oktober 2006),38. 37 Dede Junaedi, Keluarga Sakinah Pembinaan dan Pelestarianya, (Jakarta : Akademia Pressindo 2007), 1. 38 Ibid, 12.

Page 50: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

50

oleh syara’ bahwa seorang suami dapat memanfaatkan dan besenang-senang dengan

kehormatan (kemaluan) seorang istri dan seluruh tubuhnya”.

Pernikahan sah yang terjadi antara seorang pria dan seorang wanita dengan

terpenuhinya semua syarat dan rukunnya menyebabkan semua hubungan keduannya

menjadi halal bahkan berpahala yang sebelum pernikahan tersebut hukumnya haram

dan berakibat dosa. Yang dimaksud dengan hubungan yang semula terlarang (haram)

antara laki-laki dan wanita itu adalah berduaan, bertatapan, bersentuhan,

berhubungan badan dan seterusnya.

Pada dasarnya hal di atas adalah kebutuhan manusia bahkan seluruh makhluk

hidup. akan tetapi sebagai manusia terlebih lagi kita sebagai umat Islam yang

memilki akal budi, norma, etika dalam berhubungan dengan Tuhan dan sesama

manusia, maka kita memiliki batasan-batasan tertentu yang dilarang oleh Allah

SWT untuk dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang belum menikah.

Dengan demikian Islam menganjurkan dengan melakukan pernikahan agar

mampu menyalurkan seluruh kebutuhan-kebutuhan naluri manusia serta sebagai

pintu gerbang dalam membentuk keluarga yang sakinah. Dengan memperhatikan

tujuan, akibat, pengaruh pernikahan terhadapa hak dan kewajiban suami istri39

Dewasa ini, sejalan dengan perkembangan zaman dan tingkat pemikiran

manusia, pengertian nikah telah memasuki unsur lain yang timbul akibat adanya

pernikahan tersebut. seperti pengertian yang dikemukakan Undang-Undang

Perkawinan (UU No.1 Tahun 1974), yaitu : ” Pernikahan adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

39 Umay M, Dja’far shiddieq, Indahnya Keluarga Sakinah Dalam Naungan Al-Qur’an dan Sunnah, (Jakarta : Zakia Press 2004),

Page 51: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

51

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal dan berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa.

Jauh sebelum itu seorang ulama Muhammad Abu Israh juga telah

memasukan unsur hak dan kewajiban ke dalam definisi (pengertian) nikah. Beliau

mengatakan bahwa”Nikah adalah akad yang memberikan faidah kebolehan

mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan wanita, dan

mengadakan tolong-menolong serta memberi batas hak bagis pemiliknya dan

pemenuhan kewajiban masing-masing”40

2. Tujuan Pernikahan

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan

disebutkan : ”Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria denan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Itulah definisi

pernikahan yang sekaligus menyebutkan tujuannya.

Tujuan pernikahan yang diungkap dalam pasal 1 Undang-Undang

perkawinan ini hanya besifat global, yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Meskipun demikian, keseluruhan

pasal dalam undang-undang tersebut telah menyebutkan secara terperinci dan

terarah. Sebagai sunnatullah yang tidak hanya diberikan kepada manusia, pernikahan

ini bukan semata-mata perintah dan anjuran yang tidak memiliki arti dan manfaat

sama sekali. Akan tetapi, sebaliknya pernikahan ini merupakan realisasi kehormatan

bagi manusia sebagai makhluk bermoral dan berakal dalam penyaluran naluri seks

yang telah ada sejak lahir, selain itu banyak manfaat baik bersifat psikis maupun fisik

40 Dede Junaidi Op.Cit,24.

Page 52: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

52

yang dapat diperoleh dalam pernikahan sebagai tujuan pelaksanaannya, yang secara

garis besar adalah sebagai berikut :

a. Untuk Memperoleh ketenangan hidup.

Laki-laki yang dibekali rasa senang terhadap wanita dan demikian pula

wanita merasa senang terhadap laki-laki, dalam menempuh hidup didunia sebagai

khilafah tidak dibiatkan hidup sekehendak nafsunya, tetapi diberi aturan hidup

bersama dengan pasangannya itu. Aturan ini bermaksud agar mereka hidup dengan

tenang dan tentram diliputi rasa kasih sayang yang dapat menghibur hati dikala susah

dan pemulih gairah dikala lelah, kondisi seperti ini di jelaskan oleh Allah dalam

Firman-Nya: (Q.S Ar-Rum 21)

ôÏΒ uρ ÿ ϵÏG≈tƒ#u ÷βr& t, n=y{ / ä3s9 ôÏiΒ öΝä3 Å¡ à�Ρr& % [`≡uρ ø— r& (#þθãΖä3 ó¡ tF Ïj9 $yγ øŠ s9 Î) Ÿ≅yè y_ uρ Νà6 uΖ ÷�t/ Zο ¨Š uθΒ

ºπ yϑôm u‘uρ 4 ¨βÎ) ’ Îû y7 Ï9≡sŒ ;M≈ tƒ Uψ 5Θ öθ s)Ïj9 tβρã�©3x� tGtƒ ∩⊄⊇∪

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir41.

Ayat ini menunjukan bahwa fungsi pernikahan merupakan tempat

menumbuhkan ketentraman, kebahagian dan cinta kasih. Allah menciptakan laki-laki

dan wanita untuk menjadi suami istri, bukan hanya memuaskan seks namun juga

memberikan ketenangan baik laki-laki maupun wanita dan keduanya akan

menemukan ketetapan hati dan ketenangan jiwa, akhirnya rumah semacam ini akan

jauh dari faktor-faktor kegelisahan dan kegoncangan yang berbahaya.

Kemudian, sebagai landasan kerjasama yang baik antara suami dan istri,

Islam menetapkan hak dan kewajiban kepada keduanya. Islam mengingatkan suami

41 Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Departeman Agama 2002)

Page 53: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

53

bahwa istri adalah amanah Allah, yang wajib diperlakukan dengan hormat dan penuh

kasih sayang

Demikianlah pernikahan yang dengan dengan tuntunan dan aturan dari Allah

serta memberikan kontribusi yang begitu banyak baik kebutuhan lahir dan batin,

sehingga memberi ketenangan dan ketemtraman jiwa.

b. Untuk Menjaga Kehormatan Diri dan Pandangan Mata.

Menjaga kehormatan diri dan pandangan mata (dari maksiat) merupakan sdua

hal yang diperntahkan kepada manusia yang beriman. Dalam Al Qur’an surat An-

Nur 30 Allah SWT berfirman :

≅ è% šÏΖ ÏΒ÷σ ßϑ ù=Ïj9 (#θ ‘Òäótƒ ôÏΒ ôΜÏδ Ì�≈|Áö/ r& (#θ Ýàx�øt s† uρ óΟßγy_ρ ã�èù 4 y7Ï9≡sŒ 4’s1 ø— r& öΝçλm; 3 ¨βÎ) ©! $# 7��Î7yz $ yϑ Î/ tβθ ãè oΨ óÁtƒ ∩⊂⊃∪

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Pernikahan adalah salah satu sarana pemeliharaan kesucian diri yang

diperintahkan Allah SWT dalam ayat di atas. Ia membentengi diri dari godaan setan,

mematahkan keinginan kuat yan memenuhi pikiran, mencegah bencana akibat

dorongan syahwat, menundukkan pandangan mata dan menjaga kemaluan dari

perbuatan terlarang.

Menurut Imam Ghazali, syahwat meskipun dikekang oleh kendali takwa,

paling ia hanya mampu mencegah organ-organ tubuh dari memenuhi panggilan

syahwat itu, lalu menundukan pandangan mata dan memelihara kemaluanya. Dengan

demikian jelas bagaimana pentingnya pernikahan, dimana seorang istri diperlukan

demi kesucian hati, persis seperti makanan diperlukan untuk perut

Page 54: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

54

c. Untuk Mendapat Keturunan

Tujuan utama pernikahan adalah untuk memperoleh anak (keturunan) guna

mempertahankan keturunan agar dunia ini tidak kosong dari jenis manusia. Pada

hakekatnya, diciptakan syahwat seksual pada manusia ialah sebagei pembangkit dan

pendorong dalam pencapaian tujuan ini. Pihak laki-laki diserahi tugas menyediakan

benih, sementara wanita sebagai lahan yang siap di tanami. Adapun syahwat dalam

diri mereka merupakan upaya lembut dan halus guna menggiring mereka

memproduksi anak melalui hubungan kelamin.

Anak adalah hiasan kehidupan dunia dan penerus keturunan yang akan

menjadi khalifah di bumi Allah SWT berfirman: (Q.S Al Kahfi : 46)

ãΑ$yϑ ø9 $# tβθ ãΖt6 ø9 $#uρ èπuΖƒÎ— Íο 4θ uŠys ø9 $# $u‹÷Ρ ‘‰9$# ( àM≈uŠ É)≈t7ø9 $#uρ àM≈ysÎ=≈¢Á9$# î�ö�yz y‰ΖÏã y7 În/u‘ $ \/#uθ rO

î� ö�yz uρ WξtΒr& ∩⊆∉∪

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. Selain itu anak juga merupakan sarana taqarub (mendekatkan diri) kepada

Allah SWT. Dalam hal ini imam ghazali menyebutkan dalam pendekatan diri dalam

hubunganya dengan upaya memperoleh anak ini meliputi empat aspek yaitu:

1. Mencari keridhaan Allah SWT dengan memperoleh anak atau keturunan demi

mempertahankan kelangsungan jenis manusia.

Page 55: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

55

2. Mencari keridhaan Rasulullah SAW dengan memperbanyak umat beliau yang

kelak pada hari kiamat akan menjadi kebanggaan beliau diantara umat-umat

lain.

3. Mengharapkan berkah dari do’a-do’a anaknya yang shaleh sepeninggalnya.

4. Mengharapkan syafaat dari anaknya apabila meninggal dunia sebelumnya,

yakni ketika belum mencapai usia dewasa.42

3. Pengertian Keluarga Sakinah

Pernikahan adalah awal terbentuknya sebuah keluarga baru yang didambakan

dan akan membawa pasangan suami istri untuk mengarungi kebahagiaan, cinta dan

kasih sayang. Sebuah keluarga merupakan komunitas masyarakat terkecil dan sebuah

keluarga diharapkan akan menjadi sumber mata air kebahagian, cinta dan kasih

sayang seluruh anggota keluarga.

Kita semua mendambakan keluarga yang harmonis dan bahagia, yang serasi

dan selaras dalam aspek-aspek kehidupan yang diarungi bersama. Dalam Islam

keluarga yang bahagia seperti itu disebut dengan keluarga yang sakinah (tentram),

mawadah (penuh cinta) dan rahmah (kasih sayang).

Betapa indahnya kehidupan pasangan suami istri, betapa indahnya kehidupan

sebuah keluarga dan betapa indahnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara

apabila semua lahir, tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang bahagia.43

a) Keluarga

Kata ” Keluarga” menurut makna sosiologi, yaitu kesatuan masyarakat

(sosial) berdasarkan hubungan pernikahan atau pertalian darah. Berdasarkan

pengertian itu dibedakan menjadi : 42 Dede Junaidi Op.Cit, 30-38 43Umay M, Dja’far shiddieq, Indahnya Keluarga Sakinah Dalam Naungan Al-Qur’an dan Sunnah, (Jakarta : Zakia Press 2004), 7-8.

Page 56: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

56

1. Keluarga inti atau keluarga batih (Primary group) terdiri atas bapak, ibu,

anak, disana terjalin hubungan kekeluargaan;

2. Pasangan yang menikah maupun tidak dan tanpa anak;

3. Kelompok yang terdiri dari seorang bapak dan ibu yang menikah atau tidak,

yang cerai maupun yang ditinggal mati dan bersama anak-anaknya.

4. kelompok anak yang ditinggalkan orang tuanya;

5. seorang yang hidup berpoligami baik punya anak maupun tidak

6. beberapa sanak keluarga dengan anak-anaknya yang sudah berumah tangga;

Pertalian keluarga atau keturunan dapat diatur secara : parental atau bilateral,

artinya menurut orang tua (bapak dan ibu), matrilineal artinya menurut garis ibu,

patrilineal menurut garis ayah. Susunan kekeluargaan ini bertalian dengan hakekat

kedudukan pernikahan dalam tata masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kata

keluarga dipakai dengan pengertian antara lain :

1. Sanak saudara atau kaum kerabat

2. Orang seisi rumah, suami-istri, anak, batih.

3. Orang yang berada dalam naungan organisasi atau sejenisnya, misalnya

keluarga Muhammadiyyah atau keluarga Nahdlatul Ulama.

4. Masyarakat terkecil berbentuk keluarga atau yang lainnya.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan keluarga adalah unit

terkecil dari suatu masyarakat; tidak akan ada masyarakat apabila tidak ada keluarga,

dengan kata lain masyrakat merupakan kumpulan keluarga-keluarga. Ini berarti, baik

buruknya masyarakat kecil itu (keluarga). Akan menjadi patokan dari keselamatan

dan kebahagiaan suatu masyarakat.44

44Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Jokjakarta : Pustaka Pesantren 2004 ), 1-3.

Page 57: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

57

Keluarga dalam satu unit yang biasanya terdiri dari suami, istri, anak-anak adalah

jiwa masyarakat dan tulang punggungnya, kesejahteraan lahir dan batin yang

dinikmati oleh suatu bangsa atau sebaliknya, kebodohan dan keterbelakangan adalah

cermin dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada masyarakat bangsa tersebut.

Hakekat diatas adalah kesimpulan pandangan para pakar dari beberbagai disiplin

ilmu, termasuk pakar-pakar agama Islam. itulah, antara lain sebabnya mengapa

agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga,

perhatianya yang sepadan dengan perhatiannya terhadap individu serta kehidupan

umat manusia secara keseluruhan.45

Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk

organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut

baik dan jika keluarga rusak, masyarakatpun ikut rusak. Bahkan keluarga adalah

miniatur umat yang menjadi sekolah pertama bagi manusia dalam mempelajari etika

moral dan sosial yang baik. Sehingga tidak ada umat tanpa keluarga, bahkan tidak

ada masyarakat humanisme tanpa keluarga.

Urgensi dan keluhuran status keluarga bertumpu pada kenyataan bahwa keluarga

merupakan milieu sosial pertama dan satu-satunya yang menyambut manusia sejak

kelahiran, selalu bersama sepanjang hidup, ikut menyertai dari fase satu ke fase

selanjutnya. Bahkan, tidak ada sistem sosila lainpun yang bisa menentukan nasib

manusia secara keseluruhan sebagaimana keluarga.

Lebih lanjut, tidak ada sistem yang mengurusi tehknis perawatan dan perhatian

terhadap keluarga sebagaimana Islam. Islam telah melingkupi sedemikian rupa

dengan arahan mendidik sambil merumuskan prinsip legislasi hukum keluarga yang

45 M Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an Kado Permata Buat Anak-Anakku (Jakarta : Lentera Hati 2007 ), 145.

Page 58: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

58

menjamin keberadaanya diatas landasan yang sehat, mengankat harkat, mengeratkan

tali-tali hubungan antar keluarga atau anggotanya, menyokong eksistensi, dan

mengamankan kelangsungan hidupnya.

Dalam pendekatan Islam, Keluarga adalah basis utama yang menjadi pondasi

bangunan komunitas dan masyarakat Islam. Sehingga keluarga pun berhak lingkupan

perhatian dan perawatan yang begitu signifikan dari Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an

terdapat penjelasan untuk menata keluarga, melindungi, dan membersihkanya dari

anarkisme jahiliyah. Dikaitkanya keluarga dengan Allah dan ketakwaan kepada-Nya

dalam setiap ayat keluarga yang dilansir dalam Al Qur’an, sambil menyoroti dengan

pancaran spritual, sistem perundangan, dan jaminan hukum dalam setiap kondisinya

Sistem sosial Islam adalah sistem keluarga, karena keluarga merupakan sistem

rabbani bagi manusia yang mencakup segala karateristik dasar fitrah manusia,

kebutuhan, dan unsur-unsurnya.

Sistem keluarga dalam Islam terpancar dari fitrah dan karakter alamiyah yang

merupakan basis penciptaan pertama makhluk hidup hal ini tampak pada firman

Allah SWT Q.S Adz-Dzariyat : 49 :

ÏΒ uρ Èe≅ à2 > óx« $ oΨø) n=yz È÷y ÷ρy— ÷/ä3 ª=yè s9 tβρ ã�©. x‹ s? ∩⊆∪

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat

kebesaran Allah.

Sebenarnya Allah mampu menciptakan jutaan manusia sekaligus, akan tetapi

takdir-Nya menghendaki hikmah lain yang tersembunyi dalam fungsi keluarga yang

sangat besar bagi kelangsungan kehidupan makhluk ini.

Page 59: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

59

Keluarga menurut konsepsi Islam menguak penggabungan fitrah antara kedua

jenis kelamin. Namun, bukannya untuk menggabungkan antara kedua jenis kelamin.

Namun bukannya menggabungkan sembarang pria dan sembarang wanita dalam

wadah komunisme kehewanan, melainkan untuk mengarahkan penggabungan

tersebut de arah pembentukan keluarga dan rumah tangga. Allah berfirman dalam

Q.S Baqarah : 187

¨….....4 £ßγ©9 Ó¨$t6 Ï9 öΝçFΡ r& uρ öΝä3 ©9 Ó¨$ t6Ï9 £èδ .......3

mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.

Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nahl :80 :

ª! $#uρ Ÿ≅ yèy_ /ä3s9 .ÏiΒ öΝà6Ï?θã‹ç/ $ YΖs3y™

Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal

Dengan demikian, keluarga mampu memenuhi fitrah yang terpendam dalam

pangkal kosmos dan struktur manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga

dalam Islam adalah sistem alamiah dan berbasis fitrah yang bersumber pada pangkal

pembentukan manusia, bahkan pangkal pembentukan sesuatu dalam semesta kosmos

dan berjalan menurut cara Islam dalam mentautkan sistem yang dibangunnya untuk

manusia daa sistem yang di bangun Allah untuk alam semesta.

Keluarga adalah tempat pengasuhan alami yang melindungi anak yang baru

tumbuh dan merawatnya, serta mengembangkan fisik, akal dan spiritualnya, dalam

naungan keluarga, perasaan cinta dan empati serta solidaritas berpadu dan menyatu.

Anak-anak pun akan bertabiat dengan tabiat yang bisa dilekati sepanjang hidupnya.

Page 60: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

60

Lalu dengan arahan dan petunjuk keluarga, anak itu akan dapat menyongsong hidup,

memahami makna hidup dan tujuan-tujuannya, serta mengetahui bagaimana

berinteraksi dengan makhluk hidup.46

Selanjutnya ada beberapa pakar-pakar bangsa Indonesia setelah merujuk ajaran

agama dan budaya bangsa merinci fungsi-fungsi tersebut yang kemudian dirumuskan

oleh peraturan pemerintah No.21 tahun 1994.ada delapan fungsi keluarga yang

digaris bawahi sebagai salah satu peran dalam pembentukan keluarga sakinah, yaitu :

Fungsi Keagamaan, yaitu pernikahan adalah suatu anjuran agama bagi orang

yang telah mampu secara mental, materal, spiritual yang telah siap memikul

tanggung jawab dan dalam proses pembentukan keluarga sakinah pun tidak lepas

dari bimbingan Agama.

Fungsi Sosial Budaya, fungsi ini diharapkan dapat mampu mengantarkan

seluruh keluarga untuk memelihara budaya bangsa dan memperkayanya. Islam

secara tegas mendukung setiap hal yang dinilai oleh masyarakat sebagai sesuatu yang

baik dan sejalan dengan nilai-nilai agama.

Fungsi cinta kasih, fungsi ini telah digaris bawahi secara jelas dan populer

dalam Al-Qur’an yaitu mawadah wa rahmah dan terhadap anak dengan penyejuk

mata, hubungan suami-istri, orang tua-anak harus didasari cinta kasih sehingga

dalam keluarga tidak ada kekeceaan satu sama lain karena perbedaan dan tidak saling

terbuka sehingga sering terjadi salah paham. Selain itu tanpa cinta dan perhatian

yang besar maka akan berdampak ada perkembangan anak yang terlambat sehingga

menjadi idiot, padahal cita-cita orang tua adalah memiliki anak sebagai generasi

yang tangguh namun demikian tanpa cinta dan kasih maka semua akan sia-sia.

46 Mahmud Muhammad Al-Jauhari dkk, Membangun Keluarga Qur’ani, (Jakarta : Amzah 2000), 3-6

Page 61: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

61

Fungsi Melindungi, perisai yang dipakai dalam peperangan akan memberikan

rasa aman, pakaian tebal sebagai prlindungan dari cuaca yang dingin, begitu pula

rumah, keluarga, sebagai perlindungan dari banyaknya pengaruh negatif dari

masyarakat, keluarga melindungi dari berbagai cobaan yang dialami dari anggota

keluarga tersebut.

Fungsi Reproduksi, pada dasarnya dalam melakukan pernikahan adalah untuk

mendapatkan keturunan, harus diakui anak adalah buah hati dan salah satu daru

kedua hiasan duniawi, anak adalah generasi yag unggul dan mampu melanjutkan

keturunan.

Fungsi Sosialisasi Dan Pendidikan, tidak dipungkiri saat ini banyak sekali

lembaga-lembaga pendidikan mulai untuk anak yang masih kecil hingga dewasa

serta di lengkapi dengan sistem pendidikan yang cukup bagus, namun pendidikan

dan pegajaran tidak hanya terbatas pada pengembangan potensi akal dan jiwa. Tetapi

juga potensi fisik, serta ketrampilan, etika dan moral sehingga tidak cukup hanya dari

lembaga pendidikan saja namunkeluarga juga berperan aktif dalam proses pengajaran

tersebut untuk memperiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Fungsi ekonomi, pada dasarnya saat ini proses modernisai terus berlanjut

sehingga kebutuhan material yang sukar di bendung, sehinga melahirkan pula

kebutuhan dan keinginan-keinginan baru yang mendesak keluarga dan sering kali

tidak dapat terpenuhi, sehingga jika hal tersebut terjadi dan keluarga tidak mampu

memenuhi atau membimbing keluarganya dalam hal materi maka akan megalami

kegongcangan, misalnya anak mencuri, istri selingkuh dengan laki-laki yang lebih

kaya, atau malah istri minta cerai.47

47 Quraish shihab, Op.Cit 162

Page 62: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

62

b) Sakînah

Kata sakînah berarti ketenangan, atau antonim dari kegoncangan. Kata ini

tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah

sebelumnya ada gejolak tersebut. kecemasan menghadapi musuh, atau bahaya, atau

kesedihan dan semacamnya bila disusul dengan ketenangan batin yang mendalam,

maka ketenangan tersebut dinamai sakînah.48

Kata ” Sakînah” (Arab) mempunyai arti ketenangan dan ketentraman jiwa.

Kata ini disebut sebanyak eman kali dalam Al-Qur’an, yaitu pada surat Al-

Baqarah:248, surat At-Taubah: 26 dan 40, surat Al-Fath : 4,18 dan 26. dalam ayat-

ayat tersebut dijelaskan bahwa sakînah didatangkan Allah SWT. Kedalam hati para

nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi

rintangan, tantangan, ujian, cobaan, ataupun musibah. Sehingga sakînah bisa juga

dapat dipahami dengan ”sesuatu yang memuaskan hati”.

Dalam surat Al-Baqarah :248 terdapat pernyataan fihi sakînatun min

rabbikum (sakînah dari tuhanmu terdapat pada tâbût atau kotak suci). Ungkapan ini

disebabkan oleh penghormatan bani israil pada tâbût sebagai kotak penyimpanan

kitab taurat. Disebutkan bahwa nabi musa a.s ketika berperang selalu membawa

tâbût tersebut sehingga pengikutnya merasa tenang dan tidak lari dari medan perang.

Sakînah pada surat At-Taubah:26 berkaitan dengan perang Hunain dimasa

rasulullah Saw. Dalam peristiwa itu, pasukan Islam bercerai-berai karena serbuan

dasyat dari pihak musuh sementara jumlah mereka lebih sedikit. Pada saat itulah

Allah menurunkan sakînah kepada Rasulullah Saw. Beserta orang-orang yang

48ibid, 80.

Page 63: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

63

berimandengan menurunkan ”tentara malaikat” yang tidak terlihat untuk

mengalahkan musuh.

Pada surat At-Taubah : 40, sakînah didatangkan pada Allah kepada nabi

Muhammad ketika beliau sedang bersembunyi di gua Tsur bersama sahabat Abu

Bakar Ash-Shiddiq, untuk berlindung dari kejaran orang-orang kafir quraisy.

Dalam surat Al-Fath : 4,18 dan 26 sakînah diberikan Allah SWT. Kepada

kaum muslimin pada perjanjian Hudaibah, yaitu baiat Ridhwan (baiat yang

dilakukan kaum muslimin ketika terjadi qazwah/perang Hudaibiyah) dan saat mereka

memasuki kota mekah. Mereka (kaum muslimin) tanpa gentar memasuki kota meski

tanpa senjata karena adanya sakînah yang diturunkan Allah kedalam hati mereka.49

Dari sejumlah ungkapan yang diabadikan dalam Al-Qur’an tentang sakînah,

maka muncul beberapa pengertian, sebagai berikut:

1. Menurut Rasyid Ridha, sakînah adalah sikap jiwa yang timbul dari suasana

ketenangan dan merupakan lawan dari goncangan batin dan kekalutan;

2. Al-Isfahan (Ahli Fiqh dan tafsir) mengartikan sakînah dengan tidak adanya rasa

gentas dalam menghadapi sesuatu.

3. Menurut Al-Jurjani (Ahli Bahasa), sakînah adalah adanya ketentraman dalam

hati pada saat datangnya sesuatu tak diduga, dibarengi satu nûr (cahaya) dalam

hati yang memberi ketenangan dan ketentraman pada yang menyaksikannya, dan

merupakan keyakinan berdasarkan penglihatan (ain al-yaqîn)

4. Ada pula yang menyamakan sakînah itu dengan kata rahmah dan thuma’ninah,

artinya tenang tidak gundah dalam melaksanakan ibadah.50

49Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Jokjakarta : Pustaka Pesantren 2004 ),3-4. 50 Ibid 6

Page 64: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

64

Dengan demikian perlu dicatat bahwa sakînah bukan sekedar apa yang

terlihat dapat ketenangan lahir, yang tercermin pada kecerahan air muka, karena yang

ini bisa muncul akibat keluguan, ketidak tahuan, atu kebodohan. Tetapi sakinah

terlihat pada kecerahan air muka yang disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa

yang halus, yang dilahirkan dari ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman

dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekat yang kuat

sakînah diterjemahkan sebagai ketenangan yang sengaja Allah turunkan ke dalam

hati orang-orang yang beriman. Ketenangan ini merupakan suasana psikologis yang

melekat pada setiap individu yang mampu melakukannya. Ketenangan adalah

suasana batin yang hanya bisa diciptakan sendiri. Tidak ada jaminan orang lain untuk

dapat menciptakan suasana tenang bagi seseorang yang lainnya.

Selain itu merupakan tata nilai yang seharusnya menjadi kekuatan penggerak

dalam membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan kenyamanan dunia

sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat.

c) Keluarga Sakinah

Istilah ”Keluarga Sakînah” merupakan dua kata yang saling melengkapi; kata

sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk mensifatai atau menerangkan kata keluarga.

Keluarga sakinah digunakan dengan pengertian keluarga yang tenang, tentram,

bahagia, dan sejahtera lahir dan batin.

Munculnya istilah keluarga sakinah ini sesuai dengan firman Allah dalam

surat Ar-Rum : 21, yang menyatakan bahwa tujuan rumah tangga atau keluarga

adalah untuk mencari ketenangan dan ketentraman atas dasar mawaddah dan

rahmah, saling mencintai, dan penuh rasa kasih sayang antara suami istri.

Page 65: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

65

Ada tiga kata kunci dalam Surat Ar-Ruum ayat 21 yang menjelaskan tentang

keluarga sakinah yaitu : 1. Min-Anfusikum (dari dirimu sendiri); 2.mawaddah

(cinta); 3.Rahmah (Kasih sayang).

Kata kunci yang pertama artinnya dari dirimu sendiri. Untuk menjadi sakinah

maka seorang suami harus menjadikan istrnya bagian dari dirinya sendiri, begitu

sebaliknya. Apabila suami istri tersebut tidak laki menjadi bagian datri yang satu

dengan yang lain maka akan banyak sekali kejadian atau cobaan salah satunya cerai.

Kata kunci kedua adalah mawaddah artinya cinta. Bisa diartikan cinta yang disertai

birahi, namun mawaddah juga mempunyai makna kekosongan jiwa dari berbuat jahat

terhadap yang dicintainya. Dengan mawaddah maka suami istri saling tertarik dan

saling membutuhkan. Kata kunci ketiga adalah rahmah yang artinya kasih sayang.

Rahmah adalah karunia Allah yang amat besar bagi pasangan suami istri. Meskipun

mawaddah mulai berkurang seiring perjalanan waktu namun dengan rahmah ini

tetaplah terjaga damampu memperekat hubungan antar suami dan istri sehinnga bisa

langgeng sampai akhir hayat.

Ketiga kunci tersebut haruslah mendapat perhatian dan pemahaman yang

mendalam antar suami istri sehingga setiap mengadapi konflik apapun teap selalu

bersama, bahkan ketiga hal tersebut harus tetap dirawat, dipupuk, di kembangkan

sehingga berbuah sakihan atau keluarga yang sakinah.51

Dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya merasakan suasana tentram,

damai, bahagia, aman, dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera lahir adalah bebas dari

kemiskinan harta dan tekanan penyakit jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah

51 Juraidi,Sudahkah Kita Sakinah, majalah keluarga (November 2000 )

Page 66: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

66

bebas dari kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilai-nilai

keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Disamping itu keluarga sakinah dapat memberi setiap anggotanya

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dasar fitrah kemanusiaan, yaitu

fitrah sebagai hamba yang baik, sebagaimana maksud dan tujuan tuhan menciptakan

manusia di bumi.52

Rumah tangga sudah seharusnya menjadi tempat yang tenang bagi setiap

anggota keluarganya. Ia merupakan tempat kembali kemana pun mereka pergi.

Mereka merasa nyaman di dalamnya, dan penuh percaya diri ketika berinteraksi

dengan keluarga yang lainnya dalam masyarakat. Inilah yang dalam perspektif

sosiologis disebut unit terkecil dari suatu masyarakat, Memelihara Kenyamanan

Keluarga Kenyamanan dalam keluarga hanya dapat dibangun secara bersama-sama.

Melalui proses panjang untuk saling menemukan kekurangan dan kelebihan

masing-masing, setiap anggota keluarga akan menemukan ruang kehidupan yang

mungkin sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Itulah sebabnya, keluarga pada

dasarnya adalah proses pembelajaran untuk menemukan formula yang lebih tepat

bagi kedua belah pihak, baik suami-istri, maupun anak-orangtua. Proses belajar itu

akan mengungkap berbagai misteri keluarga. Lebih-lebih ketika kita akan belajar

tentang baik-buruk kehidupan keluarga dan rumah tangga. Tidak banyak buku dan

teori yang tepat menembak sasaran ketika diperlukan solusi atas problema keluarga.

Ilmu membina keluarga lebih banyak diperoleh dari pengalaman. Itulah

sebabnya, dalam nasihat-nasihat perkawinan, keluarga sering diilustrasikan sebagai

perahu yang berlayar melawan badai samudra. Kita dapat belajar dari pengalaman

52Zaitunah Subhan Op.Cit 7

Page 67: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

67

siapa pun. Pengalaman pribadi untuk tidak mengulangi kegagalan, atau juga

pengalaman orang lain selama tidak merugikan pelaku pengalaman itu.53

4. Langkah-Langkah Pembinaan Keluarga Sakinah

Pembianaan keluarga sakinah saat ini merupakan program nasional

pemerintah melalui Menteri Agama (8 Januari 1999) sebagaimana juga telah

disebutkan dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang pernikahan pasal 1 ” perkawinan

adalah salah satu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang wanita

sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Atas pengertian tersebut, maka keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina

berdasarkan pernikahan yang sah, mampu memenuhi hajat lahir batin, spiritual dan

material yang layak, saling menciptakan suasana cinta kasih yang nyaman, selaras,

serasi, seimbang, serta mampu menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai keimanan,

ketakwaan, dalam lingkup keluarga dan masyarakat.

Kebijaksanaan tersebut ditetapkan, mengingat cukup besarnya jumlah

keluarga di tanah air kita, yang hidup dalam kemiskinan baik lahir maupun batin.

Realitas seperti ini banyak dialami masyarakat khususnya umat Islam, maka dari itu

apabila Indonesia yang mayoritas umat Islam dan keluarganya pun sakinah, jika

sebagian besar keluarga sebagai satuan terkecil dari masyarakat bahagia dan sakinah

jelas kesimpulannya Indonesia akan memperoleh kemakmuran.54 Ada beberapa

faktor pendukung pencapaian sakinah yaitu :

53 M. Quraish shihab, Pengantin Al-Qur’an Kado Pertama Buat Anak-anakku (Jakarta:Lentera Hati 2007) , 82. 54 Zaitnah Subhan Op.Cit, 9-10

Page 68: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

68

Niat yang Benar, yaitu dalam proses melakukan pernikahan untuk menuju gerbang

pembentukan keluarga sakinah harus didasari niat yang benar dengan memegang

komitmen dan siap menerima konskuensi yang ada.

Kedewasaan suami istri, yaitu dalam proses pernikahan sangat diperlukan

kedewasaan seperti cara berfikir (rasional) dewasa dalam mengelola hati, dewasa

dalam tindakan dan dewasa dalam agama sebab, pernikahan bukan hanya untuk

memuaskan seks libido atau hanya karena cinta saja namun justru lebih dari itu,

bagaimana kita mampu mengelola konflik-konflik yang ada sehingga rumah tangga

yang di bangun tetap mampu bertahan.55

Ikatan Kuat antara anggota Keluarga, yaitu pada dasarnya ciri khas pertama yang

membedakan sistem komunitas yang berlandaskan Islam dan hukum-hukum lainnya

adalah kedudukan individu-individunya, dalam Islam kesakralan hubungan antar

anggota sangat erat terbukti ketika keluarga menjadi besar sudah beranak cucu dan

lain sebagainya maka ada beberapa keluarga yang melakukan haul, reoni, sehingga

hubungan satu dengan yag lain tetap terjaga.56

Pendidikan Agama dalam Keluarga57, hal ini sangat penting dalam keluarga karena

agama adalah pilar dan sebagai pedoman dalam pembentukan keluarga sakinah.

Pendidikan Anak, Permasalahan anak tentu tidak akan habis dibicarakan. Meskipun

tidak mengkhususkan diri mengenai pendidikan anak, setidaknya kita megetahui

problem anak yang dapat megurangi keharmonisan keluarga. Selain itu

perkembangan anak, pengaruh lingkungan sangat rentan dengan pembentukan

55 Umay M Dja’far shiddieq, Indahnya Keluarga Sakinah Dalam Naungan Al-Qur’an dan Sunnah, (Jakarta : Zakian Press 2004) 44-45. 56 Mahmud Muhammad Al-JAuhari, Membangun keluarga Qur’ani, (Jakarta: Amzah 2000),181-184. 57 Dede Junaedi, Op.Cit, 207

Page 69: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

69

pribadi anak, apakah menjadi generasi yang tangguh atau sebaliknya maka jelas anak

adalah tanggung jawab keluarga khususnya orang tua58

Keluarga sakinah adalah keluarga dengan enam kebahagiaan yang terlahir

dari usaha keras pasangan suami istri dalam memenuhi semua kewajiban, baik

kewajiban perorangan maupun kewajiban bersama. Jelas bagaimana Allah dan

Rasul-Nya menuntun kita untuk mencapai tiap kebahagiaan itu. Enam kebahagiaan

yang dimaksud adalah:

Pertama, kebahagiaan finansial. Kepala keluarga wajib mencukupi kebutuhan

nafkah istri dan anak-anaknya dengan berbagai usaha yang halal. Kebahagiaan

finansial adalah ketika kebutuhan asasi seperti sandang, papan dan pangan, serta

kebutuhan dharuri seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, terlebih bila kebutuhan

kamali dapat dipenuhi. Sehingga keluarga itu dapat hidup normal, mandiri, bahkan

bisa memberi.

Kedua, kebahagiaan seksual. Sudah menjadi fitrahnya, dalam kehidupan

rumah tangga suami istri ingin meraih kepuasan seksual. Islam menuntunkan agar

istri senantiasa bersiap memenuhi panggilan suami, tapi juga diajarkan agar suami

selalu memperhatikan kebutuhan seksual istri. Ketika sepasang suami istri secara

bersama dapat mencapai kepuasan seksual, maka mereka akan merasakan

kebahagiaan seksual. Terlebih bila dari aktifitas seksual itu kemudian terlahir anak.

Dengan pendidikan yang baik tumbuh menjadi anak yang shalih dan shalihah,

kebahagiaan akan semakin memuncak.

Ketiga, kebahagiaan spiritual. Salah satu kewajiban bersama suami istri

adalah melaksanakan ibadah-ibadah mahdah seperti shalat, puasa, zakat, haji dan

58 H. Miftah FAridl, Rumahku Surgaku Romantika dan Solusi Rumah Tangga, (Jakarta : Gema Insani 2005)

Page 70: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

70

sebagainya. Ketika sebuah keluarga terdiri dari pasangan suami istri yang rajin

beribadah, dan dalam moment-moment tertentu memenuhi anjuran Allah dan Rasul-

Nya untuk melaksanakannya secara bersama, seperti shalat berjamaah, membaca al-

Qur’an, puasa sunnah dan sebagainya, maka kehidupan rumah tangga itu akan dihiasi

oleh suasana religius dengan aura spiritual yang kental. Mereka merasakan secara

bersama nikmatnya beribadah kepada Allah. Inilah yang disebut kebahagiaan

spiritual.

Keempat, kebahagiaan moral. Suami wajib menggauli istri dengan ma’ruf.

Istri juga wajib bersikap sopan dan patuh kepada suami. Suami istri bersikap sayang

kepada anak-anak, sementara anak wajib bersikap hormat kepada kedua orang

tuanya. Ketika pergaulan antar anggota keluarga, juga dengan karib kerabat dan

tetangga, senantiasa dihiasi dengan akhlaq mulia, akan terciptalah kebahagiaan

moral. Masing-masing akan merasa nyaman dan tenteram tinggal di rumah itu.

Rumah akan benar-benar dirasakan sebagai tempat yang memberikan ketenangan,

bukan sebaliknya. Keresahan yang membuat para penghuninya tidak betah tinggal di

sana.

Kelima, kebahagian intelektual. Untuk menjalani hidup dengan sebaik-

baiknya menurut tolok ukur Islam, juga untuk mampu mengatasi secara cepat dan

tepat setiap problematika keluarga yang timbul, diperlukan pengetahuan akan ara’

(pendapat), afkar (pemikiran) dan ahkam (hukum-hukum) Islam pada pasangan

suami istri. Maka menuntut ilmu (tsaqofah Islam) adalah wajib. Ketika, sepasang

suami istri memiliki pemahaman dan ilmu Islam yang cukup sedemikian kebutuhan

untuk hidup secara Islami dan menjawab setiap masalah tercukupi, mereka akan

merasakan suatu kebahagiaan karena hidup akan dirasakan terkendali, terang dan

Page 71: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

71

mantap. Pengetahuan memang akan mendatangkan kebahagiaan. Sebagaimana

kebodohan mendatangkan kesedihan. Inilah yang disebut kebahagiaan intelektual.

Keenam, kebahagiaan ideologis. Keluarga dalam Islam bukan hanya dibentuk

untuk memenuhi kebutuhan individu, tapi juga memuat misi keumatan. Yakni

sebagai basis para pejuang Islam dalam usahanya menegakkan risalah Islam. Dengan

misi itu, berarti masing-masing anggota keluarga diarahkan untuk memiliki peran

yang nyata dalam dakwah. Termasuk anak-anak yang terlahir dididik untuk menjadi

kader dakwah yang tangguh di masa mendatang.59

Keluarga adalah pondasi utama dalam membangun masyarakat Islami.

Masyarakat terdiri dari banyak keluarga yang kemudian menjadi satu komunitas

yang disebut dengan masyarakat. Juka keluarga baik niscaya masyarakat tersebut

menjadi baik yang kuat memegang perintah-perintah Allah, mampu menegakan dan

menyebarluaskan kebaikan, dan meminimalisir terjadinya tindakan kejahatan.

Jika keluarga Islami telah terwujud, maka tegaklah pilar-pilar masyrakat

Islami yang ditopang oleh pemimpin yang panutan, intelektual dan pejuang, istri

shalihah, ibu yang terdidik dan pendidik dan lain sebagainya.

Apabila keluarga adalah pondasi masyarakat terpenting, namun di dalam

keluarga kita masih banyak kemaksiatan, ketidakberesan, dan ketidakpedulian

dengan kondisi sosial yang ada, maka dari itu poses pembentukan keluarga sakinah

dengan pilar-pilarnya dab berpedoman pada konsep Islam dari awal sangatlah

diperlukan.60

59Zulia Female, KeluargaDambaan, http://serpongmosleemah.wordpress.com/2008/05/15/keluarga-sakinah-keluarga-dambaan/ (diakses pada 17 mei 2008) 60 Muhammad Shalih Al-Munajjid, 40 Kiat Menuju Keluarga Sakinah,(Jokjakarta : Pustaka Fahima 2007),8

Page 72: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

72

5. Anak Autis dan Keluarga Sakinah

a. Anak Autis dan Pengaruhnya terhadap keluarga

Selama ini sejarah menunjukkan bahwa selama berabad-abad di semua

negara di dunia, individu yang berbeda dari kebanyakan individu lainya selalu

ditolak kehadirannya oleh masayrakat. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan

bahwa anggota kelompok yang terlalu lemah (autis) tidak mungkin dapat

berkontribusi terhadap kelompoknya. Mereka yang berbeda karena menyandang

kecacatan, disingkirkan, tidak memperoleh sentuhan kasih sayang dan kontak sosial

yang bermakna. Keberadaan penyandang cacat tidak diakui masyarakatnya.

Ketidaktahuan orang tua dan masyarakat pada masa lalu, mengenai hakekat

dan penyebab kecacatan dapat menimbulkan rasa takut, sehingga berkembang

macam-macam kepercayaan dan tahayul, misalnya seorang ibu yang melahirkan

anak autis merupakan hukuman baginya atas dosa-dosa nenek moyangnya. Oleh

sebab itu di masa lampau anak-anak penyandang cacat sering disembunyikan oleh

orang tuanya, sebab memiliki anak penyandang cacat adalah aib keluarga. Selain itu

antar anggota keluarga saling menyalahkan dan cenderung meninggalkan tanggung

jawab terhadap anak yang mengalami cacat, konflik interen pun timbul karena tidak

adanya kesiapan mental keluarga serta rendahnya pengetahuan yang mengakibatkan

banyak permaslahan.

Peradaban manusia terus berkembang, pemahaman dan pengetahuan baru

mengajarkan kepada manusia bahwa setiap orang memiliki hak yamg sama untuk

hidup. Pandangan seperti inilah yang berhasil menyelamatkan kehidupan anak-anak

autis. Menyelamatkan hidup anak-anak penyandang cacat menjadi penting karena

dipandang sebagai simbol dari sebuah peradaban yang lebih maju dari suatu bangsa,

Page 73: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

73

meskipun anak autis membutuhkan bantuan ekstra. Pandangan masyarakat dan orang

tua yang menganggap bahwa memelihara dan membesarkan anak merupakan

investasi agar kelak anak dapat membalas jasa orang tuanya, menjadi tidak

dominan61

Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi keluarga kurang mampu

menerima keberadaan anaknya yang mengalami cacat mental atau autis yaitu :

1) Faktor yang mempengaruhi munculnya sikap tidak menerima:

a. Hubungan antar anggota keluarga yang kurang komunikatif

b. Tidak adanya informasi tentang kondisi anak dan tidak adanya pemahaman

tentang keterbelakangan mental

c. Ketidaksiapan menghadapi kondisi calon anak

d. Persepsi yang cenderung negatif terhadap anak yang terbelakang mental

2) Perlakuan terhadap anak yang mengalamiketerbelakangan mental:

a. Membedakan perlakuan terhadap anak yang terbelakang mental dengan anak-

anak lain yang normal dalam keluarga. Perlakuan yang dimaksud cenderung

bersifat negatif dan tidak mendukung bagi optimalisasi perkembangannya

b. Adanya upaya untuk menutupi atau menyembunyikan kondisi anak dari

orang lain62

3) Memahami keadaan anak apa-adanya (positif-negatif, kelebihan dan

kekurangan).

Langkah ini justru yang paling sulit dicapai orang tua, karena banyak diantara

orang tua ‘sulit’ atau ‘enggan’ menangani sendiri anaknya sehari-hari di rumah.

61 Zainal Alimin, Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus Dan Anak Berkebutuhan Khusus.Html (Di akses pada 9 juni 2008) 62 Wiwin Hendriani dkk, Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental, INSAN Vol 8 No: 2 (Agustus : 2006) 106

Page 74: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

74

Mereka banyak mengandalkan bantuan pengasuh, pembantu, saudara dan nenek-

kakek dalam pengasuhan anak (bagian dari ‘denial’). Padahal, pengasuhan sehari-hari

justru berdampak baik bagi hubungan interpersonal antara anak dengan orang tuanya,

karena membuat orang tua

a. memahami kebiasaan-kebiasaan anak,

b. menyadari apa yang bisa dan belum bisa dilakukan anak,

c. memahami penyebab perilaku buruk atau baik anak-anak,

d. membentuk ikatan batin yang kuat yang akan diperlukan dalam kehidupan di

masa depan.

Sikap orang tua saat bersama anak sangat menentukan. Bila orang tua

bersikap mengecam, mengkritik, mengeluh dan terus menerus mengulang-ulang

pelajaran, anak cenderung bersikap menolak dan ‘masuk’ kembali ke dalam

dunianya.

Ada baiknya orang tua dibantu melihat sisi positif keberadaan anak, sehingga

orang tua bisa bersikap lebih santai dan ‘hangat’ setiap kali berada bersama anak.

Sikap orang tua yang positif, biasanya membuat anak-anak lebih terbuka akan

pengarahan dan lalu berkembang ke arah yang lebih positif pula. Sebaliknya, sikap

orang tua yang menolak (langsung atau terselubung) biasanya menghasilkan individu

autis yang ‘sulit’ untuk diarahkan, dididik dan dibina.

b. Strategi Orang Tua Dalam Pengasuhan Anak Autis menuju Keluarga

Sakinah

Pemikiran-pemikiran sekarang ini mengenai bagaimana cara yang terbaik

untuk membantu anak dan remaja beserta keluarganya telah mengalami perubahan

Page 75: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

75

yang signifikan, khususnya jika dibandingkan dengan pemikiran dan asumsi yang

telah diterima

sebelumnya. Perubahan ini disebut sebagai sebuah “pergeseran paradigma”,

walau apakah kita dapat mendeskripsikan seperti itu mungkin masih merupakan

perdebatan. Namun demikian kita memang sedang mengalami sebuah perubahan

dalam asumsi kita mengenai bagaimana cara terbaik untuk meningkatkan

perkembangan anak dalam hal kesadaran diri dan kemampuannya, sebuah perubahan

yang melibatkan perubahan radikal dalam cara pandang dan menghasilkan perubahan

cara berpikir dan bertindak. Namun perubahan seperti ini perlu waktu. Ini merupakan

proses revolusi ke arah cara berpikir baru yang radikal mengenai bagaimana kita

dapat meningkatkan penghargaan diri pada orang tua dan anak, dan penemuan

sumber kekuatan dan kesempatan yang mereka miliki untuk berkembang antara

keyakinan tradisional dan praktek yang profesional.

Karena perubahan ini menyentuh inti pemahaman kita secara mendalam

mengenai bagaimana kita dapat membantu anak dan orang tua, Kita dapat melihat

proses evolusioner ini melalui tiga perspektif tentang layanan bagi anak dan keluarga

yang berkebutuhan khusus. Pertama, dengan mempertimbangkan perubahan dalam

filosofi, sikap dan praktek yang profesional. Kedua, dengan mempertimbangkan

perkembangan filosofis dan konseptual yang tercermin dalam literatur akademik.

Dan ketiga, dengan mempertimbangkan dampak dari pengakuan atas kebutuhan

psiko-sosial anak serta peran orang tua dalam perkembangan dan pembelajaran anak.

Banyak sekali konsep-konsep strategi dalam membantu anak dan keluarga

yang mampu merubah cara berfikir yang selama ini cenderung tradisionalis ketika

mengalami permasalahan tersebut sehingga keadaannya menjadi fatal. sejalan

Page 76: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

76

dengan perkembangan konsep baru yang merefleksikan sebuah perubahan mengenai

bagaimana para keluarga sebuah strategi tersebut konsep tersebut dalam literatur

akademik. Dalam konteks ini, mari kita tinjau secara singkat contoh-contoh dari

beberapa konsep strategi pengasuhan :

Pemberdayaan (empowering): ini adalah sebuah istilah yang diperkenalkan

dalam filosofi pembebasan dari Freire, dan dalam konteks ini mengacu pada bantuan

yang diberikan kepada keluarga dengan tetap memelihara dan mengembangkan rasa

menentukan sendiri, rasa percaya diri, dan kemampuan untuk bertindak di dalam

kehidupannya sehari-hari

Pemupukan kemampuan (enabling): Istilah ini mengacu pada penetapan

kerangka dasar kerja dan penciptaan kesempatan bagi keluarga untuk mendapatkan

sumber-sumber kekuatannya sendiri dan membangun atas dasar sumber-sumber

tersebut dan dengan kemampuannya sendiri sehingga mereka lebih dapat memenuhi

kebutuhan anak-anaknya

Kemitraan atau partisipasi orang tua: istilah ini mencerminkan sebuah sikap

positif terhadap bekerja secara aktif dengan orang tua dan pengasuh lainnya, yang

berarti adanya pengakuan bahwa kerjasama tersebut meningkatkan hasil bagi anak

maupun keluarganya, melebihi apa yang dapat dicapai dengan bentuk perlakuan yang

berpusat pada keprofesionalitasan.63

Delapan Prinsip Dalam Mengasuh Anak Autis 1) Tunjukkan perasaan positif – tunjukkan bahwa anda menyayangi anak anda.

Bahkan jika anak anda belum mengerti pembicaraan anda dengan baik,

namun dia dapat memahami ekspresi emosional rasa sayang, penolakan, kebahagiaan

63 Henning Rye, Membantu Anak dan Keluarga Yang Berkebutuhan Khusus Sebuah Pendekatan Berorientasi Sumber, http://dewo.wordpress.com/2006/01/17/anak-autis/ (di akses pada 9 juni 2008)

Page 77: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

77

dan kesedihan. Penting bagi rasa aman anak bahwa dia dapat mengakses perasaan

anda, bahwa anda menunjukkan kasih sayang, memegangnya dengan perasaan kasih,

membelainya, dan menunjukkan rasa senang dan antusiasme.

2) Beradaptasilah dengan anak anda dan ikutilah keinginannya.

Dalam berinteraksi dengan anak, penting sekali bahwa anda memahami

keinginan dan tindakan anak, memahami keadaannya, perasaannya dan bahasa

tubuhnya, dan bahwa sejauh tertentu anda berusaha mengikuti isyarat-isyaratnya dan

mengarahkan fokus perhatian anda ke hal-hal yang menarik baginya.

3) Berbicaralah dengan anak anda mengenai hal-hal yang menarik baginya dan coba

untuk mengawali sebuah “dialog perasaan”.

Bahkan sejak anak baru lahir anda dapat mulai melakukan dialog perasaan

melalui kontak mata, senyum dan saling bertukar isyarat dan ekspresi rasa senang di

mana pengasuh membuat komentar positif mengenai apa yang dilakukan anak atau

yang diminati anak dan di mana anak “menjawab” dengan suara senang. Dialog

perasaan dini ini penting bagi ikatan kasih sayang anak di masa datang dan bagi

perkembangan bahasa dan sosialnya.

4) Berikanlah pujian dan pengakuan bagi hal-hal yang berhasil dilakukan oleh anak.

Agar anak mengembangkan inisiatif dan rasa percaya diri yang normal,

penting bagi kita untuk membuatnya merasa berguna dan mampu, dan bahwa kita

menjelaskan kepadanya mengapa hal yang dilakukannya itu baik. Ini akan

membantunya mengembangkan rasa percaya diri yang didasarkan atas prestasi yang

sesungguhnya.

5) Bantu anak memfokuskan perhatiannya agar anda dapat berbagi pengalaman

mengenai hal-hal yang ada di lingkungan sekitar.

Page 78: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

78

Bayi dan anak kecil sering memerlukan bantuan memfokuskan perhatiannya.

Anda dapat membantunya dalam hal ini dengan menarik dan mengarahkan

perhatiannya pada hal-hal yang ada di sekitarnya.

6) Berikan makna pada pengalaman anak dengan lingkungannya dengan

menjelaskannya pada saat anda berbagi pengalaman dan dengan menunjukkan

perasaan dan antusiasme anda.

Dengan menggambarkan, memberikan nama, dan menunjukkan perasaan

terhadap apa yang anda alami bersama, pengalaman itu akan tampak lebih jelas” dan

anak akan mengingatnya sebagai sesuatu yang penting dan berarti.

7) Jelaskan kejadian yang anda alami bersama. Anak membutuhkan bantuan

mengembangkan pemahamannya tentang dunia sekitarnya.

Anda dapat membantunya dalam hal ini, misalnya dengan membandingkan

kejadian yang dialami bersama itu dengan sesuatu yang telah dialami anak

sebelumnya, dengan bercerita,dengan bertanya, dengan menunjukkan persamaan dan

perbedaan, dengan menghitung dan lain-lain.

8) Bantu anak anda belajar disiplin diri dengan memberikan batasan-batasan secara

positif melalui bimbingan, menunjukkan alternatif yang positif, dan membuat

perencanaan bersama.

Anak perlu bantuan untuk belajar disiplin diri dan cara membuat rencana. Ini

dilakukan terutama melalui interaksi dengan pengasuh yang secara positif

membimbing anak, menentukan aturan, membantu merencanakan secara bertahap,

dan bila anak tumbuh besar, jelaskan mengapa hal-hal tertentu dilarang. Daripada

selalu membuat larangan dan bilang “tidak” kepada anak, penting untuk

Page 79: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

79

mengarahkan anak dengan cara yang positif dan tunjukkan hal-hal yang boleh

mereka lakukan.64

D. Penanganan Anak Autis dalam Pandangan Fiqih

Seiring perkembangan dari waktu ke waktu autis menjadi suatu fenomena

yang tidak asing lagi di masyarakat, dan hal ini telah dipaparkan pada keterangan

sebelumnya. Terkait hak anak dimana segala sesuatunya haruslah dijamin oleh

orang tua dan negara yang terbukti dengan adanya Undang-Undang Perlindungan

Anak, bahkan Islam sendiri telah menekankan bagaimana tanggung jawab orang tua

terhadap anak baik di dunia maupun di akhirat.

Ketika dikaitkan dengan ilmu fiqih, hal ini dapat ditinjau dari dua aspek yaitu

maslahah mursalah dan syadz dzari'ah. Mashlahat mursalah yaitu suatu

kemaslahatan yang tidak disinggung oleh syara' dan tidak pula terdapat dalil-dalil

yang menyuruh untuk mengerjakan atau meninggalkannya, sedang jika dikerjakan

akan mendatangkan kebaikan yang besar atau kemaslahatan. Mashlahat mursalah

disebut juga mashlahat yang mutlak. Karena tidak ada dalil yang mengakui kesahan

atau kebatalannya. Jadi pembentuk hukum dengan cara mashlahat mursalah semata-

mata untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dengan arti untuk mendatangkan

manfaat dan menolak kemudharatan dan kerusakan bagi manusia.65 Sedangkan

Saddudz dzarî'ah terdiri atas dua perkara yaitu saddu dan dzarî'ah. Saddu berarti

penghalang, hambatan atau sumbatan, sedang dzarî'ah berarti jalan. Maksudnya,

64 Ibid 65 A. Djazuli, Ilmu Fiqih Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. (Jakarta: Kencana 2005), 86

Page 80: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

80

menghambat atau menghalangi atau menyumbat semua jalan yang menuju kepada

kerusakan atau maksiat66

Dengan demikian bila ditinjau dari aspek kemashlahatan, sebagai bentuk

penyelamatan generasi umat Islam dengan memberikan pendidikan terutama dalam

hal agama dan pendidikan khusus untuk anak autis serta memberikan motivasi dan

memberikan perlindungan kepada anak autis adalah sebuah bentuk kemashlahatan

selain itu anak autis diharapkan mampu menjadi anak normal seperti pada umumnya,

karena anak tersebut tidak lagi terdiskriminasi dari sudut manapun serta

bagaimanapun juga anak adalah amanah dari Tuhan serta sebagai generasi penerus

bangsa.

Selanjutnya apabila ditinjau dari aspek syadz dzari'ah anak autis sudah

selayaknya mendapatkan pendidikan, pengobatan serta perhatian yang lebih daripada

anak normal pada umumnya hal ini dilakukan agar terhindar dari kerusakan, karena

anak autis ajelas anak yang mengalami keterbelakangan mental sehingga dengan

memberikan pendidikan khusus dan perlindungan dari keluarga serta negara

diharapkan anak autis tersebut akan lebih baik dan terhindar dari hal-hal yang

memperparah keadaan anak autis tersebut.

66 Ibid, 98.

Page 81: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

81

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Paradigma penelitian

Dalam suatu penelitian, hakikatnya membutuhkan suatu paradigma yang

digunakan sebagai upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih

membenarkan kebenaran. Paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi

yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan

penelitian, paradigma merupakan cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir,

menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi

realitas. Penelitian ini bermaksud untuk menafsirkan fenomena yang ditemuinya,

tidak memanipulsi atau mengontrolnya dan berusaha mencampurinya sedikit

Page 82: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

82

mungkinoleh karena itu, maka paradigma yang digunakan dalam penelitian ini

adalah paradigma alamiah atau naturalistic paradigm. Artinya, penelitian ini

mengasumsikan bahwa kenyataan-kenyataan empiris terjadi dalam suatu konteks

sosio-kultural yang saling terkait satu sama lain, karena itu setiap fenomena sosial

harus diungkap secara holistic

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang namun demikian

peneliti menggunakan jenis penelitian yang ditinjau dari sifatnya yaitu penelitian

yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat

sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk

menentukan penyebaran suatu gejala atau menentukan ada tidaknya hubungan

antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat.67

Terkait hal diatas peneliti mendeskripsikan tentang autis dan gejala serta

pemahaman langsung para orang tua tentang keluarga sakinah.

Selain jenis penelitian deskriptif peneliti juga menggunakan jenis penelitian

lapangan (Field Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam

penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide

pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan

penelitian langsung dalam suatu keadaan alamiah68

Terkait hal diatas peneliti terjun angsung kelapangan untuk melakukan

penelitian dan pertemu langsung dengan para informan beserta keluarga, berkunjung

langsung ke rumah para informan serta ke sekolah autis tersebut.

67 Amiruddin dkk, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT Rajagrafindo, 2004) 25-26 68 Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : rosdakarya 2005), 26.

Page 83: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

83

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang

memusatkan perhatianya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan

satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia atau pola-pola yang

dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan dari

masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola

yang berlaku69

Selain itu penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oeh subjek penelitian misalnya

prilaku, presepsi, motivasi, tindakan.70

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi

karena berupaya untuk memahami arti pristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-

orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu, fenomenologi juga merupakan

pandangan berpikir yang menekankan pada focus kepada pengalaman-pengalaman

subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia

Terkait hal diatas peneliti mengungkapkan antara lain terrkait prilaku anak-

anak autis serta presepsi dan fenomena pandangan masyarakat luas terhadap anak-

anak yang mempunyai kekurangan serta bagaimana motivasi yang diberikan orang

tua terhadap anakya yang mengalami autis serta tindakan apa saja yang dilakukan

orang tua.

2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.71

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

69 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) 20-21 70 Lexi J. Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosdakarya 2006) 6 71 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 1997) 106

Page 84: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

84

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan

dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan,

sumber data tertulis, foto dan statistik72

Di dalam penelitian ini digunakan data primer dan sekunder :

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dalam hal ini adalah

keluarga-keluarga atau orang tua yang anaknya mengalami autis seperti Pak

Suntari dan Ibu Tutik Suparti orang tua dari adelia. Pak Supriono dan Bu

winarti orang tua dari galih. Pak Munadan dan Ibu Emik Yulianti orang tua

dari adi yang anaknya terdaftar di Lembaga Pendidikan anak Autis Aldeweiss

Kota Blitar.

2. Data Sekunder

Mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku tentang autis, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan, dokumentasi, hasil dari lapangan dan

sebagainya.73

3. Metode Pengumpulan Data

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis

metode pengumpulan data, yaitu pengamatan atau observasi, wawancara atau

interview dan dokumen.

1. Wawancara

Disamping pengamatan, wawancara juga merupakan metode

pengumpul data yang tertua dan sering digunakan untuk mendapatkan

informasi dalam semua situasi praktis.

72Lexy J. Moleong 157 73 Op.Cit Aminuddin,. 30

Page 85: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

85

Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka ketika

seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan untuk

memperoleh jawaban-jawaban yang relavan dengan masalah penelitian

kepada seorang informan yaitu Pak Suntari dan Ibu Tutik Suparti orang tua

dari adelia. Pak Supriono dan Bu winarti orang tua dari galih. Pak Munadan

dan Ibu Emik Yulianti orang tua dari adi yang anaknya terdaftar di Lembaga

Pendidikan anak Autis Aldeweiss.74

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Dokumen adalah catatan

tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh lembaga

yang bersangkutan atau berupa foto dan gambar75

4. Metode Pengolahan Data

Setelah data-data yang berkaitan dengan upaya-upaya keluarga Autis

dalam membina keluarga sakinah maka data diperoleh melalui proses

tersebut di atas, maka tahapan selanjutnya yaitu pengolahan data. Untuk

menghindari banyaknya kesalahan dan mempermudah pemahaman, maka

akan dilakukan beberapa upaya dalam penelitian ini diantaranya adalah :

1. (Edit) atau Editing pada dasarnya data yang yang masih mentah dan belum

diolah data tersebut perlu diedit terlebih dahulu dengan kata yang lain data data

yang telah terkumpul perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika disana-sini

masih terdapat hal-hal yang tidak termasuk data dan termasuk data76 ataupun

meneliti kembali catatan yang diperoleh dari data untuk mengetahui apakah 74 Ibid., 82 75 Op.Cit,.Sedarmayanti 86 76 Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia 2005) 346

Page 86: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

86

catatan tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan untuk keperluan

proses berikutnya.

2. (Klasifikasi) atau Classifying : merupakan langkah kedua dalam analisis data

kualitatif. Tanpa klasifikasi data, tidak jalan untuk mengetahui apa yang kita

analisis. Selain itu kita tidak bisa membuat perbandingan yang bermakna antara

setiap bagian dari data.77

3. (Verifikasi) atau Verifying Langkah ketiga, peneliti melakukan verifikasi

(pengecekan ulang) terhadap data-data yang telah diperoleh dan diklasifikasikan

tersebut. agar akurasi data yang telah terkumpul itu dapat diterima dan diakui

kebenarannya oleh segenap pembaca. Dalam hal ini, peneliti menemui kembali

pihak-pihak (informan-informan) yang telah diwawancarai pada waktu pertama

kalinya, kemudian kepada mereka peneliti memberikan hasil wawancara untuk

diperiksa dan ditanggapi, apakah data-data tersebut sudah sesuai dengan apa yang

telah diinformasikan oleh mereka atau tidak. Disamping itu, untuk sebagian data

peneliti memverifikasinya dengan cara trianggulasi, yaitu mencocokkan (cross-

check) antara hasil wawancara dengan informan yang satu dengan pendapat

informan lainnya, sehingga dapat disimpulkan secara proporsional78

4. (Analisis) atau Analysing : Adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan79 Adapun analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis

yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau

kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh

kesimpulan. Dengan demikian, dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui 77 Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : rosdakarya 2005)290 78 Ibid 330 79 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey ( Jakarta : LP3S 1995) 263

Page 87: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

87

wawancara atau metode dokumentasi (literatur-literatur tentang autis dan

keluarga sakinah), digambarkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat, bukan

dalam bentuk angka-angka sebagaimana dalam penelitian statistik, serta dipisah-

pisahkan dan dikategorikan sesuai dengan rumusan masalah.

5. (Kesimpulan) atau Concluding: Langkah terakhir adalah concluding yaitu

pengambilan kesimpulan dari data-data yang telah diolah untuk mendapatkan

suatu jawaban.80 dimana peneliti sudah menemukan jawaban-jawaban dari hasil

penelitian yang dilakukan. Peneliti pada tahap ini membuat kesimpulan-

kesimpulan/menarik poin-poin penting yang kemudian menghasilkan gambaran

secara ringkas, jelas dan mudah dipahami tentang relasi antara realitas dan

normatifitas.

80Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2000), 89.

Page 88: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

88

BAB IV

PEMAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Obyek Penelitian

1. Kondisi Geografis

Lembaga pendidikan khusus Aldewiees, merupakan salah satu lembaga atau

yayasan yang berada di wilayah kota Blitar, yang berlokasi di sekitar perumahan dan

dekat keramaian kota yang terletak di Jl. Kalimantan tepatnya utaranya terminal

patria Jarak dengan pemerintah Kota sekitar 20 km karena masuk pada wilayah Kota

Blitar . Alam sekitarnya merupakan perumahan kota yang penuh dengan penduduk

asli Kota Blitar.

Lembaga pendidikan khusus Aldewiees, memiliki luas tanah kira-kira 1/3 ha.

Dari luasnya tanah tersebut, terdiri atas beberapa kamar atau ruangan dengan

pembagian halaman sebagai tempat bermain ruang tamu yang di penuhi gambar-

gambar serta dua ruangan untuk kelas materi. Daerah sekitar lembaga ini merupakan

Page 89: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

89

daerah perumahan yang penuh dengan keramaian kota kebetulan letaknya tepat

dijantung kota Blitar. Sehingga keadaan suhunya sangat panas dan penuh dengan

polusi. Akan tetapi di sana banyak terdapat alat transportasi yang mudah untuk

dijangkau, bahkan di sekitar perumahan itu sendiri sudah banyak penduduk yang

memiliki kendaraan pribadi, sehingga dapat mempermudah untuk memenuhi

kebutuhan penduduk sekitarnya..

2. Kondisi Pendidikan Keluarga Autis

Peran pendidikan sangatlah penting guna keberlangsungan hidup. Namun

para keluarga penderita autis yang peneliti teliti, kebanyakan dari mereka adalah

orang-orang yang berpendidikan minimal S1 sehingga ketika mengetahui anaknya

autis mereka langsung memberikan segala kebutuhan yang diperlukan dari sejak dini

agar tidak mengalami keterlambatang pengobatan

3. Kondisi Ekonomi Keluarga autis

Dari segi ekonomi, para keluarga autis yang peneliti teliti, adalah tergolong

menengah, hal ini dapat peneliti amati melalui hasil wawancara dengan para keluarga

autis, bahkan peneliti juga sempat mewawancarai dengan para kelaurga autis

tersebut, yang kebanyakan dari mereka adalah termasuk kelas ekonomi menengah,

sehingga dengan adanya hal inilah yang menyebabkan mereka berupaya dari

berbagai faktor untuk kesembuhan anaknya tersebut.

B. Data Tentang Upaya Keluarga Autis Dalam Membina Keluarga Sakinah

Dari hasil penelitian yang kami lakukan di lapangan yang peneliti dapatkan

tentang keadaan dari para keluarga autis dapat diperoleh jawaban dari rumusan

masalah yang ingin peneliti ketahui melalui penelitian ini. Dalam hal ini peneliti

Page 90: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

90

mengunjungi beberapa keluarga yang menjadi fokus penelitian ini di rumahnya

masing-masing. Ada beberapa perbedaan mengenai pemahaman mereka tentang

keluarga sakinah serta upaya keluarga autis dalam membina keluarga sakinah

Diantaranya informan yang dijelaskan oleh peneliti pada penelitian ini adalah:

Ibu Titik adalah istri dari bapak Suntari lahir di Ponorogo pada tanggal 29

Nopember 1966, saat ini bekerja di kantor PDAM kota Blitar serta tinggal di

perumahan Beru Permai Wlingi BB.15, setelah menikah dengan pak Suntari ibu Titik

di karuniai dua orang putri yang pertama kelas 1 SLTPN di kota Blitar dan putri yang

kedua bernama Adelia Amanda yang saat ini mengidap autis dan sekolah di lembaga

Aldewiees tersebut.

Sore hari itu tepatnya pukul 16.00 peneliti langsung melakukan hunting

lokasi ke rumah Ibu Titik dan Alhamdhulilah beliau berada dirumah bersama anak-

anaknya bersandau gurau. Dan saat itulah kami langsung bertemu dan melakukan

wawancara struktur kepada ibu Titik, setelah kami minta izin untuk wawancara

ternyata beliau menaggapi dengan sangat antusias dan responsif. Selanjutnya kami

langsung menanyakan sejak kapan anak anda diketahui autis :

“ eeee........kira-kira sejak umur 12 bulan....waktu itu kalo dipanggil gak mau

noleh..., pokok’e wess gimana yoo... mbak..waktunya ngomong engaak

ngomong...poko’e gimana yooo... yoo..gitu kita maleh curiga...”81

Selanjutnya dengan pemahaman ini kami menanyakan tentang penyebab

timbulnya penyakit autis yang di derita anak tersebut dan Ibu Titik menjawab :

“ enggeh.....ngertos...engertose ennggeh anu...sejak diperiksane teng Malang”

( ya.. tahu–tahunya waktu diperiksa ke Malang)

81 Titik, Wawancara (Wlingi, 21 Juni 2008)

Page 91: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

91

Kemudian peneliti menanyakan respon beliau ketika mengetahui anaknya

mengalami autis Bu Titik Menjawab :

“ ........eennggeeehh kasihan....eenggehh...kaget...ennggeehh anu..ngoten..terus

enggeh ter support pengen...ngobati.....”

(ya..kasihan, yaa..kaget, ya ingin mensuport dan ingin mengobati)

Selanjutnya peneliti menanyakan kepada Bu Titik tentang pemahaman beliau

tentang keluarga sakinah, Ibu Titik Menjawab :

“ eheem...sulit di ungkapkan mbak yooo...he..he..keluarga bahagia yang

yoo..keluarga sakinah itu gimana yaa keluarga yang membentuk keluarga

bahagia...saya juga berusaha menbahagiakan...anak-anak...seperti menyiapkan

pakaian anak agar rapi....berpakaian sekolah...”

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang upaya apa saja yang dilkukan Ibu

Titik dalam membina keluarga sakinah ketika salah satu anggota mengalami autis,

Bu Tutik Menjawab:

“ ...itu kan di lembaga autis itu kan....ada alatnya ya..mbak di tes di Surabaya, bolak-balik ke Surabaya, terapi,ke dokter Sutomo, terapine mandeg....di Blitar ada,terus...saya terapi di Blitar, alhamdulillah perkembangannya lumayan,terus yooo...tiap 3 bulan sekali dibawa ke dokter psikiater anak, tapi...juga udah punya bekal. Itu juga membuat anak itu jadi mandiri gitu lho mbak...kan kalo enggak diterapi..enggak bisa ngomong kan kasihan...” Dari data yang telah peneliti peroleh dapat disimpulkan bahwa Ibu Titik

sangat mengharapkan anak-anaknya bisa mandiri dan bahagia, karena menurut beliau

keluarga sakinah adalah keluarga yang dapat membahagiakan anak-anaknya serta

mampu memenuhi seluruh kebutuhan anaknya tersebut, terutama adela yang

mengalami autis.

Pak supriono adalah kepala keluarga suami dari Ibu Winarti yang lahir pada

tanggal 22 Juni 1971 tepatnya di Blitar dan saat ini berdomisili di Desa Kemloko

Page 92: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

92

beliau dikaruniai dua anak anak pertama kelas enam SD dan yang kedua duduk

dikelas satu SD, Anak kedua inilah yang mengalami autis yang bernama Ea Galih

elandi.

Pada hari minggu pagi sekitar pukul 07.00 peneliti menuju ke tempat pak

Supri yang kebetulan tetangga Desa dengan kami setelah berputar-putar sekitar satu

jam untuk mencari rumahnya akhirnya kami menemukannya. Saat itu galih dan

kakaknya sedang bermain di depan rumah dan pak Supri bercengkrama dengan istri

tercintanya, selanjutnya kami langsung masuk dan disambut oleh istrinya (Ibu

Winarti), kemudian kami mencoba menyampaikan tujuan kami kepada Bu Winarti,

beliaunya menolak untuk diwawancari dengan alasan malu dan tidak tahu apa-apa

setelah itu dia memanggil suaminya yaitu Pak Supriono dan akhirnya kami

mewawancarai Pak Supriono yang didampingi Ibu Winarti.

Kemudian peneliti langsung menanyakan awal mula anak Pak Supriono

mengalami gangguan Autis, beliau menjawab :

“ waktu itu saya tidak sengaja waktu saya anak saya sakit terus didiagnosa dokter

itu bilangnya ada kelainan gtu..... waktu masih umur kira-kira yaa.....ee..satu

tahunlah..terus ee..ternyata yaa klo menurut pak dokter itu bukan autis itu

mbak...Cuma..lambat bicara...itu...dah..mbak..

Selanjutnya peneliti menanyakan penyebab dari timbulnya penyakit autis

tersebut kepada Pak Supriono dan beliau menjawab:

“ waktu...niku..nopo niku...nangiss...mawon..mboten meneng...meneng....terus kulo

preksakne..ternyata enten kelainan ngoten niku..terus nanti klo sudah besar di suruh

apa itu nyekolahkan di... sekolah yang khusus gtu...katanya pak dokter.”

Page 93: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

93

(waktu itu nangis terus tidak berhenti terus saya bawa kedokter ternyata ada

kelainan lalu disarankan jika sudah besar di sekolahan khusus seperti itu anaknya

pak.dokter)

Kemudian peneliti menanyakan bagaimana respon keluarga ketika

mengetahui anaknya mengalami kelainan autis, Pak Supri menjawab:

“ ...eennggeehh..kaget..!!! kagete nggeh nganu enggeh nopo..niku..ennggehh kulo

usahakne lah semaksimal mungkin bagaimana anak saya yaa…supaya seperti anak-

anak yang lain..lah..”

Kemudian peneliti menanyakan kepada Pak Supri tentang pemahaman beliau

terhadap keluarga sakinah, beliau menjawab:

“ nganu lek pemahaman kulo…keluarga sakinah niku nganu…nopo niku.. saling

menerima, dan mengisi kekurangan keluarga”

(sepengetahuan saya keluarga sakinah itu adalah saling menerima dan mengisi

kekurangan keluarga)

Kemudian peneliti menanyakan pertanyaan terakhir dalam proses wawancara

tersebut tentan upaya apa yang dilakukan keluarga autis dalam membina keluarga

sakinah, beliau menjawab:

” ...ini untuk..nopo niku..keluarga sakinah jika keluarga ada yang mengalami kelainan nggeehh...niki kulo kaleh istri kulo..nopo niku berusaha menerima..apapun yang terjadilah...yang pemberian tuhan ini...biarpun anak saya yaa.. kayak itu...itu adalah pemberian tuhan yaa...saya apa itu..saya terima..apa adanya yang penting saya berusaha untuk menyembuhkan gitu aja, lintune ennggehh usaha kulo nganu....pun kulo sekolahne...kulo preksakne tenggene dokter..ennggehh kulo nopo niku syaraf....niku....82 (keluarga sakinah jika keluarga ada yang mengalami kelainan ya saya dan istri

berusaha menerima apapun yang terjadi dari pemberian tuhan ini, biarpun anak

82 Pak Supriono, Wawancara ( Desa Kemloko 22 Juni 2008)

Page 94: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

94

sayaseperti itu saya berusaha menyembuhkan, selain itu saya juga berusaha

disekolahkan, saya bawa ke dokter spesialis, pijat syaraf, )

Setelah peneliti melakukan wawancara kami dapat memberi kesimpulan

bahwa Keluarga Pak Supriono menerima apa adanya terhadap anak mereka yang

mengalami autis selain itu beliau beranggapan bahwa keluarga sakinah adalah

baigaimana mengisi dan menerima apa adanya pemberian tuhan kekurangan dan

kelebihan dari anggota keluarga tersebut.

Selain itu Pak Supri beserta keluarga tetap berupaya membina dengan

menyekolahkan, mengobati serta mendidik secara religi karena beliau yakin ini

semua adalah kehendak yang maha Kuasa.

Ibu nunik adalah istri dari Bapak Harmoyo yang saat ini bekerja di BRI kota

Blitar, Ibu tutik tepatnya lahir di Blitar pada tanggal 7 Agustus 1970 dan dikaruniai

dua oran anak yang pertama laki-laki dan yang kedua adalah perempuan yang saat ini

mengalami autis anak tersebut bernama Azzarahra Yasmine. dulu Bu Tutik juga

bekerja sebagai karyawan BRI cabang Bali namun sejak putri keduanya terdeteksi

Autis Bu Tutik mengundurkan diri untuk lebih berkonsentrasi merawat putrinya

tersebut, dan saat ini Bu Tutik mengelola sebuah butik dan toko sepatu di Blitar

Saat peneliti berkunjung kerumahnya sekitar pukul 11.00 tepatnya di Jl.

Sultan Agung dari luar rumahnya tampak sepi dan seluruh pntunya tertutup namun

kami meberanikan diri untuk mencoba mengetuk pintu beberapa kali namun

akhirnya dibukalah pintu oleh seorang ibu paruh baya dengan menggunakan baju

baby doll sambil tersenyum dengan sikap terbuka beliau mempersilahkan masuk

selanjutnya kami lansung menyampaikan tujuan kami dan Bu Nunik pun bersedia

untuk diwawancarai.

Page 95: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

95

Kemudian peneliti langsung menanyakan awal mula anak beliau terdeteksi

mengidap autis, beliau menjawab:

” sejak umur lima...lima belas bulan..ee pokoknya.. apa dia baru bisa jalan terus kelihatanya apa ini.. kok gak ini mau kumpul sama temen-temennya..sebaya terus senengane dibelakang pintu sama..ee...lemari heeh pokoknya akhire kan terlambat bicara ibuk saya kok gak ngomong biasane kan udah bisa ngomong apa anaknya autis saya kan belum tau autis itu apa terus waktu itu saya mau ke Bali pindah ke sana terus diajak kesana ya udah di deteksi disana terus akhirnya waktu disana ternyata salah dokter seharusnya kan psikiater ini di spesialis anak tapi gak papa terus habis itu ee kebetulan tetangga ada yang autis terus saya dikasih tau klo di surabaya ada dokter yang bagus namanya dokter Sasanti Yuniar di surabaya, terus saya pindah kesini ke Blitar lagi terus anak saya, saya terapi dan dokternya dokter Sasanti sampai sekarang” Kemudian peneliti menanyakan apa penyebab anak Bu Nunik mengalami

Autis, Beliau menjawab :

” kan setelah didokter itu di apa namanya dikasih semacam tes-tes gtu semacam tes darah dan tes urine emang dideteksi memang sudah autis anaknya...termasuk autis hiperaktif.akhirnya dikasih tes-tes itu terus makanan-makanan apa yang tidak boleh serta makanan tidak alergi apa....ternyata ada yang tidak boleh makan....ini..ini...” Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana respon keluarga ketika

mengetahi anaknya mengidap autis, Ibu Nunik menjawab :

” yooo lek kaget ti yooo mesti..kaget (sambil tertawa) gak nyongko anake autis tapi

jua gak papa..tapi terus termotifasi anaknya biar seperti anak biasanya...normal-

normal gitu dan cepet pnter ngomong...sembarange...

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang pemahaman keluarga sakinah

prespektif Ibu Nunik, beliau menjawab:

”ooohh yyaaa keluarga bahagia yo..opo yo..yo sejalan terus menghadapi opo yo segala persoalan biasane kan gitu kalo’ sudah rumah tangga mesti eneklah permasalahan gimana pastilah ada jalan keluarnya seperti anak saya autis yaa...gak papa...kita syukuri aja terus kita berusaha ee...semua bisa lancar dan biar cepet nyambungg...” Selanjutnya peneliti menanyakan tentang Upaya Keluarga Autis dalam

membina keluarga sakinah, Bu Nunik Menjawab:

Page 96: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

96

” yaaa...ya itu loh saling percaya..saling mengisi klo da kekurangan saling mengisi

satu sama laen...terus klo menghadapi segala permasalahan ya...gtu aja dihadapi

apa adanya....ya termasuk ini anak autis....”83

Dengan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peran seorang ibu

sangatlah besar terhadap perkembangan anak. Selain itu faktor keikhlasan menerima

apa adanya juga sangat ditekankan mengingat salah satu keluarga mengalami

kelainan Autis, motivasi dan dukungan keluarga menjadi tiang utama penyangga

agar tetap kokoh keluarga tersebut ketika menghadapi permasalahan artinya dengan

kemampuan mengelola konflik yang ada terbentuklah keluarga sakinah.

Ibu Istikharah adalah istri dari pak Joko yang bekerja srabutan, Bu Istikharah

sendiri berprofesi sebagai penjual makanan tepatnya didepan Kecamatan Ngelegok

yang mempunyai empat orang anak dan anak yang kedua inilah yang mengalami

gangguan Autis.

Pagi itu sekitar pukul 09.00 kami menuju ke kediamannya yang tidak jauh

dari rumah kami hanya berjarak empat rumah dari tempat tinggal kami, saat itu Bu

Istikharah beserta anaknya sedang nonton televisi sesekali menunggu pembeli rujak

datang dan saat itulah kami melakukan wawancara dengan bu Istikharah :

Kemudian peneliti menanyakan awal mula diketahi anaknya mengalami

kelainan, beliau menjawab:

” sejak....kelas empat...SD...”

Selanjutnya peneliti menanyakan penyebab timbulnya penyakit autis tersebut,

beliau menjawab:

” penyebab...penyebab timbulnya anuu...apa itu...anak klo disekolaan umum kan gak bisa...maunya...guru umum itu bilang masukan di SLB (sekolah berkebutuhan

83 Nunik, Wawancara (Blitar 27 Juni 2008)

Page 97: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

97

khusus) kan dak dak sama sama anak-anak oyo tak masuk no SLB terus kok anaknya kan memang IQ nya kan pendek...terus tak masukno SLB terus bisanya kok pekerjaannya kok suruh buat strimin....masak...tapi yang diambil kok yang buat strimin...terus tak liat tiap harinya kok buat strimin....ya itu...mulai ada timbul-timbul perbedaan.....” Kemudian peneliti menanyakan respon yang terjadi ketika anaknya

mengalami gangguan autis, beliau menjawab:

” ooohhh...enggak aku enggak kaget aku langsung aja emang anakku memang kayak gitu udah gak papa klo anakku lemah ya endak papa...emang anakku lemah sekali ...ya masu sSLB itu pasti dak bisa apa-apa kan ada yang masak sambil korah-korah piring..ya sudah dak papa dah tak trima aja...gak...gak anu gak sedih ya endak itu dah kehendak dari Allah....” Kemudian peneliti menanyakan tentang pemahaman keluarga sakinah

menurut ibu Istikharah, beliau menjawab :

” keluarga bahagialah to mbak...mbak bahagia sekali...ya tak trima aja mbak tak

trima emang keadaannya kayank gini...ya,,hh saling mengisi..yah tak trima aja

seadanya gak ngersulo”

Kemudian peneliti menanyakan upaya keluarga autis dalam membina

keluarga sakinah, beliau menjawab :

” yaa...berdoalah aku, anak-anakku....dikasih seumpamanya anakku smp gak

melanjutkan gak papa, memang rendah klo yang dua pokoknya saya utamakan

sekolah yang tinggi udahlah Insyaallah saya bisa dan tetep motivasi anak dah lah

gak grogi juga gak takut berjuang untuk anak aku.....” 84

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesiapan mental keluarga ketika

menghadapi segala permasalahan terutama keluarga yang mengalami autis cukup

mempengaruhi terbukti dengan Bu Istikharah yang siap menerima anaknya apa

84 Istihkarah, Wawancara (Blitar 28 Juni 2008)

Page 98: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

98

adanya tidak ada rasa minder untuk memperjuangkan anaknya demi mencapai

kesakinahan keluarga.

Pagi itu pada tepatnya pada jum’at pagi saya menuju ke sekolahan Aldewiees

tepatnya jalan kenari Kota Blitar dan kami bertemu langsung dengan salah satu

psikiater yang akan kami wawancarai bernama Ibu Hesty, untuk yang pertama kami

menanyakan jumlah penderita autis, beliau menjawab:

”kalo dari penderita kebanyakan perempuan yaa...kalo umumnya....,kebanyakan

perempuan..”

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang macam-macam autis, beliau

menjawab :

”kalo autis itu ada dua...autis yang hsiper dan yang hipo.., klo yang hiper itu

diketahui dengan emosinya yang meledak...ledak...di barengi dengan

marah..,melompat kalo yang hipo cenderung diam..

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang visi dan misi lembaga ini, beliau

menjawab:

”Selain kita membantu anak-anak ini lebih opo yo...istilahe..lebih berkembang yang pasti kepengen kita anak-anak harapan kita supaya pinter dan biar cepat berkembang, selain itu ya kita ingin membantu orang tua, kalo lembaga kita kan tidak...tidak...kalo menarik biaya memang kan mbak ya...tapi tidak semahal yang lain kita yaa...lebih rendah dari yang lain ya tujuannya itu untuk membantu orang tua, kalo untuk biaya autis kan enggak murah mbak...jadi ya...untuk membantu orang tua juga. Kemudian peneliti menanyakan faktor latar belakang mendirikan lembaga

tersebut, beliau menjawab:

”kalo..faktornya kan kita juga lulusan dari psikologi kaya Pak Iwan..ya ingin

menerapakan ato mengamalkan setidaknya ilmu yang kita dapat, trus juga ada

sedikit rasa kemanusiaan untuk membantu mereka.

Page 99: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

99

Kemudian peneliti menanyakan bagaimana upaya yag dilakukan keluarga

untuk membina keluarga sakinah ketika salah satu anggota keluarga mengalami

autis, menurut Ibu Hesty:

” yyaa anak autis itukan diketahui setelah umur dua tahun kebanyakan ya mbak yaa.., ya kita memang gak bisa memprediksi oo....anak ini bakal jadi autis gitu kan yaa..., yaa..kita lihat terus perkembanganya, kita pantau terus perkembanganya dari mulai lahir sampai usia satu sampai sekian, atau sampai usia dua tahun klo memang setelah dua tahun ini ada tanda-tanda klo di ktahui dari awal kaya gini ya...mending dikonsultasikan saja agar anak bisa menjadi mandiri, enggak anak normal aja untuk anak autis itu juga perlu untuk mandiri dan displin yang penting, itu juga gak psikiaternya aja yang ngajar lingkungan rumah juga harus mendukung, kita kkan terapi dua jam itupun kita gak setiap hari ketemu kita yaa...la kan ketemunya kan dengan orang tua, dengan lingkungan keluarga jadi yaa,..yang...banyak berperan itu keluarga kita hanya membantu istilahnya...., membantu misalnya diajak komunikasi dua arah anak aautis kan meracau to mbak itu yang terapi bicara kan kita membetulkan omonganya, dibimbing keluarga juga membimbing disiplin, biasanya anak autis itu hafal waktu contoh jam tujuh berangkat ya...harus berangkat jam sembilan waktu maen ya harus maen...klo gak sesuai ya langsung nangis teriak-teriak, dan orangtua sangat berperan untuk melakukan upaya-upaya dan jangan lupa diet karena autis itu kan sebenarnya tubuhnya banyak mengandung racun karena waktu hamil dulu sering makan makanan kaleng, bahan pengawet dan lain sebagainya.85

C. Analisis Terhadap Upaya Keluarga Autis Dalam Membina Keluarga Sakinah.

Tidak dipungkiri bahwa mampu menggapai keluarga sakinah merupakan idaman

setiap orang. Tidak ada seorangpun yang menginginkan kehidupan keluarganya

hancur dan bahkan sampai terjadi perceraian. Semua orang pasti menginginkan

keluarganya selalu dipayungi dengan cinta dan kasih sayang. Cita-cita menggapai

keluarga sakinah adalah sifat dasariah semua orang. Hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam surat ar-Ruum (30) ayat 21: 86

85 Ibu Hesty,Wawancara (27 Juni 2008) 86 Departemen Agama RI. 644.

Page 100: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

100

ôÏΒ uρ ÿ ϵÏG≈tƒ#u ÷βr& t, n=y{ / ä3s9 ôÏiΒ öΝä3 Å¡ à�Ρr& % [`≡uρ ø— r& (#þθãΖä3 ó¡ tF Ïj9 $yγ øŠ s9 Î) Ÿ≅yè y_ uρ Νà6 uΖ ÷�t/ Zο ¨Š uθΒ

ºπ yϑôm u‘uρ 4 ¨βÎ) ’ Îû y7 Ï9≡sŒ ;M≈ tƒ Uψ 5Θ öθ s)Ïj9 tβρã�©3x� tGtƒ ∩⊄⊇∪

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Qs. ar-Ruum(30): 21)

Selain itu pernikahan adalah sebagai awal terbentuknya keluarga sakinah

yang sangat didambakan setiap orang serta mendapat keturunan yang shalih dan

shalihah serta berintelektual dan terpenuhinya fungsi-fungsi yang lain.

Seperti dalam pembahasan sebelumnya dalam menciptakan keluarga sakinah

ada beberapa faktor pendukung selain suami dan istri yang sesuai dengan aturan

agama juga anak-anak yang sehat, shaleh dan shalihah. Dengan demikian untuk

menciptakan keluarga sakinah perlunya pendukung-pendukung tersebut. Terkait hal-

hal di atas jelas sangat dominan sekali dalam menentukan kesakinahan keluarga, hal

ini tidak terlepas dari realita yang ada, meningkatnya angka perceraian menunjukan

betapa minimnya pemahaman antara anggota keluarga terkait keluarga sakinah itu

sendiri.

Oleh sebab itu ketika ada salah satu faktor pendukung keluarga sakinah

mengalami kekurangan maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk

meminimalisir kekurangan itu dengan berbagai upaya yang harus dilakukan guna

mencapai keluarga sakinah tersebut, termasuk upaya yang dilakukan oleh para

keluarga autis, para keluarga tersebut memang pada awalnya mengalami tekanan

yang cukup hebat terutama secara psikologis ketika mengetahui anaknya mengalami

gangguan autis belum lagi pandangan sebelah mata dari masyarakat sekitar serta

Page 101: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

101

mitos-mitos yang dikaitkan dengan hal tersebut namun upaya dari keluarga tersebut

tidak berhenti begitu saja, para anggota keluarga saling memberi motivasi baik

materiil maupun spirituil sehingga mampu menciptakan keluarga sakinah meskipun

salah satu anggota keluarga mengalami gangguan tersebut.

Dalam menciptakan keluarga sakinah apabila salah satu anggota keluarga

mengalami autis maka tidak semudah seperti anggota keluarga yang lain, tekanan

secara psikologis, pandangan masyarakat serta materi yang harus lebih dari cukup

menjadi faktor-faktor pertimbangan dan mungkin juga menghambat proses daripada

upaya-upaya tersebut seperti melakukan konsultasi dengan para psikiater,

memberikan pendidikan yang layak, berusaha memberikan pengobatan serta

keluarga dan lingkungan yang mendukung, namun demikian para keluarga ini tidak

pernah putus asa dan terus berjuang untuk anak dan terciptanya keluarga sakinah

yang sesuai dengan harapan mereka ada beberapa poin yang menjadi upaya-upaya

keluarga autis tersebut dalam membina kelaurga sakinah yang dapat dijadikan

sebagai contoh untuk keluarga-keluarga yang lain apabila diantara anak mengalami

kelainan yang sama dapat mengaplikasikan dari beberapa upaya-upaya tersebut.

Selanjutnya dalam proses pembinaan keluarga sakinah para orang tua tidak

lupa akan hak-hak yang sudah selayaknya didapatkan serta kebutuhan bagi anak

tersebut dengan tidak mengurangi atau membedakan dengan anak normal lainnya

karena pada dasarnya hak anak autis dan anak normal adalah sama baik dalam hal

pengembangan diri. Pendidikan, penghidupan yang layak dan lain sebagainya.

Ada banyak sekali pakar disiplin ilmu menyatakan bahwa keluarga adalah

satu unit yang terdiri dari suami, istri, anak-anak adalah jiwa masyarakat dan tulang

punggungnya, kesejahteraan lahir batin yang dinikmati oleh bangsa atau sebaliknya

Page 102: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

102

kaebodohan keterbelakangan adalah cermin dari keluarga yang kurang sakinah.87

Selain itu perang fungsi pendidikan dalam keluarga juga sangat penting karena untuk

menghilangkan kebodohan dan keterbelakangan pendidikan baik formal non formal

sangat di perlukan selain sebagai hak yang harus terpenuhi untuk para anggota

keluarga terutama anak-anak, begitu pula anak-anak yang mengalami autis

bagaimanapun juga anak-anak autis tersebut adalah bagian dari generasi penerus

bangsa dan salah satu pemeran dalam keluarga tersebut.

Dalam penelitian ini, ada beberapa upaya yang dilakukan para keluarga autis

yang paling awal adalah konsultasi kepada para psikiater yang ada di Blitar salah

satunya adalah lembaga pendidikan Aldewiees dan berawal dari sini para spikiater

memberikan penyuluhan serta pendampingan baik pada anak-anak autis maupun

orang tua meskipun demikian hal tersebut tidak cukup karena sesunggguhnya yang

paling dominan membina keluarga agar sakinah ketika anak-anak tersebut

mengalami autis adalah keluarga terutama orang tua dan lingkungan, hal ini yang

disampaikan Bu Hesti salah satu psikiater Aldewiees.

Setelah mendapatkan beberapa solusi-solusi serta pendampingan para

psikiater para orang tua mulai berupaya dengan berbagai cara untuk untuk

menyembuhkan anak-anak tersebut serta berupaya membina keluarga sakinah tanpa

memunafikan keberadaan anak yang autis dengan harapan meskipun anaknya

mengalami autis namun keluarga tetap sakinah

Dari penelitian ini dapat dipahami, bahwa para keluarga autis dalam

memahami keluarga sakinah berbeda-beda diantaranya:

87 M. Quraish shihab, Pengantin Al-Qur’an Kado Pertama Buat Anak-anakku (Jakarta:Lentera Hati 2007) 1-3

Page 103: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

103

1. Para keluarga autis memahami bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang

didalamnya saling mengisi atau melengkapi kekurangan yang ada, saling

menerima kelemahan dari masing-masing anggota keluarga serta mampu

mengelola permasalahan yang ada bersama bersama-sama.

2. Para keluarga autis memahami bahwa kelaurga sakinah adalah keluarga yang

mampu membahagiakan anak-anaknya serta mampu memenuhi seluruh

kebutuhan anak-anaknya.

3. Para keluarga autis memahami bahwa keluarga sakinah adalah keluarga

bahagia yang sejalan dalam menghadapi persoalan,mampu mengelola konflik

antar keluarga, bersama-sama mencari jalan keluar karena pada dasarnya

setiap keluarga pasti memiliki permalahan untuk diselesaikan, serta

mensyukuri apapun yang diberikan dari Allah Ta’ala, serta tidak lupa berdo’a

dan berusaha.

Dari beberapa pendapat diatas, peneliti mampu sedikit menyimpulkan bahwa

pemahaman para keluarga autis tentang kelauarga sakinah adalah adanya saling

percaya, mengisi kekurangan diantara anggota keluarga, mampu memanagemant

konflik bersama-sama serta mampu membahagiakan anak-anaknya, berdo’a dan

berusaha. Namun bagi kami hal-hal yang ada di atas tidaklah cukup untuk menjadi

satu jaminan akan terselenggaranya sebuah keluarga sakinah, ada beberapa faktor

yang belum tersentuh dalam pemahaman mereka terhadap keluarga sakinah yaitu

terkait dengan esensi dari sakinah itu sendiri.

Pada dasarnya sakinah mempunyai arti ketentraman dan ketenangan jiwa

sebagai gambaran ketenangan baik sebelum maupun sesudah permasalahan itu

terjadi, hal ini dijelaskan dalam beberapa surat dalam Al-Qur’an tentang sakinah dari

Page 104: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

104

Allah yang diberikan oleh para nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah, tidak

gentar menghadapi rintangan, tatangan, ujian, cobaan, ataupun musibah, sehingga

sakinah bisa jadi dapat dipahami dengan sesuatu yang memuaskan hati.

Namun ketika kami melakukan penelitian dilapangan ada beberapa keluarga

yang masih mengalami goncangan psikis ketika mengetahui anaknya mengalami

autis sehingga membutuhkan waktu yang relaitif cukup lama untuk mengembalikan

kestabilan jiwa serta mengobati anak-anak yang mengalami autis tersebut. selain itu

tingkat kedekatan kepada tuhan juga masih minim sekali sehingga ketika mengetahui

anaknya mengalami autis selain upaya duniawi juga meningkatkan imam pada Allah

SWT. Namun demikian mereka tetap berupaya menjadi keluarga yang utuh,

sakinah, karena akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan anak-anak

yang mengalami autis yaitu keluarga dan lingkungan yang menjadi faktor penukung

yang paling dominan.

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa upaya yang dilakukan para

keluarga autis dalam membina keluarga sakinah adalah sebagai berikut:

1. Menerima dengan ikhlas, ikhtiar dan berdo’a

Penerimaan dengan ikhlas adalah salah satu faktor yang paling dominan

hampir seluruh informan menekankan sikap tersebut, padadasarnya menerima

kekurangan orang lain tidaklah mudah belum lagi tekanan dari masyarakat yang

membutuhkan mental yang cukup kuat, selain itu iktiar untuk selalu mendapat yang

terbaik bagi keluarga dan anak-anaknya yang mengalami autis tersebut dan slalu

berdo’a seperti yang dijelaskan dalam Q.S Yusuf :67

Page 105: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

105

tΑ$ s%uρ ¢Í_t6≈tƒ Ÿω (#θ è=äz ô‰s? .ÏΒ 5>$ t/ 7‰ Ïn≡ uρ (#θ è=äz÷Š $#uρ ôÏΒ 5>≡ uθö/ r& 7π s%Ìh�x� tG•Β ( !$tΒ uρ Í_øî é& Νä3Ζ tã

š∅ÏiΒ «!$# ÏΒ > óx« ( ÈβÎ) ãΝõ3 çtø: $# āω Î) ¬! ( ϵ ø‹n=tã àMù=©. uθ s? ( ϵø‹n=tæ uρ È≅©. uθ tG uŠ ù=sù tβθ è=Åe2uθ tF ßϑø9 $# ∩∉∠∪

Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian Aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah Aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri".

Seiring perkembangan waktu para keluarga tersebut terus berupaya dari

berbagai aspek manapun mengingat anak adalah anugerah tuhan yang haruslah di

jaga oleh setiap orang tua, meskipun kita semua tahu segala penentunya adalah Allah

seperti yang tercantum pada ayat diatas. Meskipun di sisi lain kadang para orang tua

juga mengeluhkan dengan keadaan anak yang berbeda dengan yang lain serta rasa

malu yang tak mampu di tutupi akan tetapi para keluarga tetap berupaya

semampunya dalam pengobatan dan penyembuhan akan tetapi tak lepas dari

kepasrahan dan tawakal serta penyerahan diri kepada Allah yang menentukan

segalanya.

Dengan demikian peneliti menilai upaya yang dilakukan para keluarga autis

sangat maksimal dalam proses penyembuhan anak kesayangan tersebut serta para

orang tua yakin akan upaya mereka yang juga tak terlepas dari tawakal, do’a serta

lebih mendekatkan diri seperti tercantum didalam Q.S Ar-Ra’d : 11

…çµ s9 ×M≈t7 Ée)yè ãΒ .ÏiΒ È÷t/ ϵ÷ƒ y‰tƒ ôÏΒ uρ ϵ Ï�ù=yz … çµ tΡθÝàx�øt s† ôÏΒ Ì�øΒ r& «! $# 3 āχ Î) ©!$# Ÿω ç�Éi�tóム$ tΒ BΘ öθ s)Î/ 4 ®Lym (#ρç�Éi�tó ム$ tΒ öΝÍκ Ŧ à�Ρ r'Î/ 3 !#sŒ Î)uρ yŠ#u‘r& ª!$# 5Θ öθ s)Î/ #[þθ ß™ Ÿξsù ¨Š t�tΒ …çµ s9 4 $ tΒ uρ Οßγ s9 ÏiΒ ÏµÏΡρߊ ÏΒ @Α#uρ ∩⊇⊇∪

Page 106: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

106

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah88 . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan89 yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dengan demikian sangat perlu ditekankan akan adanya upaya yang maksimal

namun tidak terlepas dari do’a dan bertawakal karena Allah tidak menghendaki

umatnya berputus asa tetapi menekankan akan selalu berupaya karena yang mampu

merubah sesungguhnya diri kita atas ridho dari Allah seperti yang tercantum ayat

diatas. Selain itu landasan keikhlasan juga sangat penting hal ini di jelaskan dalam

Q.S Al-An’aam 162-163 :

ö≅ è% ¨β Î) ’ÎAŸξ |¹ ’Å5Ý¡ èΣuρ y“$ u‹øt xΧuρ † ÎA$yϑ tΒuρ ¬! Éb> u‘ tÏΗs>≈yè ø9 $# ∩⊇∉⊄∪ Ÿω y7ƒÎ�Ÿ° …çµ s9 ( y7 Ï9≡ x‹Î/ uρ ßNö�ÏΒé& O$ tΡr& uρ ãΑρr& tÏΗÍ>ó¡ çRùQ$# ∩⊇∉⊂∪

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

Dengan demikian menurut peneliti sikap keikhlasan, bertawakal dan berdo’a

sangat di pelukan, apabila kita kaitkan dengan asal kata sakinah itu sendiri yang

berarti dalam bahasa arab mempunyai arti ketenangan dan ketentraman setelah

sebelumnya ada gejolak atau masalah yang menimpa keluarga tersebut, seperti

halnya setelah mengetahui anaknya mengidap autis maka sakinah menjadi benteng

yang cukup kuat untuk tetap mempertahankan keluarga tanpa harus mencari kambing

hitam dari anggota keluarga. 88 [767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah. 89 [768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Page 107: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

107

2. Memberikan pendidikan yang layak

Padadasarnya anak autis juga sama dengan anak-anak yang lain yang

membutuhkan pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya, selain itu

memberikan pendidikan yang layak adalah kewajiban orang tua serta hak yang sudah

selayaknya di dapatkan oleh anak-anak tersebut terutama pendidikan tentang agama

dan akhlak dalam diri anak tersebut seperti dalam Q.S At-Tahriim: 6

$ pκ š‰r' ‾≈ tƒ t Ï%©!$# (#θãΖ tΒ# u (#þθ è% ö/ ä3|¡ à�Ρr& ö/ ä3‹Î=÷δ r& uρ #Y‘$ tΡ $ yδ ߊθ è% uρ â¨$ ¨Ζ9$# äο u‘$ yfÏtø: $#uρ $ pκö�n=tæ îπ s3 Í×‾≈n=tΒ

Ôâ ŸξÏî ׊#y‰ Ï© āω tβθ ÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tΒ öΝèδ t�tΒ r& tβθè=yè ø�tƒ uρ $ tΒ tβρâ÷ s∆÷σ ム∩∉∪ 6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dalam proses perkembangan anak-anak tersebut, orang tualah yang paling

dominan karena orang tua mendapat amanah dalam mendidik anaknya serta akan

dimintai pertanggung jawaban nanti.

Seperti halnya posisi ibu bagaikan madrasah bagi anak-anaknya, Dalam

konteks semacam itu, mereka (anak-anak) semestinya mendapatkan perhatian lebih

dari seorang ibu, Jadi, mereka dapat berinteraksi secara langsung dengan buah

hatinya.

Seorang ayah pun posisinya sama, mesti memberikan kasih sayang kepada

anak-anak di rumah, tidak lantas bersikap keras kepada anak. Sebagai contoh, karena

anaknya berkebutuhan khusus, sikap dan tindakan pun seolah diskriminatif. Cuek,

easy going, kesal, inferior, marah dan aneka macam perasaan yang menggambarkan

ketidakbanggaan memiliki anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian didasari

rasa ikhlas ingin menerima serta diberikan pendidikan yang sesuai dengan

Page 108: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

108

kebutuhannya maka diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih terhadap

anak autis tersebut.

Anak yang berkebutuhan khusus seperti penderita autis dan sebagainya,

tentu saja tidak boleh dipilah-pilah. Mereka juga berhak mendapatkan pengetahuan

dan keterampilan (life skill) agar hidupnya lebih bermakna. Oleh karena itu, pada

hari ini patut kiranya bila kita mulai mengencangkan ikat pinggang. Bersiap-siap

melindungi anak-anak dari serangan arus gelombang informasi yang mengglobal

dengan menciptakan rumah belajar yang baik dan kondusif.

Selain itu ada beberapa fungsi adanya keluarga salah satunya fungsi

edukatif atau pendidikan dimana para orang tua sangat berperan dalam proses

pendidikan anak-anaknya terutama pendidikan tentang agama dan moral yang tidak

di ajarkan di lembaga pendidikan formal.

Sebagaimana di paparkan di dalam kajian teori bahwa pendidikan agama

dalam keluarga sangatlah penting dalam keluarga karena agama adalah pilar dan

sebagai pedoman dalam pembentukan keluarga sakinah, selain itu pendidikan pada

anak sebagai benteng dari pengaruh negatif lingkungan agar sianak menjadi generasi

yang tangguh.

Perkembangan sejarah pendidikan bagi anak penyandang cacat seperti

autis, selama beberapa dekade yang lalu telah mengalami banyak perubahan.

Perubahan-perubahan itu terjadi dalam hal kesadaran dan sikap masyarakat serta

yang paling dominan adalah orang tua terhadap anak penyandang cacat autis dan

pendidikannya,yang selama ini sedikit terabaikan karena unsur diskriminatif .

Sejarah menunjukkan pula bahwa selama berabad-abad di semua negara di dunia,

individu yang berbeda dari kebanyakan individu lainya selalu ditolak kehadirannya

Page 109: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

109

oleh masayrakat. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa anggota kelompok

yang terlalu lemah (autis) tidak mungkin dapat berkontribusi terhadap kelompoknya.

Mereka yang berbeda karena menyandang kecacatan, disingkirkan, tidak

memperoleh sentuhan kasih sayang dan kontak sosial yang bermakna. Keberadaan

penyandang autis tidak diakui oleh masyarakatnya.

Ketidaktahuan orang tua dan masyarakat pada masa lalu, mengenai hakekat

dan penyebab kecacatan terutama autis dapat menimbulkan rasa takut, sehingga

berkembang macam-macam kepercayaan dan tahayul, misalnya seorang ibu yang

melahirkan anak penyandang autis merupakan hukuman baginya atas dosa-dosa

nenek moyangnya. Oleh sebab itu di masa lampau anak-anak autis sering

disembunyikan oleh orang tuanya, sebab memiliki anak autis merupakan aib

keluarga.

Peradaban manusia terus berkembang, pemahaman dan pengetahuan baru

mengajarkan kepada manusia bahwa setiap orang memiliki hak yamg sama untuk

hidup. Pandangan seperti inilah yang berhasil menyelamatkan kehidupan anak-anak

penyandang autis. Menyelamatkan hidup anak-anak autis menjadi penting karena

dipandang sebagai simbol dari sebuah peradaban yang lebih maju dari suatu bangsa,

meskipun anak autis membutuhkan bantuan ekstra. Pandangan masyarakat dan orang

tua yang menganggap bahwa memelihara dan membesarkan anak merupakan

investasi agar kelak anak dapat membalas jasa orang tuanya yang telah membesarkan

dan mendidik dengan baik tanpa rasa pamrih dan membanding-bandingkan.

Anak autis mulai diakui keberadaannya, dan oleh sebab itu mulai berdiri sekolah-

sekolah khusus, rumah-rumah perawatan dan panti sosial yang secara khusus

mendidik dan merawat anak-anak autis.

Page 110: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

110

Mereka yang menyandang autis, dipandang memiliki karakteristik yang

berbeda dari orang kebanyakan, sehingga dalam pendidikannya mereka memerlukan

pendekatan dan metode yang khsusus pula sesuai dengan karakteristiknya. Oleh

sebab itu, pendidikan anak autis harus dipisahkan (di sekolah khusus) dari

pendidikan anak lainnya.

Konsep dan pemahaman terhadap pendidikan anak penyandang autis terus

berkembang, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Pemikiran yang

berkembang saat ini, melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut

pandang yang lebih bersifat humanis, holistik, perbedaan individu dan kebutuhan

anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian layanan pendidikan tidak lagi

didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan pada hambatan belajar

dan kebutuhan setiap individu anak. Oleh karena itu layanan pendidikan anak

penyandang cacat tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa dilayani di sekolah

regular terdekat dimana anak itu berada. Cara berpikir seperti ini dilandasi oleh

konsep Special needs education, yang antara lain melatarbelakangi munculnya

gagasan pendidikan inklusif. (UNESCO, 1994).

Selain itu anak-anak adalah amanah dipundak kedua orang tuanya yang di

akhirat nanti akan dimintai pertangggung jawabannya, kedua orang tua berkewajiban

memenuhi kebutuhan terutama hak-hak anak tersebut yang salah satunya adalah hak

mendapat pendidikan yang layak90

Dengan mendapatkan pendidikan yang layak terutama pendidikan keislaman

maka diharapakan para orang tua terbebas dari tanggung jawab atau amanah dari

Allah serta mendapatkana anak-anak yang shaleh yang akan menjadi buah hatinya

90 Op.Cit Syekh Muhammad Bin Shali Al utsaimin,.24

Page 111: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

111

baik di dunia maupun di akhirat sebagai mana firman Allah dalam QS. Ath-Thuur

ayat 21:

tÏ% ©!$#uρ (#θ ãΖtΒ#u öΝåκ ÷Jyè t7? $#uρ Νåκ çJ−ƒ Íh‘ èŒ ?≈yϑƒ Î* Î/ $uΖ ø)ptø: r& öΝÍκ Í5 öΝåκ tJ−ƒÍh‘ èŒ !$tΒ uρ Νßγ≈oΨ ÷G s9r& ôÏiΒ ΟÎγÎ=uΗxå ÏiΒ & óx« 4 ‘≅ä. ¤› Í÷ö∆ $# $ oÿÏ3 |=|¡ x. ×Ïδ u‘ ∩⊄⊇∪

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti

mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka91, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Ini adalah termasuk buah dari pendidikan terhadap anak jika dia dididik

dengan cara yang benar, dapat mendatangkan manfaat bagi orang tuanya bahkan

hingga setelah kematiannya.

Dengan demikian jelas bahwasanya Allah sendiri telah memberikan

penjelasan bagaimana ketika para orang tua mampu dan optimal dalam memberikan

pendidikan maka akan menjadi suatu kebahagiaan baik dunia maupun akhirat ketika

anak-anaknya menjadi shaleh dan shalehah

3. Melakukan Pengobatan

Sudah selayaknya para orang tua tidak berhenti begitu saja hanya

memberikan pendidikan serta menerima dengan rasa ikhlas, namun salah satu bentuk

upaya yang lain adalah menberikan pengobatan untuk proses penyembuhan karena

pada dasarnya autis jika terdeteksi pada masa dini maka akan lebih mudah dalam

proses penyembuhanya, karena autis bukanlah cacat permanen namun bisa

sdisembuhkan jika segera terdeteksi dan tidak mengalami keterlambatan, banyak

sekali obat dan juga terapi yang dapat mendukung proses penyembuhan autis 91Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.

Page 112: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

112

tersebut. Salah satu terapi adalah diet karena pada dasarnya autis adalah tubuh yang

mengalami kelebihan berbagai zat maka dari itu salah satu terapinya adalah diet

makan.

Menurut peneliti proses pengobatan yang dilakukan oleh para orang tua

adalah sudah menjadi bagian dari hak anak autis tersebut ketika kita melihat dalam

kovensi hak anak oleh PBB bahwa tidak ada diskriminasi antar anak satu dengan

yang lainnya semua hak berlaku bagi anak-anak tanpa pengecualian. Selain itu

merupakan kewajiban setiap orang tua untuk melindungi anak dari diskriminasi

apapun diantar empat hak dasar yang dimiliki anak salah satunya adalah hak atas

kelangsungan hidup yang termasuk didalamnya adalah mendapatkan pelayanan

kesehatan yang baik ketika sakit serta pengobatan dan gizi yang baik.

Demikian juga yang dilakukan oleh para orang tua dalam mengobati anak

autis tersebut sudah menjadi tanggung jawab yang cukup besar serta di dukung

adanya legislasi dari negara dan internasional pada umumnya92.

Selain itu didalam kitab Riyadhusshalihin ada sebuah hadits nabi yang tercantum

dibawah ini:

�� و��� و��� أن ا��� ��� ا� �� و��� ا� �� و��� ا�

��� ا��� و���ل ��ا���� رب ا���س، " : آ�ن �!�د �! أه�� ��

أذه8 ا��7س، وا.6، أ45 ا�2�3 * .-�ء إ* .-�ؤك، .-�ء *

�� ( ( ” �:�در ���� =->? ( (

92 Op.Cit Konvensi Hak-Hak Anak Diadopsi dari Dewan Umum PBB

Page 113: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

113

Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahawasanya Nabi s.a.w. pada suatu waktu meninjau setengah dari keluarganya yang sakit. Beliau s.a.w. mengusap dengan tangannya yang kanan dan mengucapkan - yang artinya: "Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah kesukaran - yakni penyakit - ini. Sembuhkanlah, Engkau sajalah yang dapat menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan daripadaMu, yakni kesembuhan yang tidak lagi meninggalkan penyakit." (Muttafaq 'alaih)

4. Memotivasi anak

Motivasi dalam keluarga merupakan salah satu faktor untuk boleh

mewujudkan keluarga yang ceria, bahagia dan harmoni. Dengan wujudkan motivasi

ynag berkesan, anak-anak akan dapat dimotivasikan dari semasa ke semasa agar

mereka menjadi insan yang bersemangat, progresif, prokatif dan berfikiran positif.

Untuk memotivasikan anak-anak, ibu dan bapak perlulah menggunakan berbagai

cara pendekatan dengan anak-anak mereka yang autis terutama pendekatan secara

emosional misalnya dengan komunikasi sesering mungkin dan berkesan selain itu

bisa dengan Menasehati anak hal ini tindakan yang sangat penting dilakukan oleh

orangtua.

Dalam melakukannya diperlukan kesabaran. Sebab, tugas ini perlu dilakukan

berulang-ulang. Walaupun nasehat itu sudah sering orangtua sampaikan kepada anak.

Tetapi, kadang-kadang ia masih tetap saja melakukan hal yang sama dan salah,

nasehat yang diberikan orangtua merupakan salah satu bukti bahwa orangtua sayang

dan peduli terhadap anak. Dengan memberikan nasehat kepada anak mereka

berharap ia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. agar harapan

kita untuk mewujudkan insan yang berguna dan berakhlak akan tercapai. Oleh

karena itu untuk meningkatkan motivasi di kalangan anak-anak peran orang tua

sangat besar.

Page 114: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

114

Selanjutnya didalam lingkungan masyarakat keluarga sudah menjadi aksioma

sebagai sel hidup yang membentuk organ tubuh manusia, jika keluarga baik maka

seluruh masyarakat adalah baik dan jika keluarga buruk maka secara keseluruhan

masyarakat akan buruk, selain itu keluarga juga dapat diumpamakan sebagai

miniatur umat yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anak, maka dengan demikian

jelas motivasi orang tua dalam proses penyembuhan serta pendidikan menjadi sangat

penting dalam perkembangan anak pada proses selanjutnya, serta dukungan dari

berbagai aspek juga sangat diperlukan karena pada dasarnya baik buruk seorang anak

adalah tergantung dari bagaimana orang tua itu membentuk anak tersebut.

Kita semua tahu bahwa urgensi keluarga adalah sebagai milieu social pertama

dan satu-satunya yang menyambut manusia ketika pertanma kali mengenal dunia,

selain itu keluarga satu-satunya tempat pengasuhan alami bagi anak-anak yang baru

tumbuh dan merawatnya serta media untuk mengembangkan fisik, akal, spiritual

sehingga motivasi orang tua dalam mengembang serta merawat anak ketika proses

tumbuh dewasa menjadi bagian yang paling urgent dengan demikian diharapkan bagi

orang tua ketika mengetahui anaknya mengalami autis tidak harus berkecil hati

namun memotivasi anak tersebut dari berbagai aspek sehingga anak tidak mengalami

tekanan akan kelemahanya kadrna setiap manusia tidak ada yang sempurna, namun

bagaimana seiring waktu perubahan itu slalu ada untuk mencapai titik kesempurnaan

itu.93

Dalam memberikan dukungan atau motivasi telah disinggung dalam prisip

mengasuh anak yang salahsatunya menunjukan perasaan positif dengan menunjukan

93 Mahmud Muhammad Al-Jauhari dkk, Op.Cit, 6

Page 115: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

115

bahwa para orangtua menyayangi anak tersebut dengan memberikan motivasi

sebagai bentuk rasa kasih sayang terhadap anak yang mengalami autis.

5. Melakukan komunikasi dua arah dengan sesering mungkin

Para teoris dan peneliti tentang perkembangan anak sepakat bahwa orang tua

memainkan peranan yang formatif dalam sosialisasi anak. Peranan tersebut sudah

dimulai sejak awal masa bayi, di mana orang tua dan anak sudah saling memberikan

perhatian dan mulai berkomunikasi. Anak merespon komunikasi orang tuanya

melalui senyuman, kerutan kening, celotehan, dan sentuhan. Ketika mobilitas dan

bahasa anak sudah memungkinkannya untuk mengeksplorasi lingkungannya secara

aktif, orang tua mulai memberikan berbagai pelajaran kepada anak mengenai cara

dunia sosial beroperasi dan perilaku yang diharapkan oleh dunia sosial itu dari anak.

Pelajaran tersebut diarahkan untuk membantu anak belajar memiliki kompetensi

sosial – yaitu perseptif terhadap orang lain, kooperatif, asertif, ramah kepada teman

sebaya, dan santun kepada orang dewasa.

Salah satunya adalah dengan komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak

autis yang mengalami lambat bicara. Komunikasi adalah suatu proses di mana terjadi

pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain. Tujuan komunikasi adalah untuk

mengungkapkan keinginan, mengekspresikan perasaan, dan bertukar informasi,

Keluhan utama dari orangtua yang memiliki anak dengan ciri-ciri autis adalah

keterlambatan perkembangan bicara atau bahkan belum bicara sama sekali. Banyak

orangtua beranggapan bila anak bisa bicara maka 99 persen masalah anak akan

terselesaikan Banyak anak autis yang mampu bicara, namun sebenarnya mereka

belum memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang mereka ucapkan dan

diucapkan orang lain.

Page 116: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

116

Tidak jarang ada anak autis yang bisa lancar mendeskripsikan sesuatu,

menghafal lagu, meniru jingle iklan, membaca dengan baik, tetapi tetap gagal bila

diajak tanya jawab mengenai kejadian sehari-hari.

Dengan demikian salah satu upaya orang tua adalah dengan komunikasi dua

arah sesering mungkin sehingga anak menjadi terlatih serta merasa mendapat

perhatian yang lebih dari orang tua. Selain itu dengan upaya yang terus

dimaksimalkan diharapkan anak mamu berkomunikasi dengan baik sehingga tumbuh

menjadi anak yang normal seperti yang lainnya.

Selain itu sudah selayaknya sejak anak baru lahir orang tua dapat melakukan

dialog perasaan atau komunikasi dua arah meskipun sekedar bertukar isyarat dan

ekspresi rasa sayang dialog perasaan sedini mungkin dilakukan karena sangat

penting sebagai ikatan kasih sayang sekarang hingga masa yang akan datang.

6. Saling Mengisi Kekurangan Masing-Masing Anggota Keluarga

Setiap pernikahan atau hubungan tentunya pasti ada perbedaan, berdasarkan

pengalaman masing-masing, dan tiap pasangan tentunya berbeda-beda, Perbedaan

antara kita dengan suami, anak-anak atau anggota keluarga yang lain janganlah

menjadi kendala untuk mempunyai keluarga yang bahagia, kita harus belajar untuk

melihat, menerima, menghargai dan menjalani perbedaan yang ada. Konsekwen

dalam setiap perkataan dan tindakan, sehingga setiap kali kita ada masalah, dapat

dengan cepat bisa terselesaikan, juga tentunya harus diselesaikan dengan kepala

dingin dan komunikasi yang jelas.Terkadang perceraian atau konflik keluarga terjadi

dikarenakan kurangnya komunikasi dan keterbukaan dari antara terutama suami istri

yang memeliki konfli, serta sulit menemukan jalan keluar antar anggota keluarga.

Perlu diingat dan diketahui bahwa perbedaan selalu ada dalam suatu keluarga karena

Page 117: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

117

setiap orang, setiap pribadi mempunyai kepribadian atau personality yang berbeda-

beda. Sering juga kita mendengar kata, “Nobody’s perfect” dan memang tidak ada

orang yang sempurna, setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya

masing-masing seperti anak-anak autis.

Karena perbedaan inilah maka setiap anggota keluarga dapat saling mengisi

kekurangan masing-masing dengan kelebihan masing-masing dengan cara menerima

segala kekurangan dan kelebihan pasangan kita masing-masing, yang tentunya ini

tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat, tapi dengan kesabaran, kasih sayang

dan toleransi, keharmonisan dalam keluarga akan tercapai. Jadi perbedaan dalam

keluarga itu pasti selalu ada, pada umumnya dalam setiap hubungan pasti ada

gelombang pasang surutnya, yang harus kita ketahui adalah bagaimana caranya

supaya kalau lagi pasang atau bahagia kita tidak lupa diri atau bila keadaan sedang

surut jangan biarkan berlarut-larut. Karena perbedaan sudah pasti ada.

Pada dasarnya rumah tangga sudah selayaknyanya menjadi tempat yang

tenang dan tentram, tempat kembali setelah kemanapun anggota keluarga pergi

ataupun beraktifitas setidaknya rumah adalah sebagai perwujudan dari aura sakinah

tersebut, interaksi antara anggota keluarga dan masyrakat serta memahami

karakteristik masing-masing anggota keluarga sehingga kenyamanan dapat dibangun

di dalam keluarga dan hal tersebut dapat di bangun melalui proses yang cukup

panjang untuk saling menemukan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Derngan demikian setiap anggota keluarga dapat menemukan ruang kehidupan yang

belum pernah ditemukan sebelumnya maka dari itu keluarga adalah proses

bagaimana menerima kekurangan masing-masing serta dapat menutupi kekurangan

Page 118: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

118

masing-masing anggota keluarga sehingga keluarga sakinah akan tetap mampu

dibina.

Selain itu semakin waktu bertambah, kita semakin mampu belajar baik

buruk,kekurangan dan kelebihan antara keluarga termasuk anak-anak yang

mengalami autis tersebut bagaimana antasa suami istri tidak saling menyalahkan

namun lebih kepada bahu membahu untuk memberikan yang terbaik untuk anak

tersebut94.

Selanjutnya dengan memahami kekurangan masing-masing serta mampu

menutupi kekurangan diharapkan keluarga taersebut menjadi keluarga yang sakinah

seperti halnya, keluarga itu penuh dengan kasih. Kasih dalam bahasa universal yang

membuat orang bisa menerima orang lain baik kekurangannya dan kelebihannya.

Kalau di dalam diri keluarga itu ditanamkan unsur kasih, maka anak yang tumbuh

dalam keluarga itu saat ia masuk ke dalam suatu lingkungan yang sebenarnya

membuatnya bisa mengasihi orang lain yang membuat anak ini bisa menerima

perbedaan yang nyata itu sebagai suatu hal yang indah dan dekoratif. Perbedaan tidak

lagi dilihat sebagai konflik namun sebagai hal yang meperkaya pengetahuan selain

itu dalam keluarga yang juga penting adalah sikap terbuka, saling menghormati dan

menghargai.Ketika setiap anggota keluarga bisa sadar akan kedudukan dan status

masing-masing dalam keluarga, maka akan timbul rasa untuk menghormati satu

sama lain.. Unsur ini penting sebagai bekal individu dalam terjun ke dunia

masyarakat.

Dan keterbukaan dalam segala hal ini sangat perlu. Dari keluarga kita belajar

untuk bersikap terbuka, memecahkan masalah dengan jalan demi untuk mencapai

94 Quraish shihab, Op.Cit, 82

Page 119: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

119

tujuan yang ideal. Jika dalam keluarga kita sudah membiasakan untuk bersikap

terbuka, maka ketika individu harus terjun ke dalam masyarakat ia sudah tahu harus

bagaimana dalam mengatasi konflik. Dengan sikap yang terbuka, kesalahpahaman

bisa dicegah dan meminimalisir konflik

Unsur terakhir yang menjadi ciri dari keluarga yang baik adalah sikap saling

menghargai dan memaafkan. Ini adalah sikap yang sulit untuk dilakukan. Terkadang

dalam keluarga sering kali kita menuntut seseorang untuk menjadi apa yang kita

inginkan, mengatur dan membatasi kebebasan seseorang. Dalam keluarga baik itu

orangtua ataupun akan, keduanya harus saling menghargai. Apa yang menjadi

keinginan dan prinsip masing-masing. Sudah sifat dasar manusia untuk selalu merasa

tidak puas dengan apa yang dimiliki atau apa yang diterimanya. Hal inilah yang

seringkali membuat kita tidak bisa menerima kekurangan dan keterbatasan

seseorang. Membuat kita menuntut lebih. Perlu disadari bahwa di dunia ini tak ada

gading yang tak retak. Menghargai. Itu adalah bekal penting yang harus dilahirkan

dalam keluarga agar kelak ketika kita sudah bisa menghargai keluarga kita sendiri,

kita juga bisa menghargai orang lain, masyarakat lain dan bangsa lain.

Selanjutnya Manusia juga penuh dengan keterbatasan dan kekhilafan dalam

hidupnya, oleh sebab itu memaafkan menjadi hal yang penting dalam keluarga

sebagai tempat kita berlatih. Memang tindakan yang sudah kita lakukan tidak dapat

dikembalikan pada titik nol. Maksudnya, setiap tindakan kita yang menyakiti orang

lain pasti membuat orang lain pedih sehingga ketabahan hati haru s selalu terjaga .

7. Bersama-Sama Menghadapi Persoalan Yang Ada

Kita saat ini ada di tengah arus deras pergeseran nilai sosial dalam

masyarakat kita. Pergeseran nilai sosial tampak pada kecenderungan makin

Page 120: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

120

permisifnya keluarga-keluarga di masyarakat kita. Keluarga tidak lagi dilihat sebagai

ikatan spiritual yang menjadi medium ibadah kepada Sang Pencipta. Kawin-cerai

hanya dilihat sebatas proses formal sebagai kontrak sosial antara dua insan yang

berbeda jenis. Perkawinan kehilangan makna sakral

Ini bertolak belakang dengan adagium yang menyatakan keluarga adalah garda

terdepan dalam membangun masa depan bangsa peradaban dunia.

Dari rahim keluarga lahir berbagai gagasan perubahan dalam menata tatanan

masyarakat yang lebih baik. Tidak ada satu bangsa pun yang maju dalam kondisi

sosial keluarga yang kering spiritual, atau bahkan sama sekali sudah tidak lagi

mengindahkan makna religiusitas dalam hidupnya. Karena itu, Al-Qur’an memuat

ajaran tentang keluarga begitu komprehensif, mulai dari urusan komunikasi antar

individu dalam keluarga hingga menjadi suatu hubungan atau relasi sosial antar

anggota keluarga dalam masyarakat. Banyak memang problema yang biasa dihadapi

keluarga.

Tidak sedikit keluarga yang menyerah atas “derita” yang sebetulnya

diciptakannya sendiri. Di antaranya memilih perceraian sebagai penyelesaian. Kasus-

kasus faktual tentang itu ada semua di masyarakat kita. Dan, masih banyak lagi

kegelisahan yang melilit keluarga-keluarga di masyarakat kita. Namun, umumnya

kegelisahan itu diakibatkan oleh menurunnya kemampuan mereka menemukan

alternatif ketika menghadapi masalah yang tidak dikehendaki. Karena itu, menjadi

penting bagi kita untuk mencari kunci yang bisa mengokohkan bangun keluarga kita

dari hempasan arus zaman yang serba menggelisahkan. Dan, kata kunci itu adalah

sakinah.

Page 121: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

121

Begitu pula yang terjadi di dalam keluarga autis untuk menghingdari

perpisahan atau keretakan dan tetap mempertahankan kesakinahannya adalah Salah

satu upaya yang dilakukan oleh keluarga autis dengan bagaimana menghadapi

permasalahan yang ada dan tidak lari dari masalah tersebut. Ketika kita mengamati

kembali dari teori yang ada apa itu sakinah yang bermakna ketenangan jiwa, yang

menggambarkan ketenangan setelah adanya gejolak tersebut95.

Peneliti mencoba menganalisis dari upaya para keluarga autis adalah dengan

menghadapi masalah yang ada bersama-sama sehingga keluarga mampu menghadapi

persoalan tersebut dan melewatina tanpa ada yang musti di korbankan baik

pernikahannya atau anak-anak autis tersebut.

Didalam Al-Qur’an sendiri banyak sekali dijelaskan tentang makna sakinah

yang mana didatangkan dari Allah kepada para nabi dan rasulnya serta orang-orang

yang beriman agar diberi ketabahan dalam menghadapi musibah, cobaan, tantangan,

serta ujian. Menurut Rasyid ridha sakinah adalah sikap yang timbul dari suaana

ketenagan dan merupakan lawan dari kegoncangan batin96

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa para keluarga ketika

mengetahui anaknya mengalami autis akan malah menyalahkan antara satu dengan

yang lain namun legih pada bagaimana menghadapi permasalahan bersama-sama

sehinnga kesakinahan tetap ada dan terjaga hingga kini. Jadi, dengan dorongan untuk

mencapai sakinah merupakan tata nilai yang seharusnya menjadi kekuatan penggerak

dalam membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan kenyamanan dunia

sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat. Rumah tangga seharusnya

menjadi tempat yang tenang bagi setiap anggota keluarga. Keluarga menjadi tempat

95 Quraish shihab, Op.Cit 80 96 Zaitunnah Subhan, Op.Cit, 6

Page 122: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

122

kembali ke mana pun anggotanya pergi. Mereka merasa nyaman di dalamnya, dan

penuh percaya diri ketika berinteraksi dengan keluarga yang lainnya dalam

masyarakat

8. Mengelola Konflik Bersama-Sama

Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, adalah harapan semua orang

yang akan dan telah memasuki gerbang pernikahan. Kata-kata ini sangat mudah

untuk diucapkan dan dibayangkan, tapi untuk mencapainya tak segampang yang kita

ucapkan atau kita bayangkan tersebut. Membangun keluarga sakinah adalah sebuah

proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang tanpa masalah, tapi lebih

kepada adanya keterampilan untuk mengelola konflik yang terjadi di dalamnya.

Secara individu, setiap manusia mempunyai bakat, kemampuan dan

pengalaman yg berbeda-beda. sebenarnya, perbedaan adalah suatu hal yg sangat

lumrah keluarga sakinah bukan berarti keluarga yg tenang dan bebas dari segala

konflik dan permasalahan sebaiknya keluarga yg bijak menangani konfilk.ini akan

membuat anggota keluarganya semakin matang, arif dan bijaksana karena setiap

konflik yg terjadi hendaklah senantiasa dipikirkan jalan keluarnya dengan semangat

kekeluargaan, dan mencari solusi demi kemaslahatan bersama

Begitu pula yang terjadi didalam keluarga autis ketika mengetahui anaknya

mengalami autis dan menganggap ini adalah konflik maka seluruh anggota keluarga

bersama-sama mengelola knflik itu dan mencari solusi yang tepat serta saling bahu

membahu tidak menekan pihak satu ataupun yang lain sehingga keutuhan rumah

tangga tetap terjaga. Sehinnga dengan demikian dalam keluarga sakinah setiap

anggotanya merasa nyaman tentram dan damai kemanapun pergi maka tetap akan

kembali kerumah serta sejahtera lahir batin. Sejahtera lahir adalah dari kemiskinan

Page 123: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

123

harta dan tekanan jasmani, sedangkan kesejahteraan batin adalah kebebasan dari

kemiskinan iman serta mampu mengkonsumsikan nilai-nilai keagamaan dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat.97

Oleh karena itu ada berbagai macam upaya-upaya yang dilakukan oleh para

keluarga autis yang memerlukan tenaga serta dukungan dari berbagai faktor untuk

melakukan upaya-upaya tersebut. Mencermati dari hasil penelitian di atas, secara

umum dapat peneliti simpulkan menjadi 4 kategori upaya keluarga autis dalam

membina keluarga sakinah yaitu :

1. Mendekatkan diri pada Allah

Hampir seluruh informan melakukan hal tersebut meski pada mulanya

ada beberapa yang mengalami goncangan batin namun pada akhirnya dapat

ditepis dengan semakin mendekatkan diri pada Allah, seperti menerima

dengan ikhlas tanpa ada rasa kecewa dan menyesal karena segala sesuatu

Allah lah penentunya dan dalam kehidupan slalu ada cobaan sesuai dengan

kemampuan umatnya.

Selain itu juga meningkatkan ibadah dan slalu berdo’a agar rumah

tangga tetap diberi ketenangan dalam menghadapi permasalahan yang ada

serta slalu berusaha dan berupaya dengan diiringi do’a.

2. Memenuhi hak-hak untuk anak

Memenuhi hak anak adalah kewajiban orang tua serta anak sendiri

adalah amanah dari Allah sehingga sudah selayaknya orang tua memenuhi

hak-haknya seperti mendapat pendidikan baik formal seperti mendapat

97 Juraidi, Op.Cit

Page 124: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

124

pendidikan atau diseolahkan ke sekolahan yang untuk anak-anak autis atau

berkebutuhan khusus.

Adapun non formal seperti halnya peran orang tua yang cukup dominant,

memberikan perhatian yang lebih serta serinya melakukan komunikasi karena pada

dasarnya pendidikan formal mungkin hanya dilakukan dalam waktu sehari dalam

dengan durasi dua sampai tiga jam namun pendidikan non formal durasinya lebih

panajang sehingga kesempatan lebih banyak.

Selain pendidikan, hak anak yang selayaknya untuk dipenuhi adalah

pengobatan yang layak didapatkan juga ada beberapa upaya salah satunya dengan

mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada ahlinya agar tidak salah sasaran seperti

pada Psikiater atau dokter jiwa selanjutnya bisa melakukan terapi baik Pskis maupun

syaraf hal tersebut yang telah dilakukan pak Supriono dan bu Nanik.

3. Dukungan keluarga dan lingkunga sekitar

Hal ini juga sangat dibutuhkan apalagi keluarga dan lingkungan sekitar 90%

memjadi tolok ukur sejauh mana upaya-upaya tersebut dlakukan dan semaksimal apa

sehingga hasilnyapun dapat di pertanggungjawabkan.

Seperti halnya memotivasi anak untuk selalu berkembang, melakukan upaya

diet agar tubuh stabil, melatih anak untuk menjadi displin dan mandiri serta

melakukan komunikasi dua arah sesering mungkin

4. Interent keluarga terkait pemahaman tentang keluarga sakinah

Selanjutnya interent keluarga yang berkaitan erat dengan pemahaman para

informan terhadap apa yang disebut keluarga sakinah dengan pengaplikasianya yang

terfokus pada bagaimana keluarga saling bahu membahu ketika menghadapi

Page 125: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

125

persoalan yang ada, serta saling menerima dan mengisi kekurangan masing-masing

dan bersama-bersama mengelola konflik yang ada

D. Analisis dari Aspek fiqih

Dari seluruh upaya yang dilakukan para orang tua, ketika dilihat dari aspek

kemashlahatan tampak jelas sekali upaya tersebut membuktikan bahwasanya dengan

memberikan pendidikan yang layak serta selalu memotivasi anak dan memberikan

seluruh perhatian yang salah satunya dengan komunikasi dua arah antar orang tua

dan anak sesering mungkin sebagai wujud untuk memberikan kemashlahatan pada

anak tersebut dari saat sekarang hingga masa yang akan datang, selain itu

penyelamatan generasi umat Islam adalah kewajiban bagi orang tua, masyarakat dan

Negara.

Selain itu jika dilihat dari aspek Syadz dzari’ah, upaya-upaya orang tua dari

anak-anak yang mengalami autis terbukti untuk menghindarkan anak tersebut dari

kerusakan yang lebih parah karena pada dasarnya anak autis sudah mengalami

keterbelakangan mental sehinga para orang tua berupaya memberikan segala sesuatu

yang meningkatkan kemampuan serta memberikan pendidikan khusus agar anak

autis tersebut menjadi lebih baik dan tidak tambah parah dari penyakitnya tesebut.

Dengan demikian ketika anak tersebut mendapatkan kemashlahatan dan

upaya yang dilakukan orang tua untuk menghindari kemadharatan bagi anak tersebut

serta seluruh anggota keluarga saling memberi dukungan dan mengelola konflik

bersama-sama,menerima kekurangan yang ada sehingga kesakinahan keluarga akan

tetap terjaga.

Selanjutnya untuk lebih mudahnya peneliti akan menguraikan secara

terperinci dalam bentuk tabel tentang pemahaman para orang tua yang anaknya

Page 126: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

126

mengalami autis terhadap keluarga sakinah serta upaya-upaya yang dilakukan oleh

para keluarga autis tersebut.

Tabel I: Pemahaman keluarga autis terhadap keluarga sakinah :

No Orang Tua Penderita Autis

Pemahaman tentang keluarga Sakinah

1 Bapak Suntari/

IbuTitik

Suparti

Adela amanda Keluarga bahagia yang mampu

membahagiakan anak-anaknya dan

emmenuhi segala kebutuhan anak-

anaknya tersebut.

2 Bapak

Supriono/ Ibu

Winarti

Ea galih elandi Saling Menerima kekurangan masing-

masing serta menutupu kekurangan

masing-masing dari anggota keluarga

3 Bapak

Harmoyo/ Ibu

Nunik ari tri

susanti

Azahra

yasmine

Keluarga yang bahagia sejalan dalam

menghadapi segala persoalan, dalam

rumah tangga pasti ada persolan dan

bersama-sama mencari jalan keluar,

serta mensyukuri atas segala

kekurangan dan terus berusaha.

4 Bapak

Joko/Ibu

Istikharah

Halina

razariadi

Saling menerima kekurangan masing-

masing anggota keluarga, saling

mengisi dan tidak mengeluh atas

cobaan yang ada serta mengelola

persoalan yang ada bersama-sama

Tabel II: Tentang upaya-upaya yang dilakukan keluarga autis

No Orang Tua Penderita

Autis

Upaya-upaya yang dilakukan

1 Bapak Suntari/

IbuTitik

Suparti

adela amanda • Menerima dengan ikhlas serta

berdo’a dan berusaha dan saling

menghargai

Page 127: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

127

• Memberikan pengobatan daik terapi

maupun ke psikiater untuk

konsultasi

• Memberikan pendidikan dengan di

sekolahkan di sekolah untuk anak-

anak berkebutuhan khusus

2 Bapak

Supriono/ Ibu

Winarti

Ea galih elandi • Berserah pada Allah atas segala

pemberian serta menerima apa

adanya atas pemberian tuhan

• Berusaha menyembuhkan dengan

emaksimal mugkin seperti pijat

syaraf, terapi, serta ke dokter

3 Bapak

Harmoyo/ Ibu

Nunik ari tri

susanti

Azahra

yasmine

• Antar anggota keluarga saling

percaya dan saling mengisi

kekurangan masing-masing

• Menghadapi permasalahan bersama-

sama serta mampu mengelola

konflik bersama-sama pula.

• Memberikan pendidikan serta

memotivasi menyembuhkan seperti

melakukan terapi ke psikiater dan

dokter jiwa.

• Keluarga slalu memotivasi,dengan

komunikasi dua arah,

memperlakukan seperti anak-anak

normal lainya. Sehingga tidak

tampak adanya diskriminatif.

4 Bapak

Joko/Ibu

Istikharah

Halina

razariadi

• Berdo’a kepada tuhan untuk

kesembuhan anaknya

• Memberikan pendidikan yang sesuai

• Selalu tabah dalam menghadapi

Page 128: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

128

masalah yang timbul dalam suatu

keluarga.

Page 129: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

129

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas peneliti dapat memberi kesimpulan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Pemahaman para keluarga autis terhadap keluarga sakinah adalah sebagaimana

keluarga yang bahagia dan sejahtera, mampu menerima apa adanya kekurangan

masing-masing anggota keluarga serta mengisi kekurangan masing-masing,

memenuhi segala kebutuhan daripada anak-anaknya, menghadapi dan menerima

persaolan yang ada dengan ikhlas dan bersama-sama, mengelola knflik bersama-

sama sehingga keutuhan rumah tangga tetap mampu dipertahankan karena

padadasarnya segala sesuatunya pasti mengalami perubahan namun bagaimana

perubahan itu mencapai titik kesempurnaan.

Page 130: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

130

2. Terkait Upaya-upaya yang dilakukan para keluarga autis dalam membina

keluarga sakinah adalah Mendekatkan diri pada Allah, seperti meningkatkan

ibadah dan selalu berdo’a agar rumah tangga tetap diberi ketenangan dalam

menghadapi permasalahan yang ada serta slalu berusaha dan berupaya dengan

diiringi do’a. Memenuhi hak-hak untuk anak, memenuhi hak anak adalah

kewajiban orang tua serta anak sendiri adalah amanah dari Allah sehingga sudah

selayaknya orang tua memenuhi hak-haknya.

Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar, karena keluarga dan lingkungan

sekitar 90% sangat dominan memberikan dukungan dalam proses penyembuhan

yang dilakukan. Selanjutnya Interent keluarga terkait pemahaman tentang

keluarga sakinah yang sudah selalayaknya saling memahami dan menerima

kekurangan masing-masing.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di sekitar kota atau kabupaten

Blitar (terutama di Jl. Kalimantan Kota Blitar), maka perlu kiranya peneliti

memberikan beberapa saran atas permasalahan yang terjadi, antara lain kepada:

1. Bagi para keluarga autis untuk lebih meningkatkan ketakwaan terhadap

Allah, tidak hanya karena ada permasalahan saja namun sebagaimana

layaknya seorang hamba baik dalam keadaan susah maupun senang, serta

lebih meningkatkan kembali tentang pemahaman akan keluarga sakinah agar

keluarga sakinah dapat muncul tidak hanya ketika ada permasalahan namun

sejak awal dibentuknya keluarga tersebut

Page 131: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

131

2. Bagi lembaga yang berangkutan setidaknya lebih meningkatkan kualitas baik

daripara knselor maupun fasilitas yang ada mengingat saat ini semakin

meningkatnya para penderita autis terutama di Kota Blitat

3. Bagi masyarakat luas setidaknya lebih mampu menghargai perbedaan yang

ada di sekitar kita karena tidak ada segala sesuatu yang sempurna seperti

halnya ana-anak autis yang ssungguhnya memiliki kelebihan dibalik

kekuranganya tidak perlu mendapatkan pengucilan, dan merasa disingkirkan

dari masyarakat yang akhirnya terdiskrimisasi.

Karena padadasarnya adagium menyatakan keluarga adalah garda terdepan

dalam membangun masa depan bangsa peradaban dunia. Dari rahim keluarga

lahir berbagai gagasan perubahan dalam menata tatanan masyarakat yang

lebih baik. Tidak ada satu bangsa pun yang maju dalam kondisi sosial

keluarga yang kering spiritual, dengan memaknai religiusitas dalam

hidupnya. Karena itu, Al-Qur’an memuat ajaran tentang keluarga begitu

komprehensif, mulai dari urusan komunikasi antar individu dalam keluarga

hingga relasi sosial antar keluarga dalam masyarakat.

4. Selanjutnya bagi Negara setidaknya perhatian terhadap anak-anak yang

berkebutuhan khusus atau yang mengalami kecacatan terutama autis lebih

ditingkatkan mengingat anak-anak tersebut juga bagian dari generasi penerus

bangsa serta jaminan hak-hak bagi anak yang tercover didalam Undang-

Undang Perlindungan Anak No : 23 Tahun 2002 serta dukungan internasional

dengan adanya Konvensi Hak-hak anak Diadopsi dari Dewan Umum PBB

pada tanggal 20 November 1989.

Page 132: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

132

5. Para pembaca karya ini perlu memperhatikan, bahwa sebuah keluarga yang

sakinah itu harus dibangun dengan pondasi yang kuat yaitu adanya keimanan

yang tebal, sehingga tujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah dapat

terwujud dengan baik

6. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melanjutkan guna lebih

menyempurnakan penelitian ini dengan meneliti Implikasi anak autis

terhadap kesakinahan keluarga. Karena saat ini anak-anak autis cenderung

meningkat sehingga memjadi suatu ambiguitas terkait kesakinahan keluarga

tersebut sebab anak adalah salah satu komponen keluarga yang mampu

duntuk dibanggakan.

Page 133: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

133

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauhari Mahmud, Muhammad dkk (2000) Membangun Keluarga Qur’ani.

Jakarta: Amzah. Abdul Azis Al-Khauli, Muhammad (2006) Membina Keluarga Islami Menuju

Keutamaan Hidup. Semarang : Pustaka Adnan. Al Umar, Nashir (2008) Keluarga Modern tapi Sakinah. Solo : Aqwam. A. Partanto, Pius dkk (1994 ) Kamus Ilmiah popular. Surabaya : Arkola. Abidin, Slamet dkk (1999) Fikih Munakahat I, Bandung : Pustaka Setia.

Amiruddin dan Zainal Asakin (2004) Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT Rajagrafindo.

Alfiyah, Iis Inayatul (2007) Dampak Bencana Lumpur Lapindo Terhadap

Keharmonisan Keluarga (Suti Kasus Ds. Jatirejo Kec. Porong Kab. Sidoarjo) Skripsi. Malang : UIN.

Arikunto, Suharsimi (1997) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashofa, Burhan (2004) Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rineka Cipta.

Danuatmaja, Bonny ( 2003)Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta : Perpustakaan

Nasional RI : katalog dalam terbitan KDT. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia

edisi kedua. Jakarta : Balai Pustaka. Dja’far shiddieq, Umay M (2004) Indahnya Keluarga Sakinah Dalam Naungan Al-

Qur’an dan Sunnah. Jakarta : Zakia Press. Faridl, Miftah (2005) Rumahku Surgaku Romantika dan Solusi Rumah Tangga.

Jakarta : Gema Insani. Hakim, Nurul (2008) Makalah Konsep Keluarga sakinah Prespektif UU No.1 Tahun

1974 dan PP No.10 Tahun 1983 (disampaikan pada seminar keluarga di Universitas Surabaya 30 Januari 2008).

Hasan, M. Ali (2003) Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam. Jakarta :

Sidija.

Page 134: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

134

Handoyo, Y (2004) Autisma; Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Prilaku lain. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Hamid Kisyik, Abdul (2005) Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga Sakinah.

Bandung : Al Bayan Mizan. Hendriani, Wiwin dkk (2006) Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang

Mengalami Keterbelakangan Mental, INSAN Vol 8 No: 2 (Agustus : 2006). Hidayah, Su’da (2006) Problematika Penerapan Metode ABA Dalam Proses Terapi

Autis di Sekolah Autis RIVER KID’S Malang, Skripsi. Malang : UIN. Junaedi, Dede (2007) Keluarga Sakinah Pembinaan dan Pelestarianya, (Jakarta :

Akademia Pressindo. Masra, Ferizal (2007) Autisme: Gangguan Perkembangan Ana,Tempo (Senin 16

April 2007. Juraidi,Sudahkah Kita Sakinah, majalah keluarga (November 2000 ) Muhammad Syekh Bin Shali Al Utsaimin (2007) Hak-Hak Yang sesuai Fitrah dan

Dikuatkan Oleh Syari’ah Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. Karim Bakkar,Abdul (2005) 75 langkah Cemerlang Melahirkan Anak Unggul,

Jakarta: Robbani Press. Konvensi Hak-Hak Anak Diadopsi dari Dewan Umum PBB Pada Tanggal 20

November tahun 1989. Majalah Al-Manar (2002) 12 Agustus.

Mubarok, Jaih (2005) Modernisasi Hukum Perkawinan Di Indonesia, Bandung:

Pustaka Bani Qurisy. Moleong, Lexi J (2006) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya.

Mccandless, Jaquelyn (2003) Cildren With Starving Brains, Jakarta : Grasindo.

Nazir, (2005) Metode Penelitian Bogor : Ghalia.

Pedoman Karya Ilmiah (2005) Malang : Fakultas Syari’ah UIN Malang.

Page 135: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

135

R. Mulyadi (2006) Upaya Mewujudkan Rumah Tangga Sakinah, Mawadah, Rahmah, Majalah Perkawinan dan Keluarga (Oktober 2006).

Rosyidah, Atik (2006) Upaya Pemenuhan Nafkah Batin Para suami Tenaga Kerja Wanita dan Implikasinya terhadap kesakinahan keluarga (Studi Kasus di desa PAdas Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun) Skripsi. Malang : UIN.

Sadarmayanti (2002) Metodologi Penelitian, Bandung : Mandar Maju.

Sekolah Untuk Penyandang Autis, Republika (Senin 31 Maret 2008).

Shalih Al-Munajjid, Muhammad (2007) 40 Kiat Menuju Keluarga Sakinah,

Jokjakarta : Pustaka Fahima.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (1995) Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3S

Sudjana, Nana dan Ahwal Kusuma (2000) Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi

Bandung: Sinar Baru Algasindo. Subhan, Zaitunah (2004) Membina Keluarga sakinah, Jokjakarta : Pustaka

Pesantren. Soenandar Adriana, Ginanjar (2007) Memahami Spektrum Autistik Secara Holistik,

Disertasi Doktor Jakarta : Universitas Indonesia. Shihab, M. Quraish (2007) Pengantin Al-Qur’an Kado Permata Buat Anak-Anakku,

Jakarta : Lentera Hati. Zainal Alimin, Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus Dan Anak

Berkebutuhan Khusus.Html (Di akses pada 9 juni 2008) http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme (Di akses pada 5: 10 pagi 22 April 2008)

http://www.gatra.com/2007-03-10/artikel.php?id=102873)(Di akses pada 4:56 pagi

22 April 2008)

Deteksi dini Dilakukan, www.kompas.com (Diakses pada 17 Mei 2008)

http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme (Diakses pada 5: 10 pagi 22 April 2008)

Page 136: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

136

Henning Rye, Membantu Anak dan Keluarga Yang Berkebutuhan Khusus Sebuah Pendekatan Berorientasi Sumber, http://dewo.wordpress.com/2006/01/17/anak-autis/ (Diakses pada 9 juni 2008)

Emanuel Setio Dewo, Anak Autis, http://dewo.wordpress.com/2006/01/17/anak-

autis/ (Diakses pada 17 mei 2008, 5:10 pagi) Julia Maria van Tie,Perlu Kehati-Hatian Menegakkan Diagnosa Autisme,

http://lita.inirumahku.com/health/lita/ciri-ciri-autisme-bagian-1/ (Diakses pada 17 mei 2008)

http.www.\Net\autis\autisme-gangguan-perkembangan-anak_16.html (Diakses pada

1 mei 2008)

Diki, Hak Anak Autis, http://deckie.wordpress.com/2008/02/19/hak-anak-anak/ (Di Akses pada 30 Mei 2008)

ZuliaFemale,KeluargaDambaan,http://serpongmosleemah.wordpress.com/2008/05/15/keluarga-sakinah-keluarga-dambaan/ (Diakses pada 17 mei 2008)

Page 137: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

137

DEPARTEMEN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG FAKULTAS SYARI’AH

JL. Gajayana 50 malang Telp. (0341) 551354 fax (0341) 572533

BUKTI KONSULTASI Nama : Nurul Laila

NIM / Jurusan : 04210069 / Al-Ahwal Al-Syahsiyah

Pembimbing : Dra. Mufidah CH, M.Ag

Judul : Upaya Keluarga Autis Dalam Membina Keluarga

Sakinah

(Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewees Kota

Blitar)

NO Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan

1

2

3

4

5

6

15 April 2008

06 Mei 2008

23 Mei 2008

14 Juni 2008

18 September 2008

11 Oktober 2008

Konsultasi Proposal

Konsultasi Bab I

Konsultasi Bab II

ACC Bab I, II dan III

Konsultasi Bab IV dan V

ACC Semua Bab

Malang, 14 Oktober 2008

Mengetahui, Dekan Fakultas Syari’ah

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag

NIP. 150 216 425

Page 138: JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH …etheses.uin-malang.ac.id/4235/1/04210069.pdf · Di kesempatan yang masih Kau berikan untuk kebersamaanku, aanku, Bersama mereka,

138