jurnalisme presisi pada media online (studi kasus...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti halnya negara-negara di berbagai belahan dunia, Indonesia kini telah memasuki masa konvergensi media. Konvergensi media bisa didefiniskan sebagai arus atau aliran konten yang terjadi di berbagai platform media, kooperasi antara sejumlah industri media, dan perilaku para audiens media yang akan selalu pergi ke manapun dalam usahanya mencari pengalaman hiburan yang mereka inginkan 1 . Dengan adanya konvergensi media, audiens menjadi memiliki peran yang krusial dalam membentuk dan mendistribusikan konten, dikarenakan munculnya sifat interaktivitas yang sebelumnya tidak hadir dalam media tradisional. Konvergensi media merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, pun demikian dengan apa yang terjadi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya Detik.com sebagai portal berita online pertama di Indonesia pada 9 Juli 1998. Seiring dengan meningkatnya teknologi serta makin tingginya minat dan kebutuhan terhadap berita yang cepat, satu per satu kantor media massa turut meluncurkan portal berita online-nya masing-masing; misalnya Kompas dengan Kompas.com, Tempo dengan Tempo.co, Harian Tribun dengan Tribun.com, dan lain sebagainya. Sekarang, portal berita merajai daftar 50 situs internet dengan pengunjung terbanyak di Indonesia dengan 21 entry 2 . Perkembangan dalam lanskap media ini berpengaruh dalam bentuk perubahan paradigma media. Media tidak lagi menjadi penghimpun dan penyalur informasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi publik. Dalam perjalanannya, melalui wujud 1 Henry Jenkins. 2006. Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. New York: NYU Press. Hal 3. 2 http://www.alexa.com/topsites/countries/IDdiakses pada 10 April 2017. Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dari Jurnalisme Presisi) NIZZA NURMALIA ZULVA Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: leduong

Post on 19-Jun-2019

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seperti halnya negara-negara di berbagai belahan dunia, Indonesia kini telah

memasuki masa konvergensi media. Konvergensi media bisa didefiniskan sebagai

arus atau aliran konten yang terjadi di berbagai platform media, kooperasi antara

sejumlah industri media, dan perilaku para audiens media yang akan selalu pergi

ke manapun dalam usahanya mencari pengalaman hiburan yang mereka

inginkan1. Dengan adanya konvergensi media, audiens menjadi memiliki peran

yang krusial dalam membentuk dan mendistribusikan konten, dikarenakan

munculnya sifat interaktivitas yang sebelumnya tidak hadir dalam media

tradisional.

Konvergensi media merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, pun

demikian dengan apa yang terjadi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan

munculnya Detik.com sebagai portal berita online pertama di Indonesia pada 9

Juli 1998. Seiring dengan meningkatnya teknologi serta makin tingginya minat

dan kebutuhan terhadap berita yang cepat, satu per satu kantor media massa turut

meluncurkan portal berita online-nya masing-masing; misalnya Kompas dengan

Kompas.com, Tempo dengan Tempo.co, Harian Tribun dengan Tribun.com, dan

lain sebagainya. Sekarang, portal berita merajai daftar 50 situs internet dengan

pengunjung terbanyak di Indonesia dengan 21 entry2.

Perkembangan dalam lanskap media ini berpengaruh dalam bentuk

perubahan paradigma media. Media tidak lagi menjadi penghimpun dan penyalur

informasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan informasi publik. Dalam perjalanannya, melalui wujud

1Henry Jenkins. 2006. Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. New York:

NYU Press. Hal 3. 2http://www.alexa.com/topsites/countries/IDdiakses pada 10 April 2017.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

2

portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai penyedia konten berita,

informasi, hiburan, dan produk media lain yang akan menarik minat audiens3.

Salah satu permasalahan yang paling disorot dalam era konvergensi media adalah

kredibilitas portal berita online.Hal ini dikemukakan oleh Hargreaves4:

“Jurnalisme di era konvergensi dituding mengorbankan akurasi demi kecepatan,

investigasi bermanfaat untuk selingan murahan, dan reliabilitas untuk hiburan.

Media berita yang „memperbodoh diri‟ didakwa mendahulukan sensasi ketimbang

signifikansi, dan selebritas daripada pencapaian.”

Kecepatan dalam memproduksi konten menjadi hal yang diutamakan dalam

operasional portal berita online, mengingat ia menjadi faktor krusial dalam

persaingan untuk memperebutkan view dari para pengguna. Flanagin dan

Metzger5 menjelaskan bahwa media konvensional menjalani proses verifikasi

serta melakukan cek dan ricek terlebih dahulu sebelum sampai kepada publik,

namun situs internet tidak selalu melakukan langkah-langkah tersebut. Maka, tak

mengherankan apabila muncul anggapan bahwa ketika surat kabar menjadi

online, peran gatekeeper menghilang dan digantikan oleh tirani kecepatan6.

Saat kecepatan unggah berita menjadi hal yang paling diutamakan, maka isi

berita bukan lagi menjadi hasil akhir dari sebuah disiplin verifikasi jurnalistik, tapi

produk dari proses verifikasi7 alias truth in the making, suatu kebenaran yang

belum final. Hal tersebut sangat disayangkan, mengingat truth, kebenaran

jurnalistik, memiliki makna yang spesifik, yaitu sebuah proses penuh kedisiplinan

untuk menemukan, menyambung, dan melakukan verifikasi terhadap berbagai

fakta yang menjadi bahan pokok sebuah berita8. Untuk mencapainya, maka

seorang jurnalis harus mengumpulkan fakta peristiwa atau pernyataan, serta

3Gracie Lawson-Borders. 2006. Media Organizations and Convergence: Case Studies of Media

Convergence Pioneers.New Jersey: Lawrence Erlbaum Association, Inc. 4Stuart Allan. 2009. The Routledge Companion to News and Journalism. New York: Routledge.

5Andrew J. Flanagin, Miriam J. Metzger. 2000. Perceptions of Internet Information Credibility.

Journalism and Mass Communication Quarterly, 77, hal 515-540. 6Jane B. Singer. 2001. The Metro Wide Web: Changes in Newspaper's Gatekeeping Role Online.

Journalism Quarterlyedisi 78. hal 65-80 7J. Heru Margianto, Asep Syaefullah. 2014. Media Online: Antara Pembaca, Laba dan Etika.

Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Hal 5. 8Kuskridho Ambardi. 2015. “Truth in the Making”. Dikutip dari situs http://digi-

journalism.or.id/truth-in-the-making/ diakses pada 10 April 2017

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

3

memverifikasi dan validasi pada sumber-sumber yang dapat dipercaya,

memastikan akurasi mengenai proses peristiwa, juga merangkum sudut pandang

yang majemuk.

Saat ini kita hidup dalam kultur berita online instan, yang tidak hanya

menggabungkan penyebaran berita secara instan, tapi juga reaksi dan komentar

langsung terhadap peristiwa yang diberitakan tersebut9. Saat sebuah peristiwa

terjadi, sekarang kita memiliki keinginan untuk segera mengetahui informasi

terkait peristiwa tersebut. Keberadaan media sosial dengan kemampuannya untuk

mengalirkan berita interaktif, entah itu dari jurnalis profesional maupun warga,

memicu perubahan dalam tatanan pelaporan peristiwa yang dikenal dengan istilah

‘news now10

’. Dalam situasi ini, hubungan sekuensial yang tradisional antara

peristiwa dan reportase menjadi terbalik. Peliputan sebuah peristiwa tak lagi

mengikuti peristiwa tersebut, namun beriringan dan terkadang bahkan mendahului

proses terungkapnya peristiwa secara lengkap. Tak jarang pula, media memberi

bumbu sensasionalitas untuk memancing para user.

Peristiwa terorisme yang bertempat di Jalan MH Thamrin, Sudirman, Jakarta

Pusat pada Januari 2016 adalah contoh yang nyata dari permasalahan jurnalisme

konvergensi. Melalui akun Twitter @tvOneNews, TV One menginfokan bila

selain Sarinah, ledakan bom juga terjadi di 3 lokasi lain. Ketiganya adalah Slipi,

Kuningan, dan Cikini. Padahal, menurut akun Divisi Humas Mabes Polri,

@DivHumasPolri, ledakan hanya terjadi di Sarinah.TV One abai melakukan

verifikasi ulang atas berbagai informasi yang diterimanya. Kelalaian ini berakibat

timbulnya anggapan bahwa teror terjadi di banyak tempat, kesan yang terbangun

adalah Jakarta dikepung oleh teror11

. Pemberitaan bermasalah dari TV One ini pun

terlanjur menyebar dan bahkan sempat dilansir oleh BBC World News.Viva.co.id

pun menyadur dan turut menyebarluaskan berita tersebut.

9Michael Karlsson. 2010. Rituals of Transparency: Evaluating online news outlets' uses of

transparency rituals in the United States, United Kingdom and Sweden. Journalism

Studies.Volume 11, 2010 - Issue 4: The Future of Journalism 10

Mimi Sheller. 2015. “News Now.” Journalism Studies. 16 (1): 12–26. 11

Remotivi. 2016. Jurnalisme Teror, Teror Jurnalisme. Diakses dari

tautan:http://www.remotivi.or.id/meja-redaksi/249/Jurnalisme-Teror,-Teror-Jurnalisme pada 3 Mei

2017.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

4

Portal berita Warta Kota Online pun tersandung masalah serupa. Mereka,

tanpa melakukan verifikasi sama sekali, memuat cerita yang tengah hangat

diperbincangkan di media sosial mengenai satpam yang turut menjadi korban.

Setelah isu tersebut viral, muncul klarifikasi dari direktur utama Sarinah yang

menyatakan bahwa tidak ada petugas keamanan gedung Sarinah yang tewas

karena peristiwa tersebut. Sementara itu, JPNN membumbui beritanya dengan

sensasionalisme pada berita “NGERI! Masih Ada Lima Bom Aktif di Badan

Pelaku yang Sudah Mampus Itu” dan berita “SELESAI! Pelaku Bom Sarinah

Sudah Mampus Semua”. Selain didewakannya kecepatan dan penggunaan click

bait dalam wujud sensasionalisme, fenomena derasnya peredaran berita palsu, atau

yang lebih dikenal dengan istilah hoax, di media sosial pun jadi salah satu

permasalahan utama di era konvergensi media.

Penulis merasa tertarik saat menemukan fakta bahwa belum lama ini muncul

Tirto, portal berita online Indonesia yang menyatakan bahwa mereka memilih

untuk beroperasi di jalur jurnalisme presisi. Jurnalisme presisi adalah jurnalisme

saintifik, yang berarti memperlakukan jurnalisme sebagai sains, mengadopsi

metode saintifik, objektivitas saintifik dan standar saintifik dalam seluruh proses

komunikasi massa12

. Jurnalisme presisi biasanya dilakukan dengan memanfaatkan

survei atau poling, analisis isi dan eksperimen lapangan untuk mengkonversikan

kejadian, karakteristik, perilaku dan sikap menjadi angka untuk kemudian

dianalisis13

. Jurnalisme presisi kembali relevan di era keterbukaan dan banjir

informasi seperti sekarang ini. Data publik memang dapat diperoleh dengan

mudah, akan tetapi data yang masih mentah tidak akan cukup untuk menjadi

sebuah berita. Untuk dapat disebut berguna dan dapat dipahami oleh khalayak,

data tersebut harus diproses, diabstraksikan dan disusun dalam sebuah struktur.

Pada posisi inilah peran lembaga pers yang menjadikan konsep jurnalisme presisi

sebagai pakemnya berada.

12

Philip Meyer. 2002. Precision Journalism: A Reporter's Introduction to Social Science Methods

(4th ed.). Langham, Maryland: Rowman & Littlefield 13

David Pearce Demers & Suzanne Nichols. 1987. Precision Journalism: A Practical Guide.

Beverly Hills: Sage Publication. Hal 10.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

5

Mengingat praktik jurnalisme presisi bisa dikatakan memakan waktu yang

tidak sebentar, tentu menjadi suatu hal yang menarik saat muncul satu lembaga

pers berbasis online yang mempraktikkannya. Hal ini menggugah rasa ingin tahu

penulis akan manajemen redaksional yang diterapkan Tirto. Menurut George R.

Terry, manajemen merupakan proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan

untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain. Konsep tersebut

dapat diterapkan dalam manajemen sebuah media dan ruang redaksinya.

Manajemen redaksional mengambil fokus kepada preparasi perangkat manajerial

usaha pemberitaan, bagaimana sebuah berita diproduksi dari awal sampai akhir,

dari tahap perancangan, persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi dan kontrol hasil

akhirnya14

. Pilihan Tirto untuk menerapkan konsep jurnalisme presisi jelas akan

berpengaruh pada praktik manajemen redaksionalnya.

Sebelumnya, Tjok Khresna Wijaya Putra dari Universitas Gadjah Mada

telah melakukan penelitian terkait hal tersebut. Dalam skripsinya yang berjudul

Jurnalisme Presisi Pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional

Pandit Football Ditinjau Dari Konsep Jurnalisme Presisi Tahun 2015), ditemukan

fakta bahwa penerapan jurnalisme presisi pada Pandit Football memiliki

pengaruh pada waktu produksi artikel dan manajemen sumber daya manusia.

Selain itu, alur kerja redaksi Pandit Football menyerupai alur kerja media cetak

daripada media online pada umumnya, ditandai dengan kehadiran editor yang

bertugas mengedit tulisan sebelum dipublikasikan sekaligus melakukan proses

gatekeeping. Dijelaskan pula mengenai tahapan riset dan pengembangan cerita

yang didedikasikan khusus untuk melakukan kerja jurnalisme presisi yang

melibatkan metode penelitian kuantitatif di dalamnya, serta strategi mereka untuk

mengatasi keterlambatannya dalam mengunggah berita.

Berangkat dari penelitian terdahulu tersebut, penulis merasa tertarik untuk

meneliti manajemen redaksional Tirto ditinjau dari konsep jurnalisme presisi.

14

George R. Terry. 2009. Dasar-DasarManajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

6

Penulis meyakini dengan segmentasi pembaca, cakupan tema yang lebih luas, dan

susunan organisasi yang berbeda, akan muncul perbedaan dalam manajemen

redaksional Tirto.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses manajemen redaksional Tirto ditinjau dari konsep

jurnalisme presisi?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses manajemen redaksional Tirto sebagai portal berita yang

menggunakan konsep jurnalisme presisi.

2. Mengetahui peran dan fungsi manajemen redaksi Tirto dalam pengelolaan

portal berita.

3. Menganalisis bagaimana Tirto, dengan manajemen redaksional yang

mereka lakukan, mampu berkembang pesat menjadi salah satu portal berita

online paling populer di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Memetakan aspek-aspek redaksional media dalam era media berbasis

internet (online).

2. Memaparkan aspek-aspek redaksional dalam pengelolaan institusi media,

terutama media yang menerapkan jurnalisme presisi dalam kontennya.

3. Memperkaya kajian jurnalisme presisi.

4. Memperkaya kajian new media.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

7

E. Kerangka Pemikiran

1. Jurnalisme Online

Pada medio pertengahan tahun 1990-an, media mulai memanfaatkan

potensi world wide web (WWW) untuk mengilustrasi berita yang dulunya

ditampilkan di majalah, surat kabar dan program berita di televisi. Organisasi

pers dan jaringan televisi membangun newsstand virtual yang menampilkan

headline terkini15

. Fenomena tersebut merukpakan perwujudan edia sebagai

suatu organisasi atau lembaga ekonomi. Mereka mengimplementasikan

teknologi dalam perkembangannya, sejalan dengan perspektif teknosentrik

yang dinyatakan oleh Tornatzky dan Fleischer16

. Perspektif ini menempatkan

teknologi sebagai kekuatan yang mendorong terjadinya suatu perubahan.

Teknologi dianggap sebagai faktor dominan dalam proses implementasi

teknologi komunikasi. Dalam kasus ini, komputer dan internetlah yang

menjadi faktor dominan dalam perubahan yang terjadi dalam media dan turut

serta melahirkan media baru.

Internet menyediakan platform multimedia sebagai kanal distribusi

konten, yang kemudian memicu konvergensi antara media konvensional dan

baru17

. Media konvensional sendiri dapat didefinisikan sebagai medium yang

menggunakan komunikasi satu arah dengan audiensnya, misalnya surat kabar,

majalah, broadband, dan gambar bergerak; media konvensional terdiri dari

empat sektor media, yaitu penerbitan, radio, film dan televisi18

. Sementara itu,

Logan mendefinisikan new media sebagai istilah yang mengarah pada media

digital yang interaktif, menjembatani komunikasi dua arah, dan melibatkan

sejumlah wujud penggunaan komputer – berlainan dengan old media seperti

15

J.D. Lasica. 1996. Net Gain. American journalism Review, 78(9), 20-37 16

Louis G. Tornatzksy dan Mitchel Fleischer. 1990. The Process of Technological. Dalam Ana

Nadhya Abrar. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: LESFI.

Hal 33. 17

Sheng Zhang. 2012. The Convergence of Conventional Media and New Technology in the Cases

of The New York Times and National Broadcasting Company (NBC). Research Papers. Hal

1.Diakses dari

https://pdfs.semanticscholar.org/0741/9675cea89e9d2234494e9c4e58a58adc7834.pdf 18

Ibid. Hal 3.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

8

telepon, radio, dan TV19

. Karakteristik media baru ini dikemukakan oleh

McQuail20

:

a. Desentralisasi: pengadaan dan pemilihan berita/informasi tidak lagi

sepenuhnya di tangan komunikator.

b. Berkemampuan tinggi: pengaturan melalui media kabel dan satelit

mengatasi hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pemancar siaran

lainnya.

c. Interaktif: setiap pelaku komunikasi yang terlibat di dalamnya dapat

melakukan proses komunikasi timbal balik di mana mereka dapat

memilih, menjawab kembali, menukar informasi dan dihubungkan

dengan lainnya secara langsung.

d. Fleksibel: fleksibel dalam hal ini meliputi bentuk, isi, dan

penggunaannya.

Deuze memandang jurnalisme online sebagai jurnalisme yang yang

lebih banyak atau secara eksklusif memproduksi konten untuk world wide

web (sebagai wajah grafis dari internet). Jurnalisme online bisa dibedakan

secara fungsional dari jenis-jenis jurnalisme lainnya berdasarkan komponen

teknologi sebagai faktor penentu dalam hal definisi operasional. Para jurnalis

yang bergelut di dunia online harus membuat keputusan mengenai format

media macam apa yang mampu menyampaikan suatu kisah dengan baik

(multimediality), mempertimbangkan opsi bagi publik untuk meresponnya,

berinteraksi atau bahkan memodifikasi suatu kisah (interactivity), dan

memikirkan cara untuk menghubungkan kisah tersebut pada kisah lain, arsip,

sumber daya lain dan sebagainya melalui hyperlinks (hypertextuality)21

.

19

Robert K. Logan. 2010. Understanding New Media: Extending Marshall McLuhan. New York:

Peter Lang Publishing. 20

Denis McQuail. 1992. Media Performance: Mass Communication and The Public Interest. 21

Mark Deuze. 2003.The web and its journalisms: considering the consequences of different types

of newsmedia online. New Media & Society.5(2). Hal. 206.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

9

Menurut Foust22

, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dengan

kehadiran jurnalisme online ini, yaitu:

a. Audiences Control: Audiens memiliki kekuasaan untuk memilih

informasi mana yang mereka inginkan. Mereka tidak lagi pasif atau

hanya menerima berita, melainkan juga mampu aktif mencari informasi

di media online yang ia telusuri. Keleluasaan ini membuat audiens media

online disebut sebagai user.

b. Non-linearity: Informasi bergerak efektif di internet dalam bentuk tidak

linier atau independen. Dalam satu topik berita, user dapat memilih

berita-berita yang menurutnya menarik. Misalnya berita mengenai

penggusuran di Jakarta, user dapat memilah sub topik apa yang menarik

minatnya, misal terkait proses berjalannya penggusuran dan tanggapan

warga sekitar. Keping-keping informsi tersebut terhubung melalui tautan

yang dikenal dengan istilah „berita terkait‟.

c. Storage and Retrieval: Berita yang sudah diterbitkan akan terarsip di

internet dan bisa diakses kembali (retrieve).

d. Unlimited Space: Internet, dengan ruang pemberitaan yang tidak terbatas,

memberi kebebasan pada media massa untuk memuat berita tanpa

batasan luas kolom atau jumlah kata yang ditulis.

e. Immediacy: Keberadaan internet membuat aktualitas sebuah berita akan

semakin tinggi. Pembaca tak perlu menunggu berita terbit pada pagi hari,

karena segala informasi dapat diakses melalui portal berita selama 24

jam.

f. Multimedia Capability: Internet memungkinkan sebuah media online

menampilkan informasi dalam beberapa format seperti tulisan, gambar,

ilustrasi, animasi, suara, dan video.

22

James C. Foust. 2009. Online Journalism: Principles and Practices of News for the Web.

Scottsdale: Holcomb Hathaway Publishers. Hal 7-12.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

10

g. Interactivity and User-Generated Content: Pada akhirnya, internet akan

membuat user memiliki partisipasi audiens yang lebih besar atau yang

biasa disebut interaktivitas. Dengan adanya forum, boks komentar, blog,

hingga citizen journalism, para user bisa terlibat aktif dalam memperoleh

dan mengolah informasi. Dalam hal ini, jurnalisme online akan memiliki

komunikasi interpersonal beralur give-and-take dan sudah bukan lagi

one-way seperti media massa konvensional.

Jurnalisme online hadir di Indonesia sebagai jawaban industri media

massa terhadap tantangan perubahan skema konsumsi informasi yang

disebabkan oleh Internet. Menurut Aliansi Jurnalis Independen (AJI),

bersama dengan Republika Online, ada tempointeraktif.co, Bisnis Indonesia,

Harian Waspada dan Kompas Online yang termasuk dalam generasi pertama

media online di Indonesia23

. Konten generasi pertama tersebut hanya

memindahkan halaman edisi cetak ke internet, kecuali tempointeraktif yang

tidak lagi memiliki edisi cetak karena diberedel pemerintah. Pada periode

awal ini, berita-berita yang tayang di situs-situs media online itu masih

bersifat statis dan media-media tersebut belum memiliki orientasi bisnis.

Seiring berjalannya waktu, media massa mampu memanfaatkan fitur-

fitur teknis yang ada di internet dengan memproduksi konten orisinal yang

didesain khusus untuk diunggah di internet. Para jurnalis pun mengkonstruksi

berita mereka melalui pemakaian fitur-fitur interaktif dalam internet. Tidak

berhenti di sana, mereka menawarkan para pembaca lebih dari sekadar

membaca, namun turut berpartisipasi, berbagi dan bahkan bergabung dalam

proses memproduksi kisah berita24

.

23

Margianto, Syaifullah. Op cit. Hal 16. 24

Septiawan Santana K. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal

183.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

11

2. Jurnalisme Presisi

Jurnalisme presisi merupakan salah satu jenis jurnalisme yang

berkembang sejak 1935. Istilah tersebut dipopulerkan oleh Philip Meyer,

Guru Besar Jurnalisme di Indiana University, pada tahun 1973 melalui

bukunya Precision Journalism: A Reporter's Introduction to Social Research

Methods25

. Akan tetapi, dalam praktiknya, eksistensi jurnalisme presisi di

Amerika Serikat telah tercatat jauh sebelum itu, yaitu pada tahun 1935,

tepatnya saat majalah Fortune mengadakan polinguntuk mengetahui jenis

rokok yang dikonsumsi masyarakat Amerika. Jurnalisme presisi, tak ubahnya

peliputan konvensional, merupakan metode penyelidikan atau pencarian

kebenaran. Hal yang membedakannya dengan metode penyelidikan lain

adalah penggunaan metode penelitian kuantitatif ilmu sosial dalam pencarian

informasi untuk membuat berita. Melalui metode kuantitatif ini, kejadian,

karakteristik, perilaku, atau sikap dapat dikonversikan menjadi angka-angka

untuk kemudian dianalisis26

. Beberapa metode yang digunakan dalam

jurnalisme presisi ini adalah survei, analisis isi, dan studi lapangan.

Meyer memperbaharui konsep jurnalisme presisi pada tahun 1991. Ia

memandang zaman telah berubah, dunia semakin rumit, dan pertumbuhan

akan data yang tersedia sangat eksplosif. Jurnalis tak cukup hanya bermodal

dedikasi untuk mengungkap kebenaran, banyak energi, dan talenta dalam

penulisan. Kini, mereka dituntut sebagai filter sekaligus pemancar,

pengorganisir dan penerjemah, juga sosok yang mengumpulkan dan

menyajikan fakta. Sebagai pelengkap pengetahuan akan cara menempatkan

informasi dalam wujud cetak maupun mengudara, mereka pun harus tahu

caranya untuk menanamkannya di dalam kepala sang penerima. Singkatnya,

seorang jurnalis harus mampu menjadi manajer database, pemroses dan

penganalisa data27

.

25

Demers & Nichols. Op.Cit., Hal 11. 26

Ibid. Hal 10. 27

Philip Meyer. 1991. The New Precision Journalism. Bloomington: Indiana University Press. Hal.

1.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

12

Lebih jauh lagi, Meyer menyebut jurnalisme presisi sebagai jawaban

atas kritik yang kerap ditujukan berbagai pihak terhadap jurnalisme di era

moden. Jurnalisme kini memang kerap melewatkan kisah yang penting,

terlalu bergantung pada rilis pers, mudah dimanipulasi oleh para politisi dan

pihak yang memiliki kepentingan, serta tidak mengkomunikasikan apa yang

diketahuinya melalui cara yang efektif. Kritik tersebut dibenarkan, dan

penyebabnya bukanlah minimnya energi, talenta, atau dedikasi terhadap

kebenaran, melainkan karena ada keterlambatan dalam penerapan sains

informasi –sebuah tubuh pengetahuan – pada beragam permasalahan dalam

melaporkan berita di era banjir informasi.

Pada era di mana jumlah informasi terus berlipat ganda, diperlukan

sosok spesialis untuk memahami informasi, terlebih mengkomunikasikannya.

Tubuh pengetahuan jurnalistik sendiri harus mencakup elemen:

1. Bagaimana cara mencari informasi;

2. Bagaimana cara mengevaluasi dan menganalisa informasi;

3. Bagaimana cara mengkomunikasikannya sehingga mampu

menembus kebisingan banjir informasi dan mencapai orang-orang

yang memerlukan dan menginginkannya.

Pada jurnalisme presisi, jurnalis tidak lagi menjadi sosok passive

innocent yang memegang teguh prinsip objektivitas, karena konsep tersebut

utopis; hanya dapat diterapkan pada dunia yang sederhana, di mana fakta-

fakta yang ada dapat terungkap dengan sendirinya. Konsep objektivitas

digantikan oleh perpaduan disiplin saintifik, lengkap beserta perangkat

pengumpulan dan analisis data yang kuat, dengan integritas dalam pencarian

kebenaran yang ada pada disiplin jurnalistik28

.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, data yang masih mentah

tidak akan cukup untuk menjadi sebuah berita. Untuk dapat disebut berguna

dan dapat dipahami oleh khalayak, data tersebut harus diproses,

28

Meyer. 1991. Op Cit. Hal 3.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

13

diabstraksikan dan disusun dalam sebuah struktur. Jurnalis akan memulai

liputannya dengan sebuah stereotipe atau hipotesis mengenai isu tertentu.

Stereotipe itu lah yang akan menjadi model teoritis. Hipotesis diperlukan

karena pada dasarnya, kita tidak akan bisa meneliti sebuah permasalahan

tanpa sebuah kerangka teoritis. Proses dari penyusunan hipotesis dalam

metode saintifik membuat bingkai penelitian berada pada level kesadaran, di

mana hipotesis itu dapat dievaluasi secara objektif. Meyer menekankan

pentingnya pengutaraan hipotesis dan mengevaluasinya di muka publik,

sehingga pihak lain yang ingin menginvestigasinya pun dapat turut serta

melakukannya.

Dalam melakukan pengujian realitas, jurnalisme presisi menggunakan

metode saintifik modern. Pada jurnalisme tradisional, jurnalis terbilang pasif

karenaumumnya hanya melakukan pengecekan fakta dengan menanyai

beragam otoritas yang tentunya memiliki pandangan dan kepentingan yang

berbeda, bukan dengan observasi, deduksi dan eksperimen. Kekurangan dari

penerapan metode ini adalah ada kemungkinan sang jurnalis tidak memiliki

basis yang baik untuk mengevaluasi beragam sumber yang tidak selaras. Hal

tersebut memungkinkan ia mengarah pada pandangan objektivis tradisional,

yang mana menuntut asumsi bahwa semua suara memiliki klaim setara

terhadap kebenaran –sebuah hal dengan peluang kecil. Jurnalis yang

mengadaptasi perangkat metode saintifik dapat melakukan evaluasi yang

berguna dengan objektivitas sains yang lebih kuat posisinya.

Seiring berkembangnya zaman, nafas ideologis jurnalisme presisi terus

berhembus, salah satunya dalam wujud jurnalisme data, yang populer dengan

singkatan DDJ (data-driven journalism). Istilah DDJ mulai digunakan sejak

2009. Istilah ini menggambarkan proses jurnalistik berdasar pada analisis dan

penyaringan „set data‟ untuk membuat berita (news story)29

. Menurut Mirko

Lorenz, pimpinan proyek DDJ roundtable perdana yang diselenggarakan di

29

Aditya Rizki Yudiantika. 2016. Jurnalisme Data dan „Big Data‟. Diakses dari

http://pindai.org/2016/06/27/jurnalisme-data-dan-big-data/ pada 2 November 2017.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

14

Amsterdam, sekarang ini DDJ dapat didefinisikan sebagai sebuah alur kerja,

di mana data menjadi basis dari analisis, visualisasi dan, yang terpenting,

penyampaian kisah30

. Dengan adanya teknologi cloud computing, komputer

personal yang berkekuatan tinggi dan bandwidth yang tinggi pula, kini para

jurnalis memiliki potensi yang dibutuhkan untuk menggunakan teknologi

guna memfilter dan memproses data yang sulit untuk dilakukan pada kurun

waktu 15, 10 atau bahkan 5 tahun lalu.

Gambar 1.1 Proses pembuatan berita dalam DDJ31

Hal yang membedakan DDJ dari jurnalisme yang telah eksis

sebelumnya adalah jurnalisme data memiliki pendekatan lebih luas. Ia

tumbuh seiring semakin tersedianya data terbuka (open data) yang bisa

diakses oleh publik dan dapat diolah lewat peranti lunak terbuka (open

source). DDJ bertujuan menciptakan layanan baru di ranah publik, membantu

konsumen, manajer, dan politisi untuk memahami pola dan membuat

keputusan dari temuan-temuan yang ada. Dengan demikian, DDJ diharapkan

dapat membantu menempatkan wartawan ke dalam peran yang lebih relevan

bagi masyarakat dengan pendekatan baru.

30

Mirko Lorenz, “Data-Driven Journalism Five Ws (and One H)”, dipresentasikan dalam An

Introduction To The Roundtable, Amsterdam, 24 Agustus 2010. Diakses dari

https://www.slideshare.net/mirkolorenz/data-driven-adam pada 2 November 2017.

31 Ibid.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

15

Paul Bradshaw, seorang penulis sekaligus pelatih dalam bidang

jurnalisme data, memperkenalkan model penulisan DDJ, yang disebutnya

sebgai „Piramida Terbalik Jurnalisme Data‟, dengan langkah-langkah sebagai

berikut32

:

1. Find: Mencari data di web

2. Clean: Proses untuk memfilter dan mentransformasi data, sebagai

persiapan untuk visualisasi

3. Visualisasi: Menunjukkan pola, baik dalam wujud visual statis

maumun dinamis

4. Publish: Mengintegrasi visual, melampirkan data pada teks kisah

5. Distribute: Menyediakan akses pada beragam piranti, seperti web,

tablet, dan telepon genggam

6. Measure: Memantau penggunaan kisah data dari waktu ke waktu

dan dalam penggunaan lintas spektrum

3. Jurnalisme Perlahan

Istilah jurnalisme perlahan sebenarnya muncul sejak satu dekade silam,

namun keberadaannya yang masih berbentuk konsep „kasar‟ lebih banyak

diperbincangkan di media ketimbang ranah ilmiah. Konsep ini memiliki

sebuah daya tarik tersendiri. Tak sedikit ilmuwan dan praktisi mengkritisi

beragam permasalahan yang disebabkan oleh kecepatan, dan mereka

memanfaatkan konsep pergerakan “perlahan” untuk menjelaskan sebuah cara

baru untuk meninjau dan memproduksi jurnalisme. Jurnalisme perlahan

kemudian digunakan untuk merujuk pada hal yang lebih luas dari konteks

sekadar temporalitas produksi.

Susan Greenberg menjadi sosok pertama yang memperkenalkan istilah

jurnalisme perlahan. Ia mendefinisikan jurnalisme perlahan sebagai tulisan

32

Paul Bradshaw. The inverted pyramid of data journalism. Diakses dari

https://onlinejournalismblog.com/2011/07/07/the-inverted-pyramid-of-data-journalism/ pada 30

September 2017.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

16

esai, reportase, dan karya non-fiksi lainnya yang membutuhkan banyak waktu

untuk dikerjakan, memberikan perhatian pada cerita-cerita yang dilewatkan

kebanyakan media, dan memiliki standar kualitas tulisan yang tinggi33

.

Greenberg menyebutnya serupa dengan slow food movement yang menjadi

perlawanan terhadap keberadaan fast food. Apa yang dinyatakan oleh

Greenberg tersebut, menurut Le Masurier, bukanlah hal yang baru. Definisi

tersebut dapat mendeskripsikan beragam karya jurnalisme long form yang

diterbitkan selama kurun waktu satu abad terakhir, mulai dari karya Dickens,

Twain, Hemmingway, hingga Hunter S. Thompson dan Anna Funder.

Setelah merangkum sejumlah argumentasi dari para ilmuwan yang ada

dalam paper Le Masurier, Neveu menarik garis besar bahwa paper tersebut

menerjemahkan istilah jurnalisme perlahan ke dalam tujuh elemen dimensi34

dan mempertanyakan satu dimensi, yaitu:

a. Perlahan

Jurnalisme memerlukan waktu untuk memeriksa fakta,

mengumpulkan dan memproses data. Sejumlah kelompok sosial atau

aktivitas tertentu resisten terhadap investigasi, yang mungkin saja

disebabkan oleh rasa takut terhadap stigmatisasi tertentu, ilegalitas, atau

kebutuhan akan kerahasiaan dalam berkembang. Waktu perlahan juga bisa

menjadi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan pemahaman yang

cukup mengenai sebuah proses yang

Dimensi perlahan ini dapat pula dipahami sebagai reaksi terhadap

fenomena informational whirlwind dalam ruang berita di masa

konvergensi, di mana istilah deadline menjadi tidak bermakna karena

33

Megan Le Masurier. 2015. What Is Slow Journalism?. Journalism Practice Vol. 9:2. Hal 141-

142.

34Erik Neveu. 2016. On not going too fast with slow journalism. Journalism Practice Volume 10:

4. Hal 452-453.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

17

website atau kanal televisi yang aktif selama 24 jam per hari terus

menuntut perkembangan berita terkini.

b. Investigatif

Dalam konsep ini, investigatif berarti menganggap jurnalisme

sebagai praktik mengumpulkan dan memproduksi berita, bukan mendaur

ulang atau mengomentarinya. Hal ini menjadi kritik dari praktik

jurnalisme masa kini yang lebih banyak membuat para jurnalis untuk

bekerja terbatas di ruang redaksi. Kondisi ini membuat mereka terhubung

dengan dunia luar hanya melalui layar komputer dan telepon seluler.

Menyusun berita yang bernilai lebih dari sekadar rilis perusahaan atau

pemerintah dan mengecek data beserta fakta jelas membutuhkan waktu

yang lebih lama.

c. Selektif

Jurnalisme perlahan memberi reaksi terhadap banjir informasi yang

didapat dari beragam kanal breaking news, layar ponsel pintar, dan media

lain. Kritik pun ditujukan pada trivialitas yang dilabeli sebagai berita,

dengan sorotan utama pada selebritas dan situasi yang sensasional.

Jurnalisme perlahan dalam praktiknya selektif dan eksplanatoris, sehingga

besar kemungkinan jumlah artikel yang diproduksi media penganutnya

tidak sebanyak media arus utama.

d. Naratif dan long form

Jurnalisme perlahan cenderung mengarah pada gaya penulisan

naratif dan kerap berbentuk tulisan panjang. Semakin panjang dan

kompleks penulisan sebuah artikel, maka semakin lama pula waktu yang

dibutuhkan untuk menulisnya.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

18

e. Adil

Masurier mengingatkan bahwa jurnalisme perlahan berangkat dari

slow food movement, di mana mereka menginstitusionalisasi hubungan

yang adil antara produser –yang akan dibayar lebih dan diminta untuk

memperhatikan kualitas dan perlakuan mereka pada hewan dan bumi-

dengan konsumer yang seharusnya mendapat akses pada santapan sehat

dan lezat dengan harga yang adil. Dalam logika yang sama, jurnalisme

perlahan membentuk ekologi produksi informasi yang baru, di mana

jurnalisme mengklaim kembali otonomi dari serbuan materi public

relation yang diutus para sumber yang berkuasa.Jurnalisme perlahan

menjanjikan konten yang lebih menonjolkan empati dan responsibilitas.

Berita yang ditampilkan pun harus dapat dilacak dan mengandung

penjelasan yang lebih transparan dari sumber informasi.

f. Komensalitas atau komunitas

Elemen ini menurut konseptualisasi Masurier lebih merujuk pada

varian ketimbang elemen yang wajib dipenuhi. Konsep ini mengklaim

bahwa jurnalisme perlahan dapat menyertakan elemen komensalitas atau

komunitas sebagai wujud baktinya pada komunitas tertentu. Berita dapat

dibuat untuk mendukung forum-forum dan ruang publik yang ada pada

komunitas tersebut.

g. Partisipasi

Penekanan pada peranan jurnalisme perlahan di tengah suatu

komunitas membawanya pada dimensi terakhir, yaitu partisipasi.

Jurnalisme perlahan mengubah audiensnya menjadi partner.

Satu dimensi yang dipertanyakan dalam paper Le Masurier adalah

kemungkinan untuk mempraktikkan jurnalisme perlahan dalam isu atau

peristiwa apa pun, atau apakah definisi yang ada memiliki topik yang masuk

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

19

dalam pengecualian. Ia menyebut jurnalisme perlahan menghindari

sensasionalisme dan herd reporting –kondisi di mana para jurnalis di

berbagai media berebut memberitakan satu topik dikarenakan adanya

tendensi untuk menyerah pada konformitas- , serta „selebritas‟35

. Karenanya,

jurnalisme perlahan memiliki dimensi kedelapan, yaitu „mendalam‟, „untold’

atau ‘backstage’, yang berarti berwujud seperti pengamatan etnografi, visi

masyarakat dari sudut pandang bawah ke atas.

Neveu sendiri memandang definisi multi lapis ini sebagai indikasi

kekayaan konsep jurnalisme perlahan. Hanya saja, ia melihat akan ada

keberatan dari sudut pandang “Popperian”. Apabila seluruh dimensi definisi

diperlukan untuk mengidentifikasi jurnalisme perlahan, maka hanya akan ada

sedikit kasus empiris yang akan memenuhi daftar tersebut. Meski begitu, ia

mengakui bahwa apabila para ilmuwan telah mencapai konsensus yang jelas

mengenai status dan kegunaannya, konsep jurnalisme presisi akan menjadi

alat penting untuk memahami keunikan dari perubahan praktik jurnalisme

saat ini. Sejauh ini, kegunaan konsep yang sementara telah terbentuk ini

adalah apabila dikatgorikan sebagai konsep „ideal-type’ Weber.

4. Jurnalisme Long-form Digital

Istilah jurnalisme long-form kerap digunakan dengan pemaknaan serupa

dengan jurnalisme sastrawi36

. Mengingat tidak adanya definisi resmi istilah

ini, kriteria yang mencakupnya adalah panjang artikel (Longform.org

mensyaratkan minimal 2000 kata) dan kualitasnya. Pada praktiknya,

jurnalisme sastrawi sebenarnya dipandang hanya sebagai salah satu tipe yang

masuk dalam cakupan „the long-form’; tipe lain di antaranya jurnalisme

investigasi dan imersi37

.

35

Neveu, Ibid. Hal 454. 36

Susan Jacobson, Jacqueline Marino,Robert E. Gusche Jr. The Digital Animation of Literary

Journalism. Journalism. Hal 2-3. 37

Isabelle Meuret. 2013. A short history of long-form journalism. Diakses dari

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

20

Jurnalisme long-form digital adalah genre terbaru dari jurnalisme

digital yang mencoba menarik pembacanya dengan mengkombinasikan teks,

foto, video looping, peta yang dinamis dan visualisasi data dalam satu

kesatuan38

. Sekarang ini, keberadaan jenis jurnalisme ini semakin sering

ditemui dan mendapat pengakuan sebagai penyampaian cerita jurnalistik yang

memiliki pengaruh kuat39

. Sebagai sebuah genre, long-form menampilkan

sejumlah fitur unik seperti nagivasi yang tersimplifikasi dan tampilan muka

yang disertai transisi mulus di antara konten multimedia.

Praktik jurnalisme long-form digital mendapat sorotan pada medio 2012

silam. Kala itu, New York Times melalui website-nya merilis kisah long-form

multimedia dengan judul Snow Fall: The Avalanche at Tunnel Creek. Artikel

tersebut menjadi representasi populer dari jurnalisme online yang

mengintegrasikan multimedia ke dalam naratif dengan mulus. Karya yang

mengisahkan sekelompok pemain ski yang terperangkap dalam longsoran

salju ini disampaikan melalui perpaduan kata-kata dan multimedia, termasuk

animasi dari salju yang longsor di sepanjang gunung dan gambaran komputer

dari flyover yang menjadi tempat peristiwa itu. Snow Fall menarik lebih dari

3 juta kunjungan user dan berhasil memenangkan anugerah Pulitzer Prize

tahun 2013 untuk kategori feature writing.

5. Manajemen Redaksional

Adanya kontrol penuh yang dimiliki user dalam memilih konten media

yang mereka konsumsi membuat media harus beradaptasi dan berkembang

untuk memenuhi kebutuhan user. Keleluasaan user ini juga menciptakan

segmentasi user, yang pada akhirnya harus meracik strateginya masing-

masing untuk menarik perhatian khalayak dan mempertahankannya sebagai

http://www.inaglobal.fr/en/press/article/short-history-long-form-journalism pada 20 Juli 2017. 38

Jacobson, Marino, Gusche. Op cit. Hal 4 39

Tuomo Hiipala. 2017. The Multimodality of Digital Longform Journalism.Digital Journalism

5(4). Hal 422.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

21

pembaca setia. Salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

tersebut adalah dengan menerapkan manajemen redaksional yang khas atau

berkarakter.

Dengan persaingan antar media yang semakin kompetitif, maka

manajemen media menjadi satu hal yang harus benar-benar diperhatikan.

George R. Terry mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas

yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan

pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-

sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya40

. Prinsip tersebut dapat pula diterapkan dalam

manajemen media.

Manajemen media adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana

pengelolaan media dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses manajemennya

dilakukan, baik sebagai industri yang bersifat komersial maupun sosial, serta

media sebagai institusi komersial maupun sebagai institusi sosial. Manajemen

media mempelajari media secara secara lengkap mulai dari karakteristik,

posisi, peranannya dalam lingkungan, sistem ekonomi, sosial, politik, dan

juga perkembangan teknologi yang mempengaruhi dan harus diantisipasi.

Manajemen media juga mempelajari pengelolaan media yang meliputi aspek-

aspek filosofis, metodologis dan praktis, baik sebagai institusi komersial

maupun sosial41

.

Pareno mendefinisikan manajemen redaksi sebagai penerapan fungsi-

fungsi manajemen melalui tindakan planning, organizing, actuating, dan

controlling dalam pengelolaan materi berita yang mencakup proses peliputan,

penulisan sampai dengan penyuntingan42

. Jika dijabarkan, berikut penerapan

konsep fungsi manajemen redaksional dalam mengelola kerja ruang berita:

40

George R. Terry. 2009. Op Cit. 41

Amir Effendi Siregar. 2010. Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta: Total Media

kerjasama dengan Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia. 42

Sam Abede Pareno. 2004. Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita. Surabaya: Papyrus.

Hal. 45

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

22

a. Planning (Perencanaan)

Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional adalah tahap

penentuan kebijakan isian pemberitaan untuk esok, dan membahas berita-

berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil

perencanaan yang baik. Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya

diduga. Proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi

melalui forum rapat proyeksi atau rapat perencanaan berita. Pada tahapan

perencanaan ini yang menjadi poin penting adalah rapat dan diskusi.

Untuk mengadakan rapat, biasanya dilakukan aktivitas diskusi terlebih

dahulu. Hal-hal yang dibahas pada rapat redaksi diantaranya:

Menentukan rencana tema

Rencana Desain

Pembagian kerja

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan tahap penentuan, pengelompokan dan

penyusunan beragam aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan

penempatan orang-orang yang dianggap tepat untuk melakukan aktivitas

tersebut. Proses redaksional mencakup tahapan staffing, yaitu proses

penempatan orang-orang yang terlibat langsung ke dalam unit kerja bidang

redaksional, yang merupakan fungsi vital karena menyangkut „sang

pelaksana‟43

.

c. Actuating (Penggerakan)

Tahap penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas

yang menggerakkan orang-orang beserta fasilitas penunjangnya untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu menghasilkan produk

jurnalistik. Aktivitas tersebut mencakup:

43

Ibid, Hal. 96.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

23

Peliputan

Proses peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari

berita (news hunting), atau meliput bahan berita. Aktivitas meliput berita

dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi

redaksi. Dalam meliput berita terdapat tiga teknik, yaitu reportase,

wawancara, dan riset kepustakaan (studi literatur).

Penulisan

Berita sebagai produk jurnalistik memiliki jenis yang beragam,

diantaranya: straight news (berita langsung), investigative news (berita

investigasi), interpretative news (penjelasan berita), depth news

(pengembangan berita), serta feature news.

Penyuntingan

Penyuntingan naskah atau editing adalah sebuah proses memperbaiki

atau menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial.

Pelakunya disebut editor atau redaktur. Secara redaksional, editor

memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis, mudah dipahami, dan

tidak rancu. Selain kata dan kalimat harus benar ejaan atau cara

penulisannya, juga harus benar-benar mempunyai arti dan enak dibaca.

Sedangkan secara substansial, editor harus memperhatikan fakta dan

data agar tetap terjaga keakuratan dan kebenarannya. Selain itu harus

memperhatikan sistematika penulisan dan memperhatikan apakah isi

tulisan dapat dipahami pembaca atau malah membingungkan. Wajah atau

gaya pemberitaan sebuah penerbitan pers umumnya bergantung pada

keahlian dan kreativitas para redakturnya dalam proses menyunting.

Dengan demikian, menyunting tidak semata-mata memotong (cutting)

naskah agar cukup "pas" masuk dalam kolom (space) yang tersedia,

tetapi juga membuat tulisan yang enak dibaca, menarik, dan tidak

mengandung kesalahan faktual.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

24

Ada lima nilai fundamental berita yang menjadi pakem keputusan

para editor mengenai peliputan dan penulisan, yaitu: (a) consequence,

mempertimbangkan topik yang memiliki nilai sosial penting; (b)

timeliness, topik yang tengah hangat atau sudut pandang baru terkait

topik tersebut; (c) proximity, suatu hal yang terjadi dalam jangkauan

sekitar; (d) interest, pemilihan topik yang unik, menghibur, atau

mengundang pembaca untuk berpikir lebih dalam; dan (e) prominence,

yaitu pengutamaan beragam topik yang memiliki kaitan atau fokus pada

sosok atau institusi yang terkenal44

.

d. Controlling (Pengawasan)

Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan

untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang redaksional telah

sesuai dengan rencana semula atau tidak. Pengawasan merupakan fungsi

yang krusial pada sisi redaksional, mengingat adanya evaluasi akhir

sebelum berita naik cetak.

F. Kerangka Konsep

Manajemen redaksional merupakan salah satu bagian yang penting dari

keseluruhan skema manajemen suatu media. Manajemen redaksional pada

dasarnya merupakan aktivitas bagaimana mengatur dan mengelola ruang berita

untuk memproduksi dan menghasilkan media, dalam bentuk informasi atau berita.

Pada penelitian ini, penulis akan melihat bagaimana manajemen Tirto bagian

redaksi beserta unit-unit di dalam kesatuan redaksi mengakomodasi penerapan

konsep jurnalisme presisi yang mereka angkat.

Peneliti menjadikan konsep manajemen George R. Terry, yang mengartikan

manajemen suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan

perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan

44

Ros F. Collins. 2013. Editing Across Media: Content and Process for Print and Online

Publication. North Carolina: McFarland and Company.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

25

serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya45

. Kemudian, peneliti merujuk

konsep manajemen redaksional yang dicetuskan oleh Pareno, yaitu penerapan

fungsi-fungsi manajemen melalui tindakan planning, organizing, actuating, dan

controlling dalam pengelolaan materi berita yang mencakup proses peliputan,

penulisan sampai dengan penyuntingan46

.

Pemantauan dan penelitian akan dilakukan di setiap fungsi manajemen

yang melalui tindakan-tindakan planning, organizing, actuating, dan controlling

dalam pengelolaan materi pemberitaan. Hasil temuan dari kegiatan tersebut

kemudian akan akan menunjukkan keunikan redaksi Tirto yang berusaha

memanfaatkan jurnalisme presisi dalam produksi kontennya. Konsep manajemen

redaksional Tirto ini selanjutnya dijabarkan dengan indikator berikut:

1. Planning

Merupakan proses menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam

pemberitaan dan membuat strategi yang cocok untuk mencapai tujuan

tersebut. Aktivitas yang dilakukan antara lain:

a. Perencanaan terhadap Departemen Redaksi

b. Perencanaan terhadap isi media

Dalam bagian ini, penulis akan mempelajari bagaimana terbentuknya

Tirto beserta tujuan-tujuan yang ingin mereka raih melalui produk

pemberitaannya, termasuk kedua perencanaan yang telah disebutkan dalam

dua poin di atas. Kemudian, penulis akan meninjau hasil temuan berdasarkan

studi literatur mengenai jurnalisme presisi.

2. Organizing

Dalam pengelolaan sebuah organisasi, terdapat empat elemen yang

harus dikelola, yaitu sumber daya manusia (SDM), keuangan (dana

45

Terry, George R.. 2009. Op Cit.

46Sam Abede Pareno. 2004. Op Cit. Hal. 45

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

26

operasional), serta sumber daya eksternal. Penyusunan struktur organisasi,

pembagian tugas pekerjaan dan penempatan awak beserta jabatannya di

dalam organisasi pun turut jadi bagiannya. Pada bagian ini, penulis akan

menjabarkan bagaimana konsep jurnalisme yang diterapkan sebagai pedoman

dalam ruang redaksi mempengaruhi pengelolaan empat elemen tersebut

dalam ruang berita Tirto.

3. Actuating

Dalam manajemen redaksional, tahapan penggerakan merupakan

aktivitas pengaturan dan pengelolaan yang menggerakkan orang-orang

beserta fasilitas penunjangnya unt`uk mencapai tujuan yang telah ditentukan,

yaitu menghasilkan produk jurnalistik. Pada bagian ini, peneliti akan

menjelaskan bagaimana berjalannya proses peliputan, penulisan dan

penyuntingan berita yang terjadi di ruang berita Tirto, per rubrik yang diteliti

agar lebih mendetail.

4. Controlling

Pada proses ini, dilakukan pemantauan dan penilaian terhadap proses

kerja redaksional secara keseluruhan. Hal yang disorot dalam hal ini adalah

kesesuaian antara rencana yang telah disusun dengan hasil akhir yang terlihat.

Pada bagian ini, peneliti akan melihat bagaimana Tirto mengelola situs dan

pemberitaannya agar terus berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

G. Metodologi Penelitian

Penulis akan menggunakan metodologi studi kasus intrinsik dalam

penelitian ini. Studi kasus bisa diartikan sebagai metode riset yang menggunakan

berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 27: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

27

menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu

program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis47

.

Studi kasus menjadi pilihan yang paling tepat untuk penelitian dengan

pokok pertanyaan yang berkaitan dengan how dan why, serta apabila letak fokus

penelitian ada pada fenomena kontemporer (masa kini) dalam konteks kehidupan

nyata48

. Dengan analisis menggunakan studi kasus single case embedded, penulis

dapat menguraikan manajemen redaksional yang dilakukan oleh Tirto melalui

sejumlah unit analisis.

H. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan data primer dan data sekunder dalam memenuhi

kebutuhan data penelitian. Teknik pengambilan data seperti wawancara,

observasi, serta telaah dokumen akan digunakan untuk menggali data penelitian

dari objek penelitian. Sementara data sekunder akan dipenuhi dari berbagai

sumber di luar objek penelitian seperti data dari literatur buku, jurnal, internet dan

hasil penelitian lain yang pernah dilakukan. Data sekunder ini akan nantinya akan

melengkapi dan menguatkan data primer.

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengambilan data, berikut

adalah penjelasan detailnya:

1. Wawancara Mendalam

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth

interview) dalam bentuk wawancara semi terstruktur. Apabila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur,wawancara semi terstruktur lebih bebas dalam

pelaksanaannya49

. Tujuan penggunaan wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, karena pihak yang

diwawancarai dapat dimintai pendapat beserta ide-idenya. Dalam melakukan

47

Rahmat Krisyantoro. 2008. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media. 48

Robert K. Yin. 2013. Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 18.

49Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hal 73.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 28: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

28

wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk mempermudah

jalannya wawancara dan menjadi pegangan agar fokus pertanyaan tidak

bergeser. Untuk mempermudah proses pengolahan data, peneliti akan

menggunakan alat bantu rekam.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan staf redaksiTirto

dari berbagai macam lapisan jabatan memberikan informasi yang menunjang

data penelitian. Berikut anggota redaksi yang penulis wawancarai:

No. Narasumber Jabatan Tanggal

1. Zen Rachmat Sugito Editor at large 11 Oktober 2017

2. Fahri Salam Redaktur Senior 10 Oktober 2017

3. Maulida Sri Handayani Redaktur Senior 11 Oktober 2017

4. Windu Jusuf Redaktur Senior 11 Oktober 2017

5. Mawa Kresna Penulis indepth 10 Oktober 2017

6. Jay Akbar Koordinator Liputan 12 Oktober 2017

7. Dinda Purnamasari Pimpinan Tim Riset

Redaksi 12 Oktober 2017

8. Sabda Armandio Alif Art Director 11 Oktober 2017

9. Arlian Buana Manajer media sosial 11 Oktober 2017

Tabel H-1.1 Jadwal Wawancara dengan awak Tirto.id

2. Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus

dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke

tempat yang akan diselidiki . Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

observasi non partisipan. Observasi nonpartisipan adalah suatu prosedur yang

dengannya peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan

alamiah, tetapi peneliti tidak melakukan partisipasi terhadap kegiatan di

lingkungan yang diamati .

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 29: Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156624/potongan/S1-2018-345916...2 portal berita online, ia pun memposisikan diri sebagai

29

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan cara melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek . Data yang

diperoleh dari studi dokumentasi ini nantinya akan melengkapi data yang

telah diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi.

I. Teknik Analisis Data

Proses analisis dilakukan dengan cara dibaca, dikaji dan diklasifikasikan

menurut konsepnya. Penelitian ini akan menggunakan analisis dan interpretasi

dengan dasar teori yang digunakan. Selain menganalisis data yang diperoleh,

analisis juga akan dilakukan terhadap output yang dihasilkan oleh manajemen.

Keseluruhan hasil penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk narasi untuk

memudahkan dalam membaca dan memahami alur peneliti.

Jurnalisme Presisi pada Media Online (Studi Kasus Manajemen Redaksional Tirto.id ditinjau dariJurnalisme Presisi)NIZZA NURMALIA ZULVAUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/