jurnal - universitas indonesia

84
Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2015 ISSN 1411 – 0253 Volume 17 Nomor 2, Oktober 2015 Versi Online: www.jipi-ui.web.id

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal - Universitas Indonesia

Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA 2015

ISSN 1411 – 0253 Volume 17 Nomor 2, Oktober 2015

Versi Online: www.jipi-ui.web.id

Page 2: Jurnal - Universitas Indonesia

D E P A R T E M E N I L M U P E R P U S T A K A A N D A N I N F O R M A S I F A K U L T A S I L M U P E N G E T A H U A N B U D A Y A

U N I V E R S I T A S I N D O N E S I A D E P O K , 2 0 1 5

Jurnal Ilmu Informasi,

Perpustakaan, dan Kearsipan

Volume

17

Nomor

2

Oktober 2015

ISSN 1411 – 0253 Volume 17 Nomor 2, Oktober 2015 Versi Online: www.jipi-ui.web.id

Page 3: Jurnal - Universitas Indonesia
Page 4: Jurnal - Universitas Indonesia

D E P A R T E M E N I L M U P E R P U S T A K A A N D A N I N F O R M A S I F A K U L T A S I L M U P E N G E T A H U A N B U D A Y A

U N I V E R S I T A S I N D O N E S I A D E P O K , 2 0 1 5

Jurnal Ilmu Informasi,

Perpustakaan, dan Kearsipan

2015. Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi FIB UI Telepon (+6221) 7863528; (+6221) 7872353 • Faks (+6221) 7872353; (+6221) 7270038

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang HAK CIPTA 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Ketua Dewan Editor: Dr. Laksmi, M.A. Dewan Editor:

Dr. Ike Iswary Lawanda, M.S.; Nina Mayesti, M.Hum.; Ir. Anon Mirmani, MIM., Arc./Rec.; Indira Irawati, M.A.; Dr. Tamara Adriani

Susetyo, M.A. Editor Layout dan Desain:

Muhamad Prabu Wibowo, M.Sc. & Arie Nugraha, M.TI. Editor Naskah:

Margareta Aulia Rahman, M.Hum.; Kiki Fauziah, M.Hum.; Proof Reader:

Riva Delviatma, M.Hum.

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi terbitan ini tanpa izin tertulis dari Penerbit, kecuali kutipan kecil dengan menyebutkan sumbernya

dengan layak.

Page 5: Jurnal - Universitas Indonesia
Page 6: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

i

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya Jurnal Ilmu

Informasi, Perpustakaan,dan Kearsipan kembali menerbitkan tulisan-tulisan yang

membahas isu di bidang terkait, baik dalam tataran akademis maupun praktis. Edisi

terbaru ini, dengan Volume 17, Nomor 2, Tahun 2015, terbit terlambat dikarenakan

adanya satu dan lain hal dan juga karena sulitnya mendapatkan artikel. Kami mohon

maaf dan berusaha untuk mengatasi kesulitan tersebut. Terbitan ini dilandasi dengan

semangat untuk berbagi pengetahuan, serta membangun budaya penelitian, yang selalu

terkait dengan berbagai dinamika pengetahuan dan informasi di lapangan.

Terbitan edisi ini diisi oleh 5 tulisan yang mengembangkan wawasan bidang ilmu

informasi, perpustakaan, dan kearsipan. Artikel pertama merupakan hasil penelitian

dari Dyah Safitri, M.Hum dan Priyanto, S.S., M.Hum dengan judul Proses Pemindahan

Pengetahuan (Knowledge Transfer) Pada Perajin Batik Tulis Di Desa Wisata

Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Penelitian ini

menyajikan proses pemindahan pengetahuan (knowledge transfer) pada pembatik tulis

di desa wisata Kliwonan Masaran Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Dengan

pendekatan kualitatif dan metode analisis studi kasus, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa proses pemindahan pengetahuan di lokasi tersebut mendapat hambatan besar,

terutama dari generasi muda yang lebih suka menjadi pekerja pabrik daripada menjadi

perajin batik.

Artikel kedua ditulis oleh Ikhsan Dwitama Putera, dengan judul Perpustakaan

Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) Badan Standar Nasional

(BSN) dalam implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Berdasarkan

pendekatan kualitatif, penelitian ini membahas tentang proses implementasi ISO

9001:2008 yang dilakukan oleh staf layanan PUSIDO, hasil penelitian menunjukkan

bahwa proses implementasinya mengikuti klausul yang terdapat pada ISO 9001:2008.

Para staf layanan memiliki pedoman dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari

menggunakan Sistem Manajemen Mutu dengan standar internasional untuk merekam

kegiatan kerja mereka secara akuntabel.

Artikel ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Sudiyanto, dengan judul

Mengetahui perkembangan organisasi Litbang Keantariksaan melalui arsip,

membahas tentang perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri sampai sekarang

berdasarkan kajian arsip. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi LAPAN

telah berkembang secara signifikan, dengan mengembangkan empat bidang, yaitu sains

antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa, serta

kajian kebijakan penerbangan dan antariksa.

Page 7: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

ii

Artikel keempat, yaitu berjudul Representasi fungsi perpustakaan umum dalam

novel Libri di Luca karya Mikkel Birkegaard, ditulis oleh Surya Rangga. Penelitian ini

membahas mengenai representasi perpustakaan umum dan fungsi perpustakaan umum

yang terdapat dalam novel Libri di Luca. Penelitian dengan menggunakan metode

semiotik Roland Barthes ini, menunjukkan bahwa novel tersebut merepresentasikan

fungsi perpustakaan umum yang lazim digunakan di tiga tempat di dalam novel

tersebut, yaitu perpustakaan umum Osterbro, Krystalgade, dan Bibliotheca

Alexandrina, adalah fungsi rekreasi, informasi, dan sebagai tempat pertemuanArtikel

Terakhir, artikel kelima adalah tulisan dari Ery Meirani, berjudul Strategi promosi

taman bacaan masyarakat (TBM) Kampung Buku, Cibubur. Penelitian yang

menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif ini, menunjukkan

bahwa TBM Kampung Buku telah melakukan strategi promosi yang unik, yaitu selain

menggunakan strategi promosi mereka juga melakukan bauran promosi periklanan,

promosi penjualan, penjualan perorangan dan pemasaran media interaktif. Waktu,

desain, dana dan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang mempengaruhi

kegiatan promosi di TBM Kampung Buku.

Terbitnya nomor ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu,

redaksi mengucapkan banyak terimakasih kepada para penulis yang berkenan

memberikan tulisan untuk jurnal ini, serta kepada seluruh anggota redaksi yang telah

bekerja keras agar Jurnal Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan ini dapat terbit.

Kami berharap artikel-artikel dalam jurnal ini dapat bermanfaat dan memberikan

banyak pencerahan agar budaya pengetahuan atau informasi menjadi lebih baik.

Depok,

Ketua Tim Redaksi

Page 8: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

iii

Daftar Isi

PROSES PEMINDAHAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE TRANSFER) PADA PERAJIN BATIK TULIS DI DESA WISATA KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN JAWA TENGAH / Dyah Safitri & Priyanto ................................. 81

PERPUSTAKAAN PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI (PUSIDO) BADAN STANDAR NASIONAL (BSN) DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 / Ikhsan Dwitama Putera .......................................... 95

MENGETAHUI PERKEMBANGAN ORGANISASI LITBANG KEANTARIKSAAN MELALUI ARSIP / Sudiyanto ..................... 111

REPRESENTASI FUNGSI PERPUSTAKAAN UMUM DALAM NOVEL LIBRI DI LUCA KARYA MIKKEL BIRKEGAARD / Surya Rangga ..................................................................................... 125

STRATEGI PROMOSI TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KAMPUNG BUKU, CIBUBUR / Ery Meirani .............................. 139

Page 9: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

iv

- Halaman Dikosongkan -

Page 10: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

81

PROSES PEMINDAHAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE

TRANSFER) PADA PERAJIN BATIK TULIS DI DESA WISATA

KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN

JAWA TENGAH

Dyah Safitri 1 Program Studi Manajemen Informasi dan Dokumen, Program Pendidikan Vokasi

Universitas Indonesia

Email : [email protected]

Priyanto 2 Program Studi Pariwisata, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemindahan pengetahuan (knowledge

transfer) pada pembatik tulis di desa wisata Kliwonan Masaran Kabupaten Sragen Jawa

Tengah. Metodologi yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan

pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemindahan

pengetahuan di lokasi penelitian dapat berlangsung meskipun terdapat hambatan besar

terutama dari generasi muda yang lebih suka menjadi pekerja pabrik daripada menjadi

perajin batik. Apabila kondisi tersebut tidak dapat teratasi maka keberlangsungan desa

wisata Kliwonan dapat terancam.

Abstract

This study aims to determine knowledge transfer for batik artisans in a tourist village

Kliwonan Masaran Sragen, Central Java. The methodology was used qualitative

research method and case study approach. The results of this study indicate that

knowledge transfer was happened in research location despite huge obstacles,

especially from the younger generation that would rather be factory worker than batik

artisans. If these conditions can’t be resolved, sustainability of rural tourism in

Kliwonan will be threatened.

Kata Kunci : batik, batik tulis, knowledge transfer, pemindahan pengetahuan, indigenous knowledge,

pengetahuan masyarakat lokal, desa wisata

1 Staf pengajar Manajemen Informasi dan Dokumen Program Pendidikan Vokasi UI

2 Staf pengajar Program Studi Pariwisata Pendidikan Vokasi UI

Page 11: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

82

1.Pendahuluan

Batik telah dikenal di Indonesia sejak abad keempat atau kelima Masehi. Sejumlah

teknik batik sudah diterapkan di beberapa pulau, bahkan di Jawa Batik sudah menjadi

warisan tradisi turun temurun sejak jaman Majapahit. Kata batik banyak diyakini

berasal dari kata ambatik yang berarti kain lebar dengan sekumpulan titik. Akhiran tik

berarti titik-titik kecil. Dalam manuskrip daun lontar dari abad ke-15 yang ditemukan

di Galuh Cirebon Selatan, tulisan batik itu juga disebut sebagai seratan atau dalam

bahasa Jawa berarti tulisan (Kementerian Perdagangan, 2008).

Bagi masyarakat Jawa, batik bukan sekadar kain bercorak belaka. Ada sejumlah simbol

dan filosofi penting di balik masyarakat Jawa pada batik mulai dari buaian hingga

kematian. Ketika seorang bayi lahir, batik digunakan untuk menutupi tubuh bayi.

Ketika agak besar kain batik digunakan untuk menggendong. Pada saat menikah, batik

juga digunakan tidak hanya oleh pengantin tetapi juga orang tua pengantin. Saat

meninggal, batik juga kerap digunakan untuk menutup tubuh selama prosesi

pemakaman. Karena itu, dengan fungsi seperti itu batik memiliki daya jangkau

teknologi, estetis, fungsional, dan ekonomi. Bahkan hingga saat ini. Nilai filosofi dari

simbol yang ada di batik juga memiliki pengaruh ritual. Objek-objek yang tergambar

di batik seperti bunga, tanaman, burung, kupu-kupu, ikan hingga bentuk geometris

adalah simbol-simbol kekayaan. Biasanya simbol ini dipercaya oleh masyarakat Jawa

sejak agama Hindu masuk ke tanah Jawa. Ketika masuknya Islam ke Jawa, larangan

menampilkan gambar manusia atau hewan membuat corak batik Keraton seperti Parang

Rusak atau Keris Rusak menjadi umum bagi masyarakat sejak demokratisasi

dikenalkan oleh Islam (Kementerian Perdagangan, 2008).

Sebagai sebuah teknik pembuatan kain, ada tiga jenis batik yaitu batik tulis,

printing/cap, dan kombinasi. Batik tulis biasanya diproduksi dari kain mori jenis

primisima, prima, maupun mori biru. Batik tulis diproduksi menggunakan lapisan lilin

yang disebut malam. Malam direbus di atas bara api yang stabil, dan dalam kondisi

panas pembatik akan menorehkan mulut canting ke kain mengikuti motif yang ada.

Proses membuat batik tulis membutuhkan waktu beberapa minggu bahkan dapat

beberapa bulan, tergantung dari tingkat kerumitan motif batik. Ada beberapa proses

yang harus dilakukan mulai dari nyoret (membuat pola gambar dalam kain), nglowong

(membatik pola-pola yang sudah digambar menggunakan canting dan malam). Pada

batik berkualitas tinggi biasanya nglowong dilakukan di dua sisi kain (nerusi). Lalu ada

proses ngisen- iseni (memberi isi) dengan mempergunakan canting bermulut kecil atau

disebut juga canting isen. Canting ini bermacam-macam misalnya “nyeceki” (membuat

motif yang terdiri dari titik-titik), Neloni menggunakan canting telon, hasilnya disebut

telon. Mrapati menggunakan canting prapatan, hasilnya prapatan, dan seterusnya

Selanjutnya adalah proses nembok (membatik bagian-bagian yang dikehendaki tetap

berwarna putih –warna kain asli- sebelum dicelup dalam zat pewarna). Proses ini dapat

berlangsung hingga dua minggu, bergantung pada rumit atau tidaknya pola serta

rencana pewarnaan yang akan digunakan pada kain batik tersebut. Proses selanjutnya

adalah melakukan pewarnaan pertama (medel). Setelah itu, ada proses ngerok atau

menghilangkan malam yang menempel di kain pada saat nglowong.

Lalu, ada langkah mbironi untuk meletakkan warna-warna yang akan dikehendaki.

Proses ini berulang, sampai mendapatkan kain dengan corak warna yang dikehendaki.

Page 12: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

83

Langkah terakhir adalah nglorod atau menghilangkan sisa-sisa malam yang tersisa

dengan cara memasukkan kain batik ke dalam air mendidih. Untuk membuat satu

lembar kain batik tulis ini, proses dari nyoret hingga nglorod dapat berlangsung hingga

dua bulan. Hasil dari batik tulis meskipun dari pola yang sama biasanya tidak akan sama

persis karena perbedaan saat ngisen-iseni. Setiap pembatik dapat melakukan kreasi

tersendiri pada tahapan tersebut sehingga batik tulis dengan pola yang sama, hasilnya

tidak akan sama persis.

Karena prosesnya yang relatif lama, biasanya perajin atau pengusaha batik memikirkan

cara untuk membuat kain batik dengan proses yang lebih cepat. Muncul kemudian batik

printing/cap –dengan menghilangkan tahapan pemakaian canting dan malam. Batik

printing malam yaitu batik dengan cap malam –menghilangkan proses canting- dan

batik kombinasi yaitu menggabungkan antara proses printing dengan memasukkan

unsur batik tulis seperti langkah mbironi ke dalam batik tersebut. Proses pembuatan

batik jenis ini dapat berlangsung relatif cepat sehingga dipilih para pengusaha batik

untuk memenuhi permintaan konsumen. Kedua jenis batik ini motifnya dapat berubah

dengan cepat bahkan dalam hitungan minggu dan berganti-ganti sesuai keinginan pasar.

(Sumarsono, 2015).

Ketika 2 Oktober 2009 UNESCO menobatkan batik sebagai warisan budaya dunia dan

dimasukkan ke dalam daftar representatif sebagai budaya tak-benda warisan manusia

(representative list of the intangible cultural heritage of humanity) ada dua keping sisi

yang dihadapi Indonesia. Di satu sisi ada pengakuan resmi dunia terhadap batik tulis

adalah hasil budaya Indonesia, di sisi lain membutuhkan upaya sungguh-sungguh agar

batik tetap lestari. Masalah ini menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara

serius karena apabila pembatik tidak terus berkarya dari satu generasi ke generasi

berikutnya, eksistensi batik sebagai warisan tradisi akan terancam. Penelitian Sugiarti

(2011) menunjukkan bahwa masalah terbesar pengembangan batik sebagai karya seni

adalah kurangnya minat generasi muda menjadi pembatik tulis yang mengandalkan

pengetahuan (knowledge) pada batik sebagai sumber utama.

Kondisi tersebut menarik diteliti bagaimana pengetahuan dalam membuat batik tulis

yang relatif rumit dapat dipindahkan (knowledge transfer) dari individu ke individu

berikutnya. Dalam konteks ini menarik diamati bagaimana di sentra-sentra produksi

batik, pembatik tulis didominasi oleh generasi yang berusia di atas 50 tahun.

Pengetahuan pembatik dalam membuat batik tulis dapat dinamakan sebagai

pengetahuan lokal. Pelestarian pengetahuan membatik dilakukan melalui generasi tua

perempuan ke generasi muda yang perempuan pula yang biasanya ada di dalam satu

keluarga. Meskipun tidak ada pola yang baku dalam penurunan pengetahuan tersebut,

pembatik tulis biasanya memang memperoleh pengetahuan membatik dari ibunya sejak

kecil. Lantas, apakah ada yang salah dari proses pemindahan pengetahuan tersebut

sehingga generasi muda tidak memiliki hasrat yang tinggi menekuni kerajinan batik

tulis. Dalam catatan Fornhal, Zellner, dan Audretsch (2005), ada dua asumsi mengenai

pemindahan pengetahuan. Pertama, pengetahuan adalah sama dengan pengetahuan

ekonomi yang melihat pengetahuan memiliki harga ekonomis. Kedua, adalah efek

samping dari pengetahuan yang dialihkan dari sumber ke penerima. Dalam konteks

tersebut, pengaliran pengetahuan sama sekali tidaklah otomatis terjadi, sehingga harus

didorong agar pengetahuan dapat berpindah.

Page 13: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

84

Selain Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan, Kabupaten Sragen menjadi salah satu sentra

produksi batik terbesar di Jawa Tengah. Terdapat dua sub sentra batik yakni kecamatan

Plupuh dan Masaran. Dua sub sentra tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik

dan terletak berseberangan di sisi Utara dan Selatan Sungai Bengawan Solo. Desa-desa

di utara sungai adalah Jabung dan Gedongan di Kecamatan Plupuh, sedangkan di

selatan adalah Desa Pilang, Sidodadi, dan Kliwonan Kecamatan Masaran. Batik dari

Sragen ini kerap disebut sebagai batik Girli (Pinggir Kali), karena berada di Pinggir

sungai. Di dua sub sentra batik tersebut terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap

sekurangnya 7.072 tenaga kerja. (Pemerintah Kabupaten Sragen, 2015)

Generasi awal perajin batik Sragen adalah buruh batik di Solo dan memulai usaha

sendiri di desanya masing-masing. Sentra batik desa Kliwonan menjadi yang terbesar

sehingga ditetapkan oleh pemerintah kabupaten sebagai kawasan wisata terpadu

dengan nama Desa Wisata Batik Kliwonan. Di desa tersebut menjadi pusat

pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik. Di desa itu pula, bahan batik dari hulu

ke hilir seperti kain, malam, canting, dan sebagainya juga telah tersedia. Dari segi motif,

batik Sragen kaya ornamen flora dan fauna seperti motif tumbuhan atau hewan yang

disusupi oleh motif klasik seperti Parang, Sidoluhur dan sebagainya. Aktivitas

keseharian masyarakat juga terekam dalam motif batik Sragen yang bermakna lebih

tegas, berbeda dengan corak klasik yang berkembang di Yogya ataupun Solo.

Desa wisata didefinisikan sebagai bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan

fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan tata cara tradisi yang berlaku. Nuryanti, Wiendu (1993). Penetapannya

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan

berbagai jenis alat transportasi.

2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal,

dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.

3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi

terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya.

4. Keamanan di desa tersebut terjamin.

5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai.

6. Beriklim sejuk atau dingin.

7.Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.

Dari aksesibilitas, desa wisata Kliwonan terletak 12 km dari sebelah selatan pusat kota

Kabupaten Sragen atau 15 km sebelah timur laut kota Solo. Untuk mencapai lokasi desa

ini aksesnya dapat melalui jalan raya Solo-Surabaya, melalui Museum Purbakala

Sangiran, atau dari objek wisata Waduk Kedung Ombo. Di sepanjang jalan menuju

lokasi desa wisata yang terletak 4 km dari jalan raya Solo-Surabaya itu, wisatawan akan

disuguhi pemandangan hamparan sawah menghijau. Wisatawan tidak hanya dapat

berbelanja busana dan kain batik karena tersedia banyak showroom penjualan

batik.Wisatawan juga dapat melihat proses pembuatan batik dari awal hingga akhir

serta dapat menginap di homestay yang tersedia. Wisatawan juga dapat belajar

membatik hingga ikut berkotor-kotor melakukan pencelupan warna pada kain batik.

Kombinasi suasana alam pedesaan yang asri dan tawaran produk budaya batik menjadi

suguhan utama desa wisata Kliwonan ini.

Page 14: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

85

Pengetahuan masyarakat lokal seperti pada batik tulis menjadi penting ketika arus

modernisasi membuat pengetahuan lokal tergerus dan bahkan nyaris punah. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pemikiran mengenai pemindahan

pengetahuan, terutama pada pengetahuan masyarakat lokal khususnya pada batik tulis.

Keberlangsungan desa wisata yang mengedepankan produk budaya batik sebagai

suguhan utama akan terancam pada saat pemindahan pengetahuan dari generasi tua ke

generasi muda tidak dapat berjalan dengan baik.

2. Teori Knowledge Transfer

Davenport dan Prusak (1998) menyebut pengetahuan sebagai pengalaman, nilai-nilai,

konteks dan wawasan yang tercampur sehingga menyediakan sebuah kerangka kerja

untuk mengevaluasi dan menghubungkan pengalaman-pengalaman dan informasi baru.

Kedua peneliti ini menemukan bahwa di dalam organisasi, pengetahuan kerap menjadi

artefak yang melekat seperti dokumen, video, audio atau penyimpanan di dalam

rutinitas, proses, praktek, dan norma-norma organisasi. Mereka juga melihat bahwa

pengetahuan akan bernilai apabila ada tambahan konteks, budaya, pengalaman, dan

interpretasi dari manusia. Nonaka (1994) melihat pengetahuan dalam arti yang lebih

spesifik. Pengguna pengetahuan harus mengerti dan melihat pengalaman dengan

konteks yang ada, kondisi dan pengaruh yang melingkupi, sehingga pengetahuan

dihasilkan dan berarti untuk mereka.

Nonaka dan Takeuchi (1995) menggambarkan dua tipe pengetahuan yaitu tacit

knowledge dan explicit knowledge.

Tacit knowledge adalah pemahaman yang ada di dalam pikiran pemilik

pengetahuan dan tidak secara langsung dapat dimunculkan dalam bentuk

data atau representasi pengetahuan sehingga kerap disebut pengetahuan

yang tidak terstruktur.

Explicit knowledge yaitu pengetahuan yang secara langsung berbentuk

pengetahuan dan umumnya disebut sebagai pengetahuan terstruktur.

Sehingga, pengetahuan adalah gabungan antara kedua pengetahuan

tersebut.

Pemindahan Pengetahuan (Knowledge Transfer)

Istilah pemindahan pengetahuan (knowledge transfer) kerap digunakan untuk

menggambarkan pertukaran pengetahuan antara individu, kelompok, atau organisasi

secara sengaja atau tidak. Dalam pemindahan pengetahuan itu definisi sumber

pengetahuan dan penerima harus fokus dan memiliki identifikasi tujuan yang jelas

(King, 2008)

Nonaka dan Takeuchi (1995) menawarkan empat model pembentukan knowledge

transfer atau yang dikenal sebagai model SECI (Socialization, Externalization,

Combination, Internalization). Socialization adalah membuat tacit knowledge sebagai

model mental dan keterampilan teknis. Tacit knowledge dapat diperoleh melalui

observasi, imitasi, dan praktek. Externalization adalah proses artikulasi tacit knowledge

dalam bentuk konsep eksplisit berwujud metafora, analogis, hipotesis, atau model.

Combination adalah proses konsep sistemis ke dalam sistem pengetahuan dengan

Page 15: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

86

menggabungkan expilicit knowledge yang berbeda. Explicit knowledge dipindah

melalui media seperti dokumen, pertemuan, email atau percakapan telepon.

Kategorisasi pengetahuan ini akan memunculkan pengetahuan baru. Internalization

adalah proses mengubah explicit knowledge menjadi tacit knowledge dan dekat dengan

konsep pengalaman karena mengerjakan atau dapat disebut learning by doing

Keempat proses tersebut memperlihatkan bahwa knowledge transfer bergantung pada

pemahaman antara pemilik pengetahuan dan pengguna pengetahuan. Pemahaman

umum terdiri atas konteks dan pengalaman. Konteks adalah cerita dibalik pengetahuan,

kondisi atau situasi yang membuat pengetahuan dapat dimengerti. Sedangkan

pengalaman adalah aktivitas yang memproduksi model mental bagaimana pengetahuan

digunakan.

Model pemindahan pengetahuan seperti diungkapkan Dixon (2000) ada lima tipe yaitu

serial, near, far, strategic, dan expert transfer. Masing-masing dibedakan menurut

tujuan, metode, dan cara menggunakannya. Adapun lima tipe utama tersebut adalah

Serial Transfer, diterapkan ke sebuah tim yang mengerjakan satu tugas, kemudian tim

yang sama mengulang tugas tersebut dalam konteks baru. Di serial transfer, tim sumber

dan tim penerima adalah tim yang sama. Serial transfer menawarkan efisiensi dalam

kecepatan dan kualitas. Tipe berikutnya adalah Near transfer : melibatkan transfer

pengetahuan dari tim sumber ke tim penerima yang mengerjakan pekerjaan serupa

dalam konteks sama tetapi di lokasi berbeda. Syarat utamanya adalah pekerjaan tersebut

merupakan pekerjaan besar dan terus menerus. Far transfer melibatkan pemindahan

tacit knowledge dari tim sumber ke tim penerima ketika pengetahuan berkaitan dengan

tugas non-rutin. Contohnya adalah tim ekplorasi minyak mengundang tim lain untuk

membantu menginterpretasi data seismik dan geologi yang telah mereka kumpulkan.

Pengetahuan ditransfer langsung ke masing-masing anggota tim terutama pada

langkah dan prosedur yang tidak tertulis. Karena interpretasi dari data tersebut adalah

tugas dengan beragam variabel, mereka harus menyajikan sesuai dengan pengetahuan

mereka. Far transfer biasa digunakan untuk memungkinkan pemindahan pengetahuan

yang sangat spesifik. Strategic transfer melibatkan pemindahan pengetahuan yang

sangat kompleks, seperti bagaimana merilis sebuah produk dari satu tim ke tim lain

yang terpisah baik tempat maupun waktu. Transfer ini berbeda dari far transfer karena

strategic transfer lebih terbatas lingkupnya seperti pada satu tim tertentu. Biasanya

strategic transfer akan bermanfaat bagi perusahaan berskala global ketika pengetahuan

bisa dipindahkan ke lokasi cabang di belahan dunia lain dengan konteks lingkungan

yang berbeda. Expert Transfer, melibatkan pemindahan explicit knowledge mengenai

tugas yang dikerjakan rutin. Contohnya adalah teknisi yang mengirim surat elektronik

ke jaringan pertemanannya untuk bertanya bagaimana meningkatkan kecerahan

monitor kuno dan mendapatkan jawaban dari ahli yang mendalami bidang tersebut. Di

dalam model transfer ini, kebutuhan keahlian dapat menjawab berbagai pertanyaan

yang diajukan.

4. Pengetahuan Masyarakat Lokal (indigenous knowledge)

Menurut Fein dalam Masango (2010), indigenous knowledge adalah

the local knowledge that is unique to a culture or society. Other names for it include: local knowledge, folk knowledge, people’s knowledge, traditional wisdom or traditional science. This knowledge is passed from

generation to generation, usually by word of mouth and cultural rituals, and has been the basis for agriculture, food

Page 16: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

87

preparation, health care, education, conservation and the wide range of other activities that sustain societies in many

parts of the world.

Terkait dengan batik tulis, Shaari (2015) menyebut batik tulis adalah hasil kerajinan

tangan kreatif sebagai kekayaan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous

knowledge) sehingga muncul sebagai potret identitas dan nilai kehidupan dalam

sebuah kebudayaan. Pengetahuan masyarakat lokal ini memiliki sifat sebagai tacit

knowledge yang tidak terstruktur dan tersimpan dalam memori pemilik

pengetahuan.

Pemindahan Pengetahuan Masyarakat Lokal (indigenous knowledge

transfer)

Pengetahuan masyarakat lokal yang sifatnya tacit akan diberikan ke generasi

berikutnya atau ke orang lain dalam bentuk informasi dahulu, sebelum generasi atau

orang yang menerima pengetahuan mengolah dan menerapkannya menjadi

pengetahuan mereka sendiri. Pemindahan pengetahuan masyarakat lokal tersebut

menjanjikan upaya pelestarian pengetahuan. Tetapi pada saat yang sama terjadi

hambatan. Pemindahan pengetahuan masyarakat lokal hanya dapat terjadi apabila

terdapat saling percaya antara pemberi pengetahuan dan penerima pengetahuan.

Penerimaan akan menentukan kualitas pengetahuan yang diberikan, sedangkan

kepercayaan harus diciptakan melalui motivasi terus menerus. Generasi yang

mendapat pengetahuan harus dapat mempercayai bahwa pengetahuan yang

diberikan oleh generasi sebelumnya akan bermanfaat di kemudian hari secara

ekonomi.

Proses pemindahan pengetahuan masyarakat lokal tersebut, beberapa tahapan

seperti diungkapkan Jounjobsong (2010) adalah identifikasi pengetahuan

(knowledge identification), proses komunikasi (communication process), dan

proses interpretasi (interpretation process). Selain itu ada faktor eksternal yang

memengaruhi dalam proses pemindahan pengetahan masyarakat lokal ini yaitu

karakteristik masyarakat lokal yang bersangkutan, karakteristik masyarakat di

sekitar tempat pengetahuan masyarakat lokal berada, budaya, hingga pengaruh

teknologi komunikasi dan informasi.

5. Pemindahan Pengetahuan Masyarakat Lokal

Pemindahan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) sudah dilakukan

oleh banyak komunitas yang ada di setiap negara. Kalau di Pulau Simelue Aceh, ada

tradisi lisan smog yang terwarisi turun temurun yakni ketika setelah gempa besar lantas

air laut tiba-tiba surut di pantai maka pada saat itu pula mereka harus pergi ke tempat

lebih tinggi. Pengetahuan lokal inilah yang menyelamatkan masyarakat pulau tersebut

dari terjangan dahsyat Tsunami Aceh pada 2005 lalu, padahal pulau ini berhadapan

langsung dengan titik pusat gempa. Warga Pulau Simelue langsung mengungsi ke

tempat yang lebih tinggi ketika mendapati setelah gempa air laut di pantai benar-benar

surut. Pengetahuan pembatik tulis di Desa Wisata Kliwonan Sragen dapat dikatakan

sebagai pengetahuan lokal yang sifatnya unik (indigenous knowledge). Sebaran

pengetahuan pembatik hanya di sekitar wilayah tersebut, tidak melebar ke wilayah

kabupaten Sragen lainnya. Pengetahuan lokal membatik ini diturunkan dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Page 17: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

88

Dengan menggunakan model pemindahan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous

knowledge) dari Jounjobsong (2012), ada tiga tahapanan pemindahan yaitu identifikasi

pengetahuan (knowledge identification), proses komunikasi (communication process),

dan proses interpretasi (interpretation process).

Identifikasi Pengetahuan

Ada empat lapis generasi yang dapat diidentifikasi dari masyarakat Kliwonan. Pertama

adalah generasi dengan usia 60-an tahun, generasi di atas 40 tahun, generasi 20-40

tahun, dan generasi di bawah usia 20 tahun. Mengenai pengetahuan membuat batik

tulis, hampir seluruhnya didominasi oleh perempuan. Tahapan membatik seperti

nglowong dan ngisen-iseni dengan canting dan malam menjadi pekerjaan yang

dilakukan oleh para perempuan. Sedangkan tahapan pembuatan batik seperti

menyelupkan kain ke pewarna (medel), ngerok, hingga nglorod dilakukan oleh kaum

laki-laki.

Pengetahuan membatik perempuan mulai dari nglowong hingga ngisen-isen awalnya

adalah menjadi milik dari generasi tua. Mereka memperoleh ilmu membatik dengan

cara menularkannya secara langsung sejak mereka masih dalam usia anak-anak. Pada

pembatik yang sudah berusia 40 tahun ke atas, mereka mendapat ilmu membatik

sebagai bekal untuk membantu ekonomi keluarga. Apalagi pada saat mereka usia

sekolah, anak-anak perempuan ini hanya tamat Sekolah Dasar atau bahkan tidak

mengenyam dunia pendidikan formal sama sekali. Membatik jadi suatu kewajiban agar

kelak masih dapat bertahan secara ekonomi karena memiliki keterampilan dari

membatik. Cara memindahkan pengetahuan membatik tulis ini juga khas, anak-anak

langsung dipaksa belajar menggunakan canting dan malam ke kain yang dibatik ibunya.

Bukan di bagian yang ada motifnya, tetapi bagian yang sebaliknya (nerusi). Batik tulis

nerusi ini biasanya adalah batik tulis kualitas tinggi karena nanti ketika jadi, motif kain

batik akan sama meski kain dibolak-balik. Nerusi juga mengurangi risiko salah

menggambar sesuai pola karena tinggal menebalkan apa yang sudah di klowong di

sebalik kain.

Generasi pembatik tua (usia di atas 60 tahun) yang ditemui peneliti membenarkan

bahwa anak perempuannya belajar membatik darinya. Belajarnya cukup sederhana

karena tinggal melakukan proses nerusi. Ketika proses ini dilakukan berulang-ulang

sekitar tiga tahun, perempuan generasi berikutnya tersebut sudah siap untuk dapat

membuat batik tulis sendiri. Karena prosesnya yang panjang, maka dalam pembuatan

batik tulis biasanya ada tiga model pembuatan berdasarkan lokasi. Pertama adalah

pembatik melakukan pekerjaannya di lingkungan pabrik milik pengusaha batik. Mereka

datang sesuai jam kerja dan dibayar sesuai dengan pekerjaannya pada hari itu. Kedua,

adalah membawa kain batik yang sudah diberi pola, canting, serta malam dan

membatiknya di rumah. Ketiga, pembatik mengambil pekerjaan batik dari juragan

kecil-kecilan (pengepul) dan mengumpulkan pekerjaannya ke juragan kecil tersebut.

Juragan kecil ini nanti yang menyetor ke pengusaha batik. Juragan kecil ini pula yang

menalangi terlebih dulu (kasbon), bila pembatik membutuhkan uang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Model kedua dan ketiga menitikberatkan membatik di rumah menjadi awal pemindahan

pengetahuan membatik batik tulis. Selain dibekali perlengkapan membatik yang

Page 18: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

89

lengkap, sejak dini anak-anak si pembatik tersebut dapat mengamati secara langsung

apa yang dikerjakan oleh ibu atau neneknya. Umumnya kegiatan membatik ini

dilakukan sebagai sambilan saja, bukan menjadi pekerjaan utama, dan dilakukan di sela

mengurus sawah (panen/menanam padi) atau mengurus keluarga. Biasanya,

pengetahuan membatik lainnya yang dipindahkan dari generasi tua ke generasi yang

labih muda adalah soal corak atau motif. Corak-corak klasik gaya Solo yang sudah

melekat biasanya hapal diluar kepala bagi pembatik generasi tua seperti Parang,

Sidomulyo, Kawung, hingga Babon Angrem. Motif-motif itu pula yang dipelajari oleh

generasi pembatik berikutnya. Ketika permintaan konsumen makin variatif pada batik

tulis dengan ornamen-ornamen baru, seperti pohon kelapa yang peneliti saksikan,

pembatik sekadar membatik apa yang sudah tergambar/tercorak di kain. Proses kreatif

pembatik pada bagian isen-isen, misalnya membuat cecek atau pretelon. Ruang kreatif

tetap berada di wilayah pengusaha batik karena mereka biasanya memperkerjakan

desainer khusus yang bertugas membuat corak atau pola yang inovatif untuk mengejar

selera dan keinginan konsumen batik tulis. Soal filosofis tentang apa kegunaan dan

manfaat dari batik tulis dengan corak klasik tidak menjadi titik perhatian dalam

pemindahan pengetahuan tentang batik tulis tersebut. Jadi, generasi baru sekadar

memperoleh pengetahuan bagaimana cara menggunakan canting, membatik dari kain

putih, hingga menjadi kain siap jual saja.

Pengetahuan dasar membatik seperti bagaimana menggunakan canting, mendidihkan

malam dengan api yang stabil, membatik mengikuti motif hingga membuat isen-isen

biasanya diajarkan ke generasi berikutnya melalui pengajaran langsung. Dengan

motivasi ekonomi, karena anak perempuan nantinya akan menjadi ibu rumah tangga,

mereka harus memiliki keterampilan membatik agar dapat membantu ekonomi

keluarga kelak. Bahkan ketika generasi muda itu masih anak-anak, membatik adalah

cara mudah untuk membeli beras dan memenuhi kebutuhan pada saat itu. Cara yang

digunakan untuk memindah pengetahuan adalah dengan nerusi atau membuat pola

mengikuti alur motif batik yang sudah dibuat di sebalik kain. Baru setelah lancar, proses

lain yang lebih rumit seperti ngisen-iseni menggunakan canting khusus baru

diperkenalkan. Bagi generasi dengan umur 40 tahun lebih, rata-rata mereka belajar dari

ibunya masing-masing menggunakan metode ini sehingga pemindahan pengetahuan

dapat berlangsung dengan baik.

Tetapi ada masalah yang terjadi karena generasi di bawah 40 tahun tidak menganggap

pekerjaan membatik sebagai solusi dalam menghadapi persoalan ekonomi keluarga.

Bagi mereka, bekerja sebagai buruh di pabrik sepanjang jalan raya Sragen-Surabaya

lebih menjanjikan dan terhormat. Membatik dianggap sebagai pekerjaan rendah dan

dianggap sebagai pelarian daripada tidak memperoleh penghasilan sama sekali.

Akibatnya, mayoritas pembatik yang ditemukan di desa Kliwonan adalah di atas 40

tahun. Kesediaan melakukan pemindahan pengetahuan membatik sebenarnya sudah

dimiliki oleh generasi di atas 40 tahun. Namun, kesediaan tersebut tidak bersambut

karena generasi di bawah 40 tahun lebih memilih menjadi buruh pabrik. Padahal, dari

perspektif pengusaha batik. Kalaupun tidak membuat membatik tulis yang biasanya

dapat uangnya dalam waktu yang lama karena proses pembuatannya yang juga

memakan waktu, mereka dapat membatik kombinasi yang lebih sederhana tetapi cepat

menghasilkan uang. Dari wawancara didapatkan fakta bahwa pembatik kombinasi

(printing dan tulis) dapat membawa uang tiap hari sekitar 50 ribu rupiah bersih dengan

Page 19: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

90

bekerja tanpa mengeluarkan biaya transportasi dan uang makan. Nilai seperti itu

sebenarnya tidak kalah dengan pendapatan yang diperoleh dari pabrik.

Kekhawatiran habisnya generasi pembatik baru ini dirasakan tidak hanya oleh

pengusaha batik yang diwawancarai tetapi juga oleh pembatik senior. Ada kalanya

mereka mengajari anak-anaknya ikut membatik saat liburan sekolah dengan cara yang

sama yakni nerusi. Biasanya tempat pembatikan penuh dengan anak-anak yang ikut

magang (internship). Namun ketika waktu sekolah mulai lagi, gairah anak-anak untuk

membatik ikut sirna. Pembatik usia muda hanya mau membatik ketika mereka memiliki

waktu saja, ketika tidak ada waktu, intensitas pada batik pun mandek. Pendeknya,

mereka menyadari batik menjadi salah satu ikon budaya yang harus dilestarikan, tetapi

citra membatik yang dianggap kotor, kumuh, dan menghasilkan uang tidak seberapa

jadi pertimbangan utama bagi generasi muda untuk membatik.

Proses komunikasi

Dalam proses pemindahan pengetahuan, terjadi proses komunikasi antarmanusia.

Menurut DeVito (1997) komunikasi antarmanusia adalah komunikasi yang terjadi di

antara dua orang yang memiliki hubungan matang; orang-orang yang dengan berbagai

cara berhubungan. Definisi ini dilatarbelakangi oleh komunikasi antarmanusia

dilakukan paling sedikit dua orang dan memiliki hubungan relasi. Dalam proses

pemindahan pengetahuan ini, proses komunikasi antara pemberi dan penerima

pengetahuan menjadi salah satu faktor penting berhasilnya pemindahan pengetahuan.

Umumnya kegiatan pemindahan pengetahuan membatik antara generasi muda dan

generasi lebih tua adalah kaum perempuan yang terhubung dalam keluarga. Misalnya

sebuah keluarga memiliki tiga anak perempuan, biasanya si ibu akan melakukan

komunikasi dengan ketiga putrinya menggunakan medium kain melalui proses nerusi.

Komunikator adalah ibu pada generasi senior sedangkan komunikannya biasanya

adalah anak perempuan usia sekolah dasar sekitar 10-12 tahun. Dengan proses nerusi

berulang-ulang, diharapkan pada usia sekolah menengah, anak-anak perempuan

tersebut sudah dapat membatik sendiri tanpa perlu bantuan pengarahan si ibu.

Penyampaian pesan biasanya dilakukan dengan mengenal bahan kain batik , motif, dan

mengatur keluarnya malam dari canting sesuai motif. Pesan-pesan ini biasanya

dilakukan menggunakan bahasa Jawa dan langsung secara tatap muka. Biasanya anak-

anak itu langsung praktek di depan kain yang sudah dibatik si ibu, kemudian mengikuti

alur motif yang sudah dibatik langsung dari tempat ibunya bekerja. Proses ini

berlangsung beberapa lama mengikuti order membatik yang dibawa si ibu sehingga si

anak bisa luwes menggunakan canting maupun mengerjakan motif termasuk cara

membuat isen-isen.

Hambatan terbesar yang terjadi adalah ketika komunikan menganggap bahwa message

melalui media kain batik tidak bermanfaat bagi komunikan. Bekerja sebagai pembatik,

khususnya batik tulis adalah pekerjaan yang rumit, melelahkan, sedangkan dari sisi

ekonomi juga tidak terlalu menjanjikan apa-apa. Komunikan menganggap bahwa

bekerja di pabrik yang cukup jauh dari desa lebih memberikan harapan karena dapat

memperoleh pendapatan yang pasti tiap minggu atau tiap bulan.

Efek komunikasi yang terjadi pada komunikasi antarmanusia ini adalah ada efek

kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif adalah komunikasi menyebabkan individu

Page 20: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

91

yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti,

atau yang semula tidak sadar menjadi sadar. Dalam konteks ini, generasi penerima

pengetahuan akan memperoleh pengetahuan tentang membatik tulis yang sifatnya

informatif bagi dirinya. Efek afektif adalah efek komunikasi yang berhubungan dengan

perasaan. Komunikasi antarmanusia menyebabkan individu yang merasa tidak senang

menjadi senang, dari semula sedih menjadi gembira, atau semula takut menjadi berani.

Pengetahuan baru yang diperoleh akan menjadikan generasi penerima pengetahuan

akan terus belajar, meskipun ada hambatan seperti pekerjaan membatik tulis adalah

pekerjaan rumit dan njlimet. Tetapi mereka biasanya akan tetap bersemangat karena

ada nilai ekonomis bila berhasil membuat kain batik. Efek konatif lebih pada efek

komunikasi antarmanusia untuk melakukan kegiatan fisik atau jasmaniah yang lebih

baik. Untuk komunikasi pada pemindahan pengetahuan tentang membatik, efek

konatifnya ada pada kepercayaan diri bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaan

membatik dan menganggap membatik adalah pekerjaan seni yang luhur dan bernilai

ekonomis.

Proses interpretasi

Dalam proses ini, interpretasi terhadap nilai filosofis disuntikkan untuk motif-motif

klasik, misalnya digunakan untuk kegiatan sosial apa saja. Motif-motif ini biasanya ada

pada kain batik klasik gaya Kraton Solo seperti Parang, Kawung, Ceplok, Sidomukti,

hingga Babon Angrem. Interpretasi tidak dilakukan mendalam karena yang terpenting

bagi pembatik ini adalah bagaimana menggunakan canting, membuat isen-isen,

nglowong, hingga mbironi.

Interpretasi terhadap motif dan seni terjadi ketika kebutuhan konsumen masa kini

mengarah kepada motif baru. Pembatik dituntut untuk selalu melakukan interpretasi

terhadap motif baru. Memang bukan pada keseluruhan motif dasar, karena ini sudah

dibuat oleh pengusaha batik, tetapi pada interpretasi isen-isen motif, apakah

menggunakan cecek (titik-titik) sehingga menghasilkan kain batik tulis yang indah dan

sedap dipandang. Interpretasi pada motif dengan isen-isen yang diserahkan kepada

pembatik membuat kain batik tulis dengan motif yang sama hasil akhirnya tidak akan

sama persis antara satu pembatik dengan pembatik lainnya karena intepretasi pada isen-

isen motif tersebut. Pembatik harus memiliki imajinasi pula terhadap proses pewarnaan

akhir bila kain batik nanti selesai sehingga isen-isen pun dapat mendukung motif

sehingga kain menjadi lebih indah.

Model pemindahan pengetahuan Nonaka dan Takeuchi

Merujuk pada empat model pembentukan dan pemindahan pengetahuan yang dibuat

oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) yaitu model SECI (Socialization, Externalization,

Combination, Internalization), pola pemindahan pengetahuan pada pembatik tulis

dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Socialization : pengetahuan membatik pada generasi tua adalah pengetahuan

tacit yang berada dalam pengalaman pembatik sebagai pemberi pengetahuan.

Beberapa pengetahuan tacit itu adalah filosofi mengenai motif-motif klasik,

penggunaan alat-alat batik seperti jenis-jenis canting yang digunakan untuk

berbagai keperluan seperti untuk nglowong, mbironi, ngisen-iseni, hingga mbironi.

Pengetahuan tacit ini tersirat dan muncul melalui pengamatan, imitasi, dan

praktek.

Page 21: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

92

2. Externalization adalah proses artikulasi tacit knowledge. Pengetahuan

menggunakan alat-alat seperti canting dengan berbagai kegunaan dan

mendidihkan malam saat akan nglowong dalam proses nerusi menjadi contoh

bagaimana eksternalisasi terjadi karena pengetahuan tacit segera dieksplisitkan

melalui praktik langsung.

3. Combination adalah proses konsep sistemis ke dalam sistem pengetahuan

dengan menggabungkan explicit knowledge yang berbeda. Ketika penerima

pengetahuan telah belajar membatik dengan cara nerusi, para penerima

pengetahuan ini dapat saling berbagi pengalaman mengenai segala hal berkaitan

dengan cara, metode, atau memperkaya motif batik melalui isen-isen yang telah

dipelajari. Di sinilah kekhasan batik tulis, karena di tangan pembatik yang beda,

isen-isen pun dapat berbeda sehingga batik dengan motif yang sama sekalipun

tidak akan persis sama hasilnya nanti saat menjadi kain batik tulis

4. Internalization adalah proses mengubah explicit knowledge menjadi tacit

knowledge dan dekat dengan konsep pengalaman karena mengerjakan atau dapat

disebut learning by doing. Proses inilah yang dilakukan oleh penerima

pengetahuan, karena membatik tidak diajarkan melalui teori tetapi langsung

praktek ke kain meskipun sekadar nerusi atau mengikuti alur pola yang telah

dibatik di sebalik kain. Kebiasaan nerusi adalah proses learning by doing sehingga

pemindahan pengetahuan dapat berlangsung dengan baik.

Model pemindahan pengetahuan Dixon

Model pemindahan pengetahuan lain datang dari Dixon (2000). Dengan

pendekatan Dixon tersebut, pemindahan pengetahuan antar pembatik generasi

senior ke yang lebih muda masuk dalam near transfer. Di lokasi yang sama mereka

dapat memindah pengetahuan tanpa perlu pergi ke suatu tempat untuk

memperdalam pengetahuan tersebut. Biasanya pemindahan pengetahuan

membatik tulis berlangsung antara ibu dengan anak-anak perempuannya di

rumahnya masing-masing. Ketika si ibu membatik kain di rumah atau menjadi

anggota kelompok dari pembatik juragan kecil dan bukan bekerja di pabrik, anak-

anak perempuan si ibu akan dibekali pengetahuan membatik melalui proses nerusi

terus menerus. Harapannya, keterampilan membatik tersebut akan memberi

dampak ekonomi saat anak-anak ini beranjak dewasa ataupun sudah berkeluarga.

Kesimpulan

Dari penelitian kualitatif yang dilakukan pada sentra batik di Desa Wisata Kliwonan

Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Jawa Tengah peneliti dapat menyimpulkan

bahwa terjadi proses pemindahan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous

knowledge) yaitu proses pembuatan batik tulis dari generasi tua ke generasi yang lebih

muda. Proses pemindahan pengetahuan itu kini terancam ketika penerima pengetahuan

tidak mau menerima pemindahan tersebut karena menganggap pekerjaan membatik

dicitrakan sebagai pekerjaan rendah, kotor, dan hasilnya tidak seberapa bila

dibandingkan pekerjaan sebagai pekerja pabrik. Proses pemindahan pengetahuan

tersebut melalui komunikasi antarmanusia menggunakan bahasa Jawa dan dalam

komunikasi non-formal. Pemindahan pengetahuan membatik dilakukan di rumah

melalui pola SECI dan near transfer dari pembatik generasi tua (ibu) ke anak-anak

perempuannya (pembatik muda). Ketika terjadi pemindahan pengetahuan, pembatik

Page 22: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

93

generasi muda dapat melakukan proses interpretasi terhadap pengetahuan yang

dipindahkan. Mereka dapat melakukan pelbagai modifikasi terhadap teknik-teknik

penggunaan canting seperti isen-isen untuk motif-motif inovatif yang diinginkan

konsumen masa kini. Isen-isen ini tetap pada koridor motif dasar sehingga meskipun

motif dasarnya sama, hasil kain batik yang dibuat oleh dua orang dapat berbeda karena

interpretasi terhadap isen-isen tersebut.

Daftar Acuan

Creswell, John W (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Memilih Di Antara

Lima Pendekatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dalinah. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara.

Koleksi pribadi.

Desa Wisata Kliwonan Merekam Kearifan Lokal Lewat Seutas Batik. Diakses pada

tanggal 1 November 2015. http://www.sragenkab.go.id/home.php?menu=104.

Devito, Joseph A(1997). Human Communication. New York : Harper Collins

Dixon, Nancy M. (2000). Common Knowledge How Companies Thrive by Sharing

What They Know Boston : Harvard Business School Press

Fornahl, Dirk, Christian Zellner, David B. Audretsch (2005). The Role of Labor

Mobility and Informal Networks for Knowledge Transfer. Boston : Springer

Indonesia. Kementerian Perdagangan (2008), Handbook of Commodity Profile :

Indonesian Batik : A Cultural Beauty

IFLA (2008). Role of libraries in promoting the dissemination and documentation of

indigenous agricultural information: Case Study of Zimbabwe

Jonjoubsong, Lanthom (2010) Indigenous Knowledge Transfer : A Case of Indigenous

Vegetable Knowledge. Journal Trend Research in Science and Technology 2(1),

85-91

King, William (2008). Knowledge Transfer. In Jennex, Murray E, (Ed) Knowledge

Management : Concept, Methodologies, Tools, and Application. (vol. 1, pp.123-

129) Hershey : Information Science Reference.

Masango, A (2010). Indigenous traditional knowledge protection: prospects in South

Africa’s intellectual property framework? dalam SA Journal Libs & Info Sci

2010, 76(1)

Nonaka, I. & Takeuchi, H. (1995). The Knowledge- Creating Company: How Japanese

Companies Create the Dynamics Innovation New York: Oxford University

Press.

Nining. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara.

Koleksi pribadi.

Nuryanti, Wiendu (1993). Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari

Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta

: Gadjah Mada University Press

Ratmi. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara.

Koleksi pribadi.

Shaari, Nazlina (2015). Indigenous Knowledge Creativity in Batik Cultural Product

based on Kansei. International Conference on Social Sciences and Humanities

Bali 5-6 Mei 2015

Page 23: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

94

Sugiarti, Rara (2011). Regenerasi Seniman Batik di Era Industri Kreatif untuk

Mendorong Pengembangan Pariwisata Budaya pada Jurnal Ilmiah

Pariwisata,17(2),102-120

Sumarsono. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara.

Koleksi pribadi.

Sumiyah. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara.

Koleksi pribadi.

Page 24: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

95

PERPUSTAKAAN PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI

STANDARDISASI (PUSIDO) BADAN STANDAR NASIONAL (BSN)

DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO

9001:2008

Ikhsan Dwitama Putera

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok,

16425

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada Perpustakaan Pusat

Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) di Badan Standarisasi Nasional (BSN). Proses

implementasi itu mengikuti tatanan yang terdapat pada klausul ISO 9001:2008. Tujuan penelitian ini

untuk memberikan gambaran tentang proses implementasi yang dilakukan oleh staf layanan PUSIDO.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data

berupa observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi pada

Perpustakaan Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) di Badan Standarisasi Nasional

(BSN) mengikuti klausul yang terdapat pada ISO 9001:2008 dan membentuk keteraturan dalam aktivitas

pekerjaan. Staf layanan perpustakaan memiliki pedoman dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari

menggunakan Sistem Manajemen Mutu dengan standar internasional untuk merekam kegiatan kerja

mereka secara akuntabel.

Kata kunci: Perpustakaan Khusus. Sistem Manajemen Mutu, ISO 9001:2008

ABSTRACT This research discusses the implementation of Quality Management System ISO 9001: 2008 at the

Library of the Center for Information and Documentation of Standardization (PUSIDO) in the Badan

Standarisasi Negara (BSN). The implementation process follow the clauses in ISO 9001:2008. This study

aims to provide an overview of the implementation process performed by the staff of library service.

Observation and interviews are used as data collection techniques. The results show that the process of

implementation ISO 9001:2008 in Library of the Center for Information and Documentation of

Standardization (PUSIDO) in the Badan Standarisasi Negara (BSN) is in line with the clauses in ISO

9001: 2008 and creates order in the working activities . The staff have a reference in doing library services

refering to the Quality Management System which link to international standards - in order all of their

work will be accountable and well recorded.

Keywords : Special Library, Quality Management System, ISO 9001:2008

Page 25: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

96

Pendahuluan

Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang didirikan untuk

mendukung visi dan misi lembaga-lembaga khusus dan berfungsi sebagai pusat

informasi, terutama yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan. Biasanya

perpustakaan ini berada di bawah badan, institusi, lembaga atau organisasi bisnis,

industri, ilmiah, pemerintah, dan pendidikan misal perguruan tinggi, perusahaan,

departemen, asosiasi profesi, instansi pemerintah dan lain sebagainya.

Perpustakaan khusus sebagai pusat informasi harus memiliki manajemen yang

baik untuk mencapai tujuannya. Karena dengan manajemen yang baik akan membuat

seluruh aktifitas lembaga mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan, sehingga seluruh elemen dalam lembaga tersebut akan berusaha

memfungsikan diri sesuai dengan ketentuan lembaga.

Adapun manajemen yang baik harus memiliki suatu landasan sebagai pengawas

dan pengontrol dalam kegiatannya. Karena jika landasan tersebut semakin kuat, maka

sistem manajemen mutu yang dibangun oleh perpustakaan semakin kokoh.

Terdapat beberapa Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang cukup popular,

beberapa diantaranya adalah ISO 9001, Six Sigma, TQM, dan S5. Namun SMM yang

paling populer adalah ISO 9001 karena untuk saat ini hanya SMM ISO 9001-lah yang

sudah memiliki sertifikasi. Standar ini dapat diterapkan pada semua jenis dan ukuran

perusahaan atau organisasidan bersifat sangat umum sehingga dapat diterapkan pada

perpustakaan. ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang berarti sama. ISO 9001

merupakan standar internasional yang mengatur tentang sistem manajemen mutu

(SMM) atau dalam bahasa inggris disebut Quality Management System (QMS). Dalam

sistem manajemen mutu ISO 9001 terdapat standard operating procedure (SOP),

instruksi kerja (work instruction), tujuan dan sasaran mutu (quality objective), dan juga

program mutu (quality program). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ISO

9001: 2008, yaitu sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008.

Dari penelusuran yang peneliti lakukan, peneliti menemukan sejumlah

perpustakaan yang sudah memiliki sertifikat ISO 9001:2008. Beberapa diantarannya

adalah:

Perpustakaan Tahun Sertifikasi ISO 9001:2008

Perpustakaan Universitas Jember 2009

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma 2009

Perpustakaan Universitas Padjadjaran

(UNPAD)

2009

Perpustakaan Universitas Islam Indonesia

(UII)

2009

Perpustakaan Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI)

2009

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada

(UGM)

2010

Peneliti memilih Perpustakaan Badan Standarisasi Nasional (BSN) sebagai

tempat penelitian karena BSN sebagai lembaga yang membuat dan mengatur tentang

standar-standar nasional dan internasional tentunya sangat memahami tentang

implementasi ISO. Selain itu, peniliti memilih BSN karena tntunya sudah mmiliki

sertifikat ISO 9001:2008, termasuk pada bagian PUSIDO (Pusat Informasi Standarisasi

Page 26: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

97

dan Dokumentasi). Namun tidak semua kegiatan dalam PUSIDO sudah berkontribusi

dalam sertifikasi ini. Salah satu kegiatan yang sudah memiliki kontribusi dalam

sertifikasi ISO 9001:2008, atau bisa disebut juga kegiatan pada unit kerja PUSIDO yang

sudah mengikuti aturan-aturan SMM ISO 9001:2008 adalah kegiatan pelayanan pada

perpustakaan yang akan difokuskan dalam penelitian ini.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Bagaimana proses impleementasi ISO 9001:2008 dalam layanan Perpustakaan

PUSIDO BSN?

Masalah ini dapat diurai menjadi:

1. Bagaimana peran PUSIDO BSN terhadap ISO 9001:2008?

2. Mengapa SMM ISO 9001:2008 perlu diimplementasikan di Perpustakaan

PUSIDO BSN?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan proses implementasi SMM ISO 9001:2008 pada Perpustakaan

PUSIDO BSN.

2. Mengetahui sikap dan tanggapan pustakawan dalam implementasi SMM ISO

9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN.

3. Mengetahui manfaat implementasi SMM ISO 9001:2008 terhadap

Perpustakaan PUSIDO BSN.

Tinjauan Teeoritis

Perpustakaan khusus

Sebelum peneliti menerangkan lebih lanjut tentang pengertian perpustakaan

khusus peneliti akan terangkan sedikit pandangan tentang perpustakaan secara

umum. Dalam Undang Undang No.43 Bab I Pasal “Perpustakaan adalah institusi

pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional

dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,

pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”. Menurut Hasugian (2009 :

74), timbulnya berbagai bentuk perpustakaan disebabkan oleh berbagai faktor yakni

:

1. Koleksi atau bahan perpustakaan

2. Masyarakat / pengguna yang dilayaninya

3. Instansi dimana perpustakaan itu berada

Maka dengan adanya berbagai faktor tersebut timbul berbagai jenis

perpustakaan,yang salah satu diantaranya ialah perpustakaan khusus. Berikut ini

merupakan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi perpustakaan khusus.

Menurut Hasugian (2009 : 81) “Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang

diselenggarakan oleh lembaga atau instansi negara, pemerintah, pemerintah daerah

ataupun lembaga atau instansi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi

pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan”.

Menurut Sutarno NS (2000 : 39) “Perpustakaan Khusus adalah tempat penelitian

dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan

Page 27: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

98

sumber daya manusia / pegawai ”. Menurut P Sumardji (1999 : 16) “Perpustakaan

khusus merupakan perpustakaan dengan koleksinya yang bersifat khusus, yang

digunakan sebagai sarana penunjang mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat

khusus (lingkungan khusus) dalam bidang tertentu”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus merupakan salah satu

penyebar informasi di lingkungan instansi atau organisasi yang menaunginya dan

memiliki fungsi penting bagi para penggunanya untuk mendapatkan informasi

yang relevan sesuai dengan instansi atau organisasi yang bersangkutan. Oleh

karena itu perpustakaan khusus harus benar - benar melaksanakan fungisnya tersebut

demi tercapainya kesesuaian antara tujuan instansi atau organisasi dengan fungsi

perpustakaan.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

ISO berasal dari kata yunani ISOS yang berarti sama, kata ISO bukan diambil

dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam mengira ISO

berasal dari International Standard of Organization, sama sekali bukan.

ISO 9000 dikeluarkan oleh Internasional Organisation for Standardization

(ISO), badan swasta intemasional untuk standarisasi, yang berkedudukan di Jenewa,

Swiss. Secara organisatoris disebutkan bahwa tujuan badan ini

adalahmengembangkan standarisasi dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan

untuk memudahkan pertukaran barang dan jasa serta mengembangkan kerja sama

dalam suasana yang bersifat intelek, saintifik, teknologis, dan ekonomis. Di dalam

badan ISO terdapat sejumlah panitia teknis (technical comitte, disingkat ТC) yang

bertugas membuat standarisasi yang kelak diterapkan oleh setiap negara anggota.

Salah satu panitia teknis tersebut disebut TC 176 yang bertugas untukmenyerasikan

berbagai sistem mutu di dunia. TC 176 inilah yang kemudianmelahirkan ISO 9000

pada bulan Maret 1987.

TC 176 menetapkan siklus peninjauan guna menjamin bahwa standar-standar

ISO9000 akan menjadi uр to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap

standar 1S0 9000 telah dilakukan pada tahun 1994, 2000, dan 2008. Rudi Suardi

(2003: 34) mengungkapkan bahwa perubahan secara signifikan terjadi pada 1SO 9001

:2000 karena terjadi penggantian 20 elemen standar menjadi 4 elemenstandar yaitu

tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, manajemen proses dan

pengukuran, analisis dan peningkatan. Terbitnya 1S0 9001 versi 2008 tidak

memunculkan persyaratan baru dan tidak ada perubahan yang signifikan pada versi

ini. Revisi yang dilakukan adalah untuk mempertegas pernyataan-pemyataan dalam

standar yang dianggap perlu untuk dijelaskan. ISO 9001 :2008 diadopsi oleh BSN

(Вadan Standar Nasional) menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 9001:2008.

IS0 9001:2008 juga merupakan Sistem Manajemen Mutu untuk mengarahkan dan

mengontrol organisasi berkaitan dengan mutu. Menurut Buntje Harbunangin dan P.R.

Harahap (1995: 27) bahwa, "ISO 9001 merupakan model untuk jaminan mutu dalam

desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan". Seri standar 1SO 9001 ini

digunakan untuk mendokumentasikan, menerapkan (mengimplementasikan), dan

mendemonstrasikan sistem jaminan mutu.

Menurut Vincent Gaspersz (2001:283) bahwa: "Definisi ISO 9000 adalah suatu

standar intemasional untuk sistem manajemen kualitas. Standar ISO 9000 untuk sistem

Page 28: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

99

manajemen kualitas adalah struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur-prosedur,

proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan manajemen kualitas".

Dari bеbеrара pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen

mutu ISO 9001:2008 merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar

untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan

produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana

kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh

pelanggan dan organisasi.

Implementasi SMM ISO 9001:2008

ISO 9001:2008 akan lebih menjadi berarti apabila tidak hanya dipelajari namun

diterapkan dalam kegiatan operasi sebuah lembaga. Implementasi SMM sebenarnya

sederhana. Yang dibutuhkan hanya kesediaan dan tekad untuk melaksanakannya.

Dalam hal ini ISO 9001:2008 dapat membantu organisasi, termasuk perpustakaan

untuk menerapkan manajemen mutu.

Penerapan ISO 9001:2008 melibatkan lima tahap umum yang dilalui, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang utama adalah keputusan dan komitmen manajemen puncak.

Manajemen puncak harus memastikan ketersediaan sumberdaya untuk keseluruhan

proses penerapan sistem manajemen mutu, meliputi: dana, waktu dan personil.

Selanjutnya dibentuk tim inti yang terdiri dari wakil-wakil setiap unit kerja di dalam

organisasi. Tim ini dipimpin oleh seseorang yang disebut sebagai wakil manajemen

yang ditunjuk oleh manajemen puncak.

Pada tahap selanjutnya, wakil manajemen bertanggung jawab memastikan bahwa

sistem manajemen mutu perusahaan dijalankan, dipertahankan dan ditingkatkan secara

berkesinambungan. Pada tahap persiapan biasanyadiputuskan apakah perusahaan akan

menggunakan jasa konsultan mutu atau melakukan proses selanjutnya secara mandiri.

Ada beberapa pelatihan yang wajib diikuti. Pelatihan ini biasanya diberikan oleh

kobnsultan mutu apabila perusahaan menggunakan jasa konsultan.

Alternatif lain, perusahaan dapat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh

lembaga pelatihan, meliputi:

Pengenalan ISO 9001:2008 diikuti oleh seluruh unit kerja dan tim inti.

Pemahaman persyaratan ISO 9001:2008 minimal diikuti oleh tim inti dan

calon-calon auditor mutu internal perusahaan.

Dokumentasi SMM minimal diikuti oleh tim inti.

Audit internal SMM minimal untuk penanggungjawab mutu.

2. Tahap Dokumentasi

Pada tahap ini tim inti bekerja menyusun dokumen sistem mutu perusahaan, yang

meliputi: kebijakan mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, prosedur, instruksi kerja dan

rencana mutu. Wakil manajemen memegang peran peran penting dalam

mengkoordinir tim inti dan meninjau seluruh dokumen tersebut sebelum disahkan oleh

pimpinan puncak perusahaan.

3. Tahap Implementasi

Dokumen yang sudah disahkan pimpinan puncak didistribusikan kepada unitkerja

terkait. Seluruh unit kerja wajib melaksanakan secara konsisten. Pendistribusian

dokumen kepada unit-unit kerja sebaiknya dilakukan dengan diiringi pelatihan

Page 29: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

100

penggunaan prosedur. Pada tahap ini biasanya akan timbul masukan-masukan

sehingga perlu diterbitkan revisi kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Hal ini wajar

karena memang selayaknya terus menerus dicari sistem yang paling efektif untuk

perusahaan. Pada tahap ini pimpinan puncak melakukan pula kampanye mengenai

mutu dan melaksanakan pelatihan kesadaran tentang mutu bagi karyawan agar mereka

memahami dan mau melaksanakan pekerjaan masing-masing sesuai sistemyang sudah

digariskan dalam prosedur. Karena pada penerapan ISO 9001:2008 perlu bukti-bukti

maka bisanya perusahaan akan membenahi sistem pengarsipan dokumen.

4. Tahap Pra-sertifikasi

Pada tahap ini perusahaan membentuk tim audit mutu internal dan melakukan audit

mutu internal. Kegiatan ini merupakan persyaratan untuk memastikan bahwa sistem

yang dibuat perusahaan dilaksanaan dan bahwa sistem itu efektif. Setelah itu

dilaksanakan rapat yaang disebut Rapat Tinjauan Manajemen. Rapat ini dipimpin

langsung oleh pimpinanpuncak. Wakil Manajemen bertindak sebagai notulis. Peserta

rapat adalah pimpinan setiap unit kerja. Agenda rapat meliputi: hasil audit mutu,

umpan balik pelanggan, kinerja proses dan produk, tindakan perbaikan dan

pencegahan serta rekomendasi untuk peningkatan.

5. Tahap Sertifikasi

Pada tahap ini dipilih lembaga sertifikasi sistem mutu yang akan menerbitkan

sertifikat bagi perusahaan. Adapun tahapan yang harus dilalui untuk penerbitan

sertifikat adalah:

Audit kecukupan dokumen

Pra-audit (bila diperlukan)

Audit lapangan

Pada tahap audit kecukupan dokumen, auditor lembaga sertifikasi memeriksa

kelengkapan dokumen sistem mutu sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008. Lewat

tahap ini, auditor memastikan ketersediaan dokumen persyaratan ISO 9001:2008.

Untuk memastikan kecukupan dokumen dan kesiapan perusahaan, lembaga sertifikasi

dapat melakukan pemeriksaan di lapangan.

Bila diperlukan, perusahaan dapat mengajukan pra-audit yang dilaksanaan

melalui wawancara, mengamati pekerjaan yang sedang berlangsung, dan meninjau

dokumentasi pekerjaan yang telah berlalu. Sebenarnya, pra-audit tidak diwajibkan

namun akan sangat membantu organisasi sebagai langkah persiapan untuk

menjalaniaudit kesesuaian.

Tahap audit lapangan tidak ubahnya seperti pra-audit, hanya pada tahap ini

auditor memberikan penilaian kelayakan untuk penerbitan sertifikat. Jika organisasi

dinyatakan telah memenuhi persyaratan ISO 9001:2008, maka berhak mendapat

sertifikat ISO 9001:2008 yang biasanya berlaku selama tiga tahun. Dalam waktu tiga

tahun itu, minimum sekali dalam satu tahun dilaksanakan surveillance audit oleh

lembaga sertifikasi untuk memastikan bahwa perusahaan tetap mempertahankan

sistem manajemen mutunya dan bahkanmelakukan peningkatan sebagaimana

disyaratkan dalam ISO 9001:2008.

Metode Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan

penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Page 30: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

101

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah

yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

karena peneliti ingin menggambarkan mengenai implementasi standar manajemen

mutu ISO 9001:2008 pada PUSIDO BSN terutama pada bagian pelayanan

perpustakaan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan

dokumentasi. Pada awalnya peneliti mengunjungi kantor BSN yang terletak di Jalan

M.H. Thamrin No. 8, Kebon Sirih, Gedung I BPPT, Kec. Menteng, Jakarta Pusat, DKI

Jakarta 10340 pada tanggal 30 April 2015. Peneliti meminta izin kepada bagian

administrasi BSN di lantai 10 dan memulai langkah observasi terhadap perpustakaan

PUSIDO BSN untuk melihat kegiatan yang berlangsung disana dan mencari bahan

terkait tema penelitian. Empat hari kemudian, pada tanggal 4 Mei 2015 peneliti datang

lagi ke kantor BSN dengan sudah mendapatkan izin meneliti di Peerpustakaan PUSIDO

BSN. Awalnya peneliti mewawancarai seorang responden yang dikenal oleh peneliti

untuk mengetahui struktur organisasi dan siapa saja yang bertanggung jawab dan

terkait mengenai implementasi SMM SMM ISO 9001:2008 di PUSIDO BSN.

Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan 6 nama responden yang memenuhi

kriteria yang ditetapkan peneliti. Lalu peneliti mulai mewawancarai responden-

responden tersebut pada hari itu juga (4 Mei 2015) sekaligus mengamati dan memeriksa

apakah hasil wawancara sesuai dengan kegiatan yang dilakukan para staf dan

pustakawan. Karena beberapa responden berhalangan hadir, peneliti membuat janji

pada Rabu, 6 Mei 2015 kepada 2 responden yang berhalangan hadir itu. Lalu pada hari

Rabu, 6 Mei 2015 peneliti kembali mendatangi PUSIDO BSN untuk mewawancarai

responden yang belum diwawancarai pada dua hari sebelumnya. Setelah mendapatkan

data hasil wawancara, peneliti meminta izin lalu memeriksa dan meminta dokumen-

dokumen terkait proses implementasi SMM ISO 9001:2008 di PUSIDO BSN.

Informan

Dari kriteria yang telah ditentukan, maka dipilihlah 6 responden yang

memenuhi kriteria tersebut, yaitu:

No. Jabatan

1 Kepala PUSIDO BSN

2 Wakil Bidang Dokumentasi

Dan Perpustakaan PUSIDO

3 Wakil bidang Sistem Jaringan

dan Teknologi Informasi

PUSIDO

4 Staff bidang Dokumentasi

5 Staff perpustakaan bagian

pelayanan

6 Staff perpustakaan bagian

Page 31: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

102

pelayanan

Analisis Data

Hasil dari wawancara yang berupa rekaman dicatat oleh peneliti dalam bentuk

transkrip wawancara dengan bagan yang berisi pertanyaan penelitian, jawaban

responden, serta interpretasi peneliti terhadap jawaban responden. Sedangkan hasil

observasi dan dokumentasi dibuat catatan dan peneliti memilah dan memilih dokumen

dan data yang sesuai dengan klausul-klausul pada SMM ISO 9001:200 dan

menampilkan tema-tema dalam penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Penyelenggaraan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi

dilakukan oleh BSN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000

tentang Standardisasi Nasional.

Dalam menjalankan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan

standardisasi nasional, BSN berada dalam koordinasi Kementerian Riset dan

Teknologi. Seiring dengan perkembangan standardisasi dan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta terkait dengan visi BSN menjadi lembaga terpercaya dalam

mengembangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk meningkatkan daya saing

perekonomian nasional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BSN perlu merumuskan strategi internal yang bisa mengakselerasi capaian visi.

PUSIDO atau Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi mempunyai

tugas pokok melaksanakan penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi

program dan penyusunan rencana di bidang informasi dan dokumentasi standardisasi.

Untuk merealisasikan tugas pokok tersebut maka PUSIDO salah satu kegiatannya

adalah melakukan pelayanan masyarakat (publik) dalam hal pemenuhan kebutuhan

informasi standardisasi, khususnya SNI. Layanan tersebut umumnya dalam hal

penyediaan informasi standar dapat dilakukan dengan dua bentuk dokumen seperti

dokumen tercetak dan dokumen elektronik.

Sistem Manajemen Mutu PUSIDO BSN

PUSIDO sebagai bagian dari BSN memiliki dokumen-dokumen mengenai

kegiatan pekerjaan para staf mereka sebagai pedoman untuk mereka dalam melakukan

aktivitas kerja mereka sehari-hari. Pedoman ini juga sudah sesuai dengan klausul yang

terdapat dalam SMM ISO 9001:2008.

Berikut dokumen-dokumen tersebut:

1. Pedoman Mutu

Dokumen ini memuat komitmen dan kebijakan BSN berkaitan dengan penerapan

Sistem manajemen mutu guna mencapai kepuasan pelanggan/stakeholder.

Pedoman ini juga mengidentifikasi tanggungjawab pimpinan dan personel,

sistem dokumentasi yang terkait serta proses kerja yang diperlukan untuk

mencapai sasaran.

2. Prosedur

Dokumen ini menguraikan elemen sistem untuk menerapkan kebijakan BSN

sebagaimana pedoman mutu dan menguraikan kegiatan yang dilakukan,

tanggung jawab personel , serta dokumentasi atau rekaman yang disyaratkan.

3. Instruksi Kerja

Page 32: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

103

Dokumen ini menerangkan bagaimana seseorang melaksanakan tugas. IK dibuat

sesuai dengan kebutuhan.

4. Formulir

Dokumen ini diperlukan untuk merekam pelaksanaan dari suatu aktivitas

kegiatan sistem manajemen mutu.

5. Dokumen Pendukung .

Semua dokumen yang digunakan atau diacu untuk mendukung pelaksanaan

tugas. Dokumen pendukung termasuk standar, regulasi dan peraturan

perundang-undangan terkait, serta keputusan dan kebijakan internal yang

ditetapkan BSN.

BSN memiliki Sistem Manajemen Mutu, karena BSN sudah memiliki dokumen-

dokumen pendukung kiegiatan kerja mereka. Perpustakaan yang merupakan bagian

dari PUSIDO BSN juga sudah memiliki dokumen tersebut sebagai penunjang kegiatan

para staf mereka.

Staf perpustakaan sudah terbiasa bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah

terstruktur salah satunya adalah tersedianya Instruksi Kerja dan formulir yang harus

diisi saat mereka melakukan pekerjaannya.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

BSN memilih ISO 9001:2008 sebagai Sistem Manajemen Mutunya adalah

dikarenakan ISO 9001:2008 adalah satu-satunya SMM di Indonesia yang memiliki

sertifikasi. Sedangkan SMM lainnya seperti TQM, Six Sigma dan S5 belum ada

sertifikasinya di Indonesia.

Secara langsung para responden mengatakan bahwa PUSIDO BSN sudah

menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Proses ini dimulai ketika pada

BSN menerapkan SMM ini pada tahun 2012. Proses ini dilakukan secara bertahap, oleh

karena itu tidak semua unit kerja dan kegiatan pada BSN sudah mengimlementasikan

SMM ini.

Pada tahun 2012 BSN merencanakan perluasan ruang lingkup untuk implementasi

SMM ISO 9001:2008, salah satunya adalah PUSIDO. Program ini baru direalisasikan

pada tahun 2013. Pada tahun 2014, PUSIDO dan bidang lainnya mendapatkan serifikat

ISO 9001:2008.

BSN sudah layak disebut sebagai lembaga yang memiliki manajemen mutu yang

berstandar internasional karena sudah bersertifikat ISO 9001:2008 yang merupakan

bagian dari ISO 9000.

Tahapan Implementasi ISO 9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN

1. Tahap Persiapan

Setelah sumberdaya yang dibutuhkan (dana, waktu dan personil) sudah

memenuhi kriteria untuk proses implementasi ISO 9001:2008. Maka BSN menunjuk

seorang Wakil Manajemen atau Management Representative (MR). Sebagai pelaksana

pimpinan ad-hoc yang bertugas sebagai perantara antara pimpinan dan bawahan baik

itu dari atas kebawah, maupun dari bawah keatas dalam penanganan hal yang terkait

dengan SMM pada BSN. MR yang terpilih bertugas memastikan bahwa sistem

manajemen mutu perusahaan dijalankan, dipertahankan dan ditingkatkan secara

berkesinambungan.

Berikutnya diadakan pelatihan untuk pengimplementasian SMM ISO

9001:2008 yang dilakukan secara mandiri oleh pihak BSN tanpa menggunakan jasa

Page 33: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

104

konsultan dari pihak ketiga. Hal ini wajar mengingat BSN sebagai lembaga yang

memang kegiatan sehari-harinya berhubungan dengan standarisasi, BSN tidak perlu

repot-repot mengirim tim-nya untuk mengadakan pelatihan oleh pihak ketiga. Hal ini

dikarenakan didalam internal BSN sendiri sudah banyak orang yang memahami

mengenai proses implementasi SMM. BSN hanya melakukan pelatihan mandiri, yang

secara resmi hanya dilaksanakan selama 1 hari.

2. Tahap Dokumentasi

Setelah tahap pertama, yaitu penunjukan wakil manajemen dan tim inti serta

pelatihan, selanjutnya tim inti bekerja menyusun dokumen sistem mutu perusahaan

yang dikoordinir oleh wakil manajemen. BSN sendiri sudah malakukan tahapan ini

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BSN menyiapkan atau membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan sebagai

salah satu alat untuk memenuhi persyaratan SMM ISO 9001:2008. Dokumen-dokumen

tersebut ada yang berbentuk konvensional ada yang berbentuk digital dan sudah peneliti

lihat sendiri kebenarannya. Dokumen tersebut juga sudah dibuat berdasarkan klausul-

klausul yang berlaku pada ISO 9001:2008.

3. Tahap Implementasi

Tahapan ini adalah dimana dokumen-dokumen yang dihasilkan dari tahap

sebelumnya kemudian di distribusikan kepada tiap unit kerja yang bersangkutan agar

nantinya dapat ditemukan hal-hal yang kurang maupun masalah-masalah yang

ditemukan pada saat pengimplementasian. PUSIDO BSN sudah juga melakukan hal

demikian demi terlaksananya implementasi dengan baik. Dokumen didistribusikan

yang kemudian akan dilaksanakan dan diberi masukan oleh pegawai dan staf terkait

yang kemudian dokumen tersebut akan direvisi sesuai dengan masukan yang ada.

4. Tahap Pra-sertifikasi

BSN sudah menjalani tahap pra-sertifikasi dengan semestinya. Dimana

dilakukan audit internal secara berkala kepada unit kerja terkait, dalam hal ini

perpustakaan PUSIDO BSN. Setelah audit juga dilakukan tinjauan manajemen dimana

akan dibahas hasil temuan dari audit tersebut. Lalu pada akhirnya akan dilakukan

perbaikan sesuai dengan temuan yang ada dan nanti di rekomendasikan ke wakil

manajemen.

5. Tahap Sertifikasi

Pada tahap ini dipilih lembaga sertifikasi sistem mutu yang akan menerbitkan

sertifikat bagi BSN, pemilihan lembaga sertifikat akan dilakukan oleh MR. Saat ini

lembaga sertifikasi yang dipilih oleh BSN adalah dari PT. Sucofindo yang dipercaya

sebagai pemberi sertifikat SMM ISO 9001:2008 kepada BSN yang akan memastikan

ketersediaan dokumen persyaratan ISO 9001:2008 pada BSN.

Untuk mempertahankan sertifikatnya, PUSIDO BSN melalui proses

surveillance audit yang ini dilakukan 3 tahun sekali oleh lembaga sertifikasi yang

terkait.

Tanggapan Pustakawan dan Staf Perpustakaan Terhadap Implementasi ISO

9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN

Implementasi SMM di suatu lembaga tentunya akan mempengaruhi para

pegawai pada lembaga terkait. Implementasi ini tentunya bertujuan kearah yang lebih

Page 34: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

105

baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa implementasi SMM akan menambah

beban terhadap karyawan di lembaga tersebut karena adanya peraturan-peraturan baru

berbentuk SOP dan Instruksi Kerja yang harus dipatuhi para karyawan. Namun tidak

demikian dengan Implementasi SMM ISO 9001:2008 di Perpustakaan BSN PUSIDO.

Para staf perpustakaan justru malah terbantu dan mensyukuri adanya implementasi ini

karena dapat mempermudah pekerjaan dan memperjelas alur kerja terutama dengan

adanya formulir yang lengkap dimana nanti akan digunakan sebagai laporan harian

sampai tahunan.

Staf dan pustakawan sangat menerima keberadaan implementasi SMM ini.

Karena dengan adanya proses implementasi ini, dihasilkanlah produk-produk yang

berupa Prosedur Kerja, Instruksi Kerja, Form Lembar Kerja, dan sebagainya yang

membuat mereka lebih memahami dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik

dan teratur.

Implementasi SMM ISO 9001:2008 pada Pelayanan Perpustakaan PUSIDO BSN

Menurut Lasa (2000:42) “Pelayanan pengguna adalah mencakup semua kegiatan

pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan, pengguna koleksi

perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pengguna

perpustakaan”. Pelayanan perpustakaan di perpustakaan PUSIDO BSN bertujuan untuk

membantu pemakai yang ada di perpustakaan dan melayani kebutuhan para pemakai

semaksimal mungkin, karena layanan perpustakaan baru terasa manfaatnya bila

informasi yang diberikan sesuai bermanfaat untuk kebutuhan pemakai.

Sulistyo-Basuki (2004:38) mengatakan salah satu ciri perpustakaan khusus

adalah dimana pelayanannya lebih mengutamakan pengguna dari organisasi induk

karena tujuan utama dibentuknya perpustakaan adalah untuk melayani pengguna dari

organisasi induknya, walaupun tidak tertutup bagi pengguna lainnya. Terlebih

dalam era informasi dan globalisasi dewasa ini, perpustakaan khusus juga harus

memberikan pelayanan kepada masyarakat umum. Sering terjadi pengguna

perpustakaan khusus lebih banyak dari lingkungan luar organisasi induk- nya,

seperti mahasiswa dan pengajar, dibandingkan dengan pengguna sasaran utamanya.

Perpustakaan PUSIDO BSN memberikan layanan perpustakaan pada umumnya, yaitu

sirkulasi, layanan referensi/rujukan, dan layanan ruang baca. Namun di perpustakaan

PUSIDO BSN terdapat layanan yang dapat digunakan oleh masyarakat umum, yaitu

layanan yang melayani diseminasi standar-standar baik nasional maupun internasional.

PUSIDO BSN memiliki Layanan Penjualan Standar yang tertulis pada Instruksi

Kerja. Layanan Penjualan Standar SNI disediakan melalui dua cara yaitu: (1) Pengguna

datang sendiri kePerpustakaan BSN; dan (2) Permintaan pengguna yang disampaikan

melalui internet (e‐mail). Seluruh pendapatan dari pelayanan reproduksi/penjualan

standar ini seluruhnya kembali pada kas negara.

Layanan ini juga di lakukan oleh staf perpustakaan dan ruangan yang sama dengan

perpustakaan PUSIDO BSN. Pada pelaksanaanya, staf perpustakaan merasa terbebani

dengan adanya layanan ini, karena memang layanan inilah yang paling diandalkan oleh

PUSIDO selaku unit yang membawahi perpustakaan BSN. Layanan reproduksi

dokumen standar ini memiliki user yang berasal dari masyarakat umum dan terbuka

untuk siapapun.

Layanan yang ada di perpustakaan PUSIDO BSN sudah diimplementasikan SMM

ISO 9001:2008pada sub-klausul nomor 7.5 tentang produksi dan penyediaan

pelayanan. Sesuai dengan yang tertuang dalam klausul nomor 7 pada SMM ISO

9001:2008 tentang realisasi produk. Klausul ini menyatakan bahwa organisasi harus

Page 35: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

106

menjamin bahwa proses realisasi produk berada di bawah pengendalian agar memenuhi

persyaratan produk. Perpustakaan PUSIDO BSN sudah sesuai dengan klausul nomor 7

ini karena semua proses atau kegiatan pelayanan yang ada pada perpustakaan sudah

dalam pengendalian yang jelas, yaitu dengan adanya dokumen-dokumen yang

mengatur tentang kegiatan-kegiatannya. Dengan demikian, pelayanan dalam

perpustaakan PUSIDO BSN sudah mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008

dengan baik karena berpedoman pada klausul yang ditetapkan oleh ISO 9001:2008 itu

sendiri.

Sedangkan untuk layanan lainnya, melalui pengamatan di perpustakaan PUSIDO

BSN, peneliti menemukan bahwa mereka telah melaksanakan SMM ISO 9001:2008.

Peneliti mengamati Layanan Sirkulasi dan Layanan Penjualan Standar untuk

membuktikan apakah Instruksi Kerja dan SOP yang merupakan dokumen dari

implementasi ISO 9001:2008 telah dilakukan.

Tahapan Pelaksanaan SMM pada Layanan Perpustakaan PUSIDO

Semua orang yang memasuki ruangan perpustakaan yang terletak di lantai

mezanine gedung BPPT 1 ditanyakan apa keperluannya dan dipersilahkan mengisi

buku tamu, setelah itu dipersilahkan masuk. Layanan sirkulasi adalah layanan

peminjaman dan pengembalian buku yang dikhususkan hanya untuk karyawan BSN.

Setelah mengisi buku tamu, pemustaka mencari buku yang ingin dipinjamnya.

Seharusnya pemustaka bisa mencari melalui komputer yang disediakan oleh PUSDO

BSN sebgai katalog online. Namun karena kantor BSN yang belum lama pindah ke

tempat yang sekarang, yaitu sejak Februari 2015, pemustaka hanya dapat mencari

langsung pada rak buku. Setelah menemukan buku yang dicari, pemustaka

menyerahkan bukunya ke bagian sirkulasi. Pada bagian sirkulasi, pemustaka harus

mengisi form peminjaman dimana setelah itu pustakawan mengisi tanggal

pengembalian di form (F.PUSIDO 5.0.3) tersebut dan pada lembar tanggal

pengembalian yang terdapat pada buku.

Pada layanan Penjualan Standar petugas terlebih dulu mengecek form

permintaan dokumen F.PUSIDO 5.0.4 yang di disposisi oleh KASUBID layanan

perpustakaan tentang bukti pembayaran dokumen yang dipesan oleh pengguna. Setelah

itu petugas melihat dokumen apa yang di minta, jika dokumen SNI, petugas memeriksa

pada server repository layanan melalui komputer mengenai ketersediaannya dalam

bentuk fisik pada repository standar PUSIDO. Jika belum ada bentuk fisiknya namun

tersedia file digitalnya, maka petugas meminta staf alih media untuk mencetak

dokumen digital tersebut. Namun jika dokumen yang diminta tidak tersedia dalam

bentuk fisik ataupun digital, maka petugas mencarinya pada website ISO, IEC dan

ASTM baru kemudian di alih mediakan oleh staf alih media. Setelah dokumen standar

yang diminta tersedia atau sudah di alih media dari bentuk digital, petugas memastikan

apakah dokumennya sesuai dengan yang diminta oleh pengguna atau belum. Jika sudah,

petugas menyerahkan dokumen tersebut kepada pengguna.

Menurut Hasugian (2009:82), perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang

hanya menyediakan koleksi khusus yang berkaitan dengan misi dan tujuan dari

organisasi atau lembaga yang memilikinya dan biasanya hanya memberikan pelayanan

yang khusus hanya kepada staf organisasi atau lembaganya saja. Sedangkan visi BSN

adalah “menjadi lembaga terpercaya dalam mengembangkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Walaupun perpustakaan PUSIDO

BSN digunakan oleh masyarakat umum sebagai tempat untuk konsultasi dan pembelian

Page 36: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

107

standar, namun perpustakaan PUSIDO harus mendukung visi dan misi BSN, salah

satunya adalah dengan melayani penjualan standar pada perpustakaan PUSIDO dengan

baik. Walaupun karyawan dan staf merasa terbebani dengan adanya layanan penjualan

produk standar ini, namun mereka harus tetap melakukan pelayanan tersebut dengan

baik dalam rangka mendukung BSN untuk mencapai visi dan misinya.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka penelitian “Perpustakaan Pusat

Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) Badan Standarisasi Nasional

(BSN) Dalam Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008” dapat

disimpulkan bahwa implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dapat

memperbaiki kinerja para pegawai dan stafnya, karena prosedur tahapan

implementasinya sudah sesuai dengan klausul yang ada pada ISO 9001:2008. SMM ini

juga digunakan sebagai sarana dalam mendukung visi & misi BSN.

Selain itu, implementasi ISO 9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN juga

sudah sesuai dengan klausul—klausul yang terdapat pada ISO 9001:2008 itu sendiri,

karena para pegawai dan staf memiliki tanggapan yang positif terhadap impelementasi

SMM ini. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh beberapa kegiatan, misalnya bagaimana

para pegawai memanfaatkan dokumen-dokumen yang tercipta dalam proses

implementasi SMM ini dengan maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Para

pegawai dan staf juga mengakui secara lisan tentang hal ini dalam wawancara dan

sudah dibahas pada bab sebelumnya. Dengan pemanfaatan yang maksimal, para

pegawai dan staf dapat melakukan pekerjaannya sehari-hari dengan efektif.

Manfaat yang paling dirasakan pegawai BSN, dalam hal ini pegawai PUSIDO BSN

adalah tentang pemanfaatan dokumen dari implementasi SMM yang sudah disebutkan

diatas. Namun disamping itu, sesuai dengan yang dibahas pada bab iv bahwa sebelum

BSN mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 ini, banyak pekerjaan-pekerjaan

yang sudah dikerjakan tapi tidak dapat diketahui sejauh mana pekerjaan tersebut

beerpengaruh dalam pencapaian visi dan misi BSN. Dengan adanya implementasi

SMM ini, kini pihak manajemen dapat mengetahui bagaimana pencapaian kerja dan

masalah-masalah mengenai pekerjaan para pegawai dan stafnya melalui form isian dan

audit dalam implementasi SMM ini. Audit akan lebih mudah oleh adanya form isian

tentang bagaimana pegawai melakukan pekerjaannya, disitu dapat dietahui kendala dan

hal yang sudah tepat dilakukan oleh BSN. Dari hasil temuan akan dibahas perbaikan-

perbaikan melalui Tinjauan Manajemen yang dilakukan secara berkala. Semua proses

tersebut adalah merupakan bagian dari manfaat implementasi ISO 9001:2008 yang

telah dilakukan oleh BSN. Baik dari pegawai maupun petinggi BSN dapat merasakan

adanya kemudahan dalam mencapai visi dan misi mereka.

Ditengah pemanfaatan produk implementasinya yang sesuai denga klausul ISO

90012008, masalahnya justru terletak pada beberapa pegawai yang tidak mengindahi

aturan-aturan yang berlaku. Seperti adanya tahapan yang dilewati saat mengerjakan

sesuatu ataupun sulitnya koordinasi antar tim inti yang merupakan wakil dari tiap unit

dalam perihal implementasi SMM ini.

Page 37: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

108

Saran

Peneliti memberikan saran terkait dengan Implementasi Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2008 dalam bidang pelayan Perpustakaan di Pusat Informasi dan

Dokumentasi Standardisasi Badan Standar Nasional, antara lain:

1. Agar implementasi di BSN tetap berjalan, maka sebaiknya pihak manajemen

menerapkan aturan punishment dan reward kepada para pegawai ataupun staf dalam

melaksanakan kegiatannnya sesuai dengan alur kerja yang telah ditentukan. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi pegawai atau staf yang kadang tidang mengindahi

prosedur yang telah ditetapkan BSN.

2. Pihak perwakilan dari tiap bidang dalam lembaga BSN dalam hal SMM harus

mengadakan program secara berkala tentang pentingnya awareness mengenai

implementasi ISO 9001:2008 ini dengan cara memberikan selebaran ataupun

melakukan pengumuman tentang fungsi-fungsi dan tujuan dari implementasi ISO

9001:2008 kepada pegawai dan staf agar mereka tetap semangat bekerja sesuai

dengan hal-hal aturan-aturan yang berlaku pada SMM ISO 9001:2008.

3. Dengan adanya keluhan dari pegawai dan staf mengenai beban kerja pada

perpustakaan PUSIDO BSN, maka perlu dibuat sistem manajemen khusus atau meja

yang terpisah antara Pelayanan Penjualan Standar dan pelayanan peminjaman

perpustakaan secara umum. Dan perlu juga ditambah staf terkait hal ini agar tidak

terlalu membebani staf yang memegang kedua pekerjaan ini (peminjaman dan

penjualan) sekaligus.

Daftar Acuan

Cahyono, G. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 (Study Analisis

Tentang Kualitas Pelayanan Pada PT. Bank Syariah andiri Cabang Pembantu

Sidoarjo), Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan

Ampel Surabaya. Diakses pada tanggal 20 April 2015.

http://digilib.uinsby.ac.id/1459/5/Bab%202.pdf

Charimah, R. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi Program Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diakses pada

tanggal 26 April 2015. http://digilib.uinsuka.ac.id/id/eprint/5891

Chu, Pin-Yu & Wang, Hsuan-Jung. Benefits, Critical Process Factors, and Optimum

Strategies of Successful ISO 9000 Implementation in the Public Sector: An

Empirical Examination of Public Sector Services in Taiwan. Diakses pada tanggal

15 Mei 2015. http://remote-lib.ui.ac.id:2059/stable/3381172

Gaspersz, Vincent. (2001). Metode analisis untuk peningkatan kualitas. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman implementasi program SIX SIGMA terintegrasi

dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

Gaspersz, Vincent. (2001). Total Quality Management (TQM). Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama,

Hasugian, Jonner. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU

Press,

Kantor, Paul B. & Saracevic, Tefko. Valuing Special Libraries and Information

Services. Diakses pada tanggal 16 Mei 2015.

http://comminfo.rutgers.edu/~kantor/SLA/PBKAug19.PDF

Khoiril Akhiroh. Persepsi pengguna terhadap kualitas pelayanan sirkulasi di UPT

Perpustakaan Instiper Yogyakarta. Diakses pada tanggal 01 Mei 2015.

Page 38: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

109

http://digilib.uin-

suka.ac.id/1664/1/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Lasa, H. S. (2000). Jenis-jenis pelayanan Informasi untuk perpustakaan. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Levine, David I. & Toffel, Michael W. Quality Management and Job Quality: How the

ISO 9001 Standard for Quality. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/09-018.pdf

Management Systems Affects Employees and Employers

Martoatmodjo, Karmidi. (1998). Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta:

Universitas Terbuka,

Nasution, Zulkifli. Kumpulan Standarisasi dan sertifikat ISO (file pdf). Diakses pada

20 April 2015. http://zulkiflinasution.blogspot.com/p/download.html

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sulistyo-Basuki. (2004). Pengantar Dokumentasi. Bandung : Rekayasa Sains.

Sulistyo-Basuki. (1994). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.

Page 39: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

110

- Halaman Dikosongkan -

Page 40: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

111

MENGETAHUI PERKEMBANGAN ORGANISASI LITBANG

KEANTARIKSAAN MELALUI ARSIP

Sudiyanto

Arsiparis LAPAN

E-mail : [email protected]

Abstrak Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang didirikan pada tahun 1963 merupakan

satu-satunya lembaga yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan

kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Dalam usianya ke 52 tahun, organisasi LAPAN telah banyak

berkembang seiring dengan peningkatan peran dan fungsi yang diembannya. Perkembangan organisasi

tersebut dapat diketahui melalui arsip dan dokumen sebagai sumber utama kajian ini.

Kajian ini untuk mendeskripsikan perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri sampai sekarang.

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa organisasi LAPAN telah berkembang secara signifikan.

Perkembangan terakhir, LAPAN melaksanakan empat bidang kompetensi besar yang meliputi : sains

antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa, serta kajian kebijakan

penerbangan dan antariksa.

Kata kunci : perkembangan organisasi, litbang keantariksaan, arsip, LAPAN.

Abstract Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN), established in 1963 is the only

organization that performs the government duties in the field of aerospace research and

development and utilization. In the age of 52 years, LAPAN organization has evolved along with

the increase of the role and functions assigned. The development of said organization can be found

through the archives and documents as the primary source of this study.

This study is to describe the development of LAPAN organization since its establishment until

now. The results of this study indicate that LAPAN organization has grown significantly. Recent

development, LAPAN implements four fields of great competence which include: space and

atmospheric science, remote sensing, aviation and space technology, and policy studies of flight

and space.

Keywords: organizational development, research and development of space, archives, LAPAN.

1. Pendahuluan

Latar Belakang

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) merupakan satu-satunya

lembaga yang melaksanakan tugas pemerintah di bidang penelitian dan pengembangan

(Litbang) kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Kedudukan LAPAN adalah sebagai

Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di bawah dan bertanggung jawab

Page 41: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

112

kepada Presiden melalui Menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset

dan teknologi.

LAPAN berdiri sejak tahun 1963. Kini, dalam usianya yang ke 52LAPAN telah

berperan dalam bidang kedirgantaraan. Telah banyak yang dipersembahkan oleh

lembaga ini yang membawa kemajuan bagi bangsa dan bahkan mengharumkan nama

Indonesia di kanca dunia. Sumbangan karya LAPAN dirasakan semakin menonjol

disejumlah bidang seperti untuk kepentingan komunikasi, transportasi, kebutuhan

dunia usaha, eksplorasi sumber daya mineral geologi, pertanian, pertahanan dan

keamanan, serta mitigasi bencana alam.

Dalam perjalanan dan perjuangan mengemban amanat untuk melaksanakan Litbang

keantariksaan, LAPAN telah berkembang menjadi lembaga yang besar sesuai dengan

peran yang dipercayakan pemerintah. Organisasi LAPANyang pada awal

pendiriannyamerupakan organisasi yang simpel kini telah menjadi organisasi besar

setingkat LPNK.

Perjalanan perkembangan organisasi keantariksaan di atas dapat diketahui melalui arsip

atau dokumen yang dikelola oleh lembaga tersebut. Karena salah satu fungsi arsip

adalah sebagai sumber informasi dan bahan sejarah masa lampau. Arsip merupakan

bagian penting dari sejarah, karena fakta-fakta sejarah terangkai dalam arsip. Arsip

sebagai primary sources (sumber utama) menjadi bukti tertulis tentang masa lampau.

Rumusan Masalah

LAPAN, sebagai satu-satunya lembaga Litbang keantariksaan di Indonesia, pada

tanggal 27 Nopember 2015 genap berusia 52 tahun. Usia 52 tahun bukanlah usia yang

pendek. Dinamika perkembangan organisasi sudah pasti terjadi. Suatu hal yang

mustahil bila dalam kurun waktu 52 tahun organisasi tidak berkembang. Terlebih lagi

suatu lembaga pemerintah. Perkembangan organisasi LAPAN dalam kurun waktu

tersebut terekam dalam arsip sebagai sumber informasi, sejarah dan bukti

pertanggungjawaban.

Untuk mengetahui perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri hingga sekarang,

maka permasalahan dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “bagaimana

perkembangan organisasi Litbang keantariksaan sejak berdiri hingga

sekarang?”.

Untuk menjawab pertanyaan dalam permasalahan di atas, digunakan kajian literatur

dengan menganalisis dan mendeskripsikan arsip dan dokumen yang berkaitan dengan

judul kajian ini.

Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan

organisasi LAPAN melalui arsip sebagai sumber utama. Dengan berkembangnya

organisasi kemudian dapat diketahui bagaimana perkembangan peran dan fungsi

LAPAN dalam melaksanakan litbang keantariksaan.

2. Kerangka Teori

Arsip

Menurut The Liang Gie (2000 : 20) arsip adalah kumpulan warkat yang disimpan secara

teratur, berencana dan mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat

cepat ditemukan kembali. Sedangkan Undang Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang

Kearsipan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2012 tentang Pelaksanaan

Undang Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan, menjelaskan bahwa yang

Page 42: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

113

dimaksud dengan arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk

dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan,

perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam

pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan

atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media yang dibuat dan diterima oleh lembaga

negara yang disimpan secara teratur, berencana dan mempunyai kegunaan dalam

pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Arsip Sebagai Sumber Penulisan Sejarah

Peran arsip sebagai sumber sejarah tidak diragukan. Kunci untuk memasuki wilayah

sejarah ialah sumber-sumber seperti legenda, folklor, prasasti, monumen hingga

dokumen-dokumen, surat kabar, dan surat-surat. Semua itu merupakan rekaman

aktivitas manusia. Segala sumber sejarah itu tidak akan sampai dari generasi satu ke

generasi berikutnya kalau tidak ada kesadaran pengelolaan sumber atau tidak ada

kesadaran arsip yang dimiliki. Oleh sebab itu keberadaan arsip sebagai salah satu

sumber sejarah sebenarnya sejak awal masa penciptaannya sudah bisa diproyeksikan

untuk berbagai kepentingan termasuk dalam rangka rekonstruksi sejarah.

Sementara itu Serdamayanti (2003 : 104) menjelaskan nilai guna arsip dapat

dibedakan atas :

1. Nilai guna primer adalah nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan bagi

penciptaan arsip itu sendiri, meliputi :

a. Nilai guna administrasi, dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan

prosedur yang mensyaratkan untuk menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan yang berlaku pada suatu organisasi;

b. Nilai guna keuangan, apabila arsip tersebut berisikan segala sesuatu

transaksi dan pertanggungjawaban keuangan;

c. Nilai guna hukum, mengandung pengertian bahwa arsip tersebut

memberikan informasi-informasi yang dapat dipergunakan

sebagai bahan pembuktian dibidang hukum;

d. Nilai guna ilmiah dan teknologi, arsip yang mengandung data ilmiah

dan teknologi sebagai hasil dari penelitian terapan.

2. Nilai guna sekunder adalah nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan bagi

kepentingan lembaga pencipta atau kepentingan umum diluar pencipta arsip

dan berguna sebagai bahan bukti dan pertanggungjawaban, meliputi :

a. Nilai guna kebuktian, arsip yang mengandung fakta dan keterangan

yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana suatu

instansi diciptakan, dikembangkan, diatasi, fungsi, dan tugasnya serta

hasil atau akibat dari tugas kegiatannya itu;

b. Nilai guna informasional, arsip yang bernilai guna informasional

adalah arsip yang mengandung berbagai kepentingan bagi penelitian

dan sejarah.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa arsip dan dokumen mempunyai

peran penting dalam penulisan sejarah masa lalu yang dapat pula dijadikan sumber

informasi untuk mendeskripsikan perkembangan suatu organisasi.

Page 43: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

114

Organisasi

Drs. Malayu S.P.Hasibuan (2010) mengatakan organisasi ialah suatu sistem

perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja

sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi merupakan alat dan wadah.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Mr. Prajudi Atmosudirdjo (1990), organisasi adalah

struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang

pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai

tujuan tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sebagai sebuah

sistem yang terdiri dari sekelompok orang yang terstruktur dalam rangka mewujudkan

tujuan tertentu. Merujuk pada definisi arsip, dimana arsip merupakan rekaman kegiatan

atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media yang dibuat dan diterima oleh lembaga

negara, maka arsip tercipta dari kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama dalam

mencapai tujuan. Kaitannya dengan tulisan ini maka arsip-arsip yang tercipta dari

kegiatan LAPAN yang terkait dengan judul kajian ini digunakan sebagai sumber

rujukan.

LAPAN

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015,Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang membidangi

urusan riset dan teknologi. Tugas LAPAN adalahmelaksanakan tugas pemerintahan di

bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta

penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam mengemban tugas di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi :

1. penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains

antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan

penginderaan jauh serta pemanfaatannya;

2. pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer,

teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta

pemanfaatannya;

3. penyelenggaraan keantariksaan;

4. pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;

5. pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh

unit organisasi di lingkungan LAPAN;

6. pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;

7. pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;

8. pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan

antariksa;

9. pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan

10. penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan

pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan

antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya.

Kompetensi utama LAPAN adalah Litbang dan pemanfaatan sains antariksa dan

atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa, dan kajian

kebijakan penerbangan dan antariksa.

Page 44: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

115

Lingkup Kajian

Seperti telah disinggung di atas bahwa satu-satunya institusi yang melaksanakan tugas

Litbang keantariksaan di Indonesia adalah LAPAN. Oleh karenanya lingkup kajian ini

dibatasi hanya mendeskripsikan perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri sampai

sekarang.

3. Metodologi Kajian

Kajian ini menggunakan metode penelitian sejarah dibantu dengan metode deskriptif

dan studi pustaka. Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan

untuk melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya (Sugeng Priyadi,

2012). Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif untuk menghasilkan

sejarah yang benar. Metode deskriptif menurut Hamid Darmadi (2013 : 186) adalah

"merupakan metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek

sesuai dengan apa adanya". Sedangkan studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka untuk memperoleh data

penelitian (Mestika Zed : 2008).

Ketersediaan data dan informasi dari literatur atau kepustakaan berupa Undang

Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, Keputusan Kepala LAPAN,

Peraturan Kepala LAPAN, dan dokumen lainnya digunakan untuk menganalisis,

mendeskripsikan dan menginterpretasikan kajian ini.

4. Pembahasan dan Analisis

Awal Berdirinya LAPAN

Era tahun 1960-an merupakan era dimulainya perhatian Indonesia terhadap

pengembangan teknologi kedirgantaraan. Hal tersebut ditandai dengan kunjungan

Presiden Soekarno ke Kremlin, Moscow, Uni Soviet pada Juni 1961 dalam rangka

menjajaki kerja sama di bidang keantariksaan.

Sementara itu, di dalam negeri Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sejak

tahun 1960 juga sudah dilengkapi dengan Roket SA-75. Departemen Angkatan Udara

R.I. (AURI) telah memiliki satuan Skadron Rudal. Departemen Angkatan Laut R.I.

(ALRI) telah memiliki Sekolah Roket dan Peluru Kendali ALRI dan telah mendesain

tiga buah roket untuk pertahanan.

Di kalangan akademisi, Perkumpulan Roket Mahasiswa Indonesia (PRMI) Universitas

Gadjah Mada (UGM) pada 24 Agustus 1963 sukses meluncurkan empat roket

bertingkat diberinama Gama-1, Gama-2, Gama-3 dan Gama-4 dari Pantai Sanden,

Bantul, Yogyakarta. Kesuksesan tersebut disaksikan oleh Rektor UGM kala itu Prof.

Herman Johannes, Menpangau (Menteri Panglima Angkatan Udara) Omar Dhani,

Menteri Riset Prof. Dr. Soedjono Djuned Poesponegoro, dan para mahasiswa yang

tergabung dalam PRMI.

Berdasarkan pertimbangan pentingnya pengembangan teknologi antariksa, baik di

dalam maupun di luar negeri, yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan

bangsa dan negara serta keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman,

maka Presiden Soekarno secara resmi mendirikan Lembaga Penerbangan dan Angkasa

Luar Nasional (LAPAN) pada tanggal 27 Nopember 1963, melalui Keputusan Presiden

(Keppres) Nomor 236 Tahun 1963. Tanggal 27 Nopember kini ditetapkan sebagai hari

jadi LAPAN.

Page 45: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

116

Gambar 1 : Arsip tentang Pembentukan LAPAN berupa Keputusan Presiden Nomor

236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angka Luar Nasional (LAPAN)

Perkembangan Organisasi LAPAN

LAPAN yang pada awal berdirinya bernama Lembaga Penerbangan dan Angka Luar

Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963, lima tahun kemudian

yaitu pada tahun 1968 berubah nomenklaturnya menjadi Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional. Perubahan istilah tersebut tertuang dalam Keputusan Dewan

Penerbangan dan Angkasaluar Nasional Republik Indonesia (Depanri) Nomor 5/1968.

Perubahan tersebut bukan hanya sebatas pada nomenklatur, namun semua istilah

“Angkasa Luar” diubah menjadi “Antariksa”.

Pada awal berdirinya LAPAN mempunyai tugas yang amat luas, yaitu tidak hanya

sebagai lembaga nasional yang melaksanakan litbang penerbangan dan angkasa luar

tetapi juga melakukan pembinaan kekuatan udara dan angkasa luar nasional.Oleh

karenanya dapat dimaklumi, dengan melakukan pembinaan udara nasional, maka

LAPAN pada waktu itu meskipun merupakan instansi sipil tetapi banyak diisi oleh

personil-personil TNI khususnya Angkatan Udara. Tercatat 6 perwira tinggi berpangkat

Marsekal Muda dan Marsekal Madya telah menjadi Ketua LAPAN sejak LAPAN

berdiri pada tahun 1963 sampai dengan 1991.

Dari arsip dapat diketahui bahwa meskipun tugasnya amat luas, namun pada awal

berdirinya stuktur organisasinya masih sederhana atau simpel. Pada Keppres

pendiriannya hanya dijelaskan bahwa LAPAN dipimpin oleh Direktur Jenderal (Dirjen)

dan dibantu oleh 4 Wakil Dirjen. Kemudian pada tahun 1968 diubah menjadi

LAPANdipimpin oleh Ketua yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sebuah

Badan Pertimbangan yang terdiri dari Panitia Astronautika dan Depanri.

Page 46: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

117

Gambar 2 : Struktur Organisasi LAPAN Pada Awal Berdirinya, sesuai dengan

Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan

Angkasa Luar Nasional (LAPAN)

Pada tahun 1974 melalui Keppres Nomor 18 Tahun 1974, organisasi LAPANmulai

berkembang.Sejak saat itu kedudukan LAPANsecara tegas disebutkan sebagai

Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), sebutan tersebut sekarang menjadi

Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).Pada era ini struktur organisasi

LAPANterdiri dari : a). Ketua; b). Wakil Ketua; c). Sekretariat; d). Pusat Pemanfaatan

Antariksa (Pusfatsa); e). Pusat Teknologi Dirgantara (Pustekgan); f). Pusat Riset

Dirgantara (Pusrigan); dan g). Pusat Studi Dirgantara (Pusdigan). Jumlah eselonisasi

terdiri atas eselon I = 2, eselon II = 5, eselon III = 22, dan eselon IV = 30.

Bila dilihat dari tugas masing-masing kepusatan maka LAPAN pada era ini difokuskan

untuk melaksanakan pemanfaatan antariksa untuk mendukung pembangunan nasional.

Karena dari empat unit teknis eselon II tiga diantaranya tertulis jelas sebagai pendukung

salah satu unit, yaitu Pustekgan, Pusrigan, dan Pusdigan sebagai penunjang kegiatan-

kegiatan pemanfaatan antariksa.

Kurang lebih pada usianya yang ke 25 tahun, tepatnya pada tahun 1988, melalui

Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 organisasi LAPAN berkembang lagi secara

signifikan. Indikator yang paling nampak adalah jumlah eselonisasi meningkat menjadi

dua kali lipat dari organisasi sebelumnya. Sehingga menjadi eselon I (Ketua dan

Deputi) = 4, eselon II (Pusat dan Biro) = 10, eselon III (Bidang, Bagian, dan Stasiun) =

41, dan eselon IV (Seksi, Unit, Stasiun, dan Sub Bagian) = 68.Susunan organisasi

LAPAN terdiri dari : a). Ketua; b). Sekretariat; c). Deputi Bidang Penginderaan Jauh;

d). Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Dirgantara; dan e). Deputi Bidang

Penelitian Media Dirgantara dan Pembinaan Sarana Ilmiah. Pertimbangan

pengembangan organisasi LAPAN pada masa ini dimaksudkan untuk menjawab

tantangan dan peluang ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara serta penerapannya

dalam berbagai bidang kebutuhan dan kepentingan umat manusia, yang dapat

dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa dan negara Indonesia.

Dalam bidang penginderaan jauh, LAPAN diserahi tugas untuk menjadi bank data

penginderaan jauh nasional. Bidang teknologi dirgantara difokuskan pada Litbang roket

dan satelit. Indonesia bercita-cita mempunyai satelit yang dibuat oleh bangsa sendiri

Page 47: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

118

serta diluncurkan oleh roket buatan sendiri juga. Oleh karenanya Litbang roket

diarahkan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Selain kegiatan tersebut organisasi

pada era ini juga melaksanakan Litbang atmosfer, ionosfer, dan matahari.

Pada tahun 1994 melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1994, LAPAN

mendapat limpahan tugas dari Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional

(DEPANRI). DEPANRI yang semula merupakan lembaga tersendiri di luar LAPAN,

sejak saat itu tugas pokok dan fungsinya diintegrasikan ke LAPAN. Sehingga segala

sesuatu yang menyangkut aset dan pegawai DEPANRI diintegrasikan ke LAPAN.

Tahun 1994 juga terjadi peningkatan eselonisasi Sekretariat. Organisasi Sekretariat

yang semula setingkat eselon II ditingkatkan menjadi eselon I sehingga menjadi Deputi

Bidang Administrasi yang selanjutnya pada tahun 1998 melalui Keputusan Presiden

Nomor 136 Tahun 1998 sebutan Deputi Bidang Administrasi diubah menjadi

Sekretariat Utama sampai saat ini. Peningkatan kesekretariatan diperlukan untuk

mendukung fungsi-fungsi teknis yang telah berkembang lebih dulu. Pada tahun 1998

juga terjadi peningkatan eselonisasi dari fungsi pengawasan internal yang semula

dilaksanakan unit kerja setingkat eselon IV ditingkatkan menjadi Inspektorat setingkat

eselon II. Peningkatan fungsi pengawasan internal tersebut merupakan komitmen

pemerintah untuk melakukan pengawasan pelaksanakan kegiatan di lingkungan

LAPAN.

Perkembangan yang paling akhir dari organisasi LAPAN adalah dengan

dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015. Perpres tersebut merupakan

pelaksanaan dari Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, yang

memberikan peran yang lebih besar kepada LAPAN sebagai satu-satunya lembaga

yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan

kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan. Organisasi

LAPAN yang terakhir ini terdapat peningkatan peran untuk melakukan pengkajian

kebijakan penerbangan dan antariksaserta teknologi informasi dan standarisasi

penerbangan dan antariksa. Bila dibandingkan dengan organisasi sebelumnya jumlah

eselonisasinya menurun sehingga organisasinya lebih ramping. Namun fungsinya

diperbesar. Miskin struktur kaya fungsi. Organisasi ini menempatkan jabatan struktural

dan fungsional sama petingnya. Hal ini merupakan salah satu buah dari program

Reformasi Birokrasi (RB) dilaksanakan oleh LAPAN.

Page 48: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

119

Gambar 3 : Struktur Organisasi LAPANsaat ini sesuai dengan Peraturan Presiden

Nomor 49 Tahun 2015

Kompetensi LAPAN

Untuk melaksanakan tugas yang diamanatkan pemerintah sebagai lembaga penelitian

dan pengembangan di bidang penerbangan dan antariksa, LAPAN telah menetapkan

visi “Terwujudnya Kemandirian dalam Iptek Penerbangan dan Antariksa untuk

Meningkatkan Kehidupan Bangsa”. Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang

ditetapkan meliputilima hal, yaitu : 1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan,

penguasaan dan pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan; 2. Memperkuat

dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan data

penginderaan jauh; 3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan

pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer; 4. Mengembangkan kajian kebijakan

penerbangan dan antariksa nasional; dan 5. Mengembangkan sistem manajemen

kelembagaan.

Dalam perjalanan usia LAPAN seiring dengan perkembangan organisasi terakhir,

LAPAN memiliki empat kompetensi dalam pelaksanaan tugas. Menurut Kepala

LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin

(http://LAPAN.go.id/index.php/subblog/read/2015/1231/Kerja-Sama-Penting-untuk-

Realisasikan-Kompetensi/931 : 18 Februari 2015), empat kompetensi tersebut adalah :

sains antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan

antariksa,serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa.

Page 49: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

120

a. Sains Antariksa dan Atmosfer

Kompetensi sains antariksa dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pengamatan

cuaca antariksa yang meliputi pengamatan aktivitas matahari, kondisi lapisan ionosfer,

kondisi magnet bumi, dan pemantauan benda jatuh antariksa.

Sedangkan kompetensi sains atmosfer yang dilaksanakan oleh LAPAN adalah dengan

meningkatkan kinerja sistem informasi berbasis satelit dengan memantau Satellite

Early Warning System (Sadewa). Sadewa merupakan sistem informasi peringatan dini

bencana yang dikembangkan berbasis teknologi satelit. Perangkat ini dapat mendeteksi

satu jam sebelum bencana terjadi. Saat cuaca ekstrim alat ini akan memberikan laporan

terkait kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

Gambar 4 : Arsip foto gerhana matahari dan brosur tentang gerhana matahari, salah satu

Litbang LAPAN

Penginderaan Jauh

Page 50: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

121

Penelitian dan pengembangan penginderaan jauh bertujuan untuk mendukung

implementasi Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. UU

tersebut mengamanatkan pada LAPANuntuk menyediakan data penginderaan jauh

berlisensi Pemerintah Indonesiabagi seluruh Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan

Pemerintah Daerah. Selain itu LAPAN juga dipercaya sebagai Bank Data Penginderaan

Jauh Nasional (BDPJN).

Untuk memberikan layanan informasi geospasial pemanfaatan penginderaan jauh

(Geofatja) yang dapat diakses dan digunakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat

umum, LAPAN juga membangun Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN).

Gambar 5 : Arsip citra penginderaan jauh LAPAN pada tanggap darurat bencana erupsi

Gunung Soputan

Teknologi Penerbangan dan Antariksa

Kompetensi di bidang teknologi pernerbangan dan antariksa melakukan litbang

teknologi roket, teknologi satelit, dan teknologi pernerbangan. Litbang dan rancang

bangun peroketan diarahkan untuk mewujudkan keinginan besar sebagai Roket

Pengorbit Satelit (RPS). RPS tersebut sebagai wahana antariksa yang mampu

membawa dan menempatkan satelit di orbit. Oleh karenanya litbang peroketan

diarahkan untuk terus meningkatkan kemampuan daya jangkau roket.

Litbang teknologi satelit diarahkan untuk membangun kemandirian nasional dalam

teknologi satelit. LAPAN telah berhasil merancang bangun satelit bekerjasama dengan

Technical University of Berlin (TU Berlin) yang diberi nama satelit LAPAN-TUBSat.

Satelit tersebut telah berada di orbit sejak 10 Januari 2007 diluncurkan dengan roket

milik India dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India. LAPAN-TUBSat merupakan

satelit surveillance yang digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi

bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, dll.Kemudian pada 3 September

Page 51: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

122

2015 satelit LAPAN A-2, yang merupakan satelit karya anak bangsa, diluncurkan

dengan roket milik India dari tempat yang sama pada peluncuran satelit LAPAN-

TUBSat. Satelit LAPAN A-2 mengemban fungsi untuk melakukan pelacakan

pergerakan kapal dan peralatan radio amatir.

Litbang teknologi penerbangan merupakan litbang yang baru dimulai lagi sekitar tahun

2010 setelah sempat berhenti karena kebijakan pemerintah. Kompetensi teknologi

penerbangan diarahkan untuk melakukan litbang pesawat tanpa awak dan pesawat

berawak.

Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa

Kompetensi kajian kebijakan penerbangan dan antariksa melakukan kajian yang terkait

dengan aspek teknis dan sosio-ekonomi untuk pengembangan dan pendayagunaan

iptek, isu strategis dan aktual, aspek Poleksosbudhankam, aspek yuridis, serta aspek

teknologi informasi dan komunikasi bidang kedirgantaraan.

Prestasi terakhir kompetensi ini adalah dengan disahkannya Undang Undang Nomor 21

Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Berdasarkan arsip Laporan Tahunan 2013

diketahui tidak mudah dan harus melalui proses panjang untuk menjadikan Indonesia

memiliki regulasi yang menjamin kegiatan keantariksaan nasional dan bermanfaat bagi

kesejahteraan masyarakat. Untuk melahirkan UU Keantariksaan butuh waktu 11 tahun

hingga akhirnya pada 9 Juli 2013 DPR menyatakan setuju mengesahkan RUU menjadi

UU.

Dengan adanya UU Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, LAPAN bisa

mengakomodir semua program dan kegiatan keantariksaan. UU ini mengatur secara

detail semua kegiatan di bidang sains keantariksaan, penginderaan jauh, penguasaan

teknologi antariksa, peluncuran roket, pembuaatan satelit, hingga komersialisasi

keantariksaan.

Gambar 4 : Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, merupakan

payung hukum yang memperkuat kedudukan, peran, dan fungsi LAPAN

Page 52: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

123

5. Kesimpulan

Untuk mengetahui perkembangan organisasi berarti kita harus melihat ke belakang, ke

masa lampau, perubahan apa saja sudah pernah terjadi. Peristiwa di masa lampau dapat

diketahui melalui arsip sebagai sumber tertulis berdasarkan fakta-fakta informasi yang

terkandung di dalamnya. Dengan adanya arsip kita dapat merekonstruksi peristiwa-

peristiwa yang telah terjadi.

Perkembangan organisasi LAPAN dipengaruhi oleh perkembangan peran yang

dilaksanakan. Empat kompetensi LAPAN menunjukkan peran strategis sebagai

lembaga Litbang keantariksaan.

Daftar Acuan

Buku-buku

Djamaluddin, Thomas, Kerja Sama Penting untuk Realisasikan Kompetensi. Diakses

pada tanggal 1 April 2015.

http://LAPAN.go.id/index.php/subblog/read/2015/1231/Kerja-Sama-Penting-

untuk-Realisasikan-Kompetensi/931.

Fungsi Arsip Dalam Sejarah. Diakses pada tanggal 9 April 2015.

https://sejahar.wordpress.com/2012/11/08/fungsi-arsip-dalam-sejarah/.

Hamid, Darmadi (2013). Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial :

Konsep Dasar dan Implementasi (Cetakan Kesatu). Bandung : Alfa Beta.

Hasibuan, Malayu S.P (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (2013). 50 Tahun LAPAN Berkarya

Untuk Bangsa. Jakarta : Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat LAPAN.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (2014). Laporan Tahunan 2013. Jakarta

: Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat LAPAN.

Mestika Zed (2008). Metode Penelitian Kepustakaan (Edisi Kedua). Jakarta : Yayasan

Obor Indonesia.

Prajudi Atmosudirdjo (1990). Dasar Dasar Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Priyadi, Sugeng (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Sejarah. Ombak.

Sedarnayanti (2003). Tata Kearsipan Memanfaatkan Teknologi Modern (Cetakan III).

Bandung : Mandar Maju.

The Liang Gie (2000). Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Yogyakarta Liberty.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang Undang 43

Tahun 2009 tentang Kearsipan.

Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan

Angkasaluar Nasional.

Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1974 tentang Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional.

Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 tentang Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional.

Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Keputusan

Presiden Nomor 33 Tahun 1988 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional.

Page 53: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

124

Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1998 tentang Pokok-Pokok Organisasi

Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan

Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Kementerian.

Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional.

Keputusan Dewan Penerbangan dan Angkasaluar Nasional Republik Indonesia

(Depanri) Nomor 5/1968 tentang Perubahan Istilah dan Struktur Organisasi

LAPAN.

Page 54: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

125

REPRESENTASI FUNGSI PERPUSTAKAAN UMUM DALAM

NOVEL LIBRI DI LUCA KARYA MIKKEL BIRKEGAARD

Surya Rangga

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok,

16425, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak Skripsi ini membahas mengenai representasi perpustakaan umum dan fungsi perpustakaan umum yang

terdapat dalam novel Libri di Luca. Novel tersebut adalah novel yang diterbitkan oleh PT Serambi Ilmu

Semesta yang diterjemahkan oleh Tiina Nunnally dari edisi asli berbahasa Denmark. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotik Roland Barthes. Analisis sintagmatik

menunjukkan hubungan antar cerita secara kronologis dan juga secara logis, sedangkan analisis paradigmatik

menunjukkan bagaimana hubungan antara sifat para tokoh dengan cara mereka dalam memilih tempat atau

latar terjadinya suatu peristiwa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel Libri di Luca

merepresentasikan fungsi perpustakaan umum dalam tiga tempat, yaitu perpustakaan umum Osterbro,

Krystalgade, dan Bibliotheca Alexandrina. Ketiga perpustakaan tersebut merepresentasikan perpustakaan

umum yang memiliki fungsi rekreasi, informasi dan tempat pertemuan.

REPRESENTATION OF THE FUNCTION OF PUBLIC LIBRARIES IN THE

NOVEL LIBRI DI LUCA BY MIKKEL BIRKEGAARD

Abstract This thesis discusses the representation of a public library and it’s function found in the novel Libri di Luca.

Libri di Luca is published by PT Serambi Ilmu Semesta and translated by Tiina Nunnally from Denmark to

Indonesian. This research uses qualitative approach with Roland Barthes’s semiotic research method. The

syntagmatic analysis showed the relationship between story in chronology and logically, whereas the

paradigmatic analysis showed how the relationship between the characteristics of the characters and how

they choose the place where some act happens. The result of this research indicates that Libri di Luca

represent the function of public library in three places, which is Osterbro, Krystalgade, and Bibliotheca

Alexandrina public library. The three public library represent public library having recreation, information

and meeting places function.

Keywords : representation; public library function; novel

Page 55: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

126

Pendahuluan

Sebagai lembaga yang melayani masyarakat luas, perpustakaan umum memiliki

berbagai fungsi yang dijalankan untuk memaksimalkan penggunaan perpustakaan umum

oleh masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat melalui makna-makna yang

direpresentasikan ke dalam teks atau adegan yang sesuai dalam suatu literatur. Salah satu

bentuk literatur yang dapat merepresentasikan fungsi perpustakaan yaitu novel. Novel

adalah sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh-tokoh dan

perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata di masa sekarang maupun di masa

lampau, dan yang digambarkan dalam satu plot yang cukup kompleks (Hawtorn, 1985: 1).

Representasi fungsi perpustakaan umum dalam novel perlu untuk diteliti agar dapat

memahami hal yang digambarkan sebagai perwakilan dari keadaan yang sebenarnya dan

juga mengawasi penggambaran agar tidak menyimpang terlalu jauh. Penelitian dalam

bidang representasi dalam novel ini juga penting untuk dilakukan karena penelitian ini

merupakan sumbangan karya intelektual yang dapat memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan dan penelitian di Indonesia.

Penelitian lain yang juga memiliki tema yang sama dengan penelitian ini yaitu

representasi dalam novel telah dilakukan sebelumnya oleh Mira Azzasyofia dengan judul

Representasi Perpustakaan dan Pustakawan Dalam Film The Librarian: Quest For the

Spear. Hasil dari penelitian ini adalah film The Librarian merepresentasikan perpustakaan

sebagai tempat menyimpan koleksi buku dan benda berharga serta pustakawan memiliki

wawasan luas serta memiliki kemampuan meneliti yang baik. Masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi perpustakaan umum dan fungsinya

dalam novel Libri di Luca. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan representasi perpustakaan umum dan fungsinya dalam novel Libri di

Luca.

Tinjauan Literatur

IFLA/UNESCO dalam Public Library Manifesto 1994 mengatakan bahwa

perpustakaan umum merupakan gerbang pengetahuan untuk daerahnya, sebagai tempat

yang menyediakan kondisi mendasar untuk pembelajaran seumur hidup, pengambilan

keputusan individu, dan pengembangan kebudayaan secara individu maupun dalam

kelompok sosial. Menurut Sulistyo (1991), seluruh perpustakaan menjalankan lima fungsi,

yaitu sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi, fungsi rekreasi, fungsi

pendidikan, dan fungsi kultural. Selain fungsi yang disebutkan oleh Sulistyo, Aabø et al.

(2010) menyebutkan bahwa perpustakaan umum yang mereka teliti berfungsi sebagai

tempat terjadinya berbagai pertemuan. Perpustakaan umum adalah tempat bertemu dan

berfungsi sebagai sebuah kotak, tempat orang-orang mempelajari sesuatu yang berbeda

dari diri mereka sendiri, tempat publik, dan tempat terjadinya aktivitas bersama,

metameetings, dan pertemuan virtual.

Perpustakaan umum cukup sering muncul dalam literatur berbentuk novel. Dalam

perkembangannya, definisi novel selalu berubah. Rees pada tahun 1973 mengatakan bahwa

novel adalah sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan

perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata, dan yang digambarkan dalam suatu

Page 56: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

127

plot yang cukup kompleks (Rees, 1973:106). Eric Reader pada tahun 1987 mengatakan

bahwa novel adalah cerita fiksi dalam bentuk prosa dengan panjang kurang lebih satu

volume yang menggambarkan tokoh-tokoh dan perilaku yang merupakan cerminan

kehidupan nyata dalam plot yang berkesinambungan (Eric Reader, 1987:6).

Dari perkembangan definisi novel di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi novel

adalah suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-

tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan. Sebuah novel bisa saja memuat tokoh-tokoh dan

peristiwa-peristiwa nyata, tetapi pemuatan tersebut biasanya hanya berfungsi sebagai

bumbu belaka dan mereka dimasukkan dalam rangkaian cerita yang bersifat rekaan atau

dengan detail rekaan.

Representasi dalam novel dapat menggambarkan tokoh-tokoh dan peristiwa-

peristiwa nyata yang sudah terjadi maupun yang mungkin akan terjadi setelah sebuah novel

diterbitkan. Representasi diartikan sebagai sesuatu yang merujuk pada proses yang

dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra atau

kombinasinya (Fiske, 2011:282). Kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya merupakan

sesuatu yang dapat disebut sebagai tanda. Menurut Peirce (1839-1914), penalaran

dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan

orang lain, dan memberi makna pada apa saja yang ditampilkan alam semesta. Dari

penjabaran yang diberikan oleh Peirce, didapatlah definisi dari tanda (dikutip dari Zaimar,

2014), yaitu sesuatu yang mewakili seseorang atau sesuatu yang lain, dalam hal-hal dan

kapasitas tertentu.

Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik. Semiotik menurut Fiske

(2011) adalah ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam “teks” media.

Dalam penelitian semiotik, teori Barthes tentang mitos sangat penting karena dapat

menjembatani teori dan penelitian berbagai macam teks. Mitos adalah suatu nilai yang

tidak memerlukan kebenaran sebagai sanksinya (Zaimar, 2014).

Barthes mengemukakan teori sinyifikasi agar mitos dapat lebih dipahami. Dalam

teori sinyifikasi, Barthes melakukan perluasan makna dengan adanya pemaknaan dalam

dua tahap. Tanda (penanda dan petanda) pada tahap pertama menyatu, sehingga dapat

membentuk penanda pada tahap kedua, kemudian pada tahap berikutnya penanda dan

petanda yang telah menyatu ini dapat membentuk petanda baru yang merupakan perluasan

makna. Setelah penanda dan petanda ini menyatu, maka timbul pemaknaan tahap kedua

yang berupa perluasan makna. Makna tahap kedua disebut konotasi, sedangkan makna

tahap pertama disebut denotasi (Zaimar, 2014).

Barthes mengatakan kalau mitos tidak selalu bersifat verbal, melainkan dalam

berbagai bentuk lain atau campuran antara bentuk verbal dan nonverbal. Dari teori yang

dikemukakan oleh Barthes, maka novel adalah salah satu bentuk mitos yang juga dapat

diteliti dengan menggunakan semiotik. Dalam novel, ada berbagai macam hal yang dapat

dikategorikan sebagai tanda yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. Hal-hal

yang dapat dikategorikan sebagai tanda dalam novel dapat dilihat dari tokoh, perilaku, dan

alur.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

menekankan pentingnya meletakkan makna tentang sesuatu di dalam konteks ketika

Page 57: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

128

sesuatu itu diteliti. Penelitian terhadap sebuah aktivitas atau tindakan tertentu, misalnya

tindakan membaca buku, harus dipahami sebagai tindakan yang bermakna sesuai konteks

pada saat dan di mana tindakan membaca itu dilakukan. Penelitian kualitatif bermaksud

memahami konteks, dan bukan sekadar menggambarkannya (Pendit, 2003 : 262).

Penelitian ini akan menggunakan metode semiotik dengan metode analisis yang

dikemukakan oleh Roland Barthes bahwa setiap karya naratif memiliki hubungan

sintagmatik dan hubungan paradigmatik (Zaimar, 2014). Sebagai karya naratif, novel dapat

diteliti dengan menggunakan metode semiotik untuk melihat representasi dari fungsi

perpustakaan umum dalam novel Libri di Luca dengan melihat hubungan sintagmatik dan

paradigmatik dari jalan cerita dan unsur-unsur pokok maupun pendukung yang muncul

dalam novel.

Analisis dan Interpretasi Data

a. Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik

1. Analisis Sintagmatik

1.1 Analisis Pengaluran

Analisis ini berisikan urutan peristiwa-peristiwa yang akan membentuk isi cerita

dan diberikan penomoran tunggal untuk mengurutkan cerita. Urutan tersebut disebut

dengan satuan isi cerita. Urutan satuan isi cerita ini secara keseluruhan berjumlah 729

sekuen yang membentuk kesatuan adegan dari novel. Satuan isi cerita yang berhubungan

dengan perpustakaan umum dan fungsi perpustakaan umum berjumlah 90 sekuen dan

terdiri atas sekuen 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 159, 161, 164, 165, 166, 167, 168,

169, 171, 172, 174, 178, 183, 516, 516.2, 536, 537, 538, 542, 543, 544, 545, 546, 549, 614,

615, 616, 617, 622, 623, 624, 625, 626, 627, 630, 631, 632, 633, 634, 635, 636, 637, 638,

639, 641, 648, 649, 651, 652, 669, 670, 671, 672, 673, 678, 679, 681, 683, 684, 689, 690,

691, 692, 694, 695, 696, 699, 700, 701, 702, 703, 705, 707, 708, 709, 711, 713, 714, 715,

716, 717, 721, dan 722.

Dari satuan isi cerita di atas, digambarkan Jon dan Katherina sebagai tokoh utama

dan perpustakaan umum di beberapa tempat sebagai tempat terjadinya kejadian-kejadian

penting. Jon memulai penyelidikan atas kematian Luca di perpustakaan Osterbro bersama

dengan kelompok pemancar pimpinan Kortmann. Katherina berperam penting sebagai

orang yang meminta bantuan Muhammad, mantan klien Jon sebagai pengacara, untuk

menemukan keberadaan Jon saat Jon diculik oleh organisasi bayangan pimpinan Remer.

Muhammad mendapatkan serangan dari organisasi bayangan di rumahnya sehingga

Muhammad melanjutkan penyelidikannya di perpustakaan Krystalgade sekaligus

menyampaikan hasil penyelidikannya kepada Katherina di perpustakaan. Setelah

Muhammad mengetahui lokasi Jon; Muhhamad, Katherina, dan seorang anggota kelompok

pemancar pergi ke perpustakaan Bibliotheca Alexandrina untuk menyelamatkan Jon. Di

perpustakaan Bibliotheca Alexandrina, Katherina dan Muhammad berhasil

menyelamatkan Jon dan kemudian Jon menggunakan kekuatannya untuk mengalahkan

organisasi bayangan.

1.2 Analisis Alur

Page 58: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

129

Novel Libri di Luca secara keseluruhan memiliki alur maju, namun di beberapa

bagian terdapat alur kilas balik. Analisis alur dalam novel ini akan menggunakan fungsi

utama dalam penjabarannya. Fungsi utama merupakan gabungan dari beberapa satuan isi

cerita yang disusun secara kronologis untuk menunjukkan hubungan sebab akibat.

A. Urutan Fungsi Utama

1. Luca dan Tom menemukan tanda-tanda keberadaan organisasi bayangan dan membuat

rencana untuk memancing organisasi bayangan keluar dari persembunyiannya.

2. Rencana Tom dan Luca gagal, Marianne meninggal.

3. Luca merasa bersalah dan mengusir Jon keluar dari rumahnya untuk melindungi Jon.

Jon merasa marah dan memutus hubungan dengan Luca.

4. Pau, anggota dari organisasi bayangan berhasil menyusup ke Libri di Luca.

5. Luca terus menyelidiki organisasi bayangan dan mengikuti jejak organisasi bayangan

di Alexandria.

6. Luca mengirim surat kepada Tom yang berisikan kalau ia menemukan organisasi

bayangan di perpustakaan Bibliotheca Alexandrina, Alexandria.

7. Luca meninggal di Libri di Luca.

8. Jon mewarisi Libri di Luca dan mengetahui rahasia Lector dengan bukti dari Katherina.

9. Remer menawarkan pilihan kepada Jon untuk menjual Libri di Luca kepada temannya.

10. Libri di Luca diserang dan Iversen terluka hingga dilarikan ke rumah sakit.

11. Jon, Katherina, dan Pau pergi ke rumah Kortmann atas suruhan dari Iversen.

12. Kortmann menugaskan Jon untuk menyelidiki kematian Luca. Jon menyanggupinya

hanya jika ia bersama Katherina.

13. Jon dan Katherina mengikuti pertemuan untuk memperkenalkan anggota kelompok

pemancar kepada Jon di perpustakaan Osterbro.

14. Remer kembali menghubungi Jon mengenai masalah penjualan Libri di Luca. Jon

merasa kesal dengan kengototan Remer dan memutuskan untuk tidak menjual Libri di

Luca.

15. Jon datang ke pertemuan kelompok penerima di pusat penelitian dyslexia.

16. Clara mengatakan kalau tidak ada seorang pun penerima yang pernah keluar dari

perkumpulan pencinta buku dan kelompok penerima.

17. Jon dan Katherina menceritakan apa yang terjadi saat bertemu dengan kelompok

pemancar dan juga penerima kepada Iversen. Iversen membantah pernyataan Clara dan

menyebut nama Tom sebagai penerima yang keluar dari perkumpulan.

18. Jon dan Katherina mengunjungi Muhammad dan mendapatkan informasi tempat

tinggal Tom.

19. Jon dan Katherina mendatangi tempat tinggal Tom dan mendapatkan informasi tentang

hal yang menyebabkan sikap Luca terhadap Jon terkait organisasi bayangan.

20. Halbech memecat Jon karena Remer. Halbech mengatakan kalau Remer melakukan

pembacaan kepadanya dan Jon yakin kalau Remer adalah seorang pemancar dan

menggunakan kekuatannya untuk meyakinkan Halbech memecat Jon.

21. Jon menelepon Katherina dan meminta untuk mengaktifkan kekuatan lectornya.

Page 59: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

130

22. Katherina, Iversen, dan Pau terlibat dalam pengaktifan Jon di perpustakaan Libri di

Luca. Mereka melihat hal yang tidak biasa terjadi saat pengaktifan Jon. Jon

menghasilkan fenomena fisik saat ia membaca dengan menggunakan kekuatannya.

23. Iversen dan Katherina menghubungi Clara dan Kortmann untuk menanyakan hal yang

terjadi pada Jon saat pengaktifan. Clara dan Kortmann belum pernah mengetahui

adanya fenomena fisik yang terjadi saat pengaktifan seorang Lector.

24. Katherina menyampaikan informasi dari Tom kepada Kortmann dan Clara. Kortmann

terus membantah kebenaran cerita Tom.

25. Jon mengatakan kalau mereka dapat memulai penyelidikan organisasi bayangan dari

Remer.

26. Jon menyusup ke kantor kasus Remer bersama Katherina dan mengambil berbagai

macam informasi Remer.

27. Jon dan Iversen mempelajari informasi yang diambil Jon dari kantor kasus Remer dan

menemukan nama Kortmann di jajaran dewan direksi salah satu perusahaan Remer.

28. Jon, Katherina, dan Iversen menunjukkan dokumen dengan nama Kortmann kepada

Kortmann dan menuduh Kortmann memiliki hubungan dengan organisasi bayangan.

Kortmann marah dan mengusir Iversen, Katherina, dan Jon.

29. Katherina menceritakan apa yang terjadi di rumah Kortmann kepada kelompok

penerima sedangkan Iversen menghubungi anggota kelompok pemancar untuk

mengetahui siapa saja yang percaya dan bersedia membantu mereka melawan

organisasi bayangan.

30. Seluruh kelompok penerima percaya dan setuju untuk membantu Katherina, Jon, dan

Iversen dalam melawan organisasi bayangan. Iversen hanya mampu mendapatkan

empat orang dari kelompok pemancar. Pau tidak termasuk dalam keempat orang

tersebut.

31. Jon menelepon Remer dan mengajaknya bertemu di pub clean glass untuk

mendapatkan jejak organisasi bayangan.

32. Katherina dan Henning mengikuti mobil Remer sampai Remer berhenti di dalam

sekolah Demetrius.

33. Jon kembali ke Libri di Luca dan bertemu dengan Pau yang mengatakan kalau ia ingin

kembali bersama kelompok Libri di Luca. Jon percaya pada Pau dan mengizinkannya

kembali.

34. Katherina melihat supir Kortmann masuk ke sekolah Demetrius dan

memberitahukannya kepada Henning dan Jon. Henning marah dan menjalankan

mobilnya menuju rumah Kortmann.

35. Henning dan Katherina melihat Kortmann tergantung tak bernyawa di lift rumahnya

dan menyadari kalau Kortmann adalah korban yang dimanipulasi oleh supirnya.

36. Jon, Katherina, dan Pau melanjutkan penyelidikan organisasi bayangan menuju

sekolah Demetrius.

37. Pau berkhianat dan memukul Jon hingga pingsan di dalam sekolah Demetrius.

Katherina tertangkap dan diikat oleh Pau.

38. Remer menguji dan mengukur kekuatan Jon sebagai Lector, namun saat Jon melakukan

pembacaan karena diancam oleh Remer dengan Katherina, fenomena fisik terjadi dna

mengakibatkan ledakan.

39. Katherina berhasil keluar dan menghilang dari kejaran organisasi bayangan dari

sekolah Demetrius.

Page 60: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

131

40. Katherina mengendarai sepedanya menuju rumah Muhammad untuk meminta bantuan

mencari keberadaan Jon. Muhammad memberitahukan Katherina kalau Jon berada di

Mesir.

41. Katherina pergi ke Libri di Luca dan memberikan informasi keberadaan Jon kepada

Henning yang kemudian menyebarkannya ke semua anggota perkumpulan.

42. Tom datang ke Libri di Luca dengan membawa surat dari Luca yang memberikan

petunjuk keberadaan organisasi bayangan di Alexandria.

43. Iversen meminta Katherina untuk meminta bantuan Muhammad menyelidiki jumlah

musuh di Alexandria. Katherina menghubungi Muhammad, kemudian Muhammad

mengatakan kalau ia akan menghubungi Katherina saat ia sudah mendapatkan

informasi yang diinginkan Katherina.

44. Jon terbangun di Mesir dan Remer menyuruh Holt melakukan pembacaan kepada Jon

agar Jon mau bekerja sama dengan organisasi mereka.

45. Muhammad mendapatkan serangan saat ia berhasil membobol sistem keamanan

sekolah Demetrius di rumahnya, namun ia berhasil kabur dengan susah payah dan

terluka ringan.

46. Muhammad menghubungi Katherina dan menyuruh Katherina menemuinya di

perpustakaan Krystalgade.

47. Muhammad menceritakan apa yang ia temukan dan apa yang terjadi pada dirinya

kepada Katherina dan memaksa Katherina memberikan penjelasan atas apa yang

sedang terjadi di antara dirinya dan Jon. Muhammad ikut bersama Katherina ke

Alexandria.

48. Jon telah berpikir kalau ia telah ditipu oleh kelompok Libri di Luca dan merasa kalau

tempatnya yang sebenarnya adalah bersama dengan organisasi bayangan.

49. Katherina, Henning, dan Muhammad tiba di Alexandria. Katherina dan Muhammad

berjalan-jalan untuk mencari petunjuk keberadaan Jon sementara Henning berbaring di

hotel karena sakit.

50. Remer membawa Jon berjalan-jalan ke berbagai tempat dan ketika mereka sedang di

pasar, Jon bertemu dengan Katherina.

51. Jon meneriakkan keberadaan Katherina kepada Remer kemudian Holt dan Patrick

mengejar Katherina yang melarikan diri sementara Remer membawa Jon kembali ke

tempat tinggal mereka.

52. Katherina berhasil melarikan diri dari kejaran Holt dan Patrick dan bertemu dengan

Muhammad yang mengatakan kalau ia telah mengetahui tempat menginap anggota

sekolah Demetrius.

53. Katherina, Henning, dan Muhammad berhasil mendapatkan informasi tentang

pengaktifan ulang yang akan terjadi malam itu di Bibliotheca Aleaxandrina dari Pau.

54. Katherina telah masuk ke Bibliotheca Alexandrina dengan mengenakan jubah dan

kalung milik Pau.

55. Jon menyadari keberadaan Katherina saat ia sudah mulai melakukan pembacaan untuk

pengaktifan ulang para Lector peserta.

56. Katherina menggunakan kekuatannya dan memasukkan gambar dirinya bersama Jon

dalam bacaan Jon sehingga Jon tersadar bahwa ia telah dicuci otak oleh Holt.

57. Jon masuk ke dalam dunia cerita yang ia baca dan tidak lama kemudian ia melihat

Remer juga masuk ke dalam dunia itu.

58. Remer memberikan nama Patrick sebagai pembunuh Luca kepada Jon.

Page 61: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

132

59. Jon berhasil keluar dari dunia cerita.

60. Jon menggunakan buku pinokio yang dilemparkan Katherina kepadanya untuk

melakukan pembacaan hingga akhirnya mengalahkan seluruh anggota organisasi

bayangan yang telah diaktifkan ulang.

B. Bagan Fungsi Utama

1 2 3 5 6 19 24

7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18

14 20 21 22 23 25 26 27 28 29

46 45 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 32 31 30

47 44 4 33

49 48

54 53 52 51 50

55

56 57 58 59 60

Keterangan:

0-60 : Menunjukkan urutan terjadinya peristiwa secara kronologis. Peristiwa nomor 1

terjadi lebih dahulu dari peristiwa nomor 2 dan seterusnya.

: Menunjukkan hubungan logis (sebab-akibat).

C. Penjelasan Bagan Fungsi Utama

Unsur cerita adalah saat Luca dan tom berencana untuk memancing organisasi

bayangan keluar dari persembunyiannya, namun tidak berhasil dan mengakibatkan

kematian Marianne (Fungsi 1 dan 2). Luca tetap meneruskan penyelidikannya pada

organisasi bayangan hingga ke Aleksandria, namun karena tidak ingin orang yang

dicintainya dibunuh lagi, Luca mengusir Jon keluar dari Libri di Luca (Fungsi 3, 5, dan 6).

Luca dibunuh oleh organisasi bayangan karena terus menginvestigasi organisasi bayangan

(Fungsi 7). Jon mewarisi Libri di Luca dan mengetahui kekuatan Lector melalui Iversen

dan Katherina (Fungsi 8). Seorang klien yang sedang ditangani Jon di kantor hukumnya,

Remer ingin membeli Libri di Luca, namun Jon menolaknya (Fungsi 9). Libri di Luca

diserang oleh organisasi bayangan hingga mengakibatkan Iversen terluka (Fungsi 10).

Iversen meminta Katherina dan Jon menemui Kortmann (Fungsi 11).

Setelah berdiskusi dengan Kortmann, Jon mengemban tugas untuk menyelidiki

kematian Luca ditemani oleh Katherina dan dukungan dari kelompok pemancar dan

penerima (Fungsi 12, 13, dan 15). Saat Jon hendak mengikuti pertemuan dengan kelompok

penerima, Remer menghubunginya dan akhirnya Jon memutuskan untuk tidak menjual

Libri di Luca (Fungsi 14). Dari pertemuan dengan kelompok penerima, Jon mengetahui

bahwa tidak ada anggota penerima yang pernah keluar kelompok (Fungsi 16). Setelah Jon

dan Katherina menceritakan penemuan mereka, Iversen mengatakan bahwa Tom adalah

orang yang keluar dari perkumpulan pencinta buku (Fungsi 17). Dengan bantuan

Muhammad, Jon berhasil menemukan Tom (Fungsi 18).

Page 62: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

133

Jon dan Katherina mengunjungi Tom dan mendapat informasi organisasi bayangan

(Fungsi 19). Jon kembali ke kantornya dan mengetahui bahwa Halbech telah dimanipulasi

Remer dan memecat Jon (Fungsi 20). Jon meminta Katherina, Iversen, dan Pau untuk

mengaktifkan kemampuan Lectornya (Fungsi 21 dan 22). Jon pingsan setelah pengaktifan

dan Iversen memanggil Kortmann dan Clara (Fungsi 23). Katherina menyampaikan

informasi dari Tom kepada mereka hingga Jon bangun dan mengusulkan penyelidikan

Remer (Fungsi 24 dan 25).

Jon dan Katherina menyusup ke kantor Halbech untuk mencari informasi Remer,

kemudian meneliti informasi tersebut. Jon menemukan nama Kortmann dalam jajaran

dewan direksi perusahaan milik Remer (Fungsi 26 dan 27). Jon, Iversen, dan Katherina

mendatangi dan menuduh Kortmann terlibat dalam organisasi bayangan. Kortmann

mengusir mereka (Fungsi 28). Katherina dan Iversen meminta bantuan untuk melawan

organisasi bayangan, namun kebanyakan kelompok pemancar menolak (Fungsi 29 dan 30).

Jon mengajak Remer bertemu dengan tujuan membuntuti Remer setelah ia pergi.

Henning dan Katherina berhasil membuntuti Remer hingga tiba di sekolah Demetrius

(Fungsi 31 dan 32). Setelah Jon bertemu dengan Remer, ia bertemu dengan Pau dan

mengizinkannya kembali ke Libri di Luca (Fungsi 33). Katherina dan Henning melihat

supir Kortmann masuk ke sekolah Demetrius, kemudian mereka pergi ke rumah Kortmann

dan menemukan mayat Kortmann (Fungsi 34 dan 35). Jon, Katherina, dan Pau menyusup

ke sekolah Demetrius, namun Pau yang merupakan anggota dari organisasi bayangan

menangkap Jon (Fungsi 4, 36, dan 37). Remer menguji kekuatan Jon untuk mengukur nilai

Jon bagi organisasi bayangan, namun Saat pengukuran, terjadi sebuah ledakan sehingga

Katherina dapat kabur (Fungsi 38 dan 39). Jon dibawa ke Alexandria dan dicuci otak agar

ia membantu organisasi bayangan (Fungsi 44 dan 48).

Katherina meminta bantuan Muhammad untuk menemukan Jon di Mesir (Fungsi

40). Katherina meminta pertolongan Lector di Libri di Luca untuk mempersempit lokasi

Jon (Fungsi 41). Tom datang dengan surat dari Luca yang menunjukkan organisasi

bayangan di perpustakaan Bibliotheca Alexandrina, Mesir (Fungsi 6 dan 42). Katherina

meminta Muhammad mencari tahu jumlah musuh di Alexandria (Fungsi 43). Saat

Muhammad berhasil mengetahui jumlah musuh di Alexandria, ia diserang organisasi

bayangan. Muhammad meminta penjelasan dari Katherina dan kemudian memutuskan

untuk ikut ke Alexandria (Fungsi 45, 46, dan 47).

Tiga hari setelah Katherina, Henning, dan Muhammad tiba di Alexandria,

Katherina bertemu dengan Jon yang kemudian mengadukan Katherina kepada organisasi

bayangan (Fungsi 49, 50, dan 51). Katherina melarikan diri dan menemui Muhammad yang

telah mendapatkan informasi tempat tinggal musuh mereka yang datang dari sekolah

Demetrius (Fungsi 52). Katherina, Henning, dan Muhammad mengetahui ritual

pengaktifan ulang Lector organisasi bayangan dari Pau, kemudian Katherina menyusup ke

ritual tersebut dengan menggunakan atribut milik Pau (Fungsi 53 dan 54). Saat Jon

melakukan ritual, Katherina berusaha untuk menyadarkan Jon dari pengaruh cuci otak Holt

(Fungsi 55 dan 56). Jon tersadar, namun ia tidak dapat berhenti membaca dan masuk ke

dalam dunia cerita. Remer yang berhasil diaktifkan ulang muncul dan mengatakan bahwa

Patrick adalah pembunuh Luca (Fungsi 57 dan 58). Jon keluar dari dunia cerita, kemudian

melakukan pembacaan dan mengalahkan organisasi bayangan (Fungsi 59 dan 60).

2. Analisis Paradigmatik

Page 63: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

134

2.1 Analisis Tokoh

Analisis tokoh dalam novel Libri di luca dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori

tokoh utama, tokoh pendukung, dan tokoh tambahan, kemudian diurutkan sesuai jumlah

kemunculan tokoh dalam novel. Frekuensi kemunculan tokoh dapat dilihat dari satuan isi

cerita yaitu tokoh utama Jon Campelli 446 sekuen dan Katherina 337 sekuen; tokoh

pendukung Svend Iversen 136 sekuen, Remer 105 sekuen, Pau/Brian Hansen 76 sekuen,

Muhammad Azlan 74 sekuen, William Kortmann 70 sekuen, Luca Campelli 63 sekuen,

Henning Petersen 43 sekuen, Tom Norreskov/Tom Klausen 42 sekuen, Clara 28 sekuen,

Patrick Vedel 22 sekuen, dan Poul Holt 17 sekuen; tokoh lainnya Lee 12 sekuen, Ole 12

sekuen, Marianne 8 sekuen, Frank Halbech 7 sekuen, Grethe 7 sekuen, Gerly 6 sekuen,

Line 2 sekuen, Sonja dan Thor 2 sekuen. Analisis tokoh menunjukkan bagaimana tokoh-

tokoh memilih untuk menggunakan perpustakaan umum sebagai tempat suatu peristiwa.

Muhammad yang diceritakan sebagai seorang yang waspada memilih untuk perpustakaan

umum yang merupakan fasilitas umum sehingga organisasi bayangan tidak dapat

menemukannya lagi saat ia menyelidiki sekolah demetrius. Remer yang ingin menguasai

dunia dengan mengembalikan kejayaan Alexandria sehingga ia membangun perpustakaan

Bibliotheca Alexandrina kembali dan digunakan sebagai pusat kegiatan organisasi

bayangan.

2.2 Analisis Latar Ruang

Latar ruang dalam novel Libri di Luca berjumlah 21. Kedua puluh satu ruang

tersebut bila diurutkan berdasarkan penggunaan sesuai alur cerita adalah sebagai berikut:

Libri di Luca, rumah Muhammad, gedung pengadilan, pemakaman, Pub Clean Glass,

rumah sakit Katherina, pusat untuk penelitian dyslexia, kantor hukum Hanning, Jensen &

Halbech, rumah sakit Iversen, rumah Kortmann, perpustakaan umum Osterbro, rumah

Tom, rumah Jon, sekolah demetrius, bar Gerly, tempat tinggal Jon di Alexandria,

Bibliotheca Alexandrina, perpustakaan umum Krystalgade, pasar Alexandria, hotel

organisasi bayangan di Alexandria, dan dunia cerita.

3. Representasi Perpustakaan Umum dan Fungsinya dalam Novel

3.1 Perpustakaan Umum Osterbro

Menurut Brophy (2001), dalam menjalankan fungsi informasi, perpustakaan

menyediakan akses menuju sumber-sumber informasi mengenai semua subjek yang

terorganisir. Perpustakaan umum Osterbro memiliki koleksi majalah dan surat kabar di

dalam lemari kaca yang terletak tepat di sebelah meja pustakawati di depan pintu masuk

gedung perpustakaan. Di antara lemari kaca berisikan majalah dan surat kabar terdapat

kursi dan meja yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin membaca surat kabar atau

majalah. Fungsi informasi perpustakaan umum Osterbro dapat terlihat saat Birthe

menyampaikan pendapatnya terkait pembunuhan Luca dan bagaimana rahasia Lector dapat

terjaga selama berabad-abad. Dengan pengetahuan yang dimiliki dan dibagikan oleh

Birthe; Jon, Katherina dan kelompok pemancar mendapatkan fungsi informasi dari

Page 64: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

135

perpustakaan umum Osterbro. Fungsi informasi perpustakaan umum Osterbro dapat dilihat

dalam cuplikan adegan saat Birthe memberikan penjelasan kepada Jon berikut.

“Oh, jauh lebih lama dari itu,” seru Birthe. “Kita membicarakan berabad-abad

lamanya. Dugaan kami adalah Lector pertama sudah menangani perpustakaan

barang-barang purbakala lama sebelum kelahiran Kristus. Saat itu jabatan

pustakawan dianggap sebagai tugas bergengsi,” ujarnya menambahkan dengan

nada pahit dalam suaranya. “Mereka dianggap sebagai pejabat dan cendekiawan.

Orang-orang yang memiliki pengaruh atas perkembangan masyarakat, opininya

sangat diperhatikan, dan selalu dimintai pendapat atas berbagai macam masalah.

Seperti yang mungkin kamu sadari, semua itu akan menjadi posisi penting bagi

seorang Lector yang tahu cara menggunakan kekuatannya.” (Hlm. 173)

Selain menjalankan fungsi informasi, perpustakaan umum Osterbro juga

menjalankan fungsi rekreasi. Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara

membaca dan bacaan ini disediakan oleh perpustakaan (Sulistyo, 1991). Perpustakaan

umum Osterbro memiliki koleksi bagian anak-anak dan di dalam koleksi bagian anak-anak

terdapat beberapa buku komik. Kemudian beberapa bagian koleksi perpustakaan lainnya

adalah bagian fiksi dan non-fiksi. Perpustakaan umum yang berfungsi sebagai suatu tempat

pertemuan terlihat pada saat Jon, Katherina, dan seluruh anggota kelompok pemancar

melakukan pertemuan di perpustakaan umum Osterbro. Mereka menggunakan

perpustakaan umum Osterbro sebagai tempat diskusi mengenai kemungkinan pembunuhan

yang dilakukan terhadap Luca.

3.2 Perpustakaan Umum Krystalgade

Perpustakaan umum Krystalgade memiliki nuansa berwarna putih dari lantai

pertama hingga lantai teratas jika dilihat dari luar. Di atap bangunan terdapat kaca jendela

yang mengizinkan sinar matahari masuk ke ruangan besar di bawahnya dan meneranginya.

Perpustakaan digambarkan telah buka sejak satu jam yang lalu, namun tidak banyak orang

yang ada di perpustakaan tersebut. Seorang pustakawan terlihat sedang menganggur

sedangkan seorang petugas lainnya terlihat mendorong kereta berisikan tumpukan buku

yang akan dikembalikan ke raknya masing-masing. Terlihat seorang wanita tampak duduk

di hadapan salah satu layar komputer yang berjejer di lantai dasar. Tidak lama kemudian,

masuk sekelompok murid yang berjalan menuju bagian buku komik.

Di lantai selanjutnya, pengunjung dapat berdiri di depan pagar sehingga dapat

melihat ke seluruh ruangan di bawahnya. Terdapat eskalator menuju lantai-lantai

selanjutnya. Lantai dua merupakan tempat koleksi bagian fiksi. Terdapat sebuah komputer

yang tersembunyi di balik rak-rak buku. Komputer tersebut diceritakan dapat digunakan

untuk mengakses rekaman kejadian yang terjadi di rumah Muhammad melalui CCTV yang

dipasang oleh Muhammad di rumahnya. Di lantai empat, Muhammad mengatakan bahwa

ia bisa menembus server perpustakaan dan mengakses apa saja yang diinginkannya.

Terdapat dua buah komputer yang letaknya berseberangan di lantai empat.

Dalam novel Libri di Luca, perpustakaan umum Krystalgade terlihat menjalankan

fungsi informasi dengan memberikan akses menuju informasi melalui komputer dalam

jumlah yang banyak. Brophy (2001) mengatakan bahwa dalam menjalankan fungsi

informasi, perpustakaan menyediakan akses menuju sumber-sumber informasi mengenai

semua subjek yang terorganisir. Brophy (2001) mengatakan bahwa dalam menjalankan

Page 65: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

136

fungsi rekreasi, perpustakaan menyediakan koleksi fiksi yang dapat dipinjam dan

dinikmati oleh siapa saja. Fungsi rekreasi perpustakaan umum Krystalgade terlihat saat

sekelompok murid berjalan masuk ke perpustakaan dan menuju ke bagian buku komik.

Perpustakaan umum Krystalgade juga terlihat menjalankan fungsi perpustakaan umum

sebagai tempat pertemuan. Hal ini terlihat pada saat Muhammad memerintahkan Katherina

untuk menemuinya di perpustakaan umum Krystalgade untuk menyampaikan informasi

yang telah didapatkan Muhammad.

3.3 Perpustakaan Umum Bibliotheca Alexandrina

Bibliotheca Alexandrina dibangun kembali oleh pemerintah Mesir, bekerja sama

dengan UNESCO dengan menghabiskan biaya 400 juta dolar. Perpustakaan ini dibangun

dengan tujuan agar organisasi bayangan dapat memanfaatkan perpustakaan ini sebagai

pusat aktivitas mereka. Perpustakaan yang baru ini terlihat bagaikan monumen raksasa.

Terdapat bangunan berbentuk bulatan di plaza di bagian depan yang menjadi tempat

planetarium.

Terdapatnya planetarium di perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina

menunjukkan bahwa perpustakaan umum digambarkan tidak hanya berfungsi sebagai

sarana simpan karya manusia seperti yang disebutkan oleh Sulistyo (1991). Sulistyo

menyebutkan bahwa “sebagai sarana simpan karya manusia, perpustakaan berfungsi

sebagai tempat menyimpan karya manusia, khususnya karya cetak seperti buku, majalah,

dan sejenisnya serta karya rekaman seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya.

Perpustakaan berfungsi sebagai arsip umum bagi produk masyarakat berupa buku dalam

arti luas.” Perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina tidak hanya menyimpan berbagai

karya manusia, tetapi juga menyajikannya dalam bentuk yang lebih mirip seperti yang

terdapat dalam sebuah museum.

Di belakang perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina, tampak sebuah

perpustakaan sekolah berbentuk piramida. Pada malam hari atap perpustakaan tampak

diterangi lampu sorot, seluruh permukaan kacanya berkilat putih. Di depan pintu masuk

perpustakaan, terdapat aula yang memiliki langit-langit setinggi sepuluh meter dan pilar-

pilar raksasa dari batu pasir yang berwarna terang. Terdapat ruang baca yang besar di

bawah atap yang terbuat dari kaca di dalam perpustakaan. Ruang baca tersebut memiliki

tujuh lantai dan di dalamnya terdapat barisan kursi dan meja yang terbuat dari kayu

berwarna terang.

Perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina dalam novel Libri di Luca

digambarkan menjalankan fungsi rekreasi. Hal ini terlihat ketika Muhammad memberikan

buku Pinokio sebagai buku yang pertama kali dilihanya saat Katherina menyuruhnya

membawa buku dari perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina. Buku Pinokio adalah

sebuah buku berjenis fiksi sehingga fungsi rekreasi yang dijalankan perpustakaan ini sesuai

dengan yang disebutkan oleh Brophy (2001) yang mengatakan bahwa dalam menjalankan

fungsi rekreasi, perpustakaan menyediakan koleksi fiksi yang dapat dipinjam dan

dinikmati oleh siapa saja.

Perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina juga menjalankan fungsi

perpustakaan umum sebagai tempat pertemuan bersama oleh organisasi bayangan.

Organisasi bayangan melaporkan acara pertemuan bersama mereka sebagai sebuah acara

amal secara resmi agar tidak mengundang kecurigaan atas ritual pengaktifan ulang yang

Page 66: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

137

akan mereka lakukan. Berikut adalah cuplikan adegan yang menunjukkan fungsi

perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina sebagai tempat pertemuan yang terjadi pada

saat Remer menjelaskan caranya dalam mendapatkan izin untuk menggunakan

perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina.

“Resminya kami melaporkannya sebagai acara amal dan kami juga memberikan

sumbangan yang cukup besar untuk dana operasi perpustakaan.” (Hlm. 530)

Kesimpulan

Secara keseluruhan, novel Libri di Luca merepresentasikan fungsi perpustakaan

umum sebagai perpustakaan umum yang memiliki fungsi perpustakaan umum sebagai

tempat pertemuan, fungsi rekreasi, dan fungsi informasi. Representasi fungsi perpustakaan

umum dalam novel Libri di Luca ditunjukkan dalam tiga perpustakaan umum. Ketiga

perpustakaan umum tersebut adalah perpustakaan umum Osterbro, perpustakaan umum

Krystalgade, dan perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina.

Representasi fungsi perpustakaan umum sebagai tempat pertemuan merupakan

fungsi yang paling terlihat dalam novel Libri di Luca. Perpustakaan umum Osterbro

menunjukkan fungsinya sebagai tempat pertemuan saat Jon, Katherina, dan kelompok

Lector pemancar berdiskusi mengenai berbagai kemungkinan penyebab kematian Luca.

Perpustakaan umum Krystalgade menunjukkan fungsinya sebagai tempat pertemuan saat

Muhammad dan Katherina bertemu di perpustakaan untuk membicarakan informasi yang

didapatkan Muhammad mengenai sekolah Demetrius. Perpustakaan umum Bibliotheca

Alexandrina menunjukkan fungsinya sebagai tempat pertemuan saat organisasi bayangan

melakukan ritual pengaktifan ulang kekuatan Lector mereka di perpustakaan.

Novel Libri di Luca sebenarnya dapat menjadi sarana untuk memberikan

pengetahuan kepada masyarakat awam mengenai perpustakaan umum dan fungsi

perpustakaan umum. Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui perpustakaan

umum, fungsi perpustakaan umum, dan bahkan lokasi dari perpustakaan umum di

daerahnya sendiri. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan perpustakaan umum bisa jadi

karena sedikitnya karya yang membahas perpustakaan umum, sehingga akan lebih baik

apabila kajian mengenai representasi perpustakaan umum dalam karya novel lebih

diperbanyak. Novel yang masih sangat digemari masyarakat dan merupakan media

populer, diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat sasaran pada masyarakat

awam sehingga perpustakaan umum dapat lebih dikenal dan dimanfaatkan oleh

masyarakat.

Page 67: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

138

Daftar Acuan

Aabø, Svanhild et al. (2010). How do Public Libraries Function as Meeting Places.

Norway: ELSEVIER. diakses pada 29 Juni 2015

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S074081880900139X

Aziez, Furqonul & Abdul Hasim. (2010). Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar.

Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Birkegaard, Mikkel. (2009). Libri di Luca. Jakarta: Serambi.

Brophy, Peter. (2001). The Library in the Twenty-First Century: New Services for the

Information Age. London: Library Association Publishing.

Fiske, Jon. (2011). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling

Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Hawtorn, Jeremy. (1985). Studying the Novel. London: Hodder Arnold.

International Federation of Library Associations and Institutions. (1994).

IFLA/UNESCO Public Library Manifesto. diakses pada 05 April 2015

http://archive.ifla.org/VII/s8/unesco/eng.htm

Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu

Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi. Jakarta: JIP-FSUI.

Reader, Eric dan Pamela Woods. (1987). Introducing the Novel. London: Bell &

Heyman.

Rees, R. J. (1973). English Literature. London: Macmillan Education Limited.

Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. (2014). Semiotika dalam Analisis Karya Sastra.

Depok: Komodo Book.

Page 68: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

139

STRATEGI PROMOSI TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)

KAMPUNG BUKU, CIBUBUR

Ery Meirani Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok,

16424, Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang strategi promosi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kampung Buku di

Cibubur, Jakarta Timur. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan strategi promosi apa saja yang

dilakukan oleh TBM Kampung Buku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi TBM Kampung

Buku Cibubur dalam mempromosikan jasa, layanan, kegiatan dan fasilitas yang ada di

dalamnya.Penelitian ini tersebut meliputi rencana, tujuan, strategi dan taktik yang dilakukan oleh TBM

Kampung Buku serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, juga sedikit menambahkan teori

bauran promosi yang meliputi periklanan, promosi penjualan, penjualan perorangan dan

interactive/internet marketing. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan

kualitatif. Data yang dikumpulkan berasal dari kegiatan observasi dan wawancara dengan lima informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa TBM Kampung Buku telah melakukan strategi promosi yang unik

dan berbeda dengan yang lainnya guna menarik perhatian masyarakat untuk mengetahui keberadaan dari

TBM Kampung Buku ini, selain menggunakan strategi promosi mereka juga melakukan bauran promosi

periklanan, promosi penjualan, penjualan perorangan dan pemasaran media interaktif. Waktu, desain,

dana dan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan promosi di TBM

Kampung Buku.

Kata Kunci : Taman Bacaan Masyarakat, Promosi, Strategi Promosi, Promosi Perpustakaan

Abstract This research discusses about the promotion strategy of Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kampung

Buku, Cibubur. The purpose of this research is to described promotion strategy in services, activities and

facilities that TBM Kampung Buku provided. This research analyze plan, objectives, strategy and tactics

as well as what factors are affected, also promotion mix theory used is advertising, sales promotion,

personal selling and interactive marketing. The method used in this research is case study method with

qualitative approaches. Data collection is done through observation and interviews with five informants.

The results showed that TBM Kampung Buku have been doing promotion strategy which is unique and

different from the other in order to attract the attention of the public to know the existence of TBM

Kampung Buku, besides using the promotion strategy they also do a promotion mix which are

advertising, sales promotion, personal selling and marketing of interactive media. Time, design, funding

and human resources (HR) is a factors affecting promotion activities at TBM Kampung Buku.

Keywords : Taman Bacaan Masyarakat, Promotion, Promotion Strategy, Library Promotion

Page 69: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

140

I. Pendahuluan

Taman Bacaan Masyarakat merupakan sebuah lembaga masyarakat yang

menyediakan jasa, layanan, serta fasilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

terhadap informasi dan ilmu pengetahuan serta membantu meningkatkan minat

masyarakat untuk membaca. Agar masyarakat bisa mengenal serta memanfaatkan

jasa, layanan, dan fasilitas yang terdapat di dalam perpustakaan ini, dibutuhkan

kegiatan promosi.Kegiatan promosi ini menjadi salah satu hal yang penting di

dalam perpustakaan untuk memberikan informasi mengenai perpustakaan tersebut.

Untuk dapat mencapai tujuan dari kegiatan ini diperlukan strategi promosi yang

tepat dan unik agar membuat masyarakat tertarik dan ingin mengunjungi

perpustakaan.

Promosi TBM ini dapat dilakukan dengan cara memasang poster dan leaflet,

pameran, media dan video, ceramah, dan juga iklan (Sulistyo Basuki, 1991, p.286).

TBM Kampung Buku merupakan TBM yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

Kegiatan promosi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku terbilang unik karena

mereka menggunakan langkah-langkah yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang

lain, sehingga TBM Kampung Buku dapat dengan cepat dan mudah dikenali oleh

masyarakat bahkan sudah sampai beberapa kali diwawancarai oleh stasiun tv dan

majalah.

Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku, yang

meliputi :

a. Strategi dan taktik khusus

b. Promosi umumnya

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan promosi dari TBM

Kampung Buku.

Ada pun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan strategi promosi apa saja yang dilakukan oleh TBM

Kampung Buku.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi TBM Kampung Buku Cibubur

dalam mempromosikan jasa, layanan, kegiatan dan fasilitas yang ada di

dalamnya.

Subjek penelitian dari penelitian ini adalahsatu orang ketua umum pengurus

TBM, dua orang masing-masing pelatih klub yoyo dan tari, serta dua orang

pengguna yang mengunjungi TBM. Objek penelitian ini adalah strategi promosi

TBM Kampung Buku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Untuk

metode yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dipilih dan digunakan karena

dirasa lebih cocok sebagai pendekatan untuk penelitian ini, dengan menggunakan

pendekatan kualitatif peneliti dapat mengetahui gambaran strategi promosi yang

digunakan dalam TBM Kampung Buku, langkah-langkah apa yang dilakukan,

serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

II. Tinjauan Literatur

Perpustakaan Umum

Pengertian Perpustakaan Umum menurut Sutarno NS (2006, p.43) perpustakaan

umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan

Page 70: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

141

menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya,

sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan

bagi seluruh lapisan masyarakat.

Perpustakaan Masyarakat atau Taman Bacaan Masyarakat

Perpustakaan Umum dibagi kembali menjadi beberapa perpustakaan, salah satunya

adalah Perpustakaan Masyarakat atau ada yang disebut dengan Taman Bacaan

Masyarakat. Menurut Pedoman Penyelenggaraan Taman Baca Masyarakat (2003,

p.1) Taman Bacaan Masyarakat adalah suatu lembaga/tempat yang mengelola bahan

kepustakaan (buku dan bahan-bahan bacaan lainnya) yang dibutuhkan oleh

masyarakat, sebagai tempat penyelenggaraan program pembinaan kemampuan

membaca dan belajar, dan sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi

bagi masyarakat.

Promosi

Promosi menjadi salah satu bagian yang penting dalam memasarkan dan

mengenalkan suatu lembaga contohnya seperti perpustakaan kepada masyarakat

luas dengan tujuan masyarakat menjadi tertarik untuk mengunjungi perpustakaan

tersebut dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya jasa, layanan, dan fasilitas yang

ada didalamnya, dengan kata lain promosi adalah elemen atau bagian dari pemasaran

yang digunakan suatu perusahaan atau lembaga untuk dapat berkomunikasi dengan

konsumennya.

Rencana Promosi

Untuk menjalani kegiatan promosi, diperlukan untuk membuat rencana terlebih

dahulu agar kegiatan dapat dilakukan dengan lebih terarah dan tepat sehingga hasil

yang akan didapatkan bisa sesuai dengan target dan apa yang ingin dicapai.Menurut

Basu Swastha dan Irawan (2008, p.358) pelaksanaan promosi akan melibatkan

beberapa tahap, yaitu :

1. Menentukan tujuan

Sungguh tidak mungkin merencanakan program promosi tanpa menejer

mengetahui tentang tujuan atau apa yang ingin dicapainya. Jika perusahaan

menetapkan beberapa tujuan sekaligus, maka hendaknya dibuat skala prioritas

atau posisi tujuan mana yang hendak dicapai lebih dulu.

2. Mengidentifikasi pasar yang dituju

Pasar yang dituju harus terdiri atas individu-individu yang sekiranya bersedia

membeli produk tersebut selama periode yang bersangkutan. Untuk produk baru,

tes pemasaran sangat bermanfaat untuk mengetahui pembeli-pembeli potensial.

3. Menyusun anggaran

Ini bukanlah tugas yang sederhana dan mudah. Sering menejer utama ikut

mengambil bagian dalam keputusan tentang promosi sebagai bagian dari

marketing.

4. Memilih berita

Selanjutnya mempersiapkan berita yang tepat untuk mencapai pasar yang dituju

tersebut. Tentu saja, sifat berita itu akan berbeda-beda tergantung pada tujuan

promosinya. Jika suatu produk itu masih berada pada tahap perkenalan dalam

siklus kehidupannya, maka informasi produk akan menjadi topik utama.

5. Menentukan strategi promosi

Page 71: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

142

Perusahaan dapat menggunakan tema berita yang berbeda pada masing-masing

kegiatan promosinya. Misalnya, hubungan masyarakat dapat dilakukan untuk

menciptakan kesan positif terhadap perusahaan di antara para pembeli.

6. Memilih media

Dalam hal ini kita harus mengetahui bahwa jenis media yang berbeda akan

cenderung ditujukan pada kelompok yang berbeda.

7. Mengukur efektivitas

Tanpa dilakukannya pengukuran, efektivitas tersebut akan sulit diketahui apakah

tujuan perusahaan dapat dicapai atau tidak.

8. Mengendalikan dan memodifikasikan kampanye promosi

Setelah dilakukan pengukuran efektivitas, ada kemungkinan diadakan perubahan

rencana promosi. Perubahan dapat terjadi strategi promosi, media promosi, berita,

anggaran promosi, atau cara pengalokasian anggaran tersebut. Yang penting,

perusahaan harus memperhatikan kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat untuk

menghindari kesalahan yang sama di masa mendatang.

Tujuan Promosi

Untuk melakukan kegiatan promosi, diperlukan tujuan promosi untuk dapat

mengetahui apa yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga tertentu.

Tujuan promosi menurut Basu Swastha dan Irawan (2008, p.353) adalah :

1. Modifikasi Tingkah-Laku

Berusaha merubah tingkah laku tingkah-laku dan pendapat, dan memperkuat

tingkah-laku yang ada. Penjual (sebagai sumber) selalu berusaha menciptakan

kesan baik tentang dirinya atau mendorong pembelian barang dan jasa

perusahaan.

2. Memberitahu

Ditujukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang penawaran perusahaan.

3. Membujuk

Diarahkan untuk mendorong pembelian. Hal ini dimaksudkan agar dapat

memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli.

4. Mengingatkan

Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk mempertahankan

merk produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan di

dalam siklus kehidupan produk.

Strategi dan Taktik Promosi

Menurut Basu Swastha dan Irawan (2008, p.67) strategi adalah suatu rencana

yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa perusahaan mungkin

mempunyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan

tersebut dapat berbeda. Jadi, strategi ini dibuat berdasarkan suatu tujuan. Sementara

taktik adalah tahap-tahap atau langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk

melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan strateginya,

maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik.

Faktor yang Mempengaruhi Promosi

Setiap kegiatan promosi tentu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

berjalannya kegiatan promosi tersebut. Menurut Basu Swastha dan Irawan (2008, p.

354) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi promosi, yaitu :

Page 72: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

143

1. Besarnya dana yang digunakan untuk promosi

Jumlah dana yang tersedia merupakan faktor penting yang mempengaruhi promosi.

Perusahaan yang memiliki dana lebih besar, kegiatan promosinya akan lebih

efektif dibandingkan dengan perusahaan yang hanya mempunyai sumber dana

lebih terbatas.

2. Sifat pasar

Beberapa macam sifat pasar yang mempengaruhi promosi ini meliputi :

a. Luas pasar secara geografis

Perusahaan yang hanya memiliki pasar lokal sering mengadakan kegiatan

promosi yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki pasar nasional atau

internasional. Bagi perusahaan yang mempunyai pasar lokal mungkin sudah

cukup menggunakan personal selling saja, tetapi bagi perusahaan yang

mempunyai pasar nasional paling tidak harus menggunakan periklanan.

b. Konsentrasi pasar

Konsentrasi pasar ini dapat mempengaruhi strategi promosi yang dilakukan oleh

perusahaan terhadap : jumlah calon pembeli, jumlah pembeli potensial yang

macamnya berbeda-beda, dan konsentrasi secara nasional.

c. Macam pembeli

Strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh objek

atau sasaran dalam kampanye penjualannya, apakah pembeli industri,

konsumen rumah tangga, atau pembeli lainnya.

3. Jenis produk yang dipromosikan

Faktor lain yang turut mempengaruhi strategi promosi perusahaan adalah jenis

produknya, apakah barang konsumsi atau barang industri.

4. Tahap-tahap dalam siklus kehidupan barang

Untuk mempromosikan produk baru dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus

kehidupan barang tersebut.

a. Tahap perkenalan

Perusahaan harus menjual kepada pembeli dengan mempromosikan produk

tersebut secara umum sebelum mempromosikan satu merk tertentu.

b. Tahap pertumbuhan, kedewasaan, dan kejenuhan

Perusahaan dapat menitik-beratkan periklanan dalam kegiatan promosinya.

c. Tahap kemunduran/penurunan

Perusahaan sudah harus membuat produk baru atau produk yang lebih baik, ini

disebabkan karena produk yang lama penjualannya sudah tidak menentu dan

tingkat labanya sudah semakin menurun, bahkan usaha-usaha promosinya

sudah tidak menguntungkan lagi.

III. Pembahasan

Profil TBM Kampung Buku

Berdiri pada tanggal 23 Januari 2010 dan bertempat di Jalan Abdul Rahman,

Gang Rukun RT.15/RW.05 Cibubur, Jakarta Timur 13720 Indonesia TBM

Kampung Buku didirikan. Edi Dimyati atau yang akrab dipanggil dengan Kang

Edi adalah pendiri TBM Kampung Buku yang berpendidikan Sarjana (S1) Ilmu

Perpustakaan Universitas Padjajaran Bandung. Ia mendirikan TBM Kampung

Buku yang berawal dari minat dan kecintaan, lalu berlanjut menformat saku

idealisme untuk terus berkembang di bidang perpustakaan, dokumentasi dan

informasi. Kampung Buku diharapkan dapat menjadi sarana tempat

Page 73: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

144

berkumpulnya komunitas baca di lingkungan masyarakat, terus membaca dan

tetap berkreatifitas.

Promosi TBM Kampung Buku

TBM Kampung Buku melakukan 4 langkah dalam melakukan menjalankan

strategi promosi yang akan dilakukan yaitu mencakup rencana, tujuan, strategi

dan taktik. Pembahasan mengenai promosi diperoleh dengan mewawancarai para

informan yang mengetahui persis bagaimana kegiatan promosi TBM Kampung

Buku berlangsung.

Rencana Promosi

Langkah pertama yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku ialah membuat

rencana yang juga merupakan strategi mengenai promosi yang akan dijalankan

agar menjadi lebih terarah. Berikut merupakan rencana promosi TBM Kampung

Buku :

1. Menentukan tujuan

Tujuan dari TBM Kampung Buku melakukan kegiatan promosi adalah agar

masyarakat luas dapat mengetahui TBM Kampung Buku.

2. Mengidentifikasi pasar yang dituju

Pasar yang dituju dari kegiatan promosi ini adalah masyarakat umum yaitu

untuk semua jenis kalangan, tidak memandang usia, jenis kelamin, status dan

pendidikan.

3. Menyusun anggaran

TBM Kampung Buku tidak menyusun anggaran dalam melakukan kegiatan

promosi, apabila ingin membuat spanduk, poster atau semacamnya dan belum

mempunyai anggaran yang cukup, mereka akan menabung sampai

anggarannya cukup.

4. Memilih konten

TBM Kampung Buku memasukkan informasi berupa nama TBM Kampung

Buku, kegiatan yang sudah dilakukan maupun yang belum atau akan

dilakukan, karya serta nomor telepon pengelola.

5. Menentukan strategi promosi

TBM Kampung Buku tidak menentukan strategi apa yang dijalankan untuk

promosi, sebab ide tersebut sering muncul dimana saja dan kapan saja,

sehingga mereka pun melakukannya dengan spontanitas tanpa

merencanakannya terlebih dahulu.

6. Memilih media

Selain menentukan strategi, TBM Kampung Buku juga memilih media apa

saja yang akan digunakan untuk menjalankan kegiatan promosinya. TBM

Kampung Buku memilih media sosial dan periklanan dalam melakukan

kegiatan promosi mereka.

7. Mengukur efektivitas

Sebelum strategi dijalankan, TBM Kampung Buku akan memperkirakan

terlebih dahulu apakah strategi yang didapat akan efektif atau tidak.

8. Mengendalikan dan memodifikasikan kampanye promosi

Di TBM Kampung Buku, strategi promosi tetap dikendalikan dan

dimodifikasi, seperti contohnya dengan membuat kartu donasi yang bertujuan

untuk mendanai segala aktifitas yang ada di TBM Kampung Buku.

Page 74: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

145

Taktik Promosi

Taktik atau juga bisa dikatakan sebagai promosi alternatif atau promosi khusus

dari TBM Kampung Buku bisa dikatakan cukup unik dan mungkin bahkan tidak

terpikirkan oleh TBM lainnya. TBM Kampung Buku memiliki cara unik dan

tersendiri dalam mempromosikan TBM mereka, ide-ide ini muncul dari

pengelola, pengurus, teman-teman bahkan dari anak-anak TBM Kampung Buku

juga ikut memberikan ide untuk melakukan promosi yang terbilang unik ini.

Berikut adalah taktik yang dijalankan oleh TBM Kampung Buku :

1. Mengirimkan kartu pos pada hari raya.

“Kadang kita ngirimin kartu pos kalo lebaran atau tahun baru ke

siapapun yang kira-kira haha ke perusahaan, sebenernya sih kita

ga minta ya tapi tujuannya kesana gitu haha pengen diperhatiin

gitu kan, jadi kita ngirim kartu pos. Sebenernya biar si perusahaan

itu inget gitu, gitu aja sih udah dan ga bikin proposal, ngirimnya

juga ke pemimpinnya, gatau dibaca apa engga, kadang ke bagian

pimpinannya kadang ke bagian humasnya” (Informan 1/Edi

Dimyati)

TBM Kampung Buku mengirimkan kartu pos pada hari raya (Hari Raya Idul

Fitri, Idul Adha, Natal dan lain-lain) kepada pimpinan perusahaan agar paling

tidak perusahaan ini mengetahui dan selalu mengingat keberadaan dari TBM

Kampung Buku

2. Membuat merchandise/pernak-pernik.

“Bikin kaos, stiker dan bordir” (Informan 1/Edi Dimyati)

TBM Kampung Buku membuat merchandise/pernak-pernik yaitu berupa

kaus, stiker dan border yang bertuliskan Kampung Buku.

3. Menarik perhatian masyarakat.

“Ada nih, lucunya anak-anak waktu datang ke acara ya ke

pameran buku nih, ke pameran buku kita dateng gerombolan,

terus kan suka ada informasi di depan kan ya, kalo misalkan

kehilangan apa atau nyari temen gitu, nah kita lucu-lucuan haha

pura-pura “ditunggu Syaiful dari Kampung Buku” kan orang-

Page 75: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

146

orang pada nyari-nyari kan haha kita ketawa-tawa aja di bagian

informasi kan pura-pura nungguin haha ditunggu Kang Edi dari

Kampung Buku, kan orang-orang pada denger kan haha minimal

nanyalah Kampung Buku itu apa, ya cukup segitu aja gapapa”

(Informan 1/Edi Dimyati)

TBM Kampung Buku pada saat sedang membuka stand pameran di suatu

tempat, mereka berusaha menarik perhatian pengunjung lainnya dengan

memanfaatkan pusat informasi yang ada disana. Tujuannya agar di pengeras

suara/loudspeaker nama TBM Kampung Buku bisa terdengar oleh para

pengunjung dan membuat mereka menjadi penasaran dan ingin tahu apa itu

TBM Kampung Buku lalu mengunjungi stand mereka.

4. Menambahkan nama “Kampung Buku” di akun pribadi.

“Oh iya, buat avatar di profile sendiri di akun chat pribadi gitu

kaya di BBM, Line dan WhatsApp pake nama Kampung Buku, di

statusnya gitu sih” (Informan 1/Edi Dimyati)

TBM Kampung Buku menambahkan nama “Kampung Buku” di akun pribadi

mereka masing-masing seperti di akun WhatsApp, BBM, Line dan lain-lain.

5. Menyebarkan pesan/broadcast message

“Nyebarin broadcast message gitu sih tapi sama yang ada

hubungan dengan buku, gaenak sih kalo diluar tema kan, kecuali

kalo ngadain acara kan, Kampung Buku nih, sebar, di BBM gitu

di sebar” (Informan 1/Edi Dimyati)

TBM Kampung Buku menyebarkan informasi apabila mereka akan

mengadakan suatu acara dan mengundang masyarakat.

6. Aktif di sosial media.

“Kalo bisa sih sering komen gitu, komen di taman bacaan yang

lain, di facebook, komen-komen dikit, paling mention-mention,

mancing-mancing aja sih haha. Ngupload ngupload foto terus

mention ke penerbit juga haha biar inget terus, di mention lagi di

mention lagi” (Informan 1/Edi Dimyati)

Page 76: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

147

TBM Kampung Buku sebisa mungkin sering berkomentar di sosial media

seperti contohnya di Facebook agar nama dari TBM Kampung Buku selalu

terlihat orang lain dengan harapan orang-orang akan tahu tentang TBM

Kampung Buku.

7. Kegiatan di sekolah.

TBM Kampung Buku juga mempromosikan diri mereka melalui anak-anak

yang biasanya datang berkunjung dan mempunyai kegiatan di sekolah mereka

masing masing dan menunjukkan kebolehan mereka didepan teman-temannya

dengan tujuan teman-steman mereka akan menanyakan dimana dapat berlatih

seperti itu.

8. Mengadakan acara di luar.

Jika ada kesempatan, TBM Kampung Buku menggelar buku-buku koleksi

mereka dengan beralaskan tikar di pasar kaget yang ramai dengan orang-orang

dengan tujuan anak-anak yang lewat akan datang dan berkunjung untuk

membaca buku.

Strategi Promosi Lain

Selain taktik diatas, TBM Kampung Buku melakukan 4 langkah dalam

melakukan kegiatan promosi yaitu mencakup periklanan, penjualan perorangan,

promosi penjualan, dan interactive/internet marketing.

1. Periklanan

a. Media Cetak

TBM Kampung Buku menggunakan media cetak dalam melakukan

promosi dengan menggunakan poster,brosur dan kartu nama.

b. Media Luar Ruang

TBM Kampung Buku menempelkan stiker mereka yang bertuliskan TBM

Kampung Buku di warteg atau tempat makan dan sebelumnya dengan

meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya.

2. Promosi Penjualan

a. Perlombaan

Perlombaaan adalah salah satu kegiatan promosi yang dilakukan oleh

TBM Kampung Buku agar masyarakat menjadi tahu dan lebih mengenali

TBM Kampung Buku serta dapat menjalin silaturahmi yang baik dan

menjalin keakraban lebih dalam dengan masyarakat sekitar.

Perlombaannya yaitu seperti menari, gebuk bantal, 17 Agustus-an,

bulutangkis dan lain-lain.TBM Kampung Buku mengadakan acara

perlombaan tidak hanya pada saat Agustus-an tetapi juga pada hari-hari

biasa ketika mereka sedang bosan dan ingin memainkan suatu permainan

yang berbeda dari biasanya.

b. Produk Kreatifitas

Kegiatan promosi lainnya yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku

adalah melahirkan produk kreatifitas anak. Beberapa di antaranya adalah :

1. Kelompok Tari Tradisional dan Tari Modern.

2. Kelompok Rebana dan Marawis.

3. Situs resensi www.wisata-buku.com.

Page 77: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

148

4. Emergency Library. Tim pustakawan yang memberikan konsultasi

kepada perpustakaan yang sedang atau akan melakukan setup.

5. Yoyo Mania.

6. Pada tahun 2012, obsesi selanjutnya adalah membuat situs tempat-

tempat wisata di Indonesia. www.panduansangpetualang.com yang

saat ini masih dalam proses persiapan khusus dicipta untuk dijadikan

rujukan para pelancong dan dijadikan sebagai media pengetahuan

wisata.

c. Pertunjukkan

TBM Kampung Buku juga mengadakan pertunjukkan untuk

mengundang masyarakat sekitar. Pertunjukkan yang sudah pernah

ditampilkan adalah tari Betawi, tari Tor Tor, Tari Jaipong dan Tari Modern

serta parodi atau teater drama yang berjudulkan “Parodi Roma Merana”.

Anak-anak dari TBM Kampung Buku itu sendirilah yang melakoninya

dengan semangat dan percaya diri.

d. Kegiatan Kreatifitas Anak

Sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2014 TBM Kampung Buku sudah

banyak melakukan kegiatan kreatifitas anak sebagai salah satu kegiatan

promosi TBM mereka, dan hal ini terbukti efektif untuk mengundang anak-

anak dan masyarakat sekitar untuk datang dan bergabung ke dalam kegiatan

ini. Kegiatan tersebut adalah :

Kegiatan Kreatifitas :

1. Belajar Menjadi Arsitek

2. Membuat Layang-layang

3. Membuat Wayang Botol

4. Kerajinan Flanel

5. Kerajinan Tanah Liat

6. Membuat perahu-perahuan dari bathtub bekas

7. Sabtu Masak (SAMSAK) yaitu membuat donat

Kegiatan Luar Ruang :

1. Perang Air

2. Bazar

3. Silat

4. Berkunjung ke Museum

Kegiatan Sosial :

1. Sunatan Masal

2. Buka Bersama Puasa

3. Berbagi di Panti Asuhan

4. Nonton Bareng Film Edukasi

3. Penjualan perorangan

b. Pameran

TBM Kampung Buku pernah membuka pameran yaitu di Museum Bank

Mandiri sebanyak dua kali dan di Universitas Gunadarma.

c. Word of Mouth (WOM)

TBM Kampung Buku pada awalnya mempromosikan diri mereka

melalui omongan atau ajakan ke anak-anak dan menyuguhkan berbagai

macam permainan kepada mereka agar anak-anak tersebut akan datang

kembali dan membawa serta teman-teman mereka.

Page 78: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

149

4. Interactive/Internet Marketing

Pemanfaatan internet sebagai salah satu sarana promosi yang dilakukan

oleh TBM Kampung Buku adalah dengan pembuatan fanpage, twitter, dan

website TBM Kampung Buku. Situs website, twitter dan fanpage TBM

Kampung Buku yang dapat diakses oleh masyarakat adalah : 1. Website (http://kampungbuku.org/)

2. Twitter (https://twitter.com/kampungbuku)

3. Fanpage (https://www.facebook.com/kampung.buku?fref=ts)

Melalui website ini, pengunjung mendapatkan berbagai informasi

mengenai TBM Kampung Buku, contohnya seperti awal dibangunnya

TBM Kampung Buku, misi dari TBM Kampung Buku, agenda kegiatan,

divisi hobi (yoyo, tari, marawis, badminton, line dance), galeri yang

berisikan foto-foto yang berkaitan dengan TBM Kampung Buku, kontak,

kabar, tips dan berbagai macam kegiatan apa saja dilakukan di TBM

Kampung Buku.

Faktor yang Mempengaruhi Promosi

Dalam menjalani kegiatan promosi tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi

berjalannya kegiatan promosi dari TBM Kampung Buku ini. Faktor-faktornya

adalah :

1. Waktu

Waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya kegiatan

promosi dari TBM Kampung Buku, sebab pendiri yang merupakan sekaligus

pengelola mempunyai pekerjaan lain selain mengelola TBM Kampung ini,

yaitu bekerja di Majalah Hai Kompas sehingga tidak bisa total dalam

menjalankan kegiatan promosi, seperti selalu meng-update akun sosial seperti

website dan fanpage.

2. Desain

Untuk melakukan desain, informan 1 meminta bantuan kepada temannya

untuk dibuatkan desain (poster, brosur, kartu nama dan spanduk), tetapi hal itu

juga bergantung kepada temannya apakah sedang ada waktu untuk

membuatkan desain atau tidak.

3. Dana

Dana tentu saja merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

kegiatan promosi di lembaga manapun, hal ini juga terjadi di TBM Kampung

Buku. Selama ini TBM Kampung Buku menggunakan dana pribadi dan dana

iuran kelompok tari yang dikenakan Rp 10.000/bulan dalam melakukan

kegiatan promosi. Hal ini dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan

TBM Kampung Buku untuk menjalankan kegiatan promosinya, karena

pengelola harus menabung terlebih dahulu agar dapat memenuhi anggaran

yang sudah direncanakan.

4. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi berjalannya kegiatan promosi untuk menyebarkan informasi

mengenai TBM Kampung Buku.

Page 79: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

150

Dampak Promosi

Dengan melakukan kegiatan promosi, TBM Kampung Buku tentu mendapatkan

dampak atau efek dari kegiatan tersebut. Contohnya adalah:

a. TBM Kampung Buku banyak mendapatkan sumbangan dari berbagai pihak

seperti dari perusahaan, komunitas dan juga masyarakat lingkungan sekitar

dalam bentuk fisik maupun material.

b. Sudah banyak yang mengetahui keberadaan dari TBM Kampung Buku ini,

dari masyarakat, perusahaan, dan juga stasiun TV contohnya.

c. TBM Kampung Buku menjadi lebih ramai karena banyak yang datang untuk

mampir berkunjung untuk melihat-lihat perpustakaan dan juga melihat

kegiatan yang ada atau sedang dilakukan disana.

Standar Taman Bacaan Masyarakat (TBM)

Sebagai taman bacaan masyarakat, TBM Kampung Buku sudah menjadi

perpustakaan atau taman bacaan masyarakat yang ideal, karena TBM Kampung

Buku ini telah memiliki koleksi yang memadai, tersedianya ruangan untuk koleksi,

tempat untuk kegiatan TBM, dan juga fasilitas yang cukup. Selain itu, ada beberapa

hal yang juga mendukung TBM Kampung Buku menjadi taman bacaan masyarakat

yang ideal, yaitu :

1. Pemilihan buku

Pemilihan buku untuk pengunjung dari taman bacaan ini sudah pas karena

pengunjung TBM Kampung Buku kebanyakan adalah anak-anak, dan mereka

disuguhkan dengan berbagai macam buku fiksi seperti contohnya buku cerita

dan dongeng.

2. Program kegiatan lain

Selain perpustakaan, TBM Kampung Buku juga menyediakan berbagai

macam kegiatan sebagai kegiatan lain penunjang kegiatan utama membaca,

kegiatan itu antara lain seperti yoyo, menari, marawis, dan juga line dance.

3. Pendanaan yang memadai

Dalam pendanaan, TBM Kampung Buku memiliki dana yang cukup dan

memadai demi kelangsungan dari taman bacaan ini, dana tersebut diperoleh

dari sumbangan, donasi, dan juga iuran yang berasal dari kegiatan tari menari.

Kesimpulan dan Saran

Strategi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku adalah dengan

menggunakan beberapa taktik atau promosi khusus yaitu contohnya seperti

mengirimkan kartu pos pada hari raya (Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan

lain-lain) kepada pimpinan perusahaan atau ke bagian Humas, membuat

merchandise/pernak-pernik yaitu berupa kaus, stiker dan border, menarik perhatian

masyarakat ditempat umum, menambahkan nama “Kampung Buku” di akun

pribadi masing-masing seperti di akun WhatsApp, Blackberry Messanger/BBM,

Line dan lain-lain, menyebarkan pesan/broadcast messageapabila mereka akan

mengadakan suatu acara, sering muncul di sosial media, melalui kegiatan anak-

anak TBM Kampung Buku di sekolah mereka masing-masing, dan juga

mengadakan acara di luar lokasi Kampung Buku.Selain itu TBM Kampung juga

melakukan kegiatan promosinya melalui periklanan (media cetak dan media luar

ruang), promosi penjualan (perlombaan, produk kreatifitas, pertunjukkan, kegiatan

Page 80: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

151

kreatifitas anak), penjualan perorangan (seminar dan diskusi, pameran, word of

mouth/WOM), media interaktif.

Namun yang disayangkan adalah TBM Kampung Buku belum optimal dalam

melakukan kegiatan promosi, karena belum melibatkan organisasi di lingkungan

sekitar, seperti contohnya adalah karang taruna atau remaja masjid. Selain itu TBM

Kampung Buku masih terlihat lebih menonjolkan kegiatannya saja, seperti

contohnya yoyo dan tari dibandingkan dengan mempromosikan mengenai jasa,

layanan, koleksi, fasilitas dari taman bacaan Kampung Buku itu sendiri.

Saran untuk TBM Kampung Buku adalah lebih ditingkatkan kembali strategi

promosi unik yang telah dilakukan oleh TBM Kampung Buku, contohnya dengan

mengajak dan melibatkan organisasi-organisasi yang ada di lingkungan sekitar,

menciptakan kembali ide-ide unik lainnya seperti contohnya yaitu dengan selalu

mengucapkan kata “Kampung Buku” di tiap akhir kalimat pada saat mengobrol di

tempat umum dan dilakukan dengan volume yang agak cukup besar di bagian

“Kampung Buku” dengan tujuan orang-orang akan mendengarnya, kegiatan

seperti ini bertujuan agar TBM Kampung Buku dicap sebagai TBM yang

mempunyai segala macam atau seribu ide unik dalam mempromosikan

perpustakaan mereka dengan harapan masyarakat akan datang untuk

memanfaatkan segala jasa, fasilitas dan layanan yang ada serta memberikan

sumbangan berupa koleksi atau dana kepada TBM Kampung Buku agar fasilitas

yang ada bisa semakin berkembang, semakin mempererat komunikasi dan promosi

terhadap masyarakat sekitar agar masyarakat mau membantu memberikan dana

bantuan dan relawan untuk dapat mengembangkan TBM Kampung Buku lebih

baik lagi, memasang pengumuman mengenai dibutuhkan tenaga relawan atau

volunteer yang bertujuan agar kegiatan promosi dapat berjalan dengan lancar dan

baik, melakukan kegiatan promosi jangan hanya mempromosikan kegiatan saja

tetapi juga mengenai taman bacaan Kampung Buku itu sendiri seperti contohnya

mengenai jasa, layanan, koleksi dan fasilitas yang ada sehingga bisa seimbang di

antara keduanya, selain itu agar tidak monoton dan lebih bervariasi, dalam menarik

minat anak-anak tidak hanya melalui kegiatan-kegiatan seperti yoyo dan menari

saja tetapi juga dapat dilakukan pula dengan cara mendongeng.

Daftar Acuan

Arifin, Ali. (2005). Seni Menjual : Perspektif Bisnis, Ide-ide Penjualan serta

Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI.

Basu Swastha, Irawan. (2008). Menejemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:

Liberty.

Basuki, Sulistyo. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

.... (2009). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah

dan Pemuda. (2003). Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta

: Bumi Aksara.

Hendrayana Haris, Heri. (2015, 21 Juni). Wawancara Pribadi.

In, Charlie. (2004). Mengukir Strategi Pemasaran : Untuk Meningkatkan Bisnis

dan Profit Anda. Jakarta: Gramedia.

Page 81: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

152

Jogiyanto. (2009). Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI.

Monle Lee, Carla Johnson. (2007). Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam

Perspektif Global. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Morrisan. (2010). Periklanan : Komunikasi Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Priharmoko, Patria. (2003). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Word Of

Mouth Pada Konsumen. Jakarta : Universitas Indonesia.

Sabarguna, Boy S. (2004). Analisis Data pada Penelitian Kualititaif. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukarman, Rachmat Natadjumen. (2000). Pedoman Umum Penyelenggaraan

Perpustakaan Umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Sutarno. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.

.... (2006). Mengenal Perpustakaan. Jakarta: Jala Permata Pasar Minggu.

.... (2004). Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Samitra

Media Utama.

.... (2006). Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung

Seto.

Page 82: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

153

Pedoman Penulisan Artikel Jurnal

Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan

Kearsipan

Berikut merupakan kelengakan untuk format penulisan Jurnal llmu lnformasi,

Perpustakaan, dan Kearsipan yang terstruktur mulai dari awal, berupa judul

artikel hingga cara penulisan daftar acuan di akhir tulisan.

1. Format tulisan dalam microsoft word Times New Roman.

2. JUDUL ARTIKEL

( all caps, 14 point, bold, centered )

(kosong satu spasi tunggal)

Nama Penulis, gelar (12pt)

(kosong satu spasi tunggal)

Nama Program Studi, Fakultas, Nama Universitas, Alamat Kota, Kode pos atau (J

Opt)

Nama Lembaga, Alamat Kota, Kode Pos (J Opt)

(kosong satu spasi tunggal)

E-mail: [email protected] (J Opt, italic)

(kosong dua spasi tunggal)

3. Abstrak (J 2pt, bold)

(kosong satu spasi tunggal)

Abstrak harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris. Abstrak

Bahasa Indonesia ditulis terlebih dahulu lalu diikuti abstrak dalam bahasa lnggris. Jenis

huruf yang digunakan Times New Roman, ukuran l O pt, spasi tunggal. Abstrak

sebaiknya meringkas isi yang mencakup tujuan penelitian, metode penel itian, serta

hasil analisis

yang disampaikan tidak lebih dari 250 kata.

(kosong satu spasi tunggal)

4. Kata Kunci : Maksimum 5 kata kunci ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Jnggris . (10 pt italic)

(kosong dua spasi tunggal)

Abstract {12pt, bold)

Page 83: Jurnal - Universitas Indonesia

V O L U M E 1 7 , N O M O R 2 , O K T O B E R 2 0 1 5

154

Key words: (10 pt italic)

(kosong tiga spasi tunggal)

5. Bentuk Naskah

-Judul -Nama Penulis

Pedoman Penulisan Jurnal -Disertai afiliasi (alamat institusi, bila sudah bekerja di institusi atau organisasi/ misalnya bisa ditulis

pemerhati ilmu

perpustakaan dan informasi dst . .. Iihat contoh)

-alamat email

- Abstrak (bahasa Tnggris dan bahasa Indonesia) dan kata kunci

-Pendahuluan (12 pt, bold)

(satu spasi tunggal kosong) yang mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian,

tinjauan

literatur dan studi sebelumnya,

-Metode Penelitian (satu spasi tunggal kosong)

rnencakup partisipan penelitjan, metode pengumpulan data, dan proses pengumpulan data

-Analisis dan Interpretasi Data (satu spasi tunggal kosong)

-Kesimpulan (satu spasi tunggal kosong)

-Daftar Acuan (mengikuti format AP A (American Psychological Association) (satu spasi tunggal kosong)

-Lampiran (satu spasi tunggal kosong)

6. Jumlah ha la man 10 -15, termasuk abstrak dan daftar acuan dan lampiran 7. Format tulisan dalam Microsoft Word (doc)

8. Naskah yang sudah masuk akan diseleksi untuk diterbitkan di jurnal DIPI (penerbitan di jurnal DIPI dipilih

berdasarkan kesesuaian topik yang akan diterbikan)oleh Dewan Redaksi dan bila diperlukan akan dilakukan penyempurnaan tanpa mengubah isi naskah

9. Batas akhir pengiriman naskah paling lambat untuk semester ganap t ahun 2012/2013 adalah 2 minggu

setelah sidang pada bu Ian Juni - Juli 2013 10. Artikel dikirim ke www.jipi-ui.web.id dengan aplikasi Jurnal Online.

11. Biografi singkat penulis dalam file yang berbeda

Page 84: Jurnal - Universitas Indonesia

J U R N A L I L M U I N F O R M A S I , P E R P U S T A K A A N , D A N K E A R S I P A N

155