jurnal teknik industri-penjadwalan penyelesaian konstruksi menggunakan analisis jaringan kerja

12
PENJADWALAN PENYELESAIAN KONSTRUKSI TOP COAT BOOTH EXPANSION MENGGUNAKAN ANALISIS JARINGAN KERJA (STUDI KASUS DI PT. XYZ) Muhammad Kholil (1) , Rudini Mulya (2) Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta Email: 1) [email protected] , 2) [email protected] ABSTRAK Penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dijadwalkan selesai pada bulan September 2013. Metode penjadwalan yang ada masih menggunakan Bar Chart, untuk mencegah adanya keterlambatan penyelesaian, dilakukan penjadwalan ulang menggunakan metode analisis jaringan kerja. Metode Analisis Jaringan Kerja merupakan peningkatan dari metode Bar Chart untuk dapat menentukan penjadwalan yang lebih efektif dan efisien. Metode yang digunakan yaitu Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation and Review Technique (PERT), dalam kasus ini dapat mempercepat waktu penyelesaian kegiatan konstruksi dengan cara dilakukan crashing program pada jalur kritisnya. Hasil yang ditunjukan bahwa penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dapat dipersingkat dari 318 hari waktu normal (metode Bar Chart) menjadi 272 hari dengan teknik perhitungan CPM, dan 280 hari dengan teknik perhitungan PERT. Penjadwalan terpilih menggunakan metode CPM karena menghasilkan waktu penyelesaian tersingkat. Setelah dilakukan crashing program pada jalur kritis CPM, waktu penyelesaian konstruksi dapat dipersingkat menjadi 260 hari dengan kenaikan biaya 0,7% (Rp. 7.399.517.000 menjadi Rp. 7.450.860.000) tetapi terjadi peningkatan produktivitas sebesar 3,5x10 -6 % dari 4,3x10 -6 %. Kata kunci : penjadwalan, analisis jaringan kerja, CPM PERT, percepatan ABSTRACT The completion of Top Coat Booth Expansion construction scheduled to complete in September 2013. The existing scheduling method is still use Bar Chart, to avoid any delay in completion, reschedule is using network analysis method. Network Analysis method is an improvement from Bar Chart method to determine more effective and efficient schedule. The method used is Critical Path Method (CPM) and Project Evaluation and Review Technique (PERT), in this case, using crashing program in it’s critical path will accelerate the construction completion. The result showing that the construction completion can shortened from 318 days normal time (bar chart method) to 272 days with CPM calculation technique, and 280 days with PERT calculation technique. The Method of CPM is selected to use for operating the shortest finish time. After crashing program in CPM critical path done, the construction completion can be shortened to 260 days with 0.7% cost increase (IDR 7.399.517.000 to IDR 7.450.860.000) but increase in productivity of 3,5x10 -6 % from 4,3x10 -6 % Keywords : scheduling, network analysis, CPM - PERT, crashing

Upload: rudini-mulya

Post on 19-Jan-2016

357 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

PENJADWALAN PENYELESAIAN KONSTRUKSI TOP COAT BOOTH EXPANSION

MENGGUNAKAN ANALISIS JARINGAN KERJA

(STUDI KASUS DI PT. XYZ)

Muhammad Kholil (1)

, Rudini Mulya (2)

Program Studi Teknik Industri

Universitas Mercubuana – Jakarta

Email: 1)

[email protected], 2)

[email protected]

ABSTRAK

Penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dijadwalkan selesai pada bulan September

2013. Metode penjadwalan yang ada masih menggunakan Bar Chart, untuk mencegah adanya

keterlambatan penyelesaian, dilakukan penjadwalan ulang menggunakan metode analisis jaringan

kerja.

Metode Analisis Jaringan Kerja merupakan peningkatan dari metode Bar Chart untuk

dapat menentukan penjadwalan yang lebih efektif dan efisien. Metode yang digunakan yaitu

Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation and Review Technique (PERT), dalam kasus

ini dapat mempercepat waktu penyelesaian kegiatan konstruksi dengan cara dilakukan crashing

program pada jalur kritisnya.

Hasil yang ditunjukan bahwa penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dapat

dipersingkat dari 318 hari waktu normal (metode Bar Chart) menjadi 272 hari dengan teknik

perhitungan CPM, dan 280 hari dengan teknik perhitungan PERT. Penjadwalan terpilih

menggunakan metode CPM karena menghasilkan waktu penyelesaian tersingkat. Setelah

dilakukan crashing program pada jalur kritis CPM, waktu penyelesaian konstruksi dapat

dipersingkat menjadi 260 hari dengan kenaikan biaya 0,7% (Rp. 7.399.517.000 menjadi

Rp. 7.450.860.000) tetapi terjadi peningkatan produktivitas sebesar 3,5x10-6

% dari 4,3x10-6

%.

Kata kunci : penjadwalan, analisis jaringan kerja, CPM – PERT, percepatan

ABSTRACT

The completion of Top Coat Booth Expansion construction scheduled to complete in

September 2013. The existing scheduling method is still use Bar Chart, to avoid any delay in

completion, reschedule is using network analysis method.

Network Analysis method is an improvement from Bar Chart method to determine more

effective and efficient schedule. The method used is Critical Path Method (CPM) and Project

Evaluation and Review Technique (PERT), in this case, using crashing program in it’s critical

path will accelerate the construction completion.

The result showing that the construction completion can shortened from 318 days normal

time (bar chart method) to 272 days with CPM calculation technique, and 280 days with PERT

calculation technique. The Method of CPM is selected to use for operating the shortest finish time.

After crashing program in CPM critical path done, the construction completion can be shortened

to 260 days with 0.7% cost increase (IDR 7.399.517.000 to IDR 7.450.860.000) but increase in

productivity of 3,5x10-6

% from 4,3x10-6

%

Keywords : scheduling, network analysis, CPM - PERT, crashing

Page 2: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

2

1. PENDAHULUAN

Keberlangsungan suatu proyek

ditentukan oleh tiga hal utama yaitu,

perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian

(Husein, 2009) Penjadwalan dipergunakan

sebagai pedoman dalam melaksanakan

proyek sehingga proyek dapat dilaksanakan

dengan waktu yang optimal. Tanpa

penjadwalan yang tepat maka bukanlah tidak

mungkin dalam suatu proyek akan

mengalami keterlambatan yang dapat

merugikan perusahaan, misalnya

pemborosan waktu dan tenaga kerja yang

mengakibatkan peningkatan biaya.

Penyelesaian proyek yang tepat waktu

tentunya memerlukan suatu metode

penjadwalan yang lebih baik dan matang

sehingga turut menunjang tercapainya tujuan

perusahaan. Beberapa metode telah

dikembangkan untuk mengatasi masalah

tersebut seperti metode analisis jaringan

kerja yang merupakan penyempurnaan

metode bagan balok. Di antara berbagai

versi analisis jaringan kerja yang amat luas

pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis

(Critical Path Method - CPM), Teknik

Evaluasi dan Review Proyek (Project

Evaluation and Review Technique - PERT)

dan metode Preseden Diagram (Preceden

Diagram Methode-PDM) (Soeharto, 1999)

Dalam penelitian Adli Muhtadi (2009)

“Manajemen Proyek berbasis Efisiensi

Waktu” penjadwalan menggunakan analisis

jaringan kerja dapat mencegah adanya

keterlambatan, sehingga kegiatan proyek

dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan dengan cara dilakukan

percepatan.

Konstruksi Top Coat Booth Expansion

merupakan salah satu main activity dari

proyek Expansion 130.000 unit/tahun di PT.

XYZ yang dikerjakan oleh kontraktor PT.

Taikisha (TKS). Konstruksi tersebut harus

selesai tepat waktu bulan Agustus 2013

dikarenakan akan dilakukan pemasangan

robot dari pihak kontraktor lain.

Penjadwalan konstruksi tersebut masih

menggunakan metode bagan balok, sehingga

tidak diketahui kegiatan yang bersifat kritis

yang tidak boleh mengalami keterlambatan.

Untuk mengantisipasi adanya

keterlambatan penyelesaian konstruksi,

dilakukan penjadwalan menggunakan

metode analisis jaringan kerja (CPM –

PERT) dan dilakukan percepatan

penjadwalan dengan cara analisis jalur kritis.

Hasil yang diharapkan yaitu dengan analisis

jaringan kerja nantinya dapat digunakan

sebagai acuan untuk mengontrol serta

mengkoordinasi dari berbagai kegiatan

sehingga durasi proyek dapat diselesaikan

tepat waktu.

2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Berapa durasi penyelesian konstruksi

Top Coat Booth Expansion

menggunakan metode CPM dan PERT?

2. Berapa durasi dan kenaikan biaya

setelah dilakukan percepatan (crashing)

pada jalur kritis?

3. Bagaimana perbandingan penyelesaian

kegiatan secara normal dengan setelah

dilakukan percepatan?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang hendak dicapai pada

penelitian ini yaitu:

1. Menghitung durasi waktu penyelesaian

konstruksi dengan metode CPM dan

PERT untuk mendapatkan waktu

penyelesaian tersingkat.

2. Menghitung durasi dan kenaikan biaya

bila dilakukan percepatan (crashing)

penyelesaian konstruksi.

3. Membandingkan penjadwalan

konstruksi sebelumnya yang

menggunakan metode bagan balok

dengan metode analisis jaringan kerja

untuk mengetahui penjadwalan yang

lebih efektif

4. BATASAN MASALAH

1. Penelitian dilakukan di divisi Paint

Finishing System yang menangani

konstruksi Top Coat Booth Expansion

untuk periode September 2012 s/d

Agustus 2013.

2. Penyusunan jadwal yang optimal CPM-

PERT.

3. Mengidentifikasi jalur kritis dan

pengurangan waktu penyelesaian.

Asumsi-asumsi

1. Pada proses percepatan

penjadwalan, sumber daya

dianggapn tersedia dan bukan

merupakan suatu hambatan.

2. Kegiatan yang dilalui oleh jalur

kritis berjalan sesuai dengan waktu

yang telah ditetetapkan.

Page 3: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

3

5. LANDASAN TEORI

Penjadwalan Proyek Konstruksi

Rangkaian kegiatan proyek terdiri atas

tahap studi kelayakan, tahap perencanaan

dan perancangan, tahap pelelangan/tender,

dan tahap pelaksanaan konstruksi. Dari hal

ini dapat kita lihat bahwa perencanaan

adalah salah satu bagian yang penting dalam

proyek konstruksi.

Dalam perencanaan proyek seorang

pengambil keputusan dihadapkan pada

pilihan dalam menetapkan sumber daya

yang tepat. Salah satu bagian perencanaan

adalah penjadwalan (scheduling), di mana

penjadwalan ini merupakan gambaran dari

suatu proses penyelesaian dan pengendalian

proyek. Dalam penjadwalan ini akan tampak

uraian pekerjaan, durasi atau waktu

penyelesaian setiap pekerjaan, waktu mulai

dan akhir setiap pekerjaan dan hubungan

ketergantungan antara masing-masing

kegiatan.

Pada umumnya penjadwalan proyek

dikerjakan oleh konsultan perencana dan

kemudian dikoordinasikan dengan

kontraktor dan pemilik (owner) dengan

ketentuan yang telah disepakati dalam

kontrak. Dengan demikian, maka

penjadwalan waktu setiap kegiatan proyek

perlu diatur secara efisien dan seoptimal

mungkin sehingga tidak akan terjadi

keterlambatan penjadwalan waktu, maka

kontraktor membuat pengelolaan

penjadwalan proyek sesuai dengan

karakteristik proyek konstruksi yang

direncanakan dan kondisi di lapangan pada

waktu pelaksanaan, serta mudah untuk

dimonitoring pada setiap waktu. Untuk

penjadwalan waktu, yang akan dibahas pada

penelitian ini adalah perbandingan antara

Metode Bar Chart, Metode Analisis

Jaringan Kerja (Network Diagram).

Metode Analisis Jaringan Kerja

Metode Network Diagram atau metode

jaringan kerja diperkenalkan pada tahun 50-

an oleh tim perusahaan DuPont dan Rand

Corporation untuk mengembangkan sistem

kontrol manajemen. Metode ini

dimaksudkan untuk merencanakan dan

mengendalikan sejumlah besar kegiatan

yang memiliki hubungan ketergantungan

yang kompleks dalam masalah desain-

engineering, konstruksi, dan pemeliharaan.

Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar

kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan

kegiatan kritis (Husein, 2009).

Dari segi penyusunan jadwal, jaringan

kerja dipandang sebagai suatu langkah

penyempurnaan metode Bar Chart, karena

dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang belum terpecahkan oleh

metode tersebut. Jaringan kerja merupakan

metode yang mampu menyuguhkan teknik

dasar dalam menentukan urutan dan kurun

waktu kegiatan proyek, dan selanjutnya

dapat memperkirakan waktu penyelesaian

proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1999).

Ada beberapa macam metode analisis

jaringan kerja yang dapat digunakan dalam

penjadwalan waktu proyek, antara lain

(Soeharto, 1999):

a) Critical Path Method (CPM)

b) Project Evaluation and Review

Technique (PERT)

c) Precedence Diagramming Method

(PDM)

Metode CPM dan PERT termasuk

dalam klasifikasi activity on arrow (AOA)

sedangkan PDM adalah activity on node

(AON). Kegiatan anak panah, atau AOA,

disini kegiatan digambarkan sebagai anak

panah yang menghubungkan dua lingkaran

yang mewakili dua peristiwa, ekor anak

panah merupakan awal kegiatan dan

ujungnya akhir kegiatan, nama dan kurun

waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas

dan di bawah anak panah. Kegiatan ditulis di

dalam kotak atau lingkaran, yang disebut

AON, anak panah hanya menjelaskan

hubungan ketergantungan di antara kegiatan-

kegiatan. Tanda/symbol dalam pembuatan

jaringan kerja ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 1. Tanda/Simbol Dalam Membuat Jaringan Kerja

(Sumber : Soeharto, 1999)

CPM (Critical Path Method)

CPM adalah suatu metode perencanaan

penjadwalan proyek konstruksi yang dapat

menunjukkan aktivitas-aktivitas kritis.

Aktivitas-aktivitas kritis tersebut sangat

mempengaruhi waktu penyelesaian dari

Page 4: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

4

suatu proyek, karena jika penyelesaian

pekerjaan dari salah satu aktivitas kritis

terlambat maka proyek akan mengalami

keterlambatan pelaksanaannya, yang berrarti

akan menyebabkan keterlambatan

penyelesaian proyek secara keseluruhan

(O’Brien, 1984).

Menggunakan CPM, pendekatan yang

dilakukan secara deterministik hanya

menggunakan satu jenis durasi pada

kegiatannya. Adapun istilah-istilah yang

digunakan dalam metode CPM adalah

sebagai berikut:

a) Earliest Start Time (ES) adalah waktu

paling awal suatu kegiatan dapat

dimulai, dengan memperhitungkan

waktu kegiatan yang diharapkan dan

persyaratan urutan kegiatan.

b) Latest Start Time (LS) adalah waktu

paling lambat untuk dapat memulai

suatu kegiatan tanpa penundaan

keseluruhan proyek.

c) Earliest Finish Time (EF) adalah waktu

paling awal suatu kegiatan dapat

diselesaikan.

d) Latest Finish Time (LF) adalah waktu

paling lambat untuk dapat

menyelesaikan suatu kegiatan tanpa

penundaan penyelesaian proyek secara

keseluruhan.

e) Duration (D) adalah kurun waktu

kegiatan.

Lingkaran kejadian dalam penentuan

waktu menggunakan CPM dilihat pada

gambar 2.

Gambar 2. Lingkaran Kejadian CPM

(Sumber, Dimyati, Dimyati, 2010)

Teknik Perhitungan CPM

Adapun perhitungan yang harus

dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara

perhitungan maju (forward computation)

dan perhitungan mundur (backward

computation). Pada perhitungan maju,

perhitungan bergerak mulai dari initial event

menuju terminal event maksudnya ialah

menghitung saat yang paling tercepat

terjadinya events dan saat paling cepat

dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-

aktivitas (ES dan EF).

Perhitungannya adalah: EF = ES + D

EF = Earliest Finish

ES = Earliest Start

D = Duration

Ada tiga langkah yang harus dilakukan

pada perhitungan maju, yaitu:

a. Saat tercepat terjadinya initial event

ditentukan pada hari ke nol sehingga

untuk initial event berlaku ES=0

b. Sebuah event hanya dapat terjadi jika

aktivitas-aktivitas yang mendahuluinya

telah diselesaikan. Maka saat paling

cepat terjadinya sebuah event sama

dengan nilai terbesar dari saat tercepat

untukmenyelesaikan aktivitas-aktivitas

yang berakhir pada event tersebut.

c. Diantara dua peristiwa tidak boleh ada 2

kegiatan, sehingga untuk

menghindarinya digunakan kegiatan

semu atau dummy yang tidak

mempunyai durasi.

Pada perhitungan mundur, perhitungan

bergerak dari terminal event menuju ke

initial event. Tujuannya ialah untuk

menghitung saat paling lambat terjadinya

events dan saat paling lambat dimulainya

dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (LS,

dan LF).

Perhitungannya adalah LS = LF – D

LS = Latest Start

LF = Latest Finish

D = Duration

Seperti halnya pada perhitungan maju,

pada perhitungan mundur ini pun terdapat

dua langkah, yaitu sebagai berikut:

a. Pada terminal event berlaku LF=LS.

b. Setiap aktivitas hanya dapat dimulai

apabila event yang mendahuluinya telah

terjadi. Oleh karena itu, saat paling

lambat terjadinya sebuah event sama

dengan nilai terkecil dari saat-saat

paling lambat untuk memulai aktivitas-

aktivitas yang berpangkal pada event

tersebut.

PERT (Project Evaluation and Review

Technique)

PERT merupakan suatu metode analitik

yang digunakan untuk menjadwal

penyelesaian pekerjaan dan menganggarkan

sumber-sumber daya untuk menyelesaikan

pekerjaan pada jadwal tertentu (Purnomo,

2004). PERT mempunyai banyak kesamaan

dengan CPM, bila CPM memperkirakan

waktu komponen kegiatan proyek dengan

pendekatan deterministik satu angka yang

mencerminkan adanya kepastian, maka

PERT direkayasa untuk menghadapi situasi

i

ES LS

j

EF LF

D

Page 5: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

5

dengan kadar ketidakpastian (Soeharto,

1999).

Berbeda dengan CPM dan PDM yang

menggunakan perkiraan waktu komponen

kegiatan proyek dengan pendekatan

deterministik (satu angka yang

mencerminkan adanya kepastian), PERT

menggunakan pendekatan probabilistik yang

dirancang untuk menghadapi situasi dengan

kadar ketidakpastian (uncertainly) yang

tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan

(Soeharto, 1999). Adapun istilah yang

digunakan dalam metode PERT adalah

sebagai berikut:

a) Earliest Time of Occurance (TE) adalah

saat tercepat terjadinya kegiatan

b) Latest Time of Occurance (TL) adalah

saat paling lambat terjadinya kegiatan

c) Expected Duration (Te) adalah durasi

kegiatan yang diharapkan yang terdiri

dari tiga angka estimasi, untuk

mendapatkan nilai mean durasi:

Te = (To+4Tm+Tp)/6. Tiga angka

estimasi PERT yaitu:

To = kurun waktu optimistik

(optimistic duration time), yaitu

durasi tercepat yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan suatu kegiatan

bila segala sesuatunya berjalan

dengan baik.

Tm = kurun waktu yang paling

mungkin (most likely time), yaitu

durasi yang paling sering terjadi bila

suatu kegiatan dilakukan berulang-

ulang dengan kondisi yang hampir

sama.

Tp = kurun waktu pesimistik

(pessimistic duration time), yaitu

durasi yang paling lama dibutuhkan

untuk menyelesaikan suatu kegiatan

bila segala sesuatunya berjalan

dalam kondisi buruk.

Lingkaran kejadian dalam penentuan

waktu menggunakan PERT dilihat pada

gambar 3.

Gambar 3. Lingkatan Kejadian PERT

(Sumber : Dimyati, Dimyati, 2010)

Teknik Perhitungan PERT Perhitungan dengan metode PERT sama

seperti CPM yaitu dengan cara perhitungan

maju (forward computation) dan

perhitungan mundur (backward

computation). Pada perhitungan maju,

perhitungan bergerak mulai dari initial event

menuju terminal event maksudnya ialah

menghitung saat yang paling tercepat

terjadinya events dan saat paling cepat

dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-

aktivitas (TEi dan TEj). Pada initial event

berlaku TE=0.

Perhitungannya: TEj = TEi + Te(i,j).

TEj = waktu mulai kegiatan j

TEi = waktu mulai kegiatan i

Te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j

Pada perhitungan mundur, perhitungan

bergerak dari terminal event menuju ke

initial event. Tujuannya ialah untuk

menghitung saat paling lambat terjadinya

events dan saat paling lambat dimulainya

dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TLi,

dan TLj). Pada terminal event berlaku

TL=TE.

Perhitungannya TLi = TLj - Te(i,j).

TLi = waktu selesai kegiatan i

TLj = waktu selesai kegiatan j

Te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j

Menurut Soeharto (1999) estimasi

kurun waktu kegiatan metode PERT

memakai rentang waktu dan bukan kurun

waktu yang relatif mudah dibayangkan.

Rentang waktu ini menjadi derajat

ketidakpastian yang berkaitan dengan proses

estimasi kurun waktu kegiatan. Berapa

besarnya ketidakpastian ini tergantung pada

perkiraan untuk To dan Tp. Parameter yang

menjelaskan masalah ini dikenal sebagai

Deviasi Standar (S) dan Varians (V), dengan

rumus sebagai berikut:

S = √V

V = ((Tp-To)/6)2

Dalam PERT terdapat analisis untuk

mengetahui kemungkinan kepastian

mencapai target jadwal penyelesaian (TD),

sehingga dapat diketahui probabilitas

penyelesaian proyek yang dinyatakan

dengan Z yang dirumus sebagai berikut:

Analisis Waktu Kelonggaran Ditinjau Dalam mengestimasi dan

menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan

satu atau beberapa lintasan tertentu dari

kegiatan-kegiatan pada network tersebut

yang menentukan jangka waktu

penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini

disebut lintasan kritis. Di samping lintasan

kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang

i

TEi TLi

j

TEj TLj

Te

Page 6: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

6

mempunyai jangka waktu yang lebih pendek

daripada lintasan kritis. Dengan demikian,

maka lintasan yang tidak kritis ini

mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang

dinamakan float/slack.

Float/slack memberikan sejumlah

kelonggaran waktu dan elastisitas pada

sebuah network dan ini dipakai pada waktu

penggunaan network dalam praktek atau

digunakan pada waktu mengerjakan

penentuan jumlah material, peralatan, dan

tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis,

yaitu total float dan free float dalam CPM

atau total slack dan free slack dalam PERT

(Dimyati, Dimyati, 2010).

Total Float/Total Slack adalah jumlah

waktu di mana waktu penyelesaian suatu

aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi

saat paling cepat dari penyelesaian proyek

secara keseluruhan. Free Float/Fee Slack

adalah jumlah waktu di mana penyelesaian

suatu aktivitas dapat diukur tanpa

mempengaruhi saat paling cepat dimulainya

aktivitas lain pada network (Dimyati,

Dimyati, 2010).

Dengan selesainya perhitungan maju

dan perhitungan mundur pada network,

barulah float/slack dapat dihitung. Float

dalam CPM dapat dicari dengan

perhitungan: FF=EF–ES-D dan TF=LF-ES-

D. Slack dalam PERT dicari dengan

perhitungan: SF(i,j)=TEj-TEi-Te(i,j) dan ST(i,j)

= TLj-TEi-Te(i,j).

Jalur Kritis CPM dan PERT

Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan

kerja yang memiliki rangkaian komponen-

komponen kegiatan, dengan total waktu

terlama dan menunjukkan kurun waktu

penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur

kritis mempunyai arti penting dalam

penyelesaian suatu proyek, karena kegiatan-

kegiatan dalam jalur kritis diusahakan tidak

mengalami keterlambatan penyelesaian

(Purnomo, 2004).

Identifikasi aktivitas kritis dalam CPM

ditandai dengan nilai free float dan total

float sama dengan nol (FF dan TF = 0).

Identifikasi aktivitas kritis dalam PERT

ditandai dengan nilai free slack dan total

slack sama dengan nol (FS dan TS = 0).

Aktivitas kritis tersebut nantinya membentuk

suatu jalur yaitu jalur kritis yang

pengerjaannya tidak boleh mengalami

penundaan agar tidak terjadi keterlambatan

proyek secara keseluruhan meskipun

kegiatan lain tidak mengalami

keterlambatan.

Menurut Badri (1997), manfaat yang

didapat jika mengetahui jalur kritis adalah

sebagai berikut :

a. Penundaan pekerjaan pada jalur kritis

menyebabkan seluruh pekerjaan proyek

tertunda penyelesaiannya.

b. Proyek dapat dipercepat

penyelesaiannya, bila pekerjaan-

pekerjaan yang ada pada jalur kritis

dapat dipercepat.

c. Pengawasan atau kontrol dapat

dikontrol melalui penyelesaian jalur

kritis yang tepat dalam penyelesaiannya

dan kemungkinan di trade off

(pertukaran waktu dengan biaya yang

efisien) dan crash program

(diselesaikan dengan waktu yang

optimum dipercepat dengan biaya yang

bertambah pula) atau dipersingkat

waktunya dengan tambahan biaya

lembur.

Time slack atau kelonggaran waktu

terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui

jalur kritis. Ini memungkinkan bagi

manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga

kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan

di lintasan kritis agar efektif dan efisien

Analisis Percepatan (Crashing Program) Proses mempercepat kurun waktu suatu

proyek disebut cashing program. Dalam

menganalisis proses tersebut digunakan

asumsi sebagai berikut (Soeharto, 1999):

1. Jumlah sumber daya yang tersedia tidak

merupakan kendala. Ini berarti dalam

menganalisis program mempersingkat

waktu, akternatif yang akan dipilih tidak

dibatasi oleh ketersediaan sumber daya.

2. Bila diinginkan waktu penyelesaian

kegiatan lebih cepat dengan lingkup

yang sama, maka keperluan sumber

daya akan bertambah. Sumber daya ini

dapat berupa tenaga kerja, material,

peralatan atau bentuk lain yang dapat

dinyatakan dalam sejumlah dana.

Jadi, tujuan utama dari program

mempersingkat waktu adalah

memperpendek jadwal penyelesaian

kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya

minimal. Proses memperpendek waktu

kegiatan dalam jaringan kerja untuk

mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga

waktu penyelesaian total dapat dikurangi

disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan

Render, 2009).

Untuk menganalisis lebih lanjut

hubungan antara waktu dan biaya suatu

Page 7: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

7

kegiatan didefinisikan sebagai berikut

(Soeharto, 1999):

1. Kurun waktu normal (Normal Duration

- Dn), adalah kurun waktu yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan

sampai selesai, dengan cara yang efisien

tetapi di luar pertimbangan adanya kerja

lembur, dan usaha-usaha khusus lainnya

seperti menyewa peralatan yang lebih

canggih.

2. Biaya normal (Normal Cost – Cn),

adalah biaya langsung yang diperlukan

untuk menyelesaikan kegiatan dengan

kurun waktu normal.

3. Kurun waktu dipersingkat (Crash

Duration - Dc), adalah waktu tersingkat

untuk menyelesaikan suatu kegiatan

yang secara teknis masih mungkin.

Disini dianggap sumber daya bukan

merupakan hambatan.

4. Biaya untuk waktu dipersingkat (Crash

Cost - Cc), adalah jumlah biaya

langsung untuk menyelesaikan

pekerjaan dengan kurun waktu

tersingkat.

Gambar 4. Hubungan Waktu-Biaya untuk Suatu Kegiatan

(Sumber: Soeharto, 1999)

Hubungan antara waktu dan biaya

digambarkan seperti grafik gambar 4. Titik

A menunjukkan titik normal, sedangkan B

adalah titik dipersingkat. Garis yang

menghubungkan kedua titik (A dan B)

disebut kurva waktu-biaya. Menurut

Soeharto (1999), jika diketahui bentuk kurva

waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan

mengetahui berapa slope atau sudut

kemiringanya, maka bisa dihitung berapa

besar biaya untuk mempersingkat waktu satu

hari dengan rumus :

6. METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah disertai dengan

Studi Literatur dan Observasi Lapangan.

Masalah yang terjadi yaitu jadwal konstruksi

masih menggunakan Bar Chart sehingga

tidak dapat diketahui kegiatan yang bersifat

kritis, sehingga dilakukan penjadwalan

ulang menggunakan metode Analisis

Jaringan Kerja sebagai peningkatan metode.

Tujuan dan Batasan Penelitian

Tujuan penelitian diperlukan untuk

memfokuskan penelitianyaitu mendapatkan

jadwal yang optimal dengan penyelesaian

secara CPM dan PERT dan dilakukan

percepatan pada jalur kritis. Batasan

penelitian hanya pada konstruksi Top Coat

Booth Expansion karena merupakan

kegiatan utama dari proyek expansion.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data

primer yang berupa informasi urutan

pengerjaan kegiatan konstruksi, urutan

ketergantungan antar aktivitas, dan

penentuan waktu pesimis dan optimis. Data

sekunder berupa data durasi dan data biaya.

Pengolahan Data

Berdasarkan data yang diperoleh

dilakukan pembuatan diagram network

proyek kemudian dilakukan perhitungan

dengan metode CPM dan PERT untuk

mendapatkan jadwal tercepat.

Analisa

Analisa data dilakukan dengan

membandingkan jadwal CPM dan PERT,

dari kedua metode tersebut dipilih satu

jadwal yang menghasilkan waktu

penyelesaian tercepat kemudian dilakukan

crashing pada jalur kritisnya sehingga dapat

dilakukan perbandingan antara jadwal Bar

Chart dan Network Diagram.

Simpulan & Saran

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi

data maka diberikan kesimpulan dan saran-

saran untuk menjadi bahan pertimbangan

oleh perusahaan dalam menentukan metode

penjadwalan yang lebih optimal, efektif dari

segi waktu, dan efisien dari segi biaya.

7. PENGUMPULAN &

PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian

ini yaitu jadwal kegiatan, urutan

ketergantungan aktivitas, durasi , serta biaya

yang dibutuhkan. Keseluruhan data

diperoleh dari master schedule pengerjaan

proyek yang berupa Bar Chart, wawancara

Page 8: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

8

dengan manajer proyek dan estimasi biaya

proyek dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Struktur Kegiatan, Durasi dan Biaya

No Akti-

vitas Predecessor

Durasi Biaya

Hari Rp.

1 A - 7 30,091,000

2 B - 7 9,440,000

3 C - 33 141,856,000

4 D A 57 245,024,000

5 E A 8 34,390,000

6 F E 127 545,930,000

7 G B 120 161,814,000

8 H B 22 29,666,000

9 I B 36 48,545,000

10 J B 17 22,924,000

11 K C 78 335,296,000

12 L C 59 253,621,000

13 M E 8 34,390,000

14 N F,G 29 124,662,000

15 O N 29 124,662,000

16 P F,G 64 275,115,000

17 Q L 7 30,091,000

18 R L 7 30,091,000

19 S D 21 90,272,000

20 T M 31 133,259,000

21 U L 11 47,286,000

22 V L 14 18,879,000

23 W Q,R,U 1 1,349,000

24 X S,T 66 283,712,000

25 Y S,T 1 4,299,000

26 Z H,I,J 49 66,074,000

27 AA K 36 154,752,000

28 BB X 66 283,712,000

29 CC X 66 283,712,000

30 DD Z,AA 2 8,598,000

31 EE Z,AA 56 240,725,000

32 FF Z,AA 63 270,816,000

33 GG Z,AA 85 114,619,000

34 HH Y 71 305,205,000

35 II P,O 65 279,413,000

36 JJ Z 121 520,122,000

37 KK Z 15 64,480,000

38 LL KK 8 34,390,000

39 MM DD 8 34,390,000

40 NN DD 1 4,299,000

41 OO EE 36 48,545,000

42 PP V,W 99 133,497,000

43 QQ LL,MM 7 30,091,000

44 RR NN 15 64,480,000

45 SS BB,CC HH,II,JJ 1 4,299,000

46 TT KK 50 214,933,000

47 UU QQ,RR 50 214,933,000

48 VV FF,GG,OO,PP 22 29,660,000

49 WW C 218 937,108,000

TOTAL 318 7,399,517,000

Sumber : Data Proyek PT. TKS

Pengolahan Data

Seluruh data yang telah di peroleh

digunakan untuk membuat jaringan kerja

yang menggambarkan rangkaian kegiatan

konstruksi mulai dari preparation sampai

commisioning. Pembuatan jaringan kerja

menggunakan metode CPM dan PERT

untuk mengetahui total durasi dari masing-

masing metode yang digunakan.

Perhitungan CPM

Perhitungan waktu penyelesaian

menggunakan metode CPM dilakukan

dengan hitung maju dan hitung mundur

seperti yang pada jaringan gambar 5.

Gambar 5. Jaringan CPM

Sumber : Data Pengolahan

Penyelesaian Top Coat Booth

Expansion menggunakan metode CPM

diselesaikan dalam waktu 272 hari waktu

normal dengan 6 aktivitas kritis yaitu

aktivitas A-E-F-P-II-SS. Hasil perhitungan

metode CPM dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Perhitungan CPM

Akti-

vitas

Du-

rasi ES EF LS LF FF TF

Kr

itis

A 7 0 7 0 7 0 0 Y

B 7 0 7 0 22 0 15 T

C 33 0 33 0 44 0 11 T

D 57 7 64 7 118 0 54 T

E 8 7 15 7 15 0 0 Y

F 127 15 142 15 142 0 0 Y

G 120 7 142 22 142 15 15 T

H 22 7 29 22 101 0 72 T

I 36 7 43 22 101 0 58 T

J 17 7 24 22 101 0 77 T

K 78 33 111 44 122 0 11 T

L 59 33 92 44 137 0 45 T

M 8 15 23 15 108 0 85 T

N 29 142 171 142 177 0 6 T

O 29 171 206 177 206 6 6 T

P 64 142 206 142 206 0 0 Y

Q 7 92 99 137 150 0 51 T

R 7 92 99 137 150 0 51 T

S 21 64 85 118 139 0 54 T

T 31 23 85 108 139 31 85 T

U 11 92 103 137 150 0 47 T

V 14 92 106 137 151 0 45 T

W 1 103 106 150 151 2 47 T

X 66 85 151 139 205 0 54 T

Y 1 85 86 139 200 0 114 T

Z 49 43 92 101 150 0 58 T

AA 36 111 147 122 158 0 11 T

BB 66 151 217 205 271 0 54 T

CC 66 151 217 205 271 0 54 T

DD 2 147 149 158 206 0 57 T

EE 56 147 203 158 214 0 11 T

FF 63 147 210 158 250 0 40 T

GG 85 147 232 158 250 0 18 T

HH 71 86 271 200 271 114 114 T

II 65 206 271 206 271 0 0 Y

JJ 121 92 271 150 271 58 58 T

KK 15 92 107 150 207 0 100 T

LL 8 1 157 207 215 42 100 T

MM 8 149 157 206 215 0 58 T

NN 1 149 150 206 207 0 57 T

OO 36 203 239 214 250 0 11 T

PP 99 106 239 151 250 34 45 T

QQ 7 157 165 215 222 1 58 T

RR 15 150 165 207 222 0 57 T

SS 1 271 272 271 272 0 0 Y

TT 50 107 272 207 272 115 115 T

UU 50 165 272 222 272 57 57 T

VV 22 239 272 250 272 11 11 T

WW 218 33 272 44 272 21 21 T

Sumber : Data Pengolahan

Page 9: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

9

Perhitungan PERT

Dalam penentuan waktu metode PERT

menggunakan 3 angka durasi yaitu, waktu

optimis (To), waktu yang sering terjadi

(Tm), dan waktu pesimis (Tp). Kemudian

dihitung waktu yang diharapkan (Te),

variansi (V), dan standar deviasi (S) seperti

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perkiraan Waktu dan Perhitungan Te, V, dan S

Aktivitas To Tm Tp Te V S

A 5 7 9 7 0,44 0,67

B 4 7 10 7 1,00 1,00

C 25 33 37 32 4,00 2,00

D 48 57 75 59 20,25 4,50

E 7 8 10 8 0,25 0,50

F 123 127 153 131 25,00 5,00

G 106 120 155 124 66,69 8,17

H 15 22 25 21 2,78 1,67

I 14 36 50 35 36,00 6,00

J 8 17 22 16 5,44 2,33

K 72 78 101 81 23,36 4,83

L 54 59 74 61 11,11 3,33

M 6 8 11 8 0,69 0,83

N 22 29 32 28 2,78 1,67

O 23 29 31 28 1,78 1,33

P 61 64 76 66 6,25 2,50

Q 4 7 10 7 1,00 1,00

R 6 7 8 7 0,11 0,33

S 14 21 24 20 2,78 1,67

T 25 31 33 30 1,78 1,33

U 10 11 13 11 0,25 0,50

V 13 14 16 14 0,25 0,50

W 1 1 2 1 0,03 0,17

X 62 66 80 68 9,00 3,00

Y 1 1 2 1 0,03 0,17

Z 42 49 65 51 14,69 3,83

AA 29 36 39 35 2,78 1,67

BB 63 66 78 68 6,25 2,50

CC 64 66 79 68 6,25 2,50

DD 1 2 3 2 0,11 0,33

EE 50 56 71 58 12,25 3,50

FF 59 63 76 65 8,03 2,83

GG 80 85 105 88 17,36 4,17

HH 59 71 73 69 5,44 2,33

II 63 65 79 67 7,11 2,67

JJ 117 121 146 125 23,36 4,83

KK 13 15 18 15 0,69 0,83

LL 7 8 10 8 0,25 0,50

MM 6 8 9 8 0,25 0,50

NN 1 1 2 1 0,03 0,17

OO 28 36 40 35 4,00 2,00

PP 95 99 118 102 14,69 3,83

QQ 6 7 9 7 0,25 0,50

RR 13 15 17 15 0,44 0,67

SS 1 1 2 1 0,03 0,17

TT 45 50 64 52 10,03 3,17

UU 44 50 65 52 12,25 3,50

VV 15 22 25 21 2,78 1,67

WW 190 218 290 225 277,78 16,67

Sumber : Data Proyek PT. TKS dan Data Pengolahan

Dalam perhitungan waktu penyelesaian

menggunakan metode PERT, dapat

diketahui kemungkinan/probabilitas waktu

penyelesaian kegiatan konstruksi Top Coat

Booth Expansion yaitu dengan cara

menggunakan rumus deviasi (z). Dari

perhitungan PERT diketahui aktivitas kritis

yaitu A-E-F-P-II-SS.

Adapun perhitungannya adalah sebagai

berikut:

Te kritis = 280 hari

TD = 272 hari (Asumsi penyelesaian CPM)

Z = -1,28 → 0,1003

Probabilitas = 1 – 0,1003 = 0,89

Berdasarkan perhitungan di atas

probabilitas sekitar 89% dari total area

dibawah kurva normal. Hal ini berarti,

bahwa kemungkinan kegiatan konstuksi

dapat selesai tepat waktu cukup tinggi.

Perhitungan waktu penyelesaian

menggunakan metode PERT dilakukan

dengan hitung maju dan hitung mundur

seperti yang digambarkan pada jaringan

gambar 6.

Gambar 6. Jaringan PERT

Sumber : Data Pengolahan

Penyelesaian Top Coat Booth

Expansion menggunakan metode PERT

diselesaikan dalam waktu 280 hari waktu

normal dengan 6 aktivitas kritis yaitu

aktivitas A-E-F-P-II-SS. Hasil perhitungan

metode PERT dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Perhitungan PERT

Aktivitas Te TEi TEj TLi TLj FS TS Kritis

A 7 0 7 0 7 0 0 Y

B 7 0 7 0 22 0 15 T

C 32 0 32 0 50 0 18 T

D 59 7 66 7 123 0 57 T

E 8 7 15 7 15 0 0 Y

F 131 15 146 15 146 0 0 Y

G 124 7 146 22 146 15 15 T

H 21 7 28 22 103 0 75 T

I 35 7 42 22 103 0 61 T

J 16 7 23 22 103 0 80 T

K 81 32 113 50 131 0 18 T

L 61 32 93 50 143 0 50 T

M 8 15 23 15 113 0 90 T

N 28 146 174 146 184 0 10 T

O 28 174 212 184 212 10 10 T

P 66 146 212 146 212 0 0 Y

Q 7 93 100 143 156 0 56 T

R 7 93 100 143 156 0 56 T

S 20 66 86 123 143 0 57 T

T 30 23 86 113 143 33 90 T

U 11 93 104 143 156 0 52 T

V 14 93 107 143 157 0 50 T

W 1 104 107 156 157 2 52 T

X 68 86 154 143 211 0 57 T

Y 1 86 87 143 210 0 123 T

Z 51 42 93 103 154 0 61 T

AA 35 113 148 131 166 0 18 T

BB 68 154 222 211 279 0 57 T

CC 68 154 222 211 279 0 57 T

DD 2 148 150 166 212 0 62 T

EE 58 148 206 166 224 0 18 T

FF 65 148 213 166 259 0 46 T

GG 88 148 236 166 259 0 23 T

HH 69 87 279 210 279 123 123 T

II 67 212 279 212 279 0 0 Y

JJ 125 93 279 154 279 61 61 T

KK 15 93 108 154 213 0 105 T

LL 8 108 158 213 221 42 105 T

MM 8 150 158 212 221 0 63 T

NN 1 150 151 212 213 0 62 T

OO 35 206 241 224 259 0 18 T

Page 10: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

10

PP 102 107 241 157 259 32 50 T

QQ 7 158 166 221 228 1 63 T

RR 15 151 166 213 228 0 62 T

SS 1 279 280 279 280 0 0 Y

TT 52 108 280 213 280 120 120 T

UU 52 166 280 228 280 62 62 T

VV 21 241 280 259 280 18 18 T

WW 225 32 280 50 280 23 23 T

Sumber : Data Pengolahan

8. Analisa Hasil

Hasil pengolahan data pada

pembahasan sebelumnya dapat

dibandingkan penjadwalan menggunakan

metode CPM dan PERT memiliki jalur kritis

yang sama yaitu serangkaian aktivitas A-E-

F-P-II-SS. Total durasi yang dibutuhkan

dalam penyelesaian konstruksi dapat dilihat

pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik Metode Terhadap Durasi Sumber : Data Pengolahan

Teknik perhitungan metode CPM lebih

cepat 8 hari dibanding dengan teknik

perhitungan metode PERT, hal ini

dikarenakan metode CPM memiliki satu

angka estimasi durasi yang pasti, sedangkan

metode PERT memiliki tiga angka estimasi

durasi yang merupakan perkiraan.

Dengan asumsi serangkaian aktivitas

yang termasuk ke dalam jalur kritis dapat

diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan (waktu normal), maka untuk

tahap mempercepat penjadwalan digunakan

hasil perhitungan dengan menggunakan

metode CPM karena memiliki total durasi

paling cepat.

Crashing Program

Tujuan utama dilakukan crashing

adalah untuk mempersingkat waktu

penyelesaian kegiatan konstruksi Top Coat

Booth Expansion dengan biaya yang

minimal. Oleh karena itu kegiatan crashing

hanya dilakukan pada serangkaian aktivitas

yang terdapat pada jalur kritis.

Bedasarkan hasil penyelesaian kegiatan

menggunakan metode CPM terdapat 6

aktivitas kritis yaitu aktivitas A-E-F-P-II-SS,

pada aktivitas S tidak dapat dilakukan

crashing karena durasi yang ada tersebut

merupakan durasi yang paling optimal.

Perhitungan crashing program

dilakukan dengan cara mengurangi waktu

penyelesian kegiatan konstruksi dengan

menekan sebanyak mungkin aktivitas-

altivitas kritis yang mempunyai slope

terkecil seperti pada tabel diba5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan PERT

Acti

vity

Dn Dc Cn Cc Slope

Hari Hari Rp. Rp.

A 7 5 30.091.000 37.689.000 3.799.000

E 8 7 34.390.000 38.289.000 3.899.000

P 64 61 275.115.000 287.622.000 4.169.000

F 127 123 545.930.000 563.125.000 4.298.750

II 65 63 279.413.000 288.211.000 4.399.000

Sumber : Data Pengolahan

Tahap percepatan dari setiap aktivitas

dilakukan dengan cara mencari batas

penekanannya (Compession Limit).

Compresion Limit tersebut merupakan

banyaknya pengurangan durasi yang

diizinkan untuk aktivitas yang dilakukan

percepatan. Compresion Limit ditentukan

dari hasil pemilihan dari batas percepatan

(Crash Limit - CL) masing-masing aktivitas

dan FF minimum dari network sebelumnya.

Hasil perhitungan percepatan dapat dilihat

pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Percepatan

C Akt CL FF Comp Durasi

Total Biaya N C

Normal 272

7.399.517.000

1 A 2

1 1

271

7.403.316.000

2 A 1

1 1

270

7.407.115.000

3 E 1

1 1

269

7.411.014.000

4 P 3

1 1

268

7.415.183.000

5 P 2

1 1

267

7.419.352.000

6 P 1

1 1

266

7.423.521.000

7 F 4

1 1

265

7.427.819.750

8 F 3

1 1

264

7.432.118.500

9 F 2

1 1

263

7.436.417.250

10 F 1

1 1

262

7.440.716.000

11 II 2

1 1

261

7.445.115.000

12 II 1

1 1 260 7.450.860.000 VV 7

Sumber : Data Pengolahan

Penyelesaian konstruksi Top Coat

Booth Expansion dengan menganalisis jalur

kritis A-E-F-P-II-SS dapat dipercepat

sebanyak 12 kali dengan jalur kritis tetap

dari percepatan ke-1 sampai ke-10. Pada

percepatan ke-11 terdapat penambahan jalur

kritis yaitu pada aktivitas C-K-AA-EE-OO-

VV.

Munculnya dua jalur kritis ini

menunjukkan bahwa untuk mengurangi

waktu penyelesaian konstruksi, pengurangan

harus dilakukan terhadap kedua jalur kritis

itu secara bersamaan. Sehingga pada jalur

kritis ke-2 dipilih slope terkecil untuk

dilakukan percepatan. Maka pada percepatan

ke-12 dilakukan 2 percepatan sekaligus

Page 11: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

11

untuk jalur kritis yang berbeda. Karena

seluruh aktivitas kritis pada jalur kritis ke-1

(A-E-F-P-II-SS) telah mencapai crash time-

nya, maka tidak mungkin lagi dilakukan

pengurangan terhadap waktu penyelesaian

konstruksi ini, sehingga perhitungan selesai.

Crashing program dilakukan sebanyak

12 kali percepatan dari penyelesian waktu

normal selama 272 hari menjadi 260 hari,

sehingga meningkatkan biaya sebanyak Rp.

51.343.000 dari total biaya normal Rp.

7.399.517.000 menjadi total biaya

percepatan Rp. 7.450.860.000 seperti yang

digambarkan pada gambar 8.

Gambar 8. Grafik Hubungan Durasi Terhadap Biaya

Sumber : Data Pengolahan

Perbandingan Bar Chart dan Network

Analysis

Perbandingan waktu dan biaya waktu

normal dengan menggunakan metode Bar

Chart dan waktu dipercepat dengan

menggunakan metode Network Analysis

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Perbandingan Waktu dan Biaya Waktu Normal dan

Dipercepat

Uraian

Normal Percepatan

Selisih (Bar Chart) (Network)

Waktu 318 hari 260 hari 58 hari

Biaya Rp. 7.399.517.000 Rp. 7.450.860.000 Rp. 51.343.000

Sumber : Data Pengolahan

Berdasarkan tabel 5.4 total waktu

penyelesaian kegiatan secara keseluruhan

dapat dipersingkat 58 hari dengan kenaikan

biaya Rp. 51.343.000.

Perbandingan produktivitas penyelesaian

konstruksi:

Output : Durasi dan Input : Biaya

Produktivitas : Output/Input

Berdasarkan perbandingan tersebut,

kenaikan biaya 0,7% dari biaya normal

masih dalam batas wajar, karena meskipun

biaya naik tapi menghasilkan produktivitas

yang lebih tinggi dibanding penyelesaian

secara normal.

9. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian, maka

didapatkan beberapa kesimpulan :

1. Durasi penyelesaian konstruksi Top

Coat Booth Expansion dengan

perhitungan menggunakan metode CPM

yaitu selama 272 hari, dan dengan

perhitungan menggunakan metode

PERT yaitu selama 280 hari. Durasi

tersebut merupakan waktu normal

penyelesaian kegiatan.

2. Penjadwalan terpilih yaitu dengan

metode perhitungan CPM karena

memiliki total durasi lebih cepat

dibanding PERT. Berdasarkan jaringan

kerja CPM tersebut dilakukan

percepatan pada jalur kritisnya dari total

penyelesaian 272 hari menjadi 260 hari

dengan kenaikan biaya Rp. 51.343.000

sehingga total biaya percepatan menjadi

Rp. 7.450.860.000.

3. Perbandingan penjadwalan secara

normal yaitu dengan menggunakan

metode Barr Chart kegiatan konstruksi

dapat diselesaikan selama 318 hari,

sedangkan dengan menggunakan

metode Analisis Jaringan Kerja dan

dilakukan percepatan pada jalur

kritisnya dapat diselesaikan 58 hari

lebih cepat menjadi 260 hari dengan

kenaikan biaya 0,7% dari biaya normal

(Rp. 7.399.517.000)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan

saran berikut dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan, antara lain:

1. Untuk menager proyek,

penentuan/perkiraan waktu penjadwalan

harus lebih diperhatikan lagi dari setiap

aktivitas kegiatan proyek agar diperoleh

waktu penyelesaian yang paling

optimal.

2. Perencanaan awal dalam teknik

penentuan jadwal harus lebih matang

agar mempermudah pada saat tahap

implementasi jadwal di lapangan.

3. Penggunaan metode Analisis Jaringan

Kerja dalam keberlangsungan suatu

proyek dapat dijadikan sebagai acuan

dalam pembuatan jadwal sehingga dapat

mempermudah kegiatan pengawasan

terhadap jalannya proyek untuk

mengetahui apakah ada

keterlambatan/tidak dan melakukan

sebuah action apabila terjadi

Page 12: Jurnal Teknik Industri-Penjadwalan Penyelesaian Konstruksi Menggunakan Analisis Jaringan Kerja

12

keterlambatan untuk mengejar

keterlambatan tersebut.

4. Untuk penelitian selanjutnya,

diharapkan mencoba teknik perhitungan

lain dari Metode Analisis Jaringan

Kerja, misalnya metode Preceden

Diagram Methode - PDM sehingga

dapat lebih dipahami perbandingan,

kelebihan dan kekurangan dari setiap

metode.

DAFTAR PUSTAKA

Adeleke, R.A., et al, 2011, “Aplication of

Network Analisys to Project

Management”, The Pacific Journal

of Science and Technology,

Vol. 12, No. 1.

Badri, S., 1997, Dasar-dasar Network

Planing, Rika Cipta, Jakarta.

Dimyati, Tjutju T., dan Ahmad Dimyati,

2010, Operation Research Model-

model Pengabilan Keputusan

(Edisi 2), Sinar Baru Algensindo,

Bandung.

Ervianto, Wulfram I., 2005,Manajemen

Proyek Konstruksi (Edisi Revisi),

Andi, Yogyakarta.

Frederika, Ariany, 2010, “Analisis

Percepatan Pelaksanaan Dengan

Menambah Jam Kerja Optimum

Pada Proyek Konstruksi”, Jurnal

Ilmiah Teknik Sipil Universitas

Udayana Denpasar, Vol. 14, No. 2.

Handoko, T.H., 1999, Dasar-dasar

Manajemen Produksi dan Operasi

(Edisi Pertama), BPFE,

Yogyakarta.

Heizer, Jay, dan Barry Render, 2009,

Manajemen Operasi (Edisi 9),

Salemba Empat, Jakarta.

Husein, Abar, 2009, Manajemen Proyek,

Andi Offset, Yogyakarta.

Muhtadi, Adhi, 2009, “Manajemen Proyek

Berbasis Efisiensi Waktu

Pelaksanaan Pembangunan Gedung

Polres kabupaten Probolinggo”,

Jurnal Neutron,

Vol. 9, No. 2.

O’Brien, James. J., 1984, CPM in

Construction Management

(3rd

Edition), NC Graw-Hill,

Newyork.

Prawiroharjono, S., 1985, Dasar-dasar

Evaluasi Proyek, Andi,

Yogyakarta.