jurnal teknik

Upload: arif-wibowo

Post on 03-Mar-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISIS PERBANDINGAN ZONING DAN SIKLUS BEKISTING TABLE FORM

    SYSTEM PADA PROYEK PEMBANGUNAN PRIMA ORCHARD APARTEMENT

    Anggraeni Utami, Budi Santosa

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta

    Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat 11650

    E-mail : [email protected] ; [email protected]

    ABSTRAK

    Pada Pelaksanaan proyek sebuah konstruksi, khususnya yang menggunakan konstruksi

    beton, pekerjaan bekisting atau cetakan beton betul betul harus diperhatikan. Perkembangan teknologi dalam dunia konstruksi di Indonesia sangat pesat yang salah

    satunya ditandai dengan semakin banyaknya inovasi yang digunakan dalam proses

    konstruksi. Maka dari itu perlu adanya pemilihan metode untuk pekerjaan bekisting. Metode

    yang dipilih dalam penelitian ini adalah Table Form System. Pekerjaan bekisting perlu

    diperhatikan karena berpengaruh pada biaya dan jadwal pelaksanaan proyek. Hal-hal yang

    dapat mempengaruhi biaya dan jadwal proyek adalah pemilihan sistem bekisting, pembuatan

    zoning dan siklus.

    Studi dalam bentuk perbandingan biaya dan waktu mempunyai tujuan untuk mengetahui

    zoning mana yang lebih hemat dari segi biaya. Analisis yang digunakan adalah membuat

    beberapa alternatif zoning dan siklus yang kemudian masing-masing alternatif dilakukan

    perhitungan waktu pelaksanaan yang akan memunculkan jadwal pelaksanaan dan

    penyediaan material bekisting baik vertikal maupun horisontal. Setelah itu dilakukan analisis

    biaya material dan upah untuk masing-masing alternatif.

    Dari penelitian pertama yang dilakukan didapat bahwa pembagian zone dengan floor to

    floor lima hari yang waktu pelaksanaannya dibawah waktu kontrak. Dan dari hasil

    penelitian kedua yang dilakukan didapat bahwa alternatif pertama dimana area pekerjaan

    dibagi menjadi 2 zone waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan 106 hari dan

    biaya yang diperlukan adalah Rp 3.404.303.174,- dengan harga rata-rata bekisting Rp

    98.402,-. Pada alternatif kedua dimana area pekerjaan dibagi menjadi 3 zone waktu yang

    diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan 108 hari dan biaya yang diperlukan adalah Rp

    3.328.683.858,- dengan harga rata-rata bekisting Rp 96.216,-. Pada alternatif ketiga dimana

    area pekerjaan dibagi menjadi 4 zone waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

    110 hari dan biaya yang diperlukan adalah Rp 3.266.021.767,- dengan harga rata-rata

    bekisting Rp 94.405,-. Dari perbandingan biaya pelaksanaan tersebut menunjukan bahwa

    pengerjaaan bekisting alternatif ketiga dengan pembagian empat zone dan siklus floor to

    floor lima hari lebih hemat dibandingkan alternatif yang lain.

    Kata kunci : bekisting Table Form System, zoning, siklus, biaya , waktu

  • 2

    I. PENDAHULUAN

    Pada umumnya bahan bangunan struktur

    gedung bertingkat menggunakan bahan dari

    campuran beton yang dicor di tempat (cast in

    situ), karena mempunyai keunggulan seperti

    mudah dibentuk. Dalam metode pengecoran di

    tempat, bekisting (formwork) dan perancah

    (shore) disiapkan sepenuhnya di lapangan,

    pekerjaan dilanjutkan dengan pembesian, dan

    pengecoran beton.

    Bekisting merupakan struktur sementara

    karena sampai batas waktu tertentu akan

    dibongkar, sedangkan struktur beton

    merupakan struktur permanen. Menurut

    Nemati (2007) menjelaskan bahwa

    struktur-struktur sementara adalah

    sebagai alat penghubung antara desain

    dan pelaksanaan konstruksi. Struktur-

    struktur permanen tidak bisa dibangun

    tanpa struktur-struktur sementara tersebut.

    Saat ini teknologi perkembangan bekesting

    telah berkembang dengan sangat pesat yang

    sejalan dengan berkembangnya teknologi

    pembangunan. Alasan utama yang

    menyebabkan berkembangnya teknologi

    bekesting adalah pesatnya teknologi beton

    hingga mencapai kekuatan rencana yang

    biasanya ditemukan berdasarkan umur beton

    pada 28 hari dapat dipersingkat dengan bahan

    tambahan (adimixture/additive), hal ini

    membuat pemilihan bahan beton untuk

    pembangunan bangunan bertingkat tinggi

    banyak diminati.

    Untuk bangunan bertingkat tinggi, pemilihan

    tipe bekisting lebih ditentukan akan

    kemampuannya untuk dapat dilakukan secara

    berulang-ulang dalam jangka waktu yang

    panjang. Dengan menggunakan perilaku yang

    berulang-ulang dapat mengurangi biaya

    pekerjaan. Selain faktor biaya, faktor

    kecepatan juga merupakan faktor kebutuhan

    yang utama. Kemampuan untuk dapat

    dipasang dan dibongkar secara cepat dan

    mudah merupakan persyaratan lain yang

    menjadi penentuan pemilihan dan pemakaian

    bekisting.

    Pekerjaan bekisting seperti pekerjaan-

    pekerjaan di proyek pada umumnya memiliki

    keterkaitan dan waktu pelaksaan yang erat

    kaitannya dengan pembuatan zone dan siklus

    pengecoran. Semakin lama waktu pelaksanaan

    akan menimbulkan biaya yang cukup tinggi.

    Oleh sebab itu diperlukan analisa mengenai

    biaya dan waktu dalam perencanaan bekisting

    sehingga diperoleh hasil perencaan yang

    efektif dan efisien.

    Salah satu teknologi bekisting adalah

    menggunakan sistem bekisting Table Form.

    Keunggulan dari sistem ini adalah mudah dan

    cepat dalam pengerjaannya, baik dari segi

    perakitan, pemasangan, dan pembongkaran.

    Pemilihan bekisting Table Form dan

    penentuan zone pengecoran serta siklus

    pekerjaan yang tepat dapat mempengaruhi

    biaya dan waktu dalam pengerjaan suatu

    bangunan.

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    1.Mengetahui pengaruh pembagian zone dan

    siklus terhadap biaya dan waktu.

    2.Membandingkan beberapa alternatif ,

    sehingga didapat sistem mana yang lebih

    murah dan cepat tanpa mengabaikan mutu

    pekerjaan dan nantinya akan menjadikan tolak

    ukur pada proyek proyek sejenis selanjutnya.

  • 3

    Batasan dalam penelitian ini adalah :

    1.Tinjauan dilakukan pada pekerjaan bekisting

    Proyek Apartement Prima Orchard.

    2.Perhitungan terbatas pada pekerjaan

    bekisting Table Form System pada pekerjaan

    balok, pelat, dan kolom.

    3.Perkiraan biaya hanya dihitung berdasarkan

    data volume pekerjaan yang didapat di proyek.

    4.Analisis perbandingan biaya meliputi

    material yang digunakan, harga sewa alat

    perbulan selama proyek berlangsung

    II. TEORI PENUNJANG

    Pengertian Bekisting

    Bekisting atau cetakan beton adalah suatu

    sarana pembantu struktur beton untuk

    mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa

    ataupun posisi yang dikehendaki.

    Pekerjaan bekisting merupakan bagian

    pekerjaan yang sangat penting didalam seluruh

    pelaksanaan pekerjaan beton, karena pekerjaan

    ini akan menentukan posisi , ukuran serta

    bentuk dari beton yang dicetak. Bekisting juga

    berfungsi sebagai struktur penyangga

    sementara bagi seluruh beban yang ada

    sebelum struktur beton berfungsi penuh.

    Beban tersebut bahan bahan, alat alat dan

    pekerja yang bekerja (Istimawan Dipohusodo,

    1992).

    Ada beberapa beberapa faktor yang

    menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu

    keputusan mengenai metode bekisting yang

    akan dipakai (F.Wigbout ,1987), yaitu:

    a)Kondisi struktur yang akan dikerjakan

    Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab

    sistem perkuatan bekisting menjadi komponen

    utama keberhasilan untuk menghasilkan

    kualitas dimensi struktur seperti yang

    direncanakan dalam bestek. Metode bekisting

    yang diterapkan pada bangunan dengan

    dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien

    bila diterapkan pada dimensi struktur kecil.

    b)Luasan bangunan yang akan dipakai

    Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang

    materialnya bersifat pakai ulang (memiliki

    siklus perpindahan material). Oleh karena itu,

    luas bangunan ini menjadi salah satu

    pertimbangan utama untuk penentuan n x

    siklus pemakaian material bekisting. Hal ini

    juga akan berpengaruh terhadap tinggi

    rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.

    c)Ketersediaan material dan alat

    Faktor lainnya yang perlu

    dipertimbangkan adalah kemudahan atau

    kesulitan untuk memperoleh material atau alat

    bantu dari sistem bekisting yang akan

    diterapkan.

    Pada konstruksi bangunan yang besar,

    biasanya area pekerjaan dibagi menjadi zona-

    zona guna memudahkan dalam sirkulasi

    pekerjaan dan transportasi alat serta material.

    Ketersediaan alat angkut terutama untuk jenis

    tower crane biasanya dipertimbangkan juga

    jangkauannya terhadap area pekrjaan.

    Hal ini juga dipertmbangkan terhadap volume

    pengecoran yang akan dikerjakan karena

    pengecoran dengan volume yang besar akan

    membutuhkan perencanaan tambahan akan

    mobilisasi alat angkut adukan beton karena

    akan berpengaruh kepada kualitas hasil

    pengecoran akibat efek waktu terhadap sifat-

    sifat campuran beton itu sendiri.

    Contoh Siklus pekerjaan bekisting

    Zone to zone = 2 hari

    Floor to floor = 5 hari

    Persiapan = 10 hari

    Bongkar bekisting balok = 14 hari

    setelah cor

    Bongkar bekisting pelat = 14 hari setelah cor

  • 4

    Gambar 1. Siklus Cor dan Bongkar Bekisting

    Balok Balok Dua Zone Floor to Floor lima

    hari

    Zone to zone : waktu cor antar zone satu

    dengan zone yang lain

    Floor to Floor :waktu yang dibutuhkan untuk

    melakukan pengecoran tiap lantai

    Bongkar bekisting balok :waktu yang

    diizinkan untuk membongkar bekisting balok

    Bongkar bekisting balok :waktu yang

    diizinkan untuk membongkar bekisting balok

    III. METODE PENELITIAN

    Bagan Alir Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini

    dapat dilihat pada gambar I.

    Gambar I. Bagan alir penelitian

    IV. DATA DAN ANALISA

    Penelitian pertama

    Dalam peneitian ini dilakukan beberapa

    alternatif untuk pembagian zoning dan siklus.

    Beberapa alternatif tersebut adalah:

    Alternatif pertama dengan pembagian 2 zone.

    Sedangkan untuk siklus bekisting sendiri

    dibagi menjadi 4 siklus, yaitu:

  • 5

    Siklus 5 hari

    Adalah dalam satu waktu floor to floor 5 hari

    dapat menyelesaikan pekerjaan bekisting dari

    marking sampai ke pengecoran

    Siklus 6 hari

    Adalah dalam satu waktu floor to floor 6 hari

    dapat menyelesaikan pekerjaan bekisting dari

    marking sampai ke pengecoran

    Siklus 7 hari

    Adalah dalam satu waktu floor to floor 7 hari

    dapat menyelesaikan pekerjaan bekisting dari

    marking sampai ke pengecoran

    Siklus 8 hari

    Adalah dalam satu waktu floor to floor 7 hari

    dapat menyelesaikan pekerjaan bekisting dari

    marking sampai ke pengecoran

    Alternatif kedua dengan pembagian 3 zone.

    Sedangkan untuk siklus bekisting sendiri

    dibagi menjadi 4 siklus, yaitu:

    Siklus 5 hari, Siklus 6 hari, Siklus 7 hari,

    Siklus 8 hari

    Alternatif pertama dengan pembagian 4 zone.

    Sedangkan untuk siklus bekisting sendiri

    dibagi menjadi 4 siklus, yaitu:

    Siklus 5 hari, Siklus 6 hari, Siklus 7 hari,

    Siklus 8 hari

    Setelah dilakukan penelitian awal dapat

    diketahui bahwa untuk alternatif dua zone,

    tiga zone, dan empat zone dengan

    pembagian floor to floor enam hari, tujuh

    hari dan delapan hari, tidak bisa digunakan

    karena melebihi waktu kontrak yaitu

    selama 120 hari. Sehingga analisis

    selanjutnya adalah untuk penelitian

    dibawah waktu kontrak

    Penelitian Kedua

    Tabel 1. Cycle Time 5 hari

    Dari table diatas didapatkan bahwa dalam

    waktu lima hari pekerjaan yang dapat

    dilakukan pekerjaan kolom selama dua hari.

    Sedangkan pekerjaan balok dan plat sampai

    tahap pengecoran dapat dilakukan selama

    empat hari.

    Analisis Perbandingan Biaya

    Dalam membuat analisa harga satuan, kita

    harus membuat analisa koefisien bahan dan

    upah, hal ini dilakukan untuk mencari

    kapasitas bahan dan upah untuk 1 m2 nya.

    Untuk upah koefisiennya adalah 1 tetapi harga

    upah dibuat kedalam harga satuan 1 m2 juga.

    Menentukan bahan dan upah juga terbagi 2

    macam, yaitu bahan dan upah pasang bekisting

    serta bahan dan upah fabrikasi bekisting.

    Setelah kita menghitung kebutuhan Biaya

    alat, Biaya bahan, dan Biaya upah maka

    selanjutnya kita jumlahkan. Hasil yang sudah

    dijumlahkan dikali dengan volume Pekerjaan,

    maka kita bisa lihat harga satuan pekerjaan

    totalnya secara Rupiah. Baik alternatif

    pertama, alternatif kedua, maupun alternatif

    ketiga.

    Dari hasil analisis biaya pekerjaan diatas yang

    mencakup biaya upah, bahan dan alat. Berikut

    PROYEK PPRIMA ORCHARD

    Metode Table form

    DURASI

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    Plan

    Act

    CYCLE TIME 5 HARI

    NO AKTIVITAS

    Hari ke -

    4 5

    Setting Bekisting Kolom

    6Cor Kolom

    7Pasang Perancah

    2Marking

    3Pasang Sepatu Kolom

    4Pasang Besi Kolom

    14Cor

    1 2 3

    11Pasang Bekisting Pelat

    12Pasang Besi Pelat

    13Cek Levelling

    8Pasang Bodeman balok

    9Pasang Besi Balok

    10Pasang Tembereng balok

    5

  • 6

    adalah rekapitulasi harga satuan pekerjaan

    bekisting.

    Tabel 2. Resume Harga Beketing Alternatif III

    V. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama

    dapat di buat tabel sebagai berikut :

    Tabel 3. Resume Harga Beketing

    Alternatif III

    Setelah dilakukan penelitian awal diketahui

    bahwa untuk alternatif dua zone, tiga zone,

    dan empat zone dengan pembagian floor to

    floor enam hari, tujuh hari dan delapan hari,

    tidak bisa digunakan karena melebihi waktu

    kontrak yaitu selama 120 hari. Sehingga

    analisis selanjutnya adalah untuk penelitian

    dibawah waktu kontrak.

    Dari hasil penetian tahap II dapat disimpulkan

    bahwa:

    1. Untuk analisis biaya perbedaan harga

    terdapat pada sewa alat. Yang mana

    dipengaruhi oleh jumlah pengadaan yang

    berbeda-beda tiap zone. Sedangkan pada

    bahan dan upah juga terjadi perbedaan

    karena pengadaan material dan upah antar

    zone juga berbeda.

    2. Dengan ini dapat diketahui bahwa zoning

    dan siklus sangat berpengaruh terhadap

    pengadaan alat, pengadaan material, dan

    penggunaan material yang berimbas pada

    biaya pelaksanaan proyek.

    SARAN

    Berdasarkan analisis dalam kajian

    ini, maka dapat disampaikan

    beberapa saran sebagai berikut :

    a. Dapat dilakukan penelitian yang lebih

    lanjut yang tidak berdasarkan waktu

    kontrak.

    b. Dapat dilakukan penelitian yang lebih

    lanjut tentang evaluasi pekerjaan dengan

    alternatif yang terpilih.

    c. Sebelum pelaksanaan proyek perlu

    disimulasikan dengan beberapa zoning dan

    siklus hingga dapat menentukan zoning dan

    siklus mana yang memenuhi dari segi

    waktu dan biaya karena ini berpengaruh

    ternyadap penyediaan alat, penyediaan

    material, dan penggunaan material.

    d. Dalam kajian ini waktu bongkar yang

    digunakan adalah empat belas hari sesuai

    dengan standart yang diberikan oleh

    zone

    floor to floor2 zone 3 zone 4 zone

    5 hari 106 108 110

    6 hari 121 123 125

    7 hari 136 138 140

    8 hari 151 153 155

    Harga

    Sewa Alat Bahan Upah (Rp/m2)

    1. Pelat 17.408,10 m2 366.390.786 589.451.663 519.910.105 1.475.752.553 84.774 45% 4,5 lantai

    2. Balok 10.026,28 m2 570.194.881 449.406.481 304.256.487 1.323.857.849 132.039 41% 4,5 lantai

    3. Kolom 7.161,48 m2 42.853.340 158.389.836 265.168.189 466.411.365 65.128 14% 18 set

    Grand total 34.595,87 m2 94.405 100%3.266.021.767Rp

    No. Jenis Pekerjaan Volume Sat.Biaya (Rp)

    Total % Penyediaan

  • 7

    pemilik proyek. Disarankan dilakukan

    penelitian lebih lanjut apabila waktu

    bongkar kurang dari empat belas hari,

    dengan menambahkan waktu penggunaan

    reshoring.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adhi Pamungkas, Satrio. 2013. Skripsi :

    Analisa Pekerjaan Bekisting Area

    Podium Dengan Menggunakan

    Sistem Bekisting Pipe Support Dan

    Sistem Bekisting Scaffolding (Studi

    Kasus Pada Proyek Apartemen

    Newton Hybrid Park Bandung).

    Institute Sains dan Teknologi

    Nasional. Jakarta

    Departemen Pekerjaan Umum. 1979.

    Peraturan Beton Bertulang

    Indonesia 1971 (PB171). Penerbit

    Ditjen Cipta Karya, Jakarta.

    Dipohusodo, Istimawan. 1999 Struktur

    Beton Bertulang. PT. Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta.

    Dr. Edward G Nawy, P. E, C. Eng. 1997.

    Concrete Construction Engineering

    Handbook. CRC Press Bocaraton :

    New York.

    F. Wigbout, 1987. Bekisting (Kotak

    Cetak). Erlangga. Jakarta.

    Hanna, Awad S. 1999. Concrete

    Formwork System. University of

    Wisconsin Marcel Dekker. Madison

    America

    Hanna, Awad S. 1998. Concrete

    Formwork System. University of

    Wisconsin. Madison America

    Mustofa, Ali, 2010, Skripsi : Analisis

    Perbandingan Zoning Dan Siklus

    Bekisting Sistem Peri Pada Proyek

    Pembangunan Apartement The

    Pakubuwono View. Universitas

    Mercu Buana. Jakarta

    Nemati, Kamran M. 2007. Formwork For

    Concrete. Departement of

    Constriction Management.

    University of Washington.

    Washington America

    Putra, Risan, 2011, Skripsi : Perbandingan

    Biaya Pekerjaan Bekisting

    Konvensional Dengan Bekisting

    Sistem Vertikal Support (VS) Pada

    Proyek Gedung Menara

    Merdeka.Universitas Jayabaya.

    Jakarta

    PT. Abadi Prima Intikarya. 2009. Arsip :

    Presentasi Karyawan Baru Tentang

    Bekisting. Bekasi

    Wijaya, Sanny, 2013, Skripsi : Analisis

    Perbandingan Waktu Dan Biaya

    Penggunaan Metode Bekisting

    Konvensional Dan Table Form

    System Pada Proyek Apartemen The

    H Residence.Universitas Mercu

    Buana. Jakarta