jurnal seni musik

Upload: purwanti-kbm

Post on 10-Feb-2018

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    1/30

    MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SENI

    MUSIK DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MODEL P A K E M

    SLAMET PRIYADI

    SMA Negeri 42 Jakarta

    ABSTRAK

    Memberi dorongan semangat dan motivasi belajar siswa merupakan tugas guru, dan itu menjadi

    sangat penting terutama untuk menumbuhkan rangsangan semangat serta minat belajar siswa

    terhadap mata pelajaran seni musik. Minat belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap sejauh

    mana upaya siswa dalam mencapai kompetensinya pada mata pelajaran tersebut. Dengan

    alasan antara lain, karena tidak berbakat, penyampaian materi pelajaran yang tidak menarik,

    terlalu verbalistik oleh guru adalah faktor penyebab mata pelajaran seni musik kurang diminati

    siswa yang pada akhirnya berpengaruh besar pada prestasi belajar siswa yang semakin

    menurun. Hal ini sebagaimana diperlihatkan oleh hasil yang relatif rendah dan kurang atau tidak

    mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM). Oleh karena itu penyampaian materi

    pembelajaran seni musik dengan menggunakan pendekatan PAKEM merupakan alternatif yang

    tepat dan sesuai oleh karena pendekatannya dikondisikan dalam suasana yang aktif, kreatif,

    efektif dan dalam suasana yang menyenangkan.

    Berbasis pada analisa data yang diperoleh dalam tindakan kelas dengan menggunakan

    pendekatan pembelajaran model PAKEM terdapat peningkatan minat belajar siswa pada

    Kompetensi Dasar: Mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu. Peningkatan

    minat siswa dapat dilihat dari hasil kuisioner berkaitan dengan ketertarikan siswa pada mata

    pelajaran seni musik karena seni musikkajian materinya menanamkan sikap apresiatif

    menghargai terhadap hasil karya orang lain dari 22 siswa = 59,40 % menjadi 35 siswa =

    94,50%. prosentase tersebut dihitung dari jumlah keseluruhan siswa yang merespon pernyataan

    kuisioner dari jumlah keseluruhan sebanyak 39 siswa.

    Proses pembelajaran pada KD : Mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu

    yang disampaikan dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM, mengalami peningkatan

    aktivitas kelas secara keseluruhan, di siklus I = 28,20 % , tetapi Di siklus II aktivitas kelas terjadi

    peningkatan dari 33,33 % menjadi 46,15 %. Pada tahap berikutnya dalam proses pembelajaran

    pada KD : Mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu yang disampaikan

    dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM terus mengalami peningkatan hasil belajar.

    Hal tersebut dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang meningkat, nilai rata-ratapretes sebelum siklus 51,97pada postes siklus I meningkat nilai rata-rata menjadi 73,23 dan

    meningkat lagi menjadi rata-rata nilai siswa adalah85,25pada postes di siklus II.

    A. Latar Belakang Masalah

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    2/30

    Ketika teori behaviorismmendominasi system pembelajaran di sekolah kita, model

    pembelajaranteacher centeredyang cenderung menganggap siswa bagaikan kertas putih

    menjadi ciri utama. Dalam pembelajaran model ini, ciri utamanya siswa menjadi pasif karena

    proses pembelajaran banyak didominasi guru dengan metode ekspositorinya yang menjadikanpelajaran seni budaya, seni musik menjadi tidak menarik dan membosankan karena disajikan

    dan disampaikan dengan cara verbalistik, hafalan semata. Guru sangat memonopoli proses

    pembelajaran sehingga siswa tidak tumbuh dan berkembang kreatifitasnya. Padahal

    pengembangan pengajaran secara seimbang antara belahan otak kiri dan otak kanan harus

    dilakukan secara terpadu dan menyeluruh.

    Mengacu pada masalah tersebut, maka penulis menggunakan pendekatan model PAKEM

    untuk diterapkan dalam proses kegiatan pembelajaran seni musik. Dengan mengambil

    judul : Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas X 6 SMA Negeri 42 Jakarta Pada

    Pelajaran Seni Musik Kompetensi Dasar Mengembangkan Gagasan Kreatif Membuat

    Aransemen Lagu Dengan Model Pembelajaran PAKEM Tahun Pelajaran 2011/2012

    B. Rumusan Masalah

    http://2.bp.blogspot.com/-bEDEEnti_sA/T19aTo_hWAI/AAAAAAAACfw/reu4Oj4so-o/s1600/IMG0908A.jpg
  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    3/30

    Apakah penggunaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)

    dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran seni musik kompetensi dasar

    mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu di kelas X 6 SMA Negeri 42 ?

    C. Pemecahan Masalah

    PP Nomor 19 tahun 2005mengamanatkan: Pendidikan Seni Budaya / Seni Musik di berikan di

    sekolah karena keunikan, kebermaknaan, kebermanfaatan terhadap

    kebutuhan perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik

    dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi, berapresiasi melalui pendekatan:belajar

    dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni. Dalam arti, pendidikan Seni

    Musik aktifitasnya lebih fokus pada pengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Oleh

    karena itu guru yang merupakan pemegang kunci utama untuk membuka pintu perbaikan

    pendidikan dan pengajaran di sekolah dituntut memiliki kemampuan yang cukup untuk mengelola

    kelas, inovatif dan professional. Guru yang inovatif adalah guru yang terus berupaya mencari,

    menemukan dan menciptakan hal-hal baru dalam cara mengajarnya agar proses pembelajaran di

    kelas dapat berjalan lebih baik sehingga mampu meningkatkan minat belajar siswa terhadap

    pelajaran seni music

    D. Tujuan Penelitian

    1. Untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran seni musik melalui penggunaan model

    pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) kompetensi dasar

    mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu.

    2. Untuk mengetahui ketepatan dan keefektifan penggunaan model pembelajaran aktif,

    kreatif,efektif,dan menyenangkan (PAKEM) dalam meningkatkan minat belajar siswa pada

    pembelajaran seni musik kompetensi dasar mengembangkan gagasan kreatif membuat

    aransemen lagu.

    3. Untuk mengetahui peningkatan aktifitas,minat, dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran

    seni musik.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang penggunaan model pembelajaran aktif,

    kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dalam meningkatkan minat belajar siswa pada

    materi pembelajaran seni musik pokok bahasan mengembangkan gagasan kreatif membuat

    aransemen lagu.

    b. Sebagai dasar pengetahuan dalam mengembangkan penelitian- penelitian pada masalah

    selanjutnya.

    2. Manfaat Praktis

    a. Manfaat Bagi Siswa

    1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada materi pembelajaran seni musik tentang

    bagai mana mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu,

    2) Mendidik siswa untuk berpikir kritis, kreatif, tertib, dan memiliki sikap disiplin dan bertanggung

    jawab.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    4/30

    3) Dengan memberi materi pembelajaran seni musik menggunakan model pembelajaran

    PAKEM, siswa lebih dapat tertarik, termotivasi dan dapat memahami materi membuat aransemen

    lagu.

    b. Manfaat Bagi Guru

    1) Menambah wawasan ilmiah dalam meningkatkan kompetensi diri menuju profesionalisme.2) Pendekatan pembelajaran PAKEM sebagai acuan guru dalam meningkatkan minat belajar

    siswa pada pelajaran seni musik kompetensi dasar mengembangkan gagasan kreatif membuat

    aransemen lagu.

    Manfaat Bagi Sekolah

    1) Sebagai bahan kajian dan masukan untuk peningkatan mutu sekolah.

    2) Mewujudkan misi dan visi sekolah sebagai Institusi yang selalu berupaya untuk meningkatkan

    prestasi akademik.

    3) Memperbanyak media pembelajaran yang kreatif dan inovatif sebagai sarana yang aktif, efisien,

    dan menyenangkan.

    A. Minat Belajar

    Beberapa ahli memberi batasan tentang belajar yang penulis kutip dari buku Psikologi

    Pendidikan halaman 104 tulisan Drs. Wasty Soemanto, M.Pdsebagai berikut:

    1. James O. Wittaker : Learning may be defined as the process by which behavior originates or is

    altered through training or experience(Wittaker, 1970: 15).Artinya, belajar dapat didefinisikan

    sebagai proses dimana perilakudiubah melalui pelatihan atau pengalaman.

    2. Cronbach menulis batasan belajar dalam bukunya yang berjudul Educational

    Psychologyseperti berikut,Learning is shown by change in behavior as result of experience (

    Cronbach, 1954: p.47 ).Artinya, belajar ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil

    dari pengalaman". ( Cronbach, 1954: p. 47 )

    Dari batasan belajar tersebut dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu

    perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan

    definisi belajar dari Slameto ( 1988: 2 ) yang mengemukakan bahwa: Belajar ialah suatu proses

    usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah prilaku yang baru

    secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu dengan lingkungannya. Abdul

    Hadis ( 2008: 60 )

    Mengingat begitu pentingnya minat dan motivasi belajar, penulis berupaya untuk mencoba

    menganalisa beberapa referensi tentang minat belajar. Wiliam James (1890) dalam UzerUsman (1992 : 24) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan

    derajat keaktifan belajar siswa. Dengan demikian minat merupakan faktor yang pengaruhnya

    begitu besar dalam keterlibatan siswa belajar secara aktif dan kreatif. Hasil belajar merupakan

    ketercapaian kompetensi belajar yang dinyatakan dengan nilai, karena itu minat belajar yang

    tinggi akan diperlihatkan juga dengan nilai mata pelajaran yang memenuhi ketuntasan, bahkan

    melebihi standar yang ditetapkan atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), setidaknya minat

    belajar yang tinggi akan dinyatakan dengan ketercapaian kompetensi atau kompetensi dasar

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    5/30

    pada mata pelajaran tersebut.Dengan demikian dasar untuk belajar pada setiap siswa sudah

    ada, tinggal gurunyalah yang berupaya keras untuk membangkitkan minat belajar siswa pada

    mata pelajaran yang diampunya.

    B. Kompetensi Dasar: Mengembangkan Gagasan Kreatif Mengaransir Lagu Dengan Beragam

    Teknik, Media, Dan Materi Musik Non Tradisional

    Pendidikan Seni Musik memiliki peran dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis

    dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan

    musikalitas emosionalnya. Adapun ruang lingkup materi pembelajaran dalam kompetensi dasar

    mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu dengan beragam teknik, media

    dan materi musik, yang mencakup tangga nada musik, notasi angka, notasi

    balok, dan membuat aransemen lagu.

    1. Pengertian aransemen musik / lagu

    Dalam referensi musik, aransemen merupakan salah satu bentuk ciptaan yang berkait

    dengan penulisan musik. Sebagai contoh, sebuah komposisi musik yang dipersiapkan untuk

    pertunjukan konser besar dialihtuliskan menjadi komposisi musik untuk permainan piano saja,

    atau bisa juga untuk pertunjukan konser kecil. Ada dua macam cara untuk membuat aransemen

    musik/lagu: a.Secara tertulis. Aransemen tertulis bisa berupa penulisan tambahan secara

    lengkap dengan detail-detailnya, atau bisa juga hanya berupa penambahan yang terbatas pada

    pemakaian lambang akord. Materi yang dipersiapkan dalam membuat aransemen musik / lagu

    antara lain berupa notasi lagu asli, imaginasi, kreasi, pengetahuan musik, pengetahuan sifat

    suara manusia, dan pengetahuan instrument music, dan b.Secara tidak tertulis yaitu

    aransemen music berupa penambahan-penambahan notasi hiasan pada aransemen yang

    bersifat bebas, pribadi, spontan, temporer, dan sesaat.

    C. Pembelajaran Model Pakem

    PAKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki paradikma baru dalam

    sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan

    pengguna lulusan serta memiliki suasana akademik yang besar dalam penyelenggaraannya.

    PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaranyang Aktif, Kreatif, Efektif, dan

    Menyenangkan.

    1. Aktif

    Aktif yang dimaksudkan di sini adalah bahwa proses pembelajaran seni musik yang

    dilakukan guru di kelas harus dapat menciptakan suasana dimana siswa aktif bertanya, aktifbereksplorasi, dan berani mengemukakan gagasan dan pendapatnya melalui kreatifitas

    musiknya secara bebas. Berkait dengan hal tersebut, menurut Magnesen dalam Dryden bahwa

    dalam belajar siswa akan memperoleh 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang didengar,

    30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang

    dikatakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan. (Dryden, 2000: 100)

    2. Kreatif

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    6/30

    Kreatif artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996:

    9) dalam (Sri Gianti, 2009: 6). Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran seni musik sudah

    barang tentu akan membentuk siswa menjadi kreatif, artinya siswa yang mampu menghasilkan

    generasi kreatif yang berguna bagi dirinya juga buat orang lain. Menurut Semiawan daya kreatif

    tumbuh dalam diri setiap individu dan merupakan pengalaman yang paling mendalam dan unik

    bagi seseorang (Syaifurrahman, 2009: 6). Suasana belajar yang memberi kesempatan kepadasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengemukakan gagasan dan ide-idenya tanpa harus

    memiliki perasaan takut, disalahkan oleh guru yang bersangkutan. Suasana kondusif dan kreatif

    seperti itulah yang dimaksud dalam PAKEM.

    3. Efektif

    Terciptanya pembelajaran yang efektif muncul karena pembelajaran yang dilaksanakan

    dapat menumbuhkan daya kreatif siswa sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai

    kemampuan. Artinya siswa dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya

    sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam.Pembelajaran yang efektif hanya bisa

    didapat dengan prilaku atau tindakan nyata (learning by doing) baik dari guru maupun siswa. Di

    sinilah peran dari seorang guru, bagaimana Ia mampu membuat scenario pembelajaran di kelas

    agar proses pembelajaran berjalan sebagaimana tersebut di atas.

    4. Menyenangkan

    Pembelajaran yang menyenangkan adalah suatu kondisi pembelajaran yang didisain

    sedemikian rupa oleh guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas, di mana siswa

    dan guru berinteraksi secara akrab, sehingga siswa bisa berkonsentrasi penuh dan pusat

    perhatiannya terfokus pada belajar. Berdasar hasil penelitian, tingginya perhatian siswa terbukti

    dapat meningkatkan hasil belajar. (Purnama,M.pd, 2009: 7)

    Berdasar uraian tersebut, dapat dideskripsikan bahwa PAKEM, Pembelajaran yang Aktif,

    Kreatif, Efektif dan Menyenangkanadalah suatu proses pembelajaran di mana siswa dan guru

    terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kata lain, guru turut serta berperan aktif untuk

    membangkitkan semangat siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai strategi, metode,

    media, dan model pembelajaran.

    A. Setting Penelitian

    Penelitian penulis lakukan di SMA Negeri 42 Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, pada

    bulan Desember sampai dengan bulan Maret 2012. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas

    X semester genap Tahun Pelajaran 2011 2012, yang kemudian penulis mengambil salah

    satu kelas yaitu kelas X 6 yang jumlah siswanya sebanyak 39 orang, terdiri siswa laki-lakisebanyak 21 orang dan siswa wanita sebanyak 18 orang. Alasan penulis memilih sampel kelas

    X 6 sebagai subyek penelitian didasarkan kepada minat belajar mereka terhadap mata pelajaran

    seni musik relatif rendah, selain itu rata-rata hasil belajar mata pelajaran seni musik juga rendah

    dibandingkan dengan kelas X lainnya, berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal( KKM). Adapun

    nilai KKM mata pelajaran seni musik adalah 75.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    7/30

    Penelitian dilakukan dalam dua siklus, siklus I tiga kali pertemuan pada minggu ke 2 (Selasa,

    17 Januari 2012), minggu ke 3 (Selasa, 24 Januari 2012), dan minggu ke 4 (Selasa, 31 Januari

    2012). Sedangkan siklus II pertemuan dilakukan bulan Febuari pada minggu ke 1 (Selasa, 7

    Febuari 2012), minggu ke 2 (Selasa, 14 Febuari 2012), dan ke 3 (Selasa, 21 Febuari 2012).

    Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) dengan menggunakan modelyang dikembangkan olehKurt Lewin yang pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk

    siklus, terdiri atas empat komponen yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)

    pengamatan, dan (4) reflek

    A. Siklus I

    1. Minat Belajar

    Seni Musik pada Kompetensi Dasar : Mengembangkan Gagasan Kreatif Membuat

    Aransemen Lagu pada pertemuan pertama di siklus I yaitu pada hari selasa tanggal 17 Januari

    2012, dilakukan pembelajaran yang diawali dengan apersepsi pemberian motivasi . Adapun

    motivasi yang diberikan pada awal pembelajaran pada pertemuan pertama berkait erat dengan

    tujuan pembelajaran dan materi ajar yang disampaikan

    a. Siswa diharapkan mampu menjelaskan bentuk-bentuk ciptaan musik.

    b. Siswa diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis karya musik berdasarkan bentuknya.

    c. Siswa diharapkan mampu menjelaskan materi, prosedur dan langkah-langkah membuat

    aransemen lagu.

    d. Siswa diharapkan mampu membuat aransemen lagu.

    Pada langkah inti, guru menjelaskan bentuk-bentuk ciptaan musik berikut contohnya, jenis-

    jenis karya musik berikut contohnya, menjelaskan materi dan prosedur serta langkah-langkah

    membuat aransemen lagu berikut contoh dan peragaannya. Pada langkah akhir, guru

    menyimpulkan materi pelajaran, memberikan pertanyaan-pertanyaan, memberi kesempatan

    kepada siswa untuk menjawab dan bertanya terkait dengan materi pelajaran yang diberikan. Di

    sini penulis bersama rekan guru observer melihat bagaimana situasi dan kondisi siswa, aktivitas

    siswa selama proses pembelajaran berlangsung, seperti bertanya, menjawab pertanyaan,

    mengemukakan pendapat, atau menyanggah. Pada pertemuan pertama ini belum nampak ada

    perubahan aktivitas yang berarti dari, akan tetapi siswa cenderung fokus pada materi yang

    disampaikan . Dari data lembar observasi diperoleh :

    a. Siswa bertanya 2 orang siswa (5,40 %)

    b. Siswa menjawab pertanyaan 4 orang siswa (10,80 %)

    c. Siswa mengemukakan pendapat 3 orang siswa (8,10 %).d. Siswa menyanggah sebanyak 3 orang siswa (8,10 %).

    e. Prosentase aktivitas kelas secara keseluruhan (35,10 %).

    Selanjutnya berkait dengan sampai sejauh mana minat siswa terhadap mata pelajaran seni

    musik, pada proses pembelajaran berlangsung selama kurang lebih 20 menit , peneliti dibantu

    oleh observer mengedarkan lembar kuisioner yang kemudian diisi oleh siswa sebanyak 37

    orang. Kuisioner tersebut sengaja dirancang berurutan, agar siswa merespon , sehingga muncul

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    8/30

    jawaban dengan mencheklis (V) pada kolom S, atau SS, atau TS dan STS. Peneliti

    memfokuskan hasil kuisioner terutama pada minat siswa dengan alasan :

    - Ketertarikannya pada mata pelajaran seni musik , karena belajar seni musik materinya

    menanamkan sikap apresiatif, menghargai hasil karya orang lain.

    - Ketertarikannya pada mata pelajaran seni musik, karena seni musik bersifat aktif, kreatif,dan menyenangkan.

    - Ketertarikannya pada mata pelajaran seni musik, karena setiap siswa membutuhkan sarana

    berekspresi, dan lebih lagi seni musik adalah sebagai sarana pengembangan minat dan bakat.

    Pada siklus I , kuisioner tersebut mempertlihatkan ;

    - 20 siswa atau 54,60 % siswa tertarik pada mata pelajaran seni musik, karena belajar seni musik

    materinya menanamkan sikap dan penghargaan terhadap hasil karya orang lain.

    - 25 siswa atau 67,50 % siswa tertarik pada mata pelajaran seni musik, karena seni musik

    kegiatannya menyenangkan.

    - 23 siswa atau 62,10 % siswa tertarik pada mata pelajaran seni musik, karena setiap siswa

    membutuhkan sarana pengembangan minat dan bakat.

    Dugaan atau asumsi peneliti alasan ketertarikan siswa pada mata pelajaran seni musik

    tersebut dari data seberapa banyak siswa yang menjawab kuisioner nomor 8, 9 dan 12

    data tersebut dapat terlihat pada lampiran B. Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada

    hari selasa tanggal 24 Januari 2012, pelaksanaan pembelajaran mengacu pada RPP , dengan

    materi ajar : Membuat aransemen lagu non tradisional. Diawal pembelajaran guru memberikan

    motivasi pada siswa dengan memperagakan senam birama, memperagakan contoh gerak

    tangan birama 2/4, 3/4, 4/4. Proses penyampaian materi pembelajaran berlangsung sesuai

    dengan RPP. Untuk mengetahui aktivitas pembelajaran saat proses berlangsung, observer

    mengamati dan dihasilkan data sebagai berikut :

    a. Siswa yang bertanya sebanyak 2 orang ( 5,40 % )

    b. Siswa yang menjawab pertanyaan 4 orang ( 10,80 %)

    c. Siswa menyanggah sebanyak 3 orang ( 8,10 %)

    Mengemukakan pendapat sebanyak 4 orang ( 10,80 % )

    Persentase aktifitas kelas = 35,10 %

    2. Hasil belajar

    Dengan asumsi peneliti bahwa minat yang tinggi pada mata pelajaran akan berbanding lurus,

    atau mempunyai korelasi terhadap hasil belajar, maka peneliti memberikan tes baik pretes

    maupun postes pada siklus I dan siklus II. Pada hari selasa tanggal 17 Januari 2012 sebelumtindakan dilaksanakan dengan waktu 2 X 45 menit, diadakan pretes dengan jumlah soal PG =

    10 adapun bobot soal : PG setiap soal skor = 1 jumlah betul semua atau skor tertinggi adalah =

    10. Didapat hasil pretes antara lain sebagai berikut skor nilai rata-rata kelas 51.97 dan

    prosentase ketuntasan belajar sebesar53,97 % yaitu hanya 21 siswa dari 39 yang nilai

    pretesnya mencapai sama atau lebih dari 75, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar seni

    musik dengan materi membuat aransemen lagu non tradisional, dilihat dari kemampuan awal

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    9/30

    sebelum proses pembelajaran masih rendah, kondisi tersebut dianggap wajar karena materi

    tersebut belum disampaikan.

    HASIL PRETES I SIKLUS I

    Hari / TgL : Selasa , 17 Januari 2012Prosentase Ketuntasan

    Tuntas 21 siswa = 53, 97 % Tidak tuntas 18 siswa = 46, 26 % Score rata-rata = 51, 97

    Dari pretes di siklus I yang diperoleh hasil 53,97% mencapai ketuntasan ( KKM ) hal ini

    merupakan bahan pertimbangan dalam melakukan upaya peningkatan hasil belajar

    menggunakan pembelajaran model PAKEM. Setelah proses pembelajaran berlangsung di siklus I

    dalam tiga kali pertemuan selanjutnya diadakan postes dengan soal yang sama dengan soal

    yang diberikan pada pretes pertemuan pertama. Postes dilakukan pada hari selasa, 31 Januari

    2012 selama 30 menit, hasil yang didapat antara lain:

    - 31 siswa dari 39 yang nilai pretesnya mencapai sama atau lebih dari 75

    - skor nilai rata rata kelas : 73,23

    - prosentase yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 8 orang dari 39 siswa

    atau 20,40 % siswa yang belum mencapai KKM.

    3. Refleksi

    Berdasarkan data hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan disiklus I dengan tiga kali

    pertemuan kemudaian disertai pengamatan atau observasi dari guru lain sebagai observer,

    menyatakan bahwa pembelajaran seni musik yang disampaikan menggunakan pembelajaran

    model PAKEM, memberikan hasil yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang

    diharapkan. Adapun hasil yang didapat memperlihatkan peningkatan aktivitas terutama pada

    siswa yang bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, meskipun siswa

    yang aktif pada pertemuan pertama belum banyak sebesar 24, 50 % tetapi pada pertemuan

    kedua aktivitas kelas secara keseluruhan mengalami peningkatan yaitu menjadi 45,90 %.

    Sementara hasil kuisioner berkaitan dengan sejauh mana pandangan siswa terhadap

    mata pelajaran seni musik, di siklus I memperlihatkan bahwa 66,50 % siswa atau sebanyak 25

    siswa dari jumlah 39 memperlihatkan ketertarikan atau minat terhadap seni musik, dengan

    alasan bahwapelajaran seni rupa merupakan pelajaran yang menyenangkan. Alasan ini lebih

    banyak dibandingkan dengan siswa yang tertarik terhadap seni musik karena setiap siswa

    membutuhkan sarana pengembangan minat dan bakat. Harapan peneliti ketertarikan tersebutmendapatkan peningkatan juga pada ketertarikan siswa pada seni musik dengan alasan karena

    belajar seni musik materinya menanamkan sikap dan penghargaan terhadap hasil karya orang

    lain.

    Data berikutnya yaitu hasil belajar yang diperoleh dari pretes ke postes memperlihatkan

    peningkatan yang cukup signifikan, namun peneliti merasa belum puas melihat data tersebut

    karena masih belum dianggap wajar, peningkatan tersebut diperoleh setelah proses

    pembelajaran berlangsung. Data tersebut nampak pada tabel berikut :

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    10/30

    HASIL POSTES I SIKLUS I

    Postes Siklus : IHari / Tgl : Selasa , 31 Januari 2012

    Prosentasae Ketuntasan : Tuntas 31 siswa = 79, 05 % Tidak Tuntas 8 siswa = 20, 40 % Score rata-rata = 73,23

    Prosentase Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus I

    Dengan demikian peneliti beranggapan bahwa pada siklus berikutnya ada beberapa hal yang

    harus ditingkatkan antara lain :

    a. Penyampaian materi dibuat lebih terinci, sitematis lebih jelas dan terarah, dengan menampilkan

    banyak contoh-contoh peragaan, alat bantu pelajaran keyboard, pianika, gitar. Dll.b. Pendekatan pembelajaran model PAKEM harus lebih kolaboratif, dengan mengimplementasikan

    secara kolaboratif metode ceramah, demonstrasi, praktik, diskusi dan sebagainya, sehingga

    proses pembelajaran lebih bervariatif, kesempatan siswa untuk aktif, kreatif lebih meningkat

    secara kelseluruhan.

    c. Tes hasil belajar akan diberikan waktu khusus dengan durasi waktu menjadi 60 menit.

    A. Siklus II

    belajar

    Minat seni musik melalui pembelajaran PAKEM : Mengembangkan gagasan kreatif

    membuat aransemen lagu. Pada tahap refleksi di siklus I, peneliti bersama dengan kolaborator

    berasumsi bahwa tindakan pada siklus ke II harus lebih ditingkatkan, dengan alasan bahwa

    ternyata terdapat korelasi yang signifikan antara pemberian motivasi diawal pembelajaran dan

    proses pembelajaran menggunakan PAKEM pada pelajaran seni musik, yaitu dapat memotivasi

    meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran tersebut. Mengawali tindakan di siklus II , pada

    pertemuan pertama hari selasa 7 Febuari 2012 mengacu pada skenario pembelajaran ( RPP )

    yang telah disiapkan. Dengan pokok bahasan membuat aransemen lagu non

    tradisional. Membangun motivasi yang dibangun pada pertemuan pertama siklus II ini adalah

    Pretes Postes Perbedaan

    51, 97 % 73, 23 % 21,26 %

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    11/30

    dengan pemberian penguatan atas jawaban, pertanyaan, pendapat siswa dalam bentuk

    pemberian point nilai untuk tabungan siswa dalam buku nilai. Hasilnya adalah cukup

    memuaskan, dan motivasi ini amat efektif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat

    belajar siswa, karena nilai yang tinggi merupakan hal yang diharapkan setiap siswa. Hasil akhir

    memperlihatkan, dengan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan minat belajar yang

    sekaligus juga meningkatkan nilai belajar siswa terhadap pelajaran Seni Musik. Berikutmerupakan aktivitas siswa saat pembelajaran pada pertemuan ke I di siklus II :

    No Aktifitas Siswa Jumlah Prosentase

    1.2.3.4.5

    .

    BertanyaMenjawab PertanyaanMengemukakan PendapatMenyanggaTidak aktif

    8861

    16

    20,40 %20,40 %15,30 %2,55 %

    30,80 %

    Aktifitas Kelas 39 16 = 23 % 100 30,80 =

    69,20 %

    Pada pertemuan ke 3 hari selasa 21 Febuari 2012 dengan materi

    ajar : Membuat aransemen lagu non tradisional dengan membangun motivasi yang sengaja

    dibangun dalam pembelajaran adalah upayamengungkapkan aktivitas belajar yang diamati oleh

    observer juga nampak ada peningkatan dan antusias belajar terlihat meningkat terutama dalam

    mengungkapkan pendapat. Aktivitas siswa dapat dimunculkan dengan hasil data sebagai

    berikut :

    Pada pertemuan ke tiga sekaligus pertemuan terakhir, perhatian peneliti kembali fokus

    kepada sejauh mana minat siswa terhadap mata pelajaran seni musik, sehingga data yang

    didapatkan tertutama dari kuisioner. Setelah tindakan pertemuan kedua dilaksanakan, peneliti

    memberikan kuisioner yang sama pada siklus I dan hasilnya terjadi perubahan dari siklus I antara

    lain : 39 siswa menjawab bahwa mata pelajaran seni musik sangat penting, 37 siswa atau 86,40

    % siswa diantaranya mengemukakan alasan berkaitan dengan manfaat dari segi saranapengembangan minat dan bakat siswa, sementara masih nampak 35 siswa atau 96,50 % siswa

    juga menjawab pertanyaan bahwa seni musik menarik karena kajian materinya menanamkan

    sikap dan penghargaan terhadap hasil karya seni orang lain.

    Belajar

    No Aktifitas Siswa Jumlah Prosentase

    1.2.3.4.5.

    BertanyaMenjawab PertanyaanMengemukakan PendapatMenyanggaTidak aktif

    1010847

    27,00 %27,00 %21,60 %9,80 %

    17,85 %

    Aktivitas Kelas 39 7 = 32 % 100 17,85 = 82,15 %

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    12/30

    Sesuai dengan rumusan masalah, Meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran seni

    musik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran model PAKEM, model penelitian untuk

    menghasilkan data tersebut, adalah tes hasil belajar yang diberikan melalui prosedur pretes dan

    postes di siklus II. Pertemuan pertama sebelum tindakan yaitu hari Selasa, 7 Febuari

    2012 diadakan pretes, dengan soal pilihan ganda ( soal di lampiran ). Pada pretes II skor nilai

    rata-rata sebesar74,10 sedangkan prosentase ketuntasan belajar mencapai 62,10 % yaitu 31siswa dari 39 mencapai KKM. Sementara itu setelah tindakan dilakukan diadakan postes II,

    adapun hasil yang dicapai 34 siswa dari 39 mencapai sama dengan atau lebih 75 ( KKM )

    atau 86,70 % dengan nilai rata rata85,25 kenaikan dari pretes ke postes sebesar11,15 %

    HASIL PRETES SIKLUS II

    Hari / Tgl : 14 Febuary 2012Prosentase Ketuntasan : Siswa tuntas sebanyak 31 orang = 78,55 % Siswa tidak tuntas sebanyak 8 orang = 20,40 %

    Score rata-rata = 74,10

    HASIL POSTES SIKLUS II

    Hari / Tgl : Selasa , 21 Febuary 2012Prosentase ketuntasan :

    Siswa tuntas sebanyak 34 orang = 86,70 % Siswa tidak tuntas sebanyak 5 orang = 12,75

    Score rata-rata = 85,25

    Prosentase Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus II

    3. Refleksi

    Dari empat kali pertemuan yang terbagi dari dua siklus, diawali perencanaan, tindakan

    observasi dan seterusnya, peneliti melihat beberapa hasil dari upaya tindakan yang

    memperlihatkan adanya peningkatan, antara lain sebagai berikut :

    Porosentase Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

    Pretes Postes Perbedaan

    74,10 % 85,25 % 11,15 %

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    13/30

    Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar sangat memungkinkan apabila proses

    pembelajaran disempurnakan baik dari segi metode, pendekatan ataupun alat bantu

    pembelajaran yang digunakan bervariatif sesuai dengan karakter pembelajaran model PAKEM.

    Berkait dengan minat belajar seni musik yang merupakan bagian yang paling diharapkan dalam

    hasil penelitian ini, memperlihatkan perubahan yang cukup berarti terutama berkait dengan

    ketertarikan siswa terhadap seni musik dengan alasan pelajaran seni musik sangat penting, 33

    siswa atau 89,10 % siswa diantaranya mengemukakan alasan berkaitan dengan manfaat dari

    segi sarana pengembangan minat dan bakat siswa. Sedangkan siswa tertarik terhadap seni

    musik dengan alasan seni musik merupakan pelajaran yang menyenangkan, dari 25 siswa 66,50

    % menjadi 33 siswa 89,10 %. Sementara itu 30 siswa tertarik mata pelajaran seni rupa kajian

    materinya menanamkan sikap dan penghargaan terhadap hasil karya orang lain dari 22 siswa =

    59,40 % menjadi 35 siswa = 94,50 %. Perubahan hasil kuisioner di siklus II dari siklus I berkaitan

    dengan minat siswa terhadap mata pelajaran seni musik, memperlihatkan bahwa proses

    pembelajaran yang diawali dengan pemberian motivasi sangat diperlukan, bahkan selanjutnya

    peneliti berasumsi bahwa pembelajaran menggunakan model PAKEM akan menjadi motivasi

    yang cukup berarti bagi siswa dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar

    siswa terhadap pelajaran seni musik. Hasil belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran di

    siklus I dan siklus II melalui postes I dan postes II, memperlihatkan peningkatan, seperti nampak

    pada tabel berikut :

    Siklus Pretes Postes Perbedaan

    I 51,97 73, 23 21,26

    II 74,10 85,25 11,15

    Skor nilai rata-rata kelas dapat dilihat

    SiklusSkor nilai rata rata

    pretesSkor nilai rata rata

    postesPerbedaan

    I 51, 97 73,23 21,26

    II 74,10 85,25 11,15

    Dari tabel di atas ditemukan nilai rata-rata kelas yang mencapai KKM mata pelajaran

    seni rupa pada postes yaitu 75 . Kenaikan hasil belajar yang diperoleh, menguatkan dugaan

    No Aktivitas SiswaSiklus I Siklus II

    P 1 P 2 P 3 P 1 P 2 P 3

    1.2.

    3.

    4.

    5.

    BertanyaMenjawabPertanyaanMengemukakan

    pendapat.MenyanggahTidak aktif

    5,40 %10,20 %

    13,50%

    0

    13,57%16,20%

    15,62%

    0

    16,20%16,20%

    21,60%

    0

    21,60%27,00%

    21,60%

    0

    25,00 %32,40 %

    24,30 %

    0

    28,90 %35,10 %

    24,30 %

    0 %

    Aktivitas Kelas 29,10 % 45,39% 54,00 69,20% 81,70 % 91,00%

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    14/30

    bahwa minat belajar berbanding lurus dengan hasil belajar. Begitu juga kegairahan siswa yang

    diperlihatkan dengan aktivitas belajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, serta

    mengemukakan pendapat, bisa menjadi tolak ukur sejauh mana minat siswa terhadap mata

    pelajaran seni musik. Deskripsi data hasil penelitian yang telah diuraikan, diharapkan juga akan

    memotivasi guru untuk melaksanakan tindakan kelas, ketika ditemukan masalah-masalah dalam

    pembelajaran. Kegairah guru dalam menggali berbagai model, metode, media serta upaya dalammemecahkan masalah-masalah pembelajaran adalah kegairahan bersama mulai dari kepala

    sekolah, guru mata pelajaran, juga siswa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

    A. Simpulan

    Berbasis dari analisa hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah yang telah

    ditentukan, disertai dengan temuan-temuan dalam proses tindakan dan pembahasan yang telah

    diuraikan dalam bab IV tentang proses pembelajaran untuk meningkatkan minat siswa pada mata

    pelajaran seni musik, dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM, maka dapat

    disimpulkan sebagai berikut :

    1. Proses pembelajaran pada KD : Mengembangkan Gagasan Kreatif Membuat Aransemen Lagu

    dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan minat belajar siswa

    pada pelajaran seni musik. Perkembangan peningkatan minat belajar siswa dapat dilihat dari

    hasil kuisioner yang berkait dengan ketertarikan siswa pada mata pelajaran seni musik karena

    seni musik kajian materinya menanamkan sikap dan penghargaan terhadap hasil karya orang

    lain dari 22 siswa = 56,10 % menjadi 37 siswa = 94,35 %, prosentase tersebut dihitung dari

    jumlah keseluruhan siswa yang merespon pernyataan kuisioner dari jumlah keseluruhan

    sebanyak 39 siswa.

    2. Proses pembelajaran pada KD : Mengembangkan gagasan kreatif membuat aransemen lagu

    dengan pembelajaran model PAKEM mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar dapat

    dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang meningkat 31,25 % yaitu dari hasil rata-ta nilai

    siswa postes siklus I score=73,23 menjadi score rata-rata = 85,25 di postes siklus II

    B. Saran

    Saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

    berikut :

    1. Proses pembelajaran menggunakan pembelajaran model PAKEM bisa diterapkan pada upaya

    menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran lain dalam setiap pembelajaran

    meskipun dalam waktu yang relatif singkat.2. Pemilihan bahan ajar yang akan disampaikan menggunakan pembelajaran model PAKEM perlu

    dilakukan oleh guru, dalam rangka pertimbangan efektifitas dalam pembelajaran.

    3. Kepiawaian untuk memotivasi siswa dalam setiap pembelajaran hendaknya menjadi kompetensi

    yang harus dimiliki guru sebelum, atau selama proses pembelajaran guna menumbuhkan minat

    belajar siswa.

    4. Variasi model pembelajaran, metode, serta penggunaan media hendaknya menjadi salah satu

    motivasi bagi siswa, sehingga aktivitas belajar lebih meningkat.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    15/30

    5. Penelitian tindakan kelas hendaknya menjadi bagian yang rutin dilaksanakan oleh setiap guru

    secara berkala, ketika ditemukan masalah-masalah dalam proses pembelajaran di kelas.

    6. Kebiasaan untuk mengungkapkan masalah-masalah pembelajaran dalam bentuk laporan tertulis,

    serta upaya tindakan sebagai bagian dari penyelesaian masalah pembelajaran secara

    sederhana, singkat dan tepat perlu dibiasakan, sebagai acuan serta bahan perbandingan guna

    menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran selanjutnya.

    D A F T A R P U S T A K A

    Supardi Suhardjono, 2011.Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Penerbit

    Andi.

    Supardi Suhardjono, 2011.Publikasi Ilmiah Non Penelitian, Dalam Pengembangan Keprofesian

    Berkelanjutan Bagi Guru. Yogyakarta: Penerbit Andi.

    Dr. Sulipan, M. Pd, 2010.Teknik Mudah Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Penerbit

    Eksismedia.

    Moh.Ujer Usman, 1992.Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

    Jamaludin, M. Ed, 2003. Pembelajaran Yang Efektif (Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

    Siswa).Jakarta: CV. Mekar Jaya.

    MGMP IPA Jakarta Timur, 2010.Jurnal Pendidikan Edisi I Volume 3 R 2010. Jakarta: MGMP IPA.

    UHAMKA 2009.Peningkatan Profesi Guru Melalui Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

    Menyenangkan ( PAKEM ). Jakarta: Rayon 37 UHAMKA.

    Mendiknas, 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), Jakarta: Pusat Kurikulum

    Balitbang Depdiknas

    Drs. Wasty Soemanto, M.Pd, 2006. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin

    Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta.

    Ario Kartono, dkk 2007. Kreasi Seni Budaya Untuk SMA, Jakarta: Ganeca.

    Abubakar Baraja 2008.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Studio Press

    Dr. Abdul Hadis, M. Pd. 2008,Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

    Slameto 1988. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.

    Diposkan olehDenmas Priyadi di07.59

    https://plus.google.com/117858064530148083299https://plus.google.com/117858064530148083299http://mgmpseni42.blogspot.com/2012/03/jurnal-ptk-seni-musik-by-slamet-priyadi.htmlhttp://mgmpseni42.blogspot.com/2012/03/jurnal-ptk-seni-musik-by-slamet-priyadi.htmlhttps://plus.google.com/117858064530148083299http://mgmpseni42.blogspot.com/2012/03/jurnal-ptk-seni-musik-by-slamet-priyadi.html
  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    16/30

    Proposal metode penelitian

    PROPOSAL METODE PENELITIAN KUALITATIFProposal ini dibuat sebagai tugas Ujian Akhir Semester VII pada mata kuliah

    Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif

    Resepsi Khalayak Ibu-ibu Rumah Tangga desa Candi - Sidoarjo terhadapProgram

    Acara Reality Show Master Cheff di Indosiar

    Oleh:

    AANG KUNAIFINIM. 08.20220.00015

    PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

    2013

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang MasalahMedia massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam

    mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia memperoleh tambahan pengetahuan, informasi

    terkini dari belahan bumi lainnnya dengan cepat, serta insipirasi salah satunya adalah akibat

    dari peranan televisi. Televisi sebagai suatu media massa mempunyai peranan yang penting

    dalam memudahkan masyarakat untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.

    Media massa adalah alat yang biasanya digunakan dalam penyampaian pesan dari

    sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis

    seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Cangara, 2003:134). Hingga detik ini media

    massa masih menjadi penentu atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat.

    Media mampu menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati sajian pesan / berita

    atau program yang di tampilkan.

    Televisi, sesuai dengan fungsinya untuk mempengaruhi pemirsanya, diharapkan

    mampu memberikan pencerahan dan inspirasi baru bagi semua khalayklnya, salah satunya

    adalah khalayak ibu-ibu rumah tangga.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    17/30

    Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi yang menyajikan

    tayangan reality show yang menyajikan beragam tema dan tampilan. Dari beberapa program

    acara reality show yang kini taynag di stasiun televisi nasional Indonesia, peneliti tertarik

    untuk menganalisis tayangan paling menyegarkan dan fenomenal di tahun ini yang

    dipersembahkan oleh FremantleMedia dan RCTI, MasterChef Indonesia. Sebuah ajang adukemampuan memasak bagi semua kalangan untuk menemukan the first Master Chef

    Indonesia. Ada beberapa alasan peneliti memilih program acara tersebut, diantaranya:

    a. pada observasi awal yang peneliti lakukan kepada sebagian ibu-ibu rumah

    tangga di desa Candi Sidoarjo, yang menjadi narasumber sementara, didapatkan hasil

    bahwa sebagian besar pernah dan suka menonton tayangan tersebut dengan beragam

    alasan.

    b. program acara tersebut menampilkan adu kemampuan memasak bagi semua

    kalangan,sehingga seharusnya mampu memberikan inspirasi bagi audiensnya.

    c. ditayangkan setiap hari pada pukul 16.30 sore, jam tayang tersebutmemberikan ruang dan waktu yang cukup banyak bagi ibu-ibu untuk

    menonton tayangan tersebut.

    d. tayangan dengan durasi yang cukup lama (sekitar 60 menit atau 1 jam)

    seharusnya membuat pemirsanya puas dengan isi atau contentacara tersebut.

    Salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah menggunakan reception

    analysis, dimana analisis ini mencoba memberikan sebuah makna ataspemahaman teks media

    dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak.Reception

    analysis disini meliputi persepsi, pemikiran, preferensi dan interpretasi. Persepsi adalah

    pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh denganmenyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Jalaluddin,

    2004:51). Pemikiran didefinisikan sebagai perbuatan individu dalam menimbang-nimbang,

    menguraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil

    keputusan. Preferensi yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai pemikiran

    persepsi kita dalam menerima pesan, apakah pemirsa menyukai program berita tersebut atau

    tidak. Interpretasi merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana kita memahami

    pengalaman.

    Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian

    mengenai resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara reality showMaster Cheff di Indosiar.

    1.2Perumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang masalah dia atas, maka dapat dirumuskan

    masalahbagaimanakah resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara relaity

    show Master Cheff di Indosiar?

    1.3Tujuan Penelitian

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    18/30

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga

    terhadap program acara relaity show Master Cheff di Indosiar.

    1.4Luaran Yang Diharapkan

    Hasil luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya karya ilmiah

    tentang resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara relaity show MasterCheff di Indosiar.

    1.5Manfaat Penelitian

    1.5.1Secara Teoritis

    Untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mengenai bidang kajian

    komunikasi media massa dan riset khalayak

    1.5.2Secara Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi media televisi mengenai

    pengembangan/improvisasi tayangan reality show yang membawa pencerahan bagi

    audiensnya.

    1.5.3

    Secara SosialHasil penelitian ini diharapkan dapat membuka mata masyarakat khususnya kalangan

    ibu-ibu rumah tangga mengenai tayangan yang bernilai positif dan bermanfaat bagi

    masyrakat

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Penelitian Terdahulu

    2.1.1Reception Analysis Pemirsa Terhadap Peran Media dalam Pendidikan Politik Bagi

    Perempuan pada Pemilu 2009 (Studi Reception AnalysisAktivis Perempuan Sidoarjo

    Kecamatan Kota Terhadap Program AcaraHeadline News METRO TV)

    Oleh: Mitha, Arytas (2009)

    Penelitian ini terfokus pada apa dan bagaimana peranan media massa dalam

    pendidikan politik bagi perempuan di Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan

    bagaimana peran Program BeritaHeadline NewsMETRO TV dalam pendidikan politik bagi

    perempuan. Peneliti dengan ini menyimpulkan bahwa peran Program BeritaHeadline

    NewsMETRO TV adalah sebagai berikut :

    1.Program BeritaHeadline NewsMETRO TV memberikan informasi, pengetahuan, serta

    wawasan tentang perkembangan politik yang ada.

    2.Program BeritaHeadline NewsMETRO TV merupakan media sosialisasi politik dan

    partisipasi politik perempuan, mengingat pemilih perempuan sangat bervariasi.

    3.Para audiens (aktivis perempuan) menganggap bahwa pendidikan politik itu sangat penting

    bagi perempuan, mengingat dari beberapa kasus kehidupan, perempuan masih terdapat

    kurang kesetaraan dan keadilan gender.

    http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82http://metrotvnews.com/main.php?metro=welcome&m=program_detail&id=82
  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    19/30

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam mengurai dan menjelaskan

    fenomena dan fakta di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah aktivis perempuan di Sidoarjo.

    Key Words: Media, Politik, dan Perempuan( Sumber : Aryas Mitha Iswahyuni, Reception Analysis Pemirsa Terhadap Peran Media dalam Pendidikan

    Politik Bagi Perempuan pada Pemilu 2009, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2009)2.1.2Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial Desperate Housewives di

    Televisi).

    Oleh Anggraini, Ane Kusuma.(2006)

    Drama komedi merupakan jenis komedi situasi yang paling jarang, jumlahnya kurang

    lebih hanya 1 persen dari seluruh judul komedi situasi yang pernah ditayangkan. Hal tersebut

    dikarenakan tingkat kesulitan dalam memproduksinya. Meskipun drama komedi kalah dalam

    kuantitas, namun dari segi kualitas sudah tidak diragukan lagi. Berbagai judul drama komedi

    seringkali menjadi sangat populer dengan menempati peringkat atas dan rating yang tinggi dalam

    riset AC Nielsen di Amerika.

    Penerimaan khalayak ibu rumah tangga dalam memahami dan memaknai drama komedi

    Desperate Housewives di televisi, ternyata bervariasi. Penerimaan tersebut meliputi:

    1. Partisipan mempersepsi drama komedi Desperate Housewives sebagai tayangan yang menarik

    dan belum pernah ditayangkan sebelumnya. Beberapa partisipan mengungkapkan unsur-unsur

    drama komedi seperti, tema, karakter, serta setting dalam mendefinisikan tayangan ini.

    2. Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa drama komedi ini lebih banyak membahas konflik

    yang dialami tokoh utama. Secara detil beberapa partisipan menyebutkan konflik percintaan yang

    dialami beberapa karakter melanggar batasan norma.

    3. Partisipan mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai karakter ibu rumah tangga

    dan beberapa memiliki karakter yang paling disuka. Karakter yang ideal dalam hal ini tidaklah

    selalu menjadi favorit partisipan.

    4. Sosok ibu rumah tangga yang baik menurut beberapa partisipan adalah ibu rumah tangga yang

    mampu mengurus rumah dan keluarga. Nilai lebih akan didapat jika ibu rumah tangga tersebut

    bekerja atau memiliki kesibukan. Beberapa partisipan merasa bahwa selama ini perlakuan di

    masyarakat baik-baik saja, terkait perannya sebagai ibu rumah tangga.

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam mengurai dan menjelaskan

    fenomena dan fakta di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga Surabaya.

    Key Words: Televisi, Ibu Rumah Tangga( Sumber : Ane Kusuma Anggraini, Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial Desperate

    Housewives di Televisi, Skripsi, FISIP Universitas Airlangga, Surabaya, 2006)

    Orisinalitas Penelitian

    Tabel Perbandingan

    Penelitian terdahulu dengan Penelitian sekarang

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    20/30

    No Nama Judul Thn. Metode Hasil

    1.Aryas Mitha

    Iswahyuni

    Reception Analysis Pemirsa

    Terhadap Peran Media dalamPendidikan Politik Bagi

    Perempuan pada Pemilu

    2009

    2009 Deskriptif-

    Kualitatif

    Mengetahui peranan media dalam

    pendidikan politik perempuan

    2.Ane Kusuma

    Anggraini

    Penerimaan Khalayak Ibu

    Rumah Tangga terhadap

    Serial Desperate Housewivesdi Televisi,

    2006 Deskriptif-

    Kualitatif

    Mengetahui penerimaan ibu-ibu

    rumah tangga terhadap tayangan

    produksi Amerika bertemakehidupan rumah tangga

    Dari dua judul penelitian tersebut, peneliti membuat penelitian dengan fokus atau tema yang

    serupa yakni mengenai penerimaan perempuan terhadap tayangan acara televisi, dan dengan

    metode dan pendekatan yang sama yakni menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif

    dengan metode reception analysis (analisa penerimaan pemirsa televisi pada program acara

    di televisi). Namun, ada pembeda di antara dua penelitian terdahulu tersebut dengan

    penelitian yang akan dilakukan sekarang ini yakni pada jenis tayanganna. Jika padapenelitian Aryas menitikberatkan pada tayangan news atau berita, dan pada penelitian Ane

    adfalah serial televisi, maka pada penelitian ini memilih tayangan atau program acara

    berjenis reality show untuk dikaji lebih mendalam.

    2.2Landasan Teori

    2.2.1Teori Komunikasi Massa (Televisi)

    Komunikasi Massa menurut para ahli adalah komunikasi melalui media massa.

    Sedangkan komunikasi Joseph A. Devito dalam bukunya,Communicology : An Introduction

    to the study of communication.Menyatakan bahwa komunikasi massa :

    First, mass communication is communication addressed to the masses, to an extremiley large

    audience. This does not mean that the audience includes all people or that is large and

    generally rather poorly difined.

    Second, mass communication is communication is perhaps most easily and most logically

    defined by it form : Televison, radio, news, paper, magazine, film, books and tapes.

    Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan pada massa, kepada khalayak

    yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliput seluruh penduduk atau semua

    orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa

    khalayak itu besar pada umumnya agar sukar di definisikan.

    Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang

    audio atau visual komunikasi. Barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila di definisikan

    menurut bentuknya : televise, radio, majalah, film, buku dan pita.

    (dalam buku Theories Of Human Communication Littlejohn, 1999)

    2.2.2Media Massa Televisi

    Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator

    dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    21/30

    televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara

    komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi

    yang komplek serta pembiayaan yang besar karena media televisi bersifat transitory (hanya

    meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut,

    tidak hanya dapat di dengar tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak(audiovisual) (JB. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, 1991).

    Televisi mempunyai sebuah sifat yang istimewa, televisi merupakan gabungan dari

    dengan dan gambar atau yang lebih dikenal dengan audio danvisual. Sebagai media massa,

    televise memiliki ciri-ciri berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya

    bersifat umum dan menimbulkan keserempakan (Pareno, 2002:102). Dengan kekuatannya

    yang audio visual, ia mampu mempengaruhi kehidupan manusia, baik dari segi politik, sosial

    dan budaya (Russel, Verril dan Lane, 1988:173 dalam Komunikasi Politik: Komunikator,

    Pesan dan Media, Dan Nimmo, 1999.).

    sejak diperkenalkan sebagai media nasional pada awal 50-an, TV telah berubah menjadi

    sebuah institusi. Untuk memahami tentang televise, ia haruslah di pandang sebagai sebuah

    fenomena social. Lebih dari sebuah media untuk periklanan dan hiburan, televise memiliki

    kemampuan untuk merubah cara kita berinteraksi dengan orang lain sejalan dengan

    bagaimana kita melihat dunia yang berada di sekeliling kita

    Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan

    sekaligus perubahan pola berfikir, termasuk dalam hal penanaman suatu pemahaman tertentu.

    Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya. Pada intinya televisi memiliki tiga

    fungsi utama yaitu :

    1.Fungsi Penerangan/informasi, sebagai sarana yang efektif dalam menginformasikan segala

    berita kepada khalayak

    2.Fungsi Pendidikan, disadari ataupun tidak televisi mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam

    memberikan pengetahuan tambahan kepada khalayak luas mengenai berbagai hal

    3.Fungsi Hiburan, tentunya suatu media yang mudah dan murah dalam dalam upaya kita

    mendapatkan hiburan karena isi dari televisi tidak seluruhnya berita

    2.2.3Program Berita Televisi

    Setiap harinya, televisi menyajikan berbagai jenis program yangjumlahnya

    sangat banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja dapat dijadikan sebagai

    program, yang penting adalah disukai oleh audiens, tidak bertentangan dengan norma

    kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku.a.Program Informasi Berita

    1)Berita keras (hard news) ataustraight news, yaitu segala informasi yang penting dan menarik

    yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya harus segera diketahui oleh

    khalayak.

    2)Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan

    secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    22/30

    b.Program hiburan (entertainment)

    2.2.4Pemirsa (khalayak)

    Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagaipenerima

    pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut (Nasution, 1993:20) dalam sosiologi

    komunikasi massa, penerima adalah mereka yang menjadi khalayak dari media massa yangbersangkutan, dimana khalayak tersebut di atas bersifat luas, heterogen dan anonim.

    2.2.5Ibu Rumah Tangga sebagai Khalayak Televisi

    Havighurst (dalam Haditono 1991) mengemukakan bahwa perjalanan hidup

    seseorang ditandai oleh adanya misi yang harus dapat dipenuhi. Misi ini dalam batas-batas

    tertentu bersifat khas untuk masa-masa hidup seseorang yang selanjutnya disebut sebagai

    misi perkembangan yaitu misi yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa hidup

    tertentu sesuai dengan norma-norma dalam masyarakat serta norma-norma kebudayaannya.

    Salah satu misi perkembangan yang harus dilalui oleh seseorang dalam masa dewasa adalah

    menemukan teman hidup dan mulai membentuk keluarga dalam ikatan pernikahan.

    Pernikahan di Indonesia sarat akan nilai-nilai yang telah lama ada dikondisikan dalam

    budaya patriarkhi. Kondisi agama, budaya dan lingkungan sekitar membuat perempuan

    wajib memasuki wilayah pernikahan.43 Perempuan yang telah menikah (ibu rumah

    tangga) memiliki beragam peran yang erat kaitannya dengan kebudayaan di mana ia berada

    dan kedudukannya dalam keluarga dan masyarakat. Pada umumnya perbedaan

    perempuan dan laki-laki dalam berbagai hal. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-

    negara lain di dunia, perempuan seringkali menghadapi permasalan umum yang

    sulit dijelaskan. Permasalahan yang dihadapi oleh perempuan umumnya berkaitan dengan

    peran perempuan.

    Pergerakan perempuan mulai bermunculan untuk menyatakan ketidaksetujuan

    terhadap penindasan, diskriminasi dan eksploitasi yang dialami perempuan dalam

    kehidupannya. Pandangan ini dinamakan sebagai feminisme, yang merasa bahwa system dan

    struktur sosial yang timpang dan tidak adil perlu direkonstruksi kembali sehingga terbentuk

    kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Gerakan ini mencapai puncaknya pada

    tahun 1960an hingga 1970an.

    Di Indonesia, pergerakan semacam ini ditandai dengan munculnya Ibu Kartini yang

    memperjuangkan hak-hak perempuan agar setara dengan laki-laki dalam pendidikan dan

    berbagai hal lainnya. Sebelumnya, perempuan dipingit di rumah, dipersiapkan melayani

    suami dan mengasuh anak. Kehidupan perempuan seperti dipenjara, berpindah dari seltempat ia dilahirkan ke sel lain setelah menikah sehingga menimbulkan merasa jenuh dengan

    kehidupannya.

    Betty Friedan mengungkapkan bahwa perempuan mengalami permasalahan yang

    sulit diungkapkan, tetapi dirasakan oleh perempuan pada umumnya. Hal ini merupakan suatu

    krisis yang disimpulkan sebagai berikut :

    1. Perempuan mempertanyakan kewanitaannya, peran sebagai seorang perempuan.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    23/30

    2. Perempuan tidak puas dengan perannya di penjara maupun di sangkar emas.

    3. Perempuan menginginkan pengakuan.

    Adanya pergerakan tersebut membuat perempuan, khususnya yang telah menikah

    yaitu ibu rumah tangga, dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya dan bekerja di dalam

    maupun di luar rumah sesuai dengan kemampuannya. Hal ini menarik kesadaran merekauntuk mengaktualisasikan diri dengan bekerja atau aktif dalam kegiatan social

    kemasyarakatan. Sehingga, peran ibu rumah tangga pun berubah, dari yang hanya berkutat di

    sektor domestik saat ini juga berperan dalam masyarakat.

    Ibu rumah tangga dapat dibedakan sebagai berikut :

    1. Ibu rumah tangga biasa, tidak memiliki kesibukan selain kegiatan rumah tangga.

    2. Ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu dan/atau aktif dalam kegiatan lain

    (sosial).

    3. Ibu rumah tangga yang bekerja full-time dan/atau aktif dalam kegiatan lain (sosial).

    Ibu rumah tangga masih merupakan khalayak potensial terbesar bagi televisi.

    Sebelumnya khalayak ini dibidik karena posisinya sebagai penentu pembelian produk yang

    diiklankan televisi dan lebih banyak di rumah mengerjakan pekerjaan domestik sambil

    menonton televisi (Nielsen Media Research, Media Index 2004).50 Saat ini ibu rumah

    tangga yang aktif di luar rumah juga dianggap berpotensi. Kebutuhan mereka akan hiburan

    dan informasi sepulang beraktivitas menjadi potensi tersendiri bagi televisi.

    Konteks sosial khalayak berperan penting dalam proses penerimaan. Dalam hal ini

    perempuan dalam kondisi sosial yang mengabdi pada suami dan keluarga merasa bahwa

    dengan membaca novel maka mereka memiliki ruang tersendiri. Mereka membaca novel

    roman sebagai pengakuan atas hak-hak dan harga diri mereka, sehingga mendapatkan

    kepercayaan diri agar lebih berani dalam menghadapi tuntutan suami (keluarga) dan

    mengemukakan keinginannya atas posisi yang seimbang dalam perkawinan maupun

    keluarga. ( Sumber : Ane Kusuma Anggraini, Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial

    Desperate Housewives di Televisi, Skripsi, FISIP Universitas Airlangga, Surabaya, 2006)

    2.2.6Teori Reception Analysis

    Analisis Penerimaan dan Negosiasi Makna

    TeoriReception Analysis mengatakan bahwa teks dan penerima adalah elemen yang

    saling melengkapi dalam satu areal penelitian. Menurut Klaus Bruhn Jensen

    (2003:135) reception analysis bisa diasumsikan tidak akan ada efek tanpa

    adanya makna (there can be no effect without meaning).(Sumber: /jiunkpe/s1/ikom/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-51405078-11785-sariwangi-chapter3.pdf)

    Analisis penerimaan menggunakan kombinasi pendekatan humanistik sebagai

    teorinya dan ilmu sosial sebagai metodologinya. Pendekatan humanistik memandang

    komunikasi massa sebagai proses kultural produksi dan penyampaian pesan dalam sebuah

    konteks sosial. Sedangkan ilmu sosial menjelaskan penggunaan pertanyaan empiris tertentu

    sebagai proses interaksi pesan media massa dengan khalayaknya.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    24/30

    In two words, reception analysis assumes that here can be no effect without meaning

    John Fiske dan Michael de Certeu (1989 : 74) mengungkapkan bahwa

    dalamReception Analysis, khalayak dilihat sebagai produsen aktif yang memberikan makna,

    bukan sebagai konsumen media. Pemaknaan teks media, dalam penelitian ini yaitu televisi,

    oleh khalayak berkaitan dengan kondisi sosial dan kulturalnya, serta pengalaman individu

    tiap khalayak. Mereka menguraisandikan teks media dengan cara-cara yang selaras dengan

    kondisi sosial dan budayanya serta cara-cara yang mereka jalani secara pribadi. Berkembang

    pada awal hingga pertengahan 1980-an metode ini berpijak pada pandangan bahwa khalayak

    bersifat aktif dan adanya gagasan penolakan terhadap isi teks atau teks media. Seperti yang

    diungkap Fiske:

    A text is the site of struggles for meaning that reproduce the conflicts of interest between the

    producers and consumers of the cultural commodity. A program is produced by the industry,

    a text by its reader.

    (Teks adalah tempat pertarungan makna yang menghasilkan konflik kepentingan di antara

    produsen dan konsumen dari komoditas kebudayaan. Program di produksi oleh industri, teks

    diproduksi oleh pembaca).

    (sumber: http://wwwReception analysis.shef.ac.uk/1999)

    Paradigma khalayak aktif televisi dalam tradisi cultural studies dapat disimpulkan

    sebagai berikut :

    Khalayak dikonsepsi sebagai produsen makna yang bersifat aktif dan berpengetahuan

    luas, bukan produk dari teks yang terstruktur.

    Makna terikat oleh cara teks distrukturkan dan oleh konteks domestik serta konteks

    budaya dalam menonton

    Khalayak televisi perlu dipahami, bahwa mereka menonton televisi dalam kontekskonstruksi makna dan rutinitas sehari-hari.

    Khalayak dapat dengan mudah membedakan antara fiksi dengan realitas: mereka benar-

    benar aktif dalam memainkan batasan-batasannya.

    Proses konstruksi makna dan kegiatan menonton televisi sebagai dalam rutinitas sehari-

    hari, bergeser dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain dan berubah dari konteks kelas dan

    gender di dalam komunitas budaya yang sama.

    Stuart Hall mengkonsepsi proses encoding televisi sebagai peneguhan momen

    momen produksi, sirkulasi, distribusi, reproduksi, yang saling berhubungan namun berbeda.

    Tiap momen memiliki praktik spesifik, tetapi hal tersebut tidak menjamin momen berikutnya.Artinya, produksi makna tidak menjamin konsumsi makna sesuai dengan keinginan pengode.

    Pesan-pesan televisi dikonstruksi sebagai sistem tanda dengan komponen yang beraneka

    ragam yang dapat mengandung berbagai makna dan dapat diinterpretasi dengan cara yang

    berbeda-beda.

    Khalayak dalam hal ini dikonsepsikan sebagai individu yang memiliki kondisi sosial

    dan budaya yang beragam dan pemaknaan atas suatu pesan dapat berbeda-beda, sesuai

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    25/30

    dengan kondisi khalayak tersebut. Khalayak yang berbagi kode budaya dengan

    pengode/produsen pesan, maka akan mendekode pesan dalam kerangka yang sama. Lain

    halnya jika khalayak berada dalam kondisi sosial dan budaya yang berbeda (misal: kelas, ras,

    gender), maka khalayak akan memiliki alternatif dalam mendekode pesan. Model encoding-

    decoding Hall memberikan tiga posisi khalayak dalam menerima pesan, antara lain : Dominan-hegemonik khalayak menerima makna yang dikehendaki (preferred

    meaning)

    Negosiasi mengakui adanya legitimasi kode hegemonik secara abstrak namun

    khalayak membuat aturannya sendiri dan beradaptasi sesuai dengan situasi sosial tertentu.

    Oposisional khalayak memahami encoding (pesan), namun menolaknya dan men-

    decode (memaknai pesan) dengan cara sebaliknya.(sumber: Ane Kusuma Anggraini, Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial DesperateHousewives di Televisi, Skripsi, FISIPUniversitas Airlangga, Surabaya, 2006)

    Salah satu cara untuk mengukur khalayak media adalah dengan

    menggunakan reception analysis, dimana analisis ini berusaha memberikan sebuah maknaatas pemahaman atas teks. Media (elektronik, cetak, maupun internet) dengan memahami

    bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. Konsep terpenting dalam reception

    analysis adalah bahwa teks media bukanlah makna yang melekat pada teks media tersebut,

    tetapi makna diciptakan alam interaksinya antara khalayak dan teks, dengan kata lain makna

    diciptakan karena menonton atau membaca dan memproses teks media. (Hadi, 2008:2).

    Pendekatan reception analysis berfokus pada penerimaan pesan-pesan media oleh

    anggota khalayak dan interpretasi-interpretasi yang dimiliki oleh khalayak mengenai isi

    media. Dengan cara ini, peneliti dapat mengungkapkan sampai sejauh mana interpretasi

    khalayak terhadap isi media.

    Reception analysis merupakan kritik terhadap analisis isi kuantitatif dan penelitian

    khlayak mengenai output,penggunaan dan efek media yang sangat di pengaruhi oleh

    perpektif ilmu. Pendekatan-pendekatan yang bersifat kuantitaif ini, dipandang kurang sensitif

    dalam menginterprestasikan data, sehingga penilaian yang akurat mengenai sifat dan

    tingkatan pengaruh media tidak tercapai.

    BAB III

    KONSEPTUALISASI PENELITIAN

    Hampir sama dengan penelitian-penelitian dengan menggunakan analisis khalayak

    (resepsi/penerimaan) lainnya, konseptualisasi penelitian berawal dari suatu acara yang

    kemudian bagaimana acara tersebut diterima oleh khalayak yang kemudian akan

    diinterpretasikan olehnya melalui empat hal yang menjadi dasar dariReception analysis disini

    meliputi persepsi, pemikiran, preferensi dan interpretasi.Persepsi adalah pengalaman tentang

    obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

    dan menafsirkan pesan. (Jalaluddin, 2004:51). Pemikiran didefinisikan sebagai perbuatan

    individu dalam menimbang-nimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan sampai

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    26/30

    akhirnya mengambil keputusan. Preferensi yaitu semua ungkapan emosi individu yang

    menyertai pemikiran persepsi kita dalam menerima pesan, apakah pemirsa menyukai

    program berita tersebut atau tidak. Interpretasi merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan

    bagaimana kita memahami pengalaman.

    Kemudian dari pemahaman sehingga lahirlah suatu pemaknaan atau interpretasi darikhalayak akan timbul suatu penilaian atas teks atau pesan yang diterimanya. Penilaian atau

    penerimaan positif atau negatifkah, sangat bergantung pada bagaimana khalayak

    menginterpretasikan pesan yang ada. Keduanya, penerimaan positif maupun negatif, adalah

    merupakan intisari dari analisis ini. Konseptualisasi di atas dapatlah kita jabarkan atau kita

    desain dengan baganisasi/tabelisasi sebagai berikut:

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    27/30

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN4.1Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan

    data deskripstifberupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

    diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5). Penelitian kualitatif daris sisi definisi lainnya

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    28/30

    dikemukankan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka

    untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau

    sekelompok orang.

    Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah

    penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

    penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi

    dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

    memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe eksplorasi dan

    menggunakan metode analisis penerimaan atau reception analysis yang bertujuan untuk

    mengetahui resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara reality show

    Master Cheff di Indosiar. Dalam reception analysis perlu diperhatikan bahwa televisi

    mengirimkan pesan melalui kode-kode yang disampaikan melalui audio visualdan pemirsa

    dapat menerima dan menganalisa pesan-pesan tersebut.Reception analysismeliputi persepsi,

    pemikiran, preferensi dan interprestasi. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa

    atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

    pesan. Pemikiran didefinisikan sebagai perbuatan individu dalam menimbang-nimbang,

    menguaraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan. Preferensi

    yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai pemikiran persepsi ketika menerima

    pesan, apakah pendengar menyukai siaran penyiar tersebut di radio atau tidak. Interprestasi

    merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana kita memahami pengalaman.

    4.2Setting Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu rumah tangga di desa Candi, kecamatan Candi-

    Sidoarjo yang menjadi pemirsa program acara reality show Master Cheff di Indosiar. Ada

    beberapa alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah berdasarkan pengamatan sementara peneliti

    bahwa di daerah tersebut sangat banyak ibu-ibu rumah tangga menyaksikan acara tersebut,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa antusiasme ibu-ibu rumah tangga sebagi khalayak begitu

    besar.

    4.3Populasi dan Teknik Pemilihan Informan/Narasumber

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    29/30

    Dalam penelitian kali ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu-ibu rumah tangga

    di Candi Sidoarjo. Namun, tidak semua populasi akan dijadikan sampel untuk menggali data.

    Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut dilakukan, diantaranya:

    1. metode pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini

    adalahpurposive sampel(sampel bersyarat) yang mana informan tersebut kita tentukan yangdisesuaikan dengan tema penlitian.

    2. tentunya penelitian ini mengkhususkan pada beberapa karakteristik

    informan/narasumbernya yakni individu yang tercatat sebagai penonton acara reality show

    Master Chef Indosiar

    3. jumlah dari informan juga dibatasi sebanya 10 orang. Hal ini sesuai dengan teori

    yang disampaikan oleh beberapa tokoh penelitian komunikasi bahwa informan dalam sebuah

    penelitian berjenis kualitatif adalah 10 sampai 15 orang saja.

    4.4Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian ditentukan jenis penelitiannya.

    Metode pengumpulan data dengan observasi, FGD, wawancara mendalam, dan sudi kasus

    (Wimmer, 2000: 110; Sendjaya, 1997: 32 dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi,

    Kriyantono 2008: 93) adalah teknik yang lazim dpergunakan oleh seorang peneliti kualitatif.

    Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (teknik

    pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan

    tertentu) dengan informan untuk menggali informasi-informasi penting dan tajam seputar

    tema penlitian yang dipandu dengan sebuah guide interview sebagai bahan dasar wawancara,

    akan tetapi dalam aktualisasinya dapat berkembang sejalan dengan wawancara yang

    berlangsung. Karena salah satu keuntungan dalam wawancara medalam adalah kita lebih

    mudah merekam hasil wawancara sehingga memudahkan kita menganalisisny, sekaligus

    dalam wawancara mendalam kita dalpat melakukan observasi langsung sebagai pembantu

    dan pelengkap pengumpulan data

    4.5Teknik Analisis Data

    Data yang didapat dari hasil diskusi (catatan dan rekaman) kemudian ditranskrip

    berurutan sesuai dengan ringkasan diskusi agar tidak ada data yang terlewatkan. Analisis data

    hasil diskusi harus memperhatikan lima faktor sebagai berikut :

    1. Menentukan istilah yang digunakan beserta maknanya, kemudian mengelompokkan

    konsep yang mirip.

    2. Menentukan konteks kalimat dengan melihat stimuli/pemicunya dan kemudiandiinterpretasi sesuai konteks tersebut.

    3. Memperhatikan alur diskusi dan mencatat perubahan serta posisi partisipan setelah

    berinteraksi dengan partisipan lain.

    4. Lebih memperhatikan respon yang spesifik dan sesuai pengalaman daripada respon yang

    kurang jelas dan terlalu teoritis.

    5. Jeli dalam mencari ide yang tersirat sepanjang diskusi.

  • 7/22/2019 Jurnal Seni Musik

    30/30

    Data yang dilaporkan haruslah deskriptif dan menyajikan pemaknaan data tersebut.

    Hal ini berbeda dengan hanya membuat ringkasan data. Kemudian menurut Krueger dalam

    Focus groups: A Practical Guide for Applied Research, data dilaporkan dalam tiga tingkatan:

    1. Raw data, yaitu data mentah yang sesuai pernyataan partisipan dalam diskusi dan

    dikategorisasi sesuai tingkatan tema.2. Descriptive statements, yaitu rangkuman komentar partisipan yang disusun sesuai

    tingkatan tema.

    3. Interpretation, yaitu penafsiran yang dibuat dengan proses deskriptif dengan memberikan

    pemaknaan pada data. Saat pemberian makna secara deskriptif, maka harus merefleksikan

    bias peneliti itu sendiri.

    Pada dasarnya analisis data merupakan penyusunan data sesuai dengan tema dan

    kategori untuk mendapatkan jawaban atas perumusan masalah. Oleh karena itu, data yang

    dihasilkan haruslah seactual dan sedalam mungkin, jika dimungkinkan menggali data

    sebanyak-banyaknya untuk mempertajam dalam proses penganalisisan. Hal tersebut

    merupakan cirri khas dari penelitian kualitatif bahwa realita dan data sebagai fakta di

    lapangan tidaklah stagnan, akan tetapi dinamis sesuai dengan perkembangan di lapangan.

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Buku

    Bungin, Burhan. 2001 .Metodelogi Penelitian Sosial: Format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya:

    Airlangga University Press.

    Cangara, Hafied. 2003.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    Effendy, Onong Uchajana. 2007.Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

    Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik PraktisRiset Komunikasif, Cetakan ketiga. Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group.

    Kuswandi, Wawan. 1996.Komunikasi Massa- Sebuah Analisis Isi Media Televisi. Jakarta: PT. Rineka

    Cipta

    Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories Of Human Communication. London: Wadsworth Publishing

    Company. Seventh Edition.

    Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya. Cetakan Kedua.

    Nurudin. 2003.Komunikasi Massa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    Nurudin. 2008. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

    Pawito. 2007.Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara

    Rahmat, Jalaluddin. 2004.Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.Diposkan olehAang Kunaifi di 01.48

    http://www.blogger.com/profile/14639388869736750939http://www.blogger.com/profile/14639388869736750939http://catatan-perkuliahan-aku.blogspot.com/2013/01/proposal-metode-penelitian-kualitatif.htmlhttp://catatan-perkuliahan-aku.blogspot.com/2013/01/proposal-metode-penelitian-kualitatif.htmlhttp://www.blogger.com/profile/14639388869736750939http://catatan-perkuliahan-aku.blogspot.com/2013/01/proposal-metode-penelitian-kualitatif.html