jurnal rully

Upload: apriyanto-jacob

Post on 05-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Parasitologi

TRANSCRIPT

PENDAHULUANI.1. Latar BelakangPenyakit infeksi cacing usus yang di tularkan melalui tanah (soil transmitted helminthiasis) merupakan masalah dunia terutama di Negara sedang berkembang. Diperkirakan 1-1,5 miliar penduduk dunia menderita infeksi parasit cacing.1,2 Tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis, di daerah tropis parasit ini ditularkan secara intensif.2 Di Indonesia sekitar 60% orang mengalami infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Dari 60% yang terinfeksi, 21% diantaranya menyerang anak usia Sekolah Dasar (SD) dan rata-rata kandungan cacing perorang 6 ekor. Data tersebut diperoleh dari survey yang dilakukan di beberapa propinsi pada tahun 2006.3 Infeksi cacing utama disebabkan oleh ascaris lumbricoides, trichuris trichiura, dan cacing tambang.4 Infeksi cacing selain berpengaruh terhadap pemasukan, pencernaan, penyerapan, serta metabolisme makanan, yang dapat berakibat hilangnya protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan darah dalam jumlah yang besar, juga menimbulkan gangguan respon imun, menurunnya plasma insulin like growth factor (IGF)-1, meningkatkan kadar serum tumor necrosis factor a (TNF), dan menurunkan konsentrasi hemoglobin rerata. Disamping itu dapat menimbulkan berbagai gejala penyakit seperti anemia, diare, sindrom disentri, dan defisiensi besi, sehingga anak yang menderita infeksi cacing usus merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami malnutrisi. Keadaan ini secara tidak langsung dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.1Pada infeksi berat (hiperinfeksi) terutama pada anak-anak, cacing ascaris lumbricoides dewasa dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan penyerapan protein sehingga penderita mengalami gangguan pertumbuhan dan anemia akibat kurang gizi.5 Cacing tambang (necator americanus) tiap satu ekor menyebabkan kehilangan darah 0,005 0,1 cc per hari dan cacing ancylostoma duodenale 0.08 0,34 cc per hari, sedangkan cacing trichuris trichiura menyebabkan terjadinya diare, anemia dan berat badan turun.6 Hasil penelitian di kepulauan Tafeuni, Fiji dari 258 anak usia 5-15 tahun yang disurvei 14% anak terinfeksi cacing tambang, 33% ascaris dan 17% trichuris, 8% diantaranya anak-anak mengalami anemia.7 Indonesia sebagai Negara tropis merupakan daerah yang berpotensi tinggi untuk infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Hal ini berkaitan erat dengan keadaan lingkungan, gizi, perilaku, dan tingkat sosial ekonomi. Infeksi cacing usus yang di tularkan melalui tanah, sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan yang kumuh.12 Infeksi cacing STH, meskipun bukan merupakan salah satu pembunuh besar, namun mereka membahayakan kesehatan anak-anak dengan cara yang halus dan melemahkan.13 Penyakit infeksi cacing ini lebih banyak menyerang pada anak SD di karenakan aktifitas mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah, disamping itu pola makan anak SD belum mengenal kebersihan dan kualitas makanan yang higienis.I.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah hubungan infeksi cacingan dengan kadar Hb anak SD GMIM Buha Manado.I.3. HipotesisH0: Tidak terdapat hubungan antara Infeksi soil transmitted helminth dengan kadar Hb anakH1: Terdapat hubungan antara infeksi soil transmitted helminth dengan kadar Hb anakI.3. TujuanI.3.1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan infeksi cacing dengan kadar hemoglobin anakI.3.2. Tujuan Khusus1.Untuk mengetahui insiden infeksi cacing pada anak.2.Untuk mengetahui kadar Hb anak yang terinfeksi cacing.3.Untuk mengetahui adanya hubungan infeksi cacing dengan kadar Hb anak.I.4. ManfaatI.4.1. PenelitiMenambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang hubungan penyakit cacingan dengan kadar Hb siswa SD GMIM Buha ManadoI.4.2. MasyarakatMenambah pengetahuan dalam usaha pencegahan maupun pengobatan serta melaksanakan berbagai program pemberantasan penyakit cacingan anak-anak SD GMIM Buha Manado.I.4.3. InstitusiSebagai informasi dan bahan masukan kepada institusi Fakultas Kedokteran dan Bagian Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri).BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1. Infeksi CacingPenyakit cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk dalam keluarga nematoda saluran cerna. Penularan dapat terjadi melalui dua cara yaitu: 1). Infeksi langsung atau 2). Larva yang menembus kulit. Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke mulut tanpa pernah berkembang dulu di tanah. Cara ini terjadi pada trikuriasis (trichuris trichuria). Selain itu penularan langsung dapat juga terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah, kemudian telur tertelan melalui tangan atau makanan yang tercemar. Cara ini terjadi pada infeksi ascaris lumbricoides. penularan melalui kulit terjadi pada cacing tambang/ankilostomiasis dimana telur terlebih dahulu menetas di tanah kemudian larva yang sudah berkembang menginfeksi melalui kulit.14,2II.1.1. Cacing Gelang (ascaris lumbricoides) Manusia merupakan satu-satunya hospes ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis.II.1.1.1. Morfologi dan Daur Hidup Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium dewasa hidup dirongga usus kecil, seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari, terdiri atas telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi.II.1.1.1. Morfologi dan Daur Hidup Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium dewasa hidup dirongga usus kecil, seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari, terdiri atas telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi.II.1.1.2. Patofisiologi dan Gejala KlinisGejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi pendarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam, dan eosinofilia. Pada foto toraks tanpak infiltrate yang menghilang dalam waktu tiga minggu. Keadaan tersebut disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. II.1.1.3. Diagnosis Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah maupun melalui tinja.II.1.1.4. PengobatanPengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya piperasin, pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan, dosis tunggal mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg.Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang dapat digunakan untuk infeksi campuran ascaris lumbricoides dan trichuris trichiura.II.1.1.5. PrognosisPada umunya askariasis mempunyai prognosis baik. Tanpa pengobatan penyakit dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan, angka kesembuhan 70-99%.II.1.1.6. Epidemiologi Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya 60-90%. Kurangnya pemakain jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, dibawah pohon, ditempat mencuci dan ditempat pembuangan sampah. Di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 25-300C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif. II.1.2. Cacing Cambuk (trichuris trichuria)Manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang disebabkannya disebut trikuriasis. Cacing ini bersifat kosmopolit, terutama ditemukan di daerah panas dan lembab, seperti di Indonesia. II.1.2.1. Morfologi dan Daur Hidup Panjang cacing betina kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul. Pada cacing jantan melingkar dan terdapat 1 spikulum. Telur berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kutup. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan teduh.II.1.2.2. Patologi dan Gejala Klinis Cacing trikuriasis pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga di kolon asendens.Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing tersebar diseluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi truma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Di tempat perlekatanya dapat terjadi perdarahan. Disamping itu cacing ini juga mengisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.Penderita terutama anak-anak dengan infeksi trikuriasis yang berat dan menahun, menunjukkan gejala diare yang sering diselingi sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum.II.1.2.3. Diagnosis dan PengobatanDiagnosis dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. Pengobatan dengan abendazol 400 mg (dosis tunggal) atau mebendazol 100 mg dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. II.1.2.4. EpidemiologiFaktor penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, lembab dan teduh dengan suhu optimum 300C. Pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar 30-90%.II.1.3. Cacing Tambang (necator americanus dan ancylostoma duodenale)Hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. Penyebaran cacing ini diseluruh daerah katulistiwa dan di tempat lain dengan keadaan yang sesuai, misalnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Prevalensi di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan sekitar 40%.II.1.3.1. Morfologi dan Daur HidupCacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina necator americanus tiap hari mengeluarkan telur 5000-10.000 butir, sedangkan ancylostoma duodenale kira-kira 10.000-25.000 butir. Cacing betina berukuran panjang 1 cm, cacing jantan 0,8 cm. bentuk badan necator americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan ancylostoma duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. Necator americanus mempunyai benda kitin, sedangkan ancylostoma duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur cacing tambang yang besarnya 6040 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya 250 mikron, sedangkan larva filariforom panjangnya 600 mikron. Daur hidupnya sebagai berikut :Telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit kapiler darah jantung kanan paru bronkus trakea laring usus halusII.1.3.2. Patologi dan gejala klinisGejala nekatoriasis dan ankilostomiasis adalah sebagai berikut:Stadium larva: bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. Infeksi larva filariform ancylostoma duodenale secara oral menyebabkan penyakit wakana dengan gejala mual, muntah, iritasi faring, batuk, sakit leher dan serak. II.1.3.3. Diagnosis dan PengobatanDiagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mingkin di temukan larva. Untuk membedakan spesies necator americanus dan ancylostoma duodenale dapat dilakukan biakan misalnya dengan cara Harada-Mori.Pengobatan dengan pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan memberikan hasil cukup baik, bila mana digunakan beberapa hari berturut-turut.II.1.3.4. EpidemiologiInsidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%.Hemoglobin adalah komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan hemoglobin (Hb) yang merupakan susunan protein yang kompleks yang terdiri dari protein, globulin, dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bahagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe).16 sedangkan globin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida yang berbeda. 17 Kadar Hb yang normal berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Nilai Cut Off Points Kategori Anemia18 Kelompok Umur Hemoglobin (g/dl)

Anak 1-4 tahun 5-11 tahun 12-14 tahun 11 11.5 12

Dewasa Laki-laki (>15 tahun) Wanita (>15 tahun) Wanita hamil 13 12 11

Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah normal jumlah sel darah merah (SDM), kuantitas Hb.Beberapa jenis anemia dan penyebab fisiologisnya adalah sebagai berikut :1. Anemia MegaloblastikAnemia megaloblastik adalah gangguan yang disebabkan oleh sintesis DNA yang terganggu.