jurnal representasi nilai-nilai demokrasi pancasila … d0215071.pdf · pancasila democracy in the...

21
JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA DALAM PAGELARAN WAYANG KULIT PURWA (Studi Kualitatif Analisis Wacana tentang Representasi Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila dalam Pagelaran Wayang Kulit Purwa Lakon “Petruk Dadi Ratu” versi Ki MPP Bayu Aji Pamungkas) Oleh: Muhammad Sinung Andan Jatmiko D0215071 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 03-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

JURNAL

REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA DALAM

PAGELARAN WAYANG KULIT PURWA

(Studi Kualitatif Analisis Wacana tentang Representasi Nilai-Nilai

Demokrasi Pancasila dalam Pagelaran Wayang Kulit Purwa Lakon “Petruk

Dadi Ratu” versi Ki MPP Bayu Aji Pamungkas)

Oleh:

Muhammad Sinung Andan Jatmiko

D0215071

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

Page 2: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

1

REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA DALAM

PAGELARAN WAYANG KULIT PURWA

(Studi Kualitatif Analisis Wacana tentang Representasi Nilai-Nilai

Demokrasi Pancasila dalam Pagelaran Wayang Kulit Purwa Lakon “Petruk

Dadi Ratu” versi Ki MPP Bayu Aji Pamungkas)

Muhammad Sinung Andan Jatmiko

Deniawan Tommy Chandra Wijaya

Program Studi Ilmu Komunikasi Falkutas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Lakon Petruk dadi Ratu is a carangan play in a wayang kulit (shadow

puppet) show which the content tells the story of Punakawan figure named

Petruk, who is a symbol of ordinary people who have reached the peak of

power. That's where a lot of social criticism made, especially regarding the

chaotic power and political intrigue that exists in government. This play was

originally made in the era of Sinuhun Paku Buwana X, King of the Surakarta

Hadiningrat Kingdom, at the end of the 19th century. In accordance with the

formulation of the problem in this study, the writer is interested in studying

what the critical discourse contained in the play "Petruk Dadi Ratu " Ki MPP

Bayu Aji Pamungkas version, especially from the perspective of the

implication of Pancasila democracy to criticize the ideal conditions of

government according to Pancasila. This study uses qualitative research

methods documen study with discourse analysis and whit data collection

techniques which are carried out by means of documentation. The purpose is

to explain how the discourse of critical representation of the values of

Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi

Ratu" in the version of Ki MPP Bayu Aji Pamungkas. The result of this study

is that in the play of "Petruk dadi Ratu", there is a global discourse that is a

good and ideal government in accordance with the Pancasila democracy. It is

shown in the play of "Petruk dadi Ratu" that the government is willing to

listen to the aspirations of the people, respect the opinions, be able to provide

guarantee of social justice for all people. If there is abuse and injury to the

principle of social justice, there is an imbalance between rights and

obligations, there will be chaos, because decisions are only made unilaterally

and it can threaten national unity and a sense of kinship.

Keywords: Pancasila Democracy, Wayang Kulit (shadow puppet),

Government Power, The play of.

Page 3: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

2

Pendahuluan

Wayang dipandang sebagai suatu bahasa simbol dari hidup dan kehidupan

yang lebih bersifat rohaniah daripada lahiriah. Orang melihat wayang seperti

halnya melihat kaca rias. Jika orang melihat pergelaran wayang, yang dilihat

bukan wayangnya melainkan masalah yang tersirat di dalam lakon wayang itu.

Seperti halnya kalau kita melihat ke kaca rias, kita bukan melihat tebal dan jenis

kaca rias itu, melainkan melihat apa yang tersirat di dalam kaca tersebut. Kita

melihat bayangan di dalam kaca rias itu, oleh karenanya kalau kita melihat

wayang dikatakan bahwa kita bukan melihat wayangnya, melainkan melihat

bayangan (lakon) diri kita sendiri (Sri Mulyono, 1983:18).

Pakeliran wayang kulit purwa sebagai sebuah seni pertunjukan yang masih

terus hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sejak kemunculan hingga

sekarang memiliki fungsi yang fleksibel untuk mewadahi berbagai kepentingan,

dari kepentingan estetik murni, maupun ekonomi. Sebagai sebuah seni yang

bersumber dari dalam lingkungan keraton sebagai pusat pemerintahan tidak

dipungkiri bahwa pakeliran wayang kulit purwa sangatlah dekat dengan dunia

politik dan kekuasaan.Tidak hanya sebagai alat politisi yang digunakan sebagai

alat berkampanye bagi elit politisi namun sebaliknya juga sebagai media kritik

sosial politik baik kepada masyarakat dan pelaku politisi. Kritik merupakan salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial politik suatu sistem

politik, masyarakat dan negara. Lakon Petruk Dadi Ratu yang pada dasarnya

lakon yang memiliki satu pesan yang sangat menarik dalam kaitannya kritik sosial

politik dan bagaimana dalang dalam menyampaikan pesan-pesan moralnya

melalui pagelaran wayang kulit.

Lakon Petruk dadi Ratu merupakan lakon carangan dalam sebuah

pagelaran wayang kulit yang isi ceritanya membahas mengenai bagaimana kisah

tokoh Punakawan bernama Petruk, yang merupakan simbolisasi rakyat jelata yang

berhasil mencapai puncak kekuasaan. Disitulah banyak kritik sosial dilontarkan,

terutama mengenai carut marut kekuasaan dan intrik politik yang ada dalam

pemerintahan. Lakon ini awalnya dibuat pada era Sinuhun Paku Buwana X, Raja

Page 4: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

3

dari Kerajaan Surakarta Hadiningrat, pada akhir abad 19 M. Lakon ini dibuat

sebagai bentuk auto kritik terhadap sistem pemerintahan pada saat jaman tersebut

yang menurut penulis masih relevan untuk diterapkan di era sekarang. Di Era

Kerajaan, Raja yang dikenal absolut kekuasannya saja sudah mempunyai

paradigma yang berbeda dengan beliau membuat Lakon Petruk Dadi Ratu. Lakon

yang berbentuk kritik memang begitu banyak, namun yang berhubungan dengan

auto kritik pemerintahan khsusnya demokratisasi hanya terdapat dalam lakon

Petruk Dadi Ratu Dan dari sinilah maka penulis tertarik untuk mengkaji apa saja

wacana yang terkandung dalam lakon “Petruk Dadi Ratu” versi Ki MPP Bayu Aji

Pamungkas, terutama dari sisi perspektif penerapan demokrasi Pancasila untuk

mengkritisi kondisi pemerintahan yang ideal menurut Pancasila. Ki MPP Bayu

Aji Pamungkas merupakan salah satu dalang millenial, dia kelahiran dekade 80-an

dia termasuk generasi millenial.

Rumusan Masalah

Bagaimana wacana nilai-nilai Demokrasi Pancasila disampaikan Ki MPP

Bayu Aji Pamungkas dalam pagelaran wayang kulit pada lakon "Petruk Dadi

Ratu"?

Landasan Teori

1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media

massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas,

siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang

dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2007: 79). Menurut (Berger,

1995: 12) dalam buku komunikasi massa mendefiniskan secara tegas bahwa:

Mass communication involves the use of print or electronic

media, such as newspapers, magazines, film, radio, or

television, to communicate to large numbers of people who

are located in various places -- often scattered all over the

country or world. The people reached may be in groups of varying

sizes or may be lone individuals. A number of different elements

Page 5: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

4

make up mass communication media; images, spoken

language, printed language, sound effect, music, color,

lighting and a variety of other techniques are used to

communicate messages and obtain particular effects.

Although i have separated mass media from the process of

mass communication in the discussion above, some people tie

them together and talk about "mass media of

communication". The two are closely linked, though i will continue to

separate them, reserving the term mass media for the instruments by

which mass communication is achieved.

Secara garis besar pemahaman konsep tentang Berger yaitu bahwa

komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan

menggunakan media massa seperti televisi dan radio yang ditujukan kepada

khalayak yang luas, heterogen dan anonim. Ilmu komunikasi massa yaitu

merupakan kajian yang berusaha untuk memahami simbol-simbol yang dibuat,

diproses dalam sebuah sistem yaitu dengan media sehingga menimbuklkan

efek dan diuji dalam sebuah teori yang digeneralisasikan yang menjadi

fenomena terkait dengan proses komunikasi secara luas. Artinya komunikator

dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud

mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau

mengetahui satu sama lain.

Sifat heterogen dalam komunikasi massa yaitu bahwa khalayak adalah

terdiri dari orang-orang yang berasal dari jenis pekerjaan yang berbeda satu

dengan lainnya, usia adat, kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda satu dengan

lainnya. Sedangkan anonim adalah bahwa khalayak yang ada terdiri dari orang-

orang yang masing-masing tidak saling mengenal dengan yang lainnya.

2. Wayang

Asal asul wayang dikatakan bahwa wayang adalah kreasi orang Jawa

atau pengaruh kebudayaan Hindu, sehingga timbul istilah asing. Setelah

Page 6: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

5

diadakan penelitian ternyata wayang merupakan hasil kreasi kebudayaan asli

orang Jawa (bangsa Indonesia). Menurut pendapat Dr Hazeu dalam

Mertosedono (1994: 6) menjelaskan bahwa pada zaman Raja Erlangga pada

abad ke sebelas, wayang telah dipertunjukkan dikerajaan Kahuripan yang saat

itu mengalami kejayaan. Wayang tersebut dibuat dari kulit yang diukir

(walulung inukir), serta menimbulkan bayangan pada kelir.

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wayang adalah

pertunjukan boneka bayangan yang bergerak. Boneka bayangan ini sudah lama

ada sejak nenek moyang kerajaan Majapahit yang terbuat dari pahatan kulit

atau kayu. Selain itu boneka bayangan ini dimanfaatkan untuk memperkuat

adegan yang ada dalam pertunjukan dan biasanya boneka wayang dimainkan

oleh seorang dalang.

3. Demokrasi Pancasila

Demokrasi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani “demos” yang

berarti rakyat dan “kratos/cratein” yang berarti pemerintahan. Khususnya di

Athena, kata “demos” biasanya merujuk pada seluruh rakyat tetapi kadangkala

juga berarti orang-orang pada umumnya atau hanya rakyat miskin, kata

demokrasi pada mulanya kadangkala digunakan oleh kalangan aristokrat

sebagai sindiran untuk merendahkan orang-orang kebanyakan (Yudi

Latif,2011:395).

Dari pengertian mengenai demokrasi tersebut dapat ditarik bahwa

substansi demokrasi itu sendiri merupakan kekuasaan Yudikatif, Eksekutif, dan

Legislatif berasal dari rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam

pemerintahan. Substansi tersebut membentuk struktur dalam demokrasi, yakni

adanya infrastruktur dan suprastruktur yang menhghasilkan keputusan dan

kapabilitas.

Demokrasi merupakan pemusatan kekuasaan ditangan rakyat. Menurut

Cholisin demokrasi di Indonesia memegang prinsip Teo-Demokratis dimana

segala keputusan dan kebijakkan diatur sepenuhnya untuk kepentingan rakyat

Page 7: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

6

namun tidak melanggar peraturan Tuhan. Inilah perbedaan mendasar dari

demokrasi yang khas di Indonesia dibandingkan dengan demokrasi di negara

lainnya. Prinsip Teo-demokratis merupakan hasil demokrasi yang mendasarkan

Pancasila terutama sila pertama yakni Ketuhanan yang maha Esa.

Demokrasi bukan hanya suatu sistem yang ada dalam suatu

pemerintahan, namun juga suatu proses yang dilakukan untuk menuju kepada

kesejahteraan rakyat dalam negara tersebut. Demokrasi Pancasila yang

merupakan demokrasi yang khas dari bangsa Indonesia sendiri merupakan

hasil dari pendiri negara ini yang memiliki keinginan mulia untuk melepaskan

segala kesulitan masyarakat Indonesia. Proses menuju kesejahteraan

tersebutlah yang kadang dalam perjalanannya ada beberapa negara yang

mampu melaksanakannya dengan baik namun tidak jarang juga banyak negara

yang tidak mampu untuk melakukannya.

4. Analisis Wacana Model A. Van Dijk

Dari beberapa model analisis wacana yang berkembang, model analisis

wacana Teun A. van Dijk merupakan model yang paling banyak dijadikan

kajian. Model analisis wacana van Dijk juga dikembangkan oleh para ahli.

Menurut Eriyanto, hal ini kemungkinan karena van Dijk mengelaborasi

elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara

praktis (Eriyanto, 2012:221).

Penelitian suatu wacana, lanjut van Dijk, tidak cukup bila hanya

didasarkan pada teks semata karena pada kenyataannya teks hanyalah hasil dari

suatu praktik produksi yang juga harus diamati. Jadi, harus dilihat pula

bagaimana suatu teks diproduksi. Proses produksi itu melibatkan suatu proses

yang disebut sebagai kognisi sosial. Atas dasar inilah model analisis wacana

yang dipakai van Dijk sering disebut dengan “kognisi sosial” (Eriyanto,

2012:221). Istilah tersebut diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial

yang menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.

5. Kebudayaan Jawa

Page 8: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

7

Berbicara masalah kebudayaan Jawa, seperti diketahui, bahwa

kebudayaan Jawa telah tua umurnya sepanjang orang Jawa ada sejak itu pula

orang Jawa memiliki citra progresif dengan mengekspresikan karyanya lewat

budaya. Budaya Jawa adalah pancaran atau pengejawantahan budi manusia

Jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide dan semangat dalam mencapai

kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin (Endraswara,

2005: 1).

Budaya Jawa lahir dan berkembang, pada awalnya, di pulau Jawa yaitu

suatu pulau yang panjangnya lebih dari 1.200 km dan lebarnya 500 km bila

diukur dari ujung-ujungnya yang terjauh. Letaknya di tepi sebelah selatan

kepulauan Indonesia, kurang lebih tujuh derajat di sebelah selatan garis

khatulistiwa (Endraswara, 2005: 6).

6. Tingkat Tutur Jawa

Tingkat tutur atau ungah-ungguh menurut Harimurti Kridalaksana

adalah sistem ragam bahasa menurut hubungan antara pembicara; secara kasar

terjadi dari ngoko, krama dan madya (1993 : 223). Sistem ragam bahasa itu

merupakan bentuk–bentuk yang diungkapkan dalam situasi formal maupun non

formal. Tingkat tutur yang diungkapkan dalam situasi formal adalah krama,

sedangkan dalam situasi nonformal digunakan bentuk ngoko.

7. Konsep Manusia Power menurut Nietszche

Bagi Nietzsche, menilai manusia berkehendak (kebebasan manusia)

tanpa ada unsur keterkaitan dengan Tuhan, sebab bagi Nietzsche ”Tuhan sudah

mati”. Tuhan menurut Nietzsche itu tidak sama seperti yang ada dalam

pandangan Agama. Dalam agama yang monoteistis, seperti agama Yahudi,

Kristen dan Islam, Tuhan dimengerti sebagai Pribadi yang transenden terhadap

semesta alam. Oleh karena itu orang disebut ateis, jika mereka itu tidak

mengakui adanya Pribadi yang transenden itu. Seandainya suatu agama

bercorak panteisme atau monisme, seseorang disebut ateis, yang mengambil

sikap profan terhadap semesta alam.(Nietzsche, 1986:60). Tetapi Tuhan yang

Page 9: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

8

di maksud Nietzsche adalah kebenaran-kebenaran yang diciptakan, seperti

rasio, budaya dan lain sebagainya. Oleh karena itu Tuhan harus dimatikan

supaya tidak menghambat potensi manusia dalam kehendak berkreasi.

8. Stratifikasi Sosial

Menurut J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto cara yang paling mudah

untuk memahami pengertian konsep stratifikasi sosial adalah dengan berpikir

membanding-bandingkan kemampuan dan apa yang dimiliki anggota

masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya, sadar atau

tidak pada saat kita mulai membedakan kemampuan antara anggota masyarakat

yang satu dengan yang lainnyannya kedalam suatu golongan tertentu pada saat

itu pula kita sudah dapat membagi masyarakat ke dalam golongan lapisan-

lapisan sosial tertentu. (Dwinarwoko, 2010:35).

Metodologi

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk

mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi dan orang secara individual maupun kelompok (Nana

Syaodih, Sukmadinata, 2009: 53-60). Dalam penelitian ini teknik sampling

yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2016:85) bahwa “purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”

Populasi dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 70 adegan. Dari

total jumlah populasi 70 adegan, peneliti menemukan 23 adegan yang

selanjutnya dijadikan sampel dengan sebagai indikator yaitu prinsip-prinsip

demokrasi pancasila. 23 adegan tersebut adalah sebagai berikut:

Adegan Penindasan rakyat Nuswarukmi; Adegan Petruk melihat dan

mendengarkan keluh kesah rakyat; Adegan Monolog Petruk; Adegan

bertemunya Petruk dengan Prabu Jaya Sentika; Adegan adu mulut antara

Petruk dengan Prabu Jaya Sentika; Adegan Petruk berhasil mengalahkan Prabu

Page 10: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

9

Jaya Sentika; Adegan Petruk menasihati Prabu Jaya Sentika; Adegan Petruk

menasihati Prabu Jaya Sentika untuk yang ke-2 kali; Adegan Petruk menjadi

Raja; Adegan Petruk menasihati Prabu Jaya Sentika; Adegan Petruk bertemu

dengan Prabu Basukarna; Adegan Petruk bertemu dengan Prabu Baladewa;

Adegan kemarahan Petruk terhadap Prabu Duryudana; Adegan Petruk bertemu

dengan Patih Sengkuni; Adegan Gareng berbincang dengan Bagong; Adegan

Perbincangan mengenai hilangnya Jimat Jamus Kalimasada; Adegan

Bertemunya Prabu Kresna dengan Prabu Puntadewa; Adegan Perbincangan

tentang kembalinya Jimat Jamus Kalimasada; Adegan bertemunya Petruk

dengan Raden Werkudara; Adegan bertemunya Petruk dengan Semar; Adegan

penjelasan Petruk kepada Semar; Adegan Semar mengingatkan Prabu

Duryudana dan Patih Sengkuni; Adegan bertemunya Semar dengan Prabu

Puntadewa.

Sajian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Dijk.

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang

masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga

tingkatan. Pertama, struktur makro. Struktur makro ini merupakan makna

global atau makna umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat

topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur.

Superstruktur yang dimaksud adalah struktur wacana yang berhubungan

dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian kecil dari suatu teks

tersusun ke dalam berita secara utuh. Dan yang ketiga adalah struktur mikro,

yakni makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni

kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar (Eriyanto,

2012:226).

1. Adegan 1 (Adegan di salah satu desa di Kerajaan Nuswarukmi)

- Super Struktur: Kesewenang-wenangan seorang Raja.

- Makro Struktur: Patih Kerajaan menagih apa yang menjadi kewajiban

rakyat.

Page 11: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

10

- Mikro Struktur: Rakyat diharuskan memberikan upeti atau hasil tanah

kepada raja, apabila tidak bisa anaknya diculik dan akan dibunuh sebagai

penebus tidak dapat memberikan upeti kepada sang raja.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Patih kerajaan Nuswarukmi

- Komunikan : Rakyat, dalam hal ini Ki Naya

- Wacana yang muncul: Kesewenang-wenangan seorang Raja.

2. Adegan 2 (Adegan di salah satu desa di Negara Nuswarukmi)

- Super Struktur: Kesewenang-wenangan seorang Raja.

- Makro Struktur: Seorang pendatang bertanya kepada penduduk sekitar

tentang perkara yang terjadi.

- Mikro Struktur: Seorang anak putri dari warga diculik prajurit kerajaan,

karena tidak bisa memberikan upeti kepada sang raja

- Suasana: Menegangkan.

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Ki Naya

- Wacana yang muncul: Penyalahgunaan Kekuasaan.

3. Adegan 3 (Adegan di salah satu desa Kerajaan Nuswarukmi, Monolog

Petruk)

- Super Struktur: Ungkapan Hati.

- Makro Struktur: Keresahan Petruk terhadap sikap/tingkah laku raja

Nuswarukmi, Prabu Jaya Sentika

- Mikro Struktur: Keinginan untuk mengingatkan raja agar tidak semena-

mena atau menindas terhadap rakyatnya.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Wacana yang muncul: Kesewenang-wenangan seorang Raja.

4. Adegan 4 (Adegan di pendapa Kerajaan Nuswarukmi)

- Makro Struktur: Seorang Raja memberikan perintah kepada patihnya.

Page 12: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

11

- Mikro Struktur: Menanyakan tentang ada kericuhan apa. Mengapa orang

asing bisa masuk begitu saja.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Patih kerajaan Nuswarukmi

- Komunikan : Rakyat, dalam hal ini Ki Naya

- Wacana yang muncul: Keangkuhan.

5. Adegan 5 (Adegan di pendapa Kerajaan Nuswarukmi)

- Super Struktur: Wejangan/Nasihat mengenai kehidupan.

- Makro Struktur: Wejangan yang berisi tentang hal kemanusiaan dan

ketuhanan.

- Mikro Struktur: Wejangan yang berisi tentang bagaimana manusia bisa

saling menghormati dan tidak membeda-bedakan, karena di hadapan

Tuhan semua sama.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Patih kerajaan Nuswarukmi

- Wacana yang muncul: Kesewenang-wenangan seorang Raja.

6. Adegan 6 (Adegan di pendapa Kerajaan Nuswarukmi)

- Super Struktur: Wejangan/Nasihat mengenai bagaimana negara bisa

berdiri secara kuat.

- Makro Struktur: Wejangan yang berisi tentang ajaran-ajaran yang sesuai

dengan moralitas dan agama.

- Mikro Struktur: Berbicara tentang prinsip demokrasi.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Jaya Sentika

- Wacana yang muncul: Sindiran pemerintahan yang ideal.

7. Adegan 7 (Adegan di pendapa kerajaan Nuswarukmi)

- Super Struktur: Ketuhanan.

Page 13: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

12

- Makro Struktur: Orang asing dari luar kerajaan dalam hal ini Petruk

mengingatkan bahwasannya tiada daya dan kekuatan melainkan dari

Tuhan.

- Mikro Struktur: Wejangan untuk percaya kepada Tuhan.

- Suasana: Damai.

- Komunikator: Petruk.

- Komunikan : Prabu Jaya Sentika.

- Wacana yang muncul: Sindiran untuk ingat kepada Sang Pencipta.

8. Adegan 8 (Adegan di pendapa kerajaan Nuswarukmi)

- Super Struktur: Wejangan/Nasihat mengenai bagaimana menjadi raja atau

pemimpin yang baik.

- Makro Struktur: Wejangan berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan

untuk menjadi pemimpin yang baik.

- Mikro Struktur: Berbicara mengenai pakem atau dasar menjadi seorang

pemimpin.

- Suasana: Damai.

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Jaya Sentika

- Wacana yang muncul: Sindiran tentang kepemimpinan.

9. Adegan 10 (Adegan di Pendapa Kerajaan Nuswarukmi)

- Super Struktur: Memberi pengertian mengenai nama kerajaan.

- Makro Struktur: Menjelaskan mengenai arti nama dari kerajaan yang baru.

- Mikro Struktur Berbicara tentang arti nama sebuah kerajaan/negara dan

niat baik yang akan dilakukan.

- Suasana: Damai.

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Jaya Sentika

- Wacana yang muncul: Sindiran tentang adil terhadap sesama.

10. Adegan 11 (Adegan di Pendapa Nuswarukmi)

- Super Struktur: Wejangan/Nasihat untuk beribadah.

Page 14: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

13

- Makro Struktur: Mengingatkan untuk merubah perilaku dengan lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan, sesuai dengan ajaran agama.

- Mikro Struktur: Berbicara tentang Ketuhanan.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Jaya Sentika

- Wacana yang muncul: Sindiran untuk beribadah.

11. Adegan 14 (Adegan di Kerajaan Ngastina)

- Super Struktur:Nasihat untuk mengingatkan.

- Makro Struktur: Perdebatan/ adu mulut orang asing yang masuk ke sebuah

kerajaan.

- Mikro Struktur: Niat baik belum tentu diterima baik pula.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Basukarna

- Wacana yang muncul: Sindiran untuk bersikap adil dan tidak membeda-

bedakan.

12. Adegan 15 (Adegan di Kerajaan Ngastina)

- Super Struktur: Sebuah keprihatinan.

- Makro Struktur: Keprihatinan seseorang terhadap keadaan di sebuah

Kerajaan/Negara.

- Mikro Struktur: Keprihatinan terhadap Kerajaan yang mengalami

kemunduran.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Baladewa

- Wacana yang muncul: Sindiran untuk bersikap adil dan tidak membeda-

bedakan.

13. Adegan 16 (Adegan di Kerajaan Nuswarukmi)

Page 15: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

14

- Super Struktur: Nasihat untuk mengingatkan suatu hal.

- Makro Struktur: Mengingatkan seorang Raja yang tindakannya salah atau

keliru.

- Mikro Struktur: Mengingatkan untuk kebaikan, tidak sewenang-wenang

terhadap rakyatnya sendiri.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Duryudana

- Wacana yang muncul: Penyalahgunaan kekuasaan.

14. Adegan 18 (Adegan di Kerajaan Nuswarukmi)

- Super Struktur: Nasihat untuk mengingatkan suatu hal.

- Makro Struktur: Mengingatkan seorang Raja yang tindakannya salah atau

keliru.

- Mikro Struktur: Mengingatkan untuk kebaikan.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Prabu Jaya Sentika

- Wacana yang muncul: Perilaku manusia seperti hewan.

15. Adegan 22 (Adegan di Karang Kadempel)

- Super Struktur: Curahan hati/ Uneg-uneg.

- Makro Struktur: Kegelisahan atau kekhawatiran seorang adik kepada

kakaknya.

- Mikro Struktur: Curahan hati seorang adik terhadap kakaknya yang tak

kunjung pulang, apalagi membawa barang yang amat berharga.

- Suasana: Gelisah/Gundah Gulana.

- Komunikator: Gareng

- Komunikan : Bagong

- Wacana yang muncul: Berserah kepada Sang Pencipta.

16. Adegan 23 (Adegan di Kerajaan Ngamarta)

- Super Struktur: Kehilangan barang yang amat sangat berharga.

Page 16: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

15

- Makro Struktur: Misteri hilangnya sebuah barang berharga di sebuah

Kerajaan yang tak kunjung ditemukan.

- Mikro Struktur: Memecahkan permasalahan bersama.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Janaka

- Komunikan : Semar, Gareng, dan Bagong.

- Wacana yang muncul: Musyawarah untuk mufakat.

17. Adegan 24 (Adegan di Kerajaan Ngamarta)

- Super Struktur: Sebuah cobaan dari Tuhan.

- Makro Struktur: Hilangnya sesuatu barang/hal yang berharga dianggap

sebagai cobaan dari Tuhan.

- Mikro Struktur: Cobaan atau ujian sebagai pengingat.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Prabu Kresna.

- Komunikan : Puntadewa dan Werkudara.

- Wacana yang muncul: Cobaan sebagai pengingat kepada Tuhan.

18. Adegan 25 (Adegan di kerajaan Ngamarta)

- Super Struktur: Berdiskusi tentang suatu hal genting.

- Makro Struktur: Membicarakan tentang keadaan sebuah kerajaan yang

kehilangan pusaka/barang berharga dan belum kembali.

- Mikro Struktur: Mulai meninggalkan sebuah ajaran luhur.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Janaka.

- Komunikan : Puntadewa dan Werkudara.

- Wacana yang muncul: Sindiran tentang nilai dan norma yang ada mulai

luntur.

19. Adegan 28 (Adegan di Kerajaan Ngastina)

- Super Struktur: Perdebatan tentang membedah/menjajah kerajaan.

Page 17: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

16

- Makro Struktur: Kesalahpahaman mengenai niatan seseorang yang belum

tau kebenarannya.

- Mikro Struktur: Menjelaskan apa niatan seseorang datang ke sebuah

kerajaan, niatan baik untuk mengingatkan tidak menjajah.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Petruk

- Komunikan : Werkudara.

- Wacana yang muncul: Mengingatkan kebaikan, hal ini yang dimaksud

mengingatkan raja untuk tidak sewenang-wenang kepada rakyat.

20. Adegan 30 (Adegan di kerajaan Ngastina)

- Super Struktur:Nasihat/Wejangan mengenai bagaimana proses menjadi

raja/pemimpin.

- Makro Struktur: Nasihat yang berisi tentang cara seseorang untuk bisa

menjadi pemimpin harus dari nol atau bawah dulu. Tidak tiba-tiba menjadi

raja/pemimpin.

- Mikro Struktur: Berbicara mengenai proses menjadi seorang pemimpin.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Semar.

- Komunikan : Petruk.

- Wacana yang muncul: Sindiran jangan menjadi pemimpin instan, semua

perlu proses.

21. Adegan 31 (Adegan di Kerajaan Ngastina)

- Super Struktur: Penjelasan mengenai niatan yang baik.

- Makro Struktur:Menjelaskan bahwa niat yang baik harus dengan cara yang

baik juga.

- Mikro Struktur: Berisi tentang nasihat untuk menggunakan cara yang baik,

walaupun memang niatnya sudah baik.

- Suasana: Menegangkan

- Komunikator: Semar.

- Komunikan : Petruk.

Page 18: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

17

- Wacana yang muncul: Menegakkan keadilan sosial.

22. Adegan 34 (Adegan di Kerajaan Ngastina)

- Super Struktur: Nasihat mengenai ingat kepada Tuhan.

- Makro Struktur: Nasihat yang berisi perintah untuk bertindak adil dan

ingat kepada Tuhan.

- Mikro Struktur: Semar memanusiakan kembali Prabu Duryudana dan Patih

Sengkuni dan mengingatkan untuk tidak berbuat semena-mena terhadap

sesama ciptaan Tuhan.

- Suasana: Damai.

- Komunikator: Semar.

- Komunikan : Prabu Duryudana dan Patih Sengkuni

- Wacana yang muncul: Bertindak adil.

23. Adegan 35 (Adegan di Kerajaan Ngamarta)

- Super Struktur: Permohonan maaf atas kesalahan yang telah dilakukan.

- Makro Struktur: Permohonan maaf atas kesalahan anaknya yang

membawa barang berharga kerajaan.

- Mikro Struktur: Permohonan maaf dan mengembalikan barang yang bukan

haknya.

- Suasana: Damai.

- Komunikator: Semar.

- Komunikan : Prabu Puntadewa.

- Wacana yang muncul: Maaf sebagai wujud manusia yang adil dan

beradab.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Lakon Petruk dadi Ratu versi Ki MPP Bayu Aji Pamungkas cukup

merepresentasikan wacana nilai-nilai demokrasi pancasila. Wacana global

dalam lakon tersebut adalah bahwa sebuah pemerintahan yang bagus dan

ideal sesuai dengan demokrasi pancasila yang diwacanakan dalam lakon

“Petruk dadi Ratu” adalah Pemerintahan yang mau mendengarkan aspirasi

Page 19: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

18

rakyat, menghargai yang namanya pendapat, mampu memberikan jaminan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Jika terjadi kesewenang-wenangan dan

pencideraan terhadap prinsip keadilan sosial, tidak seimbang antara hak

dan kewajiban maka akan terjadi kericuhan, karena keputusan hanya

dilakukan secara sepihak dan itu dapat mengancam persatuan nasional dan

rasa kekeluargaan.

2. Wacana-wacana yang disampaikan adalah:

a. Lakon ini menyuarakan tentang penegakkan keadilan seorang rakyat

kecil yang dia ingin mendapatkan keadilan dari pemimpinnya. Hal ini

ditunjukkan dalam adegan 1,2, 3, 4, 15, 16, 18, 28, 31 dan 34.

b. Lakon ini menyuarakan tentang kemanusiaan. Hal ini ditunjukkan

dalam adegan 5, 10, 14, 25, 30, 35.

c. Lakon ini menyuarakan tentang ketuhanan. Hal ini ditunjukkan dalam

adegan 7, 11, 22, 24, dan 34.

d. Lakon ini tidak begitu banyak menyuarakan tentang musyawarah

mufakat. Hal ini ditunjukkan dalam adegan 23.

e. Lakon ini sedikit menyinggung tentang persatuan. Hal ini ditunjukkan

dalam adegan 6 dan 8.

Page 20: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu

19

Daftar Pustaka:

Berger, A. A. (1995). Essentials of Mass Communication Theory. London: SAGE

Publications.

Endraswara, Suwardi. (2005). Tradisi Lisan Jawa : Warisan Abadi Budaya

Leluhur. Yogyakarta : Narasi. Kasemin, Kasiyanto.

Eriyanto. (2012). Analisis Framing: Konstruksi Ideologi, dan Politik Media.

Yogyakarta: Lkis.

Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik: Edisi Ketiga. Jakarta:

Gramedia.

Mertosedono, Amir. (1994). Sejarah Wayang Asal Usul Jenis dan Cirinya.

Semarang: Dahara Prize.

Mulyono, Sri. (1983). Wayang dan Karakter Manusia. Jakarta: Gunung Agung.

Nana Syaodih, Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Nietzshe, Friedrich. (1986). Nietzshe. Yogykarta: LkiS Yogyakarta.

Yudi Latif. (2011).“Negara Paripurna (historisitas, rasionalitas, dan aktualitas”).

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 21: JURNAL REPRESENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA … D0215071.pdf · Pancasila democracy in the shadow puppet show in the play "Petruk Dadi Ratu" in the version of Ki MPP Bayu