jurnal puskesmas

32
TUGAS INDIVIDU DOSEN : HASRIWIANI HABO ABBAS, SKM, M. KES EVALUASI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA PROGRAM KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA BENGKULU OLEH: HAERUL AMRI HUKM AN 142 2010 0242 KELAS B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: haerul-amri-hukman

Post on 25-Jul-2015

728 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL PUSKESMAS

TUGAS INDIVIDU

DOSEN : HASRIWIANI HABO ABBAS, SKM, M. KES

EVALUASI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA PROGRAM

KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS DALAM WILAYAH

KOTA BENGKULU

OLEH:

HAERUL AMRI HUKM AN

142 2010 0242

KELAS B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2012

Page 2: JURNAL PUSKESMAS

KATA PENGANTAR

 

Dalam pelaksanaan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu perlu

pengerahan segala daya dan tenaga secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk itu

diperlukan peningkatan fungsi perencanaan, pemantauan dan evaluasi. Salah satu

faktor yang menentukan keberhasilan fungsi perencanaan, pemantauan dan evaluasi

adalah adanya system informasi yang akurat, tepat waktu dan kontinyu, karena

informasi ini merupakan bahan yang esensial untuk pelaksanaan perencanaan,

pemantauan dan evaluasi.

Data yang akurat, tepat waktu dan kontinyu yang sangat diperlukan dalam

perencanaan, pemantauan dan evaluasi tersebut dapat diperoleh di puskesmas melalui

sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SF2TP). SP2TP ini ditepatkan

dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 63/Menkes/II/1981, serta Surat

Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor

143/BINKESMAS/DJ/II/1981 tentang petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan Sistem

Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Program kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan Puskesmas

yang dilaporkan daiam SP2TP. Bila data yang terkumpul cepat, tepat waktu, lengkap

dan akurat serta dikelola secara baik dan benar, maka akan dapat mendukung

penyusunan informasi manajemen kesehacgn gigi dan mulut sebagai banan

perencanaan, pemantauan dan evaluasi.

Penelitian   ini   bertujuan   untuk   mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan

data program kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu.

 

Page 3: JURNAL PUSKESMAS

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

crosssectional, menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, bersifat evaluatif yaitu

untuk mengevaluasi pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dalam

wilayah Kota Bengkulu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengelola data

kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu, dengan

subyek penelitian adalah dokter gigi Puskesmas, perawat gigi Puskesmas dan

Koordinator SP2TP Puskesmas.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner dan cek

dokumen diseiuruh Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu. Untuk memperoleh

infomasi yang lebih dalam mengenai pengelolaan data program kesehatan gigi dan

mulut tersebut maka dilakukan juga observasi langsung dan wawancara mendalam

kepada dokter gigi, perawat gigi dan koordinator SP2TP Puskesmas Lingkar Timur

Kota Bengkulu.

Data hasil pengisian kuesioner dan cek dokumen dengan memakai check

list di 15 Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu yang terdiri data

mengenai input, proses,output serta faktor-faktor penghambat dan pendukung

program kesehatan gigi dan mulut dianalisa_.secara kuantitatif, disajikan secara

deskriftif. Untuk melengkapi dan menguatkan penelitian kuantitatif tersebut maka

data hasil observasi langsung dan wawancara mendalam di Puskesmas Lingkar Timur

dianalisa secara kualitatif.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Input

a. Sumber daya manusia

Dari hasil penelitian dapat diketahui mengenai jumlah dokter gigi, perawat

gigi dan koordinator SP2TP di Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu, yaitu: 15

Page 4: JURNAL PUSKESMAS

orang dokter gigi tersebar di 15 Puskesmas dan masing-masing Puskesmas

mempunyai 1 orang dokter gigi; 20 orang perawat gigi yang tersebar di 15

Puskesmas, artinya ada beberapa Puskesmas yang mempunyai 2 orang perawat gigi;

15 orang koordinator SP2TP tersebar di 15 Puskesmas, artinya masing-masing

Puskesmas mempunyai 1 orang tenaga koordinator SP2TP.

Dokter gigi yang bekerja di Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu

mempunyai masa kerja yang cukup lama, hanya 3 orang dokter gigi yang mempunyai

masa kerja kurang dari 1 tahun. Dari sekian lama masa kerja tersebut hanya 2 orang

dokter gigi yang pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan sistem

pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut, pada hal mereka semuanya mempunyai

status Pegawai Negeri Sipil, yang artinya adalah pegawai tetap. Keadaan ini sama

dengan jenis tenaga perawat gigi, dari 20 orang perawat gigi hanya 3 orang yang

mempunyai masa ke'rja kurang dari 1 tahun, 17 orang lainnya mempunyai masa kerja

yang cukup lama. Tetapi hanya 3 orang perawat gigi yang pernah mengikuti pelatihan

yang berkaitan dengan pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut. Hasil penyebaran

kuesioner diketahui bahwa hanya 10% perawat gigi yang menyatakan mampu dan

mengerti cara pencatatan dan pelaporan program kesehatan gigi dan mulut. Hal ini

dikuatkan dalam pelaksanaan wawancara mendalam di Puskesmas Lingkar Timur.

Permasalahan yang ditemui pada dokter gigi dan perawat gigi sama halnya

dengan permasalahan yang ditemui pada koordinator SP2TP. Koordinator SP2TP

Puskesmas dalam wilayah Kota Eengkulu telah mempunyai masa kerja lebih dari 2

tahun dan mempunyai status Pegawai negeri Sipil, tetapi baru 5 orang yang telah

mengikuti pelatihan SP2TP. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa hanya 12%

koordinator SP2TP Puskesmas menyatakan mampu dan mengerti cara pengelolaan

data SP2TP walaupun 33,33% dari mereka mempunyai latar belakang pendidikan

sarjana (Si).

Page 5: JURNAL PUSKESMAS

b. Sarana

Berdasarkan hasil  cek dokumen yang dilakukan  oleh penulis maka dapat

diketahui bahwa sarana dalam bentuk formulir, register dan buku pedoman untuk

pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dalam wilayah Kota

Bengkulu adalah lengkap  (100%).  Seluruh Puskesmas  (100%) tidak memiliki

sarana dalam bentuk komputer, petugas (100%) menyatakan mengolah data  secara

manual  dan  sarana  yangberkaitan dengan kebutuhan petugas dalam pengelolaan

data kesehatan  gigi  dan  mulut  cukup  dan  dapat  mendukung kelancaran kerja.

Keadaan ini dikuatkan oleh hasil observasi dan wawancara mendalam di Puskesmas

Lingkar Timur, dimana sarana yang dimiliki dianggap cukup untuk melaksanakan

pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut. Dengan demikian disimpulkan bahwa

ketersediaan sarana bukan merupakan hambatan untuk melaksanakan tugas dalam

pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut.

c. Dana

Untuk kebucuhan format pencatatan dan pelaporan telah disediakan oleh

Dinas Kesehatan, sehingga tidak ada dana khusus yang dialokasikan untuk pengadaan

format tersebut. Namun demikian manakaia format yang disediakan sudah habis

maka Puskesmas memfotocopi sendiri dengan menggunakar. dana operasional

Puskesmas.

Dari 15 Puskesmas yang diteliti 100% menyatakan bahwa petugas tidak

pernah mengeluarkan dana sendiri untuk pengelolaan data kesehatan gigi dan

mulut. Dana tersebut berasal dari dana operasional; Puskesmas yang dikeluarkan

melalui bendahara Puskesmas atas persetujuan Kepala Puskesmas. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa dana untuk kelengkapan sarana pengelolaan data kesehatan

gigi dan mulut dan dana transportasi untuk pengiriman laporan tidak ada masalah.

Page 6: JURNAL PUSKESMAS

d. Metode

Metode pengolahan data kesehatan gigi dan mulut dilakukan secara manual,

karena (100%) Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu tidak memiliki komputer.

Dari koordinator Puskesmas Lingkar Timur diperoleh pernyataan bahwa pengolahan

data akan lebih baik bila disediakan komputer, karena dengan sistem manual proses

pengolahan data lebih banyak memerlukan waktu, sehingga pengiriman laporan

sering terlambat dan proses penampilan data juga sulit dilakukan. Dengan demikian

diharapkan pada inasa yang akan datang pihak Dinas Kesehatan sudah harus

melakukan pengadaan komputer bagi Puskesmas dalam wilayah kerjanya. Kal ini

sesuai dengan kondisi setiap Puskesmas yang semuanya sudah memiliki tenaga

listrik. Menurut Davis dan oison (1985), bahwa Sistem Informasi Manajemen yang

berbasis komputer biasanya dapat mengurangi biaya sekaligus meningkatkan

kemampuan dan prestasi sistem informasi. Selain itu penerapan sistem informasi

berdasarkan komputer dapat mempengaruhi struktur organisasi, motivasi dalam

organisasi, manajemen dan pengambilan keputusan. Menurut Kumorotomo dan

Margono (1996), ada beberapa alasan mengapa komputer mempunyai peranan yang

sangat penting didalam Sistem Informasi Manajemen modern. Alasan yang pertama

berkenaan dengan keunggulan perangkat komputer dalam pengolahan data.

Dalam beberapa hal komputer lebih unggul sebagai pencatat data jika

dibandingkan dengan daya ingat manusia. Alasan yang  kedua  adalah  teknologi 

otomasi  melalui  melalui komputerisasi sudah tersedia dimana-mana dan dapat

diperoleh dengan mudah dan murah.

2. Proses

a. Pengumpulan data kesehatan gigi dan mulut

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hampir sebagian (40%) dari

perawat gigi menyatakan tidak mencatat seluruh pasien gigi kedalam register

Page 7: JURNAL PUSKESMAS

harian dan 95% menyatakan mekanisme pencatatan dan pelaporan sangat sulit

karena format laporan kesehatan gigi dan mulut terlalu banyak, sehingga

memerlukan waktu banyak untuk mengerj akannya.

Melalui observasi yang dilakukan di Puskesmas Lingkar Timur diketahui

ahwa pencatatan kedalam register harian hanya dilakukan di bawah pukul 11.00

WIB, bila pasien berkunjung di atas pukul 11.00 WIB maka pasien tersebut tidak

dicatat lagi kedalam register harian. Dengan demikian berarti data yang ada

didalam register harian tidak akurat.

Observasi dilakukan pada saat pengumpulan data kesehatan gigi dan mulut

di luar gedung, misalnya pada kegiatan UKGS dan UKMD. Proses

pengumpulannya dimulai dari pencatatan kedalam register luar gedung dan pada

setiap awal bulan data dari register tersebut direkap untuk dimasukkan kedalam

format laporan. Dari observasi pengumpulan data kegiatan luar gedung tersebut

tidak ditemui masalah.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses

pengumpulan data kesehatan gigi dan mulut, khususnya data kesehatan gigi dan

mulut di dalam gedung Puskesmas tidak dilakukan dengan maskimal, artinya

masih banyak data yang tidak tercatat yang tentunya akan mempengaruhi

keakuratan laporan. Pada hal menurut Kusnanto, (1998) kualitas sistem informasi

kesehatan ditentukan oleh 3 hal, yaitu akurasi, ketepatan waktu dan relevansi.

Output dari sistem informasi kesehatan adalah akurat, tepat waktu dan

ketersediaan informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan dalam

manajemen kesehatan, perencanaan, pemecahan masalah, pemantauan,

pengendalian dan evaluasi aspek kesehatan.

b. Pengolahan data kesehatan gigi dan mulut

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 19 (95%) perawat gigi

tidak melakukan pengolahan data kesehatan gigi dan mulut setiap hari dan

hanya 45% perawat gigi yang merekap seluruh data di dalam register harian

Page 8: JURNAL PUSKESMAS

untuk dimasukkan kedalam format laporan, artinya lebih dari separoh (55%)

dari mereka tidak merekap seluruh data yang ada di dalam register harian

untuk dimasukkan kedalam format laporan, sehingga diperkirakan data yang

ada di dalam format laporan tersebut tidak akurat. Selain itu hanya 8 (40%)

perawat gigi menyatakan bahwa penyampaian data tersebut kepada

koordinator SP2TP Puskesmas dilakukan sebelum tanggal 5 pada bulan

Derikutnya, dengan demikian artinya 12 (60%) perawat gigi menyampaikan

data kepada koordinator SP2TP Puskesmas melebihi waktu yang telah

ditetapkan.

Melalui observasi langsung di Puskesmas Lingkar Timur diketahui

bahwa pengolahan data oleh perawat gigi dilakukan sekaligus setiap awal

bulan. Kegiatan dalam pengolahan data hanya dilakukan dengan cara merekap

data yang ada di dalam register harian dan register kegiatan luar gedung

secara manual untuk dimasukkan kedalam format laporan. Karena mereka

merekap data sekaligus setiap awal bulan maka kegiatan perekapan data

tersebut tidak dilakukan dengan benar, mereka hanya memperkirakan jumlah

angka yang akan diisikan kedalam format laporan. Hasil pengisian kedalam

format laporan tersebut penulis cross chek dengan register harian dan register

kegiatan luar gedung, ternyata jumlah yang diisikan kedalam format laporan

tidak sama dengan jumlah yang ada di dalam register harian dan register luar

gedung tersebut. Data yang telah diisikan kedalam format laporan kemudian

diserahkan kepada koordinator SP2TP Puskesmas.

Dengan demikian disimpulkan bahwa pengolahan data kesehatan gigi

dan mulut yang dilakukan oleh perawat gigi belum memenuhi persyaratan

kualitas informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu sistem informasi

yang akurat dan tepat waktu seperti yang diutarakan oleh Kusnanto (1998).

Aspek pengolahan data ini sesuai dengan penelitian Rochendah (2001), yaitu

pengolahan data belum dilaksanakan dengan maksimal sehingga

menghasilkan informasi yang kurang akurat.

Page 9: JURNAL PUSKESMAS

Pengolahan data oleh koordinator SP2TP Puskesmas diketahui bahwa

hanya 6,7% koordinator SP2TP Puskesmas menyatakan mengolah data setiap

hari, hal ini karena data yang masuk ke koordinator SP2TP adalah setiap awal

bulan saja. 100% koordinator SP2TP mengaku menerima data dari perawat

gigi, tetapi hanya 13,3% mereka mengecek ulang kebenaran data tersebut.

Hasil observasi langsung dan wawancara mendalam yang dilakukan di

Puskesmas Lingkar Timur diketahui bahwa koordinator SP2TP mengolah data

dengan cara menerima data dari perawat gigi. Koordinator SP2TP tidak

mengecek ulang kebenaran data tersebut, kemudian disatukan dengan data

program lainnya ke dalam untuk dikirimkan ke Dinas Kesehatan.

Pelaksanaan pengolahan data tahunan diketahui melalui wawancara

mendalam. Prosesnya sama dengan pengolahan data bulanan yaitu perawat

gigi dan koordinator SP2TP merekap data untuk dimasukkan kedalam format

laporan dan langsungmengirimkannya ke Dinas Kesehatan.

c. Penyajian data kesehatan gigi dan mulut

Dari hasil penelitian di 15 Puskesmas yanga ada dalam wilayah Kota

Bengkulu diketahui bahwa hanya 3 Puskesmas (20%) yang menyajikan data.

Penyajian- data di 3 Puskesmas tersebut  berupa grafik dan  tampilan   10 

penyakit   terbanyak di puskesmas. Sedangkan hasil penelitian di Puskesmas

Lingkar Timur juga menunjukkan bahwa Puskesmas tersebut tidak

menyajikan data, baik dalam bentuk tabel, grafik maupun dalam bentuk

iainnya. D-ari wawancara mendalam diketahui bahwa perawat gigi

menganggap bahwa dengan menampilkan data tidak akan membantu dalam

melaksanakan tugas. Penyajian data SP2TP di Puskesmas Lingkar Timur oleh

koordinator SP2TP Puskesmas juga tidak dilaksanakan, karena koordinator

SP2TP tidak mengolah data tersebut menjadi bentuk yang bias

divisualisasikan.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyajian data

kesehatan gigi dan mulut belum dilaksanakan. Pada hal penyajian data

Page 10: JURNAL PUSKESMAS

tersebut sangatlah penting sebagai bahan informasi dalam pengambilan

keputusan. Hal ini dikemukakan oleh Sidharta (1995) bahwa informasi adalah

data yang diolah dan disajikan menjadi sebuah bentuk yang berarti atau

berguna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat

ini atau yang akan datang. Sedangkan menurut Kusnanto (1998) data yang

disajikan memiliki relevansi, artinya setelah mengolah data

petugas handaknya mampu menyajikan data yang relevan dengan kebutuhan

puskesmas dalam konteks sistem informasi manajemen Puskesmas. Aspek

penyajian data kesehatan gigi dan mulut ini sesuai dengan penelitian Mastur

(2002) bahwa data tidak disajikan baik dalam bentuk tabel, grafik, peta

maupun dalam bentuk penyajian Iainnya.

3. Output

a. Pemanfaatan informasi untuk perencanaan program kesehatan gigi dan

mulut.

Berdasarkan cek dokumen maka dapat diketahui bahwa 10 (66,7%)

Puskesmas tidak mempunyai perencanaan program kesehatan gigi walaupun

di dalam kuesioner, 13 (86,7%) dokter gigi dan 14 (70%) perawat gigi

menyatakan membuat rencana kerja. Dari wawancara mendalam yang

dilakukan di Puskesmas Lingkar Timur diketahui bahwa perencanaan tersebut

disimpan di bagian tata usaha, karena disatukan dan dijadikan satu buku

dengan rencana kerja program lainnya Poliklinik gigi tidak menyimpan arsip

perencanaan tersebut. Mereka melaksanakan tugas dengan tidak melihat

rencana kerja karena mereka mengaku hapal dengan rencana yang teiah

dirumuskan.

Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa lebih dari separoh

(66,7%) Puskesmas tidak memanfaatkan data untuk membuat perencanaan

program kesehatan gigi dan mulut. Puskesmas yang mempunyai perencanaan

tidak memanfaatkan rencana tersebut sebagai panduan dalam melaksanakan

pelayanan. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mastur

Page 11: JURNAL PUSKESMAS

(2002) yaitu pemanfaatan data kesakitan tidak dimanfaatkan untuk

perencanaan obat, pada hal menurut Sutomo (1991) perencanaan adalah

proses pengambilan keputusan mengenai yang akan dilakukan di masa yang

akan datang.  Dengan tidak memanfaatkan data untuk perencanaan artinya

pengambilan keputusan tidak berdasarkan data atau informasi yang

sebenarnya, sehingga pengambilan keputusan tersebut tidak sesuai dengan

kebutuhan.

b. Pemanfaatan informasi untuk pemantauan program kesehatan gigi dan

mulut

Pemanfaatan informasi untuk pemantauan program kesehatan gigi dan

mulut adalan pencapaian target sasaran sebagai bahan koreksi, dipantau

melalui minilokarya Puskesmas dan startifikasi Puskesmas.

Hasil penelitian di 15 Puskesmas ys.ng ada dalam wiiayah Kota

Bengkulu melalui kuesioner menunjukkan bahwa bahwa 70% dokter gigi dan

60% perawat gigi menyatakan data kesehatan gigi dan mulut digunakan untuk

pemantauan program. Pada pelaksanaan cek dokumen diketahui data-data

tentang pemantauan program berupa stratifikasi Puskesmas, tetapi stratifikasi

Puskesmas tersebut hanya disimpar. dibagian tata usaha Puskesmas, tidak

digunakan untuk bahan koreksi.

Dari wawancara mendalam kepada dokter gigi Puskesmas Lingkar

Timur diketahui bahwa mereka melakukan pemantauan dengan cara melihat

cakupan, tetapi arsip mengenai pemantauan tidak ada, kecuali stratifikasi

Puskesmas. Arsip Stratifikasi Puskesmas tersebut disimpan di bagian tata

usaha Puskesmas dan Poliklinik gigi tidak mempunyai arsipnya.

Pada  saat  observasi  di  Puskesmas  Lingkar  Timur, pemantauan

program kesehatan gigi dan mulut melalui acara minilokakarya Puskesmas

tidak dilakukan, karena dalam acara minilokakarya tersebut tidak ada

pembahasan tentang program kesehatan gigi dan mulut. Pembahasan program

Page 12: JURNAL PUSKESMAS

dilakukan seputar program-progran yang dianggap prioritas, misalnya

program Kesehatan Ibu dan Anak dan Program Gizi.

Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa pemanfaatan data

untuk pemantauan program kesehatan gigi dan mulut di lakukan 1 tahun

sekali melalui stratifikasi Puskesmas. Hanya saja pelaksanaan stratifikasi

tersebut cenderung untuk memenuhi kepentingan Dinas Kesehatan saja,

karena hasil dari stratifikasi tersebut langsung dikirim ke Dinas Kesehatan.

Arsip stratifikasi yang ada di Puskesmas tidak digunakan sebagai bahan

koreksi tetapi hanya disimpan di bagian tata usaha Puskesmas.

Sementara itu menurut Depkes (2000), Pemantauan program adalah

proses yang berkesinambungan untuk rnelihat kesenjangan antara target dan

pencapaian hasil kegiatan dalam jangka pendek, sehingga dapat segera

mengambil tindakan perbaikan terutama untuk tingkat Puskesmas itu sendiri.

Dengan demikian artinya pemantauan program yang dilakukan melalui

stratifikasi Puskesmas belum memenuhi apa yang dimaksud oleh Depkes

(2000) tersebut. Keadaan ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rochendah (2001), yaitu data-data program pelayanan antenatal di Kabupaten

Lamongan Jawa Timur belum sepenuhnya digunakan untuk pemantauan

program.

 

c. Pemanfaatan informasi untuk evaluasi program kesehatan gigi dan mulut

Evaluasi program kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dalam

wilayah kota Bengkulu dilakukan dalam bentuk laporan tahunan. Melalui

kuesioner yang dilaksanakan di 15 Puskesmas diketahui bahwa 100%

responden menyatakan bahwa mereka membuat laporan tahunan. Hal ini

sesuai dengan hasil cek dokumen di 15 Puskesmas tersebut, yaitu 100% telah

mempunyai laporan tahunan program kesehatan gigi dan mulut.

Melalui wawancara mendalam di Puskesmas Lingkar Timur diketahui

bahwa data untuk laporan tahunan bersumber dari data dasar yaitu data

Page 13: JURNAL PUSKESMAS

mengenai peralatan dan data hasil kegiatan yang ada di dalam register harian

dalam gedung dan luar gedung Puskesmas selama satu tahun. Data tersebut

dimasukkan kedalam format laporan dan dilaporkan paling lambat tanggal 31

Januari pada tahun berikutnya. Tetapi laporan tahunan tersebut hanya sekedar

untuk memenuhi permintaan dari Dinas Kesehatan semata. Dari wawancara

mendalam di dapatkan informasi dari dokter gigi bahwa laporan tersebut tidak

diolah menjadi sebuah bentuk yang bisa dimanfaatkan di Puskesmas, tetapi

hanya dilaporkan ke Dinas Kesehatan saja. Dengan demikian artinya data-data

yang ada di dalam laporan tahunan tersebut tidak digunakan untuk tujuan

yang sebenarnya, yaitu untuk mengetahuipencapaian  target  dalam satu 

tahun  dan masalah-masalah program  untuk  dicarikan  pemecahannya. 

Laporan  tahunan tersebut langsung dikirimkan ke Dinas Kesehatan melalui

koordinator SP2TP tanpa digunakan di tingkat Puskesmas.

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa data program

kesehatan gigi dan mulut dimanfaatkan untuk mengevaluasi program dengan

membuat laporan tahunan tetapi tidak melakukan tindak lanjut dari laporan

tahunan tersebut. Laporan tahunan dibuat untuk memenuhi keinginan Dinas

Kesehatan saja. Dengan demikian artinya pembuatan laporan tahunan

program kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dalam wilayah Kota

Bengkulu tidak sesuai dengan tujuan pembuatan laporan tahunan yang

diutarakan oleh Depkes (2000), yaitu untuk mengetahui pencapaian target

dalam satu tahun dan masalah-masalah program untuk dicarikan

pemecahannya. Selain itu juga tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan

oleh WHO (1990), yaitu tujuan evaluasi program kesehatan tidak hanya

membandingkan keadaan kesehatan sebelum dan sesudali kegiatan, akan

tetapi yang lebih penting adalah untuk memperbaiki program tersebut agar

pelaksanaannya menjadi relevan.

Page 14: JURNAL PUSKESMAS

4. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung

Dari kuesioner yang disebarkan pada responden di 15 Puskesmas,

100% perawat gigi dan dokter gigi, serta 93,3% koordinator SP2TP

Puskesmas menyatakan bahwa waktu yang tersedia merupakan hambatan

dalam pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut. Dari hasil wawancara di

Puskesmas Lingkar Timur di peroleh informasi bahwa selain kurangnya

waktu karena banyak tugas lain misalnya tugas ke Posyandu, UKS dan

sebagainya, ada satu hal lagi yang merupakan hambatan yaitu pengetahuan

petugas dalam pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut yang masih kurang.

Selain  faktor  penghambat  tersebut  di  atas  dalam penelitian

di  15 Puskesmas dalam wilayah Kota Bengkulu ditemukan juga  faktor

pendukung dalam pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut. Dari penelitian

tersebut 100% responden menyatakan bahwa faktor pendukung tersebut

adalah selalu tersedianya bahan pencatatan dan pelaporan yaitu register  dan 

formulir-formulir  laporan.  Informasi  dari Puskesmas Lingkar Timur bahwa

register dan formulir-formulir tersebut di droping langsung dari Dinas

Kesehatan Kota Bengkulu  dan  bila  persediaan  habis  maka  Puskesmas

memperbanyak  bahan  tersebut  dengan  menggunakan  dana operasional

Puskesmas.

 

Page 15: JURNAL PUSKESMAS

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Input

a) Jumlah Sumber daya manusia   pengelola  data  program kesehatan gigi dan

mulut sudah cukup,  tetapi umumnya mereka belum pernah dilatih mengenai

pengelolaan data.

b)  Ketersediaan sarana dalam pengelolaan data  kesehatan gigi dan mulut dalam

bentuk formulir, register dan buku pedoman cukup.

c) Alokasi  dana  mencukupi  dan  diambilkan  dari  dana operasional

Puskesmas.

d) Metode pengelolaan data dilakukan secara manual, karena Puskesmas belum

mempunyai komputer.

 

2. Proses

a) Proses pengumpulan data kesehatan gigi dan mulut belum dilaksanakan

dengan baik dan benar. Data pasien yang berkunjung ke poliklinik gigi tidak

semua dicatat di dalam register harian, sehingga data yang terkumpul

di dalam register harian tidak sesuai dengan data jumlah kunjungan yang

sebenarnya. Dengan demikian data tersebut tidak akurat.

b) Kegiatan pengolahan dilakukan dengan cara merekap data secara manual dan

dimasukkan kedalain format laporan. Proses perekapan data tersebut tidak

dilakukan dengan benar, yaitu hanya dengan cara mengira-ngira jumlah hasil

rekapan, sehingga menghasilkan data yang tidak akurat. Penyampaian data

tersebut kepada koordinator SP2TP Puskesmas melebihi waktu yang teiah

ditetapkan, yaitu sebelum tanggal 5 pada bulan berikutnya.

c) Penyajian data kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi belum

dilaksanakan, karena mereka masih beranggapan bahwa dilaksanakan atau

tidak hasilnya akan sama saja, tidak akan mempengaruhi program. Penyajian

data oleh koordinator SP2TP Puskesmas juga belum dilaksanakan karena

Page 16: JURNAL PUSKESMAS

coordinator SP2TP tidak mengolah data tersebut menjadi bentuk yang bisa

divisualisasikan.

 

3. Output

 

a. Pemanfaatan data untuk perencanaan

Sebagian besar Puskesmas tidak memanfaatkan data program

kesehatan gigi dan mulut untuk perencanaan. Sedangkan Puskesmas yang

mempunyai perencanaan program kesehatan gigi dan mulut tidak

memanfaatkan rencana tersebut sebagai panduan dalam melaksanakan

pelayanan.

 

b. Pemanfaatan data untuk pemantauan

Pemanfaatan data untuk pemantauan program dilakukan dalam  

bentuk   stratifiKasi   Puskesmas   tetapi   hasil stratifikasi tersebut hanya

dikirim ke Dinas Kesehatan saja, arsipnya  disimpan  dan  tidak  dijadikan 

bahan  koreksi. Pemantauan program kesehatan gigi dan mulut dalam acara

minilokakarya Puskesmas tidak dilakukan, karena dalam acara minilokakarya 

tersebut  yang  dibahas  seputar  program prioritas saja, misalnya Program

Kesehatan Ibu dan Anak dan Program Gizi.

 

d.  Pemanfaatan data untuk evaluasi

 

Evaluasi program dilakukan dalam bentuk laporan tahunan, tetapi

laporan tahunan tersebut hanya dikirim ke Dinas Kesehatan tanpa ada tindak

lanjut dari Puskesmas.

 

Page 17: JURNAL PUSKESMAS

4. Faktor-faktor penghambat dan pendukung

 

a. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut di

Puskesmas adalah kurangnya waktu yang tersedia bagi petugas karena banyaknya

tugas lain, misalnya tugas ke posyandu, UKS dan sebagainya. Selain itu masih

kurangnya pengetahuan petugas tentang pengelolaan data karena sebagian besar

dari mereka belum pernah dilatih

 

b. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut di

Puskesmas adalah selalu tersedianya bahan-bahan pencatatan dan pelaporan.

Saran

1. Agar Dinas Kesehatan memprogramkan pelatihan bagi petugas yang terkait

dalam pengelolaan data kesehatan gigi dan mulut serta melakukan pembinaan

secara rutin ke masing-masing Puskesmas.

2. Dinas Kesehatan agar mengupayakan pengadaan komputer untuk Puskesmas

dan disertai pelatihan mengenai cara mengoperasionalkan komputer tersebut,

sehingga pada masa yang akan datang Puskesmas tidak lagi mengelola data

secara manual tetapi dengan sistem komputerisasi. Dengan sistem ini

diharapkan pengelolaan data dapat dilaksanakan dengan lebih cepat, tapat dan

akurat.

3. Dinas Kesehatan hendaknya terus mendorong Puskesmas dalam melakukan

perencanaan, pemantauan dan evaluasi program, khususnya program

kesehatan gigi dan mulut dengan cara supervisi atau perabinaan secara rutin

ke Puskesmas.

4. Kepala Puskesmas dan dokter gigi Puskesmas harus lebih itensif dalam

membimbing dan mengarahkan petugas dalam melaksanakan proses

Page 18: JURNAL PUSKESMAS

pengelolaan data, termasuk pengeloiaan data kesehatan gigi dan mulut,

sehingga data yang diperoleh akurat dan dapat dimanfaatkan secara efektif

oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

5. Kepala Puskesmas harus membuat pembagian tugas yang jelas sehingga

petugas dapat memanfaatkan waktunya dengan baik sesuai dengan tugasnya

masing-masing.

6.  Dalam acara minilokakarya Puskesmas hendaknya ada pembahasan dari

seluruh program termasuk program kesehatan gigi dan mulut agar dapat

diketahui pencapaian target program dan masalah-masalah yang ditemui

sehingga dapat dicarikan solusinya.

 

Page 19: JURNAL PUSKESMAS

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James.F. & Aydin, Carolyn E and Jay, Stephen.J., 1994. Evaluating Health

Care Information Systems. SAGE Publication Journal, .London.

Ayers,  G.W. and Belew, K.D. 1997. Before You Start: Information about

Manajemen Information System.

http: www.sph.sc.edu.Students Kbelew Mis, htm.

Chung,  H. Michael. And Gray, Paul.2001. Special Section: Data Mining. Journal of

Management Information System Vol. 16, http:\\www.rmm-Java.Stern.nyu.edu/jmis:

tgl. 11-06-2001- 11.31.

Depkes  R.I. 1992. Buku Pedoman Sistem Penca^atan dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas, Jakarta.

Depkes R.I. 1993. Pemanfaatan Data dari SP2TP di Puskesmas, Jakarta.

Depkes R.I. 1996. Buku Pedoman Sistem Informasi Puskesmas, Jakarta.

Depkes R.I. 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan

 Mulut di Puskesmas. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2002. Laporan Tahunan.

Donabedian, A. 1979. Aspects of Medical Care Administration Specifying

Requirements for health Care. Harvard University Press, Massachusetts, London.

Kumorotomo. W. dan Margono, S.A, Sistem Informasi Manajemen Dalam

Organisasi-Organisasi Publik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, p.7-14.

Kusnanto, H. 1998. Metode Kualitatif dalam Riset Kesehatan.

Program  Magister  Manajemen  Pelayanan  Kesehatan, Yogyakrta.

Mastur, 2002. Sistem Informasi Manajemen Data Kesakitan Di Puskesmas

Kabupaten Kotawaringin Timur. (Tesis) Program Pascasarjana, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Rochendah, 2001. Sistem Informasi Sebagi Pendukung Manajemen Program

pelayanan Antenatal Di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. (Tesis) Program

Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Siagian, P.P. 2000. Sistem Informasi Manajemen. PT. Bina Aksara, Jakarta.

Page 20: JURNAL PUSKESMAS

Sidartha,L.1995. Pengantar Sistem Informasi Bisnis, Sistem Informasi Bisnis, PT.

Elex Media Kompetindo, Jakarta.

Syamsi. I. 1998. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Bina Aksara, Jakarta.

WHO,  1990, Proses Manajemen Untuk Pembangunan Kesehatan Nasional, Jakarta.

Wulandari,   2001. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Sistem

Informasi Berbasis Komputer di Puskesmas, Studi Kasus di Kota Probolinggo.

(Tesis) Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.