jurnal-proses pembentukan endapan pasir besi di kulon progo
DESCRIPTION
endapan pasir besiTRANSCRIPT
PTR-BNK-004-28
PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN PASIR BESI DI KULON PROGO
Muchammad Dani Satria1
21100112130062
1Teknik Geologi Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Daerah pantai selatan wilayah Kulon Progo merupakan daerah dengan potensi endapan pasir besi. Pasir
besi merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisi menengah hingga basa atau
dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik. Endapan pasir besi di wilayah ini diperkirakan berasal dari
akumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika seperti pelarutan, penghancuran batuan oleh arus air,
pencucian secara berulang-ulang, transportasi dan pengendapan. Batuan yang mengalami proses itu
diperkirakan berasal dari batuan gunung api pada daerah hulu dari sungai-sungai yang mengalir ke arah
pantai selatan terutama daerah di sekitar Kulon Progo. Sungai-sungai tersebut antara lain adalah Sungai
Bogowonto, Sungai Serang, Sungai Progo, dan Sungai Opak-Oyo. Hulu dari sungai-sungai ini antara lain
adalah Gunungapi Sundoro, Gunungapi Sumbing, Gunungapi Merbabu, Gunungapi Merapi dan beberapa
gunungapi tersier. Jadi endapan pasir besi di daerah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan di sekitarnya.
Kata kunci : pasir besi, kulon progo
PENDAHULUAN
Di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
terdapat endapan pasir besi yang keberadaannya
cukup melimpah. Keberadaannya dikatakan
sepanjang 22 Km dari hilir Sungai Bogowonto
sampai hilir Sungai Progo dengan cadangan
sebesar 605 juta ton. Pasir besi merupakan produk
dari proses pelapukan fisika dan kimia dari batuan
berkomposisi andesitik hingga basaltik. Maksud
dari penulisan paper ini adalah untuk
menghubungkan proses pembentukan endapan
pasir besi yang ada di pantai selatan Kulon Progo
dengan keadaan daerah di sekitarnya yang
mempengaruhi pembentukan endapan pasir besi
tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu
kabupaten dari lima kabupaten/kota di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di
bagian barat. Batas Kabupaten Kulon Progo di
sebelah timur yaitu Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Sleman, di sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa
Tengah, di sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan
di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera
Hindia.
Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat
dikelompokan menjadi tiga jenis. Pertama
endapan besi primer, terjadi karena proses
hidrotermal, kedua endapan besi laterit terbentuk
akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir
besi terbentuk karena proses rombakan dan
sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan
endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa
dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya
yang umum terdapat.
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak
yang bercampur dengan butiran-butiran dari
mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar,
ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral
tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous
magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit.
Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup
penting merupakan ubahan dari magnetit dan
ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal
dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.
Pasir besi sebagai salah satu bahan baku utama
dalam industri baja dan industri alat berat lainnya.
Selain untuk industri logam besi juga telah banyak
dimanfaatkan pada industri semen.
GEOLOGI REGIONAL
Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian
selatan-timur yang meliputi kawasan Gunungapi
Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan
Selatan dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona
Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen,
1949). Zona Solo merupakan bagian dari Zona
Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau
Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut Gunungapi
Merapi (± 2.968 mdpl). Kaki selatan-timur
gunungapi tersebut merupakan dataran
Yogyakarta-Surakarta (± 100 m sampai 150 m)
yang tersusun oleh endapan aluvium asal
Gunungapi Merapi. Di sebelah barat Zona
Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus
hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar
dari Pantai Parangtritis hingga Kali Progo. Aliran
sungai utama di bagian barat adalah Sungai Progo
dan Sungai Opak, sedangkan di sebelah timur
ialah Sungai Dengkeng yang merupakan anak
sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono,
2001).
Menurut Wartono Rahardjo dkk. (1995), geologi
daerah Kulon Progo dan sekitarnya antara lain
adalah sebagai berikut :
Formasi Kebobutak (Tmok)
Formasi ini terdiri dari breksi andesit, tuf, tuf
lapili, aglomerat, dan sisipan lava andesit.
Formasi ini tersebar di bagian utara dan barat
Kulon Progo. Formasi ini dilalui oleh Sungai
Bogowonto beserta anak-anak sungainya, Sungai
Serang beserta anak sungainya, dan anak sungai
dari Sungai Progo.
Formasi Nglanggran (Tmn)
Formasi ini terdiri dari breksi gunungapi, breksi
aliran, aglomerat, lava dan tuf. Formasi ini
tersebar di bagian timur daerah Yogyakarta yaitu
pada Pegunungan Selatan. Formasi ini dilalui oleh
Sungai Opak-Oyo.
Formasi Semilir (Tmse)
Formasi ini terdiri dari perselingan antara breksi-
tuf, breksi batuapung, tuf dasit dan tuf andesit
serta batulempung tufan. Formasi ini ada di
bagian timur daerah Yogyakarta, letaknya ada di
bawah Formasi Nglanggran. Formasi ini juga
dilalui oleh Sungai Opak-Oyo.
Endapan Gunungapi Merapi Muda (Qmi)
Terdiri dari tuf, abu, breksi, aglomerat, dan leleran
lava tak terpisahkan. Endapan ini merupakan
endapan yang paling luas persebarannya di daerah
sekitar Kulon Progo. Dilalui oleh Sungai Opak-
Oyo, dan Sungai Progo serta anak sungainya yang
berhulu pada Gunungapi Merapi.
Endapan Gunungapi Merapi Tua (Qmo)
Terdiri dari breksi, aglomerat dan leleran lava,
termasuk andesit dan basal mengandung olivin.
Endapan ini tersebar pada kerucut Gunungapi
Merapi dan dilalui oleh sungai-sungai yang
mengalir ke Sungai Progo dan Sungai Opak.
Endapan Gunungapi Sumbing Muda (Qsm)
Terdiri dari pasir tufan, tuf pasiran dan breksi
andesit. Endapan ini merupakan daerah hulu dari
Sungai Progo.
Endapan Gunungapi Sumbing Tua (Qsmo)
Terdiri dari breksi andesit, aglomerat dan tuf.
Daerah endapan ini merupakan hulu dari Sungai
Bogowonto dan Sungai Progo.
Endapan Gunungapi Merbabu (Qme)
Terdir dari breksi gunungapi dan lava. Merupakan
hulu dari anak sungai dari Sungai Elo yang
akhirnya bersatu dengan Sungai Progo.
Batuan Terobosan
Terdiri dari andesit (a) yang berkomposisi antara
addesit hipersten sampai andesit augit-hornblend
dan trakiandesit. Terobosan andesit ini menerobos
pada formasi Kebobutak di bagian utara wilayah
Kulon Progo. Selain itu ada juga dasit (da) yang
menerobos pada andesit. Batuan terobosan ini
menjadi hulu dari Kali Serang. Selain itu juga
merupakan hulu dari Sungai Plampang dan Sungai
Jogoresan yang akhirnya bersatu dengan Sungai
Bogowonto.
Pada daerah yang lebih jauh dari wilayah Kulon
Progo yaitu pada hulu Sungai Progo, menurut
R.E. Thanden dkk. (1996), batuan Gunugapi
Sundoro terdiri dari andesit hipersten-augit, basal
olivin augit dan andesit hipersten-augit. Satuan ini
ditemukan sebagai lava. Sedangkan pada hulu
anak sungai dari Sungai Elo, batuan Gunungapi
Merbabu terdiri dari basal olivin dan andesit augit
yang ditemukan sebagai kerucut utama.
METODOLOGI
Paper ini disusun dengan metode studi pustaka,
yaitu dengan mengumpulkan data-data sekunder
dari berbagai paper lain dan artikel mengenai
endapan pasir besi, daerah Kulon Progo, dan juga
peta geologi untuk melihat keadaan geografis
daerah sekitar. Berdasarkan data-data sekunder
tersebut kemudian diinterpretasi pengaruh dari
daerah sekitar wilayah penelitian dengan
pembentukan endapan pasir besi di pantai selatan
Kulon Progo.
DESKRIPSI
Pasir besi memiliki warna hitam, kilap logam,
berat jenis 1,8 ton/m3, dan ukuran butirnya adalah
dari
mm sampai 2 mm. Pasir besi memiliki sifat
kemagnetan yang tinggi. Komposisi kimia pasir
besi terdiri dari mineral besi utama berupa
magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), ilmenit
(FeTiO3), dan mineral pengotor berupa corundum
(Al2O3), kuarsa (SiO2), vanadium (V2O5), fosfor
(P) dan sulfur (S).
PEMBAHASAN
Wilayah pantai selatan Kulon Progo merupakan
dataran pantai yang berhadapan langsung dengan
Samudra Hindia. Wilayah ini merupakan daerah
hilir dari beberapa sungai besar yang mengalir di
daerah Kulon Progo seperti Sungai Progo, Sungai
Serang, dan Sungai Bogowonto. Pada daerah
tersebut sepanjang dataran pantainya berupa
endapan pasir besi.
Dari hasil studi pustaka sungai-sungai yang
mengalir di daerah pantai selatan khususnya
daerah sekitar Kulon Progo berhulu dari
gunungapi yang memiliki batuan bersifat
andesitik, seperti Gunungapi Merapi, Gunungapi
Merbabu, Gunungapi Sumbing, dan Gunungapi
Sundoro. Selain itu formasi batuan berumur
tersier juga menunjukkan adanya batuan yang
berkomposisi andesitik seperti formasi
Nglanggran dan Kebobutak, serta batuan
terobosan.
Keberadaan gunungapi dan terobosan (intrusi)
yang menghasilkan batuan bersifat andesitik pada
daerah ini diakibatkan oleh kondisi geologi Pulau
Jawa yang terletak pada zona subduksi antara
lempeng benua Indo-Australia dengan lempeng
samudra Hindia. Tumbukan antara kedua lempeng
ini mengakibatkan magmatisme yang
menghasilkan magma yang bersifat andesitik
sebagai akibat dari pencampuran hasil partial
melting dari lempeng benua yang bersifat asam
dengan lempeng samudra yang bersifat basa.
Magmatisme tersebut kemudian muncul ke
permukaan dalam bentuk gunungapi dan intrusi.
Sungai yang memiliki peran besar dalam
terbentuknya endapan pasir besi di daerah Kulon
Progo adalah Sungai Progo. Sungai ini berhulu
pada Gunungapi Sundoro dan Gunungapi
Sumbing di daerah Jawa Tengah. Di daerah
Magelang, sungai ini bersatu dengan Sungai Elo
yang berhulu pada Gunung Merbabu. Pada daerah
yang lebih jauh dari hulu, Sungai Progo menjadi
muara dari beberapa sungai yang berhulu pada
Gunung Merapi. Hal ini menunjukkan hulu dari
sungai ini mengerosi dan mentransport batuan-
batuan dari beberapa gunungapi tersebut.
Sebagaimana dalam geologi regional daerah
sekitar, beberapa gunungapi tersebut memiliki
komposisi yang bersifat andesitik.
Selain Sungai Progo, di bagian timur daerah
Kulon Progo juga mengalir Sungai Opak yang
merupakan gabungaan dari Sungai Oyo yang
mengalir dari daerah Surakarta melewati formasi
Nglanggeran dan formasi Semilir. Sungai Opak
juga merupakan muara dari sungai-sungai yang
berhulu pada Gunung Merapi khususnya yang
mengalir ke arah selatan.
Di bagian barat daerah Kulon Progo juga mengalir
Sungai Serang dan Sungai Bogowonto yang
berhulu pada formasi Kebobutak dan intrusi
andesit serta dasit di bagian utara Kulon Progo.
Aliran permukaan dalam hal ini sungai akan
menyebabkan proses pelapukan dan erosi pada
batuan yang dilewatinya. Proses pelapukan yang
terjadi bisa bersifat sebagai pelapukan fisik dan
pelapukan kimiawi. Pelapukan fisika akan
mengakibatkan batuan mengalami disintegrasi
menjadi pecahan atau fragmen. Sedangkan
pelapukan kimia akan mengakibatkan perubahan
susunan kimia pada mineral-mineral penyusun
batuan.
Batuan gunungapi atau batuan volkanik memiliki
komposisi yang mengandung besi (Fe).
Kandungan Fe pada akan lebih besar pada batuan
volkanik yang besifat andesitik dan basaltik.
Kandungan Fe pada batuan tersebut berupa
mineral mafik seperti olivin, piroksen, hornblend,
biotit, magnetit, dan ilmenit. Ketika batuan ini
mengalami pelapukan secara fisik, batuan ini akan
mengalami disintegrasi menjadi fragmen bahkan
hingga berupa butiran-butiran mineral dari
mineral penyusunnya. Beberapa di antaranya tentu
ada yang berupa butiran mineral magnetit dan
ilmenit. Sedangkan akibat pelapukan kimia
mineral penyusun batuan tersebut akan
mengalami perubahan secara kimia berupa
terurainya unsur atau senyawa tertentu. Akibat
batuan ini mengandung Fe, maka akan ada unsur
Fe yang dihasilkan dari proses pelapukan. Fe
tersebut selama transportasi bisa mengalami
reaksi dengan kandungan oksigen yang terdapat
dalam air menghasilkan mineral baru berupa
hematit dan limonit.
Sungai-sungai pada dearah Kulon Progo berhulu
dan mengalir pada daerah volkanik yang memiliki
batuan yang berkomposisi andesitik maka proses
pelapukan dan erosi serta pembentukan mineral
seperti di atas akan terjadi pada sungai ini. Hasil
dari proses tersebut akhirnya akan tertransport dan
terendapkan ketika sungai mencapai hilir yaitu
Samudra Hindia. Proses yang menyebabkan
endapan pasir besi di Kulon Progo tersebar di
sepanjang pantai tentunya adalah akibat
gelombang dari Samudra Hindia yang kuat.
Gelombang menghempaskan partikel-partikel
endapan ke pantai kemudian air membawa
partikel-partikel ringan kembali sehingga terpisah
dari partikel berat. Mineral-mineral yang
mengandung Fe seperti magnetit, hematit, ilmenit,
biotit, olivin, hornblend, dan piroksen termasuk
partikel berat sehingga mineral-mineral tersebut
akan terendapkan di pantai membentuk pasir besi
dengan mineral lain seperti corundum, kuarsa, dan
vanadium.
KESIMPULAN
Keberadaan endapan pasir besi yang terdapat di
daerah Kulon Progo sangat dipengaruhi oleh
tatanan geologi daerah di sekitarnya yang berupa
daerah volkanik berkomposisi andesitik dengan
beberapa gunungapi seperti Merapi, Merbabu,
Sumbing, dan Sundoro, serta beberapa formasi
batuan berumur tersier yang terdiri dari batuan
volkanik, dan juga adanya intrusi andesit.
Selain itu juga sangat dipengaruhi oleh sungai-
sungai yang berhulu pada daerah volkanik
tersebut dan berhilir pada pantai selatan di
wilayah Kulon Progo seperti Sungai Progo,
Sungai Opak-Oyo, Sungai Serang, dan Sungai
Bogowonto sebagai aliran permukaan yang
memungkinkan material hasil pelapukan dan erosi
dapat tertransport dan mengalami pembentukan
mineral baru.
Tidak terlepas juga pengaruh dari Samudra Hindia
yang memiliki gelombang yang kuat sehingga
mampu menghempaskan material yang
tertransport oleh sungai ke pantai sehingga
menghasilkan endapan pasir besi.
REFERENSI
Ansori, Chusni. 2011. Distribusi Mineralogi Pasir
Besi Pada Jalur Pantai Selatan Kebumen –
Kutoarjo. Buletin Sumber Daya Geologi
Volume 6 Nomor 2 – 2011, hal. 81-96
Badan Koordinasi Penanaman Modal. Potensi
Pasir Besi Di Kabupaten Kulonprogo.
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsi
pid/commodityarea.php?lang=id&ia=3401
&ic=1186
D III Teknik Kimia FTI-ITS. Pabrik Ekosemen
(Semen dari Sampah) dengan Proses
Kering. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
NonDegree-17103-2308030035-
Chapter1.pdf
Indo Mines Limited. Investor Presentation,
Jogjakarta Iron Sands Project
Indo Mines Limited. Jogjakarta Pig Iron Project.
http://www.indomines.com.au/projects/
Malada, Hilbert P. dkk. 2012. Tugas Teknologi
Pengolahan Material-Pasir Besi. Jurusan
Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Kondisi
Umum.
http://www.kulonprogokab.go.id/v21/Kondi
si-Umum_6_hal
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral dan Batubara. Pasir Besi.
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/ulasan.
asp
Pusat Sumber Daya Geologi. Kajian Endapan
Pasir Besi.
http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option
=com_content&view=article&id=363&Ite
mid=395
Rahardjo, Wartono; dkk. 1955. Peta Geologi
Lembar Yogyakarta 1:100.000, Jawa. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung.
Rusianto, Toto. 2012. The Potential of Iron Sand
from The Coast South of Bantul Yogyakarta
as Raw Ceramic Magnet Materials. Jurnal
Teknologi, Volume 5, Juni 2012, hal. 62-69
Tahap Proses Pengolahan Pasir Besi.
http://ardra.biz/sain-
teknologi/mineral/pengolahan-
mineral/pengolahan-pasir-besi
Thanden, R.T.,dkk. 1996. Peta Geologi Lembar
Magelang dan Semarang 1:100.000, Jawa.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Bandung.
Wicaksono, Herman S. 2011. Analisis Ukuran
Partikel Campuran (Pasir Besi, Batubara
dan CaO) dan Lama Penyinaran
Gelombang Mikro pada Reduksi Besi
Oksida. Jurnal Teknik Material dan
Metalurgi, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, 2011
Widi, Bambang N. Penyelidikan Endapan Pasir
Besi Di Daerah Pesisir Selatan Ende –
Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur
LAMPIRAN
Gambar 1.1 Peta Endapan Pasir Besi Kulon Progo
Gambar 1.2 Pasir Besi
Tabel 1.1 Komposisi Pasir Besi