jurnal pertanian

24
1 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY (Elaeis guineensis Jacq) RIKI AFRIANTO *) NPM : 0910005301023 Dibawah bimbingan M.Zulman Harja Utama dan Zaharnis *) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi pemberian pupuk organik cair daun lamtoro terhadap beberapa varietas bibit kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase main nursery, untuk mempelajari pengaruh pupuk organik cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit, untuk mengetahui varietas bibit kelapa sawit yang paling respon terhadap pupuk organik cair daun lamtoro. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap secara faktorial. Faktor pertama pemberian pupuk organik cair lamtoro yang terdiri dari 5 taraf yaitu = 0, 100, 200 , 300, 400, 500 cc/l air sedangkan faktor kedua terdiri dari 3 taraf yaitu: Tenera, Dampy, Sofi sehingga diperoleh 18 kombinasi perlakuan. Data yang diperoleh dianalisi secara stasistika dengan uji F, jika uji F hitung lebih besar dari dari F tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Dunncan’s Multiple Range Test pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi pupuk organik cair daun lamtoro pada pengamatan: tingggi tanaman, lingkar batang bibit, total luas daun dan pertambahan bobot bibit kelapa sawit yang paling respon dengan pemberian 500 cc/l air menunjukkan pengaruh sangat nyata. Kesimpulan dari penelitian ini pemberian pupuk organik cair daun lamtoro memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bibit kelapa sawit dan total luas daun. Kata kunci : Dosis daun lamtoro, pupuk organik cair, kelapa sawit.

Upload: satrio

Post on 29-Sep-2015

46 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

manfaat daun lamtoro

TRANSCRIPT

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAUN LAMTORO

1

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAUN LAMTORO

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY (Elaeis guineensis Jacq)

RIKI AFRIANTO *)NPM : 0910005301023

Dibawah bimbingan M.Zulman Harja Utama dan Zaharnis

*) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi pemberian pupuk organik cair daun lamtoro terhadap beberapa varietas bibit kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase main nursery, untuk mempelajari pengaruh pupuk organik cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit, untuk mengetahui varietas bibit kelapa sawit yang paling respon terhadap pupuk organik cair daun lamtoro. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap secara faktorial. Faktor pertama pemberian pupuk organik cair lamtoro yang terdiri dari 5 taraf yaitu = 0, 100, 200 , 300, 400, 500 cc/l air sedangkan faktor kedua terdiri dari 3 taraf yaitu: Tenera, Dampy, Sofi sehingga diperoleh 18 kombinasi perlakuan. Data yang diperoleh dianalisi secara stasistika dengan uji F, jika uji F hitung lebih besar dari dari F tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Dunncans Multiple Range Test pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi pupuk organik cair daun lamtoro pada pengamatan: tingggi tanaman, lingkar batang bibit, total luas daun dan pertambahan bobot bibit kelapa sawit yang paling respon dengan pemberian 500 cc/l air menunjukkan pengaruh sangat nyata. Kesimpulan dari penelitian ini pemberian pupuk organik cair daun lamtoro memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bibit kelapa sawit dan total luas daun.

Kata kunci : Dosis daun lamtoro, pupuk organik cair, kelapa sawit.

PENDAHULUAN

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupkan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian disebabkan Kelapa Sawit dapat menambah devisa dan menciptakan lapangan kerja. luas perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia pada tahun 2009 mencapai + 7,12 juta ha dengan total produksi + 20,5 ton Crude Palm Oil (Anonim, 2010). Kelapa sawit juga dapat diolah menjadi berbagai produk industri dari hulu hingga hilir (Pahan, 2008). Menurut Badan

Pusat Statistik (2012), Crude Palm Oil (CPO) menyumbangkan 18,03% atau 17.261,2 juta US$ dari total jumlah ekspor sebesar 104.483,3 juta US$ (Anonim, 2012).Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi tanaman sawit dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha intensifikasi dilakukan antara lain dengan perbaikkan cara bercocok tanam yang tepat, melalui paket teknologi yang mampu memberikan output seoptimal mungkin dimana input diusahakan sekecil mungkin. Salah satu teknologi yang digunakan sekarang adalah anjuran atau rekomendasi pemupukan yang selama ini belum diaplikasikan menurut dosis yang sesuai para petani (Santrosayono, 2005).

Penggunaan pupuk organik dapat menjadi bahan alternatif untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan. Dalam upaya melestarikan dan mengembalikan kesuburan tanah tersebut perlu dilakukan upaya-upaya meningkatkan unsur hara denagan cara pemberian bahan organik. Penggunaan pupuk organik yang lebih efektif adalah dalam bentuk cair karena pupuk cair lebih mudah dimamfaatkan oleh tanaman. Bahan baku pupuk organik dapat berasal dari bahan padat denagan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair, sedangkan limbah padatnya dapat digunakan sebagai kompos (Murband 2007).

Lamtoro adalah salah satu tumbuhan yang dapat memiliki kandungan unsur hara yang tinggi yang sangat dibutuhkann oleh tanaman. Daun lamtoro mengandung 3,84 % N, 0,20% P, 0,206% K, 1,31% Ca, 0,33% Mg (Racham, 2002). Menurt Parlimbungan (2006) bahwa pupuk organik berupa daun lamtoro akan meningkatkan kesuburan tanah dan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam memperoleh berbagai macam unsur hara. Hal ini dipertegaskan oleh Susanto (2002) bahwa pupuk organik cair antara lain adalah kompos, ekstrak tumbuh-tumbuhan, fermentasi limbah air peternakan, fermentasi tumbuh-tumbuhan yang memiliki kandungan hara yang lengkap bahkan dalam pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermamfaat bagi tanaman, seperti asam humat, asam sulvat, dan senyawa-senyawa organik lain.

Menurut hasil penelitian Parlimbungan (2006) bahwa perlakuan pupuk organik cair lamtoro terhadap tanaman sawi memberikan hasil terbaik 250cc/1 pada pertumbuhan tinggi tanaman dan berat segar tanaman. Adanya respon terhadap pada tanaman sawi adalah akibat dari perbedaan level dosis yang diberikan. Pada dosis 250cc/1 air menunjukkan dosis yang paling sesuai sehingga pertumbuhan tanaman terpacu secara optimal. Aplikasi dosis kurang dari pada dosis 200cc/1 kurang/tidak memberikan pengaruh nyata.

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini telah dilaksanakan dilahan petani Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat dengan ketinggian 25 m di atas permukan laut dan dilakukan dari bulan Agustus-November 2013.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit Kelapa Sawit yang berasal dari petani seperti bibit. Sofi, Dampy, Tenera yang berumur 3 bulan, Tanah lapisan olah, pasir, pupuk organik cair, pupuk kompos, air, bambu dan polybag hitam (0,15 mm x 35 cm x 50 cm). Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : cangkul, parang, timbangan, handsprayer, tali, ember plastik, meteran dan lain-lain.

Percobaan dilakukan dengan menggunakn Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam bentuk faktorial. Faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair, yaitu : P0= 0 cc, P1= 100 cc, P2= 200 cc, P3= 300 cc, P4= 400 cc, P5= 500 cc. Faktor kedua adalah varietas Kelapa Sawit yang terdiri dari tiga varieatas yaitu VI = Tenera, V2 = Dampy dan V3= Sofi. Dari ketiga faktor diatas dihasilkan 18 kombinasi percobaan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 54 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 3 batang bibit sawit, maka jumlah bibit keseluruhan 172 bibit sawit.

Data hasil pengamatan dianalissi dengan uji F pada 5% jika F hitung lebih besar dari F tabel 5% maka dilanjutkan dengan Duncans New Multiple Range test (DMRT) pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan meliputi: persiapan tempat dan media tanam yaitu Areal tempat percobaan di bersihkan dari rerumputan, dan diratakan serta dibatasi dengan tali plastik. Selanjutnya dibuat petak percobaan dengan ukuran 60 x 60 cm sebanyak 54 unit percobaan, jarak antara satuan percobaan 50 cm.

Media yang digunakan adalah tanah lapisan olah dicampur dengan kompos dengan perbandingan 2:1 lalu masukan ke dalam Polybag 5 kg selanjutnya disusun pada petak percobaan. Pembuatan pupuk organic cair, pemilihan bibit yaitu Bibit sawit yang dipilih adalah bibit sawit yang normal yang telah berumur 3 bulan, bibit sebelum nya berada pada polybag kecil (pray nursery). Penanaman yaitu Jumlah bibit yang akan ditanam adalah 54 batang, bibit yang telah disediakan kemudian dipindahkan kedalam polybag percobaan kemudian disusun pada unit percobaan. Pemasangan Label. Perlakuan yaitu Penyemprotan pupuk organik cair dilakukan pada pagi hari dengan melakukan penyemprotan pada bagian atas daun sesuai dengan takaran dan dosis pada perlakuan dengan interval 1 kali seminggu dan Pemeliharaan dilakukan pada pagi hari dan sore hari guna mencegah kekeringan. Jika hari hujan maka penyiraman tidak dilakukan. Jumlah air siraman diberikan sama setiap plot sebanyak 2 liter/bibit/hari.

Parameter yang diamati: Pertambahan Tinggi Bibit, Lingkar Batang Bibit, Total Luas Daun, Pertambahan bobot Tanaman, dan Normalitas Bibit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertambahan Tinggi Bibit

Tabel 1. Pertambahan tinggi bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organic cair lamtoro terhadap beberapa varietas bibit kelapa sawit. Pupuk organik cair(cc/l) Varietas

Tenera Dampy Sofi

015.85 aA21.91 aB20.93 aB

10021.95 bA22.96 aB23.60 bB

20025.85 cA26.82 bB27.08 cC

300

400

50028.37 dA

30.56 eA

37.71 fA28.95 cA

31.95 dB

40.77 eB29.62 dB

33.89 Ec

43.79 fC

KK (%) = 2.67

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro secara bersaman menunjukkan sawit tertinggi terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit Pertambahan bibit kelapa sawit yang paling tinggi dari pemberian dosis 500 cc terdapat pada varietas sofi dengan nilai 43,79 Cm dan nilai terendah tanpa perlakuan diperoleh dari pemberian pupuk organik cair lamtoro pada varietas tenera dengan nilai 15,85 Cm. Perlakuan pemberian komposisi pupuk organik cair lamtoro mampu memberikan pertambahan lebih baik bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan pupuk organik cair lamtoro terhadap beberapa varietas bibit kelapa sawit, pemupukan bertujuan menambah unsur- unsur hara tertentu di dalam tanah yang tidak mencukupi bagi tanaman yang diusahakan. Pupuk yang sering digunakan antara lain pupuk N, P, K, Menurut Panji (2011), Pupuk organik cair (POC) yaitu pupuk organik dalam bentuk cair unsur hara yang terkandung didalamnya berbentuk larutan yang sangat halus sehingga sangat mudah diserap oleh tanaman, sekalipun oleh bagian daun atau batangnya. Oleh sebab itu selain dengan cara disiramkan pupuk jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman. Sumber bahan baku pupuk organik tersedia dimana saja dengan jumlah yang melimpah yang semuanya dalam bentuk limbah, baik limbah rumah tangga, rumah makan, pasar pertanian, peternakan, maupun limbah organik jenis lain. Walaupun hasilnya cukup menggembirakan penggunaan bentuk-bentuk organik tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Kandungan hara bentuk-bentuk organik yang rendah mengharuskan penggunaan bentuk-bentuk organik dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Pupuk organik cair yang bahan bakunya berasal dari tumbuh-tumbuhaan dan hewan. Pupuk organik sangat ramah lingkungan sehingga tidak akan mengakibatkan kerusakan daya dukung lingkungan termasuk aman bagi penggunanya sehingga meningkatkan protein pada tanaman serta pertambahan yang baik dan fotosintensis serta pertambahan akar.Linkar Batang

Tabel 2. Lingkar batang bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro terhadap beberapa varietas.

Pupuk organik cair (cc\l)VarietasRata-rata

Tenera Dampy Sofi

.................cm..................

0 3,35 3,57 3,98 3,63 a

100 3,79 3,98 4,13 3,97 b

200 4,48 4,95 5,37 4,93 c

300 6,13 6,53 7,07 6,58 d

400 7,68 8,10 8,2 7,99 e

500 8,77 9,17 9,65 9,20 f

Rata-rata 5,70 C 6,05 B 6,40 A

KK (%)=4,96

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.Pemberian pupuk organik cair lomtoro yang paling meningkat pada varietas sofi dengan rata-rata 6,40 cm sedangkan nilai terendah pada varietas tenera dengan nilai 5,70 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Panji (2011), pemberian pupuk organik cair lamtor memberikan pertambahan dan hasil yang baik pada tanaman serta mampu memningkatkan akar dan mampu membantu penyerapan unsur hara dan air dan menunjang perkembangan pada tanaman

Pemberian pupuk organik cair lamtoro pada tingkat 500 cc pada lingkar batang paling besar dibandingkan dengan pemberian pupuk organik cair lamtoro tingkat 0 400 cc. Hal ini disebabkan pupuk organik cair dapat meningkatkan unsur hara pada tanaman, khususnya dalam peranannya sebagai jaringan yang menghubungkan antara akar dan daun. Dengan tersedianya hara P dan K maka pembentukan karbohidrat akan berjalan dengan baik dan translokasi pati ke lingkar batang sawit akan semakin lancar, sehingga akan terbentuk lingkar batang bibit kelapa sawit yang baik Setyamidjaja (2006).

Total Luas Daun

Tabel 3. Total luas daun bibit kelapa kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro terhadap beberapa varietas.

Pupuk organik

cair (cc\l)Varietas

Tenera Dampy Sofi

.................cm..................

0 264,10 aA 336,73 aB 409,20 aC

100 476,67 bA 474,73 bA 548,73 bB

200 588,87 cA 606,70 cB 660,27 cC 300 677,87 dA 735,93 dB 806,00 dC 400 843,93 eA 933,60 eB 391,57 eC 500 107,87 fA 122,00 fB 123,77 fB

KK (%)=25,18

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.

Tabel 3 menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro yang terbaik dari perlakuan 0 cc sampai 500 cc terletak pada varietas sofi dan yang terendah terletak pada pemberian 0 cc sampai 400 cc terletak pada varietas tenera pemberian pupuk organik cair lamtoro berbeda sangat nyata pada total luas daun. Peningkatan total luas daun erat kaitannya dengan unsur hara terutama unsur N, P, dan Mg. Sesuai dengan pendapat Palimbungan (2001), bahwa unsur N sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun. Lankitan (2002) juga menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur utama dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan bagian vegetatif tanaman seperti daun, sedangkan fosfor berfungsi sebagai penyusun protein dan magnesium sebagai penyusun molekul klorofil berperan dalam proses fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan dapat ditranslokasikan untuk mendukung pertambahan pertumbuhan daun. Ketersediaan unsur hara makro seperti N, P, dan Mg pada Ultisol sangat tergantung pada pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat mempengaruhi total luas daun pada tanaman dan peningkatan total luas daun yang paling luas diperoleh dari komposisi pupuk yang paling tinggi.

Pertambahan Bobot TanamanTabel 4. Pertambahan bobot bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro terhadap beberapa varietas

Pupuk

organik cair (cc\l)VarietasRata-rata

Tenera Dampy Sofi

.................g..................

0 35,37 37,30 35,60 35,69 a100 34,86 34,04 33,02 33,97 b

200 31,18

30,60 29,82 30,53 c300 29,03 28,76 22,44 28,74 d400 27,18 26,46 26,12 26,59 e

500 25,18 24,15 22,30 24,05 f

Rata-raata 30,52 A 29,95 B 29,30 C

KK (%)=1,61

Angka-angka pada jalur dan baris yang berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%..

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro terhadap pertambahan bobot bibit kelapa sawit berbeda tidak nyata. Pertambahan bobot bibit kelapa sawit pada perlakuan pupuk organik cair lamtoro pada varietas Tenera dengan nilai 30,52 cc. Dan nilai terendah tanpa pemberian pupuk organik cair lamtoro pada varietas sofi dengan nilai 29,30 cc. Hal ini disebabkan karna penambahan bobot bibit kelapa sawit lebih dipengaruhui oleh faktor lingkungan terutama ketersedian airNormalitas Bibit

Berdasarkan pengamatan secara visual dan foto, ciri-ciri bibit normal antara lain: bibit tegak yaitu pelepah dan anak daun tegak dan kurang membuka dan pertumbuhan bibit terhambat tidak terdapat dalam percoban ini karena pertumbuhan bibit sawit meningkat sangat baik berdasar parameter pertumbuhan tinggi bibit Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan bibit normal dan tidak normal akibat pemberian pupuk organik cair daun lamtoro

Keterangan: A. Bibit tidak normal terletak pada varietas tenera

B. Normal pada varietas sofi Pada Gambar 1 bibit normal dan tidak normal akibat pemberian pupuk organik cair daun lamtoro pada dosis 500 cc sangat baik pada varietas sofi sedangkan untuk varietas tenera dengan pemberian dosis 0 cc kurang baik.

Gambar 2. Penempatan bibit sawit dilahan percoban

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa jarak antara polybag dan antar baris sudah cukup baik, dapat dilahat pada pertambahan tinggi bibit tanaman yang tumbuh dengan baik dan perkembangan bagus. Daun seperti rumput tidak ditemukan pada percoban ini dikarenakan pada fase pertumbuhan daun di main nursery sudah berkembang dengan baik.

Gambar 3. Pengukuran lebar daun dan tinggi bibit kelapa sawit. Keterangan: A. Pengukuran lebar daun bibit kelapa sawit

B. Pengukuran tinggi bibit kelapa sawit

Pada gambar 3 tinggi bibit kelapa sawit dan lebar daun kelapa sawit akibat pemberian pupuk organik cair daun lamtoro dapat menambah lebar daun dan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit karna pupuk organik cair daun lamtoro sudah mengadung usus N yang tinggi. Sesuai pendapat Palimbungan (2001), bahwa unsur N sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun serta tinggi tanaman

DAFTAR PUSTAKA

Anomin, 2012. Sumatera Barat Dalam Angka 2010.PadangAnonim, 2006. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Budidaya Kelapa Sawit. PPKS. Medan. 153 hal.

Anomin, 2008. Luas Lahan Perkebunan Dan Lahan Non Perkebunan Pasaman Barat

Anomin, 2000, Ekspor CPO Indonesia Terancam Turun.Indocomercial.No.257,1 1 September 2000.

Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 2002. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara.

Jakarta. 750 hal.

Brady, N.C dan Weil, R. 2002. The Nature and Properties of Soil Thirteenth Edition. Prentice Hall Upper River. New Jersey. P. 391-434.Darmosarkoro. W. 2006. Towards sustainable oil palm industry in Indonesia. International Oil Palm Conference.Nusa Dua-Bali June 19-23. p 1-12.Darmosarkoro, W., Akiyat., Sugiyono., dan E.S. Sutarta. 2008. Pembibitan Kelapa Sawit. CV Mitra Karya. Medan. Indonesia. 51 hal.

Fauzi, Y., E. Yustina., Widyastuti., S. Iman., H.,R. 2002. Budidaya dan Pemanfaatan Hasil Limbah Kelapa Sawit hal 236, Jakarta.Hidayat, T.C., G. Simangunsong., Eka, L., dan Iman Y.H. 2007. Pemanfaatan Berbagai Limbah Pertanian untuk Pembenah Media Tanam Bibit Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol.15 (2). PPKS. Medan. hal. 185.

Koedadiri, A.D., W. Darmosarkoro., dan E.S. Sutarta. 1999. Potensi dan Pengolahan tanah Ultisol Pada Beberapa Wilayah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Kongres Nasional VII HITI. 2- 4 November 1999. Bandung. 24 hal.Lubis, A.U.2008.Kelapa Sawit (Elais Guieensisjacq) diIndonesia Edisi 2.432 hal.

Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 95 hal.Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 408 hal.Murband, L. 2003. Membuat Kompos Penebar Swadaya.Jakarta. 54 hal.Parnata, A Styamidjaja,2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya,Panen dan Pengolahan Kanisius,Yogyakarta.127 hal 3.Pahan,1.2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta:Penebar SwadayaParnata. A. S. 2004. Pupuk organik cair aplikasi dan mamfaatnya. Agromedia pustaka. Jakarta.Palimbungan N., 2006. Pengaruh ekstra daun lamtoro sebagai pupuk organik cair terhadap pertumbuhan.Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 404 hal.Prasetyo S., 2007, Pertanian organik gerakan bawah tanah petani Indonesia melawan revolusi hijau.Panji nugroho, 2011, Panduan membuat pupuk kompos cair, Makasar. 204 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 halSuratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta.Sastrosayono.S, 2008.Budidaya Kelapa sawit Kiat mengatasi Permasalahan Praktis, Jakarta.Siswanto, 2004. Tanggapan pertumbuhan, sarapan hara dan morfologi terhadapcekaman kekeringan pada bibit kelapa sawit yang bersembiosis dengan FMA desertasi sekolah pasca sarjana , Instituti pertanian Bogor Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Reneka Cipta. Jakarta. 177 hal.

Sutarta, E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara dan sumber hara pada tanaman kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. hal. 79 90.

Shancez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid I. Terjemahan Johara T. Jayatina. ITB Bandung. 67 hal.

Tim Pengembangan Materi LPP.2000. Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Pertama.Yogyakarta.

Tan, K. H. 2003. Humic Matter in Soil and the Environment. CRC Press. New York. 408 p.Tan, K.H. 2011. Principles of Soil Chemistry (2nd Ed). CRC Press. New York.343 pWinarna, W. Darmosarkoro, dan E.S Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. hal. 113-131. A

B