jurnal pengembangan wilayah

11
JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011B UNIVERSITAS GUNADARMA Pengembangan Kawasan La Defense sebagai Perluasan Kota Paris (STUDI KASUS : La Defense, Paris) R.R. Tara Sthira Sakalabhuana Tustikarana Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma ABSTRAK Paris La Défense sebagai pusat bisnis khusus terbesar di Eropa, berasal dalam skema utopis awal abad ke-20 dan langsung berkembang pesat pada tahun-tahun pasca perang. Kawasan ini berfungsi sebagai struktur perusahaan dari kebutuhan desain kantor yang telah bergeser, namun monumentalitas dan formalisme utopis dari Rencana induk 1950 gagal untuk mengakomodasi kebutuhan modal. Sebagai proyek yang dikembangkan pada 1970-an, Paris La Defense bergeser menjadi sebuah kondisi lapangan terbuka dan fleksibel yang didukung oleh jaringan transportasi intens, energi dan informasi. Menggunakan tulisan-tulisan Le Corbuzier dan Weber sebagai referensi, penelitian ini membahas pergeseran dalam pemikiran desain yang berlangsung di akhir 1960-an, sebagai proyek evolusi dari Beaux-Arts terinspirasi komposisi patung untuk infrastruktur terbuka dan fleksibel yang memungkinkan La Défense untuk melanjutkan pertumbuhannya yang stabil meskipun terjadi penurunan ekonomi. La defense berhasil mengembangkan kawasan-kawasan sekitarnya sebagai kota pendukung dari kota Paris dengan berpedoman pada sistem pengembangan wilayah dengan konsep smart growth dalam mengatasi pesatnya pertumbuhan pnduduk. Perencanaan pengembangan wilayah kawasan sekitar Paris La Defense perlu berintegrasi dengan pemerintah dan masyarakat guna mewujudkan kawasan yang saling bersinergi. Kata kunci : Paris La Défense, Courbevoie, pengembangan wilayah, smart growth. 1. Pendahuluan 1

Upload: raden-roro-tara

Post on 20-Feb-2016

45 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pengembangan wilayah grand paris

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Pengembangan Wilayah

JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011BUNIVERSITAS GUNADARMA

Pengembangan Kawasan La Defense sebagai Perluasan Kota Paris (STUDI KASUS : La Defense, Paris)

R.R. Tara Sthira Sakalabhuana TustikaranaJurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Gunadarma

ABSTRAKParis La Défense sebagai pusat bisnis khusus terbesar di Eropa, berasal dalam skema utopis awal abad ke-20 dan langsung berkembang pesat pada tahun-tahun pasca perang. Kawasan ini berfungsi sebagai struktur perusahaan dari kebutuhan desain kantor yang telah bergeser, namun monumentalitas dan formalisme utopis dari Rencana induk 1950 gagal untuk mengakomodasi kebutuhan modal. Sebagai proyek yang dikembangkan pada 1970-an, Paris La Defense bergeser menjadi sebuah kondisi lapangan terbuka dan fleksibel yang didukung oleh jaringan transportasi intens, energi dan informasi. Menggunakan tulisan-tulisan Le Corbuzier dan Weber sebagai referensi, penelitian ini membahas pergeseran dalam pemikiran desain yang berlangsung di akhir 1960-an, sebagai proyek evolusi dari Beaux-Arts terinspirasi komposisi patung untuk infrastruktur terbuka dan fleksibel yang memungkinkan La Défense untuk melanjutkan pertumbuhannya yang stabil meskipun terjadi penurunan ekonomi. La defense berhasil mengembangkan kawasan-kawasan sekitarnya sebagai kota pendukung dari kota Paris dengan berpedoman pada sistem pengembangan wilayah dengan konsep smart growth dalam mengatasi pesatnya pertumbuhan pnduduk. Perencanaan pengembangan wilayah kawasan sekitar Paris La Defense perlu berintegrasi dengan pemerintah dan masyarakat guna mewujudkan kawasan yang saling bersinergi.Kata kunci : Paris La Défense, Courbevoie, pengembangan wilayah, smart growth.

1. Pendahuluan

La Defense merupakan pinggiran kota penting Paris dan salah satu pusat bisnis terbesar di dunia. Pemekaran kota ini dibangun di ujung barat perpanjangan poros bersejarah Paris ke barat dari Champs-Élysées, La Défense kebanyakan berisi bangunan tinggi bisnis. Diresmikan pemerintah Perancis tahun 1958, distrik ini memiliki 3.5 juta m² perkantoran, menjadikannya distrik terbesar di Eropa yang dibangun khusus untuk bisnis. Grande Arche (Gerbang Besar) menjadi bagian dari kantor pusat Kementerian Transportasi Perancis, berakhir di sekitar Esplanade.Pada tahun 1929 pengembang Leonard Rosenthal termasuk Le Corbusier menyelenggarakan sebuah kompetisi untuk tanah dekat Porte Maillot sekitar Place de la Demi-Lune, yang kemudian akan menjadi La Défense. Meskipun rendering aslinya hilang, Le Corbusier mengerjakan ulang ide-idenya di sketsa dan catatan untuk kompetisi yang telah dimasukkan dalam bukunya Ville Contemporaine 1922 dan diterbitkan dalam bukunya Urbanisme, 1925 agar bisa kita baca.Pembangunan dua kantor menara bertingkat tinggi membingkai pandangan Arc de Triomphe pada sumbu Le Notre. Pejalan kaki dapat terus berjalan melewati jembatan yang menghubungkan plaza, lembaran reticulated mid-rise, yang disebut Le Corbusier lotissements à redents sebagai menara bingkai dasar, terdapat pula perumahan-perumahan apartemen atau

1

Page 2: Jurnal Pengembangan Wilayah

JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011BUNIVERSITAS GUNADARMA

villa Immeubles yang juga menyediakan cochere porte untuk mobil, Le Corbusier akan membangkitkan tanah di atas, untuk menjamin akses mobil ke dua gedung pencakar langit, dan memberikan akses ke berbagai toko dan lainnya ruang komersial, sebuah lapangan terbuka beton bertulang, diaspal seluruhnya dengan marmer, yang akan berisi promenade publik yang megah, elegan kafe, menghadap Bois de Boulogne dan lanskap yang dikelilingi oleh arsitektur modernis tinggi dengan efek yang menarik baik siang atau malam hari.Keputusan untuk menghapus bangunan dengan sukarela mengubur atau menghancurkannya dengan pembaharuan untuk merehabilitasi atau merenovasi bangunan lama adalah hasil dari keinginan bersama dari kelompok-kelompok lokal. Memori kota ada melalui tanda dan jejak aktor lokal. Hal ini tidak dapat secara fisik dihapus. Kita dapat mengidentifikasi kota yang "penuh jejak dan tanda" dari cerita berupa slogan dan foto rekam jejak pembangunan, yang telah dibentuk oleh perubahan sosial dan spasial dan keberadaan bangunan tersebut berubah menjadi transformasi abadi yang terdiri dari beragam bangunan dari berbagai kelompok sosial yang mengaktifkan ingatan dari suatu tempat. Pada ujung spektrum terdapat kota tanpa memori yang seperti kota-kota baru atau kota yang telah direncanakan mengalami kesulitan menemukan jati diri di masa sekarang dan masa depan.

Gambar 1. Pegembangan Kota La Defense

2. Kajian TeoriMenurut, Friedmann (1991 dalam Glasson, 1997) mendefinisikan pembangunan regional sebagai pembangunan ekonomi, peningkatan pendapatan, lapangan kerja dan kesejahteraan. Serta dalam melakukan manajemen pembangunan kawasan regional, disebutkan bahwa kekuatan dalam menentukan keputusan yang bersifat mengikat kota dan daerah (multiplycity) dan suatu kawasan/region tersebut merupakan faktor yang paling penting. Menurut Soegijoko (1997) bahwa timbulnya regional planning akibat adanya pertumbuhan kota‐kota yang semakin pesat yaitu semenjak adanya tekanan urbanisasi. Yang berupa semakin padatnya daerah‐daerah slums, kongesti lalu lintas, pengangguran di kota‐kota dan perumahan liar di kawasan pinggiran kota. Persoalan ini menurut Soegijoko (1997) menunjukkan perlunya hubungan keseimbangan antara daerah rural dan urban. Menurut Brenann (1992 dalam Dharmapatni 1997) disebutkan bahwa isu utama dalam menghadapi mega urban region adalah bukan terletak pada ukuran kota tetapi pada urban management (pengelolaan kota) yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi dan meminimalkan eksternalitasnya.

Manajemen Pengendalian Megacity di AsiaMenurut Laquian (2004) berdasarkan studi yang dilakukannya pada kota‐kota yang mengalami mega‐urbanisasi di kawasan Asia Pasifik antara lain: Tokyo, Mumbai, Calcuta,

2

Page 3: Jurnal Pengembangan Wilayah

JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011BUNIVERSITAS GUNADARMA

Shanghai, Dhaka, Karachi, Delhi, Beijing, Osaka, Metro Manila and Seoul. Menyatakan bahwa dalam pengelolaan kawasan perkotaan yang mengalami mega‐urbanisasi diperlukan beberapa langkah pengendalian agar kawasan kota tersebut mengalami keberlanjutan lingkungan hidup. Langkah tersebut adalah :

1. Pengendalian pertumbuhan dengan model “Smart Growth”, pertumbuhan dengan model smart growth memiliki beberapa elemen kunci yaitu : 1) Konsentrasi pembangunan ekonomi dan sosial pada kawasan yang memiliki kepadatan tinggi, 2) Preservasi kawasan ruang terbuka hijau, lahan pertanian, kawasan hutan dan kawasan ekologi kritis, 3) Perencanaan kawasan pusat jamak atau permukiman kawasan hinterland dalam konteks regional, 4) Provisi terhadap berbagai macam transportasi, 5) Pelibatan masyarakat, kelompok masyarakat, swasta dan stakeholder yang lain dalam formulasi, adaptasi dan eksekusi kebijakan dan strategi smart growth.

2. Mengembangkan lebih banyak kawasan‐kawasan ekonomi khusus, industri estate, dan kawasan high‐tech lainnya untuk membagi perkembangan kawasan pemukiman. Pengembangan kawasan‐kawasan ekonomi dan industri yang tertutup pada sekitar kawasan pemukiman secara tidak langsung akan memisahkan aktifitas perumahan dan industri. Konservasi kawasan pertanian dan perawatan/mempertahankan eksistensi ruang terbuka dengan tujuan mereduksi limbang gas buangan pada kawasan industry dan pertambangan.

Teori Lokasi Alfred Weber seorang ahli ekonomi Jerman menulis buku berjudul Uber den Standort der Industrien pada tahun 1909. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1929 oleh C.J. Friedrich dengan judul Alfred Weber’s Theory of Location of Industries. Weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Menurut Evers (1985), Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum oleh karena itu Asumsi teori weber adalah :1.   Masukan atau lokasi bahan baku terletak pada lokasi yang tetap.2.   Pasar juga terletak pada lokasi yang tetap.3.   Para produsen menghadapi persaingan murni dalam membeli semua masukan dan

menjual keluaran-keluaran. 4.   Terdapat jaringan transport yang sama. Dimana pada jaringan ini memungkinkan

masukan dan keluaran dipindahkan di segala arah dengan tarip tetap per satuan jarak. Menurut Weber, ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu :a. Biaya transportasi merupakan faktor regional yang bersifat umum.b. Upah tenaga kerjac. Dampak aglomerasi dan deaglomerasi bersifat lokal dan khusus. Weber berbasis kepada beberapa asumsi utama, antara lain:1)   Lokasi bahan baku ada di tempat tertentu saja (Given),2)   Situasi dan ukuran tempat konsumsi adalah tertentu juga, sehingga terdapat suatu

persaingan sempurna,3)  Ada beberapa tempat pekerja yang bersifat tak mudah bergerak (Immobile).

Weber juga menjelaskan mengenai adanya gelaja aglomerasi industri. Gejala aglomerasi merupakan pemusatan produksi di lokasi tertentu. Pemusatan produksi ini dapat terjadi dalam satu perusahaan atau dalam berbagai perusahaan yang mengusahakan berbagai produk. Aglomerasi adalah pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri. Aglomerasi primer di mana perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama, dan aglomerasi sekunder jika

3

Page 4: Jurnal Pengembangan Wilayah

JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011BUNIVERSITAS GUNADARMA

perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama. Sedangkan Deglomerasi adalah suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang terpisah dari kelompok lokasi perusahaan lain.

3. Metode PenelitianPendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalisme yang bersumber pada teori dan kebenaran etik. Pendekatan ini menggunakan rasionalisme dalam penyusunan kerangka konseptualisasi teoritik dalam memberikan makna dari hasil penelitian. Jenis Penelitian Gejala yang diteliti adalah fenomena permasalahan yang terjadi pada pengembangan wilayah di La Defense yang bertumpu pada sektor bisnis sebagai sektor basisnya. Sektor bisnis dianggap belum memberikan kontribusi maksimal dalam pengembangan wilayah. Fakta-fakta dan sifat yang ingin diketahui adalah mengenai faktor potensial pengembangan industri berbasis bisnis, prioritas pengembangan wilayah berbasis pusat bisnis dan kantor pusat transportasi di La defense dengan mengelompokkan kota-kota dalam klaster-klaster bisnis, dan terakhir adalah merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis perkantoran di La Defense. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survey sekunder. Teknik analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dan kuntitatif dan kuantitif dengan metode deskriptif.

4. PembahasanPada tingkat kelembagaan, proyek Grand Paris pemerintah akan menggabungkan Paris dan département administrasi pinggiran dalam kota sejalan dengan keinginan untuk reformasi kota legislatif. Skema ini bertentangan dengan Paris Métropole, yang merupakan asosiasi bersama yang meliputi Kota Paris, wilayah Ile-de-France dan beberapa lusin otoritas lokal di aglomerasi yang yang cenderung telah berhaluan kiri dari pemerintah daerah. Hal ini juga menentang rencana pengembangan garis baru Ile-de-France kawasan (SDRIF), juga didukung oleh oposisi. Finansial proyek bisa menghasilkan distribusi yang lebih baik dari pajak bisnis kota. Hal ini adalah masalah bagi kota-kota yang telah memperoleh manfaat dari La Défense sejak pembentukannya, termasuk Courbevoie, yang memiliki banyak layanan publik dan pajak perumahan yang rendah. Berbicara tentang ini sedang berlangsung. Baru-baru ini, Sekretaris ditunjuk oleh pemerintah Negara yang bertanggung jawab atas pembangunan di Paris dan sekitarnya (yang berarti orang tersebut adalah kuasi-menteri) yang disarankan menciptakan kutub ekonomi utama di sekitar Paris, serta penciptaan jaringan transportasi utama untuk Grand Paris yang akan menghubungkan kutub ke bandara dengan stasiun kereta api dengan kecepatan tinggi dan pusat kota Paris. Menteri Luar Negeri juga telah menyerukan pembentukan sebuah otoritas publik yang bertanggung jawab atas pengembangan, perencanaan kota dan penciptaan klaster kompetitif, misalnya klaster ilmiah dan kelompok keuangan untuk pengembangan kawasan La Défense.

4

Page 5: Jurnal Pengembangan Wilayah

JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011BUNIVERSITAS GUNADARMA

Gambar 2. Master Plan Grand Paris Courbevoie sebagai klaster finansial untuk Kawasan La Defense

(Source : Law report on the Grand Paris, may 2010)

Secara keseluruhan, kotamadya Courbevoie mendukung proyek Grand Paris yang memungkinkan pengoperasian La Défense dilanjutkan tanpa pertumbuhan ekonomi, tidak ada distribusi tanpa ada sinerdi dengan lingkungan sekitarnya. Tampaknya bahwa meskipun pemerintah kota ingin melanjutkan manfaat dari La Défense, mereka tidak lagi ingin menjadi sasaran dalam tiga dekade setelah Perang Dunia II. Sikap hati-hati tentang kebijakan pemerintah yang, sejak tahun 2000, cenderung mengurangi jumlah kota lokal di Perancis dan mempromosikan konsolidasi kota. Courbevoie telah mulai bekerja konsolidasi dengan Puteaux dan terlibat dalam pemikiran strategis dengan lima kota-kota lain di département. Istilah telah hati-hati ditetapkan. Hal ini karena terkait dengan La Défense. Courbevoie juga tunduk pada proyek Grand Paris yang bertujuan untuk mengubah Paris aglomerasi perkotaan menjadi sebuah metropolis global besar. Proyek ini fokus pada tender internasional yang sangat mediatized untuk ide-ide arsitektur. Konkretnya, hal itu sesuai dengan penciptaan pemerintah dari jaringan transportasi yang menghubungkan kutub ekonomi utama di sekitar Paris. Sebuah perusahaan bernama Société du Grand Paris diciptakan untuk membangun kereta bawah tanah otomatis baru di pinggiran Paris .

Gambar 3. Lokasi Courbevoie sebagai Pengembangan Kawasan La Defense

5

Page 6: Jurnal Pengembangan Wilayah

JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011BUNIVERSITAS GUNADARMA

Sejak tahun 2005, rencana pembaruan atau strategi regenerasi, telah menjadi salah satu prestasi dan modernisasi didirikan untuk meningkatkan kontribusi La Defense terhadap perekonomian. renovasi beberapa bangunan tinggi utama dan peningkatan daerah pusat di sekitar alun-alun, diharapkan La Défense akan memperkuat posisinya sebagai perdana menteri Eropa kawasan bisnis dan terus menarik korporat internasional. Penekanan konsultasi sekitar Grand Paris memperkuat strategi La Défense ini, menginterogasi model perkotaan sementara, berdasarkan nilai baru metropolitan yang dieksplorasi menyusul serangkaian kompetisi dan studi yang mengungkapkan tantangan utama untuk evolusi lingkungan sebagai berikut ini :

1. Pembangunan berkelanjutan (transformasi menara dan peningkatan sirkulasi),2. Keragaman Sosial (dalam perimeter tetapi juga sehubungan dengan populasi

metropolitan yang lebih luas),3. Identitas Teritorial dan posisi di metropolitan daerah (hubungan dengan Paris dan kota-

kota perifer),4. Peningkatan kepadatan situs, yang disebabkan oleh dramatis ketinggian menara (re-

address alasan dari menara dan program mereka),5. Gagasan "haut lieu" (landmark) dan hubungan dengan lanskap (Seine, budaya dan

pemandangan di malam hari).6. Tantangan-tantangan ini diwujudkan dalam serangkaian besar proyek yang menekan

meskipun krisis keuangan.7. Sifat yang menarik dari La Défense dan kemampuannya didefinisikan secara

kontemporer dan visioner dengan pembangunan menara baru, renovasi properti komersial, pengembangan ruang untuk latihan dan acara budaya dan evolusi perencanaan dan manajemen struktur.

Jawaban atas perencanaan kota yang dikenakan ini sekaligus terdiri dalam integrasi kantor dengan menara tinggi dari La Defense yang semakin dekat dengan model futuristik Grand Paris. Pendekatan pertama menyebabkan pembentukan luas menara tinggi baru di sepanjang sabuk jalan raya, yang akan menarik perusahaan-perusahaan multinasional besar untuk memperoleh alamat dan pintu masuk publik di sepanjang jalan (sebuah konsep yang telah menghilang dari wacana modernis). Tetapi juga sebaliknya mengakibatkan pembangunan dua model bangunan perumahan bertingkat tinggi untuk keluarga berpenghasilan sangat tinggi dekat jembatan Neuilly (menara Hermitage, kontraktor utama: Skenderov; arsitek: Foster), ini berarti bahwa keluarga miskin yang tinggal di perumahan publik harus pindah. Proyek ini merupakan bagian dari ide pemerintah untuk kelompok finansial. Ada risiko bahwa harga real estate sangat tinggi terkait dengan operasi ini akan menarik kelompok pendapatan yang sangat tinggi lain dan bahwa proyek ini akan memiliki knock-on efek pada harga di pasar lokal biasa. Namun detil ini tampaknya menjadi masalah kecil dibandingkan dengan "keindahan" dari proyek yang secara simbolis menandai pintu masuk ke Courbevoie. Demikian pula, proyek tower Phare (arsitek: Tom Mayne) diumumkan pada tahun 2009 oleh Presiden Perancis untuk meresmikan pembaharuan La Défense. Saat ini menjadi subyek perdebatan sengit karena memiliki ketinggian 350 m dan bangunan tersebut akan menciptakan masalah lingkungan. Tetapi kawasan tersebut terletak di kotamadya tetangga Puteaux dan terbagi di Courbevoie, dan termasuk di antara kelompok mayoritas kota. Pemerintah kota telah terang-terangan melakukan intervensi tidak dengan walikota, tetapi telah secara diskrit mendorong penduduknya untuk mengekspresikan pendapat mereka selama studi kelayakan sebelum pemberian izin bangunan.

6

Page 7: Jurnal Pengembangan Wilayah

JURNAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (TARA)SARMAG SIPIL 2011BUNIVERSITAS GUNADARMA

5. KesimpulanKasus Courbevoie tampaknya jelas mencerminkan ingatan berat dalam membangun proyek kota, sebuah kota yang mengabaikan ingatan kolektif dan kesinambungannya dengan kota sekitarnya tidak akan mampu untuk mengembangkan sebuah proyek yang memiliki latar belakang penghuninya. Jika kota sekitarnya tidak diperhitungkan, risiko deterritorialization, terhadap yang terpilih pejabat bereaksi dalam upaya untuk mengembangkan kebijakan yang dinegosiasikan sebagai kontrol atas perencanaan kota, mungkin melayang ke arah museumification, yaitu regulasi yang ketat dari kondisi di mana kota dan warisan berkembang. Pada tingkat teoritis, jelas bahwa bahkan dalam konteks futuristik Grand Paris, cerita perkotaan disimpan oleh kelompok-kelompok lokal dan terus menimbang berat pada saat ini. Ini menegaskan relevansi melintasi pendekatan kognitif dan analisis strategis, khususnya kelompok lokal terbaik yang menetap. Untuk geografi perkotaan sangat penting untuk melihat bahwa identitas lokal ternyata rapuh ketika bersandar pada ruang memori yang sah membangkitkan lebih divisi dari kohesi. Tapi dalam konteks persaingan antar kota dan proyek-proyek besar perkotaan seperti yang dari Big Paris, dimensi ini tampaknya kecil. Setidaknya, itu sangat disayangkan bahwa memori kolektif tidak dimasukkan ke dalam proses konsultasi yang luas tentang masa depan Grand Paris.

6. ReferensiATKINSON M., COLEMAN W. (1989), Strong states and weak states : sectoral policy network in advanced capitalist Economies, British Journal of Political Science, 19 (1), p. 46-67. BERGER P-L., LUCKMANN T. (1966), The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge, Garden City, NY, Anchor Books. DORMOIS R. (2007), Creativity in the Governance of The European Industrial Cities : Process, Outputs and Limits, Proceeding of the 11th of the International Society for the Study of European Ideas. ERLL A. (dir) (2008) Cultural Memory Studies: An International and Interdisciplinary Handbook, London, Walter de Gruyter. FLORIDA R. (2003), The Rise of the Creative Class: And How It's Transforming Work, Leisure, Community and Everyday Life, New York, Basic books. GAUDIN J-P. (1999), Gouverner par contrat, l'action publique en question. Paris, Science Po. Matias, Siagian . 2005 .Nick Roberts, 2011, La Defense : From Axial Hierarchy to Field Condition, Woodburry University. Affandi, M. Irfan . (2009) . Konsentrasi Spasial, Kekuatan Aglomerasi dan Klaster Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung . Universitas LampungCrawley, Andrew James and Stephen Hill . (2010 ). Is Industrial Agglomeration Increasing? New Evidance from a Small Open Economy. Cardiff Business School, Cardiff University, Cardiff, UK, and Business Faculty, Sohar University, Sohar, Sultanate of OmanYankel FIJALKOW, (2010) Journal of Urban and Regional Analysis, vol. II, 2, , p.7 – 18, UMR LAVUE CNRS 7218,Paris,France.

7