jurnal pak faz

13
Teknik Penyaliran Burr Hole Dibandingkan Teknik Kraniotomi Pada Kasus Hematom Subdural Kronis: Analisa Hasil Pasien dan Dampak Kerugiannya.

Upload: andreas-nickolaus-ola

Post on 14-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Teknik Penyaliran Burr Hole Dibandingkan Teknik Kraniotomi Pada Kasus Hematom Subdural Kronis: Analisa Hasil Pasien dan Dampak Kerugiannya.

Teknik Penyaliran Burr Hole Dibandingkan Teknik Kraniotomi Pada Kasus Hematom Subdural Kronis: Analisa Hasil Pasien dan Dampak Kerugiannya.AbstrakHematom Subdural Kronis (HSK) yang mana sering ditemukan pada kasus-kasus bedah syaraf, pada banyak kasus secara ideal diterapi dengan teknik drainase. Meskipun sudah lazim dilakukan, masih banyak perdebatan mengenai tindakan bedah manakah yang terbaik. Karena kurangnya bukti-bukti yang jelas mengenai teknik yang mumpuni, para ahli bedah berhak menetapkan keputusan berdasarkan faktor-faktor lainnya yang tidak terkait kepada perawatan pasien. Sebuah tinjauan pada bagan yang menampilkan hasil dari 119 pasien Hematom Subdural Kronis (HSK) yang membutukan perawatan bedah drainase dilakukan di pusat pelayanan kesehatan tersier selama periode 3 tahun.

Hasil dari kasus tersebut disimpulkan bahwa 53 pasien menjalani bedah krainotomi, sedangkan 61 lain nya akan menjalani teknik penyaliran burr holeTeknik pengaliran lubang bur lebih unggul jika dibandingkan dengan teknik kraniotomi yang telah memberikan hasil akhir yang baik, lama pasien dirawat dan tingkat rekurensi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, teknik penyaliran burr hole lebih unggul baik untuk hasil akhir klinis dan beban biaya. Walaupun demikian, masih diperlukan penelitian penelitian klinis jangka panjang dari berbagai aspek untuk menunjang dan memastikan penelitian yang telah kami lakukan.

PendahuluanHematom Subdural Kronis (HSK), sebuah penyakit bedah syaraf yang secara umum sedang berkembang. HSK secara mudah didiagnosa melalui analisa CT scan non kontras. 3 dari 100.000 orang diperkirakan menderita HSK dan insidensi penyakit ini meningkat di antara kaum lansia. Meskipun ada kesepakatan di antara para ahli bedah bahwa teknik bedah drainase merupakan teknik yang mencukupi untuk perawatan terhadap kasus-kasus tersebut, teknik operasi yang ideal seseungguhnya masih merupakan suatu perdebatan tersendiri.Tindakan- tindakan yang paling umum dilakukan untuk perawatan HSK diantaranya adalah teknik pengeburan kraniostomi, drainase penyaliran burr hole singular atau multipel, dan kraniotomi.

Hasil penelitian baru-baru ini menunjukan bahwa teknik drainase penyaliran burr hole merupakan teknik yang lebih unggul jika dibandingkan dengan pengeburan kraniostomi dan kraniotomi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan berbagai macam teknik prosedur, berdasarkan tingkat rekurensi yang lebih lendah ataupun juga hasil akhir klinis yang baik, yang dimana akan banyak dari kasus-kasus kraniotomi yang telah dilakukan di lembaga kami.

MetodePenelitian ini bersifat retrospektifSebanyak 123 pasien di identifikasi, dengan 4 diantaranya di eliminasi dari penelitian ini dikarenakan sebab-sebab sebagai berikut: aneurisma yang tidak terdeteksi, leukemia aktif, pasien dengan katup ventrikuloperiotenal yang aktif.

TUJUANTujuan utama dari penelitian ini mencakup analisa angka tindakan re operasi (operasi ulang) dan derajat mortalitas. Yang kedua mencakup durasi/ lama rawat inap paska operasi dan derajat morbiditas, yang diukur berdasarkan GCS paska operasi, skala disabilitas rankin, dan angka pasien pulang.

Untuk mengkaji tujuan pertama dan kedua, diperlukan nilai rata-rata yang dibandingkan dengan menggunakan 2 sampel t-tes. Perbandingan dari jenis operasi yang dilakukan menggunkan Z-tes. Keseluruhan uji tersebut dibagi dalam 2 kelompok dan dikalkulasikan menggunakan piranti lunak milik IBM yakni analisa statistic SPSS. Dalam seluruh keadaan, sebuah probabilitas (P) yang bernilai kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara prinsip ilmu statistik.HasilSelama 3 tahun penelitian di lembaga kesehatan tersier, sebanyak 119 pasien menjalani tindakan 160 HSK yang dilakukan oleh 10 bedah syaraf. Kelompok teknik kraniotomi terbagi atas 58 pasien yang menjalani 80 kraniotomi, 7 yang membutukan kraniotomi bilateral, 14 pasien yang kembali ke ruang operasi, dan 1 pasien yang membutuhkan 2 tindakan operasi tambahan. Sebanyak 61 pasien dari kelompok teknik penyaliran burr hole juga membutuhkan 80 kali prosedur sebanyak 13 pasien yang menjalani drainasi bilateral dan 4 pasien yang pada akhirnya dibawa kembali ke ruang operasi dimana 2 diantaranya membutuhkan re drainase pada ke dua sisi. Pasien-pasien yang menjalani teknik penyaliran burr hole,70 (87,5%) menjalani pembuatan 2 buah lubang bur, 9 (11,25%) menjalani 1 buah lubang bur, dan 1 orang menjalani pembuatan 3 lubang bur dengan tambahan di sebelah temporal.

Pada tabeL diatas ditampilkan Rasio Tindakan re operasi yang cukup signifikan antara kedua kelompok (P=0.0156). Tindakan re operasi (operasi ulang) terutama disebabkan karena sisa-sisa dari hematom kronis subdural tersebut yang tidak disertai dengan peningkatan simptomatis kondisi pasien maupun juga bisa karena pendarahan akut sekunder (selama dan setelah proses operasi). Sebanyak 4 pasien (6.6%) dari kelompok penyaliran burr hole harus kembali ke ruang operasi untuk menjalani operasi ulang untuk di re evaluasi sisa-sia hematon yang ada dalam jaringan atau karena adanya pendarahan akut yang disebabkan karena operasi yang pertama. Dari 4 pasien tersebut, 2 diantaranya harus menjalani terapi kraniotomi dan 2 lain nya hanya membutuhkan pembukan kembali dan irigasi dari lubang bur yang sebelumnya. Sebanyak 14 pasien (24,1%) yang menjalani tindakan kraniotomi harus menjalani operasi ulang karena alasan-alasan yang sama di atas. Hanya 1 dari 14 pasien tersebut yang herus membutuhkan 2 tindakan operasi tambahan. KesimpulanTelah dijelaskan bahwa masih terdapat kontroversi tentang teknik operasi yang optimal untuk perawatan kasus hematom subdural kronis. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya sumber-sumber literature yang membahas teknik-teknik operasi yang tidak hanya semata-mata dilihat berdasarkan hasil akhir pasien. Banyak pasien yang tetap memilih prosedur kraniotomi untuk penanganan kasus HSK. Akan tetapi, melihat hasil penelitian ini bahwa teknik penyaliran burr hole lebih unggul dibandingkan dengan teknik kraniotomi dilihat hari hasil akhir pasien, rasio re operasi, durasi rawat inap. Dari sisi biaya, pasien dengan teknik kraniotomi akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dibanding pasien dengan teknik penyaliran burr hole dikarenakan masa operasi yang lebih panjang, prosedur tambahan yang lebih banyak, dan masa rawat inap yang lebih lama. Teknik penyaliran burr hole dengan system drainase tertutup dinilai lebih unggul sebagai perawatan primer kasus hematom subdural krnis pada pasien dewasa. Walaupun demikian, prognosis jangka panjang perlu diteliti lagi dari macam disiplin ilmu.

TERIMA KASIH