jurnal manajemen pendidikan volume 23 no. 6

95

Upload: nguyenthuan

Post on 12-Jan-2017

265 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6
Page 2: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

MPMANAJEMEN PENDIDIKAN

ISSN 0852-1921Volume 23 Nomor 6 September 2012

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting

Wakil Ketua Penyunting

Penyunting Pelaksana

Mitra Bestari

Pelaksana Tata Usaha

Mustiningsih

Desi Eri Kusumaningrum

SunarniAsep Sunandar

R. Bambang SumarsonoTeguh TriwiyantoWildan Zulkarnain

Dwi Deswari (UNJ)Rusdinal (UNP)Ali Imron (UM)

Aan Komariyah (UPI)

Ahmad Nurabadi

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. : [email protected] 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapatdikirimkan melalui rekening tabungan ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

E-mail

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh JurusanAdministrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"), Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.

Page 3: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

MANAJEMEN PENDIDIKANVOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012

DAFTAR ISI

Manajemen Strategi: Analisis Pemilihan Strategi Induk PengembanganLembaga Pendidikan dan Bisnis, 487-496

Kasman

Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar, 497-503Wildan Zulkarnain

Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan, 504-512Gunawan Widi Prastyo

MustiningsihAsep Sunandar

Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada DaerahTerpencil Daratan Pedalaman, 513-531

Piter Joko Nugroho

Iklim Sekolah, Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru, 532-539Raden Bambang Sumarsono

Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru, 540-546Firman Ashadi

Agus Timan

Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan, 547-555Mohammad Syahidul Haq

Bambang SetyadinAli Imron

Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan KerjaPegawai Negeri Sipil, 556-562

Anik Dwi AstutiAhmad Supriyanto

Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajardi Daerah Terpencil, 563-571

Sinta Maya SariNurul Ulfatin

Sultoni

Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual, 572-577Yuli Ernawati

Teguh Triwiyanto

Page 4: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

MANAJEMEN STRATEGIK: ANALISIS PEMILIHAN STRATEGIINDUK PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN BISNIS

Kasman

e-mail: [email protected] Negeri 2, Desa Blongko Ngetos Nganjuk 64474

Abstract: some managers are often fixated on a strategy to execute his institution, but maybe thatstrategy was not in accordance with the circumstances. Factors that influence attitudes include:strategies of the past, external dependence, attitudes towards risk management, the constellation ofpower in the organization, the role of top management, punctuality, and the reactions of competitors.Parent strategies that can be used in the development of educational institutions and businesses,namely: concentration, market development, product development, innovation, horizontal integration,vertical integration, market penetration, joint ventures, concentric diversification, conglomeratediversification, reduction / turnaround, downsizing, liquidation, and combinations. There are fivetechniques to determine the choice of strategy, namely: Gap Analysis, Strategy Selection MatrixParent, Boston Consulting Group (BCG), Model Parent Group Strategy, SWOT Matrix and ProductLife Cycle.

Keywords: center development strategy, education instruction, comporate

Abstrak: ketepatan pemilihan strategi induk pengembangan menentukan efektivitas dan efisiensipencapaian tujuan. Beberapa manajer sering terpaku pada suatu strategi untuk menjalankan lembagayang dipimpinnya, padahal mungkin strategi itu sudah tidak sesuai dengan keadaan. Faktor-faktoryang mempengaruhi sikap itu antara lain: strategi masa lalu, ketergantungan eksternal, sikap manajementerhadap risiko, percaturan kekuatan dalam organisasi, peranan manajemen puncak, ketepatan waktu,dan reaksi pesaing. Strategi induk yang dapat digunakan dalam pengembangan lembaga pendidikandan bisnis, yaitu: konsentrasi, pengembangan pasar, pengembangan produk, inovasi, integrasihorizontal, integrasi vertikal, penetrasi pasar, usaha patungan, diversifikasi konsentrik, diversifikasikonglomerasi, pengurangan /perubahan haluan, penciutan, likuidasi, dan kombinasi. Ada lima teknikuntuk menentukan pilihan strategi, yaitu: Analisis Kesenjangan, Matriks Seleksi Strategi Induk,Boston Consulting Group (BCG), Model Kelompok Strategi Induk, Matriks SWOT, dan DaurKehidupan Produk.

Kata kunci: strategi induk pengembangan, lembaga pendidikan dan perusahaan

Setelah suatu perusahaan atau lembaga pendidikantelah menyusun tujuan berdasarkan visi danmisinya, maka langkah selanjutnya adalahmenentukan strategi induk untuk mencapai tujuanitu. Pemilihan strategi induk bukanlah pekerjaanyang mudah, karena pemilihannya memerlukanpemikiran yang mendalam dengan berbagaipertimbangan yang akurat. Kesalahan pemilihanstrategi induk dapat mengakibatkanketidaksempurnaan pencapaian tujuan, ataubahkan gagal mencapai tujuannya.

Istilah strategi induk merupakan terjemahandari kata grand strategy atau master strategyatau business strategy. Siagian (1998)membedakan strategi induk dengan strategi dasar.

Strategi induk mencakup strategi tingkatperusahaan / lembaga pendidikan, sedangkanstrategi dasar tingkat satuan bisnis di lingkunganlembaga pendidikan/perusahaan atau strategitingkat bidang fungsional. Strategi induk sebagaisuatu pendekatan umum yang bersifatkomprehensif atau menyeluruh yang berperansebagai penuntun kegiatan utama suatu lembagapendidikan atau perusahaan dalam rangkamencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Strategiinduk memberi landasan, arah dan petunjuk tentangcara-cara yang dapat digunakan untuk mencapaisasaran jangka panjang lembaga pendidikan atauperusahaan.

487

Page 5: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Bagi manajer pemahaman tentang pemilihanstrategi induk sangat penting, karena penetapanstrategi induk ini selanjutnya diimplementasikandalam program-program kerja. Sharplin (1985:48)menyatakan strategi plans concerning matter ofpervasive, vital, and/or continuing importancewithin organization. Dalam lembaga pendidikan,pemegang peran penting dalam menentukan strategiinduk adalah kepala sekolah, rektor atau direktur.Menurut Siagian (1998), walaupun para ahlimenyepakati bahwa pemahaman terhadap strategiinduk oleh para manajer sangat penting, akan tetapibanyak di antara mereka yang tidak berusahamaksimal untuk memahami dan mengimplemen-tasikannya. Akibatnya manajer terpaku padastrategi tertentu, padahal mungkin ada strategi induklain yang lebih tepat. Tulisan ini akan membahasa:(1) macam-macam strategi induk, (2) faktor-faktoryang mempengaruhi pemilihan strategi induk, dan(3) teknik analisis pemilihan strategi induk.

MACAM-MACAM STRATEGI INDUK

Ada 14 strategi induk yang sering digunakandalam pengembangan lembaga pendidikan atauperusahaan, yaitu: konsentrasi, pengembanganpasar, pengembangan produk, inovasi, integrasihorizontal, integrasi vertikal, penetrasi pasar, usahapatungan, diversifikasi konsentrik, diversifikasikonglomerasi, pengurangan/perubahan haluan,penciutan, likuidasi, dan kombinasi. Berikut inidiuraikan secara singkat masing-masing strategiinduk tersebut disarikan dari berbagai sumber,seperti Siagian (1998), Sharplin (1985), Pearce IIdan Robinson (1991), Hax dan Majluf (1991),Montgomery dan Porter (1991).

Konsentrasi (Concentration)

Konsentrasi disebut juga konsentrasipertumbuhan (concentrated growth).Konsentrasi merupakan strategi yangmengarahkan sumberdaya perusahaan ataulembaga pendidikan terhadap pertumbuhan yangmenguntungkan hanya dari satu produk, dalam satupasar, dengan satu teknologi yang dominan. Dasarpemikirannya adalah bahwa perusahaan ataulembaga pendidikan perlu secara mendalammengembangkan dan mengeksploitasi keahliannyadalam suatu arena bersaing yang terbatas.

Dasar pertimbangan pemilihan strategikonsentrasi antara lain: (1) risiko yang dihadapibiasanya tidak besar, (2) tambahan dana, tenaga

dan modal lannya berada pada tingkat yang dapatditanggung perusahaan atau lembaga pendidikan,(3) pemilihan produk andalan didasarkan ataskemampuan yang telah terbukti dimiliki, (4)memiliki keunggulan kompetitif karena didasarkanpengalaman dan keterampilan yang spesifikterhadap produk tertentu, (5) memiliki keunggulankompetitif, manakala perusahaan lain tidakmenggunakan strategi konsentrasi terhadap produkyang sama, (6) dapat meningkatkan reputasi yangbaik terhadap produknya, sehingga meningkatkankepercayaan pelanggan, menarik pelangganproduk lain, dan menarik calon pelanggan baruyang belum pernah menggunakan produk jenis ini.Contoh: SMP Negeri 1 Nganjuk mengerahkanseluruh kemampuannya, meningkatkan kualitasguru, menyeleksi calon siswa secara ketat,memperbaiki sarana pembelajaran, melengkapilaboratorium, membenahi administrasi, danmemperbaiki manajemen, untuk menghasilkanlulusan yang kualitasnya tinggi.

Pengembangan Pasar (Market Development)

Strategi pengembangan pasar dilakukandengan menjual produk andalan ke daerahpemasaran baru. Pengembangan pasar bisa berupaperluasan wilayah secara geografis, (ekspansiregional, nasional, internasional) bisa juga perluasansegmen masyarakat pelanggan melaluipengembangan versi produk untuk menariksekmen lain, masuk ke saluran distribusi lain, ataumengadvertensi ke media lain. Termasuk dalamkategori perluasan pasar apabila perusahaan ataulembaga pendidikan melakukan langkah-langkahkegiatan: (1) memasarkan produk yang ada, (2)memodifikasi produk dalam kemasan “kosmetik”,(3) produk dipasarkan pada para pelanggan di suatuwilayah, (4) menambah jumlah pelanggan melaluisaluran distribusi atau mengubah materi iklan danmedianya sehingga menarik minat calon pelangganbaru dengan tetap mempertahankan parapelanggan lama.

Srategi ini digunakan apabila: (1) jaringandistribusi tersedia, berkualitas dan tidak mahal, (2)memiliki kelebihan kapasitas produksi, (3) pekerjaansaat ini dinilai sangat berhasil, dan (4) muncul pasarbaru atau pasar yang lama jenuh. Contoh: (1)Universitas X di Amerika Serikat membuka kelasbaru di Indonesia. (2) BCA memproduksi kartukredit yang semula hanya untuk para pengusahadan masyarakat umum, sekarang mengembangkanke segmen mahasiswa.

488 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

Page 6: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Pengembangan Produk (Product Development)

Strategi pengembangan produk merupakanupaya menarik para pelanggan untuk membeli danmenggunakan produk baru yang dihasilkan olehperusahaan atau lembaga pendidikan tersebutkarena mereka merasa puas terhadap produk yangselama ini sudah diluncurkan, dipromosikan ataudijual. Strategi ini mencakup tiga kegiatan, yaitumengembangkan dan meluncurkan produk baru,mengembangkan variasi mutu produk lama, danmengembangkan model atau bentuk tambahanterhadap produk lama. Langkah-langkah yangdapat yang dikategorikan mengembangkan produkadalah: (1) melakukan penyesuaian (modifikasi)tertentu berdasarkan ide baru yang diperkirakanlebih menarik, (2) menciptakan produk baru untukmemberi manfaat sejenis kepada pelanggan lamatanpa mengubah saluran distribusi pemasaran, (3)mengubah produk lama, seperti mengubah warna,bentuk, atau ukuran, (4) membuat produk baruyang lebih kuat, lebih panjang, lebih tebal, atau lebihtahan lama, (5) membuat produk lebih kompak,lebih kecil, lebih ringan, atau lebih lengkap, (6)mengganti komponen tertentu dari suatu produk,dan (7) menyusun kembali berbagai komponenproduk sehingga lebih nyaman dan ramah bagipengguna. Dengan kata lain pengembangan produkbaru itu berupa kegiatan mengadaptasi,memodifikasi, memperbesar, memperkecil,mensubsitusi, meng-atur kembali, pembalikan(reserve), atau menggabungkan komponen.

Strategi ini digunakan apabila: (1) memilikiproduk yang berhasil/sukses dan telah berada padatahap jenuh (maturity stage), (2) pesaingmenawarkan produk sejenis dengan kualitas lebihbaik dan dengan harga yang lebih murah, (3)memiliki kemampuan riset dan pengembanganproduk, (4) bersaing dalam industri yang sedangbertumbuh. Contoh: (1) SMP Negeri 1 Kertosonomembuka program RSBI pada karena prestasiakademik dan jumlah peminatnya banyak dancenderung meningkat; (2) Shampoo Dimensionyang semula hanya shampo biasa diubah menjaditwo in one atau yang terakhir three in one.

Inovasi (Innovasion)

Strategi inovasi merupakan kiat untukmenciptakan siklus hidup baru bagi produk yangdiluncurkan sedemikian rupa sehingga produksejenis di pasaran menjadi ketinggalan jaman.Dengan strategi inovasi ini akan memperoleh

keuntungan awal jika produk baru itu diminati olehpelanggan lama yang loyal dan pelanggan baruyang semula menggunakan produk lain. Akantetapi, strategi ini penuh risiko dan akan bertambahberat apabila pesaing juga melakukan strategi yangsama. Strategi ini tepat untuk digunakan, jika: (1)pelanggan dan pasar mengharap terjadinyaperubahan dan penyempurnaan produk secaraberkala, (2) tingkat pendidikan pengguna produksemakin tinggi yang menyebabkan merekasemakin selektif dalam membeli produk yangdiinginkan, (3) perkembangan teknologi yang seringmembuat siklus hidup produk menjadi lebih pendekatau lebih cepat kedaluwarsa.

Perbedaan strategi inovasi denganpengembangan produk adalah bahwa inovasimenghendaki produk lebih cepat kedaluwarsa,sedangkan pengembangan produk menghendakiproduk bertahan lama. Contoh: (1) Perusahankomputer yang terus menerus mengembangkantipe koputer dari AT, XT, DX, Pentium 75, Pentium1, Pentium 3, dan Pentium 4; (2) Suzukimemproduksi sepeda motor yang berubah-ubahbentuknya secara terus menerus dengansemboyan “Suzuki inovasi tiada henti”.

Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)

Strategi integrasi horizontal adalah tindakanyang dilakukan perusahaan atau lembagapendidikan dengan mengambil alih (akuisisi)perusahaan atau lembaga pendidikan lain yangberoperasi dalam jaringan produksi-pemasaranyang sama. Tujuan integrasi horizontal untukmemperoleh akses pasar baru dan ataumenghilangkan pesaing.

Strategi ini digunakan dengan syarat: (1)bersaing dalam industri yang berkembang, (2) dapatmeningkatkan skala ekonomi untuk mendukungkeunggulan bersaing, (3) memiliki modal dansumberdaya manusia yang cukup untuk melakukanekspansi, dan (4) dapat memonopoli suatu daerah(dengan tidak melanggar aturan pemerintah).Contoh: Indofood Sukses Makmur memproduksiIndomie kemudian membeli atau menguasaiperusahan Supermie dan Sarimie.

Integrasi Vertikal (Vertical Integration)

Strategi integrasi vertikal adalah pengam-bilihan terhadap perusahaan atau lembagapendidikan yang semula menjadi pemasok bahanmentah atau menjadi pelanggan/pengguna

Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 489

Page 7: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

produknya. Strategi vertikal dibedakan menjadi dua,yaitu integrasi vertikal ke belakang (pengam-bilalihan pemasok) dan integrasi vertikal ke depan(pengambilalihan pelanggan). Pearce II danRobinson (1991:236) menyebut integrasi vertikalke belakang dengan backward verticalintegration, dan integrasi vertikal ke depan denganforward vertical integration. Pendapat yangsama dikemukakan oleh Hax dan Majluf(1991:138). Siagian (1998:149) yang pertamadisebut integrasi vertikal ke atas, dan yang keduadisebut integrasi vertikal ke bawah. Hax danMajluf (1991:138) juga membedakan integrasivertikal menurut dimensinya, yaitu full integration,quasi integation, tapered integration, dannonintegration.

Perbedaan integrasi vertikal dan integrasihorizontal dapat dijelaskan bahwa integrasi vertikalmengambil alih bahan baku atau pelanggan,sedangkan integrasi horizontal mengambil alihperusahaan yang sama. Lebih jelasnya dapatdilihat melalui Gambar 1 berikut ini.

Acquisitions or mergers of suppliers costomerbusinesses are vertical integrations.

Acquisitions or maergers of competingbusinesses are horizontal integrations.

Gambar 1 Vertical and Horizontal Integrations(Sumber: Pearce dan Robinson,1991:237)

Adapun pemakaian integrasi vertikal kebelakang apabila: (1) jumlah pemasok sedikitsedangkan pesaing sangat banyak, (2) inginmendapatkan pasokan dengan cepat dan murahsedangkan pemasok tidak mampu melakukannya,(3) mengutamakan kestabilan harga, dan (4)memiliki modal yang tinggi dan sumberdayamanusia yang berkualitas dan pemasok memilikimargin keuntungan yang tinggi. Sedangkan

integrasi vertikal ke depan apabila: (1) jalurdistribusi yang ada sangat mahal, kualitas terbatas,dan lambat, (2) memiliki dan sumberdaya manusiayang dibutuhkan untuk mengelola usaha baru, (3)bisnis/usaha distribusi memiliki margin keuntunganyang tinggi, dan (4) mengutamakan stabilitasproduksi.

Contoh: (1) SDI Baitul Izzah Nganjukmendirikan SLTP Baitul Izzah Nganjuk (integrasivertikal ke depan). (2) Toyota Astra Motormembangun jaringan penjualan Auto 2000 (integrasivertikal ke depan). (3) Akademi TNI (exAKABRI) mendirikan SMU Taruna Nusantara(integrasi ke belakang). (4) Grup Salim mendirikanpabrik tepung Bogasari untuk mendukung produksiIndomie (integrasi vertikal ke belakang).

Penetrasi Pasar (Market Penetration)

Strategi penetrasi pasar adalah strategi untukmeningkatkan pangsa pasar terhadap produktertentu melalui promosi dan pemasaran secarabesar-besaran. Strategi ini digunakan, jika: terdapathubungan yang sangat signifikan antara: (1)pengeluaran pemasaran dengan kenaikanpenjualan, (2) total penjualan meningkat dan pangsapasar pesaing menurun, (3) pasar belum jenuh, dan(4) dapat meningkatkan skala ekonomi untukmendukung daya saing. Contoh: (1) BimbinganBelajar Primagama meningkatkan promosi kemedia TV Swasta dengan bintang iklan RanoKarno. (2) Stasiun Televisi RCTI ketika baruberdiri mempromosikan diri melalui radio, koran,majalah, dan di stasiunnya sendiri.

Usaha Patungan (Joint Venture)

Strategi usaha patungan adalah kerjasama duaatau lebih perusahaan atau lembaga pendidikandalam bidang tertentu. Biasanya berupa usaha baruyang terpisah dengan induknya. Secara umumusaha patungan banyak dilakukan apabila kegiatanusahanya berskala besar, memerlukan modal,teknologi, kepiawaian manajerial, keterampilanoperasional, penguasaan jaringan, distribusi danpemasaran yang tidak dapat dipenuhi sendiri.Secara rinci dapat dikatakan bahwa strategi inidigunakan apabila: (1) dua atau lebih perusahaanatau lembaga pendidikan tidak mampu bersaingdengan perusahaan atau lembaga pendidikan yanglebih besar, (2) muncuk kebutuhan untuk segeramemperkenalkan teknologi baru, (3) keunggulandua perusahaan atau lembaga pendidikan lebih

490 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

Textile Producer Textile Producer

Shirt Manufacture Shirt Manufacture

Clothing Store Clothing Store

Page 8: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

berifat saling melengkapi, (4) untuk memdapatkankemudahan dari pemerintah setempat ketikamemasuki pasar internasional. Contoh: (1)Universitas Negeri Malang bekerja saman denganPTS mitra di Malang untuk menangani SertifikasiGuru; (2) Perusahaan Kartu Visa Internasionalbekerjasama dengan Microsoft Corporationmembentuk perusahaan komputer Cyber Cash Inc.

Diversifikasi Konsentrik (Concentric Diversification)

Strategi diversifikasi konsentrik merupakanstrategi penambahan bidang usaha baru yang masihberkaitan dengan usaha utama yang ditekuninya.Keterkaitan itu berupa teknologi yang digunakan,pasar yang dikuasai, atau produk yang dihasilkan.Motif pemakaian diversifikasi konsentrik adalah: (1)menambah nilai saham, (2) mempercepat lajupertumbuhan, (3) melakukan investasi dana supayalebih efektif, (4) lebih menjamin pendapatanpenghasilan karena jumlah penjualan meningkat, (5)untuk meluncurkan produk baru karena yang lamasudah mencapai puncak kemanfaatan, (6)mempermudah memperoleh sumberdaya dengancepat, (7) meningkatkan efisiensi kerja. Oleh karenaitu, strategi ini tepat digunakan ketika; (1) produkyang ada telah mengalami penurunan, (2) bersaingdalam pertumbuhan pasar yang lambat, (3) produkyang baru lebih kompetitif dan dapat meningkatkanproduk yang telah ada, dan (4) produk baru memilikipasar musiman. Contoh: (1) Bimbingan BelajarDasapratama Kertosono yang memberikan lesmatapelajaran pokok pada siswa SD kelas 1-VI,membuka kelas khusus Bahasa Inggris; (2) PTUnilever selain meproduksi pasta gigi Pepsodentjuga memproduksi sikat gigi.

Diversifikasi Konglomerasi (ConglomerateDiversification)

Strategi diversifikasi konglomerasi adalahmelakukan penambahan produk baru yangdianggap menjanjikan keuntungan walaupun tidakada kaitannya dengan produk lama. Motifnya untukmemperoleh keuntungan yang lebih besar. Strategiini baik untuk dilakukan apabila: (1) ada peluangmembeli perusahaan atau lembaga pendidikan barusebagai investasi yang menjanjikan keuntungan,(2) memiliki manajemen dan modal yangdibutuhkan untuk bersaing, dan (4) industri utamamengalami penurunan keuntungan.

Contoh: Group Pimagama semula bergerak dibidang bimbingan belajar kemudian meluas dengan

mendirikan: (1) Perguruan Tinggi, meliputi: AMIKOMYogyakarta dan Denpasar, STIE IEU PrimagamaYogyakarta, Totalwin Institute of Management (TII)Yogyakarta, AMA Yogyakarta; (2) Pendidikanmenengah, bimbingan belajar dan konsultasi, meliputiLBB Primagama, SMU Pembangunan Yoyakarta,IMKI Prima, LBA Interlingua, Prima LinguageCentre (PLC), Gladi Insan Mandiri (GIM),Interpreneur University Yogyakarta, TAAPrimagama; (3) Multiusaha, meliputi: PT Primadia(percetakan), PT Mataram Surya Visi Yogyakarta(trevel), PT Palapa Jaya (komunikasi), RM Sari Raja(rumah makan), BMT Rizqi Mulia (bank), GlobalPrima Realty (realestate).

Diversifikasi konsentrik dan divesifikasikonglomerasi dilakukan dengan merger atauakuisisi. Merger adalah penggabungan duaperusahaan atau lembaga pendidikan menjadi satu.Sedangkan akuisisi adalah pembelian aset danoperasi suatu perusahaan atau lembaga pendidikanoleh perusahaan atau lembaga pendidikan lain.

Pengurangan (Retrenchement) dan Perubahan Haluan(Turnaround)

Strategi pengurangan adalah strategimengurangi sebagian aset perusahaan ataulembaga pendidikan untuk penghematan biaya danmenanggulangi menurunnya keuntungan.Pemilihan strategi ini biasanya kalau perusahaanmengalami kemunduran yang antara laindisebabkan: (1) adanya krisis ekonomi, (2)inefesiensi internal, (3) persaingan memperolehbahan baku ketat, (4) keterampilan operasionaltidak memadai, (5) moral karyawan buruk, (6)keuntungan rendah, (7) mendapat tekanan daripemegang saham untuk berbenah diri, (8) dayasaing paling lemah, (9) terobosan teknologi pesaing,dan (10) kebutuhan reorganisasi internal.

Pada umumnya langkah konkritnya berupapengurangan biaya (cost reduction) danpengurangan aset (asset reduction). Penguranganbiaya antara lain: pengurangan tenaga kerja denganpensiun dini atau pemberhentian sementara padapegawai, tidak membeli peralatan (cukupmenyewa), pemakaian peralatan selama mungkin,menurunkan volume produksi, dan mengurangiintensitas kegiatan promosi. Sedangkanpengurangan aset perusahaan, antara lain: (1)menjual aset perusahaan seperti tanah, bangunan,dan atau peralatan yang tidak penting, dan (2)menghilangkan atau mengurangi fasilitas yangdinikmati kelompok tertentu.

Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 491

Page 9: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Strategi perubahan haluan adalah perubahansecara drastis dalam pengelolaan perusahaan ataulembaga pendidikan dengan membalik arah yangmungkin untuk sementara menurunkankeuntungan. Strategi ini dilakukan apabila strategipengurangan tidak membawa hasil. Tindakan yangdilakukan seperti PHK terhadap karyawan ataumenghilangkan pelanggan yang memberikankeuntungan rendah. Filosofi strategi putar haluanadalah mundur selangkah untuk maju dualangkah. Contoh: PT Dirgantara Indonesiamemensiun dini karyawannya untuk mengurangibiaya.

Penciutan (Diverstiture)

Strategi penciutan adalah strategi menjual unitusaha atau sebagian dari perusahaan atau lembagapendidikan kepada pihak lain. Pearce II danRobinson (1991: 242) menyatakan: a diverstiturestrategy involved the sale of a firm or a majorcomponent of a firm. Strategi ini digunakanapabila: (1) perusahaan atau lembaga pendidikantelah melakukan pengurangan dan perubahanhaluan tetapi tidak ada perbaikan, (2) suatu devisimemerlukan banyak sumberdaya untuk bersaing,(3) sejumlah besar dana diperlukan secaramendesak sedangkan dana tidak dapat diperolehdari sumber lain, (4) suatu divisi bertanggung jawabterhadap kinerja keseluruhan perusahaan. Contoh:Perusahaan Coca-Cola menjual perusahan filmColombia Picture ke Sony.

Likuidasi (Liquidation)

Strategi likuidasi adalah menjual seluruh asetatau menutup perusahaan atau lembagapendidikan. Strategi likuidasi dipakai apabilamanajemen mengakui kegagalan mengelolaperusahaan atau lembaga pendidikan. Likuidasibiasanya merupakan jalan terakhir (tidak ada pilihanlain) untuk meminimalkan kerugian perusahaan.Contoh: Bank BHS dilikuidasi pemerintah untukmembayar hutang-hutangnya.

Kombinasi (Combination)

Strategi kombinasi adalah pemakaian dua ataulebih strategi untuk mencapai tujuan dalam waktuyang bersamaan atau berurutan. Contohnyareformulatio of concentrated growth merupakankombinasi pertumbuhan produk dan pertumbuhanpasar (Pearce dan Robinson, 1991). Pengunaan

strategi kombinasi menuntut bebreapa persyaratanantara lain: (1) memiliki kemampuan untukmelakukannya, (2) terdapat peluang yang menarikuntuk melakukannya, (3) ingin mepercepatpertumbuhan. Contoh: Pepsi menggunakan strategipengembangan produk (Diet Pepsi), integrasihorizontal (akuisisi 7-Up), dan diversifikasikonsentrik (Taco Bell).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPEMILIHAN

Strategi Induk

Ketika seorang manajer mengambilkeputusan pemilihan strategi akan mudah manakalakondisi perusahaan atau lembaga pendidikan padaposisi yang memenuhi persyaratan pemilihanstrategi itu. Strategi yang dipilih tentu strategi yangdiperkirakan mampu menjamin pencapaian tujuan.Akan tetapi, kondisi yang demikian sulit ditemukan.Oleh karena itu, perlu ditelaah faktor-faktor yangmempengaruhi pemilihan strategik. Faktor-faktortersebut, menurut Siagian (1998) adalah: (1)strategi masa lalu, (2) ketergantungan eksternal,(3) sikap manajemen terhadap risiko, (4) percaturankekuatan dalam organisasi, (5) peranan manajemenpuncak, (6) ketepatan waktu, dan (7) reaksipesaing. Pearce II dan Robinson (1991)berpendapat seperti di atas kecuali perananmanajemen puncak, tidak disebutnya.

Strategi Masa Lalu

Pengalaman menjalankan strategi masa lalusangat mempengaruhi manajer dalam meilihstrategi baru. Apalagi kalau strategi masa lalu itumembawa keberhasilan yang luar biasa dalammencapai tujuan. Sering kali manajer tetapmenggunakan strategi yang sama walaupun produkyang dijual berbeda. Sedikitnya ada 2 alasanmanajer berbuat demikian, yaitu: (1) strategi masalalu itu paling dikuasai dan tidak berani mengambilrisiko terhadap strategi baru, dan (2) para manajer,terutama manajer menengah merasa tidak terusikjabatannya dengan tetap menggunakan startegilama. Namun demikian, sikap pemilihan strategilain perlu dilakukan apabila situasi telah berubah.

Ketergantungan Eksternal

Pengaruh eksternal dalam pengambilanstrategi berasal dari: (1) pemilik modal yang tidakterlibat dalam operasional sehari-hari perusahaan

492 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

Page 10: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

atau lembaga pendidikan, (2) para pemasok bahanbaku yang memiliki daya tawar tinggi, (3) parapenyalur produk, (4) instansi pemerintah selakumitra kerja perusahaan, (5) konsumen pemakaiproduk, (6) para pesaing, dan (7) serikat pekerja.Semakin bervariasinya kepentingan pihak eksternalsemakin sulit memutuskan strategi karenaalternatifnya semakin sedikit sedikit.

Sikap Manajemen terhadap Risiko

Sikap manajemen terhadap risiko padadasarnya ada dua yaitu berani dan gemar mengambilrisiko dan mengelak terhadap risiko. Kedua sikapini mempengaruhi pemilihan strategi. Perbandingankedua sikap itu terlihat dalam Gambar 2. Sikapmanajerial terhadap risiko itu dipengaruhi oleh situasitempat perusahaan atau lembaga pendidikanbergerak dan tahap pengembangan produk danpasar. Situasi perusahaan atau lembaga pendidikanyang stabil atau tenang mengakibatkan sikapmanajerial cenderung berani, dan apabila goncangberakibat mengelak risiko. Perusahaan ataulembaga pendidikan yang baru tumbuh menjadikanmanajer hati-hati terhadap risiko dari pada prusahaanatau lembaga pendidikan yang mapan.

Percaturan Kekuatan dalam Organisasi

Percaturan kekuatan dalam organisasi adalahtarik ulur pihak-pihak pengambil keputusanstrategik demi melindungi kepentingannya. Olehkarena itu, pengambilan keputusan strategidiupayakan sedapat mungkin melalui prosedur yanghandal, objektif, rasional, praktis, dan sederhana.Langkah-langkanya: (1) identifikasi berbagai isuyang sifatnya strategik, (2) identifikasi alternatifkeputusan strategik, (3) meneliti kehandalan

alternatif keputusan strategik dan memilih yangdiyakini terbaik, (4) implementasi keputusanstrategik yang dipilih, dan (5) evaluasi ketepatankeputusan strategik. Masing-masing kekuatansebaiknya mengajukan pilihan-pilihan strategikdengan disertai argumentasi pendukungnya.Dengan demikian masing-masing pihak bisamenerima keputusan strategik dengan penuhtanggung jawab.

Peranan Manajemen Puncak

Manajemen puncak memiliki pengaruhterhadap pengambilan keputusan strategik karenajabatannya. Pengaruh itu semakin besar apabiladibarengi dengan: (1) sikap mengandalkankekuasaan formal, (2) mampu memainkan anekaragam peran secara efektif, (3) mampumenggunakan kepemimpinan situasional, (4)karismatik, (5) memiliki visi ke depan yang jelas,dan (6) mampu memotivasi karyawan.

Tepat Waktu

Ketepatan waktu menjadi faktor pentingdalam pengambilan strategi karena alasan: (1)strategi yang jitu tidak akan mendatangkan hasilyang baik apabila diambil dalam waktu yang salah,(2) manajer yang dihadapkan pada keterbatasanwaktu cenderung memilih informasi negatif danbersikap defensif, (3) terdapat tenggang waktuantara saat berfikir memilih keputusan strategikdengan penetapan keputusan strategik.

Reaksi Pesaing

Reaksi pesaing adalah tindakan yangdilakukan oleh perusahaan atau lembaga

Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 493

mengurangi pilihan strategi memperluas pilihan strategistrategi defensif strategi ofensifstabilitas pertumbuhanincremental inovatifminimalisasi kelamahan maksimalisasi kekuatanterikatan masa lalu kuat keterikatan masa lalu lemahlingkungan stabil lingkungan dinamisproduk andalan produk barukemapanan pasar pasar tumbuh dan berkembang

Akibat Sikap Manajerial terhadap RisikoMengelak Menggemari

Gambar 2 Perbandingan Pilihan Strategik (Adaptasi: Siagian, 1998)

Page 11: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pendidikan lain yang bergerak dalam bidang yangsama ketika suatu suatu keputusan strategikdiambil. Ketika suatu strategi dipilih, maka pesaingkunci akan melakukan reaksi. Reaksi itu tentuberusaha menangkal atau menandinginya. Olehkarena itu, reaksi pesaing perlu diantisipasi olehpengambil keputusan strategik. Efektivitas pilihan-pilihan strategik dalam implementasinyabergantung sifat, bentuk, dan jenis masa depanyang dapat diperkirakan oleh pengambil keputusanstrategik. Estimasi keadaan masa depan dapatdidasarkan pada kondisi objektif internal daneksternal perusahaan atau lembaga pendidikan itusendiri.

TEKNIK ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI INDUK

Ada lima teknik yang dikembangkan para ahli,yaitu: (1) Analisis Kesenjangan, (2) Matriks SeleksiStrategi Induk, (3) Boston Consulting Group(BCG), (4) Model Kelompok Strategi Induk, (5)Matriks SWOT, dan (6) Daur Kehidupan Produk.

Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)

Analisis Kesenjangan pada dasarnyamembanding antara target dengan hasil yangdicapai. Kesenjangan strategik (strategic gap)terjadi apabila terjadi perbedaan antara targetdengan hasi yang dicapai. Apabila tejadikesenjangan yang lebar, maka strategi yangdiaplikasikan tidak cocok. Untuk lebih jelasnyadapat memperhatikan Gambar 3.

Gambar 3 Analisis Kesenjangan Strategik(Adaptasi: Wahyudi, 1996:102)

Jika kesenjangan terjadi, langka yang diambildapat berupa: (1) mengubah strategi, (2) mengbahalokasi sumberdaya, (3) menambah jenis usaha baruntuk memperkuat yang lama, (4) menghapusbeberapa unit usaha, atau (5) mengubah tujuan atausasaran.

Matriks Seleksi Strategi Induk (Grand StrategySelection Matrix)

Ide yang melatar belakangi penggnaan analisisini adalah bahawa terdapat dua jenis variabel yangmutlak mendapat perhatian dalam melakukananalisis strategik, yaitu maksud utama penentustrategi, dan pemilihan penekanan perhatian padafaktor internal dan eksternal yang mengarah padaorientasi pertumbuhan atau kemampuanmemperoleh keuntungan. Kedua hal itu dibuat garisyang beseberangan yang menghasilkan 4 kuadran,yang masing-masing kuadran disediakan alternatifstrategi (Gambar 4).

Gambar 4 Matriks Seleksi Strategi Induk(Adaptasi: Pearce dan Robinson,1991:258)

Grup Konsultan Boston (Boston Consulting Group)

Prinsip dasar dari teknik ini denganmemaparkan pertumbuhan pasar (persentasepertumbuhan dalam penjualan), dan posisipersaingan relatif (pangsa pasar yang dikuasai).Tingkat pertumbuhan pasar adalah proyeksitentang peningkatan pertumbuhan penjualan untukpasar yang dilayani oleh satuan usaha tertentu.Biasanya ukuran pertumbuhan peningkatanpersentase dalam penjualan di pasaran yang sudahdimasuki untuk kurun waktu tertentu. Rumus untukmengukur persaingan pasar relatif ialah rasiopangsa pasar suatu usaha tertentu dibagi denganpangsa pasar yang dikuasai pesaing terjuat. Hasilperhitungan pangsa pasar dan posisi kompetitifdilakukan kemudian ditempatkan dalam matriksyang digambarkan dengan lingkaran. Makin besarlingkaran berarti semakin besar kemampuansatuan usaha yang bersangkutan menghasilkankeuntungan. Pertumbhan pasar seing dibedakantinggi dan rendah.

494 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

B Tujuan/target

Strategi Baru

Posisi saat ini A Kesenjangan Strategi

Strategi saat iniC Hasil yang dicapai

Waktu 1 Waktu 2

Atasi Berbagai Kelemahan Mengubah Haluan Diversifikasi Vertikal Pengurangan Diversifikasi Konglomerasi Penciutan Likuidasi II I Internal Ekternal (pengaturan daya (akuisisi atau dan dana dalam usaha) III IV merger untuk peningkatan kemampuan Konsentrasi Pertumbuhan Integrasi Horizontal Pengembangan Pasar Diversifikasi Konsentris Pengembangan Produk Usaha Patungan Inovasi Maksimalisasi Kekuatan

Page 12: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Secara singkat dapat dikatakan ada 4 situasiyang berkembang, yaitu: (1) pertumbuhan tinggidan posisi kompetitif tinggi (dilambangkan bintang),(2) pertumbuhan rendah dan posisi kompetitif tinggi(dilambangkan sapi perah), (3) pertumbuhanrendah dan posisi kompetitif rendah (dilambangkananjing), dan (4) pertumbuhan tinggi dan pangsapasar rendah (dilambangkan tanda tanya). Jikadibuat matriks seperti pada Gambar 5.

Gambar 5 Matriks Pertumbuhan BCG/PangsaPasar (Adaptasi: Pearce dan Robinson,1991:263)

MODEL KELOMPOK STRATEGI INDUK (MODEL OFGRAND STRATEGY CLUSTER)

Model kelompok strategi induk adalah suatuteknik yang secara simultan melakukan analisismengenai tingkat pertumbuhan pasar dan posisikompetitif suatu perusahaan atau lembagapendidikan. Posisi pertumbuhan pasar dibedakanatas cepat dan lambat, posisi bersaing dibedakanatas kuat dan lemah sehingga apabila dipasangkanmenghasilkan 4 posisi, yaitu: (1) posisi bersaingkuat dan pasar yang tumbuh cepat, (2) posisibersaing lemah pasar tumbuh cepat, (3) posisibersaing lemah dan pasart tumbuh lambat, dan (4)posisi bersaing kuat dan pasar tumbuh lambat.Masing-masing posisi diberika alternatif strategi,seperti terlihat dalam Gambar 6.

Gambar 6 Model Kelompok Strategi Induk(Adaptasi: Pearce dan Robinson,1991:260)

Analisis SWOT (SWOT Analysis)

Analisis SWOT merupakan analisislingkungan perusahaan atau organisasi pendidikan.Lingkungan dibedakan atas lingkungan internal danlingkungan eksternal. Analisis lingkungan eksternalmeliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspeksosial, budaya, politis, ekonomis, dan teknologi,serta kecenderungan yang mungkin berpengaruhpada organisasi. Hasil analisis lingkungan ekternaladalah sejumlah peluang yang harus dimanfaatkan(opportunities) dan ancaman yang harus dicegah(threats). Analisis lingkungan internal terdiri daripenentu yang realistis atas segala kekuatan(strengths) dan kelemahan (weaknesses). Suatuorganisasi harus mengambil manfaat dari kekuatandan mengatasi kelemahan (Sonhadji, 2001). AnalisisSWOTdapat dilakukan dengan matriks SWOT,yang terdiri atas sel-sel daftar kekuatan (S),kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman/tantangan (T). Gambar 7 menujukkan tabel SWOT.

Gambar 7 Tabel Matriks SWOT (Adaptasi:Wahyudi, 1996: 105)

Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 495

Posisi Kompetitif Relatif (Pangsa Pasar) Tinggi Rendah

Bintang Beberapa Satuan

terpilih Pengguna

Tanda Tanya Dana dan Daya

Penghasil Sapi Perah

Dana dan Daya Anjing

Pasar Tumbuh Pesat Konsentrasi Reformulasi Konsentrik Integrasi Vertikal Integrasi Horizontal Divesivikasi Konsentrik Penciutan Likidasi

I II

Posisi Bersaing Posisi Bersaing Kuat IV III Mengubah Haluan Diversifikasi Konsentrik Diversifikasi Konsentrik Diversivikasi Konglomerasi Di versifikasi Konglomerasi Usaha Patungan Penciutan Likuidasi Pasar Tumbuh Lambat

KEKUATAN DAN

KELAMAHAN PELUANG DAN TANTANGAN

KEKUATAN (S)

Identifikasi Kekuatan

KELEMAHAN (W)

Identifikasi Kelemahan

PELUANG (O)

Identifikasi Kesempatan

SO

Menggunakan kekuatan untuk menangkap kesepatan

WO

Mengatasi kelemahan dengan mengambil

kesempatan

ANCAMAN (T)

Identifikasi Ancaman

ST

Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

WT

Meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Page 13: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Berdasarkan analisis SWOT alternatifstrateginya seperti pada Gambar 8.

Gambar 8 Matrik Seleksi Strategi Induk(Adaptasi: Sonhadji, 2001)

Daur Kehidupan Produk (Product Life Cyrcle)

Pada prinsipnya analisis ini mengatakanbahwa suatu produk akan mengalami suatu sikluskehidupan seperti manusia, yaitu lahir, tumbuh,dewasa dan tua (meninggal). Kehidupan produkdibagi menjadi 4 tahap yaitu perkenalan(intoduction), pertumbuhan (growth), dewasa(maturity), dan masa menurun (decline). Tahapperkenalan penjualan mulai dari nol kemudianmeningkat pelan-pelan, keuntungan negatif karenauntuk penelitian dan promosi. Tahap pertumbuhanpenjualan meningkat cepat kemudian rendah.Tahap dewasa penjualan mencapai titik maksimalkemudian menurun. Tahap menurun penjualan dankeuntungan menurun terus hingga ditarik dariperedaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas secara garisbesarnya dapat disimpulkan sebagai berikut.Pemilihan strategi induk perusahaan atau lembagapendidikan membutuhkan pemikiran yangmendalam. Strategi induk yang sering digunakandalam pengembangan lembaga pendidikan atauperusahaan, yaitu: konsentrasi, pengembanganpasar, pengembangan produk, inovasi, integrasihorizontal, integrasi vertikal, penetrasi pasar, usahapatungan, diversifikasi konsentrik, diversifikasikonglomerasi, pengurangan/perubahan haluan,penciutan, likuidasi, dan kombinasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhipengambilan strategi adalah strategi masa lalu,ketergantungan eksternal, sikap manajementerhadap risiko, percaturan kekuatan dalamorganisasi, peranan manajemen puncak, ketepatanwaktu, dan reaksi pesaing. Teknik-teknik yangdikembangkan yang digunakan untuk memutuskanstrategi adalah Analisis Kesenjangan, MatriksSeleksi Strategi Induk, Boston Consulting Group(BCG), Model Kelompok Strategi Induk, MatriksSWOT, dan Daur Kehidupan Produk

Mengingat pentingnya pemilihan strategidisarankan kepada para menajer untukmemikirkan dengan sungguh-sunguh dalammenetapkan strategi perusahaan atau lembagapendidikan karena ketidaktepatan pemilihanstrategi dapat menyulitkan pencapaian tujuan yangtelah ditetapkan.

496 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

DAFTAR RUJUKAN

Hax, A. C. & Majluf, N. S. 1991. The Strategiy,Consept and Process. London: Prentice-Hall, Inc.

Montgomery, C. A. & Porter, M. E. 1991. StrategySeeking and Securing CompetitiveAdvantage. United States of America: AHarvard Business Review Book.

Pearche II, J. A., & Robinson, R. B. 1991.Strategic Management, Formulation.Implementation, and Control. (4th ed.).Boston: Richart D. Irwin, Inc.

Sharplin, A. 1985. Strategic Management. NewYork: McGraw-Hill Book Company.

Siagian, S. P. 1998. Manajemen Statejik. Jakarta:Bumi Aksara.

Sonhadji, A. K. H. 2001. Analisis SWOT: SuatuAnalisis Lingkungan dengan Menggu-nakan Manajemen Strategik. Makalahtidak diterbitkan. Malang: UM.

Wahyudi, A. S. 1996. Manajemen Strategik,Pengantar Proses Berfikir Strategik.Jakarta: Binarupa Aksara.

Peluang

Strategi Orientasi Memutar Strategi Agresif

Kelemahan III I Kekuatan Internal Internal

IV II Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Ancaman

Page 14: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

GAYA KEPEMIMPINAN MANAGERIAL GRIDKEPALA SEKOLAH DASAR

Wildan Zulkarnain

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study is to describe managerial grid leadership style of elementaryschool principal in the district of Gadungsari Blitar. This study used a quantitative approach andincluded in the descriptive research. The data source is the entire population of elementary schoolprincipals in the district of Gadungsari Blitar. The results showed elementary school principal in thedistrict of Gadungsari Blitar most have a country club leadership style, and no one has reached theteam leadership style. So it is suggested that the principal is always trying to improve his leadershipstyle to the style of team management by developing teamwork through: participation of decision-making in the face of conflict, open two-way communication, as well as the involvement of participants(teachers, staff, and students) in the planning and implementation of activities or school work program.

Keywords: leadership model, managerial grid, communication.

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan gaya kepemimpinan managerial grid kepala sekolahdasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifdan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Sumber data adalah seluruh populasi kepala sekolahdasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan kepala sekolah dasardi Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar sebagian besar memiliki gaya kepemimpinan countryclub, serta belum ada yang mencapai gaya kepemimpinan tim. Sehingga disarankan agar kepalasekolah selalu berusaha meningkatkan gaya kepemimpinannya menuju gaya manajemen tim denganmengembangkan kerja tim melalui: partisipasi pembuatan keputusan dalam menghadapi konflik,komunikasi dua arah yang terbuka, serta pelibatan partisipan (guru, staf, dan siswa) dalam perencanaandan pelaksanaan kegiatan atau program kerja sekolah.

Kata kunci: gaya kepemimpinan, managerial grid, komunikasi.

Pendidikan merupakan sarana utama untukmenyukseskan pembangunan nasional, karenadengan pendidikan diharapkan dapat mencetaksumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkandalam pembangunan. Peningkatan mutu pendidikannasional dilakukan pemerintah melalui peningkatankualitas pendidikan di sekolah, karena sekolahmerupakan salah satu komponen sistem pendidikandi Indonesia. Keberhasilan pendidikan di sekolahditentukan oleh banyak faktor, antara lain adalahaspek kepemimpinan kepala sekolah sebagaipimpinan lembaga pendidikan. Apabila kepalasekolah berhasil dalam melaksanakan fungsikepemimpinan pendidikan di sekolah, makapelaksanaan pendidikan diharapkan dapat berjalanefektif.

Kepala sekolah merupakan pemimpinpendidikan yang sangat penting karena dialah yang

berhubungan secara langsung dengan pelaksanaanprogram pendidikan di sekolah. Atau dengan katalain, dapat dilaksanakan atau tidaknya suatuprogram pendidikan dan tercapai tidaknya tujuanpendidikan, sangatlah bergantung pada kecakapandan kebijaksanaan kepala sekolah sebagaipemimpin pendidikan (Purwanto, 1990). Kepalasekolah harus memiliki persiapan yangmemadaiuntuk menghadapi tantangan yang berattersebut. Selain itu, banyaknya tanggung jawabmenuntut kepala sekolah agar mampumendelegasikan wewenang dan tanggungjawabnya kepada para guru/stafnya. Sehingga iadapat memusatkan perhatiannya pada usahapembinaan program pengajaran. Kepemimpinankepala sekolah juga berperan sebagai motorpenggerak bagi sumber daya sekolah terutama paraguru dan staf sekolah. Sebagaimana pendapat

497

Page 15: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Nawawi (1988) bahwa semangat kerja pendidik/guru dan bawahan lainnya/karyawan, banyaktergantung pada kepemimpinan kepala sekolah.Para guru akan bekerja dengan baik, para pegawaiakan bekerja dengan semangat yang tinggi, danpara siswa akan bisa belajar dengan tenang, apabilakepala sekolah mampu mempengaruhi,mengarahkan, mendorong, dan menggerakkanmereka ke arah pencapaian tujuan sekolah secaraefektif.

Setiap pemimpin, termasuk juga kepalasekolah, dalam menjalankan fungsi kepemimpinanakan mempunyai cara masing-masing yangtercermin dari perilakunya. Perilaku pemimpindapat dibedakan dalam dua jenis perilaku, yaknipemimpin yang relationship-oriented dan task-oriented. Seorang pemimpin relationship-oriented menitikberatkan kepemimpinannya padabermacam usaha memotivasi kelompok untukmenerima apa yang telah digariskan sebagai tujuankelompok dan memotivasi mereka guna bekerjamencapai tujuan. Sedangkan pemimpin task-oriented menitikberatkan pada cara dan saranapencapaian tujuan tertentu. Ia juga berusaha kerasmengkoordinasikan sebaik mungkin para anggotakelompoknya. Hal ini sesuai analisa Sudjarwo(2011) bahwa jika membicarakan tipe pemimpin,maka harus diketahui orientasi yang dituju yaitu:task orientation, relationship orientation, andeffectiveness orientation.

Dua orientasi dasar kepemimpinan tersebutmemunculkan berbagai jenis gaya kepemimpinan,salah satunya adalah model kepemimpinanmanagerial grid dari Blake & Mouton yangmenghasilkan lima macam gaya kepemimpinan.Yaitu kombinasi antara concern for people danconcern for production, yang terdiri dari gayaimproverished, country club, team, task, danmidle road. Blake & Mouton menyatakan gayakepemimpinan tim merupakan gaya pemimpin timyang sesungguhnya (Buhanuddin, 1994). Sebabgaya ini mampu menyatupadukan dan menjaringkebutuhan produksi suatu organisasi dengankebutuhan individual para anggotanya. Ataudengan kata lain gaya ini memaksimalkan perhatianpada kedua hal yaitu produksi (tugas) dan orang(manusia). Sehingga kepala sekolah sebagaipemimpin pendidikan seharusnya mempunyai atauberusaha menuju gaya kepemimpinan manajementim ini.

Kepala sekolah hendaknya juga bisamengetahui gaya kepemimpinannya agar dapatmengevaluasi diri guna menjalankan tugasnya

secara efektif, yaitu bertindak sebagai pemimpinyang kuat dengan harapan yang tinggi namun tetaprealistis terhadap situasi dan kondisi di sekolahnya.Hal ini sesuai pernyataan Mortimore (dalamPreedy, 1993) bahwa kepala sekolah sebagaipemimpin pendidikan harus dapat bertindak secaraefektif dan terlibat secara aktif dalam memimpinsekolah, serta melakukan kontrol terhadap parastaf, guru, dan siswa. Berdasarkan latar belakangpemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan atau menggambarkan gayakepemimpinan managerial grid kepala sekolahdasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan rancangan atau desain surveycross-sectional ex-post-facto, dan termasukdalam jenis penelitian deskriptif. Rancanganpenelitian tersebut merupakan suatu proses yangdiperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaanyang dapat berupa proses pengumpulan dananalisis data. Survey merupakan bagian dari studideskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikanperistiwa yang diteliti sebagaimana adanya dengansistematis (Ary dkk., 1982). Cross-sectional yaknipengambilan data dilakukan secara serentak padasubjek berbeda dengan cara menyebarkan angket(Arikunto, 2002). Ex-post-facto yaitu datadiperoleh dari peristiwa yang sudah terjadi danpeneliti tidak memanipulasi variabel.

Sumber data penelitian ialah kepala sekolahsebagai responden, yaitu orang yang meresponsberupa jawaban tertulis melalui angket dari peneliti.Sehubungan dengan wilayah sumber data yangakan dijadikan subjek penelitian, maka penelitianini termasuk dalam jenis penelitian populasi, karenasumber datanya adalah seluruh populasi kepalasekolah dasar di Kecamatan GadungsariKabupaten Blitar. Instrumen menggunakan angketdan data diolah dengan teknik analisis deskriptif.Analisis ini untuk menggambarkan peristiwa yangditeliti sebagaimana adanya dengan sistematissehingga diperoleh informasi tentang status gejala,yaitu gaya kepemimpinan managerial grid kepalasekolah dasar di Kecamatan GadungsariKabupaten Blitar, pada saat penelitian dilakukan.

HASIL

Deskriptif data gaya kepemimpinan kepalasekolah dasar menunjukkan bahwa: 33,3%

498 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

Page 16: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

responden bergaya impoverish; 51,1% respondenbergaya country club; 6,7% responden bergayamiddle of the road; 8,9% responden bergaya task;dan tidak ada responden yang bergaya team.Sehingga sebagian besar kepala sekolahmempunyai gaya kepemimpinan country club.

Deskriptif data orientasi tugas dari perilakukepemimpinan kepala sekolah menunjukkanbahwa: 8,9% responden berkategori tinggi; 8,9%responden berkategori sedang; dan 82,2%responden berkategori rendah. Sehingga sebagianbesar orientasi tugas dari perilaku kepemimpinankepala sekolah termasuk dalam kategori rendah.

Deskriptif data orientasi manusia dariper ilaku kepemimpinan kepala sekolahmenunjukkan bahwa: 33,3% respondenberkategori tinggi; 28,9% responden berkategorisedang; dan 37,8% responden berkategorirendah. Sehingga sebagian besar orientasimanusia dari perilaku kepemimpinan kepalasekolah termasuk dalam kategori rendah.

PEMBAHASAN

Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Banyak teori oleh para ahli yang mengemu-kakan tentang pengertian kepemimpinan, namunpada dasarnya teori-teori dan pendapat tersebutsecara umum saling melengkapi dan salingmenunjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwakepemimpinan merupakan kemampuan seseoranguntuk mempengaruhi, menggerakkan, danmengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompokuntuk mencapai tujuan kelompok dalam situasitertentu. Soetopo (2010) lebih lanjut mendefinisikankepemimpinan dalam lingkup pendidikan yaitukepemimpinan pendidikan merupakan kemampuanuntuk menggerakkan dan membimbing orang yangterlibat dalam pelaksanaan pendidikan untukmencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini sejalandengan sudut filosofi kepemimpinan yang padapokoknya menjunjung tinggi arus hubungankemanusiaan (human relationship).

Proses kepemimpinan bisa muncul kapan sajadan dimanapun jika terdapat unsu-unsur: (1) adaorang yang memimpin; (2) ada orang-orang yangdipimpin; (3) ada kegiatan atau tindakanpenggerakan bawahan untuk mencapai tujuan; dan(4) terdapat tujuan yang ingin dicapai bersama.Pada ruang lingkup sekolah, kepemimpinanmerupakan usaha kepala sekolah untukmempengaruhi, mendorong, membimbing,

mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolahagar bekerja secara efektif dalam rangkamencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yangditetapkan. Secara formal kepala sekolah sebagaipemimpin, dan para guru dan karyawan sebagaibawahannya. Kesemua jenis personil tersebutmelibatkan diri dalam suatu ikatan organisasisekolah untuk bekerja sama dalam rangkamencapai tujuan sekolah. Situasi demikian sudahmenunjukkan proses fungsi kepemimpinan dalamaktivitas persekolahan.

Menurut Handoko (1999) terdapat beberapapendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikansebagai pendekatan kesifatan, perilaku, dansituasional. Pendekatan pertama memandangkepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-sifat yang tampak. Pendekatan keduamengidentifikasikan perilaku-perilaku pribadi yangberhubungan dengan kepemimpinan yang efektif.Kedua pendekatan ini beranggapan bahwa seorangindividu yang memiliki sifat atau memperagakanperilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpindalam situasi kelompok apapun dimana ia berada.Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasionalkepemimpinan. Pandangan ini menganggap kondisiyang menentukan efektifitas kepempimpinanbervariasi dengan situasi tugas yang dilakukan,keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkunganorganisasi, pengalaman masa lalu pemimpin danbawahan, dan sebagainya. Pandangan ini telahmenimbulkan pendekatan contingency padakepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkanfaktor-faktor situasional yang menentukan seberapabesar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.

Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalahteori kepemimpinan dari pendekatan perilakupemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masihdifokuskan lagi pada gaya kepemimpinan(leadership style), sebab gaya kepemimpinanbagian dari pendekatan perilaku pemimpin yangmemusatkan perhatian pada proses dinamikakepemimpinan dalam usaha mempengaruhiaktivitas individu untuk mencapai suatu tujuandalam suatu situasi tertentu. Atau dengan kata laingaya kepemimpinan ialah pola-pola perilakupemimpin yang digunakan untuk mempengaruhiaktivitas orang-orang yang dipimpin untukmencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya.

Berkaitan dengan perilaku pemimpin, Soetopo(2010) menegaskan dua orientasi kepemimpinan,yaitu orientasi terhadap tugas (yang penting tugasselesai tanpa memperhatikan aspek manusia) danorientasi kepada manusia (yang penting orangnya

Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 499

Page 17: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

sejahtera, tugas selesai lambat tidak apa-apa).Sehingga secara umum muncullah dua klasifikasigaya kepemimpinan yang paling dasar, yaitu: 1)Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas.Yaitu kepemimpinan yang lebih menaruh perhatianpada tingkah laku pemimpin yang mengarah padapenyusunan rencana kerja, penetapan polaorganisasi, saluran komunikasi, metode kerja, danprosedur pencapaian tujuan. 2) Gaya kepemim-pinan yang berorientasi pada manusia atauhubungan manusia. Kepemimpinan lebih menaruhperhatian pada tingkah laku pemimpin yangmengarah pada kesejawatan, saling mempercayai,saling menghargai, dan penuh kehangatan dalamhubungan antara pimpinan dan anggota staf.

Berdasarkan uraian tersebut maka gayakepemimpinan sebenarnya hampir sama denganmodel tipe kepemimpinan. Hanya saja gayakepemimpinan lebih banyak menyangkut aspekoperasionalisasi (yakni: persepsi, nilai, sikap,perilaku) dari tipe kepemimpinan. Gayakepemimpinan tersebut bisa berkembang sertadapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yangmenghasilkan bermacam jenis gaya dalam suatumodel kepemimpinan. Model kepemimpinandidasarkan pada pendekatan yang mengacukepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskanpada perilaku dan keterampilan seseorang yangberbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinanyang berbeda.

Model Kepemimpinan Managerial Grid

Dua orientasi kepemimpinan, yaitu perilakukepemimpinan berorientasi tugas dan perilakukepemimpinan berorientasi manusia, telahmemunculkan berbagai jenis gaya kepemimpinan.Salah satunya adalah model kepemimpinanmanagerial grid dari Robert K. Blake dan JaneS. Mouton yang menghasilkan lima macam gayakepemimpinan. Pada dasarnya teori managerialgrid atau kisi-kisi manajerial membagi lima gayakepemimpinan berdasarkan pada dua aspek utamayaitu kepemimpinan yang menekankan pada faktorproduksi (concern for production) danmenekankan pada hubungan antarindividu(concern for people). Hasilnya terdapatkepemimpinan yang berorientasi kepada tugassaja, dan ada pula yang berorientasi pada faktorhubungan individu saja (Burhanuddin. 1994).Kelima gaya kepemimpinan sebagai hasil darikombinasi antara dua aspek utama tersebut dapatdilhat pada gambar 1.

Gambar 1. Kisi-kisi Manajerial

Inti pemikiran model managerial grid adalahseorang pemimpin selain harus lebih memikirkanmengenai tugas-tugas yang akan dicapainya jugadituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadaphubungan kerja dengan manusia sebagaibawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpintidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugassaja tanpa memperhitungkan faktor hubungandengan bawahannya, sehingga seorang pemimpindalam mengambil suatu sikap terhadap tugas,kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses danprosedur penyelesaian tugas, maka saat itu jugapemimpin harus memperhatikan pola hubungandengan staf atau bawahannya secara baik.

Blake & Mouton membentuk kisi-kisi (grid)dimana perhatian kepada orang/karyawan(manusia) dan produksi (tugas) berada pada jarakdari rendah ke tinggi. Setiap dimensi diberi nilai 1sampai 9. Para pemimpin dapat ditempatkan padagrid ini sesuai dengan kriterianya tergantung daritingkat perhatiannya. Gaya kepemimpinandikelompokkan menjadi empat kecenderunganyang ekstrim dan satu kecenderungan yangterletak di tengah-tengah keempat gaya ekstrimtersebut.

Gaya pertama (1.1) adalah gaya pengalah(impoverished management), ditandai olehkurangnya perhatian terhadap tugas. Sebanyak33,3% responden bergaya ini. Pemimpinmempunyai ciri lemah cenderung menerimakeputusan orang lain, menyetujui pendapat, sikapdan gagasan orang lain serta menghindari konflikdan menghindari sikap memihak. Jika ada konflikmaka pemimpin ini tetap netral dan berada di luar

500 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

CONCERN

FOR

PEOPLE

1-9COUNTRYCLUB

9-9TEAM

5-5MIDLEROAD

1-1IMPOVERISHED

9-1TASK

CONCERN FOR PRODUCTION

Page 18: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

masalah. Dengan tetap netral, pemimpin pengalahjarang terlibat dan hanya sedikit saja mengatasikeadaan.

Gaya kedua (1.9) adalah gaya santai (countryclub style), ditandai oleh rendahnya perhatianterhadap tugas dan perhatian yang tinggi terhadapmanusia. Sebanyak 51,1% responden atau sebagianbesar responden penelitian bergaya ini. Artinyapemimpin sangat menghargai hubungan baik antarasesama manusia atau anggota organisasi termasukbawahannya. Ia lebih suka menerima pendapat,gagasan dan sikap orang lain daripadamemaksakan kehendaknya. Ia menghindari konfliktetapi jika tidak dapat dihindari, maka ia akanmelunakkan perasaan orang dan menjaga agarmereka dapat tetap bekerja sama.

Gaya ketiga (5.5) adalah pemimpinpertengahan (middle of the road style), ditandaioleh perhatian yang seimbang terhadap tugas danmanusia. Sebanyak 6,7% responden bergaya ini.Pemimpin jenis ini mencari cara-cara yang dapatberguna untuk dapat memecahkan masalahmeskipun kadang cara tersebut kurang sempurna.Jika ada pendapat, gagasan dan sikap yang berbedadengan yang dianutnya, maka pemimpin akanberusaha jujur tetapi tegas dan mencari pemecahanyang tidak memihak. Jika mendapat tekanan, makaia mungkin akan ragu dan mencari jalan untukkeluar dari ketegangan. Ia akan berusaha untukmempertahankan keadaan untuk tetap menjadibaik.

Gaya keempat (9.1) adalah gaya kerja (taskstyle), ditandai oleh perhatian tinggi terhadappekerjaan tetapi sangat kurang memperhatikanmanusianya. Sebanyak 8,9% responden bergayaini. Pemimpin jenis inisangat menghargai keputusanyang telah dibuat. Perhatian utama adalahmenyelesaikan pekerjaan secara efisien dancenderung mempertahankan pendapat, gagasandan sikapnya sekalipun didapat dengan caramenekan orang lain. Jika ada konflik, maka iacenderung akan menghentikan dan memenangkanposisinya dengan cara membela diri, bersikeraspada pendapatnya,atau dengan berargumentasi.

Gaya ketiga (9.9) adalah gaya tim (teamstyle), ditandai oleh perhatian tinggi terhadap tugasdan manusia . Pemimpin gaya tim sangatmenghargai keputusan yang logis dan kreatifsebagai hasil dari kesepakatan anggota organisasi.Ia mau mendengarkan dan mencari gagasan,pendapat dan sikap yang berbeda dengan yangdianutnya. Ia juga memiliki keyakinan kuat tentanghal yang harus dilakukan tetapi tetap memberi

respon pada gagasan orang lain yang logis denganmengubah pendapatnya. Jika terjadi konflik, iamencari alasan munculnya perbedaan dan mencaripenyebab utamanya. Dalam keadaan marah, iadapat mengendalikan diri meskipun kadangmenampakkan ekspresi tidak suka. Ia memilikirasa humor yang tinggi meskipun dalam keadaantertekan. Ia menunjukkan upaya yang keras dankuat untuk melibatkan orang lain untuk ikutbergabung dengannya. Pemimpin ini mampumenunjukkan keinginannya untuk saling percayadan saling menghargai di antara sesama anggotatim dan juga menghargai pekerjaan.

Blake & Mouton menyatakan gayakepemimpinan tim (9.9) merupakan gaya yanglebih disukai oleh bawahan. Pada umumnya gayaini berasumsi bahwa orang akan menghasilkansesuatu yang terbaik apabila mereka bisamemperoleh kesempatan untuk melakukanpekerjaan yang berarti. Gaya ini memaksimalkanperhatian pada kedua hal yaitu produksi (tugas)dan orang(manusia). Sehingga diharapkan agarkepala sekolah sebagai pemimpin pendidikanmemiliki gaya ini. Namun tidak ada satupunresponden penelitian yang mempunyai gaya ini.

Perilaku Kepemimpinan

Setiap pemimpin, termasuk kepala sekolah,dalam menjalankan fungsi kepemimpinan akanmempunyai cara masing-masing yang tercermindari perilakunya. Berbagai kajian mengenaiperilaku kepemimpinan berorientasi hubungan danperilaku kepemimpinan berorientasi tugas telahdimulai sejak dekade 1950-an sampai sekarang.Hasil kajian terhadap perilaku kepemimpinantersebut telah memberikan banyak kontribusiliteratur pada teori kepemimpinan. Satu kontribusipenting yang telah didapatkan adalah penggunaankonsep orientasi hubungan (manusia) dan orientasitugas untuk membedakan berbagai jenis perilakukepemimpinan. Kontribusi lainnya menurut Brown(2003) adalah penggunaan konsep perilakukepemimpinan berorientasi hubungan dan perilakukepemimpinan berorientasi tugas untuk mengukurefektifitas individu dan efektifitas organisasional.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cartwright& Zander (dalam Bass, 1990) yaitu perilakukepemimpinan sebagai hasil performa fungsi tugasdan fungsi hubungan.

Perilaku kepemimpinan yang berorientasihubungan difokuskan pada kualitas hubungandengan pengikut (anggota), sedangkan perilaku

Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 501

Page 19: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

kepemimpinan berorientasi tugas tertuju pada tugas-tugas yang harus diselesaikan pengikut. Hasilnyamenurut penelitian Koh et.al (1995) adalahkepemimpinan berorientasi hubungan memiliki efeklebih besar dibandingkan kepemimpinan berorientasitugas dalam memprediksi komitmen organisasionaldan kepuasan kerja karyawan. Selanjutnya diperkuatoleh hasil penelitian MacKenzie et.al (2001) yaituperilaku kepemimpinan berorientasi hubunganberkorelasi positif dengan kinerja.

Pemimpin yang bijaksana lebih memperhati-kan kondisi bawahan guna pencapaian tujuanorganisasi. Gaya berorientasi hubungan yangdigunakan akan mendapat sambutan hangatkaryawan, sehingga proses mempengaruhibawahan dapat berjalan baik serta di satu sisi timbulkesadaran diri karyawan untuk bekerja sama danbekerja produktif. Pada lingkungan sekolah,hubungan antara kepala sekolah dengan guru,tenaga administrasi, dan siswa yang baik jugamerupakan bagian dari lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah yang kondusif bagipengembangan karakter positif siswa.

Hubungan yang baik antara kepala sekolahdengan mereka tampak dari keramahan sikap kepalasekolah ketika berinteraksi dan kesantunan bahasayang digunakan kepala sekolah ketikaberkomunikasi dengan mereka. Misalnya kepalasekolah menyapa warga sekolah dengan bahasayang santun, serta sikap perilaku kepala sekolah yangsopan ketika berinteraksi dengan warga sekolah.Kepala sekolah memperlakukan warga sekolahsecaraadil dan menempatkan mereka semua pentingsesuai dengan tugas dan fungsi mereka. Perlakuanseperti ini akan menimbulkan adanya rasa hormatdan segan yang bisa berdampak pada guru-staf-siswa menjadi rela melaksanakan segala programsekolah dengan senang hati. Pada situasi sepertiitu, mereka cenderung akan memiliki komitmentinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mereka di sekolah.

Berdasakan uraian di atas, maka padadasarnya model kepemimpinan manajerial gridrelatif lebih rinci dalam menggambarkankecenderungan kepemimpinan. Namun demikian,tidak dapat dipungkiri bahwasanya model

inimerupakan pandangan yang berawal daripemikiran yang relatif sama denganmodelsebelumnya, yaitu seberapa otokratis dandemokratisnya kepemimpinan dari sudut pandangperhatiannya pada orang dan tugas. Dan hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besarorientasi tugas dan orientasi manusia dari perilakukepemimpinan kepala sekolah termasuk dalamkategori rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kepala SekolahDasar di KecamatanGadungsari Kabupaten Blitar sebagian besarmemiliki gaya kepemimpinan country club, dimanapemimpin lebih mementingkan hubungan kerja ataukepentingan bawahan, sehingga hasil atau tugaskurang diperhatikan. Serta belum ada satupunkepala sekolah yang mencapai gaya maksimal yaitugaya kepemimpinan tim (9,9). Hasil penelitian jugamenunjukkan bahwa sebagian besar orientasitugas dan orientasi manusia dari perilakukepemimpinan kepala sekolah termasuk dalamkategori rendah, sehingga perlu ditingkatkan untukmencapai kategori tinggi.

Saran

Kepala sekolah disarankan agar senantiasaberusaha meningkatkan gaya kepemimpinannyamenuju gaya manajemen tim (9,9). Sebab Blake &Mouton menyatakan gaya ini memaksimalkanperhatian pada kedua hal yaitu produksi (tugas) danorang (manusia), serta merupakan gaya yang lebihdisukai bawahan. Hal ini dimaksudkan supaya parawarga sekolah (guru, staf, dan siswa) bersediamelaksanakan program sekolah dengan senang hatidan mempunyai komitmen tinggi dalam melaksanakantugas dan tanggung jawab mereka di sekolah. Usahakepala sekolah menuju gaya kepemimpinan tim ialahdengan mengembangkan kerja tim melalui: partisipasipembuatan keputusan dalam menghadapi konflik,komunikasi dua arah yang terbuka, serta pelibatanpartisipan (guru-staf-siswa) dalam perencanaan danpelaksanaan kegiatan atau program kerja sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: SuatuPendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta.

Ary, D., Jacobs, L. C., & Razavieh, A. Tanpa tahun.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982.Surabaya: Usaha Nasional.

502 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

Page 20: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Bass, B. 1990. Bass & Stogdill’s Hand Book ofLeadership (3rd ed.). New York: FreePress.

Brown, B. 2003. Employees’ OrganizationalCommitment and Their Perception ofSupervisors’ Relation-Oriented and Task-Oriented Leadership Behaviors.ww w. e m e r a l d i n s i g h t . c o m / 0 9 5 3 -4814.htm.

Burhanuddin. 1994. Analisis AdministrasiManajemen dan KepemimpinanPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Handoko, T. H. 1999. Manajemen: Edisi 2.Yogyakarta: BPFE

Koh, W.L., Steers, R.M., & Terborg, J.R. 1995.The Effects of Transformational Leadershipon Teacher Attitude and StudentsPerformance in Singapore. Journal ofOrganizational Behavior.

MacKenzie, Scott B., Phillip M. Podsakoff&Gregory A. 2001. Transformational andTransactional Leadership and Sales PersonPerformance. Journal of the Academy ofMarketing Science, 29 (2): 115-134.

Nawawi, H. 1988. Administrasi Pendidikan.Jakarta: CV Haji Mas Agung.

Preedy, M. (Ed.). 1993. Managing theEffectiveSchool. London: PCP Ltd.

Purwanto, N. 1990. Administasi dan SupervisiPendidikan. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan.Malang: FIP UM.

Sudjarwo. 2011. Dinamika Kelompok. Bandung:CV Mandar Maju.

Thoha, M. 2006. Kepemimpinan dalamManajemen. Jakarta: RajaGrafindoPersada.

Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 503

Page 21: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS INFORMATIKADI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Gunawan Widi Prastyo

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purposeof this study describe: (1) planning; (2) implementation; (3) evaluation; (4)obstacles and solution; and (5) curriculum development that based on informatics at SMK SandhyPutra. This research was qualitative study that used case study design. Data collection techniquesused are observation, interview and documentation. The result of data collection and data analysiswere: (1) the curriculum planning was done in accordance with the needs of the current and the futureof school, (2) the implementation of learning media that used in learning have to be based on IT, (3)The evaluation of the curriculum that based on informatics was curriculum implementation, (4) therewere not major obstacles in curriculum management that based on informatics, (5) the developmentwas through apprenticeship such asprakerin, PKL, and etc.

Keywords: management, curiculum, information.

Abstrak: tujuan penelitian ini mendeskripsikan; (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) evaluasi; (4)hambatan dan solusi; dan (5) pengembangan kurikulum berbasis informatika di SMK Sandhy Putra.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulandata yang digunakan ialah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan proses pengumpulandan analisis data didapatkan hasil, yaitu: (1) perencanaan kurikulum sekolah dilakukan sesuai dengankebutuhan sekolah sekarang dan akan datang, (2) pelaksanaannya media pembelajaran yang digunakandalam pembelajaran ialah harus berbasis IT, (3) evaluasi dalam kurikulum berbasis informatika ialahimplementasi kurikulum, (4) tidak ada hambatan-hambatan yang besar dalam manajemen kurikulumberbasis informatika, dan (5) pengembangannya ialah melalui kegiatan magang misalnya prakerin,PKL, dan sebagainya.

Kata kunci: manajemen, kurikulum, informatika

Pendidikan merupakan hal yang paling utama untukdapat menghasilkan output yang berkompeten,berperilaku, dan berperan aktif untuk membangundan memajukan bangsa, baik dari sektorperekonomian, politik, teknologi, budaya, dan sosial,sebab pendidikan merupakan usaha pengembang-an manusia menjadi insan yang lebih baik. Hal inisejalan dengan tujuan pendidikan nasional sepertitersurat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun2003, Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasionalyang berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis”.

Dilihat dari tujuan pendidikan nasional danarti pendidikan seperti yang telah disebutkan, maka

dapat disimpulkan pendidikan bisa menghasilkangenerasi muda yang mampu memajukan bangsaini dari keterpurukan, untuk mencapai kualitassaran terbaik maka komponen-komponenpendidikan harus ditata dan dikelola dengan baik.Komponen-komponen utama proses pendidikanyaitu: kurikulum, tenaga pendidik, tenagakependidikan, peserta didik, anggaran pendidikan,dan sarana prasarana.

Salah satu komponen penting dari sistempendidikan tersebut adalah kurikulum, karenakurikulum merupakan komponen pendidikan yangdijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baikoleh pengelola maupun penyelenggara, khususnyaguru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejakIndonesia memiliki kebebasan untuk menyeleng-garakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya,sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum.

504

Page 22: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Peneliti berpendapat, bahwa dalam bidangpendidikan agar tercapai pendidikan yang sesuaikebutuhan masyarakat dan lingkungan, makadiperlukan pembaruan kurikulum secara terusmenerus berdasarkan kondisi dan situasi yangberada di lapangan. Banyak sekolah telahmengembangkan berbagai program unggulandalam memenuhi tuntutan kualitas yang diharapkanpara orangtua dan masyarakat dari setiap sekolah,karena kepala sekolah sebagai manajer harusmemahami strategi perubahan sekolah dalammemperjuangkan keunggulan mutu sebagai tujuansekolah. Adanya program peningkatan mutu yangakan dicapai merupakan prioritas utamamanajemen yang dijalankan oleh kepala sekolahuntuk menghasilkan output yang bermutu. Denganmanajemen peningkatan mutu yang efektif, makakualitas unggul output sekolah akan tercapai.Mulyasa (2006:224) menyatakan:

Guru merupakan pengembangkurikulum bagi kelasnya, yang akanmenerjemahkan, menjabarkan, danmentransformasikan nilai-nilai yangterdapat dalam kurikulum kepadapeserta didik. Dalam hal ini, tugas gurutidak hanya mentransfer ilmupengetahuan (transfer of knowledge)akan tetapi lebih dar i itu, yaitumembelajarkan anak supaya dapatberfikir integral dan komprehensif, untukmembentuk kompetensi dan mencapaimakna tertinggi.

Sedangkan di sisi lain, Hamalik (2008:6) jugaberpendapat, bahwa:

Kurikulum sebagai hasil belajar yangdiharapakan, dalam konteks ini, tujuanpembelajaran tidak lagi dirumuskandalam retorika global seperti siswamemiliki apresiasi terhadap warisanbudaya, tetapi dirumuskan dalamserangkaian hasil belajar yangterstruktur. Artinya, setiap kegiatan,pengajaran, desain lingkungan, dansebagainya, difungsikan sedemikianrupa sehingga menjadi saling mendukunguntuk mencapai tujuan akhir yang telahditetapkan sebelumnya.

Penyusunan kurikulum diperlukanmanajemen yang baik untuk bisa menghasilkan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhanmasyarakat secara umum. Salah satu sekolah yangbisa menyusun manajemen kurikulum yang sesuaidengan kebutuhan masyarakat secara umumadalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)Sandhy Putra yang berlokasi di Jalan DanauRanau Sawojajar Malang. Sekolah ini telahberhasil mengembangkan kurikulum berbasisinformatika dengan baik yang bisa dilihat dari segioutput-nya yang berkompeten dalam bidanginformatika.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitianini adalah pendekatan kualitatif karena penelitianyang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikanaspek yang menjadi fokus penelitian yang berkaitandengan manajemen kurikulum berbasis informatikadi SMK Sandhy Putra Malang, sehinggapendekatan kualitat if dugunakan untukmenemukan dan memaknai kajian yang mendalamserta dapat memaparkan data secara lugasmengenai manajemen kurikulum. Pendekatankualitatif digunakan untuk mendeskripsikanmanajemen kurikulum berbasis informatika dalambentuk kata-kata tertulis yang merupakan hasilinformasi yang diperoleh dari narasumber(informan), hasil pengamatan (observasi), maupundokumentasi sekolah.

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah studikasus, karena penelitian yang dilakukan inimengungkapkan suatu peristiwa, yaitu tentangmanajemen kurikulum berbasis informatika di SMKSandhy Putra Malang. Hal tersebut dilaksanakankarena peneliti ingin mendeskripsikan danmenganalisis secara terperinci tentang suatulembaga.

Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu diSMK Sandhy Putra Malang atau SMK TelkomMalang. SMK Sandhy Putra Malang terletak diJl. Danau Ranau Sawojajar Malang. SMK TelkomSandhy Putra Malang merupakan sekolahkejuruan milik Yayasan Sandhykara Putra Telkomyang identik dengan Dharma Wanita Telkom.

Untuk mendapatkan data yang diperlukandalam penelitian ini, peneliti melakukanpengumpulan data dari sumber data primer dansumber data sekunder. Sumber data primerdiharapkan orang yang dapat memberikan datasecara langsung tentang manajemen kurikulum disekolah yang dilakukan penelitian dan dalampenelitian ini sumber data primernya ialah kepala

Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 505

Page 23: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

sekolah, waka kurikulum, dan seorang guru matapelajaran.

Penelitian ini menggunakan teknik-teknikdalam rangka pengumpulan data di lapangan.Beberapa teknik pengumpulan data yangdigunakan yaitu: (a) teknik observasi, kegiatanobservasi atau pengamatan yang dilakukan penelitiyaitu: kegiatan manajemen kurikulum yang ada diSMK Sandhy Putra Malang meliputi: perencanaan,pelaksanaan dan pengevaluasian kurikulum selamakurang lebih dua bulan; (b) teknik wawancara yangdilakukan peneliti dimulai dari pendekatan informalyang mengandung unsur spontanitas, kesantaian,dan keakraban. Dengan demikian akan lebih bisaditerima oleh sasaran penelitian. Pertama kalipeneliti mewawancarai kepala sekolah kemudianwaka kurikulum selanjutnya salah seorang guru;(c) teknik dokumentasi, Peneliti juga membutuhkandokumentasi-dokumentasi yang dapat digunakansebagai bahan penelitian, diantaranya: profil sekolah(sejarah, struktur organisasi, guru, peserta didik,fasilitas, sarana dan prasarana), kalender sekolah,RPP, silabus, program kerja waka kurikulum, danformat evaluasi.

Analisis data dilakukan setelah penelitimendapatkan data dari subjek penelitian, denganmelakukan pemilihan data yang sesuai denganfokus penelitian. Penelitian kualitatif membutuhkananalisis data secara sistematis artinya analisis datadilakukan dalam suatu proses. Proses analisis datadimulai dengan menelaah seluruh data yangtersedia dar i berbagai sumber yaitu dariwawancara, pengamatan yang sudah dituliskandalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumenresmi, gambar, foto.

Guna menghasilkan kesimpulan yang tepatdibutuhkan dukungan data yang tepat dandiperlakukan pengecekan keabsahan data temuanagar data yang diperoleh benar-benar valid.Beberapa teknik pengecekan keabsahan data yangdigunakan adalah ketekunan pengamatan dantrianggulasi sumber.

HASIL

Perencanaan kurikulum berbasis informatikadi SMK Telkom Sandhy Putra sesuai dengankebutuhan sekolah sekarang dan kedepannya.Sebab setiap tahunnya sekolah selalu mendapatmasukan dan saran dari pihak industri. Dalamperencanaan kurikulum berbasis informatikadasarnya melalui spektrum kurikulum khusussekolah kejuruan yang merupakan pembaruan dari

KTSP, kemudian dari setiap materi-materi yangada dibandingkan dengan standar kurikulum diIndonesia, artinya dalam setiap perencanaankurikulum tetap mematuhi aturan-aturan danbatasan-batasan yang telah ditetapkan olehpemerintah dan Undang-Undang.

Kurikulum berbasis informatika dasarnyamerupakan pengembangan dari spektrumkurikulum khusus sekolah kejuruan yaitu mengenaimata pelajaran produktif. Perencanaan programkerja dalam kurikulum berbasis informatika yangmembuat ialah Waka Kurikulum dibantu denganstafnya kemudian setelah itu didiskusikan denganKepala Sekolah dan apabila diperlukan akandidiskusikan dengan SMK-SMK Telkom yang lain.Yang terlibat dalam perencanaan kurikulumberbasis informatika ialah Kepala Sekolah, WakaKurikulum beserta stafnya, Ketua Jurusan, pihakindustri jika diperlukan.

Pertimbangan pihak sekolah dalamperencanaan kurikulum berbasis informatika ialahkebutuhan industri dan pasar tenaga kerja. YayasanSandhykarya Putra yang merupakan yayasan ataulembaga yang menaungi SMK Telkom SandhyPutra Malang membuat suatu aturan dalamperencanaan kurikulum berbasis informatika, salahsatunya ialah dalam perencanaan kurikulum, harusmengikuti perkembangan pasar dunia kerja,industri, dan kebutuhan dunia pada umumnya.Aturan tentang perencanaan kurikulum juga datangdari Dinas Pendidikan, beberapa diantaranya adaanalisa konteks, latar belakang, nilai positif, danlain-lain.

Setiap tahunnya SMK Telkom Sandhy Putramendapatkan kalender pendidikan dari DinasPendidikan, dari kalender tersebut dapat ditentukanperencanaan hari efektif dan hari libur. Dalamperencanaan kurikulum berbasis informatika,sekolah harus selalu update dan harus selalumengetahui tentang teknologi-teknologi terbaruyang digunakan dalam industri kerja sesuai bidanginformatika. Pelaksanaan kurikulum berbasisinformatika bisa dibilang masih sesuai dengan apayang diharapkan oleh pihak sekolah. Salah satuproblem dalam pelaksanaan kurikulum ini ialahkarakter dan sikap serta daya tingkat serap pesertadidik yang berbeda-beda antara peserta didik yangsatu dengan lainnya, tetapi hal tersebut masih bisadiatasi.

Media pembelajaran yang digunakan dalampembelajaran ialah harus berbasis IT. Cara gurumenerapkan kurikulum berbasis informatikaberbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu

506 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

Page 24: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

menggunaka IT. Dalam pelaksanaannya pesertadidik harus lebih aktif dari pada guru, sebab guruhanya bersifat sebagai fasilitator. Tidak ada kiat-kiat khusus dalam pelaksanaan kurikulum berbasisinformatika. Hari efektif dalam pelajaran disekolah ini ialah satu minggu sebanyak lima hariyaitu senin sampai dengan jumat. Hari Sabtu disekolah ini diisi dengan kegiatan ekstrakurikulersekolah dan jam tambahan pelajaran bagi guruyang membutuhkannya. Hari efektif di sekolah inimenyesuaikan dengan kondisi pihak industri danTelkom dimana hari bekerja hanya lima hari.Penyusunan jadwal pelajaran, penentuan bebanmengajar guru, dan penentuan guru dalam mengajarsuatu bidang studi disusun dan dirancang olehWaka Kurikulum dibantu dengan staf kurikulumdengan job desk yang telah ditentukan.

Salah satu hal yang perlu dievaluasi dalamkurikulum berbasis informatika ialah implementasikurikulum, jadi kurikulum yang ada harus disinkronkandengan pengetahuan guru supaya seimbang. Selainitu masalah perbandingan antara pihak industri dengansekolah juga perlu dievaluasi untuk mengetahuimampu atau tidaknya sekolah memenuhi masukandan sara-saran dari pihak industri. Yang memberikanpenilaian terhadap kurikulum berbasis informatikaialah Kepala Sekolah dibantu dengan WakaKurikulum beserta stafnya. Waktu pelaporan darievaluasi kurikulum ialah satu tahun sekali jikadiperlukan yaitu pada bulan awal juli sebelum tahunajaran baru. Evaluasi kurikulum dilaksanakan setiapsatu tahun sekali, hampir sama dengan waktupelaporannya. Bentuk laporan dari evaluasi kurikulumdibuat oleh Waka Kurikulum. Bentuk laporanevaluasinya tiap tahun berbeda-beda tergantung darikebutuhan sekolah. Tidak ada instrumen khusus dalamevaluasi kurikulum berbasis informatika.

Salah satu tindak lanjut yang harus dilakukandari adanya evaluasi kurikulum ini yaitu melaluiprogram peningkatan kompetensi dan kemampuanguru dalam mengajar. Tidak ada hambatan-hambatan yang besar dalam manajemen kurikulumberbasis informatika, hanya ada beberapahambatan kecil dan semuanya masih sesuai denganapa yang diharapkan oleh pihak sekolah. Salahsatunya ialah kompetensi dan kemampuan gurudalam mengajar yang harus selalu ditingkatkan,sebab informatika adalah ilmu yang selaluberkembang dan maju.

Solusinya ialah melalu program peningkatankompetensi dan kemampuan guru dalam mengajarmelalui pelatihan, seminar, workshop, studibanding, dan sebagainya. Setiap tiga atau empat

bulan sekali sekolah ini mengirimkan guru untukmengikuti program peningkatan kompetensi dankemampuan guru dalam mengajar. Pengembang-annya ialah melalui kegiatan magang misalnyaprakerin, PKL, dan studi banding. Pengem-bangannya sendiri melalui masukan-masukan daripihak industri yang akan diketahui setelah pesertadidik magang. Untuk mendukung pengembangankurikulum berbasis informatika sekolah jugamengembangkan kemampuan dan pengetahuanguru dalam mengajar. Peralatan dan perlengkapankegiatan belajar mengajar juga selaludikembangkan dan diperbarui tentunya hal ini tidakluput dari bantuan pihak industri.

PEMBAHASAN

Perencanaan kurikulum berbasis informatikadi SMK Sandhy Putra Malang, dilakukan sesuaidengan kebutuhan sekolah. Dengan pertimbangan,masukan, dan saran dari pihak industri. Selama inikurikulum yang sudah berjalan untuk sekolahkejuruan dasarnya ialah spektrum kurikulum yangdirancang oleh Dirjen Pendidikan Khusus untuksekolah kejuruan. Dari spektrum tersebutkemudian dikembangkan sesuai dengan kebutuhansekolah dan kebutuhan industri, sementara untukpengembangannya sendiri melalui analisakurikulum.

Spektrum sendiri adalah pembaruan darikurikulum KTSP sebelumnya karena dinilai sudahtidak sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmupengetahuan, teknologi, dan kebutuhan dunia kerja.Spektrum yang baru pada saat ini lebihdispesifikasikan lagi mengenai bidang studikeahlian, program studi keahlian, dan kompetensikeahlian yang dilengkapi dengan deskripsi setiapkompetensi kurikulum. Spektrum sudah diterapkanmulai tahun ajaran 2008/2009.

Tiap-tiap materi spektrum yang adadibandingkan dengan standar kurikulum yang adadi Indonesia yaitu Standar Isi (SI) dan StandarKompetensi Lulusan (SKL). Untuk materi darimata pelajaran normatif dan adaptif, sekolahmengacu pada Kurikulum 2013 sedangkan materipelajaran produktif dan muatan lokal berpedomanpada kurikulum berbasis informatika, yangterpenting ialah masih tetap berada didalambatasan-batasan dan aturan-aturan yang ditetapkanoleh pemerintah dan Undang-Undang.

Berdasarkan konsep tersebut, perencanaankurikulum sangat tergantung pada pengembangankurikulum dan tujuan kurikulum yang akan menjadi

Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 507

Page 25: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

penghubung teori-teori pendidikan yang akandigunakan. Menurut Hamalik (2007:152)perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosialyang kompleks yang menuntut berbagai jenis dantingkat pembuatan keputusan. Jadi di dalamspektrum mata pelajaran produktif pihak sekolahdiberi kewenangan dalam menyusun perencanaankurikulum. Sama dengan mata pelajaran produktif,pihak sekolah juga diberi kewenangan dalamperencanaan kurikulum muatan lokal. MenurutRusman (2009:405) muatan lokal merupakankegiatan kurikuler untuk mengembangkankompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas danpotensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yangmaterinya tidak dapat dikelompokkan ke dalammata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaranmuatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan,tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.Keberadaan muatan lokal merupakan bentukpenyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat,sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikandi masing-masing daerah lebih meningkatrelevansinya terhadap keadaan dan kebutuhandaerah yang bersangkutan.

Dari uraian teori tersebut dapat disimpulkanbahwa proses perencanaan kurikulum berbasisinformatika di SMK Telkom Sandhy Putra Malangtidak jauh berbeda dengan teori yang ada. Intinyamata pelajaran produktif dan muatan lokaldikembangkan sendiri oleh kurikulum sekolah,sedangkan mata pelajaran normatif dan adaptifnyamengacu pada kurikulum dari pemerintah. Selainitu dalam perencanaan kurikulum berbasisinformatika yang terpenting ialah tidak melanggarbatasan-batasan dan aturan-aturan yang telahditetapkan oleh pemerintah dan undang-undang.Selain itu pertimbangan, saran dan masukan baikitu dari pihak industri, yayasan dan pemerintahhendaknya selalu diperhatikan guna kemajuankurikulum berbasis informatika itu sendiri agarsesuai dan tercapai visi, misi, dan tujuan yangdirancang oleh pihak sekolah.

Pada pelaksanaan kurikulum berbasisinformatika di SMK Sandhy Putra Malang, sejauhini masih sesuai dengan apa yang diharapkan olehpihak sekolah sehingga secara prinsip tidak banyakkendala dan perubahan. Kalaupun nanti sekolahharus mengikuti Kurikulum 2013, yang berubahhanya di normatif dan adaptifnya saja, sedangkanproduktif dan muatan lokalnya tetap.

Selain itu pada kenyataannya pelaksanaankurikulum berbasis informatika tidak selalu mulusatau tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan,

salah satunya adalah kemampuan dan tingkatkecerdasan peserta didik yang berbeda-bedaantara peserta didik yang satu dengan peserta didikyang lain. Tetapi semua kendala tersebut masihbisa di atasi oleh pihak sekolah. Pelaksanaankurikulum pada dasarnya bertujuan supayakurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalamhal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitasmaterial, personal dan kondisi-kondisi supayakurikulm dapat terlaksana. Menurut Suhardan(2010:198) pelaksanaan kurikulum dibagi menjadidua yaitu: 1) Pelaksanaan kurikulum tingkatsekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani olehkepala sekolah. Selain dia bertanggung jawabsupaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, diajuga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatanyakni menyusun kalender akademik yang akanberlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusunjadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturantugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yangberkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuankurikulum; 2) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas,yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsungkepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi;(a) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar,(b) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang beradadiluar ketentuan kurikulum sebagai penunjangtujuan sekolah, (c) kegiatan bimbingan belajar yangbertujuan untuk mengembangkan potensi yangberada dalam diri siswa dan membantu siswadalam memecahkan masalah.

Kemudian dalam pelaksanaanya jugakurikulum berbasis informatika diharuskanmenggunakan media pembelajaran yang berbasisIT, meskipun cara mengajar guru kebanyakanberbeda-beda antara guru yang satu dengan yanglainnya tetapi pada intinya IT wajib digunakan.Menurut Rusman (2009:152) selain sebagaiperantara dalam interaksi belajar mengajar, mediapembelajaran memiliki peran sebagai alat bantuproses belajar mengajar yang efektif. Prosesbelajar mengajar sering kali ditandai dengan adanyaunsur tujuan, bahan, metode, dan alat, sertaevaluasi. Keempat unsur tersebut salingberinteraksi. Metode dan media merupakan unsuryang tidak dapat dipisahkan dari unsurpembelajaran yang lain. Satu hal lagi, dalampelaksanaannya peserta didik di dalam kegiatanbelajar mengajar harus lebih aktif dari pada gurusebab disini guru hanya bertindak sebagaifasilitator. Dengan lebih aktifnya peserta didik daripada guru maka diharapkan peserta didik akanmempunyai daya kreatif dan daya imajinatif yang

508 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

Page 26: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

lebih tinggi dari pada guru. Hal ini tentu saja sangatpenting dalam pembelajaran berbasis informatika,karena dengan daya kreatif dan imanjinatif yangtinggi akan merangsang pengetahuan peserta didikmenjadi lebih berkembang dari sebelumnya. Selainitu dalam pelaksanaan pembelajarannya, SMKSandhy Putra hanya menerapkan lima hari efektifselama satu minggu yaitu hari Senin sampai denganhari Jumat.

Penyusunan jadwal pelajaran, penentuanbeban mengajar guru, serta penentuan mengajarguru untuk salah satu bidang studi, disusun dandirancang oleh Waka Kurikulum dan dibantudengan staf kurikulum, kemudian dari tiap-tiapanggota ada job desk masing-masing. Setelahselesai kemudian dirapatkan untuk mengetahuikekurangan-kekurangannya kemudian dipecahkanbersama.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkanbahwa pelaksanaan kurikulum berbasisinformatika di SMK Telkom Sandhy Putra Malangbisa dibilang sejauh ini cukup terkendali, meskipunada problem tetapi tidak mengurangi ataumengganggu proses kegiatan belajar mengajar.Sebab fungsi-fungsi yang ada masih bisa berjalanseperti biasa atau bisa dikatakan tugas maupunjob desk dari masing-masing pelaksana dapatdipertanggungjawabkan. Kemudian sacara garisbesar media pembelajaran yang digunakan dalampelaksanaan kurikulum berbasis informatika sangatmemenuhi kelayakan dalam proses pembelajaran,selain didukung dengan teknologi yang mumpunijuga disokong dengan jumlah yang mencukupi.

Sementara itu dalam pelaksanaanpembelajarannya meskipun hari efektif dalamseminggu hanya lima hari namun bukan berarti harisabtu libur. Hari sabtu adalah waktunya untukkegiatan ekstrakurikuler sekolah dan jugatambahan pelajaran bagi guru yangmenginginkannya, yang terpenting jumlah jampelajaran di SMK Telkom Sandhy Putra tetapsama, artinya sesuai dan memenuhi standarnasional jam pelajaran yang telah ditetapkan. Jadiintinya kegiatan pelaksanaan kurikulum berbasisinformatika di SMK Sandhy Putra ini masih sesuaidengan harapan sekolah. Kemudian WakaKurikulum juga menyusun dan merancang jadwalpelajaran, penentuan beban mengajar guru,penentuan mengajar guru di salah satu bidang studi,tentunya dibantu oleh staf kurikulum yang sudahdiberi job desk masing-masing.

Evaluasi kurikulum berbasis informatika diSMK Sandhy Putra dilaksanakan setiap satu tahun

sekali yaitu pada awal bulan juli sebelum tahunajaran baru. Beberapa hal yang perlu untukdievaluasi yaitu tentang implementasi kurikulum diSMK Sandhy Putra. Jadi isi dari kurikulum itumasih harus ada yang dipadu-padankan dengankompetensi dan kemampuan guru. Idealnya dalamproses evaluasi harus selalu ada supervisi darikepala sekolah kepada guru-guru yangmembutuhkan bantuan. Misalnya supervisi tentangcara pengajaran guru di kelas bagaimana, kemudianRPP-nya seperti apa, kesesuaian antara kurikulumdengan RPP bagaimana, dan lain-lain. Apabiladiperlukan evaluasi ini juga akan dirapatkan untukdidiskusikan bersama, misalnya tentang program-program, masukan, saran, dan permintaan pihakindustri kepada sekolah. Sebab kemampuansekolah terkadang dalam menyediakan peralatandalam pembelajaran terbatas. Karena peralatandi dunia informatika setiap waktu selalu ada yangbaru dan terus berkembang karena kemajuanteknologi. Persoalannya adalah saran dan masukandari pihak industri kepada sekolah misalnya tentangpengadaan suatu peralatan atau perlengkapandalam pembelajaran, tetapi sekolah belummempunyai peralatan tersebut karena mungkinterkendala biaya.

Menurut Hasan (2008:32) evaluasi kurikulumdan evaluasi pendidikan memiliki karakteristik yangtak terpisahkan. Karakteristik itu adalah lahirnyaberbagai definisi untuk suatu istilah teknis yangsama. Demikian pula dengan evaluasi yangdiartikan oleh berbagai pihak dengan berbagaipengertian. Menurut Morrison (dalam Rusman,2009:93) evaluasi adalah perbuatan pertimbanganberdasarkan seperangkat kriteria yang disepakatidan dapat dipertanggungg-jawabkan. Dalam halini ada tiga faktor utama, yaitu: pertimbangan,deskripsi objek penilaian, dan kriteria yang dapatdipertanggungjawabkan.

Kemudian tindak lanjut dari evaluasi itusendiri ialah kemampuan guru yang harus selaludikembangkan melalui program-programpeningkatan guru. Selain itu tindak lanjut jugaberlaku pada kurikulum itu sendiri.Jika kurikulumitu sudah tidak relevan dengan kebutuhan sekolahdan kebutuhan industri, maka akan diganti beberapakomponennya salah satunya yaitu materi dan jugapelajaran yang akan diganti.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwaevaluasi kurikulum berbasis informatika di SMKSandhy Putra dilakukan sesuai dengan kebutuhan,apabila diperlukan cukup dilakukan evaluasi satukali selama setahun yaitu sebelum awal tahun

Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 509

Page 27: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

ajaran baru. Selain itu evaluasi dari kepala sekolahke guru juga dilakukan melalui supervisi. Disiniakan terlihat jelas bagaimana upaya kepala sekolahagar proses manajemen kurikulum berbasisinformatika dapat berjalan dengan baik dan sesuaidengan yang diharapkan.

Selain itu tindak lanjut dari evaluasi ini jugaperlu dilaksanakan agar kedepannya denganadanya evaluasi kurikulum ini diharapkan kurikulumberbasis informatika dapat berkembang lebih baiklagi. Menurut Rusman (2009:16) bentuk rencanakegiatan tindak lanjut ini pada dasarnya dapatberupa sebuah rencana kegiatan selanjutnya, ataudapat juga hanya berupa sebuah kesimpulan danbentuk penerapan dari hasil kesimpulan yang sudahdirumuskan.

Kemudian juga dapat disimpulkan rencanakegiatan tindak lanjut ini diharapkan memilih duadampak, yaitu terhadap sasaran yang dievaluasidan pelaku yang mengevaluasi. Diharapkankeduanya, baik sasaran yang dievaluasi (guru) danpelaku yang mengevaluasi (Kepala Sekolah danWaka Kurikulum) memperoleh dampak positif darikegiatan tindak lanjut evaluasi ini.

Salah satu hambatan yang terdapat dalammanajemen kurikulum berbasis informatika di SMKSandhy Putra ialah kompetensi dan kemampuanmengajar guru, sebab ilmu informatika akan terusberkembang dan semakin maju, namun bila hal initidak dibarengi dengan kompetensi dan kemapuanguru yang semakin membaik maka dikhawatirkanguru akan ketinggalan informasi-informasi ilmuyang ada, tentunya hal ini akan berdampakterhadap peserta didik yang bisa dikatakanpengetahuan peserta didik sulit untuk berkembang.Sebab tanggung jawab seorang guru terhadappeserta didik sangatlah berat. Tugas guru adalahmemberikan pendidikan kepada para peserta didik.Dalam hal ini guru harus berupaya agar para siswadapat meneruskan dan mengembangkan nilai-nilaihidup. Pada tingkatan ini guru dituntu untuk mampumen-trasnfer nilai, yang pada gilirannyadiharapkan para siswa dapat menjalankan danmenjadikan pedoman dari nilai-nilai tersebut. Siswatidak hanya dituntut untuk pandai, tetapi siswadituntut untuk memiliki moral atau akhlak yang baik.Perilaku guru akan sangat berpengaruh padakepribadian anak karena konsep guru adalah sosokmanusia yang harus “digugu lan ditiru”. Olehkarena itu, penampilan seorang guru harus memilikisikap keteladanan (Rusman, 2009:339).

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkanbahwa setiap sekolah pasti mempunyai hambatan-

hambatan dalam manajemen kurikulumnya, namunjangan dijadikan hambatan-hambatan tersebutalasan bahwa sekolah tidak bisa berkembang,tetapi yang harus dipikirkan ialah bagaimana caramengatasi hambatan-hambatan yang dialami.Seperti SMK Sandhy Putra yang mempunyaihambatan dari kemampuan dan kompetensigurunya dalam mengajar, mempunyai solusi untukmengatasi hambatan tersebut. Solusinya adalahmelalui program-program peningkatan kualitasguru dalam kompetensi dan kemampuan mengajarsupaya guru tersebut ilmunya dapat berkembang.Sebab ilmu informatika khususnya akan selalumaju dan berkembang setiap waktu, karenakemajuan teknologi tidak akan pernah berhenti.Program-program yang dapat diikuti oleh guruuntuk meningkatkan kualitasnya adalah misalnyamelalui pelatihan, mengikuti seminar, mengikutiworkshop, mengikuti studi banding, dan masihbanyak lagi program-program lain yang bisa diikutioleh guru.

Pengembangan kurikulum di SMK SandhyPutra Malang ini berdasarkan masukan-masukandari pihak industri melalui kegiatan magang pesertadidik, misalnya: prakerin, PKL, dan sebagainya.Sebab peserta didik dirancang pada saat lulus nantiuntuk siap dan mampu dalam bekerja, maka dariitu saran dan masukan dari pihak industri akanlangsung digunakan untuk pengembangankurikulum sekolah. Langkah-langkah pengembang-an kurikulum adalah sebagai berikut: 1) Perumusantujuan, tujuan di rumuskan berdasarkan analisisterhadap berbagai kebutuhan, tuntutan danharapan. Oleh karena itu tujuan di rumuskan denganmempertimbangkan faktor-faktor masyarakat,siswa itu sendiri serta ilmu pengetahuan; 2)Menentukan isi, isi kurikulum merupakanpengalaman belajar yang di rencanakan akan diperoleh siswa selama mengikuti pendidikan.Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajarimata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenispengalaman belajar lain sesuai dengan bentukkurikulum itu sendiri; 3) Memilih kegiatan,organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujuandan pengalaman-pengalaman belajar yang menjadiisi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentukkurikulum yang digunakan; 4) Merumuskanevaluasi, evaluasi kurikulum mengacu pada tujuankurikulum, sebagai di jelaskan di muka. Evaluasiperlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagaidasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena ituevaluasi dapat di lakukan secara terus menerus(Ali 1992:66).

510 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

Page 28: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Pengembangan kurikulum pada hakekatnyaadalah proses penyusunan rencana tentang isi danbahan pelajaran yang harus dipelajari sertabagaimana cara mempelajar inya. Namundemikian, persoalan mengembangkan kurikulumbukan merupakan hal yang sederhana dan mudah.Menentukan isi atau muatan kurikulum harusberangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingindicapai, sedangkan menentukan tujuan yang ingindicapai erat kaitannya dengan persoalan sistemnilai dan kebutuhan masyarakat.

Apabila dilihat dari teori tersebut hampirsama dengan apa yang dilakukan SMK SandhyPutra dalam proses pengembangannya, yaitu mulaidari perumusan tujuan, menentukan isi, memilihkegiatan, dan merumuskan evaluasi.

Pertama perumusan tujuan dari kurikulum,dalam perumusan tujuan ini hendaknya sekolahharus memperhatikan kondisi peserta didik setelahlulus nanti apakah sudah siap menjadi tenaga kerjadi bidang informatika atau belum. Keduamenentukan isi. Isi bisa ditentukan dari saran danmasukan dari pihak industri. Pastinya pihak industrisebagai penerima tenaga kerja akan memberikansaran dan masukan terbaik untuk sekolah. Ketigaadalah mimilih kegiatan. Dari adanya kegiatanmagang seperti prakerin dan PKL maka pihakindustri akan mengetahui sampai sejauh manakemampuan dan keahlian peserta didik dalambidang informatika. Apabila ditemukan temuan-temuan baru maka pihak industri akanmenyampaikan kepada sekolah. Keempatmerumuskan evaluasi. Saran dan masukan daripihak industri tersebut tentunya harus dirapatkankemudian dievaluasi supaya perbaikan kurikulumdapat terus dilakukan.

Selain itu untuk mendukungpengembangan kurikulum berbasis informatika,pihak sekolah juga mengembangkan kemampuandan pengetahuan guru dalam mengajar. Hal inisangat penting sebab ilmu dan teknologi tiap waktuselalu berkembang dan maju, apabila kemampuandan pengetahuan guru tidak dikembangkan makaotomatis akan tertinggal dengan kemajuan ilmu danteknologi yang ada. Kemudian pihak sekolah jugamengembangkan dan berusaha meperbaruiperalatan dan perlengkapan sesuai dengankemajuan teknologi yang ada. Hal ini dilakukanuntuk membantu peserta didik memahami teori-teori yang disampaikan oleh guru sekaligus sabagaibahan praktik. Dalam pengembangan danpembaruan peralatan dan perlengkapan ini tentunya

pihak industri juga turut membantu sekolah untukmemenuhi kebutuhannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perencanaan kurikulum sekolah dilakukansesuai dengan kebutuhan sekolah sekarang danakan datang. Kebutuhan tersebut akan diketahuidari masukan dan saran dari pihak industri. Dasardari kurikulum berbasis informatika sendiri ialahspektrum kurikulum yang merupakan pembaruandari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)khusus sekolah kejuruan. Pertimbangan pihaksekolah dalam perencanaan kurikulum berbasisinformatika ialah kebutuhan industri dan pasartenaga kerja. Dalam perencanaan kurikulumberbasis informatika, sekolah harus selalu updatedan mengetahui tentang teknologi-teknologi terbaruyang digunakan dalam industri kerja sesuai bidanginformatika.

Dalam pelaksanaannya media pembelajaranyang digunakan dalam pembelajaran ialah harusberbasis IT dan cara guru menerapkan kurikulumberbasis informatika berbeda-beda namun intinyatetap sama yaitu menggunaka IT. Hari efektifdalam pelajaran di sekolah ini ialah satu minggusebanyak lima hari yaitu Senin sampai denganJumat. Hari sabtu di sekolah ini diisi dengankegiatan ekstrakurikuler sekolah dan jam tambahanpelajaran bagi guru yang membutuhkannya.Sementara itu untuk penyusunan jadwal pelajaran,penentuan beban mengajar guru, penentuanmengajar guru di salah satu bidang studi disusundan dirancang oleh Waka Kurikulum dibantu denganstafnya.

Salah satu hal yang perlu dievaluasi dalamkurikulum berbasis informatika ialah implementasikurikulum, jadi kurikulum yang ada harusdisinkronkan dengan pengetahuan guru supayaseimbang. Proses evaluasinya sendiri melaluisupervisi dan rapat sekolah. Evaluasi kurikulumdilaksanakan setiap satu tahun sekali, hampir samadengan waktu pelaporannya. Salah satu tindaklanjut yang harus dilakukan dari adanya evaluasikurikulum ini yaitu melalui program peningkatankompetensi dan kemampuan guru dalam mengajar.

Tidak ada hambatan-hambatan yang besardalam manajemen kurikulum berbasis informatika,hanya ada beberapa hambatan kecil dan semuanyamasih dalam batasan-batasan yang direncanakansampai sejauh ini. Salah satunya ialah kompetensidan kemampuan guru dalam mengajar yang harus

Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 511

Page 29: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

selalu ditingkatkan, sebab informatika adalah ilmuyang selalu berkembang dan maju.

Solusinya ialah melalui program peningkatankompetensi dan kemampuan guru dalam mengajarmelalui pelatihan, seminar, workshop, studibanding, dan sebagainya. Setiap tiga atau empatbulan sekali sekolah ini mengirimkan guru untukmengikuti program peningkatan kompetensi dankemampuan guru dalam mengajar.

Pengembangannya ialah melalui kegiatanmagang misalnya prakerin, PKL, dan sebagainya.Pengembangannya sendiri melalui masukan-masukan dari pihak industri yang akan diketahuisetelah peserta didik magang. Selain itu sekolahjuga mengembangkan kemampuan danpengetahuan guru dalam mengajar sertamengembangkan dan berusaha memperbaruiperalatan dan perlengkapan sekolah untukmenunjang kegiatan belajar menagajar.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saranyang dapat diajukan kepada pihak-pihak yangterkait dengan manajemen kurikulum berbasisinformatika di SMK Sandhy Putra sebagai berikut:

(1) Kepala Sekolah, meningkatkan kualitasmanajemen kurikulum berbasis informatika,meminimalisir hambatan-hambatan yang ada, danmelakukan berbagai pengembangan yangmendukung kemajuan kurikulum berbasisinformatika di SMK Sandhy Putra Malang; (2)Guru, meningkatkan kompetensi dan kemampuanmengajar guru dalam kegiatan belajar mengajarkhususnya di bidang informatika; (3) KetuaJurusan dan staf dosen Jurusan AdministrasiPendidikan, diharapkan penelitian ini menjadisalah satu tambahan pengetahuan khususnyadalam mata kuliah manajemen kurikulum, agarnantinnya dapat memberikan kontribusi yangposit if terhadap perkembangan JurusanAdministrasi Pendidikan; (4) Mahasiswa JurusanAdministrasi Pendidikan, diharapkan penelitian inidapat menjadikan pengetahuan tambahan tentangmanajemen kurikulum khususnya manajemenkurikulum berbasis informatika; dan (5) Penelitilain, kepada peneliti lain diharapkan dapatmelanjutkan penelitian yang sejenis pada berbagaiaspek lain yang bermanfaat dari manajemenkurikulum berbasis informatika di SMK SandhyPutra Malang.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, M. 1992. Pengembangan Kurikulum diSekolah. Bandung: Sinar Baru.

Hamalik, O. 2008. Dasar-dasar PengembanganKurikulum. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Hasan, S. H. 2008. Evaluasi Kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan; Sebuah Panduan Praktis.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta:PT Raja Grafindo.

Suhardan, D. 2010. Supervisi ProfesionalLayanan dalam Meningkatkan MutuPengajaran di Era Otonomi Daerah.Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. 2003. Bandung: Citra Umbara.

512 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

Page 30: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURUSEKOLAH DASAR PADA DAERAH TERPENCIL

DARATAN PEDALAMAN

Piter Joko Nugroho

e-mail: [email protected] Palangka Raya, Jl. H. Timang Palangka Raya Kalimantan Tengah

Abstract: this study aimed to describe the professional development of primary school teachers inremote areas from the aspects: (1) elementary school teacher professional development efforts inremote areas; (2) the resources in the professional development of primary school teachers in remoteareas; (3) constraints encountered in the professional development of primary school teachers inremote areas; (4) the role of stakeholders in the professional development of primary school teachersin remote areas. This study used a qualitative approach with multisite design (3) Elementary Schoolis located in a remote area in Gunung Mas Central Kalimantan province. The results showed that: (1)elementary school teacher professional development efforts in remote areas made by the leader/supervisor of the school superintendent, and principals; (2) the resources in the professionaldevelopment of primary school teachers in remote areas include aspects of Human Resource (HR)personnel and resources developer budget/funding; (3) constraints encountered in the professionaldevelopment of primary school teachers in the area; and (4) the role of stakeholders in the professionaldevelopment of primary school teachers in remote areas .

Keywords: teacher profesionalism, remote area, development.

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengembangan profesionalismeguru SD pada daerah terpencil yang dilihat dari aspek: (1) upaya pengembangan profesionalismeguru SD pada daerah terpencil; (2) sumber daya dalam pengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil; (3) kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil; (4) peranan stakeholders dalam pengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multisituspada 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri yang berada pada daerah terpencil di Kabupaten Gunung MasProvinsi Kalimantan Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencil yang dilakukan oleh pimpinan/atasan pengawassekolah, dan kepala sekolah; (2) sumber daya dalam pengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil meliputi aspek sumber daya manusia (SDM) tenaga pengembang dan sumber dayaanggaran/pendanaan; (3) kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru SDpada daerah; dan (4) peranan stakeholders dalam pengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil.

Kata Kunci: pengembangan profesionalisme guru SD, Daerah Terpencil.

Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikanyang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalahrendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenis dansatuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar danmenengah (Depdiknas, 2000). Masalah kualitaspendidikan nampaknya telah menjadi masalah yangsangat penting dalam kurun waktu yang cukuplama. Hal ini disoroti oleh masyarakat, khususnyapemerhati pendidikan yang menyoroti masalahrendahnya kualitas pendidikan pada jenjang dan

satuan pendidikan dalam konteks pendidikannasional, terutama jenjang pendidikan dasar(Sumarna, 2010). Tilaar (1999) mengemukakanbahwa indikator yang penting mengenai kondisipendidikan kita saat ini, salah satu diantaranyaadalah masih rendahnya kualitas guru untuk semuajenjang pendidikan, sehingga berakibat juga padakinerja guru yang dinilai masih rendah. Erakebijakan otonomi daerah dewasa ini diharapkanmembuat perubahan yang mendasar terhadap

513

Page 31: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

berbagai sektor pemerintahan, termasuk sektorpendidikan (Saud, 2008:99). Sayangnya, harapandan kenyataan tidak selalu berjalan beriringan.Meskipun desentralisasi pendidikan merupakansuatu keharusan, namun dalam realitasnyapelaksanaan desentralisasi pendidikan terkesansebagai satu tindakan yang agak tergesa-gesa dantidak siap. Hal ini bisa dilihat dari belummemadainya sumber daya manusia (SDM)daerah, sarana dan prasarana yang kurangmemadai, manajemen pendidikan yang belumoptimal, disamping juga sekian banyakpermasalahan yang masih dihadapi duniapendidikan di era ini (Hasbullah, 2006). Hal senadajuga diungkapkan Fiske (1996) dan Manulang(2012) yang menjelaskan bahwa berdasarkanpengalaman berbagai negara berkembang yangmenerapkan otonomi di bidang pendidikan, otonomipendidikan berpotensi memunculkan masalah-masalah yang antara lain adalah perbenturankepentingan antara pemerintah pusat dan daerah,menurunnya mutu pendidikan, inefisiensi dalampengelolaan pendidikan, dan ketimpangan dalampemerataan pendidikan, kondisi dan kesiapan darisetiap daerah yang tidak memiliki kekuatan yangsama dalam penyelenggaraan pendidikandisebabkan perbedaan kondisi geografis dankendala dari masing-masing daerah, kualitassumber daya manusia, sarana dan prasarana sertadana yang dimiliki.

Desentralisasi bidang pendidikan memangdiharapkan setidaknya membawa 4 dampak positifterutama berkaitan dengan: 1) peningkatan mutu,2) efisiensi keuangan, 3) efisiensi administrasi, dan4) perluasan dan pemerataan pada daerah pelosoksehingga terjadi perluasan dan pemerataanpendidikan secara nasional; Akan tetapi kondisi riildilapangan memang tidak bisa dipungkiri bahwapelaksanaan kebijakan otonomi pendidikan belumberjalan seperti yang diharapkan. Penafsiran yangsempit akan makna otonomi telah melahirkan jalanpanjang dan berliku untuk mewujudkandesentralisasi pendidikan yang hakiki. Rentangkendali birokrasi bukannya makin sederhana, tetapimalah tambah rumit. Pembayaran gaji dan honorkelebihan jam mengajar sering terlambat darijadwal karena anggarannya tersangkut pada meja-meja birokrasi di daerah. Hal-hal tersebutlah yangkerap menjadi masalah bagi sebagian besar guruterutama yang ditugaskan di daerah terpencil(Kartasasmita, 2008). Konsep pemerataan dalampendidikan sendiri tidak bersifat tetap. Belum adasatu konsep pun yang dapat dipakai sebagai dasar

untuk perencanaan kebijakan dalam segalakeadaan. Sebagian besar diskusi tentangkesetaraan dalam pendidikan difokuskan padabagaimana untuk menyamakan akses danpartisipasi dalam berbagai tingkat pendidikanformal untuk berbagai kelompok sosial (Lynch,2000). Beeby (1981) berpendapat bahwakebijakan kearah pemerataan akan diawali denganusaha penambahan daya tampung sekolah dasardi daerah terpencil hingga kesegenap pelosoknegara, kemudian meningkatkan standar mutusekolah dasar di daerah pedesaan hingga setarafdengan sekolah yang terbaik di kota, dan ini perluditunjang dengan bantuan finansial yang cukup,yang dapat menjamin bahwa kemiskinan bukanmerupakan hambatan untuk sekolah. Coleman(1996) lebih menekankan mengenai pentingnyapemerataan keefektifan unsur-unsur yangdiperlukan untuk belajar di sekolah. Unsur yangdianggap utama adalah karakteristik siswa, fasilitas,kurikulum, dan guru. Sementara Lynch (2000)menjelaskan bahwa kesetaraan dalam pendidikansecara umum dipandang sebagai masalahmembagi pendidikan yang terkait dengan sumberdaya yang lebih sama atau adil (Lynch, 2000). Akantetapi dalam sebuah sistem pendidikan, konseppemerataan/kesetaraan sangat terintegrasi kedalam konteks masyarakat di sekelilingnya jaditidak bisa mengharapkan kesetaraan dalampendidikan tanpa adanya kemajuan kesetaraandalam sistem ekonomi, budaya, politik dan afektifdi sekitarnya. Tapi dengan cara yang sama,perubahan pendidikan merupakan bagian pentingdari transformasi tersebut (Lynch and Baker, 2005)

Dalam era otonomi daerah dewasa ini,berbagai permasalahan pendidikan khususnyapada jenjang pendidikan dasar juga dirasakan olehsalah satu kabupaten pemekaran yang ada diprovinsi Kalimantan Tengah yaitu kabupatenGunung Mas. Kabupaten Gunung Mas adalahsalah satu kabupaten di wilayah provinsiKalimantan Tengah yang merupakan hasilpemekaran dari kabupaten Kapuas provinsiKalimantan Tengah berdasarkan Undang-UndangNomor 5 tahun 2002. Kabupaten ini berpenduduksejumlah 96.838 jiwa dengan luas wilayah sebesar10.804 km² (Sensus 2010). Perbandingan luasnyawilayah dengan jumlah penduduk yang masih dapatdikatakan relatif sedikit dengan penyebaranpenduduk yang belum merata pada kantong-kantong pemukiman penduduk yang terpisah satudengan lainnya karena berbagai faktor yang antaralain beratnya kondisi geografis karena terbatasnya

514 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 32: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

infrastruktur jalan, tentu saja membuat pelaksanaanpembangunan termasuk pembangunan dalambidang pendidikan masih jauh dari yang diharapkan.Dalam Laporan Tahunan Dinas PendidikanKabupaten Gunung Mas tahun 2010 teridentifikasibeberapa permasalahan pendidikan yang ada padakabupaten baru ini, dan yang paling menonjol adalahberkaitan dengan belum meratanya aksespendidikan dan juga kualitas tenaga pendidik,terutama untuk daerah-daerah terpencil. Belummeratanya akses pendidikan dan upayapeningkatan mutu tenaga pendidik ini memunculkanbeberapa permasalahan-permasalahan yangberhubungan dengan rendahnya profesionalismedari tenaga pendidik (guru), selain jugaketerbatasan sarana dan prasarana sekolah yangbelum memadai, serta yang paling mendasaradalah belum efektifnya kegiatan-kegiatan yangmengarah pada pengembangan profesionalismeguru yang bertugas di daerah pedalaman (LaporanTahunan Disdik Kabupaten Gunung Mas, 2010)

Beeby (1981) mengemukakan bahwa salahsatu faktor pengembangan profesionalisme gurudi daerah terpencil kurang efektif adalah kuranglancarnya komunikasi dan transportasi akibatkondisi geografis. Karakteristik daerah terpenciltampil dengan ciri geografis, sosio kultural danpendidikan yang khas, sehingga membutuhkanpendekatan tersendiri dalam penangananpendidikan (Siram, 1992). Lebih lanjut Glass dalamHeslop (1996) menjelaskan bahwa dampak tinggaldi setting budaya daerah terpencil seharusnya tidakdianggap remeh karena para guru yang bertugaspada daerah terpencil sama halnya denganberpindah tugas atau mengabdi ke bagian duniayang lain. Oleh karena itu perlu adanya dukungandari masyarakat dan budaya setempat dalammengawal profesi guru di daerahnya. Daerahterpencil mencakup pengertian keterpencilansecara fisik dan kultural (Supriadi, 1990). Khususuntuk daerah terpencil secara fisik menunjukkanpada daerah yang lokasinya jauh, sulit dijangkaukarena sarana transportasi dan komunikasi yangkurang, serta kondisi alam geografis tidakmenguntungkan. Daerah ini meliputi: (a) daerahterpencil daratan pedalaman, (b) daerah terpencilpantai dan aliran sungai, (c) daerah terpencilperairan, kepulauan, dan pembatasan internasional.Berkaca dari fenomena pendidikan yang terjadi didaerah terpencil tersebut diatas, DepdikbudKalteng (1991) menyimpulkan karakteristiksekolah dan guru yang berada di daerah terpencil,yaitu: (1) tidak semua mata pelajaran/ bidang studi

diajarkan, bidang studi dimaksud antara lain:agama, kesenian, olah raga, dan ketrampilan; (2)jadwal pelajaran yang disiapkan jarang ditaatikarena berbagai sebab dan alasan; (3) adasementara anak yang tidak belajar, sebab tidak adaruangan untuk belajar, sedangkan guru mengajardi kelas lain pada ruang yang tersedia; (4) terjadipergiliran jam belajar sesuai dengan waktu yangtersedia bagi guru yang bersangkutan; (5) guru padaumumnya mengabung kelas atau merangkap kelas;(6) kegiatan kelas terutama didominasi oleh guruyang mengajar secara klasikal dan umumcenderung bersifat verbalistik; (7) jika disebabkansesuatu hal guru harus meninggalkan kampung,untuk sesuatu urusan keluarga atau dinas misalnyapenataran guru SD, maka sekolah ditutup/diliburkan; (8) praktek merangkap kelas itu dapatdikelompokkan menjadi perangkap kelas berturutandan perangkapan kelas tidak berturutan, sedangkanpenggabungan kelas biasa terjadi pada kelas yangberturutan; (9) peralatan belajar mengajarumumnya kurang sekali, atau hampir tidak ada danbahkan ada SD yang belum memiliki buku kurikulumsekolah dasar yang terbaru dan tidak memilikisecara lengkap buku paket sekolah dasar; (10)kemampuan guru untuk melakukan inovasi teknikmengajar merangkap kelas belum berkembangdengan baik; (11) penggunaan dan pemanfaatanbenda-benda dan lingkungan untuk kegiatan belajarmengajar belum dikembangkan; dan (12) anak-anak pada umumnya mempunyai motivasi danhasrat belajar yang baik serta menyenangi sekolah,sebab sekolah dianggap sebagai suatu lembagadimana mereka dapat berkumpul, bermain danbelajar bersama.

Karakteristik sekolah pada daerah terpenciltersebut diatas hampir sama dengan kesimpulanHouse of Representatives Select Committee onAboriginal Education yang dikutip Heslop (1996)mengenai ciri-ciri umum guru yang bekerja padasekolah yang berada di daerah terpencil padawilayah Aborigin Australia, yaitu: (1) rata-ratamerupakan penugasan mengajar mereka yangpertama, atau memperoleh promosi pertamasebagai kepala sekolah, (2) masih muda dan bukanberasal dari penduduk setempat, (3) tidakberpengalaman dalam bekerja dengan penduduksetempat dan memiliki sedikit pengalamanpelatihan dalam jabatan dalam menduduki profesimereka yang baru, (4) ingin pindah sesegeramungkin (biasanya setelah dua tahun), dan (5)senang bekerja keras tetapi memiliki pandangangamang atau tidak tepat terhadap siswa dan

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 515

Page 33: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

kompleksitas profesi pekerjaan mereka. Dalammenyikapi kondisi pendidikan yang belum merataterutama pada daerah-daerah terpencil, sosokseorang guru profesional menjadi suatu hal yangsangat mutlak diperlukan. Oleh karena itu,pengembangan profesionalisme guru merupakansuatu keniscayaan dalam meningkatkan mutupembelajaran di sekolah dasar pada daerahterpencil. Kecakapan guru SD dalam mengelolapembelajaran mempengaruhi minat, semangatserta daya serap siswa. Semakin guru tersebutmampu memberikan pelayanan prima dalampembelajaran, siswa pun semakin antusias dalammenyerap pelajaran sehingga hasil output yangdihasilkan pun akan lebih optimal (Arifin, 2010:203).

Stokes, et al., (2000:56) dalam penelitiannyamengenai pendidikan di sekolah terpencilmenjelaskan bahwa kendala-kendala yang dihadapipara guru yang bertugas di daerah terpencil, antaralain bahwa pada umumnya kegiatanpengembangan profesional guru hanyadilaksanakan dan dipusatkan di ibukota saja. Paraguru di daerah terpencil harus menempuh perjalanyang jauh untuk dapat mengikuti programpengembangan profesional tersebut disampingbiaya yang harus mereka keluarkan juga tidaksedikit karena keterbatasan anggaran yang tidakselalu disediakan oleh pusat. Beberapa gurumerasa kesulitan ketika harus melakukan studilanjut karena keterpencilan mereka, sedangkanyang lainnya merasa kehilangan kontak daripembaharuan pendidikan/pengajaran disebabkanminimnya jaringan kerja dari sesama guru matapelajaran yang sama pada sekolah lain. Berbagaikendala tersebut merupakan tantangan dankeunikan dari pengembangan profesionalisme paraguru yang bertugas di daerah terpencil yang harusdicari pemecahannya.

Berdasarkan studi pendahuluan pada dinaspendidikan kabupaten Gunung Mas diketahuibahwa upaya pengembangan profesionalisme guruSD pada daerah terpencil selama ini dilakukan baikmelalui kegiatan supervisi oleh pengawas sekolah,KKG/MGMP maupun Uji kompetensi guru. Akantetapi upaya-upaya tersebut belum efektifterlaksana karena keterkendalaan geografis,sarana dan prasarana dan lain-lain, disamping pulapara guru masih memakai kebiasaan lama (klasikal)dalam mengajar sekembalinya mereka mengikutikegiatan pengembangan profesionalisme guru dikota. Harris (1990:16) menjelaskan bahwa salahsatu kelemahan dari model pengembanganprofesional guru yang telah berkembang umumnya

di daerah terpencil adalah bahwa beberapa gurutidak mampu mengatasi masalah profesionalmereka sekembalinya mereka bertugas di sekolahdan merasa frustasi yang pada akhirnya merekaakan meninggalkan tempat tersebut denganmembawa perasaan bahwa keterampilanmengajar mereka rendah disertai sikap negatifterhadap siswa daerah terpencil, khususnya terkaitdengan kemampuan siswa dalam belajar. Olehkarena itu, Villegas-Reimers (2003:141)menyarankan bahwa pengembangan profesionalguru harus dianggap sebagai proses jangkapanjang, yang dimulai dengan persiapan awal danhanya berakhir ketika guru pensiun dari profesinya.Pendekatan baru untuk pendidikan danpengembangan guru memerlukan transformasiproses dan kebijakan yang mendukung para guru,pendidikan mereka, pekerjaan mereka danpertumbuhan mereka dalam profesi, selain itu pulabahwa pengembangan profesi guru selain harussecara sistematis direncanakan, juga harusdidukung dan didanai serta diteliti untuk menjaminefektivitas proses tersebut.

Secara umum, Padlil & Prasetyo (2011)menyarankan bahwa pembinaan danpengembangan profesinalisme guru SD/MI dapatdilakukan melalui kegiatan: 1) peningkatankualifikasi akademik melalui jenjang pendidikanformal, 2) peningkatan kompetensi melaluipendidikan dan pelatihan, 3) peningkatankompetensi melalui kegiatan-kegiatan yangdirancangan oleh organisasi profesi, dan 4) usahabelajar mandiri atau berusaha de-ngan inisiatifsendiri mencari dan menggali informasi untukmengembangkan profesionalismenya. Gaffar(1987) juga menjelaskan bahwa pengembanganprofesionalisme guru dapat dilakukan melaluiberbagai upaya, antara lain: 1) pemberiankesempatan mengikuti pendidikan dan latihandalam jabatan, 2) menyediakan programpembinaan yang teratur, 3) menyiapkan forumakademik, disamping kegiatan supervisi. Akantetapi kesemua upaya tersebut di atas tidak akanberdampak signifikan terhadap pembinaanprofesionalisme guru jikalau tidak didukung ataukurangnya struktur dukungan (daya dukung) daristakeholders yang terkoordinasi dengan baik(Heslop, 1996). Peran personalia pendukungeksternal memiliki pengaruh signifikan terhadapkeberterimaan ide baru dan penggunaan informasi(Ingvarson, 1990:169). Oleh karena itu pentingnyauntuk melibatkan agen-agen eksternal dan segenapstakeholders pada berbagai tahap dan kegiatan

516 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 34: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pengembangan profesionalisme guru. Kontribusiguru-guru yang bekerja bersama memecahkanmasalah dan mengatasi masalah spesifik sekolahdan profesi mereka dapat dilakukan melalui ageneksternal yang bertindak sebagai penasihat ataufasilitator. Lembaga eksternal dapat dan harusmendukung program pengembangan profesi guru,baik secara finansial dan dengan menawarkankegiatan tertentu dan program-program yangmemenuhi kebutuhan guru (Villegas-Reimers,2003).

Penelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan pengembangan profesionalismeguru SD pada daerah terpencil yang dilihat dariaspek: (1) upaya pengembangan profesionalismeguru SD pada daerah terpencil, yang dilakukanoleh: (a) pimpinan/atasan, dan (b) guru secaramandiri; (2) sumber daya dalam pengem-banganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencil,yang meliputi: (a) sumber daya manusia, dan (b)sumber daya anggaran/pendanaan; (3) kendalayang dihadapi dalam pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencil;(4) peranan stakeholders dalam pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencil.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan rancangan studi multisitus pada3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri yang berada padadaerah terpencil di kabupaten Gunung Mas provinsiKalimantan Tengah. Metode pengumpulan datadilakukan dengan: (1) wawancara mendalam(indepth interview), (2) observasi partisipan(participant observation), dan (3) studidokumentasi (study of document). Informandalam penelitian ini meliputi pejabat di lingkunganDisdik kabupaten Gunung Mas, Kepsek dari ketigaSD, para guru dari ketiga SD, dan tokoh masyarakatsetempat. Analisis data dilakukan denganrancangan metode induksi analitik yang dimodifikasi(modified analytic induction). Pengecekankeabsahan data yang diperoleh dilakukan denganmenggunakan derajat kepercayaan (credibility)melalui triangulasi baik sumber maupun metode.

Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru SD padaDaerah Terpencil

Berdasarkan hasil temuan penelitian diketahuibahwa upaya pengembangan profesionalisme guruSD yang dilaksanakan oleh pimpinan/atasan baik

itu dinas pendidikan kabupaten dan UPTD,pengawas sekolah dan kepala sekolah denganberbagai keterbatasan dan kendala yang dihadapipada daerah terpencil baru dapat dilaksanakanmelalui kegiatan KKG/MGMP, uji kompetensi, dansupervisi melalui pendekatan kekeluargaan denganberkunjung ke rumah para guru (home visitation)serta menanamkan motivasi kepada para guru untukdisiplin waktu dalam mengajar dan pentingnya untukrajin membaca buku-buku pendidikan. Sedangkanragam kegiatan pengembangan profesionalismeguru lainnya seperti seminar, pelatihan, lokakaryadan lainnya praktis sementara ini belum dapatterwujud dikarenakan keterkendalaan geografis danlain-lain. Kesenjangan akses pendidikan antar desadan kota atau daerah terpencil dengan daerahperkotaan merupakan salah satu penyebab tidakmeratanya mutu pendidikan. Guru yang tinggaldidaerah perkotaan mendapat akses yang lebih baikterhadap hal-hal yang berhubungan denganpeningkatan mutu seperti informasi dan fasilitaspendidikan maupun ragam kegiatan pengembanganprofesionalisme guru, sedangkan guru di pedalamanatau bahkan di daerah terpencil tidak seberuntungitu, sehingga ragam kegiatan pengembanganprofesionalisme belum bervariasi. Suryana (2008)menjelaskan bahwa strategi pengembangan tenagapendidik dalam era otonomi daerah dewasa ini harussesuai dengan kebijakan peningkatan mutu danpeningkatan profesionalisme guru, harus bertumpupada misi peningkatan mutu pendidikan. Dari misitersebut antara lain dijabarkan pada program-program yang antara lain salah satunya adalahbahwa pembinaan dan pengembanganprofesionalisme guru dapat dilaksanakan melaluiwadah seperti KKG, KKKS, KKPS, MGMP, danMGP pada semua jenjang dan jenis pendidikan.Dalam era otonomi daerah, pembinaan danpengembangan lembaga pendidikan termasukdidalamnya pengembangan profesionalisme tenagapendidik dan kependidikan dilaksanakan oleh dinaspendidikan daerah. Pembinaan yang dilakukan olehpihak terkait merupakan pembinaan profesional yangbertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkanprofesionalisme guru. Akan tetapi lagi-lagi peranKKG/MGMP sebagai wadah dalam pengembanganprofesionalisme guru tersebut dalampelaksanaannya sementara ini belum efektif. Paraguru-guru SD yang bertugas di lokasi penelitianhampir bisa dikatakan kurang memahami maknaesensial dari kegiatan semacam KKG/MGMP. Haltersebut dikarenakan selain kegiatan tersebut akhir-akhir ini jarang dilaksanakan juga selama ini hanya

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 517

Page 35: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

berfungsi sebagai ajang kumpul para guru-guruuntuk sharing pengalaman atau bagi-bagi honorbagi para guru yang datang saja tanpa memiliki suatukebermanfaatan karena belum adanya suatu upayakongkrit yang terprogram dalam wadah kegiatantersebut. Hal itulah yang membuat para guru engganuntuk hadir pada kesempatan berikutnya selain jugamereka berpikir bahwa biaya yang harusdikeluarkan tidak sedikit untuk bisa sampai ke lokasiyang hanya bisa dilalui melalui transportasi sungaikarena belum terbukanya akses darat.

Perihal belum efektifnya peran KKG/MGMPsebagai wadah mengembangkan profesionalismeguru dijelaskan Suyanto & Djihad (2012:278)bahwa peran dan fungsi KKG/MGMP sementaraini masih belum efektif sebagaimana yangdiharapkan. Kurang efektifnya KKG/MGMPdisebabkan oleh beberapa faktor yang antara lainkurangnya dukungan dari para stakeholders, faktorinternal para guru, seperti rendahnya motivasi,kurangnya pemahaman terhadap esensi KKG/MGMP sebagai forum yang sangat bermanfaatbagi guru. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor lainpenyebab tidak efektifnya kegiatan KKG/MGMPdisebabkan oleh karena kurangnya perencanaanprogram kegiatan yang mengacu pada kebutuhanguru. Berkaca pada kutipan tersebut diatas, makapemerintah daerah dan dinas pendidikan daerahsebagai unsur organisatoris utama dalammenggerakan guru baik secara langsung maupunmelalui satuan pendidikan didaerah seharusnyamemfasilitasi kegiatan pengembanganprofesionalisme guru termaasuk kegiatan KKG/MGMP baik dari sisi administrasi, akomodasi,maupun finansial. Keberadaan guru sebagaipegawai pemerintah daerah mengandung maknabahwa kemajuan guru di suatu daerah sangattergantung dari sejauh mana upaya pemerintahdaerah berupaya meningkatkan dinamika,kreatifitas dan kerja guru, serta sejauhmanapemerintah daerah berupaya meningkatkankesejahteraan guru sejajar dengan peningkatanprofesionalismenya.

Temuan penelitian lainnya pada kontek upayapengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil yang dilakukan oleh dinaspendidikan adalah melalui uji kompetensi. Ujikompetensi bagi seluruh guru yang bertugas dikabupaten Gunung Mas dilaksanakan di ibukotakabupaten yaitu Kuala Kurun. Uji kompetensidilaksanakan dan ditujukan sementara ini bagi paraguru yang notabene sudah sertifikasi, termasukpara guru SD yang bertugas pada daerah terpencil.

Pada tahun 2012 telah dilaksanakan 2 kali dalamsetahun yaitu pada bulan sekali agustus dan padabulan oktober. Khusus bagi guru yang belumtersertifikasi pihak dinas pendidikan Gunung Mastelah melaksanakan uji kompetensi diakhir tahun2012. Uji kompetensi dilaksanakan untukmeningkatkan kualitas guru dimana dengan ujikompetensi tersebut akan ditahui kemampuanguru-guru SD yang ada diwilayah kabupatenGunung Mas. Mulyasa (2011) menyebutkan bahwapentingnya uji kompetensi dilaksanakan baik darisegi teoritis maupun secara praktis memilikimanfaat yang sangat penting, terutama dalamrangka meningkatkan kualitas pendidikan melaluipeningkatkan profesionalisme guru. Manfaat ujikompetensi yaitu: a) sebagai alat untukmengembangkan standar kemampuan profesionalguru, b) merupakan alat seleksi penerimaan guru,c) untuk pengelompokkan guru, d) sebagai bahanacuan dalam pengembangan kurikulum, e)merupakan alat pembinaan guru, dan f) mendorongkegiatan dan hasil belajar.

Berdasarkan temuan penelitian tersebut diatasdiketahui bahwa kegiatan pengembangan melaluikeberadaan KKG/MGMP pada daerah terpencilbelum efektif terlaksana sehingga upaya yang saatini dapat dikatakan berjalan adalah melalui kegiatansupervisi dari pengawas sekolah. Bentuk kegiatansupervisi yang dilaksanakan pengawas selaindilaksanakan di sekolah (formal) juga dilaksanakansecara informal yaitu pengawas melakukansupervisi kepada para guru diluar jam kerja melaluipendekatan kekeluargaan dengan mengunjungirumah para guru dan kepala sekolah (homevisitation). Upaya supervisi tersebut dirasakancukup efektif terlaksana dan unik yaitu dengan caramemberikan motivasi dan semangat para guruuntuk berupaya mengembangkan dirinya denganberbagai kendala dan keterbatasan yang dihadapipada daerah terpencil. Selain itu upaya pendekatansupervisi kekeluargaan dengan cara mengunjungirumah para guru (home visitation) jugamembahas masalah personal dari para guru yangada hubungannya dengan profesi mereka disekolah. Arifin (2010:19) menyatakan bahwa adabeberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalampengembangan kualitas SDM guru (pendidik) dantenaga kependidikan di setiap satuan pendidikandi era otonomi daerah, antara lain: pendekatankepemimpinan mandiri, pendekatan spiritual,pendekatan kemitraan, pendekatan kelompok,pendekatan keadilan, pendekatan kekeluargaan,pendekatan keserasian, dan pendekatan ilmiah.

518 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 36: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Khusus untuk pendekatan kekeluargaan yaitupelaksanaan supervisi harus mampu menciptakaniklim kerja yang penuh gotong royong, empatisosial, saling melindungi dalam kebaikan dan rasamemiliki terhadap keutuhan kelompok.Pelaksanaan kedelapan pendekatan tersebut harusintegral (sistemik) karena antara pendekatan satudengan yang lainnya saling berhubungan. Hutasoit(2012) menjelaskan bahwa dalam praktik yangditerapkan pada satu sekolah di Lubuk Pakam,hubungan kolegialitas yang dibangun antarapengawas, kepala sekolah dan para guru akanefektif membuat suasana belajar dan suasanabekerja yang kondusif. Dengan pendekatankekeluargaan berbagai kebijakan sekolah dapatterkomunikasikan dengan baik. Seluruh wargasekolah konsisten untuk menerapkannya. Lebihlanjut Rifai (1982:66-69) menjelaskan bahwasupervisi merupakan suatu usaha pembinaankemampuan guru agar dapat berkembang dalamjabatannya, cenderung demokratis. Oleh karenaitu, apabila dimulainya proses supervisi denganmelalui persetujuan dan kerjasama yang akandisupervisi sebelumnya, tanpa diawali dengankegiatan pemeriksaan terlebih dahulu, maka prosessupervisi ini tidak didasarkan atas inspeksi. Sesuaidengan prinsip supervisi yang lebih banyakmemerlukan partisipasi dan kerjasama dengan paraguru, maka supervisor dan guru bersama-samamencari dan menemukan permasalahan, danbersama-sama pula mencarikan cara yang efektifuntuk mengatasinya melalui musyawarah mufakatuntuk menemukan kesamaan. Pendekatansupervisor semacam ini tidaklah cukup untukmenilai seorang guru dengan segala masalahnya,tetapi diperlukan komunikasi edukatif yanglangsung berhubungan dengan para guru, misalnyamelalui pertemuan/percakapan pribadi, rapat guruatau kunjungan rumah dan sebagainya. Karenadalam proses supervisi dengan pertemuan/percakapan pribadi/kunjungan rumah (homevisitation) antara supervisor dengan guru dapatterjadi interaksi edukatif dan saling pengaruhmempengaruhi, ada sifat keterbukaan dankekeluargaan yang mereka miliki dan mewarnaipertemuan itu, sehingga lebih memudahkanditemukannya jalan keluar bagi pemecahan setiapmasalah yang dialami guru.

Temuan penelitian selanjutnya adalah upayapengembangan profesionalisme guru SD yangdilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan caramemberikan motivasi untuk disiplin waktu dalammengajar dan menanamkan pengertian tentang

pentingnya membaca buku-buku pendidikan. Haltersebut dilaksanakan oleh kepala sekolah menyadaribahwa upaya tersebutlah yang dapat dilakukan didaerah terpencil dengan minimnya kegiatanpengembangan yang dilakukan oleh pihak dinaspendidikan dan UPTD. Salah satu contoh nyata yangdilakukan oleh kepala sekolah adalah bahwa merekaberusaha untuk memenuhi koleksi buku bacaantentang pendidikan yang mereka beli sewaktumereka pergi ke ibukota provinsi di palangka Raya.Hal lain yang dilakukan oleh kepala sekolah danguru-guru adalah saat para guru pergi untukmengakses internet di kota kecamatan ataukabupaten yaitu mereka diharapkan dapatmembawa pulang buku-buku download atau materiapapun yang akan dapat dimanfaatkan oleh paraguru dan siswa nantinya di sekolah. Membacamerupakan salah satu aktivitas belajar yang efektifuntuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Denganmembaca guru dapat memperoleh pengetahuandengan cepat dan mudah karena tinggal memilihbuku yang akan dibaca, membukanya dan mulaimembaca kata-perkata. Oleh karena itulahmembaca semestinya menjadi aktivitas pokok paraguru. Semiawan (2008: 27) mengungkapkan bahwamembaca dapat memperkaya pengalaman,mengembangkan daya nalar, mengembangkankreativitas, memahami diri sendiri dan orang lain,serta dapat mengembangkan kepribadian. Guruharus didorong untuk gemar membaca agar merekasenantiasa memperbaharui wawasan danpengetahuannya. Dengan membaca akan mampumengembangkan daya kritis dan kreatif para guru.Daya kritis dan kreatifitas merupakan aspek yangpenting untuk melahirkan pembelajaran yangberkualitas baru dan bermakna. Disisi lain dengantambahan pengetahuan baru, guru akan senantiasamemperbarui mutu dan kualitas pembelajaran.

Pada aspek upaya pengembanganprofesionalisme yang dilakukan guru secaramandiri atau inisiatif dari para guru itu sendiri,berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwaupaya tersebut dilaksanakan melalui studipeningkatan kualifikasi pendidikan kejenjangsarjana (S1) dan juga melalui pemanfaatan mediainternet sebagai upaya pengembangan diri dantuntutan profesi. Sumberdaya manusia yangberkualitas (mentalitas pengetahuan danketerampilannya bagus) akan mampu mengelolasumberdaya internal-eksternal sekolah yang ada,meskipun sumberdaya tersebut terbatas. Demikianpula sebaliknya, sumberdaya manusia yang rendahkualitasnya tidak akan mampu mengelola

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 519

Page 37: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

sumberdaya internal-eksternal sekolah meskipunsumberdaya tersebut melimpah. Tugas profesi guruyang begitu mulia menuntut para guru harus terusmenerus meningkatkan profesionalisme kerjanya.Arifin (2011:11) menyebutkan bahwa salah satuupaya yang dapat dilakukan oleh guru agar dapatmelaksanakan tugas profesinya dengan profesionaladalah upaya peningkatan kualifikasi pendidikan(akademik) dan pengembangan kompetensi secaraberkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan, teknologi dan seni.

Upaya pengembangan profesionalisme guruSD yang saat ini sedang marak dilaksanakan paraguru SD yang bertugas di kabupaten Gunung Mas,salah satunya adalah melalui studi peningkatankualifikasi pendidikan kejenjang sarjana/S1.Program ini diikuti oleh para guru yang belummemiliki kualifikasi S1 termasuk juga para guruyang bertugas pada daerah terpencil di kecamatanMiri Manasa maupun kecamatan Kahayan HuluUtara yang menjadi lokasi penelitian. Para gurusesuai dengan minatnya mengikuti program jenjangsarjana tersebut baik itu melalui programpercepatan kerjasama dengan UniversitasPalangka Raya ataupun melalui UPBJJ (UT)Palangka Raya. Pihak dinas pendidikan sepertiyang disampaikan oleh kepala bidang pendidikandasar Disdik kabupaten Gunung Mas, bahwaupaya peningkatan kualifikasi pendidikan guru SDkejenjang sarjana tersebut diharapkan akanterpenuhi pada akhir 2013 nanti, sehingga padaakhir 2013 nanti para guru SD rata-rata sudahberkualifikasi sarjana/S1. Harapan tersebuttentunya akan membawa perubahan khususnyabagi para guru agar dapat bekerja lebih profesionallagi dan tentunya akan berdampak terhadappeningkatan mutu pendidikan di wilayah GunungMas pada umumnya. Pidarta (1992) menjelaskanbahwa dengan belajar lebih lanjut guru-guru akanmemperoleh ilmu pengetahuan lebih dalam.Mendapatkan keterampilan yang lebih baik, danmengembangkan sikapnya secara lebih positifterhadap materi atau bidang studi yangdipelajarinya. Dengan begitu para guru akanmemiliki kemampuan profesional yang memadaidan diharapkan mereka dapat menghayati jabatanguru yang menuntut harus belajar secara terusmenerus dari waktu kewaktu. Senada denganPidarta, Oliva (1984) menyarankan bahwa untukmeningkatkan kemampuan profesionalisme secaramemadai, salah satu alternatif kegiatan yang dapatdilakukan guru adalah mengikuti pendidikan (kuliahdi lembaga pendidikan tinggi).

Dalam era informasi dan teknologi dewasaini peran dan tugas guru harus dapat mengikutiperkembangan dan kemajuan dalam duniapendidikan, sehingga upaya konkrit untukmenyesuaikan dengan perubahan jaman harusselalu diikuti dan dikejar oleh para guru. Untukdapat melaksanakan tugas keprofesionalan, guruberkewajiban untuk meningkatkan danmengembangkan kualifikasi akademik dankompetensi secara berkelanjutan sejalan denganperkembangan Iptek dan seni (Arifin, 2011).Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwaupaya pengembangan profesionalisme yangdilakukan oleh para guru SD pada daerah terpencilyang menjadi lokasi penelitian selain melalui studipeningkatan kualifikasi pendidikan, adalah melaluiupaya inisiatif kesadaran individu guru untukmengembangkan profesionalismenya dengan caramenggali informasi terbaru seputar duniapendidikan, men-download buku-buku atau materipelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet.Walaupun akses internet belum menjangkau sampaikewilayah mereka, inisiatif para guru baik secaraindividu maupun kolektif bersama rekan sejawatbahkan kepala sekolah adalah dengan bersama-sama pergi ke kota kecamatan ataupun ke ibukotakabupaten untuk mengakses internetmemanfaatkan jasa warung internet (warnet) yangada dikota pada hari libur sekolah. Materi pelajaranmaupun informasi seputar dunia pendidikan danpembaharuan dalam dunia pendidikan dapatmereka peroleh melalui pemanfaatan jasakomunikasi internet di kota. Upaya tersebut merekalaksanakan dalam mengembangkan profesi merekakarena mereka yakini tidak akan mungkin untukterus berdiam diri dengan hanya mengharapkanterobosan dari pemerintah dan keterbatasan sertakendala yang mereka hadapi dan rasakan selamabertugas pada sekolah dasar di daerah terpencil.Arifin (2011:12) menjelaskan bahwa dalam rangkamemaksimalkan pengembangan SDM pendidikanpada era otonomi daerah dan pendidikan dewasaini perlu adanya model perubahan yang salahsatunya adalah model pengelolaan informasi yaitupara pendidik dan tenaga kependidikan harus maudan mampu untuk memanfaatkan kemajuanteknologi komunikasi sebagai mediapengembangan profesionalisme sumber dayamanusia ke depan untuk mencapai tujuanpendidikan nasional. Dalam Peraturan MenteriPendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007tentang kualifikasi akademik dan kompetensi gurudisebutkan bahwa kompetensi profesional guru

520 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 38: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pada aspek kelima adalah memanfaatkan teknologiinformasi dan komunikasi untuk mengembangkandiri. Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 16tahun 2007 tersebut mengisyaratkan bahwa dalamupaya mengembangkan diri melalui pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi adalah bahwaguru harus dapat: 1) memanfaatkan teknologiinformasi dan komunikasi dalam berkomunikasi,dan 2) memanfaatkan tekonologi informasi dankomunikasi untuk pengembangan diri sebagai guruprofesional. Selain itu perihal pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi dijelaskanSuyanto & Djihad (20012:38) akan membangunhubungan kesejawatan yang baik dan luas yangdapat dilakukan oleh guru dengan membina jejaringkerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yangdilakukan oleh sejawatnya yang sukses, sehinggaguru bisa belajar untuk mencapai sukses yangsama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melaluijejaring kerja inilah guru memperoleh aksesterhadap inovasi-inovasi dibidang profesinya.Jaringan kerja guru bisa dibina melalui jaringan kerjayang lebih luas dengan menggunakan tekonologiinformasi dan komunikasi, misalnya melaluikorespondensi dan mungkin melalui internet untukskala yang lebih luas seperti facebook, twitter dll.Apabila korespondensi atau penggunaan internetini dapat dilakukan secara intensif akan dapatdiperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawatguru diseluruh dunia.

Sumber Daya dalam Pengembangan ProfesionalismeGuru SD pada Daerah Terpencil

Pada aspek sumber daya manusia (SDM)tenaga pengembang/pemandu kegiatanpengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil berdasarkan hasil temuanpenelitian diketahui bahwa SDM tenaga pemandu/pengembang kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencilberasal dari para dosen Universitas PalangkaRaya, LPMP, maupun dari pihak dinas pendidikankabupaten Gunung Mas dan provinsi KalimantanTengah. Para SDM pengembang tersebutbertugas untuk memberikan bantuan baik tenagamaupun pikiran dalam upaya mengembangkanprofesionalisme guru SD sesuai dengan kegiatanyang dilaksanakan. Salah satu contoh kegiatanyang melibatkan para tenaga pengembang tersebutadalah KKG/MGMP dan supervisi pengawas.Kehadiran tenaga pengembang tersebutdiharapkan akan membuat macam-macam

kegiatan pengembang profesionalisme guru SDtersebut menjadi semakin bergairah. Akan tetapipada implementasinya diketahui bahwa frekuensikeaktifan para tenaga tersebut berada dilapangandan jumlah tenaga pengembang/pemandu yangdirasakan masih kurang karena masih belumsampai efektif menjangkau sampai pada daerahterpencil sehingga menyebabkan belum efektifnyaketerlaksanaan kegiatan tersebut. Alasan utamaadalah kondisi geografis yang begitu berat untukdilalui dari dan menuju wilayah tersebut sertaterbatasnya akses komunikasi menjadi alasanutama para SDM pemandu/pengembangankegiatan pengembangan profesionalisme guru baikitu dari dinas pendidikan kabupaten dan provinsimaupun tenaga profesional dari LPMP danUNPAR menjadi enggan untuk bertahan lama dilapangan dalam memandu pelaksanaan kegiatanpengembangan profesionalisme guru SD di daerahterpencil. Dilain pihak jikalau kegiatanpengembangan profesionalisme guru SDdilaksanakan oleh tenaga pengembang yangdimiliki oleh daerah terpencil sangat sulitdiwujudkan karena keterbatasan SDM baik darisegi kuantitas maupun kualitasnya. Hasbullah(2006) menjelaskan bahwa sejak dilaksanakannyaotonomi daerah, pengelolaan sumber daya manusiadi daerah baik itu di provinsi, kabupaten dan kotamemang cukup memprihatikan. Pimpinan didaerahyang kekuasaannya sangat besar kadang-kadangmenempatkan “orang-orangnya” kurangproporsional dan terkesan jarang memerhatikanaspek profesionalisme. Lebih lanjut dijelaskanbahwa bagaimanapun sumber daya manusia yangkurang “profesional” akan menghambat jalannyapelaksanaan sistem pendidikan. Senada denganpenjelasan tersebut Suryadi & Tilaar (1994)menjelaskan bahwa dari analisis terhadap mutupendidikan diketahui beberapa persoalan yangsalah satunya adalah bahwa kesenjangan mutupendidikan terjadi karena sumber-sumberpendidikan tidak/belum merata, kekuatan sumberdaya manusia (tenaga kependidikan) yangbervariasi, sistem pendidikan yang terlaluregulated, serta pelaksanaan pendidikan yangditandai dengan rentang kontrol dan kendali yangbelum efektif. Ketidakmerataan ini bukandisebabkan oleh kebijakan pemerintah, tetapi lebihditentukan oleh kerumitan wilayah dankeanekaragaman masyarakat. Memang tidakdapat dipungkiri bahwa alasan geografis yangsukar dijangkau serta minimnya sarana danprasarana serta komitmen dari berbagai pihak yang

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 521

Page 39: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

terlibat yang membuat jalannya kegiatanpengembangan profesionalisme guru tersebutbelum efektif berjalan seperti yang diharapkan.

Pada aspek sumber daya anggaran/pendanaan dalam kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencilberdasarkan hasil temuan penelitian diketahuibahwa anggaran yang tersedia dalam upayapengembangan profesionalisme guru SD di wilayahkabupaten Gunung Mas masih belum dialokasikansecara khusus terutama bagi para guru SD yangbertugas di daerah terpencil. Anggaran yangtersedia sementara ini masih diperuntukkan untukkegiatan pengembangan yang dilaksanakan diibukota kabupaten saja. Anggaran untuk kegiatanpengembangan profesionalisme guru semacampelatihan, seminar dan lain-lain memangdiperuntukan untuk dilaksanakan di kota saja,sehingga jikalau penyelenggaraan kegiatan tersebutdilaksanakan di kota maka akan agak susah bagipara guru yang bertugas di daerah terpencil untukbisa berpartisipasi dalam kegiatan tersebutterutama dikarenakan biaya yang tidak sedikit yangharus dikeluarkan untuk datang kekota.Terbatasnya anggaran yang dimiliki dinaspendidikan kabupaten maupun UPTD kecamatanmenjadi sebuah kendala yang menyebabkanragam kegiatan pengembangan profesionalismeguru belum dapat dilaksanakan sampai ke daerahterpencil. Ketidakberdayaan pihak pihak dinaskabupaten maupun UPTD kecamatan dikarenakanminimnya anggaran yang dimiliki untuk melakukansuatu upaya terobosan dalam pengembanganprofesionalisme bagi para guru yang bertugas didaerah terpencil seperti membuat ide/gagasanyang akan direncanakan belum dapat terealiasasi.Castetter (1996) menjelaskan bahwa dukungansumber daya merupakan hal penting untuk menjagakelangsungan organisasi. Dukungan sumber dayameliputi aspek sumber daya manusia, sumber dayafisik (sarana dan prasarana), dan sumber dayapendanaan atau pembiayaan. Hoghword dan Gunn(1984:86) menyatakan bahwa perpaduan sumberdaya untuk mendukung penyelenggaraan sebuahprogram kegiatan harus disediakan secaraserentak. Lebih lanjut Brinkerhoff dan Crosby(2002) juga mengungkapkan bahwa untukpenyelenggaraan suatu program perlu disediakansumber daya yang meliputi sumber daya manusia,material, teknis dan dana. Agar keseluruhan suatuprogram kegiatan dapat berjalan dengan baik makaperu adanya dukungan pendanaan yang ideal,tanpa didukung oleh faktor pendanaan yang ideal

maka pelaksanaan kebijakan dan penyelenggaraansuatu program akan sia-sia (Wahab 2004:88).

Kendala yang Dihadapi dalam PengembanganProfesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil

Pada aspek kendala yang pertama yaituberkaitan dengan kondisi geografis dari dan menujuwilayah terpencil sukar untuk ditempuh sertaminimnya akses komunikasi. Tidak dapat dipungkiribahwa kenyataan kondisi geografis yang sukarditempuh baik dari dan menuju wilayah tersebutpraktis membuat berbagai macam kegiatanpengembangan belum dapat dilaksanakan denganbaik di wilayah tersebut. Berbagai macam kegiatan“ideal” dalam upaya pengembangan guru sepertiseminar, pelatihan, lokakarya dan lain-lain sampaisaat ini masih merupakan impian yang belum dapatterealiasasi di wilayah tersebut. Alasan utamaadalah bahwa untuk mencapai wilayah tersebutakan memakan waktu yang lama dan biaya yangtidak sedikit. Transportasi yang dilalui dari danmenuju ke wilayah ini hanya bisa dilalui dengankelotok (sampan bemotor) dengan menyusurisungai yang beriam (deras berbatu) sehingga resikokeselamatan menjadi hal yang perludipertimbangkan. Hal tersebut yang mendasaribahwa tenaga profesional yang bertujuan untukmengembangan profesionalisme para guru yangbertugas disana menjadi “enggan” untukmelaksanakan tugasnya secara efektif danberkelanjutan. Dengan mendasarkan padakenyataan tersebut, mau tidak mau maka tenagalokal dari wilayah tersebut yang selama ini menjaditulang punggung dalam upaya pengembanganprofesionalisme guru melalui kegiatan supervisimaupun KKG yang pada kenyataannya juga belumdapat efektif terlaksana seperti yang diharapkan.Hal lain yang menjadi kendala adalah faktorterbatasnya akses komunikasi selular maupuntelepon yang tentu saja membuat daerah terpencilsemakin terisolasi dari kemajuan tekonologi dankemajuan pendidikan. Upaya dinas pendidikandaerah untuk memberikan dan menyampaikaninformasi melalui media komunikasi tidak dapatefektif, oleh karena itu satu-satunya upaya yangdapat dilakukan adalah dengan menitipkanundangan kegiatan ataupun surat menyurat kepadapenduduk atau guru yang kebetulan sedang beradadi kota dan tentu saja ini tidak bisa up to date.Beeby (1981) mengemukakan bahwa salah satufaktor pengembangan profesionalisme guru kurangefektif adalah kurang lancarnya komunikasi dan

522 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 40: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

transportasi akibat kondisi geografis; faktor lainnyaadalah kurang memadainya kemampuansupervisor, sistem birokrasi terbaginya loyalitassupervisi sebagai dampak dualisme pengelolaan (disekolah dasar), dan juga sikap guru sertasupervisor terhadap pembaharuan pendidikan.Masalah lainnya yang dirasakan oleh para guruyang bertugas di daerah terpencil adalah kesulitankomunikasi yang mengakibatkan kontak gurudengan “dunia luar” sangat terbatas. Gurumengajar menurut apa yang mereka dapat lakukan.Penyelesaian target kurikulum tidak begitu merekapersoalkan, karena yang penting adalah bagaimanamereka bisa melayani semua anak dalampengetahuan yang esensial.akibat lain dariketerpencilan adalah pembaharuan pendidikan sulitmencapai mereka, misalnya seorang guru barumenerima petunjuk tentang adanya pembaharuanpada saat pembaharuan lain (yang lebih baru)diperkenalkan dilokasi tak terpencil. Dalaminformasi mereka ketinggalan sekian langkah dariguru-guru yang bertugas di daerah tak terpencil.(Supriadi, 1990)

Pada aspek kendala yang kedua yaituminimnya sarana dan prasarana yang mendukungterlaksananya kegiatan pengembanganprofesionalisme guru pada daerah terpencil. Tidakdapat dipungkiri minimnya sarana dan prasaranayang tersedia di sekolah pada daerah terpencilmembuat para guru seakan tidak berdaya untukmengembangkan kreativitasnya dalam mengajar.Proses belajar mengajar dilaksanakan melaluimetode klasik dengan memanfaatkan buku tekspelajaran yang selain jumlahnya terbatas juga belumdidukung dengan media dan bahan ajar yang terkaitdengan pokok bahasan. Jikalau sarana danprasarana sekolah saja belum tersedia dengan“ideal” akan sama hal nya pula dengan sarana danprasarana yang akan dipergunakan dalam kegiatanpengembangan profesionalisme guru semacamKKG dan supervisi, praktis kegiatan tersebut belumdapat dilaksanakan dengan efektif karenaketerkendalaan tersebut. Temuan Fuller (1987)merekomendasikan untuk daerah terpencil dengansegala keterbatasan sarana dan prasarana yangdimiliki perlu adanya pemanfaatan komunikasi radiodalam pembelajaran bagi guru maupun siswa. Daritiga studi yang di review oleh Fuller, diketahui bahwapenggunaan pembelajaran melalui radio memberikanefek positif terhadap dalam perluasan kesempatanpembelajaran bagi daerah-daerah terpencil.

Pada aspek kendala yang ketiga yaituterbatasnya anggaran/pendanaan yang

dialokasikan untuk kegiatan pengembanganprofesionalisme guru pada daerah terpencil.Berdasrkan hasil temuan penelian diketahui bahwabelum ada suatu anggaran khusus yangdialokasikan dalam upaya mengembangkanprofesionalisme guru SD pada daerah terpencil.Anggaran/pendanaan yang diperuntukan dalamkegaitan pengembangan profesionalisme guru SDtermasuk guru SD yang bertugas di daerah terpencilmemang pernah teralokasikan saat programBERMUTU dilaksanakan di kabupaten GunungMas. Akan tetapi setelah program tersebut tidaklagi dilaksanakan sejak tahun 2010 hinggasekarang, praktis juga pengalokasian anggarankhusus untuk para guru yang bertugas pada daerahterpencil juga belum dapat terwujud. Pengalokasiananggaran yang khusus diperuntukkan untuk sebuahprogram kegiatan khususnya dalam mewujudkanketerlaksanaan program kegiatan pengembanganprofesionalisme guru tentunya menjadi hal yangmutlak adanya agar efektivitas program dapattercapai seperti yang diharapkan. Rohman(2010:271) menjelaskan bahwa Indonesia masihbersifat stagnan bahkan terkesan mengalamikemunduran dalam mengalokasikan anggarannasionalnya untuk pendidikan. Dalam era otonomidaerah pemerintah masih belum adil dalammendistribusikan dan mengalokasikan anggaranpendidikan. Sehingga masih mengindikasikanbahwa dikalangan pengambil kebijakan (policymaker) masih ragu-ragu atau masih belummemandang penting pendidikan dalam kontekspembangunan nasinal. Wahono (2001)menyebutkan bahwa pemerintah masih belum adildalam mendistribusikan anggaran pendidikan.Ketidakadilan distribusi pendanaan pendidikantersebut meliputi antara sekolah negeri denganswasta, antara sekolah perkotaan denganpedesaan/terpencil, dan antara sekolah umumdengan keagamaan.

Pada aspek kendala yang keempat yaituterbatasnya kemampuan tenaga pengembangkegiatan pengembangan profesionalisme guru SDpada daerah terpencil baik dari segi kuantitasmaupun frekuensi keaktifan dilapangan. Wilayahyang luas dengan kondisi geografis yang masihdapat dikatakan terisolir karena akses dari danmenuju wilayah tersebut belum terbuka melaluitransportasi darat nampaknya merupakan alasanutama yang menyebabkan para tenaga SDMpengembang belum dapat mencurahkan segenapkemampuannya untuk melaksanakan pembinaanterhadap para guru yang bertugas di daerah

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 523

Page 41: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

terpencil. Fakta tersebut juga diungkapkan Wahabdalam Rohman (2010) bahwa keterbatasan stafdan penyediaan dana dapat berakibat padakeseriusan dalam mengawal kegiatan pengem-bangan profesionalisme guru. Keterbatasan ragamassessor yang mau dan mampu dalammelaksanakan kegiatan pengembanganprofesionalisme guru menyebabkan guru tidakdapat terlaksana dengan baik. Bagaimanapunsumber daya manusia (SDM) yang kurangprofesional akan menghambat pelaksanaan sebuahsistem pendidikan. (Hasbullah, 2006)

Pada aspek kendala yang kelima berdasarkanhasil temuan penelitian adalah demotivasi kerjapara guru, dimana selain disebabkan oleh belumefektifnya kegiatan pengembangan profesio-nalisme juga disebabkan oleh sistem penggajianyang dirasakan belum efektif bagi para guru yangbertugas di daerah terpencil. Sistem penggajianyang pengambilannya berada di wilayahkecamatan Tewah (bagi guru yang bertugas dikecamatan Miri Manasa) disadari membuat paraguru seringkali tidak berada di sekolahmelaksanakan proses belajar mengajar. Ketikamendekati hari gaji para guru sudah berangkatmenuju kecamatan tewah yang jaraknya lumayanjauh dan harus ditempuh dengan menggunakankelotok selama beberapa jam perjalanan. Selainbiaya transportasi yang harus dikeluarkan guru jugatidak sedikit, praktis ketika para guru tersebutmengambil gaji maka terhenti pula kegiatan belajarmengajar disekolah. Arifin (2011:30) menjelaskanbahwa realitas empirik yang tersaji saat ini bahwakondisi guru di Indonesia secara makro masihbelum terberdayakan secara maksimal, dandiantara faktor kunci penyebabnya adalah kondisimentalitas, motivasi dan dorongan internal guruuntuk terus belajar, berinovasi dalam pembelajarandan terus mengikuti perkembangan iptek terkinimasih rendah. Hal-hal tersebut tidak perlu terjadijikalau kebutuhan dasar semisal gaji dan tunjanganbagi para guru terpenuhi dengan baik (Hamalik,2002; Tilaar, 2009; Wahab, 2007).

Peranan Stakeholders dalam PengembanganProfesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil

Pada aspek peranan stakeholders yangpertama yaitu memfasilitasi perijinan bagi guru SDuntuk melanjutkan studi peningkatan kualifikasikejenjang sarjana/S1. Dalam upaya mewujudkanguru SD berkualifikasi sarjana/S1 di wilayahkabupaten Gunung Mas, pemerintah daerah dalam

hal ini dinas pendidikan kabupaten Gunung Masterus melakukan push kepada para guru untukmelanjutkan studi peningkatan kualifikasi yangditargetkan pada akhir 2013 nanti seluruh guru SDakan sudah berkualifikasi sarjana/S1. Pihak dinaspendidikan kabupaten dalam hal ini telahmelakukan upaya memberikan fasilitas perijinanbagi para guru sesuai dengan giliran dan kuotanyauntuk melanjutkan studi baik melalui programpercepatan kerjasama dengan universitasPalangka Raya maupun UPBJJ Palangka Raya(UT). Tidak hanya sampai kepada perijinan saja,pemerintah daerah melalui dinas pendidikankabupaten maupun provinsi juga mengupayakanmemberikan bantuan materiil/dana bantuan studiberdasarkan kuota pertahun bagi guru yangmelanjutkan studi peningkatan kualifikasipendidikan tinggi tesebut. Persyaratan bantuanpenyelesaian studi tersebut dilakukan denganmengajukan proposal penelitian yang sudahdiseminarkan dihadapan penguji dengan beberapapersyaratan lainnya, khusus untuk peningkatankualifikasi guru kejenjang S1 dalam penyelesaianskripsi diketahui bahwa tersedia dana bantuansebesarr Rp. 10 juta dan bagi S2 sebesar Rp. 20juta . Akhdinirwanto & Sayogyani (2009)menjelaskan bahwa jika guru dikatakanprofesional maka guru tersebut harus mampumemberikan jasa pelayanan berdasarkan padailmu pengetahuan yang dipahami guru tersebutsecara sistematik yang dipersiapkan dalam waktuyang relatif lama di perguruan tinggi (untuk ukuransekarang Strata 1/S1, bahkan sudah mulai dirintisdi beberapa daerah guru harus Strata 2/S2 yangbergerak dalam segala bidang. Kondisi pendidikankian hari kian tinggi itu mengisyaratkan bahwasemakin tinggi tingkat pendidikan seorang gurudiharapkan akan semakin tinggi pula derajatkeprofesionalannya.

Pada aspek peranan stakeholders yangkedua yaitu menekankan kepada kepala sekolahdan guru yang memiliki kemampuan lebih untuksharing kemampuan dengan sejawat. Perihaltersebut dilakukan oleh dinas pendidikan pada setiapkali kesempatan bertemu dengan para kepalasekolah, pengawas maupun guru-guru baik dalamforum kegiatan guru, kepala sekolah maupunpengawas yang dilaksanakan di kabupaten ataubahkan secara personal kepada mereka. Suyanto& Djihad (2012) menjelaskan bahwa upayapeningkatan profesionalisme guru pada akhirnyaterpulang dan ditentukan oleh para guru sendiriyang dapat ditempuh melalui: (1) memahami

524 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 42: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

tuntutan standar profesi yang ada, (2) mencapaikualifikasi dan kompetensi yang diharapkan, (3)membangun hubungan kesejawatan yang baik danluas termasuk lewat organisasi profesi, (4)mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yangmengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepadakonstituen, dan (5) mengadopsi inovasi ataumengembangkan kreativitas dalam pemantaanteknologi dan informasi mutkahir agar senantiasatak ketinggalan dalam kemampuannya mengelolapembelajaran. Khusus dalam hal membangunkesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukanguru dengan membina jejaring kerja. Guru harusberusaha mengetahui apa yang telah dilakukan olehsejawatnya yang suskses, sehingga guru dapatbelajar untuk mencapai sukses yang sama ataubahkan bisa lebih. Untuk itu perlu adanya dukungandari semua pihak baik itu dari dinas pendidikan,kepala sekolah maupun sejawat para guru sendiriuntuk menularkan dan sharing kemampuannyakepada para guru yang masih kurangkemampuannya.

Pada aspek peranan stakeholders yangketiga yaitu mewajibkan pembuatan laporan bagisetiap guru setelah selesai mengikuti berbagaimacam kegiatan pengembangan profesionalismeyang diikuti oleh guru. Bentuk laporan disesuaikandengan berbagai macam kegiatan yang pernahdiikuti guru. Selama ini berdasarkan hasil temuanpenelitia bentuk laporan yang diwajibkan oleh dinaspendidikan kabupaten Gunung Mas bagi para guruadalah pembuatan laporan baik dalam bentukpenelitian tindakan kelas (PTK) ataupun laporanpertanggung jawaban hasil dari kegiatan yang telahdiikuti oleh para guru. Dasar kebijakan pembuatanlaporan ilmiah memang belum tertulis akan tetapiselalu disampaikan oleh bagian pendidikan dasardinas pendidikan kabupaten Gunung Mas bahwapara guru harus melatih keterampilan menulismaupun penelitian yang gunanya nanti agar paraguru terbiasa melakukan penelitian kecil yangberhubungan dengan tugas profesinya yang manananti akan bermanfaat bagi guru itu sendiri dalamhal pengajuan kenaikan pangkat yang sekarang inimempersyaratkan karya tulis ilmiah guru. Arifin(2010) menjelaskan bahwa dalam kegiatanpengembangan profesionalisme guru dalamkonteks pengamalan ilmu pengetahuan, tekonologidan keterampilan untuk peningkatan mutu bagiproses belajar mengajar dan profesionalismetenaga kependidikan maupun dalam rangkamenghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagipendidikan dan kebudayaan, paling tidak ada empat

kegiatan pengembangan profesionalisme guru,salah satunya yaitu kegiatan Karya Tulis Ilmiah(KTI).

Pada aspek peranan stakeholders yangkeempat yaitu pendekatan budaya “pupu” daritokoh masyarakat dalam menjaga dan mengawalprofesionalisme guru SD. Pendekatan budayadilakukan oleh tokoh masyarakat dan masyarakatsetempat dengan menerapkan budaya ‘pupu’.Budaya ‘pupu’ ini dilaksanakan masyarakat bagipara guru baru yang bertujuan untukmemperkenalkan kepada para masyarakat akanadanya guru baru. Secara tidak langsung denganadanya penerapan budaya tersebut membuat paraguru mau tidak mau akan merasa bahwa tanggungjawab yang akan mereka laksanakan sebagaipendidik para anak-anak dari masyarakat selaludiawasi dan didukung oleh masyarakat, yang tentusaja hal ini akan membuat para guru terus berusahameningkatkan dan mengembangkan kinerjaprofesionalnya dalam melaksanakan tugas dalammencerdaskan para anak masyarakat yangmereka didik disekolah. Harris dan Collay (1992)menyatakan bahwa filosofi penting bahwa sekolahdan suatu wilayah harus beroperasi sebagai budayaprofesional dimana setiap anggota berkomitmenpada kebaikan personal dan profesional masing-masing, dan tujuan mensosialisasikan para guruyang bertugas disuatu daerah adalah bagian darioperasi budaya dan pelibatan staf selain kepalasekolah, adalah ciri utama dari aspek kolaboratifdukungan budaya dalam pengembanganprofesionalisme guru. Hadiyanto (2004:36) jugamenjelaskan bahwa peranan yang dilakukan dalamperbaikan kualitas dan nasib guru dapat dilakukanmelalui jalur budaya, dan perjuangan harus lebihbanyak dilakukan oleh guru sendiri sebagai suatucorp. Kebudayaan sebenarnya bukan hanyaberurusan dengan hasil-hasil peninggalan karyagenerasi terdahulu, seperti patung, keramik, gedungatau situs bersejarah, akan tetapi juga nilai-nilaidan norma-norma atau kadang aturan yang tidaktertulis yang diyakini manfaatnya oleh masyarakat.Termasuk dalam hal ini adalah sopan santun danmenghargai kepada guru.

Pada aspek peranan stakeholders yangkelima yaitu pemenuhan kebutuhan perumahan/tempat tinggal bagi guru SD di daerah terpencil.Delors, et al (1996) menjelaskan bahwa untukmeningkatkan kualitas pendidikan diantaranyaadalah bergantung pada status sosial, termasukdidalamnya kondisi ekonomi guru, tempat tinggalguru, pengetahuan dan keterampilan, karakteristik

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 525

Page 43: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

personal, masa depan profesi dan motivasi guru.Heslop (1996) juga menyarankan bahwaadakalanya kualitas perumahan guru pada daerahterpencil menjadi suatu masalah. Masalahakomodasi bisa mulai dari tempat tinggal terlalusempit, seperti para guru tinggal di ‘dongers’(bangunan kecil yang bisa dipindahkan), sampaistress yang bisa muncul karena hidup secarakonstan yang sangat dekat dengan kolega/sejawatlainnya.

Pada aspek peranan stakeholders yangkeenam yaitu pemberian tunjangan daerahterpencil maupun insentif bagi para guru yangbertugas di daerah terpencil. Surya (2001:17)menjelaskan bahwa profesionalisme danprofesionalitas guru erat kaitannya dengankesejahteraan. Lebih lanjut dikatakan bahwaproblem bangsa ini adalah belum menganggap guruitu merupakan unsur terpenting dalam pendidikan.Ironisnya lagi, bangsa ini pun belum menganggappendidikan sebagai kebutuhan, namun baru

dianggap sebagai kewajiban, sehingga padaakhirnya berimbas pada belum optimalnyapeningkatan profesionalisme guru. Kalaupendidikan sudah dijadikan sebagai kebutuhan,maka apapun akan dilaksanakan, termasukkesejahteraan guru agar bisa meningkatkanprofesionalismenya

Pada aspek peranan stakeholders yangketujuh yaitu pemenuhan dan pemerataan tenagapengembang/pemandu kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD terutama di daerahterpencil. Suyanto & Djihad (2012:281) menjelaskanbahwa dalam upaya pengembangan profesionalismeguru perlu memanfaatkan segenap sumber dayauntuk keberlangsungan kegiatan tersebut. Kegiatanpengembangan profesionalisme baik itu melaluiKKG/MGMP, seminar, pelatihan dan lain-lain akandapat berlangsung dengan baik apabila mendapatdukungan baik internal maupun eksternal. Dukunganinternal yaitu dukungan dari para guru itu sendiriperlu memiliki motivasi yang tinggi, kreatif, dinamis,

Gambar 1 Diagram Alur Pengembangan Profesionalisme Guru SD Daerah Terpencil Daratan PedalamanKabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah

526 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Feedback

Kendala

Kondisi geografis sukar dijangkau dan aks komunikasi terbatas

Sarana dan prasarana minim Anggaran minim Tenaga pengembang belum

efektif secara kuantitas dan keaktifan di lapangan

Demotivasi guru

Peranan Stakeholders

Perjinan studi peningkata kualifikasi

kemampuan dengan sejawat

Pembuatan laporan ilmiah Budaya pupu Perumahan guru Tunjangan/insentif guru terpencil Pemerataan tenaga

pengembangan

Sharing

Pengembangan Profesionalisme

Guru SD pada Daerah Terpencil

Upaya Pengembangan

Pimpinan/atasan

Guru secara mandiri

Disdik: Pengawas: Home Visitation

Kepsek:

KKG/MGMP dan UKG Supervisi

Motivasi disiplin mengajar rajin membaca buku pendidikan

Peningkatan kualifikasi pendidikan dan

pemanfaatan teknologi internet di kota

PertumbuhanProfesionalisme

Guru SD pada Daerah

Terpencil

Sumber Daya

SDM

Tenaga pengembangan dari Disdik kabupaten, provinsi, LPMP Kalteng,

dan dosen Unpar

Anggaran/Pendanaan

Belum teralokasikan secara khusus

Page 44: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

dan inovatif. Sedangkan dukungan eksternal adalahdukungan sumber daya berupa sarana prasarana,tenaga pengembangan/pemandu kegiatan,narasumber dan juga dana. Lebih lanjut dikatakanbahwa dalam mendukung kegiatan pengembanganprofesionalisme guru dapat dilakukan denganmengoptimalkan peran dari functional power,adalah para ahli/pakar pendidikan pada tingkat pusat,provinsi, kabupaten, baik sebagai akademisi maupunsebagai praktisi dibidang pendidikan. Ingvarson(1990:169) juga menjelaskan bahwa personaliapendukung eksternal memiliki pengaruh signifikanterhadap keberterimaan ide baru dan penggunaaninformasi. Maka dari itu penting melibatkan ageneksternal pada berbagai tahap dan kegiatanpengembangan profesionalisme guru. Kontribusiguru-guru yang bekerja bersama memecahkanmasalah dan mengatasi masalah spesifik sekolahdan profesi mereka dapat dilakukan melalui ageneksternal yang bertindak sebagai fasilitator.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru SD padaDaerah Terpencil

Pimpinan/atasan

Upaya pengembangan profesionalisme guruSD pada daerah terpencil yang dilakukan olehpimpinan/atasan dibedakan berdasarkan jenjangnya,yaitu oleh dinas pendidikan kabupaten dan UPTD,pengawas sekolah dan kepala sekolah. Upayapengembangan profesionalisme guru yang telahdilaksanakan oleh dinas pendidikan kabupaten danUPTD adalah melalui kegiatan KKG/MGMP danuji kompetensi. Upaya pengembanganprofesionalisme guru SD yang dilakukan olehpengawas sekolah adalah supervisi melaluipendekatan kekeluargaan dengan mengunjungirumah para guru (home visitation) untuk membantumemecahkan permasalahan personal yangberhubungan dengan profesi guru. Sedangkan upayapengembangan profesionalisme yang dilakukan olehkepala sekolah adalah melalui pemberian motivasiuntuk disiplin waktu dalam mengajar danmenanamkan pengertian pentingnya para guruuntuk rajin membaca buku-buku pendidikan.

Guru secara mandiri

Dengan realita keterbatasan ragam/variasikegiatan pengembangan profesionalisme guru SD

yang dapat dilaksanakan di daerah terpencilmenimbulkan inisiatif individu dari para guru itusendiri untuk mengembangkan profesionalisme-nya. Upaya yang dilakukan oleh guru secaramandiri dalam mengembangkan profesionalis-menya dilaksanakan melalui studi peningkatankualifikasi pendidikan ke jenjang sarjana/S1 baikmelalui program percepatan kerjasama denganUniversitas Palangka Raya maupun UPBJJ (UT)Palangka Raya, dan juga dilakukan denganpemanfaatan teknologi informasi melalui mediainternet untuk menggali informasi terbaru seputardunia pendidikan dan pembaharuan dalam duniapendidikan serta materi pelajaran dan buku-bukufree-download.

Sumber Daya dalam Pengembangan ProfesionalismeGuru SD pada Daerah Terpencil

Sumber daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) tenagapengembang kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencilberasal dari para dosen Universitas PalangkaRaya, LPMP Kalimantan Tengah, maupun daripihak Dinas Pendidikan Kabupaten Gunung Masdan Provinsi Kalimantan Tengah. Akan tetapi padaimplementasinya diketahui bahwa minimnyafrekuensi keaktifan para tenaga tersebut beradadi lapangan dan jumlah tenaga pengembang yangdirasakan masih kurang karena masih belummenjangkau sampai pada daerah terpencil lainnyamenyebabkan belum efektifnya keterlaksanaankegiatan tersebut. Dilain pihak jikalau sebaliknyakegiatan pengembangan tersebut dilaksanakan olehtenaga pengembang lokal (selama ini guru senior)yang dimiliki oleh daerah terpencil, tidak akanoptimal dikarenakan keterbatasan dari segikuantitas dan juga kualitasnya pun dirasakan masihbelum memadai.

Sumber daya anggaran/pendanaan

Sumber daya anggaran/pendanaan dalamkegiatan pengembangan professionalisme guru SDpada daerah terpencil diketahui bahwa anggaran /pendanaan belum teralokasikan secara khususterutama bagi para guru SD yang bertugas di daerahterpencil. Selain itu pula dengan terbatasnyaanggaran yang dimiliki dinas pendidikan kabupatenmaupun UPTD menyebabkan ragam/variasikegiatan pengembangan profesionalisme guru belumdapat dilaksanakan sampai ke daerah terpencil.

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 527

Page 45: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Kendala yang Dihadapi dalam PengembanganProfesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil

Kendala yang dihadapi dalam pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencilyang menyebabkan upaya pengembanganprofesionalisme guru SD belum dapat berjalanseperti yang diharapkan, meliputi: (1) kondisigeografis dari dan menuju wilayah tersebut sukarditempuh serta akses komunikasi yang terbatas,(2) minimnya sarana dan prasarana yang dimilikidaerah terpencil untuk mewujudkanketerlaksanaan kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD, (3) terbatasnya anggarandan belum teralokasikan secara khusus sehinggaragam kegiatan pengembangan profesionalismeguru SD belum bervariasi, (4) terbatasnyakemampuan tenaga pengembang/pemandukegiatan pengembangan profesionalisme guru SDbaik dari segi kuantitas maupun frekuensi keaktifandilapangan, dan (5) demotivasi guru untuk menjadilebih profesional dalam bekerja karena sistempenggajian yang belum efektif.

Peranan Stakeholders dalam PengembanganProfesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil

Peranan stakeholders dalam upayapengembangan profesionalisme guru SD padadaerah terpencil baik yang telah dilaksanakanataupun yang akan dilaksanakan untukkedepannya nanti, yaitu: (1) memfasilitasi perijinanbagi guru SD untuk melanjutkan studi peningkatankualifikasi kejenjang sarjana/S1, (2) menekankankepada kepala sekolah dan guru yang memilikikemampuan lebih untuk sharing kemampuandengan sejawat, (3) mewajibkan pembuatanlaporan bagi setiap guru setelah selesai mengikutiberbagai macam kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD, (4) pendekatan budaya“pupu” dari tokoh masyarakat dalam menjaga danmengawal profesionalisme guru SD, (5)pemenuhan kebutuhan perumahan/tempat tinggalbagi guru SD di daerah terpencil, (6) pemberiantunjangan daerah terpencil maupun insentif, dan(7) pemenuhan dan pemerataan tenagapengembang/pemandu kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD terutama di daerahterpencil.

Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah sebagaiberikut. Bagi Kepala Sekolah, dengan berbagai

kendala dan keterbatasan yang dihadapi agar dapatmengalokasikan anggaran khusus untuk keperluanpemenuhan koleksi buku pelajaran/pendidikan demiterwujudnya “budaya baca” bagi seluruh personilsekolah dan siswa. Disamping itu pula kepalasekolah sebagai leader perlu untuk terusmenggalang kerjasama dengan segenapstakeholders baik itu melalui pertemuan berkalaatas inisiatif sekolah dengan para stakeholdersseperti dinas pendidikan kabupaten/UPTD,pengawas sekolah maupun tokoh masyarakatsekitar sekolah untuk mencari solusi atas kendaladan permasalahan yang dihadapi dalammeningkatkan mutu pendidikan dasar di daerahterpencil.

Bagi guru SD pada daerah terpencil, agardapat menyisihkan tunjangan dan insentif daerahterpencil yang diperolehnya dalam upayamengembangkan profesionalisme secara mandirimelalui berbagai kegiatan pengembanganprofesionalisme guru SD seperti pelatihan, seminar,workshop, lokakarya dan lainnya. Disamping itupula perlu untuk terus menjaga hubungan kolegialyang harmonis dengan sejawat baik melaluisharing kemampuan dan pengalaman dalammenyikapi berbagai perubahan dan inovasi dalamdunia pendidikan sehingga dapat menemukanberbagai upaya alternatif yang berhubungandengan pengembangan profesionalisme guru SDpada daerah terpencil.

Bagi Pengawas Sekolah, agar dapat lebihmengoptimalkan lagi bentuk supervisi melaluipendekatan kekeluargaan melalui teknik kunjunganke rumah (home visitation) yang terkelola denganbaik sejak awal perencanaan sampai kepadapengevaluasian, sehingga diharapkan bentuksupervisi tersebut dapat lebih efektif lagi dalampelaksanaannya. Disamping itu perlu juga untukterus melakukan upaya koordinasi dengan parastakeholders dalam hal penyampaian ide dangagasan yang dapat disampaikan pada forumMusrenbang desa dalam upaya meningkatkanmutu pendidikan dasar di daerah terpencil.

Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten GunungMas, agar dapat mengalokasikan anggaran khususuntuk mewujudkan keterlaksanaan variasi/ragamkegiatan pengembangan profesionalisme guru SDyang ideal seperti Diklat, workshop, seminar danlainnya yang dilaksanakan pada daerah terpencildengan dukungan segenap sumberdaya yang telahdirencanakan dengan matang. Salah satu kunciagar keterlaksanaan kegiatan pengembanganproefsionalisme guru SD pada daerah terpencil

528 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 46: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

dapat terlaksana dengan baik adalah melaluipemenuhan sarana dan prasarana pendidikan/sekolah, pemenuhan tenaga pengembang yangefektif pada daerah terpencil yang didukungdengan suatu standar monitoring dan evaluasi(Monev) terhadap seluruh komponen dalamkegiatan tersebut. Upaya alternatif lainnya yangdapat dipertimbangkan adalah melakukan suatukajian terhadap konsep pengembanganprofesionalisme guru SD pada daerah terpencilmelalui siaran radio pendidikan yang didesainsedemikian rupa bekerjasama dengan pihak RadioRepublik Indonesia (RRI) Kalteng dan para tenagapengembang (dosen) yang berasal dari perguruantinggi setempat khususnya Universitas PalangkaRaya sebagai fasilitator. Siaran radio pendidikandipandang cukup efektif karena kemampuan mediaini menjangkau populasi pendengar yang lebihbanyak dengan jarak jauh dan waktu yang lebihcepat serta biaya yang relatif lebih murahdibanding media massa lainnya.

Bagi pihak Pemerintah Daerah KabupatenGunung Mas Provinsi Kalimantan Tengahkhususnya dan pemerintah daerah lainnya yangmemiliki daerah terpencil, untuk dapat segeramerealisasikan program permbangunan bagidaerah terpencil terutama membuka keterisolasiandaerah terpencil melalui pembangunan jalan/aksestransportasi darat dan akses komunikasi agarketerpencilan secara fisik tidak diikuti pula denganketerpencilan secara budaya dan informasi. Selainitu pula perlu untuk segera merealisasikanpemenuhan kebutuhan perumahan bagi gurudaerah terpencil untuk meminimalisir tingkatperpindahan guru yang dirasakan cukup marakdewasa ini disamping juga perlu untuk melakukanperubahan sistem pengambilan gaji yang lokasipengambilannya tidak jauh dari tempat gurubertugas agar tidak terjadi demotivasi guru dalambertugas. Hal lainnya yang perlu dipertimbangkanuntuk dikaji lebih lanjut adalah mengenai penyiapandan pengadaan calon guru yang berasal dari lokal(daerah terpencil), yang khusus dipersiapkan mulaidari recruitment, pemberian beasiswa pendidikanuntuk melanjutkan ke perguruan tinggi dannantinya setelah mereka lulus akan ditempatkan(replacement) pada daerah terpencil diwilayahnya dengan status kepegawaian yang jelas.

Bagi masyarakat adat daerah terpencil, perluuntuk lebih meningkatkan peran dan partisipasinyaterutama dalam hal mengawal danmemberdayakan guru SD pada daerah terpencilmelalui penerapan budaya lokal yang relevan

dengan konteks pengembangan profesionalismeguru SD sehingga diharapkan para guru memilikikomitmen dan tanggung jawab yang tinggi dalammelaksanakan tugasnya untuk meningkatkan mutupendidikan dasar pada daerah terpencil. Disampingitu pula pentingnya keterlibatan masyarakat dalammenampung aspirasi sekolah danmenyampaikannya dalam suatu forumpemerintahan daerah misalnya Musrenbangsehingga pihak pengambil kebijakan di daerahdapat melakukan suatu upaya terobosan dalammengembangkan profesionalisme guru SD sebagaiupaya dalam meningkatkan kualitas pendidikandasar pada daerah terpencil.

Bagi Kementerian Pendidikan danKebudayaan, perlu adanya suatu koordinasi dansinergisitas antara Ditjen Dikti melalui perguruantinggi setempat dan Ditjen Dikdas dalam hal inidirektorat pembinaan sekolah dasar dalam upayamengembangkan sebuah pola pendidikan danpengembangan guru SD pada daerah terpencil.Bagi Dirjen Dikti melalui perguruan tinggisetempat, perlu menyiapkan dan merancangsebuah mata kuliah minor mengenai pendidikan didaerah terpencil dengan kendala yang dihadapiserta pemahaman budaya setempat bagi paracalon guru SD, disamping itu juga perlu adanyasuatu pre service education and training yangdapat membentuk karakter/kepribadian calon guruSD dengan memanfaatkan asrama sebagai wadahpembinaan dalam pembentukan karakter calonguru SD profesional. Sebagai fasilitator disampingpara dosen juga dapat mendatangkan tenaga dariluar misalnya para guru yang mempunyaipengalaman mengajar pada daerah terpencil untukberbagi pengalaman dan pengetahuan tentangseluk beluk mengajar di daerah terpencil, yangtentunya kesemua hal tersebut akan dapat lebihefektif lagi jika didukung dengan program PPLmengajar para mahasiswa calon guru SD yangdilaksanakan pada sekolah-sekolah di daerahterpencil. Bagi Ditjen Dikdas khususnya Direktoratpendidikan dasar perlu untuk mengembangkansebuah model pembinaan guru SD yangdidasarkan pada karakteristik masing-masingdaerah khususnya daerah daratan pedalamanmisalnya melalui program pembinaan khusus guruSD pada daerah terpencil disamping jugapentingnya penyediaan beasiswa pendidikan bagipara guru SD terpencil yang berprestasi untukmelanjutkan studi peningkatan kualifikasipendidikan.

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 529

Page 47: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Bagi peneliti berikutnya, perlu melakukanpenelitian lanjutan yang lebih mendalam denganmemperhatikan karakteristik dan kendala yangdihadapi guru SD pada daerah terpencil sehingga

dapat menghasilkan sebuah model pengembanganprofesionalisme guru SD yang efektif pada daerahterpencil khususnya daratan pedalaman.

DAFTAR RUJUKAN

Akhdinirwanto, R. W., & Sayogyani, I. A. 2009.Cara Mudah Mengembangkan ProfesiGuru. Jogjakarta: Pengurus WilayahAgupena DIY dan Sabda Media.

Arifin. 2011. Kompetensi Guru dan StrategiPengembangannya. Yogyakarta: PenerbitLILIN.

Beeby, J. W. 1981. Pendidikan di Indonesia.Jakarta: LP3ES.

Brienkerhoff, D. W., & Crosby, L. B. 2002.Managing Policy Reform: Concept andTools for Decision-Makers in Developingand Transitioning Countries. United Stateof America: Kumarian Press, Inc.

Castetter, W. B. 1996. The Human ResourcesFunction in Educational Administration(Sixth Edition). New Jersey: Prentice Hall,Inc.

Coleman, J. 1996. Equality of EducationalOpportunity. Washington DC: USGovernment Printing Office.

Delors, J., et al. 1996. Learning: The TreasureWhitin, report to UNESCO of theInternational Commision of Educationfor Twenty-first Century. Paris: UNESCO.

Dinas Pendidikan & Kebudayaan ProvinsiKalimantan Tengah. 1991. LaporanPenuntasan Wajib Belajar TingkatSekolah Dasar di Daerah Terpencil,Masyarakat Terasing, dan MasyarakatNomadik/Perahu (Sebuah Alternatif).Palangkaraya: Dinas Pendidikan &Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah.

Fiske, E. B. 1998. Desentralisasi Pengajaran,Politik dan Consensus. Jakarta: PenerbitPT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Fuller, B. 1987. What School Factors RaiseAchievement in the Third World. Reviewof Educational Research No. 57 (3).Washington DC.

Gaffar, F. M. 1987. Perencanaan Pendidikan:Teori dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud

Hamalik, O. 2002. Pendidikan GuruBerdasarkan Pendekatan Kompetensi.Jakarta: Bumi Aksara.

Harris, M., & Collay, M. 1992. New TeacherInduction as a Catalyst for RestructuringSchool. Paper presented at the annualmeeting of the American EducationalResearch Association. San Fransisco, CA.

Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan:Kebijakan Otonomi Daerah danImplikasinya Terhadap Penyelenggara-an Pendidikan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Heslop, J. 1996. A Model for The Developmentof Teacher in a Remote Area of WesternAustralia. Australian Journal ofEducation. Vol.21: Iss.1, Article 1.Available at: http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol21/iss1/1.

Hoghwood., & Gunn. 1984. Policy Analysis forThe Real World. London: Oxford UniversityPress.

Hutasoit, E. 2012. Pendekatan Kekeluargaan,Membuat Guru Nyaman Berinovasi,(Online). (http://wapikweb.org/assets/exp/mz_detail.php? id_artikel=AA-00246,diakses 27 Oktober 2012).

Ingvarson, L. 1990. School: Places Where TeacherLearn. In. J. Chapman (Ed). School BasedDecision-Making and Management.London: The Farmer Press.

Kartasasmita, G. 2008. Pendidikan dan OtonomiDaerah, (Online). (http://a ingkumaha.b logspot. com/2008/06/pendidikan-otonomi-daerah. html, diakses 8Januari 2012).

Laporan Tahunan Dinas PendidikanKabupaten Gunung Mas. 2010. GunungMas: Dinas Pendidikan Gunung Mas.

Lynch, K. 2000. Research and Theory on Equalityin Education. In M. Hallinan, ed.,Handbook of Sociology of Education.New York: Plenum Press.

Lynch, K., & Baker, J. 2005. Equality in Education:an Equality of Condition Perspective.Theory and Research in Education, 3 (2):131-164. Online, tersedia di http://hdl.handle.net/10197/2035.

530 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Page 48: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Manulang, M. 2012. Otonomi Pendidikan(Online) (http://pakguruonline. pendidikan.net//otonomi_pendidikan.html, diakses 10Januari 2012).

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional:Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Oliva, P. F. 1984. Supervision for Today’s School(2nd ed). New York: Longman. Inc.

Padlil, M., & Prastyo, A. T., 2011. StrategiPengelolaan SD/MI. Malang: UIN-MalikiPress.

Pidarta, M. 1992. Pemikiran Tentang SupervisiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Rifai , M. 1982. Pengantar Administrasi danSupervisi Pendidikan. Bandung: Baru.

Rohman, A. 2010. Pendidikan Komparatif:Menuju ke Arah Metode PerbandinganPendidikan Antar Bangsa. Jogjakarta:Laksbang Grafika.

Saud, U. S. 2008. Pengembangan Profesi GuruSD/MI. Bandung: Alfabeta.

Semiawan, C. R. 2008. Belajar dan Pembelajar-an Pra Sekolah dan Sekolah Dasar .Jakarta: Indeks

Siram, R. 1992. Pelaksanaan Model SistemGuru Kunjung Suatu Alternatif Pemera-taan Pendidikan Sekolah Dasar DaerahTerpencil di Kalimantan Tengah. Tesis.Tidak dipublikasikan. PPS IKIP Malang.

Stokes, H., et al. 2000. Rural and Remote SchoolEducation: A Survey for the HumanRights and Equal OpportunityCommission. Victoria: Youth ResearchCentre, University of Melbourne. (Online).

h u m a n _ r i g h t s / r u r a l _ r e m o t e /scoping_survey.pdf).

Sumarna, R. 2010. Meningkatkan KualitasPendidikan Dasar.  (Online). (http://rakyatdemokrasi.wordpress.com/201/02/07/meningkatkan-kualitas-pen- didikan-dasar/).

Supriadi, D. 1990. Pendidikan di DaerahTerpencil: Masalah dan Penanganan-nya. Analisis CSIS No. 5. Bandung: IKIPBandung.

Surya, M. 2001. Profesionalisme dan Kesejah-teraan Guru. Majalah Gerbang Edisi 3Tahun I.

Suryadi, A., & Tilaar, H. A. R. 1994. AnalisisKebijakan Pendidikan: Suatu Pengan-tar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tilaar, H. A. R. 1999. Pengembangan SumberDaya Manusia dalam Era Globalisasi.Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun1945.

Villegas-Reimers, E. 2003. Teacher ProffesionalDevelopment: an International Review ofthe Literature. Paris: UNESCO. Interna-tional Institute for Educational Planning.

Wahab, A. A. 2004. Perspektif TeoritikKebijakan dan Strategi Implementasi.Mana-jemen Pendidikan dalamPenyelenggaraan PendidikanKemitraan, Makalah disampaikan padaLokakarya Pelatihan Administrasi danManajemen Pendi-dikan dengan EducationBenefit Monitoring and Evaluation (EBME).Tanggal 4-5 Oktober 2004. Bandung.

Wahono, F. 2001. Kapitalis Pendidikan: antaraKompetisi dan Keadilan. Pustaka Pelajar.

Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 531

Page 49: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

IKLIM SEKOLAH, KOMITMEN ORGANISASI,KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA GURU

Raden Bambang Sumarsono

e-mail: [email protected] Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Jawa Timur

Abstract: this study aimed to describe the condition of the school climate, organizational commitment,job satisfaction, performance, determine the relationship between the study variables, and determinethe effective contribution of school climate, organizational commitment, and job satisfaction on theperformance of teachers at SMAN Malang. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional survey design ex-post-facto. 152 samples are taken from teachers of SMAN a population of250 teachers at SMAN 10 Malang. Sampling using proportional random sampling technique. Thedata analysis technique used is descriptive analysis and multiple regression analysis.

Keywords: school climate, organisation commitment, work satisfaction, performance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi iklim sekolah, komitmen organisasi,kepuasan kerja, kinerja, mengetahui hubungan antar variabel penelitian, dan mengetahui besarsumbangan efektif iklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru diSMAN Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan surveycross-sectional ex-post-facto. Sampel penelitian sebanyak 152 orang guru SMAN yang diambil darijumlah populasi 250 orang guru pada 10 SMAN Kota Malang. Pengambilan sampel menggunakanteknik proportional random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptifdan analisis regresi ganda.

Kata kunci: iklim sekolah, komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan kinerja

Keberhasilan pendidikan di sekolah (menurutHasibuan & Moedjiono, 1995) dipengaruhi olehfaktor internal dan eksternal. Faktor internalmerupakan faktor yang terdapat dalam diri pesertadidik, yang berupa kemampuan atau potensi yangdapat dikembangkan. Sedangkan faktor eksternalmerupakan faktor yang berasal dari luar diripeserta didik, yaitu guru, kurikulum, saranaprasarana, dan lingkungan atau kondisi belajarpeserta didik yang dapat mempengaruhiperkembangan peserta didik.

Guru, sebagai salah satu faktor eksternal,merupakan faktor kunci dalam menentukankeberhasilan peserta didik. Sebab jika guru sebagaitenaga pelaksana pendidikan tidak mampumelaksanakan tugas sebagaimana yang diisyaratkankurikulum, maka hasil pendidikan tidak akan baik.Hal ini dapat dilihat dalam peranan guru sebagaipenyusun program, penentu media, pengelolastrategi, dan pelaksana evaluasi pembelajaran disekolah. Penelitian tentang kinerja guru jugamerupakan salah satu upaya dalam pembinaan

teoritik. Sebab pengembangan kualitas sumber dayaguru seyogyanya dilakukan secara praktik maupunteoritik melaui perbaikan dan pembinaan secarakontinyu. Pembinaan praktik dapat dilakukanmisalnya melalui pelatihan dan supervisi oleh kepalasekolah. Sedangkan secara teoritik, dapat dilakukanmelalui seminar, penelitian, dan bentuk-bentukkegiatan ilmiah lain, termasuk penelitian tentangkinerja mengajar guru ini. Sehingga nampak bahwainformasi tentang kinerja personil, dalam hal iniadalah kinerja guru, sangatlah penting.

Kinerja (performansi) mengajar guru dapatditinjau dari pelaksanaan guru terhadap tugas-tugasatau kewajiban pengajaran di sekolahnya. Oliva(1984), secara komprehensif menyatakan bahwatugas mengajar guru itu meliputi tiga tahap kegiatan,yakni: tahap perencanaan (planning), tahappenyajian (presentation), dan tahap penilaian(evaluation). Lebih lanjut dikemukakan pulabahwa tugas-tugas mengajar guru itu mencakuptiga macam kegiatan, yakni: kegiatan sebelumpengajaran (pre-active), kegiatan waktu

532

Page 50: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pengajaran (inter-active), dan kegiatan setelahpengajaran (post-active).

Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwakebutuhan akan pengembangan pribadi dan profesiguru merupakan suatu hal yang penting. Sebabpendidikan selalu dinamis mengikuti perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuansosial lainnya, yang akan berdampak pada tuntutanpembaharuan kurikulum di sekolah. Guru akanmenghadapi kompleksitas tantangan yang semakintinggi, baik secara politik, sosial, budaya, ekonomi,maupun akademik yaitu pembaharuan kurikulum.Sehingga guru dituntut untuk selalu kreatif dalamrangka menghadapi tantangan tugas yang semakinberat dan kompleks tersebut.

Salah satu pembentuk kinerja guru adalahiklim sekolah. Terdapat berbagai istilah yangbiasanya digunakan dalam pengertian iklimorganisasi, seperti kultur, budaya, suasana,atmosfer, perasaan, dan atau etos kerja. Iklimorganisasi disebut sebagai iklim sekolah dalampenelitian ini, karena latar penelitian ini adalahorganisasi sekolah. Iklim sekolah sangatmempengaruhi kinerja personil sekolah (yaitu:kepala sekolah, guru, dan staf sekolah) karena iklimsekolah dapat menjadikan personil sekolahberprestasi baik, atau sebaliknya menyebabkanpersonil sekolah kurang efektif dalam bekerja samamencapai tujuan sekolah. Kalau personil sekolahmempersepsikan atau memandang iklim sekolahmenyenangkan, maka mereka akan menyum-bangkan hal-hal positif bagi pencapaian tujuansekolah. Sebaliknya jika personil sekolah tersebutmempersepsikan sekolah tempat mereka bekerjakurang menyenangkan, maka tentu mereka akanmemperlihatkan sikap acuh tak acuh terhadapsemua aktivitas sekolah. Sehingga harapan untukmencapai tujuan sekolah melalui proses kerja samasejumlah orang tidak akan terwujud.

METODE

Rancangan atau desain penelitian ini adalahsurvey cross-sectional ex-post-facto , dantermasuk dalam jenis penelitian deskriptifkorelasional. Penelitian ini mengkaji tentanghubungan iklim sekolah (X1), komitmen organisasi(X2), dan kepuasan kerja (X3) sebagai variabelbebas (independent variable) atau prediktor;dengan kinerja guru (Y) sebagai variabel terikatnya(dependent variable) atau kriterium. Populasidalam penelitian ini adalah seluruh guru SMANegeri Kota Malang sejumlah 250 yang tersebar

di sepuluh sekolah. Berdasarkan Tabel Krejci danMorgan, maka jumlah sampelnya adalah 152.

Analisis data yang digunakan dalam penelitianini adalah analisis deskriptif dan korelasional. Teknikanalisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkankeadaan satau status fenomena. Deskripsi datameliputi distribusi frekuensi yang terdiri dari: skorrata-rata, skor minimum, skor maksimum dansimpangan baku. Melalui distribusi frekuensitersebut akan dapat diketahui kategori atautingkatan setiap variabel penelitian. Selanjutnyadilakukan tahap penentuan kualifikasi penilaian,tahap perhitungan persentase, dan penyajian datamelalui tabel dan diagram batang.

HASIL

Iklim sekolah merupakan suasana yangdilandasi oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilaiyang telah menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatanpendorong yang membudaya dalam kehidupan suatusekolah, yang tercermin dalam perilaku,kepercayaan, cita-cita, pendapat, dan tindakan yangdilakukan oleh warga sekolah. Variabel iklim sekolahdiukur berdasarkan 18 item instrumen. Hasil analisisdata terhadap variabel tersebut menunjukkan skorrata-rata 73,34725 Gambar 1 menunjukkan hasilanalisis persentase (%) berdasarkan frekuensi (f)skor variabel iklim sekolah.

Gambar 1 Diagram Distribusi Frekuensi SkorIklim Sekolah

Gambar 1 menunjukkan bahwa dari 152responden yang berada dalam interval skor:48,058530 s.d. 59,364010 sebanyak 18 responden(11,8%); 59,364011 s.d. 70,669491 sebanyak 45responden (29,6%); 70,669492 s.d. 81,974971sebanyak 45 responden (29,6%); dan 81,974972s.d. 93,280451 sebanyak 44 responden (28,9%).Sehingga nilai persentase terbesar atau paling

Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 533

18

45 45 44

11,829,6 29,6 28,9

0

20

40

60

80

100

48,058530 - 59,364010 59,364011 - 70,669491 70,669492 - 81,974971 81,974972 - 93,280451 %f

IN T ER V A L SKOR

Page 51: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

dominan yang diperoleh dari variabel iklim sekolahadalah 29,6%. Hal ini berarti bahwa iklim sekolah(SMAN) di Kota Malang termasuk dalam kategorisedang (cukup baik).

Komitmen organisasi adalah sikap yangmencerminkan sejauh mana seseorang individumengenal dan terikat pada organisasinya.Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggikemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggotasejati organisasi. Variabel komitmen organisasidiukur berdasarkan 5 item instrumen. Hasil analisisdata terhadap variabel tersebut menunjukkan skorrata-rata 66,83831. Gambar 2 menunjukkan hasilanalisis persentase (%) berdasarkan frekuensi (f)skor variabel komitmen organisasi.

Gambar 2 Diagram Distribusi Frekuensi SkorKomitmen Organisasi

Gambar 2 menunjukkan bahwa dari 152responden yang berada dalam interval skor:46,040098 s.d. 56,704938 sebanyak 0 responden(0,0%); 56,704939 s.d. 67,369779 sebanyak 18responden (11,8%); 67,369780 s.d. 78,034620sebanyak 57 responden (37,5%); dan 78,034621s.d. 88,699461 sebanyak 77 responden (50,7%).Sehingga nilai persentase terbesar atau palingdominan yang diperoleh dari variabel komitmenorganisasi adalah 50,7%. Hal ini berarti bahwatingkat komitmen organisasi guru SMAN KotaMalang termasuk dalam kategori tinggi.

Variabel kepuasan kerja diukur berdasarkan12 item instrumen. Hasil analisis data terhadapvariabel tersebut menunjukkan nilai: skor rata-rata57,57059; simpangan baku 11,526409527; skormaksimum 77,84812; skor minimum 31,218209; danlebar kelas interval 11,657478. Selanjutnya dataangket yang berupa skor total dari setiap respondendianalisis menggunakan rumus persentase.Gambar 3 menunjukkan hasil analisis persentase(%) berdasarkan frekuensi (f) skor variabelkepuasan kerja.

Gambar 3 Diagram Distribusi Frekuensi SkorKepuasan Kerja

Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 152responden yang berada dalam interval skor:31,218209 s.d. 42,875686 sebanyak 15 responden(9,9%); 42,875687 s.d. 54,533164 sebanyak 52responden (34,2%); 54,533165 s.d. 66,190642sebanyak 40 responden (26,3%); dan 66,190643s.d. 77,848120 sebanyak 45 responden (29,6%).Sehingga nilai persentase terbesar atau palingdominan yang diperoleh dari variabel kepuasankerja adalah 34,2%. Hal ini berarti bahwa kondisikepuasan kerja guru SMAN Kota Malangtermasuk dalam kategori sedang.

Variabel kinerja guru diukur berdasarkan 25item instrumen. Hasil analisis data terhadapvariabel tersebut menunjukkan nilai: skor rata-rata75,35735; simpangan baku 11,964430675; skormaksimum 91,884542; skor minimum 46,252198;dan lebar kelas interval 11,408086. Selanjutnya dataangket yang berupa skor total dari setiap respondendianalisis dengan menggunakan rumus persentase.Gambar 4 menunjukkan hasil analisis persentase(%) berdasarkan frekuensi (f) skor variabel kinerjaguru.

Gambar 4 Diagram Distribusi Frekuensi SkorKinerja Guru

534 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 532-539

0 18

57

77

0,0 11,837,5

50,7

0

20

40

60

80

100

46,040098 - 56,704938 56,704939 - 67,369779 67,369780 - 78,034620 78,034621 - 88,699461 %f

IN T ER V A L SKOR

15

5240 45

9,934,2 26,3 29,6

0

20

40

60

80

100

31,218209 - 42,875686 42,875687 - 54,533164 54,533165 - 66,190642 66,190643 - 77,848120 %f

IN T ERV A L SKOR

21 19

45

67

13,8 12,529,6

44,1

0

20

40

60

80

100

46,252198 - 57,660284 57,660285 - 69,068370 69,068371 - 80,476456 80,476457 - 91,884542 %f

IN T ERV A L SKOR

Page 52: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 152responden yang berada dalam interval skor:46,252198 s.d. 57,660284 sebanyak 21 responden(13,8%); 57,660285 s.d. 69,068370 sebanyak 19responden (12,5%); 69,068371 s.d. 80,476456sebanyak 45 responden (29,6%); dan 80,476457s.d. 91,884542 sebanyak 67 responden (44,1%).Sehingga nilai persentase terbesar atau palingdominan yang diperoleh dari variabel kinerja guruadalah 44,1%. Hal ini berarti bahwa tingkat kinerjaguru SMAN Kota Malang termasuk dalamkategori sedang.

Berdasarkan hasil analisis regresi gandadengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 dapatdiketahui bahwa nilai signifikansi yang diperolehsebesar 0,000 < 0,05. Sehingga Ho ditolak dan Haditerima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yangmenyatakan terdapat hubungan yang signifikanantara iklim sekolah, komitmen organisasi, dankepuasan kerja dengan kinerja guru SMAN KotaMalang diterima. Sehingga dapat disimpulkanbahwa terdapat hubungan yang signifikan antaraiklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasankerja dengan kinerja guru SMAN Kota Malang.

Hasil analisis diperoleh nilai 0,000.Berdasarkan hasil analisis tersebut denganmenggunakan taraf signifikansi 0,05 dapatdiketahui bahwa nilai signifikansi yang diperolehsebesar 0,000 < 0,05. Sehingga Ho ditolak dan Haditerima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yangmenyatakan terdapat hubungan yang signifikanantara iklim sekolah dengan kinerja guru SMANKota Malang diterima. Sehingga dapat disimpulkanbahwa terdapat hubungan yang signifikan antaraiklim sekolah dengan kinerja guru SMAN KotaMalang.

Hasil analisis diperoleh nilai sebesar 0,033.Berdasarkan hasil analisis tersebut denganmenggunakan taraf signifikansi 0,05 dapatdiketahui bahwa nilai signifikansi yang diperolehsebesar 0,033 < 0,05. Sehingga Ha diterima, hHalini berarti bahwa hipotesis yang menyatakanterdapat hubungan yang signifikan antarakomitmen organisasi dengan kinerja guru SMANKota Malang diterima. Sehingga disimpulkanbahwa terdapat hubungan yang signifikan antarakomitmen organisasi dengan kinerja guru SMANKota Malang.

Hasil diperoleh nilai sebesar 0,040.Berdasarkan hasil tersebut dengan menggunakantaraf signifikansi 0,05 dapat diketahui bahwa nilaisignifikansi yang diperoleh sebesar 0,040 < 0,05.Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti

bahwa hipotesis yang menyatakan terdapathubungan yang signifikan antara kepuasan kerjadengan kinerja guru SMAN Kota Malang diterima.Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara kepuasan kerjadengan kinerja guru SMAN Kota Malang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil deskripsi data tentangvariabel iklim sekolah, ditemukan bahwa tingkatiklim SMAN Kota Malang termasuk dalamkategori sedang. Hasil temuan tersebutmenunjukkan bahwa SMAN Kota Malangmemiliki tingkat hubungan formal ataupun informalantara atasan dan bawahan (warga sekolah),partisipasi personel, dan kepemimpinan kepalasekolahyang baik. Sebagaimana pendapat Hoy &Miskel (2005) bahwa iklim sekolah dipengaruhi olehhubungan formal dan informal, partisipasi personel,dan kepemimpinan.

Sejalan dengan pendapat tersebut Robbins(2007) mengatakan bahwa faktor pembentuk ilkimorganisasi (sekolah) adalah otonomi individu,dukungan, toleransi konflik, insentif kerja, dantoleransi risiko. Tingkat iklim sekolah (SMAN) diKota Malang termasuk berkategori sedang dapatdisebabkan oleh 4 butir soal berkategori rendah,sesuai dengan hasil deskripsi kategori butir soal.Hal ini berarti bahwa pelaksanaan jabaran indikatoriklim sekolah yang terdapat dalam 4 nomor soaltersebut harus ditingkatkan oleh masing-masingSMAN di Kota Malang.

Pelaksanaan jabaran indikator iklim sekolahyang perlu diperhatikan dan harus ditingkatkan olehsekolah: (1) hubungan yang harmonis antara gurudan karyawan Tenaga Administrasi Sekolah. (2)hubungan yang harmonis antara guru dengan guru.(3) adanya suasana kekeluargaan diantara parawarga sekolah, dan (4) disiplin yang tinggi yangdapat menggambarkan kondisi sekolah yangkonduif.

Berdasarkan hasil deskripsi data tentangvariabel komitmen organisasi, ditemukan bahwatingkat komitmen organisasi (SMAN) KotaMalang termasuk dalam kategori tinggi. Hasiltemuan tersebut menunjukkan bahwa unsur-unsuraffective commitment, countiuance commitment,and normative commitment sudah berjalan secaraefektif pada SMAN di Kota Malang. Sebagaimanapendapat Allen dan Mayer dalam Greenberg danBaron (2003) mengemukakan tiga dimensikomitment organisasi adalah sebagai berikut: (1)

Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 535

Page 53: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

komitmen afektif (affective comitment),mengacupada keterikatan emosional, identifikasi sertaketerlibatan seorang karyawan pada suatuorganisasi. Komitmen afektif seseorang akanmenjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatuorganisasi konsisten dengan harapan-harapan danmemuaskan kebutuhan dasarnya dansebaliknya.Komitmen afektif menunjukkankuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerjabagi suatu organisasi karena ia memang setujudengan organisasi itu dan memang berkeinginanmelakukannya. Pegawai yang mempunyaikomitmen afektif yang kuat tetap bekerja denganperusahaan karena mereka menginginkan untukbekerja di perusahaan itu; (2) komitmenberkelanjutan (continuence commitment) ,komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungandengan keluarnya karyawan dari organisasi.

Sementara Steers (1988) mengatakankomitmen organisasi menjelaskan kekuatan relatifdari sebuah identifikasi individu dengan keterlibatandalam sebuah organisasi. Komitmen menghadirkansesuatu diluar loyalitas belaka terhadap suatuorganisasi. disamping itu, hal ini meliputi suatuhubungan yang aktif dengan organisasi dimanaindividu bersedia untuk memberikan sesuatu daridiri mereka untuk membantu keberhasilan dankemakmuran organisasi. Meskipun demikian,berdasarkan deskripsi kategori butir soal, masihditemukan 2 butir soal berkategori rendah. Hal iniberarti bahwa pelaksanaan jabaran indikatorkomitmen organisasi yang terdapat dalam enamnomor soal tersebut harus ditingkatkan olehsekolah.

Pelaksanaan jabaran indikator keefektifankomunikasi yang masih perlu diperhatikan danharus ditingkatkan oleh sekolah adalah: (1) memilikikepedulian terhadap sekolah; dan (2) mampubekerja melampaui target. Berdasarkan hasildeskripsi data tentang variabel kepuasan kerja,ditemukan bahwa kondisi kepuasan kerja para guruSMAN di Kota Malang termasuk dalam kategorisedang. Hasil temuan tersebut menunjukkanbahwa faktor: beban kerja, kondisi kerja,kesempatan untuk per tumbuhan danperkembangan jabatan, serta kebutuhan akanpenghargaan para guru di SMAN Kota Malangmasih sedang. Oleh sebab itu, maka kepala SMANKota Malang masih perlu memperhatikan sertameningkatkan lagi kondisi kepuasan kerja paraguru agar dapat berada dalam kategori baik atausangat baik. Sebab kepuasan kerja lebih banyakdipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah

sebagai peletak dasar landasan terjadinya prosesinteraksi sosial dalam organisasi sekolah(Burhanuddin, 1994).

Sementara itu, Luthans (1989) mengatakanbahwa, kepuasan kerja adalah suatu akibat daripersepsi pegawai tentang bagaimana baiknyapekerjaan memberikan sesuatu yang dipandangsesuatu yang penting. Secara konseptual, kepuasankerja guru dapat ditinjau dalam lima konsep yakni:1) kepuasan kerja sebagai konsep global yangberdasarkan penilaian positif terhadap situasipekerjaan tertentu, 2) kepuasan kerja sebagaikonsep permukaan yang berdasarkan perbedaansituasi pekerjaan yang bervariasi secara bebas dandapat diukur secara terpisah, 3) kepuasan kerjasebagai konsep kebutuhan yang berdasarkanperasaan guru yang sama terhadap situasipekerjaan tertentu, 4) kepuasan kerja sebagaikonsep keberhasilan yang berdasarkan tingkatpencapaian terhadap harapan, dan 5) kepuasankerja sebagai konsep sikap yang menunjukanberbagai sikap terkait. Dengan demikian kepuasankerja guru adalah perasaan guru yang berkaitansejauhmana kebutuhannya terpenuhi melaluipengalaman dalam situasi pekerjaan.

Wexley (1992) menyatakan bahwa kinerjamerupakan kulminasi dari tiga elemen yang salingberkaitan, yakni: keterampilan, upaya, dan kondisieksternal. Tingkat keterampilan merupakan bahanmentah yang dibawa seseorang ke tempat kerjaseperti pengalaman, kemampuan, dan kecakapan-kecakapan teknik. Upaya diungkapkan sebagaitingkat motivasi yang diperlihatkan karyawandalam menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkankondisi eksternal adalah tingkat sejauh manakondisi di luar pekerjaannya mendukungproduktivitas kerja seperti kondisi psikologis,komunikasi, iklim organisasi, dan sebagainya.

Richey (1973), guru yang profesional memilikikualitas mengajar yang tinggi. Lebih lanjut terdapatlima aspek yang menandai tingginya kualitasmengajar guru yakni: (1) Bekerja dengan siswasecara individu; meliputi: pemberian tugas secaraindividu, pekerjaan siswa segera diperiksa dandikembalikan, percakapan guru dengan siswasering dilakukan untuk menolong siswa, danhubungan guru dengan siswa sangat akrab. (2)Perencanaan dan persiapan mengajar; meliputi:membuat perencanaan strategi belajar mengajar,mengadakan praktik lapangan, dan memperkayapengetahuan dengan membaca. (3) Menggunakanalat bantu mengajar; meliputi: guru selalumemanfaatkan buku pelajaran, guru memberikan

536 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 532-539

Page 54: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

tugas yang berhubungan dengan alat praktik, danguru memberikan tugas yang terkait denganperpustakaan. (4) Mengikutsertakan siswa dalamberbagai pengalaman belajar; meliputimengikutsertakan siswa dalam menyusun rencanapembelajaran, guru memberi tanggung jawab siswaterhadap tugasnya, guru memberi motivasi belajarpada siswa, dan guru menyajikan bermacam-macam pengalaman belajar. (5) Kepemimpinanaktif guru; meliputi: membantu dalam memecahkanmasalah yang sedang dihadapi siswa, memberikesempatan kepada siswa untuk menjadi pimpinan,memberi kesempatan kepada siswa untukberdiskusi dan berani mengemukakan pendapat,serta guru mampu mendayagunakan permainanuntuk media pembelajaran

Pelaksanaan jabaran indikator kinerja guruyang perlu diperhatikan dan harus ditingkatkan olehguru adalah kemampuan: (1) Menyusun ataumemiliki program semester. (2) Menguasai situasikelas selama berlangsungnya proses belajarmengajar. (3) Menguasai cara penggunaanberbagai macam alat bantu atau mediapembelajaran. (4) Memberikan kesimpulan danrangkuman materi yang telah diajarkan kepadapara siswa, saat mengakhiri pelajaran. (5)Memberikan tugas-tugas khusus kepada siswa(individu atau kelompok) untuk diselesaikan dirumah. (6) Membuat kisi-kisi soal sebelummembuat naskah soal ulangan harian siswa. (7)Membuat kisi-kisi soal sebelum membuat naskahsoal ulangan umum/ semester siswa. (8) Membuatanalisis hasil ulangan umum/semester siswa secararinci dan sistematis. (9) Memberikan bimbingankhusus kepada siswa yang mengalami kesulitanbelajar. (10) Menyusun dan melaksanakan programpengayaan untuk siswa. Serta (11) Menyusun danmenyelenggarakan pola administasi kelas secarasistematis.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara iklim sekolah,komitmen organisasi, dan kepuasan kerja dengankinerja guru SMAN Kota Malang. Sehinggapeningkatan iklim sekolah, komitmen organisasi,dan kepuasan kerja akan mengakibatkanpeningkatan kinerja guru.

Guru dituntut agar selalu kreatif dalammenghadapi tantangan tugas yang semakin beratdan kompleks. Semua usaha peningkatanprofesionalisme guru tidak akan bisa berhasilsecara sempurna bila tidak ada sikap kreatif dandorongan yang lahir dari dalam diri guru itu sendiriuntuk berkembang.

Sampai sejauh mana personil sekolahmenyumbangkan hasil kerja yang positif, termasukjuga tingkat kinerja yang tinggi, bagi sekolah sangatbanyak ditentukan oleh kondisi iklim sekolah yangada. Sebab iklim sekolah merupakan faktor pokokdalam menentukan tingkah laku dan sangatmempengaruhi kinerja personil sekolah (yaitu:kepala sekolah, guru, dan staf sekolah). Iklim sekolahdapat menjadikan guru berprestasi baik danberkreativitas tinggi dalam rangka meningkatkanmutu serta kualitas proses belajar mengajar siswadi sekolah. Atau sebaliknya menyebabkan gurubersikap acuh terhadap aktivitas sekolah sehinggaguru menjadi kurang efektif dalam bekerja samamencapai tujuan sekolah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara iklim sekolahdengan kinerja guru SMAN Kota Malang.Sehingga peningkatan iklim sekolah akanmengakibatkan peningkatan tingkat kinerja guruSMAN Kota Malang. Hal ini sesuai dengan hasilpenelitian Prayitno (2003) juga menemukan adanyakorelasi positif yang signifikan antara iklimorganisasi sekolah dengan unjuk kerja guru SMUNegeri di Kabupaten Pasuruan. Selanjutnyadiperkuat juga oleh penelitian Taufik (2005) yangmenemukan adanya hubungan yang signifikanantara iklim sekolah dengan kinerja guru madrasahterpadu Kota Malang.

Hasil penelitian ini juga mendukung pendapatHalpin & Croft (dalam Hoy & Miskel, 2005) yangmenemukan dimensi-dimensi pembentuk iklimorganisasi dan mampu menunjukkan pengaruhkarakteristik organisasi terhadap efektifitas unjukkerja para individu di dalamnya. Sehingga terbuktibahwa iklim sekolah memang sangat dibutuhkanuntuk meningkatkan kinerja mengajarnya. Hasilanalisis menunjukkan bahwa terdapat hubunganyang signifikan antara komitmen organisasi dengankinerja guru SMAN Kota Malang. Sehinggapeningkatan komitmen organisasi akanmengakibatkan peningkatan kinerja guru SMANKota Malang. Hal ini mendukung hasil penelitianMahendra (2009) yang menyimpulkan bahwaterdapat pengaruh yang positif dan signifikankomitmen organisasi terhadap kinerja.

Hasil penelitian ini memperkuat pendapatGriffin (2004), bahwa “komitmen organisasi adalahsikap yang mencerminkan sejauh mana seseorangindividu mengenal dan terikat pada organisasinya.Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggikemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggotasejati organisasi”. Sementara menurut Luthans

Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 537

Page 55: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

(1995), “komitmen organisasi didefinisikan sebagai:keinginan kuat untuk tetap sebagai anggotaorganisasi tertentu; keinginan untuk berusaha kerassesuai keinginan organisasi; dan keyakinantertentu, dan penerimaan nilai dan tujuanorganisasi”. Dengan kata lain, ini merupakan sikapyang merefleksikan loyalitas karyawan padaorganisasi dan proses berkelanjutan di manaanggota organisasi mengekspresikan perhatiannyaterhadap organisasi dan keberhasilan sertakemajuan yang berkelanjutan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara kepuasan kerjadengan kinerja guru SMAN Kota Malang.Sehingga peningkatan kepuasan kerja akanmengakibatkan peningkatan tingkat kinerja guruSMAN Kota Malang. Hal ini mendukung hasilpenelitian Prayitno (2003) yang menemukanadanya korelasi positif yang signifikan antara iklimorganisasi sekolah dengan unjuk kerja guru SMUNegeri di Kabupaten Pasuruan. Selanjutnyapenelitian Scheneider & Snyder yang dikutip olehJewel dan Siegel (1990) menunjukkan bahwaterdapat korelasi antara kepuasan kerja karyawandengan kinerja. Dengan semakin puas seorangkaryawan (dalam hal ini guru) dalam bekerja makaakan semakin meningkat kinerjanya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan utama adalah “terdapat hubunganyang signifikan antara iklim sekolah, komitmenorganisasi, dan kepuasan kerja dengan kinerja guruSMAN Kota Malang”. Hal ini berarti peningkataniklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasankerja akan mengakibatkan peningkatan kinerja guruSMAN Kota Malang. Sedangkan kesimpulankhusus yang diperoleh adalah: (1) kondisi iklimSMAN Kota Malang kategori sedang, tingkatkomitmen organisasi SMAN Kota Malang dala

kategori tinggi, tingkat kepuasan kerja guru SMANKota Malang kategori sedang, dan tingkat kinerjaguru SMAN Kota Malang sedang; (2) terdapathubungan yang signifikan antara iklim organisasidengan kinerja guru SMAN Kota Malang. Hal iniberarti bahwa peningkatan kondisi iklim sekolahakan mengakibatkan peningkatan kinerja guruSMAN Kota Malang; (3) terdapat hubungan yangsignifikan antara komitmen organisasi dengankinerja guru SMAN Kota Malang. Hal ini berartibahwa peningkatan komitmen organisasi akanmengakibatkan peningkatan kinerja guru SMANKota Malang; dan (4) terdapat hubungan yangsignifikan antara kepuasan kerja dengan kinerjaguru SMAN Kota Malang. Hal ini berarti bahwapeningkatan kepuasan kerja akan mengakibatkanpeningkatan kinerja guru SMAN Kota Malang.

Saran

Guru SMAN Kota Malang hendaknya masihperlu memperhatikan dan meningkatkan lagikomitmen dan tingkat kinerjanya. Kepala SMANKota Malang hendaknya masih perlumemperhatikan serta meningkatkan lagi kondisiiklim sekolahnya supaya tingkat kinerja guru dapatmeningkat, dengan cara melaksanakan berbagaimacam teknik, pendekatan, serta strategikepemimpinan secara efektif dan efisien.

Aspek iklim sekolah yang masih perludiperhatikan dan harus ditingkatkan oleh kepalasekolah adalah kemampuan: (a) menciptakanhubungan yang akrab harmonis antar sesama gurudan karyawan; (b) menciptakan suasanakerjasama yang baik antar sesama karyawan; (c)bersifat terbuka dalam menerima segala ide, kritikdan saran dari para guru atau karyawan; (d)memberikan kebebasan untuk berkreativitas bagiguru dan karyawan; dan (e) menciptakan suasanakekeluargaan dalam hubungan sosial kerja antarguru, karyawan, dan kepala sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Allen, N.J and Mayer, J.P. 1990. TheMeasurement and Antecendents ofAffective, Countinuances, And NormativeCommitment To Organizations. Journal ofOccupational Psychology, 63, 1-18.

Ary, D., Jacobs, L.C., & Razaviceh, A. 1982.Introduction to Research in Education.New York: Holt, Renehart and Winston.

Greenberg, J. & Baron, R.A. 1997. Behavior inOrganizations (6th ed.). Englewood Cliffs,NJ.: Prentice Hall, Inc.

Harris, B.M., McIntreye, K.E., Littleton, V.C., &Long, D.F. 1979. PersonnelAdministration in Education: Leadershipfor Instructional Improvement. Boston:Allyn and Bacon Inc.

538 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 532-539

Page 56: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Hoy, W.K. & Miskel, C.G. 2005. EducationalAdministration: Theory, Research, andPractice. New York: McGraw-Hill.

Imron, A. 2003. Manajemen Peserta Didik. DalamImron, A., Maisyaroh, dan Burhanuddin(Eds.), Manajemen Pendidikan: AnalisisSubstantif dan Aplikasinya dalamInstitusi Pendidikan (hlm. 51-66). Malang:Penerbit Universitas Negeri Malang.

Kerlinger, F.N. 1986. Asas-Asas PenelitianBehavioral. Edisi ketiga. Terjemahan olehLandung R. Simatupang. 2004. Yogyakarta:UGM Press.

Marzuki. 1989. Metodologi Penelitian. Jakarta:Militon Putra.

Mulyasa, E. 2003. Pedoman ManajemenBerbasis Madrasah. Jakarta: DirektoratJenderal Kelembagaan Agama Islam,Departemen Agama RI.

Oliva, P.F. 1984. Supervision for Today’s School.(2nd edition). New York: Longman Inc.

Otley, D. 1999. “Performance Management: AFramework for Management ControlSystem Research”. ManagementAccounting Research Journal, Vol.10pp.363.

Richey, R.W. 1973. Planning for Teacing: AnIntroduction. (4rd edition). New York: McGraw Hill.

Robbins, S. P. 2007. Teori Organisasi: Struktur,Disain dan Aplikasi, Edisi Kesepuluh,Terjemahan. Jakarta: Indeks.

Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship: AReflective Practice Perspective. Boston:Allyn and Bacon Inc.

Sukmadinata, N.S. 2001. PengembanganKurikulum: Teori dan Praktik. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Taufik, M. 2005. Iklim Sekolah dan KompensasiKerja dalam Hubungannya denganKinerja Guru Madrasah Terpadu KotaMalang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:Program Pascasarjana Universitas NegeriMalang

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 TentangSistem Pendidikan Nasional. Bandung:Citra Umbara.

Usman, U.M. 1990. Menjadi Guru Profesional.Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wexley, K.N. 1992. Perilaku Organisasi danPsikologi Personalia. Terjemahan olehShobaruddin. 1992. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 539

Page 57: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

HUBUNGAN PEMBERIAN INSENTIF DAN MOTIVASI KERJADENGAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN GURU

Firman Ashadi

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study are: (1) describe the incentives received, work motivation, andlearning activities of teachers, (2) describe the picture of the relationship between the provision ofincentives to teachers with learning activities, motivation of teachers working with learning activities,and incentives and work motivation, (3) the provision of incentives and motivation with learningactivities in each SMP Public Private Blimbing district. This research is explanatory research, whichis research that explains the causal relationships between variables through hypothesis testing onthe same data.

Keywords: incentive, work motivation, teaching activity/activiting.

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan pemberian insentif yang diterima, motivasikerja, dan aktivitas pembelajaran guru; (2) mendeskripsikan gambaran adanya hubungan antarapemberian insentif kepada guru dengan aktivitas pembelajaran, motivasi kerja guru dengan aktivitaspembelajaran, dan insentif dan motivasi kerja; (3) pemberian insentif dan motivasi dengan aktivitaspembelajaran di setiap SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing. Jenis penelitian ini adalah explanatoryresearch, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antarvariabel-variabel melalui pengujianhipotesis pada data yang sama.

Kata kunci: insentif, motivasi kerja, aktivitas pembelajaran.

Salah satu sumber daya manusia (SDM) yangberkaitan dengan sekolah adalah pengajar atauguru. Peranan guru dalam upaya keberhasilanpendidikan harus selalu ditingkatkan baik itukinerja atau prestasi kerja guru, mengingattantangan dunia pendidikan untuk menghasilkankualitas sumber daya manusia yang mampubersaing di era global. Sering dijumpai adanyaguru yang kurang terpuaskan hatinya dalammelaksanakan tugas karena informasi mengenaijadwal jam kerja yang terlalu berlebihan, sehinggamenyebabkan kelelahan atau kurang semangatyang melanda para guru, untuk mengatasi haltersebut guru setidaknya diberikan motivasi dalamlembaga pendidikan ini. Dengan adanyapemberian insentif kepada guru, guru merasabahwa mereka mendapat perhatian danpengakuan terhadap produktivitas yang dicapai,sehingga semangat dalam mengajar dan sikaployal kepada sekolah akan lebih baik.

Pemberian insentif dimaksudkan untukmeningkatkan motivasi mengajar dan memper-tahankan guru yang mempunyai produktivitas

kinerja tinggi. Dalam fungsinya sebagai penggerakpara guru, kepala sekolah harus mampumenggerakkan guru agar kinerjanya menjadimeningkat karena guru merupakan ujung tombakuntuk mewujudkan manusia yang berkualitas danbermutu. Guru sebagai salah satu komponenmanusiawi dalam suatu aktivitas belajar mengajarmempunyai peran sangat penting dalam upayapembentukan SDM yang potensial dalam segalabidang. Guru harus berperan serta secara aktif danmenempatkan kedudukannya sebagai tenagaprofessional sesuai dengan tuntutan masyarakatyang semakin berkembang.

Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar”(transfer of knowledge), tetapi juga sebagai“pendidik” (transfer of value) dan sekaligussebagai “pembimbing” yang memberikanpengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.Guru juga perlu motivasi, kebanyakan gurumengajar di kelas sering menggunakan metode ataucara mengajar yang kurang kreatif, pemberianmotivasi ini untuk mendorong guru lebih semangatlagi dalam segala aktivitas belajar di kelas, sehingga

540

Page 58: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

dapat meningkatkan mutu aktivitas pembelajaran.SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing KotaMalang yang menjadi fokus tempat penelitian inidikarenakan nilai akreditasi setiap sekolahbervariasi, serta ada beberapa guru yang kurangpotensial dalam hal aktivitas pembelajaran, baikitu di kelas maupun di luar kelas. Guru akan bekerjadengan giat dengan adanya dorongan, doronganuntuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dikelas.

Pemberian insentif tehadap guru adalahsebagai pendorong yang dapat memotivasi guruuntuk lebih bekerja keras secara efektif. Insentifdiberikan karena adanya kinerja yang baik dandiberikan untuk lebih meningkatkan kinerja lagidimasa mendatang. Motivasi yang diberikan dapatberupa insentif baik yang bersifat formal maupunnonformal, sehingga kemauan, kemampuan dansemangat kerja guru akan meningkat dengansendirinya. Dorongan dan semangat ini agar paraguru memahami serta sadar akan tugas dankewajiban yang harus ia lakukan setelah kepalasekolah menetapkan target dan sasaran sertatugas-tugas setiap pekerjaan. Menurut Undang-undang dan peraturan Jamsostek No.3 tahun 1992pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa “jaminan tenagakerja merupakan suatu perlindungan bagi tenagakerja dalam santunan berupa uang sebagaipengganti sebagian penghasilan yang hilang atauberkurang sebagai akibat keadaan yang dialamioleh tenaga kerja seperti kecelakaan, sakit, hamil,hari tua, bersalin, dan meninggal dunia”. Denganterpenuhinya semua kebutuhan guru akan memacusemangat guru dalam mengajar.

Guru yang mengajar pada SMP Swasta inipada umumnya tidak mengajar penuh, karenamemang SMP Swasta yang ditempati gurutersebut bukan sekolah induk, jadi guru hanyamengajar di sekolah SMP Swasta ini ketika jadwaldan jam mengajarnya saja. Guru yang mengajardi SMP Swasta memerlukan suatu pendoronguntuk tetap semangat mengajar di sekolah,pemberian insentif dan motivasi kerja adalah salahsatu kunci agar guru dapat meningkatkan aktivitaspembelajarannya di kelas terutama supaya terciptatujuan pendidikan. Pemberian insentif tehadap guruadalah sebagai pendorong yang dapat memotivasiguru untuk lebih bekerja keras secara efektif.Insentif diberikan karena adanya kinerja yang baikdan diberikan untuk lebih meningkatkan kinerja lagidimasa mendatang. Motivasi yang diberikan dapatberupa insentif baik yang bersifat formal maupunnonformal, sehingga kemauan, kemampuan dan

semangat kerja guru akan meningkat dengansendirinya. Tujuan pemberian insentif padadasarnya adalah berfungsi dalam memotivasi guruagar terus menerus berusaha memperbaiki danmeningkatkan kemampuannya dalammelaksanakan tugas-tugas yang menjadikewajiban serta tanggung jawabnya.

METODE

Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagaiexplanatory research, yaitu penelitian yangmenjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesis pada data yangsama. Sedangkan berdasarkan tingkat ekplanasiatau penjelasan, penelitian yang digunakan adalahpenelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuanuntuk mengetahui hubungan atau pengaruh antaradua variabel atau lebih. Metode analisis yangsesuai dengan tujuan dan rancangan penelitian yangdigunakan adalah path analysis atau analisis jalur.

Responden dalam penelitian ini adalah guruSMP Swasta yang menerima insentif dari yayasanatau dari sekolahnya dan bukan guru DPK atauguru yang diperbantukan dalam SMP Swastatersebut. Dalam pengambilan sampel pada tiap-tiap sekolah, digunakan teknik proportionalrandom sampling, hal ini dikarenakan dalampengambilan anggota sampel jumlah guru padatiap sekolah berbeda-beda. Pengambilan 40%dari jumlah guru yang berada di KecamatanBlimbing dan mendapatkan sejumlah 104responden yang harus diteliti. Selanjutnya untukmengambil jumlah responden dari tiap-tiapsekolah sebanyak jumlah sampel guru yang telahditentukan yakni dengan 40% dari jumlah setiapguru yang ada di sekolah.

Teknik analisis deskriptif ini adalah untukmendeskripsikan tingkat insentif dan motivasi yangdiberikan terhadap aktivitas pembelajaran. Hasilanalisis deskriptif berguna untuk interpretasiterhadap hasil analisis dengan teknik regresiberganda. Disamping uraian tersebut, dapatditentukan pula makna lebih jauh denganmenetapkan kategori tingkat insentif, motivasi, danaktivitas pembelajaran. Analisis dari penelitian inimenggunakan analisis jalur (Path Anaysis) dengandasar koefisien beta dari hasil analisis regresi.Sebelum melakukan analisis jalur terlebih dahuluharus dilakukan uji asumsi data, hal tersebut bisadilakukan dengan 1) uji normalitas sebaran bahwadistribusi data variabel bebas dan variabel terikatadalah normal.

Ashadi, Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru 541

Page 59: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

HASIL

Pemberian motivasi kerja, pemimpin sekolahatau yayasan tidak kalah memberikan suntikanenergi yang membangun kualitas SDM guru-guru,suntikan tersebut antara lain menghargai gurudalam perannya, dengan peran yang baik tersebutguru akan diberikan penghargaan. Hasil daripemberian insentif dan motivasi tersebut bisadipastikan semangat kerja atau aktivitaspembelajan guru di kelas semakin mengembang,bahkan bisa dibilang terus meningkat, guru lebihmeningkatkan kemampuannya dengan metodeatau strategi mengajar yang lebih kreatif lagi daribiasanya.

Deskripsi tingkat pemberian insentif inidiukur melalui instrumen penelitian yang terbagi19 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diukurberdasarkan skala interval rendah, sedang, tinggi.Kategori rendah mempunyai rentang jarak antara19-30,439, kategori sedang berkisar antara30,440-41,877 dan kategori tinggi berkisar antara41,878-53,316. Adapun analisis deskripsi tingkatpemberian insentif dapat dilihat pada Tabel 1berikut.

Tabel 1 Rentang Skor X

Klasifikasi Rentangan Frekuensi PersentaseSkorRendah 19 - 30.439 0 0.00%Sedang 30.439 - 41.877 43 41.35%Tinggi 41.877 - 53.316 61 58.65%

Total 104 100.00%

Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa untukvariabel X1 insentif klasifikasi rendah denganpersentase 0,00%, dan 41,35% untuk klasifikasisedang, dan 58,65% untuk klasifikasi tinggi, dengandata tersebut dapat diperoleh suatu pernyataanbahwa variabel X1 insentif dengan klasifikasi yangtinggi.

Deskripsi tingkat motivasi ini dapat diukurmelalui instrumen penelitian yang terbagi ke dalam16 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diukurberdasarkan skala interval rendah, sedang dantinggi. Kategori rendah mempunyai rentang jarakantara 16-26,090, kategori sedang berkisar antara26,091-36,179, dan disebut kategori tinggi denganjarak antara 36,180-46,269. Adapun hasil analisisdeskripsi tingkat motivasi dapat dilihat pada Tabel2 berikut.

Tabel 2 Rentang Skor X2 Motivasi

Klasifikasi Rentangan Frekuensi PersentaseSkorRendah 16 - 26.090 0 0.00%Sedang 26.090 - 36.179 12 11.54%Tinggi 36.179 - 46.269 92 88.46%

Total 104 100.00%

Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa untukvariabel X2 motivasi klasifikasi rendah denganpersentase 0,00%, dan 11.54% untuk klasifikasisedang, dan 88.46% untuk klasifikasi tinggi, dengandata tersebut dapat diperoleh suatu pernyataanbahwa variabel X2 motivasi dengan klasifikasi yangtinggi.

Aktivitas pembelajaran ini diukur melaluiinstrumen penelitian yang terbagi 13 pertanyaan.Masing-masing pertanyaan diukur berdasarkanskala interval rendah, sedang, tinggi. Kategorirendah mempunyai rentang jarak antara 13-21,840,kategori sedang berkisar antara 21,841-30,679 dankategori tinggi berkisar antara 30,680-39,519.Adapun analisis deskripsi tingkat aktivitaspembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Rentang Skor Y Aktivitas Pembelajaran

Klasifikasi Rentangan Frekuensi PersentaseSkorRendah 13 - 21.840 0 0.00%Sedang 21.840 - 30.679 13 12.50%Tinggi 30.679 - 39.519 91 87.50%

Total 104 100.00%

Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa untukvariabel Y aktivitas pembelajaran klasifikasi rendahdengan persentase 0,00%, dan 12.50% untukklasifikasi sedang, dan 87.50% untuk klasifikasitinggi, dengan data tersebut dapat diperoleh suatupernyataan bahwa variabel Y aktivitaspembelajaran dengan klasifikasi yang tinggi.

Variabel X1 mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap variabel X2 karena H0 ditolakdan koefisien regresi signifikan, terbukti bahwabesaran probabilitas (Sig.) 0,000<0,05 dengan nilai0,508 yang berarti insentif yang diberikan akanmenumbuhkan motivasi. Untuk variabel X1mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapvariabel Y karena H0 ditolak dan koefisien regresisignifikan, terbukti bahwa besaran probabilitas

542 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 540-546

Page 60: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

(Sig.) 0,000<0,05 dengan nilai 0,515 yang berartiguru yang diberikan insentif mayoritas akanmenimbulkan semangat aktivitas pembelajaran dikelas. Untuk variabel X2 mempunyai pengaruhyang signifikan terhadap variabel Y karena H0ditolak dan koefisien regresi signifikan, terbuktibahwa besaran probabilitas (Sig.) 0,000<0,05dengan nilai 0,307 yang berarti motivasi mempunyaipengaruh pada aktivitas pembelajaran, akan tetapipengaruh tersebut kurang, dengan begitu motivasikurang mendukung untuk terciptanya aktivitaspembelajaran. Ini berarti 1) ada hubungan yangsignifikan antara insentif dengan motivasi, 2) adahubungan signifikan antara insentif dengan aktivitaspembelajaran, dan 3) antara variabel motivasidengan aktivitas pembelajaran ada hubungan yangsignifikan.

PEMBAHASAN

Manusia bekerja tentu mengharapkanimbalan yang sesuai, pantas, dan adil. Pemberianinsentif kepada pegawai atau guru merupakankebijaksanaan yang sangat penting sebagaipendorong peningkatan kinerja pegawai.Pemberian insentif kepada pegawai atau gurumerupakan kebijaksanaan yang sangat pentingsebagai pendorong peningkatan kinerja pegawai.Sarwoto (1994:144) mengartikan insentif adalah“sebagai sarana motivasi dapat diberikan batasanperangsang ataupun pendorong yang diberikandengan sengaja kepada para pekerja agar dalamdiri mereka timbul semangat yang lebih besar untukberprestasi dalam organisasi”. Tingkat pemberianinsentif yang diterima guru, 61 orang atau 58,65%guru SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing KotaMalang dari total sampel yang berjumlah 104 guruberada dalam taraf tinggi yang mendudukipersentase tertinggi. Dengan insentif yangtergolong tinggi tersebut, diharapkan mampumemunculkan atau bahkan meningkatkansemangat yang tinggi dalam meningkatkan aktivitaspembelajaran.

Menurut Sarwoto (1994:151) tujuan darimotivasi adalah “peningkatan prestasi danproduktivitas kerja bawahan dalam mencapaitujuan organisasi”. Nawawi & Hadari (1996:357)menyebutkan tujuan dari motivasi adalah: a) untukmemahami dan menyesuaikan diri dengan tujuanyang hendak dicapai; b) untuk meningkatkanintensitas pelaksanaan pekerjaan; c) menimbulkankegigihan dan ketekunan dalam melaksanakantugas pekerjaannya. Dari 104 guru SMP Swasta

se-Kecamatan Blimbing Kota Malang yangdijadikan sampel penelitian, dapat diketahui bahwa92 orang atau 88,46% guru SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota Malang mempunyaimotivasi kerja dalam tingkat tinggi. Dengan hasiltersebut dapat dijelaskan bahwa daya pendorongatau motivasi tergolong tinggi.

Aktivitas pembelajaran adalah segalakegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didikdi dalam kelas berkaitan dengan pembelajaranuntuk berfokus pada tujuan pendidikan. Prosespendidikan adalah belajar dan pembelajaran dalammana guru berperan sebagai sutradara, aktor,manajer, dan sekaligus merangkap sebagai penilai,peran tersebut meliputi merencanakan,menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasikegiatan belajar dan pembelajaran bagi siswa(Gintings, 2008:14). Tingkat aktivitas pembelajaranguru di kelas 91 orang atau 87,50% guru SMPSwasta se-Kecamatan Blimbing Kota Malangmenegaskan bahwa aktivitas pembelajaran gurudalam taraf tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambilkesimpulan bahwa guru SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota Malang memilikiinsentif, motivasi kerja, dan aktivitas pembelajarandalam taraf tinggi, sehingga antara pemberianinsentif, motivasi kerja dan aktivitas pembelajaranguru ada saling keterkaitan yang erat. Hal iniberarti keberadaan pemberian insentif seseorangkepada suatu hal akan dipengaruhi oleh dorongan(motivasi) dan aktivitas pembelajaran merekaterhadap hal tersebut. Jika pemberian insentif danmotivasi ker ja pada taraf tinggi, makakecenderungannya aktivitas pembelajaran jugaakan pada taraf tinggi. Sarwoto (1994:144)menjelaskan bahwa insentif adalah sebagai saranamotivasi dapat diberikan batasan perangsangataupun pendorong yang diberikan dengan sengajakepada para pekerja agar dalam diri mereka timbulsemangat yang lebih besar untuk berprestasi dalamorganisasi. Oleh karena itu, apabila orang diberiinsentif, maka akan menuntut dorongan untukmeningkatkan kinerjanya. Handoko (1997:252)menegaskan bahwa keadaan dalam pribadiseseorang yang mendorong keinginan individuuntuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untukmencapai tujuan. Dalam hal ini ditegaskan bahwakeberadaan motivasi seseorang dapat menjadisumber dimana orang akan melakukan kegiatanatau aktivitas untuk mencapai tujuan yangdiharapkan. Dari kedua teori diatas, jelaslah bahwakeberadaan pemberian insentif dan motivasi kerja

Ashadi, Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru 543

Page 61: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitaspembelajaran, sehingga ketiganya terdapat salingketerkaitan.

Melihat dari hasil analisis jalur dapat diketahuibahwa ada hubungan yang signifikan antara insentifdan motivasi kerja guru. Terbukti bahwa nilaisignifikasi t-nya dengan á = <0,05 yang berarti H0=ditolak dan H1= tak ditolak. Selain itu dapatdiketahui bahwa variabel insentif berhubungan(langsung) secara signifikan dengan variabelmotivasi (p21=0,508). Artinya, H0 yang menyatakanbahwa tidak ada hubungan pemberian insentifdengan motivasi kerja ditolak. Dengan demikian,H1 yang berbunyi ada hubungan insentif yangditerima guru dengan motivasi kerja.

Berdasarkan hasil penelitian di atas jelaslahbahwa antara pemberian insentif dan motivasikerja terdapat hubunngan yang signifikan. Hal inisejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sutrisno(2009:124), bahwa motivasi dipengaruhi oleh faktorinternal yang meliputi keinginan untuk dapat hidup,keinginan untuk dapat memiliki, keinginan untukmemperoleh penghargaan, keinginan untukmemperoleh pengakuan dan keinginan untukberkuasa. Faktor eksternal motivasi meliputikondisi lingkungan kerja, kompensasi yangmemadai, supervisi yang baik, adanya jaminanpekerjaan, adanya penghargaan atas prestasi,peraturan yang fleksibel, status (kedudukan) dantanggung jawab. Dari teori diatas dijelaskan bahwamotivasi seseorang bisa timbul karena adanyadorongan untuk mencapai tujuan dan selanjutnyadiperkuat dengan pemberian insentif yang dapatmeningkatkan kinerja guru. Di sini terdapatkecocokan antara hasil penelitian dengan teori yangada. Dengan kata lain hasil penelitian inimendukung teori yang sudah ada.

Melihat dari analisis jalur dapat diketahuibahwa ada hubungan yang signifikan antarapemberian insentif dan aktivitas pembelajaran.Terbukti bahwa nilai signifikasi t-nya dengan á => 0,05 yang berarti H0 = ditolak dan H1 = tak ditolak.Selain itu dari analisis data dapat diketahui bahwavariabel insentif berhubungan langsung secara tidaksignifikan dengan variabel aktivitas pembelajaran(py1=0,515). Hal ini berarti, H0 yang menyatakanada hubungan antara pemberian insentif danaktivitas pembelajaran ditolak dan H1 tak ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapatdiambil kesimpulan bahwa hubungan yangsignifikan antara pemberian insentif dan aktivitaspembelajaran guru. Hal itu sejalan dengan teoriyang dikemukakan oleh Hasibuan (2002:183)

menyatakan bahwa insentif merupakan dayaperangsang yang diberikan kepada pegawaitertentu berdasarkan prestasi kerjanya agarkaryawan terdorong meningkatkan kinerjanya.Oleh karena itu, apabila orang diberi insentif makadiharapkan orang tersebut akan meningkatkanaktivitas pembelajarannya di kelas. Sebagaimanateori yang dikemukakan diatas, bahwa pemberianinsentif mempunyai hubungan yang signifikanterhadap keberadaan aktivitas pembelajaran gurudi dalam kelas. Semakin tinggi insentif yangdiberikan kepada guru maka akan menimbulkanaktivitas pembelajaran yang meningkatkan. Hal inisudah sesuai dengan teori yang ada, pihak kepalayayasan di SMP Swasta sebagai objek penelitianini harus lebih memperhatikan lagi peran guru untukdiberikan suatu dorongan akan pentingnyakeberadaan aktivitas guru dalam pembelajaran dikelas, guna meningkatkan kemajuan pendidikan disekolah.

Sebagaimana penjelasan dari hasil analisisjalur dapat diketahui bahwa ada hubungan yangsignifikan antara motivasi kerja dan aktivitaspembelajaran guru. Terbukti bahwa nilai signifikasit-nya dengan á = < 0,05 yang berarti H0 = ditolakdan H1 = tak ditolak. Dengan demikian terbuktibahwa ada hubungan yang signifikan antaramotivasi kerja dan aktivitas pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan jugadapat diketahui bahwa variabel motivasiberhubungan langsung secara signifikan denganvariabel aktivitas pembelajaran (py2=0,307). Darisini terbukti H0 yang menyatakan bahwa tidak adahubungan motivasi kerja dengan aktivitaspembelajaran guru ditolak. Dengan kata lain H1yang menyatakan ada hubungan motivasi kerjadengan aktivitas pembelajaran guru tak ditolak.Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwaada hubungan motivasi kerja dengan aktivitaspembelajaran guru dan keberadaan motivasi akanmeningkatkan adanya aktivitas pembelajaranmeskipun tidak dilandasi oleh adanya pemberianinsentif kepada guru.

Hal itu sejalan dengan teori yangdikemukakan oleh Handoko (1997:252)mengatakan motivasi sebagai keadaan dalampribadi seseorang yang mendorong keinginanindividu untuk melakukan kegiatan-kegiatantertentu untuk mencapai tujuan. Dari teori inidinyatakan bahwa motivasi dapat meningkatkanaktivitas seseorang dalam pembelajaran di kelasyang disebabkan oleh dorongan dari dalam

544 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 540-546

Page 62: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

seseorang tersebut untuk mencapai tujuan dalamhal ini kegiatan pembelajaran dapat berhasil. Halini berarti orang akan meningkatkan aktivitasnyajika ia merasa termotivasi terhadap sesuatutersebut. dari penjelasan diatas telah terbuktibahwa hasil penelitian mendukung kepada teoriyang sudah ada.

Memperhatikan koefisien jalur pada analisisjalur dapat diketahui bahwa hubungan antarapemberian insentif dan motivasi kerja lebih besardaripada koefisien jalur hubungan langsung antarapemberian insentif dan aktivitas pembelajaran(p21= 0,508 > py1= 0,515) menunjukkan bahwahubungan insentif dengan motivasi lebih kuatdaripada hubungan insentif dengan aktivitaspembelajaran. Hal ini berarti ada hubunganlangsung yang signifikan antara insentif denganaktivitas pembelajaran melalui jalur motivasidengan indikasi p21;py2 = 0,815. Dari pengujiantersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaanpemberian insentif akan bernilai positif melaluimotivasi dan langsung pada aktivitas pembelajaran.

Dengan demikian H1 yang menyatakanbahwa pemberian insentif kepada guru yang tinggicenderung tidak meningkatkan aktivitaspembelajaran guru di dalam kelas bilamana tidakdiimbangi oleh motivasi kerja guru yang kuat/tinggiterhadap kegiatan tersebut ditolak. Penelitian inimenghasilkan penemuan bahwa pemberianinsentif yang tinggi tidak membuat aktivitaspembelajaran di kelas juga tinggi, apabila tidakdiimbangi oleh motivasi yang tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanyang telah dilakukan, maka dapat disimpulkansebagai berikut: a) insentif yang diterima oleh guruSMP Swasta se-Kecamatan Blimbing KotaMalang tergolong tinggi; b) motivasi kerja guru

SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing KotaMalang tergolong tinggi; c) aktivitas pembelajarandi SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing KotaMalang tergolong tinggi; d) ada hubungan yangsignifikan antara pemberian insentif dan aktivitaspembelajaran di SMP Swasta se-KecamatanBlimbing Kota Malang; e) terdapat hubungan yangsignifikan antara motivasi kerja dengan aktivitaspembelajaran di SMP Swasta se-KecamatanBlimbing Kota Malang; f) terdapat hubungan yangsignifikan antara pemberian insentif denganmotivasi kerja guru di SMP Swasta se-KecamatanBlimbing Kota Malang; g) ada hubungan yangsignifikan antara insentif, motivasi dan aktivitaspembelajaran di SMP Swasta se-KecamatanBlimbing Kota Malang.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, makasaran yang dapat peneliti berikan adalah sebagaiberikut: a) Bagi Guru, hendaknya guru lebihmeningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas agartujuan dan kualitas pembelajaran dapat tercapaidengan maksimal; b) Bagi Kepala Sekolah, dalamhal ini kepala sekolah mempunyai peran tinggi,hendaknya kepala sekolah banyak memberikansuatu dorongan yang baik untuk meningkatkanaktivitas pembelajaran pada guru; c) Bagi ketuayayasan, seharusnya memberikan tambahaninsentif bagi guru-guru penerima insentif agarmempunyai prestasi unggul dalam aktivitaspembelajaran di kelas; d) Bagi Ketua JurusanAdministrasi Pendidikan, diharapkan agarmenambah kajian ilmu Manajemen Pendidikankhususnya yang berkaitan dengan bidangManajemen Sumber Daya Manusia; e) Bagipeneliti lain, hendaknya melakukan penelitianpengembangan dengan menambah variabel,menggunakan subjek lain serta memperkaya teori-teori yang digunakan dalam penelitian selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Gintings, A. 2008. Esensi Praktis Belajar &Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Handoko, T. H. 1997. Manajemen. Yogyakarta:BPFE.

Haryono, Y. 2003. Korelasi antara MotivasiBerprestasi dan Insentif denganSemangat Kerja Dosen UniversitasDarul ‘Ulum Jombang. Tesis Tidak

Diterbitkan. Malang: Program StudiManajemen Pendidikan Universitas NegeriMalang.

Hasibuan, M.S.P. 2002. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, H., & Hadari, M. 1996. AdministrasiPersonel: untuk Peningkatan Produk-

Ashadi, Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru 545

Page 63: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

tifitas Kerja. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Sarwoto. 1994. Dasar-Dasar Organisasi.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta: Kencana PrenadaMedia.

546 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 540-546

Page 64: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

PENGEMBANGAN PROGRAM E-JOURNALMANAJEMEN PENDIDIKAN

Mohammad Syahidul Haq

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the aim of this study was the development of: (1) describes the design of ManagementJournal e-journal based education, (2) Journal of Management Education embodies virtuallyunpublished and massive, and (3) provide ease of Journal of Management Education can be accessedby everyone. In this study intended to develop a product of Journal of Management Educationberbasasis originally developed print to electronic media, at the same time in order to validate thefeasibility of obtaining theory, practical feasibility and feasibility of the product.

Keywords: e-journal improvement, information technology.

Abstrak: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan desain Jurnal Manajemenpendidikan berbasis e-journal, (2) mewujudkan Jurnal Manajemen Pendidikan terpublikasikan secaravirtual dan massive, dan (3) memberikan kemudahan Jurnal Manajemen Pendidikan dapat diaksesoleh setiap orang. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan produk Jurnal ManajemenPendidikan dari semula berbasasis cetak dikembangkan ke media elektronik, sekaligus memvalidasidalam rangka memperoleh kelayakan teori, kelayakan praktis maupun kelayakan produk.

Kata Kunci: Pengembangan e-journal, Teknologi Informasi

Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi telahmembawa dampak yang begitu besar terhadapberbagai bidang kehidupan, tak terkecualiperpustakaan sebagai tempat penyimpanan buku-buku, kamus, hasil-hasil penelitian, jurnal, dan lainsebagainya. Perpustakaan seiring denganperkembangan zaman harus terus bisamengantisipasi berbagai kebutuhan informasi parapenggunanya. Perpustakaan tidak lagi memberikanlayanan yang sama dari tahun ke tahun, tetapi harusmenyesuaikan dengan perubahan kebutuhan parapenggunanya. Jika tidak mengikuti perkembangantersebut, maka perpustakaan kita akan ditinggalkanpengguna setianya. Oleh karena itu, perpustakaanharus mereposisi kembali peran dan fungsinya dalammenunjang kebutuhan informasi para penggunanyasesuai dengan kemajuan zaman.

Kemajuan yang telah dicapai manusia dalambidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)merupakan sesuatu yang patut di syukuri karenadengan kemajuan tersebut akan memudahkanmanusia dalam mengerjakan pekerjaan dan tugasyang harus dikerjakannya. Hal ini pun telahmengubah pola perilaku pengguna perpustakaan

dalam mencari informasi. Pengguna menginginkaninformasi terkini, tidak peduli informasi tersebutberasal dari mana, yang penting ada dan dapatdiperoleh dengan cara yang cepat. Pengguna tidakmau lagi pencarian informasi terganggu hanyakarena perpustakaan telah tutup. Untuk melayanipermintaan pengguna dari berbagai kalangan.Perpustakaan harus selalu siap setiap saat, dansebaiknya perpustakaan harus terhubung kejaringan internet, yang dapat menginformasikan keseluruh dunia. Salah satu sumber informasi diinternet untuk pengembangan layananperpustakaan adalah jurnal elektronik.

Perkembangan teknologi informasi saat initidak saja mempengaruhi bentuk dan format jurnaltetapi juga mengubah pola pengelolaan dandistribusinya. Dengan kemudahan akses internetdan ketersediaan perangkat teknologi informasi,kini para pembaca lebih menyukai membaca jurnaldalam format digital daripada dalam bentuk cetak.Hal ini di samping karena mudah mendapatkannya,juga karena sangat portable atau mudah dibawake mana-mana. Ratusan bahkan ribuan edisi jurnaldapat disimpan dalam flashdisk dan dapat dibaca

547

Page 65: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

melalui handphone, personal digital assistant,atau notebook setiap saat.

Mahalnya harga beli jurnal cetak membuatorang enggan untuk berlangganan sebuah jurnal.Hal tersebut menyebabkan orang lebih memilihmengakses jurnal gratis melalui internet. Fenomenaseperti ini membuat pengelola jurnal mulai beralihdari jurnal konvensional menjadi modern, yaitu e-journal (elektronik jurnal). Proses pengelolaanjurnal konvensional biasanya memakan waktuberbulan-bulan dengan biaya yang tinggi terutamadalam tahap pencetakan dan distribusi. Oleh karenaitu, pengelola jurnal memerlukan alternatifpengganti yang lebih efektif dan efisien dalammengelola jurnal. Kehadiran e-journal menjadialternatif untuk memperoleh artikel yang aktual,murah, dan cepat. Berdasarkan latar belakangtersebut keberadaan publikasi secara elektroniksudah merupakan kebutuhan. Perbedaan antarajurnal elektronik dan tercetak dapat dilihat padaTabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1 Perbandingan Jurnal Elektronik (On Line)dengan Jurnal Tercetak

Kriteria Elektronik TercetakKemutakhiran Mutakhir MutakhirKecepatan diterima Cepat LambatPenyimpanan Sangat mengirit Memakan

tempat tempatPemanfaatan 24 jam Terbatas jam

bukaKesempatan akses Bisa bersamaan AntriPenelusuran Otomatis tersedia Harus

dibuatWaktu penelusuran Cepat LamaKeamanan Lebih aman Kurang

amanManipulasi Sangat mudahdokumen (spt. kutipan, Tidak bisa

dsb)Bila langganan Judul bisa lebih Judul lebihdengan dana banyak sedikityang samaHarga total Jauh lebih murah Lebih mahallangganan

Sumber: Tresnawan (2005)

Dari Tabel 2.1 dapat diketahui perbandinganantara jurnal elektronik dan jurnal tercetak,sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal elektronikmempunyai banyak keunggulan dibandingkandengan jurnal tercetak baik dari segi waktu, biaya,dan keamanannya. Namun, dari kelebihan itu ada

pula beberapa kelemahan dari Jurnal Elektronik,yaitu listrik padam, komputer rusak. Denganadanya kelebihan yang dimiliki jurnal elektronikdapat lebih memudahkan pengguna dalam mencariinformasi khususnya dalam hal penelusuran jurnalonline/elektronik, namun di samping itu jurnalelektronik memiliki kelemahan dimana untukmengakses jurnal harus melalui media, yaitukomputer yang tentunya membutuhkan listrik, jadiapabila terjadi pemadaman listrik jurnal online puntidak dapat diakses.

METODE

Mengacu pada definisi di atas, ada beberapapoint utama yang dapat kita simpulkan: (1)Penelitian desain dan pengembangan adalahmerupakan suatu studi (yang meliputi prosesperancangan, pengembangan dan evaluasi) yangsistematis. Artinya, sama dengan studi lain,penelitian ini memiliki kaidah tertentu yang harusdirancang dan direncanakan dengan baik; (2)Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu produkdan tool (alat) baik yang bersifat pembelajaran(instructional) maupun non-pembelajaran. Jadi,output dari penelitian desain dan pengembangandapat berbentuk produk maupun alat (tools); dan(3) Produk dan tool yang dihasilkan tersebut bisaberupa hal baru maupun memperbaiki dari yangsudah ada. Dari beberapa definisi tersebut dapatdibuat kerangka pengembangan seperti Gambar 1di bawah ini.

Gambar 1 Kerangka Pengembangan

Kajian pustaka digambarkan dalam kerangkapengembangan yang dapat dilihat pada Gambar 1di atas. Dari kerangka pengembangan tersebutdapat disimpulkan, bahwa pengembangan hanyadifokuskan pada publikasi suatu jurnal. Dari jurnalyang tercetak dikonversikan menjadi elektroniksehingga mudah dalam penggunaanya.

Rancangan penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah menggunakan rancanganpenelitian pengembangan model prosedural. Model

548 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

Publikasi ElektronikData Jurnal

Desain Sistem, Desain Produk,

Desain Program,

Evaluasi Desain dan Program.

-Uji coba-Saran dan masukan

E-JOURNAL

Analisis variabel pengaksesan jurnal

Page 66: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

prosedural adalah model yang bersifat deskriptif,yaitu menggunakan langkah-langkah yang harusdiikuti untuk menghasilkan produk. Modelprosedural yang dipilih mengadaptasi modelpenelitian dan pengembangan (Research anddevelopment/R & D) Borg dan Gall (dalamSurjono, 2009:148) dan rancangan modelprosedural yang dikembangkan oleh McKenny(dalam Surjono, 2009:148). Dalam penelitian danpengembangan pada dasarnya ada dua tujuanutama, yaitu: (1) mengembangkan produk, (2)menguji keefektifan produk. Tujuan pertamasebagai fungsi pengembangan dan tujuan kaduasebagai fungsi validasi (Sukmadinata dalamSurjono, 2009:148). Dalam penelitian inidimaksudkan untuk mengembangkan produk JurnalManajemen Pendidikan dari semula berbasasiscetak dikembangkan ke media elektronik, sekaligusmemvalidasi dalam rangka memperoleh kelayakanteori, kelayakan praktis maupun kelayakan produk.

Tahap penelitian yang dirancang merupakanmodifikasi dari sepuluh langkah penelitian danpengembangan dari Borg dan Gall. Dari sepuluhlangkah tersbut, kemudian dimodifikasi menjadi 3langkah penelitian dan pengembangan. Tigalangkah tersebut intinya sama dengan tahapanpenelitian yang dilakukan oleh McKenny(2001:148), yaitu meliputi: (1) Tahap studipendahuluan sebagai needs and contensanalysis, (2) Tahap pengembangan sebagaidesign, development, and evaluation stage, dan(3) Tahap pengujian efektifitas produk sebagaisemi-sumative evaluation

Adapun model yang akan dikembangkanadalah mengikuti siklus alur sistem. Ada beberapasiklus pengembangan sistem dari para ahli, antaralain Sander dalam Suryana (2007) mengidentifikasisiklus pengembangan sistem menjadi 5 antara lain:“ definisi masalah (problem definition), analisissistem (system analysis), desain sistem (systemdesign), dan implementasi sistem (systemimplementation)”. Sementara itu Davis (dalamSuryana, 2007:49) menyebutkan terdapat 7 tahapansiklus dalam pengembangan sistem, yaitu: “definisimasalah, studi kelayakan, analisis, desain sistem,desain terinci, implementasi, dan perawatan”.Sedangkan Scott (dalam Suryana, 2007:49)merincinya sebagai berikut: “studi pendahuluan,analisis sistem, desain sistem, dan implementasi”.Lebih lanjut Scott membagi implementasi menjadibeberapa tahap, yaitu: “pelatihan, penyeleksianprogram, pemrograman, persiapan tempat, instalasi,peralatan, konversi, dan penerimaan”.

Dari ketiga ahli di atas, secara garis besardisimpulkan sebagai berikut: 1) Mendefinisikanmasalah adalah untuk memahami masalah secaramendalam. Langkah ini harus sesuai dengan apayang akan di input pada program, perintah-perintahapa yang akan digunakan dan bagaimana bentukoutputnya. Apabila salah asumsi tentang masalahyang ada, maka akan berakibat program yangdibuat tidak sesuai yang dikehendaki; 2) Untukmendapatkan dan menemukan permasalahan yangakan diteliti ternyata sangatlah perlu untukmelakukan studi pendahuluan. Adapun caramelakukan studi pendahuluan yaitu denganmenemukan tema permasalahan yang akan ditelitimelalui survei pustaka guna mendalami teori yangada; 3) Analisis sistem adalah sebuah teknikpemecahan masalah yang menguraikan sebuahsistem menjadi bagian-bagian komponen dengantujuan mempelajari seberapa bagus bagian-bagiankomponen tersebut bekerja dan berinteraksi untukmeraih tujuan mereka; 4) Desain sistem adalahtahap yang harus dilakukan dalam perancangansuatu aplikasi yang baik. Tahap yang dilakukansebelum melakukan koding ini bertujuan agaraplikasi yang dibuat dapat dengan maksimalmemenuhi kebutuhan pengguna aplikasi tersebut;5) Siklus yang terakhir adalah implementasi darihasil analisis sistem, desain sistem. Dalam tahapini program diimplementasikan dengan caramemberikan penjelasan bagaimana cara membuatprogram dan hasilnya diterapkan untuk memenuhikebutuhan.

Siklus pengembangan sistem, dapat dilihatpada Gambar 2.

Gambar 2 Siklus Pengembangan Sistem

Model pengembangan yang dilakukan dalampenelitian ini adalah model prosedural yangmengadaptasi pada model R & D Borg dan Gall,modifikasi dari Sukmanata, dan adaptasi dariMcKenny, meliputi tahapan: (1) Studi pendahuluan,(2) Pengembangan, (3) Pengujian. Oleh karenaitu, prosedur pengembangan dalam penelitian initinggal mengikuti tahapan tersebut. Prosedurpengembangan yang dilakukan dalam

Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 549

Mendefinisikan Masalah

Implementasi StudiPendahuluan

Desain Sistem Analisis Sistem

Page 67: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pengembangan ini adalah: 1) Sebelum penelitimengembangkan sebuah program, terlebih dahulumendefinisikan permasalahan, yaitu bagaimanamengembangkan e-journal ManajemenPendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan; 2)Mendeskripsikan desain sistem e-journal yaitumengidentifikasi informasi apa yang dibutuhkan,kapan, dimana, dalam bentuk apa dan lainsebagainya; 3) Menyusun prototype e-journalsebagai model yang akan dikembangkan; 4)Melakukan penyusunan (desain) program e-journal menggunakan CMS Joomla; 5)Implementasi program, yang terdiri dari beberapakegiatan, antara lain: (a)Uji coba hasil program e-journal Manajemen Pendidikan JurusanAdministrasi Pendidikan oleh beberapa Dosen,untuk memberikan masukan; (b) Perbaikan hasiluji coba; (c) Setelah uji coba dirasa cukup,selanjutnya disusunlah program e-journalManajemen Pendidikan Jurusan AdministrasiPendidikan. Kemudian di Upload ke sebuah webserver agar bisa dimanfaatkan untuk oleh civitasJurusan Administrasi Pendidikan pada khususnyadan masyarakat luas pada umumnya; (d) Evaluasidan follow up program, setelah program di ujicobaselanjutnya mengevaluasi program dengan caramemberikan masukan untuk pengembanganprogram selanjutnya.

HASIL

Jurnal Manajemen Pendidikan pengelolaan-nya belum berbasis e-journal, belumterpublikasikan secara virtual dan massive, belummemberikan kemudahan untuk dapat diakses olehsetiap orang. Dengan permasalahan tersebutrancangan desain dibuat semudah mungkin agardapat di akses oleh siapa saja. Desain sistem e-journal dapat dilihat pada Gambar 3.

Jurnal Manajemen Pendidikan belum berbasise-journal, belum terpublikasikan secara virtualdan massive, belum memberikan kemudahan untukdapat diakses oleh setiap orang. Denganpermasalahan tersebut rancangan desain dibuatsemudah mungkin agar dapat diakses oleh siapasaja. Desain sistem e-journal dapat dilihat padaGambar 3 tersebut. Analisis data dalam penelitianini dilakukan dengan analisis deskriptif untukmenggambarkan variabel. Sukardi (2008:157)menjelaskan, bahwa “penelitian deskriptifmerupakan metode penelitian yang berusahamenggambarkan dan berusaha mengintrepetasikanobjek sesuai dengan apa adanya”. Alasan

penggunakan analisis deskriptif adalah padapenelitian ini tidak menggunakan hipotesis tetapihanya menjelaskan bagaimana pengembangan e-journal Manajemen Pendidikan di Jurusan AP FIPUM.

Dari analisis data maka dikelompokkanmenjadi dua mengenai titik kritis daripengembangan e-journal Manajemen Pendidikanyang pertama dari segi manajemen dan dari segiteknis publikasi website seperti dalam Gambar 4flow chart sebagai berikut:

Dari flow chart di atas dapat dilihatkelemahan-kelemahan dari sudut manajemen jurnaldan publikasi e-journal . Dari gambar tersebut dapatdilihat mengenai titik kritis paling utama dari segimanajemen terletak pada evaluasi kelayakan, apabiladalam evaluasi kelayakan tersebut tidak teratur,maka akan mempengaruhi popularitas dari publikasijurnal tersebut. Dari segi publikasi semua bisa terjadimulai dari kerusakan database, serangan virus,serangan spam, dan serangan para hacker yangbertujuan mengacaukan sistem dari e-journal

550 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

MULAI

Pengumpulandata JurnalManajemen

Pendidikan APFIP UM

PengumpulanPerangkat yang

digunakan

Analisis Dokumen

Analisis Perangkat

Hasil AnalisisJurnal

Hasil AnalisisPerangkat

Analisis Sistem

Desain Sistem

Desain Program

Uji cobaDilakukan

Mahasiswa dan Dosen

Tidak

Mahasiswa dan Dosenmencoba program yang telahdisusun oleh programmer dan

memberikan masukan

Ya

E-JOURNALMANAJEMENPENDIDIKAN

Gambar 3 Desain Sistem e-journal

Page 68: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

tersebut. Oleh karena itu, dalam program ini akanmengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadidari kelemahan-kelemahan dari sistem tersebut,misalnya dengan cara rutinitas back up programsehingga apabila dalam proses publikasi mengalamikerusakan maka mempunyai cadangan programsebagai pengganti.

Angket yang diisi oleh responden dariMahasiswa dan Dosen Jurusan AdministrasiPendidikan FIP UM. Responden dipilih secara acaksupaya data yang diperoleh lebih valid dan obyektif.Jumlah responden dipilih sebanyak 20 (responden).Dari hasil angket yang di-upload dan diisi olehresponden, didapatkan hasil analisis skor yangtertera dalam Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2 Bentuk Tampilan Website

Skala Responden PersentaseSangat Menarik 6 26,09%Menarik 16 69,67%Cukup Menarik 1 4,35%Kurang Menarik 0 0,00%Tidak Menarik 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 2 hasil korespondensitentang bentuk dan tampilan website, respondenmenilai bahwa 26% menyatakan kriteria SangatMenarik, skor tertinggi untuk tampilan websitedengan persentase 69,67 % menyatakan dalamkriteria Menarik, sedangkan skor terendah dalam

kriteria Cukup Menarik 4,35 %. Grafik perolehandata dapat digambarkan seperti Gambar 5 sebagaiberikut:

Gambar 5 Bentuk Tampilan Website

Kemudahan untuk membuka akses membukawebsite, dari 23 responden mengungkapkanpendapat yang tertera dalam Tabel 3.

Tabel 3 Akses dalam Membuka Website

Skala Responden PersentaseSangat Mudah 6 26,09%Mudah 14 60,87%Cukup Mudah 3 13,04%Sulit 0 0,00%Cukup Sulit 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 3 dalam mengakseswebsite responden menilai bahwa tingkatkemudahan dalam mengakses website skortert inggi untuk tingkat kemudahan dalammengakses website dengan persentase 60,87 %dalam kriteria mudah, sedangkan skor terendahdalam kriteria cukup mudah 13,04 %. Dapatdigambarkan seperti Gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6 Akses dalam Membuka Website

Start

Terima quaridata jurnal

yang berasaldari user

Pengambilan data daridatabase

website e-jurnal

Tampilan data

Proses Seleksi

Displai data yang tidak

lolos seleksiTIDAK

YA

I

Penyuntingandata oleh tim

Data hasilpenyuntinganjurnal oleh tim

penyunting

Pra Publikasi:Persiapan database,

conversi data

Publikasi kewebsite

Upload file, layout

Tampilan websiteE-journal

FINISH

Gambar 4 Titik Kritis Pengembangan E-Journal

Sangat Menarik

Menarik Cukup Menarik

Kurang Menarik

Sangat Kurang

Menarik

26,09%

69,67%

4,35% 0,00% 0,00%

Bentuk Tampilan Website

Sangat Mudah

Mudah Cukup Mudah

Sulit Cukup Sulit

26,09

60,87

13,04

0 0

Akses dalam Membuka Website

Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 551

Page 69: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Tentang pendapat dari responden mengenaistruktur menu yang ada pada website, pendapatresponden tertera pada Tabel 4.

Tabel 4 Struktur Menu yang ada pada Website

Skala Responden PersentaseSangat Baik 6 26,09%Baik 10 43,48%Cukup Baik 6 26,09%Kurang 1 3,48%Sangat Kurang 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 4 tentang strukturmenu yang ada dalam website, responden menilaibahwa struktur menu yang ada pada website skortertinggi dengan persentase 43,48 % dalam kriteriabaik, sedangkan skor terendah dalam kriteriakurang 3,48 %. Dapat digambarkan sepertiGambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7 Struktur Menu yang ada pada Website

Tabel 5 Struktur Menu dan Tampilan pada ContentGaleri

Skala Responden PersentaseSangat Baik 7 30,43%Baik 9 39,13%Cukup Baik 6 26,09%Kurang 1 3,48%Sangat Kurang 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 5 tentang struktur menuyang ada pada content galeri, responden menilai,bahwa struktur menu yang ada pada contentgaleri skor tertinggi dengan persentase 39,13 %dalam kriteria baik, sedangkan skor terendahdalam kriteria kurang dengan persentase 3,48 %.

Dapat digambarkan seperti Gambar 8 sebagaiberikut:

Gambar 8 Struktur Menu dan Tampilan padaContent Galeri

Tabel 6 Tingkat Kemudahan Mengakses Beritadalam Website

Skala Responden PersentaseSangat Mudah 7 26,09%Mudah 12 52,17%Cukup Mudah 5 21,74%Sulit 0 0,00%Sangat Sulit 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 6 tingkat kemudahandalam mengakses berita dalam website, respondenmenilai bahwa tingkat kemudahan dalammengakses berita skor tertinggi untuk tingkatkemudahan dalam mengakses berita denganpersentase 52,17 % dalam kriteria mudah,sedangkan skor terendah dalam kriteria cukupmudah 21,74 %. Dapat digambarkan sepertiGambar 9 sebagai berikut:

Gambar 9 Tingkat Kemudahan Mengakses Beritadalam Website

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Sangat Kurang

26,09

43,48

26,09

3,480

Struktur Menu yang ada pada Website

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Sangat Kurang

30,43

39,13

26,09

3,480

Struktur Menu dan Tampilan pada Content Galeri

Sangat Mudah

Mudah Cukup Mudah

Sulit Sangat Sulit

26,09

52,17

21,74

0 0

Tingkat Kemudahan Mengakses Berita dalam Website

552 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

Page 70: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Tabel 7 Tingkat Kemudahan dalam MengunduhContent

Skala Responden PersentaseSangat Mudah 6 26,09%Mudah 11 47,53%Cukup Mudah 4 17,39%Sulit 2 8,70%Sangat Sulit 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 7 tingkat kemudahandalam mengunduh content, responden menilaibahwa tingkat kemudahan dalam men-downloadskor tertinggi dengan persentase 47,53% dalamkriteria mudah, sedangkan skor terendah dalamkriteria sulit 8,70%. Dapat digambarkan sepertiGambar 10 sebagai berikut:

Gambar 10 Tingkat Kemudahan dalam MengunduhContent

Tabel 8 Tingkat Kemudahan dalam MenggunakanE-Journal Manajemen Pendidikan

Skala Responden PersentaseSangat Mudah 7 30,43%Mudah 8 34,78%Cukup Mudah 6 26,09%Sulit 2 8,70%Sangat Sulit 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 8 tingkat kemudahandalam penggunaan content e-journal ManajemenPendidikan, responden menilai bahwa tingkatkemudahan dalam penggunaan e-journalManajemen Pendidikan skor tertinggi denganpersentase 34,78% dalam kriteria mudah,sedangkan skor terendah dalam kriteria sulit 8,70%.Dapat digambarkan seperti Gambar 11 sebagaiberikut:

Gambar 11 Tingkat Kemudahan dalamMenggunakan E-Journal ManajemenPendidikan

Tabel 9 Tingkat Kebutuhan Wesbsite dalamMemperoleh Informasi

Skala Responden PersentaseSangat Memenuhi 6 26,09%Memenuhi 12 52,17%Cukup Memenuhi 5 21,74%Tidak Memenuhi 0 0,00%Sangat Tidak Memenuhi 0 0,00%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan Tabel 9 tingkat kebutuhandalam memperoleh informasi, responden menilaibahwa tingkat kebutuhan dalam memperolehinformasi skor tertinggi dengan persentase 52,17%dalam kriteria mudah, sedangkan skor terendahdalam kriteria sulit 21,74%. Dapat digambarkanseperti Gambar 12 sebagai berikut:

Gambar 12 Tingkat Kebutuhan Wesbsite dalamMemperoleh Informasi

Produk yang dihasilkan dalam penelitianpengembangan ini adalah program pengembangandari jurnal cetak menjadi jurnal elektronik denganprogram Personal Home Page (PHP) denganfasilitas Structured Query Language (SQL)dengan menggunakan Content ManagementSystem Joomla. Website Jurusan Administrasi

Sangat Mudah

Mudah Cukup Mudah

Sulit Sangat Sulit

26,09

47,53

17,39

8,70

Tingkat Kemudahan dalam Mendownload Content

Sangat Mudah

Mudah Cukup Mudah

Sulit Sangat Sulit

30,4334,78

26,09

8,7

0

Tingkat Kemudahan dalam Menggunakan E-Journal Manajemen

Sangat Memenuhi

Memenuhi Cukup Memenuhi

Tidak Memenuhi

Sangat Tidak

Memenuhi

26,09

52,17

21,74

0 0

Tingkat Kebutuhan Wesbsite dalam Memperoleh Informasi

Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 553

Page 71: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Pendidikan diunggah melalui webserver TIKFakultas Ilmu Pendidikan dan TIK UniversitasNegeri Malang dengan alamat: http://administrasipendidikan.um.ac.id.

Dengan adanya website Jurusan AdministrasiPendidikan informasi akan mudah diakses olehkhalayak umum yang sebelumnya belum begitumaksimal informasi yang diberikan kepadamasyarakat luas. Informasi mengenai JurusanAdministrasi Pendidikan akan diakses masyarakatluas tanpa terbatas ruang dan waktu. Kelebihandari website yang telah dibuat adalah sangatmudah dikelola, dan bisa diatur sesuai dengankeinginan dari pengelola Jurnal ManajemenPendidikan. Joomla merupakan CMS yang banyakdipakai oleh para webmaster di seluruh dunia.Kelemahan yang kemungkinan timbul dari segiSumber Daya Manusia adalah belum adanyapengelola website yang ada. Untuk kelemahan dibidang program atau teknis website dibobol olehhacking / orang yang tidak bertanggung jawabdengan tujuan tertentu. Antisipasi yang dilakukanadalah memberikan security-security yangsekiranya sering disabotase orang. Banyaksecurity yang dapat digunakan untukmengantisipasi hal tersebut.

Seper ti telah kita rasakanbersama, bahwa kemajuan teknologi, informasi dankomunikasi telah membawa dampak yang begitubesar terhadap berbagai bidang kehidupan, hasilpengembangan produk ini telah menunjukkanbahwa kehadiran e-journal menjadi alternatifuntuk memperoleh artikel yang aktual, murah, dancepat.

Hasil pengembangan produk ini memberikanbeberapa implikasi, antara lain: (1) implikasiterhadap perencanaan dan pengembangan JurusanAdministrasi Pendidikan Universitas NegeriMalang, (2) implikasi terhadap pengembangan e-journal Manajemen Pendidikan. Dengan adanyae-journal Manajemen Pendidikan akanmempermudah penyampaian informasi kepadakhalayak umum. Setelah program selesaidiharapkan civitas akademika Jurusan AdministrasiPendidikan FIP UM memanfaatkan fasilitas yangada di program tersebut. Tujuan daripengembangan ini adalah agar pengelolaan JurnalManajemen pendidikan berbasis e-journal,mewujudkan Jurnal Manajemen Pendidikanterpublikasikan secara virtual dan massive,memberikan kemudahan Jurnal ManajemenPendidikan dapat diakses oleh setiap orang.

Konten yang terdapat dalam website secaraumum dapat dimanfaatkan oleh khalayak umum,namun masih banyak konten-konten yang perludikembangkan. Dalam website ini masih banyakkekurangan-kekurangan yang menunjukkan kekata sempurna. Masih banyak konten-konten yangperlu dikembangkan seperti pengembangan yangmeliputi: Databased alumni, databasedmahasiswa, pendaftaran ujian skripsi online,pendaftaran PPL online, pengajuan pembimbingskripsi online, pengumpulan tugas secara online,e-learning dan lain sebagainya. Semuanyaterintegrasi secara teratur dan saling berhubungansehingga lebih efektif dan efisien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kelebihan dari website yang telah dibuatadalah sangat mudah dikelola, dan bisa diatur sesuaidengan keinginan dari pengelola Jurnal ManajemenPendidikan. Joomla merupakan CMS yang banyakdipakai oleh para webmaster di seluruh dunia.Kelemahan yang kemungkinan timbul dari segiSumber Daya Manusia adalah belum adanyapengelola website yang ada. Untuk kelemahan dibidang program atau teknis website dibobol olehhacking /orang yang tidak bertanggung jawabdengan tujuan tertentu. Antisipasi yang dilakukanadalah memberikan security-security yangsekiranya sering disabotase orang. Banyaksecurity yang dapat digunakan untukmengantisipasi hal tersebut.

Saran

Konten yang terdapat dalam website secaraumum dapat dimanfaatkan oleh khalayak umum,namun masih banyak konten-konten yang perludikembangkan. Dalam website ini masih banyakkekurangan- kekurangan yang menunjukkan kekata sempurna. Masih banyak konten-konten yangperlu dikembangkan seperti pengembangan yangmeliputi: Databased alumni, databasedmahasiswa, pendaftaran ujian skripsi online,pendaftaran PPL online, pengajuan pembimbingskripsi online, pengumpulan tugas secara online,e-learning dan lain sebagainya. Semuanyaterintegrasi secara teratur dan saling berhubungansehingga lebih efektif dan efisien.

554 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

Page 72: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

DAFTAR RUJUKAN

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidik-an. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Surjono, H.D. 2009. Pengenalan danPengembangan E-Journal. (Online).(http://hermansurjono/hermansurjono.uny.ac.id, diakses 9 Juli 2010).

Suryana, H.2007. Pengembangan e-journalUniversitas Sumatera Utara mengguna-

kan Open Journal System (OJS). (Online).(http://digilab.unsu.ac.id, diakses 2 Januari2011).

Tresnawan, A D. 2005. Jurnal Elektronik:Berbagi Pengalaman Proses Berlang-ganan. Jurnal Online di UPT PerpustakaanUNISBA. (Online), (http://www.ipi.or.id.materi/IPI-kiat.doc, diakses 9 Juli 2010).

Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 555

Page 73: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI DENGANKEPUASAN KERJA PENGAWAI NEGERI SIPIL

Anik Dwi Astuti

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study is to describe: (1) How high motivation of civil servants workingin Madame Automotive and Electronics (BOE) Malang, (2) How conducive organizational climateBOE Viewing PNS in Malang, (3) How high job satisfaction PNS Viewing BOE in Malang, (4) therelationship of work motivation and job satisfaction of civil servants in Madame BOE Malang, (5) therelationship of organizational climate and job satisfaction of civil servants in Madame BOE Malang,(6) the relationship of work motivation and organizational climate and job satisfaction of civil servantsin Madame BOE Malang.

Keywords: work motivation, organizational climate, job satisfaction

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan: (1) Seberapa tinggi motivasi kerjaPNS di PPPPTK Bidang Otomotif dan Elektronika (BOE) Malang, (2) Seberapa kondusif iklim organisasiPNS di PPPPTK BOE Malang, (3) Seberapa tinggi kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang, (4)Hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang, (5) Hubungan iklimorganisasi dengan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang, (6) Hubungan motivasi kerja daniklim organisasi dengan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang.

Kata kunci: motivasi kerja, iklim organisasi, kepuasan kerja.

Manajemen dalam sebuah organisasi merupakanproses pemberdayaan sumber-sumber yang adadimulai dari proses perencanaan, pengorga-nisasian, penggerakan, pengawasan sampaidengan evaluasi untuk mencapai tujuan yangdilakukan secara efektif dan efisien. “Efektifberarti memberikan hasil yang memuaskan,memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya, sedangkan efisien berarti berdaya guna”(Badudu, 2003:75). Untuk mencapai tujuan ini,diperlukan adanya SDM atau pegawai.Diharapkan dengan adanya PNS dalam suatuorganisasi dapat memberikan pelayananterbaiknya kepada masyarakat, dalam hal ini ia jugaakan dapat melaksanakan pekerjaannya denganbaik. Guna mencapai tujuan ini, diperlukan adanyamotivasi kerja dan iklim organisasi yang kondusifdalam melaksanakan setiap kegiatannya, sehinggaakan tercapai kepuasan kerja.

Kepuasan kerja pegawai harus mampudiciptakan dengan baik agar kecintaan pegawaiakan pekerjaannya dapat meningkat. Kepuasankerja adalah “sikap emosional yang menyenangkandan mencintai peker jaannya” (Hasibuan,

2005:202). Kepuasan ini juga dipengaruhi olehmotivasi kerja. Menurut Munandar (2006:323),“motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukanserangkaian kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu”. Jadi, motivasi kerjamerupakan dorongan dari diri seseorang yangmuncul karena adanya kebutuhan-kebutuhan untukmenciptakan kepuasan kerja, agar tujuan daripekerjaannya dapat tercapai. Kebutuhan inimeliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dankebutuhan aktualisasi diri.

Menurut Gomes (2003:177), “motivasiberkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan olehseseorang dalam mengejar suatu tujuan, motivasiberkaitan erat dengan kepuasan kerja danperformansi pekerjaan”. Kepuasan kerja ini dapatdiperoleh jika mereka termotivasi untuk melakukantugas dari pekerjaannya. “Motivasi terbentuk darisikap (attitude) karyawan dalam menghadapsituasi kerja di perusahaan” (Mangkunegara,2006:61). Pada umumnya, setiap pegawai yangmempunyai motivasi kerja yang tinggi, akan mudah

556

Page 74: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

untuk melaksanakan tanggungjawab daripekerjaannya, mampu membaca situasi danpermasalahan yang terjadi dalam pekerjaan sertadapat memberikan respon yang tepat dan memilikipenyesuaian diri yang baik dengan lingkungannya.Hal ini akan dapat mendorong gairah dan semangatkerja yang mengindikasikan pada kepuasan kerjadari pegawai tersebut.

Selanjutnya, iklim organisasi adalah“serangkaian sifat lingkungan kerja, yang dinilailangsung atau tidak langsung oleh karyawan yangdianggap menjadi kekuatan utama dalammempengaruhi perilaku karyawan” (Sagala,2008:130). Menurut Siagian (2005:295) “situasilingkunganpun turut berpengaruh pada tingkatkepuasan kerja seseorang”. Iklim ini merupakansifat dari lingkungan kerja yang menjadi kekuatanutama dalam mempengaruhi sikap karyawanmengenai pekerjaannya. Jadi, iklim ini dapat menjadiciri khas dari suatu organisasi, yang di dalamnyaterdapat perilaku dari pimpinan sampai bawahan.Semakin positif sikap seseorang, maka dia akanmerasa puas. Begitu pula sebaliknya, semakinnegatif sikapnya maka dia akan merasa tidak puas.

Secara kelembagaan PPPPTK diatur dalamPeraturan Menteri Pendidikan Nasional(Permendiknas) Nomor 8 Tahun 2007 Pasal 1 (1)tentang organisasi dan tata kerja “PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pendidik danTenaga Kependidikan yang selanjutnya dalamperaturan ini disebut PPPPTK adalah unit pelaksanateknis di lingkungan Departemen PendidikanNasional di bidang pengembangan danpemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan”.PPPPTK mempunyai tugas menyelenggarakanpendidikan dan pelatihan (Diklat) dalam bidangpengembangan dan peningkatan kompetensi profesi.Selain itu, PPPPTK mempunyai fungsi: (a)Penyusunan program pengembangan danpemberdayaan, (b) Pengelolaan data dan informasipeningkatan kompetensi, (c) Memfasilitasi danpelaksanaan peningkatan kompetensi, (d) Evaluasiprogram, dan (e) Pelaksana urusan administrasi.

Berdasarkan studi awal yang dilakukan olehpeneliti di PPPPTK Bidang Otomotif danElektronika (BOE) Malang, lembaga ini telahdilengkapi dukungan sumber daya manusia (SDM)potensial dan pendukung, serta berpengalaman diluar negeri seperti di Swiss dan Jerman. Dalamrangka memberikan pelayanan yang unggulkepada para pelanggannya, seperti SekolahMenengah Atas (SMA) dan Sekolah MenengahKejuruan (SMK) negeri dan swasta, lembaga diklat

kota/kabupaten/provinsi, perusahaan, dansebagainya, maka PPPPTK BOE Malangberusaha untuk terus meningkatkan kinerjanya.Baik tidaknya pelayanan yang diberikan tergantungkepada para pegawainya. Peningkatan kinerja iniakan didapatkan melalui kepuasan kerja dari parapegawainya. Apabila kepuasan kerja tinggi, makakinerja mereka juga akan tinggi, sehingga dapatmemberikan pelayanan terbaiknya bagimasyarakat.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalahpenelitian deskriptif. Penelitian ini digunakan untukmengetahui hubungan antara dua variabel ataulebih. Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabelbebas (independent variable) dan 1 variabelterikat (dependent variable). Variabel bebasyakni motivasi kerja (X1) dan iklim organisasi (X2),sedangkan variabel terikat yakni kepuasan kerja(Y).

Populasi dalam penelitian ini adalah para PNSdi PPPPTK BOE Malang yang berjumlah 252orang. Teknik pengambilan sampel menggunakanteknik simple random sampling. Jadi, sampelnyaberjumlah 155 orang. Instrumen penelitian yangakan digunakan dalam penelitian ini adalah angketatau kuesioner. Angket ini digunakan untukmendapatkan data mengenai variabel motivasikerja (X1), iklim organisasi (X2), dan kepuasankerja (Y), sedangkan pengukurannya dilakukandengan cara memberikan skor pada tiap-tiapjawaban dari butir pertanyaan dalam angket.Pemberian skor ini menggunakan skala Likert.

Teknik analisis data yang digunakan dalampenelitian ini terdiri atas: (1) Teknik analisisdeskriptif, (2) Uji asumsi, (3) Teknik analisisstatistik inferensial. Teknik analisis deskriptifmeliputi: menentukan panjang kelas interval,menentukan persentase, dan klasifikasi.Selanjutnya uji asumsi meliputi: uji normalitas, ujimultikolinieritas, uji autokorelasi, dan ujiheteroskedastisitas, sedangkan teknik analisisstatistik inferensial meliputi: uji F, uji t, analisisregresi linier berganda, korelasi product momentpearson, dan analisis korelasi partial.

HASIL

Berdasarkan hasil pengolahan datamenggunakan teknik analisis deskriptifmenunjukkan bahwa sebanyak 113 responden dari

Astuti, Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil 557

Page 75: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

155 responden (72,90%) berada dalam kategoritinggi, sebanyak 41 responden dari 155 responden(26,45%) berada dalam kategori sedang, sebanyak1 responden dari 155 responden (0,65%) beradadalam kategori rendah, sedangkan tidak terdapatresponden yang masuk dalam kategori sangatrendah (0%). Dari hasil analisis deskriptif jugadapat diketahui bahwa untuk data motivasi kerja(X1) dengan jumlah responden (N)= 155 orang,dapat diperoleh nilai minimum 26,00 dan nilaimaximum 44,00 dengan nilai mean 36,7742.Standard deviation 3,55759.

Berdasarkan hasil pengolahan datamenggunakan teknik analisis deskriptifmenunjukkan bahwa sebanyak sebanyak 88responden dari 155 responden (56,77%) beradadalam kategori tinggi, 67 responden dari 155responden (43,23%) berada dalam kategori sedang,sedangkan tidak terdapat responden yang masukdalam kategori tidak kondusif dan sangat tidakkondusif (0%). Dari hasil analisis deskriptif jugadapat diketahui bahwa untuk data iklim organisasi(X2) dengan jumlah responden (N) = 155 orang,dapat diperoleh nilai minimum 55,00 dan nilaimaximum 84,00 dengan nilai mean 69,4129.Standard deviation 6,35813.

Berdasarkan hasil pengolahan datamenggunakan teknik analisis deskriptifmenunjukkan bahwa sebanyak 86 responden dari155 responden (55,48%) berada dalam kategoritinggi, sebanyak 68 responden dari 155 responden(43,87%) berada dalam kategori sedang, sebanyak1 responden dari 155 responden (0,65%) beradadalam kategori rendah, sedangkan tidak terdapatresponden yang masuk dalam kategori sangatrendah (0%). Dari hasil analisis deskriptif dapatdiketahui bahwa untuk data kepuasan kerja (Y)dengan jumlah responden (N) = 155 orang, dapatdiperoleh nilai minimum 40,00 dan nilai maximum72,00 dengan nilai mean 57,4452. Standarddeviation 5,64553.

Uji asumsi digunakan untuk untuk mengujiapakah variabel-variabel yang ada dalam penelitiantersebut layak atau tidak dipergunakan sebagai datapenelitian. Uji ini meliputi: (1) Uji normalitas yaitudata terdistribusi normal/data menyebar di sekitargaris diagonal atau mengikuti arah garis diagonal,(2) Uji multikolinieritas yaitu tidak terdapatproblem multikolinieritas, karena nilai VIF < 10,nila i VIF sebesar (1,421; 1,421), (3) Ujiautokorelasi yaitu pada model Summaryb, terlihatangka D – W = +2,077. Hal ini berarti tidak adaautokorelasi, dan (4) Uji heteroskedastisitas yakni

terlihat titik-titik menyebar secara acak. Jadi dapatdisimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitaspada model regresi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Fhitung =97,488 > Ftabel 3,06 dan Sig F = 0,000 karena Sig F< 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi,terdapat hubungan yang simultan antara motivasikerja (X1) dan iklim organisasi (X2) dengankepuasan kerja (Y).

Hasil analisis Coefficientsa menunjukkanbahwa dari variabel X1 menunjukkan thitung = 3,714> ttabel = 1,960, maka H0 ditolak, koefisien regresisignifikan, artinya variabel motivasi kerja (X1)secara parsial mempunyai hubungan yangsignifikan dengan variabel kepuasan kerja (Y).Pada variabel X2 menunjukkan thitung = 9,272 > ttabel= 1,960, maka H0 ditolak, koefisien regresisignifikan, artinya variabel iklim organisasi (X2)secara parsial mempunyai hubungan yangsignifikan dengan variabel kepuasan kerja (Y).

Berdasarkan hasil analisis antara motivasikerja (X1) terhadap kepuasan kerja (Y), dapatdiperoleh nilai koefisien sebesar 0,560. Hal iniberarti terdapat tingkat hubungan yang sedangantara variabel motivasi kerja (X1) terhadapvariabel kepuasan kerja (Y). Selanjutnya iklimorganisasi (X2) terhadap kepuasan kerja (Y), dapatdiperoleh nilai koefisien sebesar 0,723. Hal iniberarti terdapat tingkat hubungan yang kuat antaravariabel iklim organisasi (X2) terhadap variabelkepuasan kerja (Y). Angka koefisien positifmenunjukkan hubungan yang positif antara variabelbebas (X) yaitu motivasi kerja (X1) dan iklimorganisasi (X2), secara simultan (bersama-sama)dengan variabel terikat yaitu kepuasan kerja (Y).

Berdasarkan hasil analisis korelasi parsialdapat diketahui nilai koefisien hubungan motivasikerja (X1) dengan kepuasan kerja (Y) yaknisebesar 0,288. Selanjutnya nilai koefisienhubungan iklim organisasi (X2) dengan kepuasankerja (Y) yakni sebesar 0,601. Jadi, dapatdisimpulkan bahwa X2 dengan nilai = 0,601 > X1dengan nilai = 0,288 maka X2 lebih berhubungansecara parsial (sendiri-sendiri) daripada X1 dengankepuasan kerja (Y)

PEMBAHASAN

Motivasi kerja PNS di PPPPTK BOE Malangberada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 113responden dari 155 responden (72,90%), sebanyak41 responden dari 155 responden (26,45%) beradadalam kategori sedang, sebanyak 1 responden dari

558 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 556-562

Page 76: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

155 responden (0,65%) berada dalam kategorirendah, sedangkan tidak terdapat responden yangmasuk dalam kategori sangat rendah (0%). Jadi,dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dalamkategori tinggi yakni 56,1% pada mean 36,7.Motivasi kerja merupakan dorongan dari diriseseorang untuk menciptakan semangat kerja agartujuan dari pekerjaannya dapat berjalan denganefektif dan efisien. Menurut Hasibuan (2003:97),motivasi ini bertujuan untuk “mendorong gairah dansemangat kerja karyawan, meningkatkan moraldan kepuasan kerja karyawan”. Berdasarkanuraian di atas, motivasi kerja PNS di PPPPTKBOE Malang dalam kategori tinggi. Hal inimenunjukkan bahwa telah terpenuhinya berbagaifaktor ekstrinsik, seperti kebutuhan fisiologis,kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan sosial, sertafaktor intrinsik, seperti kebutuhan harga diri dankebutuhan aktualisasi diri.

Faktor ekstrinsik merupakan faktor-faktordari luar pekerjaan. Pertama, kebutuhan fisiologisyakni para pegawai telah diberikan gaji dan fasilitasyang sesuai dengan standar kerja yang ada.Kedua, kebutuhan rasa aman yakni meliputi parapegawai merasa telah memiliki jabatan yang layakdan sesuai di tempat kerja, serta jaminan keamanankerja. Ketiga, kebutuhan sosial yakni meliputi parapegawai merasa diberikan kebebasan dalammengikuti setiap kegiatan yang ada di tempat kerjadan mereka juga menjalin hubungan yang baikdengan rekan kerja.

Selanjutnya faktor intrinsik merupakan faktor-faktor dari dalam yang berkaitan dengan isi daripekerjaan. Pertama, kebutuhan harga diri yangmeliputi para pegawai merasa diakui prestasikerjanya, adanya kenaikan jabatan maupunpengembangan karir bagi para pegawai. Kedua,kebutuhan aktualisasi diri yang meliputi parapegawai diberikan kebebasan berpendapat,mengikuti training, dan diberikan kesempatanuntuk melanjutkan/mengikuti tugas belajar (study).

Iklim organisasi PNS di PPPPTK BOEMalang berada pada kategori kondusif yaitusebanyak 88 responden dari 155 responden(56,77%), 67 responden dari 155 responden(43,23%) berada dalam kategori sedang, sedangkantidak terdapat responden yang masuk dalamkategori tidak kondusif dan sangat tidak kondusif(0%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerjadalam kategori kondusif yakni 52,3% pada mean69,4. Iklim organisasi adalah “serangkaian sifatlingkungan kerja, yang dinilai langsung atau tidaklangsung oleh karyawan yang dianggap menjadi

kekuatan utama dalam mempengaruhi perilakukaryawan” (Sagala, 2008:130). Jadi, iklimorganisasi merupakan sebuah kondisi lingkungandari suatu organisasi dimana seorang pegawaidapat melaksanakan segala macam aktivitasnyadan dapat mempengaruhi setiap individu yang adadi dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, iklim organisasiPNS di PPPPTK BOE Malang dalam kategorikondusif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapathubungan yang harmonis antara pegawai denganpegawai dan pegawai (bawahan) denganpimpinannya (atasan), misalnya dapat salingbekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan dandapat saling menyesuaikan diri dengan lingkungandi tempat kerja.

Selain itu, seorang pegawai mampumelakukan kewajibannya dengan baik, sepertimemberikan pelayanan kepada para pelanggan(masyarakat), menaati peraturan-peraturan kerjayang telah ditetapkan, dan selalu berusahameningkatkan kinerjanya yang akan memberikanmanfaat bagi kemajuan organisasi tempat dimanaia bekerja. Di PPPPTK BOE Malang, parapegawai juga diberikan hak untukmengembangkan karir, bekerjasama dengan rekankerja dan pimpinannya, dan mendapatkan berbagaifasilitas yang dibutuhkan di tempat kerja.

Kepuasan kerja di PPPPTK BOE Malangberada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 86responden dari 155 responden (55,48%), sebanyak68 responden dari 155 responden (43,87%) beradadalam kategori sedang, sebanyak 1 responden dari155 responden (0,65%) berada dalam kategorirendah, sedangkan tidak terdapat responden yangmasuk dalam kategori sangat rendah (0%). Jadi,dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dalamkategori tinggi yakni 55,5% pada mean 57,4.Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai “suatuperasaan positif tentang pekerjaan seseorang yangmerupakan hasil dari sebuah evaluasikarakteristiknya” (Robbins & Judge, 1998:99).Kepuasan kerja merupakan sikap emosionalseorang pegawai yang menyenangkan atau tidakmenyenangkan dalam menjalankan pekerjaannya.Kepuasan kerja pegawai harus diciptakan sebaik-baiknya agar kecintaan pegawai akanpekerjaannya dapat meningkat. Berdasarkanuraian di atas, kepuasan kerja PNS di PPPPTKBOE Malang dalam kategori tinggi. Hal inimenunjukkan bahwa para pegawai memilikiketerampilan dan kompetensi kerja yang mampumelaksanakan kewajibannya dan mendukung

Astuti, Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil 559

Page 77: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pekerjaannya, sehingga ia memiliki prestasi kerjayang baik dan akhirnya memiliki jabatan yangsesuai dengan keinginan dan kebutuhan di tempatkerjanya.

Selain itu, para pegawai juga merasa puasdengan adanya pimpinan (atasan) yang dapatbekerjasama dan memberikan arahan, bimbingan,dan perhatian, serta supervise yang mampumemberikan manfaat bagi etiap pegawai yangmengalami kesulitan dalam bekerja. Selanjutnya,dengan adanya penyesuaian diri yang baik antarrekan kerja dan saling membantu juga mampumendukung suasana dalam bekerja. Di sini, parapegawai juga mendapatkan haknya sepertikebebasan dalam berpendapat, gaji dan tunjanganyang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,serta pemenuhan fasilitas yang membuatnyamerasa nyaman dalam bekerja.

Kepuasan kerja seorang pegawai dapatdipengaruhi oleh motivasi kerja yang dimilikinyadan juga iklim organisasi sebagai pendukung.Berdasarkan hasil pengolahan data denganmenggunakan uji F diperoleh hasil yakni Sig F=0,000 karena Sig F < 0,05 sehingga H0 ditolak danH1 diterima. Jadi, terdapat hubungan yang simultanantara motivasi kerja (X1) dan iklim organisasi (X2)dengan kepuasan kerja (Y). Selanjutnya dalam ujit diperoleh hasil yakni variabel X1 menunjukkanthitung= 3,714 > ttabel= 1,960, maka H0 ditolak, artinyavariabel motivasi kerja (X1) secara parsialmempunyai hubungan yang signifikan denganvariabel kepuasan kerja (Y). Pada variabel X2menunjukkan thitung= 9,272 > ttabel= 1,960, makaH0 ditolak, artinya variabel iklim organisasi (X2)secara parsial mempunyai hubungan yangsignifikan dengan variabel kepuasan kerja (Y).Dalam analisis korelasi product moment pearson,nilai koefisien X2 = 0,723 > X1 = 0,560. Selanjutnyadalam analisis parsial nilai koefisien X2 = 0,601 >X1 = 0,288, dan dalam persamaan regresi nilaikoefisien X2 = 0,527 > X1 = 0,377. Jadi, dapatdisimpulkan adanya hubungan antara variabelmotivasi kerja (X1) dan iklim organisasi (X2)dengan kepuasan kerja (Y). Variabel iklimorganisasi (X2) lebih berhubungan dengan variabelkepuasan kerja (Y) daripada variabel motivasi kerja(X1).

Motivasi kerja merupakan dorongan dari diriseseorang untuk menciptakan semangat kerjadalam melaksanakan pekerjaannya, agar tujuandari pekerjaannya dapat berjalan dengan efektifdan efisien. Motivasi ini bertujuan untuk mendorongdan meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja

pegawai. Sebagaimana hasil dari penelitian ini,maka mendukung penelitian sebelumnya yang telahdilakukan oleh Pramana (2011:64) diperoleh hasil,yakni motivasi kerja memberikan pengaruh yangsignifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT.Sinar Magnit Malang. Adapun kaitan motivasi kerjadengan kepuasan kerja yaitu: Pertama, seorangpegawai yang memiliki motivasi kerja yang tinggidan kepuasan kerja yang tinggi, maka hal inimerupakan nilai positif bagi organisasi maupunpegawai. Misalnya pegawai memiliki kinerja yangtinggi dan organisasi tempat ia bekerja telahmemenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai. Kedua,seorang pegawai yang memiliki motivasi kerja yangtinggi dan kepuasan kerja yang rendah, maka halini merupakan nilai positif bagi organisasi dannegatif bagi pegawai. Misalnya pegawai memilikikinerja yang tinggi, tetapi organisasi tempat iabekerja kurang memenuhi kebutuhan-kebutuhanpegawai.

Ketiga, seorang pegawai yang memilikimotivasi kerja yang rendah dan kepuasan kerjayang tinggi, maka hal ini merupakan nilai negatifbagi organisasi dan positif bagi pegawai. Misalnyapegawai memiliki kinerja yang rendah, sedangkanorganisasi tempat ia bekerja telah memenuhikebutuhan-kebutuhan pegawai. Keempat, seorangpegawai yang memiliki motivasi kerja yang rendahdan kepuasan kerja yang rendah, maka hal inimerupakan nilai negatif bagi organisasi dan negatifbagi pegawai. Misalnya pegawai memiliki kinerjayang rendah dan juga organisasi tempat ia bekerjakurang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai.

Selain itu, iklim organisasi juga merupakanfaktor yang lebih berhubungan dalam memberikankontribusi terhadap kepuasan kerja seorangpegawai daripada motivasi kerja. Iklim organisasimerupakan sebuah kondisi lingkungan suatuorganisasi dimana seorang pegawai dapatmelaksanakan segala macam aktivitasnya yangjuga dapat mempengaruhi setiap individu yang adadi dalamnya. Jadi, iklim ini dapat menjadi ciri khasdari suatu organisasi, yang di dalamnya terdapatperilaku dari pimpinan sampai bawahan. Hal inidapat berupa saling bekerja sama dalammenyelesaikan pekerjaan dan dapat salingmenyesuaikan diri dengan lingkungan antar rekankerja, serta terdapat hubungan yang harmonisantara atasan dan bawahan.

Selanjutnya, seorang pegawai mampumemberikan pelayanan terbaik kepada parapelanggan (masyarakat), menaati peraturan-peraturan kerja yang telah ditetapkan, dan selalu

560 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 556-562

Page 78: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

berusaha meningkatkan kinerjanya yang akanmemberikan manfaat bagi kemajuan organisasitempat dimana ia bekerja. Para pegawai jugadiberikan hak untuk mengembangkan karir danmendapatkan berbagai fasilitas yang dibutuhkandi tempat kerja. Sebagaimana penelitian yang telahdilakukan oleh Adi (2011:68) diperoleh hasil yakniada pengaruh langsung yang positif dan signifikanantara iklim organisasi terhadap kepuasan kerjakaryawan bagian produksi PT. Dadi Mulyo SejatiNgawi. Semakin positif sikap seseorang, maka diaakan merasa puas. Begitu pula sebaliknya, semakinnegatif sikapnya maka dia akan merasa tidak puas.Sikap positif di sini merupakan sikap dimana iamampu melaksanakan tanggungjawabnya sebagaiseorang pegawai, ia akan mau menerimatanggungjawab, kreatif, dan dapat mengarahkandiri sendiri, begitupula sebaliknya sikap negatifmerupakan sikap dimana ia kurang mampumelaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorangpegawai, ia akan malas, tidak suka bekerja atauakan mau bekerja apabila dipaksa.

Bagi pegawai yang kurang memiliki motivasikerja untuk pekerjaannya dan juga kurangmendukung terciptanya iklim organisasi yangefektif, maka dia akan selalu mengeluh dengankeadaannya, sedangkan bagi pegawai yangmemiliki motivasi yang tinggi dan mampumenciptakan iklim organisasi yang kondusif, makadia akan mampu mencintai dan menikmatipekerjaannya. Pada umumnya, setiap pegawaimenyukai pekerjaan yang memberikan merekakesempatan untuk melaksanakan pekerjaannyasesuai dengan kemampuan dan keahlian yangmereka miliki. Pegawai yang mempunyai motivasikerja yang baik tentu akan mudah untukmelaksanakan semua tanggung jawab pekerjaan,mampu membaca situasi dan permasalahan yangterjadi dalam pekerjaan serta dapat memberikanrespon yang tepat dan memiliki penyesuaian diriyang baik dengan lingkungannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Motivasikerja PNS di PPPPTK BOE Malang termasukdalam kategori tinggi (56,1%), (2) Iklim organisasiPNS di PPPPTK BOE Malang termasuk dalamkategori kondusif (52,3%), (3) Kepuasan kerjaPNS di PPPPTK BOE Malang termasuk dalam

kategori tinggi (55,5%), (4) Motivasi kerjaberhubungan secara parsial dengan kepuasan kerjaPNS di PPPPTK BOE Malang, (5) Iklimorganisasi berhubungan secara parsial dengankepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang,dan (6) Motivasi kerja dan iklim organisasiberhubungan secara simultan dengan kepuasankerja PNS di PPPPTK BOE Malang.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, makadisampaikan saran kepada: (1) Kepala PPPPTKBOE Malang yaitu Dalam rangka meningkatkanmotivasi kerja, hendaknya diusahakan agarberbagai kebutuhan para pegawai dapat dipenuhisecara efektif dan efisien. Selain itu, perlu pulamenjaga iklim organisasi sebagai ciri khas darisebuah organisasi agar tetap berjalan kondusif.Selanjutnya dalam hal meningkatkan kepuasankerja para pegawai, hendaknya diberikan kegiatanpengembangan diri seperti pendidikan danpelatihan (diklat) secara berkala, memenuhi segalakebutuhan baik fisik (peralatan dan perlengkapankantor) maupun non fisik (situasi dan kondisi ditempat kerja) guna menunjang kondisi kerja, (2)Para PNS di PPPPTK BOE Malang, Dalamrangka kemajuan organisasi, para pegawai harusmemberikan kontribusi yang berupa partisipasinyadalam bekerja (peningkatan kinerja) demitercapainya tujuan organisasi. Contohnya denganmengikuti atau melanjutkan tugas belajar (study)guna mengembangkan kompetensi kerja. Selain itu,penerapan tanggungjawab sebagai PNS juga harusditingkatkan, seperti kedisiplinan dalammenggunakan pakaian dinas sesuai denganketentuan yang berlaku, dan datang ke tempatkerja tepat pada waktunya, (3) Civitas AkademikaJurusan Administrasi Pendidikan UniversitasNegeri Malang, hendaknya dapat dijadikanreferensi bagi perkembangan perkuliahan danpenelitian selanjutnya yang berhubungan denganmanajemen kepegawaian. Dalam hal ini adalahpenerapan teori Maslow tentang pemenuhankebutuhan pegawai secara efektif dan efisien,serta teori Stringer tentang dimensi iklim organisasisupaya berjalan secara kondusif, dan (4) Penelitilain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagipihak yang melakukan penelitian sejenis denganmenggunakan variabel lain misalnya kompetensikerja dan produktivitas kerja yang terkait denganmanajemen sumber daya manusia.

Astuti, Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil 561

Page 79: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

DAFTAR RUJUKAN

Adi, B. P. 2011. Pengaruh Iklim Organisasiterhadap Turnover Intention melaluiStres Kerja dan Kepuasan Kerja (Studipada Karyawan Bagian Produksi PT.Dadi Mulyo Sejati Ngawi). Skripsi tidakditerbitkan. Malang: FE UM.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: SuatuPendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010).Jakarta: Rineka Cipta.

Badudu, J. S. 2003. Kamus Kata-kata SerapanAsing Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Buku Kompas.

Gomes, F. C. 2003. Manajemen Sumber DayaManusia. Yogyakarta: Andi.

Hasibuan, M. S. P. 2003. Organisasi danMotivasi Dasar Peningkatan Produkti-vitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, M. S. P. 2005. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Mangkunegara, A. P. 2006. Evaluasi KinerjaSDM. Bandung: PT. Refika Aditama.

Munandar, A. S. 2006. Psikologi Industri danOrganisasi. Jakarta: UI Press.

Pramana, Y. D. 2011. Pengaruh Motivasi Kerjaterhadap Produktivitas Kerja melaluiKepuasan Kerja dan KomitmenOrganisasional pada PT. Sinar MagnitMalang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:FE UM.

Robbins, S. P. & Judge, T. A. 1998. PerilakuOrganisasi-Organizational Behavior.Terjemahan oleh Diana A., Ria C., AbdulR. 2009. Jakarta: Salemba Empat.

Sagala, S. 2008. Budaya dan ReinventingOrganisasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Salsabilla, F. 2011. Pusat PengembanganPemberdayaan Pendidik dan TenagaKependidikan (PPPPTK), (Online), (http://faesabila.blogspot.com/2011 /04/pusat-pengembangan-dan-pemberdayaan.html,diakses 17 Oktober 2011).

Siagian, S. P. 2005. Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danAction Research). Malang: FIP UM.

562 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 556-562

Page 80: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

MANAJEMEN PESERTA DIDIK PADA SEKOLAH SATUATAP SEBAGAI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR

DI DAERAH TERPENCIL

Sinta Maya Sari

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study is to describe the history of SMP Negeri 2 Karangploso OneRoof, planning students, coaching junior high school students and the impact of the presence of theOne-Stop junior compulsory. This study used a qualitative approach with case study research design.The technique of collecting data using interviews, observation, and study documentation.

Keywords: pupil management, one roof school.

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan sejarah SMP Negeri 2 Karangploso SatuAtap, perencanaan peserta didik, pembinaan peserta didik SMP dan dampak keberadaan SMP SatuAtap terhadap penuntasan wajib belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif denganrancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi,dan studi dokumentasi.

Kata kunci: manajemen peserta didik, sekolah satu atap, wajib belajar

Pendidikan diperlukan untuk mencerdaskangenerasi penerus bangsa, sehingga mereka mampubersaing di dunia global. Hal ini tidak terkecualidengan pendidikan yang diberikan untuk generasipenerus bangsa yang tinggal di daerah terpencil.Hal ini dibuktikan dengan keberadaan SekolahMenengah Pertama (SMP) Negeri 2 KarangplosoSatu Atap Kabupaten Malang, Jawa Timur yangterletak jauh dari perkotaan. Para guru tetap disekolah tersebut tetap setia memberikanpembelajaran bagi peserta didik, walaupun dalamkondisi yang serba mempunyai keterbatasan.

SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atapmerupakan sekolah yang didirikan sebagaiprogram pemerintah untuk mempercepatpencapaian target Wajib Belajar (Wajar) sembilan(9) tahun. Tujuan SMP Satu Atap adalah untukmengatasi kendala yang dihadapi anak-anaklulusan sekolah dasar yang tinggal di daerahterpencil. Konsep pembangunan SMP Satu Atapadalah mendekatkan lembaga pendidikan SMP keSekolah Dasar (SD) yang sebelumnya sudah berdirilebih dahulu agar lulusan SD dapat langsungmelanjutkan ke jenjang SMP. SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap tidak hanya menerimapeserta didik lulusan dari SD Negeri 2 Donowarih,

tetapi juga SD lain yang terletak di sekitar daerahini yang melanjutkan ke sekolah. Pernyataan inidiungkapkan oleh Bapak Marja’i selaku KepalaSMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap ketikapeneliti melakukan wawancara dengan beliau, yaitu:“mayoritas yang melanjutkan kesini lulusan SDNegeri 2 Donowarih mbak, tetapi ada juga dariSD yang lain yang masuk juga kesini, terutamaanak-anak yang tidak mampu”. Berdasarkanungkapan Bapak Marja’i ini dapat dilihat betapapentingnya sekolah satu atap ini untuk menuntaskanWajar 9 tahun di daerah tersebut.

Latar belakang didirikan SMP Satu Atapdisebabkan oleh banyaknya peserta didik lulusanSD yang droup out karena letak sekolahmenengah sangat jauh dan juga besarnya biayayang harus mereka keluarkan. Berdirinya SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap agar peserta didikyang awalnya tidak bersekolah dan berhenti setelahlulus SD dapat melanjutkan lagi untuk bersekolahkarena di sekolah satu atap tidak pernah menariksedikitpun biaya untuk peserta didik. Lokasi SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap tidak terlalu jauhdari rumah peserta didik sehingga peserta didiktidak perlu menempuh perjalanan jauh untuk kesekolah. Namun, masih terdapat juga beberapa

563

Page 81: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

peserta didik yang mempunyai lokasi rumah yangjauh untuk menjangkau ke SMP Negeri 2Karangplososo Satu Atap. Menurut pemaparanBapak Sutrisno “jarak terjauh rumah peserta didik5 km dan rata-rata peserta didik menempuh jarakdari rumah ke sekolah adalah dengan berjalankaki”.

Keadaan di lapangan menujukkan bahwaSekolah Satu Atap yang seharusnya mendapatkanperhatian khusus, pada kenyataanya kurang begitumendapatkan perhatian untuk pengembangansekolah secara menyeluruh, terlebih pada substansimanajemen peserta didik. Peserta didik kurangmendapatkan layanan-layanan khusus yangmaksimal dari sekolah dikarenakan sekolahpun jugakurang mendapatkan perhatian khusus dariPemerintah. Walaupun masih banyak kekuranganpada Sekolah Satu Atap, keberadaan Sekolah SatuAtap diharapkan mampu memperluas layananpendidikan dasar di daerah terpencil. Dengandemikian lulusan SD yang ada di daerah tersebut,bisa langsung melanjutkan ke SMP tanpa berpindahke sekolah (SMP) lain yang jaraknya sangat jauh.

Meskipun nama sekolah ini SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap, tetapi secara kelembagaandi lokasi tersebut ada dua satuan pendidikan yaituSD dan SMP. Lembaga SD yang lebih dulu berdirisejak Tahun 1976 dan kemudian pada Tahun 2007berdiri SMP satu atap yang memang secara konseppembangunannya didekatkan dengan SD. SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap juga hanyamempunyai 1 Kepala Sekolah yang mengelola SDdan SMP tersebut. Sekolah satu atap inilah yangmenjadi satu-satunya tumpuan generasi penerusbangsa yang berada di daerah terkendala geografis.

METODE

Fokus penelitian ini adalah sejarah SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap, perencanaanpeserta didik SMP Negeri 2 Karangploso SatuAtap, pembinaan peserta didik SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap dan dampak keberadaanSMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap terhadapwajib belajar. Sesuai dengan fokus penelitian makapenelitian ini mengggunakan pendekatan kualitatifdengan rancangan studi kasus. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelitian kualitatif. Desain penelitian ini jugamenggunakan desain studi kasus. Kegiatan iniditempuh melalui desain studi kasus agar tujuanyang dimaksud tercapai. Kedudukan peneliti dalam

penelitian ini, selain sebagai instrumen penelitiansekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data,pengalisis data, dan penafsir data.

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian sedikitbanyak akan mempengaruhi proses penelitian.Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap yang lokasinya di SDN 2Donowarih terletak di Dusun Borogragal DesaDonowarih Kecamatan Karangploso KabupatenMalang. Telepon 0341 9452389. Akses menujusekolah ini sangat sulit terlebih karena untuk menujudesa ini tidak terdapat transportasi umum dan untukmenuju ke sekolah ini hanya dapat diakses denganmenggunakan kendaraan pribadi.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalahinformasi dari perintis SMP Negeri 2 KarangplosoSatu Atap, kepala sekolah SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap, guru, pembinaekstrakurikuler, peserta didik SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap pada jenjang SMP, danorangtua peserta didik. Data tambahan yangdigunakan adalah dokumen yang dianalisis sendirioleh peneliti, yang terdiri dari: profil sekolah, suratkeputusan (SK), laporan pelaksanaan PPDB, datajumlah peserta didik, buku induk, buku klapper,kalender pendidikan, kriteria ketuntasan minimal(KKM), jadwal pelajaran SD dan SMP, serta foto-foto dan video kegiatan yang berkaitan denganfokus penelitian.

Ada tiga teknik yang digunakan oleh penelitidalam pengumpulan data penelitian ini, yaitu: (1)Teknik wawancara mendalam dengan tujuan agardapat dilakukan secara lebih personal yangmemungkinkan sekali diperoleh informasisebanyak-banyaknya; (2) Teknik pengamatanberperan serta dengan tujuan peneliti dapatmelihatlangsung dan membandingkan informasi yang telahdiberikan melalui teknik pengumpulan data yanglain; (3 ) Teknik dokumentasi digunakan untukmengumpulkan data dari sumber yang non insani.

Teknik wawancara mendalam digunakanpeneliti untuk mendapatkan informasi mengenaimanajemen peserta didik dalam penuntasan Wajar9 tahun di SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap,khususnya yang berkaitan dengan fokus penelitian,yaitu mengenai sejarah, perencanaan peserta didik,pembinaan peserta didik, hingga dampakkeberadaan SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atapterhadap Wajar 9 tahun. Informan pada penelitianini yaitu perintis SMP Negeri 2 Karangploso SatuAtap, kepala sekolah, guru, peserta didik, hinggaorangtua peserta didik. Wawancara yang dilakukan

564 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

Page 82: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

secara mendalam dari peneliti, maka diperolehinformasi sebanyak-banyaknya dari para informan.

Proses observasi pertama dimulai denganmeminta ijin terlebih dahulu kepada kepala sekolah,setelah mendapatkan ijin, peneliti mulai melakukanobservasi untuk mengamati kegiatan peserta didikselama berada di sekolah, mulai dari peserta didiksampai di sekolah, melakukan PBM, hingga pesertadidik pulang dari sekolah yang menempuhperjalanan yang terbilang jauh dari keramaian kota.Pelaksanaan observasi ini dilakukan sendiri olehpeneliti tanpa didampingi oleh pihak sekolah.

Dokumen-dokumen yang dikumpulkan dandianalisis oleh peneliti dalam penelitian ini adalahdokumen yang berkaitan dengan kondisi sekolahdan dokumen yang berkaitan dengan fokuspenelitian. Di lokasi penelitian, peneliti memperolehdokumen berupa surat keputusan (SK) penetapanSD-SMP Satu Atap, laporan PPDB, profil sekolah,foto-foto kegiatan peserta didik, hingga video ketikaawal pembukaan SMP Negeri 2 Karangploso SatuAtap.

Teknik analisis data melalui proses: reduksidata, penyajian data, penarikan kesimpulan. Dalampenelitian ini untuk pengecekan keabsahan datadilakukan dengan teknik perpanjangankeikutsertaan dan triangulasi sumber. Lamaperpanjangan keikutsertaan ini dilakukantergantung pada kedalaman, keluasan dankepastian data. Dalam perpanjangan keikutsertaanuntuk menguji kredibilitas penelitian, sebaiknyadifokuskan pada pengujian terhadap data yangtelah diperoleh, apakah data yang diperoleh tidakmengalami perubahan atau tidak, benar atau tidak.Apabila setelah dicek kembali ke lapangan datasudah benar berarti kredibel dan waktuperpanjangan keikutsertaan dapat diakhiri. tekniktriangulasi sumber dilakukan dengan caramenanyakan kebenaran data atau informasitertentu yang diperoleh dari seseorang informanke informan lain. Di lapangan peneliti melakukantriangulasi sumber dengan mengajukan beberapapertanyaan yang sama kepada informan yangberbeda mengenai manajemen peserta didik,khususnya yang berkaitan dengan fokus penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Semula, pada tahun 1976 hanya terdapatSDN Donowarih 2 Karangploso di lokasi berdirinyaSMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap KabuapatenMalang sekarang. Tingkat APK di daerah ini sangattinggi sebelum didirikan SMP Negeri 2

Karangploso Satu Atap. Hampir 97% lulusan SDtidak melanjutkan ke jenjang SMP karena selainterkendala oleh biaya mereka juga terkendala olehjauhnya lokasi rumah mereka untuk menuju keSMP. SD-SMP Satu Atap Donowarih resmididirikan pada Tahun 2007 seiring diterbitkan SuratKeputusan (SK) Nomor: 180i1187/KEP/412.013/2007 yang membuktikan diresmikan SD-SMP SatuAtap Donowarih. Nama Donowarih diambil karenaSD Donowarih 2 inilah yang akan dikembangkanmenjadi SD-SMP Donowarih Satu Atap. Namun,karena pada Tahun 2010 terdapat peraturan barudari Pemerintah nama sekolah ini berubah menjadiSMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap.

Tahapan awal untuk pendirian sekolah satuatap adalah dengan melakukan verifikasi door todoor dan mendokumentasikan kegiatan itu dalambentuk foto keluarga di depan rumah mereka.Verifikasi ini dilakukan dengan mendatangi 33Kepala Keluarga (KK) yang lokasinya hingga dibawah Gunung Mujur. Verifikasi ini bertujuanmenjaring anak mulai umur 6 tahun hingga 60 tahunyang mengalami putus sekolah. Verifikasi dilakukansebagai bukti bahwa di daerah ini memang benar-benar terdapat penduduk yang membutuhkanpendidikan untuk anak-anak mereka dan sebagianbesar adalah masyarakat miskin yang bermatapencaharian sebagai petani.

Hasil verifikasi tersebut diserahkan ke SatuanKerja (Satker) Perluasan dan Peningkatan Mutu.Apabila hasil dinyatakan layak, sekolahdikembangkan menjadi SD-SMP Satu Atap. Hasilverifikasi ini yang akhirnya dijadikan DinasPendidikan untuk menetapkan kelembagaan SDDonowarih 2 menjadi SD-SMP Satu AtapDonowarih. Bu Wiwik yang semula hanya menjadikepala sekolah SD setelah didirikan SD-SMPDonowarih menjadi kepala sekolah SD dan SMP.Hasil verifikasi tersebut juga digunakan sekolahuntuk mendata semua APK untuk dijaring danpembagian kelas berdasarkan umur dankebutuhan. Pengelompokkan peserta didik yangdilakukan oleh sekolah, seperti tabel 1.

Perencanaan jumlah peserta didik tidakmenetapkan daya tampung dan jumlah kelas,karena tujuan keberadaan sekolah di sini adalahuntuk meminimalisasi jumlah APK. Langkahkedua yang dilakukan oleh sekolah adalahbagaimana dengan tenaga pendidiknya. Tenagapendidik dipersiapkan bagi sekolah SD-SMP Satap(khususnya tingkat SMP) dalam rangka kegiatanpembelajaran Tahun Pelajaran 2006/2007,pengurus sekolah dengan berkoordinasi dengan

Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 565

Page 83: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Dinas Pendidikan Kabupaten dan melakukanpendataan bagi guru-guru yang memenuhi syaratuntuk mengajar tingkat SMP. Guru-guru tersebutdapat berasal dari SD atau dari warga sekitar yangberpendidikan cukup dan memenuhi syarat.

Persiapan sarana dan prasarana pada TahunPelajaran 2007/2008 masih kurang sangatmaksimal karena memang belum adanya bantuandari pemerintah, ruang belajar yang harusbergantian dengan SD, media pembelajaran yangmasih belum ada dan juga masih belum adanyaRPP untuk peserta didik paket B dan KF.

Mulai dari Tahun Pelajaran 2006/2007 hingga2010/2011 didalam penyusunan perencanaanpeserta didik baru semua guru terlibat, bahkankomite sekolah juga namun tanggung jawab tetapada pada kepala sekolah. Walaupun di sekolahSatap sebagian besar guru menjadi satu antar SDdan SMP, pelaksanaan rapat untuk PSB tidak dapatdilakukan secara bersamaan.

SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atapdituntut untuk dapat menyesuaikan danmensetarakan pelaksanaan Manajemen BerbasisSekolah (MBS) yang mengacu pada kepentinganlokal, nasional, dan tuntutan global. Pengoptimalkanmutu pendidikan di SMP Negeri 2 KarangplosoSatu Atap salah satunya adalah dengan menyusunKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang mengacu kepada kebutuhan danpengembangan peserta didik. Kurikulum BerbasisKompetensi yaitu kurikulum KTSP programpembelajaran terdiri atas kelas VII, VIII, dan IXdengan metode pembelajaran aktif. Kegiatan yangselalu rutin dilaksanakan secara bersamaan olehpeserta didik SD dan SMP kebanyakan adalahhari-hari besar agama, seperti Isra’ Mi’raj, MaulidNabi, dan Idul Adha. Kegiatan yang lain yangdilakukan sekolah juga ada banyak, sepertimengikuti lomba gerak jalan, PBB. Pada akhirsemester kepala sekolah selalu rutin untukmenggelar acara-acara untuk peserta didik baikitu kegiatan olahraga seperti lomba futsal antarkelas, atau mengikutkan sekolah pada lomba-lombadi Kabupaten Malang.

Layanan perpustakaan masih belum dapatberjalan dikarenakan tidak adanya tenaga yangmenangani perpustakaan. Buku-buku dan tempatsebenarnya sudah dipersiapkan akan tetapi karenabelum adanya tenaga yang menangani membuatterhambatnya layanan perpustakaan. Layanankesehatan memang tidak secara khususmenyediakan tempat, akan tetapi sekolah berusahamendampingi apabila ada peserta didik yangkesehatannya terganggu. Keberadaan sekolahsatu atap di daerah terpencil tentunya akan sangatmembantu program pemerintah dalam penuntasan

566 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

Tabel 1 Pengelompokan Peserta Didik Berdasarkan Umur dan Kebutuhan

Umur Jenis Pendidikan Keterangan0-6 tahun SD Belum Pernah Bersekolah6-12 tahun Paket A Tidak Punya Ijazah12-18 tahun SMP Satu Atap Punya Ijazah12-18 tahun Paket B Tidak Punya Ijazah18-60 tahun Keaksaraan Fungsional (KF) Tidak punya Ijazah

Tabel 2 Program Kerja Penerimaan Peserta Didik Baru

No Tanggal Kegiatan1 16 Juni 2011 Rapat pembentukan panitia2 17 Juni 2011, & Pembuatan SK panitia penerimaan peserta didik baru dan administrasi

18 Juni 20113 20 s.d. 24 Juni 2011 Penerimaan formulir pendaftaran dan Pendaftaran peserta didik baru4 28 Juni 2011 Verifikasi/pengolahan nilai5 30 Juni 2011 Pengumuman peserta didik baru dan rapat wali murid yang diterima6 4 Juli 2011 Daftar ulang7 9 Juli 2011 Pemanggilan pengganti siswa8 11,12,13 Juli 2011 Persiapan MOS dan pelaksanaan MOS9 16 Juli 2011 Pelaporan

Page 84: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

program Wajar 9 tahun, sebelum adanya programsekolah satu atap pernah ada sekolah paket.Sebelum Tahun 2007 banyak sekali peserta didiklulusan SD Negeri 2 Donowarih yang tidakmelanjutkan sekolah dan lebih memilih membantuorangtua mereka di sawah, mereka lebih memilihmembantu orangtua mereka karena memang tidakadanya dukungan dari orangtua untukmenyekolahkan anak ke sekolah Negeri yangjaraknya 10 km.

Jumlah lulusan SD yang melanjutkan ke SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap diperkirakan 80%.Jumlah peserta didik yang tidak melanjutkan kesekolah ini bukan berarti mereka putus sekolah,mereka lebih memilih melanjutkan ke sekolahNegeri seperti SMP Negeri 1 Karangploso, SMPPGRI 1 Karangploso, dan lain-lain. Hasil penelitiantelah menyebutkan bahwa sebelum ada SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap telah ada SekolahPaket, namun karena keberadaan sekolah pakettidak menekan jumlah APK yang ada di daerah inimaka sekolah Satap didirikan. Hal ini selarasdengan yang ada pada Pedoman Pelaksanaan SD-SMP Satu Atap (2010:3) bahwa usaha untukmeningkatkan APK makin sulit, karena anak-anakusia SMP tersebut tinggal di daerah terpencil,terisolir, dan terpencar-pencar dengan jumlah yangkecil di setiap lokasi. Karena jumlahnya yang keciltersebut, bila dibangun SMP Terbuka, di daerahitu tidak ada guru bina dan SMP induknya.Selanjutnya, jika didirikan Kelompok Belajar PaketB juga kesulitan tenaga pamong belajar.Sehubungan dengan berbagai permasalahantersebut, maka bagi daerah atau lokasi terpencil,terpencar, terisolir, dan jumlah siswanya sedikitperlu dikembangkan SD-SMP Satu Atap yangdikembangkan dari SD yang sudah ada.

Pemaparan di atas menjelaskan bahwamemang masih banyak jumlah APK di daerah-daerah terpencil, terisolir dan terpencar-pencarkarena letak geografis yang demikian itu kantong-kantong APK banyak di daerah-daerah tersebut.Oleh karena itu, pemerintah menggalakkanprogram-program mulai dari sekolah terbuka dankelompok belajar. Beberapa program itu masihdirasa kurang optimal, hal itu terbukti karena masihbanyak jumlah APK, sampai pada akhirnyadikembangkanlah SD-SMP Satap.

Menurut prosedur yang ada di pedomanpelaksaan SD-SMP Satap (2010:6) bahwamekanisme pelaksanaan Sekolah Satu Atap,setelah Surat Keputusan (SK) penetapan lokasiSD-SMP Satu Atap terbit dan diterima, Dinas

Pendidikan Kabupaten segera (1) menetapkankelembagaan SMP Satap; (2) mengangkat ataumenunjuk tenaga guru, baik guru tetap ataupunguru bantu bila ada; (3) pembentukan panitiapengembangan SD-SMP Satap; (4) penerimaansiswa baru; (5) penerimaan tenaga pendidik (guru);(5) penyiapan sarana belajar; (6) penyusunanrencana pembelajaran; dan (7) pembiayaan awal.

Prosedur di atas menerangkan SK terbit dansekolah dapat beroperasi. Namun, pada temuanpenelitian SK baru terbit di sekolah setelah prosesbelajar-mengajar berjalan hampir satu semester.Sebelum adanya SK, sekolah sudah mulaimenetapkan nama lembaga yakni yang awalnyaSD Negeri 2 Donowarih Satu Atap menjadi SD-SMP Negeri Donowarih Satu Atap, yang kemudianpada Tahun 2010 nama lembaga menjadi SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap.

Pembentukan panitia pengembangan SD-SMP Negeri Donowarih Satu Atap selain berasaldari sekolah sendiri juga harus melakukanmusyawarah yang melibatkan unsur-unsur terkait,seperti Camat, Kepala Cabang Dinas PendidikanKecamatan, Ketua Komite SD, beberapa KepalaDesa, dan juga tokoh masyarakat. Hasilmusyawarah dari unsur-unsur terkait di atasdituangkan pada berita acara pemilihan danpembentukan panitia pengembangan SD-SMPSatu Atap dan ditetapkan melalui SK Kepala DinasPendidikan Kabupaten/Kota.

Perencanaan terhadap peserta didik adalahkegiatan awal yang harus dilakukan. MenurutHamidi (2010:1), “kegiatan dalam perencanaan inimeliputi analisis kebutuhan peserta didik,rekrutimen peserta didik, seleksi peserta didik,oriantasi peserta didik, penempatan peserta didik,pencatatan dan pelaporan”. Keenam kegiatantersebut harus dilaksanakan dengan baik karenaitu adalah langkah awal kegiatan manajemenpeserta didik, apabila langkah awal sudah dapatterlaksana dengan baik langkah selanjutnyapunjuga akan sebaik langkah awal. Manajemenpeserta didik adalah mulai peserta didik masuk danitu dimulai dari perencanaan sekolahmempersiapkannya.

Analisis kebutuhan peserta didik adalahsebuah langkah awal dalam perencanaan pesertadidik, menurut Hamidi (2010:1) menyatakanbahwa,analisis kebutuhan peserta didik adalahpenetapan siswa yang dibutuhkan oleh sebuahlembaga yang meliputi (1) merencanakan jumlahpeserta didik yang akan diterima denganpertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas

Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 567

Page 85: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

yang tersedia, serta pertimbangan rasio murid danguru. Secara ideal rasio murid dan guru adalah1:30; (2) menyusun program kegiatan kesiswaanyaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa,sarana dan prasarana yang ada, anggaran yangtersedia dan tenaga kependidikan yang tersedia.

Analisis kebutuhan peserta didik yang penelititemukan di lapangan, sekolah tidak menetapkanbatasan jumlah peserta didik ataupunmerencanakan jumlah peserta didik berdasarkanpertimbangan daya tampung kelas. Jika adapunrencana jumlah peserta didik yang diterima olehsekolah dibuat dalam satu lokal, akan tetapi dalamsatu lokal kecil yakni maksimal 40 peserta didik.Analisis peserta didik yang dilakukan oleh sekolahtidak mengacu pada pertimbangan daya tampung.

Apabila dilihat dari segi teori, sekolahmemang tidak selaras seperti pemaparan Hamididi atas, tetapi hal ini dikembalikan lagi pada tujuanutamannya. Keberadaan sekolah satu atap iniadalah sekolah satu-satunya di daerah tersebutyang mempunyai jarak 10 km dari sekolah terdekat.Berapapun jumlah peserta didik akan diterima olehsekolah karena memang tujuan sekolah satu atapadalah menuntaskan wajib belajar di daerah yangberkendala geografis.

Keunikan disini adalah sekolah dapatmemprediksi jumlah peserta didik yang akanmasuk di jenjang SMP karena memang secaraotomatis peserta didik SD di SD Negeri 2Donowarih akan melanjutkan ke SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap. Kalau diprosentase 90%,dan yang 10% melanjutkan ke sekolah Negerikhusus untuk yang mampu.

Setiap tahun pelajaran baru sekolah selalumembuat program yang sedemikian rupa yangagar pelaksanaan PPDB dapat berjalan sesuaidengan target yang telah ditetapkan ketika rapatPPDB. Idealnya PPDB selain pembentukanpanitia juga adanya brosur yang nantinya akandibagikan, hal ini seperti yang dipaparkan olehHamidi (2010:1) yang menentapkan langkah-langkah dalam penerimaan peserta didik baru yaitulangkah-langkah dalam kegiatan ini adalah (1)membentuk panitia penerimaan peserta didik baruyang meliputi dari semua unsur guru, tenaga TUdan dewan sekolah/komite sekolah; (2) pembuatandan pemasangan pengumuman penerimaan pesertadidik baru yang dilakukan secara terbuka.Informasi yang harus ada dalam pengumumantersebut adalah gambaran singkat lembaga,persyaratan pendaftaran siswa baru (syarat umumdan syarat khusus), cara pendaftaran, waktu

pendaftaran, tempat pendaftaran, biayapendaftaran, waktu dan tempat seleksi danpengumuman hasil seleksi.

Apabila melihat pemaparan di atas langkahyang ditempuh sekolah dalam PPDB adalah selainpembentukan panitia juga harus menyiapkan brosuruntuk disebarkan. Langkah pertama sekolah sudahsesuai dengan teori di atas namun untuk langkahkedua sekolah memang mengatakan tidak perluadanya brosur yang dibagikan karena secaraotomatis masyarakat sudah mengetahuikeberadaan SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atapsebagai satu-satunya sekolah yang ada di sana.Keberadaan sekolah yang satu-satunya yangmenjadi kebutuhan penting masyarakat untukmenyekolahkan putra-putri mereka di sana yangmembuat sekolah tidak memerlukan brosur untukdibagikan ke masyarakat.

Menurut Nasihin dan Sururi (dalam TimDosen Manajemen Pendidikan UniversitasPendidikan, 2009:210), “orientasi peserta didikadalah kegiatan penerimaan peserta didik barudengan mengenalkan situasi dan kondisi sekolahtempat peserta didik itu menempuh pendidikan.Situasi dan kondisi ini menyangkut lingkungan fisikdan lingkungan sosial sekolah”. Tujuan diadakankegiatan orientasi peserta didik antara lain: agarpeserta didik dapat mengerti dan mentaatiperaturan yang ada di sekolah, dapat berpartisipasidalam kegiatan-kegiatan yang diadakan sekolah,dan peserta didik siap mengahdapi lingkungan yangbaru secara fisik dan mental.

Teori di atas berlaku untuk peserta didikyang memang masih baru mengenal lingkungansekolah. Hal itu berbeda dengan peserta didik yangada di sekolah satu atap, yang sebagian besarpeserta didiknya adalah lulusan dari SD yangmemang lokasinya satu atap dengan SMP.Walaupun dalam orientasi peserta didik tidak perlumengenal situasi dan kondisi sekolah karenamemang mereka sudah mengenal sejak merekaberada pada jenjang SD, orientasi tetap dilakukanuntuk memperkenalkan kegiatan keorganisasianatau OSIS , bagaimana cara belajar yang efektif,dan bimbingan konseling yang disampaikanlangsung oleh Bapak Marja’i selaku kepala sekolahSMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap, dan jugadiberi pelatihan PBB oleh pengurus OSIS.

Pembinaan yang akan dibahas di sini adalahpembinaan peserta didik yang meliputi kegiatanintrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, dan jugalayanan-layanan khusus penunjang kegiatanpeserta didik selama bersekolah di SMP Negeri 2

568 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

Page 86: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Karangploso Satu Atap. Kegiatan intrakurikuleradalah kegiatan inti dalam manajemen pesertadidik. Menurut Rudianto (2009:1), “kegiatanintrakurikuler adalah proses belajar- mengajardimana kegiatan yang dilakukan sekolah denganpenjatahan waktu sesuai dengan strukturprogram”. Berdasarkan pendapat tersebut dapatdiketahui bahwa kegiatan intrakurikuler samahalnya dengan proses belajar-mengajar (PBM)yang mempunyai jadwal jelas dan tidak dapatberganti dan juga sesuai dengan struktur program.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan kalaupelaksanaan PBM juga terjadwal untuk pesertadidik SD dan juga SMP. PBM ini juga berpedomanpada RPP yang dibuat. Pelaksanaan PBM untukpeserta didik SD dan SMP sama-sama berlangsungmulai hari Senin hingga hari Sabtu, namun berbedajam karena ruang kelas yang digunakan secarabergantian, untuk peserta didik SD masuk mulaipukul 07.15 hingga 12.25 dan peserta didik SMPmasuk mulai pukul 12.30 hingga 17.00. MenurutRudianto (2009:1) dalam melaksanakan kegiatanekstrakurikuler banyak hal yang harusdiperhatikan, di antaranya adalah: (1) Materikegiatan hendaknya dapat memberi manfaat bagipenguasaan bahan ajar bagi siswa; (2) Sejauhmungkin tidak terlalu membebani siswa; (3)Memanfaatkan potensi lingkungan, a lam,lingkungan budaya, kegiatan industri dan duniausaha; dan (4) Tidak mengganggu tugas pokoksiswa juga guru.

Berdasarkan pemaparan di atas dapatdiketahui kalau di samping mendapat kegiatanintrakurikuler, peserta didik juga perlu mendapatkanekstrakurikuler agar peserta didik dapat menambahpengetahuan dan juga menambah ketrampilansesuai dengan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap mempunyaidua ekstrakurikuler yakni drumband dan pramuka.Tahun pelajaran 2010/2011 sekolah memvacumkansementara ekstrakurikuler drumband dan pramukakarena sekolah lebih memfokuskan padapeningkatan kegiatan intrakurikuler. Apabiladianalisis lebih dalam, sekolah memangmemperhatikan beberapa hal mengapamemvacumkan ekstrakuriler, yang memangtindakan sekolah sesuai dengan yang diungkapkanoleh Rudianto di atas, apabila ekstrakurikulermembebani peserta didik, lebih baik memangekstrakurikuler dikurangi intensitasnya karena pastinanti akan berpengaruh pada kegiatanintrakurikuler, terlebih lagi peseta didik di sekolahsatu atap berbeda dengan peserta didik yang ada

di sekolah reguler pada umumnya, karena merekamempunyai tuntutan untuk membantu pekerjaanorang tua mereka. Langkah yang diambil olehsekolah sudah dapat dikatakan baik.

Pelaksanaan layanan bimbingan konselingSMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap diberikansetiap hari Rabu yang disampaikan langsungKepala Sekolah kepada peserta didik SD dan SMP.Bimbingan konseling ini yang diberikan oleh KepalaSekolah memberikan bantuan terhadap siswa agarperkembangannya optimal sehingga peserta didikbisa mengarahkan dirinya dalam bertindak danbersikap sesuai dengan tuntutan dan situasilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Layanan perpustakaan di SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap masih belum berjalanoptimal karena terkendala pada ruang untukperpustakaan dan juga belum ada petugas yangmenjaga perpustakaan di SMP Negeri 2Karangploso Satu Atap. Alternatif tidak adanyalayanan perpustakaan ini, sekolah meminjamkanbuku-buku pada peserta didik sesuai dengan matapelajaran yang sedang dia tempuh. Walaupunperpustakaan tidak ada, peserta didik tetapmendapatkan referensi buku mata pelajaran darisekolah. Layanan-layanan khusus adalah sebuahsarana penunjang peserta didik selama berada disekolah. Menurut Hamidi (2010:1), “layananpenunjang peserta didik meliputi layanan bimbingankonseling, layanan perpustakaan, layanan kantin,layanan kesehatan, layanan asrama, dan layanantransportasi”. Hasil penelitian menyebutkan bahwasebelum adanya SMP Negeri 2 Karangploso SatuAtap, jumlah APK di daerah ini sangat tinggikarena terkendala geografis untuk melanjutkan keSMP Negeri. Hal ini dikarenakan selama bertahun-tahun anak lulusan SD tidak melanjutkan. Namun,setelah berdiri sekolah satu atap, jumlah APKmenjadi berkurang.

Keberadaan sekolah satu atap yangdikembangkan oleh Pemerintah dikatakan berhasilapabila prosentase APK di daerah yangberkendala geografis menurun setiap tahun. Letakgeografis, penempatan sekolah satu atap sudahcukup tepat diletakkan di daerah tersebut. Sekolahsatu atap yang ada di Indonesia secara umumnyatidak pernah menarik biaya apapun kepada pesertadidiknya, sama halnya dengan yang ada di SMPNegeri 2 Karangploso Satu Atap yang tidakmenarik biaya peserta didik yang melanjutkan keSMP, bahkan mulai dari seragam sampai alat tulissekolah memberikan secara cuma-cuma kepadapeserta didik. Orangtua merasa senang dengan

Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 569

Page 87: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

keberadaan SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atapkarena selain keberadaan sekolah yang ada didaerah. Sekolah juga menyediakan kebutuhanpokok peserta didik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

SMP Satu Atap ini adalah sekolah yangdidirikan berangkat dari kondisi sebagai berikut:(a) secara geografis terletak di daerah yangterpencil dan terpencar; (b) lulusan SD di daerahtersebut tidak ada yang melanjutkan ke SMP yangsederajat; (c) SDM yang berkualifikasi sebagaitenaga pendidik tingkat SMP pada daerah dimanaSD berlokasi sangat terbatas; (d) SMP yang adapaling dekat terlerletak 5km; dan (e) kondisiekonomi lemah.

Tahapan umum pengembangan SD-SMPSatu Atap ini sebagai berikut: (1) DirektoratPengembangan Sekolah Menengah Pertama(PSMP) menyelenggarakan sosialisasi programditingkat pusat selanjutnya Satuan Kerja (Satker)perluasan peningkatan mutu pembelajaran SMPmeminta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untukmenyiapkan proposal bagi sekolah-sekolah yangmemenuhi kriteria; (2) Proposal yang diajukantersebut Satker perluasan dan peningkatan mutupembelajaran SMP melakukan seleksi awal untukmenentukan sekolah yang layak untuk diverifikasi;(3) Satker perluasan dan peningkatan mutupembelajaran SMP melakukan verifikasi lapangandengan berkoordinasi dengan Dinas PendidikanKabupaten/Kota. Dari hasil verifikasi tersebutditentukan hasil calon-calon sekolah yang layakuntuk dikembangkan sebagai SD-SMP Satu Atap;(4) Setelah SD ditetapkan sebagai salah satu lokasiSD-SMP Satu Atap, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menetapkan kelembagaan SD-SMP SatuAtap, menunjuk Kepala Sekolah SD-SMP SatuAtap, Wakil Kepala Sekolah dan Wakil TU, gurubaik guru tetap atau guru bantu; dan (5) KepalaSekolah membentuk panitia pengembangan SD-SMP Satu Atap sesuai dengan ketentuan,penerimaan peserta didik baru, penyiapan tenagapendidik, penyiapan sarana belajar, penyusunanRPP, dan juga penyiapan pembiayaan awal.

Pelaksanaan PBM juga terjadwal untukpeserta didik SD dan SMP. PBM berpedomanpada RPP yang dibuat. Pelaksanaan PBM untukpeserta didik SD dan SMP sama-sama berlangsungmulai hari senin hingga hari sabtu, namun berbeda

jam karena ruang kelas yang digunakan secarabergantian. Jam pembelajaran peserta didik SDdimulai pukul 07.15 hingga 12.25 dan jam pelajaranpeserta didik SMP dimulai pukul 12.30 hingga17.00.

Tahun pelajaran 2010/2011 sekolah mem-vacumkan sementara ekstrakurikuler pramuka dandrumband karena sekolah lebih memfokuskan padapeningkatan kegiatan intrakurikuler. Jam untukekstrakurikuler juga lebih ditekankan pada kegiatankokurikuler, yakni kegiatan yang erat kaitannyadengan pemerkayaan pelajaran. Layanan khususadalah layanan yang diberikan ketika kegiatanutama sudah berjalan dengan baik. Apabilakegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler sudahberjalan dengan optimal, sekolah akanmengoptimalkan pada layanan-layanan khususnya.

Keberadaan sekolah satu atap memangterbukti meminimalisasi jumlah APK pertahunnya.Letak geografis penempatan sekolah satu atapsudah cukup tepat diletakkan di daerah tersebut.Sekolah satu atap yang ada di Indonesia secaraumumnya tidak pernah menarik biaya apapunkepda peserta didiknya, sama halnya dengan yangada di SMP Satu Atap yang tidak menarik biayapeserta didik yang melanjutkan ke SMP, bahkanmulai dari seragam sampai alat tulis sekolahmemberikan secara cuma-cuma kepada pesertadidik. Orang tua merasa senang dengankeberadaan SMP Satu Atap karena selainkeberadaan sekolah yang ada di daerah tersebut,sekolah juga menyediakan kebutuhan pokokpeserta didik.

Saran

Bagi Kepala SMP Negeri 2 KarangplosoSatu Atap Karangploso, untuk perencanaanpeserta didik, sekolah sudah cukup maksimal mulaidari analisis kebutuhan peserta didik sampaiorientasinya, namun apabila sekolah dapatmengubah tradisi masyrakat untuk mendaftarkanputra-putinya pada hari H, mungkin pelaksanaanPBM akan lebih otimal.

Bagi Guru SMP Negeri 2 Karangploso SatuAtap, untuk masalah pembinaan peserta didik,kegiatan intrakurikuler memang penting, tetapiekstrakurikuler juga penting agar peserta didikdapat mendapat pengetahuan yang lebih, apabilasekolah terkendala tenaga pengajar yang ada disekolah, sekolah bisa mencari karang taruna disekitar untuk menjadi pembinanya. Bagi KepalaDiknas Kabupaten Malang, hasil penelitian ini

570 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

Page 88: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

dapat dijadikan masukan agar Kepala Diknas KotaMalang tidak hanya fokus pada perkembangansekolah yang ada di kota karena sebenarnya masihbanyak sekolah di daerah terpencil yang lebihmemerlukan perhatian khusus agar sekolah

tersebut dapat berkembang dan menjadi samakualitasnya dengan pendidikan yang ada di kota.Bagi Peneliti Lain, peneliti lain dapat melakukanaction research pada manajemen peserta didikkhususnya pada layanan perpustakaan.

DAFTAR RUJUKAN

Pedoman Pelaksanaan SD-SMP Satu Atap.2010. Departemen Pendidikan Nasional.

Hamidi, A. 2010. Konsep Dasar ManajemenPeserta Didik, (Online), (http://sekolahkami.synthasite.com/kumpulan-artikel/konsep-dasar-manajemen-peserta-didik, diakses 30 Oktober 2011).

Rudianto. 2009. Apa Yang Harus DilakukanGuru dalam Proses Belajar-Mengajar,(Online), diakses 8 Maret 2012.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UniversitasPendidikan Indonesia. 2009. ManajemenPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 571

Page 89: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

MANAJEMEN KURIKULUM KELAS BILINGUAL

Yuli Ernawati

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This study aimed to obtain a clear description of the management curriculum in bilingualclasses, namely how the planning, implementation, monitoring, supporting and inhibiting factors,alternatives in solving this bilingual.Penelitian class using a qualitative research approach, with casestudies that eventually researchers can be described in detail in the bilingual classroom managementcurriculum SDN Experiment 1 Malang.

Kaywords: curiculum management, bilingual class.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang jelas tentang manajemen kurikulumdalam kelas bilingual, yaitu bagaimana perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, faktor pendukungdan penghambat, alternatif pemecahan dalam kelas bilingual.Penelitian ini menggunakan pendekatanpenelitian kualitatif, dengan studi kasus yang pada akhirnya peneliti dapat mendeskripsikan secararinci manajemen kurikulum kelas bilingual di SDN Percobaan 1 Malang.

Kata kunci: Manajemen kurikulum, kelas bilingual

Kurikulum merupakan salah satu komponen yangsangat penting dari sistem pendidikan karenakurikulum merupakan komponen pendidikan yangdijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baikoleh pengelola maupun penyelenggara pendidikan,khususnya guru dalam merancang danmelaksanakan pendidikan. Pemerintah memilikikomitmen yang tinggi dalam meningkatkanpembangunan pendidikan di Indonesia, baik yangmenyangkut pemerataan kesempatan belajarmaupun peningkatan mutu pendidikan.

Salah satu upaya yang dilakukan olehpemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikanadalah penyempurnaan kurikulum yang dirancangsesuai dengan tuntutan, tantangan kemajuan, ilmupengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan danperkembangan masyarakat. Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulumoperasional yang disusun oleh masing-masingsatuan pendidikan. KTSP merupakan paradigmabaru dalam pengembangan kurikulum yangmemberikan keleluasaan kepada setiap satuanpendidikan untuk mengelola sumber daya, sumberdana, sumber belajar, mengalokasikan waktusesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebihtanggap terhadap kebutuhan setempat.

Salah satu tempat untuk mengembangkandan menerapkan kurikulum yaitu sekolah. Sekolah

menerapkan sistem kurikulum yang nantinya akandijadikan sebagai acuan dalam prosespembelajaran. Dalam hal ini sekolah dapatmengembangkan kurikulum yang digunakan denganprogram yang dibuat oleh sekolah, tetapi tetap padaacuan KTSP seperti program bilingual. Programbilingual yang ada di sekolah merupakan salah satuperkembangan pendidikan dalam hal kurikulumpembelajaran karena dilihat dari segipembelajarannya pun berbeda denganpembelajaran biasa. Pembelajaran bilingualmenggunakan dua bahasa (Bahasa Indonesia danBahasa Inggris) sedangkan pembelajaran biasamenggunakan Bahasa Indonesia.

Namun dalam pelaksanaan kelas bilingualtidaklah mudah karena guru dalam kelas bilingualdituntut untuk mampu berbicara dua bahasa secarabergantian dengan kualitas sama baiknya dalampembelajaran di kelas. Sekolah yang menerapkankelas bilingual harus mempunyai persiapan dalamhal manajemen kurikulum, sebab kurikulummerupakan acuan untuk melakukan prosespembelajaran. Jika dalam suatu pembelajaran tidakada kurikulum yang digunakan maka pembelajarantersebut tidak akan berjalan dengan baik. Olehkarena itu perlunya persiapan dalam menyiapkandan menerapkan kurikulum untuk pembelajaran.Kurikulum yang digunakan kelas bilingual mengacu

572

Page 90: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pada prinsip kurikulum yang dianut sekolah (SDNPercobaan 1:2009), yaitu: (1) berpusat pada potensi,perkembangan, kebutuhan, dan kepentinganpeserta didik dan lingkungannya; (2) beragam danterpadu; (3) menyeluruh dan berkesinambungan;(4) belajar sepanjang hayat; dan (5) seimbangantara kepentingan nasional dan kepentingandaerah.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Percobaan 1Malang merupakan sekolah yang terletak di JalanMagelang Nomor 4 Malang. Sekolah ini cukupdiperhitungkan di Kota Malang, tercatat sebagaiSekolah Standar Nasional (SSN), serta banyakdiminati masyarakat terhitung sebagai sekolah favoritkarena prestasi akademik maupun non akademikyang diraihnya. Meski SDN Percobaan 1 Malangtercatat sebagai sekolah berstandar nasional tetapiditinjau dalam segala aspek yang berkaitan dengansarana prasarana maupun akademik SDN Percobaan1 Malang sudah dikatakan sebagai sekolah Rintisan.SDN Percobaan 1 Malang tiga tahun yang lalumembuka kelas bilingual (dua bahasa) untuk Kelas1 A dan B yang dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas menggunakan dua bahasa secara bergantian.Mengenai kurikulum yang digunakan dalam kelasbilingual yaitu mengadopsi dan mengadaptasi darikurikulum KTSP, dalam hal ini sekolah memfasilitasiprogram bilingual dengan menyediakan buku, kamus,dan media sebagai penunjang pembelajaran. Gurumerencanakan pembelajaran supaya mudahdipahami peserta didik, termasuk teknik pembelajarandan menyediakan media pembelajaran, aktif mengikutiworkshop, dan lain-lain.

METODE

Penelitian ini yaitu studi kasus, karena itukehadiran peneliti sebagai instrumen kuncipenelitian dan juga ikut dalam mencari informasiuntuk memperoleh data yang valid, agar data yangdiperoleh disusun menjadi sebuah laporan yangbisa dipertanggungjawabkan. Penelitian inidilaksanakan di SDN Percobaan 1 Malang yangterletak di Jalan Magelang Nomor 4 telp (0341)552739 Malang. Pengambilan data menggunakansumber data manusia dan nonmanusia. Sumberdata manusia adalah kepala sekolah, wakakurikulum, guru bilingual, dan wali kelas. Dalampengambilan data peneliti menggunakan keyinforman (informan kunci) yaitu guru kelasbilingual, karena dalam pelaksanaan kelas bilingualguru bilingual yang paham dan mengerti bagaimanakelas bilingual di SDN Percobaan 1 Malang.

Sumber data manusia akan menghasilkankata-kata atau tindakan melalui kegiatanwawancara atau pengamatan secara langsung.Sedangkan, sumber data nonmanusia adalahsumber tertulis berupa dokumen tentang kelasbilingual, arsip-arsip, foto, dan informasi yangmendukung data dari sumber data utama. Analisisdata dilakukan setelah peneliti mendapatkan datadari subjek penelitian, dengan melakukan pemilihandata yang sesuai dengan fokus penelitian melaluiada tiga langkah yang dilakukan dalam prosesanalisis data yaitu reduksi data, display data,verifikasi data atau kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kurikulum yang digunakan yaitu KTSP dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya sudahdimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dankondisi sekolah tersebut. Menurut Koontz (dalamFattah, 2004) perencanaan adalah suatu prosesintelektual yang menentukan secara sadar tindakanyang akan ditempuh dan mendasarkan keputusan-keputusan pada tujuan yang hendak dicapai,informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya,serta memperhatikan pemikiran keadaan yangakan datang. Oleh sebab itu, perencanaanmembutuhkan pendekatan rasional ke arah tujuanyang telah ditetapkan.

Perencanaan kurikulum di SDN Percobaan1 Malang telah disesuaikan dengan kebutuhan kelasdan kondisi sekolah agar nantinya apa yangdirencanakan dalam perencanaan kurikulum dapatterlaksana sesuai dengan yang diharapkan.Menurut Susilo (2007:155) perencanaan kurikulumsecara nasional menjadi tugas Kemdiknas dansecara lokal menjadi tugas Dinas Pendidikan danKebudayaan Kota/Kabupaten. KTSP memberikankewenangan guru untuk menyusun programperencanaan. Dalam menyusun programperencanaan pihak sekolah harus mengacu padastandar isi dan standar kelulusan serta panduanpenyusunan KTSP yang telah disusun oleh BadanStandar Nasional (BSNP). Perencanaankurikulum kelas bilingual sebenarnya tidak jauhberbeda dengan KTSP yang sudah ada. Dalampenyusunan perencanaan kurikulum untuk kelasbilingual ialah guru bilingual dibantu dengan kepalasekolah, waka kurikulum, dan wali kelas.

Perencanaan kurikulum yang utamadilakukan yaitu menyusun silabus berlandaskanpada KTSP yang telah disesuaikan kondisi dankebutuhan sekolah, kemudian diikuti oleh

Ernawati, Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual 573

Page 91: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

penyusunan Rancangan Program Pembelajaran(RPP) yang berisi tentang standar kompetensi,kompetensi dasar, indikator, materi yang diajarkan,dan sumber belajar. Dalam penyampaian materiyang diajarkan di kelas bilingual dengan kelasreguler sama tetapi ada beberapa materi yangkedalamannya berbeda, dan juga dalammenjelaskan materi pada kelas bilingualmenggunakan dua bahasa (Inggris dan Indonesia).Kelas bilingual mata pelajaran yang diajarkan ialahscience dan math. Jadi, dalam kelas bilingualpeserta didik menerima mata pelajaranmatematika, math, IPA, science.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 2005 pasal 20 bahwa perencanaan prosespembelajaran meliputi silabus dan rencanapelaksanaan pembelajaran yang memuatsekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materiajar, metode pengajaran, sumber belajar, danpenilaian hasil belajar. Dalam perencanaankurikulum di kelas bilingual untuk silabusnyamemuat kemampuan / wewenang basis dasar,karakter, materi, pengalaman pelajaran, indikator,dugaan (teknik, test instrument, pertanyaan),waktu, dan sumber belajar, sedangkan untuk RPPmemuat standar kompetensi, kemampuan/wewenang basis dasar, indikator, dan materi.

Menurut Susilo (2007:175) pelaksanaankurikulum adalah operasional konsep kurikulumyang masih bersifat potensial (tertulis) menjadiaktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.Pernyataan ini sesuai dengan realita di SDNPercobaan 1 Malang bahwa pelaksanaankurikulum dalam kelas bilingual yaitu gurumenerapkan pembelajaran yang sesuai dengansilabus dan RPP yang telah disusun untuk dilakukandalam pembelajaran di kelas bilingual. Pelaksanaankelas bilingual dimulai dari kelas satu hingga saatini di kelas tiga sehingga peserta didik kelas tigaterhitung dua tahun yang lalu sudah tidak asinglagi dengan kelas bilingual. Pelaksanaan dalamkelas bilingual dilakukan di dalam kelas dengandidampingi oleh guru bilingualnya. Jumlah pesertadidik yang cukup banyak dan kelasnya cukup luasterkadang membuat pembelajaran sedikit adakendala tetapi, sejauh ini bisa teratasi karenapeserta didik bisa diatur.

Pelaksanaan kelas bilingual kepada pesertadidik diharapkan dapat lebih memahami tentangBahasa Inggris, karena dalam kelas bilingual diSDN Percobaan 1 Malang ini semua peserta didikyang diterima untuk pada awal tahun ajaran barubisa masuk dalam kelas bilingual. Untuk

kematangan dalam berbahasa Inggris peserta didikselama satu bulan penuh akan mendapat pelajaranBahasa Inggris saja tiap harinya. Hal ini bertujuanuntuk pemantapan peserta didik dalam kelasbilingual agar nantinya peserta didik tidak merasakaget. Pelaksanaan dalam kelas bilingual sudahtersusun sesuai dengan perencanaan walaupunterkadang ada yang harus menyesuaikan dengankondisi pada saat itu. Dilihat secara keseluruhansudah tersusun dengan baik, mulai dari silabus,RPP, jam pelajaran, jadwal pelajaran, materi,maupun buku yang nantinya akan digunakan dalampembelajaran. Dengan melihat pelaksanaan yangdilakukan oleh SDN Percobaan 1 tentangperencanaan sudah cukup matang untukdilaksanakan. Hal ini dapat menjadikanpelaksanaan dalam kelas bilingual dapat terlaksanadengan matang.

Menurut Hamalik (2006:181) kegiatan dalambidang proses belajar mengajar yaitu menyusunrencana program atau unit, menyusun jadwalpelajaran, pengisian daftar penilaian kemajuanbelajar dan perkembangan peserta didik, pengisianbuku lapor pribadi peserta didik (rapor). Denganpernyataan di atas bisa diartikan bahwa dalampelaksanaan kelas bilingual di SDN Percobaan 1Malang bisa dikatakan memenuhi kriteria dalammenunjang proses belajar mengajar. Pelaksanaanpembelajaran di kelas bilingual dilakukan di dalamkelas. Dalam menyampaikan materi pelajaranguru menggunakan media elektronik berupa laptop,LCD, dan projektor. Media yang digunakan dalampembelajaran kelas bilingual memenuhi standaruntuk pelaksanaan kelas bilingual dengan diukurstandar sarana prasarana sekolah dasar. SDNPercobaan 1 Malang untuk sarana prasarana yangdiberikan kepada peserta didik tidak adanyabedanya dengan sarana prasarana di kelas reguler.Mungkin yang membedakan antara kelas regulerdengan bilingual adalah pengadaan bukunya karenaberasal dari penerbit yang berbeda dan jugakedalaman materinya ada beberapa yang berbedatergantung pada bab yang ada di dalam bukupelajaran.

SDN Percobaan 1 Malang dalampengawasan KTSP dilaksanakan oleh pihaksekolah. Selain pengawas dari sekolah ada jugapengawas dari Dinas Pendidikan Kota Malang,untuk pengawas dari sekolah yaitu dilaksanakanoleh Kepala Sekolah SDN Percobaan 1 Malangdan untuk jadwal pelaksanaannya tidak terjadwal.Jika sudah dirasa waktunya untuk melaksanakanpengawasan maka akan meninjau langsung

574 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 572-577

Page 92: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pelaksanaan dalam pembelajaran di kelas bilingual.Cara lain yang dilakukan oleh sekolah dalammemantau kelas bilingual yaitu dengan pengadaanrapor khusus untuk program bilingual. Melaluirapor tersebut dapat dilihat sejauh manaperkembangan peserta didik dalam kelas bilingual.Akhir tahun ajaran penerimaan rapor peserta didikkelas bilingual akan menerima rapor tiga macamantara lain rapor kelas reguler yang mencantumkanmata pelajaran yang diajarkan antara lain BahasaIndonesia, Bahasa Inggris, matematika,kewarganegaraan, IPS, olahraga, kesenian,Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Jawa,Komputer.

Rapor Bahasa Inggris mencakup tentangspeaking, writing, listening, lalu rapor programkelas bilingual mencakup mata pelajaran math,science, dan juga beberapa aspek yang samadengan penilaian Bahasa Inggris. Cara seperti inisekolah dapat melakukan pengawasan kelasbilingual dengan melihat pada nilai rapor pesertadidik dalam pelaksanaan kelas bilingual.Pengawasan dari Dinas Pendidikan Kota Malangdilakukan tiap satu tahun sekali. Pelaporan hasilsekolah sebelum diberikan kepada tim pengawasdari sekolah ada edisi revisi, agar ketika diberikankepada Dinas Pendidikan Kota Malang semuasudah tersusun dengan baik. Menurut Fattah(2004:107) pengawasan hendaknya mengacu padatindakan perbaikan, artinya tidak hanyamengungkap penyimpangan dari standar, tetapipenyediaan alternatif perbaikan, dan menentukantindakan perbaikan. Pihak sekolah melalui kepalasekolah telah memberikan wewenang kepada gurukelas bilingual untuk mengelola apa saja yangdilakukan untuk kelas bilingual, dan jika nanti adabeberapa yang perlu diperbaiki maka dicari solusiuntuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal inibertujuan agar nantinya dalam implementasinyatidak menemui hambatan yang berarti karenaadanya perbaikan.

Berdasarkan temuan dan teori di atas dapatdikatakan bahwa pengawasan yang dilakukan olehpihak sekolah ditunjukkan dengan adanyapengawasan yang sistematis yang dilakukan olehkepala sekolah dengan meninjau langsungpelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual,walaupun untuk pengawasannya tidak terjadwal.Pihak sekolah melalui kepala sekolahmelaksanakan pengawasan guna memonitoringkegiatan pelaksanaan yang ada dalam kelasbilingual. Dengan adanya pengawasan bertujuanagar dalam pelaksanaan ada yang perlu dibenahi

atau diperbaiki maka dapat dicari solusi, agarselanjutnya pelaksanaan kelas bilingual tidak adakendala dan pelaksanaan pun sesuai denganperencanaan.

Hal ini tentunya tidak lepas dari pengawasanyang dilakukan pihak sekolah. Faktor penghambatdalam kelas bilingual di SDN Percobaan 1 Malangditemukan pada segi pelaksanaannya karena dilihatdari peserta didik kemampuan berbahasa Inggristiap peserta didik berbeda, beberapa anak masihlemah dalam pelafalan vocabulary. Sedangkansaat ini Bahasa Inggris sangat diperlukan dalamproses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Di sisilain pada saat peserta didik mendapatkan pekerjaanrumah dan para orang tua tidak sedikit tidakmengerti /tidak menguasai Bahasa Inggris. Hal inicukup menghambat proses ketika guru bilingualmemberikan pekerjaan rumah untuk peserta didik,dan yang terakhir jumlah peserta didik tidaksebanding dengan luas kelas jadi terkadangmembuat suasana kelas tidak kondusif, tetapiuntuk faktor penghambat dari segi ruang kelas tidakmenjadi kendala yang berarti karena masih bisadiatasi.

Ditemukannya faktor penghambat tentunyaterdapat beberapa faktor pendukung juga. Faktortersebut yaitu para peserta didik sangat antusias,mempunyai motivasi yang cukup tinggi untukmengikuti pembelajaran di kelas, dan jugadukungan dari pihak sekolah dalam mengadakankelas bilingual cukup tinggi. Sisi lain dukungan darisekolah juga dukungan dari wali murid bagus dalamdiadakannya kelas bilingual wali murid. Hal inilahyang membuat SDN Percobaan 1 Malang beranimengadakan dan membuka kelas bilingual. Dalamsuatu pelaksanaan tentunya terdapat suatuhambatan. Adanya hambatan pasti ditemukanalternatif pemecahan masalah untuk faktorpenghambat, tinggal bagaimana mencari solusi daripermasalahan yang ada untuk alternatifpemecahannya.

SDN Percobaan 1 Malang ini alternatifpemecahan masalah untuk faktor penghambatnyaditinjau dari beberapa sisi. Sisi dari peserta didikyaitu para peserta didik diajak untuk bersama-samamenghafalkan vocabulary yang tidak diketahui,setelah itu agar peserta didik bersemangat dalammenghafal vocabulary, guru menjanjikan siapayang dapat menghafal nantinya akan istirahatpaling dulu di antara teman-teman yang lain, danini membuat para peserta didik antusias. Untukwali murid ketika peserta didik mendapat pekerjaanrumah maka untuk perintah dalam pengerjaannya

Ernawati, Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual 575

Page 93: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

pada saat di sekolah peserta didik diberi tahu apaarti dari perintah tersebut, dan untuk kosa kata yangada di dalamnya para peserta didik dianjurkan untukmemiliki kamus di rumah agar lebih mudah dalammengerjakan soal sehingga dalam mengerjakan PRbisa terbantu dengan adanya kamus. Denganadanya alternatif pemecahan masalah dalampelaksanaan kelas bilingual di SDN Percobaan 1Malang sejauh ini bisa teratasi, dan berjalan sesuaidengan yang diharapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan secara umum yang diperolehdalam manajemen kurikulum kelas bilingual yaitupelaksanaannya ada kendala, tetapi bisa diatasi.Sesuai dengan fokus penelitiannya makakesimpulan dalam manajemen kurikulum kelasbilingual dapat diperinci sebagai berikut.Perencanaan yang dilakukan pihak sekolah dapatberjalan dengan baik, hal ini dapat berjalansemestinya. Dilihat dari kerjasama antara wakakurikulum, wali kelas, dan guru bilingual dalammenyusun kurikulum untuk kelas bilingual denganmengacu pada KTSP. Pelaksanaan kurikulumdalam kelas bilingual yaitu guru menerapkanpembelajaran yang sesuai dengan silabus dan RPPyang telah disusun. Pelaksanaan dalam kelasbilingual dilakukan di dalam kelas dengandidampingi oleh guru bilingualnya. PengawasanKTSP dilaksanakan oleh pihak sekolah, selain

pengawas dari sekolah juga ada pengawas dariDinas Pendidikan Kota Malang.

Dilihat dari faktor penghambat ditemukanpada segi pelaksanaan. Ditinjau dari peserta didikkemampuan berbahasa Inggris tiap peserta didikberbeda beberapa anak masih lemah dalampelafalan vocabulary, dan para orang tua tidaksedikit/tidak menguasai Bahasa Inggris. Alternatifpemecahan masalah untuk faktor penghambatnya,ditinjau dari sisi peserta didik yaitu para pesertadidik diajak untuk bersama-sama menghafalkanvocabulary, agar peserta didik bersemangat dalammenghafal vocabulary, guru menjanjikan siapayang dapat menghafal nantinya akan istirahatpaling dulu di antara teman-teman yang lain.

Saran

Adapun saran yang diberikan darikesimpulan tersebut yaitu: (1) Bagi Kepala SDNPercobaan 1 Malang, lebih ditingkatkan lagi dalammelakukan pengawasan dan alangkah baiknya jikaterjadwal melakukan pengawasan oleh KepalaSDN Percobaan 1 Malang; (2) Bagi Guru BilingualSDN Percobaan 1 Malang, hendaknya secara terusmenerus melakukan perbaikan untukmeningkatkan mutu dalam pembelajaran kelasbilingual melaksanakan tugas sebagai guru(pengajaran) agar menjadi lebih baik; dan (3) BagiWali Kelas dan Guru bidang studi, saling bekerjasama dalam pelaksanaan kelas bilingual agar dapatberjalan dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

Fattah, N. 2004. Landasan ManajemenPendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. 2006. Manajemen PengembanganKurikulum. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi PenelitianKualitati f. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentangStandar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah. (Online). (http//payung-pendidikan-gress, diakses 2 Januari2012).

Sa’ud, U. S., & Makmun, A. S, 2011.Perencanaan Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Soetopo, H. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah& Kurikulum Berbasis Kompetensi.Malang. Universitas Negeri Malang FIPUM.

Sudarsyah, A., & Nurdin, D. 2009. ManajemenPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susilo, M. J. 2007. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan Manajemen Pelaksanaandan Kesiapan Sekolah Menyongsong-nya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ulfatin, N. 2004. Penelitian Kualitatif. Malang.Universitas Negeri Malang FIP JurusanAdministrasi Pendidikan.

576 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 572-577

Page 94: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. (Online). (http//payung-pendidikan-gress, diakses 2 Januari2012).

Wiyono, B.B. 2007. Metodologi Penelitian,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danAction Research. Malang. Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang.

Ernawati, Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual 577

Page 95: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 23 no. 6

Petunjuk bagi (Calon) Penulis

1. Artikel yang ditulis untuk JMP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang menejeman pendidikan. Naskahdiketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 minimal 20halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta Compact Disk (CD). Berkas (file) dibuatdengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: [email protected].

2. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail dan nomortelepon/hand phone untuk memudahkan komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecualibagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besardi tengah-tengah, denganhuruf sebesar 24 poin.Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenishuruf yang berbeda (semua judul bagian dan subbagian dicetak tebal atau tebal danmiring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:

PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempatatas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latarbelakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-bagian); penutupatau kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirajuk).

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempat atas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci;pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

6. Sumber Rujukans edapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakansumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalamjurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipanlangsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67)

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Contoh Daftar Rujukan

Hitccock, s., Carr. L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Jurnals, 1990-1995: The Calm before the Storm,(Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses12 Juni 1996)

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri,h\.3.Kansil, C.L. 2002. Orientasi BaruP enyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan

Dunia lndustri. Transpor, XX (4): 57-61.Robbins, S. P. & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1).Malang: UM

Press.Sumarsono, R.B. & Kusumaningrum, D.E. 2005. Pengaruh Persepsi, Sikap terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa

Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Malang Lemlit UniversitasNegeri Malang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: TamitaUtama.

Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penulisan Artikeldan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11Agustus.

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Universitas Negeri Malang, 2010) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.

10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidangkepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepadapenulis sebelum penerbitan.

11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikelyang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskahatau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yangmungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.

13. Artikel yang tidak dimuat tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.