jurnal kulit varisela fix
TRANSCRIPT
Efektivitas 2 Kali Pemberian Vaksin Varisella Pada Anak
A bstrak
Latar belakang : Berhubung meluasnya penyebaran varisella, pemberian dosis kedua vaksin
varisella telah ditambahkan pada imunisasi rutin untuk anak pada Juni 2006 oleh Centers for
Disease Control and Prevention (CDC).
Metode : Dinilai efektivitas 2 kali pemberian vaksin varisella pada studi case-control dengan
mengindentifikasi anak ≥ 4 tahun dengan varisella, dikonfirmasi dengan PCR-assay dan 2
kontrol yang umurnya sama. Efektivitas dinilai dengan menggunakan conditional logistic
regression.
Hasil : dari Juli 2006 hingga Januari 2010, dari 71 subjek dan 140 kontrol yang diambil, 0
subjek (0%) vs 22 kontrol (15,7%) telah menerima 2 kali pemberian vaksin varisella, 66
subjek (93,0%) vs 117 kontrol (83,6%) telah menerima 1 kali pemberian vaksin varisella dan
5 subjek (7%) vs 1 kontrol (0,7%) tidak menerima vaksin varisella,
Kesimpulan : Efektivitas 2 kali pemberian vaksin varisella pada 2,5 tahun pertama pada anak
sangat memuaskan. Kemungkinan untuk mendapat varisella 95% lebih rendah untuk anak
yang telah menerima 2 kali pemberian dibandingkan yang menerima 1 kali pemberian vaksin
varisella.
Vaksin varisella hidup yang dilemahkan, pertama kali dibuat di Jepang pada tahun
1974 oleh Takahashi1. Rekomendasi untuk 1 kali pemberian vaksin varisella merupakan
sebagian dari jadwal imunisasi di Amerika pada anak yang rentan, yang berumur 12 bulan
hingga 13 tahun (dengan pemberian 2 kali pemberian untuk dewasa yang rentan) setelah
mendapat lisensi dari Food and Drug Administration2. Insiden varisella menurun sebanyak
90%, mortalitas karena varisella menurun sebanyak 66% dan jumlah hospitalisasi karena
varisella juga menurun sebanyak 80% setelah pengenalan dan penggunaan rutin vaksin
tersebut3,5. Bagaimanapun, insiden varisella pada anak yang telah mendapat imunisasi dan
anak yang berada di sekolah terus meningkat walaupun jumlah yang mendapatkan vaksinasi
tinggi6. Tambahannya, studi menunjukkan seiring dengan berjalannya waktu, efek vaksin
menurun hingga <90%7, serta satu studi pada anak yang sehat menunjukkan jumlah
serokonversi setelah 1 kali pemberian vaksin hanya 76%8. Oleh karena itu, pada Juni 2006,
CDC telah merekomendasikan pemberian rutin vaksin varisella yang kedua kalinya pada
anak umur 4-6 tahun (atau sekurang-kurangnya 3 bulan setelah pemberian pertama), dan juga
pemberian kedua catch-up kepada anak yang lebih tua9. Walaupun data telah menunjukkan 2
kali pemberian vaksin varisella berhubungan dengan peningkatan titer antibodi 10, tidak ada
data yang terkontrol pada effisiensi klinis untuk 2 kali pemberian vaksin varisella ini. Oleh
karena itu, kami melakukan analisis untuk menilai effisiensi 2 kali pemberian vaksin varisella
ini pada anak yang berumur 4 tahun ke atas.
Metode
Metode yang dipakai identik dengan metode yang dipakai pada laporan studi
sebelumnya11,12.Telah didapatkan inform consent dari semua subjek atau/dan orang tua yang
bersangkutan, dan studi ini telah mendapat izin oleh Yale’s Human Investigation Committee.
Subjek yang dipakai untuk analisis ini adalah anak berumur 4 tahun ke atas dan diambil
setelah 30 Juni 2006 di salah satu dari 28 tempat praktek pediatrik di Southern Connecticut
yang telah berpatisipasi di dalam jaringan surveilans kami. Calon subjek yang diidentifikasi
oleh surveilans, merupakan anak yang dicurigai menderita varisella. Subjek-subjek ini akan
disingkirkan jika mereka mempunyai kontraindikasi terhadap vaksin varisella, sebelumnya
telah didiagnosa dengan varisella, atau telah mendapat vaksin varisella dalam tempo 4
minggu. Saat sakit hari ke 3-5, surveyor akan datang ke rumah calon subjek dan melakukan
wawancara. Lesi yang layak akan diambil bagian atasnya menggunakan capillary tube yang
digunakan juga untuk mengambil cairan vesicular jika ada. Material juga diambil dengan
menggunakan cotton-tipped swab. PCR-assay digunakan pada semua sampel untuk
mendeteksi DNA virus Varisella-zoster oleh investigator yang tidak mengetahui status
vaksinasi calon subjek. Hasilnya dianggap positif jika spesimen yang diambil tadi
mengandung DNA virus Varisella-zoster. Hasil dianggap negatif jika tidak terdapat DNA
virus Varisella-zoster dan ditemukan gen β-globulin (menandakan adanya cairan atau
jaringan pada sampel karena adanya amplifikasi DNA manusia). Hasil dianggap tidak sah
jika spesimen tidak mengandung DNA virus Varisella-zoster dan gen β-globulin.
Untuk setiap subjek PCR-positif , kami memilih 2 kontrol yang belum pernah menderita
varisella, disamakan tanggal lahir (± 1 bulan) dan praktek pediatrik. Kontrol dipilih dari
daftar calon subjek dengan menggunakan tabel random nomor. Rekam medis subjek dan
kontrol dilihat, dan semua informasi mengenai imunisasi yang lalu dan penyakit-penyakit lain
dicatat. Subjek dianggap pernah divaksinasi jika terdapat bukti tertulis mengenai vaksinasi
yang diterima sekurang-kurangnya 4 minggu sebelum onset varisella. Hanya bukti dokumen
tertulis yang diterima sebagai bukti pernah mendapatkan vaksinasi sebelumnya.
Data dianalisis menggunakan SAS software, versi 9.1.3 untuk Windows dan LogExact
statistical software packages (cytel). Effektivitas vaksin dikalkulasi sebagai 1 – the matched
OR X 100%13. Student t test atau Wilcoxon rank-sum test digunakan untuk menilai perbedaan
signifikan antara grup dengan variabel yang berkesinambungan. Hasil dianggap signifikan
jika 2-tailed P value adalah 0.05.
Hasil
Subjek
Dari 1 juli 2006 hingga 8 januari 2010, kami mengidentifikasi 306 calon subjek. Dari
semua calon subjek, 247 (80,7%) setuju, 42 (13,7%) menolak dan 17 (5,6%) tidak bisa
dihubungi. Untuk calon subjek yang setuju, PCR-assay positif pada 71 subjek(28,7%),
negative pada 135 subjek (54,7%), dan tidak sah pada 41 subjek (16,6%). Untuk kontrol,
kami berhasil menghubungi 187 kontrol, 140 subjek (74,9%) setuju, dan 47 subjek (25,1%)
menolak. Karakteristik subjek ditunjukkan pada tabel 1.
Subjek kasus
n = 71
(%)
Kontrol
N = 140
(%) P value
Umur (tahun) .905
Mean ±SD 10,7 ± 2,7 10,7 ±2,7
Median 11 11
Range 4-18 4-18
Laki-laki 40 (56,3) 77 (55,0) .853
Ras Kaukasia 62 (87,3) 126 (90,0) .556
Edukasi orang tua .185
SMA atau
dibawahnya
22 (31,9) 48 (34,3)
S1 18 (25,4) 21 (15,0)
S2 31 (43,7) 71 (50,7)
Weekday location .015
Rumah 3 (4,2) 22 (15,7)
Sekolah atau tempat
penitipan anak
68 (95,8) 118 (84,3)
Diagnosis dengan
asma
4 (5,6) 17 (12,1) .136
Imunisasi dengan vaksin varisella
4Status vaksinasi semua subjek ditunjukkan pada tabel 2. Dari 71 subjek dengan
varisella, 5 subjek (7,0%) tidak menerima vaksin varisella, 66 subjek (93,0%) telah menerima
1 pemberian, dan 0 subjek (0%) telah menerima 2 kali pemberian vaksin varisella. Dari 140
kontrol yang didapatkan, 1 subjek (0,7%) tidak menerima vaksin varisella, 117 subjek
(83,6%) menerima 1 kali pemberian vaksin varisella, dan 22 subjek (15,7%) telah menerima
2 kali pemberian vaksinasi varisella (p < .001). hampir semua subjek dan kontrol telah
menerima 2 kali pemberian vaksin measles, mumps dan rubella (MMR ).
Subjek kasus
n = 71
(%)
Kontrol
N = 140
(%) P value
Vaksin varisella <.001
0 pemberian 5 (7,0) 1 (0,7)
1 pemberian 66 (93,0) 117 (83,6)
2 pemberian 0 (0,0) 22 (15,7)
Bulan sejak
pemberian 1
.151
Mean ±SD 103,2 ± 24,1 97,4 ± 28,2
Median 106 101
Range 35-139 17-161
Bulan sejak
pemberian 2
N/A
Mean ± SD - 14,8 ± 13,3
Median - 12
Range - 0-50
Menerima MMR > 1
pemberian
71 (100.0) 139 (99,3) 1.000
Menerima MMR 2
pemberian
70 (98,6) 137 (97,9) 1.000
Efektivitas vaksin
Distribusi vaksinasi yang dicocokkan dengan grup ditunjukkan pada tabel 3.
Efektivitas 1 kali pemberian vaksinasi adalah 86,0% (95% CI: -44,5%-99%;P= .124),
efektivitas 2 kali pemberian vaksinasi adalah 98,3% (95% CI: 83,5%-100%; P < .001).
Perbedaan ratio antara 2 kali vaksinasi dan 1 kali vaksinasi adalah 0,053 (95% CI: 0,002-
0,320; P < .001). Data menunjukkan bahwa 2,5 tahun pertama sejak pengenalan vaksinasi
sebanyak 2 kali, kemungkinan untuk terjadi varisella adalah 95% lebih rendah berbanding
dengan anak yang mendapatkan 1 kali pemberian vaksin varisella.
Pemberian
yang diterima
oleh subjek
kasus
Kontrol tidak
terima vaksin
1 kontrol
terima 1 kali
vaksin
1 kontrol
terima 2
kali
vaksin
2 kontrol
terima 1
kali vaksin
1 kontrol
terima 1 kali
vaksin, 1
terima 2 kali
vaksin
Kedua
kontrol
terima 2
kali vaksin
0 0 0 1 3 1 0
1 0 1 1 48 13 3
2 0 0 0 0 0 0
Diskusi
Hasil dari studi kasus-kontrol ini menunjukkan bahwa 2 kali pemberian vaksin
varisella efektif mencegah varisella dalam 2,5 tahun pertama setelah pengenalan. Terdapat
kontroversi di mana tidak maksimalnya 1 kali pemberian vaksin varisella terjadi karena
kegagalan vaksin primer, imunitas yang rendah atau keduanya8,12,14,16. Apapun penyebabnya,
penilaian awal menunjukkan 2 kali pemberian vaksin varisella sangat efektif dalam
mencegah varisella, dan tidak satupun dari 71 anak yang positif PCR-assay varisella.
Kami telah berhasil menunjukkan bahwa 2 kali pemberian vaksin varisella sangat
efektif dan kemungkinan untuk menderita varisella rendah. Amerika merupakan negara
pertama yang merekomendasikan imunisasi universal dengan 1 kali pemberian vaksin
varisella, dan yang pertama untuk memperkenalkan 2 kali pemberian vaksin varisella. 2 kali
pemberian masih direkomendasikan walaupun tidak ada data yang menunjukkan ini bisa
menurunkan insiden endemik varisella, namun 1 studi tak terkontrol telah menunjukkan
penurunan insiden setelah 2 kali pemberian10. Sekarang, banyak negara lain seperti Australia,
Jepang, China dan Spanyol yang melakukan program imunisasi universal dengan 1 kali
pemberian vaksin varisella.
Pengalaman Amerika menunjukkan bahwa walaupun 1 kali pemberian pemberian
vaksin varisella mempunyai pengaruh terhadap penyakit varisella, endemik varisella tetap
terjadi. Endemik varisella ini lebih ringan dibandingkan varisella pada anak yang tidak
mendapat imunisasi dan sulit untuk dibedakan dengan penyakit kulit yang lain seperti gigitan
serangga dan impetigo. Walau bagaimanapun, endemik varisella masih bisa menyebar ke
orang yang rentan di tempat-tempat di mana anak berkontak dengan yang lain seperti di
sekolah dan tempat penitipan anak6,7,9. Pemberian kedua mungkin penting bukan saja untuk
mencegah endemik varisella dan mencegah transmisi ke orang lain, tetapi juga untuk
merendahkan resiko untuk terjadinya herpes zooster dengan menurunkan infeksi laten oleh
infeksi virus herpes zooster yang ganas. Penting sekali untuk memantau efektivitas 2 kali
pemberian vaksin varisella dengan berjalannya waktu.
Sponsor :
Penelitian ini didanai oleh Biken Foundation (A.A.G., E.D.S.); Clinical and
Translational Science Award grant numbers KL2 RR024138 and UL1 RR024139; grant
number K24 RR022477 (E.D.S.) from the National Center for Research Resources (NCRR), a
component of the National Institutes of Health (NIH) and NIH Roadmap for Medical
Research (E.D.S.); and grant numbers RO1AI41608 (E.D.S., A.A.G., P.L., M.V.) and
K23AI068280 (M.V.)from the National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Its
contents aresolely the responsibility of the authors and do not necessarily represent the
official views of NCRR, NIAID, or NIH.
Referensi
1. Takahashi M, Otsuka T, Okuno Y, Asano Y, Yazaki T, Isomura S. Livevaccine used to prevent the spread of varicella in children in hospital.Lancet 1974; 2:1288–90.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Prevention of varicella:Recommendations of the Advisory Committee on ImmunizationPractices (ACIP). MMWR Recomm Rep 1996; 45:1–36.
3. Guris D, Jumaan AO, Mascola L, et al. Changing varicella epidemiologyin active surveillance sites—United States, 2000-2005. J Infect Dis 2008;197:S71–5.
4. Nguyen H, Jumaan AO, Seward JF. Decline in mortality due to varicellaafter implementation of varicella vaccination in the United States. NewEngl J Med 2005; 352:450–8.
5. Zhou F, Harpaz R, Jumaan AO, Winston CA, Shefer A. Impact ofvaricella vaccination on health care utilization. JAMA 2005;294:797–802.
6. Gershon A, Takahashi M, Seward J. Live attenuated varicella vaccine.In: Plotkin S, Orenstein W, Offit P, eds: Vaccines. 5th ed. Philadelphia,PA: WB Saunders, 2008; 915–58.
7. Seward JF, Marin M, Va´zquez M. Varicella vaccine effectiveness in theUS vaccination program: A review. J Infect Dis 2008; 197:S82–9.
8. Michalik DE, Steinberg SP, LaRussa PS, et al. Primary vaccine failureafter 1 dose of varicella vaccine in healthy children. J Infect Dis 2008;197:944–9.
9. Centers for Disease Control and Prevention. Prevention of varicella:recommendations of the Advisory Committee on ImmunizationPractices (ACIP). MMWR Recomm Rep 2007; 56:1–40.
10. Kuter B, Mathews H, Shinefeld H, et al. Ten year follow-up of healthychildren who received one or two injections of varicella vaccine. PediatrInfect Dis J 2004; 23:132–7.11. Va´zquez M, LaRussa PS, Gershon AA, Steinberg SP, Fredigman K,Shapiro ED. Effectiveness of varicella vaccine in clinical practice. NEngl J Med 2001; 344:955–60.
12. Va´zquez M, LaRussa PS, Gershon AA. et al. Effectiveness of varicellavaccine over time. JAMA 2004; 291:851–5.
13. Orenstein WA, Bernier RH, Hinman AR. Assessing vaccine efficacy inthe field: further observations. Epidemiol Rev 1988; 10:212–41.
14. Chaves SS, Gargiullo P, Zhang JX, et al. Loss of vaccine-induced immunityto varicella over time. N Engl J Med 2007; 356:1121–9.
15. Gershon AA. Varicella vaccine—are two doses better than one? N EnglJ Med 2002; 347:1962–3.
16. Gershon AA, Arvin AM, Shapiro E. Varicella vaccine. N Engl J Med2007; 356:2648.
17. Schlesselman JJ. Case-control studies: Design, conduct and analysis.New York: Oxford University Press, 1982:207–9.
18. Shapiro ED. Case-control studies of the effectiveness of vaccines: validityand assessment of bias. Pediatr Infect Dis J 2004; 23:127–31.