jurnal konstruksi jalan

18
Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14) EVALUASI KELAYAKAN JALAN DENGAN TIPE PERKERASAN FLEXIBLE PAVEMENT (Studi Kasus Jalan Soga, Kota Yogyakarta) 1 Cahyadi Wijoyo, 2 Citra Putri Nareswari, 3 Muh Mukhtar Bukhori, 4 Ramadan Jefri Setyawan 1,2,3,4 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT UNY [email protected] ; [email protected] ; [email protected] ; [email protected] ABSTRAK Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta merupakan jalan antar desa yang mempunyai permasalahan pada lapisan aspal. Selain itu jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta merupakan tanah asli yang dilapisi oleh agregat dan aspal. Dalam penelitian ini bertujuan mengenai sejarah pembuatan perkerasan lentur (flexible pavement) dan rencana perkerasan jalan yang menggunakan metode survey serta mendemonstrasikan beberapa penanganan dengan perkerasan lentur (flexible pavement). Hasil survey dilapangan menunjukkan bahwa Tebal perkerasan di Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta sudah memenuhi syarat nilai kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat keamanan, tingkat kekedapan air, dan tingkat kecepatan air. Keawetan dan kekuatan jalan dapat bertahan sekitar 5 tahun sesuai dengan rencana awal perencanaan. Kata kunci: perkerasan lentur (flexible pavement), ketebalan. PENDAHULUAN Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun antara kota dengan desa dan antara satu desa dengan desalainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Perkerasan lentur yang baik, harus mempunyai kualitas dan ketebalan dimana tidak akan rusak akibat beban kendaraan. Disamping itu, perkerasan harus mempunyai MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 46

Upload: e-sanjani

Post on 15-Jan-2017

2.163 views

Category:

Engineering


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

EVALUASI KELAYAKAN JALAN DENGAN TIPE PERKERASANFLEXIBLE PAVEMENT

(Studi Kasus Jalan Soga, Kota Yogyakarta)

1Cahyadi Wijoyo, 2Citra Putri Nareswari, 3Muh Mukhtar Bukhori, 4Ramadan Jefri Setyawan

1,2,3,4 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT [email protected]; [email protected]; [email protected];

[email protected]

ABSTRAK

Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta merupakan jalan antar desa yang mempunyai permasalahan pada lapisan aspal. Selain itu jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta merupakan tanah asli yang dilapisi oleh agregat dan aspal. Dalam penelitian ini bertujuan mengenai sejarah pembuatan perkerasan lentur (flexible pavement) dan rencana perkerasan jalan yang menggunakan metode survey serta mendemonstrasikan beberapa penanganan dengan perkerasan lentur (flexible pavement). Hasil survey dilapangan menunjukkan bahwa Tebal perkerasan di Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta sudah memenuhi syarat nilai kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat keamanan, tingkat kekedapan air, dan tingkat kecepatan air. Keawetan dan kekuatan jalan dapat bertahan sekitar 5 tahun sesuai dengan rencana awal perencanaan.

Kata kunci: perkerasan lentur (flexible pavement), ketebalan.

PENDAHULUAN

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun antara kota dengan desa dan antara satu desa dengan desalainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Perkerasan lentur yang baik, harus mempunyai kualitas dan ketebalan dimana tidak akan rusak akibat beban kendaraan. Disamping itu, perkerasan harus mempunyai ketahanan terhadap pengikisan akibat lalulintas, perubahan cuaca dan pengaruh buruk lainnya.

Pertumbuhan transportasi di Indonesia yang tinggi setiap tahunnya telah banyak merubah keadaan jalan yang berada di perkampungan, hal ini diakibatkan dari adanya kebutuhan masyarakat akan kenyamanan di jalanan perkampungan. Fasilitas yang mulai memudahkan untuk pembuatan jalan baru, harga yang tidak terlalu mahal, perizinan yang dimudahkan oleh pemerintah, program dari pemerintah pusat yang mengharuskan pembangunan sarana dan prasarana di perkampungan terutama pengaspalan jalan untuk kelancaran transportasi bila terjadi kemacetan pada jalan utama jalan perkampungan menjadi alternatif untuk pemecah kemacetan di jalan utama membuat banyak

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 46

Page 2: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

dari kelurahan mulai mengusulkan untuk pembuatan jalan beraspal berdasarkan dari pandangan yang terjadi sehari-hari.

Pembuatan jalan beraspal di perkampungan termasuk pada konstruksi perkerasan lentur yaitu jalan yang perkerasannya menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan untuk fillernya menggunakan agregat kasar dan agregat halus maupun dengan penambahan bahan lain untuk memperkuat jalan yang akan di buat dalam hal ini terutama jalan yang ada di daerah Umbulharjo yaitu Jalan Soga yang terletak pada Kecamatan Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta termasuk pada jalan dengan perkerasan lentur. Kebanyakan jalan dengan tipe perkerasan lentur akan mudah mengalami kerusakan.

Tingkat kerusakan perkerasan jalan di Jalan Soga Tahunan, dapat di minimalisasi jika kondisi perkerasan di ketahui pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk memprediksi kondisi perkerasan dengan baik, maka dibutuhkan suatu sistem penilaian kondisi jalan serta evaluasi secara periodik sehingga berguna untuk persiapan analisis struktural secara detail dan untuk rehabilitasi di masa datang. Hal ini sesuai dengan Petunjuk Teknis No. 024/T/Bt/1995, yaitu Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Departemen Pekerjaaan Umum, yang terbagi dalam2 kategori, yakni pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala. Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi perkerasan lentur di Jalan Soga Tahunan Umbulharjo, sehingga dapat diketahui apakah pemeliharan jalan yang berfungsi secara baik atau tidak, sehingga dapat diketahui faktor penyebabnya.

KAJIAN TEORI

Flexible Pavement

Flexible Pavement atau perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur ini sendiri berisi lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Perkerasan beraspal umumnya membutuhkan biaya awal konstruksi yang lebih rendah dari perkerasan beton. Namun untuk daya dukung tanah dasar dan umur rencana yang sama seperti perkerasan beton, maka keperluan agregat perkerasan beraspal akan lebih banyak, sehingga perlu pembukaan sumber material baru.

Selain itu perkerasan beraspal membutuhkan biaya pemeliharaan yang lebih tinggi selama umur rencana. Untuk mengurangi pemeliharaan yang tinggi ini, maka perkerasan beraspal lebih sesuai untuk lokasi yang tidak memiliki masalah dengan drainase, dan lalu lintas yang lewat tidak terlalu padat. Selain itu biaya pemeliharaan dapat dikurangi bila kerusakan yang terjadi (seperti: lubang amblas) dapat ditangani sedini mungkin. (Sukirman, 2007).

Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan

a. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai

tempat perletakan lapisperkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 47

Page 3: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR)

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :1) Lapisan tanah dasar, tanah galian2) Lapisan tanah dasar, tanah urugan.3) Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan dayadukung tanah dasar.Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :1) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.2) Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.3) Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam

tanah yang sangat berbeda.4) Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik.5) Perbedaan penurunan (differential settlement) akibat terdapatnya lapisan-

lapisan tanah lunak di bawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap.

6) Kondisi geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada kemungkinan lokasi jalan berbeda pada daerah patahan, dan lain sebagainya. (Sukirman, 2003)

b. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas

lapisan tanah dasar dan dibawah lapis pondasi atas.Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :1) Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke

tanah dasar.2) Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.3) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke

lapis pondasi atas.4) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat

(akibat lemahnya dayadukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.

5) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.6) Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal. (Sukirman, 2003)

Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:

1) Agregat bergradasi baik, dibedakan atas:a) Sirtu atau pitrun kelas Ab) Sirtu atau pitrun kelas Bc) Sirtu atau pitrun kelas C

2) Stabilisasia) Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Subbase)b) Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)c) Stabilisasi tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization)d) Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)

c. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 48

Page 4: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah danlapis permukaan.Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :1) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

menyebarkan beban kelapisan di bawahnya.2) Bantalan terhadap lapisan permukaan.3) Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.

Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas adalah material yang cukup kuat. Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR > 50% dan Plastisitas Indeks (PI) < 4%.Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilisasi tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas.

Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain,kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:

1) Agregat bergradasi baik dapat dibagi atas:a) Batu pecah kelas Ab) Batu pecah kelas Bc) Batu pecah kelas CBatu pecah kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah

kelas B, dan batu pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C.2) Pondasi Macadam3) Pondasi Telford4) Penetrasi Macadam (Lapen)5) Aspal beton pondasi (Ashpalt Concrete Base / Ashpalt Treated Base)6) Stabilisasi yang terdiri dari:

a) Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base)b) Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base)c) Stabilisasi agregat dengan aspal (Ashpalt Treated Base)d. Lapisan Permukaan (Surface Course)Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan

beban roda kendaraan. Dan lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :1) Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.2) Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan

(lapisaus).3) Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke

lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.4) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat

dipikul oleh lapisan dibawahnya.Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di ataslapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikan kekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.Jenis lapis permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:

1) Lapisan bersifat non struktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air antara lain:a) Burtu (Laburan aspal satu lapis)

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 49

Page 5: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

b) Burda (Laburan aspal dua lapis)c) Latasir (Lapis tipis aspal pasir)d) Buras (Laburan aspal)e) Latasbum (Lapis tipis asbuton murni)f) Lataston (Lapis tipis aspal beton)Jenis lapisan di atas walaupun bersifat non struktural, dapat menambah

daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.Jenis perkerasan ini terutama digunakan untuk pemeliharaan jalan.

Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kahalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana menurut daftar dibawah ini :Tabel 1. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana

Jenis Lapis Permukaan Ipo Roughnes (mm/km)

LASTON ≥ 4 ≤ 10003,9 – 3,5 ˃ 1000

LASBUTAG 3,9 – 3,5 ≤ 20003,4 – 3,0 ˃ 2000

HRA 3,9 – 3,5 ≤ 20003,4 – 3,0 ˂ 2000

BURDA 3,9 – 3,5 ˂ 2000BURTU 3,4 – 3,0 ˂ 2000LAPEN 3,4 – 3,0 ≤ 3000

2,9 – 2,5 ˃ 3000LATASBUM 2,9 – 2,5BURAS 2,9 – 2,5LATASIR 2,9 – 2,5JALAN TANAH ≤ 2,4JALAN KERIKIL ≤ 2,4

(Sumber : SKBI, 1987)

Tabel 2. Lapis PermukaanITP Tebal Minimum

(cm)Bahan

˂ 3,00 5 Lapis Pelindung : (Buras/Burtu/Burda)

3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam,HRA,Lasbutag,Laston

6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam,HRA,Lasbutag,Laston

7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag,Laston≥ 10,00 10 Laston

(Sumber : SKBI, 1987)

Tabel 3. Lapis Pondasi AtasITP TebalMinimum

(cm)Bahan

3,00 – 7,49 15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 50

Page 6: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

semen, stabilisasi kapur7,50 – 9,99 20 Batu pecah, stabilisai tanah dengan

semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam laston atas

10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, lapen,

laston atas≥ 12,25 25 ~~~

(Sumber : SKBI, 1987)

2) Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda, antara lain:a) Penetrasi Macadam (Lapen) merupakan lapis perkerasan yang terdiri

dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas Lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi dari 4-10 cm.

b) Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap lapisannya antara 3-5 cm.

c) Laston (Lapis Aspal Beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu.

Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur

Guna dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada si pemakai jalan, maka konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu:a. Syarat-syarat berlalu lintas

Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:1) Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak

berlubang.2) Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat

beban yang bekerja di atasnya.3) Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan

permukaan jalan sehingga tak mudah salip.4) Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.

b. Syarat-syarat kekuatan / strukturalKonstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul

dan menyebar beban, haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:1) Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/ muatan lalu

lintas ke tanah dasar.

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 51

Page 7: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

2) Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di bawahnya.

3) Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat sepat dialirkan.

4) Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.

Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut di atas, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur jalan haruslah mencakup:1) Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan.

Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing lapisan berdasarkan beberapa metode yang ada.

2) Analisa campuran bahanDengan memperhatikan mutu dan jumlah beban setempat yang tersedia, direncanakanlah suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang dipilih.

3) Pengawasan pelaksanaan pekerjaanPerencanaan tebal yang baik dan susunan campuran yang memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada tahap pemadatan dan pemeliharaan.

Disamping itu tak dapat dilupakan sistem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama umur pelayanan, termasuk di dalamnya sistem drainase tersebut.(Sukirman, 2003)

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Baru

Perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru umumnya dapat dibedakan menjadi 2 metode, yaitu:a. Metode Empiris, metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan

penelitian dari jalan-jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan yang sudah ada.

Terdapat banyak metode empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai negara, seperti:1) Metode AASHTO, Amerika Serikat, yang telah mengalami perubahan

terus-menerus, sesuai dengan penelitian yang diperoleh. Perubahan terakhir dilakukan pada edisi 1986, yang dapat dibaca pada buku AASHTO, “Guide For Design of Pavement Stuctures, 1986”.

2) Metode Bina Marga, Indonesia, yang merupakan modifikasi dari metode AASHTO 1972 versi 1981. Modifikasi ini dilakukan untuk penyesuaian dengan kondisi alam, lingkungan, sifat tanah dasar, dan jenis lapisan perkerasan yang umum dipergunakan di Indonesia. Edisi terakhir dari metode Bina Marga dikeluarkan tahun 1987, yaitu dapat dibaca pada “Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, SKBI-2.3.26.1987 UDC:625.73”.

3) Metode NAASRA, Australia, yang dapat dibaca pada “Interim Guide to Pavement Thickness Design”.

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 52

Page 8: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

4) Metode Road Note 29, Inggris.5) Metode Road Note31, Inggris. Metode ini dikeluarkan oleh TRRL khusus

untuk perencanaan tebal perkerasan lentur di negara-negara yang beriklim sub tropis dan tropis.

6) Metode Ashpalt Institute,yang dapat dibaca pada “ Thickness Design Ashpalt Pavement for Highways and Streets, MS-1”.

Disamping metode tersebut di atas terdapat banyak metode lain seperti metode yang dikembangkan oleh Japan Assc, NCSA dan lain-lain. Perencanaan tebal perkerasan lentur dengan metode empiris sebaiknya dilakukan tidak hanya menggunakan satu metode saja, tetapi beberapa metode. Hasil perencanaan akhir diperoleh dari hasil studi perbandingan dengan memperhatikan biaya konstruksi awal, life cycle cost, pemeliharaan, tenaga kerja, kemungkinan ketersediaan material yang diperlukan, asumsi yang diambil pada setiap metode, dan kondisi lingkungan.

Bahan Penyusun Perkerasan Lentur

Bahan penyusun lapis permukaan untuk perkerasan lentur yang utama terdiri atas bahan ikat dan bahan pokok.Bahan pokok bisa berupa pasir, kerikil, batupecah/ agregat dan lain-lain. Sedang untuk bahan ikat untuk perkerasan bias berbeda-beda, tergantung dari jenis perkerasan jalan yang akan dipakai. Bisaberupa tanah liat, aspal/ bitumen, portland cement, atau kapur/ lime.1. Aspal

Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam pekat yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal padalapis perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat antara agregat untuk membentuksuatu campuran yang kompak, sehingga akan memberikan kekuatan masing-masing agregat (Kerbs and Walker, 1971). Selain sebagai bahan ikat, aspal juga berfungsi untuk mengisi rongga antara butir agragat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.

Pada temperatur ruang aspal bersifat thermoplastis, sehingga aspal akan mencair jika dipanaskan sampai pada temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama agregat, aspal merupakan material pembentukcampuran perkerasan jalan.Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisarantara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran (Silvia Sukirman, 2003).

2. AgregatAgregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau

mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya SKBI -2.4.26.1987). Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai kerangka yang memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Agregat sebagai komponen utama atau kerangka dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75% – 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia Sukirman, 2003).

Kerusakan-kerisakan dan Pemeliharaan Permukaan Jalan

Penanganan konstruksi perkerasan apakah itu bersifat pemeliharaan, penunjang, peningkatan, ataupun rehabilitasi dapat dilakukan dengan baik

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 53

Page 9: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

setelah kerusakan-kerusakan yang timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi mengenai penyebab dan akibat dari kerusakan tersebut. Besarnya pengaruh suatu kerusakan dan langkah penannganan selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan oleh si pengamat, oleh karena itu si pengamat haruslah orang yang benar-benar menguasai jenis dan sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari kerusakan-kerusakan yang timbul. Kerusakan pada konstruksi jalan dapat disebabkan oleh:1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,

naiknya air akibat sifat kapilaritas.3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat

material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.

4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.

5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya yang memang jelek.

6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh

satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengait.Sebagai contoh, retak pinggir, pada awalnya diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis di bawahnya yang melemahkan ikatan antara aspal dan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang-lubang di samping melemahkan daya dukung lapisan di bawahnya. Dalam mengevaluasi kerusakan jalan perlu ditentukan:1. Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya2. Tingkat kerusakan (distress severity)3. Jumlah kerusakan (distress amount)

METODE

Observasi perkerasan lentur yang dimaksud dalam observasi ini adalah pengambilan data secara rasional yang berarti kegiatan observasi itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Pendataan dengan desain deskriftif yang bertujuan memperoleh data secara langsung/turun kelapangan dengan lembar observasi perkerasan lentur di Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta.

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 54

Mulai

Data:Sejarah pembuatan jalanLebar jalan (m)Jenis Agregat dan campuran bahan aspalVolume kendaraan yang lewat setiap harinya

Page 10: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diperlukaanya survey penilitian secara langsung untuk mengetahui perkerasan lentur di jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta. Kami melakukan survey pada hari Jumat 4 Oktober 2013 dan diperoleh hasil data survey sebagai berikut:1. Sejarah pembuatan Jalan

Jalan Soga, Tahunan,Umbulharjo, Yogyakarta dibuat pada tanggal 5 Juni 2012 dan selesai pada tanggal 5 Agustus 2012. Jalan ini dilaksanankan oleh perencana dari Candikarang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta yaitu CV. WAHYU INTAN dan dilaksanakan oleh Dinas PUP-ESDM kota Yogyakarta. Jalan ini direncanakan untuk jangka waktu kurang lebih 5 tahun. Lapisan dasarnya merupakan tanah asli ditambah dengan lapisan awal yaitu kerikil dan pasir serta permukaannyan dilapisi dengan aspal. Dimana campuran aspalnya sendiri adlah agergat halus dan agregat kasar, filler, dan bahan pengikat aspal. Aspal itu sendiri diperoleh dari PU. Perataan jalan itu sendiri dilakukan dengan bantuan masyarakat sekitar, yaitu dengan cara membersihkan jalan yang akan diaspal, kemudian menaruh pasir dan kerikil ke jalan yang akan diaspal sekaligus ke jalan yang berlubang, selanjutnya memadatkan jalan dengan alat berat dan setelah itu baru di aspal. Dana yang digunakan untuk pembuatan jalan ini berasal dari APBD kota Yogyakarta dan menghabiskan sebesar Rp.67.390.559. perawatan jalan dilakukan oleh pihak perencanan itu sendiri dengan cara mengecek kondisi jalan setiap 6 bulan sekali mengenai kelayakan jalan dan gelombang jalan. Volume kendaraan setiap harinya kurang lebih sekitar 200 kendaraan dengan rincian yang telah kami survey pada hari jumat sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Pengguna Jalan

Jenis Kendaraan Hari Jumat, 4 Oktober 2013Pukul 12.00 – 13.00 WIB Pukul 17.00 – 18.00 WIB

Motor 91 57Mobil 1 -Mobil Pick-Up 1 -Truk - -Sepeda 7 10Gerobak - 1

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 55

Selesai

Page 11: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

2. Tebal perkerasan jalan dan waktu yang diperlukan untuk merencanakan perencanaan tersebutKonstruksi jalan yang telah habis masa pelayanannya, telah mencapai indeks permukaan akhir yang diharapkan perlu diberikan lapis tambahan untuk dapat kembali mempunyai nilai kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat keamanan, tingkat kekedapan terhadap air, dan tingkat kecepatannya mengalirkan air. (Sukirman, 2007)Untuk itu sebelum merencanakan tebal lapisan tambahan, harus melakukan survey terhadap kondisi permukaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan permukaan jalan. Adapun hasil survey yang telah kami lakukan dapat diketahui bahwa kondisi dari lapisan permukaan Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta dalam keadaan baik. Jika sedang berkendara dengan kecepatan 40 km/jam dapat dinilai bahwa jalan tersebut nyaman untuk dilalui.

Tabel 5. Survey secara visual lapisan permukaan

Penilaian Baik Kritis RusakLapisan

permukaan - -

Tabel 6. Survey secara visual kenyamanan berkendara

Penilaian Nyaman Kurang Nyaman Tidak Nyaman

Motor(kecepatan 40 km/jam)

- -

Tabel 7. Survey visual berat kerusakan yang terjadi

Jenis kerusakan yang terjadi PenilaianRetak-retak (cracking) Lubang (pot hole) Ruting (alur) -Pelepasan butir (ravelling) -Pengelupasan lapis permukaan (stripping)

-

Keriting (corrugation) -Amblas (depression) Bleeding -Sungkur (shoving) Jembul (upheaval) -

Waktu yang diperlukan untuk merencanakan perencanaan jalan tersebut tidak terlalu lama, yaitu kurnag lebih 3 bulan dalam rentang jalan 600 m. Keawetan dan kekuatan perkerasan aspal pun juga akan bertahan cukup lama yaitu sekitar 10 tahun,dengan catatan harus dirawat dengan baik.

3. Keadaan jalan sekarang sesuai dengan perencanaan yang sudah direncanakan. Setelah kami melakukan survey pada hari Jum’at tanggal 4

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 56

Page 12: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

Oktober 2013 Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta dalam keadaan baik. Walaupun ada sedikit bagian jalan yang mengalami keretakan ringan, namun hal itu tidak dalam kondisi yang kritis. Hanya saja perlu dilakukan perawatan dengan baik, karena rencana awal pembuatan jalan ini untuk jangka waktu kurang lebih 5 tahun.

Sesuai dengan data yang kami peroleh dari hasil survey di Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta pada hari Jum’at tanggal 4 Oktober 2013 dapat diambil garis besarnya, yaitu :1. Faktor Biaya

Perkerasan beraspal (flexible pavement) umumnya membutuhkan biaya awal konstruksi yang lebih redah bila dibandingkan dengan perkerasan beton (rigid pavement), terlebih sebelum kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada kenaikan harga aspal. Namun untuk daya dukung tanah dasar dan umur rencana yang sama seperti perkerasan beton, maka keperluan agregat perkerasan beraspal akan lebih banyak, sehingga perlu pembukaan sumber material baru. Selain itu perkerasan berasapal lebih sesuai untuk lokasi yang tidak memiliki masalah dengan drainase, dan lalu lintas yang lewat tidak terlalu padat, seperti di Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta ini. Selain itu biaya pemeliharaan dapat dikurangi, apabila kerusakan yang terjadi seperti jalan berlubang segera ditangani sedini mungkin.

2. Faktor WaktuWaktu yang diperlukan dalam pekerjaan perkerasan beraspal tidak terlalu lama, dan pada umumnya setelah selesai konstruksi, jalan bisa langsung melayani kendaraan. Keawetan dan kekuatannya pun juga bisa bertahan kurang lebih sampai 10 tahun jika dipelihara dengan baik. Perkerasan beraspal ini lebih awet apabila melayani lalu lintas dengan kecepatan sedang karena sifatnya yang elastis dan kental.

3. Faktor Kenyamanan dan KeselamatanPada umumnya perkerasan beraspal sangat nyaman untuk dilalui dimana perkerasannya cukup rendah dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu jarak pengereman kendaraan di atas perkerasan beraspal juga cukup baik, karena nilai kekesatan permukaan hanya turu sedikit atau hampir konstan sepanjang umur rencana. Disamping itu juga, warnanya yang hitam atau gelap juga tidak memberikan efek silau pada siang hari.

4. Faktor LingkunganPerkerasan beraspal ini memerlukan energi yang tinggi, baik pada waktu

pencampuran, penghamparan, maupun pemadatan. Energi yang tinggi ini digunakan untuk memanaskan campuran beraspal (umumnya di atas 150 derajat Celcius), dan itu tentu menguras sumber-sumber energi yang ada di alam. Selain kebutuhan energi, dampak lain terhadap lingkungan adalah hasil pembakaran.

SIMPULAN

Survey mengenai perkerasan lentur di Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta yang telah dilakukan selama satu hari yaitu pada hari Jum’at tanggal 4 Oktober 2013. Dalam pengambilan data dilakukan pengecekan jalan mengenai kerusakan-kerusakan yang terjadi, agregat penyusun perkerasan lentur, dan volume kendaraan selama dua kali dalam sehari. Berdasarkan data hasil survei yang dilakukan diketahui beberapa hal sebagai berikut:

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 57

Page 13: jurnal Konstruksi jalan

Evaluasi Kelayakan...(Cahyadi Wijoyo, Citra Putri N, Muh Mukhtar Bukhori, Ramadan Jefri S/ hal. 1-14)

1. Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta dibuat pada tanggal 5 Juni 2012 dan selesai pada tanggal 5 Agustus 2012 (selama 3 bulan) dalam rentang jalan kurang lebih 600 m.

2. Lapisan dasar jalan tersebut merupakan tanah asli yang kemudian ditimpa dengan agregat dan aspal.

3. Tebal perkerasan di Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta sudah memenuhi syarat nilai kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat keamanan, tingkat kekedapan air, dan tingkat kecepatan air. Keawetan dan kekuatan jalan dapat bertahan sekitar 5 tahun sesuai dengan rencana awal perencanaan.

4. Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata untuk Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta berkisar antara 100 sampai 200 kendaraan per harinya.

SARAN

Melihat kondisi dari Jalan Soga, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta saat ini perlu sekali bagi kita untuk memperhatikannya. Hal yang perlu di perhatikan antara lain :1. Perlunya perawatan jalan yang secara rutin sesuai dengan perencanaan awal,

yaitu setiap enam bulan sekali.2. Kekompakan dan kerjasama antar warga masyarakat sangat dibutuhkan

dalam merawat jalan tersebut sehingga keawetan akan sesuai dengan perencanaan awal.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Sukirman Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta[2] Sukirman Silvia. 2003. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Jakarta

MARSHALL,VOL.2,NO.1, JANUARI 2014 58