jurnal kesmas 1
TRANSCRIPT
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 1/14
87
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
(Studi Terhadap PERDA Provinsi Nomor 08 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Semesta
di Kabupaten Gorontalo)
Marten Nusi
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
e-mail: [email protected]
Abstract: Policy Implementation of Public Health Insurance (Study on Provincial Local
Regulation No. 08 of 2012 On the Implementation of Universal Health Insurance Program inthe Gorontalo). JAMKESTA Programis is a program of local government that is oriented to
improving quality of life through the provision of health insurance guide. This study aims to describeand analyze the implementation of the Universal Health Insurance Program in GorontaloRegency, aswell as what are the supporting and inhibiting factors in the implementation of the Universal Health
Insurance Programin Gorontalo Regency. The method used in this study is qualitative research withthe data collecting technique are interviews, observation and documentation. Analysis of the data usedisinteractive model analysis. The results showed that the implementation of JAMKESTA program in
Gorontalo Regency there are some things that still be a problem in the field which hinder theachievement of the program objectives, both in terms of the program socialization, finance capitation,and service procedures are not clear in the technical implementation.
Keywords: policy implementation, health insurance program service
Abstrak: Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Studi Terhadap PERDA
Provinsi Nomor 08 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan KesehatanSemesta di Kabupaten Gorontalo).Program JAMKESTA merupakan program pemerintah daerah
yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam bentuk pemberian JaminanKesehatan Gratis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengalisis implementasi program Jaminan Kesehatan Semesta di Kabupaten Gorontalo, serta faktor apakah yang menjadi
pendukung dan penghambat implementasi program Jaminan Kesehatan Semesta di KabupatenGorontalo. Adapun Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitiankualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis
data yang digunakan adalah analisis model interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwaimplementasi program Jamkesta di Kabupaten Gorontalo masih terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dilapangan yang mengabat pencapaian tujuan program, baik dalam hal sosialisasi
program, pembiayaan kapitasi, serta prosedur pelayanan yang tidak jelas secara teknis pelaksanaan.
Kata kunci: implementasi kebijakan, layanan program jaminan kesehatan
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2004 pemerintah telah
mengesahkan undang-undang No 40 Tahun
2004 tentang sistem Jaminan Sosial yang
didalamnya mengatur tentang pemenuhan
akan jaminan kesehatan masyarakat.
Didalam rangka mewujudkan amanah
undang-undang tersebut, maka pemerintah
melaksanakan berbagai program Jaminan
Kesehatan yang dapat memberikan layanan
kesehatan gratis bagi setiap warga negara.
Berbagai program tersebut diantaranya
Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS), Asuransi Kesehatan
87
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 2/14
88
(ASKES), serta berbagai program Jaminan
Kesehatan lainnya. Tanggung jawab akan
pemberiaan Jaminan Kesehatan kepada
masyarakat tidak hanya menjadi kewajiban
Pemerintah Pusat saja, namun juga telah
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah,
hal ini sebagaimana tertuang didalam
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pasal 22H yang
menyatakan bahwa: “Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk menyelenggarakan
sistem Jaminan Sosial” yang didalamnya
telah mencakup sistem Jaminan Kesehatan.
Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah
satu diantara pemerintah daerah yang telah
menyelenggarakan sistem Jaminan
Kesehatan kepada masyarakat. Melalui
program Jaminan Kesehatan Semesta
(JAMKESTA), pemerintah daerah Provinsi
Gorontalo berupaya mewujudkan konsep
pemerataan layanan kesehatan bagi seluruh
lapisan masyarakat di wilayah Provinsi
Gorontalo.
Program Jaminan kesehatan Semesta
(JAMKESTA) yang digagas oleh Gubernur
Gorontalo tersebut merupakan inovasi, serta
komitmen pemerintah daerah dalam
memberikan jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat secara komprehensif
yang meliputi tindakan promotif, preventif,
kuratif dan Rehabilitatif bagi seluruh
penduduk di Gorontalo yang dibiayai oleh
sharing anggaran Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota, dengan melibatkan pihak
PT. Askes sebagai pengelola anggaran
unttuk pembayaran biaya kapitasi, dengan
maksud memberikan pelayanan kesehatan
yang sama bagi setiap masyarakat, serta
untuk menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan kesehatan bagi seluruh
masyarakat.
Satu diantara Kabupaten/ Kota di
Provinsi Gorontalo yang melaksanakan
program Jamkesta adalah Pemerintah Daerah
Kabupaten Gorontalo. Daerah ini sejak
program di gulirkan telah melaksanakan
program JAMKESTA, baik dari aspek
pendataan peserta, maupun layanan
kesehatan. Seiring dengan perjalanannya
pelaksanaan program Jamkesta di Kabupaten
Gorontalo, banyak menimbulkan
permasalahan yang menjadi kendala dalam
pencapaian tujuan program. Beberapa
permasalahan tersebut, yaitu: kurangnya
pemahaman masyarakat akan program
Jamkesta, hal ini berimplikasi pada adanya
masyarakat yang tidak terdaftar sebagai
peserta Jamkesta dan terdapat kebingungan
dari masyarakat dalam memperoleh layanan
kesehatan, khususnya berkaitan dengan
prosedur layanan program. Permasalahan
lainnya adalah kurangnya tenaga kesehatan,
yaitu dokter di beberapa Puskesmas,
koordinasi diantara aktor yang tidak berjalan
baik, serta tidak adanya dukungan dana dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo,
yang menyebabkan terbatasnya jumlah
peserta Jamkesta. Dilihat dari konteks
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 3/14
89
implementasi kebijakan, sebagaimana
Edaward III (dikutip dari Widodo, 2012)
keberhasilan pelaksanaan program dapat
dilihat dari empat variabel, yaitu: (1).
Komunikasi, (2). Sumberdaya, (3). Disposisi,
Dan yang ke (4). Struktur Birokrasi.
Variabel-variabel tersebut diatas memiliki
sub variabel penjelas sebagai indikator
pencapaian suatu impmentasi kebijakan.
Berbagai variabel diatas dapat dilihat sebagai
dimensi yang bisa mewujudkan keberhasilan
program Jamkesta, ketika hal tersebut
menjadi fokus perhatian pelaksana program,
sehingga tujuan dari program dapat tercapai
sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan
uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan, serta menganalisis
hal yang berkaitan dengan Implementasi
Program Jaminan Kesehatan Smesta di
Kabupaten Gorontalo, yang dilihat dari
beberapa aspek, yaitu: Sosialasi program,
Prosedur Pelayanan, serta Kondisi Sumber
Daya dalam pelaksanaan program Jamkesta.
Hal berikut yang juga menjadi tujuan adalah
untuk mendeskripsikan Apakah faktor yang
menjadi pendukung dan penghambat
implementsai program Jamkesta di
Kabupaten Gorontalo.
TINJAUAN PUSTAKA
Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan memiliki
kedudukan yang sangat crucial dalam proses
kebijakan publik. Bersifat crucial, karena
bagaimanapun baiknya suatu kebijakan kalau
tidak dipersiapkan dan direncanakan secara
baik dalam implementasinya, maka tujuan
kebijakan tidak akan bisa diwujudkan
(Widodo, 2012). Pembuatan kebijakan juga
telah diantisipasi untuk dapat
diimplementasikan.
Impementasi kebijakan berarti usaha
mewujudkan secara aktual alternatif yang
telah diplih untuk memecahkan masalah
(Islamy, 2007). Hal ini mencakup segala
kegiatan baik yang dilakukan oleh
pemerintah mapun oleh pihak swasta (secara
individual atau kelompok) yang diarahkan
untuk mencapai tujuan (memecahkan
masalah) yang telah ditetapkan.
Edward III (dikutip oleh Widodo, 2012)
menawarkan empat faktor atau variabel
yang dapat mempengaruhi keberhasilan
suatu kebijakan, yaitu:
1) Komunikasi, bahwa keputusan kebijakan
dan peraturan implementasi harus
ditransmisikan kepada setiap personil
dan sasaran kebijakan secara tepat.
2) Sumber Daya, ketersediaan sumber daya
dalam implementasi kebijakan
mempunyai peranan penting, tanpa
dukungan sumber daya, maka pelaksana
kebijakan tidak akan dapat
melaksanakan kebijakan.. Untuk
mengukur keberhasilan implementasi
kebijakan dengan variabel sumber daya,
maka sumber daya yang dimaksud, yaitu
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 4/14
90
Sumber daya manusia, anggaran, serta
sarana dan prasarana.
3)
Disposisi, Keberhasilan implementasi
kebijakan juga sangat dipengaruhi oleh
sikap para pelaksana program. Sikap
pelaksana ini menyangkut kemauan,
keinginan, serta kecenderungan aktor
dalam melaksanakan kebijakan. Dengan
dua variabel penting, yaitu:
pengangkatan birokrasi dan insentif.
4) Struktur Birokrasi, Kebijakan yang
kompleks menuntut adanya kerjasama
banyak orang, ketika struktur birokrasi
tidak kondusif pada kebijakan yang
tersedia, maka hal ini akan menghambat
jalannya kebijakan.
Kebijakan Jamkesta di Gorontalo
Program Jamkesta lahir untuk menjamin
keterjangkauan terhadap pelayanan
kesehatan bagi seluruh penduduk di wilayah
Provinsi Gorontalo. Untuk memperkuat
kebijakan tersebut, Gubernur atas
persetujuan DPRD Provinsi mengeluarkan
satu peraturan daerah (PERDA) No. 8 Tahun
2012 tentang penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan Semesta. Pada pasal 1
ayat 10 perda tersebut disebutkan bahwa:
“program jaminan kesehatan semesta yang
selanjutnya disingkat Jamkesta adalah upaya
pemeliharaan kesehatan masyarakat yang
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar pada Puskesmas beserta jaringannya
dan pelayanan kesehatan rujukan pada kelas
III Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang
tidak dipungut biaya” (PERDA No. 8 tahun
2012). Dengan konsep sharing anggran
antara pemerintah provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota program ini dan melibatkan
pihak ketiga, yaitu PT. ASKES Cabang
Gorontalo selaku Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan, maka diharapkan
program ini akan mampu memberikan
jaminan pemeliharaan kesehatan kepada
masyarakat secara komprehensif yang
meliputi Promotif, Preventif, Kuratif, dan
Rehabilitatif yang mencakup seluruh
penduduk yang ada diwilayah Gorontalo
(Pasal 3 Perda No. 8 tahun 2012 tentang
Jamkesta).
METODE PENELITIAN
Merujuk pada permasalahan yangdiangkat dalam fokus permasalahan
penelitian ini, maka metode penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan maskud untuk mendiskripsikan dan
menganalisa hasil temuan penelitian berupa
kejadian yang ditemukan dilapangan dalam
bentuk uraian-uraian dan bukan dalam
bentuk angka. Metode pengumpulan data
yang digunakan dengan teknik Wawancara,
Observasi dan Dokumentasi. Penggunaan
metode tersebut diharapkan akan dapat
menghimpun data-data yang diperlukan, baik
data primer, maupun sekunder. Analisis data
yang digunakan adalah analisis data
interaktif model Miles dan Humberman
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 5/14
91
(1999) yang meliputi: Reduksi data,
Penyajian Data dan verivasi/kesimpulan
yang kesemuanya dilakukan selama proses
penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Semesta di Kabupaten
Gorontalo
1)
Sosialisasi Program
Salah satu proses yang dilakukan dalam
implementasi program Jaminan Kesehatan
Semesta di Gorontalo adalah tahapan
sosialisasi. Proses Sosialisasi dalam
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan
Semesta di Gorontalo pada umumnya dan
lebih khusus di Kabupaten Gorontalo
berdasarkan temuan penelitian telah
dilakukan dengan berbagai macam cara dan
melibatkan berbagai aktor pelaksana
dilapangan. Baik itu Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo, PT. Askes sebagai
penyelenggara program, serta Dinas
Kesehatan Kabupaten Gorontalo beserta
jajarannya ditingkat bawah. Bentuik
sosialisasi tersebut dilakukan melalui medialokal di Gorontalo, yaitu Radio RRI
Gorontalo yang dipublikasikan pada pukul
06.00 pagi setiap hari selama sebulan dengan
durasi waktu yang hanya 2 menit yang
kontennya berisi tentang himbauan kepada
masyarakat untuk dapat mendaftarkan diri ke
PT. Askes Gorontalo dengan membawa
syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Kurangnya intensitas waktu sosialisasi, serta
konten yang disampaikan hanya bersifat
umum membuat masyarakat tidak memliki
pemahaman secara konprehensif mengenai
program Jamkesta. Temuan penelitian
menyebutkan bahwa terdapat masyarakat
yang tidak masuk sebagai peserta Jamkesta
diakibatkan tidak memperoleh infromasi
mengenai Jamkesta, selain itu terdapat juga
masyarakat sebagai peserta Jamkesta yang
tidak memahami bagaimana prosedur
pelayanan yang harus ditempuh. Bentuk
sosialisasi lainya adalah lewat pertemuan-
pertemuan formal lintas sektor di tingkat
Kecamatan yang diadakan oleh Puskesmas.
Namun berdasarkan temuan yang didapat,
bahwa pertemuan tersebut tidak hanya
membahas isu Jamkesta saja, tetapi program
kesehatan secara umum yang ada di
Kecamatan tertentu. Sehingga penyampaian
tentang program Jamkesta tidak begitu
optimal dilakukan.
Persepsi masyarakat sebagai peserta
Jamkesta yang tidak memliki infomasi
seutuhnya mengenai hak penggunaan kartu
Jamkesta, serta prosedur layanan kesehatan,
telah membuat kebingungan sendiri bagi
masyarakat. Salah satu yang bisa dilihat
adalah banyaknya peserta Jamkesta yang
langsung datang ke Rumah Sakit tanpa
membawa surat rujukan dari rumah sakit,
padahal aturannya setiap pasien harus
melakukan pemeriksaan dulu di Puskesmas,
setelah itu ketika didiagnosis perlu
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 6/14
92
mendapatkan perawatan lanjutan di Rumah
Sakit, barulah diberikan surat rujukan.
Implikasi diatas merupakan salah satu dari
sekian dampak yang timbul akibat dari
sosialisasi atau transmisi infomasi yang tidak
jelas ke masyarakat. Kedudukan sosialisasi
atau dalam pendapatnya edrward III
dikatakan sebagai transmisi merupakan
bentuk komunikasi yang membutuhkan
kejelasan, dimana untuk mencegah
munculnya kesalahan pemahaman pada
sasaran program, maka bentuk komunikasi
harus di perbaiki. . (Edward III, dikutip oleh
Widodo, 2012).
Persepsi yang utuh akan konsep dari
kebijakan tidak hanya dituntut kepada
masyarakat, namun lebih dari itu aktor
pelaksana kebijakan program Jamkesta juga
harus memahami secara jelas mengenai
program. Baik itu tenaga administrasi,
maupun tenaga dokter yang ada disetiap
tingkatan layanan kesehatan. Dari temuan
penelitian menunjukan bahwa terdapat
adanya tenaga dokter yang masih
memberikan resep obat diluar kententuan,
yang pada akhirnya membuat masyarakat
harus mengeluarkan biaya untuk membeli
obat, padahal sesungguhnya segala hal yang
menyangkut tentang pengobatan pasien
Jamkesta telah ditanggung sepenuhnya oleh
didalam program tersebut. Hal ini tentu
sangat merugikan masyarakat, khusunya bagi
masyarakat miskin. Konsistensi dan
ketegasan terhadap ketentuan program dari
pelaksana kebijakan haruslah ditunjukan
dalam setiap proses implementasi program,
baik yang menyangkut prosedur pelayanan
kesehatan, maupun yang menyangkut hak-
hak lainnya yang melekat pada setiap
pemegang kartu Jamkesta. . Edward III
(dikutip oleh Widodo, 2012, h. 104)
menegaskan bahwa keberhasilan
implementasi kebijakan bukan hanya
ditentukan oleh sejauh mana para pelaku
kebijakan mengetahui apa yang harus
dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi
juga ditentukan oleh kemauan para pelaku
kebijakan tadi memiliki disposisi yang kuat
terhadap kebijakan yang sedang
diimplementasikan.
2) Prosedur Pelayanan
a. Prosedur Kepesertaan
Implementasi program Jaminan
Kesehatan Semesta secara umum memliki
alur untuk kepesertaan. Prosedur yang
dimaksud dalam kepesertaan ini adalah hal
yang berkaitan dengan proses pendaftaran
diri masyarakat untuk memperoleh kartu
JAMKESTA.
Proses implementasi program Jamkesta
di Provinsi Gorontalo, lebih khusus di
Kabupaten Gorontalo telah diatur sesuai
sistem kerja, atau standar pelaksanaan.
Standar pelaksanaan program tersebut
berdasarkan temuan penelitian berkaitan
dengan dua hal. Salah satunya adalah
Prosedur kepesertaan yang memuat tentang
aturan main yang harus dilalui oleh setiap
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 7/14
93
masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai
peserta Jamkesta. Berdasarkan temuan
penelitin bahwa untuk prosedur kepesertaan,
masyarakat sebagai calon peserta Jamkesta
di arahkan untuk melakukan pendaftaran ke
Kantor PT. Askes Gorontalo. Dengan
membawa syarat-syarat yang telah
ditetapkan, berupa KTP dan Kartu Keluarga
(KK) maka masyarakat sudah bisa
mendapatkan kartu Jamkesta. Secara
normatif layanan kepesertaan ini dapat
dikatakan sudah cukup baik. Artinya bahwa,
sebelum masyarakat mendapatkan layanan
kesehatan gratis melalui program
pemerintah, maka terlebih dahulu
masyarakat melewati proses pendaftaran
yang dengan itu akan mempermudah
pendataan peserta yang belum memliki
Jaminan Kesehatan apapun dari pemerintah.
Secara faktual implementasi prosedur
pelaksanaan ini terhambat dengan kurangnya
kejelasan akan ketentuan yang harus di
penuhi oleh masyarakat untuk di daftar
sebagai peserta. Terdapat sebagian
masyarakat yang datang mendaftar tidak
mengetahui syarat-syarat apa yang harus
bawa pada saat pendaftaran. Sehingga
masyarakat menjadi bingung dan harus
kembali pulang untuk melengkapi ketentuan
kepesertaan. Padahal sebagaian dari
masyarakat tersebut adalah orang yang
datang jauh dari pelosok Kabupaten
Gorontalo dan Kabupaten Lainnya yang
akses transportasinya cukup jauh. Kejelasan
informasi yang disampaikan kepada
masyarkat tentang teknis pelaskanaan
program sudah selayaknya di pamahi dengan
baik oleh aktor pelaksana. Kesyukaran dan
ketidak jelasan tekniks pelaksanaan pada
akhirnya dapat menghambat pelaksanaan
program. Mazmainan dan Sabtier (dikutip
oleh Nugroho, 2011) menyebutkan bahwa
mudah-tidaknya masalah yang dilaksanakan
salah satunya dikendalikan oleh teknis
pelaksanaan. Dari sisnilah maka perlu
adanya konitmen yang kuat dari pelaksana
program untuk dapat mempermudah akses
masyarakat yang datang mendaftarkan diri,
dengan memberikan kejelasan prosedur
kepesertaan melalui intensitas transformasi
informasi, serta regulasi turunan sebagai
alternatif bagi masyarakat yang datang dari
Kabupaten jauh.
Pelaksanaan prosedur kepesertaan dalam
temuan penelitian juga terhambat oleh
kurangnya tenaga staf yang melayani calon
peserta. Dimana sejak dibukanya program
Jamkesta, dengan banyaknya masyarakat
yang datang mendaftarkan diri, hal ini
menyebabkan antrian yang cukup panjang
dan memakan waktu yang cukup lama.
Keterbatasan tenaga staf dalam pelayanan
peserta Jamkesta ini perlu mendapat
perhatian dari PT. Askes dengan jalan
menambah personil dengan kualifikasi
tertentu, melalui sistem perekrutan yang
secara internal di PT. Askes. sehingga ketika
stafnya mendukung secara kuantitas dan
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 8/14
94
kualitas, maka pelaksanaan pelayanan
prosedur kepesertaan akan dapat
menguntungkan masyarakat sebagai sasaran
program dan tujuan programpun bisa
tercapai. Dukungan staf (sumber daya
manusia) dalam implementasi kebijakan
sangatlah diperlukan dalam pencapaian
tujuan dari kebijakan. (Van Metter dan Van
Horn dikutip oleh Nugroho, 2012).
b. Prosedur Pelayanan Kesehatan
Setelah masyarakat terdaftar sebagai
peserta dan mendapatkan kartu JAMKESTA,
maka hak sebagai peserta untuk
mendapatkan layanan kesehatan telah
melakat padanya dan bisa menggunakan hak-
hak tersebut untuk berobat di tempat-tempat
pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh PT.
Askes (Persero) Gorontalo, baik itu ditingkat
puskesmas, maupun rumah sakit umum
daerah.
Prosedur pelayanan kesehatan program
Jaminan Kesehatan Semesta (JAMKESTA)
memiliki model sistem berjenjang, yang di
awali dari pelayanan tingkat pertama, dalam
hal ini puskesmas dan jaringannya,
kemudian atas rujukan tingkat pertama bisa
melakukan pengobatan di layanan tingkat
lanjut atau Rumah Sakit. Dari temuan
penelitian, pada dasarkanya tidak terdapat
kendala teknis pelayanan kesehatan kepada
setiap peserta Jamkesta. Karena sistem yang
berlaku di Jamkesta pada prinsipnya sama
dengan sistem layanan kesehatan dalam
program Jaminan Kesehatan lainnya.
Sehingga secara teknis para peugas di
berbagai tingkatan layanan kesehatan sudah
terbiasa dengan sistem layanan tersebut.
Namun hal yang menjadi kendala adalah
pada tataran tingkat pemahaman masyarakat
akan sistem berjenjang. Dimana banyak
diantara masyarakat yang tidak mengikuti
proses berjenjang dalam pengobatan.
Ketidakpahaman masyarakat akan
sistem layanan kesehatan, menyebabkan
banyaknya masyarakat yang melakukan
pengobatan dengan mendatangi langsung
Rumah Sakit, dengan harapan mendpatkan
pelayanan langsung dari dokter spesialis,
padahal sesunggungnya mereka harus
melawati Puskesmas terlebih dahulu untk
dilakukan pemeriksaan awal. Disinilah
dibutuhkan upaya=upaya yang jalas dan
terarah untuk dapat memberikan pemahaman
yang baik kepada masyarakat terhadap
sistem layanan kesehatan program Jamkesta.
3) Sumber Daya
a.
Sarana Kesehatan
Salah satu sumber daya yang
mendukung pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Semesta di Kabupaten Gorontalo
adalah tersedianya sarana kesehatan yang
memedai yang dapat mempermudah
masyarakat untuk mendapatkan layanan
kesehatan. Sebagaimana temuan penelitian
menunjukan bahwa, sarana kesehatan di
Kabupaten Gorontalo tersebar di semua
tingkatan, baik pada tingkat Kecamatan,
maupun pada tingkat Desa/Kelurahan.
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 9/14
95
Jumlah sarana kesehatan sesuai dengan data
temuan diantaranya terdiri atas: 1 (satu) buah
Rumah Sakit Umum yaitu RSUD. Dr. M.M.
Dunda, 20 Puskesmas yang terbagi dalam 5
Puskesmas Perawatan dan 15 Puskesmas
Non Perawatan, dengan 67 Puskesmas
Pembantu (PUSTU), 28 Puskesmas Keliling
(Pusling), 55 Poskesdes, 420 Posyandu, 1
Gudang Farmasi, 18 Apotik, 6 Toko Obat.
Keberadaan sarana kesehatan yang
sampai ke tingkat Kelurahan/Desa, baik Pos
Kesehatan Desa, maupun Puskesmas
Pembantu telah memberikan gambaran
bahwa fokus pengembangan sarana
kesehatan dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Gorontalo menjadi salah satu
faktor pendukung dalam implementasi
program Jamkesta. Hal ini sejalan dengan
pendapat Edward III (dikutip oleh winarno,
2012) yang mengemukakan 4 (empat) faktor
utama dalam implementasi kebijakan, salah
satunya adalah adanya sarana yang memadai
yang dapat menunjakan kelancaran
implementasi kebijakan, karena ketersediaan
sarana ini akan dapat memberikan kepuasan
pada masyarakat selaku sasaran program.
Adanya sarana kesehatan tersebut perlu
ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang
memadai, misalnya saja alat-alat kesehatan,
tempat tidur pasien, serta kelengkapan alat
medis lainnya, serta tenaga dokter yang
dapat memperlancar pelayanan kesehatan
pada masyarakat. Karena dari hasil
pengamatan peneliti, ditemukan adanya
beberapa Puskesmas tidak memiliki tenaga
dokter, sehingga memunculkan kekecewaan
dari masyarakat yang akan berobat. Selain
itu terlihat juga di beberapa Pos Kesehatan
Desa atau Puskesmas Pembantu tidak
tersedia tenaga kesehatan, seperti perawat
pada jam-jam yang membutuhkan pelayanan.
Disadari bahwa dukungan sumber daya
berupa sarana kesehatan tidak akan
berfungsi, kalau tidak didukung oleh sumber
daya lainnya, seperti doketr, amupun
perawat. Karena instrumen utama dalam
pelayanan kesehatan pada masyarakat adalah
bagaimana masyarakat mendapatkan
kepuasan dalam berobat melalui tenaga
dokter secara langsung.
b. Anggaran
Prinsip pembiayaan Impelemtasi
program Jaminan Kesehatan Semesta
(Jamkesta) di Gorontalo pada dasaranya
merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah Provinsi Gorontalo dengan
Pemrintah Daerah Kabupaten/Kota.
Komitmen bersama dalam pembiayaan
tersebut dituangkan dalam perjanjian
kesepakatan bersama antar Gubernur dan
suluruh Bupati/Walikota. Pembiayaan
bersama tersebut telah dibagi sesuai dengan
kemampuan APBD masing-masing daerah.
Tujuan pertanggung jawaban bersama dalam
pembiayaan ini sebenarnya lebih kepada
bentuk pemahaman bahwa program bidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup masyarakat adalah menjadi
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 10/14
96
tanggung jawab bersama pemerintah daerah
sesuai dengan amanat undang-undang.
Berdasarkan hasil temuan penelitian
menunjukan bahwa dari seluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo,
hanya Kabupaten Gorontalo yang tidak
menganggarkan untuk pembiayaan program
Jamkesta. Pembiayaan hanya di sediakan
oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan
porsi anggaran tersebesar untuk Kabupaten
Gorontalo dibandingkan Kabupaten/Kota
lainnya. Untuk tahun 2013 anggaran untuk
Kabupaten Gorontalo telah mencapai
14.532.430.000 dengan jumlah peserta
sebanyak 132.113 jiwa. Besaran dana yang
diberikan oleh Pemerintah Provinsi
Gorontalo tersebut telah sebanding dengan
jumlah penduduk yang di Kabupaten
Gorontalo yang lebuh banyak bila
dibandingkan dengan yang lainnya.
Berdasarkan pernyataan dari informan yang
peneliti wawancarai terungkap bahwa salah
satu alasan mengapa tidak dianggarakan
karena jumlah masyarakat miskinnya sudah
terkafer dengan program Jamkesmas. Fakta
berbeda yang peneliti temukan dengan apa
yang diungkapkan oleh informan diatas,
dimana terdapat banyak masyarakat miskin
yang belum dikafer dalam program Jaminan
Kesehatan apapun oleh pemerintah.
Sesungguhya dampak dari tidak tersedianya
anggaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Gorontalo dalam kesimpulan peneliti adalah
tidak terpenuhinya tujuan konsep
pemerintaan kesehatan dari program
Jamkesta. Masih banyak masyarakat yang
tidak terkafer menunjukan bahwa
argumentasi yang dibangun oleh Dinas
Kesehatan sangat tidak tepat bila
dibandingkan dengan fakta temuan
dilapangan. Kedudukan sumber daya
anggaran dalam implementasi kebijakan
merupakan salah satu variabel penentu
keberhasilan program, sehingga perlu adanya
kemampuan dari unsur birokrasi dalam
menyediakan dan memanfaatkan sumber
daya tersebut dengan baik. (Van Metter dan
Van Horn dikutip oleh Nugroho, 2012).
Sesungguhnya besaran anggaran yang
diberikan oleh Pemerintah Provinsi
Gorontalo kalau dilihat dengan kebutuhan
masyarakat Kabupaten Gorontalo yang
belum memliki Jaminan Kesehatan terhitung
masih kurang, artinya perlu ada dukungan
dana dari Pemerintah daerah Kabupaten
Gorontalo terhadap pembiayaan pelaksanaan
program. Hal ini mengingat jumlah
masyarakatnya yang banyak dan tidak
terkafer dalam Jaminan Kesehatan apapun.
Disatu sisi pemerintah Kabupaten Gorontalo
tidak memiliki program Jaminan Kesehatan
gratis lainnya, selain Jamkesmas yang nota
bene program Pemeirntah Pusat. Kekuatan
anggaran atau dana tidak dapat disangkal
sebagai salah satu faktor penentu dalam
program pelayanan apapun. Dalam program-
program regulatif, dana juga diperlukan
untuk menggaji atau menyewa tenaga
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 11/14
97
pesonalia agar bisa berkerja dengan baik.
Sabatier dan Mazmanian (dikutip oleh
Wahab, 2012).
Keteresediaan dana yang cukup untuk
pembiayaan program Jamkesta akan bisa
memberikan dampak pada pencapain tujuan
implementasi program. Wiwik Sulandari
(2010) dalam penelitiannya mengungkapkan
bahwa faktor sumber daya, khususnya
anggaran sangat mempengaruhi keberhasilan
suatu kebijakan. Sehingga peningkatan
supply anggaran dari pemerintah mutlak
dilakukan oleh pemerintah.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan Program Jamkesta di
Kabupaten Gorontalo
1)
Faktor Pendukung
a. Adanya Dukungan Anggaran dari
Pemerintah Provinsi Gorontalo
Sebagai program unggulan dari
Gubernur Gorontalo dalam rangka
mensejahterakan masyarakat di bidang
kesehatan. Maka anggaran yang
dogelontorkan untuk bidang ini terhitung
cukup besar dibandingkan program
pembangunan di bidang lainnya. Khusus
untuk Kabupaten Gorontalo, dengan
mempertimbangkan potensi daerah, baik dari
sisi jumlah penduduk, letak geografis, serta
potensi lainnya mendapat kucuran anggaran
yang besar bila dibandingkang dengan
Kabupaten/Kota lainnya. Besaran anggaran
yang diberikan tersebut tentu bisa
memberikan jaminan pelayanan gratis bagi
masyarakat di Kabupaten Gorontalo dengan
jumlah penduduk terbanyak dari semua
Kabupaten/Kota. Hal ini terlihat dari jumlah
peserta di tahun 2013 sebanyak 132.113 jiwa
dari anggaran sebesar 14.532.430.000.
Besaran anggaran yang ada di
peruntukan untuk membiayai layanan
kesehatan yang diberikan pada semua
tingkatakan layanan kesehatan di Kabupaten
Gorontalo sebagai kompensasi dari layanan
kesehatan, dana tersebut telah menyangkut
keseluruhan pengobatan bagi setiap pasien.
Baik dalam berupa pemeriksaan dokter di
Puskesmas, sampai ke poli spesial di Rumah
Sakit Pemerintah Daerah, tindakan opersi,
persalinan, obat-obatan dan layanan lainnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
pedoman penyelenggaraan Jamkesta.
Ketiadaan dukungan dana dari
Pemerintah Kabupaten Gorontalo berdampak
pada terbatasnya jumlah peserta Jamkesta.
Dimana dari hasil temuan peneltian
menunjukan bahwa masih banyak
masyarakat di Kabupaten Gorontalo yang
belum mendapatkan program Jaminan
Kesehatan Semesta, padahal dalam kategori
kelayanan, masyarakat-masyarakat tersebut
layak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
gratis. Dapat diakui pada dasarnya bahwa
program Jaminan Kesehatan Semesta
(Jamkesta) merupakan program yang sangat
menuntut keterlibatan dari semua pihak yang
ada dalam lingkup wilayah Provinsi
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 12/14
98
Gorontalo. Sehingganya telah diatur secara
jelas dalam Perda Provinsi No. 8 Tahun
2012, menyebutkan bahwa “pembiayaan
peserta Jamkesta dilaksanakan bersama
antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota”. Pembiayaan menjadi salah
satu bentuk tanggungan jawab bersama
antara Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota Gorontalo. Pelaksanaan
suatu kebijakan dapat di pahami tidak hanya
dibebankan pada salah satu pihak saja
sebagai pelaksana, namun juga perlu
keterlibatan pihak lain yang secara struktur
birokrasi memeliki tanggung jawab bersama.
Menurut Islamy (2009) kebijakan negara
adalah bersifat self-executing, tetapi yang
paling banyak adalah non self-executing
artinya kebijakan negara perlu diwujudkan
dan dilaksanakan oleh berbagai pihak
sehingga akan nampak efeknya.
b.
Tersedianya Sarana Kesehatan
Faktor pendukung selanjutnya yang
dinilai sebagai bagian yang mendukung
pelaksanaan program Jamkesta di Kabupaten
Gorontalo adalah sarana kesehatan. Pada
semua tingkat Kecamatan telah ada sarana
kesehatan Puskesmas, dengan kategori
standar yang hanya melayani rawat jalan dan
kategori Global yang dapat melayani rawat
jalan dan rawat inap. Serta sarana kesehatan
lain di tingkat Desa/Kelurahan, yaitu Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes), maupun
Puskesmas Pembantu (Pustu). Serta Rumah
Sakit milik Pemerintah Daerah dan sarana
penudung lainnya.
Adanya sarana kesehatan ini sangat
membantu masyarakat di Kabupaten
Gorontalo untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan. Akses layanan kesehatan yang
semakin terjangkau dapat memberikan
kemudahan bagi masyarakat sekitar,
sehingga tidak perlu lagi harus pergi ke
Rumah Sakit yang jaraknya cukup jauh dari
bebera Desa untuk berobat, bila penyakitnya
bisa ditangani di tingkat Puskesmas, maupun
Pos Kesehatan Desa/Puskesmas Pembantu.
Perhatian pemerintah dalam
menyediakan layanan kesehatan kepada
seluruh masyarakat telah menjadi suatu
kewajiban yang di atur dalam undang-
undang 1945 pasal 34 ayat 2 yang
menyatakan bahwa: “…negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak…”. Sehingga ketersediaan
sarana kesehatan yang cukup memadai
tersebut oleh pemerintah Daerah Kabupaten
Gorontalo harus didukung oleh tenaga
kesehatan, baik dokter dan perawat, serta
ketersediaan sarana pendukung lainnya yang
dapat memperlancar dan memberikan
kemudahan pelayanan pada pasien.
2) Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung, terdapat juga
faktor penghambat dalam implementasi
program Jamkesta di Kabupaten Gorontalo
yang teridentifikasi dari hasil penelitian.
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 13/14
99
Berdasarkan temuan lapangan yang
diperolaeh dari hasil wawancara dan
dokumen terdapat beberapa hal yang menjadi
kendala pelaksanaan program Jamkesta di
Kabupaten Gorontalo. Kendala- tersebut
yaitu: Kurangnya Sosialisasi Tentang
Program Jamkesta. Hal ini didasarkan pada
temuan penelitin yang dilakukan melalui
wawancara dengan beberapa informan.
Adanya masyarakat yang tidak masuk
sebagai peserta, serta tidak memahami
prosedur program dilihat sebagai implikasi
dari tidak maksimalnya sosialisasi yang
dilakukan. Selama proses yang dilakukan
tidak memperhatiakn aspek-aspek yang
dapat mendukung proses sosialisi, baik yang
menyangkaut transmisi infomasi kepada
masyarakat sebagai penerima dampak
kebijakan secara komprehensif, maupun
aspek kejelasan dan konsistensi mengenai
konsep program Jamkesta. Edward III
(dikutip oleh Agustino, 2008) telah membagi
salah satu variabel kedalam sub varibale
pendukung dari kelancaran informasi
program. Variabel Komonikasi menurut
Edaward III adalah varibel yang krusial
dalam implementasi didalamnya terdapat sub
variabel yang bersifat sistemik, baik berupa
Transmisi, Kejelasan, Serta Konsistensi dari
konsep yang di komunikasi dengan sasaran
kebijakan.
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa hal yang telah
dijelaskan sebelumnya dalam pembahasan
penelitian, maka secara umum dapat
disimpulkan bahwa implementasi program
Jaminan Kesehatan Semesta di Kabupaten
Gorontalo sejak digulirkan telah berjalan
cukup baik. Artinya, hal-hal yang
menyangkut sosialisasi program yang
dilakukan dengan berbagai bentuk, prosedur
pelayanan yang dibagi pada dua hal, yaitukepesertaan dan prosedur pelayanan, serta
kondisi sumber daya yang dilihat dari dua
aspek, yaitu sarana kesehatan dan anggaran
telah dilaksanakan, sekalipun beberapa hal-
hal yang tersebut masih menjadi kendala
yang berdampak pada kurang berhasilnya
capaian dari tujuan program. Konsep
pemerataan dan keadilan yang menjadi
orientasi program belum dapat terpenuhi
seutuhnya, denagan demikian, maka
masyarakat hanya bisa berharap kepada
pemerintah akan adanya perbaikan dari
implementasi program Jamkesta kedepan,
baik secara sistem, maupun kondisi sumber
daya yang ada.
Program Jamkesta di Gorontalo
merupakan program baru inisiatif
Pemerintah Provinsi Gorontalo, sehingga hal
tersebut menarik perhatian peneliti untuk
didalami dalam sebuah penelitian.
Bergulirnya program pemerintah pusat
tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
7/23/2019 jurnal kesmas 1
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-kesmas-1 14/14
100
dibawah naungan BPJS, maka secara
otomatis program Jamkesta telah berakhir
dan dileburkan ke dalam sistim JKN. Untuk
itu ke depan diperlukan penelitian lanjutan
yang dapat melihat secara mendalam
mengenai konsep JKN dan pelaksanaanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 2012. Analisis
Kebijakan: Dari Formulasi ke
Penyusunan Model-Model Implementasi
Kebijakan Publik . PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan
Publik . Edisi Kedua. Alfabeta. Bandung
Islamy, Irfan. 2009. Kebijakan Publik .
Universitas Terbuka. Jakarta.
Miles, B. Matthew & Huberman A. Michael.
1992. Analisis Data Kualitatif .Terjemahan oleh Rohidi, Tjetjep
Rohendi. Edisi Pertama. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Nugroho, R. 2012. Public Policy: Dinamika
Kebijakan, Analisis Kebijakan,
Manajemen Kebijakan. Edisi Revisi
ketiga. Media Komputindo. Jakarta
Pemerintah Provinsi Gorontalo, t.t.Peraturan
Daerah Provinsi Gorontalo No. 8 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan Semesta. Gorontalo
Pemerintah Kabupaten Gorontalo, 2012.
Profil Dinas Kesehatan. Limboto,
Gorontalo
Pemerintah Provinsi Gorontalo, 2012.
Panduan Penyelenggaraan Jamkesta.
DINKES. Gorontalo
Wiwik, Sulandari. 2010. Implementasi
Kebijakan Peningkatan Derajat
Kesehatan Masyarakat. Tesis. FIA
Universitas Brawijaya. Malang.
Widodo, Joko. 2012. Analisis Kebijakan
Publik: Konsep dan Aplikasi Proses
Kebijakan Publik . Malang: Bayu Media
Publishing.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik:
Teori, Proses, dan Studi Kasus. CAPS.
Yogyakarta
Yeni Pujowati, 2009. Tesis: Implementasi
Kebijakan Peningkatan Pelayanan
Kesehatan. FIA. UB. Malang