makalah limbah kesmas

50
BAB I PENDAHULUAN Limbah Rumah sakit (RS) merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan RS dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Limbah RS yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Karena sesuatu bahan membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus dibuang lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan harus dibuang setelah proses produksi. Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan penolong. Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian,yaitu: limbah cair, limbah gas/asap dan limbah padat.

Upload: lucky-sandy-centauri

Post on 24-Jul-2015

401 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah limbah kesmas

BAB I

PENDAHULUAN

Limbah Rumah sakit (RS) merupakan limbah yang dihasilkan dari

kegiatan RS dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat

mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun,

dan sebagian bersifat radioaktif. Limbah RS yaitu buangan dari kegiatan

pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah

pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun

yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian

lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik.

Karena sesuatu bahan membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan

pada akhir proses air ini harus dibuang lagi yang ternyata telah mengandung

sejumlah zat berbahaya dan beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air

terkandung dalam bahan baku harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada

limbah yang terkandung dalam bahan dan harus dibuang setelah proses produksi.

Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan penolong.

Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian,yaitu: limbah cair,

limbah gas/asap dan limbah padat.

Ada industri tertentu menghasilkan limbah cair dan limbah padat yang

sukar dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah

cair, yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik

membutuhkan air untuk pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai yang

sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain. Karena kebutuhan air hanya untuk

pendinginan dan tidak untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar

itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut. Pabrik hanya menggunakan air yang

sudah air yang sudah tercemar pabrik harus selalu dilakukan pada berbagai tempat

dengan waktu berbeda agar sampel yang diteliti benar-benar menunjukkan

keadaan sebenarnya.

Page 2: makalah limbah kesmas

Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.

Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin

memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain

berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah

berat dan malam hari turun bersama embun.

Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat

merupakan sampingan hasil proses produksi. Pada beberapa industri tertentu

limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya

membutuhkan satu pabrik pula. Limbah penduduk kota menjadikan kota

menghadapi problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya sistem

pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah. Menurut

sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia maupun

biologi.

Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini, sedangkan limbah gas yang

sering dinilai berdasarkan satu karakteristik saja seperti halnya limbah padat.

Berbeda dengan limbah padat yang menjadi penilaian adalah karakteristik

fisikanya, sedangkan karakteristik kimia dan biologi mendapat penilaian dari

sudut akibat. Limbah padat dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air dan

limbah gas dilihat dari sudut kualitatif maupun kuantitatif.Sifat setiap jenis limbah

tergandung dari sumber limbah.

BAB II

Page 3: makalah limbah kesmas

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Limbah Rumah Sakit

Limbah adalah bagian dari hasil produksi yang pada umumnya dapat

menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik. Dari semua

kegiatan-kegiatan rumah sakit, menghasilkan berbagai macam limbah berupa

benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari

kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi

masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah

rumah sakit. Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang

berupa benda cair, padat dan gas.

Sesuai dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa

setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan

kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan

penanggulangan pencemaran dan pemulihan.

Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan

rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu :

Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.

Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.

Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.

Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas

yang diperlukan.

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan

menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-

pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan

kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan

Page 4: makalah limbah kesmas

berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan

limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah

telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk

disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit

masih perlu ditingkatkan lagi.

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil

proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair yakni

buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis

yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas

cucian luka, cucian darah, air limbah laboratorium, dan lain-lain.

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara

umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu

sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang

terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan menjadi

a. Limbah benda tajam yaitu obyek atau alat yang memiliki

sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat

memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,

perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau

bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan

dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi

oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan

beracun atau radioaktif.

b. Limbah infeksius yaitu limbah yang berkaitan dengan

pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(perawatan intensif).

Page 5: makalah limbah kesmas

c. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi

penyakit menular.

d. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,

darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat

pembedahan atau otopsi.

e. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau

mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama

peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

f. Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat

kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang

tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau

dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi

diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang

dihasilkan selama produksi obat- obatan.

g. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari

penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari,

laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

h. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi

dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis

atau riset radio nukleida.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga

menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis.

Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan

(berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan;

sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-

lain).

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu

baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-

Page 6: makalah limbah kesmas

macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan

yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik

dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat

patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung

bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan

dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik,

dan lain-lain.

 

II.2. Sumber-sumber Limbah Rumah Sakit

Sumber-sumber limbah rumah sakit antara lain:

Limbah Infeksius: Ekskreta, spesimen lab, bekas balutan, jaringan busuk

Limbah tajam: jarum bekas alat suntik, pecahan peralatan gelas

Limbah plastik

Limbah jaringan tubuh

Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya

pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan

sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan

tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan

lingkungan.

Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme

patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi

dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik

pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan

terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi

yang masih buruk.

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika

dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam berbagai kategori. Untuk

Page 7: makalah limbah kesmas

masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda.

Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin

menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury).

II.3. Karakteristik dan Dampak Limbah Rumah Sakit

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997

diungkapkan seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat

tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-

rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan

produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisis lebih

jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik

sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan

secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari

dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut

dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan

kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Rumah sakit

menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahayakan

kesehatan di lingkungannya.

Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi

penyebab tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah

sakit antara lain disebabkan :

a. kurangnya kepedulian manajemen terhadap pengelolaan

lingkungan karena tidak memahami masalah teknis yang dapat

diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran

b. kurangnya komitmen pendanaan bagi upaya pengendalian

pencemaran karena menganggap bahwa pengelolaan rumah sakit

untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi

pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha

dan masih banyak lagi kekurangan lainnya.

Page 8: makalah limbah kesmas

Untuk itu, upaya-upaya yang harus dilakukan rumah sakit adalah, mulai dan

membiasakan untuk mengidentifikasi dan memilah jenis limbah berdasarkan

teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna ulang).

Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap

pembelian dan penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun non B3.

Memantau aliran obat mencakup pembelian dan persediaan serta meningkatkan

pengetahuan karyawan terhadap pengelolaan lingkungan melalui pelatihan dengan

materi pengolahan bahan, pencegahan pencemaran, pemeliharaan peralatan serta

tindak gawat darurat.

Dari berbagai jenis sampah/limabah yang dihasilkan oleh rumah sakit sangat

berpotensi untuk menyebabkan gangguan dalam kehidupan dan kesehatan

manusia serta lingkungannya,dan dampak negatif yang dapat terjadi bila sampah

rumah sakit tidak di tangani secara baik dan benar dapat mengakibatkan berbagai

macam gangguan-gangguan antara lain infeksi silang ( Nosokomial ) dapat terjadi

pada pengguna rumah sakit yaitu pasien, pengunjung,dan karyawan.

- Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja,terutama bagi

karyawan rumah sakit bila tidak di lengkapi dengan sistem proteksi

yang tepat

- Gangguan estetika dan kenyamanan berupa bau,serat kesan kotor

yang dapat memberikan efek psikologis bagi pengguna rumah sakit

- Pencemaran lingkungan,melalui sampah/limbah yang di buang

baik internal maupun external

- Kerusakan bangunan dapat disebab oleh kimia yang terlarut

- Gangguan kerusakan tanaman dan binatang hidup di sebabkan oleh

buangan bahan kimia dan bahan infeksius

- Gangguan terhadap kesehatan manusia disebabkan oleh

virus/bakteri bahan kimia dan gas

- Gangguan terhadap genetik dan reproduksi manusia dapat

disebabkan oleh bahan kimia, senyawa radio aktif dan lainnya

Page 9: makalah limbah kesmas

- Dapat terjadi kerusakan ekosistem yang lebih luas dan berskala

besar.

                    Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan

oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep

pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses

manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan

(Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for

Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan

lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem

Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Dengan pendekatan sistem tersebut,

pengelolaan lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi

masyarakat sekitar.

II.4. Penanganan Limbah Rumah Sakit

Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah

rumah sakit antara lain adalah melalui :

Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.

Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.

Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya

berfungsi menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitasi air,

menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan dalam gedung selanjutnya

melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung menuju instalasi pengolahan

buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah diolah mengalir saluran

pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota. Limbah

padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain sebagainya

baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya sehingga

kesehatan petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat

Page 10: makalah limbah kesmas

terhindar dari kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah

sakit tersebut.

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,

konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui

proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya

pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume

bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi

limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah .Program minimisasi

limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah sakit masih merupakan

hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan pengolahan

limbah yang masih mempunyainilai ekonomi.

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi

mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara

lain dengan reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste

minimization), pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran

(waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction).

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan

pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi

terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada

sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat

bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada

sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan

efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya

relatif murah. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada

sumbernya adalah :

1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam

menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,

tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi

dengan sebaik mungkin.

2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah

menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat

Page 11: makalah limbah kesmas

mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan

limbah.

3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat

atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.

4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar

persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses

kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan

lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.

5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk

pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan

yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang

cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit

baru atau penggantian sebagian unitnya.

Kebijakan modifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di

seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat

dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu

untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.

2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.

3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai

limbah klinik.

4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai

limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut :

1. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)

Page 12: makalah limbah kesmas

2. Minimisasi limbah

3. Produksi bersih dan teknologi bersih

4. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (total quality environmental

management/TQEM)

5. Continous quality improvement (CQI)

Pengolahan limbah secara skematis dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Penanganan Limbah Konvensional

Sumber : Adisasmito, 2007

Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi

dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :

1. Pemisahan limbah

Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas

Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang

menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau

Page 13: makalah limbah kesmas

dibuang. Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga

sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat

secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini

dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong

dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

 

2. Penyimpanan limbah

Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.

Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas

Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau

dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat

tertentu untuk dikumpulkan

Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan

warna yang samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai

Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan

hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya

3. Penanganan limbah

Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah

ditutup

Kantung dipegang pada lehernya

Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai

sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu

mengangkut kantong tersebut

Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang

bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya

(double bagging)

Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang

dapat mencederainya di dalma kantung yang salah

Page 14: makalah limbah kesmas

Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam

kantung limbah

4. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode

warnanya.Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah

bagian klinik dibawa ke insinerator.Pengankutan dengan kendaran khusus

(mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang

digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan

dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung

limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat

dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar

(insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah

dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

 

Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis

Dari sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium

paling perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji

laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-

bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi

atau dinormalkan sebelum “dilempar” menjadi limbah tak berbahaya.Untuk foto

rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup

berbahaya.Setelah bahan ini digunakan.limbahnya dibuang.

Pengolahan Limbah Medis dengan Insenerasi

Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun

(LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah

spesifik dengan kode limbah D 227.  Dalam kode limbah D227 tersebut

Page 15: makalah limbah kesmas

disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3

adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium

terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari

proses insinerasi.

Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan melakukan

pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda beda

berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik di masukkan kedalam

plastik berwarna hitam, limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna

kuning, limbah sitotoksic kedalam warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam

kantong plastik berwarna coklat dan limbah radio aktif kedalam kantong warna

merah. Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan

sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun

1995. Pengelolaan limbah infeksius dengan menggunakan incinerator harus

memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal

No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan

emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan

sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan  efisiensi

penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.

Proses Insinerator :

Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu

relatif singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi

abu. Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat

(double chamber), sehingga emisi yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak

berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran

tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.

Ruang Bakar Utama :

Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara

“ dimana udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar ruang

bakar untuk membakar karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran,

Page 16: makalah limbah kesmas

keluar dari sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan

kemudian membentuk gas-gas karbonisasi.Sisa padat dari pembentukan gas ini

yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran normal dalam

waktu pembakaran.Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 800 –

1.0000C dengan sistem close loop sehingga pembakaran optimal. Distribusi udara

terdiri dari sebuah blower radial digerakan langsung dengan impeller, dengan

casing almunium  dan motor listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama

didistribusikan ke koil.

Ruang Bakar Tingkat Kedua :

Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari

ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas karbonisasi yang

dihasilkan dari dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar

dari ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua, kemudian

dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan terbakar habis.

Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar dari gas karbonisasi

suhunya cukup tinggi untuk penyalaan sendiri, dan ketika karbonisasi selesai

maka Ruang Bakar Dua

Bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar

kemudian membawanya kedalam temperatur lebih tinggi sehingga terbakar

sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0C dengan sistem close loop

sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan secara

manual atau menggunakan lift conveyor.

Panel Kontrol Digital :

Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu

minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara “

automatic “ dengan sistem close loop. Pada panel digital dilengkapi dengan

petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai kebutuhan), dan dilengkapi

dengan tombol pengendali “burner dan “blower” dengan terdapatnya lampu

isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.

Cerobong Cyclon :

Page 17: makalah limbah kesmas

Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya

dilengkapi

water spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas

buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan

melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran siklon di dalam cerobong,. Gas

buang yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan gaya

sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan

terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air

yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun

kebawah bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung.

Bak penampung dapat dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi

mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air

ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke

cerobong siklon kembali.

Burner dan Blower :

Insinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan secara

otomatis. Burner yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat, serta

dilengkapi dengan blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga mampu

menghasilkan panas yang tinggi. Abu pembakaran yang terjadi dalam tungku

pembakar utama akan terkumpul dalam ruang pengumpul abu, dimana abu

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pencampur pembuatan bataco sedangkan

panas yang dihasilkan pembakaran dari ruang bakar dua dapat dimanfaatkan

sebagai pemanas, dengan tambahan unit coverter energi pembangkit yang akan

menghasilkan listrik. Perlu diperhatikan untuk menunjang pembakaran sempurna

yaitu pengumpanan sampah ke ruang bakar harus sesuai prosedur

pengoperasian.Dengan demikian, ratio udara dan bahan bakar sampah dapat

tercampur secara homogen, sehingga pembakaran sampah secara sempurna dapat

dilaksanakan dengan baik. Dengan pembakaran sampah secara sempurna

temperatur operasi relatif lebih tinggi, relatif lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke

luar cerobong, dan asap berwana bening, sehingga emisi dari gas buang tersebut

ramah terhadap lingkungan.

Page 18: makalah limbah kesmas

 

 

 

Keuntungan dan kerugian insinerator mini:

No. Keuntungan Kerugian Solusi

1 Instalasi sangat

kompak

-      Memerlukan temperatur

tinggi 800 – 1.1000C, 

diperlukan energi awal

(minyak/ listrik)

-      Kesiapan SDM (alih

teknologi)

diperlukan tenaga

yang ahli.

2 Ukuran unit relatif

kecil dan sedang, tidak

memerlukan lahan

luas,

Bahan terbuat dari plat baja Perlu pemeliharaan

rutin

3 -        Emisi gas buang

terkendali

-        Energi gas buang

dapat dimanfaatkan

sebagai sumber panas

-        Residu abu dapat

dimanfaatkan sebagai

batako(nilai ekomonis)

-        Meminimalkan

pencemaran udara,

tanah dan air

-       Kontrol/ monitoring

operasional

- Perlu pengangkutan sisa

pembakaran/abu kontinyu)

Dilakukan

monitoring oleh

BPLHD

 

Baku Mutu DRE untuk Incinerator

Page 19: makalah limbah kesmas

No. Parameter Baku mutu DRE

1 POHCs 99.99%

2 Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%

3 Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%

4 Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%

 

Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan

incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku

mutu emisi untuk incinerator.

Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator

 

No. Parameter Kadar maksimum (mg/Nm2)

1 Partikel 50

2 Sulfur dioksida (SO2) 250

3 Nitrogen dioksida (NO2 300

4 Hidrogen Fluorida (HF) 10

5 Karbon Monoksida (CO) 100

6 Hidrogen Chlorida (HCl) 70

7 Total Hidrocarbon (sbg CH4) 35

8 Arsen (As) 1

9 Kadmiun (Cd) 0,2

10 Kromium (Cr) 1

11 Timbal (Pb) 5

12 Merkuri (Hg) 0,2

13 Talium (Tl) 0,2

14 Opasitas 10%

Page 20: makalah limbah kesmas

 

Dalam penangan limbah medis ini rumah sakit dapat mengelolanya sendiri atau

dikelola oleh rumah sakit lain atau pengelola lain yang sudah memperoleh izin

dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

1. a. Limbah Cair

Limbah  cair (air limbah) merupakan  limbah buangan hasil kegiatan manusia

sehari-hari yang berupa cairan  dengan segala bentuk polutan di dalamnya,

termasuk padatan, bahan kimia, maupun mikroorganisme pathogen.Salah satu hal

penting yang harus diperhatikan adalah pada pengelolaan limbah cair yang

dihasilkan dari pengoperasian rumah sakit tersebut, karena apabila tidak dikelola

dengan prosedur yang benar dikhawatirkan akan menjadi rantai penyebaran

penyakit infeksi di lingkungan masyarakat rumah sakit maupun masyarakat di luar

rumah sakit.

Limbah cair rumah sakit berpotensi menurunkan kualitas lingkungan hidup, dan

merupakan sumber utama penyebab gangguan kesehatan.Mengingat pentingnya

limbah cair terutama dalam penyebab gangguan kesehatan maka limbah cair

tersebut perlu mendapatkan perhatian yang lebih didalam pengelolaannya. Limbah

cair rumah sakit dihasilkan dari kegiatan-kegiatan pemeriksaan, perawatan, bedah,

laboratorium, radiologi, poliklinik, gawat darurat dan farmasi, limbah cair yang

dihasilkan tersebut sifatnya variatif dan umumnya bersifat infeksius, seperti

limbah yang berasal dari penderita rawat inap antara lain salmonella,

staphilococcus, streptococcus, virus hepatitis. Sifat lain dari limbah cair rumah

sakit yaitu toksik, iritatif, korosif kumulatif dan karsinogenik, temperatur tinggi,

berbau, berwarna, dan organis. Selain itu limbah cair rumah sakit juga dihasilkan

dari aktifitas pasien, tenaga kesehatan, maupun kegiatan belajar siswa yang

sedang praktek. Rumah sakit merupakan penghasil limbah cair terbesar

dibandingkan dengan sarana kesehatan yang lain seperti Puskesmas, Poliklinik,

Laboratorium dan Balai Pengobatan.

Sistem extended aeration termasuk dalam proses pertumbuhan biomassa

tersuspensi. Pada proses pertumbuhan biomassa tersuspensi, mikroorganisme

Page 21: makalah limbah kesmas

bertanggung jawab atas kelangsungan jalannya proses dalam kondisi suspensi

liquid dengan metode pengadukan/pencampuran yang tepat.Biomassa yang ada

dinamakan dengan lumpur aktif, karena adanya mikroorganisme aktif yang

dikembalikan ke bak/unit aerasi untuk melanjutkan biodegradasi zat organik yang

masuk sebagai influen (Tchobanoglous, 2003).

Proses extended aeration mirip dengan proses konvensional plug-flow, hanya saja

extended aeration beroperasi dalam fase respirasi endogenous pada kurva

pertumbuhan, yang membutuhkan beban organik (organic loading) yang rendah

dengan waktu aerasi yang lebih lama (Reynolds, 1982). Diagram Extended

Aeration disajikan pada Gambar berikut.

Pengolahan limbah cair di Rumah Sakit menggunakan sistem extended aeration.

Pada awalnya air limbah dialirkan ke dalam influent chamber. Dalam proses

penyaluran ke influent chamber ini bahan padat dapat masuk ke sistem

penyaluran. Jika bahan padat masuk ke sistem penyaluran dan mencapai unit

pengolahan maka proses pengolahan limbah cair dapat terganggu. Oleh karena itu,

pada influent chamber dilakukan pengolahan pendahuluan yaitu melalui proses

penyaringan dengan bar screen. Air limbah dialirkan melalui saringan besi untuk

Page 22: makalah limbah kesmas

menyaring sampah yang berukuran besar.Sampah yang tertahan oleh saringan besi

secara rutin diangkut untuk menghindari terjadinya penyumbatan.

Selanjutnya air limbah diolah dalam equalizing tank.Di dalam equalizing tank, air

limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur dengan flow regulator.Flow

regulator yang terdapat pada bak ekualisasi ini dan dapat mengendalikan fluktuasi

jumlah air limbah yang tidak merata, yaitu selama jam kerja air diperlukan dalam

jumlah banyak, dan sedikit sekali pada malam hari. Flow regulator juga dapat

mengendalikan fluktuasi kualitas air limbah yang tidak sama selama 24 jam

dengan menggunakan teknik mencampur dan mengencerkan. Dengan dibantu oleh

diffuser, air limbah dari berbagai sumber teraduk dan bercampur menjadi

homogen dan siap diolah.Selain itu, diffuser juga dapat menghilangkan bau busuk

pada air limbah.

Setelah itu, proses pengolahan secara biologis terjadi di dalam aeration tank

dengan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air limbah didekomposisikan

oleh microorganisme menjadi produk yang lebih sederhana sehingga

menyebabkan bahan organik semakin lama semakin berkurang. Dalam hal ini

bahan buangan organik diubah dan digunakan untuk perkembangan sel baru

(protoplasma) serta diubah dalam bentuk bahanbahan lainnya seperti

karbondioksida, air, dan ammonia. Massa dari protoplasma dan bahan organik

baru yang dihasilkan, mengendap bersama-sama dengan endapan dalam activated

sludge.

Proses oksidasi yang terjadi adalah:

bakteri

 

CHONS + O2 + nutrient                                  CO2 + H2O + NH3 +sel-sel

mikrobial bertambah

 

NH3 + O2 + sel-sel nitrat                                 NO2                                     NO3 +

H2O + sel-sel nitrat bertambah

 

Page 23: makalah limbah kesmas

Kemudian air limbah beserta lumpur hasil proses biologis tadi dialirkan kedalam

clarifier tank agar dapat mengendap. Lumpur yang sudah mengendap di bagian

paling bawah dipompakan kembali ke bak aerasi dan lumpur pada air limbah yang

baru datang dibiarkan turun mengendap ke bawah sehingga terjadi pergantian.

Lumpur yang telah mengendap pada dasar bak clarifier dikembalikan ke bak

aerasi tanpa ada yang diambil keluar atau dilakukan pengolahan lumpur lebih

lanjut.

Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke bak

effluent.Sebelum masuk ke effluent tank, air limbah diberikan khlorin untuk

mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak membahayakan.

Sebagai mata rantai terakhir, air limbah ditampung di dalam effluent tank yang

pada akhirnya akan dibuang ke parit dan bermuara ke sungai.

Pemeliharaan IPAL di Rumah Sakit  pada prinsipnya relatif mudah dilakukan.

Yang terpenting adalah menjaga agar limbah padat tidak masuk ke dalam system

dan mencegah penyumbatan-penyumbatan.Untuk mencegah limbah padat masuk

dan mencegah terjadinya penyumbatan-penyumbatan, maka perlu selalu

dilakukan pembersihan pada bar screen dari sampah padat secara rutin.

Peralatan yang digunakan adalah serok, garu, bak sampah, dan senter.Sedangkan

material yang digunakan adalah kaporit berupa khlorin sebagai

disinfektan.Pengawasan dilakukan pada kualitas serta alat-alat dan mesin.

Pengawasan kualitas air limbah terolah dilakukan tiap 3 bulan sekali. Sedangkan

pengawasan terhadap alat-alat dan mesin dilakukan secara rutin 6 kali dalam

sebulan.

Saluran air limbah di Rumah sakit harus sesuai dengan ketentuan Kepmenkes

No.1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit, yaitu bersifat tertutup dan berhubungan langsung dengan instalasi

pengolahan air limbah yaitu air limbah wc atau kamar mandi langsung disalurkan

melalui pipa ke influent chamber. Selain itu salurannya juga kedap air dan limbah

mengalir dengan lancar serta terpisah dengan saluran air hujan.

Page 24: makalah limbah kesmas

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995

tanggal 21 Desember 1995 mengenai baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah

sakit, adalah sebagai berikut.

Parameter Kadar maksimum (mg/L)

BOD 75

COD 100

TSS 100

pH 6,0 – 9,0

 

Teknologi Pengolahan Limbah

Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya

berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator.Keduanya sekarang terbukti

memiliki nilai negatif besar.Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan

air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah.Terkadang ada

beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut

langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai

mengandung zat medis (Suparmin dkk, 2002).

Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis,

juga bukan berarti tanpa cacat.Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan

teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat

beracun.Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu

tumbuhnya kanker pada tubuh (Suparmin dkk, 2002).Yang sangat menarik dari

permasalahan ini adalah ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan

metode ozonisasi.Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang

direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (USEPA)

pada tahun 1999.Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola

limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain (Christiani, 2002).

Page 25: makalah limbah kesmas

Ozonisasi

Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi

atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari

Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan

proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang

dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum

menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika (Berlanga, 1998).

Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan

makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan

kerja di perkantoran.Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon

yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa

disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat

dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge

(Berlanga, 1998). Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh

berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella

enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya

(Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding

bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui

proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl

radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan

perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam

mengolah limbah cair domestik dan industri (Akers, 1993).

Ozonisasi Limbah cair rumah sakit

Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry,

toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu

dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon

yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan

membunuh bakteri patogen pada limbah cair (Harper, 1986).

Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk

dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada

Page 26: makalah limbah kesmas

proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi

dalam tangki reaktor dapat diendapkan (Harper, 1986).

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini

terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan

pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif.

Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi

menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif

harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air

yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman

ke sungai (Harper, 1986).

Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah

radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh

melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan

oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,

atrazine, TNT, dan sebagainya).Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh

hidroksil radikalakan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk

kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa

organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen

yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan

karbon dioksida dan air (Harper, 1986). Hidroksil radikal berkekuatan untuk

mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi

berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna

pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik

serta membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair

rumah sakit (Wilson, 1986). Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses

adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan

karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses

penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang

dengan cara dicuci (Wilson, 1986).

Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet

atau hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan

Page 27: makalah limbah kesmas

dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses

oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan

senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus

menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga

mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah

sakittidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan

kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain

efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi

yang luas (Wilson, 1986).

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak

positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak

negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang

tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakityang tidak baik

akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit darin

pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan

kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di

lingkungan rumah sakit dana sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan

pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakitsebagai salah astu indikator

penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang

sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang

dihasilkan (Wilson, 1986).

 

Page 28: makalah limbah kesmas

BAB III

PENYELESAIAN MASALAH

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,

konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui

proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya

pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume

bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi

limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah.

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan

teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah

berbahaya antara lain :

Reduksi limbah (waste reduction)

Minimisasi limbah (waste minimization)

Pemberantasan limbah (waste abatement)

Page 29: makalah limbah kesmas

Pencegahan pencemaran (waste prevention) dan

Reduksi pada sumbemya (source reduction)

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus

dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau

mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi.

Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan

secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan

keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya

pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah

Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah :

1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga

kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau

kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.

2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut

jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah,

mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.

3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau

bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.

4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan

selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan

sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar

tetap rapi dan terkontrol.

5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik sesuai dengan petunjuk

pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

Page 30: makalah limbah kesmas

6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang

kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup

tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau

penggantian sebagian unitnya.

 

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Pencemaran limbah cair adalah masuknya, atau dimasukannya makhluk

hidup, zat, energy,atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia

sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak

lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemaran limbah cair ini

bisa berasal dari tiga sumber umum yaitu daerah limbah permukiman, limbah

perindustrian dan limbah pertanian. Pencemaran limbah cair ini bisa memberikan

dampak terhadap sungai dan fungsinya, kesehatan manusia dan juga rantai

makanan dalam air. Dalam melakukan pengolahan limbah industri terutama

limbah cair lebih baik dilakukan analisa terhadap jenis dan karaktersistik limbah

terlebih dahulu agar bisa dilakukan penanganan dengan efektif dan efisien.

Page 31: makalah limbah kesmas

Penanganan limbah cair ini terdiri daripada beberapa tahap yaitu pengolahan awal

(preliminary treatment), pengolahan primer (primary treatment), pengolahan

sekunder (secondary treatment), pengolahan akhir (final treatment) dan

pengolahan lanjutan (advanced treatment). Dalam pelaksanaan pengelolaan

limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu

mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi

upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah. Oleh

itu pencegahan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah cair amat

penting agar dalam penggunaan material, proses atau praktek ditujukan untuk

mengurangi atau mengeliminasi polutan dalam limbah sejak dari sumbernya. Hal

ini mencakup pengurangan penggunaan bahan berbahaya, energi, air atau

sumberdaya dan praktek yang melindungi sumberdaya melalui konservasi atau

pemanfaatan yang lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Kalimantan Barat

Djaja, I.M., Maniksulistya, D., 2006,’ Gambaran Pengelolaan Limbah Cair Di

Rumah Sakit X Jakarta Februari 2006’, Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 2,

Depok

http://www.Blog at WordPress.com.Diakses tanggal 25 Februari 2010.

http://kompas.com/kompas-cetak/0005/13/IPTEK/limb10.htm. Diakses tanggal 25

Februari 2010.

http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html. Diakses tanggal

25 Februari 2010.

http://www.dhanajournal.blogspot.com.Diakses tanggal 25 Februari 2010.

http://www.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Februari 2010.

Page 32: makalah limbah kesmas

http://www.klinikmedis.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=7:pencegahan-penanganan-

pengolahan-limbah-rumah-sakit&catid=1:latest-news. Diakses tanggal 25

Februari 2010.

http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html. Diakses tanggal

25 Februari 2010.

Kusminarno, K., 2004, ‘Manajemen Limbah Rumah Sakit’, Jakarta

Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, ‘Kajian Pengelolaan Limbah Padat

Medis Rumah Sakit’, Jakarta

Paramita, N., 2007, ‘Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto’, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-

187x, Semarang

Shofyan, M., 2010, ‘Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap

Kesehatan Serta Lingkungan’, UPI

Sudiyanto, S., 2002, ‘Analisis Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Medis Di

RSU Banyumas Tahun 2002’,  Skripsi, Banyumas

Sumiyati, S., Imaniar, 2007, ‘Analisis Kinerja Pengolahan Air Limbah Pavilyun

Kartika RSPAD Gatot Soebroto Jakarta’, Jurnal PRESIPITASI Vol. 2 No.1,

ISSN 1907-187X, Jakarta

Suripto, A., 2002, ‘Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit’,

Buletin Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong

Wikantadhi, D. A., 2006, ‘Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi

Pengelolaan Sampah Di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati

Kabupaten Bantul’, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Wulandari, L. N. I., Sulastini, N. P. E., Siskayanti, N. K., Mirah, T. I. A.,

Wulandari, N. M. P., 2009, ‘Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit’, Jurusan

Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Udayana, Bali

Zaenab, 2009, ’Teknologi Pengolahan Limbah “Medis”   Cair ’, Makassar

Zaman, B., Sutrisno, E., 2006, ‘Kemampuan Penyerapan Eceng Gondok Terhadap

Amoniak Dalam Limbah Rumah Sakit Berdasarkan Umur Dan Lama Kontak

Page 33: makalah limbah kesmas

(Studi Kasus: RS Panti Wilasa, Semarang)’, Jurnal PRESIPITASI Vol.1 No.1,

ISSN 1907-187X, Semarang