jurnal kerjasama united nations educational, scientific and cultural organization (unesco) dengan fc...
TRANSCRIPT
KERJASAMA UNITED NATIONS EDUCATIONAL, SCIENTIFIC AND CULTURAL ORGANIZATION (UNESCO) DENGAN
FC BARCELONA DALAM MENANGANI KASUS RASISME DALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA MELALUI
PROGRAM ANTI-RASISME
ALEXANDER JORDAN SUDARYANTO
2009 – 22 – 068
Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Jakarta 2015
Abstract - This research aims to analyze the cooperation between UNESCO and FC Barcelona in handling the occurance of racism in the world of football through anti-racism program. Until now the matter of racism has become a major issue and these kind of problems still occure within football, there are still many football players who were victims of racial discrimination. The difference in skincolour, race, tribe, religion, habits, and culture are things that cause racism to occure. This research is using descriptive method. The sources of this research were collected from books, journals, newspapers, and articles from internet sites and after, they were theoretically analysed by international organization and international cooperation in efforts to overcome racism in football. During this research, it was found that cooperation between UNESCO and FC Barcelona for the anti-racism program has been going well, but is not effective enough in handling cases of racism within football. In 2008, UNESCO, FC barcelona, and ECCAR organized a program called "Youth Voices Against Racism". And in 2009, ECA with UNESCO and FC Barcelona signed a declaration to promote anti-racism and anti-discrimination clause in the contract of football player. Then in 2010, UNESCO and FC Barcelona launched an anti-racism campaign for a year using the slogan "Put Racism Offside". The program and the campaign that was made and conducted by UNESCO and FC Barcelona in handling cases of racism within football went according to the agreement, but it was not yet fully effective. Currently, racism in football are still occurrs often during matches. keywords: cooperation, football, racism, UNESCO, FC Barcelona.
PENDAHULUAN
Dunia internasional memiliki aktor-aktor penting dalam menjalankan
setiap rutinitasnya untuk berinteraksi dalam rangka pencapaian
kepentingan. Dahulu, aktor hubungan internasional hanyalah kekuatan
tunggal suatu negara dalam melakukan diplomasi dengan negara lain.
Namun, kini negara bukan lagi menjadi satu-satunya aktor dalam
hubungan internasional karena terdapat aktor lain yang disebut sebagai
non-state actors atau aktor-aktor non-negara.
Keberadaan organisasi internasional tidak dapat dipandang sebelah
mata karena telah berperan penting sebagai aktor lainnya di dalam konteks
hubungan internasional. Organisasi internasional sebagai penghubung
dalam hubungan internasional guna mempercepat dan mempermudah
proses, prosedur, dan penyelesaian berbagai urusan internasional. Semakin
sedikit organisasi internasional yang menyinggung posisi kekuasaan
negara-negara, maka semakin besar kemungkinan negara maupun aktor
non-negara bersedia bekerjasama dan bergabung dalam organisasi
internasional tersebut.
Kehadiran organisasi internasional umumnya bertujuan untuk
memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Akan tetapi seiring
dengan perkembangan kepentingan dan isu yang ada di dunia
internasional, organisasi internasional dibentuk dengan tujuan untuk
mengembangkan hubungan persahabatan dan kerjasama di segala bidang
dan juga memajukan kepentingan umum dan kesejahteraan umum bagi
umat manusia. Salah satu contoh organisasi internasional yang mampu
berperan dan berkontribusi di dalam hubungan internasional di dunia
adalah UNESCO.
UNESCO adalah singkatan dari “The United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization” yang merupakan badan khusus
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Badan khusus PBB ini didirikan pada 16
November 1945. Berdirinya UNESCO merupakan hasil dari konferensi PBB
di London yang dimulai sejak 1 hingga 16 November 1945. Sebanyak 44
negara hadir dalam konferensi itu.Pada hari terakhir konferensi, konstitusi
UNESCO ditandatangani. UNESCO memiliki anggota 191 negara. Organisasi
ini bermarkas di Paris, Perancis. UNESCO memiliki 50 kantor wilayah serta
beberapa institut dan pusat di seluruh dunia. Program utama UNESCO
disebarluaskan melalui pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial manusia, budaya
serta komunikasi informasi. Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi
perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerjasama
internasional melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
dalam rangka penghormatan universal lebih lanjut untuk keadilan,
supremasi hukum dan hak asasi manusia bersama dengan dasar
kebebasan menyatakan dalam Piagam PBB. (UNESCO.Org)
UNESCO memiliki lima program utama yaitu Pendidikan, Ilmu Alam
dan Pengelolaan Sumber Daya Bumi, Ilmu Sosial dan Manusia, Budaya
serta Komunikasi dan Informasi. Program Pendidikan meliputi pendidikan
dasar untuk semua dengan penekanan pada keaksaraan, pencegahan
HIV/AIDS dan pelatihan guru di sub-Sahara Afrika, meningkatkan kualitas
pendidikan di seluruh dunia serta pendidikan menengah, pendidikan
teknologi dan pendidikan tinggi. Program Ilmu Alam dan Pengelolaan
Sumber Daya Bumi meliputi perlindungan terhadap air dan kualitasnya,
perlindungan terhadap laut, mempromosikan Ilmu Pengetahuan Teknologi
dan teknik untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan di negara-
negara maju dan berkembang, pengelolaan sumber daya dan
kesiapsiagaan bencana. Program Ilmu Sosial dan manusia meliputi kegiatan
mengenai isu-isu global seperti memerangi diskriminasi dan rasisme serta
mempromosikan HAM. Program Budaya meliputi promosi tentang budaya
termasuk pemeliharaan keanekaragaman budaya serta perlindungan
warisan budaya. Program yangn terakhir yaitu Komunikasi dan Informasi
yang meliputi kebebasan memberikan berkreasi melalui kata-kata dan
gambar untuk membangun komunitas di seluruh dunia agar saling berbagi
pengetahuan dan memberdayakan masyarakat melalui akses informasi dan
pengetahuan tentang studi yang berbeda.
Dari sekian banyaknya isu-isu global hubungan internasional yang
melibatkan aktor negara maupun non negara, isu tentang rasisme muncul
menjadi sangat penting. Kasus rasisme yang muncul di dunia internasional
sebagai isu non-konvensional karena dampak dari isu rasisme tersebut
tidak saja mengancam keamanan nasional saja, akan tetapi telah
menjamur kepada semua negara-negara dunia.
Rasisme yang ada di dunia berawal dari perbedaan-perbedaan
budaya, agama, cara hidup, selanjutnya juga karena kolonialisme. Istilah
rasisme itu sendiri baru pertama kali digunakan sekitar tahun 1930-an.
Pada waktu itu istilah tersebut diperlukan untuk menggambarkan teori-teori
rasis yang dipakai orang-orang Nazi melakukan pembantaian terhadap
orang Yahudi. Kendati demikian, bukan berarti jauh-jauh hari sebelum itu
bentuk rasisme tak ada. Terlepas dari istilah rasisme yang dianggap
sebagai ide modern yang khas serta tidak memiliki tingkat sejarah. Sikap
orang-orang Kristen Eropa terhadap bangsa Yahudi yang dituduh telah
membunuh Kristus dan meracuni sumber mata air untuk melenyapkan
pengikut Kristus. Dengan hal tersebut dapat diasumsikan sebagai salah
satu landasan bagi rasisme yang berkembang di kemudian hari. Orang-
orang Kristen setidaknya belajar dari sejarah Islam kemudian mengaitkan
warna kulit dengan status perbudakan. Dari konteks itulah, orang-orang
Afrika di daerah dekat sahara diklaim terlahir sebagai budak karena
kutukan dari dosa, akibat dari dosa itu, orang-orang Afrika diklaim telah
ditakdirkan sebagai ras budak. (Frederickson, 2002)
Klaim itu anehnya terus diakui keberadaannya dan kemudian
dirasakan sebagai rasisme. Sejarah awal rasisme sebagaimana dilacak,
setidaknya bisa ditelusuri dari Spanyol. Pada abad 12 sampai 13, pengikut
Islam, Yahudi, dan Kristen bisa hidup berdampingan. Tapi pada akhir abad
14 dan awal abad 15, timbulnya konflik dengan orang Moor lalu
memercikkan diskriminasi terhadap Islam dan Yahudi. Di sini tampak
kebencian yang bersifat sectarian lalu menjadi kebencian yang bersifat
rasial dalam bentuk pengusiran. Setelah Spanyol dibersihkan dari orang-
orang Yahudi, kemudian mulai menjajah Amerika dan menemukan jenis
perbedaan baru orang-orang primitive dan yang kurang beradab.
(Frederickson, 2002)
Pembauran dengan orang beradab itu (bangsa Arya / orang berkulit
putih) dirasa sebagai sesuatu yang mustahil. Karena itulah, keyakinan
sebagai bangsa yang unggul berkembang dengan bentuk merasialisasikan
orang-orang yang tidak beradab dan terbelakang sebagai budak.
Timbulnya keyakinan itu pula yang kemudian menjadi sumber utama di
pihak sebagaian besar bangsa Jerman dengan berpandangan mustahil
melakukan pembauran dengan orang Yahudi. Ketika itu, rasialisme secara
biologis belum diterapkan kepada bangsa Yahudi di Jerman. Orang Jerman
melengkapi dirinya sendiri dengan identitas rasial sehingga merasa perlu
untuk menyingkirkan orang lain dari identitas ras unggul Kaukasia-bangsa
Arya.
Pada era globalisasi yang menuntut untuk dapat berhubungan
dengan dunia luar negerinya lebih luas, maka percampuran atau
pembauran dalam berbagai ras seharusnya bukan merupakan hal yang
menjadi masalah. Tetapi masih saja ada beberapa pihak yang masih
menganut pemikiran kuno yang masih menggunakan isu-isu rasis untuk
memuaskan dirinya tetapi justru membuat hak asasi manusia lain
terganggu, bahkan terhina. Banyaknya kasus-kasus rasisme yang dilakukan
orang-orang di dunia, membuat isu ini menjadi isu yang dapat
menimbulkan masalah yang sensitive diantara antar individu, antar
kelompok, antar wilayah, ataupun antar negara.
Pada kehidupan manusia yang seharusnya sudah memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi dan kemajuan teknologi yang sudah lebih maju,
dengan masih banyaknya isu-isu rasisme membuat perkembangan zaman
yang seharusnya sudah melupakan masalah perbedaan menjadi tersendat
dan membuat adanya halangan atau rintangan dalam melakukan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kelompok lain, ataupun
dengan dunia internasional. Perbedaan itu akan menjadi permasalahan
yang lebih rumit apabila masyarakat internasional tidak bersama-sama
melawan dan mengatasinya. Terlebih lagi bila terjadi perbedaan pendapat
dengan orang yang masih menganut atau menganggap perbedaan kulit itu
masih berpengaruh, maka akan menjadikan keadaan dunia menjadi
bertambah kacau.
Ancaman rasisme tidak saja mengancam aspek-aspek tertentu
seperti aspek social, budaya dan politik, tetapi juga telah masuk ke dalam
aspek-aspek yang termasuk dalam sistem hidup bermasyarakat ataupun
bernegara. Ancaman rasisme juga telah masuk kedalam dunia olahraga,
seperti sepakbola yang merupakan olahraga terfavorit di seluruh dunia.
Rasisme di sepakbola telah menjamur di seluruh liga besar di dunia.
Perilaku rasisme ditujukan kepada pemain sepakbola khususnya yang
berkulit berwarna. Mereka sering mendapatkan serangan verbal dari
suporter maupun oleh pemain dan ofisial tim.
Banyaknya pemain-pemain sepakbola yang dianggap bukan orang
asli dari tempat penyelenggaraan liga di suatu negara membuat banyaknya
kasus-kasus rasisme banyak di bidang olahraga ini. Dengan melihat kondisi
rasisme yang ada dalam sepakbola saat ini, maka usaha yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan gerakan anti-
rasisme dan dengan memberikan hukuman yang berat terhadap pelaku
pelanggaran rasialis. Budaya rasis yang telah lama berkembang dalam
masyarakat menyebabkan timbulnya rasa tidak bersalah dalam diri para
pelaku rasis ketika mereka melakukannya atau keadaan bisa lebih buruk
yaitu mereka tidak menyadari meraka sedang melakukan tindakan rasisme.
Perilaku rasisme yang berawal dari kata-kata hinaan ini bisa saja
berkembang menjadi sebuah kekerasan dan kontak fisik antar sesama
manusia seperti kasus yang terjadi di Perancis pada 23 November 2006,
dimana satu orang pendukung tim sepakbola Paris Saint Germain (PSG)
tewas dalam sebuah amukan suporter yang berawal dari hinaan berbau
rasis kepada tim lawan yang sedang bertanding ke markas mereka. Hal ini
menjadi contoh betapa dapat membahayakannya tindakan rasisme dalam
sepakbola yang berawal dari kata-kata, kemudian menjadikan rasa
keamanan dari seseorang menjadi terancam, hingga dapat memicu
kerusuhan dan mengakibatkan korban. (bola.liputan6.com, 2006)
UNESCO memberikan kontribusi untuk berperang melawan rasisme
dan diskriminasi melalui penelitian, instrumen normatif dan operasional
program dan proyek. Bentuk-bentuk baru dari diskriminasi telah timbul,
dalam hubungannya dengan perkembangan ilmiah dan proses globalisasi.
Sebagai akibat dari ancaman baru ini dan pecahnya konflik inter-ethnic
kekerasan di banyak bagian dunia dalam beberapa tahun terakhir,
masyarakat internasional memutuskan untuk mengadakan konferensi dunia
pada tahun 2001 di Durban, Afrika Selatan melawan rasisme, diskriminasi
rasial, xenophobia dan terkait intoleransi. Di dekat kolaborasi dengan
komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia (ONHCR), UNESCO
berpartisipasi aktif di Konferensi Durban yang merupakan titik tinggi
decade ketiga PBB untuk memerangi rasisme dan diskriminasi rasial, yang
berakhir pada tahun 2003. (UNESCO.Org)
Pada 23 november 2007, UNESCO dan FC Barcelona
menandatangani sebuah perjanjian kemitraan dimana perjanjian ini
memiliki tujuan adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang peran
pendidikan dan olahraga dalam pembangunan dan kesejahteraan anak-
anak dan remaja, dan dalam promosi dialog, saling pengertian dan kohesi
sosial. Sejauh ini upaya berfokus pada menggunakan olahraga sebagai
sarana untuk memerangi rasisme dan diskriminasi, dengan penekanan
pada anak-anak dan pemuda. (UNESCO, UNESCO and FC Barcelona United
Against Racism and Discrimination in Sport)
Fútbol Club Barcelona, juga dikenal sebagai Barcelona atau Barça,
adalah klub sepak bola profesional yang berbasis di Barcelona, Katalonia,
Spanyol. Didirikan pada tahun 1899 oleh sekelompok Swiss, Inggris dan
Catalan, pemain yang dipimpin oleh Joan Gamper, klub telah menjadi
simbol budaya Catalan dan Catalanism, maka motto "Més que un club"
(Lebih dari klub). Tidak seperti banyak klub sepak bola lainnya, para
pendukung memiliki dan mengoperasikan Barcelona. Ini adalah klub
sepakbola kedua terkaya di dunia dalam hal pendapatan, dengan omset
tahunan sebesar $ 613.000.000 dan ketiga yang paling berharga, senilai $
2,6 miliar. Lagu kebangsaan resmi Barcelona adalah "Cant del Barça", yang
ditulis oleh Jaume Picas dan Josep Maria Espinas.
Klub ini masuk menjadi peserta Primera División (Divisi Utama)
sejak tahun 1928, dan bersama-sama Real Madrid dan Athletic Bilbao
menjadi tim yang tak pernah terdegradasi ke Segunda División (Divisi Dua).
Klub ini juga menjadi klub yang menjuarai liga Spanyol pertama kali.
Dengan persembahan 21 gelar Liga Spanyol, 25 gelar Copa del Rey, 10
gelar Piala Super Spanyol, 4 gelar Liga Champions Eropa, 4 gelar Piala
UEFA, 4 gelar Piala Super Eropa, FC Barcelona menjadi salah satu tim
tersukses di Spanyol, Eropa, dan dunia. Bukti paling nyata ketika pada
tahun 2009 FC Barcelona berhasil menjadi klub Spanyol pertama yang
berhasil meraih gelar Treble (juara La Liga, Copa del Rey, dan Liga
Champions). Dilanjutkan dengan raihan gelar Piala Super Spanyol, Piala
Super Eropa dan FIFA Club World Cup untuk melengkapi raihan gelarnya
menjadi Sextuples. Barcelona merupakan klub sepak bola pertama di dunia
yang melakukan raihan ini. (FCBarcelona.co.id/club)
FC Barcelona adalah salah satu tim yang paling didukung di dunia,
dan memiliki fanbase terbesar di antara semua tim olahraga besar di
semua jaringan sosial (dengan lebih dari 47 juta fans di Facebook, sekitar
10 juta pengikut di Twitter, dan lebih dari 6 juta di Google+).
(beritaboladunia.org)
Saat ini, sepakbola telah menjadi sebuah fenomena dunia, dan
dukungan bagi FC Barcelona telah menyebar secara spektakuler di seluruh
dunia. Jumlah anggota klub dari luar Catalonia dan Spanyol terus
bertambah setiap harinya, dan klub ini ingin merespons unjuk semangat
yang diberikan untuk Barça tersebut. Hal ini telah berkembang menjadi
suatu kebutuhan sekaligus suatu kewajiban. Dan cara yang paling tepat
bagi klub ini untuk mewujudkannya adalah mengambil suatu langkah yang
lebih jauh serta menjadi “lebih dari sekedar klub di seluruh dunia”. Barça
yang begitu peduli dengan para penggemarnya ini perlu mendunia. Barça
yang penuh rasa peduli dan rasa kemanusiaan ini perlu mendunia. Ini
adalah sebuah keputusan strategis yang selaras dengan riwayat klub ini
dan kenyataan bahwa olahraga sepakbola terus berkembang secara global.
Itulah sebabnya klub ini memutuskan untuk menyumbangkan 0,7
persen dari pendapatan umumnya kepada FC Barcelona Foundation agar
dapat memulai program kerjasama internasional untuk mengembangkan,
mendukung Tujuan Pengembangan Milenium PBB, serta membuat
komitmen dalam program anti-rasismedengan UNESCO untuk lima tahun
mendatang. Sebuah kesepakatan yang menjadikan Barça unik.
(fcbarcelona.co.id)
Berawal dari banyaknya kejadian rasisme yang terjadi di sepakbola
menjadi latar belakang awalnya kerjasama UNESCO dengan FC Barcelona
dapat disepakati. Kerjasama ini berusaha menghilangkan rasisme dengan
kampanye-kampanye yang mereka lakukan. Kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan ditujukan untuk menciptakan pertandingan sepakbola lebih
indah sehingga diskriminasi dapat di hilangkan.
Rasisme di sepakbola telah mencoreng nilai sportivitas di olahraga
dan juga nilai-nilai kemanusiaan. Rasisme terjadi karena kurangnya
pengakuan terhadap hak-hak dasar kelompok minoritas kulit berwarna dan
meningkatnya diferensiasi kelas. Setiap manusia memiliki kesempatan
untuk memiliki kebebasan dalam memenuhi kebutuhannya dan persamaan
hak dalam kehidupan, bentuk fisik tidak dapat dijadikan sebuah alasan
dalam menghina manusia. Segala bentuk intimidasi dan penghinaan yang
menyangkut ras seseorang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM.
Pada masa globalisasi ini semua elemen masyarakat internasional
harus dapat berbaur satu sama lain, karena itu pembauran ras tidak dapat
dihindarkan tidak terkecuali di sepakbola. Sepakbola merupakan salah satu
tempat bagi semua manusia dari berbagai macam ras berbaur menjadi
satu. Status dari olahraga sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga
dengan penggemar terbesar di seluruh dunia semakin menegaskan bahwa
tindakan rasis sekecil apapun akan mudah menyebar dan diketahui.
KERANGKA DASAR KONSEP
1. Organisasi Internasional
Organisasi internasional identik dengan sudut pandang government-
oriented karena dalam melakukan hubungan internasional yang berperan
aktif adalah aktor negara yang dalam hal ini merupakan perwakilan resmi
dari sebuah negara selama empat dekade yang lalu. Namun, ternyata pola
diplomasi abad 21 sangat berbeda dengan masa-masa empat dekade yang
lalu karena saat ini peran aktor-aktor non negara juga sangat aktif seperti
Multi National Corporations (MNCs), individu, dan Internasional Non-
Governmental Organizations (InGOs). Atas dasar hal-hal tersebut,
klasifikasi organisasi internasional pun menjadi beragam sesuai dengan
tujuannya ada yang berorientasi umum dan ada pula yang lebih khusus.
Menurut Clive Archer dalam bukunya International Organizations,
organisasi internasional berasal dari dua kata “organisasi” dan
“internasional” yang berarti aktivitas-aktivitas antara individu-individu dan
kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan inter-
governmental yang disebut dengan hubungan transnasional. (Archer,
2001)
Dan juga menurut Clive Archer bahwa dia mengklasifikasikan
organisasi internasional menjadi tiga kriteria yaitu keanggotaan, tujuan,
dan aktivitas, serta struktur organisasi internasional. (Archer, 2001)
Sedangkan pengertian organisasi internasional menurut Michael
Haas memiliki dua pengertian yaitu:
“Pertama, organisasi internasional sebagai suatu lembaga atau
struktur yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat,
dan waktu pertemuan. Kedua, organisasi internasional merupakan
pengaturan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh dimana tidak
ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini.” (Haas,
1965)
Terdapat dua kategori utama organisasi internasional, yaitu:
1. Organisasi antar pemerintah (inter-governmental organization),
yang anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah negara-
negara.
2. Organisasi non-pemerintah (non-governmental organization), terdiri
dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan,
kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi, dan sebagainya.
IGO dan NGO kemudian dibagi lagi menjadi dua dimensi, yaitu
dimensi pertama adalah tujuan organisasi (secara umum dan khusus) dan
dimesi kedua adalah ke anggotaan (secara terbatas dan universal)
2. Rasisme
Perasaan seseorang atau kelompok yang merasa dirinya lebih baik,
lebih kuat ataupun lebih beradab dengan orang lain atau kelompok lain
adalah cikal bakal munculnya rasa diskriminasi. Sikap diskriminasi ini akan
mengarah kepada sikap rasis, jika mereka merasa ras mereka lebih baik
dan lebih sempurna dibandingkan dengan ras kelompok lain. Paham rasis
atau rasisme sendiri adalah suatu praktik memperlakukan orang lain secara
berbeda, dengan memberikan penilaian yang diukur berdasarkan
karakteristik ras, sosial, atau konsep mental tertentu. Rasisme menjadi
masalah karena konsep ini tidak sekedar menjadi kategori pembeda,
namun lebih dari itu ditujukan untuk menegaskan superioritas satu pihak di
antara pihak-pihak lainnya.
Rasisme memiliki arti suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang
menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia
menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu
lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Menurut The
New Oxford Dictionary of English, rasisme adalah:
1. The belief that there are characteristics, abilities, or qualities specific to
each race,
2. Discrimination against or antagonism towards other races. (Handoko,
2008)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rasisme diartikan sebagai
paham atau golongan yang menerapkan penggolongan atau pembedaan
ciri-ciri fisik (seperti warna kulit) dalam masyarakat.
Rasisme juga bisa diartikan sebagai paham diskriminasi suku,
agama, ras (SARA), golongan ataupun ciri-ciri fisik umum untuk tujuan
tertentu. Rasisme pada intinya adalah mengganggap suatu ras tertentu
lebih superior dan memiliki hak yang lebih atas suatu ras/kaum yang lain.
Rasisme pun menyebar sampai ke tingkat SARA (Suku, Agama, Ras). Saat
ini rasisme pun mengalami penambahan makna, yaitu menunjukkan
kelompok etnis tertentu (etnosentris), ketakutan terhadap orang asing
(xenofobia), penolakan terhadap hubungan antar ras (miscegenation), dan
generalisasi terhadap suatu kelompok orang tertentu (stereotipe). Rasisme
dalam sejarahnya selalu menjadi masalah ideologi sosial yang sampai
sekarang pun masih menjadi masalah besar, rasisme rasanya masih berupa
upaya dalam pembuktian eksistensi diri dan kelompok agar menjadi lebih
baik dari pada yang lain. Dengan kata lain ini menyangkut persoalan
identitas, biologis dan optimasi fisik yang dipandang lewat kacamata
perspektif diri sendiri. Dan parahnya itu menjadi sebuah pandangan yang
dianggap sebagai bentuk eksistensi, diteriakkan tanpa mempunyai rasa
malu dengan membayangkan ideologi yang ada dibelakang mereka sebagai
satu kekuatan superpower yang mampu merusak apapun.
Ketika membicarakan rasisme, menurut Jusuf dan Srivanto, ada dua
perspektif yang saling bertolak belakang, pertama adalah rasisme dalam
perspektif ilmiah yakni usaha manusia untuk mengidentifikasi baik secara
etnologis dan antropologis tentang asal usul manusia dan mengklasifikasi
manusia berdasarkan ciri fisik yang dimilikinya. Rasisme juga dipahami
sebagai perspektif yang sifatnya non ilmiah yakni sebuah bentuk
prasangka. Dalam hal ini rasisme merupakan sebuah kepercayaan (belief)
bahwa manusia dapat dibeda-bedakan ke dalam berbagai ras dan anggota
sebuah ras akan bersifat inferior terhadap ras lainnya. (Jusuf & Srivanto,
2001)
George M. Frederickson mengungkapkan pandangannya tentang
rasis. Menurutnya, rasis mempunya dua komponen: Perbedaan dan
Kekuasaan. Rasisme berasal dari suatu sikap mental yang memandang
“mereka” berbeda dengan “kita” secara permanen dan tidak terjembatani.
Perasaan berbeda ini menyediakan motif atau alasan untuk memanfaatkan
keunggulan dan kekuasaan kita guna memperlakukan si etnorasial yang
lain dengan cara-cara yang akan kita anggap kejam dan tidak adil jika
diterapkan kepada anggota kelompok kita sendiri. (Frederickson, 2002)
Rasisme tidak hanya terjadi di dunia politik ataupun ekonomi,
namun juga dapat terjadi di dunia olahraga. Dalam dunia olahraga banyak
sekali terjadi tindakan rasisme, Misalnya pemain kulit hitam diteriaki
supporters bagaikan monyet, dan lain-lain. Cabang olahraga yang paling
disorot akibat tindakan rasisme adalah sepakbola, karena di cabang
olahraga ini telah banyak tindakan rasisme yang dilakukan oleh para
pemain sepakbola ataupun supporters klub sepakbola. Isu rasisme mulai
muncul dalam dunia sepakbola sejak Arthur Wharton, pemain berkulit
hitam profesional pertama bergabung dengan klub Inggris Darlington pada
tahun 1889. Setiap kali Wharton berlaga di kandang lawan, terdengar kata
– kata yang bernada rasisme yang ditujukan kepadanya.
3. Kerjasama Internasional
Menurut Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya yang berjudul
“Organisasi dan Administrasi Internasional” dijelaskan bahwa kerjasama
internasional dipahami sebagai kerjasama dalam masyarakat internasional
yang merupakan suatu keharusan sebagai akibat terdapatnya hubungan
interdependensi dan bertambah kompleksnya hubungan manusia dalam
masyarakat internasional. Kerjasama internasional terjadi karena
mempunyai arah dan tujuan yang sama dan keinginan yang didukung oleh
kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama ini didasari oleh
kepentingan bersama antar negara-negara namun kepentingan itu tidak
identik. (Kartasasmita, 1998)
Kerjasama internasional didorong oleh beberapa faktor, yaitu:
Ø Kemajuan dalam bidang teknologi, yang menyebabkan
semakin mudahnya hubungan yang dapat dilakukan negara
sehingga meningkatnya ketergantungan satu dengan yang
lainnya.
Ø Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi
kesejahteraan bangsa dan negara. Kesejahteraan suatu
negara dapat mempengaruhi kesejahteraan negara lainnya
di dunia.
Ø Perubahan sifat peperangan, dimana terdapat suatu
keinginan bersama untuk saling melindungi dan membela
diri dalam bentuk kerjasama internasional.
Ø Adanya kesadaran dan keinginan untuk berorganisasi. Salah
satu metode kerjasama internasional dilandasi atas dasar
bahwa dengan berorganisasi akan memudahkan dan
memecahkan masalah yang dihadapi. (Kartasasmita, 1998)
Kerjasama internasional menurut Coplin dan Marbun merupakan:
“Kerjasama yang awalnya terbentuk dari satu alasan dimana negara
ingin melakukan interaksi rutin yang baru dan lebih baik bagi tujuan
bersama. Interaksi-interaksi ini sebagai aktivitas pemecahan masalah
secara kolektif, yang berlangsung baik secara bilateral maupun secara
multilateral.” (Coplin, 2003)
Kesepakatan yang terjadi dalam kerjasama internasional haruslah
memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan satu sama lainnya.
Secara umum tujuan sebuah negara menjalin kerjasama yakni untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia, kemakmuran dunia,
memperluas hubungan dan mempererat persahabatan antar pihak yang
bekerjasama. Setiap kerjasama yang dilakukan oleh suatu negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang didasari pada persamaan dan
perbedaan tersebut menciptakan kerjasama secara timbal balik antar
negara melalui perjanjian ataupun melalui badan atau organisasi
internasional. Dan tujuan akhir dari kerjasama harus dijabarkan kedalam
sasaran kerjasama yang ditentukan oleh persamaan kepentingan yang
fundamental dari masing-masing pihak yang melakukan kerjasama.
MODEL PENELITIAN
Dalam penulisan penelitian ini, metode penelitian digunakan
sebagai alat bantu untuk menganalisa data yang ada. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif,
yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan menganalisis
kerjasama UNESCO – FC Barcelona dalam menangani kasus rasisme dalam
olahraga sepakbola melalui program anti rasisme periode 2007-2011.
Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang
mendasarkan pada data serta informasi yang bersifat umum. Menurut Prof.
Sukmadinata, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
paling dasar dan banyak ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun hasil rekayasa manusia. (Sukmadinata, 2005)
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan
yang tengah berlangsung. Penelitian yang bersifat deskriptif maka analisa
penelitiannya dilakukan secara kualitatif berdasarkan data yang sudah ada
dan tersedia yang dikumpulkan dalam rangka memperoleh bahan untuk
dapat memberikan jawaban terhadap pokok permasalahan yang ada serta
agar hasil yang didapt bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
(Sukmadinata, 2005)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini adalah menggunakan teknik studi kepustakaan (Library
research) dimana data-data yang diperoleh penulis ini berasal dari berbagai
sumber seperti buku, paper, majalah, jurnal, artikel, skripsi,surat kabar dan
situs internet yang relevan. Penulis juga memperole data melalui bantuan
dari fans klub resmi FC Barcelona di Indonesia (PenyaIndoBarca &
FCBI_Jakarta)
HASIL PENELITIAN
KERJASAMA UNESCO DENGAN FC BARCELONA
Mengatasi rasisme dalam persepakbolaan memerlukan proses.
Karena tindakan rasisme adalah sebuah bentuk penyimpangan sosial dalam
sebuah masyarakat dan dibutuhkan sosialisasi ke seluruh penggemar
sepakbola agar mengubah tindakan rasisme tersebut. Hal ini termasuk
dalam usaha pencegahan agar kasus-kasus rasisme dalam sepakbola dapat
berkurang dan tidak terjadi lagi di masa mendatang. Untuk itu banyak
organisasi internasional dan Non-Government Organization (NGO) yang
bekerjasama dan mempunyai visi dan misi yang sama untuk memerangi
rasisme di sepakbola.
Sebagai suatu organisasi internasional, UNESCO tentu mempunyai
tujuan dan target yang berbeda dengan organisasi internasional lain dalam
menjalankan segala program-program kerjanya. Tujuan utama dari
UNESCO sangat luas dan memiliki satu ambisi yaitu, untuk membangun
perdamaian di pikiran manusia melalui bidang pendidikan, budaya, ilmu
pengetahuan alam dan ilmu sosial, serta komunikasi.
Selain itu, UNESCO juga mendukung The United Nations Millennium
Development Goals melalui strategi dan kegiatan yang berbeda:
They are a fundamental right for everyone;
They are indispensable for permanent education;
They have to fulfil individual and social needs;
They have to be practised by instructed individuals;
They require the adequate infrastructure and equipment;
They promote ethical, moral values;
They promote a positive media communication.
Dalam hubungannya dengan bidang pendidikan dan olahraga, pada
tahun 1978, The International Charter of Physical Education and Sport
muncul dan ditandatangani oleh General Conference of UNESCO. Hal
tersebut merupakan elemen kunci dari UNESCO Charter yang berkaitan
dengan bidang pendidikan dan olahraga yang merupakan manifestasi hak
asasi manusia.
Berbeda dengan organisasi internasional UNESCO, FC Barcelona
yang merupakan NGO juga memiliki tujuan, target, dan aktivitas yang
berbeda sebagai klub sepakbola yang terkenal saat ini di dunia. FC
Barcelona yang memiliki dan diwakili oleh yayasan FC Barcelona memiliki
dua misi umum, yaitu:
o Guiding the Foundation towards a social model, through the development
of social, cultural, supportive and educational actions that contribute to the
consolidation of the ‘more than a club’ concept.
o The re-enforcement and internationalization of the ‘more than a club’
concept. It implies a strengthening of Barça identity and an increase on
the number of fans all over the world.
Semua misi tersebut dibangun atas tiga bentuk tindakan: sosial
(supportive axis); institusional (cultural axis); dan pendidikan (educational
axis). Bentuk tindakan itulah yang menjadi panduan bagi yayasan FC
Barcelona untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuannya.
Berikut ini adalah beberapa contoh program yayasan FC Barcelona
yang menggunakan olahraga sebagai alat untuk pendidikan dan integrasi
sosial di kalangan anak-anak dan remaja, adalah:
XICS: International Network of Support Centres. Dalam program ini,
olahraga menjadi elemen kunci. Yayasan FC Barcelona menawarkan
dukungan pendidikan dan psikososial untuk pengembangan pribadi
dan sosial anak-anak. Yayasan FC Barcelona telah menerapkan
program ini di negara-negara seperti: Senegal, Kamerun, Brasil, dan
Maroko.
JES:Journeys of Sport and Solidarity. Program pembentukan selama
30 jam yang ditujukan untuk guru dan instruktur yang bekerja
dengan anak-anak berkekurangan mental.
JUGA-LA (Play it):JUGA-la terdiri dari beberapa kegiatan yang
dirancang untuk mempromosikan nilai-nilai tertentu dan sikap positif
kepada anak-anak.
Karena memiliki tujuan yang sama tersebut, akhirnya pada tanggal
27 November 2007, FC Barcelona yang diwakili oleh Direktur yayasan FC
Barcelona, Lander Unzueta menandatangani perjanjian kerjasama dengan
UNESCO di Paris, Perancis dimana markas UNESCO berada. Pertemuan
tersebut dihadiri langsung oleh Presiden FC Barcelona, Joan Laporta dan
Direktur Jendral UNESCO, Koichiro Matsuura dan serta Direktur UNESCO di
Catalunya (UNESCOcat), Agusti Colomines dan Presiden Komisi kerjasama
nasional Spanyol, Luis Ramallo juga mengambil bagian dalam perjanjian
ini.
UNESCO dan FC Barcelona menandatangani perjanjian kerjasama
yang menegaskan komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang peran pendidikan dan olahraga dalam pengembangan
dan kesejahteraan anak-anak dan remaja. Salah satu tujuan khusus dari
kerjasama ini adalah dengan menggunakan olahraga sebagai alat untuk
memerangi rasisme, diskriminasi, dan kekerasan pada masyarakat umum
terutama bagi anak-anak dan remaja. Karena olahraga merupakan sarana
untuk membawa jiwa kebersamaan terlepas dari latar belakang sosial,
budaya, etnis, usia, dan jenis kelamin. Oleh karena itu, olahraga dianggap
menghilangkan stereotip negatif di masyarakat. Olahraga khususnya
sepakbola merupakan alat yang dianggap sebagai bahasa universal,
referensi umum dimana dengan sepakbola masyarakat dapat diajarkan
tentang nilai-nilai penting, seperti sikap toleransi, sikap saling menghormati
dan solidaritas yang tinggi.
Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 23 November
2007 oleh UNESCO dan FC Barcelona terdapat beberapa program utama,
yaitu:
FIGHT AGAINST RACISM AND VIOLENCE IN SPORTS
Nilai-nilai positif dalam olahraga akan dipromosikan melalui tindakan
pendidikan. Tindakan ini akan difokuskan pada perang melawan rasisme
dan kekerasan dalam olahraga. UNESCO akan mengundang FC Barcelona
untuk bergabung dengan International Coallition of Cities Against Racism
(ICCAR) dan akan memberikan kontribusi pada pengembangan sumber
daya manusia melalui program JUGA-la, yang diciptakan oleh yayasan FC
Barcelona. Selain itu, UNESCO dan FC Barcelona akan merayakan Day
Against Racism (Hari melawan rasisme) pada setiap tanggal 21 Maret.
FIGHT AGAINST DOPING
UNESCO dan FC Barcelona akan mempromosikan nilai-nilai positif
dari olahraga melalui pengembangan program pendidikan terhadap doping.
FC Barcelona akan membuat program-program kemasyarakatan melalui
tokoh yang paling representatif dan pada saat yang sama, UNESCO dan FC
Barcelona akan mengembangkan materi pendidikan pada anak-anak dan
remaja. Yayasan FC Barcelona akan menyalurkan nilai-nilai tersebut melalui
program XICS dan program JUGA-la.
EDUCATION AND LITERACY TEACHING FOR DEFENCELESS
CHILDREN
Program ini menfokuskan pada integrasi sosial, pendidikan dan
mengajarkan anak-anak dan remaja yang punya keterbatasan aksara. Akan
ada promosi melalui kampanye di media oleh juru bicara dari FC Barcelona.
Tindakan lain yang akan dijalankan adalah, FC Barcelona dan PBB akan
berpartisipasi dalam perayaan penting seperti International Literacy Day
pada setiap tanggal 8 September dan akan mendukung penuh inisiatif
UNESCO dalam United Nations Literacy Decade (UNDL) dan Literacy for
Empowerment (LIFE).
UNESCO CHAIR - FC BARCELONA
‘Sports and Civic Responsibility’ adalah program yang dibuat oleh
yayasan FC Barcelona, mengelompokkan semua tindakan yang
mengeksploitasi pendidikan dan potensi sosial dari olahraga. Untuk dampak
dari pendidikan dari program ini, UNESCO-FC Barcelona Chair akan dibuat
untuk mahasiswa. Program ini akan mempromosikan pembentukan dan
penyelidikan dalam olahraga sebagai elemen dari integrasi sosial dan
transmisi dari nilai-nilai positif yang ada.
Program Anti-Rasisme (Fight Against Racism and Violence in
Sports )
1. "Youth Voices Against Racism" Project
FC Barcelona, UNESCO dan The European Coalition of Cities Against
Racism (ECCAR), serta The European Parliament bekerjasama
memutuskan untuk mengembangkan program menangani isu rasisme
dalam olahraga, pada bulan Juni 2008.
Program ini mengajak anak muda di Eropa untuk melawan rasisme
melalui partisipasi dalam pembuatan kebijakan. Dalam program ini, Emine
Bozkurt, perwakilan Parlemen Eropa yang memprakarsai resolusi Eropa
untuk mengatasi rasisme di sepakbola dari negara Belanda menjelaskan,
"Sport is a mirror of society, with all of its shortcomings. But let us not
forget that, above all, sport offers great possibilities for social inclusion".
Anak-anak muda memiliki pengaruh dalam perjuangan melawan rasisme
dan diskriminasi. Dengan demikian ini, UNESCO dan FC Barcelona, dan
dalam kerjasama dengan The European Parliament, meluncurkan program
"Youth Voices against Racism" pada tanggal 4 Juni 2008. Tujuannya adalah
untuk memungkinkan anak-anak muda untuk berperan aktif dalam
perjuangan melawan rasisme dengan melibatkan mereka pada pembuatan
kebijakan dan inisiatif.
Aktor utama dari program "Youth Voices against Racism" adalah
anak-anak muda yang berusia antara 15 sampai 18 tahun. Program ini
dilaksanakan melalui The European Coalition of Cities against Racism
(ECCAR). Antara bulan Juni dan Agustus 2008, kota anggota ECCAR
menyelenggarakan konsultasi forum dengan anak-anak muda dari kota
mereka masing-masing untuk membahas isu rasisme dan olahraga. Di
sekolah, asosiasi olahraga, dewan kepemudaan, atau melalui meia lokal
dan forum online, peserta mampu mempertimbangkan pertanyaan-
pertanyaan berikut: Tindakan apa yang dapat dilakukan kota untuk
melawan rasisme dalam olahraga? Bagaimana olahraga dan pendidikan
jasmani mempromosikan sikap toleransi, saling menghormati dan
menjunjung solidaritas?
24 anak-anak muda dari 9 kota di Eropa (Barcelona, Bologna,
Botkyrka, Erlangen, Graz, Malmö, Nurenberg, Serres dan Uppsala) terpilih
untuk berpartisipasi dalam Youth Forum, yang diselenggarakan pada
tanggal 19 September 2008 di Bologna (Italia) dalam rangka The
framework of the ECCAR General Conference. Mereka bersama-sama
berbagi ide dan memberikan praktik rekomendasi untuk pemerintah kota.
Yang berhubungan dengan fenomena rasisme dalam praktik olahraga
profesional, pendidikan jasmani dan praktik olahraga sebagai hobi.
Forum ini bagi anak-anak muda sebagai ajang perdebatan tentang
berbagai macam isu yang berhubungan dengan rasisme, seperti:
Ø Pencegahan dan menyadari perlunya toleransi keragaman budaya
dan kehidupan masyarakat yang damai.
Ø Bantuan bagi korban rasis.
Ø Meningkatkan kesadaran dalam masyarakat.
Dengan alasan tersebutlah tiga organisasi berusaha untuk
membawa sepakbola dan olahraga ke dalam perdebatan tentang rasisme,
sehingga anak-anak muda dapat menjelaskan bagaimana untuk membasmi
rasisme dari olahraga dan dari masyarakat pada umumnya.
Dua delegasi pemuda terpilih di antara para peserta lainnya. Dan
berikut ini adalah rekomendasi dan hasil dari forum tersebut dalam
menangani kasus rasisme:
1. Klausal anti-rasisme dan anti-diskriminasi dalam kontrak atlet ketika
bergabung dengan klub olahraga.
2. Memberikan hadiah untuk tim/klub/kota yang memiliki fans dan
atletnya bebas dari sikap rasisme.
3. Iklan anti-rasisme di stadion-stadion pada kesempatan acara
olahraga amatir dan profesional dan mempromosikan slogan-slogan
anti-rasisme.
4. Mencetak slogan anti-rasisme dan pesan moral pada
makanan/minuman yang dijual di stadion.
5. Menggunakkan artikel komersial yang berkaitan dengan olahraga
pada pakaian olahraga, bendera, gelang karet, dll untuk
mengirimkan pesan anti-rasisme.
6. Mendorong para fans semua tim untuk merayakan kemenangan
atau kekalahan bersama-sama tanpa kekerasan.
7. Menetapkan hukuman dan sanksi yang tegas bagi tim yang
pemainnya melakukan insiden rasis. Penetapan hukuman tersebut
tidak hanya untuk insiden rasis yang terjadi di stadion selama
pertandingan berlangsung tetapi pada saat di luar, baik sebelum
dan setelah pertandingan.
8. Peluncuran kampanye melalui:
a) Pesan di media (TV, radio, media cetak, internet),
khususnya saat sebuah pertandingan olahraga akan
dijalankan.
b) Peningkatan kesadaran kegiatan di sekolah dan khususnya
dalam bidang pendidikan jasmani.
c) Kegiatan yang melibatkan atlet populer.
9. Mengatur acara olahraga yang multikultural, baik di publik (taman,
jalan, mal, dll) dan di tempat olahraga, yang mempertemukan
orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda dengan tujuan
penempaan sikap pengertian dan saling menghormati dan dalam
mendekonstruksi stereotip rasis.
10. Mengambil langkah-langkah yang memungkinkan untuk mendorong
orang yang tergolong etnis, agama dan lainnya berasal dari kaum
minoritas untuk bisa berlatih olahraga yang mereka inginkan.
Berupa membangun dan menyediakan akses fasilitas olahraga
umum, membuat beasiswa khusus, dan menetapkan hari-hari
khusus.
Ini adalah pertama kalinya sebuah klub olahraga telah bergabung
dengan UNESCO, ECCAR dan European Parliament untuk menghasilkan
sebuah program bersama yang bertujuan untuk memberantas perilaku
rasis dan kekerasan.
2. Promoting an Anti-Racism Clause in Athletes' Contract
Pada tahun 2009, The European Association (ECA) dengan FC
Barcelona dan UNESCO menandatangani deklarasi untuk mempromosikan
klausal anti-rasisme dan anti-diskriminasi dalam kontrak baru dengan
pemain sepakbola. Atas inisiatif FC Barcelona, ECA memutuskan pada
tanggal 8 Juli 2009 untuk mempromosikan klausal anti-rasisme di antara
144 anggotanya.
Ide untuk menambahkan klausal anti-rasisme pada kontrak atlet ini
berasal dari progam “Youth Voices against Racism” yang sedang
dijalankan bersama-sama oleh UNESCO dan FC Barcelona dan ECCAR
dalam mengatasi rasisme pada tahun 2008. Tindakan ini bertujuan untuk
memobilisasi pemain sepakbola profesional di depan umum terhadap
masalah rasisme dan diskriminasi.
Lilian Thuram, sebagai mantan pemain sepakbola profesional dan
seorang aktivis anti-rasisme, menegaskan bahwa: “I believe the signature
of this declaration will count in the future. You have the courage to go
further than football, the courage to make society better”.
Pada bulan Mei 2010, David Villa merupakan pemain baru pertama
FC Barcelona yang menandatangi klausal kontrak anti-rasisme ini selama 4
tahun masa kontrak setelah didatangkan dari klub sebelumnya Valencia CF.
Selama konfrensi pers pada hari Jumat 21 Mei 2010, Presiden FC
Barcelona, Joan Laporta, memperkenalkan David Villa sebagai pemain FC
Barcelona yang baru di depan para media dan mengumumkan bahwa
kontraknya dengan klub adalah yang pertama kali menyertakan klausal
anti-rasisme didalamnya.
Lebih lanjut, klausul anti-rasisme yang ada di kontrak David Villa
sendiri selengkapnya berbunyi, "Pemain tidak akan bertindak atau
menunjukkan tindakan rasis dalam berbagai bentuk, baik sepanjang
permainan maupun dalam seluruh tugas resmi klub. Klub bakal secara
tegas menghukum seluruh tindakan diskriminasi atau rasis, sesuai
perjanjian ini”.
Ikatan kerjasama yang ditandatangani olehDavid Villa dengan FC
Barcelona boleh dikatakan "unik", pasalnya dalam kontrak terdapat butir-
butir yang menyatakan kesanggupan pemain untuk tidak bertindak rasis.
Tetapi tidak diterangkan secara rinci soal sanksi apa yang akan diberikan
seandainya terjadi pelanggaran.
Sementara itu, dukungan bagi langkah anti-rasisme ini mengalir dari
berbagai pihak. Salah satunya datang dari Kick Out. Menurut direktur
lembaga yang peduli pada isu-isu ras dan diskriminasi ini, langkah David
Villa dan FC Barcelona merupakan awal yang baik bagi kampanye anti-
rasisme.
3. UNESCO/FC Barcelona Anti-Racism Campaign: "Put Racism
Offside"
Pada kesempatan The 2010 International Day for the Elimination of
Racial Discrimination (21 Maret), UNESCO dan FC Barcelona meluncurkan
kampanye anti-rasisme selama setahun dengan slogan “Put Racism
Offside”. UNESCO dan FC Barcelona menandai Hari Internasional
Penghapusan Diskriminasi Rasial tersebut dengan meluncurkan sebuah
pesan video yang disampaikan oleh pemain bintang dari klub FC Barcelona
yaitu: Lionel Messi, Seydou Keita dan Gerard Pique. Video tersebut
berdurasi 33 detik, dengan menampilkan 3 pemain bintang FC Barcelona
sedang membuat sebuah grafiti yang bertuliskan "Put Racism Offside" yang
merupakan kampanye untuk memerangi rasisme. Dimana video tersebut
telah ditonton oleh lebih dari 100ribu viewers di seluruh dunia yang
ditayangkan melalui akun youtube UNESCO maupun akun youtube FC
Barcelona.
Pada tanggal 24 Maret 2010, UNESCO dan FC Barcelona menandai
awal kampanye bersama mereka melawan rasisme dan diskriminasi dengan
serangkaian kegiatan dalam pertandingan antara FC Barcelona melawan CA
Osasuna di Stadion Nou Camp di Barcelona (Spanyol). Sebelum
pertandingan, pembicara stadion membuat beberapa pengumuman
tentang kampanye dan tujuannya. Slogan utama kampanye "Put Racism
Offside" diproyeksikan pada layar raksasa stadion serta di billboard di
sekitar lapangan sepakbola. Sampai satu jam sebelum kick-off, papan
pesan besar didirikan di tempat yang strategis di luar stadion, dimana para
fans atau suporter yang hadir langsung ke stadion untuk menyaksikan
pertandingan diundang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang
terkait dengan diskriminasi dan rasisme dengan cara menuliskan pesan-
pesannya pada papan besar tersebut. Selain itu, sebuah artikel tentang
kampanye "Put Racism Offside" ada dalam surat kabar resmi FC Barcelona
"Barca Camp Nou" yang didistribusikan secara bebas di dalam dan di luar
stadion.
Kerjasama yang dilakukan oleh UNESCO dengan FC Barcelona
melalui berbagai program dan kampanye dalam mengatasi rasisme di
sepakbola merupakan langkah yang tepat. Hal tersebut merupakan upaya
yang terus dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengurangi perilaku
rasisme dalam olahraga. Isu rasisme di sepakbola masih banyak terjadi
pada setiap pertandingan yang digelar. Rasisme dalam sepakbola
merupakan sebuah tindakan yang mencederai nilai sportivitas yang
dikandung dalam sepakbola. Rasisme tidak termakan jaman dalam
perkembangan sepakbola dunia. Selalu ada kasus rasisme di setiap
tahunnya dalam pertandingan profesional, tindakan rasisme dalam
sepakbola merupakan tindakan provokasi yang digunakan suporter, staf,
pelatih bahkan pemain lawan untuk memancing emosi pemain lain demi
memberikan keuntungan pada tim yang dibelanya.
Program dan kampanye yang dilakukan UNESCO dan FC Barcelona
bisa dikatakan berhasil namun belum sepenuhnya efektif, pesan-pesan
yang disampaikan oleh FC Barcelona dalam kampanye yang disepakati oleh
FC Barcelona dan UNESCO berhasil disepakati oleh para pemain FC
Barcelona dalam menyampaikan kampanye tersebut.
Dalam klausul kontrak David Villa disertakan juga kesepakatan agar
selama Villa berkostum FC Barcelona tidak diperbolehkan bertindak rasisme
dalam hal apapun baik di lapangan maupun diluar lapangan, hal ini terbukti
dipenuhi oleh sang pemain selama 3 musim membela FC Barcelona dengan
perilaku anti-rasis.
Pada kampanye "Put Racism Offside" program ini juga berhasil saat
FC Barcelona melawan CA Osasuna dalam lanjutan Liga Spanyol Sebelum
pertandingan, pembicara stadion membuat beberapa pengumuman
tentang kampanye dan tujuannya. Slogan utama kampanye "Put Racism
Offside" diproyeksikan pada layar raksasa stadion serta di billboard di
sekitar lapangan sepakbola. Sampai satu jam sebelum kick-off, papan
pesan besar didirikan di tempat yang strategis di luar stadion, dimana para
fans atau suporter yang hadir langsung ke stadion untuk menyaksikan
pertandingan diundang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang
terkait dengan diskriminasi dan rasisme dengan cara menuliskan pesan-
pesannya pada papan besar tersebut. Selain itu, sebuah artikel tentang
kampanye "Put Racism Offside" ada dalam surat kabar resmi FC Barcelona
"Barca Camp Nou" yang didistribusikan secara bebas di dalam dan di luar
stadion.
Selain itu pemilihan 3 bintang FC Barcelona dalam kampanye
tersebut juga merepresentasikan Anti-rasisme melalui 3 pemain dengan
negara yang berbeda, warna kulit yang berbeda dan dari benua berbeda
pula, ada Seydou Keita yang berasal dari negara Mali, lalu Gerard Pique
yang berasal dari Spanyol dan Lionel Messi yang berasal dari Argentina,
pesan yang disampaikan oleh ketiga pemain bintang ini adalah tidak
adanya perbedaan diantara mereka bertiga dalam hal apapun.
KESIMPULAN
Dalam penelitian kerjasama United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization (UNESCO) dengan FC Barcelona dalam
menangani kasus rasisme dalam olahraga sepakbola melalui program anti-
rasisme periode 2007-2011, dapat disimpulkan beberapa poin antara lain:
1. Sejauh ini keberadaan kerjasama UNESCO dan FC Barcelona
dalam mengatasi rasisme berjalan dengan benar, namun
tidak efektif. Program dan kampanye-kampanye yang
dilakukan secara berkesinambungan tidak dapat mencegah
terjadinya rasisme.
2. Dalam "Youth Voices Against Racism" Project dimana
program kerjasama ini memberikan kesempatan bagi anak-
anak muda untuk berpartisipasi dalam sebuah forum yang
membahas tentang isu rasisme dalam sepakbola. Ide-ide
yang disampaikan dalam forum tersebut berhasil menarik
perhatian dari UNESCO dan FC Barcelona untuk menjadikan
dan menjalankan program-program anti rasisme
selanjutnya.
3. Dalam program kerjasama antara UNESCO dengan FC
Barcelona, ada sebuah program melalui klausal anti-rasisme
pada kontrak yang diterima oleh salah satu pemain FC
Barcelona yaitu David Villa. Dalam kontrak David Villa di FC
Barcelona disebutkan bahwa pemain dilarang untuk
melakukan tindakan rasis selama berkostum FC Barcelona.
Hasilnya, selama 3 tahun David Villa membela FC Barcelona
memang tidak ada tindakan atau perilaku rasisme yang
dilakukan oleh David Villa.
4. Selain itu pemilihan 3 bintang FC Barcelona dalam
kampanye "Put Racism Offside" tersebut juga
merepresentasikan Anti-rasisme melalui 3 pemain dengan
negara yang berbeda, warna kulit yang berbeda dan dari
benua berbeda pula, ada Seydou Keita yang berasal dari
negara Mali, lalu Gerard Pique yang berasal dari Spanyol dan
Lionel Messi yang berasal dari Argentina, pesan yang
disampaikan oleh ketiga pemain bintang ini adalah tidak
adanya perbedaan diantara mereka bertiga dalam hal
apapun. Selain itu, video kampanye “Put Racism Offside”
yang ditayangkan melalui akun youtube UNESCO dan akun
youtube FC Barcelona, telah ditonton lebih dari 100ribu
viewers oleh masyarakat dunia.
5. Kasus rasisme dalam sepakbola susah untuk dihentikan
karena rasisme adalah sebuah sifat yang bisa dikatakan
sebagai penyakit kronis dalam peradaban dunia dengan
mengejek, merendahkan atau melecehkan seseorang yang
memiliki warna kulit atau ras yang berbeda. Selain itu, sikap
sebagian masyarakat tidak terbuka terhadap kehadiran
orang asing, sehingga sekeras apapun upaya kerjasama
yang dilakukan oleh UNESCO dan FC Barcelona dalam
mengatasi rasisme di sepkabola, tidak akan efektif jika tidak
didorong oleh kesadaran masyarakat sosialnya. Kerjasama
UNESCO dengan FC Barcelona tidak memiliki kekuatan untuk
memberikan hukuman terhadap pelaku tindak rasisme.
UNESCO dan FC Barcelona hanya berusaha untuk mencari
solusi-solusi dan membuat kampanye-kampanye dalam
mengatasi rasisme.
6. Sebagai sebuah organisasi internasional dan sebuah klub
sepakbola yang memiliki jaringan hampir di seluruh dunia,
UNESCO dan FC Barcelona seharusnya dapat menciptakan
kondisi yang lebih baik dalam sepakbola sehingga tindakan
rasisme dapat untuk dikurangi bahkan dihapuskan dari dunia
olahraga sepakbola. Sehingga sepakbola menjadi lebih
layak, dalam arti tidak ada lagi ancaman perbedaan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ade Maman Suherman, S. M. (2003). Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Anheier, H. (2005). Global Civil Society 2006-‐2007. London: LSE International Development.
Archer, C. (2001). International Organizations 3rd Edition. London: Routledge.
Barston, R. (1997). Modern Diplomacy. New York: Longman.
Burns, J. (2009). Barca : a People's Passion. Bloomsbury.
Coplin, W. D. (2003). Pengantar Politik Internasional: Suatu telaah teoritis. Bandung: Pustaka Sinar Baru.
Dougherty, J. E. (1997). Contending Theories of International Relations. New York: Longman.
Faizah, Z. R. (2010). Upaya Federation Internationale De Football Associations (FIFA) Melalui Union Of European Football Associations (UEFA) Dalam Mengatasi Rasisne Pada Pesepakbolaan Di Eropa Tahun 2000-‐2009. Jakarta: Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Frederickson, G. M. (2002). Racism A Short History. New Jersey: Princeton University Press.
Handoko, A. (2008). Sepak Bola Tanpa Batas. Yogyakarta: Kanisius.
Holsti, K. (1988). International Politics: A Framework for Analysis. In M. T. Azhari, Politik Internasional : Kerangka Untuk Analisis (pp. 651-‐652). Jakarta: Erlangga.
Jusuf, E. I., & Srivanto, F. R. (2001). Rasisme: Dokumentasi dokumen-‐dokumen internasional tentang rasisme. Jakarta: Solidaritas Nusa Bangsa.
Kartasasmita, K. (1998). Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Angkasa.
Salim, A. (2007). Buku Pintar Sepakbola. Bandung: Jembar.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Satow, E. (1922). A Guide to Diplomatic Practice. New York: Longman Green & Co.
Sukmadinata. (2005). Kerangka Berfikir Serta Bentuk Penelitian Deskriptif.
Woodhouse, T. (2010). Fostering Peace Throught Cultural Initiatives: From
the Roundtable on Conflict and Culture. In J. Tsuchiyama (Ed.), Building a Global
Peace Culture (pp. 18-‐32). London.
Yani, D. A. (2005). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Rodha.
JURNAL
Ascari, G. (2006). "Spanish Football". Journal of Sports Economics, 7, 76-‐89.
Benediktus, F. E. (2014). Upaya FA (Football Association) dalam Mengatasi Tindak Rasisme di Kompetisi Sepakbola Barclays Premier League (BPL) Inggris. Retrieved May 6, 2015, from ejournal.hi.fisip-‐unmul.org: http://ejournal.hi.fisip-‐unmul.ac.id/site/wp-‐content/uploads/2014/09/eJournal-‐HI%20(09-‐11-‐14-‐07-‐43-‐33).pdf
Boyle, K. (2005). Dimensions Of Racism. Geneva: the Office of the United Nations High Commisionerfor Human Rights (OHCHR).
Haas, M. (1965). A Functional Approach to International Organization. The Journal of Politics , 498-‐517.
Hamil, S. W. (2010). The Model of Governance at FC Barcelona: Balancing Member Democracy, Commercial Strategy, Corporate Social Responsibility and Sporting Performance (Vol. 11).
SURAT KABAR
Kompas. (2000, Februari 16). Rasisme dan Dilema Italia (Catatan Sepakbola) , p. 24.
Kompas. (2001, Oktober 27). Heskey Alami Perlakuan Rasis , p. 24.
Kompas. (2004, November 25). Dua Pemuda Disangka Bersalah atas Kasus Yorke , p. 24.
Soccer. (2001, May 5). Lazio Kena Rasisme (Lagi) , p. 19.
Soccer. (2002, Oktober 26). Memerangi Perbedaan Ras , p. 5.
Soccer. (2003, Desember 17). Lagi-‐Lagi Rasisme , p. 5.
Soccer. (2004, Desember 4). Di Bawah Bayang-‐bayang Rasisme .
Soccer. (2005, Desember 24). Rasisme (Mengusir Monyet yang Sesungguhnya) , p. 3.
Soccer. (2006, Oktober 21). Seiring Sejalan dengan Fasisme .
INTERNET
(2006, Februari 28). Retrieved Mei 28, 2015, from BBC Sport: http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/europe/4760916.stm
ein/gia. (2012, Mei 12). http://www.bola.net/spanyol/anak-‐anak-‐di-‐cina-‐diuntungkan-‐kerjasama-‐unicef-‐barca-‐8e8add.html. Retrieved October 13, 2014, from http://bola.net: http://www.bola.net
en.unesco.org. (n.d.). Retrieved May 26, 2015, from en.unesco.org: https://en.unesco.org/70years/leading_fight_against_racism
FCBarcelona.cat. (2011). FCB Member. Retrieved July 1, 2015, from http://www.fcbarcelona.cat/web/english/socis/fes-‐te_soci/nova/fes-‐te_soci03.html
FCBarcelona.cat. (2011). Fundacio FC Barcelona: Alliances with UN. Retrieved July 1, 2015, from http://www.fcbarcelona.cat/web/Fundacio/english/nacions_unides/index.html
FCBarcelona.cat. (2011). Fundacio FC Barcelona: Mission and Objectives. Retrieved July 1, 2015, from http://www.fcbarcelona.cat/web/Fundacio/english/fundacio/missio.html
FCBarcelona.cat. (2011). Membership: New Membership Registration Process (older than 15 years). Retrieved July 1, 2015, from http://www.fcbarcelona.cat/web/english/socis/fes-‐te_soci/nova/info_senior.html
FCBarcelona.co.id. (2012). Honours. Retrieved July 1, 2015, from http://www.fcbarcelona.co.id/football/detail/card/honours-‐football
FCBarcelona.co.id/club. (n.d.). Identity. Retrieved October 13, 2014, from Fc Barcelona.co.id: http://www.fcbarcelona.co.id
FCBarcelona.com. (2011). Barca and UNICEF extend their agreement. Retrieved July 1, 2015, from http://www.fcbarcelona.com/web/english/noticies/club/temporada10-‐11/05/16/n110515117479.html
Football Unites Racism Devides. (n.d.). The European Dimension. Retrieved May 25, 2015, from Football Unites, Racism Divides: http://www.furd.org/default.asp?intPageID=54
portal.unesco.org. (n.d.). Declaration on Race and Racial Prejudice. Retrieved May 26, 2015, from portal.unesco.org: http://portal.unesco.org/en/ev.php-‐URL_ID=13161&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html
Portal.unesco.org. (n.d.). UNESCO Constitution. Retrieved May 26, 2015, from Portal.Unesco.org: http://portal.unesco.org/en/ev.php-‐URL_ID=15244&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html
UNESCO. (n.d.). Fight against Racism, Discrimination and Xenophobia. Retrieved October 24, 2014, from UNESCO.Org: http://www.unesco.org/new/en/social-‐and-‐human-‐sciences/themes/fight-‐against-‐discrimination/browse/1/
UNESCO. (n.d.). UNESCO and FC Barcelona United Against Racism and Discrimination in Sport. Retrieved October 24, 2014, from UNESCO.Org: http://www.unesco.org/new/en/social-‐and-‐human-‐sciences/themes/human-‐rights/fight-‐against-‐discrimination/partnership-‐with-‐fc-‐barcelona/
unesco.org. (n.d.). Retrieved May 26, 2015, from unesco.org: http://www.unesco.org/new/en/social-‐and-‐human-‐sciences/themes/fight-‐against-‐discrimination/unescos-‐past-‐strategies-‐and-‐action/
UNESCO.org. (n.d.). About Us. Retrieved May 26, 2015, from UNESCO.org: http://en.unesco.org/about-‐us/introducing-‐unesco
UNESCO.Org. (n.d.). Introducing UNESCO. Retrieved October 9, 2014, from http://www.UNICEF.org: http://www.unesco.org/about/
unesdoc.unesco.org. (n.d.). DEVELOPMENT OF AN INTEGRATED STRATEGY TO COMBAT RACISM,. Retrieved May 26, 2015, from unesdoc.unesco.org: http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001312/131202e.pdf
unesdoc.unesco.org. (n.d.). FIGHTING RACISM AND DISCRIMINATION. Retrieved May 26, 2015, from unesdoc.unesco.org: http://unesdoc.unesco.org/images/0021/002171/217105E.pdf
UNICEF.org. (2011). UNICEF and FC Barcelona Extend Partnership. Retrieved July 1, 2015, from http://www.unicef.org.nz/UNICEF-‐and-‐FC-‐Barcelona-‐Renew-‐Partnership