jurnal kerjasama united nations educational, scientific and cultural organization (unesco) dengan fc...

32
KERJASAMA UNITED NATIONS EDUCATIONAL, SCIENTIFIC AND CULTURAL ORGANIZATION (UNESCO) DENGAN FC BARCELONA DALAM MENANGANI KASUS RASISME DALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA MELALUI PROGRAM ANTI-RASISME ALEXANDER JORDAN SUDARYANTO 2009 – 22 – 068 Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta 2015 Abstract - This research aims to analyze the cooperation between UNESCO and FC Barcelona in handling the occurance of racism in the world of football through anti-racism program. Until now the matter of racism has become a major issue and these kind of problems still occure within football, there are still many football players who were victims of racial discrimination. The difference in skincolour, race, tribe, religion, habits, and culture are things that cause racism to occure. This research is using descriptive method. The sources of this research were collected from books, journals, newspapers, and articles from internet sites and after, they were theoretically analysed by international organization and international cooperation in efforts to overcome racism in football. During this research, it was found that cooperation between UNESCO and FC Barcelona for the anti-racism program has been going well, but is not effective enough in handling cases of racism within football. In 2008, UNESCO, FC barcelona, and ECCAR organized a program called "Youth Voices Against Racism". And in 2009, ECA with UNESCO and FC Barcelona signed a declaration to promote anti-racism and anti-discrimination clause in the contract of football player. Then in 2010, UNESCO and FC Barcelona launched an anti- racism campaign for a year using the slogan "Put Racism Offside". The program and the campaign that was made and conducted by UNESCO and FC Barcelona in handling cases of racism within football went according to the agreement, but it was not yet fully effective. Currently, racism in football are still occurrs often during matches. keywords: cooperation, football, racism, UNESCO, FC Barcelona.

Upload: alexander-jordan

Post on 13-Apr-2017

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KERJASAMA UNITED NATIONS EDUCATIONAL, SCIENTIFIC AND CULTURAL ORGANIZATION (UNESCO) DENGAN

FC BARCELONA DALAM MENANGANI KASUS RASISME DALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA MELALUI

PROGRAM ANTI-RASISME

ALEXANDER JORDAN SUDARYANTO

2009 – 22 – 068

Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Jakarta 2015

Abstract - This research aims to analyze the cooperation between UNESCO and FC Barcelona in handling the occurance of racism in the world of football through anti-racism program. Until now the matter of racism has become a major issue and these kind of problems still occure within football, there are still many football players who were victims of racial discrimination. The difference in skincolour, race, tribe, religion, habits, and culture are things that cause racism to occure. This research is using descriptive method. The sources of this research were collected from books, journals, newspapers, and articles from internet sites and after, they were theoretically analysed by international organization and international cooperation in efforts to overcome racism in football. During this research, it was found that cooperation between UNESCO and FC Barcelona for the anti-racism program has been going well, but is not effective enough in handling cases of racism within football. In 2008, UNESCO, FC barcelona, and ECCAR organized a program called "Youth Voices Against Racism". And in 2009, ECA with UNESCO and FC Barcelona signed a declaration to promote anti-racism and anti-discrimination clause in the contract of football player. Then in 2010, UNESCO and FC Barcelona launched an anti-racism campaign for a year using the slogan "Put Racism Offside". The program and the campaign that was made and conducted by UNESCO and FC Barcelona in handling cases of racism within football went according to the agreement, but it was not yet fully effective. Currently, racism in football are still occurrs often during matches. keywords: cooperation, football, racism, UNESCO, FC Barcelona.

PENDAHULUAN

Dunia internasional memiliki aktor-aktor penting dalam menjalankan

setiap rutinitasnya untuk berinteraksi dalam rangka pencapaian

kepentingan. Dahulu, aktor hubungan internasional hanyalah kekuatan

tunggal suatu negara dalam melakukan diplomasi dengan negara lain.

Namun, kini negara bukan lagi menjadi satu-satunya aktor dalam

hubungan internasional karena terdapat aktor lain yang disebut sebagai

non-state actors atau aktor-aktor non-negara.

Keberadaan organisasi internasional tidak dapat dipandang sebelah

mata karena telah berperan penting sebagai aktor lainnya di dalam konteks

hubungan internasional. Organisasi internasional sebagai penghubung

dalam hubungan internasional guna mempercepat dan mempermudah

proses, prosedur, dan penyelesaian berbagai urusan internasional. Semakin

sedikit organisasi internasional yang menyinggung posisi kekuasaan

negara-negara, maka semakin besar kemungkinan negara maupun aktor

non-negara bersedia bekerjasama dan bergabung dalam organisasi

internasional tersebut.

Kehadiran organisasi internasional umumnya bertujuan untuk

memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Akan tetapi seiring

dengan perkembangan kepentingan dan isu yang ada di dunia

internasional, organisasi internasional dibentuk dengan tujuan untuk

mengembangkan hubungan persahabatan dan kerjasama di segala bidang

dan juga memajukan kepentingan umum dan kesejahteraan umum bagi

umat manusia. Salah satu contoh organisasi internasional yang mampu

berperan dan berkontribusi di dalam hubungan internasional di dunia

adalah UNESCO.

UNESCO adalah singkatan dari “The United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization” yang merupakan badan khusus

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Badan khusus PBB ini didirikan pada 16

November 1945. Berdirinya UNESCO merupakan hasil dari konferensi PBB

di London yang dimulai sejak 1 hingga 16 November 1945. Sebanyak 44

negara hadir dalam konferensi itu.Pada hari terakhir konferensi, konstitusi

UNESCO ditandatangani. UNESCO memiliki anggota 191 negara. Organisasi

ini bermarkas di Paris, Perancis. UNESCO memiliki 50 kantor wilayah serta

beberapa institut dan pusat di seluruh dunia. Program utama UNESCO

disebarluaskan melalui pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial manusia, budaya

serta komunikasi informasi. Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi

perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerjasama

internasional melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan

dalam rangka penghormatan universal lebih lanjut untuk keadilan,

supremasi hukum dan hak asasi manusia bersama dengan dasar

kebebasan menyatakan dalam Piagam PBB. (UNESCO.Org)

UNESCO memiliki lima program utama yaitu Pendidikan, Ilmu Alam

dan Pengelolaan Sumber Daya Bumi, Ilmu Sosial dan Manusia, Budaya

serta Komunikasi dan Informasi. Program Pendidikan meliputi pendidikan

dasar untuk semua dengan penekanan pada keaksaraan, pencegahan

HIV/AIDS dan pelatihan guru di sub-Sahara Afrika, meningkatkan kualitas

pendidikan di seluruh dunia serta pendidikan menengah, pendidikan

teknologi dan pendidikan tinggi. Program Ilmu Alam dan Pengelolaan

Sumber Daya Bumi meliputi perlindungan terhadap air dan kualitasnya,

perlindungan terhadap laut, mempromosikan Ilmu Pengetahuan Teknologi

dan teknik untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan di negara-

negara maju dan berkembang, pengelolaan sumber daya dan

kesiapsiagaan bencana. Program Ilmu Sosial dan manusia meliputi kegiatan

mengenai isu-isu global seperti memerangi diskriminasi dan rasisme serta

mempromosikan HAM. Program Budaya meliputi promosi tentang budaya

termasuk pemeliharaan keanekaragaman budaya serta perlindungan

warisan budaya. Program yangn terakhir yaitu Komunikasi dan Informasi

yang meliputi kebebasan memberikan berkreasi melalui kata-kata dan

gambar untuk membangun komunitas di seluruh dunia agar saling berbagi

pengetahuan dan memberdayakan masyarakat melalui akses informasi dan

pengetahuan tentang studi yang berbeda.

Dari sekian banyaknya isu-isu global hubungan internasional yang

melibatkan aktor negara maupun non negara, isu tentang rasisme muncul

menjadi sangat penting. Kasus rasisme yang muncul di dunia internasional

sebagai isu non-konvensional karena dampak dari isu rasisme tersebut

tidak saja mengancam keamanan nasional saja, akan tetapi telah

menjamur kepada semua negara-negara dunia.

Rasisme yang ada di dunia berawal dari perbedaan-perbedaan

budaya, agama, cara hidup, selanjutnya juga karena kolonialisme. Istilah

rasisme itu sendiri baru pertama kali digunakan sekitar tahun 1930-an.

Pada waktu itu istilah tersebut diperlukan untuk menggambarkan teori-teori

rasis yang dipakai orang-orang Nazi melakukan pembantaian terhadap

orang Yahudi. Kendati demikian, bukan berarti jauh-jauh hari sebelum itu

bentuk rasisme tak ada. Terlepas dari istilah rasisme yang dianggap

sebagai ide modern yang khas serta tidak memiliki tingkat sejarah. Sikap

orang-orang Kristen Eropa terhadap bangsa Yahudi yang dituduh telah

membunuh Kristus dan meracuni sumber mata air untuk melenyapkan

pengikut Kristus. Dengan hal tersebut dapat diasumsikan sebagai salah

satu landasan bagi rasisme yang berkembang di kemudian hari. Orang-

orang Kristen setidaknya belajar dari sejarah Islam kemudian mengaitkan

warna kulit dengan status perbudakan. Dari konteks itulah, orang-orang

Afrika di daerah dekat sahara diklaim terlahir sebagai budak karena

kutukan dari dosa, akibat dari dosa itu, orang-orang Afrika diklaim telah

ditakdirkan sebagai ras budak. (Frederickson, 2002)

Klaim itu anehnya terus diakui keberadaannya dan kemudian

dirasakan sebagai rasisme. Sejarah awal rasisme sebagaimana dilacak,

setidaknya bisa ditelusuri dari Spanyol. Pada abad 12 sampai 13, pengikut

Islam, Yahudi, dan Kristen bisa hidup berdampingan. Tapi pada akhir abad

14 dan awal abad 15, timbulnya konflik dengan orang Moor lalu

memercikkan diskriminasi terhadap Islam dan Yahudi. Di sini tampak

kebencian yang bersifat sectarian lalu menjadi kebencian yang bersifat

rasial dalam bentuk pengusiran. Setelah Spanyol dibersihkan dari orang-

orang Yahudi, kemudian mulai menjajah Amerika dan menemukan jenis

perbedaan baru orang-orang primitive dan yang kurang beradab.

(Frederickson, 2002)

Pembauran dengan orang beradab itu (bangsa Arya / orang berkulit

putih) dirasa sebagai sesuatu yang mustahil. Karena itulah, keyakinan

sebagai bangsa yang unggul berkembang dengan bentuk merasialisasikan

orang-orang yang tidak beradab dan terbelakang sebagai budak.

Timbulnya keyakinan itu pula yang kemudian menjadi sumber utama di

pihak sebagaian besar bangsa Jerman dengan berpandangan mustahil

melakukan pembauran dengan orang Yahudi. Ketika itu, rasialisme secara

biologis belum diterapkan kepada bangsa Yahudi di Jerman. Orang Jerman

melengkapi dirinya sendiri dengan identitas rasial sehingga merasa perlu

untuk menyingkirkan orang lain dari identitas ras unggul Kaukasia-bangsa

Arya.

Pada era globalisasi yang menuntut untuk dapat berhubungan

dengan dunia luar negerinya lebih luas, maka percampuran atau

pembauran dalam berbagai ras seharusnya bukan merupakan hal yang

menjadi masalah. Tetapi masih saja ada beberapa pihak yang masih

menganut pemikiran kuno yang masih menggunakan isu-isu rasis untuk

memuaskan dirinya tetapi justru membuat hak asasi manusia lain

terganggu, bahkan terhina. Banyaknya kasus-kasus rasisme yang dilakukan

orang-orang di dunia, membuat isu ini menjadi isu yang dapat

menimbulkan masalah yang sensitive diantara antar individu, antar

kelompok, antar wilayah, ataupun antar negara.

Pada kehidupan manusia yang seharusnya sudah memiliki tingkat

kecerdasan yang tinggi dan kemajuan teknologi yang sudah lebih maju,

dengan masih banyaknya isu-isu rasisme membuat perkembangan zaman

yang seharusnya sudah melupakan masalah perbedaan menjadi tersendat

dan membuat adanya halangan atau rintangan dalam melakukan kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kelompok lain, ataupun

dengan dunia internasional. Perbedaan itu akan menjadi permasalahan

yang lebih rumit apabila masyarakat internasional tidak bersama-sama

melawan dan mengatasinya. Terlebih lagi bila terjadi perbedaan pendapat

dengan orang yang masih menganut atau menganggap perbedaan kulit itu

masih berpengaruh, maka akan menjadikan keadaan dunia menjadi

bertambah kacau.

Ancaman rasisme tidak saja mengancam aspek-aspek tertentu

seperti aspek social, budaya dan politik, tetapi juga telah masuk ke dalam

aspek-aspek yang termasuk dalam sistem hidup bermasyarakat ataupun

bernegara. Ancaman rasisme juga telah masuk kedalam dunia olahraga,

seperti sepakbola yang merupakan olahraga terfavorit di seluruh dunia.

Rasisme di sepakbola telah menjamur di seluruh liga besar di dunia.

Perilaku rasisme ditujukan kepada pemain sepakbola khususnya yang

berkulit berwarna. Mereka sering mendapatkan serangan verbal dari

suporter maupun oleh pemain dan ofisial tim.

Banyaknya pemain-pemain sepakbola yang dianggap bukan orang

asli dari tempat penyelenggaraan liga di suatu negara membuat banyaknya

kasus-kasus rasisme banyak di bidang olahraga ini. Dengan melihat kondisi

rasisme yang ada dalam sepakbola saat ini, maka usaha yang dapat

dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan gerakan anti-

rasisme dan dengan memberikan hukuman yang berat terhadap pelaku

pelanggaran rasialis. Budaya rasis yang telah lama berkembang dalam

masyarakat menyebabkan timbulnya rasa tidak bersalah dalam diri para

pelaku rasis ketika mereka melakukannya atau keadaan bisa lebih buruk

yaitu mereka tidak menyadari meraka sedang melakukan tindakan rasisme.

Perilaku rasisme yang berawal dari kata-kata hinaan ini bisa saja

berkembang menjadi sebuah kekerasan dan kontak fisik antar sesama

manusia seperti kasus yang terjadi di Perancis pada 23 November 2006,

dimana satu orang pendukung tim sepakbola Paris Saint Germain (PSG)

tewas dalam sebuah amukan suporter yang berawal dari hinaan berbau

rasis kepada tim lawan yang sedang bertanding ke markas mereka. Hal ini

menjadi contoh betapa dapat membahayakannya tindakan rasisme dalam

sepakbola yang berawal dari kata-kata, kemudian menjadikan rasa

keamanan dari seseorang menjadi terancam, hingga dapat memicu

kerusuhan dan mengakibatkan korban. (bola.liputan6.com, 2006)

UNESCO memberikan kontribusi untuk berperang melawan rasisme

dan diskriminasi melalui penelitian, instrumen normatif dan operasional

program dan proyek. Bentuk-bentuk baru dari diskriminasi telah timbul,

dalam hubungannya dengan perkembangan ilmiah dan proses globalisasi.

Sebagai akibat dari ancaman baru ini dan pecahnya konflik inter-ethnic

kekerasan di banyak bagian dunia dalam beberapa tahun terakhir,

masyarakat internasional memutuskan untuk mengadakan konferensi dunia

pada tahun 2001 di Durban, Afrika Selatan melawan rasisme, diskriminasi

rasial, xenophobia dan terkait intoleransi. Di dekat kolaborasi dengan

komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia (ONHCR), UNESCO

berpartisipasi aktif di Konferensi Durban yang merupakan titik tinggi

decade ketiga PBB untuk memerangi rasisme dan diskriminasi rasial, yang

berakhir pada tahun 2003. (UNESCO.Org)

Pada 23 november 2007, UNESCO dan FC Barcelona

menandatangani sebuah perjanjian kemitraan dimana perjanjian ini

memiliki tujuan adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang peran

pendidikan dan olahraga dalam pembangunan dan kesejahteraan anak-

anak dan remaja, dan dalam promosi dialog, saling pengertian dan kohesi

sosial. Sejauh ini upaya berfokus pada menggunakan olahraga sebagai

sarana untuk memerangi rasisme dan diskriminasi, dengan penekanan

pada anak-anak dan pemuda. (UNESCO, UNESCO and FC Barcelona United

Against Racism and Discrimination in Sport)

Fútbol Club Barcelona, juga dikenal sebagai Barcelona atau Barça,

adalah klub sepak bola profesional yang berbasis di Barcelona, Katalonia,

Spanyol. Didirikan pada tahun 1899 oleh sekelompok Swiss, Inggris dan

Catalan, pemain yang dipimpin oleh Joan Gamper, klub telah menjadi

simbol budaya Catalan dan Catalanism, maka motto "Més que un club"

(Lebih dari klub). Tidak seperti banyak klub sepak bola lainnya, para

pendukung memiliki dan mengoperasikan Barcelona. Ini adalah klub

sepakbola kedua terkaya di dunia dalam hal pendapatan, dengan omset

tahunan sebesar $ 613.000.000 dan ketiga yang paling berharga, senilai $

2,6 miliar. Lagu kebangsaan resmi Barcelona adalah "Cant del Barça", yang

ditulis oleh Jaume Picas dan Josep Maria Espinas.

Klub ini masuk menjadi peserta Primera División (Divisi Utama)

sejak tahun 1928, dan bersama-sama Real Madrid dan Athletic Bilbao

menjadi tim yang tak pernah terdegradasi ke Segunda División (Divisi Dua).

Klub ini juga menjadi klub yang menjuarai liga Spanyol pertama kali.

Dengan persembahan 21 gelar Liga Spanyol, 25 gelar Copa del Rey, 10

gelar Piala Super Spanyol, 4 gelar Liga Champions Eropa, 4 gelar Piala

UEFA, 4 gelar Piala Super Eropa, FC Barcelona menjadi salah satu tim

tersukses di Spanyol, Eropa, dan dunia. Bukti paling nyata ketika pada

tahun 2009 FC Barcelona berhasil menjadi klub Spanyol pertama yang

berhasil meraih gelar Treble (juara La Liga, Copa del Rey, dan Liga

Champions). Dilanjutkan dengan raihan gelar Piala Super Spanyol, Piala

Super Eropa dan FIFA Club World Cup untuk melengkapi raihan gelarnya

menjadi Sextuples. Barcelona merupakan klub sepak bola pertama di dunia

yang melakukan raihan ini. (FCBarcelona.co.id/club)

FC Barcelona adalah salah satu tim yang paling didukung di dunia,

dan memiliki fanbase terbesar di antara semua tim olahraga besar di

semua jaringan sosial (dengan lebih dari 47 juta fans di Facebook, sekitar

10 juta pengikut di Twitter, dan lebih dari 6 juta di Google+).

(beritaboladunia.org)

Saat ini, sepakbola telah menjadi sebuah fenomena dunia, dan

dukungan bagi FC Barcelona telah menyebar secara spektakuler di seluruh

dunia. Jumlah anggota klub dari luar Catalonia dan Spanyol terus

bertambah setiap harinya, dan klub ini ingin merespons unjuk semangat

yang diberikan untuk Barça tersebut. Hal ini telah berkembang menjadi

suatu kebutuhan sekaligus suatu kewajiban. Dan cara yang paling tepat

bagi klub ini untuk mewujudkannya adalah mengambil suatu langkah yang

lebih jauh serta menjadi “lebih dari sekedar klub di seluruh dunia”. Barça

yang begitu peduli dengan para penggemarnya ini perlu mendunia. Barça

yang penuh rasa peduli dan rasa kemanusiaan ini perlu mendunia. Ini

adalah sebuah keputusan strategis yang selaras dengan riwayat klub ini

dan kenyataan bahwa olahraga sepakbola terus berkembang secara global.

Itulah sebabnya klub ini memutuskan untuk menyumbangkan 0,7

persen dari pendapatan umumnya kepada FC Barcelona Foundation agar

dapat memulai program kerjasama internasional untuk mengembangkan,

mendukung Tujuan Pengembangan Milenium PBB, serta membuat

komitmen dalam program anti-rasismedengan UNESCO untuk lima tahun

mendatang. Sebuah kesepakatan yang menjadikan Barça unik.

(fcbarcelona.co.id)

Berawal dari banyaknya kejadian rasisme yang terjadi di sepakbola

menjadi latar belakang awalnya kerjasama UNESCO dengan FC Barcelona

dapat disepakati. Kerjasama ini berusaha menghilangkan rasisme dengan

kampanye-kampanye yang mereka lakukan. Kegiatan-kegiatan yang

mereka lakukan ditujukan untuk menciptakan pertandingan sepakbola lebih

indah sehingga diskriminasi dapat di hilangkan.

Rasisme di sepakbola telah mencoreng nilai sportivitas di olahraga

dan juga nilai-nilai kemanusiaan. Rasisme terjadi karena kurangnya

pengakuan terhadap hak-hak dasar kelompok minoritas kulit berwarna dan

meningkatnya diferensiasi kelas. Setiap manusia memiliki kesempatan

untuk memiliki kebebasan dalam memenuhi kebutuhannya dan persamaan

hak dalam kehidupan, bentuk fisik tidak dapat dijadikan sebuah alasan

dalam menghina manusia. Segala bentuk intimidasi dan penghinaan yang

menyangkut ras seseorang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM.

Pada masa globalisasi ini semua elemen masyarakat internasional

harus dapat berbaur satu sama lain, karena itu pembauran ras tidak dapat

dihindarkan tidak terkecuali di sepakbola. Sepakbola merupakan salah satu

tempat bagi semua manusia dari berbagai macam ras berbaur menjadi

satu. Status dari olahraga sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga

dengan penggemar terbesar di seluruh dunia semakin menegaskan bahwa

tindakan rasis sekecil apapun akan mudah menyebar dan diketahui.

KERANGKA DASAR KONSEP

1. Organisasi Internasional

Organisasi internasional identik dengan sudut pandang government-

oriented karena dalam melakukan hubungan internasional yang berperan

aktif adalah aktor negara yang dalam hal ini merupakan perwakilan resmi

dari sebuah negara selama empat dekade yang lalu. Namun, ternyata pola

diplomasi abad 21 sangat berbeda dengan masa-masa empat dekade yang

lalu karena saat ini peran aktor-aktor non negara juga sangat aktif seperti

Multi National Corporations (MNCs), individu, dan Internasional Non-

Governmental Organizations (InGOs). Atas dasar hal-hal tersebut,

klasifikasi organisasi internasional pun menjadi beragam sesuai dengan

tujuannya ada yang berorientasi umum dan ada pula yang lebih khusus.

Menurut Clive Archer dalam bukunya International Organizations,

organisasi internasional berasal dari dua kata “organisasi” dan

“internasional” yang berarti aktivitas-aktivitas antara individu-individu dan

kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan inter-

governmental yang disebut dengan hubungan transnasional. (Archer,

2001)

Dan juga menurut Clive Archer bahwa dia mengklasifikasikan

organisasi internasional menjadi tiga kriteria yaitu keanggotaan, tujuan,

dan aktivitas, serta struktur organisasi internasional. (Archer, 2001)

Sedangkan pengertian organisasi internasional menurut Michael

Haas memiliki dua pengertian yaitu:

“Pertama, organisasi internasional sebagai suatu lembaga atau

struktur yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat,

dan waktu pertemuan. Kedua, organisasi internasional merupakan

pengaturan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh dimana tidak

ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini.” (Haas,

1965)

Terdapat dua kategori utama organisasi internasional, yaitu:

1. Organisasi antar pemerintah (inter-governmental organization),

yang anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah negara-

negara.

2. Organisasi non-pemerintah (non-governmental organization), terdiri

dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan,

kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi, dan sebagainya.

IGO dan NGO kemudian dibagi lagi menjadi dua dimensi, yaitu

dimensi pertama adalah tujuan organisasi (secara umum dan khusus) dan

dimesi kedua adalah ke anggotaan (secara terbatas dan universal)

2. Rasisme

Perasaan seseorang atau kelompok yang merasa dirinya lebih baik,

lebih kuat ataupun lebih beradab dengan orang lain atau kelompok lain

adalah cikal bakal munculnya rasa diskriminasi. Sikap diskriminasi ini akan

mengarah kepada sikap rasis, jika mereka merasa ras mereka lebih baik

dan lebih sempurna dibandingkan dengan ras kelompok lain. Paham rasis

atau rasisme sendiri adalah suatu praktik memperlakukan orang lain secara

berbeda, dengan memberikan penilaian yang diukur berdasarkan

karakteristik ras, sosial, atau konsep mental tertentu. Rasisme menjadi

masalah karena konsep ini tidak sekedar menjadi kategori pembeda,

namun lebih dari itu ditujukan untuk menegaskan superioritas satu pihak di

antara pihak-pihak lainnya.

Rasisme memiliki arti suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang

menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia

menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu

lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Menurut The

New Oxford Dictionary of English, rasisme adalah:

1. The belief that there are characteristics, abilities, or qualities specific to

each race,

2. Discrimination against or antagonism towards other races. (Handoko,

2008)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rasisme diartikan sebagai

paham atau golongan yang menerapkan penggolongan atau pembedaan

ciri-ciri fisik (seperti warna kulit) dalam masyarakat.

Rasisme juga bisa diartikan sebagai paham diskriminasi suku,

agama, ras (SARA), golongan ataupun ciri-ciri fisik umum untuk tujuan

tertentu. Rasisme pada intinya adalah mengganggap suatu ras tertentu

lebih superior dan memiliki hak yang lebih atas suatu ras/kaum yang lain.

Rasisme pun menyebar sampai ke tingkat SARA (Suku, Agama, Ras). Saat

ini rasisme pun mengalami penambahan makna, yaitu menunjukkan

kelompok etnis tertentu (etnosentris), ketakutan terhadap orang asing

(xenofobia), penolakan terhadap hubungan antar ras (miscegenation), dan

generalisasi terhadap suatu kelompok orang tertentu (stereotipe). Rasisme

dalam sejarahnya selalu menjadi masalah ideologi sosial yang sampai

sekarang pun masih menjadi masalah besar, rasisme rasanya masih berupa

upaya dalam pembuktian eksistensi diri dan kelompok agar menjadi lebih

baik dari pada yang lain. Dengan kata lain ini menyangkut persoalan

identitas, biologis dan optimasi fisik yang dipandang lewat kacamata

perspektif diri sendiri. Dan parahnya itu menjadi sebuah pandangan yang

dianggap sebagai bentuk eksistensi, diteriakkan tanpa mempunyai rasa

malu dengan membayangkan ideologi yang ada dibelakang mereka sebagai

satu kekuatan superpower yang mampu merusak apapun.

Ketika membicarakan rasisme, menurut Jusuf dan Srivanto, ada dua

perspektif yang saling bertolak belakang, pertama adalah rasisme dalam

perspektif ilmiah yakni usaha manusia untuk mengidentifikasi baik secara

etnologis dan antropologis tentang asal usul manusia dan mengklasifikasi

manusia berdasarkan ciri fisik yang dimilikinya. Rasisme juga dipahami

sebagai perspektif yang sifatnya non ilmiah yakni sebuah bentuk

prasangka. Dalam hal ini rasisme merupakan sebuah kepercayaan (belief)

bahwa manusia dapat dibeda-bedakan ke dalam berbagai ras dan anggota

sebuah ras akan bersifat inferior terhadap ras lainnya. (Jusuf & Srivanto,

2001)

George M. Frederickson mengungkapkan pandangannya tentang

rasis. Menurutnya, rasis mempunya dua komponen: Perbedaan dan

Kekuasaan. Rasisme berasal dari suatu sikap mental yang memandang

“mereka” berbeda dengan “kita” secara permanen dan tidak terjembatani.

Perasaan berbeda ini menyediakan motif atau alasan untuk memanfaatkan

keunggulan dan kekuasaan kita guna memperlakukan si etnorasial yang

lain dengan cara-cara yang akan kita anggap kejam dan tidak adil jika

diterapkan kepada anggota kelompok kita sendiri. (Frederickson, 2002)

Rasisme tidak hanya terjadi di dunia politik ataupun ekonomi,

namun juga dapat terjadi di dunia olahraga. Dalam dunia olahraga banyak

sekali terjadi tindakan rasisme, Misalnya pemain kulit hitam diteriaki

supporters bagaikan monyet, dan lain-lain. Cabang olahraga yang paling

disorot akibat tindakan rasisme adalah sepakbola, karena di cabang

olahraga ini telah banyak tindakan rasisme yang dilakukan oleh para

pemain sepakbola ataupun supporters klub sepakbola. Isu rasisme mulai

muncul dalam dunia sepakbola sejak Arthur Wharton, pemain berkulit

hitam profesional pertama bergabung dengan klub Inggris Darlington pada

tahun 1889. Setiap kali Wharton berlaga di kandang lawan, terdengar kata

– kata yang bernada rasisme yang ditujukan kepadanya.

3. Kerjasama Internasional

Menurut Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya yang berjudul

“Organisasi dan Administrasi Internasional” dijelaskan bahwa kerjasama

internasional dipahami sebagai kerjasama dalam masyarakat internasional

yang merupakan suatu keharusan sebagai akibat terdapatnya hubungan

interdependensi dan bertambah kompleksnya hubungan manusia dalam

masyarakat internasional. Kerjasama internasional terjadi karena

mempunyai arah dan tujuan yang sama dan keinginan yang didukung oleh

kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama ini didasari oleh

kepentingan bersama antar negara-negara namun kepentingan itu tidak

identik. (Kartasasmita, 1998)

Kerjasama internasional didorong oleh beberapa faktor, yaitu:

Ø Kemajuan dalam bidang teknologi, yang menyebabkan

semakin mudahnya hubungan yang dapat dilakukan negara

sehingga meningkatnya ketergantungan satu dengan yang

lainnya.

Ø Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi

kesejahteraan bangsa dan negara. Kesejahteraan suatu

negara dapat mempengaruhi kesejahteraan negara lainnya

di dunia.

Ø Perubahan sifat peperangan, dimana terdapat suatu

keinginan bersama untuk saling melindungi dan membela

diri dalam bentuk kerjasama internasional.

Ø Adanya kesadaran dan keinginan untuk berorganisasi. Salah

satu metode kerjasama internasional dilandasi atas dasar

bahwa dengan berorganisasi akan memudahkan dan

memecahkan masalah yang dihadapi. (Kartasasmita, 1998)

Kerjasama internasional menurut Coplin dan Marbun merupakan:

“Kerjasama yang awalnya terbentuk dari satu alasan dimana negara

ingin melakukan interaksi rutin yang baru dan lebih baik bagi tujuan

bersama. Interaksi-interaksi ini sebagai aktivitas pemecahan masalah

secara kolektif, yang berlangsung baik secara bilateral maupun secara

multilateral.” (Coplin, 2003)

Kesepakatan yang terjadi dalam kerjasama internasional haruslah

memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan satu sama lainnya.

Secara umum tujuan sebuah negara menjalin kerjasama yakni untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia, kemakmuran dunia,

memperluas hubungan dan mempererat persahabatan antar pihak yang

bekerjasama. Setiap kerjasama yang dilakukan oleh suatu negara

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang didasari pada persamaan dan

perbedaan tersebut menciptakan kerjasama secara timbal balik antar

negara melalui perjanjian ataupun melalui badan atau organisasi

internasional. Dan tujuan akhir dari kerjasama harus dijabarkan kedalam

sasaran kerjasama yang ditentukan oleh persamaan kepentingan yang

fundamental dari masing-masing pihak yang melakukan kerjasama.

MODEL PENELITIAN

Dalam penulisan penelitian ini, metode penelitian digunakan

sebagai alat bantu untuk menganalisa data yang ada. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif,

yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan menganalisis

kerjasama UNESCO – FC Barcelona dalam menangani kasus rasisme dalam

olahraga sepakbola melalui program anti rasisme periode 2007-2011.

Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

mendasarkan pada data serta informasi yang bersifat umum. Menurut Prof.

Sukmadinata, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang

paling dasar dan banyak ditujukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun hasil rekayasa manusia. (Sukmadinata, 2005)

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau

hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan

yang tengah berlangsung. Penelitian yang bersifat deskriptif maka analisa

penelitiannya dilakukan secara kualitatif berdasarkan data yang sudah ada

dan tersedia yang dikumpulkan dalam rangka memperoleh bahan untuk

dapat memberikan jawaban terhadap pokok permasalahan yang ada serta

agar hasil yang didapt bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

(Sukmadinata, 2005)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan

penelitian ini adalah menggunakan teknik studi kepustakaan (Library

research) dimana data-data yang diperoleh penulis ini berasal dari berbagai

sumber seperti buku, paper, majalah, jurnal, artikel, skripsi,surat kabar dan

situs internet yang relevan. Penulis juga memperole data melalui bantuan

dari fans klub resmi FC Barcelona di Indonesia (PenyaIndoBarca &

FCBI_Jakarta)

HASIL PENELITIAN

KERJASAMA UNESCO DENGAN FC BARCELONA

Mengatasi rasisme dalam persepakbolaan memerlukan proses.

Karena tindakan rasisme adalah sebuah bentuk penyimpangan sosial dalam

sebuah masyarakat dan dibutuhkan sosialisasi ke seluruh penggemar

sepakbola agar mengubah tindakan rasisme tersebut. Hal ini termasuk

dalam usaha pencegahan agar kasus-kasus rasisme dalam sepakbola dapat

berkurang dan tidak terjadi lagi di masa mendatang. Untuk itu banyak

organisasi internasional dan Non-Government Organization (NGO) yang

bekerjasama dan mempunyai visi dan misi yang sama untuk memerangi

rasisme di sepakbola.

Sebagai suatu organisasi internasional, UNESCO tentu mempunyai

tujuan dan target yang berbeda dengan organisasi internasional lain dalam

menjalankan segala program-program kerjanya. Tujuan utama dari

UNESCO sangat luas dan memiliki satu ambisi yaitu, untuk membangun

perdamaian di pikiran manusia melalui bidang pendidikan, budaya, ilmu

pengetahuan alam dan ilmu sosial, serta komunikasi.

Selain itu, UNESCO juga mendukung The United Nations Millennium

Development Goals melalui strategi dan kegiatan yang berbeda:

They are a fundamental right for everyone;

They are indispensable for permanent education;

They have to fulfil individual and social needs;

They have to be practised by instructed individuals;

They require the adequate infrastructure and equipment;

They promote ethical, moral values;

They promote a positive media communication.

Dalam hubungannya dengan bidang pendidikan dan olahraga, pada

tahun 1978, The International Charter of Physical Education and Sport

muncul dan ditandatangani oleh General Conference of UNESCO. Hal

tersebut merupakan elemen kunci dari UNESCO Charter yang berkaitan

dengan bidang pendidikan dan olahraga yang merupakan manifestasi hak

asasi manusia.

Berbeda dengan organisasi internasional UNESCO, FC Barcelona

yang merupakan NGO juga memiliki tujuan, target, dan aktivitas yang

berbeda sebagai klub sepakbola yang terkenal saat ini di dunia. FC

Barcelona yang memiliki dan diwakili oleh yayasan FC Barcelona memiliki

dua misi umum, yaitu:

o Guiding the Foundation towards a social model, through the development

of social, cultural, supportive and educational actions that contribute to the

consolidation of the ‘more than a club’ concept.

o The re-enforcement and internationalization of the ‘more than a club’

concept. It implies a strengthening of Barça identity and an increase on

the number of fans all over the world.

Semua misi tersebut dibangun atas tiga bentuk tindakan: sosial

(supportive axis); institusional (cultural axis); dan pendidikan (educational

axis). Bentuk tindakan itulah yang menjadi panduan bagi yayasan FC

Barcelona untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuannya.

Berikut ini adalah beberapa contoh program yayasan FC Barcelona

yang menggunakan olahraga sebagai alat untuk pendidikan dan integrasi

sosial di kalangan anak-anak dan remaja, adalah:

XICS: International Network of Support Centres. Dalam program ini,

olahraga menjadi elemen kunci. Yayasan FC Barcelona menawarkan

dukungan pendidikan dan psikososial untuk pengembangan pribadi

dan sosial anak-anak. Yayasan FC Barcelona telah menerapkan

program ini di negara-negara seperti: Senegal, Kamerun, Brasil, dan

Maroko.

JES:Journeys of Sport and Solidarity. Program pembentukan selama

30 jam yang ditujukan untuk guru dan instruktur yang bekerja

dengan anak-anak berkekurangan mental.

JUGA-LA (Play it):JUGA-la terdiri dari beberapa kegiatan yang

dirancang untuk mempromosikan nilai-nilai tertentu dan sikap positif

kepada anak-anak.

Karena memiliki tujuan yang sama tersebut, akhirnya pada tanggal

27 November 2007, FC Barcelona yang diwakili oleh Direktur yayasan FC

Barcelona, Lander Unzueta menandatangani perjanjian kerjasama dengan

UNESCO di Paris, Perancis dimana markas UNESCO berada. Pertemuan

tersebut dihadiri langsung oleh Presiden FC Barcelona, Joan Laporta dan

Direktur Jendral UNESCO, Koichiro Matsuura dan serta Direktur UNESCO di

Catalunya (UNESCOcat), Agusti Colomines dan Presiden Komisi kerjasama

nasional Spanyol, Luis Ramallo juga mengambil bagian dalam perjanjian

ini.

UNESCO dan FC Barcelona menandatangani perjanjian kerjasama

yang menegaskan komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang peran pendidikan dan olahraga dalam pengembangan

dan kesejahteraan anak-anak dan remaja. Salah satu tujuan khusus dari

kerjasama ini adalah dengan menggunakan olahraga sebagai alat untuk

memerangi rasisme, diskriminasi, dan kekerasan pada masyarakat umum

terutama bagi anak-anak dan remaja. Karena olahraga merupakan sarana

untuk membawa jiwa kebersamaan terlepas dari latar belakang sosial,

budaya, etnis, usia, dan jenis kelamin. Oleh karena itu, olahraga dianggap

menghilangkan stereotip negatif di masyarakat. Olahraga khususnya

sepakbola merupakan alat yang dianggap sebagai bahasa universal,

referensi umum dimana dengan sepakbola masyarakat dapat diajarkan

tentang nilai-nilai penting, seperti sikap toleransi, sikap saling menghormati

dan solidaritas yang tinggi.

Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 23 November

2007 oleh UNESCO dan FC Barcelona terdapat beberapa program utama,

yaitu:

FIGHT AGAINST RACISM AND VIOLENCE IN SPORTS

Nilai-nilai positif dalam olahraga akan dipromosikan melalui tindakan

pendidikan. Tindakan ini akan difokuskan pada perang melawan rasisme

dan kekerasan dalam olahraga. UNESCO akan mengundang FC Barcelona

untuk bergabung dengan International Coallition of Cities Against Racism

(ICCAR) dan akan memberikan kontribusi pada pengembangan sumber

daya manusia melalui program JUGA-la, yang diciptakan oleh yayasan FC

Barcelona. Selain itu, UNESCO dan FC Barcelona akan merayakan Day

Against Racism (Hari melawan rasisme) pada setiap tanggal 21 Maret.

FIGHT AGAINST DOPING

UNESCO dan FC Barcelona akan mempromosikan nilai-nilai positif

dari olahraga melalui pengembangan program pendidikan terhadap doping.

FC Barcelona akan membuat program-program kemasyarakatan melalui

tokoh yang paling representatif dan pada saat yang sama, UNESCO dan FC

Barcelona akan mengembangkan materi pendidikan pada anak-anak dan

remaja. Yayasan FC Barcelona akan menyalurkan nilai-nilai tersebut melalui

program XICS dan program JUGA-la.

EDUCATION AND LITERACY TEACHING FOR DEFENCELESS

CHILDREN

Program ini menfokuskan pada integrasi sosial, pendidikan dan

mengajarkan anak-anak dan remaja yang punya keterbatasan aksara. Akan

ada promosi melalui kampanye di media oleh juru bicara dari FC Barcelona.

Tindakan lain yang akan dijalankan adalah, FC Barcelona dan PBB akan

berpartisipasi dalam perayaan penting seperti International Literacy Day

pada setiap tanggal 8 September dan akan mendukung penuh inisiatif

UNESCO dalam United Nations Literacy Decade (UNDL) dan Literacy for

Empowerment (LIFE).

UNESCO CHAIR - FC BARCELONA

‘Sports and Civic Responsibility’ adalah program yang dibuat oleh

yayasan FC Barcelona, mengelompokkan semua tindakan yang

mengeksploitasi pendidikan dan potensi sosial dari olahraga. Untuk dampak

dari pendidikan dari program ini, UNESCO-FC Barcelona Chair akan dibuat

untuk mahasiswa. Program ini akan mempromosikan pembentukan dan

penyelidikan dalam olahraga sebagai elemen dari integrasi sosial dan

transmisi dari nilai-nilai positif yang ada.

Program Anti-Rasisme (Fight Against Racism and Violence in

Sports )

1. "Youth Voices Against Racism" Project

FC Barcelona, UNESCO dan The European Coalition of Cities Against

Racism (ECCAR), serta The European Parliament bekerjasama

memutuskan untuk mengembangkan program menangani isu rasisme

dalam olahraga, pada bulan Juni 2008.

Program ini mengajak anak muda di Eropa untuk melawan rasisme

melalui partisipasi dalam pembuatan kebijakan. Dalam program ini, Emine

Bozkurt, perwakilan Parlemen Eropa yang memprakarsai resolusi Eropa

untuk mengatasi rasisme di sepakbola dari negara Belanda menjelaskan,

"Sport is a mirror of society, with all of its shortcomings. But let us not

forget that, above all, sport offers great possibilities for social inclusion".

Anak-anak muda memiliki pengaruh dalam perjuangan melawan rasisme

dan diskriminasi. Dengan demikian ini, UNESCO dan FC Barcelona, dan

dalam kerjasama dengan The European Parliament, meluncurkan program

"Youth Voices against Racism" pada tanggal 4 Juni 2008. Tujuannya adalah

untuk memungkinkan anak-anak muda untuk berperan aktif dalam

perjuangan melawan rasisme dengan melibatkan mereka pada pembuatan

kebijakan dan inisiatif.

Aktor utama dari program "Youth Voices against Racism" adalah

anak-anak muda yang berusia antara 15 sampai 18 tahun. Program ini

dilaksanakan melalui The European Coalition of Cities against Racism

(ECCAR). Antara bulan Juni dan Agustus 2008, kota anggota ECCAR

menyelenggarakan konsultasi forum dengan anak-anak muda dari kota

mereka masing-masing untuk membahas isu rasisme dan olahraga. Di

sekolah, asosiasi olahraga, dewan kepemudaan, atau melalui meia lokal

dan forum online, peserta mampu mempertimbangkan pertanyaan-

pertanyaan berikut: Tindakan apa yang dapat dilakukan kota untuk

melawan rasisme dalam olahraga? Bagaimana olahraga dan pendidikan

jasmani mempromosikan sikap toleransi, saling menghormati dan

menjunjung solidaritas?

24 anak-anak muda dari 9 kota di Eropa (Barcelona, Bologna,

Botkyrka, Erlangen, Graz, Malmö, Nurenberg, Serres dan Uppsala) terpilih

untuk berpartisipasi dalam Youth Forum, yang diselenggarakan pada

tanggal 19 September 2008 di Bologna (Italia) dalam rangka The

framework of the ECCAR General Conference. Mereka bersama-sama

berbagi ide dan memberikan praktik rekomendasi untuk pemerintah kota.

Yang berhubungan dengan fenomena rasisme dalam praktik olahraga

profesional, pendidikan jasmani dan praktik olahraga sebagai hobi.

Forum ini bagi anak-anak muda sebagai ajang perdebatan tentang

berbagai macam isu yang berhubungan dengan rasisme, seperti:

Ø Pencegahan dan menyadari perlunya toleransi keragaman budaya

dan kehidupan masyarakat yang damai.

Ø Bantuan bagi korban rasis.

Ø Meningkatkan kesadaran dalam masyarakat.

Dengan alasan tersebutlah tiga organisasi berusaha untuk

membawa sepakbola dan olahraga ke dalam perdebatan tentang rasisme,

sehingga anak-anak muda dapat menjelaskan bagaimana untuk membasmi

rasisme dari olahraga dan dari masyarakat pada umumnya.

Dua delegasi pemuda terpilih di antara para peserta lainnya. Dan

berikut ini adalah rekomendasi dan hasil dari forum tersebut dalam

menangani kasus rasisme:

1. Klausal anti-rasisme dan anti-diskriminasi dalam kontrak atlet ketika

bergabung dengan klub olahraga.

2. Memberikan hadiah untuk tim/klub/kota yang memiliki fans dan

atletnya bebas dari sikap rasisme.

3. Iklan anti-rasisme di stadion-stadion pada kesempatan acara

olahraga amatir dan profesional dan mempromosikan slogan-slogan

anti-rasisme.

4. Mencetak slogan anti-rasisme dan pesan moral pada

makanan/minuman yang dijual di stadion.

5. Menggunakkan artikel komersial yang berkaitan dengan olahraga

pada pakaian olahraga, bendera, gelang karet, dll untuk

mengirimkan pesan anti-rasisme.

6. Mendorong para fans semua tim untuk merayakan kemenangan

atau kekalahan bersama-sama tanpa kekerasan.

7. Menetapkan hukuman dan sanksi yang tegas bagi tim yang

pemainnya melakukan insiden rasis. Penetapan hukuman tersebut

tidak hanya untuk insiden rasis yang terjadi di stadion selama

pertandingan berlangsung tetapi pada saat di luar, baik sebelum

dan setelah pertandingan.

8. Peluncuran kampanye melalui:

a) Pesan di media (TV, radio, media cetak, internet),

khususnya saat sebuah pertandingan olahraga akan

dijalankan.

b) Peningkatan kesadaran kegiatan di sekolah dan khususnya

dalam bidang pendidikan jasmani.

c) Kegiatan yang melibatkan atlet populer.

9. Mengatur acara olahraga yang multikultural, baik di publik (taman,

jalan, mal, dll) dan di tempat olahraga, yang mempertemukan

orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda dengan tujuan

penempaan sikap pengertian dan saling menghormati dan dalam

mendekonstruksi stereotip rasis.

10. Mengambil langkah-langkah yang memungkinkan untuk mendorong

orang yang tergolong etnis, agama dan lainnya berasal dari kaum

minoritas untuk bisa berlatih olahraga yang mereka inginkan.

Berupa membangun dan menyediakan akses fasilitas olahraga

umum, membuat beasiswa khusus, dan menetapkan hari-hari

khusus.

Ini adalah pertama kalinya sebuah klub olahraga telah bergabung

dengan UNESCO, ECCAR dan European Parliament untuk menghasilkan

sebuah program bersama yang bertujuan untuk memberantas perilaku

rasis dan kekerasan.

2. Promoting an Anti-Racism Clause in Athletes' Contract

Pada tahun 2009, The European Association (ECA) dengan FC

Barcelona dan UNESCO menandatangani deklarasi untuk mempromosikan

klausal anti-rasisme dan anti-diskriminasi dalam kontrak baru dengan

pemain sepakbola. Atas inisiatif FC Barcelona, ECA memutuskan pada

tanggal 8 Juli 2009 untuk mempromosikan klausal anti-rasisme di antara

144 anggotanya.

Ide untuk menambahkan klausal anti-rasisme pada kontrak atlet ini

berasal dari progam “Youth Voices against Racism” yang sedang

dijalankan bersama-sama oleh UNESCO dan FC Barcelona dan ECCAR

dalam mengatasi rasisme pada tahun 2008. Tindakan ini bertujuan untuk

memobilisasi pemain sepakbola profesional di depan umum terhadap

masalah rasisme dan diskriminasi.

Lilian Thuram, sebagai mantan pemain sepakbola profesional dan

seorang aktivis anti-rasisme, menegaskan bahwa: “I believe the signature

of this declaration will count in the future. You have the courage to go

further than football, the courage to make society better”.

Pada bulan Mei 2010, David Villa merupakan pemain baru pertama

FC Barcelona yang menandatangi klausal kontrak anti-rasisme ini selama 4

tahun masa kontrak setelah didatangkan dari klub sebelumnya Valencia CF.

Selama konfrensi pers pada hari Jumat 21 Mei 2010, Presiden FC

Barcelona, Joan Laporta, memperkenalkan David Villa sebagai pemain FC

Barcelona yang baru di depan para media dan mengumumkan bahwa

kontraknya dengan klub adalah yang pertama kali menyertakan klausal

anti-rasisme didalamnya.

Lebih lanjut, klausul anti-rasisme yang ada di kontrak David Villa

sendiri selengkapnya berbunyi, "Pemain tidak akan bertindak atau

menunjukkan tindakan rasis dalam berbagai bentuk, baik sepanjang

permainan maupun dalam seluruh tugas resmi klub. Klub bakal secara

tegas menghukum seluruh tindakan diskriminasi atau rasis, sesuai

perjanjian ini”.

Ikatan kerjasama yang ditandatangani olehDavid Villa dengan FC

Barcelona boleh dikatakan "unik", pasalnya dalam kontrak terdapat butir-

butir yang menyatakan kesanggupan pemain untuk tidak bertindak rasis.

Tetapi tidak diterangkan secara rinci soal sanksi apa yang akan diberikan

seandainya terjadi pelanggaran.

Sementara itu, dukungan bagi langkah anti-rasisme ini mengalir dari

berbagai pihak. Salah satunya datang dari Kick Out. Menurut direktur

lembaga yang peduli pada isu-isu ras dan diskriminasi ini, langkah David

Villa dan FC Barcelona merupakan awal yang baik bagi kampanye anti-

rasisme.

3. UNESCO/FC Barcelona Anti-Racism Campaign: "Put Racism

Offside"

Pada kesempatan The 2010 International Day for the Elimination of

Racial Discrimination (21 Maret), UNESCO dan FC Barcelona meluncurkan

kampanye anti-rasisme selama setahun dengan slogan “Put Racism

Offside”. UNESCO dan FC Barcelona menandai Hari Internasional

Penghapusan Diskriminasi Rasial tersebut dengan meluncurkan sebuah

pesan video yang disampaikan oleh pemain bintang dari klub FC Barcelona

yaitu: Lionel Messi, Seydou Keita dan Gerard Pique. Video tersebut

berdurasi 33 detik, dengan menampilkan 3 pemain bintang FC Barcelona

sedang membuat sebuah grafiti yang bertuliskan "Put Racism Offside" yang

merupakan kampanye untuk memerangi rasisme. Dimana video tersebut

telah ditonton oleh lebih dari 100ribu viewers di seluruh dunia yang

ditayangkan melalui akun youtube UNESCO maupun akun youtube FC

Barcelona.

Pada tanggal 24 Maret 2010, UNESCO dan FC Barcelona menandai

awal kampanye bersama mereka melawan rasisme dan diskriminasi dengan

serangkaian kegiatan dalam pertandingan antara FC Barcelona melawan CA

Osasuna di Stadion Nou Camp di Barcelona (Spanyol). Sebelum

pertandingan, pembicara stadion membuat beberapa pengumuman

tentang kampanye dan tujuannya. Slogan utama kampanye "Put Racism

Offside" diproyeksikan pada layar raksasa stadion serta di billboard di

sekitar lapangan sepakbola. Sampai satu jam sebelum kick-off, papan

pesan besar didirikan di tempat yang strategis di luar stadion, dimana para

fans atau suporter yang hadir langsung ke stadion untuk menyaksikan

pertandingan diundang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang

terkait dengan diskriminasi dan rasisme dengan cara menuliskan pesan-

pesannya pada papan besar tersebut. Selain itu, sebuah artikel tentang

kampanye "Put Racism Offside" ada dalam surat kabar resmi FC Barcelona

"Barca Camp Nou" yang didistribusikan secara bebas di dalam dan di luar

stadion.

Kerjasama yang dilakukan oleh UNESCO dengan FC Barcelona

melalui berbagai program dan kampanye dalam mengatasi rasisme di

sepakbola merupakan langkah yang tepat. Hal tersebut merupakan upaya

yang terus dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengurangi perilaku

rasisme dalam olahraga. Isu rasisme di sepakbola masih banyak terjadi

pada setiap pertandingan yang digelar. Rasisme dalam sepakbola

merupakan sebuah tindakan yang mencederai nilai sportivitas yang

dikandung dalam sepakbola. Rasisme tidak termakan jaman dalam

perkembangan sepakbola dunia. Selalu ada kasus rasisme di setiap

tahunnya dalam pertandingan profesional, tindakan rasisme dalam

sepakbola merupakan tindakan provokasi yang digunakan suporter, staf,

pelatih bahkan pemain lawan untuk memancing emosi pemain lain demi

memberikan keuntungan pada tim yang dibelanya.

Program dan kampanye yang dilakukan UNESCO dan FC Barcelona

bisa dikatakan berhasil namun belum sepenuhnya efektif, pesan-pesan

yang disampaikan oleh FC Barcelona dalam kampanye yang disepakati oleh

FC Barcelona dan UNESCO berhasil disepakati oleh para pemain FC

Barcelona dalam menyampaikan kampanye tersebut.

Dalam klausul kontrak David Villa disertakan juga kesepakatan agar

selama Villa berkostum FC Barcelona tidak diperbolehkan bertindak rasisme

dalam hal apapun baik di lapangan maupun diluar lapangan, hal ini terbukti

dipenuhi oleh sang pemain selama 3 musim membela FC Barcelona dengan

perilaku anti-rasis.

Pada kampanye "Put Racism Offside" program ini juga berhasil saat

FC Barcelona melawan CA Osasuna dalam lanjutan Liga Spanyol Sebelum

pertandingan, pembicara stadion membuat beberapa pengumuman

tentang kampanye dan tujuannya. Slogan utama kampanye "Put Racism

Offside" diproyeksikan pada layar raksasa stadion serta di billboard di

sekitar lapangan sepakbola. Sampai satu jam sebelum kick-off, papan

pesan besar didirikan di tempat yang strategis di luar stadion, dimana para

fans atau suporter yang hadir langsung ke stadion untuk menyaksikan

pertandingan diundang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang

terkait dengan diskriminasi dan rasisme dengan cara menuliskan pesan-

pesannya pada papan besar tersebut. Selain itu, sebuah artikel tentang

kampanye "Put Racism Offside" ada dalam surat kabar resmi FC Barcelona

"Barca Camp Nou" yang didistribusikan secara bebas di dalam dan di luar

stadion.

Selain itu pemilihan 3 bintang FC Barcelona dalam kampanye

tersebut juga merepresentasikan Anti-rasisme melalui 3 pemain dengan

negara yang berbeda, warna kulit yang berbeda dan dari benua berbeda

pula, ada Seydou Keita yang berasal dari negara Mali, lalu Gerard Pique

yang berasal dari Spanyol dan Lionel Messi yang berasal dari Argentina,

pesan yang disampaikan oleh ketiga pemain bintang ini adalah tidak

adanya perbedaan diantara mereka bertiga dalam hal apapun.

KESIMPULAN

Dalam penelitian kerjasama United Nations Educational, Scientific

and Cultural Organization (UNESCO) dengan FC Barcelona dalam

menangani kasus rasisme dalam olahraga sepakbola melalui program anti-

rasisme periode 2007-2011, dapat disimpulkan beberapa poin antara lain:

1. Sejauh ini keberadaan kerjasama UNESCO dan FC Barcelona

dalam mengatasi rasisme berjalan dengan benar, namun

tidak efektif. Program dan kampanye-kampanye yang

dilakukan secara berkesinambungan tidak dapat mencegah

terjadinya rasisme.

2. Dalam "Youth Voices Against Racism" Project dimana

program kerjasama ini memberikan kesempatan bagi anak-

anak muda untuk berpartisipasi dalam sebuah forum yang

membahas tentang isu rasisme dalam sepakbola. Ide-ide

yang disampaikan dalam forum tersebut berhasil menarik

perhatian dari UNESCO dan FC Barcelona untuk menjadikan

dan menjalankan program-program anti rasisme

selanjutnya.

3. Dalam program kerjasama antara UNESCO dengan FC

Barcelona, ada sebuah program melalui klausal anti-rasisme

pada kontrak yang diterima oleh salah satu pemain FC

Barcelona yaitu David Villa. Dalam kontrak David Villa di FC

Barcelona disebutkan bahwa pemain dilarang untuk

melakukan tindakan rasis selama berkostum FC Barcelona.

Hasilnya, selama 3 tahun David Villa membela FC Barcelona

memang tidak ada tindakan atau perilaku rasisme yang

dilakukan oleh David Villa.

4. Selain itu pemilihan 3 bintang FC Barcelona dalam

kampanye "Put Racism Offside" tersebut juga

merepresentasikan Anti-rasisme melalui 3 pemain dengan

negara yang berbeda, warna kulit yang berbeda dan dari

benua berbeda pula, ada Seydou Keita yang berasal dari

negara Mali, lalu Gerard Pique yang berasal dari Spanyol dan

Lionel Messi yang berasal dari Argentina, pesan yang

disampaikan oleh ketiga pemain bintang ini adalah tidak

adanya perbedaan diantara mereka bertiga dalam hal

apapun. Selain itu, video kampanye “Put Racism Offside”

yang ditayangkan melalui akun youtube UNESCO dan akun

youtube FC Barcelona, telah ditonton lebih dari 100ribu

viewers oleh masyarakat dunia.

5. Kasus rasisme dalam sepakbola susah untuk dihentikan

karena rasisme adalah sebuah sifat yang bisa dikatakan

sebagai penyakit kronis dalam peradaban dunia dengan

mengejek, merendahkan atau melecehkan seseorang yang

memiliki warna kulit atau ras yang berbeda. Selain itu, sikap

sebagian masyarakat tidak terbuka terhadap kehadiran

orang asing, sehingga sekeras apapun upaya kerjasama

yang dilakukan oleh UNESCO dan FC Barcelona dalam

mengatasi rasisme di sepkabola, tidak akan efektif jika tidak

didorong oleh kesadaran masyarakat sosialnya. Kerjasama

UNESCO dengan FC Barcelona tidak memiliki kekuatan untuk

memberikan hukuman terhadap pelaku tindak rasisme.

UNESCO dan FC Barcelona hanya berusaha untuk mencari

solusi-solusi dan membuat kampanye-kampanye dalam

mengatasi rasisme.

6. Sebagai sebuah organisasi internasional dan sebuah klub

sepakbola yang memiliki jaringan hampir di seluruh dunia,

UNESCO dan FC Barcelona seharusnya dapat menciptakan

kondisi yang lebih baik dalam sepakbola sehingga tindakan

rasisme dapat untuk dikurangi bahkan dihapuskan dari dunia

olahraga sepakbola. Sehingga sepakbola menjadi lebih

layak, dalam arti tidak ada lagi ancaman perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ade   Maman   Suherman,   S.   M.   (2003).   Organisasi   Internasional   dan  Integrasi   Ekonomi   Regional   dalam   Perspektif   Hukum   dan   Globalisasi.   Jakarta:  Ghalia  Indonesia.  

  Anheier,   H.   (2005).   Global   Civil   Society   2006-­‐2007.   London:   LSE  International  Development.  

  Archer,   C.   (2001).   International   Organizations   3rd   Edition.   London:  Routledge.  

  Barston,  R.  (1997).  Modern  Diplomacy.  New  York:  Longman.  

  Burns,  J.  (2009).  Barca  :  a  People's  Passion.  Bloomsbury.  

  Coplin,  W.  D.  (2003).  Pengantar  Politik  Internasional:  Suatu  telaah  teoritis.  Bandung:  Pustaka  Sinar  Baru.  

  Dougherty,   J.   E.   (1997).   Contending   Theories   of   International   Relations.  New  York:  Longman.  

  Faizah,   Z.   R.   (2010).   Upaya   Federation   Internationale   De   Football  Associations  (FIFA)  Melalui  Union  Of  European  Football  Associations  (UEFA)  Dalam  Mengatasi   Rasisne   Pada   Pesepakbolaan   Di   Eropa   Tahun   2000-­‐2009.   Jakarta:  Universitas  Prof.  Dr.  Moestopo  (Beragama).  

  Frederickson,  G.  M.  (2002).  Racism  A  Short  History.  New  Jersey:  Princeton  University  Press.  

  Handoko,  A.  (2008).  Sepak  Bola  Tanpa  Batas.  Yogyakarta:  Kanisius.  

  Holsti,  K.  (1988).  International  Politics:  A  Framework  for  Analysis.  In  M.  T.  Azhari,   Politik   Internasional   :   Kerangka   Untuk   Analisis   (pp.   651-­‐652).   Jakarta:  Erlangga.  

  Jusuf,   E.   I.,   &   Srivanto,   F.   R.   (2001).   Rasisme:   Dokumentasi   dokumen-­‐dokumen  internasional  tentang  rasisme.  Jakarta:  Solidaritas  Nusa  Bangsa.  

  Kartasasmita,   K.   (1998).   Organisasi   dan   Administrasi   Internasional.  Bandung:  PT.  Angkasa.  

  Salim,  A.  (2007).  Buku  Pintar  Sepakbola.  Bandung:  Jembar.  

  Sarwono,   J.   (2006).   Metode   Penelitian   Kuantitatif   dan   Kualitatif.  Yogyakarta:  Graha  Ilmu.  

  Satow,   E.   (1922).   A   Guide   to   Diplomatic   Practice.   New   York:   Longman  Green  &  Co.  

  Sukmadinata.  (2005).  Kerangka  Berfikir  Serta  Bentuk  Penelitian  Deskriptif.  

  Woodhouse,  T.  (2010).  Fostering  Peace  Throught  Cultural  Initiatives:  From  

the  Roundtable  on  Conflict  and  Culture.   In   J.  Tsuchiyama  (Ed.),  Building  a  Global  

Peace  Culture  (pp.  18-­‐32).  London.  

  Yani,  D.  A.  (2005).  Pengantar  Ilmu  Hubungan  Internasional.  Rodha.  

JURNAL

Ascari,  G.   (2006).   "Spanish  Football".   Journal  of   Sports  Economics,  7,   76-­‐89.  

  Benediktus,   F.   E.   (2014).   Upaya   FA   (Football   Association)   dalam  Mengatasi  Tindak  Rasisme  di  Kompetisi  Sepakbola  Barclays  Premier  League  (BPL)  Inggris.   Retrieved   May   6,   2015,   from   ejournal.hi.fisip-­‐unmul.org:  http://ejournal.hi.fisip-­‐unmul.ac.id/site/wp-­‐content/uploads/2014/09/eJournal-­‐HI%20(09-­‐11-­‐14-­‐07-­‐43-­‐33).pdf  

  Boyle,  K.  (2005).  Dimensions  Of  Racism.  Geneva:  the  Office  of  the  United  Nations  High  Commisionerfor  Human  Rights  (OHCHR).  

  Haas,  M.  (1965).  A  Functional  Approach  to  International  Organization.  The  Journal  of  Politics  ,  498-­‐517.  

  Hamil,  S.  W.  (2010).  The  Model  of  Governance  at  FC  Barcelona:  Balancing  Member   Democracy,   Commercial   Strategy,   Corporate   Social   Responsibility   and  Sporting  Performance  (Vol.  11).  

SURAT KABAR

Kompas.   (2000,   Februari   16).   Rasisme   dan   Dilema   Italia   (Catatan  Sepakbola)  ,  p.  24.  

  Kompas.  (2001,  Oktober  27).  Heskey  Alami  Perlakuan  Rasis  ,  p.  24.  

  Kompas.   (2004,   November   25).   Dua   Pemuda   Disangka   Bersalah   atas  Kasus  Yorke  ,  p.  24.  

  Soccer.  (2001,  May  5).  Lazio  Kena  Rasisme  (Lagi)  ,  p.  19.  

  Soccer.  (2002,  Oktober  26).  Memerangi  Perbedaan  Ras  ,  p.  5.  

  Soccer.  (2003,  Desember  17).  Lagi-­‐Lagi  Rasisme  ,  p.  5.  

  Soccer.  (2004,  Desember  4).  Di  Bawah  Bayang-­‐bayang  Rasisme  .  

  Soccer.   (2005,   Desember   24).   Rasisme   (Mengusir   Monyet   yang  Sesungguhnya)  ,  p.  3.  

  Soccer.  (2006,  Oktober  21).  Seiring  Sejalan  dengan  Fasisme  .  

INTERNET

(2006,   Februari   28).   Retrieved   Mei   28,   2015,   from   BBC   Sport:  http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/europe/4760916.stm  

  ein/gia.   (2012,  Mei   12).  http://www.bola.net/spanyol/anak-­‐anak-­‐di-­‐cina-­‐diuntungkan-­‐kerjasama-­‐unicef-­‐barca-­‐8e8add.html.   Retrieved   October   13,   2014,  from  http://bola.net:  http://www.bola.net  

  en.unesco.org.   (n.d.).   Retrieved   May   26,   2015,   from   en.unesco.org:  https://en.unesco.org/70years/leading_fight_against_racism  

  FCBarcelona.cat.   (2011).   FCB   Member.   Retrieved   July   1,   2015,   from  http://www.fcbarcelona.cat/web/english/socis/fes-­‐te_soci/nova/fes-­‐te_soci03.html  

  FCBarcelona.cat.   (2011).   Fundacio   FC   Barcelona:   Alliances   with   UN.  Retrieved   July   1,   2015,   from  http://www.fcbarcelona.cat/web/Fundacio/english/nacions_unides/index.html  

  FCBarcelona.cat.   (2011).  Fundacio   FC   Barcelona:  Mission   and  Objectives.  Retrieved   July   1,   2015,   from  http://www.fcbarcelona.cat/web/Fundacio/english/fundacio/missio.html  

  FCBarcelona.cat.   (2011).   Membership:   New   Membership   Registration  Process   (older   than   15   years).   Retrieved   July   1,   2015,   from  http://www.fcbarcelona.cat/web/english/socis/fes-­‐te_soci/nova/info_senior.html  

  FCBarcelona.co.id.   (2012).   Honours.   Retrieved   July   1,   2015,   from  http://www.fcbarcelona.co.id/football/detail/card/honours-­‐football  

  FCBarcelona.co.id/club.  (n.d.).   Identity.  Retrieved  October  13,  2014,  from  Fc  Barcelona.co.id:  http://www.fcbarcelona.co.id  

  FCBarcelona.com.   (2011).   Barca   and   UNICEF   extend   their   agreement.  Retrieved   July   1,   2015,   from  http://www.fcbarcelona.com/web/english/noticies/club/temporada10-­‐11/05/16/n110515117479.html  

  Football   Unites   Racism   Devides.   (n.d.).   The   European   Dimension.  Retrieved   May   25,   2015,   from   Football   Unites,   Racism   Divides:  http://www.furd.org/default.asp?intPageID=54  

  portal.unesco.org.   (n.d.).   Declaration   on   Race   and   Racial   Prejudice.  Retrieved   May   26,   2015,   from   portal.unesco.org:  http://portal.unesco.org/en/ev.php-­‐URL_ID=13161&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html  

  Portal.unesco.org.   (n.d.).  UNESCO   Constitution.   Retrieved  May   26,   2015,  from   Portal.Unesco.org:   http://portal.unesco.org/en/ev.php-­‐URL_ID=15244&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html  

  UNESCO.   (n.d.).   Fight   against   Racism,   Discrimination   and   Xenophobia.  Retrieved   October   24,   2014,   from   UNESCO.Org:  http://www.unesco.org/new/en/social-­‐and-­‐human-­‐sciences/themes/fight-­‐against-­‐discrimination/browse/1/  

  UNESCO.   (n.d.).   UNESCO   and   FC   Barcelona   United   Against   Racism   and  Discrimination   in   Sport.   Retrieved   October   24,   2014,   from   UNESCO.Org:  http://www.unesco.org/new/en/social-­‐and-­‐human-­‐sciences/themes/human-­‐rights/fight-­‐against-­‐discrimination/partnership-­‐with-­‐fc-­‐barcelona/  

  unesco.org.   (n.d.).   Retrieved   May   26,   2015,   from   unesco.org:  http://www.unesco.org/new/en/social-­‐and-­‐human-­‐sciences/themes/fight-­‐against-­‐discrimination/unescos-­‐past-­‐strategies-­‐and-­‐action/  

  UNESCO.org.  (n.d.).  About  Us.  Retrieved  May  26,  2015,  from  UNESCO.org:  http://en.unesco.org/about-­‐us/introducing-­‐unesco  

  UNESCO.Org.  (n.d.).  Introducing  UNESCO.  Retrieved  October  9,  2014,  from  http://www.UNICEF.org:  http://www.unesco.org/about/  

  unesdoc.unesco.org.  (n.d.).  DEVELOPMENT  OF  AN  INTEGRATED  STRATEGY  TO   COMBAT   RACISM,.   Retrieved   May   26,   2015,   from   unesdoc.unesco.org:  http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001312/131202e.pdf  

  unesdoc.unesco.org.   (n.d.).   FIGHTING   RACISM   AND   DISCRIMINATION.  Retrieved   May   26,   2015,   from   unesdoc.unesco.org:  http://unesdoc.unesco.org/images/0021/002171/217105E.pdf  

  UNICEF.org.   (2011).   UNICEF   and   FC   Barcelona   Extend   Partnership.  Retrieved  July  1,  2015,  from  http://www.unicef.org.nz/UNICEF-­‐and-­‐FC-­‐Barcelona-­‐Renew-­‐Partnership