tema rasisme dalam cerpen les deux nÈgres karya

22
TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA GABRIELLE ROY Makalah Non Seminar diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora oleh RIEZCA BIASTAMI RADAINI 1006701472 Program Studi Prancis FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2014 Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Upload: ngokhuong

Post on 11-Jan-2017

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES

KARYA GABRIELLE ROY

Makalah Non Seminar

diajukan untuk melengkapi

persyaratan mencapai gelar

Sarjana Humaniora

oleh

RIEZCA BIASTAMI RADAINI

1006701472

Program Studi Prancis

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

2014

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 2: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

2

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 3: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

3

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 4: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

4

ABSTRAK

Di dalam artikel ini dipaparkan tema rasisme yang ditampilkan melalui analisis alur dalam

cerita pendek Les Deux Nègres karya Gabrielle Roy. Cerita pendek ini menceritakan tentang

dua keluarga kulit putih yang tinggal di jalan bernama Rue Deschambault. Kehadiran seorang

negro bernama Jackson menimbulkan banyak perdebatan dan pembicaraan, baik di dalam

keluarga Roy maupun keluarga Guilbert. Sangat asing melihat seorang pria berkulit hitam

tinggal di lingkungan tersebut.Kedatangan Jackson menimbulkan banyak pergunjingan dan

masalah antara Nyonya Roy dan Nyonya Guilbert karena adanya stereotip negatif orang

berkulit hitam.Cerpen ini juga memiliki sub-tema seperti stereotip dan integrasi.

Kata kunci : rasisme; negro; stereotip;

Racism theme in short story Les Deux Nègres by Gabrielle Roy

ABSTRACT

This article presents racism theme that is shown through the plot analysis in the short story

Les Deux Nègres by Roy. This short story tells about two white families who live on Rue

Deschambault. The presence of Negro named Jackson causes series of debate and discussion,

both in the Roy family and Guilbert family. It is very strange to see a Negro living in the

neighbourhood. Jakcson arrival causes many gossip and trouble between Mrs. Roy and Mrs.

Gulibert due to negative stereotype of black people. The short story also has sub-themes such

as stereotypes and integration.

Keyword: racism, Negro, stereotype

LATAR BELAKANG

Kesusatraan frankofon adalah kesusastraan yang ditulis dalam bahasa Prancis, di

Prancis dan di luar Prancis.Hadirnya kesusastraan frankofon pada dunia kesusastraan tidak

terlepas dari pengaruh Prancis pada negara-negara yang sempat menjadi

jajahannya.Penggunaan bahasa Prancis sebagai bahasa ke-dua di negara-negara koloni Prancis

merupakan akibat dari penjajahan tersebut.Hal ini memicu munculnya banyak penulis yang

bukan orang Prancis namun menghasilkan karya sastra dalam bahasa Prancis.Kesusastraan

berbahasa Prancis akhirnya tidak hanya berasal dari para penulis Prancis melainkan juga

dihasilkan oleh para penulis frankofon.

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 5: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

5

Kanada adalah salah satu negara yang menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa

ke-dua. Masuknya bahasa Prancis di Kanada berawal dari kedatangan Jacque Cartier pada

tahun 1534 dan mulainya kolonisasi Prancis di Kanada pada tahun 1603 yang dipimpin oleh

Pierre de Monts. Kesusastraan Kanada mencerminkan perspektif Kanada pada keindahan

alam, kehidupan masyarakatnya dan posisi Kanada di dunia. Kesusastraan Kanada disebut

juga dengan namaCanLit (Canadian Literature). (http://www.canadiana.ca/

citm/themes/pioneers/pioneers2_e.html)

Kanada merupakan negara multikulutural, terdapat berbagai jenis kultur, ras, agama di

lingkungan masyarakatnya. Kanada adalah salah satu negara yang sangat menghargai

kemajemukan masyarakatnya. Terlihat dengan adanya bulan khusus untuk memperingati jasa

orang berkulit hitam dalam sejarah negara ini. Semenjak 1976, bulan Februari diperingati

sebagai Black History Month (http://www.cic.gc.ca/ english/ multiculturalism /black/

background.asp).Kemajemukan budaya ini sering dijadikan inspirasi bagi sastrawan asal

Kanada dalam menulis sebuah karya.Meski Kanada adalah negara yang multikultural,

masalah-masalah sosial seperti rasisme masih dapat ditemukan dan tak jarang dijadikan tema

dalam sebuah karya sastra, baik dalam bentuk puisi, prosa, novel maupun cerpen.

Manusia adalah makhluk yang saling berhubungan satu sama lain. Tak jarang

hubungan tersebut dibatasi oleh perbedaan fisik. Perbedaan gen yang dibawa manusia saat

lahir menghasilkan perbedaan satu sama lain. Adanya prasangka yang muncul dari

perbedaaan tersebut terkadang menghasilkan konflik antar-sesama. Prasangka atau

diskriminasi berdasarkan pemisahan fisik yang berdampak pada pemisahan sosial disebut

sebagai rasisme (Liliweri, 2005, 206).

Rasisme berawal dari adanya perbudakan terhadap kaum kulit hitam pada masa

kolonialisme. Hal-hal yang tidak sama yang ditemukan bangsa Eropa selama melakukan

ekspansi wilayah dianggap sebagai perbedaan. Hal inilah yang mengakibatkan munculnya

rasisme. Tidak adanya rasa saling menghargai perbedaan yang dimiliki menimbulkan

dikotomi superior-inferior, mayoritas-minoritas yang bermuara pada sikap diskriminatif

(Levine dan Pataki, 2004, 29).Salah satu sastrawan asalah Kanada yang mengangkat isu

rasisme di dalam karyanya adalah Gabrielle Roy. Gabrielle Roy lahir di St. Boniface,

Manitoba, tanggal 22 maret 1909. Lahir sebagai anak bungsu pasangan Léon and Mélina Roy,

Gabrielle memiliki 10 orang saudara. Melina adalah wanita yang menginspirasi Gabrielle

dalam menuliskan peran seorang ibu dalam karya-karyanya. Ayah Gabrielle bekerja bagi para

imigran yang menetap di Kanada Barat dan dipecat secara sepihak pada 1913, enam bulan

sebelum masa pensiunnya. Saat Gabrielle Roy mengambil pekerjaan di Eropa tahun 1937,

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 6: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

6

saat itulah ia menemukan kecintaannya dalam dunia menulis. Berawal dari penulisan artikel

di jurnal Prancis, ia percaya diri untuk kembali ke Kanada dan melanjutkan perkerjaannya

sebagai seorang penulis. Novel pertamanya berjudul Bonheur d'occasion akhirnya terbit pada

tahun 1945, dua tahun setelah Melina meninggal dunia.

(http://www.maisongabrielleroy.mb.ca/en/gabrielleroy/biography).

Semasa hidupnya, Gabrielle Roy telah menerbitkan lebih dari 10 novel dan karya-

karya tersebut diakui telah memberi pengaruh yang besar bagi kesusastraan di Kanada abad

20. Tema rasisme yang kerap terlihat dalam kehidupan masyrakat Kanada dapat terlihat pula

dalam cerpen karya Gabrielle yang berjudul Les Deux Nègres dalam novel Rue

Deschambault (1957).

Cerpen Les Deux Nègresmenceritakan tentang dua keluarga yaitu keluarga Roy dan

keluarga Guilbert yang hidup bertetangga namun sering berselisih mengenai berbagai macam

hal. Meski sering berselisih penadapat, kedua keluarga ini tetap berteman dan kadang

mempedulikan satu sama lain. Kesulitan keuangan yang dialami oleh keluarga Roy

mengharuskan mereka untuk menerima seorang penyewa kamar di rumah besar mereka.

Kedatangan penyewa yang ternyata seorang berkulit hitam yang bernama Jackson membuat

pergunjingan diantara ma meredan nyonya Guilbert. Awalnyama mère (nyonya Roy) tidak

setuju jika kamar di rumahnya disewa oleh seorang berkulit hitam, namun lama-kelamaan ma

mèremenyetujui kehadiran Jackson keuntungan ekonomi yang ia dapat. Jackson yang sangat

berpribadi baik di rumah keluarga Roy membuat semua orang di rumah mulai menyukainya,

termasuk Odette dan Agnes yang tertarik kepadanya. Ketika Odette memainkan sebuah lagu

melalui pianonya, Jacksonpun mulai merasakan ketertarikan yang sama pada Odette. Tokoh

Je (Aku) yang juga anak dari keluarga Roy, mulai mengajari Jackson bahasa Prancis dan ia

diberi sejumlah uang olehnya.

Nyonya Guilbert sering menanyakan Jacksonsejak kedatangannya di rumah keluarga

Roy. Kadang ia merendahkanya namun ma mère selalu menanggapi perkataan nyonya

Guilbert dan mendukung Jacksondemi harga dirinya. Karena kesulitan keuangan juga, nyonya

Guilbert mengikuti jejak nyonya Roy untuk menyewakan sebuah kamar di rumahnya.

Penyewa yang akhirnya tinggal di rumah keluarga Guilbert ternyataseorang yang berkulit

hitam.

Judul cerpen inisudah memerlihatkan satu ras tertentu, yakni ras kulit hitam. Saat

membaca judulnya timbul prasangka bahwa cerpen ini akan membahas diskriminasi yang

diterima orang kulit hitam di Kanada. Hal lain yang semakin membuat cerpen ini menarik

untuk diteliti lebih lanjut adalah kenyataan bahwa cerpen ini adalah refleksi kehidupan

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 7: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

7

Gabrielle di Saint Benco (http://canadian-writers.athabascau.ca/french/writers/groy.php).

Refleksi tersebut memperlihatkan bahwa rasisme memang masih bisa ditemui di negara

seperti Kanada terutama pada tahun1957 saat cerpen ini ditulis. Selain memperlihatkan

rasisme, Gabrielle juga ingin memperlihatkan proses penerimaan orang kulit hitam di

lingkungan orang kulit putih. Oleh karena itu tema ini menarik untuk diteliti.

TINJAUAN TEORETIS

Dalam karya sastra tema adalah gagasan, ide atau pilihan utama yang mendasari suatu karya

sastra. Tema terkadang didukung oleh pelukisan latar, dalam karya lain tersirat dalam lakuan

tokoh atau dalam penokohan (Sudjiman, 1998, 50-51). Untuk melihat tema dilakukan analisis

alur yang menggunakan teori Gustave Freytag. Freytag menetapkan lima tahapan penting

sebagai pembentuk alur sebuah cerita yang koheren. Kelima tahapan tersebut adalah

pemaparan, gawatan, klimaks, leraian dan selesaian, dan digambarkan dalam bentuk pyramid

atau segitiga. (http://web.cn.edu/kwheeler/documents/freytag.pdf). Peristiwa yang terdapat

dalam segitiga alur juga akan dianalisis untuk memperlihatkan tema, dan kemudian dialog,

tokoh, penokohan, serta latar yang mengandung unsur rasisme sehingga terlihat tema cerpen

ini.

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 8: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

8

TEMA RASISME DALAM CERPEN

Untuk menemukan tema dalam cerpen ini, analisis yang digunakan adalah analisis alur.

Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangakaian cerita

yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan

oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2011: 83). Pengarang memaparkan kejadian

secara kronologis dan peristiwa-peristiwa dalam alur mengandung unsur kausalitas. Penutur

yang juga adalah tokoh aku menghadirkan sudut pandang orang pertama dalam cerpen ini dan

memperlihatkan sebuah masalah awal yang akan mengakibatkan peristiwa lain terjadi. Alur

cerpen ini dapat digambarkan melalui segitiga alur di bawah ini.

Gambar 1.1 Segitiga Alur

Berdasarkan gambar 1.1, alur cerita berawal dari pemaparan kisah yakni

mengenaideskripi latar dan pertengkaran antara keluarga Roy dan keluarga Guilbert. Rue

Deschambaultdigambarkan sebagai tempat yang sejuk dan hijau namun dibalik lingkungan

yang bagus tersebut terdapat pertengkaran antara tetangga. Pertengkaran tersebut masih dalam

tahap pemaparan yaitu diperkenalkannya tokoh-tokoh kedua keluarga. Ketidaksenangan

keluarga Roy terhadap keluarga Guilbert, terlihat dari hubungantuan Guilbert yang merupakan

rekan kerja père(ayah)yang tidak berjalan baik akibat perbedaan pandangan politik.

Pertengkaran kedua keluarga semakin terlihat melalui penjelasan tokoh Aku /Je sebagai

penutur tentang hubungan maman/ mère (ibu) dengan nyonya Guilbert, istri dari tuan

Guilbert.

“ … pas plus que mon père avec M. Guilbert, ma mère ne pouvait se passer

d‟escarmouches avec Mme. Guilbert. ” (9)

“Seperti halnya ayahku dengan tuan Guilbert, ibuku tidak bisa tidak bertengkar

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 9: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

9

dengan nyonya Guilbert. ”(9)

Pertengkaran antara ma mère dengan nyonya Guilbert berawal dari perbandingan kedua

anak mereka yakni Lucien dan Gervais. Tidak semua anggota keluarga berseteru karena anak-

anak dari kedua keluarga tersebut berteman baik. Lucien dan Gervais merupakan teman

sekolah yang biasa merokok bersama. Odette yang berasal dari keluarga Roy dan Gisèle juga

berteman baik. Hal ini terlihat dari keduanya yang saling meminjamkan tatting, yaitucara

merajut renda yang dulunya berasal dari wanita kelas atas, seperti Ratu Victoria dari Inggris

dan Maria Theresa dari Austria (http://www.tattedtreasures.com).

Alur cerita memasuki gawatan yakni munculnya konflik yang membuat cerita semakin

memuncak.Gawatan dalam cerpen ini terdiri dari beberapa peristiwa. Peristiwa pertama

adalah masalah finansial keluarga Roy.Adanya kesulitan ekonomi membuatma

mèremendapatkan ideuntuk menyewakan kamar di rumahnya namun ia menginginkan

penyewa kamar yang sesuai dengan kriterianya.

“Mais ma mère se mettait à craindre le personnage louche ou le pauvre

manœuvre que l‟on verrait chaque soir entrer chez nous noir et crotte.” (13)

“ Namun ibuku takut dengan orang yang mencurigakan atau buruh misin hitam

dan kotor yang setiap sore masuk ke dalam rumah kami. ”(13)

Dari kutipan diatas terlihat ketakutan ma mère dengan orang berkulit hitam. Penjelasan

orang berkulit hitamtersebut identik dengan streotip orang kulit hitam yang miskin dan

kotor.Ketakutan ma mère akan orang berkulit hitam menyebabkan perbedaan tanggapan ketika

Robert, anak sulungnya, menemukan calon penyewa kamar. Ketakutan tersebut adalah bentuk

dari rasisme karena ciri fisik, yang berupa perbedaan warna kulit, menyebabkan munculnya

diskriminasi.

“J‟ai trouvé un locataire qu‟il vous faut, dit Robert à maman; une perfection! ”

….

“ Et ce qu‟il ya de mieux, fit Robert, c‟est que ce type n‟occuperait sa chambre

chez nous qu‟un ou deux par semaine, mais il la paierait en entier… ”

“ Un président et pieux ! Et il s‟appelle ? ”

“ Jackson ”

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 10: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

10

“ Un anglais? ”

“ Par la langue, si tu veux, dit Robert...mais en réalité, et c‟est même la seule

petite ombre au tableau, si je peux dire, Jackson est Nègre ”

“ Un Nègre! Ah non! Par exemple. Jamais de la vie!” (15)

“ Saya menemukan penyewa yang sesuai dengan keinginanmu, ucap Robert ke

ibu. Sempurna!”

“ dan yang hebatnya, ucap Robert, dia hanya menggunakan kamarnya satu atau

dua kali seminggu namun membayar penuh…”

“Seorang dengan jabatan tinggi dan saleh! Namanya?”

“Jackson”

“Orang inggris?”

“Iya jika dilihat dari bahasanya, ucap Robert. Tapi kenyataannya, dan inilah

satu-satunya masalah kecil di sini, jika aku bisa bilang begitu, Jackson adalah

orang kulit hitam”

“kulit hitam! Tidak! Tidak akan pernah!” (15)

Dari dialog diatas dapat terlihat bagaimana perubahan tanggapan ma mère mengenai

orang yang akan menyewa kamar di rumahnya. Ma mère menentang keras penyewa tersebut

untuk tinggal bersamanya setelah mengetahui dia adalah seorang berkulit hitam. Penolakan

ma mèreadalah akibat dari gambaran orang berkulit hitam di benaknya; kotor, miskin dan

mencurigakan. Hal ini menyiratkan pandangan yang merujuk pada rasisme karena sisi fisiklah

yang menjadi permasalahan orang berkulit hitam itu dibedakan. Penolakan yang diperlihatkan

ma mèrejuga merupakan hasil ketidakpercayaan akan orang berkulit hitamyang bekerja

sebagai kepala eksektuif karena yang identik dengan jabatan tinggi adalah orang kulit putih,

ditambah nama Jackson yang mengacu kepada orang kulit putih.

“Un peu avant, maman avait murmuré : “ Quand même, j‟aurais presque mieux

aimé le voir arriver la nuit !” (15)

“ Sebelumnya, ibu bergumam : “meskipun demikian rasanya aku lebih suka

melihatnya datang pada malam hari ! ”(15)

Keputusan ma mèreuntuk menerima penyewa yang berkulit hitam di rumahnya selain

karena untung juga karena rasa penasaran akan reaksi nyonyaGuilbert. Peristiwa ini adalah

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 11: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

11

akibat dari adanya pertengkaran antara ma mèredan nyonyaGuilbert. Meski demikian, terlihat

dari kutipan di atas, keinginan ma mèreakan kedatangan Jackson pada malam hari disebabkan

ketakutannya akan pandangan tetangganya di rue Deschambault. Jalan tersebut dijelaskan

sebagai jalan kecil dan sepi sehingga jika ada orang asing datang, terlebih lagi ia berkulit

hitam, maka akan menjadi bahan pembicaraan. Jika ia datang pada malam hari, maka tak

banyak orang yang akan melihat. Gumaman ma mère juga memperlihatkan hitamnya malam

akan sama hitam dengan kulit Jakson sehingga membuatnya tidak terlihat. Keresahan ma mère

akan pandangan tetangganya juga disebabkan lekatnya sosok orang kulit hitam dengan budak

yang status sosialnya berada di bawah kaum kulit putih. Pandangan negatif akan muncul jika

seorang kulit putih tinggal bersama orang kulit hitam karena perbedaan status tersebut.

“de jour, dans notre petite rue si peu passante et par un soleil rayonnant, le fait

est qu‟il fut extrêmement visible ce grand et beau Noir, tout de noir habillé...”

(15).

“Di siang hari, di jalan kecil kami yang sepi dan saat matahari bersinar terik,

sosoknya yang besar dan hitam serta berpakaian serba hitam sangat mencolok...”

(15).

Kutipan di atas adalah peristiwa ke-dua yang termasuk gawatan dalam cerita, yakni

kedatangan Jackson. Deskripsi suasana yang sepi dan saat matahari bersinar terik mendukung

kehadiran Jackson yang hitam. Kata „extrêmement‟atau sangat berlebihan digunakan untuk

menggambarkan perbedaan warna kulitnya yang mencolok. Jackson yang sudah hitam

ditambah berpakaian hitam serta saat matahari sedang terik membuat kehadirannya sangat

mencolok di lingkungan rue Deschambault, seperti yang dikhawtirkan oleh ma mère.

Empat jam setelah kedatangan Jackson, nyonya Guilbert datang bertemu dengan ma

mère untuk menanyakan tentang tamu yang datang ke rumah keluarga Roy. Keterkejutan

nyonya Guilbert akan kehadiran seorang berkulit hitam di lingkungannya terlihat dari dialog

yang ia katakan kepada ma mère :

“... figurez-vous, dit Mme Guilbert, que je devais avoir le soleil dans les yeux...

quand cette personne..enfin votre locataire a paru au bout de la rue... Un instant,

je me suis imaginé voir un Nègre.” (16)

“... tahukah Anda, ucap nyonya Guilbert, saya rasa sinar matahari menyilaukan

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 12: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

12

mata saya ketika saya melihat seseoran, penyewamu di ujung jalan , tiba-tiba saya

membayangkan melihat seorang berkulit hitam.” (16)

Dilihatnya seorang berkulit hitam oleh nyonya Guilbert dianggap karenateriknya

sinarmatahari. Ia seakan melihat sosok yang tidak pernah ada di lingkungan tersebut. Sinar

matahari yang terik dapat menyebabkan fatamorgana, yang saat itu diyakini nyonya Guilbert

membuatnya melihat orang kulit hitan. Hal ini memperlihatkan bahwa seorang berkulit hitam

belum pernah ada, datang ataupun tinggal, di lingkungan tersebut, sehingga nyonya Guilbert

menganggapnya hanya sebuah imajinasi/fatamorgana.

“J‟aurais pu louer ma chambre cent fois, deux cents fois à quelqu‟un de blanc, dit

ma mère. Ce ne sont pas les Blancs qui manquent par chez nous... Mais,

justement, j‟ai compris qu‟il était plus human, plus chrétien, si vous voulez, de

prendre ce pauvre Nègre que certains, comprenez-vous cela, refuseraient de

traiter comme un de leurs semblables. Car enfin, oui ou non, demanda maman, un

Nègre a-t-il une âme?” (16)

“Saya bisa saja menyewakan kamar saya sepuluh kali, dua puluh kali lipat kepada

orang kulit putih, ucap ibuku. Orang kulit putihlah yang tidak kurang jumlahnya...

tapi, justru itu, dengan menerima seorang berkulit hitam malang yang ditolak

beberapa orang untuk memperlakukannya sama dengan mereka membuat saya

paham bahwa orang berkulit hitam adalah orang yang lebih manusiawi. Pada

akhirnya, benar atau tidak, tanya ibu, apakah orang kulit hitam memiliki jiwa?”

(16)

Dari dialog di atas terlihat posisi orang kulit hitam di mata orang-orang kulit putih.

Mereka dianggap berbeda dan tidak sama sehingga mereka mendapat perlakuan yang

berbeda. Penolakan yang dilakukan orang kulit putih semata-mata karena mereka berkulit

hitam. Hal ini sangat memperlihatkan rasisme. Ucapan ma mère di atas memberi kesan bahwa

ia berbeda dengan orang kulit putih lainnya.

“... Allez-vous essayer de me faire croire que c‟est par philanthropie que vous

avez installé dans notre milieu une personne noire! ”(17)

“...Anda ingin mencoba membuatku percaya bahwa Anda memasukan seorang

berkulit hitam ke wilayah kita karena kedermawanan!” (17)

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 13: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

13

Tanggapan dari nyonya Guilbert di atas menggambarkan ketidaknyamanan nyonya

Guilbert akan kehadiran orang kulit hitam di lingkungan tempat ia tinggal. Nyonya Guilbert

sangat tidak percaya ma mère memberikan tempat kepada orang kulit hitam di rumahnya.

Kata „philanthropie‟(kedermawanan)yang diucapkan nyonyaGuilbert memberikan kesan

bahwa ma mère hanya kasihan atau iba dengan Jakcson hingga memperbolehkannya tinggal

di rumahnya. Rasa iba tersebut muncul di benak nyonya Guilbert karena pandangan ras kulit

hitam yang di bawah derajat ras kulit putih sehingga penerimaan ma mère diyakini karena

rasa kasihan bukan karena memang ma mère sengaja memilih orang kulit hitam untuk

menjadi penyewa di rumahnya.

“Que‟une bonne action rapporte est-ce donc si etonnant! C‟est dans l‟odre” (17).

“Mengapa aneh bahwa tindakan yang baik membawa hasil!Bukankah itu wajar?”

(17).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa ma mère yang merasa aneh melihat kekesalan yang

diperlihatkan nyonya Guilbert. Ma mère menyetujui penyewa yang seorang kulit hitam karena

ia memberikan keuntungan kepada keluarga Roy. Hal itu telah dikatakan sejujurnya oleh ma

mère kepada nyonya Guilbert namun nyonya Guilbert justru kesal. Kutipan di atas

memperlihatkan bahwa masih terasa asing di benak orang kulit putih untuk menerima bahwa

mereka membutuhkan orang dari ras kulit hitam dan bukan menolong mereka karena rasa iba.

Stereotip seorang berkulit hitam yang kasar tidak terlihat dari sikap Jackson selama di

rumah keluarga Roy. Ia justru sangat sopan. Kesopanan Jackson terlihat saat ia meminta izin

untuk duduk bersama dengan keluarga Roy: “il nous demanda d‟une voix profonde s‟il

pouvait s‟asseoir avec nous”, “ia bertanya kepada kami apakah ia boleh duduk bersama kami”

(19). Selain memberikan hadiah, Jackson juga memberikan imbalan berupa uang sebesar 100

dolar untuk setiap kata dalam bahasa Prancis yang diajarkan Je kepadanya. Hal ini

memperlihatkan bahwa orang kulit hitam tidak selalu miskin dan kasar seperti sterotip yang

ada.

Konflik semakin meningkat saat peristiwa ketiga dalam gawatan muncul yakni masalah

ekonomi di keluarga Guilbert. Kesulitan ekonomi di keluarga Guilbert dijelaskan sudah cukup

parah. Keadaan ekonomi keluarg Guilbert yang parah dijelaskan dalam kutipan di bawah ini.

“les Guilbert avaient de sérieuses difficultés d‟argent. M. Guilbert avait dû

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 14: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

14

prendre sa retraite: la grande maison, si semblable à la notre, était hypothéquée,

les enfants aux études coûtaient cher.” (20)

“Kelurga Guilbert mengalami masalah keuangan yang serius. Tuan Guilbert harus

pensiun ditambah rumah besar, yang mirip dengan milik kami, telah digadaikan,

serta biaya pendidikan anak-anak yang sangat mahal.” (20)

Meski ma mère sering beradu pendapat dengan nyonya Guilbert, ia tetap memberikan

solusi untuk masalah yang sedang dialami keluarga Guilbert. Ma mère menyarankan untuk

mencari penyewa kamar, sama seperti dirinya. Dan menurut ma mère , ia cukup senang

dengan penyewa di rumahnya.

“Je vous le dis, madame Guilbert ; les Nègres me paraissent être les hommes les

plus soigneux, les plus propres au monde...”

“Pour le corps aussi? Fit Mme Guilbert en pinçant un peu les narines.” (21)

“ Aku mengatakan inipada Anda,nyonya Guilbert ; dimataku orang kulit hitam

adalah orang-orang yang sangat bersih dan sangat rapih di dunia ini.”

“ Badannya juga ? Ucap nyonya Guilbert sambil sedikit menutup hidungnya”

(21)

Dalam dialog di atas kalimat“Pour le corps aussi?”serta gerak tubuh nyonya nyonya

Guilbert yang digambarkan sambil menutup hidung adalah sindirian yang dilontarkan nyonya

Guilbert karena adanya stereotip orang kulit hitam yang memiliki bau tidak sedap. Stereotip

ini memunculkan pandangan rasis dari nyonya Guilbert sebagai orang kulit putih terhadap

Jackson yang merupakan orang kulit hitam. Stereotip yang tidak selalu benar terlihat dari

penjelasan ma mère tentang Jakcson yang selalu mandi hingga menghabiskan air di

rumahnya. Jackson juga dijelaskan menyukai wangi parfum yang ada di rumah keluarga Roy.

Kutipan di bawah ini memperlihatkan bahwa orang kulit hitam menyukai wangi bunga. Hal

ini menopang pendapat bahwa orang kulit hitam sebenarnya tidak memiliki bau yang tidak

sedap karena ia menyukai sesuatu yang harum.

“...le Nègre deva recueillir quelque bouffées de ce parfum plus délicat des fleurs

vivantes...”

“Smell so goo-ood!” (20)

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 15: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

15

“... orang kulit hitam itu harus menarik napas berkali-kali untuk mencium harum

lembut bunga-bunga yang hidup...”

“Harumnya sangat enak!” (20)

Selain mempertanyakan bau tubuh orang kulit hitam, nyonya Guilbert juga

mempertanyakan tempatmereka. Tempat yang dimaksud adalah bahwa ia berada di bawah

orang kulit putih dan tidak mencoba berada sejajar dengan orang kulit putih. Hal ini erat

kaitannya dengan konsep orang kulit hitam adalah Liyan.

“Mais, est-il à sa place?”

“À sa place? Que voulez-vous dire? Dit ma mère. Bien sûr qu‟il est à sa

place..comme on l‟est tous, madame Guilbert, à sa place dans la vie, n‟est-ce

pas? Pas aussi riches que les uns... pas aussi pauvres que les autres...” (21)

“Tapi, apakah ia berada di tempatnya?”

“Di tempatnya? Apa maksud Anda? Ucap ibuku. Tentu ia berada di tempatnya,

seperti kita semua, nyonya Guilbert, di tempatnya di kehidupan, betul? Tidak

sekaya orang-orang tertentu, tidak semiskin yang lain.” (21)

Dalam kutipan di atas terlihat ma mère telah bersikap menghargai perbedaan. Ia telah

menerima orang kulit hitam dan memperlakukannya sama dengan orang kulit putih lainnya.

Hal ini bukanlah tipuan seperti yang ia lakukan sebelumnya. Perubahan pandangan ma mère

kepada orang kulit hitam terjadi karena adanya proses komunikasi. Jackson yang selalu

memperlihatkan sikap baik membuat pandangan buruk akan dirinya berkurang.

Peristiwa selanjutnya dalam tahap gawatan adalah datangnya orang berkulit hitam ke-2

di rue Deschambault yang ternyata adalah penyewa kamar di keluarga Guilbert. Berbeda

dengan Jackson, orang kulit hitam di keluarga Guilbert tidak disebutkan siapa namanya. Dia

hnaya dijelaskan sebagai teman kantor Horace, berasal dari Alabamadan mulâtreatau berdarah

campuran (tidak terlalu hitam). Je juga menjelaskan bahwa orang kulit hitam di keluarga

Guilbert tidak lebih hitam daripada Jackson; “...le Nègre des Guilbert etait le moins noir des

deux”, “...di antara mereka berdua, orang kulit hitam di keluarga Guilbert tidak terlalu hitam.”

(22). Adanya 2 orang berkulit hitam di lingkungan rue Deschambault membuat ma mère

merasa tersaingi karena nyonya Guilbert terus membanggakan penyewa di rumahnya.\

“En tout cas, nous assura-t-elle notre Nègre était infiniment mieux que celui de

Mme Guilbert, lequel étais moins élancée, moins droit.” (22)

“Pokoknya, ujar Ibu, orang kulit hitam kita tentu saja lebih hebat daripada

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 16: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

16

penyewa di rumah nyonya Guilbert, yang kurang langsing, kurang tegap” (22).

Dalam perbandingan ke-dua orang kulit hitam oleh ma mère dan nyonya Guilbert, selalu

digunakan kata ganti kepemilikan yakni “mon” (-ku), “le mien” (punyaku) dan “notre”(milik

kami). Meski telah disebutkan sebelumnya bahwaorang kulit hitam keluarga Roy bernama

Jackson namun sepanjang alur cerita tidak pernah anggota keluarga Roy, baik ma mère

maupun Je, memanggilnya dengan nama„Jackson‟. Mereka selalu menggunakan kata ganti

kepemilikan “mon nègre” (orang kulit hitamku) ,“notre nègre” (orang kulit hitam milik kami)

atau cukup “le nègre” (orang kulit hitam).

“Le mien, disait maman, a de la finesse, je vous assure, et du tact.”

“En tout cas, le mien en a assez, repliquait Mme Guilbert, pour connaitre sa place

et y rester” (27)

“Aku jamin, orang hitamku, ucap ibu, memiliki kehalusan dan kelembutan”

“Pokoknya orang hitamku sudah cukup mengetahui tempatnya dan tetap di tempat

itu, ucap nyonya Guilbert ” (27)

Meski ma mère juga mengatakan “ mon Gervais” (Gervaisku) (10) untuk anaknya

namun terdapat konotasi yang berbeda saat ia mengucapkan “ mon Nègre ”. Mon nègre

menimbulkan konotasi negatif yakni orang kulit hitamyang seolah digambarkan seperti benda.

Jika hal tersebut dikaitkan dengan sejarah perbudakan, kepemilikan orang kulit hitam oleh

majikannya yang orang kulit putih, maka penggunaan kata kepemilikan dapat memberikan

konotoasi bahwa orang kulit putih selalu berkuasa atas orang kulit hitam. Hal ini kembali di

dasari oleh perbedaan warna kulit (rasisme).

Masalah kembali merumit hingga mencapai klimaks ketika ma mère dan nyonya

Guilbert melihat kedua anak perempuannya, Gisèle dan Odette, pergi berdua dengan orang

kulit hitam yang tinggal di rumahnya masing-masing. Kedekatan mereka dengan kedua orang

hitam tersebut berawal dari kesukaan orang kulit hitam akan musik klasik yang dimainkan

Gisèle. Kesukaan Jackson akan musik klasik yang lekat dengan orang-orang berpendidikan

memperlihatkan bahwa ras kulit hitam juga sama berpendidikan dengan ras kulit putih. Hal

ini bertentangan dengan stereotip ras kulit hitam yang dikatakan bodoh serta tidak

berpendidikan.

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 17: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

17

“Odette, un soir, leva la tête; elle apercut le nègre... Ma soeur, le plus

gracieusement du monde, en lui indiquant unfauteuil, invita le Nègre au Salon, et

pour lui, elle reprit, des le debut, le prelude de Rachmaninoff.” (24)

“Suatu sore, Odette mendongakkan kepalanya; ia melihat le nègre... kakakku yang

paling baik di seluruh dunia, mengundang le nègresambil menunjuk kursi di

dalam ruang keluarga, dan untuknya, ia mengulang dari awal musik prelude

Rachmaninoff.” (24)

Odette tidak seperti ma mère. Ia dikatakan tidak peduli akan pendapat orang jika melihatnya

berjalan dengan orang kulit hitam di muka umum. Saat bersama Odette, Jackson

menceritakan tentang keluarganya di Afrika.Ia menjelaskan tentang perbudakan, kriminalitas

dan kemiskinan:“d‟esclaves aux enchères, de rafles, par des homme cupides, de pauvres noirs

surpris dans leur villages de paillotes...”, “perjual-belian budak, penyergapan oleh polisi,

orang-orang yang serakah dan orang kulit hitam miskin yang terkejut dengan gubuk mereka

di desa...” (25).

“Yes... miss.. all that must have happened once upon a time...” (25)

“Ya...nona... semua pasti terjadi pada zaman dahulu kala...” (25)

Semua yang diceritakan Jackson sangat menjelaskan lekatnya sterotip ras kulit hitam

yang miskin, serakah, berbahaya serta tak bisa dilepaskan dari perbudakan. Namun gambaran

ras kulit hitam yang negatif tersebut disanggah oleh Jackson seperti yang ada di kutipan di

atas. Ras kulit hitam pada zaman sekarang telah jauh berbeda dari keadaan pada zaman

dahulu. Semuanya telah berubah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kehidupan Jackson. Ia

justru lebih kaya dari keluarga Roy dan berpendidikan. Stereotip negatif yang dilekatkan

kepada ras kulit hitam sudah tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

“Comment! dit Mme. Guilbert. Je vous dis que votre fille se promène avec un

Nègre au su et au vu de tous, et vous faites toutes simplement: Ah!.... ”(28)

“Bagaimana bisa ! ucap Mme Guilbert. Sudah kukatakan padamu bahwa anak

perempuanmu pergi bersama orang kulit hitam di depan dan dilihat semua orang,

dan kamu bersikap biasa saja! Ah!.....” (28)

Dialog di atas merupakan percakapan antara ma mère dengan nyonya Guilbert ketika

keduanya melihat Odette dan Jackson berjalan-jalan berdua. Pada dialog itu terlihat

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 18: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

18

pandangan rasis nyonyaGuilbert. Menurutnya sangat aneh dan sebuah masalah jika orang

kulit putih dan kulit hitam berjalan berdua di keramaian. Kebersamaan orang kulit hitam dan

putih terasa sangat asing dan tidak pantas. Untuk menjaga martabatnya, ma mère bersikap

seolah menerima sambil berkata bahwa Odette memiliki hati, tidak seperti nyonya Guilbert.

Sikap ma mère ini mengacu kepada nyonya Guilbert yang membiarkan penyewa di rumahnya

tetap di dalam kamar saat musim panas yang begitu panas.

“Voulez-vous dire par la, madame Guilbert, que vous avez le cœur de condamner

votre pauvre Nègreà rester dans sam chambre par cette chaleur.. Des gens qui

souffrent tellement de la chaleur! Qui de plus ont le cœur sensible!” (27)

“Apakah Anda mau bilang, nyonya Guilbert, bahwaAnda tega membiarkan orang

kulit hitam miskinmu berdiam diri di kamarnya dalam udara panas seperti ini..

terlebih lahi, mereka itu memiliki hati yang peka.” (27)

Melihat Odette dengan Jackson membuat nyonya Guilbert merasa lebih baik daripada

ma mère . Setidaknya dia hanya memiliki seorang kulit hitam tanpa harus melihat anak

perempuan bersamanya. Nyonya Guilbert pun memberikan sindirian kepada ma mère :

“Par ailleurs, fit Mme Guilbert, je trouve ça plus naturel que la conduite de votre

Odette. Elle n‟est pas mal, vous savez ; je pense qu‟elle aurait du succès si elle ne

se croyait pas obligée de faire fuir tous les hommes... hormis votre Nègre ” (29)

“Selain itu, ucap nyonya Guilbert, saya menganggap kebersamaan Odette dengan

orang kulit hitamu ini sangat wajar dilakukan oleh Odettemu. Dia tidak jelek,

Anda tahu itu ; aku pikir dia akan berhasil jika dia tidak merasa harusmembuat

laki-laki menjauh… kecuali orang hitammu ” (29).

Dari dialog di atas dapat diketahui pendapat nyonya Guilbert mengenai Odette.

Menurutnya Odette yang tidak terlalu jelek, dapat mendapatkan laki-laki lain (kulit

putih) yang lebih dari seorang berkulit hitam. Penilaian cocok atau tidaknya seseorang

didasarakan oleh warna kulit yang mengacu pada tindakan rasis. Nyonya Guilbert tetap

pada pandangannya bahwa orang kulit putih tidak dapat bersama dengan orang kulit

hitam.

“Sur la galerie, au salon, que tu parles au Nègre, passe encore! Mais as-tu besoin

que ce soit aux yeux du voisinage!” (28)

“Kalau kamu mau berbicara dengan orang kulit hitam itu di serambi rumah atau di

ruang duduk, silakan saja! Tapi haruskah di depan mata para tetangga!” (28)

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 19: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

19

Dialog di atas adalah gumaman ma mère ketika melihat Odette bersama Jackson. Dialog

tersebut memperlihatkan bahwa ma mère belum sepenuhnya menerima kehadiran Jackson.

Meski ia sempat merasa senang akan kehadiran nya namun di dalam lubuh hatima mèrebelum

bisa menerima sepenuhnya. Masih ada kejanggalan yang diakibatkan perbedaan warna kulit

yang mencolok antara keluarga Roy dan Jackson. Ma mère belum dapat menerima

pandangan rendah orang lain kepada keluarganya saat melihat mereka dengan orang kulit

hitam.

Alur cerita mencapai klimaks saat ma mère dan nyonya Guilbert melihat Gisèle bersama

orang kulit hitam Alabama. Nyonya Guilbert yang semula menyindir Odette karena dekat

dengan Jackson justru harus menerima kenyataan bahwa anak perempuannya, Gisèle, juga

dekat dengan orang kulit hitam di rumahnya.

“Mais ce soir, dit maman, je pense que c‟est le Nègre...”

“Mon Nègre! Avec Gisèle! Au su et au vu!...”

“Je n‟ai pas mes lunettes, dit maman, mais d‟ici, ça m‟a tout l‟air d‟un visage

noir, enfin brun, puisque votre Nègre est plutôt mulâtre...”(30)

“Tapi sore itu, ucap Ibu, aku rasa itu le nègre...”

“Orang kulit hitamku! Bersama Gisèle! Di depan umum!...”

“Aku tidak memakai kaca mata, ucap Ibu, tapi di sini, dengan sosok berkulit

hitam, sedikit coklat, karena orang kulit hitammu berdarah campuran...” (30)

Deskripsi orang yang dijelaskan ma mère hanya mengacu kepada warna kulit saja dan

terlebih lagi ia sedang tidak menggunakan kaca mata, hal tersebut memperlihatkan

sosokorang kulit hitam di lingkungan rue Deschambaultyang sangat mencolok kehadirannya.

Terlihat jelas juga nyonya Guilbert sangat kesal dan tidak terima.

“Elle n‟eut pas le temps d‟en dire plus; Mme Guilbert filait vers l‟autre bout de la

rue; et, en courant, elle agitait un peu les bras comme s‟ils eussent été une paire

d‟ailes.” (30)

“Ia tidak punya waktu untuk mengatakan lebih banyak; Nyonya Guilbert

melangkah dengan cepat ke seberang jalan; dan dengan terburu-buru, dia

melambaikan tangan seperti sepasang sayap.” (30)

Kemarahan nyonya Guilbert terlihat dari keputusannya untuk pergi terburu-buru tanpa

berkata apa-apa kepada ma mère. Reaksi yang berbeda diperlihatkan oleh ma mère dan

nyonya Guilbert dalam menanggapi peristiwa yang sama. Peristiwa kebersamaan Gisèle dan

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 20: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

20

orang kulit hitam Alabama menjadi puncak alur karena disaat itulah kedua tokoh yang

bertengkar dari awal cerita merasa kalah oleh keberadaan ke-dua penyewa kamar yang

berkulit hitam tersebut.

Cerita kemudian memasuki tahap leraian yang berupa kebersamaan Odette, Gisèle,

Jackson dan orang kulit hitam mulâtre. Ke-dua orang kulit hitam berdansa diiringi permainan

musik oleh Odette dan Gisèle. Je mendeskripsikan kebersamaan seperti “admirables

variations” atau variasi yang mengagumkan. Deskripsi suasana Je kembali di dasari warna

kulit ke-dua orang kulit hitam karena ciri fisiklah yang paling terlihat.

“...l'une profonde comme la nuit, l'autre seulement comme le crépuscule...” (30)

“... yang satu seperti malam, yang lain seperti senja...” (30)

Je yang sebagai penutur menceritakan perbedaan suasana yang dirasakan ma mère saat

melihat kebersamaan ke-empatnya. “Sur galerie, ma mère se berçait”“Di dalam serambi,

ibuku menipu diirnya sendiri” (30). Kata “berçait” dapat diartikan sebagai „menipu dirinya

sendiri‟. Selama ini ma mère selalu berkata ia menerima Jackson dan selalu membaik-

baikannya di depan nyonya Guilbert. Ia seperti menipu dirinya sendiri dari awal dengan

menerima orang kulit hitam di rumahnya dan menganggap semuanya baik-baik saja.

Akhir cerita cerpen ini ditutup dengan deskripsi Je bahwa untuk waktu yang lama, ke-

dua orang kulit hitam tersebut „mengganggu‟ rue Deschambault.. Hal tersebut

memperlihatkan dalam jangka waktu yang cukup lama, kehadiran dua orang kulit hitam itu

masih menjadi hal yang dipeributkan. Perbedaan warnah kulit yang mencolok masih sulit

diterima meskipun ada juga yang menerima.

Tema rasisme dalam cerpen ini terlihat dari tahap gawatan hingga tahap penyelesaian.

Warna kulit yang selalu dijadikan objek masalah untuk ma mère dan nyonya Guilbert

menjelaskan rasisme dalam cerpen ini. Hingga akhir cerita, kehadiran kedua orang kulit hitam

ini masih terasa asing di lingkungan rue Deschambault. Fokus pembicaraan ma mère dan

nyonya Guilbert adalah ras kedua penyewa di rumahnya sehingga terlihat jelas bahwa tema

besar dari cerpen ini adalah rasisme.

KESIMPULAN

Tema rasisme dalam cerita Les Deux Nègresdapat diketahui melalui analisis alur

cerita. Dilihat dari analisis yang telah dilakukan dapat terlihat bahwa cerita berpusat pada

tokoh ma mère dan nyonya Guilbert yang mengalami perubahan hidup setelah menerima

kedatangan ke-dua orang kulit hitam ke lingkungan rumahnya. Tema rasisme dapat terlihat

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 21: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

21

dari cara pandang ma mère dan nyonya Guilbert kepada kedua orang kulit hitam yang selalu

mengacu kepada ciri fisik yang dibawanya. Keduanya hanya menerima kedua orang kulit

hitam tersebut atas dasar keuntungan namun tidak dapat menerima sosok mereka

seutuhnya.Dapat terlihat pula sebagian besar konflik yang ada dalam alur penceritaan selalu

diakibatkan oleh kedua orang kulit hitam ini. Sulitnya ma mère dan nyonya Guilbert

menerima kedua orang kulit hitam akibat perbedaan fisik yang mencolok memperlihatkan

masih ditemukannya tindakan rasisme di negara Kanada.

Selain tema utama rasisme, ditemukan pula sub-tema yang mendukung tema utama

tersebut, yakni stereotip dan integrasi. Stereotip dalam cerpen ini adalah pergeseran stereotip

yang sudah ada. Sterotip orang kulit hitam yang bau, miskin, tidak sopan, kotor serta tidak

berpendidikan, dalam cerpen ini mengalami pergeseran. Orang kulit putih justru yang

digambarkan miskin dalam cerita pendek ini. Deskripsi Jackson tentang keadaan di Afrika

memperlihatkan bahwa stereotip mengenai orang kulit hitam sudah tidak lagi sejalan dengan

faktanya.

Sub-tema integrasi dapat terlihat dari proses adaptasi kedua orang kulit hitam sebagai

kaum minoritas di lingkungan orang kulit putih. Meski latar budaya mereka yang sangat

berbeda jauh namun keduanya dapat berintegrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari hubungan

mereka yang dekat dengan anggota keluarga Roy dan Guilbert, meski beberapa diantaranya

masih ada yang sulit menerima perbedaan kedua orang kulit hitam ini. Integrasi tersebut juga

terlihat dari kaum kulit putih yang juga bisa menerima kehadiran ras lain yang sebelumnya

belum mereka lihat di lingkungannya.

Tema rasisme dalam cerpen ini juga memperlihatkan bahwa pada tahun 1959 masih

ditemukan rasisme. Ras kulit putih masih susah menerima keberadaan orang-orang dari ras

kulit hitam di sekitar mereka. Namun hal tersebut mulai berkurang dengan adanya orang-

orang dari ras kulit putih yang dapat menerima baik keadaan orang-orang kulit hitam, yang

digambarkan dari tokoh Gisele dan Odette. Generasi muda pada tahun tersebut sudah

berubah, tidak seperti generasi orang tua mereka.

DAFTAR REFERENSI

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo

“1492 - 1779: From First Contact to the Peace and Friendship Treaties”.Canada in the

Making.<http://www.canadiana.ca/citm/themes/pioneers/pioneers2_e.html>

“Gabrielle Roy (1909–1983)”.Maison de Gabrielle Roy.

<http://www.maisongabrielleroy.mb.ca/en/gabrielleroy/biography>

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014

Page 22: TEMA RASISME DALAM CERPEN LES DEUX NÈGRES KARYA

22

“Gabrielle Roy”. 2013. Athabasca University.

<http://canadian-writers.athabascau.ca/french/writers/groy.php>

Levine, Michael P., and Tamas Pataki. 2004. Racism in Mind. New York: Cornell Paparback

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka & Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyrakat Multikultur.

Yogyakarta : LKiS.

Roy, Gabrielle.1994.Rue Deschambault. Montréal : Boréal.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wheeler, L. Kip. 2004. “Freytag‟s Pyramid”.

<http://web.cn.edu/kwheeler/documents/freytag.pdf>

Tema rasisme …, Riezca Biastami Radaini, FIB UI, 2014