jurnal kemiskinan

3
> Maret 2005 Menanggulangi Kemiskinan Desa Oleh: Gregorius Sahdan --- Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yan besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, ... > November 2003 Menanggulangi Kemiskinan di Kota Cilegon Oleh: Mubyarto --- Jika PDRB per kapita Kota Cilegon tahun 2001 mencapai Rp 25,5 juta yang tumbuh rata-rata 13,5% per tahun sela 1999-2001, kiranya sukar dimengerti jika masih ada penduduk yang hidup miskin. Jika garis kemiskinan Kota Cilego adalah kira-kira Rp 150.000 per bulan, maka PDRB per kapita Rp 2,13 per bulan jelas sekali lebih tinggi dibanding g kemiskinan. > April 2003 Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Era Otonomi Daerah Oleh: Dalle Daniel Sulekale --- Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah, nam sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indo mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turun m 18%, dan diharapkan menjadi 14% pada tahun 2004. Tetapi siapa yang dapat menjamin bahwa grafik jumlah pend miskin akan terus turun? > April 2003 Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Propinsi DIY Oleh: Awan Santosa, Dadit G. Hidayat, Puthut Indroyono --- Di tengah upaya untuk semakin menajamkan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia perlu dicari me evaluasi dan monitoring yang tepat agar kualitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan menjadi sema baik di masa datang. Dengan indikator-indikator yang obyektif dan terukur para pengambil keputusan menjadi lebi mudah melakukan perbaikan-perbaikan dari berbagai segi agar program penanggulangan kemiskinan menjadi leb berkelanjutan (sustainable) dan tidak bersifat charity. > April 2003 Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Oleh: Mubyarto --- Sampai kira-kira 28 tahun lalu (1975) kemiskinan bukanlah topik bahasan seminar dan surat-surat kabar. Baik masyarakat maupun pemerintah “tabu” membahasnya. Pembangunan dianggap akan menghapuskan kemiskinan “dengan sendirinya”. Dan pakar ekonomi dengan analisis-analisisnya berdiri paling depan dalam barisan para paka yang menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi cukup mampu mengatasi segala masalah sosial ekonomi bangsa > April 2003 Tantangan Tambahan bagi LSM/ORNOP tahun 2003-2005 Oleh: Sajogyo --- Bulan lalu dari suatu sumber kami terima Ringkasan Eksekutif hal Kerjasama ADB-Pemerintah-LSM: Sebuah Keran Kegiatan untuk tahun 2003-2005. Yang dicantumkan di sini adalah terjemahan draft Ringkasan Eksekutif yang diring > Maret 2003 Pendekatan Ekosistem dalam Penanggulangan Kemiskinan: Refleksi Penanggulangan Kemiskin Sulawesi Tengah Oleh: Anton Namba --- Sampai saat ini belum ada kriteria yang baku dalam mengidentifikasi penduduk miskin, pengertian dan kriteria

Upload: khairul-amin

Post on 10-Jun-2015

2.852 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal kemiskinan

> Maret 2005

Menanggulangi Kemiskinan DesaOleh: Gregorius Sahdan--- Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, ... > November 2003

Menanggulangi Kemiskinan di Kota Cilegon Oleh: Mubyarto--- Jika PDRB per kapita Kota Cilegon tahun 2001 mencapai Rp 25,5 juta yang tumbuh rata-rata 13,5% per tahun selama 1999-2001, kiranya sukar dimengerti jika masih ada penduduk yang hidup miskin. Jika garis kemiskinan Kota Cilegon adalah kira-kira Rp 150.000 per bulan, maka PDRB per kapita Rp 2,13 per bulan jelas sekali lebih tinggi dibanding garis kemiskinan. > April 2003

Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Era Otonomi Daerah Oleh: Dalle Daniel Sulekale--- Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turun  menjadi 18%, dan diharapkan menjadi 14% pada tahun 2004. Tetapi siapa yang dapat menjamin bahwa grafik jumlah penduduk miskin akan terus turun? > April 2003

Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Propinsi DIY Oleh: Awan Santosa, Dadit G. Hidayat, Puthut Indroyono--- Di tengah upaya untuk semakin menajamkan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia perlu dicari metode evaluasi dan monitoring yang tepat agar kualitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan menjadi semakin baik di masa datang. Dengan indikator-indikator yang obyektif dan terukur para pengambil keputusan menjadi lebih mudah melakukan perbaikan-perbaikan dari berbagai segi agar program penanggulangan kemiskinan menjadi lebih berkelanjutan (sustainable) dan tidak bersifat charity.  > April 2003

Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Oleh: Mubyarto--- Sampai kira-kira 28 tahun lalu (1975) kemiskinan bukanlah topik bahasan seminar dan surat-surat kabar. Baik masyarakat maupun pemerintah “tabu” membahasnya. Pembangunan dianggap akan menghapuskan kemiskinan “dengan sendirinya”. Dan pakar ekonomi dengan analisis-analisisnya berdiri paling depan dalam barisan para pakar yang menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi cukup mampu mengatasi segala masalah sosial ekonomi bangsa. > April 2003

Tantangan Tambahan bagi LSM/ORNOP tahun 2003-2005 Oleh: Sajogyo--- Bulan lalu dari suatu sumber kami terima Ringkasan Eksekutif hal Kerjasama ADB-Pemerintah-LSM: Sebuah Kerangka Kegiatan untuk tahun 2003-2005. Yang dicantumkan di sini adalah terjemahan draft Ringkasan Eksekutif yang diringkas! > Maret 2003

Pendekatan Ekosistem dalam Penanggulangan Kemiskinan: Refleksi Penanggulangan Kemiskinan di Sulawesi Tengah Oleh: Anton Namba--- Sampai saat ini belum ada kriteria yang baku dalam mengidentifikasi penduduk miskin, pengertian dan kriteria kemiskinan begitu beragam sesuai badan/instansi/dinas yang menangani masalah kemiskinan. Bagi dinas sosial misalnya, mereka yang miskin adalah: mereka yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka yang layak bagi kemanusiaan; mereka yang sudah mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan; mereka yang termasuk kelompok marginal yang berada di sekitar garis kemiskinan. > Januari 2003

Dua Jenis Pertemuan, Apakah Bersambungan? Oleh: Sajogyo--- Kutipan ramalan Ny. Lauren Pasaribu: …(menjawab pertanyaan “bagaimana dengan prediksi situasi ekonomi?”): “Akan

Page 2: jurnal kemiskinan

ada serangan angin, hujan dan panas yang merusak  tanaman. Juga terjangkitnya penyakit pada hewan. Selain ada yang mental karena tandukan. Pengusaha kecil dan menengah harus banyak mendapat perhatian. Karena akan ada gerakan pemberdayaan diri secara besar-besaran. Pemerintah harus mencermati ekonomi yang dikendalikan oleh kalangan usaha kecil dan menengah ini. Karena kenyataannya, mereka ini yang tetap bertahan ditengah badai krisis dan menjadi penyelamat ekonomi nasional dengan perputaran roda perekonomian rakyat. Tahun kuda (2002) masih besar pengaruhnya hingga bulan April 2003”. > Januari 2003

Miskin PerilakuOleh: Sri Widowati--- Ada sebuah fenomena, sebuah fakta kenyataan bahwa orang miskin itu menyenangkan. Hasil kajian pemberdayaan masyarakat miskin di era otonomi daerah di Yogyakarta, tepatnya di sebuah desa di Kabupaten Kulonprogo, memberikan sebuah cerita bahwa di jaman reformasi (diplesetkan orang repot-nasii) ternyata etika sebuah proyek, program atau apapun namanya yang berkaitan dengan datangnya sebuah bantuan, “masyarakat” (yang tidak menyadari siapa dirinya) berlomba-lomba  mendaftarkan diri menjadi orang miskin atau dengan kata lain me-miskin-kan diri. Gejala apa ini?> September 2002

LSM Sebagai Elit Desa Harus Membela Kaum MiskinOleh: Mubyarto--- Aktivis-aktivis LSM rupanya justru sudah menjadi “Elit” desa baru, dan “elit” ini dalam pengertian negatif yaitu merupakan kelompok baru yang tidak menyatu dengan penduduk pedesaan yang miskin dan perlu dilindungi dan dibela, tetapi tanpa disadari, menjadi kelompok kepentingan baru, yang kepentingan-kepentingannya supaya berkelanjutan harus dilindungi. Upaya melindungi kepentingan-kepentingan elit baru ini dicapai melalui “hubungan baik” dengan elit baru pemimpin desa termasuk di dalamnya anggota BPD (Badan Perwakilan Desa). > Mei 2002

Oleh-Oleh dari Ngasem: Ekonomi Rakyat dan Sistem Ekonomi Pancasila Bukan Kebohongan Oleh: Ira Nawang Wulan--- Mahasiswa tidak boleh sekedar menjadi penonton menyaksikan perdebatan para pakar ekonomi, bersikap pro atau kontra terhadap suatu pendapat tanpa memiliki alasan yang kuat. Mahasiswa harus mampu menentukan posisi dengan memperhatikan fenomena yang ada. Bukankah manusia diberi-Nya akal? Mahasiswa perlu terbiasa mengobservasi langsung sehingga tidak terjebak pada diskusi di kelas yang hanya didasarkan pada literatur yang ada. Mahasiswa diharapkan sadar untuk menggunakan cara berfikir empirik induktif. > Mei 2003

Telaah tentang Eksistensi dan Ketangguhan Pelaku Ekonomi Rakyat pasca Krisis Moneter 1997/1998 di Dusun Pakel Jaluk, Desa Piyaman, Wonosari, Gunung Kidul Oleh: Mathius Sinseng --- Pada kesempatan ini penulis menguraikan hasil pengamatan lapangan secara langsung terhadap seorang penduduk di Dusun Pakel Jaluk, Desa Piyaman Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul dalam mempertahankan kehidupannya pada saat krisis dan sesudahnya. > April 2002

Profil Kehidupan Keluarga SukapjoOleh: Ferry--- Lahan di Desa Sriharjo hampir separuhnya merupakan hamparan sawah dan ladang yang ditanami padi, sehingga mata pencaharian pokok penduduk desa ini adalah bertani dan buruh tani. Desa Sriharjo memiliki jumlah penduduk sebesar 9465 jiwa dengan proporsi laki-laki sebesar 4578 jiwa, dan wanita sebesar 4887 jiwa.  > April 2002

Return on Education: Profil Petani Dusun Ketos, Imogiri Oleh: Siti Nuryani Kasanah --- Berjarak kurang lebih 2 kilometer dari Balai Desa Sriharjo, tepatnya di sebuah hamparan tanah yang berbukit dengan kondisi jalan setapak berbatu-batu, disitulah kita temukan sebuah Dusun kecil, Ketos. Dusun itu dihuni 542 orang atau lebih tepatnya 120 Kepala Keluarga.  > April 2002

Krisis Moneter dan Kemiskinan di SriharjoOleh: Yulius Setiawan Bulo--- Ketika Krisis Moneter (Krismon) 1998-1998 terjadi maka secara statistik jumlah penduduk Indonesia yang termiskinkan mengalami peningkatan. Tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa ternyata dampak krismon di perdesaan tidaklah separah yang dirasakan di perkotaan Indonesia. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa penduduk desa miskin seperti dusun

Page 3: jurnal kemiskinan

Mojohuto, desa Sriharjo, tidaklah begitu terpengaruh.  > Maret 2002

Kemiskinan dan Ekonomi Rakyat YogyakartaOleh: Mubyarto--- Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) adalah propinsi terkecil di Jawa dengan penduduk hanya 3,1 juta jiwa (2000). Pada akhir dekade enam puluhan propinsi ini dikenal sebagai propinsi ”termiskin” No.3 dari bawah sesudah propinsi NTT dan NTB, karena 47% wilayahnya yaitu kabupaten Gunungkidul, merupakan wilayah tandus. > Maret 2002

Belajar Bersama Rakyat Banyak di Dalam Membantu Menata Kembali Rumah Betang Kalimantan Tengah Oleh: Sajogyo dan Budi Baik Siregar--- Di dalam kritik-diri yang membawa ke Tekad Damai Anak Bangsa di Bumi Kalimantan, 2001 telah ditemukan sejumlah 7 akar masalah yang diakui memerlukan penyelesaian secara konseptual dan menyeluruh. Kebijakan pemerintah yang kurang tepat di masa lalu (akar ke-1), Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia yang kurang berhasil di masa lalu (akar ke-2), Benturan budaya (akar ke-3), Ketidakadilan (akar ke-4), Kemiskinan (akar ke-5), Keamanan yang tidak mendukung pembangunan (akar ke-6), Ketidakpastian dalam penegakan hukum (akar ke-7).