jurnal jadi.doc

131
PEMODELAN PROSES AKUNTANSI DENGAN UML STUDI KASUS INDUSTRI JASA PENJUALAN Dadad Zainal Ketua Program Studi Manajemen Informatika Politeknik LP3I Bandung E-mail: [email protected] ABSTRAK Tulisan ini disajikan mencakup kasus yang komprehensif bahwa rincian sistem bisnis dapat disederhanakan untuk perusahaan industri jasa penjulan contohnya. Penulis menyertakan deskripsi proses bisnis penjulan, relatif terhadap data kebutuhan yang mencakup entity-relationship (ER) diagram dan diagram bahasa pemodelan terpadu (UML). Kedua diagram "constructed" tersebut diabuat untuk dibandingkan secara kontras masing-masing metode untuk memperjelas bagi orang-orang yang ingin melakukan pemodelan UML untuk beberapa masalah dunia nyata. Pada jenis pemodelan, metode diagram entitas- hubungan (E-R) dengan varian terkenal yang telah mendominasi selama lebih dari 20 tahun. Hal ini mungkin karena kesederhanaan dan kekuatannya untuk secara akurat mewakili kebutuhan data pada hampir semua aplikasi. Dalam 10 tahun terakhir ini, pemodelan 0-0 telah menjadi semakin populer karena berkorelasi dengan baik dengan implementasi untuk 0-0 nya dan karena kekuatan pemodelan ini adalah dapat menggambarkan tingkat kompleksitas yang lebih besar yang diperlukan untuk mewarisi dalam sistem informasi kontemporer. Baru-baru ini, UML secara de facto 0-0 telah menjadi varian model., Oleh karena itu penulis ingin menggambarkan UML dalam kasus yang samamenggunakan ER 1

Upload: galuh

Post on 11-Sep-2015

250 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

PEMODELAN PROSES AKUNTANSI DENGAN UMLSTUDI KASUS INDUSTRI JASA PENJUALANDadad ZainalKetua Program Studi Manajemen Informatika

Politeknik LP3I Bandung

E-mail: [email protected] ini disajikan mencakup kasus yang komprehensif bahwa rincian sistem bisnis dapat disederhanakan untuk perusahaan industri jasa penjulan contohnya. Penulis menyertakan deskripsi proses bisnis penjulan, relatif terhadap data kebutuhan yang mencakup entity-relationship (ER) diagram dan diagram bahasa pemodelan terpadu (UML). Kedua diagram "constructed" tersebut diabuat untuk dibandingkan secara kontras masing-masing metode untuk memperjelas bagi orang-orang yang ingin melakukan pemodelan UML untuk beberapa masalah dunia nyata.

Pada jenis pemodelan, metode diagram entitas-hubungan (E-R) dengan varian terkenal yang telah mendominasi selama lebih dari 20 tahun. Hal ini mungkin karena kesederhanaan dan kekuatannya untuk secara akurat mewakili kebutuhan data pada hampir semua aplikasi. Dalam 10 tahun terakhir ini, pemodelan 0-0 telah menjadi semakin populer karena berkorelasi dengan baik dengan implementasi untuk 0-0 nya dan karena kekuatan pemodelan ini adalah dapat menggambarkan tingkat kompleksitas yang lebih besar yang diperlukan untuk mewarisi dalam sistem informasi kontemporer. Baru-baru ini, UML secara de facto 0-0 telah menjadi varian model., Oleh karena itu penulis ingin menggambarkan UML dalam kasus yang samamenggunakan ER diagram dan UML diagram. Diharapkan perbandingan secara jelas dapat berguna untuk mereka yang ingin bermigrasi ke pemodelan data UML.

Keyword : UML, Permodelan, ER, Data

PENDAHULUANPemodelan data adalah tugas yang paling penting dalam membangun sistem informasi akuntansi. Sebuah model data akuntansi yang kurang berkembang tidak akan mengarah pada implementasi yang menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu. Walaupun ada relatif banyak spesialis implementasi database, ada beberapa yang harus dicapai dalam teknik pemodelan data yang lebih memahami kebutuhan proses akuntansi.Tim yang mendesain sistem informasi akuntansi baru harus memiliki pemahaman yang menyeluruh dalam berbagai bidang; seperti prinsip akuntansi, desain database, implementasi database, proses bisnis, dan manajemen strategis. Orang yang paling ideal mungkin seorang akuntan yang berpengalaman dengan desain database yang cukup pengetahuan dalam implementasi sistem informasi.

Dalam tulisan ini penulis fokus pada aspek pemodelan data dan perancangan sistem informasi akuntansi dasar, dengan contoh kasus industri jasa perdagangan. Penulis membandingkan secara jelas antara metode pemodelan hubungan-entitas data (Chen, 1976) (E-R) dengan metode Unified Modeling Language (UML) dalam konteks kasus tersebut.

Pada akhirnya, tujuan dari sebuah model data adalah untuk menghasilkan database yang kuat yang benar dibangun, menghilangkan anomaly yang juga dapat berisi logika bisnis. Penulis ingin menunjukkan bagaimana metode E-R dan UML mencapai tujuan tersebut. Tulisan ini berlanjut dengan tinjauan literatur akuntansi database dalam Bab II sementara Bab III merupakan dasar untuk beberapa tabel yang dinormalisasi. Dalam Bab IV, satu set diagram UML erat dengan kasus penjualanyang disajikan dan dijelaskan. Secara khusus, kami menunjukkan contoh diagram Use Case, diagram kelas, dan diagram urutan. Bab V diakhiri dengan diskusi tentang masa depan pemodelan data akuntansi dan secara khusus, peran UML dalam merancang sistem akuntansi.

ULASAN LITERATURPemahaman konsep utama dari database memiliki sejarah penting dalam profesi akuntansi. Misalnya, Komite AAA pada Pendekatan Kontemporer untuk Pengajaran AIS (AAA, 1986) merekomendasikan bahwa instruktur meliputi cakupan besar data Volume 5, Nomor 2 topik dasar dalam program AIS mereka. Luasnya cakupan database yang direkomendasikan oleh Komite tersebut meliputi 1) Data coding, 2) file / catatan desain, 3) bets / pengolahan on-line, 4) struktur data dan organisasi file, 5) organisasi basis data, 6) pemodelan data konseptual, 7) mendefinisikan kebutuhan data-base, 8) Model database, 9) penggalian data dari database, dan 10) prosedur perawatan.

Bagian penting dalam membangun database akan melibatkan teknik pemodelan data konseptual yang tercantum di atas dalam butir nomor enam. Beberapa pendekatan pemodelan data alternatif meliputi E-R model, model REA dan UML. E-R model disajikan dalam (Chen, 1976) dan model REA, yang merupakan akuntansi Data paradigma pemodelan khusus disajikan dalam (McCarthy, 1982). UML adalah upaya kolaborasi yang menggabungkan tiga pendekatan yang berbeda dan dijelaskan lebih lengkap dalam Bab IV. Dasar pemikiran untuk menggunakan kemampuan sistem manajemen database (DBMS) terlihat dari perubahan peran akuntan sebagai penyedia informasi dalam bisnis dan industri. Sementara akuntan sebagai bagian yang sangat penting dari penyedia informasi keuangan bagi manajer dan pihak eksternal untuk sebuah perusahaan bisnis, peran mereka berubah dengan cepat (Elliott, 1994). Manajer, investor, dan lain-lain sekarang memiliki akses ke database secara signifikan lebih besar canggih dan dapat melakukan query database secara langsung untuk mendapatkan laporan yang dibuat secara kustom yang tepat waktu. Peran akuntan tampaknya akan lebih kepada memasukkan lebih banyak analisis dan desain sistem serta mendukung query untuk sistem informasi.

Pada penelitian terdahulu tampaknya telah terjadi peningkatan peran bahwa sistem database di bidang akuntansi telah berpaeran banyak. Olsen Kimmell (1998) melaporkan pada teknologi database canggih yang baik mulai banyak digunakan dalam profesi akuntansi. Teknologi ini termasuk 1) database berorientasi objek, 2) database internet, 3) data pergudangan, 4) data mining, 5) database aktif, dan 6) aturan bisnis. Teknologi-teknologi canggih memiliki implikasi penting bagi akuntan karena mereka akan menjadi dasar untuk sistem akuntansi di masa depan. Selain itu, penelitian seperti (Olsen, 1998) dan (Olsen, 2000) melaporkan penggunaan SQL dalam sistem informasi akuntansi.

DESKRIPSI STUDI KASUS DAN DIAGRAM E-R

Pada bagian ini diperkenalkan contoh kasus yang digunakan untuk menggambarkan beberapa diagram dasar UML dan beberapa perbedaan antara metode UML dan metode E-R. YFsatuBOM Electronics adalah perusahaan dagang alat Komunikasi Radio atau reseller baru berbasis internet bahwa pasar radio komunikasi sangat bergantung kepada tiga produsen utama radio komunikasi yang meliputi; Icom, Kenwood dan Yaesu. "YFoneBOM" menjual tiga pola yang berbeda dari setiap produk produsen tersebut masing-masing dengan kisaran harga Handy Transceiver Rp 800 ribu, Mobile Transceiver Rp 1500 ribu dan HF Transceiver dengan kiisaran harga Rp 8.000 ribu dengan kualitas dan ukuran menjadi faktor penentu. Sementara ini produsen ICOM mendominasi pangsa pasar.

Kartu kredit adalah satu-satunya bentuk pembayaran yang dapat diterima sebagai pelanggan memasukkan pesanan pelanggan secara online melalui PayPal, Visa dan MasterCard adalah tiga jenis kartu kredit yang saat ini diterima oleh YFsatuBOM Electronics . YFsatuBOM Electronics mengiklankan secara ekstensif di komunitas kumunikasi radio seperti ORARI (Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia) dan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia), selama ini terdapat juga pelanggan yang sudah di e-mail untuk dikirim brosur secara rutin selama promosi khusus. YFsatuBOM Electronics saat memproses 14 pesanan per hari selama musim puncak seperti menjelang akhir tahun atau liburan dan melayani 8 pesanan per hari selama hari biasa dari seluruh Indonesia.

Pesanan yang diterima dari pelanggan yang valid secara elektronik dari database YFsatuBOM Electronics akan dikirim database distributor produsen. Pesanan tersebut kemudian diisi dan produk dikirimkan langsung kepada pelanggan. Karena YFsatuBOM Electronics tidak memproduksi sendiri alat radio komikasi dan bekerja secara langsung dengan produsen persediaan, fasilitas pengiriman tidak diperlukan. Penggantian suku cadang juga tidak diperlukan karena garansi produsen untuk semua produk yang dibeli. Pelanggan memasukkan informasi pribadi mereka langsung ke situs internet. Informasi pribadi ini meliputi nama pelanggan dan alamat lengkap beserta nomor telepon dan faks. Demikian juga, alamat e-mail pelanggan juga disertakan. Setelah pelanggan telah mengkonfirmasi infoluiation pribadi benar, mereka diberi nomor ID pelanggan yang unik yang dapat digunakan untuk memesan produk tambahan di masa depan.

Semua pesanan diproses secara real-time dan segera diperiksa untuk kesalahan input. Hal ini memungkinkan untuk penanganan langsung dari pesanan. Jika pesanan tidak berisi data yang tidak benar, seperti kesalahan ketik alamat dan lainnya, catatan ini ditandai, disimpan, dan dikirim kembali ke pengguna melalui e-mail. Perintah ini juga diurutkan oleh produsen produk dan dikirim ke kotak surat elektronik di mana ditransmisikan secara real-time. Setelah produsen telah mengkonfirmasi pesanan, pesanan dikembalikan dengan barcode produk dan perkiraan tanggal pengiriman. Jika produk tidak di saham, salinan pesanan dikembalikan dan ditempatkan di tumpukan backorder. Pelanggan diberitahu melalui e-mail tentang item backordered. Pabrikan memberitahukan YFsatuBOM Electronics setelah produk menjadi tersedia.

Pada akhir setiap hari status setiap pesanan ditentukan. Informasi ini dibuat tersedia untuk pelanggan, yang diberi nomor urut sehingga mereka dapat melacak pesanan mereka dari waktu pesanan diterima dan diproses sampai paket tersebut dikirim dari beberapa produsen kepada pelanggan.

Sebuah diagram E-R yang mencerminkan hal ini diberikan pada Gambar 1 sedangkan tabel relasional konsisten dengan kasus YFsatuBOM Electronics diberikan dalam Lampiran A.Gambar 1: Diagram E-R

UNIFIED MODELING LANGUAGE (UML)Bagian ini termasuk untuk memberikan gambaran tentang Unified Modeling Language (UML) sehingga diagram UML dapat dipahami dalam konteks yang tepat. Bab ini juga menggambarkan digunakan diagram UML yang digunakan dalam kasus YFsatuBOM Electronics diatas. Deskripsi komprehensif UML dapat ditemukan dalam (Eriksson & Penker, 1998, 2000) dan (Rumbaugh, Jacobson & Booch, 1999).

UML merupakan bahasa pemodelan berorientasi objek yang merupakan hasil dari kombinasi pendekatan dari Booch, Rumbaugh, dan Jacobson (Muller, 1999, hal. 127). Keuntungan utama dari UML adalah independen dari bahasa pemrograman dan teknik pengembangan (Good Evitts, 2000). UML juga dapat digunakan untuk menggambarkan hampir semua proses bisnis yang memiliki utilitas dan kegunaan dari bahasa pemodelan jauh melampaui pengembangan berorientasi obyek tradisional.

Sebenarnya ada banyak jenis diagram di UML yang dijelaskan dalam format visual yang diungkapkan oleh simbol grafis dan koneksi (Eriksson & Penker, 1998). Dengan demikian, UML adalah pilihan alami untuk pengembangan sistem karena model merekalah yang lebih mudah dipahami dan lebih mudah digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

UML menyediakan dukungan pemodelan dan solusi-solusi untuk semua tahap proses pengembangan sistem. UML menawarkan sejumlah pandangan, diagram, dan elemen yang tersedia untuk sistem pemodelan. Tampilan yang berguna untuk mewakili 'proyeksi dari deskripsi sistem yang lengkap, menunjukkan aspek tertentu dari sistem' (Eriksson & Penker, 1998, hal. 14). Diagram menunjukkan Model elemen simbol diatur untuk menggambarkan bagian tertentu atau aspek dari sistem '(Erikson & Penker, 1998, hal. 17). Elemen Model adalah fitur penting dari UML dan termasuk konsep yang digunakan dalam diagram (Erikson & Penker, 1998). Sebuah daftar pandangan umum UML, diagram, dan elemen model disajikan pada Tabel 1. Pandangan ini, diagram, dan model yang memberikan cetak biru untuk desain dan pengembangan sistem yang rumit.

Dalam naskah ini, disertakan Diagram Gunakan-Case, Diagram Class, dan Sequence Diagram untuk beberapa fitur desain yang tersedia dalam Unified Modeling Language menunjukkan. Perangkat lunak Program Rational Rose Enterprise Edition 2000 digunakan untuk mengembangkan diagram untuk kasus ini.

USE-CASE DIAGRAMUse-Case adalah teknik pemodelan dasar yang menggambarkan interaksi antara pengguna di luar dan sistem sedang dikembangkan. Model Use-Case digunakan oleh pengembang sistem dan pengguna di luar untuk membantu mengarah pada spesifikasi kebutuhan dari sistem yang menggambarkan sistem apa yang harus dilakukan. Tujuan dari actor eksternal dijelaskan dalam sistem.Penggunaan Diagram ini sangat ideal untuk komunikasi yang tepat dari ide-ide antara pengembang software dan pelanggan. Hal ini cukup sederhana untuk domain yang mengkhususkan diri dalam bidang mereka sendiri untuk memahami dan juga berfungsi sebagai metode yang jelas dalam berkomunikasi diantara mereka dan pengembang perangkat lunak, yang sifatnya tidak seperti jenis model yang lain dari spesifikasi perangkat lunak atau bahasa lainnya. Sebagai contoh, seorang pelanggan menggunakan sistem YFsatuBOM Electronics adalah contoh dari seorang aktor eksternal. Pelanggan memiliki tiga tujuan utama dari titik pandangan sistem penjualan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan masukan untuk database YFsatuBOM Electronics dengan informasi pribadi (misalnya, nama, alamat, alamat e-mail). Tujuan kedua pelanggan untuk melakukan pemesanan. Akhirnya, pelanggan memasukkan informasi pembayaran ke dalam sistem YFsatuBOM Electronics . Pada bagian, Diagram Gunakan Kasus ini dirancang untuk menggambarkan bagaimana para penggemar elektronik ini menggunakan dan berinteraksi dengan menggunakan sistem YFsatuBOM Electronics yang sangat umum, pendekatan tingkat makro.

Dua aktor eksternal tambahan dijelaskan pada Gambar 2 meliputi pemasok YFsatuBOM Electronics dan perusahaan kartu kredit. Dalam konteks sistem ini, tujuan suppler meliputi menerima dan mengkonfirmasikan perintah, memberikan informasi pengiriman (yaitu, perkiraan tanggal pengiriman), dan pengiriman produk kepada pelanggan. Selain itu, perusahaan kartu kredit meliputi tujuan memproses kartu kredit pelanggan.

Model Use-Case tidak menggambarkan struktur internal dari sistem yang tersembunyi dalam model ini. Merancang model Use-Case terlalu rumit merupakan kesalahan umum yang dibuat oleh desainer perangkat lunak. Interaksi rinci antara aktor-aktor eksternal dan sistem yang dianalisis harus disimpan untuk model lain tersedia dalam bahasa pemodelan UML.

CLASS DIAGRAMKelas Diagram adalah diagram struktural atau diagram statis dimana bisnis tersebut dimodelkan dengan struktur sistem kelas' (Muller, 1999, hal. 128). Berbagai jenis hubungan seperti ketergantungan, agregasi, asosiasi, komposisi, generalisasi dll digunakan untuk menghubungkan kelas-kelas ini. Dalam diagram kelas link ini harus gigih yaitu mereka harus tetap berpegang pada penataan statis dan tidak harus model perilaku dinamis. Kelas A adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang berbagi atribut yang sama, operasi, metode, hubungan, dan semantik. Kelas diagram dalam UML terkait erat dengan struktur di E-R diagram sejak 0-0 notasi UML yang dikembangkan didasarkan pada notasi E-R.

Dalam diagram UML, kelas diambil secara bertahap. Pertama, diagram diambil dari perspektif konseptual, selanjutnya dari perspektif spesifikasi dan akhirnya dari perspektif implementasi. Dengan setiap fase model menjadi lebih spesifik dan tingkat rendah dan peningkatan detail, sampai diagram kelas membawa kita sangat dekat dengan pelaksanaan. Pada akhir dari tiga fase semua dasar yang diperlukan diletakkan untuk masuk langsung untuk implementasi.

Gambar 3 adalah diagram Kelas yang mewakili sistem YFsatuBOM Electronics itu. Sangat menarik untuk dicatat beberapa kesamaan antara diagram Kelas pada Gambar 3 dan diagram E-R pada Gambar 1. Hal ini tidak mengherankan karena E-R dan diagram kelas di-menggoda untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu untuk menangkap struktur sistem yang diberikan yang sering akhirnya digunakan untuk merancang tabel relasional.

Ada beberapa perbedaan notasi antara dua metode yang digambarkan dengan Pelanggan dan Pesanan kelas. Pelanggan dapat menempatkan 0, 1, atau banyak pesanan yang digambarkan dengan '0.. *' Pada garis yang menghubungkan paling dekat dengan kelas Pesanan. Perintah ditugaskan untuk tepat satu pelanggan yang digambarkan dengan '1' pada garis yang menghubungkan paling dekat dengan kelas Pelanggan.

Bagian lain yang menarik dari diagram Class adalah kendala. Kami termasuk kendala pada nama kartu kredit hanya memungkinkan 'Visa', 'PayPal', 'Temukan', atau 'Mastercard' sebagai masukan yang valid.

Fitur A Rational Rose untuk UML berguna adalah sebagai generator kode yang mencakup fasilitas untuk C + +, Visual Basic, dan database SQL DDL (bahasa definisi data). Lampiran B mencakup sampel dari DDL yang dihasilkan oleh Rational Rose dari Diagram Class. Perhatikan bahwa tipe data generik tetapi mereka bisa berubah ketika kelas yang dirancang atau dimodifikasi.

SEQUENCE DIAGRAMSequence Diagram ini sangat mirip dengan diagram alur tradisional yang digunakan oleh analis sistem. Tidak seperti dalam Diagram Kelas hubungan dan link dalam urutan Diagram ada diantara objek tertentu dan bukan antara kelas. The Sequence Diagram mencerminkan 'dua dari struktur kontrol dasar:. Urutan dan kondisi Urutannya adalah koneksi diarahkan antara unsur-unsur, kondisi ini setara dengan pernyataan IF' (Muller, 1999, hal 94.). Sebuah Diagram urutan model perilaku dinamis dari obyek dan tidak dimaksudkan untuk mewakili struktur statis. The Sequence Diagram sangat efektif untuk menggambarkan prosedural, informasi yang berkaitan dengan sistem yang dijelaskan. Urutan Diagram biasanya digunakan untuk menunjukkan urutan penting beberapa tindakan yang melibatkan berbagai objek dalam sistem.Dalam kasus YFsatuBOM Electronics:, Sequence Diagram digunakan untuk menggambarkan interaksi antara aktor-aktor prosedural. Misalnya, Sequence Diagram pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pemeriksaan kredit terjadi sebelum menentukan ketersediaan produk dengan database produsen pada ketersediaan produk. Sequence Diagram YFsatuBOM juga menjelaskan tanggung jawab '' sistem YFsatuBOM serta sistem produsen berkaitan dengan pengiriman dan pemberitahuan pengiriman kepada pelanggan.

KESIMPULANDengan UML, metode pemodelan data yang memiliki dua keunggulan yang berbeda. Pertama, karena UML berbasis obyek, struktur data yang merupakan hasil dari diagram UML alat yang mirip dengan diagram itu sendiri sedangkan struktur data yang merupakan hasil dari sebuah diagram E-R kadang-kadang menanggung kurang kemiripan dengan diagram. Hal ini tampaknya membuat lebih mudah untuk melanjutkan dari tahap pemodelan logis untuk relasional tabel tahap desain.

Keuntungan kedua dari UML atas metode E-R adalah bahwa ada banyak lagi konstruksi dan diagram UML yang tersedia. Meskipun metode E-R sederhana dan elegan, dibatasi dalam kekuatan ekspresif. Ini berarti bahwa metode UML memiliki kurva belajar yang lebih lama tetapi memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengekspresikan aturan bisnis. UML bergerak bidang kita menuju 'visi yang lebih matang yang bersifat kolaboratif pengembangan perangkat lunak - salah satu yang khas asli praktek profesional (Good Evitts, 2000, hal 3.). Akibatnya, telah terjadi pergeseran fokus yang berharga dari perspektif program eksklusif menuju fokus sama berharga pada desain dan pemodelan proses pengembangan perangkat lunak.

Penelitian di masa depan pada bidang ini termasuk berfokus pada UML sebagai alat diagram untuk menggambarkan proses audit, proses akuntansi keuangan, dan proses interaksi berbasis web manusia / komputer relatif terhadap akuntansi dan audit instruksi. Selain itu, sebagai penggunaan UML dalam proses akuntansi, pemodelan akan memasuki arus utama dari profesi akuntansi, penelitian masa depan diperlukan untuk memfasilitasi transisi ini. Penelitian tambahan diperlukan untuk menemukan 'praktek terbaik' yang akan meningkatkan integrasi UML dan akuntansi proses dan memaksimalkan dampak UML pada desain sistem informasi akuntansi. Penelitian di masa depan juga diperlukan untuk memeriksa lebih seksama efek dari penggunaan komponen UML pada berbagai tahapan proses pemodelan data, khususnya kelas dan diagram aktivitas.

Referensi

1. American Accounting Association, "Report of the AAA Committee on Contemporary Approaches to Teaching Accounting Information Systems." May 1986.

2. Chen, P.P., "The Entity-Relationship Model: Toward a Unified View of Data." ACM Transactions on Database Systems (January 1976): 9-36.

3. Olsen, D., "Accounting Database Design and SQL Implementation" Review of Accounting Information Systems (Summer, 1999).4. Rumbaugh, J., Jacobson, I, and G. Booch, The Unified Modeling Language Reference Manual, Reading, MA, Addison-Wesley Longman, Inc., 1999

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2007-2009)

Galuh Tresna Murti

Ketua Program Studi AkuntansiPoliteknik LP3I Bandung

email : [email protected] ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Intellectual Capital.

Sampel penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian tahun 2007 sampai 2009. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 56 pengamatan yang menjadi sampel. Alat analisis yang digunakan adalah multiple regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengungkapan Intellectual Capital.

Kata kunci: Ukuran Perusahaan, Pengungkapan Intellectual Capital

PENDAHULUAN

Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan, modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh suatu cara dalam menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert dalam Sawarjuwono, 2003).

Pengungkapan intellectual capital merupakan suatu hal yang menarik bagi praktisi maupun akademisi, karena dianggap sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai perusahaan (Purnomosidhi 2006). Kunci dalam pengungkapan intellectual capital adalah pengungkapan pada aset tak berwujud, seperti pengetahuan karyawan, hubungan pelanggan, visi strategis dan manajemen kepemilikan intelektual. Pengungkapan intellectual capital merupakan suatu cara yang penting untuk melaporkan sifat alami dari aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan, selain itu modal intelektual juga diperlukan untuk menjembatani ketidaksesuaian informasi (information gap) antara manajemen dengan pemilik perusahaan (White et al, 2007).

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, indeks pengungkapan intellectual capital pada perusahaan masih minim. Pada penelitian Sonnier dan Carson (2009), indeks pengungkapan modal intelektual pada sampel 143 perusahaan hanya terdapat tujuh perusahaan yang telah mengungkapkan modal intelektualnya atau sekitar 0,05%. Pada penelitian Davey (2010), diungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan di China lebih sering membuat laporan keuangan tradisional. Rasio jumlah perusahaan yang mengungkapkan modal intelektualnya pada tahun 2006 adalah 46 persen.Sonnier dan Carson (2009) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian Purnomosidhi (2005) yang berjudul praktik pengungkapan modal intelektual pada perusahaan publik di BEJ menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan secara signifikan dengan pengungkapan modal intelektual.

Ukuran perusahaan juga dapat diasumsikan bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang. Perusahaan besar lebih sering diawasi oleh kelompok stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen mengelola intellectual capital yang dimiliki, seperti pekerja, pelanggan dan organisasi pekerja (Purnomosidhi, 2005).

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Kajian Pustaka

Intellectual Capital Istilah Intellectual Capital sering dijelaskan oleh Guthrie (2001) sebagai intellectual assets, intangible assets, atau knowledge assests. Intellectual capital sebagai istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, intellectual property, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi (Brooking 1996). Stewart (1997) mendefinisikan intellectual capital sebagai materi intelektual (pengetahuan, informasi, intellectual property dan pengalaman) yang digunakan untuk menciptakan kekayaan dan kekuatan akal kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna.

Pengungkapan Intellectual CapitalLingkungan bisnis yang semakin berkembang berpengaruh terhadap penyajian dan penilaian aset tidak berwujud dalam laporan keuangan perusahaan. Agency theory, menjelaskan terdapat pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan menciptakan suatu moral hazard, dimana manajer sebagai agen untuk pemilik pemegang saham, bertindak atas nama kepentingan diri ekonomi mereka sendiri ( Jensen dan Meckling, 1976).

Para manajer diharapkan dapat menunjukkan konsekuensi ekonomi yang penting untuk membuat pengungkapan sukarela Intellectual capital perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa biaya keagenan ditimbulkan oleh para manajer, sehingga mereka termotivasi untuk menyediakan informasi secara sukarela untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan mencerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan jumlah aset yang besar memiliki dana lebih banyak untuk diinvestasikan dalam intellectual capital. Hipotesis

Ukuran perusahaan

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sudah banyak dilakukan penelitian, dimana pengaruh positif ditemukan antara ukuran perusahaan dan keluasan pengungkapan (Singhvi dan Desai, 1971; Cooke, 1992; Craig dan Diga, 1998). Di dalam penelitian lainnya ditemukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin banyak aktivitas dan akan semakin tinggi pelaporannya, termasuk pengungkapan intellectual capital (Freedman dan Jaggi, 2005).

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 : Terdapat pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan intellectual capital.METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan diklasifikasikan menjadi perusahaan besar dan perusahaan kecil sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sonnier dan Carson (2009).

Variable dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan intellectual capital yang diukur dengan ada tidaknya pengungkapan intellectual capital didalam annual report, yang mengacu pada penelitian Sveiby (dalam Purnomosidhi 2006). Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 56 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria dalam metode penentuan sample. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan perbankan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimulai dari tahun 2007 sampai tahun 2009.Metode Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan melakukan metode dokumentasi berupa data kuantitatif berupa laporan keuangan (annual report). Data diperoleh dari internet www.idx.go.id dan situs perusahaan - perusahaan perbankan yang telah listed di Bursa Efek Indonesia serta Indonesia Capital Market Directory tahun 2009.

Metode Analisis

Teknik penyelesaian penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, menggunakan skala rasio dan skala nominal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Item intellectual capital dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil penelitian, item yang paling banyak diungkapkan adalah management process, dengan 50 perusahaan (90%). item yang paling sedikit diungkapkan adalah intellectual property. Dari statistik deskriptif yang digunakan, pengungkapan intellectual capital adalah sebesar 30%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran perusahaan perbankan di Indonesia untuk pengungkapan intellectual capital masih rendah. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan intellectual capital PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), yaitu sebesar 68% dari 25 item.

Tabel 1

Item Pengungkapan Intellectual Capital

Intellectual Capital

Internal Structure (Struktural Capital)

Intellectual property

Patents

Copyrights

Trademarks

Infrastructure Assets

Management Philosopy

Corporate Culture

Information System

Management Process

Networking System

Research Project

External Structure (Relationship Capital)

Brands

Customers

Customers Loyalty

Company Names

Distribution Channels

Bussiness Colaborations

Favourable Contracts

Financial Contracts

Licensing aggrements

Franchising aggreement

Employee Competence (Human Capital)

Know-how

Education

Vocational qualification

Work-related knowledge

Work-related competence

Entrepreneurial spirit

Sumber : Djoko suhardjanto& Mari Wardhani (2010)

Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis multiple regression. Yang sebelumnya dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Adjusted R menunjukkan nilai sebesar 0,30 dari nilai ini dapat dilihat bahwa variabel independen, yaitu ukuran perusahaan; dapat menjelaskan variasi variabel dependen, berupa Pengungkapan intellectual capital sebesar 30%. Sedangkan sisanya, sebesar 70% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Hasil analisis dengan menggunakan multiple regression menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin besar pengungkapan sukarela modal intelektual. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis dengan tingkat signifikan 0,000 dibawah 0,05. Dengan demikian hipotesis diterima.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Oliveira dkk. (2008), Garcia-Meca dkk. (2005), Bozzolan dkk. (2003), yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan intellectual capital. Semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena semakin besar perusahaan semakin besar pula perhatian stakeholder, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk semakin banyak melaporkan informasi termasuk pengungkapan intellectual capital.SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN

Simpulan

Rendahnya kesadaran perusahaan perbankan di Indonesia terhadap pengungkapan intellectual capital di Indonesia terlihat dari hasil penelitian ini, yaitu rata-rata 34,5% dari 25 item pengungkapan intellectual capital. Seharusnya perusahaan di Indonesia menyadari terhadap pentingnya pengungkapan intellectual capital dalam menghasilkan keunggulan kompetitif; dan shareholder value.

Keterbatasan

1) Penelitian ini menggunakan 1(satu) buah variable independen, sehingga menimbulkan keterbatasan atas simpulan yang diperoleh, 2) penggunaan sample yang sebatas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI masih belum memenuhi informasi mengenai kondisi atas pengungkapan intellectual Capital di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Bozzolan, S., Favotto, F., & Ricceri, F. (2003). Italian annual intellectual capital disclosure. Journal of Intellectual Capital, 4(4), 543-558

Djoko Suhardjanto & Mari Wardhani (2010).Praktik Intelectual capital disclosure perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 14(1), 71-85

Freedman, M., Jaggi, B. (2005). Global Warming, Commitment to The Kyoto Protocol, and Accounting Disclosures by The Largest Global Public Firms from Polluting Industries. The International Journal of Accounting, 40, 215 232.

Garcia-Meca, E. dan Martinez, I. (2005). Assesing the Quality of Disclosure on Intangible in the Spanish Capital Market. European Business Review, 17 (4), 63-94.

---------------- & Pattie, R. (2001), Intellectual Capital : Australian annual report practices, Journal of Intellectual Capital, 1(3), 241-251

Oliveira, Ldia, Lcia Lima Rodrigues & Russell Craig (2008). Applying Voluntary Disclosure Theories to Intangibles Reporting: Evidence from the Portuguese Stock Market.Purnomosidhi, B. (2006). Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publlik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 9 (1), 1-20.

Sawarjuwono, T., Kadir, A.P. (2003). Intellectual Capital : Perlakuan, pengukuran dan pelaporan (sebuha library riset). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 5, No. 1, 35-37

Sonnier, B., Carson, E.K Carson, P.P (2007).Accounting for intellectual capital:the relationship between profitability and disclosure. The journal of Applied management and Entrepreneurship, 12(2), 3-14

Steward, T.A (1997). Intellectual capital:The new wealth of organizations. 1st Edition, New York:Doubleday/Currency

White, G, Lee, A., &Tower, G (2007). Drivers of voluntary intellectual capital disclosure in listed biotechnology companies. Journal of Intellectual Capital,8 (3), 517-537

www.idx.co.id

TANTANGAN BAGI PERUSAHAAN DALAM PENGAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP a/d PSAK 16 Revisi 2011

( Bersumber dari IFRS / IAS 16 )

Purwanto

Dosen Tetap Program Studi Akuntansi

POLITEKNIK LP3I BANDUNG

ABSTRAKSI

Dengan memperhatikan semakin maraknya negara2 lain seperti Uni Eropa, Australia, Singapura, Hongkong mengadopsi IFRS secara penuh, maka pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Namun dalam realisasinya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.

Sejak pertengahan 2009, proses konvergensi / adopsi IFRS mengalami percepatan. Sampai Januari 2012, DSAK-IAI ( Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia ) telah menerbitkan sebagian besar IFRS / IAS dalam exposure PSAK yang baru dan mencabut beberapa PSAK yang sudah tidak relevan. Hal ini juga sebagai prasyarat bagian dari Masyarakat Ekonomi Asean ( MEA ) 2015.

Khusus tentang PSAK 16 Revisi 2011 yang bersumber dari IFRS 16 tentang Aset Tetap yang berlaku efektip 01 Januari 2012, disebutkan bahwa perusahaan dalam kebijakan akuntansinya atas aset tetap harus memilih menggunakan MODEL BIAYA atau MODEL REVALUASI. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan, yang selama ini terbiasa pencatatan atas dasar harga perolehan ( historical cost ) sepanjang masa manfaat aset tetap tersebut.

Karateristik Aset Tetap.

Di dalam PSAK 16 Paragraf 6 didefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud yang @ dimiliki untuk digunakan dalam prooduksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratip, dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dengan demikian, agar dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap menurut PSAK 16, harus memiliki karateristik2, yakni :

Aset tsb. digunakan dalam operasi normal.

Aset tsb. memiliki masa ( umur ) manfaat yang panjang, lebih dari satu periode.

Aset tsb. memiliki sustansi fisik / kasat mata untuk dapat dibedakan dengan aset tak berwujud.

Dinyatakan pula bahwa aset tetap harus diakui jika besar kemungkinan manfaat ekonomis yang berhubungan dengan aset tsb. akan mengalir ke perusahaan, dan biaya perolehan aset dapat diukur secara handal / adanya harga pasar / adanya transaksi eksternal.

Dasar Pengukuran.

Setelah pengakuan awal, suatu perusahaan harus memilih MODEL BIAYA atau MODEL REVALUASI sebagai kebijakan akuntansinya dan harus menerapkan kebijakan tsb. terhadap keseluruhan aset dalam satu kelompok aset tetap yang sama.

MODEL BIAYA

Pengukuran biaya perolehan.

Menurut model biaya, Aset Tetap dicatat sebesar biaya perolehannya dikurangi akumulasi penyusutannya dan akumulasi rugi penurunan nilai asetnya. Biaya perolehan meliputi ( PSAK 16 Paragraf 16 Revisi 2011 ) :

Harga perolehannya;

Biaya2 yang dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa aset tsb. ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen;

Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap serta restorasi lokasi aset; liabilitas atas biaya tsb. timbul ketika aset diperoleh.( item ini tidak ada dalam PSAK 16 Revisi 2007 ).

Biaya setelah perolehan dalam Paragraf 7 menyatakan dapat dikapitalisasi, dengan kriteria (i) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tsb. akan mengalir ke perusahaan, dan (ii) biaya peroleh dan aset dapat diukur secara handal. Secara umum, biaya setelah perolehan yang menghasikan satu atau lebih dari hal2 berikut dapat dikatakan memiliki manfaat ekonomis dimasa depan, yakni :

Perpanjangan estimasi masa manfaat aset.

Peningkatan kapasitas.

Perbaikan kualitas keluaran (output) secara substansial.

Penurunan biaya operasi yang dinilai sebelumnya secara substansial.

PSAK 16 juga mengatur tentang biaya inspeksi ( overhall ) aset tetap yang terjadi secara periodik selama masa ekonomis, yang harus diakui dalam jumlah tercatat aset tetap jika telah memenuhi kriteria pengakuan dalam Paragraf 7. Biaya ini adalah biaya inspeksi yang signifikan, diakui namun disusutkan dengan umur yang berbeda dari aset tetapnya. Apabila biaya ini dikapitalisasi maka sisa nilai tercatat biaya inspeksi sebelumnya ( jika ada ) dihapuskan.

Sebagai ilustrasi, diberikan contoh sbb.:

PT. XYZ pada tanggal 01 Januari 2012 membeli mesin seharga Rp. 7 milyar, diestimasi masa manfaat selama 15 tahun, dengan syarat inspeksi besar dilakukan setiap 3 tahun. Setiap pemeriksaan diestimasi membutuhkan biaya Rp. 750 juta.

Dalam contoh ini, biaya mesin sebesar Rp. 7 milyar dikapitalisasi dan disusutkan selama 15 tahun tehitung mulai akhir tahun 2012 , sedangkan biaya pemeriksaan sebesar Rp. 750 juta yang timbul di tahun 2015 harus dikapitalisasi sebagai bagian dari jumlah tercatat mesin, namun disusutkan selama 3 tahun dari 2015 sampai dengan 2017. Seluruh biaya pemeriksaan setelahnya juga dikapitalisasi dan disusutkan.

Akuntansi untuk penyusutan.

Aset tetap yang dapat disusutkan dapat didefinisikan sebagai aset yang (a) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode, (b) memiliki masa manfaat yang terbatas, dan (c) dikuasai oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratip. Perlu dicatat pula bahwa PSAK 16 Paragraf 43 mensyaratkan bahwa setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset dan yang masa manfaatnya dan/atau pola penggunaannya berbeda disusutkan secara terpisah. Sebagai contoh sebuah bangunan dengan masa manfaat 40 tahun dan eskalator didalamnya dengan masa manfaat 10 tahun, disussutkan secara terpisah.

Jumlah yang dapat disusutkan dari aset yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan dikurangi estimasi nilai residu / nilai sisa. Nilai residu didefinisikan sebagai jumlah neto yang akan diperoleh perusahaan dari pelepasan suatu aset jika aset itu telah mencapai akhir umur manfaatnya ( Paragraf 6 ). Juga diisinggung fakta bahwa nilai residu suatu aset sering tidak signifikan dan dpat diabaikan dalam perhitungan jumlah yang dapat disusutkan ( Paragraf 53 ). Selanjutnya dalam Paragraf 51 disyaratkan bahwa nilai residu aset di review minimum setiap tanggal pelaporan. Perubahan estimasi nilai residu akan diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi berdasarkan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.

Umur manfaat didefinisikan dalam Paragraf 6 adalah sebagai suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan oleh perusahaan, atau sebagai jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tsb. oleh perusahaan.

Berbagai faktor dapat membatasi umur manfaat suatu aset tetap. Faktor2 ini dapat diklasiifikasikan menjadi 4 katagori yakni fisik, teknilogi, ekonomi dan hukum. Juga dinyatakan dalam Paragraf 51 bahwa umur manfaat aset yang dapat disusutkan harus di review minimum setiap akhir tahun buku. Perubahan estimasi umur manfaat diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi berdasarkan PSAK 25 serupa dengan perubahan nilai residu.

Sesuai dengan ketentuan PSAK 16, terdapat dua metode penyusutan utama, yakni metode garis lurus dan metode penyusutan dipercepat ( diterapkan melalui metode saldo menurun dan metode jumlah angka tahun ). Metode garis lurus berupaya mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset secara merata sepanjang umur manfaatnya, sementara metode penyusutan dipercepat berupaya mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset secara lebih proporsional untuk bagian umur manfaat yang lebih awal dari aset tsb.. Disyaratkan bahwa metode penyusutan harus di review minimum setiap akhir tahun buku. Jika ada perubahan signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi dari aset tsb., maka metode penyusutan yang digunakan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola itu ( Paragraf 61 ), terkait dengan ketentuan PSAK 25.

Penurunan Nilai

PSAK 16 menyatakan bahwa penurunan nilai aset tetap harus diperhitungkan sesuai dengan ketentuan PSAK 48 Penurunan Nilai Aset ( Paragraf 63 ). Pada dasarnya PSAK 48 mensyaratkan bahwa kapanpun terdapat indikasi penurunan nilai, maka jumlah terpulihkan / nilai terkini / nilai wajar dari aset itu harus diestimasi ; dan jika nilai wajar lebih rendah dari nilai yang tercatat, maka nilai aset itu harus diturunkan menjadi sebesar nilai wajarnya. Rugi penurunan nilai harus segera dibebankan ke penghasilan.

Sebagai ilustrasi, diberikan contoh sbb.: Pada bulan Januari 2012, PT. XYZ membeli sebuah mesin seharga Rp. 6 milyar untuk memproduksi barang jenis AAA. Mesin ini diperkirakan memiliki manfaat 4 tahun tanpa nilai sisa / nilai residu dan disusutkan dengan metode garis lurus. Biaya penyusutan sebesar Rp. 1.5 milyar/tahun.

Diasumsikan terdapat pemberitaan atas produk AAA yang merugikan, sehingga diperkirakan oleh manajemen di tahun 2013 permintaan atas produk AAA akan menurun drastis, dan secara langsung bepengaruh terhadap nilai mesin. Pada awal Januari 2013 PT. XYZ memutuskan untuk menghitung penurunan nilai mesin tsb., dengan variabel produksi dan penjualan ; didapat nilai wajar sebesar Rp.2 milyar, sehingga rugi sebesar Rp.2.5 milyar ( nilai buku mesin awal 2013 sebesar Rp.4.5 milyar dikurangi nilai wajar Rp.2 milyar ). Ayat jurnal untuk mencatat penurunan nilai mesin adalah :

DR Rugi penurunan nilai mesin

2.500.000.000

CR Akumulasi penurunan nilai

2.500.000.000

Jika mesin ini tetap digunakan, alokasi penyusutan untuk tahun2 berikutnya didasarkan pada jumlah tercatat neto Rp.2 milyar, yakni untuk 2013 menjadi sebesar Rp.666.666.667 ( Rp.2 milyar/3 ), bukan Rp.1.5 milyar.

PSAK 48 juga menyatakan bahwa jika pada periode yang sebelumnya diperkirakan, ternyata tidak terjadi, maka pada periode tsb. perlu direvisi ulang atas aset tetapnya. Kita ambil contoh atas kasus diatas, sbb. :

Diasumsikan kasus PT. XYZ atas produk jenis AAA yang merugikan di tahun 2013 tidak terjadi, permintaan tetap meningkat dan target penjualan sesuai rencana. Oleh sebab itu perusahaan harus mengoreksi kembali atas nilai mesin, sbb. :

DR Akumulasi penurunan nilai

2.500.000.000

CR Rugi penurunan nilai mesin

2.500.000.000

DR Beban Penyusutan

833.333.333

CR Akumulasi Penyusutan

833.333.333

Dari jurnal koreksi diatas, mesin dicatat sebesar nilai buku yakni Rp.3 milyar ( biaya perolehan Rp.6 milyar dikurangi akumulasi penyusutan Rp.3 milyar ). Jumlah nilai buku ini seolah olah penurunan nilai di tahun 2013 tidak pernah terjadi dan mesin disusutkan secara garis lurus seperti biasa, yaitu sebesar Rp.1.5 milyar untuk tahun 2014( Rp.3 milyar/2 tahun ).MODEL REVALUSI

PSAK 16 memperbolehkan perusahaan untuk memilih model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tsb. terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama ( Paragraf 29 ). Jadi boleh saja kelompok aset bangunan menggunakan model revaluasi sedangkan kelompok aset mesin menggunakan model biaya.

Dalam model revaluasi, suatu aset tetap dicatat pada jumlah revaluasi / nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyuusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

Sesuai dengan ketentuan diatas, aset tetap yang mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatip perlu direvaluasi setiap tahun. Revaluasi tahunan seperti ini tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aset tetap tsb. perlu direvaluasi setiap tiga tahun sekali.

Akuntansi untuk Revaluasi.

Pada saat revaluasi pertama kali, PSAK 16 Paragraf 39 menyatakan bahwa kenaikan jumlah tercatat neto ( surplus revaluasi ) harus langsung dikredit ke dana pemegang saham dalam item terpisah, cadangan surplus revaluasi , sedangkan penurunan jumlah tercatat neto ( defisit revaluasi ) harus langsung di debet ke laporan laba rugi komprehensip ( Paragraf 40 ). Untuk mencatat dampak revaluasi , PSAK16 Paragraf 35 memberikan dua metode, yaitu :

1. Baik jumlah tercatat bruto maupun akumulasi penyusutan disajikan kembali secara proporsional untuk menghasilkan jumlah tercatat neto yang sama dengan jumlah revaluasi neto / nilai wajar. Metode ini memberi gambaran bahwa hubungan antara biaya perolehan dan akumulasi penyusutan adalah tetap. Dengan kata lain, hubungan antara jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan tidak berubah.

2. Akumulasi penyusutan dihapuskan dan jumlah revaluasi neto diperlakukan sebagai jumlah tercatat bruto yang baru. Dengan kata lain bahwa setelah revaluasi, aset dianggap sebagai aset baru.

Sebagai ilustrasi ke dua metode diatas, diberikan contoh sbb. :

Laporan posisi keuangan PT. ABC per 01 Januari 2013 atas Bangunan Semi Permanen, dengan data biaya perolehan Rp.15 milyar, jangka waktu penyusutan 5 tahun ( alokasi biaya penyusutan 20 %/tahun ), akumulasi penyusutan Rp.3 milyar ; akan di revaluasi menjadi Rp.16 milyar.

Dengan metode 1

Atas dasar kasus diatas, nilai buku Bangunan Semi Permanen per 01.01.2013 sebesar Rp.12 milyar, direvaluasi menjadi Rp.16 milyar, terjadi surplus revaluasi Rp.4 milyar. Karena metode ini alokasi biaya penyusutan tidak berubah yakni 20 %/tahun, dengan jumlah yang di debet ke Bangunan SP Rp. X , maka persamaan matematika adalah X 0.20 X = 4 milyar, diperoleh nilai X sebesar Rp.5 milyar.

Ayat jurnalnya adalah sbb. :

DR Bangunan Semi Permanen

5.000.000.000

CR Akumulasi Penyusutan

1.000.000.000

CR Cadangan Revaluasi

4.000.000.000

Dapat dilihat bahwa setelah revaluasi, jumlah tercatat neto sama dengan jumlah nilai revaluasi sebesar Rp.16 milyar, dan hubungan antara akumulasi penyusutan dan jumlah tercatat bruto / nilai perolehan ,( dengan penyusutan 20 % ) tidak berubah, dengan penyajian sbb. :

Bangunan Semi Permanen

20.000.000.000

Akumulasi Penyusutan

4.000.000.000

---------------------------Jumlah tercatat neto 16.000.000.000

Dengan metode 2

Metode 2 mensyaratkan penghapusan akumulasi penyusutan, sehingga jumlah tercatat bruto baru / nilai perolehan sama dengan jumlah revaluasi. Ayat jurnalnya adalah sbb. :

DR Bangunan Semi Permanen

1.000.000.000

DR Akumulasi Penyusutan

3.000.000.000

CR Cadangan Revaluasi

4.000.000.000

Dapat dilihat bahwa setelah revaluasi, Bangunan SP akan dibukukan seolah olah merupakan aset baru yang jumlah tercatat brutonya / nilai perolehan sama dengan jumlah revaluasi, dengan penyajian sbb. :

Bangunan Semi Permanen

Rp.16.000.000.000

Akumulasi Penyusutan

Jumlah tercatat neto

16.000.000.000

Penyusutan aset yang direvaluasi dan alokasi Cadangan surplus revaluasi.

Apabila suatu aset tetap telah direvaluasi, maka jumlah tercatat neto / nilai revaluasinya ( bukan biaya perolehannya ) yang menjadi dasar untuk menghitung jumlah yang dapat disusutkan, sepanjang sisa umur manfaat aset itu.

Sebagai ilustrasi, diberikan contoh sbb.: Pada tahun 2000 PT.XYZ membeli sebuah bangunan seharga Rp.50 milyar dan diperkirakan memiliki umur manfaat 50 tahun tanpa nilai residu, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus. Penyajian akuntansi atas bangunan, perusahaan memilih metode revaluasi. Sebagai tambahan informasi, sejak tahun ke dua sampai tahun ke sembilan nilai wajar gedung tidak berbeda secara signifikan dengan yang tercatat. Alokasi penyusutan / tahun adalah sebesar Rp.1 milyar.

Setelah sepuluh tahun, yakni di 2010 dimana nilai buku gedung sebesar Rp.40 milyar ( nilai perolehan Rp.50 milyar dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp.10 milyar ), bangunan ini direvaluasi pada nilai pasar / nilai wajarnya sebesar Rp. 60 milyar. Diestimasi sisa umur manfaat tetap 40 tahun lagi dan tanpa nilai residu.

Beban penyusutan bangunan per tahun dari 40 tahun mendatang menjadi sebesar Rp.1.5 milyar ( Rp.60 milyar/40).

Dari ilustrasi diatas, terdapat cadangan surplus revaluasi yang akan direalisasi secara periodik, dengan perhitungan : selisih antara jumlah penyusutan berdasarkan jumlah revaluasi dengan jumlah penyusutan berdasarkan harga perolehan aset tsb., melalui pemindahan langsung saldo laba dan bukan melalui laporan laba rugi komprehensip ( PSAK 16 Paragraf 41 ). Merujuk pada PT. XYZ diatas, untuk alokasi beban penyusutan Rp.1.5 milyar dan cadangan surplus revaluasi Rp.20 milyar, perlakuan akuntansi per 31.12.2010 sbb. :

DR Beban Penyusutan

1.500.000.000

CR Akumulasi Penyusutan

1.500.000.000

( penyusutan tahun berjalan )

DR Cadangan Surplus Revaluasi

500.000.000

CR Saldo Laba

500.000.000

( realisasi bertahap surplus revaluasi, diperoleh dari Rp.1.5 milyar dikurangi Rp.1 milyar ).

KESIMPULAN.

Di dalam aturan PSAK 16, selain Model Biaya, perusahaan2 di Indonesia dapat menerapkan Model Revaluasi / nilai wajar / nilai pasar atas aset tetapnya, yang efektip berlaku 01.01.2012. Hal ini adalah perubahan yang cukup besar, karena selama ini Model Revaluasi belum dapat diterapkan di Indonesia, masih mengacu kepada historical cost. Nilai wajar pastinya akan melibatkan Perusahaan Penilai Independent ( adanya tambahan cost ). Tantangan lain yang timbul dari Model ini adalah terkait dengan perpajakan, dimana adanya surplus revaluasi dikenakan pajak PPN final sebesar 10 % dan harus dibayar pada tahun dimana revaluasi dilakukan. Ini menjadi dilema, apabila nilai aset tetap perusahaan meningkat setiap tahun, setiap tahun pula perusahaan harus membayar pajaknya, padahal disisi lain kenaikan harga aset tsb.tidaklah membawa aliran kas masuk ke dalam perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Standar Akuntansi Keuangan / DSAK, Standar Akuntansi Keuangan Per 01 Juni 2012, Penerbit IAI Jakarta.

Steven M. Bragg,CPA, The Vest Pocket Guide to IFRS, PT. Indeks, 2011 Jakarta.

Hennie Van Greuning, International Financial Reporting Standard : A Practical Guide, 2005, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

PEMAHAMAN TAX PLANNING, TAX AVOIDANCE DAN TAX EVASION DI BIDANG PERPAJAKAN

Yana Hendayana

Dosen Program D3 Akuntansi Politeknik LP3I Bandung

[email protected]

ABSTRACT

In Article 1 of Law no. 16 Year 2009 on general provisions and procedures of taxation: Tax is a compulsory contribution to the state that are owed by the individual or entity that is enforceable under law, to not get rewarded directly and used for the purposes of the state for the maximum prosperity of the people. Almost no place in this world that is free from tax, unless we live in remote areas and do not relate to the outside world at all

Tax is one of the major sources of revenue in order to finance a country's governance for the provision of public goods and services as well as development.PENDAHULUAN

Sangat sedikit sekali manusia/ individu di dunia ini yang mempunyai perasaan ikhlas dan nyaman untuk membayar pajak, namum manusia/individu tersebut tidak dapat menghindari dari kewajiban tersebut. Di Dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti dan hal penting yang tidak dapat dihindari selama hidup kita yaitu :1. Kematian 2. Membayar Pajak Fenomena :

1. Fenomena umum menunjukkan bahwa masyarakat (termasuk pelaku bisnis) pada dasarnya masih berupaya menghindari pajak. Bahkan, kalau bisa tidak membayar pajak atau tidak terdaftar sebagai wajib pajak, atau tidak berhubungan dengan pajak (Liberty Pandiangan) 2. Menurut Leon Yudkin : Fenomena pajak bagi para Wajib Pajak selalu berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin dan juga cenderung untuk melakukan penghindaran memenuhi kewajiban perpajakan sedapat mungkin.

Action :

Hal-hal yang biasa dilakukan oleh Wajib Pajak untuk meminimalisasi pengaruh dan beban pajak :

1. Upaya Perencanaan Pajak (Tax Planning)2. Upaya Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)3. Upaya Pengelakkan/Penyelundupan Pajak (Tax Evasion) TAX PLANNING :

1. Adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh Wajib pajak untuk menyusun aktivitas keuangan guna mendapatkan pengeluaran (beban) pajak yang minimal. 2. Secara teoritis tax planning bertujuan untuk menghemat pajak (tax saving)

Pentingnya Tax Planning :

Para Wajib Pajak harus mengetahui prinsip perencanaan pajak karena perpajakan sangat penting untuk diketahui namun sulit untuk dipelajari sehingga dengan mengetahui perpajakan keputusan bisnis akan menjadi lebih baik

Motivasi Melakukan Tax Planning :

1. Rincian konsep perpajakan sangat kompleks sehingga tidak mudah dipahami 2. Biaya kelengkapan administrasi pajak seperti SPT Masa/Tahunan 3. Beban konsultan pajak yang cukup mahal Contoh KegiatanTax Planning :

1. Pemilihan dan Penentuan Jenis Subyek Pajak 2. Penentuan Kegiatan Usaha Wajib Pajak 3. Memecah satu unit usaha menjadi beberapa perusahaan 4. Mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak TAX AVOIDANCE (masih dalam koridor taat hukum) :

1. Irwansyah Lubis : Tax Avoidance adalah upaya/rekayasa Tax Affair yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan yang berlaku (Lawfull)2. Arnold dan McIntyre menyebut bahwa: penghindaran pajak merupakan upaya penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan perundangan.

Beberapa Rekayasa Tax Avoidance :

1. Upaya mendapatkan penghasilan yang bukan obyek pajak (Psl 4 ayat 3) 2. Mengambil keuntungan dari kredit pajak selama tahun berjalan (PPh Passal 25,21,22,23,24)3. Menunda/menagguhkan pembayaran pajak terutang tanpa dikenakan sanksi administrasi (penalti) oleh Kantor pajak contoh menyetor sampai dengan akhir batas waktu 4. Memaksimalkan pengurang pajak, contoh PTKP5. Mengusahakan untuk pengenaan tarif pajak lapisan terendah 6. Menggeser pengenaan beban pajak ke pihak lain, contoh hibah 7. Penggeseran domisili dan/atau lokasi penghasilan 8. Transfer Pricing9. Minimilasi Capital (Thin Capitalization) merupakan praktek membiayai cabang atau anak perusahaan dengan memperbanyak utang daripada menerbitkan saham yang baru 10. Metode akuntansi 11. Metode penilaian Persedian 12. Metode Akuntansi 13. Metode Penilaian Persedian 14. Pembelian Inventaris TAX EVASION (melanggar aturan) :

Irwansyah Lubis : Tax Evasion adalah upaya/rekayasa pajak dengan cara melanggar undang-undang yang berlaku (dianggap berada diluar bingkai ketentuan perpajakan) dengan maksud melepaskan diri dari membayar pajak yang sebenarnya atau mengurangi dasar pengenaan pajak atau dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya seperti memanipulasi data sehingga kewajiban membayar pajak ditekan sekecil mungkin Beberapa Kejahatan Dibidang Perpajakan :

Pada pasal 38 UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP yang disebabkan oleh karena kealpaan antara lain :

1. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan 2. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap , atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13APada pasal 39 UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP yang disebabkan oleh karena kesengajaan antara lain :1. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak 2. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan pengusaha Kena Pajak 3. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan 4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap 5. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29

Beberapa Kejahatan Dibidang Perpajakan :

1. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya 2. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperhatikan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain3. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya 4. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperhatikan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain5. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11)6. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara Ancaman Hukuman :

1. Didenda 2. dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun karena kealpaan3. dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar karena kesengajaan4. ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan, karena kesengajaan5. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan KESIMPULAN

1. Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh Wajib pajak untuk menyusun aktivitas keuangan guna mendapatkan pengeluaran (beban) pajak yang minimal. Secara teoritis tax planning bertujuan untuk menghemat pajak (tax saving)2. Tax Avoidance adalah upaya/rekayasa Tax Affair yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan yang berlaku Lawfull ( Irwansyah Lubis ).

Tax Avoidance adalah : Penghindaran pajak merupakan upaya penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan perundangan ( Arnold dan McIntyre ).

3. Tax Evasion adalah upaya/rekayasa pajak dengan cara melanggar undang-undang yang berlaku (dianggap berada diluar bingkai ketentuan perpajakan) dengan maksud melepaskan diri dari membayar pajak yang sebenarnya atau mengurangi dasar pengenaan pajak atau dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya seperti memanipulasi data sehingga kewajiban membayar pajak ditekan sekecil mungkin ( Irwansyah Lubis ).

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

2. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

3. Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang pajak pertambahan nilai dan pajak pertambahan nilai atas barang mewah.

4. Suandy Early, Tax Planning, Salemba Empat.

5. Brian J. Arnold ( International Tax Primer , 1995 ), International Taxation

6. IBFD International Tax Glossary 5th Ed. 2005.

ANALISIS AKUNTANSI PEMBAGIAN SISA HASIL

USAHA (SHU) PADA KONPERASI PENGRAJIN

TAHU TEMPE INDONESIA (KOPTTI) SARI JAYA

Budi Lesmana

Dosen Tetap Program Studi Akuntansi

Politeknik Lp3i Bandung

[email protected]

ABSTRACT

This writing is entitied Analisis Akuntansi Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU) pada koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPPTI) SARI JAYA which in its presentasion writer try to train herself how far writer knows about dividend.

From existing item in this writing will be discussed about how is the dividend accounting process, dividend allocation and journal for dividend system for business profit distribution. Started from research background, theoretical framework, research method including company history and problem solveing analisis has been toward done by writer in reaserch

In this writing writer start from preparation, date collecting until reporting. From all, finally writer take a conclusion that can become the consideration for the fox of wrong procedure to be not occurred again.Keyword : Cooperative, Distribution, Occurred

LATAR BELAKANG PENELITIAN

Koperasi di Indonesia merupakan badan usaha yang terdapat mengerakan ekonomi naik secara individu maupun dalm kelompok masyarakat. Selain itu jasa koperasi juga sudah banyak dirasakan masyarakat dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat. Maka sudah selayaknya koperasi sebagai salah satu badan usah yang dikelola bersama untuk kepentingn bersama harus di kedepankan sebagai penyelamat kehidupan baik dari segi social maupun ekonomi masyarakat banyak. Tujuan utama koperasi Indonesia Indonesia adalah mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Koperasi adalah badan usaha yang berbadan hukum berlandaskan kerakyatan dan juga sebagai alat pemberdayaaan ekonomi rakyat seringkali dihadapkan pada tantangan yang sangat besar dan dengan sendirinya tentu akan menghambat tercapainya tujuan koperasi secara optimal.

Selain itu kendala yang dihadapi dalm mengelola koperasi selama ini adalah kemampuaan para pengurus dalam mengelola koperasi dimana factor utamanya adalah keterbatasan kemampuaan para pengelola dalam memahami apa itu koperasi dan bagaimana manajemen berkoperasi.

Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA yang berlokasi di jalan Sukarno - Hatta Nomor 220 Bandung ini dalam kegiatannya, koperasi ini hanya menjalankan unit usaha jasa simpan pinjam saja. Dalam menjalankan aktivitasnya, modal yang ada pada koperasi ini tidak hanya berasal dari modal sendiri yaitu simpanan Pokok, simpanan Wajib dan simpanan sukarela tetapi juga moal yang berasal dari pihak lain. Diantaranya pinjaman pada anggota atau calon anggota dan juga pinjaman kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Selain kurangnya kepercayaan anggota, keterbatasan pengetahuan para pengelola dalam memahami apa itu koperasi dan bagaimana manajemen berkoperasi jug amenjadi penghambat perkembangan koperasi secara optimal.

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah penulis paparan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya :

1. Apakah perhitungan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia(KOPTTI) SARI JAYA. Sudah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ?

2. Apakah Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada anggota koperasi sudah wajar?

3. Apakah proses pencatatan dan pelporan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA sudah wajar dan sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan( PSAK)

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah alokasi pembagian SHU pada KOPTTI SARI JAYA Sudah Sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

2. Untuk mengetahui apakah pembagian Sisa Hasil usaha (SHU) kepada anggota koperasi sudah sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga ?

3. Untuk Mengetahui apakah proses pencatatan Sisa Hasil Usaha ( SHU) sudah sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi (PSAK)?

MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat Penelitian ini adalah :

1. Bagi Koperasi, dapat dijadikan sebagai bahan untuk menembah pengetahuan tentang tata cara pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)?

2. Bagi Penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang koperasi.

3. Bagi masyarakat umum, sebagai bahan informasi tambahan bagi para peneliti lain pada judul yang sama pada masa yang akan datang.

PENGERTIAN KOPERASI

Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secra sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan mereka, melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokrasi.

Disamping itu, koperasi juga berfungsi sebagai wadah untuk mengorganisir pendayagunaan dan pemanfaat tan sumberdaya yang dimiliki anggota koperasi.

Menurut Rudianto (2006 : 2) Pengertian Koperasi yaitu:

Badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya ekonomi para anggotanya atas dasar pinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah jerja pada umumnya. Dengan demikian koperasi merupakan gerajan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional

Sementara itu menurut pasal 1 Undang-undang nomor 25 tahun 1992 yang dikutip dalam buku Manajemen Koperasi Simpan Pinjam ( 2007: 20) Pengertian Koperasi yaitu :

Badan usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan hukum koperai dengan melandaskan kegiatannya bedasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakayt yang berbesar atas asas kekeluargaan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(2004:27.1) Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatab dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggoat pada khususnya dan masyarakat darah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.

PRINSIP-PRINSIP KOPERASI

Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usaha sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip prinsip tersebut terdiri atas kemandirian, kenggotaan bersifat terbuka, pengelolaan dilakukan secar demokratis, pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secar adil sebanding dengan dengan besarnya jasa usah masing-masing anggota.

Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman dagi koperasi koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik. Prinsip-prinsip koperasi Berdasarkan Rapat Anggota ICA ( ICA General Assembly) pada September 1995 yang dikuti dalam buku Koperasi : Asas-asas, teori dan praktik (2004,46) yaitu :

1. Keanggotaan yang sukarela dan terbuka.

2. Pengawasan demokratis oleh anggota

3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi

4. Oltonomi dan kemandirian

5. Pendidikan, pelatihan dan penerangan

6. Kerjasama antar koperasi

7. Kepedulian terhadap masyarakat.

KARAKTERISTIK KOPERASI

Menurut Drs. Abakin,SE.,AK (2007:2) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Memiliki Karakteristik seperti berikut ini :

Koperasi dimiliki oleh anggota atas yang tergabung atas yang tergabung dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan dan demokrasi.

1. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya dan masyarakat sekitarnya.

2. Tugas pokok badan usah koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.

3. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka, kelebihan kemapuan pelayanan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota.

PENGERTIAN SISA HASIL USAHA.

Sisa Hasil usaha menurut IAI dalm Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ( 2004 : 27.4) Sisa hasil usaha ( SHU) adalah gabungan dari hasil partisipasi neto dan laba atau rugi kotor dengan nonanggota , ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi.

Sejarah Singkat

Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA beralamatkan jalan Sukarno - Hatta nomor 220 Bandung. Koperasi ini didirikan pada tanggal 5 Agustus 1979 dihadapan Pelaksana Tugas Kepala Sub Dinas Koperasi Usaha Kecil menengah Kota Bandung, dan telah disahkan oleh Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya Nomor : 632/PAD/KWK.4/5.i/XII/1996. Pada tanggal 31 desember 2009 Koperasi ini beranggotakan 47 orang.

Bidang Usaha

Sampai tanggal 31 Desember 2009 aktivitasi usaha yang dikelola oleh koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA. Adalah menjalankan usaha simpan pinjam.

Kebijakan Akuntansi

Untuk membantu pihak yang berkepentingan dalam mengevaluasi laporan keuangan, dijelaskan Koperasi Pengrajin Tahu Tempe (KOPTTI) SARI JAYA kota Bandung adalah sebagai berikut :

Piutang

Piutang per 31 Desember 2009 disajikan sebesar nilai nominalnya, penyisihan piutang tak tertagih yang dilakukan karena koperasi mengambil kebijaksanaan penghapusan langsung apabila piutang tersebut benar-benar tidak dapat tertagih lagi yang diakibatkan meninggal dunia pada masa jatuh tempo.

Aset Tetap

Seluruh aset tetap dinilai atas dasar harga perolehannya, dan semua aktivatetap disusutkan berdasarkan manfaat ekonomis dengan mengunakan metode garis lurus.

Pembagian Sisa Hasil Usaha

Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta dari hasil rapat Anggota Tahunan tahun buku 2008, ditetapkan distribusi pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) diatur sebagai berikut :

1. Cadangan

: 20 %

2. Anggota Berdasarkan pembandingkan simpanannya: 30 %

3. Anggota berdasarkan perbandingan jasanya : 25 %

4. Dana Pengurus

: 10 %

5. Dana karyawan

: 5 %

6. Dana Pendidikan

: 5 %

7. Dana Sosial

: 2,5 %

8. Dana pembangunan

daerah kerja

: 2,5 %

Perhitungan Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)

Sisa Hasil Usaha biasanya digunakan untuk dana cadangan, jasa simpanan, jasa usaha dan pendidikan dana pengurus dan pangawas, dan kesejahteraan karyawan serta dana social dan lain-lain. Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh Kioperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA pada tahun 2009 dibagi sesuai dengan presentase yang ditetapkan Anggaran Dasar dan atau Rapat Anggota Tahunan(RAT). Dapat dilihat konsep dana pembagian SHU tahun 2009 pada KOPTTI SARI JAYA berikut ini :

1. Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia ( KOPTTI) SARI JAYA adalah pendapatan yang diperoleh dalam tahun buku 2009 yang sudah dikurangi denagn penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku 2009

2. Sisa Hasil Usaha ( SHU) yang sudah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi dan digunakan untuk keperluaan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.

3. Berdasarkan penumpukan dan cadangan pada Koperasi Pengrajin Tahu tempe Indonesia ( KOPTTI) SARI JAYA telah ditetapkan dakm Rapat Anggota.

Dan ditetapkan distribusi pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia(SHU) SARI JAYA tahun 2009 diatur sebagai berikut :

1. Cadangan

20 %

2. Anggota berdasarkan perbandingan simpanannya 30 %

3. Anggota berdasarkan perbandingan jasanya 25 %

4. Dana pengurus

10 %

5. Dana Karyawan

5 %

6. Dana Pendidikan

5 %

7. Dana sosial

2,5 %

8. Dana Pembangunan

daerah kerja

2,5 %

Berikut ini dapat dilihat besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh Koperasi Pengrajin tahu tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA selama tahun 2008 2009.

LAPORAN SISA HASIL USAHA

Periode yang berakhir :

31 Des 200831 Des 2009

Pendapatan

Pend. Jasa PinjamanRp. 35.966.200Rp. 50.079.500

Pend. ProvisiRp. 2.697.000Rp. 4.855.000

Pend. Jasa Bank & LainyaRp. 662.567Rp. 908.897

Total PendapatanRp. 39 .325.767Rp. 55.843.397

Beban Operasional

Beban KaryawanRp. 3.600.000Rp. 4.800.000

Beban PerlengkapanRp. 415.000Rp. 485.000

Beban TransportasiRp. 100.000Rp. 150.000

Beban Adm. PinjamanRp. 206.000Rp. 350.000

Beban PengurusRp. 1.200.000Rp. 1.200.000

Beban RATRp. 750.000Rp. 1.200.000

Beban SekretariatRp. 900.000Rp. 1.800.000

Beban PenyusutanRp. 125.000Rp. 162.500

Beban Lain-lainRp. 50.000Rp. 48

Total Beban OperasionalRp. 7.346.000Rp. 10.147.548

SHU atas UsahaRp. 31. 979.767Rp. 45.695.849

Pajak Penghasilan--

Sumber : KOPTTI SARI JAYA Bandung

Dari data yang diperoleh koperasi dapat dilihat besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Tahun 2009 yang sebesar Rp. 45.695.849 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yang berjumlan Rp. 31. 695.849,-.

Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)

Untuk pembagian SHU di KOPPTI SARI JAYA sudah wajar karena jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diterima anggota dihitung Berdasarkan jumlah simpanan pokok,simpanan wajib dan simpanan sukarela masing-masing anggota serta sesuai dengan jumlah jasa anggota yang terlibat dalam koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA. Besarnya sisa hasil usaha (SHU) bagi anggota yang hanya mempunyai simpanan saja dihitung berdasarkan jumlah simpanan anggota yang bersangkutan dibagi dengan total simpanan seluruh anggota yang bersangkutan dibagi total simpanan seluruh anggota dan dikalikan dengan jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dialokasikan untuk jasa modal.

Kesimpulan

1. Koperasi Pengrajin Tahu Tempe indonesia ( KOPTTI) SARI JAYA merupakan koperasi yang bergerak dalam usaha simpan pinjam yang sedang berkembang da dalam proses penyusunan laporan keuangannya suda dapat dikatakan wajar selain itu alokasi pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) juga sudah sesuai dengan AD/ART

2. Pembagian SHU telah dilakukan sesuai dengan AD/ART yang telah disepakati dalam RAT

3. Dalam proses pencatatan dan perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

4. Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) SARI JAYA belum menyajikan laporan promosi ekonomi anggota dan laporan arus kas yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, saran yang dapat disampaikan oleh penulis agar dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dapat dipertimbangkan kembali dalam laporan penanggung jawab pengurus pada tutup buku antara lain :

1. Agar pengurus dapat meningkatkan kinerjanya semaksimal mungkin dalam membangun KOPTTI SARI JAYA ini agar kedepannya koperasi ini dapat lebih berkembang dan dapat memberikan manfaat yang cukup untuk anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

2. Perlunya sosialisasi kepada anggota untuk meningkatkn tabungan, sehingga koperasi tidak hanya berpperan sebagai tempat untuk meminjam uang, tetapi juga tempat untuk menabung .

DAFTAR PUSTAKA

Abakin, Pengantar Akuntansi, Penerbit Multiriawsarana, Bandung, 2006

Hendar dan kusnadi, Ekonomi Koperasi, lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Selemba Empat, Jakarta,2007.

Sunarto, SE,MM.,Manajemen Koperasi, Amus cetakan Pertama, Yogyakarta,2006

ANALISIS ATAS PEMOTONGAN ,PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN AKUNTANSI PPH PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. BANK MANDIRI CABANG DAGO BANDUNG

Henny UtarsihDosen Tetap Administrasi Bisnis

ABSTRAKSalah satu kontribusi pajak dalam membantu pembangunan nasional adalah Pajak Penghasilan (PPh) 21 . Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT . BANK MANDIRI CABANG DAGO BANDUNG telah menerapkan perhitungan , pemotongan dan pelaporan perpajakan sesuai ketentuan , valid dan menerapkannya secara akuntansi perpajakan baik pada laporan keuangan , dengan menggunakan menggunakan peraturan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PT. Bank Mandiri Cabang Dago Bandung sebagai BUMN adalah salah satu penghasil,Pajak Pengahasilan Pajak 21 untuk pegawai tetap , berupa gaji ,upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak , orang pribadi dalam negeri pemerintah Indonesia sehubungan denga pekerjaan atau jabatan jasa dalam suatu kegiatan.

Identifikasi masalah

1.Bagaimana pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap di PT. Bank Mandiri Cabang Dago Bandung.

2.Bagaimana pelaksanaan pencatatan akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap di PT. Bank Mandiri Bandung.

3.Kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Cabang Dago Bandung dalam pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 dan pencatatan akuntansi atas penghasilan pegawai tetap.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan ,pencatatan akuntansi pajak dan kendala yang dihadapi oleh di PT. Bank Mandiri Cabang Dago Bandung KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1. Dasar hukum Pajak penghasilan Pasal 21 diatur pada UU dan Peraturan Menteri Keuangan lainnya yangberkaitan dengan Pajak Penghasilan PPH pasal 21 .

2. Tata Cara Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap terlebih dahulu menghitung penghasilan neto sebulan dengan cara mengurangkan penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan dan iuran pensiun . Yang termasuk penghasilan bruto adalah gaji plus tunjangan-tunjangan lain sebulan tetapi tidak termasuk imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan.

a. Besarnya biaya jabatan adalah 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008.b. Besarnya biaya pensiun adalah 5% dari Penghasilan Bruto, dengan batas maksimal Rp 200.000,00 sebulan atau 2.400.00,00 setahun. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008.2. Menghitung penghasilan neto setahun dengan cara penghasilan neto sebulan dikalikan 12 bulan.

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 dipotong oleh pemberi kerja pada saat pembayaran imbalan .

Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21

Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro atau tempat lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak, selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21

Setelah pemotong pajak menyetor dan melunasi Pajak Penghasilan Pasal 21 maka Wajib Pajak diwajibkan untuk melaporkan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang tersebut dengan cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) masa ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pemotong pajak terdaftar dengan melampirkan :

a. Daftar bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21.

b. Surat Setoran Pajak (SSP).

Wajib Pajak mendapatkan bukti pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Pasal 21 terlambat dilampirkan maka akan dikenakan sanksi keterlambatan tersebut yaitu untuk SPT Masa sebesar Rp 100.000.Akuntansi Pajak Penghasilan

Dasar Akuntansi Pajak

Dasar hukum Akuntansi Pajak Penghasilan adalah PSAK No. 46 bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk Pajak Penghasilan, yaitu cara mempertanggung jawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang Akuntansi merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menyediakan laporan dan informasi keuangan serta informasi lain kepada manajemen atau pihak-pihak lain yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan guna merumuskan kebijakan atau keputusan tertentu bagi perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan. Didalam perpajakan, istilah akuntansi dikenal dengan nama pembukuan yang merupakan proses dari pencatatan atas transaksi yang terjadi yang dilakukan secara teratur guna mengumpulkan data dan informasi keuangan berupa harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa.Peranan Akuntansi Pajak

Akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi komersial. Secara umum akuntansi komersial disusun dan disajikan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun untuk kepentingan perpajakan seperti keperluan pelaporan dan pembayaran pajak, akuntansi komersial harus disesuaikan dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, setidaknya ada 2 laporan yang disusun oleh wajib pajak, yaitu laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Untuk menyusun sebuah laporan keuangan fiskal harus melalui proses penyesuaian (Koreksi Fiskal) dan rekonsiliasi antara praktek akuntansi dengan ketentuan perpajakan.

Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, pemerintah khususnya Direktorat Jendral Pajak sangat memerlukan informasi ekonomi yang digunakan sebagai dasar menetapkan besarnya pajak terutang. Oleh karena itu, perlu adanya akuntansi pajak penghasilan yang merupakan suatu sistem informasi yang menyajikan laporan keuangan dan informasi ekonomi untuk menghitung dan menetapkan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dan besarnya pajak yang terutang berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21

Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang KUP menyatakan bahwa pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Secara umum, laporan keuangan dimulai dari pencatatan dokumen-dokumen dasar yang terjadi dalam sebuah transaksi kedalam buku harian atau jurnal harian. Kemudian jurnal harian tersebut dimasukan (posting) ke dalam buku besar. Pada akhir periode, dari buku besar disusun neraca saldo sebelum penyesuaian. Pada akhir tahun dilakukan penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi sebenarnya dan catatan penutup (closing entries) maka disusunlah sebuah neraca saldo setelah penyesuaian dari neraca ini baru diperoleh laporan keuangan komersial. Untuk kepentingan perpajakan, laporan keuangan komersial harus disesuaikan dengan ketentuan pajak yang berlaku sehingga diperoleh sebuah laporan keuangan fiskal yang lebih dikenal dengan sebutan rekonsiliasi fiskal.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses awal dari penyusunan sebuah laporan keuangan dimulai dari pencatatan berikut ini:

1 Pada saat pembayaran gaji dan iuran lainnya

TanggalNama AkunDebet (Rp)Kredit (Rp)

Biaya Gajixxx

Iuran Pensiun Terutangxxx

PPh Pasal 21 Terutangxxx

Kasxxx

Sumber: Perpajakan dan Akuntansi Pajak

2 Pada saat penyetoran pajak & iuran lainnya

TanggalNama AkunDebet (Rp)Kredit (Rp)

PPh Pasal 21 Terutangxxx

Iuran Pensiun Terutangxxx

Kasxxx

Sumber: Perpajakan dan Akuntansi PajakPEMBAHASAN

Pencatatan ayat jurnal diatas adalah pencatatan terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong dan disetorkan oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja yang merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, sehingga pada akhir tahun pajak pegawai tersebut tidak diwajibkan menyampaikan SPT Tahunan.

PT. Bank Mandiri yang berperan sebagai pemberi kerja yang membayarkan gaji, honorarium, upah, tunjangan dan imbalan lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai tetapnya. Selain itu, PT. Bank Mandiri mempunyai kewajiban menjadi penghitung dan pemotong Pajak Penghasilan pasal 21 atas gaji yang diterima oleh pegawai tetapnya. Pelaksanaan penghitungan Pajak Penghasilan pasal 21 pada PT. Bank Mandiri dilaksanakan pada saat sebelum pegawai tetap menerima gaji atau penghasilannya. Sedangkan pemotongan dilaksanakan pada saat pegawai tetap menerima gaji atau penghasilannya. Pegawai tetap pada PT. Bank Mandiri Bandung Cabang Dago berjumlah 12 orang sepanjang tahun 2010. PT. Bank Mandiri mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yaitu 02. 166.761.3-425.000.

Cara penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai petunjuk tata cara pemotongan Pajak Penghasilan pasal 21 atas pegawai tetap sebagaimana untuk menentukan besarnya penghasilan neto pegawai tetap, penghasilan bruto dikurangi dengan:

1. Biaya jabatan yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun atau Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan.

2. Iuran yang terikat pada gaji kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT) kepa