jurnal informasi sejarah dan kekuasaan dalam pandangan nietzsche
DESCRIPTION
JURNAL INFORMASI Sejarah Dan Kekuasaan Dalam Pandangan NietzscheTRANSCRIPT
SEJARAH DAN KEKUASAAN DALAM PANDANGAN NIETZSCHE1
Taat Wulandari2
Abstrak
Sejarah seringkali mendapat predikat sebagai bidang ilmu yang kurang
mempunyai makna penting bagi kehidupan. Padahal dengan mempelajari sejarah,
mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sebelumnya dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi manusia untuk berbuat di masa yang akan datang.
Sejarah selalu berkaitan dengan kekuasaan. Siapa yang kuat maka dialah yang
membuat sejarah. Sehingga sejarah sulit sekali mencapai tingkat obyektivitasnya.
Sementara kasus dimana sejarah sering ditulis sesuai kemauan siapa yang berkuasa
banyak sekali contohnya. Tujuan penulisan artikel ini adalah menggali kemudian
memperkenalkan makna sejarah dan kekuasaan dari hasil pemikiran yang
disodorkan oleh seorang filsuf Jerman, yaitu Nietzsche.
Pendahuluan
Banyak anggapan bahwa pemikiran Nietzsche yang dahsyat dan menjulang
adalah kompensasi dari kenyataan dirinya yang berfisik lemah, tidak berdaya, dan
sakit-sakitan, untuk kemudian ia divonis gila. Bahkan ada pula yang mengatakan
serta menilai karya-karyanya sebagai ungkapan dan letupan kegilaannya. Memang
benar bahwa Nietzsche seringkali berada dalam perawatan rumah sakit jiwa, akan
tetapi anggapan-anggpan itu akan berubah apabila kita mengetahui riwayat hidup
serta perkembangan pemikirannya.
1 Artikel Dimuat dalam Jurnal Informasi. No. 1 Tahun XXXIII, 2007. ISSn 0126-1650 2 Staf pengajar pada jurusan pendidikan sejarah fakultas ilmu sosial UNY
Nietzsche lahir pada tanggal 15 Oktober 1844 di Rocken, Propinsi Saxony,
Prusia, dari sebuah keluarga Protestan. Ayahnya Ludwig Nietzsche adalah seorang
pendeta dan kakeknya seorang guru besar teologi., maka dapat dimengerti tentu saja
Nietzsche dididik secara religius dan penuh disiplin moral dan agama.3
Perkembangan pemikiran Nietzsche dapat digolongkan ke dalam tiga periode.
Periode pertama, Nietzsche lebih menitikberatkan pemikirannya dalam bidang seni
dan musik, pada waktu itu ia menganut suatu pandangan dunia yang pesimistis.
Periode kedua ia memutuskan hubungan dengan Richard Wagner. Ia mulai bersikap
kritis terhadap metafisika dan kesenian serta menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Periode ketiga ia lebih kelihatan agresif, relatif, dan pragmatis.
Sepanjang periode kehidupan Nietzsche tersebut banyak sekali buku-buku yang
dihasilkannya. Ironisnya justru pada periode akhir kehidupannya ia sangat produktif
menghasilkan karya. Tema kegunaan dan kerugian sejarah bagi kehidupan terdapat
dalam bukunya Unzeitgemase Betrachtungen bagian yang kedua.4
A. Konsep Nietzsche tentang Sejarah
Dalam pandangan Nietzsche manusia adalah makhluk yang mempunyai
kesadaran terhadap dirinya sendiri. Ia sadar bahwa ia hidup dan pasti akan mati.
Kesadaran inilah yang membedakan manusia dengan binatang.
3 Chairul Arifin, Kehendak Untuk Berkuasa Friedrich Nietzsche, Jakarta: Erlangga, 1986,
hlm. 2. 4 St. Sunardi, Nietzsche, Yogyakarta: LkiS, 1996, hlm. 18.
Karena menusia memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri itulah
sebabnya manusia tidak saja memperhatikan hidup, tetapi apakah hidupnya baik
atau buruk. Hidup bukanlah segala-galanya yang terjadi kepada manusia,
kehidupan adalah sesuatu yang melibatkan manusia di dalamnya dengan
berdasar kepada nilai-nilai yang harus diikuti oleh manusia. Eksistensi manusia
di sini dipandang sebagai suatu tugas. Nietzsche mengartikan eksistensi manusia
sebagai suatu tugas. Ia menyebutnya sebagai tugas hidup.
Pada pembahasan ini menjelaskan hubungan antara hidup dan
pengetahuan sejarah. Pencarian pengetahuan dan kebenaran merupakan bagian
dari tugas eksistensi, dengan menerima nilai-nilai yang kemudian disatukan ke
dalam tugas yang merupakan bagiannya. Tetapi bagaimana jika berbagai
pengetahuan, beberapa kebenaran, harus dibuktikan? Lalu bagaimana, dengan
menerima pengetahuan , maka akan dihadapkan dengan dua alternatif: tahu
tentang kebenaran dan mati atau hidup dan meninggalkan kesalahan? Menurut
Nietzsche maka akan menghadapi dua alternatif ini.
Tetapi apabila diberi pilihan untuk memilih antara hidup dan
pengetahuan, Nietzsche berpendapat bahwa tidak ada yang harus dipilih. Karena
jika ada pengetahuan yang dihancurkan maka hidup akan hancur dengan
sendirinya, karena pengetahuan merupakan syarat bagi hidup. Mungkin yang
harus dilakukan adalah hidup menurut keadaan aslinya, sesuai dengan kebenaran,
sehingga apabila kemudian mati tidak meninggalkan dosa akan kesalahan-
kesalahan selama hidupnya, dan sejarah juga tidak akan tercemar dengan
kepalsuan-kepalsuan.
Abad ke-19 telah menemukan sejarah dan seluruh penelitian yang
terjadi kemudian. Penemuan ini tidak hanya sekedar menemukan serangkaian
fakta tentang masa lalu melainkan penemuan dari manusia sejarah, manusia,
tidak sama dengan binatang, manusia adalah makhluk yang memiliki sejarah.
Sejarah adalah rekaman dari hasil dirinya sendiri, yaitu kegiatan makhluk
bersejarah dalam menemukan kembali masa lalu ke masa kini untuk
mengantisipasi masa yang akan datang.5 Dengan ketidakhadiran penuh dalam
kegiatan ini manusia akan mengecewakan umatnya, dengan mengatakan bahwa
sejarah adalah perlu. Menurut Nietzsche, sejarah sangat perlu, tetapi kalau
dipraktekkan maka akan mematikan.6 Oleh karena itu apakah perlu mempelajari
sejarah bagi hidup?.
Dalam Die Geburt der Tragodie (Lahirnya Tragedi) Nietzsche
menekankan kengerian-kengerian sejarah sebagai tantangan yang menyudutkan
orang lemah, sehingga ia berusaha menolak hidup. Hal ini juga nampak dari
pernyataannya dalam bukunya On the Advantage and Disadvantage of History
for Life , Nietzsche mengatakan bahwa sejarah hanya ditulis oleh orang-orang
yang kuat dan berpengalaman,7 sehingga jika tidak mempunyai pengalaman yang
5 Friedrich Nietzsche, On The Advantage and Disadvantage Of History for Life, Hackett Publishing Company, Inc. Indianapolis, Cambridge, 1980, hlm. 1. 6 Ibid., hlm. 2. 7 Ibid., hlm. 38.
tertinggi dan terbesar dari yang lainnya maka tidak tahu bagaimana untuk
menginterpretasikan sesuatu yang tinggi dan besar di masa lalu. Dapat dikatakan
hanya orang yang membangun masa depan yang akan tahu masa kini. Bagi orang
yang kuat, tantangan ini mendorongnya untuk menciptakan keindahan.8
Nietzsche mengemukakan bahwa sejarah berguna sejauh memasukkan
orang ke dalam keputusan yang mendalam, sehingga orang kuat dan sehat
melawan penderitaan dengan menciptakan keindahan. Secara singkat, dengan
mempelajari sejarah dapat mendorong orang untuk mengafirmasi sekaligus
menolak hidup.
Pemikiran Nietzsche tentang sejarah merupakan reaksi terhadap
zamannya. Pada waktu itu, orang sangat mengagungkan kesadaran sejarah atau
kesadaran terus menerus akan masa lampau. Dalam pandangan Nietzsche bahwa
pengetahuan tentang sejarah telah dijadikan idolisasi dan dijadikan substitusi
kebudayaan yang dihayati. Faktor lain yang mendorong Nietzcshe dalam hal ini
adalah teori evolusi Darwin, yang menyangkal adanya perbedaan mendasar
antara manusia dan binatang.
Untuk memahami pemikiran Nietzsche tentang sejarah, ada tiga kunci
yang diajukannya, yakni historis, ahistoris, dan supra-historis. Dua konsep yang
pertama yaitu historis dan ahistoris pembahasannya didasarkan pada masalah
kebahagiaan dan penderitaan.
8 St. Sunardi, op. cit., hlm. 18.
Menurut Nietzsche mempelajari sejarah lebih cenderung membuat orang
tidak bahagia. Pikiran manusia hanya akan dipenuhi dengan bayang-bayang
peristiwa yang telah terjadi. Baginya, baik yang historis maupun yang ahistoris
sama-sama diperlukan untuk kebahagiaan. Keduanya sama-sama diperlukan
untuk kesehatan bagi individu, suatu masyarakat, dan suatu kebudayaan.9 Oleh
karena itu, belajarlah bagaimana melupakan pada saat yang tepat dan mengingat
pada saat yang tepat juga.
Kalau orang hanya bersifat historis, hanya mau mengingat apa saja yang
terjadi di masa lampau, maka orang tersebut akan terjerumus ke dalam
ketidakberdayaan untuk hidup. Ketidakmampuan melupakan ini dapat
memenjarakan orang dalam situasi yang membuatnya tidak mampu untuk
mengambil keputusan dan ia tidak akan menjadi kreatif. Sebaliknya, orang yang
tidak mempunyai kesadaran akan masa lampau juga tidak normal. Cicero
mengatakan bahwa orang yang tidak ingat akan masa lampau akan seperti anak
kecil. Akibat yang ditimbulkannya adalah: ia tidak akan dapat mengatur dirinya
sendiri, merusak kesempatan-kesempatan untuk hidup terus, juga akan adanya
kebudayaan tanpa tradisi.
Nietzsche menunjukkan bahwa pada masa hidupnya, situasi zamannya
sudah didominasi oleh penyelidikan-penyelidikan historis. Bahkan ia menangkap
9 Nietzsche, op. cit., hlm. 10.
adanya hipertropi akan makna sejarah pada zamannya.10 Konsepnya yang lebih
penting adalah supra-historis.
Dalam pandangan Nietzsche manusia historis mempunyai keyakinan
dan harapan akan masa depan. Namun tidak demikian halnya dengan manusia-
manusia supra-historis. Manusia ini memandang keselamatan dan kebahagiaan
dalam proses. Baginya, dunia dipenuhi dan disempurnakan pada setiap saat dan
dengan demikian tujuan dapat dicapai setiap saat.
Nietzsche juga mengatakan bahwa nilai moral itu tidak bersifat supra-
historis. Sebaliknya, nilai seni tampak sebagai nilai yang tidak tergantung pada
perubahan sejarah.11 Hal ini dapat dilihat dari keindahan kebudayaan Yunani
yang masih dapat dirasakan sampai sekarang. Dengan demikian menunjukkan
bahwa nilai seni itu tidak berada di bawah perubahan, melainkan melampaui
sejarah.12
Pengertian tentang sejarah ini sangat penting untuk memahami
perkembangan pemikiran Nietzsche yang lain. Seperti gagasannya tentang
nihilisme. Nietzsche melihat nihilisme muncul akibat kecenderungan orang
memutlakkan nilai-nilai moral yang berkembang dalam sejarah, sehingga
Nietzsche menghendaki agar proses nihilisme ini dipercepat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejarah pasti dibutuhkan.
Sejarah sangat diperlukan untuk hidup dan bertindak, bukan untuk menghindari
10 Sunardi, op. cit., hlm. 19. 11 Ibid., hlm. 20.
kepuasan diri dari hidup dan berbuat, atau bahkan untuk menutupi hidup yang
egois dan pengecut.
Sejauh sejarah melayani hidup maka hidup juga akan melayaninya,
tetapi ada semacam kesepakatan dalam melakukan sejarah dan jika dihapuskan
maka akan terjadi kemunduran hidup, suatu fenomena yang sekarang sama
perlunya dan mungkin menyakitkan untuk membawa kepada kesadaran melalui
beberapa norma yang lebih longgar pada masa kita.
B. Analisis Pemikiran Nietzsche Tentang Kekuasaan Terhadap Sejarah Masa
Depan
Pengaruh Nietzsche memang cukup besar di kalangan filsuf-filsuf Barat
yang muncul kemudian. Pemikirannya yang waktu itu banyak diacuhkan oleh
hampir semua orang, tidak dapat yang memperkirakan bahwa akhirnya ia
termasuk filsuf yang paling berpengaruh atas kehidupan intelektual para pemikir
abad ke duapuluh.
Tulisan-tulisan Nietzsche telah banyak diterbitkan ke dalam berbagai
bahasa. Tulisannya banyak berjasa dalam bidang psikologi, walaupun ia tidak
pernah tampil dan menonjol sebagai ahli psikologi. Tulisan Nietzsche juga
banyak dikagumi sebagai karya sastra yang sangat bermutu dan memikat, dengan
kata-katanya yang dahsyat.
12 Ibid.
Dalam kaitannya dengan penulisan skripsi ini, pemikiran Nietzsche
yang lahir kira-kira pada abad ke-19, ternyata masih memiliki implikasi dengan
perkembangan sejarah pada abad berikutnya. Bagaimanapun juga pemikiran
Nietzsche ini dapat dijadikan titik balik dalam melihat situasi dunia saat ini.
Seperti diketahui bahwa inti dari seluruh ajaran Nietzsche adalah
kehendak untuk berkuasa, the will to power. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman
modern di mana kita hidup sekarang ini, ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang super canggih. Kemajuan suatu bangsa memang
diukur dengan kenyataan tersebut. Negara yang kuat adalah negara yang
memiliki teknologi canggih. Perkembangan pesat itu pula yang telah mengangkat
harkat dan martabat hidup manusia, tetapi bukanlah tanpa efek samping dan
implikasi yang menggerogoti seluruh aspek kehidupan kita.
Persaingan di antara negara-negara besar di dunia dalam mendapatkan
kekuasaan dan pengaruh sebesar-besarnya telah membuat kita membelalakkan
mata, karena persaingan itu ternyata telah menguasai seluruh segi kehidupan
manusia di zaman ini. Demikian juga dengan negara-negara yang sedang
berkembang, manifestasi dari kekuasaan lebih dominan, memegang peranan, dan
kiranya perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh.
Sejarah hanya dimiliki oleh manusia dan manusia adalah makhluk yang
dapat membuat hidup ini baik atau buruk, dunia ini mau hancur atau damai,
manusialah yang dapat menentukan dunia ini mau dijadikan apa dan mau ke
mana? Kajian-kajian terhadap pemikiran-pemikiran Nietzsche ini memang masih
sedikit di negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, tetapi tidak demikian halnya
dengan di Barat. Di mana tulisan-tulisan Nietzsche sangat banyak dikaji oleh
para pemikir di Barat. Namun pada hakekatnya setiap orang, seluruh masyarakat,
dan semua bangsa di dunia menunjukkan tingkah laku yang diilhami oleh
pemikiran Nietzsche yang paling mendasar, yaitu “kehendak untuk berkuasa”.
Lalu apa hubungannya pemikiran Nietzsche tersebut dengan sejarah di
masa yang akan datang? Hubungan ini tidak bisa lepas dari eksistensi manusia
sebagai makhluk sosial, yang hidup bersama-sama dengan orang lain. Dalam
pemikiran Nietzsche, kekuasaan dianggap sebagai sesuatu hal yang sangat
penting kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia. Hal ini karena
kekuasaan dipandang sebagai kemampuan manusia untuk merealisasikan segala
kehendaknya.
Dengan demikian manusia harus mampu untuk mendapatkan kekuasaan
yang sebesar-besarnya, dan di dalam setiap kehidupan bermasyarakat di
manapun manusia itu berada, bagi Nietzsche kekuasaan adalah mutlak
diperlukan bagi setiap manusia agar ia dapat melangsungkan atau melaksanakan
kehidupannya dengan baik di dunia.
Paham kekuasaan inilah yang menunjukkan relevansinya dalam abad
ke-20 ini dan abad-abad berikutnya. Jika paham ini sudah meracuni setiap
pikiran orang yang berpandangan sempit maka sejarah dunia ini akan diwarnai
dengan segala bentuk eksploitasi terhadap mereka yang lemah. Seperti apa yang
dilihat dalam dunia sekarang ini, selalu terdapat dua bentuk kekuasaan yang
saling bertentangan dan bersaing dengan tidak henti-hentinya, yaitu dua bentuk
negara adikuasa. Dengan hancurnya satu negara adikuasa sehingga untuk saat ini
tinggal satu negara adikuasa, yang semakin bertindak sebagai “polisi dunia”.
Keadaan ini bertambah luas perbedaannya dengan adanya pembedaan di segala
hal, yaitu adanya blok Barat dan blok Timur.
Setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah diketemukan atau
dicapai manusia, pada kenyataannya selalu diciptakan dan dilaksanakan untuk
memperbesar kekuasaannya terhadap negara, membuat negara lain untuk tunduk
dan taat kepadanya. Makin maju teknologi pembangunan dunia makin maju pula
teknologi pemusnahannya.
Situasi atau iklim dunia yang penuh dengan ketegangan, kekerasan, dan
permusuhan kini menjadi sajian sehari-hari dalam mass media. Dalam layar
televisi hampir setiap hari membentangkan panorama dengan adegan-adegan
perang dan pemusnahan, koran-koran atau majalah-majalah memuat gambar-
gambar yang menampilkan akibat-akibat penggunaan kekuasaan dalam sengketa
antara bangsa-bangsa di dunia yang tak pernah kunjung padam.
Hal tersebut mengakibatkan dampak sendiri-sendiri bagi setiap manusia.
Manusia yang pesimistis terhadap situasi dunianya yang penuh dengan
kekerasan, akan menganggap bahwa tidak ada jalan lain atau alternatif lain
kecuali membiarkan saja segala proses berjalan sampai mencapai titik kejenuhan
sendiri. Tetapi bagi mereka yang optimis akan tanggap terhadap keadaan dan
berpikir bagaimana menciptakan situasi atau keadaan yang memungkinkan
tersalurnya dorongan kehendak untuk berkuasa itu menjelma sebagai suatu
kreativitas.
Terlebih lagi mereka yang banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
Nietzsche yang menjadikan kekuasaan sebagai modal utama bagi hidup manusia,
akan semakin menggunakan kekuasaan untuk menindas mereka yang lemah.
Nietzsche menganggap bahwa dalam hidup ini yang kuatlah yang akan menang,
dan kebajikan utama dalam kehidupan adalah kekuatan, maka dapat diduga apa
yang akan terjadi di masa depan apabila asas yang demikian dikembangkan dan
dilaksanakan dalam kehidupan manusia, masyarakat, dan bahkan dijadikan asas
dasar suatu negara.
Kalau melihat perkembangan persenjataan di dunia sekarang ini, akan
semakin jelas kelihatan bahwa jika manusia benar-benar diserahkan kepada
dirinya, dan perang merupakan pilihan atau suatu fenomena yang wajar serta
merupakan satu-satunya keharusan mutlak dalam mengatasi segala permasalahan
yang timbul antar bangsa, maka dapat dibayangkan bagaimana nasib serta
eksistensi manusia serta kelangsungan hidupnya. Kemungkinan terbesar adalah
kehancuran yang telah menunggu seluruh umat manusia ini. Apa yang terjadi di
dunia dewasa ini ialah bahwa banyak orang-orang biasa yang tidak sempat
berpikir mengapa penggunaan kekuasaan yang merajalela seolah-olah menjadi
selera dunia yang maju.
Memang kekuasaan merupakan sebab manusia hidup tidak tenang.
Selama masih ada manusia hidup bersama dengan manusia lain, maka di situ
pula akan timbul suatu pertentangan dan perbedaan pendapat. Segala sesuatunya
terpulang kepada manusia itu sendiri. Tinggal bagaimana itikad manusianya itu
sendiri dalam mengartikan dan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya. Jika
Nietzsche justru menghilangkan norma-norma yang lebih tinggi, seperti tuhan,
agar manusia dapat mencipta dan bertindak untuk mewujudkan tujuan hidupnya,
kiranya ajaran ini yang perlu ditelaah sungguh-sungguh bagi mereka yang
mengkaji ajaran-ajarannya. Andaikata manusia dapat sampai kepada tujuannya
dengan perantaraan kekuasaannya saja, maka tentu Tuhan tidak perlu
menurunkan ajaran dan bimbingan kepada serentetan rasul dan nabi untuk
kepentingan umat manusia. Kepercayaan kepada Tuhan, dalam bermacam-
macam bentuknya, telah mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.
Penutup
“Certainly we need history. But our need for history is quite different from that of the spoiled idler in the garden of knowledge, even if he in his refinement looks down on our rude and graceless requirements and needs. That is, we require history for life
and action, not for the smug avoiding of life and action, or even to whitewash a selfish life and cowardly, bad acts. Only so far as history serves life will we serve it,
but there is degree of doing gistory and an estimation of it which brings with it a withering and degenerating of life, a phenomenon which is now as necessary as it
may be painful to bring to consciousness through some remarkable symptom of our age.
Dari ungkapan Nietzsche seperti dikutip di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa sejarah sangat diperlukan untuk mengambil setiap tindakan
dalam kehidupan ini, tentu saja dengan bercermin dari nilai-nilai bijak dari
peristiwa-peristiwa masa lampau. Pengalaman itu bisa untuk pelajaran setiap
individu siapa pun dirinya dan apa pun kedudukannya. Apalagi bagi mereka yang
menduduki posisi pengambil kebijakan, pemimpin negara misalnya. Tetapi
sepertinya tidak ada seorang pemimpin yang mampu bercerrmin dari sejarah.
Kebanyakan dari mereka justru menggunakan kekuasaannya untuk menodai
sejarah.
Sebenarnya, ajaran Nietzsche tentang paham kekuasaan ini dapat
dijadikan faktor pendorong bagi manusia untuk dapat mewujudkan cita-citanya
menjadi orang yang memiliki kekuatan. Tetapi semua itu harus dilakukan dalam
bingkai norma-norma agama, bukan justru sebaliknya, dengan meniadakan
norma-norma yang tertinggi, norma agama. Sehingga orang yang telah berkuasa
menggunakan kekuasaan dan kekuatan itu untuk menciptakan kehidupan yang
lebih baik, bukan dijadikan senjata untuk menindas mereka yang lemah, karena
bila kekuasaan digunakan secara sewenang-wenang, maka sejarah kehidupan
manusia akan terus dipenuhi dengan penderitaan dan tangisan mereka yang tidak
memiliki kekuasaan. Apabila orang kuat-lah yang berhak untuk berkuasa, maka
tidak mustahil sejarah akan bersifat subyektif selama-lamanya. Sejarah akan
selalu digunakan untuk kepentingan penguasa. Akibatnya, segala sesuatunya
juga akan bersifat subyektif dan hal ini tidak pantas untuk dibanggakan.