jurnal fajar al-habibi
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia L.) SEBAGAI OVISIDA Aedes aegypti Linn.
FAJAR AL-HABIBIFakultas Kedokteran Universitas Lampung
ABSTRAK
World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) tertinggi di Asia Tenggara. DBD, penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui perantara nyamuk Aedes aegypti, dapat dicegah dengan mengendalikan vektor nyamuk tersebut. Insektisida botani yang lebih alami dan ramah lingkungan dirasa lebih aman karena memiliki residu yang pendek. Tanaman yang bersifat insektisida botani biasanya mengandung senyawa bioaktif seperti terpenoid, fenilpropan, alkaloid, asetogenin, steroid dan tannin. Penelitian efektivitas ekstrak daun Legundi (V. trifoliai L.) sebagai ovisida Aedes aegypti. Waktu penelitian bulan Nopember-Desember 2012 dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Pengujian aktivitas pengatur perkembangan ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.) mengikuti pedoman jurnal vektora (2008) dilakukan terhadap telur Aedes aegypti. Pada akhir penelitian, pengaruhnya dinilai dari kosentrasi 1% ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.) menyebabkan terhambatnya daya tetas telur Aedes aegypti. Pada perlakuan lainnya (kosentrasi 0%, 0,1%, 0,3%, 0,5% dan 0,7%), rerata jumlah telur yang tidak menetas menjadi larva mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dibuktikan secara statistik ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.) dengan konsentrasi 1% didapatkan nilai p<0,050 (<0,001). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ekstrak daun Legundi (Vitex trifolia L.) efektif sebagai ovisida Aedes aegypti pada konsentrasi 1%.
kata kunci : Aedes aegypti, DBD, legundi, ovisida
ABSTRACT
The World Health Organization (WHO) noted the country Indonesia as the country with the highest DBD cases in Southeast Asia. DBD, a disease caused by dengue virus through intermediaries mosquitoes Aedes aegypti, can be prevented by controlling the mosquito vector. Botanical insecticides are more natural and eco-friendly felt safer because it has a short residue. The plant is a botanical insecticide usually contains bioactive compounds such as fenilpropan, these Terpenoids, alkaloids, asetogenin, steroids and tannins. Research the effectiveness of Vitex Trifolia leaf extract (V. trifoliai L.) as ovisida Aedes aegypti. Research time November-December 2012 was carried out in the laboratory of Zoology, Department of biology, Faculty of mathematics and natural sciences, the University of Lampung. Regulatory activity testing the development of vitex trifolia leaf extract (V. trifoliai L.) following the guidelines of the journal vektora (2008) made against Aedes aegypti eggs. Finally, its influence is assessed concentrations of 1% leaf extract of vitex trifolia (V. trifoliai L.) causes power terhambatnya tetas Aedes aegypti eggs. On other treatments (concentrations of 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5% and 0.7%), the average number of eggs that do not hatch into larvae suffered a significant decline. This is proven statistically legundi leaf extract (V. trifoliai L.) with a concentration of 1% obtained the value of p & lt; 0.050 (& lt 0.001;). The results showed that the extract of leaves of Vitex Trifolia (V. trifoliai L.) as effective as ovisida Aedes aegypti at concentrations of 1%.
keywords : Aedes aegypti, DBD, Legundi, Ovisida
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi Kemenkes RI, 2010).
DBD, penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui perantara nyamuk
Aedes aegypti, dapat dicegah dengan mengendalikan vektor nyamuk tersebut.
Menurut WHO, pengendalian vektor yang telah dilakukan dengan penggunaan
insektisida sintetik dalam kurun waktu yang lama secara terus menerus akan
mengakibatkan kematian hewan non-target termasuk hilang atau matinya musuh
alami, kerusakan lingkungan, bahkan dapat menyebabkan terjadinya resistensi
nyamuk Aedes aegypti terhadap beberapa bahan insektisida (WHO, 2003).
Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida
botani yang lebih alami dan ramah lingkungan dirasa lebih aman karena memiliki
residu yang pendek (Novizan, 2002).
Salah satu di antaranya adalah tanaman Legundi (Vitex trifolia L.) yang
mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan minyak
ester/atsiri yang bersifat toksin bagi serangga (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991). Saponin yang merupakan kelompok senyawa terpenoid bersama dengan
flavonoid berperan sebagai edyson blocker yang dapat menghambat kerja hormon
ekdison pada tubuh serangga dalam perkembangan telur menjadi larva (Kardinan
dan Dhalimi, 2003). adalah terpenoid, flavonoid dan alkaloid memiliki aktivitas
hormon juvenile yang dapat mengganggu perkembangbiakan telur Aedes aegypti
menjadi larva (Elimam, 2009).
Informasi tentang ekstrak tanaman Legundi sebagai insektisida masih terbatas,
sehingga perlu dilakukan penelitian tentang ekstrak tanaman Legundi sebagai
jenis insektisida lainnya, seperti ovisida yang menghambat penetasan telur
sehingga efektif dalam menekan perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes
aegypti.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah telur Aedes aegypti. Telur nyamuk ini diperoleh dari Loka
Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pemberantasan Penyakit Bersumber
Binatang (P2B2) Ciamis dalam bentuk kering dengan media kertas saring. Sampel
yang digunakan berdasarkan acuan WHO (2005), yaitu untuk setiap perlakuan
dipakai jumlah sampel 20-30 telur dan pengulangan yang dilakukan sebanyak 4-6
kali. Penelitian efektivitas ekstrak daun Legundi (V. trifoliai L.) sebagai ovisida
Aedes aegypti ini dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Sedangkan
pembuatan ekstrak daun Legundi (V. trifolia L.) dilakukan di Laboratorium Kimia
Dasar, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung. Keseluruhan penelitian ini dilakukan pada Bulan
November-Desember 2012. Prosedur penelitian, daun legundi dicuci, dikeringkan
dengan dianginkan selama 1-3 hari, ditimbang, dimaserasi dengan etanol 95%
selama 3 hari, dipekatkan dalam rotary evaporator, Ekstrak pekat etanol daun
Legundi (kosentrasi 100%) diencerkan. Uji daya tetas telur dilakukan dengan
menggunakan kosentrasi 0,1%; 0,3%; 0,5%; 0,7%; 1% dan 0% sebagai kontrol
masing-masing dengan 4 kali ulangan. Diamati 6 jam sekali selama 3 hari. Data
dari hasil penelitian berupa jumlah telur yang tidak menetas menjadi larva akan
diolah dan dianalisis dengan uji hipotesis one way ANOVA menggunakan
program komputer SPSS 17.00 for windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian efektivitas ekstrak daun Legundi yang dilakukan selama tiga hari
pengamatan memperlihatkan bahwa kosentrasi 1% menyebabkan terhambatnya
daya tetas telur Aedes aegypti. Hal tersebut terlihat pada grafik rerata jumlah telur
yang tidak menetas, relatif konstan pada tiap 6 jam pengamatan, khususnya dari
jam pengamatan ke 6 sampai jam pengamatan ke 54. Pada perlakuan lainnya
(kosentrasi 0%, 0,1%, 0,3%, 0,5% dan 0,7%), rerata jumlah telur yang tidak
menetas menjadi larva mengalami penurunan yang signifikan.
Tabel 1. Hasil analisis uji post hoc LSD dengan kosentrasi 0% (kontrol)
sebagai pembanding pada taraf kepercayaan (α) 0,05.
Kosentrasi ekstrak (a)
Kosentrasi ekstrak (b)
Perbedaan rerata (a-b)
Interval Kepercayaan 95%P
Minimum Maksimum
0%
0,1% 0,75 -2,04 3,54 0,5790,3% 1 -1,79 3,79 0,4610,5% -0,25 -3,04 2,54 0,8530,7% -3,25 -6,04 -0.46 0,0251% -10,25 -13,04 -7,46 <0,001
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ekstrak daun Legundi memiliki efek
atau pengaruh terhadap penetasan telur nyamuk Aedes aegypti. Kosentrasi ekstrak
daun Legundi yang berpengaruh terhadap penetasan telur adalah 0,7% dan 1%
pada tabel 1. Sedangkan untuk kosentrasi yang lainnya (0,1%, 0,3% dan 0,5%)
tidak berpengaruh terhadap penetasan telur nyamuk Aedes aegypti.
Rendahnya daya tetas telur Aedes aegypti pada kosentrasi 0,7% dan 1% diduga
disebabkan kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak daun
Legundi yang bersifat menghambat perkembangan stadium pradewasa Aedes
aegypti. Hal ini didukung oleh pendapat yang terdapat dalam kepustakaan, yaitu
menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991). Daun Legundi mengandung
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid minyak atsiri dan polifenol yang bersifat
insektisida (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Proses penghambatan terhadap daya tetas telur Aedes aegypti diduga terjadi
karena masuknya zat aktif insektisida ke dalam telur melalui proses difusi pada
bagian permukaan cangkang melalui titik-titik poligonal yang terdapat pada
seluruh permukaan telur serangga tersebut. Masuknya zat aktif insektisida
disebabkan potensial insektisida dalam air yang berada di lingkungan luar telur
lebih tinggi (hipertonis) dari pada potensial air yang terdapat di dalam telur
(hipotonis). Masuknya zat aktif insektisida ke dalam telur akan mengganggu
proses metabolisme dan menyebabkan berbagai macam pengaruh terhadap telur
(Astuti dkk., 2004).
Ekstrak Daun Legundi mengandung zat yang bersifat juvenil hormon seperti
yang mampu mempengaruhi titer hormon juvenil dalam tubuh Aedes aegypti
sehingga menyebabkan waktu perkembangan yang abnormal (Andesfha, 2004)
sehingga dapat pula mempengaruhi penetasan telur Aedes aegypti. Senyawa-
senyawa yang memiliki aktivitas hormon juvenil adalah terpenoid, flavonoid dan
alkaloid (Elimam, 2009).
Pengaruh terhadap kemampuan menetas telur diduga terjadi karena kandungan
senyawa toksik yang berperan sebagai ecdyson blocker sehingga serangga akan
terganggu dalam proses perubahan telur menjadi larva. Saponin yang merupakan
kelompok senyawa terpenoid bersama dengan flavonoid berperan sebagai edyson
blocker (Kardinan dan Dhalimi, 2003).
Kemampuan menetas telur Aedes aegypti dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan seperti suhu, pH, intensitas cahaya, kandungan oksigen terlarut dan
kelembaban. Kisaran suhu optimum untuk perkembangan telur nyamuk adalah
27-320 C, sedangkan pH optimum yang dibutuhkan oleh telur nyamuk untuk
perkembangannya 6-8. Pada proses penetasan telur memerlukan oksigen
terlarut sebesar 7,9 mg/l dengan suhu media 280 C (Depkes RI, 2007).
Tabel 2. Nilai pH dan suhu yang terukur pada berbagai kosentrasi ekstrak daun Legundi
Kosentrasi Ekstrak
pH Suhu
0% 6 280C0,1% 5 280C0,3% 5 280C0,5% 5 280C0,7% 4 280C1% 4 280C
Pada penelitian ini hanya dilakukan pengukuran terhadap faktor lingkungan suhu
dan pH air. Pada tabel 2 pengukuran pH didapatkan hasil bahwa pH yang terukur
pada kontrol adalah 6, sedangkan pH yang terukur pada perlakuan kosentrasi
0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7% dan 1% masing-masing adalah 5, 5, 5, 4 dan 4. Hal ini
diduga kandungan zat aktif pada ekstrak daun Legundi mempengaruhi nilai pH
pada media perkembangan telur. Pada penelusuran pustaka belum diketahui
secara pasti sifat-sifat asam dan senyawa-senyawa asam organik yang terdapat
pada ekstrak daun Legundi.
Pada kosentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7% dan 1% didapatkan nilai pH yang yang
tidak optimum. Bahkan pada kosentrasi 1% didapatkan nilai pH cukup asam
untuk penetasan telur menjadi larva, yaitu 4. Dengan demikian pH media yang
berada dibawah pH optimum atau bersifat asam tersebut diduga dapat
mempengaruhi penetasan telur menjadi larva karena secara umum perkembangan
pra dewasa nyamuk dipengaruhi oleh suhu dan pH air perindukan yang erat
kaitannya dengan kerja enzim dan hormon yang mengatur metabolisme selama
stadium pradewasa nyamuk Aedes aegypti.
Suhu yang terukur pada media air semua perlakuan adalah sama, yaitu 280C.
Angka tersebut mengindikasikan bahwa zat aktif pada ekstrak daun Legundi tidak
mempengaruhi suhu sistem pada semua media percobaan. Pada suhu tersebut
perkembangan telur Aedes aegypti masih berada pada kondisi optimum.
Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap daya tetas telur nyamuk Aedes
aegypti adalah umur dan fertilitas dari telur aedes aegypti itu sendiri. Telur yang
diletakkan lebih awal oleh induk nyamuk mempunyai umur yang lebih tua
dibandingkan telur yang diletakkan kemudian. Menurut Astuti dkk (2004), umur
dan kualitas telur akan berpengaruh terhadap jumlah telur yang menetas menjadi
larva karena kemungkinan telur-telur tersebut berasal dari induk yang berbeda
sehingga daya tetas telur yang satu berbeda dengan telur lainnya.
Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Mardalena (2009), hasil
penelitian ini memiliki efektivitas yang kurang baik. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Mardalena menyimpulkan bahwa hanya dibutuhkan ekstrak daun
Mimba (Azadirachtin indica Juss.) 0,5% (dalam pH 6) untuk menghambat daya
tetas telur secara optimum dengan nila rata-rata jumlah telur yang tidak menetas
sebesar 12,5±5,196.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa Ekstrak daun
Legundi (Vitex trifolia L.) efektif sebagai ovisida Aedes aegypti. Konsentrasi
ekstrak daun Legundi (Vitex trifolia L.) yang paling efektif sebagai ovisida Aedes
aegypti adalah 1%.
DAFTAR PUSTAKA
Andesfha, E. 2004. Pengaruh Juvenil Hormon Dari Ekstrak Daun Legundi (Vitex negundo) Terhadap Perkembangan Pradewasa Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi Mahasiswa Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Astuti, E.P. 2008. Efektivitas Minyak Biji Kamandrah (Croton tiglium) Dan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Larvasida, Anti-Oviposisi dan Ovisida Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Tesis Entomologi Kesehatan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bria Y.R., Widiarti dan Hatini E. 2008. Pengaruh Kosentrasi Tawas Pada Air Sumur Terhadap Daya Tetas Telur Aedes aegypti Di Laboratorium. Jurnal Vektora, Vol II, No 1, Hal 29-41. Balai Besar penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Departemen Kesehatan. 2007. Nyamuk Vampir Mini yang Mematikan, Inside (Inspirasi dan Ide Litbangkes P2B2)., Volume 2, Halaman 95. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. Ciamis.
Departemen Kesehatan. 2007. Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue. Subdit Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Djakaria, S. 2004. Pendahuluan Entomologi. Parasitologi Kedokteran Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Elimam A.M., Elmalik K.H. dan Ali, F.S. 2009. Larvicidal, Adult Emergence Inhibition and Oviposition Deterrent Effects of Foliage Extract from Ricinus communis L. against Anopheles arabiensis and Culex quinquefasciatus in Sudan. Tropical Biomedicine. 26(2): 130–139.
Fitriani, F. 2004. Pengaruh Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia L.) dalam Kosentrasi yang Sangat Rendah Terhadap Stadium Pradewasa Nyamuk (Culex quinquefasciatus). Skripsi Mahasiswa Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut Teksnologi Bandung. Bandung
Kardinan A dan Dhalimi A. 2003. Mimba (Azadirachta indica Juss.) Tanaman Multimanfaat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat Volume XV, No 1. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Bogor.
Mardalena, M.L. 2009. Efektivita Ekstrak Daun Nimba (Azadirachta indica Juss.) Sebagai Ovisida Aedes aegypti Linn. Skripsi Mahasiswa Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Cetakan I. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 2, Agustus 2010. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Rahmawati, D. 2004. Jumlah dan Daya Tetas Telur, serta Perkembangan Pradewasa Aedes aegypti di Laboratorium. Skripsi Mahasiswa Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Salempang, A. 2003. Uji Toksisitas (LC50 12 Jam) Ekstrak Akar Vetiveira zizanoides Stapf Terhadap Larva Instar III Aedes agypti L. Skripsi Mahasiswa Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Syamsuhidayat S.S. dan Hutapea J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi I. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
World Health Organization. Reg Publication. 2003. Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorage Fever. Regional Office for South East Asia. New Delhi.
World Health Organization. 2005. Guidelines for Laboratory and Field Testing of Mosquito Larvasides.