jurnal ekonomi islam republika kamis, 28 … · contoh, pertumbuhan industri makanan halal mencapai...

2
18 KAMIS, 28 SEPTEMBER 2017 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Rubrik ini terselenggara atas kerjasama Harian Republika dengan Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Tim Redaksi Iqtishodia: Prof Dr Yusman Syaukat Prof Dr Muhammad Firdaus Dr Lukman M Baga Dr Irfan Syauqi Beik Dr Jaenal Effendi Dr Asep Nurhalim Salahuddin El Ayyubi Deni Lubis H ingga tulisan ini dibuat, pemerintahan Jokowi JK telah mengeluarkan enam belas paket kebijakan ekonomi, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional yang berujung pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, secara umum paket kebijakan yang ada belum secara spesifik terkait dengan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, dengan pengecualian adalah paket kebijakan kelima yang menyinggung soal deregulasi per- bankan syariah. Karena itu, keberadaan paket kebi- jakan yang khusus membahas pengembangan ekonomi dan keuangan syariah menjadi sangat penting. Paket kebijakan industri halal bisa menjadi pintu masuknya. Pentingnya pengembangan industri halal dalam konteks perekonomian nasional ini didasarkan pada beberapa argumentasi, sehingga layak memiliki paket kebijakan tersendiri. Pertama, potensi industri halal yang sangat besar, dengan pertumbuhan rata-rata yang berada di atas rata- rata pertumbuhan ekonomi secara umum. Sebagai contoh, pertumbuhan industri makanan halal mencapai angka 10-12 per tahun, atau dua kali lipat pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan volume industri yang mencapai angka lebih dari satu triliun dollar AS. Artinya, ini adalah peluang bisnis yang harus dimanfaatkan. Kedua, dalam Global Islamic Economy Indicator 2017, terungkap bahwa Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara konsumen industri halal terbesar di dunia. Artinya, dari sisi belanja atau expenditure, negara kita memiliki daya beli dan permintaan yang sangat besar. Mislanya, untuk belanja makanan halal, kita nomor satu di dunia, yang artinya Indonesia adalah pasar konsumen terbesar. Untuk pariwisata halal dan fashion Islami kita nomor lima di dunia. Sementara untuk obat-obatan dan kos- metika halal serta keuangan syariah, Indonesia menempati peringkat keenam dan kesepuluh di dunia. Namun demikian, dari produsen atau pelaku utama industri halal, kita belum bisa masuk kedalam kelompok 10 produsen terbesar dunia, kecuali obat-obatan dan kosmetika halal (peringkat 8) dan keuangan syariah (peringkat 10). Ini menun- jukkan bahwa posisi Indonesia masih lebih sebagai pasar dibandingkan sebagai produsen. Tentu perlu ada upaya sungguh-sungguh dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, untuk mengusahakan agar kue industri halal ini juga bisa dinikmati oleh bangsa Indonesia. Ketiga, fokus selama ini ketika berbicara mengenai ekonomi syariah adalah pada sektor perbankan dan keuangan syariah. Fakta menun- jukkan bahwa posisi aset perbankan syariah baru mencapai angka 5,3 persen dan posisi aset ini relatif stagnan di kisaran 5-6 persen. Untuk itu perlu dilakukan upaya lain, yaitu antara lain pen- guatan dari sisi demand terhadap produk keuangan syariah. Disinilah pentingnya memperkuat industri halal sebagai ujung tombak penguatan permintaan terhadap produk keuangan syariah, dengan syarat ada proses penguatan industri halal sekaligus inte- grasi yang kokoh dengan perbankan syariah, sehingga perkembangan industri halal dapat menstimulasi perkembangan perbankan syariah. Kehadiran paket kebijakan ekonomi yang khusus terkait ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang efektif. Berdasarkan tiga argumentasi di atas, maka keberadaan paket khusus pengembangan industri halal menjadi sangat urgen dan mendesak. Inilah bentuk political will pemerintah yang menjadi bukti nyata keberpihakan negara terhadap ekonomi syariah. Sekaligus menunjukkan bahwa ekonomi syariah adalah bagian dari kepentingan nasional yang layak untuk diperjuangkan dan diimplemen- tasikan secara tepat dan efektif. Apalagi kita pun juga telah memiliki KNKS (Komite Nasional Keuangan Syariah) yang diharapkan dapat berpe- ran aktif dalam memperkuat ekonomi dan keuang- an syariah di negeri tercinta. Jangan sampai kita ketinggalan langkah dari negara-negara lain, yang begitu serius menggarap industri halal ini. Dengan potensi besar yang kita miliki, maka sudah saatnya pengembangan industri halal ini menjadi prioritas negara. Paling tidak, dari sisi industri makanan halal dan pariwisata halal kita bisa memulai paket kebijakan ekonomi ini. Potensi kedua sektor ini sangat luar biasa. Dengan penanganan yang tepat, maka keduanya diharap- kan dapat memberikan efek multiplier yang sangat besar bagi perekonomian bangsa. Selain itu, edukasi publik juga perlu untuk terus dilakukan. Tujuannya agar kesadaran untuk mengembangkan industri halal bisa semakin kuat sehingga ini akan mengakselerasi pembangunan industri halal di tanah air. Karena itu penulis berharap agar pemerintah dapat memanfaatkan momentum booming-nya industri halal dunia melalui peluncuran paket-paket kebijakan ekonomi yang dapat memfasilitasi dan mengakselerasi industri halal, minimal agar kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri, masuk 10 besar konsumen halal terbesar sekaligus juga masuk menjadi 10 besar produsen halal dunia. Wallaahu a’lam. Dr Irfan Syauqi Beik Kepala Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB Menanti Paket Kebijakan Industri Halal TSAQOFI J awa Tengah merupakan pro- vinsi dengan jumlah pendu- duk muslim ketiga terbesar di Indonesia setalah Jawa Barat dan Jawa Timur. Statistik Ke- menterian Agama Tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah pen- duduk muslim di Jawa Tengah mencapai 31,3 juta jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi zakat di Jawa Tengah sangat tinggi. Pada tahun 2012, pene- litian yang dilakukan oleh Firdaus et al menunjukkan bahwa potensi zakat Pro- vinsi Jawa Tengah yaitu Rp 13,28 T. Namun, jumlah penghimpunan zakat di Jawa Tengah masih jauh dari potensi yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa belum optimalnya kinerja lem- baga/organisasi pengelola zakat (OPZ) yang ada di Jawa Tengah. Untuk itu perlu dianalisis kinerja pengelolaan zakat di Jawa Tengah, sebagai salah satu provinsi dengan potensi zakat terbesar di Indone- sia, dengan menggunakan Indeks Zakat Nasional (IZN) sebagai parameter uta- manya. Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian, kinerja perzakatan Provinsi Jawa Tengah dari dimensi makro adalah tidak baik dengan nilai indeks sebesar 0.025 dan dari dimensi mikro adalah baik dengan nilai indeks sebesar 0.67. Dengan demikian, nilai Indekz Zakat Nasional yang diper- oleh adalah sebesar 0.412 yang menun- jukkan bahwa secara keseluruhan, kiner- ja perzakatan Provinsi Jawa Tengah adalah cukup baik. Dalam dimensi makro, penilaian ki- nerja perzakatan provinsi meliputi reg- ulasi daerah, dukungan Anggaran Penda- patan dan Belanja Daerah (APBD), dan database lembaga zakat. Indikator perta- ma yaitu regulasi daerah yang berbentuk Peraturan Daerah (perda) diperoleh nilai indeks 0. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan zakat baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Dalam penge- lolaannya, Baznas Provinsi Jawa Tengah mengacu pada regulasi zakat nasional. Indikator kedua dari dimensi makro yaitu dukungan APBD yang diperoleh indeks sebasar 0. Nilai tersebut menun- jukkan bahwa tidak adanya item biaya operasional Baznas Provinsi Jawa Te- ngah dalam APBD Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016. Biaya operasional Baznas Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 474,5 juta yang diambil dari hak amil, bukan dari APBD. Indikator ketiga dari dimensi makro adalah database lembaga zakat dengan nilai indeks sebesar 0.0825. Nilai terse- but menunjukkan bahwa kinerja perza- katan Provinsi Jawa Tengah dari sisi indikator database lembaga zakat adalah tidak baik. Variabel pertama dari data- base ini adalah jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik dengan nilai indeks 0.25. Ini menunjukkan bahwa kinerja perzakatan provinsi Jawa Tengah dari sisi lembaga zakat resmi yang terdaftar adalah kurang baik. Selanjutnya, variabel kedua, yaitu rasio muzakki individu memiliki indeks dengan nilai 0. Ini menunjukkan bahwa rasio muzakki individu terhadap jumlah RT di Jateng nilainya tidak baik. Ini me nan dakan tingginya kesenjangan antara jumlah muzakki individu dengan jumlah rumah tangga tingkat kabupaten/kota di Jawa Tengah. Variabel ketiga yaitu rasio mu- zakki badan terhadap jumlah perusahaan di Jateng, diperoleh nilai indeks sebesar 0. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya lembaga/badan yang membayar zakat melalui Baznas Provinsi Jawa Tengah. Dimensi mikro pada indeks zakat nasional terdiri dari dua indikator yakni kelembagaan dan dampak zakat. Indika- tor kelembagaan memiliki empat variabel turunan yakni penghimpunan, pengelo- laan, penyaluran, pelaporan. Sedangkan indikator lembaga zakat memiliki tiga variabel turunan yakni indeks kesejahter- aan CIBEST, modifikasi IPM, dan ke- mandirian. Indikator pertama dari dimensi mi- kro adalah kelembagaan yang mempun- yai empat variabel turunan dengan nilai indeks sebesar 0.70. Nilai indeks tersebut menunjukkan bahwa kinerja perzakatan dari sisi kelembagaan yang terdiri dari penghimpunan, pengelolaan, penyalu- ran, dan pelaporan adalah baik. Variabel penghimpunan menghasilkan nilai in- deks sebesar 1. Nilai tersebut menun- jukkan bahwa kinerja perzakatan provin- si Jawa Tengah dari sisi penghimpunan adalah sangat baik. Hal tersebut dikare- nakan peningkatan jumlah penghim- punan dana zakat yang sangat tinggi pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp 8,6 miliar dibandingkan pada tahun 2015 jumlah penghimpunan zakat sebesar Rp 487,7 juta. Variabel pengelolaan diperoleh nilai indeks sebesar 0.25 yang menunjukkan bahwa kinerja perzakatan provinsi Jawa Tengah dari sisi pengelolaan adalah kurang baik. Hal ini disebabkan hanya ada satu SOP pengelolaan zakat dari lima progam, tidak adanya rencana strategis, tidak adanya sertifikasi ISO / manajemen mutu, dan tidak adanya progam tahunan dari semua progam yang telah dibentuk. Lima progam kerja Baznas Provinsi Jawa Tengah yaitu Jateng makmur, Ja- teng cerdas, Jateng sehat, Jateng peduli, dan Jateng Taqwa. Variabel penyaluran menunjukkan nilai indeks sebesar 1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kinerja perzakatan provinsi Jawa Tengah dari sisi penyaluran adalah sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa Baznas Provinsi Jawa Tengah telah melakukan penyaluran dana zakat dengan baik. Dana yang disalurkan sebesar Rp 8,622 miliar sedikit lebih besar dari dana yang dihimpun pada tahun 2016. Variabel pe- laporan mendapatkan nilai 0.25 menun- jukkan bahwa kinerja perzakatan Provin- si Jawa Tengah dari sisi pelaporan adalah kurang baik. Hal ini disebabkan laporan keuangan belum teraudit baik audit inter- nal maupun eksternal. Indikator kedua dari dimensi mikro yaitu dampak zakat yang meliputi vari- abel kesejahteraan material dan spiritual (indeks kesejahteraan CIBEST), pen- didikan dan kesehatan (modifikasi IPM), dan kemandirian. Indikator ini meng- hasilkan nilai indeks sebesar 0.65. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kinerja perzakatan provinsi Jawa Tengah dari sisi dampak zakat adalah baik. Variabel indeks kesejahteraan CIBEST menunjukkan nilai sebesar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja perzakatan dari sisi dampak zakat ter- hadap kesejahteraan mustahik yang ditunjukkan oleh nilai indeks kesejahter- aan CIBEST adalah sangat baik. Variabel indeks modifikasi IPM, nilai indeks yang dihasilkan adalah sebesar 0.25. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kinerja perzakatan Provinsi Jawa Tengah dari sisi dampak zakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang ditunjukkan oleh nilai indeks modifikasi IPM adalah ku- rang baik. Variabel kemandirian meng- hasilkan nilai indeks indeks sebesar 0.57. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ki- nerja perzakatan provinsi Jawa Tengah dengan adanya bantuan zakat dari sisi kemandirian adalah cukup baik. Rekomendasi Kebijakan Penelitian ini menyarankan pemer- intah Provinsi Jawa Tengah perlu mem- bentuk peraturan daerah tentang pen- gelolaan zakat dan perlu memasukan biaya operasional Baznas Provinsi Jawa Tengah ke dalam item Anggaran Penda- patan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu, database lembaga zakat juga perlu dilengkapi. Baznas Provinsi Jawa Tengah juga perlu melakukan sosialisasi menge- nai zakat sehingga jumlah muzakki indi- vidu maupun muzakki badan dapat meningkat agar potensi zakat yang ada dapat dioptimalkan. BAZNAS Provinsi Jawa Tengah juga perlu memperbaiki pengelolaan dan pelaporan agar keper- cayaan masyarakat semakin meningkat. Wallahu a’lam. Isro’iyatul Mubarokah Alumnus S2 Ilmu Ekonomi IPB Dr Irfan Syauqi Beik Kepala Pusat Kajian Strategis BAZNAS dan CIBEST IPB Dr Toni Irawan Sekretaris Pascasarja Ilmu Ekonomi FEM IPB Analisis Kinerja Perzakatan Provinsi Jawa Tengah AGUNG SUPRIYANTO/REPUBLIKA No Dimensi Nilai Indeks Kinerja 1 Makro 0.025 Tidak Baik 2 Mikro 0.67 Baik Cukup baik Nilai Indeks Zakat Nasional Jawa Tengah IZN = (0.025×0.40) + (0.67×0.62) = 0.412 Tabel 1 Nilai Indeks Zakat Nasional Provinsi Jawa Tengah

Upload: phamcong

Post on 02-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA KAMIS, 28 … · contoh, pertumbuhan industri makanan halal mencapai angka 10-12 per tahun, atau dua kali lipat ... operasional Baznas Provinsi Jawa

18 KAMIS, 28 SEPTEMBER 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Rubrik ini terselenggaraatas kerjasama HarianRepublika denganDepartemen Ilmu EkonomiSyariah, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB

Tim Redaksi Iqtishodia:Prof Dr Yusman SyaukatProf Dr Muhammad FirdausDr Lukman M BagaDr Irfan Syauqi BeikDr Jaenal EffendiDr Asep NurhalimSalahuddin El AyyubiDeni Lubis

Hingga tulisan ini dibuat, pemerintahanJokowi JK telah mengeluarkan enambelas paket kebijakan ekonomi, yangtujuannya adalah untuk meningkatkan

kinerja perekonomian nasional yang berujung padaupaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.Namun demikian, secara umum paket kebijakanyang ada belum secara spesifik terkait denganpengembangan ekonomi dan keuangan syariah,dengan pengecualian adalah paket kebijakankelima yang menyinggung soal deregulasi per-bankan syariah. Karena itu, keberadaan paket kebi-jakan yang khusus membahas pengembanganekonomi dan keuangan syariah menjadi sangatpenting. Paket kebijakan industri halal bisa menjadipintu masuknya.

Pentingnya pengembangan industri halaldalam konteks perekonomian nasional inididasarkan pada beberapa argumentasi, sehinggalayak memiliki paket kebijakan tersendiri. Pertama,potensi industri halal yang sangat besar, denganpertumbuhan rata-rata yang berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi secara umum. Sebagaicontoh, pertumbuhan industri makanan halalmencapai angka 10-12 per tahun, atau dua kali lipatpertumbuhan ekonomi Indonesia dengan volumeindustri yang mencapai angka lebih dari satu triliundollar AS. Artinya, ini adalah peluang bisnis yangharus dimanfaatkan.

Kedua, dalam Global Islamic Economy Indicator2017, terungkap bahwa Indonesia masuk ke dalam10 besar negara konsumen industri halal terbesardi dunia. Artinya, dari sisi belanja atau expenditure,negara kita memiliki daya beli dan permintaan yangsangat besar. Mislanya, untuk belanja makananhalal, kita nomor satu di dunia, yang artinya

Indonesia adalah pasar konsumen terbesar. Untukpariwisata halal dan fashion Islami kita nomor limadi dunia. Sementara untuk obat-obatan dan kos-metika halal serta keuangan syariah, Indonesiamenempati peringkat keenam dan kesepuluh didunia.

Namun demikian, dari produsen atau pelakuutama industri halal, kita belum bisa masukkedalam kelompok 10 produsen terbesar dunia,kecuali obat-obatan dan kosmetika halal (peringkat8) dan keuangan syariah (peringkat 10). Ini menun-jukkan bahwa posisi Indonesia masih lebih sebagaipasar dibandingkan sebagai produsen. Tentu perluada upaya sungguh-sungguh dari seluruhpemangku kepentingan, termasuk pemerintah,untuk mengusahakan agar kue industri halal inijuga bisa dinikmati oleh bangsa Indonesia.

Ketiga, fokus selama ini ketika berbicara mengenai ekonomi syariah adalah pada sektorperbankan dan keuangan syariah. Fakta menun-jukkan bahwa posisi aset perbankan syariah barumencapai angka 5,3 persen dan posisi aset inirelatif stagnan di kisaran 5-6 persen. Untuk ituperlu dilakukan upaya lain, yaitu antara lain pen-guatan dari sisi demand terhadap produk keuangansyariah. Disinilah pentingnya memperkuat industrihalal sebagai ujung tombak penguatan permintaanterhadap produk keuangan syariah, dengan syaratada proses penguatan industri halal sekaligus inte-grasi yang kokoh dengan perbankan syariah,sehingga perkembangan industri halal dapat menstimulasi perkembangan perbankan syariah.Kehadiran paket kebijakan ekonomi yang khususterkait ini diharapkan dapat menjadi salah satusolusi yang efektif.

Berdasarkan tiga argumentasi di atas, maka

keberadaan paket khusus pengembangan industrihalal menjadi sangat urgen dan mendesak. Inilahbentuk political will pemerintah yang menjadi buktinyata keberpihakan negara terhadap ekonomisyariah. Sekaligus menunjukkan bahwa ekonomisyariah adalah bagian dari kepentingan nasionalyang layak untuk diperjuangkan dan diimplemen-tasikan secara tepat dan efektif. Apalagi kita punjuga telah memiliki KNKS (Komite NasionalKeuangan Syariah) yang diharapkan dapat berpe -ran aktif dalam memperkuat ekonomi dan keuang -an syariah di negeri tercinta.

Jangan sampai kita ketinggalan langkah darinegara-negara lain, yang begitu serius menggarapindustri halal ini. Dengan potensi besar yang kitamiliki, maka sudah saatnya pengembangan industrihalal ini menjadi prioritas negara. Paling tidak, darisisi industri makanan halal dan pariwisata halalkita bisa memulai paket kebijakan ekonomi ini.Potensi kedua sektor ini sangat luar biasa. Denganpenanganan yang tepat, maka keduanya diharap-kan dapat memberikan efek multiplier yang sangatbesar bagi perekonomian bangsa.

Selain itu, edukasi publik juga perlu untuk terusdilakukan. Tujuannya agar kesadaran untukmengembangkan industri halal bisa semakin kuatsehingga ini akan mengakselerasi pembangunanindustri halal di tanah air. Karena itu penulisberharap agar pemerintah dapat memanfaatkanmomentum booming-nya industri halal duniamelalui peluncuran paket-paket kebijakan ekonomiyang dapat memfasilitasi dan mengakselerasiindustri halal, minimal agar kita menjadi tuanrumah di negeri sendiri, masuk 10 besar konsumenhalal terbesar sekaligus juga masuk menjadi 10besar produsen halal dunia. Wallaahu a’lam. ■

Dr Irfan Syauqi BeikKepala Pusat Studi Bisnis

dan Ekonomi Syariah(CIBEST) IPB

Menanti PaketKebijakan

Industri Halal

TSAQOFI

Jawa Tengah merupakan pro -vinsi dengan jumlah pendu -duk muslim ketiga terbesar diIndonesia setalah Jawa Baratdan Jawa Timur. Statistik Ke -men terian Agama Tahun

2010 menunjukkan bahwa jumlah pen-duduk muslim di Jawa Tengah mencapai31,3 juta jiwa. Hal tersebut menunjukkanbahwa potensi zakat di Jawa Tengahsangat tinggi. Pada tahun 2012, pene -litian yang dilakukan oleh Firdaus et alme nunjukkan bahwa potensi zakat Pro -vinsi Jawa Tengah yaitu Rp 13,28 T.

Namun, jumlah penghimpunan zakatdi Jawa Tengah masih jauh dari potensiyang ada. Hal tersebut menunjukkanbah wa belum optimalnya kinerja lem -baga/organisasi pengelola zakat (OPZ)yang ada di Jawa Tengah. Untuk itu perludianalisis kinerja pengelolaan zakat diJawa Tengah, sebagai salah satu provinsidengan potensi zakat terbesar di Indone -sia, dengan menggunakan Indeks ZakatNasional (IZN) sebagai parameter uta-manya.

Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian, kinerja

perzakatan Provinsi Jawa Tengah daridimensi makro adalah tidak baik dengannilai indeks sebesar 0.025 dan daridimensi mikro adalah baik dengan nilaiindeks sebesar 0.67. Dengan demikian,nilai Indekz Zakat Nasional yang diper-oleh adalah sebesar 0.412 yang menun-jukkan bahwa secara keseluruhan, kiner -ja perzakatan Provinsi Jawa Tengahadalah cukup baik.

Dalam dimensi makro, penilaian ki -nerja perzakatan provinsi meliputi reg-ulasi daerah, dukungan Anggaran Penda -patan dan Belanja Daerah (APBD), danda ta base lembaga zakat. Indikator perta -ma yaitu regulasi daerah yang berbentukPeraturan Daerah (perda) diperoleh nilaiindeks 0. Hal tersebut dikarenakan tidakadanya Peraturan Daerah yang mengaturpengelolaan zakat baik tingkat provinsimaupun kabupaten/kota. Dalam penge -lolaannya, Baznas Provinsi Jawa Te ngahmengacu pada regulasi zakat na sional.Indikator kedua dari dimensi ma kroyaitu dukungan APBD yang diperolehindeks sebasar 0. Nilai tersebut menun-

jukkan bahwa tidak adanya item biayaoperasional Baznas Provinsi Jawa Te -ngah dalam APBD Provinsi Jawa Tengahpada tahun 2016. Biaya operasionalBaznas Provinsi Jawa Tengah pada tahun2016 adalah sebesar Rp 474,5 juta yangdiambil dari hak amil, bukan dari APBD.

Indikator ketiga dari dimensi makroadalah database lembaga zakat dengannilai indeks sebesar 0.0825. Nilai terse-but menunjukkan bahwa kinerja perza-katan Provinsi Jawa Tengah dari sisiindikator database lembaga zakat adalahtidak baik. Variabel pertama dari data-base ini adalah jumlah lembaga zakatresmi, muzakki, dan mustahik dengannilai indeks 0.25. Ini menunjukkanbahwa kinerja perzakatan provinsi JawaTengah dari sisi lembaga zakat resmiyang terdaftar adalah kurang baik.

Selanjutnya, variabel kedua, yaitu rasiomuzakki individu memiliki indeks dengannilai 0. Ini menunjukkan bahwa rasiomuzakki individu terhadap jumlah RT diJateng nilainya tidak baik. Ini me nan dakantingginya kesenjangan antara jumlahmuzakki individu dengan jumlah rumahtangga tingkat kabupaten/kota di JawaTengah. Variabel ketiga yaitu rasio mu -zakki badan terhadap jumlah perusahaandi Jateng, diperoleh nilai indeks sebesar0. Hal tersebut dikarenakan tidak adanyalembaga/badan yang membayar zakatmelalui Baznas Provinsi Jawa Tengah.

Dimensi mikro pada indeks zakatnasional terdiri dari dua indikator yaknikelembagaan dan dampak zakat. Indika -tor kelembagaan memiliki empat variabelturunan yakni penghimpunan, pengelo-laan, penyaluran, pelaporan. Sedangkanindikator lembaga zakat memiliki tigavariabel turunan yakni indeks kesejahter-aan CIBEST, modifikasi IPM, dan ke -man dirian.

Indikator pertama dari dimensi mi -kro adalah kelembagaan yang mempun-yai empat variabel turunan dengan nilaiindeks sebesar 0.70. Nilai indeks tersebutmenunjukkan bahwa kinerja perzakatandari sisi kelembagaan yang terdiri daripenghimpunan, pengelolaan, penyalu-ran, dan pelaporan adalah baik. Variabelpenghimpunan menghasilkan nilai in -deks sebesar 1. Nilai tersebut menun-jukkan bahwa kinerja perzakatan provin-si Jawa Tengah dari sisi penghimpunanadalah sangat baik. Hal tersebut dikare-nakan peningkatan jumlah penghim-punan dana zakat yang sangat tinggi padatahun 2016 yaitu sebesar Rp 8,6 miliardibandingkan pada tahun 2015 jumlahpenghimpunan zakat sebesar Rp 487,7juta.

Variabel pengelolaan diperoleh nilaiindeks sebesar 0.25 yang menunjukkanbahwa kinerja perzakatan provinsi JawaTengah dari sisi pengelolaan adalahkurang baik. Hal ini disebabkan hanyaada satu SOP pengelolaan zakat dari limaprogam, tidak adanya rencana strategis,tidak adanya sertifikasi ISO / manajemenmutu, dan tidak adanya progam tahunandari semua progam yang telah dibentuk.

Lima progam kerja Baznas ProvinsiJawa Tengah yaitu Jateng makmur, Ja -teng cerdas, Jateng sehat, Jateng peduli,dan Jateng Taqwa. Variabel penyaluranmenunjukkan nilai indeks sebesar 1. Nilaitersebut menunjukkan bahwa kinerjaperzakatan provinsi Jawa Tengah darisisi penyaluran adalah sangat baik. Haltersebut menunjukkan bahwa BaznasProvinsi Jawa Tengah telah melakukanpenyaluran dana zakat dengan baik.Dana yang disalurkan sebesar Rp 8,622miliar sedikit lebih besar dari dana yangdihimpun pada tahun 2016. Variabel pe -laporan mendapatkan nilai 0.25 me nun -

jukkan bahwa kinerja perzakatan Provin -si Jawa Tengah dari sisi pelaporan adalahkurang baik. Hal ini disebabkan laporankeuangan belum teraudit baik audit inter-nal maupun eksternal.

Indikator kedua dari dimensi mikroyaitu dampak zakat yang meliputi vari-abel kesejahteraan material dan spiritual(indeks kesejahteraan CIBEST), pen-didikan dan kesehatan (modifikasi IPM),dan kemandirian. Indikator ini meng-hasilkan nilai indeks sebesar 0.65. Nilaitersebut menunjukkan bahwa kinerjaperzakatan provinsi Jawa Tengah darisisi dampak zakat adalah baik.

Variabel indeks kesejahteraanCIBEST menunjukkan nilai sebesar 1. Haltersebut menunjukkan bahwa kinerjaperzakatan dari sisi dampak zakat ter-hadap kesejahteraan mustahik yangditunjukkan oleh nilai indeks kesejahter-aan CIBEST adalah sangat baik. Variabelindeks modifikasi IPM, nilai indeks yangdihasilkan adalah sebesar 0.25. Nilaitersebut menunjukkan bahwa kinerjaperzakatan Provinsi Jawa Tengah darisisi dampak zakat terhadap pendidikandan kesehatan yang ditunjukkan olehnilai indeks modifikasi IPM adalah ku -rang baik. Variabel kemandirian meng-hasilkan nilai indeks indeks sebesar 0.57.Nilai tersebut menunjukkan bahwa ki -ner ja perzakatan provinsi Jawa Tengahdengan adanya bantuan zakat dari sisikemandirian adalah cukup baik.

Rekomendasi Kebijakan Penelitian ini menyarankan pemer-

intah Provinsi Jawa Tengah perlu mem-bentuk peraturan daerah tentang pen-gelolaan zakat dan perlu memasukanbiaya operasional Baznas Provinsi JawaTengah ke dalam item Anggaran Penda -patan dan Belanja Daerah (APBD). Selainitu, database lembaga zakat juga perludi leng kapi. Baznas Provinsi Jawa Tengahjuga perlu melakukan sosialisasi menge-nai zakat sehingga jumlah muzakki indi-vidu maupun muzakki badan dapatmeningkat agar potensi zakat yang adadapat dioptimalkan. BAZNAS ProvinsiJawa Tengah juga perlu memperbaikipengelolaan dan pelaporan agar keper-cayaan masyarakat semakin meningkat.Wallahu a’lam. ■

Isro’iyatulMubarokah

Alumnus S2 IlmuEkonomi IPB

Dr Irfan SyauqiBeik

Kepala Pusat KajianStrategis BAZNAS dan

CIBEST IPB

Dr Toni IrawanSekretaris Pascasarja

Ilmu Ekonomi FEMIPB

Analisis Kinerja PerzakatanProvinsi Jawa Tengah

AGUNG SUPRIYANTO/REPUBLIKA

No Dimensi Nilai Indeks Kinerja

1 Makro 0.025 Tidak Baik

2 Mikro 0.67 Baik

Cukup baikNilai Indeks Zakat Nasional Jawa TengahIZN = (0.025×0.40) + (0.67×0.62) = 0.412

Tabel 1 Nilai Indeks Zakat Nasional Provinsi Jawa Tengah

Page 2: JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA KAMIS, 28 … · contoh, pertumbuhan industri makanan halal mencapai angka 10-12 per tahun, atau dua kali lipat ... operasional Baznas Provinsi Jawa

Kemiskinan merupakanma salah fundamentalyang dihadapi Indonesia.Data Badan Pusat Sta -tistik (BPS) tahun 2016menyebutkan bahwa

ting kat kemiskinan di Indonesia tahun2014 sampai tahun 2016 selalu berada diatas 10 persen. Angka tersebut menun-jukkan bahwa tingkat kemiskinan Indo -nesia masih tergolong tinggi. Islam me -mandang kemiskinan sebagai permasala-han yang tidak bisa dihilangkan secarapenuh tetapi bisa diminimalisasi keber-adaaannya (Hafidhuddin 2013). Memi -nimalisasi angka kemiskinan dapat dila -ku kan dengan terlebih dahulu menge-tahui penyebab tingginya angka kemiski-nan sehingga dapat dirumuskan kebi-jakan yang efektif untuk mengatasinya.Salah satu penyebab utama kemiskinanadalah pengangguran, sehingga men-gatasi masalah pengangguran meru-pakan solusi efektif untuk menurunkanangka kemiskinan.

Permasalahan pengangguran di Indo -nesia terletak pada kualitas angkatan ker -ja yang masih rendah. Rendahnya tingkatpendidikan yang dimiliki angkatan kerjaIndonesia menyebabkan mereka kurangbisa terserap di dunia kerja. Kesempatankerja menjadi lebih rendah lagi apabilapara angkatan kerja yang berpendidikanrendah tidak dibekali dengan keahliankhusus yang disyaratkan oleh suatupekerjaan. Keberadaan lembaga pelati-han kerja yang ditujukan khusus bagiang katan kerja dengan pendidikan ren -dah menjadi penting keberadaannyauntuk dapat membantu memperbaikikualitas angkatan kerja.

Lembaga Amil Zakat Nasional AlAzhar memiliki program pengentasankemiskinan yang fokus pada pelatihankerja kepada pengangguran usia produk-tif dengan pendidikan terakhir makasi-mal SMA atau sederajat. Program terse-but adalah Rumah Gemilang Indonesia(RGI). Selain memberikan pelatihankerja di 6 bidang keahlian, RGI juga me -ne rapkan sistem pelatihan yang menga-dosi platform pesantren. Melalui sistempelatihan yang diberikan diharapkanpara alumni RGI tidak hanya menjadiangkatan kerja yang berkeahlian tetapijuga memiliki bekal akidah iman yangbaik sehingga dapat menjadi nilai tambahbagi mereka.

Hasil penelitian Penelitian yang dilakukan memuat

analisis pengaruh program pelatihan RGIterhadap tingkat kemiskinan para pene -rima manfaatnya (alumni RGI). Alatanalisis yang digunakan adalah ModelCIBEST. Model CIBEST digunakanuntuk memetakan kondisi kemiskinanrumah tangga reponden berdasarkanklasifikasi empat Kuadran CIBEST.

Kuadran I pada Kuadran CIBEST di -sebut sebagai Kuadran sejahtera, rumahtangga yang termasuk dalam kuadran inimerupakan keluarga yang sudah mampu

untuk memenuhi baik kebutuhan mate-rial maupun kebutuhan spiritualnya.Kuadran II atau Kuadran miskin materialditempati oleh rumah tangga yang sudahmampu memenuhi kebutuhan spiritual-nya namun belum mampu memenuhikebutuhan materialnya. Kuadran III atauKuadran miskin spiritual merupakankuadran yang ditempati oleh rumah tang -ga yang mampu memenuhi kebutuhanmaterialnya namun belum mampu dalammemenuhi kebutuhan spiritualnya.Kuadran IV atau kuadran miskin absolutmerupakan kuadran yang diperuntukkanbagi rumah tangga yang tidak mampumemenuhi baik kebutuhan materialmaupun spiritualnya.

Hasil penelitian yang dilakukan ke -pada 30 orang alumni RGI angkatan 10sampai 13 menunjukkan terdapat per -ubahan kondisi kemiskinan para pener-ima manfaat RGI berdasakan ModelCIBEST. Perubahan kondisi kemiskinanalumni RGI berdasarkan KuadranCIBEST dapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan Gambar 1, jumlah ru -mah tangga responden sebelum periodepe latihan yang tergolong kategori sejah -tera sejumlah 13 rumah tangga, kemudi-an meningkat menjadi 26 rumah tanggasetelah periode pelatihan. Jumlah res -ponden yang berada pada kategori mis -kin material (Kuadran II) sebelum pelati-han berjumlah 8 rumah tangga, dansetelah periode pelatihan sudah tidak ter-dapat rumah tangga yang mengalamimiskin material. Kemudian pada KuaranIII (miskin spiritual) sebelum periodepelatihan terdapat 6 rumah tangga padakategori ini dan setelah periode pelatihanmasih terdapat 4 rumah tangga yangmengalami kondisi miskin spiritual. PadaKuadran IV (miskin absolut), sebelumperiode pelatihan terdapat 3 rumah tang -ga yang mengalami miskin absolut dansetelah periode pelatihan sudah tidak adarumah tangga yang tergolong ke dalamkategori ini.

Perubahan jumlah rumah tangga yangterjadi pada masing-masing Kua dranCIBEST di atas menunjukkan ada nya per-baikan pada kondisi kemiskinan parapenerima manfaat RGI. Per baikan kondisi

kemiskinan tersebut terjadi baik padakemiskinan material maupun kemis kinanspiritual. Meskipun sama-sama meng -alami peningkatan, namun peningkatankon disi miskin material jauh lebih tinggiapabila dibandingkan dengan peningkat -an kondisi kemiskinan spiritualnya.Pelatihan RGI telah mampu mengurangi100 persen kondisi miskin material alum -ninya, hal tersebut dapat dilihat padaGambar 1 tepatnya pada Kuadran II. PadaKuadran II terlihat bahwa sete lah periodepelatihan sudah tidak terdapat rumahtangga yang mengalami ke mis kinan mate-rial. Hal tersebut berarti seluruh respon-den penelitian telah me miliki pendapatandiatas Garis Kemis kinan (GK) yang dite-tapkan oleh BPS atau rumah tangga terse-but sudah tidak termasuk rumah tanggayang msikin secara material.

Terkait kondisi material rumahtangga responden, dari hasil analisi dida-patkan bahwa lebih dari 50 persen pen-ingkatan pendapatan rumah tanggamerupakan hasil kontribusi dari anggotarumah tangga yang merupakan alumniRGI. Lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, persentase kon-tribusi pendapatan terbesar adalah pen-

dapatan alumni program studi AplikasiPerkantoran. Alumni program studi inimampu memberikan kontribusi sebesar71 persen terhadap peningkatan penda-patan rumah tangganya. Apabila dilihatsecara keseluruhan, rata-rata kontribusipendapatan yang diberikan alumni RGIterhadap peningkatan pendapatan ru -mah tangganya adalah sebesar 59.93per sen. Angka tersebut menunjukkanbah wa secara keseluruhan, alumni RGItelah mampu memberikan rata-rata kon-tribusi sebesar 59.93 persen terhadappeningkatan pendapatan rumah tang-ganya.

Melihat nilai kontribusi pendapatanyang cukup besar terhadap peningkatanpendapatan rumah tangga, hal itu berartiprogram pelatihan kerja yang diberikanRGI telah berhasil dalam mencapai tu -juan nya untuk mengentaskan kemiskin -an melalui pemberdayaan penganggur -an usia produktif. Program RGI sebagaisalah satu program pendayagunaan danazakat yang dimiliki Laznas Al Azhar dapatmenjadi percontohan bagi LembagaZakat lain atau Pemerintah dalam upayamemperbaiki kualitas angkatan kerjaIndonesia guna meminimalisasi angkakemiskinan yang ada. Waallahu a’lam. ■

Potret angka kemiskinan diIndonesia masih menunjukkanjumlah yang cukup besar.Sebanyak 27,7 juta jiwa atau

10, 64 persen dari total jumlah pen-duduk Indonesia masih hidup dibawahgaris kemiskinan (BPS 2017). Disamping itu rasio gini masih berkisardiangka 0.39 yang mengindikasikanbahwa kesenjangan ekonomi antarmasyarakat masih terbuka lebar. Dalamrangka mengurangi angka kemiskinandan kesenjangan ekonomi, pemerintahmeluncurkan program Nawacitadimana salah satu kebijakan utama dariprogram tersebut adalah memperkuatpelaku UMKM dengan cara memper-mudah akses permodalan yang murah.

Salah satu program pemerintahyang ditujukan untuk mendukung per-modalan pelaku UMKM yaitu KreditUsaha Rakyat (KUR). Program KUR inidisalurkan kepada masyarakat melaluilembaga perbankan yang memperolehsubsidi bunga dari pemerintah, sehing-ga diharapkan tidak akan memberatkanpara pelaku UMKM. Namun di sisi laindengan adanya program KUR inimenimbulkan kekhawatiran bagi lem -baga keuangan mikro seperti koperasidan BMT dimana mayoritas nasabahnyamerupakan para pelaku UMKM. Hal inidapat terjadi karena kope rasi ataupunBMT merasa kalah saing denganlembaga perbankan yang me na warkan

pembiayaan dengan bunga kecil sehing-ga dianggap lebih murah oleh nasabah.Akibatnya koperasi dan BMT tidak dapatberoperasi secara maksimal jika targetpasar mereka juga disasar oleh per-bankan yang notabene sudah memilikipangsa pasar yang lebih besar. Dalamhal ini kebijakan pemerintah dinilaihanya berpihak pada salah satu sektoryaitu perbankan.

Program KUR yang dinilai dapatbermanfaat bagi pelaku UMKM ternyatabelum sepenuhnya mampu menjang -kau semua pelaku UMKM, terutamabagi mereka yang tidak memilikiagunan dan porsi pembiayaan kecil(ultra mikro). Disisi lain, peran lembagakeuangan mikro syariah yang selama initelah teruji keberhasilannya dalammendorong inklusi keuangan syariahmasih belum memiliki porsi yang cukupdalam program KUR ini. Ada baiknyajika pemerintah juga mulai melihatperan lebih dari lembaga keuangnmikro syariah/koperasi tersebut untukdiberi kepercayaan mengelola danaKUR melalui skema yang disesuaikandengan kapasitas mereka. Hal ini tidaksekedar afirmasi yang tanpa perhitung -an ketika kita disadarkan bahwa kope -rasi syariah maupun BMT yang adaselama ini tidak sedikit jumlahnya yangtelah memiliki performa bagus danbahkan melebihi Bank Syariah yang ada.

Belum tuntas konsep afirmasi yang

mestinya mulai diberikan kepadaKoperasi syariah maupun BMT untukmenerima program KUR yang well con-ditioned, muncul program Ultra Mikro(UMI) dari pemerintah sebagai inisiasiprogram pembiayaan kepadamasyarakat low income di berbagaisektor usaha ultra mikro. Nawaitu dariprogram ini sangat bagus terutamadalam menyediakan fasilitas pembi-ayaan yang mudah dan murah bagipelaku UMKM. Namun demikian,berbagai hal yang melekat padaprogram UMI ini harus disesuaikan danmengarah pada tercapainya kesejah -teraan baik koperasi/BMU maupun enduser-nya. Sehingga antara nawaitu danistiqbalul qiblat-nya terpenuhi. Tujuanpembiayaan ultra mikro disisi lainadalah untuk menambah jumlahwirausaha mikro yang terfasilitasi olehpemerintah termasuk wirausaha baru.Sehingga harapannya program ini akanmeningkatkan perekonomian danjumlah pelaku UMKM. Aspek inipunharus terancang dengan baik di awal,bahwa jangan sampai end user pelakuusaha ini merupakan pelaku yang samadari end user usaha mikro dari programpembiayaan yang lain. Hal ini tidak akanmenambah jumlah pelaku Usaha Mikroyang ada sebagaimana niatan baikprogram.

Adanya program pembiayaan ultramikro tentu akan menjadi angin segar

bagi industri keuangan mikro terutamabagi koperasi dan BMT di tengah-tengah kekhawatiran yang terjadi. Halini dikarenakan koperasi dan BMT yangmerupakan Lembaga Keuanagn BukanBank (LKBB) didaulat sebagai penyalurdana dari program tersebut. Akan tetapidalam paket kebijakan yang telahdikeluarkan, penyaluran dana daripemerintah tidak langsung ditujukanpada koperasi atau BMT melainkanmelalui tiga BUMN yang telah dise-butkan. Hal ini tentu menimbulkanbanyak pertanyaan, padahal ada bebe -rapa koperasi atau BMT yang cukupmampu untuk langsung mengeloladana tersebut. Sehingga beberapalangka yang mesti harus terantisipasidari awal antara lain: (a) Niatan baik dariberbagai program pembiayaan/kreditdari pemerintah ini harus tetap terjaga,yaitu peningkatan kesejahteraanmasyarakat, (b) Berbagai program yangdiinisiasi oleh pemerintah ini seyo-gyangya bisa meningkatkan peran danperforma berbagai lembaga yangberhubungan, termasuk koperasisyariah maupun BMT yang ada, tidakmaslah sebaliknya, (c) Program iniharus berorientasi pada kesempatanpemberdayaan bagi lembaga keuanganyang masih belum siap untuk kemudianbisa memiliki performa yang sesuai kri-teria,dan (d) Secara bersama-samadengan organisasi keagamaan yang adaNU dan Muhammadiyah sertamasyarakat yang terlibat untukmengevaluasi keberhasilan programdari aspek prudential maupun gover-nance-nya untuk mencapai tujuanbersama yang mulia.

Wallahu a’lam. ■

TAMKINIA

Dr Jaenal EffendiKetua Departemen

Ilmu Ekonomi SyariahFEM IPB

Nawaitu Pemerintah dalam Perluasan Program Pembiayaan

19 KAMIS, 28 SEPTEMBER 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Dr MuhammadFindi A

Dosen IE FEM IPB danSekretaris Pusat Studi

Bisnis dan EkonomiSyariah (CIBEST) IPB

Khalifah M AliStaf Pengajar

Departemen IlmuEkonomi Syariah FEM

IPB

ZaenahAlumnus S1 Ekonomi

Syariah FEM IPB

Gambar 1. Kuadran CIBEST

Pengaruh Zakat terhadap Kesejahteraan Mustahik:

Studi Kasus Laznas Al-Azhar

GKS (GARIS KEMISKINAN SPIRITUAL)

Kuadran II (Miskin material) Kuadran I (Sejahtera)Sebelum 8 Sesudah 0 Sebelum 13 Sesudah 26

Kuadran IV (Miskin absolut) Kuadran III (Miskin spiritual)Sebelum 3 Sesudah 0 Sebelum 6 Sesudah 4

GKM (Garis Kemiskinan Material)

Sumber: Data Primer 2017

TAHTA AIDILLA/REPUBLIKA

Tata busana 1 606 250 2 087 500 3 693 750 56.51Fotografi dan videografi 1 940 000 2 080 000 4 420 000 56.11Aplikasi perkantoran 1 250 000 3 160 000 4 410 000 71.66Teknik komputer dan jaringan 2 033 333 3 393 388 5 426 721 62.53Desain grafis 1 662 500 1 900 000 3 562 500 53.33Otomotif 1 500 000 2 200 000 3 700 000 59.46

Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

Program studi

Pendapatanrumahtangga

sebelumperiode

pelatihan(I1)

Pendapatananggotakeluarga

yangmenjadialumniRGI (I2)

Pendapatanrumahtanggasetelahperiode

pelatihan(I1+I2)

PersentaseI2 terhadap

pening -katan pen-

dapatanrumahtangga

Tabel 1. Persentase kontribusi pendapatan alumni RGI terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga