jurnal dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak yang … · 2017. 11....

15
JURNAL DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGEDARAN NARKOTIKA Disusunoleh: CHRISTA ERVEGA NPM : 110510614 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan Pidana UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2016

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • JURNAL

    DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANATERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGEDARAN

    NARKOTIKA

    Disusunoleh:

    CHRISTA ERVEGA

    NPM : 110510614

    Program Studi : Ilmu Hukum

    Program Kekhususan : Peradilan Pidana

    UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

    FAKULTAS HUKUM

    2016

  • DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANATERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGEDARAN

    NARKOTIKAChrista Ervega

    Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakartaemail: [email protected]

    Children are budding, the potential of the younger generation successor to theideals of the struggle of a nation that has a strategic role and have special properties thatestablish the continued existence of the nation and the state in future. It is fitting a child toget the attention of education and the opportunity to develop the potential that exists withinhim. But the presence of narcotics in Indonesia is a threat to the future sustainability of thenation’s first narcotics has now penetrated into the sphere of children. Lack of parentalsupervision, the wrong crowd and the underlying child property narcotics with a criminaloffense and should be against the law. The decision of the judge in giving consideration tothe cases of children who commit drug the trafficking that is based on the examination incourt, the breadth of distribution old defendant child committed the crime of trafficking ofnarcotics, as well as aggravating things as aggravating things like trafficking of repeated.Besides the judge also based on the mitigating circumstances the defendant is whether ornot the threats made by others so that children are forced to commit such offenses underthe threat of other parties so that the child actually is a victim of violence. The impositionof the judge’s ruling, the child is proven in court do narcotics will be punished coaching toimprove their behavior so that they are expected to front not repeat the same offense. Theunderlying factors of consideration of the judge in the criminal verdict against childrenwho commit drug trafficking among others, education, social factors/environmentalexample. Street children, slum environment, less concerned for the parents so that theabsence of parental supervision, the extent of child interactions that ultimately recruited bycity narcotics as dealers.

    Keyword: The Crime of Child, Narcotic Crime,The crime of trafficking of narcotics

    1. PENDAHULUAN

    A. LatarBelakangMasalah

    Kejahatan narkoba (narkotika dan obat-obatberbahaya) adalah kejahatan internationaldengan modus operandi yang rapih, yaitumemanfaatkan perkembangan teknologi palingmutakhir dan canggih dalam bidangtelekomunikasi dan transportasi.1Mengacu data

    1Dr.Mardani, 2008, PenyalahgunaanNarkoba, RajaGrafindoPersada, Jakarta, hlm. xi

    Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)mencatat terkait penyalahgunaan narkoba,selama kurun waktu 2011 hingga 2014 terjadipeningkatan signifikan jumlah anak yangterjerat narkoba hingga mencapai hampir 400%.Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia(KPAI), Asorun Ni’am Soleh, merincipeningkatan kasus penyalahgunaan narkobapada anak, di mana pada 2011 angka pengaduanpenyalahgunaan narkotika anak sebanyak 12kasus, 2012 sebanyak 17 kasus, 2013 sebanyak21 kasus dan tertinggi pada 2014 yakni 42

  • kasus ada peningkatan dalam aktifitas ini danitu sangat memprihatinkan.2

    Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 23tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,dikatakan bahwa anak adalah amanah dankarunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yangdalam dirinya melekat harkat dan martabatsebagai manusia seutuhnya , lebih lanjutdikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi,dan generasi muda penerus cita-cita perjuanganbangsa , memiliki peran strategis danmempunyai ciri dan sifat khusus yangmenjamin kelangsungan eksistensi bangsa dannegara pada masa depan. Oleh karena itu agaranak kelak mampu memikul tanggung jawabtersebut, maka ia perlu mendapat kesempatanyang seluas-luasnya untuk tumbuh danberkembang secara optimal, baik fisik, mentalmaupun sosial, dan berakhlak mulia, perludilakukan upaya perlindungan serta untukmewujudkan kesejahteraan anak denganmemberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpadiskriminasi.3Oleh sebab itu kesejahteraan anakjuga harus diperhatikan, seperti yang tercantumdalam Undang-Undang Republik Indonesianomor 4 tahun 1979 tentang KesejahteraanAnak Bab.I Pasal 1 a Ketentuan Umum bahwakesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupandan penghidupan anak yang dapat menjaminpertumbuhan dan perkembangannya denganwajar, baik secara rohani, jasmani maupunsosial4.

    2www.kpai.go.id/berita/kpai-jumlah-anak -korban-narkoba-terus-bertambah/, Davit Setyawan,23oktober 2015.3M.Nasir Djamil, 2015, .Anak Bukan UntukDihukum, Cetakan Ketiga, Sinar Grafika Offset,Jakarta, hlm. 14Endang Sumiarni, Chandra Halim, 2000,Perlindungan Hukum terhadap anak dibidangkesejahteraan, Universitas Atmjaya Yogyakarta,hlm. 15

    Arif Gosita mengatakan bahwa anak itu wajibdilindungi agar mereka tidak menjadi korbantindakan siapa saja (individu, kelompok,organisasi, swasta, maupun pemerintah) baiksecara langsung maupun tidak langsung5. Olehsebab itu apabila anak tersebut melakukantindak pidana dan diproses dipengadilan, makapertimbangan hakim dalam menjatuhkanputusan pidana terhadap anak yang melakukantindak pidana sangatlah dibutuhkan demi masadepan si anak. Undang-Undang Nomor 11tahun 2012 Tentang Sistem Pengadilan anakPasal 1 ayat (2), anak yang berhadapan denganhukum adalah anak yang berkonflik denganhukum, anak menjadi korban tindak pidana ,dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.Pasal 1 ayat (3) anak yang berhadapan denganhukum adalah anak yang berkonflik denganhukum, anak yang telah berumur 12 (duabelas)tahun, tetapi belum berumur 18 (delapanbelas)tahun yang diduga melakukan tindak pidana.6

    Dibentuknya Undang-Undang tentangPengadilan Anak antara lain karena disadaribahwa walaupun kenakalan anak merupakanperbuatan anti sosial yang dapat meresahkanmasyarakat namun hal tersebut diakui sebagaisuatu gejala umum yang harus diterima sebagaisuatu fakta sosial. Menurut M.Nasir Djamilmengatakan, anak bukanlah untuk dihukummelainkan harus diberikan bimbingan danpembinaan, sehingga bisa tumbuh danberkembang sebagai anak normal yang sehatdan cerdas seutuhnya. Anak adalah anugrahAllah Yang Maha Kuasa sebagai calon generasipenerus bangsa yang masih dalam masaperkembangan fisik dan mental. Terkadanganak mengalami situasi sulit yang membuatnyamelakukan tindakan yang melanggar hukum.Walaupun demikian, anak yang melanggarhukum tidaklah layak untuk dihukum apalagi

    5Arif Gosita, 1989, Masalah perlindungan anak,Akademi pressindo, Jakarta, hlm. 1356Nandang Sambas, Ibid. Hlm. 137

  • kemudian dimasukkan ke dalam penjara.7 Dariuraian diatas maka penulis mengambil skripsiyang berjudul “Pertimbangan hakim dalammenjatuhkan pidana terhadap anak yangmelakukan tindak pidana pengedarannarkotika”

    B. RumusanMasalah

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas makapenulis dapat merumuskan masalah sebagaiberikut:

    Apakah yang menjadi dasar pertimbanganhakim dalam menjatuhkan putusan pidanaterhadap anak yang melakukan tindakanpidanapengedaran narkotika di D.I.Yogyakarta?

    Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapaipenulis dari penelitian ini adalah sebagaiberikut :

    Untuk memperoleh data tentang pertimbanganhakim dalam menjatuhkan putusan pidanatehadap tindak pidana yang dilakukan olehanak.

    Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yangdihadapi oleh hakim dalam menjatuhkan pidanaterhadap anak.

    METODE

    A. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan dalampenyusunan skripsi ini adalah penelitin hukumnormatif, yang pada dasarnya penelitian iniberfokus pada norma hukum positif berupaperaturan perUndang-Undangan yng berkaitandengan permasalahan dalam penelitianpenelitian Dasar Pertimbangan Hakim Dalam

    7M.Nasir Djamil, Op.Cit, hlm. 8

    Mejatuhkan Putusan Pidana Terhadap AnakYang Melakukan Tindak Pidana PengedaranNarkotika di DIY.

    2. Sumber Data

    Data yang diperlukan adalah dalam penelitianini adalah data sekunder. Data sekundermeliputi :

    a. Bahanhukum primer

    Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yangbersifat mengikat, yang berupa :

    Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 BAB I Pasal 1ayat 6 tentang Pengedar Narkotika

    Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentangnarkotika Pasal 1 ayat (1)

    Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman

    Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak

    Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang SistemPeradilan Pidana Anak

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak BAB.I Pasal 14.

    Bahan hukum sekunder

    Bahan hukum sekunder merupakan bahanhukum yang bersifat menjelaskan terhadapbahan hukum primer, yang terdiri dariliterature, artikel, hasil penelitian lainnya yangberhubungan dengan penelitian ini.

    Bahan hukum tersier

  • Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yangmendukung bahan hukum sekunder yangberasal dari kamus umum Bahasa Indonesia.

    3.Metode Pengumpulan Data

    a) Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan untuk mempelajaribahan hukum primer yang berupa peraturanperundang-undangan, bahan hukum sekunderyang berupa pendapat hukum dan pendapat nonhukum dari buku, internet, dan lain-lain.

    b) Wawancara

    Pengumpulan data penelitian dilakukan secaralangsung dengan narasumber melaluiwawancara.

    4. Narasumber

    Dalam hal ini penulis mendapatkan penjelasanberupa pendapat hukum dari narasumber yaituBapak M. Zulfikar S.H, M.Hum selaku Hakimdi Pengadilan Negri Sleman, Yogyakarta.

    5. Metode Analisis Data

    Analisis data dilakukan terhadap bahan hukumprimer yang berupa peraturan perundang-undangan, sesuai 5 tugas ilmu hukumnormatif/dogmatif, yaitu deskripsi hukumpositif, sistematisasi hukum positif, analisishukum positif, interpretasi hukum positif, danmenilai hukum positif. Di samping itu bahanhukum sekunder yang berupa pendapat hukumdianalisis dengan maksud mencari perbedaandan persamaan pendapat hukum.8

    Bahan hukum primer dan bahan hukumsekunder diperbandingkan, dan dicari adatidaknya kesenjangan. Proses berpikir dalampenarikan kesimpulan digunakan secara

    8EndangSumiarni, tanpatahun,MetodologiPenelitianHukum, UniversitasAtma JayaYogyakarta, FakultasHukum.

    deduktif yaitu pola berpikir yang berdasarkanpada hal-hal yang bersifat umum yang berupapermasalahan-permasalahan yang timbul dalampertimbangan hakim dalam menjatuhkanputusan pidana tehadap tindak pidana yangdilakukan oleh anak. Kemudian ditarik menjadisuatu kesimpulan yang bersifat khusus.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN.

    A. Tinjauan Umum Tentang KekuasaanKehakiman

    1. Pengertian Hakim

    Bahwa Kekuasaan Kehakiman yang dimaksudmenurut Undang-Undang Nomor 48 Tahun2009 BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 1,kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negarayang merdeka untuk menyelenggarakanperadilan guna menegakkan hukum dankeadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun1945, demi terselenggaranya Negara HukumRepublik Indonesia. Macam-macam Hakimmenurut undang-undang nomor 48 tahun 2009Pasal 1 ayat 5-7 yaitu :

    Hakim adalah hakim pada mahkamah Agungdan hakim pada badan peradilan yang beradapada di bawahnya dalam lingkungan peradilanagama, lingkungan peradilan militer,lingkungan peradilan tata usaha Negara, danhakim pada pengadilan khusus yang beradadalam lingkungan peradilan tersebut.

    Hakim Agung adalah Hakim pada MahkamahAgung.

    Hakim Konstitusi adalah Hakim padaMahkamah Konstitusi.

    Bahwa hakim artinya orang yang mengadiliperkara dalam pengadilan atau Mahkamah,Hakim juga berarti pengadilan. Berhakim

  • artinya minta diadili perkaranya. Menghakimiartinya berlaku sebagai hakim terhadapseseorang. Kehakiman artinya urusanhukumdan pengadilan, ada kalanya istilah hukumdipakai oleh orang budiman, ahli dan orangbijaksana9.

    2.Tugas pokok dalam bidang peradilan(teknis yudisial) :

    Menerima, memeriksa dan mengadili sertamenyelesaikan setiap perkara yang diajukankepadanya.

    Mengadili menurut hukum dengan tidakmembedakan orang.

    (Pasal 4 ayat (1) )

    Membantu para pencari keadilan dan berusahasekeras-kerasnya mengatasi segala hambatandan rintangan demi tercapainya peradilan yangsederhana, cepat dan biaya ringan.

    (Pasal 4 ayat (2) )

    Tercapainya peradilan yang sederhana, cepatdan biaya ringan.

    Tidak boleh menolak memeriksa dan mengadilisuatu perkara yang diajukan dengan dalihbahwa hukum tidak atau kurang jelas,melainkan memeriksa dan mengadilinya.( Pasal10 ayat (1) )

    Tugas yuridis, yaitu memberi keterangan,pertimbangan dan nasihat-nasihat tentang soal-soal hukum kepada lembaga Negara lainnyaapabila diminta.

    Tugas akademis atau ilmiah dalammelaksanakan tugas pokoknya, yaitu hakimwajib menggali, mengikuti, dan memahami

    9LilikMulyadi, Putusan hakimdalamhukumacarapidana:teoripraktik,teknikpenyusunandanpermasalahannya, 2010, Citra AdtyaBakti, Bandung, Hlm. 125.

    nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidupdalam masyarakat.( Pasal 5 ayat (1) ).

    Adapun secara konkret tugas hakim dalammengadili sesuatu perkara melalui 3 tindakansecara bertahap:

    Mengkonstatir (mengkonstatasi) yaitumengakui atau membebarkan telah terjadinyaperistiwa yang telah diajukan para pihak dimuka persidangan. Syaratnya adalah peristiwakonkret itu harus dibuktikan terlebih dahulu,tanpa pembuktian hakim tidak bolehmenyatakan suatu peristiwa konkret itu benar-benar terjadi. Jadi mengkonstatir peristiwaberarti juga membuktikan ataumenganggaptelah terbuktinya peristiwatersebut.

    Mengkwalisir (mengkwalifikasi) yaitu menilaiperistiwa yang telah dianggap benar-benarterjadiitu termasuk dalam hubungan hukumyang amanah atau seperti apa. Dengan kata lainmengkwalisir adalah menemukan hukumnyaterhadap peristiwa yang telah dikonstatir dengajalan menerapkan peraturan hukum terhadapperistiwa tersebut.

    Mengkonstituir (mengkonstitusi) ataumemberikan konstitusinya, yaitu hakimmenetapkan hukumnya dan memberi keadilankepada yang bersangkutan. Di sini hakimmengambil kesimpulan dari adanya premisemayor (peraturan hukumnya) dan premiseminor (peristiwanya). Dalam memberikanputusan, hakim perlu memperhatikan faktoryang seharusnya diterapkan secara proposionalyaitu: keadilan, kepastian hukumnya, dankemanfaatannya.

    3. Kewajiban Hakim

    Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksaperkara (mengadili), mengadili adalahserangkaian tindakan hakim untuk menerima,memeriksa, dan memutus perkara pidana

  • berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidakmemihak disidang pengadilan dalam hal danmenurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Pasal 1 ayat 9 KUHAP, ia tidak bolehmenolak perkara dengan alasan tidak ada aturanhukumnya atau aturan hukumnya kurang jelas.Oleh karena itu hakim itu dianggap mengetahuihukum Curialus Novit. Jika aturan hukum tidakada ia harus menggalinya denga ilmupengetahuan hukum, jika aturan hukum kurangjelas maka ia harus menafsirkannya. Hakimsebagai pejabat Negara dan penegak hukumwajib menggali, mengikuti dan memahaminilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidupdalam masyarakat serta dalammempertimbangkan berat ringannyapidana,hakim wajib mempertimbangkan pulasifat yng baik dan jahat dari terdakwa ( Pasal 28Undang-Undang Nomor 4/2004 jo.Undang-Undang Nomor 48/2009). Seorang hakim wajibmengundurkan diri dari persidanganapabilaterikat hubungan keluarga sedarah atausemanda sampai derajat ketiga ,atau hubungansuami atau istri meskipun ketiga, atau hubungansuami atau istri meskipun telah bercerai, dengaketua, salah seorang hakim anggota, jaksaadvokat, atau panitera. (Pasal 30 ayat 1Undang-Undang nomor 4/2004 jo.Undang-Undang nomor 48 tahun 2009).

    4. Kebebasan hakim

    Kemandirian kekuasaan kehakiman ataukebebasan kehakiman merupakan asas yangsifatnya universal, yang terdapat dimana sajadan kapan saja. Asas ini berarti bahwa dalammelaksanakan peradilan, hakim itu padadasarnya bebas, yaitu bebas dalam memeriksadan mengadili perkara bebas dari campurtangan atau turun tangan kekuasaan ekstrayudisiil. Jadi pada dasarnya dalam memeriksadan mengadili, hakim bebas untuk menentukansendiri cara-cara memeriksa dan mengadili.Kecuali itu pada dasarnya tidak ada pihak-

    pihak, baik atasan hakim yang bersangkutanmaupun pihak ekstra yudisiil yang bolehmencampuri jalannya siding peradilan.

    Meskipin pada asasnya hakim itu mandiri ataubebas, tetapi kebebasan hakim itu tidaklahmutlak, karena dalam menjalankan tugasnyahakim secara mikro dibatasi oleh Pancasila,UUD, peraturan perundang-undangan,kehendak para pihak, ketertiban umum dankesusilaan.itu adalah faktor-faktor yang dapatmembatasi kebebasan hakim. Meskipunkebebasan hakim itu bersifat universal, tetapipelaksanaannya di masing-masing Negara tidaksama.10

    Membicarakan tentang pelaksanaankemandirian kekuasaan kehakiman, perlu adaparameter yang jelas yang menjadi tolak ukurmandiri atau tidaknya lembaga peradilantersebut. kemandirian kekuasaan kehakiman disini dapat dibedakn menjadi tiga macam, yaitukemandirian lembaganya, kemandirian prosesperadilannya dan kemandirian hakimnyasendiri.

    5. Dasar Pertimbangan Hakim dalammenjatuhkan putusan pidana.

    Sebagaimana diketahui bahwa setiappemeriksaan melalui proses acara pidana,keputusan hakim haruslah selalu didasarkanatas surat pelimpahan perkara yang memuatseluruh dakwaan atas kesalahan terdakwa.selainitu keputusan hakim juga harus tidak bolehterlepas dari hasil pembuktian selamapemeriksaan dn hasil siding pengadilan.Memproses untuk menentukan bersalahtidaknya perbuatan yang dilakukan seseorang,hal ini semata-mata dibawah kekuasaankehakiman, artinya hanya jajaran departemeninilah yang diberi wewenang untuk memeriksa

    10BambangSutiyosodan Sri HastutiPuspitasari, 2005,Aspek-AspekPerkembanganKekuasaanKehakiman diIndonrsia, UII Press, Yogyakarta, hlm.51

  • dan mengadili setiap perkara yang datang untukdiadili. Hakim dalam menjalankan tugasnyadalam menyelesaikan suatu perkara, khususnyaperkara pidana tidak jarang kita temui bahwauntuk menyelesaikan suatu perkara, khususnyaperkara pidana tidak jarang kita temui bahwauntuk menyelesaikan satu perkara tersebutmemerlukan waktu yang cukup panjang, bisasampai berminggu-minggu atau bahkanberbulan-bulan dan mungkin bisa sampai satutahun lamanya baru bisa terselenggara atauselesainya satu perkara di pengadilan.

    Hambatan atau kesulitan yang ditemui hakimuntuk menjatuhkan putusan bersumber daribeberapa faktor penyebab, seperti pembela yangselalu menyembunyikan suatuperkara,keterangan saksi yang terlalu berbelit-belit atau dibuat-buat, serta adanyapertentangan keterangan antara saksi yang satudengan saksi yang lain serta tidak lengkapnyabukti materil yang diperlukan sebagai alat buktidalam persidangan. Peranan hakim dalammenentukan suatu kebenaran melalui prosesperadilan tidak lain adalah putusannya sendiri.Maksudnya, ada tidaknya kebenaran itu harusditentukan atau ditetapkan lewat putusan. Didalam hubungan tersebut jelaslah apa yangditegaskan bahwa untuk menemukan kepastian,kebenaran dan keadilan antara lain akan tampakdalam apa yang diperankan oleh hakim dalampersidangan, sejak pemeriksaan sampai padaputusan pengadilan bahkan sampaieksekusinya. Dasar pertimbangan hakim harusberdasarkan saksi-saksi, barang bukti,keterangan terdakwa, dan alat bukti dan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, sertaunsur-unsur pasal tindak pidana yangdisangkakan kepada terdakwa. Karena putusanyang dibuktikan adalah sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan. Selain itujuga dasar pertimbangan hakim dalammenjatuhkan sanksi terhadap teerdakwa harusberdasarkan keterangan ahli, barang bukti, yang

    diperlihatkan di persidangan, pada saatpersidangan terdakwa berperilakusopan,terdakwa belum pernah di hukum,terdakwa mengakuisemua perbuatannya danapa yang diutarakan oleh terdakwa atau saksibenar adanya tanpa adanya paksaan dari pihakmanapun.

    B. TinjauanUmumTentangAnaksebagaiPengedarNarkotika

    1. PengertianAnak

    Bahwa Anak yang dimaksud menurut ketentuanUndang-Undang Republik Indonesia nomor 35tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 Pasal 1 ayat 1tentang pengadilan anak, anak adalah seseorangyang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,termasuk anak yang masih dalam kandungan.Pengadilan anak adalah segala kegiatan untukmenjamin dan melindungi anak dan hak-haknyaagar dapat hidup, tumbuh, berkembang, danberpartisipasi secara optimal sesuai denganharkat dan martabat kemanusiaan, sertamendapat perlindungan dari kekerasan dandiskriminasi.

    Anak juga memiliki haknya sebagai anak, didalam Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang nomor23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,bahwa “hak anak adalah bagian dari hak asasimanusia yang wajib dijamin, dilindungi, dandipenuhi oleh orang tua, keluarga, lingkungan,masyarakat, negara, pemerintah, danpemerintah daerah.11Anak juga adalah sebagaigenerasi penerus yang akan datang, baikburuknya masa depan bangsa tergantung pulapada baik buruknya kondisi anak saat ini.

    2. Batasan usia anak yang dapat diajukan kesidang pengadilan

    11M.NasirDjamil, 2015, anakbukanuntukdihukum,cetakanketiga, SinarGrafika, Jakarta Timur, Hlm.11

  • Secara hukum anak tetap dilindungi olehNegara Undang-Undang nomor 23 tahun 2002Tentang Perlindungan Anak. Dalam hal si anakmelakukan pelanggaran dan atau perbuatanpidana maka si anak sejatinya tetap dilindungioleh undang-undang yang tidak lain adalahmengenai penegasan batas umur anak dalamberacara di pengadilan dan diantaranyamengenai ancaman pidana maksimal bagi anak.Diantaranya adalah peraturan berdasar undang-undang :

    Batas umur anak nakal dapat diajukan ke sidingpengadilan anak adalah sekurang-kurangnya 8(delapan) tahun tetapi belim mencapai 18(delapan belas) tahun dan belum pernah kawin,hal ini terdapat dalam Pasal 4 ayat1.

    Pasal 26 ayat 1 pidana penjara yang dapatdijatuhkan kepada anak nakal sebagaimanadimaksud dalam pasal 1 angka 2 huruf a palinglama ½ (satu per dua) dari maksimum ancamanpidana penjara bagi orang dewasa.

    Ayat 2 apabila anak nakal sebagaimanadimaksud dalam pasal 1 angka 2 huruf a,melakukan tindak pidana yang diancam denganpidana mati atau pidana penjara seumur hidupmaka pidana penjara yang dapat dijatuhkankepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh)tahun.

    Ayat 3 apabila anak nakal sebagaimanadimaksud dalam pasal 1 angka 2 huruf a, belummencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukantindak pidana yang diancam pidana mati ataupidana seumur hidup, maka terhadap anak nakaltersebut hanya dapat dijatuhkan tindakansebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat 1huruf b.

    Ayat 4 Apabila anak nakal sebagaimanadimaksud dalam pasal 1 angka 2 huruf a, belummencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukantindak pidana yang tidak diancam pidana mati

    atau tidak diancam pidana penjara seumurhidup, maka terhadap anak nakal tersebutdijatuhkan salah satu tindakan sebagaimanadimaksud dalam pasal 24.

    Pasal 28 ayat 1, pidana denda yang dapatdijatuhkan kepada anak nakal paling banyak ½(satu per dua) dari maksimum ancaman pidanadenda bagi orang dewasa.

    Ayat 2, apabila pidana denda sebagaimanadimaksud dalam ayat 1 ternyata tidak dapatdibayar maka diganti dengan wajib latihankerja.

    Ayat 3, wajib latihan kerja sebagai penggantidenda dilakukan paling lama 90 (Sembilanpuluh) hari kerja dan lama latihan kerja tidaklebih dari 4 (empat) jam sehari serta tidakdilakukan pada malam

    3. Penjatuhan pidana bagi anak pengedarnarkotika

    Terkait dengan anak yang melakukan tindakpidana pengedaran narkotika, hukuman atauputusan pidana yang dijatuhkan ke anak punjuga berbeda.Anak tidak seharusnya di berihukuman atau dijatuhkan sanksi pidana, lebihtepatnya anak diberi pembinaan atau pelatihankerja dimana pidana penjara adalah upayaterakhir yang dijatuhkan.

    Di dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal79 ayat 2 dijelaskan bahwa, “pidanapembatasan kebebasan yang dijatuhkanterhadap anak paling lama ½ (satu per dua)darimaksimum pidana penjara yang diancamkanterhadap orang dewasa. Anak juga tidak dapatdijatuhkan hukuman mati yang dijatuhkanterhadap anak. Di dalam Pasal 81 ayat 6dijelaskan bahwa “jika tindak pidana yangdilakukan anak merupakan tindak pidana yangdiancam dengan pidana mati atau pidanapenjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan

  • adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun”.

    Bahwa pengedar narkotika yang dimaksudmenurut ketentuan Undang-Undang RepublikIndonesia nomor 35 tahun 2009 tentangnarkotika bab.I ketentuan umum Pasal 1 ayat 6bahwa, peredaran narkotika adalah setiapkegiatan atau serangkaian kegiatan yangdilakukan secara tanpa hak atau melawanhukum yang ditetapkan sebagai tindak pidananarkotika dan prekusor narkotika.Ancamanhukuman bagi pengedar narkotika di Indonesiapaling singkat 4 (empat) tahun dan maksimalhukuman mati.

    hari.12

    C. Tinjauan Umum Tentang Narkotika

    1. Pengertian Narkotika

    Narkotika yang dimaksud menurut ketentuanUndang-Undang Republik Indonesia nomor 35tahun 2009 tentang narkotika bab. I ketentuanumum Pasal 1 ayat 1, Narkotika adalah zat atauobat yang berasal dari tanaman atau bukantanaman, baik sintetis maupun semisintetis,yang dapat menyebabkan penurunan atauperubahan kesaaran, hilangnya rasa nyeri, dandapat menimbulkan ketergantungan, yangdibedakan ke dalam golongan-golongansebagaimana terlampir dalam undang-undangini. 13Narkotika juga merupakan zat atau obatyang sangat bermanfaat dan diperlukian untukpengobatan penyakit tertentu.Namun, jikadisalahgunakan atau digunakan tidak sesuaidengan standar pengobatan dapat menimbulkanakibat yang sangat merugikan bagiperseorangan atau masyarakat khususnyagenerasi muda. Hal ini akan lebih merugikan

    12 Ibid. Hlm.6913DR.H.HarifinA.Tumpa, 2011,Komentar&Pembahasan, cetakanpertama,SinarGrafika, Jakarta Timur, Hlm.59

    lagi jika disertai dengan penyalahgunaan danperedaran gelap narkotika yang dapatmengakibatkan bahaya yang lebih besar bagikehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yangpada akhirnya akan dapat melemahkanketahanan nasional.

    2. Golongan-Golongan Narkotika

    Adapun golongan-golongan narkotika yang adadi dalam ruang lingkup bab. III Pasal 6 ayat 1“narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal5 digolongkan ke dalam :

    Narkotika Golongan I

    Narkotika Golongan II

    Narkotika Golongan III

    Di dalam Undang-Undang nomor 35 tahun2009 Pasal 7 disebutkan bahwa narkotikagolongan I “narkotika hanya dapat digunakanuntuk kepentingan pelayanan kesehatandan/atau pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi.Di dalam Pasal 12 ayat 1 bahwa “narkotika golongan I dilarang diproduksidan/atau digunakan dalam proses produksi,kecuali dalam jumlah yang sangat terbatasuntuk kepentingan pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi.

    Narkotika golongan II yaitu narkotika yangberkhasiat pengobatan digunakan sebagaipilihan terakhir dan dapat digunakan dalamterapi dan atau untuk tujuan pengembanganilmu pengetahuan serta mempunyai potensitinggi mengakibatkanketergantungan.Narkotika golongan III yaitunarkotika yang berkhasiat pengobatan danbanyak digunakan dalam terapi dan atau tujuanpengembangan ilmu pengetahuan sertamempunyai potensi ringan mengakibatkanketergantungan.Golongan II dan Golongan IIIdi dalam bab IX pengobatan dan rehabilitasipasal 53 ayat 1 disebutkan bahwa “ untuk

  • kepentingan pengobatan dan berdasarkanindikasi medis, dokter dapat memberikanNarkotika Golongan II atau Golongan III dalamjumlah terbatas kepada pasien sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    3. Pemidanaan bagi Pengedaran Narkotika

    Tindak pidana pengedaran narkotika tidak lagidilakukan secara perseorangan,melainkanmelibatkan banyak orang yang secara bersama-sama, bahkan merupakan satu sindikat yangterorganisasi dengan jaringan yang luas yangbekerja secara rapid an sangat rahasia baikditingkat nasional maupun internasional.Untukmenimbulkan efek jera terhadap pelakupenyalahgunaan dan peredaran gelap narkotikadiatur mengenai pemberatan sanksi pidana, baikdalam bentuk minimum khusus, pidana penjara20 (dua puluh) tahun, pidana penjara seumurhidup, maupun pidana mati. Pemberatan pidanatersebut dilakukan dengan mendasarkan padagolongan, jenis, ukuran, dan jumlahnarkotika.Di dalam Undang-Undang Nomor 35tahun 2009 Bab XV mengenai ketentuanpidana, beberapa pasal yang mencantumkansanksi pidana mati yang menyangkut tindakpidana narkotika.

    D. Dasar Pertimbangan Hakim DalamMenjatuhkan Putusan Pidana TerhadapAnak Yang Melakukan Tindakan PidanaPengedaran Narkotika

    Seperti yang kita ketahui bahwa Hakim adalahseorang penegak hukum yang memiliki tugasatau fungsi untuk mengadili suatu perkara yangterjadi di persidangan. Berdasarkan wawancaradengan Bapak M.Zulfikar selaku HakimPengadilan Negeri Sleman Yogyakarta danmenganalisis putusan pemidanaan yangberkenaan dengan perkara tindak pidanaapenyalahgunaan narkotika anak. Berdasarkanhasil penelitian penulis yang dilakukan diPengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta

    mengatakan bahwa yang mendasaripertimbangan hakim dalam menjatuhkanputusan pidana terhadap anak yang melakukantindak pidana pengedaran narkotika, adalahhakim harus memperhatikan hal-hal apa sajayang memberatkan dan meeringankan bagianak dan juga melihat motif yang ada, apakahanak ini benar melakukan pengedarannarkotika, luas pengedaran yang anak tersebutlakukan dan sudah berapa lama anak inimengedarkan narkotika tersebut. Meringankanbagi anak apabila, apakah anak ini diperalatoleh jaringan narkotika dan menjalankanperintah dari gembong atau mafia narkotikatersebut, dan juga anak dalam kesaksiannya dipersidangan mengakui seluruh perbuatannyadan menyesali apa yang telah dia perbuat danjuga anak ini bersikap sopan di dalam ruangpersidangan maka Hakim dapat melihat putusanpidana apa yang bagus untuk dijatuhkanterhadap anak tersebut. Hakim juga harusmemperhatikan perkembangan danpertumbuhan si anak sehingga putusan yangdijatuhkan oleh hakim dapat berimplikasi anaktersebut tidak akan mengulangi perbuatannyalagi. Terkadang putusan yang dijatuhkan olehhakim ditentang oleh orang tua mereka sendiri,karena orang tua mereka tidak terima kalo anakmereka dijatuhkan pidana penjara karena orangtua mereka merasa bahwa anak ini hanyadiperalat atau diperintah oleh jaringan narkotikayang belakangan ini banyak merekrut anak-anak dibawah umur untuk mengedarkannarkotika tersebut dan nantinya anak tersebutakan diberi upah atas hasil kerja mereka, danpastinya anak-anak tersebut juga tidak akanmenolak perintah yang diberikan bagi mereka.

    Spesifikasi umur anak :

    12 tahun – 14 tahun tidak bisa dipenjara

    14 tahun -18 tahun bisa dipenjara tetapi tidakbisa dikenakan hukuman mati

  • Pengedar narkotika tidak dapat direhabilitasi,tetapi pengedar narkotika lebih dijatuhkan kedalam hukuman pembinaan dan dimasukkan kedalam Panti Bina Remaja (Yogyakarta) untukdilakukan pembinaan guna diawasi olehpengawas yang ada disana,untuk diberipelatihan, pembinaan, dan pembelajaran tentangbahaya narkotika dan mereka juga diajarkan apayang seharusnya menjadi dunia mereka, karenaanak seumuran mereka tidak pantas atau layakuntuk mengenal bahkan melakukan pekerjaanseperti melakukan pengedaran narkotika. Didalam Panti Binaan, anak masih bisamelakukan aktivitas belajarnya di luar seperti disekolah, dari pagi sampai siang anak tersebutsekolah tetapi setelah selesai pulang sekolahanak tersebut kembali lagi ke dalam pantibinaan tersebut. Di dalam Pasal 70 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak(SPPA) Bab.V Pidana dan Tindakan bagiankesatu Pasal 70 dijelaskan bahwa ,

    “ Ringannya perbuatan, keadaan pribadi Anak,atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatanatau yang terjadi kemudian dapat dijadikandasar pertimbangan hakim untuk menjatuhkanpidana atau mengenakan tindakan denganmempertimbangkan segi keadilan dankemanusiaan”

    Di dalam Pasal 71 ayat (1) dijelaskan tentang :

    “pidana pokok bagi anak terdiri atas :

    - Pidanaperingatan- Pidanadengansyarat:- Pembinaan di luarlembaga- Pelayananmasyarakat- Pengawasan- Pelatihankerja- Pembinaandalamlembaga- Penjara

    Hukuman penjara bagi anak tidak sama denganhukuman penjara yang dijatuhkan bagi orangdewasa, di dalam Pasal 79 ayat (2) SistemPeradilan Pidana Anak dijelaskan bahwa , “pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkanterhadap anak paling lama ½ (setengah) darimaksimum pidana penjara yang diancamkanterhadap orang dewasa”

    Anak bisa saja menjadi tahanan kota atautahanan rumah untuk proses penyidikan atauproses pengadilan atau proses persidangan.Hukaman penjara adalah sebagai upaya terakhiryang akan dilakukan. Ada beberapa faktor lainyang menyebabkan mengapa anak ini sampaimelakukan tindak pidana pengedaran narkotika,yaitu :

    Faktor pendidikan, yaitu :

    Sekolah adalah tempat didikan bagi anak-anak.Tujuan dari sekolah adalah mengajarkan anakuntuk menjadi anak yang mampu memajukanbangsa. Sekolah adalah sebuah lembaga yangdirancang untuk pengajaran siswa / murid dibawah pengawasan guru.

    Faktor sosial dan Lingkungan

    Sosial adalah segala perilaku manusia yangmenggambarkan hubungan nonindividualis.

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia.

    Faktor ekonomi

    Dimana anak ini terdesak atas keperluanhidupnya sehari-hari,anak ini berpikir bahwadengan melakukan pekerjaan ini merekamendapatkan uang yang banyak yang dapatmemenuhi kebutuhan hidup mereka dankeluarga.

    Terkadang di sekolah pun anak masih bisa lepasdari pengawasan guru, di mana luasnyaapergaulan anak dengan sesama temannya atau

  • lingkungan sekolah mengakibatkan anakdengan mudah diajak hal-hal yang bertentangandengan dunia pendidikan seperti diajak untukmengedarkan narkotika dan akan diberi upahapabila anak tersebut berhasil mengedarkanbarang tersebut. kurangnya pengawasan bagianak di lingkungan sekolah juga dapatmengakibatkan anak melakukan tindakan yangmenyimpang, di sekolah anak tersebut dengantekun mengikuti kegiatan belajar mengajar yangdiberikan tetapi ketika mereka sudah bersamadengan teman sebayanya maka anak tersebutmembahas yang bukan bersangkutan dengansekolah tetapi malah membahas hal-hal yangbersifat negative, karena sekolah merupakantempat anak tersebut memperoleh suatu ilmubagi perkembangan si anak.

    Selain faktor pendidikan, hakim jugamelihat dari faktor sosial si anak yaitu tempatdimana anak tersebut tinggal, tempat dimanaanak itu bergaul, siapa saja yang bergauldengan anak itu, apabila hakim melihat tersebutsudah hidup di lingkungan yang kumuh danatau anak tersebut tinggal atau hidup sebagaianak jalanan, bukan tidak mungkin anaktersebut melakukan hal yang menyimpang,tidak hanya sebagai pengedar narkotika tetapibisa saja menjadi pengguna narkotika, danapabila anak tersebut benar melakukan haltersebut maka hakim juga dapat menjatuhkanputusan pidana apa yang cocok buat anaktersebut. hakim juga tidak akan semena-menamenjatuhkan hukuman tersebut, hakim akanmenanyakan hal-hal yang terkait kepada anaktersebut sampai bisa melakukan pengedarannarkotika, dan apa yang melatarbelakangi anaktt melakukan hal tersebut

    4. KESIMPULAN

    Berdasarkan pemaparan pada bab-babsebelumnya maka didapatkan kesimpulansebagai berikut

    Hakim dalam memberikan pertimbanganputusan terhadap kasus anak yang melakukanperedaran narkotika yaitu berdasarkanpemeriksaan dalam sidang pengadilan, luasnyapengedaran, lamanya terdakwa anak melakukantindak pidana pengedaran narkotika, serta hal-hal yang memberatkan seperti pengedaran yangberulang-ulang. Selain itu hakim jugamendasarkan pada hal yang meringankanterdakwa yaitu ada atau tidaknya ancaman yangdilakukan oleh orang lain sehingga anakterpaksa melakukan tindak pidana tersebutdibawah ancaman pihak lain sehingga anakjustru adalah korban kekerasan. Dalampenjatuhan putusan hakim, anak yang terbuktidalam persidangan melakukan peredarannarkotika akan dikenai hukuman pembinaanuntuk memperbaiki tingkah laku merekasehingga mereka diharapkan ke depan tidakmengulangi tindak pidana yang sama. Hukumpositif indonesia tidak mengatur tentangpenjatuhan hukuman mati atau hukumanseumur hidup, dan masa penahanan anak harusdikurangi ½ (setengah) dari hukuman orangdewasa sebagaimana tertuang dalam Pasal 79ayat 2 UU SPPA.

    Faktor-faktor yang mendasari pertimbanganhakim dalam menjatuhkan putusan pidanaterhadap anak yang melakukan peredarannarkotika antara lain adalah pendidikan, faktorsosial/lingkungan misalnya anak-anak jalanan,lingkungan kumuh, kurang pedulinya orang tuasehingga tidak adanya pengawasan dari orangtua, luasnya pergaulan anak yang pada akhirnyadirekrut oleh bandar narkotika sebagaipengedar.

    5. REFRENSI

    Buku-buku

    Djamil Nasir.M, 2015, Anak Bukan UntukDihukum, Cetakan Ketiga, Sinar Grafika,Jakarta

  • Gosita Arif, 1989, Masalah Perlindungan Anak,Cetakan Pertama, Akademi Pressindo, Jakarta

    Hamzah Andy, 2008, Hukum Acara Pidana diIndonesia, Sinar Grafika, Jakarta

    Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba,Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada,Jakarta

    Mulyadi Lilik, 2010, Putusan Hakim dalamHukum Acara Pidana, Citra Aditya Bakti,Bandung

    Sambas Nandang, 2010, Pembaruan SistemPemidanaan Anak di Indonesia, CetakanPertama, Graha Ilmu, Yogyakarta

    Sumirani Endang , 2003, Perlindungan HukumTerhadap Anak Dalam Hukum Pidana, CetakanPertama, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta

    Sumiarni Endang dkk, 2000, PerlindunganHukum Terhadap Anak di BidangKesejahteraan, Cetakan Pertama UniversitasAtma Jaya, Yogyakarta

    Sutiyoso Bambang dan Puspitasari Hastuti Sri,2005, Aspek-Aspek Perkembangan KekuasaanKehakiman di Indonesia, UII Press Yogyakarta

    Tinduk Martini, Supatmi Sri Mamik, Purnianti,Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anakdi Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta

    Tumpa Harifin, 2011, Komentar danPembahasan, Cetakan Pertama, Sinar Grafika,Jakarta Timur

    Willy Heriadi, 2005, Berantas Narkoba TakCukup Hanya Bicara, Cetakan Pertama, UIIPress, Yogyakarta

    Wisnubroto AL, 2009, Teknis PersidanganPidana, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,Yogyakarta

    Peraturan PerUndang-Undangan

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 4tahun 1979 tentang kesejahteraan anak BAB.IPasal 1 a.

    Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Pasal 1ayat 1 tentang narkotika dan Bab.1 Pasal 1 ayat6 ketentuan umum tentang pengedar narkotika

    Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman.

    Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentangSistem Pengadilan Anak.

    Undang-UndangNo.35 Tahun 2014 TentangPerubahan atas Undang-UndangNo.23Tahun2012 Tentang Perlindungan Anak.

    INTERNET :

    www.kpai.go.id/berita/kpai-jumlah-anak -korban-narkoba-terus-bertambah/ SetyawanDavit, 23 Oktober 2015

    KAMUS :

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

    Jakarta, 1991, hlm. 219