junk food

11
Bahaya pada Kemasan Makanan dan Wadah Makanan Junk food Pola hidup yang kurang sehat, termasuk pola makan yang serba instan (fast food atau junk food) terkadang dapat menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh yang kurang baik. Hal tersebut bisa disebabkan kemasan atau wadah makanan yang dipakai untuk mengemas fast food atau junkfood yang kita beli. Bisa saja makanan kita terkontaminasi bahan kimia yang terkandung dalam wadah atau kemasan tersebut, yang nantinya akan membahayakan kesehatan kita. Berikut akan dibahas mengenai beberapa jenis kemasan yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Plastik

Upload: liskanur

Post on 29-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

junk food untuk ilmu gizi

TRANSCRIPT

Page 1: Junk Food

Bahaya pada Kemasan Makanan dan Wadah

Makanan Junk food

Pola hidup yang kurang sehat, termasuk pola

makan yang serba instan (fast food atau junk food)

terkadang dapat menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh

yang kurang baik. Hal tersebut bisa disebabkan kemasan

atau wadah makanan yang dipakai untuk mengemas fast

food atau junkfood yang kita beli. Bisa saja makanan kita

terkontaminasi bahan kimia yang terkandung dalam

wadah atau kemasan tersebut, yang nantinya akan

membahayakan kesehatan kita. Berikut akan dibahas

mengenai beberapa jenis kemasan yang sering kita

jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.

Plastik

Plastik merupakan bahan yang paling sering

digunakan untuk menyimpan, atau mengemas makanan.

Dibandingkan dengan kemasan tradisional seperti

dedaunan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama.

Namun demikian, plastik memiliki banyak kelemahan,

diantaranya plastik tidak tahan panas dan apabila

penggunaannya salah maka dapat mencemari produk

makanan. Pencemaran ini dapat terjadi akibat migrasi

Page 2: Junk Food

komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap

kesehatan konsumen. Selain itu plastik juga dapat

menimbulkan masalah bagi lingkungan karena

merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan

cepat dan alami (nonbiodegradable).1

Sebagian kemasan plastik berasal dari material

polyetilen, polypropilen, polyvinylchloride (PVC) yang

jika dibakar atau dipanaskan akan menimbulkan dioksin,

yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan

penyebab kanker disamping dapat mengurangi sistem

kekebalan tubuh seseorang.

Cara agar plastik tetap aman digunakan sebagai

pembungkus makanan adalah dengan mengusahakan

agar plastik tidak berubah selama digunakan sebagai

pengemas makanan sehingga komponen di dalamnya

tidak larut dan mencemari makanan yang dibungkus

dengan bahan tersebut.

Kaleng

Biasanya produk makanan dan minuman junk food

yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan cita rasa

segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat

1 Nurheti Yuliani. 2007. “Awas! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan “ hal. 165

Page 3: Junk Food

pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga

cukup mengganggu adalah timbulnya rasa taint kaleng

atau rasa seperti besi yang timbul akibat coating kaleng

tidak sempurna. Namun, yang harus kita perhatikan

adalah bahaya utama pada makanan/minuman kaleng,

yakni tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum, yang

dapat menyebabkan keracunan botulinin bagi

pengonsumsi makanan kaleng tersebut. Tanda-tanda

keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi

kaku, mata berkunang-kunang, dan kejag-kejang yang

menyebabkan kematian karena sukar bernapas.2

Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng

yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng

yang bocor sehingga makanan di dalamnya

terkontaminasi udara dari luar. Untungnya, racun

botulinin ini peka terhadap pemanasan. Artinya, toksin

ini akan mati karena proses pemanasan.

Berikut tips agar tetap aman mengkonsumsi

makanan dalam kaleng, diantaranya:

Pilih makanan/minuman kaleng yang kalengnya

masih bagus (tidak penyok).

2 Nurheti Yuliani. 2007. “Awas! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan “ hal. 168

Page 4: Junk Food

Pilih makanan/minuman kaleng yang segelnya

(seal) masih bagus (tertutup rapat).

Usahakan tidak membeli makanan/minuman

kaleng yang berjarak 3 bulan sebelum tanggal

kadaluarsa. Bila sudah terlanjur membeli, anda

masih bisa mengkonsumsinya sebab batas

waktu konsumsi makanan kaleng umumnya 3

bulan sesudah tanggal kadaluarsa.

Sebelum membeli makanan/minuman kaleng,

perhatikan bagian atas/tutup makanan/minuman

kaleng. Bagian atas/tutup tidak boleh

menggembung. Penggembungan ini terjadi

akibat adanya produksi gas oleh

mikroorganisme, yang berarti terjadi

pertumbuhan mikroorganisme di dalamnya.

Segera pindahkan makanan/minuman kaleng

dari tempatnya begitu dibuka untuk

menghindari pengaruh negatif kaleng.

Styrofoam

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah

menjadi salah satu pilihan yang paling popular dalam

bisnis makanan, termasuk Junkfood. Styrofoam yang

Page 5: Junk Food

dibuat dari kopolimer styrene ini menjadi pilihan

makanan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap

mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu,

bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan

dingin, tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan

kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya

murah, lebih aman, serta ringan. Bahan ini sering dipakai

sebagai kotak pembungkus untuk makanan catering, mie

instan maupun makanan siap saji lainnya. Namun

demikian, mulai sekarang hendaknya kita berhati-hati

menggunakan bahan ini karena penelitian terakhir

membuktikan styrofoam sangat diragukan keamanannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sejak tahun 1930-

an, diketahui bahwa stiren, bahan dasar dari styrofoam,

juga butadien sebagai bahan penguat, maupun DOP atau

BHT sebagai plasticiser-nya bersifat mutagenik (mampu

mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang

pembentukan sel kanker).

Bahan-bahan tersebut, khususnya stiren, larut dalam air,

lemak, alkohol maupun asam. Semakin lama waktu

kontak dengan bahan ini dan semakin tinggi suhu

makanan di dalamnya, semakin besar pula migrasi atau

Page 6: Junk Food

perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut

ke makanan atau minuman, apalagi bila makanan

tersebut banyak mengandung minyak dan air. Sifatnya

akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul

akibatnya. Sama halnya dengan plastik, sebaiknya

kurangilah menggunakan styrofoam sebagai

pembungkus makanan terutama untuk makanan panas.

Divisi Keamanan Pangan Jepang, Juli 2001,

mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam

makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat

menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu

penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada

sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat

bahan kimia karsinogen dalam makanan.3 Sementara itu,

CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam,

meskipun bukan gas yang beracun, namun memiliki sifat

mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas

ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini

melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer.

Saat itulah terjadi reaksi yang mampu menjebol lapisan

pelindung bumi atau ozon. Jebolnya lapisan ozon

3 Nurheti Yuliani. 2007. “Awas! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan “ hal. 171

Page 7: Junk Food

tersebut akan menimbulkan efek gas rumah kaca.

Akibatnya suhu bumi meningkat dan sinar ultraviolet

matahari akan terus menembus bumi sehingga

menimbulkan kanker kulit.