jumat, 5 november 2010 | media indonesia tekan … fileakhir pekan menjadi waktu yang tepat untuk...

1
AKHIR pekan menjadi waktu yang tepat untuk melepas penat. Bagi warga Jakarta peng- gila tantangan, pantang bersan- tai di depan televisi. Melarikan diri ke luar kota menjadi salah satu alternatif untuk memburu berbagai olahraga ekstrem ber- bau alam. Sebetulnya warga Jakarta tak perlu mengantre mengikuti irama kemacetan menuju Pun- cak atau reservasi tiket ke Bali untuk sekadar menikmati per- mainan ekstrem yang memicu adrenalin sekaligus melepas stres. Siapa yang tak tahu Taman Impian Jaya Ancol? Ya, di ta- man rekreasi yang terletak di bagian utara Jakarta itu sebuah area bernama Out- bondHolic Ancol Adventure Park telah menunggu untuk dieksplorasi. Free Stress Area’. Plang yang tertancap di areal brieng dan pelatihan sebelum menuju area outbond itu menunjukkan betapa sederhananya konsep area bermain seluas 1,5 hektare tersebut. Wahana yang tersedia meru- pakan gabungan dari kesenang- an, aktivitas treking, survival programme , dan permainan yang interaktif serta memoti- vasi seperti V-Net, Wood Strain, dan Monkey Track. Zona outbond sendiri dibagi menjadi empat sesuai tingkatan kesulitan, yaitu hijau-biru- merah-hitam. Zona hijau yang termudah, sementara zona hitam menjadi trek paling sulit ditaklukkan. Meski itu terletak di taman hiburan dalam kota, jangan memicingkan sebelah mata mengenai keekstreman trek di sini. Di zona hitam, misalnya, terdapat salah satu jalur fly- ing fox extreme (FFE) dengan panjang lintasan 480 meter di ketinggian 30 meter atau setara dengan tinggi gedung tujuh lantai. “Jalur hitam memang kami rancang sebagai jalur untuk uji mental. Zona hitam bukan tempat untuk pengecut,” kata Kepala Bagian Wahana Taman Impian Jaya Ancol Asnawi ke- tika ditemui di lokasi outbond, Rabu (3/11). Tak hanya orang dewasa yang bisa menikmati olahraga alam nan menantang itu. Me- reka pun bisa mengajak anak- anak untuk merasakan sendiri aliran adrenalin mengalir deras di balik kulit mulus. Pasalnya, OutbondHolic juga menyedia- kan sirkuit anak-anak (usia 6-12 tahun) yang juga dibagi dalam empat zona, yaitu kuning- hijau-biru-merah. Di sini, anak-anak mulai diperkenalkan dengan dunia yang menuntut kemandirian dan kecerdasan berpikir. Para orang tua bisa dengan tenang meninggalkan anak-anak mere- ka berpetualang di bawah ara- han para instruktur yang selalu sigap mengawasi. Namun jika ada orang tua yang merasa perlu selalu mengawasi anak- anaknya, OutbondHolic me- nyediakan tempat pengawasan bernama Charge Area. Uniknya, pengunjung tidak hanya bisa memacu adrena- lin untuk memuaskan hasrat pribadi. Di sirkuit tambahan bernama X-Track, serangkaian hadiah mulai dari BlackBerry, sepeda, telepon seluler, tiket Dunia Fantasi, hingga suve- nir menarik telah menunggu. Siapa pun bisa membawa pu- lang hadiah-hadiah itu asal- kan bisa melewati rintangan dalam waktu kurang dari 10 menit. Yang ingin mendapat- kan BlackBerry diberi waktu 2 menit. (*/J-1) 6 | Megapolitan JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Menguras Adrenalin di Taman Hiburan AKHIR PEKAN KOMISI Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyesalkan langkah Gubernur DKI Fauzi Bowo yang menunjuk mantan Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) DKI Saeful- lah menjadi Wali Kota Jakarta Pusat. Pasalnya, Saefullah dituding sebagai pihak yang turut ber- tanggung jawab dalam kasus pelecehan yang dialami sejum- lah anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) DKI 2010. Ketua KPAI Hadi Supeno mengatakan penunjukan itu membuktikan gubernur tidak peka terhadap persoalan yang dihadapi anak buahnya. “Patut dipertanyakan apa motif Gubernur mengangkat- nya. Apa karena kurang kader atau untuk menepiskan pe- langgaran HAM dalam kasus Paskibra 2010,” kata Hadi di Jakarta, kemarin. Kasus pelecehan Paskibra itu kini sudah berada di ranah hukum. Dugaan tindak pi- dananya sedang disidik pihak kepolisian. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) juga telah menyerahkan hasil pe- mantauan dugaan adanya pelanggaran HAM ke Polda Metro Jaya. “Berdasarkan hasil bisa dike- tahui adanya pelanggaran yang dilakukan Purna Paskibra Indo- nesia (PPI) yang bekerja sama dengan Disorda DKI Jakarta,” papar Komisioner Komnas HAM Kabul Soepriyadi. KPAI sendiri telah me- ngirimkan surat kepada Gu- bernur DKI untuk memberikan sanksi bagi Kepala Disorda DKI karena telah lalai mengawasi kegiatan Paskibra. Namun alih- alih mendapatkan sanksi, kini Saefullah malah mendapatkan promosi jabatan sebagai Wali Kota Jakpus. “Saya melihat bahwa Guber- nur telah melakukan pembo- hongan publik. Dulu pernah bilang bahwa pelanggaran itu harus ditindak secara hukum.” Ditemui setelah pelantikan dirinya oleh Fauzi Bowo, Sae- fullah enggan berkomentar panjang. “(Kasus pelecehan) Masih ada dua versi, belum jelas. Tunggu pemeriksaan dari Polda. Lain kali saja kita omon- gin masalah ini,” ujarnya. Yang pasti, sebagai Wali Kota Jakpus dirinya akan fokus pada pembenahan kawasan Monas agar bisa dinikmati warga Ja- karta. (*/J-2) KAPOLDA Metro Jaya Irjen Sutarman mengusulkan dite- rapkannya hukuman berupa denda uang bagi pengguna dan pengedar narkoba. Wacana yang dilontarkannya muncul karena, menurutnya, hukuman berupa kurungan penjara tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku kejahatan obat terlarang ini. “Lihat jumlah penyalah guna narkoba yang sudah dipenjara- kan lebih dari sepuluh tahun. Banyak juga kan? Tapi lihat jumlah penyalah guna narkoba. Jumlahnya selalu bertambah,” papar Sutarman kemarin di Jakarta. “Jika kita memberlakukan hukuman denda, pengguna ataupun pengedar narkoba kemungkinan besar tidak akan melakukan kembali karena dana yang dimiliki akan habis,” katanya. Ketika ditanya tentang ba- gaimana jika para penyalah guna narkoba menyalahguna- kan narkoba lagi padahal telah membayar denda, Sutarman menjawab, “Bayar denda lagi. Kalau enggak mampu bayar, baru dipenjarakan.” Mantan Kapolda Jawa Ba- rat ini menuturkan pihaknya mendapatkan banyak masukan mengenai wacana hukuman denda dibanding kurungan penjara terhadap terpidana kasus narkoba. “Kami sedang membahas apakah hukuman tersebut lebih efektif atau tidak,” ujarnya. Meskipun demikian, Sutar- man mengakui perubahan hukuman bagi tersangka kasus narkoba masih memerlukan pembahasan regulasi yang panjang. Terkait wacana tersebut Polri meminta agar Kapolda Metro Jaya, Irjen Sutarman, mempelajari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. “Sebenarnya tidak bisa seperti itu. Kan ada Undang- Undangnya Nomor 35 Tahun 2009,” ujar Kepala Bagian Pene- rangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Marwoto Soeto, ketika diminta tanggapannya. Marwoto mengatakan sah saja seorang polisi mengu- tarakan gagasannya. Namun, dia menegaskan gagasan dari penegak hukum tidak boleh bertindak melenceng dari UU. (*/*/J-3) Pengangkatan Saefullah Bermasalah Kapolda Usulkan Denda bagi Pengedar Narkoba T UGAS utama melan- carkan lalu lintas di Ibu Kota kini ada di pundak Kombes Royke Lumowa sebagai Direk- tur Lalu Lintas Polda Metro Jaya. Begitu resmi menggan- tikan Kombes Condro Kirono, Sabtu (30/10), Royke men- canangkan program 100 hari untuk menekan kemacetan Jakarta. Dalam 100 hari tersebut, ia meminta semua aparatur lalu lintas bekerja keras melancar- kan lalu lintas. Mantan Direktur Lalu Lin- tas Polda Sumatra Utara itu mengaku sudah mengetahui 28 titik rawan macet di Jakarta. Ke-28 titik itulah yang menjadi prioritas, antara lain Thamrin- Sudirman, perempatan Senen- Coca-Cola, Harmoni-Tomang, dan Lebak Bulus-Ciputat. “Kami akan bekerja sama de- ngan Dinas Perhubungan DKI,” tukasnya, kemarin. Selain menekan angka kema- cetan, Royke juga menetapkan rencana kerja mengurangi angka kecelakaan, meningkat- kan pelayanan SIM (surat izin mengemudi), dan penegakan hukum berlalu lintas. Royke setuju dengan wacana pembatasan kendaraan. Bisa berdasarkan tahun mobil ke- luar, warna mobil, atau nomor genap/ganjil. “Sudah harus ada pem- batasan. Bayangkan, hasil hitungan pakar, sedikitnya Rp40 triliun per tahun uang terbuang karena kemacetan.” Karena itu, lanjut Royke, pem- batasan-pembatasan perlu terus dikaji dan bisa segera direalisasikan. Anggota Komisi VI DPR Ferrari Roemawi melihat kemacetan masih bisa diatasi dengan menambah ruas jalan. “Bisa saja dibuat double deck dari Blok M ke Harmoni di atas Jalan Sudirman-Thamrin. Pembangunan jalan tol harus dipercepat. Indonesia paling lama dalam membangun jalan tol,” sindir Ferrari. Jalan nontol Namun, bagaimana teknis penambahan ruas jalan, ia me- nyerahkan pelaksanaannya ke Pemprov DKI. Selain penam- bahan ruas jalan, menurutnya, perlu dilakukan pemerataan dengan memindahkan pusat industri dan permukiman dari tengah Kota Jakarta. Terkait dengan penambah- an ruas jalan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemprov DKI Ery Baskoro menyatakan pihaknya memang berencana membangun dua jalan layang nontol. “Mulai akhir 2010 kami membangun dua jalan layang nontol. Satu jalan dari Cassa- blanca ke KH Mas Mansyur, yang kedua dari Mampang ke Pasar Cipete. Kami targetkan akhir 2011 sudah selesai,” be- ber Ery. Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia Alvin Syah menilai faktor ego sek- toral menjadi kendala Jakarta dalam mengatasi kemacetan. “Soal koordinasi antarprovinsi dan sektoral saya pesimistis. Sebab, kenyataannya selama ini berbagai upaya mengatasi kemacetan selalu terbentur ego sektor atau ego birokrasi,” cetusnya. Jakarta merasa yang paling utama, daerah lain memilih tidak peduli, pusat pun tidak turun tangan. “Makanya saya bilang, masalah kemacetan itu bu- kan pada teknisnya, tapi non- teknis,” paparnya. Menurutnya, persoalan transportasi melibatkan 95% nonteknis (politis, birokrasi) dan hanya 5% teknis (sistem, teknologi). Lebih 30 tahun Pemprov DKI melepaskan tanggung jawab dengan me- nyerahkan transportasi publik ke swasta. Imbasnya, sistem transportasi saling tumpang tindih. “Kita terlalu banyak berkutat pada masalah birokrasi dan politis tanpa penanganan yang jelas. Padahal kalau punya political will, teknologi apa pun bisa diadopsi untuk mengatasi persoalan kemacetan karena tidak ada lagi tarik-menarik kepentingan,” ucapnya. (*/ Din/J-1) [email protected] Tekan Kemacetan dalam 100 Hari Faktor ego sektoral menjadi kendala Jakarta dalam mengatasi kemacetan. Santhy Sibarani Kami akan bekerja sama dengan Dinas Perhubungan DKI.’’ Royke Lumowa Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya. BEREBUT: Pekerja berebut naik mikrolet di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (3/11). Konsep pengaturan jam masuk kerja yang akan digulirkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan dapat mengurangi kemacetan. WAHANA OUTBOUND: Pengunjung mencoba wahana OutboundHolic Ancol Adventure Park di Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (3/11). MI/PANCA SYURKANI MI/RAMDANI

Upload: lamdiep

Post on 12-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Tekan … fileAKHIR pekan menjadi waktu yang tepat untuk melepas ... “Patut dipertanyakan apa motif ... Apa karena kurang kader atau untuk

AKHIR pekan menjadi waktu yang tepat untuk melepas penat. Bagi warga Jakarta peng-gila tantangan, pantang bersan-tai di depan televisi. Melarikan diri ke luar kota menjadi salah satu alternatif untuk memburu berbagai olahraga ekstrem ber-bau alam.

Sebetulnya warga Jakarta tak perlu mengantre mengikuti irama kemacetan menuju Pun-cak atau reservasi tiket ke Bali untuk sekadar menikmati per-mainan ekstrem yang memicu adrenalin sekaligus melepas stres.

Siapa yang tak tahu Taman Impian Jaya Ancol? Ya, di ta-man rekreasi yang terletak di bagian utara Jakarta itu sebuah area bernama Out-bondHolic Ancol Adventure Park telah menunggu untuk dieksplorasi.

‘Free Stress Area’. Plang yang tertancap di areal briefi ng dan pelatihan sebelum menuju area outbond itu menunjukkan betapa sederhananya konsep area bermain seluas 1,5 hektare

tersebut. Wahana yang tersedia meru-

pakan gabungan dari kesenang-an, aktivitas treking, survival programme, dan permainan yang interaktif serta memoti-vasi seperti V-Net, Wood Strain,

dan Monkey Track.Zona outbond sendiri dibagi

menjadi empat sesuai tingkatan kesulitan, yaitu hijau-biru-merah-hitam. Zona hijau yang termudah, sementara zona hitam menjadi trek paling sulit

ditaklukkan. Meski itu terletak di taman hiburan dalam kota, jangan memicingkan sebelah mata mengenai keekstreman trek di sini.

Di zona hitam, misalnya, terdapat salah satu jalur fly-ing fox extreme (FFE) dengan panjang lintasan 480 meter di ketinggian 30 meter atau setara dengan tinggi gedung tujuh lantai.

“Jalur hitam memang kami rancang sebagai jalur untuk uji mental. Zona hitam bukan tempat untuk pengecut,” kata Kepala Bagian Wahana Taman Impian Jaya Ancol Asnawi ke-tika ditemui di lokasi outbond, Rabu (3/11).

Tak hanya orang dewasa yang bisa menikmati olahraga alam nan menantang itu. Me-reka pun bisa mengajak anak-anak untuk merasakan sendiri aliran adrenalin mengalir deras di balik kulit mulus. Pasalnya, OutbondHolic juga menyedia-kan sirkuit anak-anak (usia 6-12 tahun) yang juga dibagi dalam empat zona, yaitu kuning-

hijau-biru-merah.Di sini, anak-anak mulai

diperkenalkan dengan dunia yang menuntut kemandirian dan kecerdasan berpikir. Para orang tua bisa dengan tenang meninggalkan anak-anak mere-ka berpetualang di bawah ara-han para instruktur yang selalu sigap mengawasi. Namun jika ada orang tua yang merasa perlu selalu mengawasi anak-anaknya, OutbondHolic me-nyediakan tempat pengawasan bernama Charge Area.

Uniknya, pengunjung tidak hanya bisa memacu adrena-lin untuk memuaskan hasrat pribadi. Di sirkuit tambahan bernama X-Track, serangkaian hadiah mulai dari BlackBerry, sepeda, telepon seluler, tiket Dunia Fantasi, hingga suve-nir menarik telah menunggu. Siapa pun bisa membawa pu-lang hadiah-hadiah itu asal-kan bisa melewati rintangan dalam waktu kurang dari 10 menit. Yang ingin mendapat-kan BlackBerry diberi waktu 2 menit. (*/J-1)

6 | Megapolitan JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Menguras Adrenalin di Taman HiburanAKHIR PEKAN

KOMISI Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyesalkan langkah Gubernur DKI Fauzi Bowo yang menunjuk mantan Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) DKI Saeful-lah menjadi Wali Kota Jakarta Pusat.

Pasalnya, Saefullah dituding sebagai pihak yang turut ber-tanggung jawab dalam kasus pelecehan yang dialami sejum-lah anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) DKI 2010.

Ketua KPAI Hadi Supeno mengatakan penunjukan itu membuktikan gubernur tidak peka terhadap persoalan yang dihadapi anak buahnya.

“Patut dipertanyakan apa motif Gubernur mengangkat-nya. Apa karena kurang kader atau untuk menepiskan pe-langgaran HAM dalam kasus Paskibra 2010,” kata Hadi di Jakarta, kemarin.

Kasus pelecehan Paskibra itu kini sudah berada di ranah hukum. Dugaan tindak pi-dananya sedang disidik pihak kepolisian.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) juga telah menyerahkan hasil pe-mantauan dugaan adanya pelanggaran HAM ke Polda

Metro Jaya.“Berdasarkan hasil bisa dike-

tahui adanya pelanggaran yang dilakukan Purna Paskibra Indo-nesia (PPI) yang bekerja sama dengan Disorda DKI Jakarta,” papar Komisioner Komnas HAM Kabul Soepriyadi.

KPAI sendiri telah me-ngirimkan surat kepada Gu-bernur DKI untuk memberikan sanksi bagi Kepala Disorda DKI karena telah lalai mengawasi kegiatan Paskibra. Namun alih-alih mendapatkan sanksi, kini Saefullah malah mendapatkan promosi jabatan sebagai Wali Kota Jakpus.

“Saya melihat bahwa Guber-nur telah melakukan pembo-hongan publik. Dulu pernah bilang bahwa pelanggaran itu harus ditindak secara hukum.”

Ditemui setelah pelantikan dirinya oleh Fauzi Bowo, Sae-fullah enggan berkomentar panjang. “(Kasus pelecehan) Masih ada dua versi, belum jelas. Tunggu pemeriksaan dari Polda. Lain kali saja kita omon-gin masalah ini,” ujarnya.

Yang pasti, sebagai Wali Kota Jakpus dirinya akan fokus pada pembenahan kawasan Monas agar bisa dinikmati warga Ja-karta. (*/J-2)

KAPOLDA Metro Jaya Irjen Sutarman mengusulkan dite-rapkannya hukuman berupa denda uang bagi pengguna dan pengedar narkoba. Wacana yang dilontarkannya muncul karena, menurutnya, hukuman berupa kurungan penjara tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku kejahatan obat terlarang ini.

“Lihat jumlah penyalah guna narkoba yang sudah dipenjara-kan lebih dari sepuluh tahun. Banyak juga kan? Tapi lihat jumlah penyalah guna narkoba. Jumlahnya selalu bertambah,” papar Sutarman kemarin di Jakarta.

“Jika kita memberlakukan hukuman denda, pengguna ataupun pengedar narkoba kemungkinan besar tidak akan melakukan kembali karena dana yang dimiliki akan habis,” katanya.

Ketika ditanya tentang ba-gaimana jika para penyalah guna narkoba menyalahguna-kan narkoba lagi padahal telah membayar denda, Sutarman menjawab, “Bayar denda lagi. Kalau enggak mampu bayar, baru dipenjarakan.”

Mantan Kapolda Jawa Ba-

rat ini menuturkan pihaknya mendapatkan banyak masukan mengenai wacana hukuman denda dibanding kurungan penjara terhadap terpidana kasus narkoba.

“Kami sedang membahas apakah hukuman tersebut lebih efektif atau tidak,” ujarnya. Meskipun demikian, Sutar-man mengakui perubahan hukuman bagi tersangka kasus narkoba masih memerlukan pembahasan regulasi yang panjang.

Terkait wacana tersebut Polri meminta agar Kapolda Metro Jaya, Irjen Sutarman, mempelajari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

“Sebenarnya tidak bisa seperti itu. Kan ada Undang-Undang nya Nomor 35 Tahun 2009,” ujar Kepala Bagian Pene-rangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Marwoto Soeto, ketika diminta tanggapannya.

Marwoto mengatakan sah saja seorang polisi mengu-tarakan gagasannya. Namun, dia menegaskan gagasan dari penegak hukum tidak boleh bertindak melenceng dari UU. (*/*/J-3)

Pengangkatan Saefullah Bermasalah

Kapolda Usulkan Denda bagi

Pengedar Narkoba

TUGAS utama melan-carkan lalu lintas di Ibu Kota kini ada di pundak Kombes

Royke Lumowa sebagai Direk-tur Lalu Lintas Polda Metro Jaya. Begitu resmi menggan-tikan Kombes Condro Kirono, Sabtu (30/10), Royke men-canangkan program 100 hari untuk menekan kemacetan Jakarta.

Dalam 100 hari tersebut, ia meminta semua aparatur lalu lintas bekerja keras melancar-kan lalu lintas.

Mantan Direktur Lalu Lin-tas Polda Sumatra Utara itu mengaku sudah mengetahui 28 titik rawan macet di Jakarta. Ke-28 titik itulah yang menjadi prioritas, antara lain Thamrin-Sudirman, perempatan Senen-Coca-Cola, Harmoni-Tomang, dan Lebak Bulus-Ciputat. “Kami akan bekerja sama de-

ngan Dinas Perhubungan DKI,” tukasnya, kemarin.

Selain menekan angka kema-cet an, Royke juga menetapkan rencana kerja mengurangi angka kecelakaan, meningkat-kan pelayanan SIM (surat izin mengemudi), dan penegakan hukum berlalu lintas.

Royke setuju dengan wacana pembatasan kendaraan. Bisa berdasarkan tahun mobil ke-luar, warna mobil, atau nomor genap/ganjil.

“Sudah harus ada pem-batasan. Bayangkan, hasil hitungan pakar, sedikitnya Rp40 triliun per tahun uang terbuang karena kema cetan.” Karena itu, lanjut Royke, pem-batasan-pembatasan perlu terus dikaji dan bisa segera direalisasikan.

Anggota Komisi VI DPR Ferrari Roemawi melihat kemacetan masih bisa diatasi dengan menambah ruas jalan. “Bisa saja dibuat double deck dari Blok M ke Harmoni di

atas Jalan Sudirman-Thamrin. Pembangunan jalan tol harus dipercepat. Indonesia paling lama dalam membangun jalan tol,” sindir Ferrari.

Jalan nontol Namun, bagaimana teknis

penambahan ruas jalan, ia me-

nyerahkan pelaksanaannya ke Pemprov DKI. Selain penam-bahan ruas jalan, menurutnya, perlu dilakukan pemerataan dengan memindahkan pusat industri dan permukiman dari tengah Kota Jakarta.

Terkait dengan penambah-an ruas jalan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemprov DKI Ery Baskoro menyatakan pihaknya memang berencana membangun dua jalan layang nontol.

“Mulai akhir 2010 kami membangun dua jalan layang nontol. Satu jalan dari Cassa-blanca ke KH Mas Mansyur, yang kedua dari Mampang ke Pasar Cipete. Kami targetkan akhir 2011 sudah selesai,” be-ber Ery.

Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia Alvin Syah menilai faktor ego sek-toral menjadi kendala Jakarta dalam mengatasi kemacetan. “Soal koordinasi antarprovinsi dan sektoral saya pesimistis. Sebab, kenyataannya selama ini berbagai upaya mengatasi kemacetan selalu terbentur ego sektor atau ego birokrasi,” cetusnya.

Jakarta merasa yang paling utama, daerah lain memilih

tidak peduli, pusat pun tidak turun tangan.

“Makanya saya bilang, masalah kemacetan itu bu-kan pada teknisnya, tapi non-teknis,” paparnya.

Menurutnya, persoalan transportasi melibatkan 95% nonteknis (politis, birokrasi) dan hanya 5% teknis (sistem, teknologi). Lebih 30 tahun Pemprov DKI melepaskan tanggung jawab dengan me-nyerahkan transportasi publik ke swasta. Imbasnya, sistem transportasi saling tumpang tindih.

“Kita terlalu banyak berkutat pada masalah birokrasi dan politis tanpa penanganan yang jelas. Padahal kalau punya political will, teknologi apa pun bisa diadopsi untuk mengatasi persoalan kemacetan karena tidak ada lagi tarik-menarik kepentingan,” ucapnya. (*/Din/J-1)

[email protected]

Tekan Kemacetan dalam 100 Hari

Faktor ego sektoral menjadi kendala Jakarta dalam mengatasi kemacetan.

Santhy Sibarani

Kami akan bekerja sama de ngan Dinas Perhubungan DKI.’’Royke LumowaDirektur Lalu Lintas Polda Metro Jaya.

BEREBUT: Pekerja berebut naik mikrolet di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (3/11). Konsep pengaturan jam masuk kerja yang akan digulirkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan dapat mengurangi kemacetan.

WAHANA OUTBOUND: Pengunjung mencoba wahana OutboundHolic Ancol Adventure Park di Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (3/11).

MI/PANCA SYURKANI

MI/RAMDANI