jumat, 29 april 2011 indonesia keteteran masuki pasar asean fileekonomi antarnegara. selain...

1
18 JUMAT, 29 APRIL 2011 E E KONOMI KONOMI NASIONAL Indonesia Keteteran Masuki Pasar ASEAN GAYATRI P ENGALAMAN kega- galan Indonesia ‘me- naklukkan’ ASEAN- China Free Trade Agreement (ACFTA) memun- culkan pesimisme-pesimisme baru terkait dengan perjanjian kesepakatan perdagangan dan ekonomi antarnegara. Selain diragukan bisa me- nangguk hasil positif dari ASE- AN-New Zealand-Australia Free Trade Agreement (ANZA- FTA), Indonesia bahkan diang- gap belum siap menghadapi ASEAN Economic Commu- nity atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang disepakati berlaku 2015 nanti. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apin- do) Sofjan Wanandi mengaku mengkhawatirkan kesiapan pemerintah masuk percaturan ekonomi di tingkat regional itu. Menurutnya, sejumlah pekerjaan yang mestinya di- bereskan pemerintah pada saat MEA ditandatangani nyatanya belum dilaksanakan. “Sekarang, setelah masalah dengan China, apa kita siap dengan 2015? Sampai saat ini, saya katakan, kita tidak me- nyiapkan apa-apa. Kalau tidak siap, ya jatuh sendiri,” tegas Sofjan pada dialog persiapan industri menghadapi MEA 2015 di Jakarta, Rabu (27/4). Sofjan kembali memaparkan permasalahan lama yang sudah menahun dikeluhkan indus- tri, yaitu persoalan birokrasi berbelit, kebijakan tumpang- tindih antara pusat dan dae- rah, lambatnya pembangunan infrastruktur, hingga kepastian hukum untuk iklim investasi. “Semua handicap ini kita tahu, tapi enggak ada yang melaksa- nakan PR-nya. Waktu retreat di Bogor, saya sudah sampaikan, you do your homework, we do ours,” papar Sofjan. Saat menjawab kekhawatiran itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan akan membereskan industri dalam negeri mulai sekarang. Jika tidak, ia juga ragu dengan ke- siapan Indonesia memasuki single market ASEAN. “Akan diatasi dengan per- baikan regulasi, melakukan tin- dakan hukum terhadap barang beredar di bawah standar. Ka- lau tidak, 2015 Indonesia akan jadi pasar saja,” tukas Hidayat di Jakarta, kemarin. Upaya yang dilakukan, lanjut Hidayat, adalah menyiapkan grand strategy menghadapi MEA 2015, termasuk kebijakan yang saling mendukung lintas sektor di kementerian. Defisit Di regional ASEAN, pertum- buhan perdagangan Indonesia 10 tahun terakhir memang tidak terlalu baik. Menurut peneliti LIPI Zamroni Salim, Indonesia masih surplus untuk perdagangan dengan ASE- AN. Namun, surplus itu terus menurun. Pada 2000 surplus mencapai US$6,1 miliar, tapi 10 tahun kemudian angka tersebut turun hingga tinggal US$3,75 miliar. Zamroni secara khusus me- minta pemerintah mewaspadai membanjirnya produk Thailand ke Indonesia. “Kita terpecah konsentrasinya pada China, pa- dahal Thailand juga membanjiri pasar domestik kita.” Defisit perdagangan dengan Thailand terus naik, dari US$87,22 juta pada 2000 melonjak menjadi US$3,4 miliar di 2010. Di tempat terpisah, Duta Besar RI untuk ASEAN Ngurah Swajaya mengatakan sejauh ini pembentukan MEA sudah sesuai target. Berdasarkan time table, fase pertama pembentuk- an pasar tunggal dan basis pro- duksi ASEAN telah mencapai 83%. Fase ini antara lain me- realisasikan pemangkasan bea masuk dan menyederhanakan proses perdagangan antarne- gara anggota. (Sha/E-2) [email protected] Dalam 10 tahun terakhir, surplus perdagangan Indonesia dengan ASEAN terus menurun. Apa kita siap dengan 2015? Sampai saat ini, saya katakan, kita tidak menyiapkan apa-apa.’’ Sofjan Wanandi Ketua Umum Apindo Ekonomi Prolingkungan Jadi Paradigma Baru PEMERINTAH mengingatkan para pengusaha untuk tetap bertanggung jawab dan tidak mengorbankan lingkungan untuk kepentingan ekonomi semata. Kelestarian lingkungan juga merupakan syarat kesinam- bungan perekonomian. “Bukan saatnya untuk mengejar pertumbuhan ekono- mi tanpa ada pencapaian yang berarti di bidang lingkung- an,” kata Menteri Lingkung- an Hidup Gusti Muhammad Hatta dalam acara Business for the Environment (B4E) Global Summit 2011, di Jakarta, kemarin. Menurutnya, sejak revolusi industri, dunia telah banyak mengalami perubahan cepat dan mendasar. Lebih dari sepu- luh tahun terakhir, percepatan globalisasi telah membawa manfaat luar biasa. “Namun, sebanyak apa pun perkembangan positif yang di- capai, tingkat kemiskinan dan degradasi lingkungan terus memburuk pada era globalisasi ini,” tegas Gusti. Gusti menambahkan ba- nyak bukti ditemukan bahwa persoalan lingkungan sangat terkait dengan perekonomian. Misalnya perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Tantangan lingkungan dan ekonomi saat ini juga sangat beragam. Untuk menjawabnya, dibutuhkan perubahan para- digma. Khususnya terkait dengan pembangunan ekonomi, tidak hanya fokus pada pertumbuh- an riil, tapi juga sejalan dengan pelestarian lingkungan dan pemberantasan kemiskinan. Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Su- listo mengingatkan, jika tidak memberikan perhatian lebih terhadap masalah lingkung- an, industri Indonesia akan mengalami kesulitan bersaing dan tertinggal dengan negara lain. Saat ini ada beberapa sektor industri yang harus menda- pat perhatian lebih. Pasalnya, sektor-sektor tersebut memi- liki dampak yang signikan kepada lingkungan. “Sektor pertambangan me- rupakan industri yang harus kita pantau secara cermat, karena industri ini menghasil- kan limbah yang merusak,” ujar komisaris perusahaan tambang terbesar di Indonesia tersebut. Pada acara kemarin, hadir pula Administrator United Nations Development Pro- gram (UNDP) Indonesia Helen Clark, Ketua Dewan Eksekutif WWF Indonesia Kemal Stam- boel, juga utusan khusus Bank Dunia untuk perubahan iklim dan pengusaha Andrew Steer. (Ant/E-5) ANTARA/AUDY ALWI B4E GLOBAL SUMMIT: Utusan khusus Bank Dunia untuk perubahan iklim Andrew Steer menyampaikan sambutan dalam konferensi tahunan Business for the Environment (B4E) Summit 2001 di Hotel Shangri-La, Jakarta, kemarin. B4E Global Summit adalah konferensi tahunan yang fokus pada masalah bisnis dan lingkungan. Tahun ini mengangkat tema Delivering transformative solutions for our planet dengan tujuan mendorong dialog antara pebisnis, pemerintah, dan LSM serta aksi perusahaan dalam melestarikan lingkungan. MI/PANCA SYURKANI

Upload: ngoquynh

Post on 05-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUMAT, 29 APRIL 2011 Indonesia Keteteran Masuki Pasar ASEAN fileekonomi antarnegara. Selain diragukan bisa me-nangguk hasil positif dari ASE-AN-New Zealand-Australia Free Trade Agreement

18 JUMAT, 29 APRIL 2011EEKONOMIKONOMI NASIONAL

Indonesia KeteteranMasuki Pasar ASEAN

GAYATRI

PENGALAMAN kega-galan Indonesia ‘me-naklukkan’ ASEAN-China Free Trade

Agreement (ACFTA) memun-culkan pesimisme-pesimisme baru terkait dengan perjanjian kese pakatan perdagangan dan ekonomi antarnegara.

Selain diragukan bisa me-nangguk hasil positif dari ASE-AN-New Zealand-Australia Free Trade Agreement (ANZA-FTA), Indonesia bahkan diang-gap belum siap menghadapi ASEAN Economic Commu-nity atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang disepakati berlaku 2015 nanti.

Ketua Umum Asos ias i Pengusaha Indonesia (Apin-do) Sofjan Wanandi mengaku mengkhawatirkan kesiapan pemerintah masuk percaturan ekonomi di tingkat regional itu. Menurutnya, sejumlah pekerjaan yang mestinya di-bereskan pemerintah pada saat

MEA ditandatangani nyatanya belum dilaksanakan.

“Sekarang, setelah masalah dengan China, apa kita siap dengan 2015? Sampai saat ini, saya katakan, kita tidak me-nyiapkan apa-apa. Kalau tidak siap, ya jatuh sendiri,” tegas Sofjan pada dialog persiapan industri menghadapi MEA 2015 di Jakarta, Rabu (27/4).

Sofjan kembali memaparkan permasalahan lama yang sudah menahun dikeluhkan indus-tri, yaitu persoalan birokrasi berbelit, kebijakan tumpang-tindih antara pusat dan dae-rah, lambatnya pembangunan infrastruktur, hingga kepastian hukum untuk iklim investasi.

“Semua handicap ini kita tahu, tapi enggak ada yang melaksa-nakan PR-nya. Waktu retreat di Bogor, saya sudah sampaikan, you do your homework, we do ours,” papar Sofjan.

Saat menjawab kekhawatiran itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan akan membereskan industri dalam

negeri mulai sekarang. Jika tidak, ia juga ragu dengan ke-siapan Indonesia memasuki single market ASEAN.

“Akan diatasi dengan per-baikan regulasi, melakukan tin-dakan hukum terhadap barang beredar di bawah standar. Ka-lau tidak, 2015 Indonesia akan jadi pasar saja,” tukas Hidayat di Jakarta, kemarin.

Upaya yang dilakukan, lanjut Hidayat, adalah menyiapkan grand strategy menghadapi MEA 2015, termasuk kebijakan yang saling mendukung lintas sektor di kementerian.

Defisit

Di regional ASEAN, pertum-buhan perdagangan Indonesia 10 tahun terakhir memang tidak terlalu baik. Menurut

peneliti LIPI Zamroni Salim, Indonesia masih surplus untuk perdagangan dengan ASE-AN. Namun, surplus itu terus menurun. Pada 2000 surplus mencapai US$6,1 miliar, tapi 10 tahun kemudian angka tersebut turun hingga tinggal US$3,75 miliar.

Zamroni secara khusus me-minta pemerintah mewaspadai membanjirnya produk Thailand ke Indonesia. “Kita terpecah konsentrasinya pada China, pa-dahal Thailand juga membanjiri pasar domestik kita.” Defisit perdagangan dengan Thailand terus naik, dari US$87,22 juta pada 2000 me lonjak menjadi US$3,4 miliar di 2010.

Di tempat terpisah, Duta Besar RI untuk ASEAN Ngurah Swajaya mengatakan sejauh ini pembentukan MEA sudah sesuai target. Berdasarkan time table, fase pertama pembentuk-an pasar tunggal dan basis pro-duksi ASEAN telah mencapai 83%. Fase ini antara lain me-realisasikan pemangkasan bea masuk dan menyederhanakan proses perdagangan antarne-gara anggota. (Sha/E-2)

[email protected]

Dalam 10 tahun terakhir, surplus perdagangan Indonesia dengan ASEAN terus menurun.

Apa kita siap dengan 2015?

Sampai saat ini, saya katakan, kita tidak menyiapkan apa-apa.’’

Sofjan WanandiKetua Umum Apindo

Ekonomi ProlingkunganJadi Paradigma Baru

PEMERINTAH mengingatkan para pengusaha untuk tetap bertanggung jawab dan tidak mengorbankan lingkungan untuk kepentingan ekonomi semata.

Kelestarian lingkungan juga merupakan syarat kesinam-bungan perekonomian.

“Bukan saatnya untuk mengejar pertumbuhan ekono-mi tanpa ada pencapaian yang berarti di bidang lingkung-an,” kata Menteri Lingkung-an Hidup Gusti Muhammad Hatta dalam acara Business for the Environment (B4E) Global Summit 2011, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, sejak revolusi industri, dunia telah banyak mengalami perubahan cepat dan mendasar. Lebih dari sepu-luh tahun terakhir, percepatan globalisasi telah membawa manfaat luar biasa.

“Namun, sebanyak apa pun perkembangan positif yang di-

capai, tingkat kemiskinan dan degradasi lingkungan terus memburuk pada era globalisasi ini,” tegas Gusti.

Gusti menambahkan ba-nyak bukti ditemukan bahwa persoalan lingkungan sangat terkait dengan perekonomian. Misalnya perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Tantangan lingkungan dan ekonomi saat ini juga sangat beragam. Untuk menjawabnya, dibutuhkan perubahan para-digma.

Khususnya terkait dengan pembangunan ekonomi, tidak hanya fokus pada pertumbuh-an riil, tapi juga sejalan dengan pelestarian lingkungan dan pemberantasan kemiskinan.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Su-listo mengingatkan, jika tidak memberikan perhatian lebih terhadap masalah lingkung-

an, industri Indonesia akan mengalami kesulitan bersaing dan tertinggal dengan negara lain.

Saat ini ada beberapa sektor industri yang harus menda-pat perhatian lebih. Pasalnya, sektor-sektor tersebut memi-liki dampak yang signifi kan kepada lingkungan.

“Sektor pertambangan me-rupakan industri yang harus kita pantau secara cermat, karena industri ini menghasil-kan limbah yang merusak,” ujar komisaris perusahaan tambang terbesar di Indonesia tersebut.

Pada acara kemarin, hadir pula Administrator United Nations Development Pro-gram (UNDP) Indonesia Helen Clark, Ketua Dewan Eksekutif WWF Indonesia Kemal Stam-boel, juga utusan khusus Bank Dunia untuk perubahan iklim dan pengusaha Andrew Steer. (Ant/E-5)

ANTARA/AUDY ALWI

B4E GLOBAL SUMMIT: Utusan khusus Bank Dunia untuk perubahan iklim Andrew Steer menyampaikan sambutan dalam konferensi tahunan Business for the Environment (B4E) Summit 2001 di Hotel Shangri-La, Jakarta, kemarin. B4E Global Summit adalah konferensi tahunan yang fokus pada masalah bisnis dan lingkungan. Tahun ini mengangkat tema Delivering transformative solutions for our planet dengan tujuan mendorong dialog antara pebisnis, pemerintah, dan LSM serta aksi perusahaan dalam melestarikan lingkungan.

MI/PANCA SYURKANI