julita arnis 101000208.pdf

103
PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PETUGAS KIA PUSKESMAS DI KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH JULITA ARNIS 101000208 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Upload: normayanti141189

Post on 15-Sep-2015

311 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PETUGAS KIA

    PUSKESMAS DI KECAMATAN SIANTAR

    KABUPATEN SIMALUNGUN

    TAHUN 2014

    SKRIPSI

    OLEH

    JULITA ARNIS

    101000208

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2014

  • 2

    PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PETUGAS KIA

    PUSKESMAS DI KECAMATAN SIANTAR

    KABUPATEN SIMALUNGUN

    TAHUN 2014

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    Kesehatan Masyarakat

    OLEH

    JULITA ARNIS

    101000208

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2014

  • i

  • ii

    ABSTRAK

    Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

    bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

    kerja. Salah satu program pokok dalam puskesmas adalah Kesehatan Ibu dan Anak

    (KIA), dimana program KIA memiliki beberapa kegiatan pokok yang terdapat di

    Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), yang terdiri

    dari pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,

    keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan

    balita.

    Penelitian ini merupakan penelitan Explanatory research yang menjelaskan

    hubungan beban kerja dengan kinerja petugas KIA di Puskemas Kecamatan Siantar

    Kabupaten Simalungun. Sampel dari penelitian ini sebanyak 38 bidan yang memiliki

    praktek pribadi. Pengumpulan data meliputi wawancara yang berpedoman pada

    kuesioner, lembaran check list pada kuesioner yang diisi berdasarkan jawaban

    responden dan observasi langsung terhadap kinerja petugas KIA. Analisis data

    dilakukan dengan menggunakan uji chi square.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 55,3% responden beban kerja

    pada kategori kurang dan sebesar 68,4% responden dengan kinerja kurang. Hasil uji

    variat menunjukkan bahwa variabel beban kerja ( p = 0,044 ) berpengaruh terhadap

    kinerja petugas KIA Puskesmas di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

    Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun hendaknya

    menempatkan petugas KIA sesuai dengan kebutuhan secara proporsional dan

    memberikan kelengkapan alat dan bahan di setiap puskesmas. Meningkatkan

    kemampuan petugas KIA dengan memberikan pelatihan dan pendidikan yang lebih

    tinggi.

    Kata Kunci : Beban Kerja, Petugas KIA, Kinerja

  • iii

    ABSTRACT

    Community health centers is a technical unit health districts/cities which are

    responsible for organizing the construction of health in one working area. One of the

    main programs in the community health center is maternal and child health.

    Maternal and child health program has several main activities contained in the local

    region monitoring maternal and child health, which consists of antenatal care,

    maternity, new mothers, women with obstetric complications, family planning,

    newborn, newborns with complications, babies and toddlers.

    This research was explanatory research that explained the workload

    relationship with the performance of maternal and child health officer in siantar

    community health center, Simalungun regency. The samples from this study were 38

    midwives who have a private practice. The data collection included interviews based

    on the questionnaire, check list sheet on questionnaires completed by respondents

    and direct observation of the performance of maternal and child health officers. Data

    analysis was done using the chi-square test.

    The result showed that 55,3% of respondentd with low workload category and

    by 68,4% of respondents with low performance. Bivariate test result indicated that

    the variable of workload (p=0,044) had relationship on the performance of officer in

    health centers in the Siantar district Simalungun regency.

    In the recommended to health office simalungun regency to put

    proportionately the officers in accordance with the needs and provide complete

    eqiupment and materials in each health center, enchance the ability of maternal and

    child health officers by providing training and higher education.

    Keywords : Work Load, Maternal and Child Health Officers, Performance

  • iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Julita Arnis

    Tempat/Tanggal Lahir : Medan/22 Juli 1992

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Anak Ke : 1 Dari 4 Bersaudara

    Status Perkawinan : Belum Kawin

    Alamat Rumah : Huta I Bandar Malela Kabupaten Simalungun

    Riwayat Pendidikan :

    1. Tahun 1998-2004 : SD Negeri 1 Marga Baru Lubuk Linggau

    2. Tahun 2004-2007 : SMP Muhammadiyah 19 Pematang Siantar

    3. Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 4 Pematang Siantar

    4. Tahun 2010-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Sumatera Utara

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh

    Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA Puskesmas di Kecamatan Siantar

    Kabupaten Simalungun Tahun 2014 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

    pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya

    Departemen Administrasi dan Kebijkana Kesehatan.

    Selama menyelesaikan skripsi ini, begitu banyak tantangan yang penulis

    hadapi, namun banyak pula dukungan dari berbagai pihat baik secara moril maupun

    material. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

    kepada :

    1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M,Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

    Universitas Sumatera Utara.

    2. Dr. Drs. Surya Utama,M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Sumatera Utara.

    3. dr. Heldy BZ, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

    4. Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

    bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan

    dengan baik.

  • vi

    5. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

    dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

    6. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan

    Masyarakat.

    7. Para dosen dan staf di Fakultas Kesehatan masyatakat universitas sumatera utara

    khususnya departemen adinistrasi dan kebijakan kesehatan.

    8. Dr. Ernawati Tarigan selaku kepala Puskesmas Kecamatan Siantar.

    9. Terkhusus kepada orang tua tercinta dan tersayang, Mawardi dan Suryani yang

    selalu memberikan dukungan dan mendoakan tiada henti hingga penulis bisa

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    10. Terkhusus buat nenek dan kakek tercinta dan tersayang, Nasib Wibowo dan

    Marsini yang selalu memberikan senyum semangat kepada penulis.

    11. Terkhusus adik-adik tercinta Febby Dwi Putri, Vika Aini dan Windy Chairunisa

    yang selalu memberikan senyuman dan motivasi.

    12. Terkhusus sahabat tercinta Aulia Rahman yang selalu setia memberikan

    dorongan dan motivasi.

    13. Terkhusus sahabat tersayang Desi Purnama Sari yang selalu setia memberikan

    dorongan dan motivasi.

    14. Buat teman-teman seperjuangan Fifit, Ade, Shella, Reni, Riri, Ashell, Anggi,

    Ayu, Hanif, Martines, Nancy dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu

    per satu.

    15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan

    dukungan kepada penulis.

  • vii

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh

    karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam skripsi ini.

    Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

    memanfaatkannya.

    Medan, Mei 2014

    Penulis

    Julita Arnis

    NIM : 101000208

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman Pengesahan .......................................................................................... i

    Abstrak ................................................................................................................. ii

    Abstract ................................................................................................................ iii

    Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ iv

    Kata Pengantar.................................................................................................... v

    Daftar Isi .............................................................................................................. viii

    Daftar Tabel ......................................................................................................... x

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 7 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8 2.1 Puskesmas ............................................................................................... 8

    2.1.1 Definisi Puskesmas ..................................................................... 8 2.1.2 Fungsi Puskesmas ....................................................................... 9 2.1.3 Kedudukan Puskesmas ................................................................ 11 2.1.4 Struktur Organisasi Puskesmas ................................................... 12 2.1.5 Upaya Kesehatan ......................................................................... 13

    2.2 Program KIA ........................................................................................... 14 2.2.1 Petugas KIA ................................................................................ 14 2.2.2 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak .......... 15 2.2.3 Pengelolaan PWSKIA ................................................................. 16

    2.3 Kinerja..................................................................................................... 27 2.3.1 Definisi Kinerja ........................................................................... 27 2.3.2 Penilaian Kinerja ......................................................................... 27 2.3.3 Pengukuran Kinerja .................................................................... 28

    2.4 Beban Kerja ............................................................................................ 29 2.4.1 Pengukuran Beban Kerja............................................................. 30

    2.5 Kerangka Konsep .................................................................................... 32

    2.6 Hipotesa Penelitian ................................................................................. 33

    BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 34

    3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 34 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 34

    3.2.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 34 3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 34

    3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 34

  • ix

    3.3.1 Populasi ....................................................................................... 34 3.3.2 Sampel......................................................................................... 34

    3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 35 3.4.1 Data Primer ................................................................................. 35 3.4.2 Data Sekunder ............................................................................. 36

    3.5 Definisi Operasional ............................................................................... 36 3.5.1 Variabel Independen ................................................................... 36 3.5.2 Variabel Dependen...................................................................... 36

    3.6 Aspek Pengukuran .................................................................................. 38 3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ............................................. 38 3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ........................................... 39

    3.7 Metode Analisis Data .............................................................................. 42

    BAB IV. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 43

    4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 43

    4.1.1 Jumlah Penduduk ......................................................................... 43

    4.1.2 Sarana Kesehatan ......................................................................... 44 4.1.3 Tenaga Kesehatan ........................................................................ 45

    4.2 Analisis Univariat ................................................................................... 45

    4.2.1 Beban Kerja ................................................................................ 45

    4.2.2 Kinerja ......................................................................................... 47

    4.3 Analisis Bivariat ..................................................................................... 50

    4.3.1 Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Petugas KIA ................ 51

    4.3.2 Pengaruh Beban Kerja dengan Kinerja Petugas KIA .................. 51

    BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 53

    5.1 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam

    Melaksanakan Kegiatan Pokok KIA di Kecamatan Siantar ................... 53

    5.1.1 Beban Kerja ................................................................................... 53

    5.1.2 Kinerja............................................................................................ 54

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 66

    6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 66

    6.2 Saran ......................................................................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen Beban Kerja Petugas KIA ............... 38

    Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen Kinerja Petugas KIA .......................... 39

    Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Nagori (Desa) /Kelurahan Di Kecamatan

    Siantar Tahun 2012 ............................................................................................... 44

    Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Nagori (Desa)/Kelurahan Di

    Kecamatan Siantar Tahun 2012 ............................................................................ 44

    Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Nagori (Desa)/Kelurahan Di

    Kecamatan Siantar Tahun 2012 ............................................................................ 45

    Tabel 4.4 Distribusi Beban Kerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan Siantar ........... 45

    Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja Petugas KIA

    Puskesmas Kecamatan Siantar .............................................................................. 46

    Tabel 4.6 Distribusi Kinerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan Siantar ................... 47

    Tabel 4.7 Distribusi Kinerja Responden KIA Berdasarkan Kategori Kinerja

    Puskesmas Kecamatan Siantar ................................................................................ 50

    Tabel 4.8 Hubungan Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA Dalam

    Melaksanakan Tugas-Tugas Pokok KIA Di Puskesmas Kecamatan Siantar .......... 51

    Tabel 4.9 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA Dalam

    Melaksanakan Tugas-Tugas Pokok KIA Di Puskesmas Kecamatan Siantar .......... 52

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

    yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

    dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945. Kesehatan merupakan aset yang paling berharga yang harus dimiliki

    oleh setiap orang untuk menjalankan segala aktivitas dalam kehidupan. Mendapatkan

    pelayanan kesehatan yang terbaik merupakan hak setiap masyarakat Indonesia.

    Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk

    mencapai kemampuan hidup sehat bagi seluruh masyarakat agar terwujud derajat

    kesehatan yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan disuatu negara dapat dinilai

    dengan beberapa indikator. Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam

    kondisi morbiditas, mortalitas, dan status gizi. Indikator mortalitas digambarkan dari

    Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka

    Kematian Ibu (AKI). Bila AKI, AKABA dan AKB disuatu negara rendah maka

    pelayanan kesehatan sudah baik di negara tersebut dan sebaliknya bila AKI, AKABA

    dan AKB tinggi maka pelayanan kesehatan belum baik (Depkes RI, 2007).

    Kondisi mortalitas di Indonesia masih tinggi dimana menurut Data Survei

    Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 214 per 1000

    kelahiran hidup, AKB sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian

    neonatal (AKN) sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Berdasarkan

    Susenas 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara

  • 2

    AKB pada tahun 2007 sebesar 26,9 per 100.000 kelahiran hidup, AKABA 67 per

    1000 kelahiran hidup, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumut

    2012).

    Untuk menunjang keberhasilan upaya-upaya kesehatan di setiap daerah maka

    pemerintah menetapkan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, dimana

    pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan wewenang pada

    daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan secara otonom. Otonomi daerah

    dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada

    daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan peraturan, pembagian dan

    pemanfaatan sumber daya nasional, serta penimbangan keuangan pusat dan daerah ,

    sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

    keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam

    kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan derajat

    kesehatan adalah didirikan puskesmas di setiap kecamatan. Berdasarkan Kepmenkes

    RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan

    Masyarakat, puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

    kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembanguanan

    kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang

    diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan

    kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

    sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud

    derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

  • 3

    Puskesmas memiliki upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

    pengembangan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan

    wajib terdiri dari Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya

    Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya

    Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Upaya Pengobatan. Upaya

    kesehatan pengembangan ditetapkan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan di

    masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas (Depkes RI, 2004).

    Program KIA merupakan salah satu program wajib yang terdapat di

    puskesmas. Perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan ibu, bayi baru lahir,

    bayi dan balita. Hal ini karena ibu, bayi dan balita termasuk dalam penduduk yang

    rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian

    Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan salah satu indikator

    derajat kesehatan suatu negara.

    Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2010) tentang Pedoman

    Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak, kegiatan pokok program

    KIA adalah Pelayanan Antenatal, Pertolongan Persalinan, Pelayanan Kesehatan Ibu

    Nifas, Pelayanan Kesehatan Neonatus, Deteksi Dini dan Penganganan Komplikasi

    Kebidanan dan Neonatus oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat, Penanganan

    Komplikasi Kebidanan, Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi, Pelayanan

    Kesehatan Bayi, Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Pelayanan KB Berkualitas.

    Peran puskesmas sangat tergantung kepada sumber daya manusia yang ada,

    kualitas pelayanan yang dilaksanakan di puskesmas sangat dipengaruhi oleh kinerja

    sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Kinerja sumber daya manusia yang ada

  • 4

    di puskesmas dapat dilihat dari beban kerja yang dimiliki oleh setiap tenaga

    kesehatan.

    Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang dimaksud

    dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

    kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di

    bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

    melakukan upaya kesehatan.

    Beban kerja adalah tanggungjawab kewajiban yang harus dilaksanakan karena

    pekerjaan tertentu dan juga sebagai tanggung jawab (Simamora, 2001). Semakin

    banyak tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang semakin berat beban kerja yang

    disandangnya dan semakin tidak optimal hasil yang didapatkannya (Gibson dkk,

    1995).

    Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) tentang

    Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, beban kerja puskesmas sebagai unit

    pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota terlalu berat. Pertama disebabkan

    oleh rujukan kesehatan ke dan dari dinas kesehatan kabupaten/kota kurang berjalan.

    Kedua, karena dinas kesehatan yang sebenarrnya bertanggungjawab terhadap

    keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah kabupaten/kota

    lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif.

    Menurut Mathis dan Jackson (2002), kinerja pada dasarnya adalah apa yang

    dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang

    memengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Domen (2013) mengenai pengaruh

  • 5

    karakteristik individu dan beban kerja terhadap kinerja petugas KIA dalam

    melaksanakan program di puskesmas se Kota Pematangsiantar adalah terdapat

    hubungan antara karakteristik individu, psikologi dan beban kerja terhadap kinerja

    petugas KIA dalam melaksanakan tugas di puskesmas se Kota Pematangsiantar.

    Keberhasilan pelayanan kesehatan ibu dan anak selain angka mortalitas dapat

    juga dilihat dari hasil cakupan seperti : cakupan pelayanan ibu hamil kunjungan ke 1

    (K1), kunjungan ke 4 (K4) dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

    kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 di Indonesia

    menjelaskan bahwa cakupan K1 sebesar 72,3%, K4 sebesar 61,4% dan cakupan

    pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 82,2%. Pada tahun 2011 di

    Indonesia cakupan K1 sebesar 95,71%, K4 sebesar 88,27% dan cakupan pertolongan

    persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 86,38% (Depkes RI, 2012).

    Sumatera Utara cakupan K4 tahun 2012 sebesar 85,92% dan cakupan

    pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 88,78% . Di Kabupaten Simalungun

    pada tahun 2012 cakupan kunjungan K4 sebesar 16,41% dan cakupan pertolongan

    persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 16,48% (Profil Dinkes Sumut, 2013).

    Angka tersebut masih belum memenuhi target Millennium Development Goals

    (MDGs) tahun 2015 yang mana cakupan K4 95% dan cakupan pertolongan

    persalinan oleh tenaga kesehatan 90% (Depkes RI, 2008).

    Target MDGs tahun 2015 terhadap AKI di Indonesia 102 per 100.00

    kelahiran hidup (Depkes RI, 2012), bila dibandingkan dengan jumlah AKI yang

    terdapat di Kabupaten Simalungun, maka jumlah tersebut masih jauh dari target yang

    telah ditetapkan pada MDGs. Melihat bahwa Kabupaten Simalungun memiliki

  • 6

    jumlah penduduk 830.986 jiwa, jumlah puskesmas 34 dan jumlah bidan yang bekerja

    di puskesmas 538 orang. Salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten

    Simalungun yaitu Kecamatan Siantar. Kecamatan Siantar memiliki 2 unit puskesmas

    induk, 5 unit puskesmas pembantu dan 2 unit poskesdes, jumlah tenaga kesehatan

    untuk Puskesmas Kecamatan Siantar terdiri dari 10 dokter umum, 2 dokter gigi, 50

    bidan PNS (Pegawai Negeri Sipil), 31 bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap), 29 perawat

    dan 2 perawat gigi. Dengan sumber daya yang dimiliki, maka diupayakan dapat

    mengurangi AKI dengan meningkatkan kinerja petugas, oleh karena itu perlu dilihat

    kinerja petugas KIA yang terdapat di puskesmas.

    Dari hasil survei awal yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap petugas KIA

    bahwa pelayanan antenatal belum dilaksanakan sesuai dengan standar seperti

    pengisian buku KIA dengan lengkap, ukur lingkar lengan atas dan ukur tinggi fundus

    uteri, dimana hal tersebut digunakan untuk pendeteksian secara dini penyakit yang

    mungkin terjadi. Pemilihan Kecamatan Siantar sebagai tempat penelitian karena

    Kecamatan Siantar memiliki jumlah bidan yang terbanyak di wilayah Kabupaten

    Simalungun, walaupun jumlah bidan terbanyak ada di Kecamatan Siantar, tetapi

    bidan yang bertugas di program KIA masih banyak yang tidak melakukan pelayanan

    sesuai standar.

    Pembagian beban kerja yang kurang merata kepada setiap tenaga kesehatan di

    puskesmas menjadi penyebab kurangnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan

    pada masyarakat, pegawai yang tidak mendapatkan tugas yang tidak merata maka

    beban kerja yang diterimanya tidak merata. Demikian juga dengan permasalahan

  • 7

    yang terjadi di Koordinator KIA yang merupakan program yang berfokus pada

    kesehatan ibu, bayi dan balita, yang merupakan salah satu penentu derajat kesehatan.

    Berdasarkan uraian-uraian diatas dan survei awal yang dilakukan pada

    Puskesmas Kecamatan Siantar, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

    Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas KIA Puskesmas di Kecamatan

    Siantar Kabupaten Simalungun.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah bagaimana pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas KIA

    Puskesmas di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh beban

    kerja terhadap kinerja petugas KIA Puskesmas di Kecamatan Siantar Kabupaten

    Simalungun.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Sebagai masukan bagi dinas kesehatan dan puskesmas lainnya dalam menyusun

    perencanaan sumber daya manusia khususnya petugas KIA.

    2. Bagi petugas KIA sebagai bahan informasi dan pemahaman tentang beban kerja

    dalam upaya peningkatan kinerja.

    3. Bagi peneliti sendiri, pelaksanaan penelitian ini dapat menambah pengetahuan

    dan pengalaman secara langsung dalam penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.

  • 8

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Puskesmas

    2.1.1 Definisi Puskesmas

    Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

    bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

    kerja.

    1. Unit Pelaksana Teknis

    Sebagai unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten/kota,

    puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

    dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat

    pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

    2. Pembangunan Kesehatan

    Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh

    bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

    hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

    yang optimal.

    3. Penanggungjawab Penyelenggaraan

    Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan

    kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota,

    sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan

  • 9

    kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai

    dengan kemampuannya.

    4. Wilayah Kerja

    Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,

    tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka

    tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan

    keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing

    puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada

    dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes, 2004).

    2.1.2 Fungsi Puskesmas

    1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

    Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

    penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan

    dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

    pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan

    melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program

    pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,

    upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

    kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

    penyakit dan pemulihan kesehatan.

    2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

    Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

    masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

  • 10

    kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat

    untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

    kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,

    menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

    Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan

    dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya

    masyarakat setempat.

    3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

    Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

    tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

    Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas

    meliputi:

    a. Pelayanan Kesehatan Perorangan

    Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat

    pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan

    pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

    kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah

    rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

    b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

    Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat

    publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

    kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

    penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

  • 11

    tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,

    penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

    keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan

    masyarakat lainnya (Depkes, 2004).

    2.1.3 Kedudukan Puskesmas

    Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem

    Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah

    Daerah:

    1. Sistem Kesehatan Nasional

    Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai

    sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab

    menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat

    di wilayah kerjanya.

    2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

    Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota adalah

    sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

    bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan

    kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

    3. Sistem Pemerintah Daerah

    Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintah daerah adalah sebagai unit

    pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural

    pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

  • 12

    4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

    Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan

    kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta

    seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai

    kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan

    kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas

    terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya

    masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan

    puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan

    bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina ( Depkes, 2004).

    2.1.4 Struktur Organisasi Puskesmas

    Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas

    masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu

    kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan

    penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan

    pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:

    1. Kepala Puskesmas

    2. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam

    pengelolaan:

    a. Data dan informasi

    b. Perencanaan dan penilaian

    c. Keuangan

    d. Umum dan pengawasan

  • 13

    3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas

    a. Upaya kesehatn masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM

    b. Upaya kesehatan perorangan

    4. Jaringan pelayanan puskesmas

    a. Unit puskesmas pembantu

    b. Unit puskesmas keliling

    c. Unit bidan di desa/komunitas

    Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang berfungsi

    menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

    Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Polindes adalah unit

    pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan alat transportasi dan sejumlah

    tenaga kesehatan dari puskesmas (Depkes, 2004).

    2.1.5 Upaya Kesehatan

    Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

    dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan

    nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut

    dikelompokkan menjadi dua yakni:

    1. Upaya Kesehatan Wajib

    Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

    berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya

    ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

    wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah

    Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

  • 14

    a. Upaya Promosi Kesehatan

    b. Upaya Kesehatan Lingkungan

    c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

    d. Upaya Perbaikan Gizi

    e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

    f. Upaya Pengobatan

    2. Upaya Kesehatan Pengembangan

    Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

    berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

    disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

    dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:

    a. Upaya Kesehatan Sekolah

    b. Upaya Kesehatan Olah Raga

    c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

    d. Upaya Kesehatan Kerja

    e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

    f. Upaya Kesehatan Jiwa

    g. Upaya Kesehatan Mata

    h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

    i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Depkes, 2004).

    2.2 Program KIA

    2.2.1 Petugas KIA

  • 15

    Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang dimaksud

    dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

    kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di

    bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

    melakukan upaya kesehatan. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

    tenaga KIA merupakan seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam

    bidang KIA seperti bidan desa.

    2.2.2 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)

    PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA

    di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang

    cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu

    bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru

    lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri

    dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan

    informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut

    (Kemenkes, 2010).

    Menurut WHO, surveilens adalah suatu kegiatan sistematis

    berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan

    menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial

    dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan

    masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak

    adalah dengan melaksanakan PWS KIA (Kemenkes, 2010).

    Tujuan PWS KIA adalah :

  • 16

    1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort

    2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara

    teratur (bulanan) dan terus menerus.

    3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.

    4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang

    ditetapkan.

    5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani

    secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

    6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia

    dan yang potensial untuk digunakan.

    7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan

    mobilisasi sumber daya.

    8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan

    pelayanan KIA.

    2.2.3 Pengelolaan PWS KIA

    Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan

    jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan

    pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut

    (Kemenkes, 2010):

    1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di

    semua fasilitas kesehatan.

    2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten

    diarahkan ke fasilitas kesehatan.

  • 17

    3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas

    kesehatan.

    4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas

    kesehatan.

    5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus

    oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.

    6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat

    dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

    7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua

    fasilitas kesehatan.

    8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di

    semua fasilitas kesehatan.

    9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

    Beberapa program KIA menurut Kemenkes 2010 adalah sebagai berikut :

    1. Pelayanan Antenatal

    Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

    tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

    dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan

    Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

    pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan

    khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan

    dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:

  • 18

    a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan dengan alat timbangan dan

    mikrotois.

    b. Ukur tekanan darah dengan alat tensimeter.

    c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas) dengan meteran.

    d. Ukur tinggi fundus uteri.

    e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin dengan alat stetostop.

    f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

    (TT) bila diperlukan dengan alat form skrining.

    g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

    h. Test laboratorium (rutin dan khusus).

    i. Tatalaksana kasus.

    j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

    Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

    Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan

    darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus

    dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko,

    pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, sifilis, malaria,

    tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara

    operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh

    tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa

    frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,

    dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai

    berikut :

  • 19

    a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

    b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.

    c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

    Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk

    menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,

    pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten

    memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah : dokter spesialis

    kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

    2. Pertolongan Persalinan

    Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan

    persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

    Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan

    tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh

    karena itu, secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga

    kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

    Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal

    sebagai berikut :

    a. Pencegahan infeksi.

    b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.

    c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih

    tinggi.

    d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini.

    e. Memberikan Injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

  • 20

    Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan

    pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

    3. Pelayanan Nifas

    Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai

    standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

    kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan

    pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB

    pasca. Pelayanan yang diberikan adalah :

    a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu dengan alat

    tensimeter, jam dan termometer.

    b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

    c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

    d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

    e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama

    segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian

    kapsul Vitamin A pertama.

    f. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu

    yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan

    (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).

    4. Pelayanan Kesehatan Neonatus

    Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

    standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus

    sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik

  • 21

    di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan

    pelayanan kesehatan neonatus :

    a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 Jam

    setelah lahir.

    b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3

    sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

    c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8

    sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

    Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

    terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

    kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus

    terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama

    kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat

    dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

    Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan

    melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan

    menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk

    memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

    a. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir

    1) Perawatan Tali pusat

    2) Melaksanakan ASI Eksklusif

    3) Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

    4) Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

  • 22

    5) Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

    b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

    1) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

    ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

    2) Pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu

    perawatan bayi baru lahir.

    3) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

    eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi

    baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

    4) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

    5. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh

    tenaga kesehatan maupun masyarakat.

    Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang

    dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan

    komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal

    , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya

    deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor

    risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,

    merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi

    yang dilahirkannya.

    6. Penanganan Komplikasi Kebidanan

    Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu

    dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai

  • 23

    standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan

    rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi

    kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat

    diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh

    tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan

    ditangani. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi

    kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu

    memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang

    mulai dari polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah

    sakit PONEK 24 jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas

    mampu PONED meliputi :

    a. Pelayanan obstetri :

    1) Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.

    2) Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-

    eklampsi dan eklampsi)

    3) Pencegahan dan penanganan infeksi.

    4) Penanganan partus lama/macet.

    5) Penanganan abortus.

    6) Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi

    rujukan.

    b. Pelayanan neonatus :

    1) Pencegahan dan penanganan asfiksia.

    2) Pencegahan dan penanganan hipotermia.

  • 24

    3) Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).

    4) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,

    ikterus ringan sedang.

    5) Pencegahan dan penanganan gangguan minum

    6) Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi

    rujukan.

    7. Pelayanan Kesehatan Bayi

    Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

    yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama

    periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

    Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :

    a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari sampai 2 bulan.

    b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 sampai 5 bulan.

    c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 sampai 8 bulan.

    d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 sampai 11 bulan.

    Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap

    pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan

    pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan

    pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta

    peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan

    demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan

    kesehatan tersebut meliputi :

  • 25

    a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB1,2,3,

    Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

    b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi.

    c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).

    d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda

    tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku

    KIA.

    e. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

    8. Pelayanan kesehatan anak balita

    Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual

    berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period

    dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta

    pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.

    Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi

    organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini

    gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat

    penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke

    arah yang lebih berat. Kematian bayi dan balita merupakan salah satu

    parameter derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab

    kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat

    pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan

    Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di tingkat pelayanan kesehatan

    dasar.

  • 26

    Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita

    sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai

    standar yang meliputi :

    a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang

    tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah

    pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku

    KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau

    berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana

    pelayanan kesehatan.

    b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

    minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan

    perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan

    kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan

    SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)

    maupun di luar gedung.

    c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.

    d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

    e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan

    pendekatan MTBS.

    9. Pelayanan KB Berkualitas

    Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan

    menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga

    diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan

  • 27

    menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup

    memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan

    yang ingin mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda

    (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin

    menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode

    kontrasepsi yang meliputi :

    a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).

    b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).

    c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan

    tubektomi).

    2.3 Kinerja

    2.3.1 Defenisi Kinerja

    Kinerja menurut beberapa penulis buku Manajemen Sumber Daya Manusia

    diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Domen (2013) menyatakan bahwa kinerja

    adalah penampilan hasil kerja personal baik dalam kualitas ataupun kuantitas dalam

    suatu organisasi. Sedangkan menurut Rivai (2005) kinerja adalah prestasi yang

    dicapai yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya

    sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu.

    2.3.2 Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen atau

    penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan

    kinerja atas kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode

    tertentu biasanya setiap akhir tahun. Kegiatan ini dimaksud untuk mengukur kinerja

  • 28

    masing-masing tenaga kerja dalam mengembangkan kualitas kerja, pembinaan

    selanjutnya, tindakan perbaikan atas pekerjaan yang kurang sesuai dengan deskripsi

    pekerjaan, serta untuk keperluan yang berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan

    lainnya (Sastrohadiwiryo, 2002).

    Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusi-

    kontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Nilai

    penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi

    individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang

    menjadi tanggungjawabnya (Rosidah, 2009).

    Menurut Sastrohadiwiryo (2002) tujuan penilaian kinerja adalah sebagai

    berikut :

    1. Sumber data untuk merencanakan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan

    jaka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.

    2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan.

    3. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong kearah

    kemajuan dan kemungkinan memperbaiki atau meningkatkan kualitas kerja bagi

    para tenaga kerja.

    4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang

    pemegang tugas dan pekerjaan.

    5. Landasan atau bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang

    ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan

    lainnya.

  • 29

    2.3.3 Pengukuran Kinerja

    Menurut Rosidah (2009), fokus dalam pengukuran kinerja adalah penilaian

    berdasarkan hasil (result-based performance), penilaian berdasarkan perilaku

    (behavior based performance appraisal) dan penilaian dengan berdasarkan judgment

    based performance appraisal.

    1. Penilaian Berdasarkan Hasil (result-based performance)

    Tipe penilaian ini dimulai dengan merumuskan kinerja pegawai dengan

    didasarkan pada pencapaian tujuan organisasi, atau dapat dikatakan dengn

    menukur hasil-hasil akhir (end result)

    2. Penilaian Berdasarkan Perilaku (behavior based performance appraisal)

    Dalam model penilaian ini kinerja akan difokuskan pada sarana (means) dan

    sasaran (goals) dan bukan hasil akhir. Dengan demikian perilaku pegawai yang

    sesuai dengan sarana yang tersedia dan sasaran yang ingin dicapai.

    3. Penilaian Dengan Berdasarkan Judgment Based Performance Appraisal

    Kualitas pekerjaan merupakan bagian substansi yang tidak dapat diabaikan.

    Konsentrasi dari penilaian yang dilakukan tentunya akan menidentifikasikan

    bagaimana pencapaian kualitas pekerjaan yang dilakukan.

    2.4 Beban Kerja

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 81/Menkes/SK/I/2004

    tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di

    tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota serta Rumah Sakit yang salah satunya prosedur

    penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan metode beban kerja.

  • 30

    Beban kerja meliputi tanggungan kerja yang meliputi fisik maupun mental.

    Akibat beban kerja yang berlebihan maka dapat mengakibatkan seorang tenaga

    kesehatan mengalami gangguan kesehatan dan menghambat pekerjaan yang menjadi

    tanggungjawabnya.

    Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh

    tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan

    kesehatan. Analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan

    kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan

    kapasitas kerja perorangan per satuan waktu. (Depkes, 2004)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :

    a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh tenaga kerja, yaitu :

    1. Tugas-tugas yag bersifat fisik, seperti tata ruang,alat kerta, tempat kerja,

    sikap kerja, kondisi kerja dan tingkat kesulitan.

    2. Organisasi kerja, seperti waktu istirahat, waktu kerja, sistem upah, struktur

    organisasi dan pelimpahan wewenang.

    3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, kimia, biologis dan

    psikologis.

    b. Faktor Internal

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh pekerja sendiri

    yang timbul akibat dari faktor eksternal. Faktor internal meliputi somatis

    (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan dan status gizi) dan

    faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

  • 31

    2.4.1 Pengukuran Beban Kerja

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 81/Menkes/SK/I/2004

    tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di

    tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota serta Rumah Sakit yang salah satunya prosedur

    penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan metode beban kerja.

    Beban kerja meliputi tanggungan kerja yang meliputi fisik maupun mental.

    Akibat beban kerja yang berlebihan maka dapat mengakibatkan seorang tenaga

    kesehatan mengalami gangguan kesehatan dan menghambat pekerjaan yang menjadi

    tanggungjawabnya.

    Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh

    tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan

    kesehatan. Analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan

    kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan

    kapasitas kerja perorangan per satuan waktu. (Depkes, 2004)

    Menurut Munandar (2001), beban kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut

    :

    a. Beban Berlebih Kuantitatif

    Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak melakukan

    kegiatan marupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan untuk yang

    menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu dalam

    menyelesaikan tuntutan pekerjaan, yaitu setiap tugas diharapkan dapat

    diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat.

    b. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif

  • 32

    Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif yang dapat memengaruhi kesejahteraan

    psikologis seseorang pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi

    pengulangan gerak akan timbul rasa bosan dan rasa monoton.

    c. Beban Berlebih Kualitatif

    Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang selama ini

    dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh mesin-

    mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada

    pekerjaan otak.

    d. Beban Terlalu Sedikit Kualitatif

    Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak

    diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau

    untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh.

    2.5 Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Beban kerja

    1. Pelayanan

    Antenatal

    2. Pelayanan Ibu

    Nifas

    3. Deteksi Dini

    Faktor Risiko dan

    Komplikasi

    4. Pelayanan

    Kesehatan Bayi

    dan Balita

    5. Pelayanan KB

    Kinerja Petugas KIA

  • 33

    Dari 9 kegiatan yang terdapat dalam Pengolahan Wilayah Setempat Kesehatan

    Ibu dan Anak, peneliti hanya mengambil 5 kegiatan pokok, hal ini dikarenakan tidak

    ditemukan semua kasus yang ada dalam kegiatan pokok KIA. Selama melakukan

    penelitian, peneliti hanya menemukan kasus pelayanan antenatal, pelayanan ibu

    nifas, deteksi dini faktor resiko dan komplikasi, pelayanan kesehatan bayi dan balita

    dan pelayanan KB.

    2.6 Hipotesa Penelitian

    Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat disusun hipotesis

    penelitian sebagai berikut, terdapat pengaruh antara beban kerja terhadap kinerja

    petugas KIA di Puskesmas Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

  • 34

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan

    beban kerja dengan kinerja petugas KIA di Puskemas Kecamatan Siantar Kabupaten

    Simalungun.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Siantar.

    Pemilihan lokasi pada penelitian ini karena Kecamatan Siantar memiliki jumlah

    tenaga kesehatan terbanyak di Kabupaten Simalungun.

    3.2.2 Waktu Penelitian

    Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 Mei 2014.

    3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi dari penelitian ini adalah bidan PNS (pegawai negeri sipil) dan bidan

    PTT (pegawai tidak tetap) yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

    Siantar yang berjumlah 60 orang ( bidan PNS dan bidan PTT).

    3.3.2 Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah 38 orang bidan (bidan yang melaksanakan

    program KIA di puskesmas dan bidan yang tidak melaksanakan program KIA di

    puskesmas tetapi mempunyai izin praktek di rumah sebagai praktek pribadi). Cara

    pengambilan sampel adalah dengan metode proportionate stratified random sampling

  • 35

    yaitu pengambilan sampel secara acak dan proposional dari setiap puskesmas. Sampel

    yang dipilih terdiri dari bidan yang melaksanakan program KIA di puskesmas dan

    bidan yang tidak melaksanakan program KIA di puskesmas, tetapi membuka praktek

    di rumah. Pembagian pengambilan sampel secara proporsional di setiap puskesmas

    agar mewakili keseluruhan populasi. Besar sampel ditentukan dengan rumus sebagai

    berikut :

    n =

    Keterangan :

    n = Jumlah sampel

    N = Jumlah populasi

    d = Presisi yang ditetapkan (0,1)

    n =

    n = 38

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    3.4.1 Data Primer

    Data diperoleh langsung dari responden saat melakukan penelitian dengan cara

    wawancara yang berpedoman pada kuesioner, lembaran check list pada kuesioner

    yang diisi berdasarkan jawaban responden dan observasi langsung terhadap kinerja

    petugas KIA.

  • 36

    3.4.2 Data Sekunder

    Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian-penelitian mengenai

    kinerja yang telah dilakukan oleh orang lain, laporan bulanan KIA, laporan tahunan

    KIA dan data kesehatan yang terdapat di Badan Pusat Statistik.

    3.5 Definisi Operasional

    3.5.1 Variabel Independen

    Beban kerja adalah seluruh pekerjaan berdasarkan pedoman KIA yang harus

    dikerjakan oleh petugas KIA baik secara kualitas dan kuantitas. Beban kerja dihitung

    dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan beban kerja kuantitatif dan

    kualitatif.

    1. Beban kerja kuantitas adalah segala beban kerja yang dilakukan oleh bidan

    diukur berdasarkan banyaknya atau jumlahnya.

    2. Beban kerja kualitas adalah segala beban kerja yang dilakukan bidan dinilai

    berdasarkan baik atau buruk mutunya.

    3.5.2 Variabel Dependen

    Kinerja dalah seluruh hasil kerja yang dilakukan oleh petugas KIA meliputi

    seluruh aspek dalam kegiatan program KIA. Kinerja dihitung berdasarkan output

    yang dihasilkan oleh program KIA. Output adalah seluruh kegiatan yang dilakukan

    oleh petugas KIA. Untuk mendapatkan output program KIA, penulis menggunakan

    kuisioner yang disusun berdasarkan 9 kegiatan pokok puskesmas, yaitu :

    1. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan

    kepada ibu hamil selama masa kehamilannya.

  • 37

    2. Pertolongan persalinan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan

    oleh bidan yang kompeten.

    3. Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada

    ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin.

    4. Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan

    kepada neonatus sedikitnya 3 kali selama periode 0 sampai dengan 28 hari

    setelah lahir.

    5. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus adalah

    kegiatan deteksi dini yang dilakukan oleh bidan untuk menemukan ibu hamil

    yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi kebidanan pada kehamilannya.

    6. Penanganan kompikasi kebidanan adalah pelayanan yang diberikan bidan kepada

    ibu dengan komplikasi kehamilan untuk mendapat penanganan sesuai standar di

    tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

    7. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada

    bayi selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

    8. Pelayanan kesehatan anak dan balita pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada

    anak selama periode 1 sampai dengan 5 tahun.

    9. Pelayanan KB adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan dalam merencanakan

    kehamilan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) yaitu berupa konseling atau

    penyuluhan.

  • 38

    3.6 Aspek Pengukuran

    3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

    Aspek pengukuran variabel bebas pada penelitian ini adalah beban kerja.

    Pengukuran beban kerja responden terhadap pekerjaan program KIA dengan dimensi

    beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif yaitu mengajukan 6 bulir pertanyaan

    menggunakan skala Guttman, pilihan jawaban : tidak diberi skor 1, ya diberi skor 2.

    Nilai tertinggi yang dapat diperoleh responden adalah (6 x 2 = 12) dan nilai terendah

    adalah (6 x 1 = 6). Jawaban responden diukur dengan skala ordinal yang

    dikategorikan menjadi 2 yaitu :

    1. Sesuai jika skor yang diperoleh responden 10-12

    2. Tidak sesuai jika skor yang diperoleh responden 6-9

    Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen Beban Kerja Petugas KIA

    Variab

    el

    Jumlah

    pertanyaan

    Dimensi Indikator Pilihan

    jawaban

    skor Kategori

    variabel

    Beban

    kerja

    6 Kuantitatif

    - Kesesuaian petugas dengan

    kunjungan

    pasien

    Tidak 1 1. Baik (10-12)

    - Kesesuaian

    petugas dengan

    tugas luar gedung

    Ya 2 2. Kurang (6-9)

    - Kesesuaian

    petugas dengan

    tugas pokok

    Kualitatif - Kesesuaian

    dengan kesulitan

    pekerjaan

    - Kejenuhan dalam melakukan

    pekerjaan

  • 39

    3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (dependen)

    Aspek pengukuran variabel terikat (dependen) adalah kinerja petugas KIA

    dalam pelaksanaan tugas sebagai proses kerja responden secara kualitas yang dapat

    dilihat berdasarkan tugas-tugas pokok sebagai petugas KIA. Dimensi kinerja petugas

    KIA meliputi : (1). Pelayanan antenatal, (2). Pelayanan ibu nifas, (3). Deteksi dini

    faktor resiko dan komplikasi, (4). Pelayanan kesehatan bayi dan balita dan (5).

    Pelayanan KB. Dengan mengajukan pertanyaan 28 butir menggunakan skala likert

    dengan pilihan jawaban : tidak skor 0, kadang-kadang skor 1 dan tetap skor 2. Nilai

    tertinggi yang dapat diperoleh oleh responden adalah (28 x 2 = 56) dan nilai terendah

    yang dimiliki responden adalah (28 x 1 = 28). Jawaban responden yang diukur

    dengan skala ordinal yang dikategorikan menjadi 2, yaitu :

    1. Baik nila skor yang diperoleh responden 29-56

    2. Kurang jika skor yang diperoleh responden 0-28

    Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen Kinerja Petugas KIA

    variabel Jumlah

    pertanyaan Dimensi Indikator

    Pilihan

    jawaba

    n

    Sk

    or

    Kategori

    variabel

    Kinerja 50 1. Pelayanan antenatal

    1. Timbang BB dan ukur TB

    2. Ukur tekanan darah

    3. Nilai status gizi

    4. Ukur tinggi fundus uteri

    5. Presentase denyut

    jantung janin

    6. Skrining status

    imunisasi TT

    Sering/s

    elalu

    Kadang-

    kadang

    Tidak

    2

    1

    0

    Baik (51-

    100)

    Kurang

    (0-50)

  • 40

    7. Pemberian tablet zat besi

    8. Tes labolatorium

    9. Tatalaksana kasus

    10. Konseling

    2. Pelayanan nifas

    1. Pemeriksaan tekanan

    darah

    2. Pemeriksaan tinggi fundus

    uteri

    3. Pemeriksaan lokhia

    4. Pemeriksaan payudara

    5. Pemberian kapsul

    Vitamin A

    200.000 IU

    6. Pelayanan KB pasca

    salin

    3. Deteksi dini faktor

    resiko dan

    komplikasi

    1. Deteksi dini faktor resiko

    dan

    komplikasi

    4. Pelayanan kesehatan

    bayi

    1. Pemberian imunisasi

    dasar

    lengkap

    (BCG, Polio

    1,2,3,4,

    DPT/HB1,2,

    3, Campak)

    sebelum bayi

    berusia 1

    tahun

    2. Stimulasi deteksi

    intervensi

    dini tumbuh

    kembang

    bayi

    3. Pemberian

  • 41

    vitamin A

    100.000 IU

    (6 - 11

    bulan)

    4. Konseling ASI

    eksklusif

    5. Penanganan dan rujukan

    kasus bila

    diperlukan

    5. Pelayanan kesehatan

    anak balita

    1. Pelayanan pemantauan

    pertumbuhan

    minimal 8

    kali setahun

    yang tercatat

    dalam Buku

    KIA/KMS

    2. Stimulasi Deteksi dan

    Intervensi

    Dini Tumbuh

    Kembang

    (SDIDTK)

    minimal 2

    kali dalam

    setahun

    3. Pemberian Vitamin A

    dosis tinggi

    (200.000

    IU), 2 kali

    dalam

    setahun

    4. Kepemilikan dan

    pemanfaatan

    buku KIA

    oleh setiap

    anak balita

    5. Pelayanan anak balita

    sakit sesuai

    standar

    dengan

    menggunaka

    n pendekatan

    MTBS

  • 42

    6. Pelayanan KB

    1. Konseling pada ibu

    hamil untuk

    melakukan

    KB pasca

    salin

    3.7 Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis

    bivariat digunakan untuk menguji hubungan beban kerja terhadap kinerja petugas

    KIA di Puskesmas Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun dengan menggunakan

    uji chi-square. Kemudian dilanjutkan menggunakan uji regresi untuk menguji

    pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas KIA di Puskesmas Kecamatan Siantar

    Kabupaten Simalungun.

  • 43

    BAB 4

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Secara geografis wilayah Kecamatan Siantar berada antara 205222

    205956 LU dan 990118 990019 BT dengan luas wilayah 76,35 km2 atau sekitar

    1,69 % dari luas wilayah Kabupaten Simalungun.

    Kecamatan Siantar terletak di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera

    Utara yang berada di tengah-tengan Kabupaten Simalungun dengan jarak ke ibu kota

    provinsi 128 km. Terletak pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut

    dimana 75 % lahannya berada pada kemiringan 0-15% . Suhu udara rata-rata adalah

    25.20C. dengan suhu terendah 21,8

    0C dan sushu tertinggi 31,4

    0C. Penyinaran

    matahari rata-rata 5,0 jam per hari dengan rata-rata kecepatan angin 0,25 m per detik

    dengan penguapan 3.01 milimeter per hari serta kelembaban udara 84%. Kecamatan

    Siantar terbagi dalam 17 nagori (BPS Simalungun).

    4.1.1 Jumlah Penduduk

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 dalam

    Kecamatan Siantar dalam Angka tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Siantar

    sebanyak 64.153 jiwa terdiri dari 31.886 laki-laki dan 32.267 perempuan, secara rinci

    per kecamatan seperti tabel dibawah ini :

  • 44

    Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Nagori (Desa)/Kelurahan di Kecamatan

    Siantar Tahun 2012

    No Kecamatan Jumlah Penduduk

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    1 Silampuyang 1.952 1.921 3.873

    2 Silau Manik 1.176 1.181 2.357

    3 Silau Malaha 1.459 1.416 2.875

    4 Marihat Baris 1.915 1.758 3.673

    5 Siantar Estate 1.929 1.992 3.921

    6 Rambung Merah 2.706 2.696 5.402

    7 Karang Bangun 2.496 2.508 5.004

    8 Pem. Simalungun 4.926 4.991 9.917

    9 Dolok Marlawan 1.514 1.581 3.095

    10 Pantoan Maju 1.014 1.044 2.058

    11 Sejahtera 1.007 1.107 2.114

    12 Sitalasari 2.001 2.122 4.123

    13 Laras Dua 1.302 1.353 2.655

    14 Nusa Harapan 1.591 1.777 3.368

    15 Lestari Indah 2.083 1.771 3.864

    16 Dolok Hataran 1.880 2.127 4.007

    17 Pem. Silampuyang 935 922 1.857

    Jumlah 31.886 32.267 64.153

    Sumber : BPS Simalungun

    4.1.2 Sarana Kesehatan

    Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Siantar terdiri dari : Puskesmas

    2 buah, Puskesmas Pembantu 5 buah, Poskesdes 1 buah, Polindes 2 buah, Klinik 6

    buah, Prakter Dokter 7 buah, Praktek Bidan 55 buah, Apotek 7 buah dan Toko Obat 6

    buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini

    Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Nagori(Desa)/

    Kelurahan di Kecamatan Siantar Tahun 2012

    No Jenis Sarana Jumlah

    1 Puskesmas 2 buah

    2 Puskesmas Pembantu 5 buah

    3 Poskesdes 1 buah

    4 Polindes 2 buah 5 Klinik 6 buah

  • 45

    6 Praktek Dokter 7 buah

    7 Praktek Bidan 55 buah

    8 Apotek 7 buah

    9 Toko Obat 6 buah

    Sumber : BPS Simalungun

    4.1.3 Tenaga Kesehatan

    Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Siantar adalah

    sebagai berikut : Dokter 25 orang, Bidan 78 orang, Perawat/Mantri 87 orang dan

    Dukun Bayi 13 orang.

    Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Nagori/Kelurahan di Kecamatan

    Siantar Tahun 2012

    No Tenaga Kesehatan Jumlah

    1 Dokter 25 Orang

    2 Bidan 78 Orang

    3 Perawat/Mantri 87 Orang

    4 Dukun Bayi 13 Orang

    Sumber : BPS Simalungun

    4.2 Analisis Univariat

    4.2.1 Beban Kerja

    Distribusi beban kerja pada responden dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah

    ini.

    Tabel 4.4 Distribusi Beban Kerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan

    Siantar

    No Pernyataan Ya Tidak Jumlah

    n % n % n %

    A. Beban Kerja Kuantitatif 1 Perbandingan jumlah petugas dengan jumlah

    kunjungan pasien masih sesuai

    30 78,9 8 21,1 38 100

    2 Pekerjaan puskesmas diluar tugas pokok

    masih sesuai

    12 31,6 26 68,4 38 100

    3 Perbandingan jumlah petugas dengan tugas-tugas di luar gedung puskesmas masih sesuai

    23 60,5 15 39,5 38 100

  • 46

    4 Tugas pokok Bidan di puskesmas tidak ada

    hubungannya dengan KIA

    30 78,9 8 21,1 38 100

    B. Beban Kerja Kualitatif 1 Bidan jenuh menunggu proses persalinan

    karena menyita waktu yang lama

    32 84,2 6 15,8 38 100

    2 Bidan tidak berani menolong persalinan

    dengan letak bokong

    18 47,4 20 52,6 38 100

    Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa beban kerja petugas KIA dalam melakukan

    program-program yang terdapat di puskesmas adalah 8 (21,1%) menjawab tidak

    sesuai perbandingan jumlah petugas dengan jumlah kunjungan pasien, 26 (68,4%)

    menjawab tidak sesuai pekerjaan puskesmas di luar tugas pokok, 15 (39,5%)

    menjawab tidak sesuai perbandingan jumlah petugas dengan tugas-tugas di luar

    gedung puskesmas, 8 (21,1%) menjawab tugas pokok di puskesmas tidak ada

    hubungannya dengan KIA, 6 (15,8%) menjawab jenuh menunggu proses persalinan

    karena menyita waktu yang lama dan 20 (52,6%) menjawab berani menolong

    persalinan dengan letak bokong.

    Beban kerja petugas KIA dalam melaksanakan program di puskesmas

    dikategorikan berdasarkan beban kerja baik dan beban kerja kurang baik., untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

    Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja Petugas

    KIA Puskesmas Kecamatan Siantar

    Beban Kerja Jumlah Persentase

    Sesuai 17 44,7

    Tidak Sesuai 21 55,3

    Jumlah 38 100

  • 47

    Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa beban kerja petugas KIA Puskesmas

    Kecamatan Siantar beban kerja baik sebesar 17 (44,7%) dan beban kerja kurang baik

    sebesar 21 (55,3%).

    4.2.2 Kinerja

    Distribusi kinerja pada responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.

    Tabel 4.6 Distribusi Kinerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan Siantar

    No. Pernyataan Tidak Kadang-

    kadang

    Selalu Jumlah

    A. Pelayanan antenatal

    1 Bidan melakukan timbang berat badan dan ukur

    tinggi badan

    2 5,3 22 57,9 14 36,8 38 100

    2 Bidan melakukan ukur tekanan darah 3 7,9 22 57,9 13 34,2 38 100

    3 Bidan melakukan ukur lingkar lengan atas 7 18,4 21 55,3 10 26,3 38 100

    4 Bidan melakukan ukur tinggi fundus uteri 6 15,8 16 42,1 16 42,1 38 100

    5 Bidan melakukan presentasi janin dan denyut

    jantung janin

    5 13,2 16 42,1 17 44,7 38 100

    6 Bidan melakukan imunisasi TT 4 10,5 21 55,3 13 34,2 38 100

    7 Bidan melakukan pemberian tablet besi minimal

    90 tablet selama kehamilan

    6 15,8 20 52,6 12 31,6 38 100

    8 Bidan melakukan tes laboratorium 13 34,2 22 57,9 3 7,9 38 100

    9 Bidan melakukan tata laksana kasus 15 39,5 15 39,5 8 21,0 38 100

    10 Bidan melakukan konseling 10 26,3 14 36,8 14 36,9 38 38 100

    B. Pelayanan kesehatan ibu nifas

    16 Bidan melakukan pemeriksaan tekanan darah,

    nadi, respirasi dan suhu.

    4 10,5 22 57,9 12 31,6 38 100

    17 Bidan melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri 8 21,0 21 55,3 9 23,7 38 100

    18 Bidan melakukan pemeriksaan lokhia dan

    pengeluaran per vaginam lainnya

    6 15,8 22 57,9 10 26,3 38 100

    19 Bidan melakukan pemeriksaan payudara dan

    anjuran ASI eksklusif selama 6 bulan

    6 15,8 23 60,5 9 23,7 38 100

    20 Bidan memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU

    sebanyak 2 kali

    7 18,4 20 52,7 11 28,9 38 100

  • 48

    21 Bidan memberikan pelayanan KB pasca salin 9 23,7 21 55,3 8 21,0 38 100

    C. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus

    27 Bidan melakukan pendeteksian dini terhadap

    faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami

    oleh ibu hamil

    7 18,4 19 50,0 12 31,6 38 100

    D. Pelayanan kesehatan bayi

    40 Bidan memberikan imunisasi dasar lengkap 8 21,0 19 50,1 11 28,9 38 100

    41 Bidan melakukan stimulasi deteksi intervensi dini

    tumbuh kembang bayi

    6 15,8 21 55,3 11 28,9 38 100

    42 Bidan memberikan vitamin A 100.000 IU (6-11

    bulan)

    14 36,8 18 47,4 6 15,8 38 100

    43 Bidan melakukan konseling ASI eksklusif 7 18,4 21 55,3 10 26,3 38 100

    44 Bidan melakukan penanganan dan rujukan kasus

    bila diperluakan

    8 21,0 18 47,5 12 31,5 38 100

    E. Pelayanan kesehatan anak balita

    45 Bidan melakukan pelayanan pemantauan

    pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat

    dalam nuku KIA/KMS

    8 21,1 20 52,6 10 26,3 38 100

    46 Bidan melakukan stimulasi deteksi dan intervensi

    dini tumbuh kembang(SD/DTK) minimal 2 kali

    dalam setahun

    9 23,7 20 52,6 9 23,7 38 100

    47 Bidan melakukan pemberian vitamn A dosis

    tinggi (200.000 IU) 2 kali dalam setahun

    13 34,2 17 44,7 8 21,1 38 100

    48 Bidan memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan

    buku KIA oleh setiap anak balita

    8 21,0 19 50,1 11 28,9 38 100

    49 Bidan melakuakn pelayanan anak balita sakit

    sesuai standar dengan mengunakan pendekatan

    MTBS

    7 18,4 15 39,5 16 42,1 38 100

    F. Pelayanan KB berkualitas

    50 Bidan melakukan konseling terhadap ibu hamil

    mengenai KB pascapersalinan

    10 26,3 16 42,1 12 31,6 38 100

    Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kinerja petugas KIA dalam

    melaksanakan pelayanan antenatal adalah sebagai berikut tidak melakukan timbang

    berat badan dan ukur tinggi badan pasien 2 (5,3%), tidak melakukan ukur tekanan

  • 49

    darah pasien 3 (7,9%), tidak melakukan ukur lingkar lengan atas pasien 7 (18,4%),

    tidak melakukan ukur tinggi fundus uteri 6 (15,8%), tidak melakukan presentasi janin

    dan denyut jantung janin 5 (13,2%), tidak melakukan imunisasi TT pada pasien 4

    (10,5%), tidak melakukan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

    pada pasien 6 (15,8%), tidak melakukan melakukan tes labolatorium pada pasien 13

    (34,2%), tidak melakukan konseling kepada pasien 10 (26,3%).

    Kinerja petugas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah

    sebagai berikut tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu

    4 (10,5%), tidak melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri 8 (21,0%), tidak

    melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam 6 (15,8%), tidak

    melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Eksklusif selama 6 bulan 6

    (15,8%), tidak memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali 7 (18,4%)

    dan tidak memberikan pelayanan KB pasca salin 9 (23,7%).

    Kinerja petugas dalam deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan

    dan neonatus adalah tidak melakukan pendeteksian dini terhadap faktor resiko dan

    komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil 7 (18,4%).

    Kinerja petugas dalam pelayanan kesehatan bayi adalah sebagai berikut tidak

    memberikan imunisasi dasar lengkap 8 (21,0%), tidak melakukan stimulasi deteksi

    intervensi dini tumbuh kembang bayi 6 (15,8%), tidak memberikan vitamin A

    100.000 IU (16-11 bulan) 14 (36,8%), tidak melakukan konseling ASI Eksklusif 7

    (18,4%) dan tidak melakukan penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan 8

    (21,0%). Kinerja petugas dalam pelayanan kesehatan anak balita adalah sebagai

    berikut tidak melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun