judul artikel: analisis kesulitan guru matematika...
TRANSCRIPT
Judul Artikel: Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi di Kabupaten Wonosobo
Terbit di:Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Tahun 2014
Halaman
1
2
3
4
Screen Capture Jurnal di Database DOAJ
Sampul Jurnal
Tim Editor Jurnal
Daftar Isi Jurnal
File Artikel (Fulltext) 202-215
This website uses cookies to ensure you get the best experience. Learn more (/privacy) | Hide this message(/cookie_consent?continue=/article/f435af1ce8f24f15885bb4a875c882cc)
(/)
SUPPORT DOAJ (/membership)
ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKASMP DALAM PENGEMBANGAN PROFESI DIKABUPATEN WONOSOBOJurnal Riset Pendidikan Matematika (/toc/2477-1503). 2014;1(2):202-215 DOI 10.21831/jrpm.v1i2.2676(https://doi.org/10.21831/jrpm.v1i2.2676)
Journal Homepage (http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm)
Journal Title: Jurnal Riset Pendidikan Matematika
ISSN: 2356-2684 (Print); 2477-1503 (Online)
Publisher: Universitas Negeri Yogyakarta
LCC Subject Category: Education: Education (General) | Science: Mathematics
Country of publisher: Indonesia
Language of fulltext: Indonesian
Full-text formats available: PDF
AUTHORSEndro Wibowo (SMP Negeri 2 Wonosobo Jawa Tengah) Jailani Jailani (Universitas Negeri Yogyakarta)
EDITORIAL INFORMATIONDouble blind peer review (http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/about/editorialPolicies#peerReviewProcess)
Editorial Board (http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/about/editorialTeam)
Instructions for authors (http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/about/submissions#authorGuidelines)
Time From Submission to Publication: 24 weeks
Screen Capture Jurnal di Database DOAJ https://doaj.org/article/f435af1ce8f24f15885bb4a875c882cc
1
Volume 1 - Nomor 2, November 2014
Print ISSN: 2356-2684
Online ISSN: 2477-1503
PENERBIT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA!
Volume 1 - Nomor 2, November 2014
2
USER
Username
Password
Remember meLoginLogin
JOURNAL CONTENT
Search
Search Scope All
SearchSearch
Browse» By Issue» By Author» By Title» Other Journals
FONT SIZE
INFORMATION
» For Readers» For Authors» For Librarians
KEYWORDS
bahan ajar berpikir kritis criticalthinking kemampuan berpikirkritis kemampuan komunikasimatematis kemampuanpemecahan masalah learningachievement motivasi belajarpembelajaran berbasis masalahpenalaran matematis pendekatanproblem posing penemuanterbimbing
pengembanganperangkatpembelajaranprestasi belajarproblem based learning problem-based learning self-confidence self-efficacy self-regulated learning statistika
Journal Help
OPEN JOURNAL SYSTEMS
Editorial Board
International Peer-Reviewers
Publication Ethics
Focus & Scope
Author Guidelines
Publishing System
Author(s) Fee
Hardcopy Order
Contact
Scopus Citation Analysis
NOTIFICATIONS
» View» Subscribe
HOME ABOUT LOGIN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS STATISTICS ONLINE SUBMISSION SITE MAP CONTACT
Home > About the Journal > Editorial Team
Editorial Team
Editor in Chief
Heri Retnawati, (Scopus ID: 56896145400) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Associate Editor
Ariyadi Wijaya, (Scopus ID: 56427813700) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Editorial Board Members
Paola Valero, (Scopus ID: 55109605800) Department of Mathematics and Science Education, Stockholm University, SwedenOuhao Chen, (Scopus ID: 56490191900) National Institute of Education, Nanyang Technological University, SingaporeJ. Jailani, (Scopus ID: 57204033371) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta, IndonesiaHartono Hartono, (Scopus ID: 7409903699) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta, IndonesiaDhoriva Urwatul Wutsqa, (Scopus ID: 56471809000) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta,IndonesiaSugiman Sugiman, (Scopus ID: 57204035834) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta,Indonesia
Copy Editor & Proofreader
Nila Mareta Murdiyani, (Scopus ID: 57201672443) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta,IndonesiaIlham Rizkianto, Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Assistant Editors
Ezi Apino, (Scopus ID: 57193867079) Department of Mathematics Education, Universitas Negeri Yogyakarta, IndonesiaHasan Djidu, (Scopus ID: 57200068693) Department of Mathematics Education, Universitas Sembilanbelas November Kolaka,IndonesiaKartianom Kartianom, (Scopus ID: 57201730862) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone, IndonesiaSyarief Fajaruddin, (Scopus ID: 57211745212) Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Jurnal Riset Pendidikan Matematika indexed by:
Jurnal Riset Pendidikan Matematika by http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/index is licensed under aCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
All rights reserved. p-ISSN 2356-2684 | e-ISSN 2477-1503
View My Stats
3
USER
Username eziapino
Password ••••••••
Remember meLoginLogin
JOURNAL CONTENT
Search
Search Scope All
SearchSearch
Browse» By Issue» By Author» By Title» Other Journals
FONT SIZE
INFORMATION
» For Readers» For Authors» For Librarians
KEYWORDS
bahan ajar berpikir kritis criticalthinking kemampuan berpikirkritis kemampuan komunikasimatematis kemampuanpemecahan masalah learningachievement motivasi belajarpembelajaran berbasis masalahpenalaran matematis pendekatanproblem posing penemuanterbimbing
pengembanganperangkatpembelajaranprestasi belajarproblem based learning problem-based learning self-confidence self-efficacy self-regulated learning statistika
Journal Help
OPEN JOURNAL SYSTEMS
Editorial Board
International Peer-Reviewers
Publication Ethics
Focus & Scope
Author Guidelines
Publishing System
Author(s) Fee
Hardcopy Order
Contact
Scopus Citation Analysis
CURRENT ISSUE
NOTIFICATIONS
» View» Subscribe
139-151
152-163
164-175
176-187
188-201
202-215
216-226
227-240
241-257
258-268
HOME ABOUT LOGIN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS STATISTICS ONLINE SUBMISSION SITE MAP CONTACT
Home > Archives > Vol 1, No 2
Vol 1, No 2
November 2014
Table of Contents
Articles
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP KELAS VIII SEMESTER 1
Agus Budiman, Jailani Jailani
10.21831/jrpm.v1i2.2671
PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGANPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DAN KONVENSIONAL DITINJAU DARIKEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
Ahmad Zaini, Marsigit Marsigit
10.21831/jrpm.v1i2.2672
PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPESTAD DAN TYPE TPS PADA PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISWA SMP
Astri Wahyuni, Agus Maman Abadi
10.21831/jrpm.v1i2.2673
PENGARUH PERHATIAN ORANGTUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGANSOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP
Didik Kurniawan, Dhoriva Urwatul Wustqa
10.21831/jrpm.v1i2.2674
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ISK DAN DI DITINJAU DARI MOTIVASI,SIKAP, DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
Djuwita Amin Mahmud, Hartono Hartono
10.21831/jrpm.v1i2.2675
ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP DALAM PENGEMBANGAN PROFESIDI KABUPATEN WONOSOBO
Endro Wibowo, Jailani Jailani
10.21831/jrpm.v1i2.2676
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS DENGANMEDIA BERBANTUAN KOMPUTER
Erni Ayda, Djamilah Bondan Widjajanti
10.21831/jrpm.v1i2.2677
KEEFEKTIFAN PBL DAN IBL DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUANREPRESENTASI MATEMATIS, DAN MOTIVASI BELAJAR
Muhamad Farhan, Heri Retnawati
10.21831/jrpm.v1i2.2678
PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED DAN PENDEKATAN KONTEKSTUALTERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP SISWA TERHADAPMATEMATIKA
Raden Heri Setiawan, Idris Harta
10.21831/jrpm.v1i2.2679
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI POKOK KALKULUSSMA KELAS XI SEMESTER 2
Sumarno Sumarno, Dhoriva Urwatul Wustqa
10.21831/jrpm.v1i2.2680
4
269-284
285-297
10.21831/jrpm.v1i2.2680
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS DENGANPENDEKATAN IDEAL BERBANTUAN GEOGEBRA
Wulan Fitriyani, Sugiman Sugiman
10.21831/jrpm.v1i2.2681
PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMITMEN PROFESIONAL DANDAMPAKNYA PADA KINERJA SERTA KEPUASAN KERJA GURU MATEMATIKA SMP DANMTS
Zuhdy Tafqihan, Suryanto Suryanto
10.21831/jrpm.v1i2.2682
Jurnal Riset Pendidikan Matematika indexed by:
Jurnal Riset Pendidikan Matematika by http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/index is licensed under aCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
All rights reserved. p-ISSN 2356-2684 | e-ISSN 2477-1503
View My Stats
5
202 - Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP
DALAM PENGEMBANGAN PROFESI
DI KABUPATEN WONOSOBO
Endro Wibowo 1)
, Jailani 2)
SMP Negeri 2 Wonosobo Jawa Tengah 1)
, Universitas Negeri Yogyakarta 2)
, [email protected] 2)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persentase banyaknya guru matematika SMP di
Kabupaten Wonosobo yang memahami, melaksanakan, dan mengalami kesulitan pada kegiatan
pengembangan profesi guru dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian descriptive dengan pendekatan survey. Populasi penelitian ini adalah guru mate-
matika SMP di Kabupaten Wonosobo pada tahun pelajaran 2013/2014 yang sudah diangkat sebagai
pegawai negeri sipil. Sampel diambil dengan menggunakan prosedur cluster random sampling. Teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dokumentasi dan quosioner. Teknik analisa data
yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa persentase banyaknya guru matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang memahami,
melaksanakan, dan mengalami kesulitan pada kegiatan pengembangan profesi guru, masing-masing
berada pada kategori sedang, sedikit, dan sangat sedikit. Selanjutnya, upaya yang telah dilakukan oleh
guru matematika SMP di Kabupaten Wonosobo untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan profesi diantaranya adalah melaksanakan studi lanjut ke jenjang yang lebih
banyak.
Kata Kunci: kesulitan guru matematika SMP, kegiatan pengembangan profesi guru
ANALYSIS DIFFICULTIES OF JUNIOR HIGH SCHOOL MATHEMATICS TEACHERS
ON PROFESSIONAL DEVELOPMENT IN WONOSOBO REGENCY
Abstract
The objectives of this research were to describe the percentage of the number of junior high
school math teacher in Wonosobo regency that understand, conduct, and face difficulties in teacher
professional development activities, and efforts made to overcome the those difficulties. This type of
research was a descriptive study with a survey approach. The population was junior high math
teachers in Wonosobo regency in the school year 2013/2014 which has become civil servants. Samples
were taken by using cluster random sampling procedure. The techniques used to collect the data were
documentation and questionnaires. Data analysis techniques implemented in this study was a
descriptive analysis. The results showed that the percentage of the number of junior high school math
teacher in the Wonosobo regency that understand, conduct, and face difficulties in teacher
professional development activities respectively was in category of “average”, “few”, and “litle of”.
Efforts that have been made by the junior high math teachers to overcome the difficulties in
conducting the professional development activities such as carrying out further studies to a higher
level.
Keywords: difficulty of junior high school mathematics teachers, teacher professional development
activities
Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi .... (Endro Wibowo, Jailani) - 203
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
PENDAHULUAN
Guru sebagai pendidik adalah teladan
bagi masyarakat. Teladan masyarakat harus ber-
akhlak mulia dan mampu mempraktekkan apa
yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keteladanan guru tersirat dalam Firman Allah
Subhanahu Wata‟ala dalam Qur‟an Surat Ash-
Shaff (61) ayat 2 dan 3, yang artinya kurang
lebih “Wahai orang-orang yang beriman!
Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? sangatlah dibenci disisi Allah
jika kamu mengatakan apa-apa yang kamu tidak
kamu kerjakan” (Hatta, 2009, p.551).
Keteladanan guru hendaknya diartikan
dalam arti luas, yaitu: keteladanan dalam ber-
bagai ucapan, sikap, dan perilaku. Contoh nyata
keteladanan guru adalah keteladanan Rasulullah
Nabi Muhammad Shollallahu „alaihi wa Sallam
yang sangat berhasil sebagai guru manusia: guru
bangsa, guru ummat, atau guru paripurna, bah-
kan dapat dikatakan sebagai guru multidimensi
(Hidayatullah, 2009, p.100). Keteladanan Nabi
Muhammad Shollallahu „alaihi wa Sallam telah
termaktub dalam Firman Allah Subhanahu
Wata‟ala dalam Qur‟an Surat Al-Ahzab (33)
ayat 21, artinya kurang lebih “Sungguh, telah
ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah
bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang meng-
harap (rahmat) Allah dan (Kedatangan) hari
kiamat dan yang banyak mengingat Allah”
(Hatta, 2009, p.420).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebu-
dayaan Republik Indonesia nomor 65 tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah, mengamanatkan: Sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
maka prinsip pembelajaran yang digunakan: “…
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani);…”. Prinsip-prinsip tersebut
dicetuskan oleh Dewantara yang secara lengkap
berbunyi “Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tutwuri Handayani”. Prinsip-
prinsip tersebut dapat diwujudkan guru Indone-
sia dalam menjalankan tugas profesionalnya,
dengan cara membangun kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional sesuai perkembangan
ilmu dan teknologi secara berkelanjutan. Makna
prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara kurang
lebih sebagai berikut; “Ing Ngarso Sung
Tulodo” berarti didepan memberi tauladan,
prinsip ini menekankan pada pentingnya
modeling atau keteladanan yang merupakan cara
yang paling ampuh dalam mengubah perilaku
inovasi seseorang. “Ing Madyo Mangun Karso”
berarti ditengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa, prinsip ini memperkuat peran dan
fungsi guru sebagai mitra setara (di tengah),
serta sebagai fasilitator (menciptakan peluang)
para guru mendorong keinginan peserta didik
untuk berkarya. “Tutwuri Handayani” berarti
dari belakang memberikan dorongan dan arahan,
prinsip ini mempunyai makna yang kuat tentang
peran dan fungsi guru sebagai motivator dan
sebagai pembimbing yang berarti guru tidak
membiarkan peserta didik melakukan tindakan
yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan.
(Yulaelawati, 2009, p.3)
Untuk menjadi guru yang dapat ditaula-
dani, maka harus mendalami dan mengembang-
kan kompetensinya. Kompetensi mempunyai
pengertian dasar membangun dalam “manaje-
men ilmiah” dan “kebiasaan efisiensi”. Terkait
dengan guru, pada masa sekarang kompetensi
guru diragukan oleh para politikus, media, dan
masyarakat di negara-negara yang tingkat eko-
nomoninya cenderung sedikit dan standar
prestasi belajar peserta didik juga relatif sedikit
(Days, 2002, p.54). Kompetensi juga erat kaitan-
nya dengan keterampilan praktis, pengetahuan,
dan pemahaman dalam suatu pekerjaan yang
terencana, dan berhubungan dengan pencapaian
tujuan pekerjaan. Atau dengan kata lain kompe-
tensi adalah kemampuan untuk mendemon-
strasikan keterampilan dan pengetahuan ke da-
lam tindakan. (Winterton & Winterton, 2002,
p.25). Selanjutnya Kompetensi di dalam peng-
ajaran dari suatu kurikulum dicapai melalui
manajemen perilaku, kecakapan teknis, peratur-
an budaya dan manipulasi konteks kesadaran
diri yang merefleksikan jati diri guru (Brundrett
& Silcock, 2002. p.45). Pendapat lain tentang
kompetensi adalah yang dinyatakan oleh Taylor
(2007, p.28) bahwa kompetensi sebagai sesuatu
yang mendasari karakteristik suatu individu
yang berhubungan dengan pencapaian hasil
dalam suatu pekerjaan atau situasi. Kompetensi
mempunyai definisi yang luas dan meliputi
aspek sebagai berikut; motivasi, karakter dan
sikap, konsep diri, pengetahuan; perilaku atau
keterampilan. Sedangkan Francis (2012, p.3)
menyatakan bahwa kompetensi guru pada
umumnya mengacu pada seseorang yang mahir
dan mampu serta dapat menunjukkan penca-
paian tujuan yang lebih banyak. Selanjutnya
204 - Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
pada Bab IV pasal 8, menyebutkan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompe-
tensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewu-
judkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi
guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
diuraikan pada pasal 10 ayat 1 bahwa Kompe-
tensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kom-
petensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Dari pendapat-pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi
guru adalah adalah seperangkat sikap, pengeta-
huan, pemahaman dan keterampilan yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang
guru yang direfleksikan dalam kebiasaan berpi-
kir dan bertindak yang terencana sehingga meru-
pakan manajemen ilmiah dan kebiasaan efisiensi
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Kom-
petensi guru diklasifikasikan menjadi empat
ranah kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
Guru yang memiliki kompetensi pedago-
gik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional disebut sebagai guru
profesional. Guru sebagai tenaga profesional
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang
sangat penting dalam mencapai visi pendidikan
2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas
dan kompetitif. Besarnya tanggungjawab dan
beratnya tugas guru, merupakan salah satu per-
timbangan bahwa profesi guru harus dihargai
dan dikembangkan sebagai profesi yang bermar-
tabat. Bentuk aktualisasi penghargaan dan
pengembangan profesi guru dalam tugas guru
sebagai tenaga profesional, maka pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan Nasional
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang Undang nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Peme-
rintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, akan menfasilitasi guru
untuk dapat mengembangkan keprofesiannya
secara berkelanjutan. Program pengembangan
keprofesian berkelanjutan ini diarahkan untuk
dapat memperkecil jarak antara pengetahuan,
keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian
yang mereka miliki sekarang dengan apa yang
menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan
profesinya itu. (Dirjen PMPTK, Kemendiknas,
2010, p.1)
Kegiatan pengembangan profesi guru
yang berkelanjutan dinyatakan sebagai salah
satu unsur utama tugas guru selain kegiatan
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambah-
an lain yang relevan dengan fungsi sekolah/
madrasah yang diberikan angka kredit untuk
pengembangan karir guru khususnya dalam
kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Ha-
rapannya melalui kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan akan terwujud guru
yang profesional yang bukan hanya sekedar
memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tuntas
dan tidak setengah-setengah, tetapi tidak kalah
pentingnya juga memiliki kepribadian yang ma-
tang, kuat dan seimbang. Dengan penguasaan
para guru terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kuat, tuntas dan tidak setengah-
setengah serta kepemilikan kepribadian yang
prima, maka diharapkan guru terampil mem-
bangkitkan minat peserta didik kepada ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui penyajian
layanan pendidikan yang bermutu. (Direktorat
jenderal PMPTK, Kemendiknas. 2010, p.3)
Guru mata pelajaran matematika semesti-
nya mempunyai kompetensi kepribadian dan
tingkah laku yang sesuai dengan kegiatan
pengembangan profesi karena dijiwai oleh
karakteristik mata pelajaran matematika. Per-
mendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi, menyebutkan bahwa karakteristik
yang merupakan tujuan umum pembelajaran
matematika sekolah adalah untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta ke-
mampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,
dan kompetitif.
Sebagian besar pengembangan profesi
guru matematika sebenarnya bisa diawali dari
kegiatan refleksi diri terhadap terlaksananya
proses pembelajaran matematika di dalam kelas,
dan prestasi belajar matematika peserta didiknya
ditinjau dari pencapain tujuan khusus dan tujuan
umum mata pelajaran matematika tersebut di
atas. Sebagai contoh, dalam memfasilitasi kegi-
atan pembelajaran peserta didik pada aspek-
aspek pelajaran matematika, guru seringkali
mendapat kesulitan dalam memfasilitasi peserta
didik mengkonstruksi pengetahuan pada salah
satu aspek atau pada sub aspek mata pelajaran
matematika. Hal ini disebabkan oleh beberapa
hal yang mungkin terjadi misalnya perbedaan
individu peserta didik, kemampuan guru mate-
matika dalam melakukan variasi model pem-
Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi .... (Endro Wibowo, Jailani) - 205
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
belajaran, Kemampuan guru dalam memilih/
memodifikasi alat peraga pembelajaran, kete-
rampilan guru dalam menggunakan media pem-
belajaran, keterbatasan sumber belajar, dan
terbatasnya dukungan lingkungan peserta didik.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam mewujudkan tujuan mata pelajaran mate-
matika maupun dalam membelajarkan peserta
didik pada aspek-aspek matematika, sebenarnya
guru matematika memiliki banyak cara untuk
mengatasi kesulitan tersebut yang apabila pelak-
sanaannya ditulis dapat digolongkan sebagai
karya tulis ilmiah. Diantara cara guru matema-
tika untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut
adalah pembuatan/modifkasi alat peraga pem-
belajaran matematika, pembuatan modul/diktat
pembelajaran matematika, penerapan model
model pembelajaran, berdiskusi dengan teman
sejawat baik di unit sekolah maupun pada forum
MGMP Matematika, mengikuti dan mengimple-
mentasikan hasil Seminar atau yang sejenisnya
tentang pendidikan matematika, mengikuti dan
mengimplementasikan hasil pelatihan-pelatihan
Continuing Professional Development dan
pelatihan-pelaihan lain.
Desimone (2002, p.83) menyatakan bah-
wa Terdapat enam kegiatan inti yang dapat
dihipotesiskan sangat efektif dalam mening-
katkan profesionalisme seorang guru dalam
menjalankan tugas mengajarnya. Tiga kegiatan
inti yang pertama adalah "kegiatan struktural,"
yang meliputi bentuk atau organisasi kegiatan
(kelompok studi, jaringan guru, hubungan men-
toring, komite atau gugus tugas, magang, proyek
penelitian individu, atau pusat penelitian guru,
berbeda dengan workshop, kursus, atau konfe-
rensi tradisional), durasi kegiatan (berapa lama
peserta menghabiskan waktu di kegiatan, serta
rentang waktu yang lebih kegiatan berlangsung),
dan sejauh mana partisipasi guru dalam kegiatan
(tingkat aktivitasnya). Tiga kegiatan inti kedua
adalah sejauh mana aktivitas menawarkan
kesempatan untuk belajar aktif (kesempatan bagi
guru untuk menjadi aktif terlibat dalam analisis
bermakna dalam belajar mengajar, misalnya,
dengan meninjau karya peserta didik atau
mendapatkan umpan balik pada pengajaran
mereka), sejauh mana aktivitas mempromosikan
koherensi dalam guru pengembangan professio-
nal (dengan memasukkan pengalaman yang
konsisten dengan guru tujuan, sesuai dengan
standar negara dan penilaian, dan mendorong
terus komunikasi profesional antara guru), dan
sejauh mana aktivitas tersebut memiliki konten
focus (sejauh mana aktivitas tersebut difokuskan
pada peningkatan dan memperdalam pengeta-
huan konten guru dalam matematika dan ilmu
pengetahuan).
Garet (2001, p.1) menyatakan bahwa ter-
dapat tiga kegiatan pengembangan profesional
guru yang secara signifikan memberikan efek
positif pada peningkatan guru dalam penge-
tahuan dan keterampilan serta perubahan dalam
praktek pembelajaran di kelas: (a) fokus pada isi
pengetahuan, (b) kesempatan untuk belajar aktif;
dan (c) koherensi dengan kegiatan belajar lain-
nya. Hal ini dilaksanakan terutama melalui
struktur inti yang secara signifikan mempenga-
ruhi pembelajaran guru, yaitu: (a) bentuk kegiat-
an (misalnya, lokakarya vs kelompok studi), (b)
partisipasi kolektif guru dari sekolah yang sama,
kelas, atau subjek, dan (c) durasi kegiatan.
Suparlan (2008, p.182) menyatakan bahwa pem-
binaan profesionalisme guru dapat dilakukan
melalui kegiatan berikut; peningkatan kualifika-
si melalui jenjang pendidikan formal, pening-
katan kompetensi melalui pendidikan dan latih-
an, peningkatan kompetensi melalui kegiatan
yang dirancang oleh organisasi profesi, dan
belajar mandiri. Leikin & Zazkis (2010, p.221)
menyatakan bahwa penelitian mutakhir guru
matematika dalam mengatasi masalah yang
dihadapi dalam kegiatan pembelajaran maupun
dalam pengembangan profesi, diringkas ke da-
lam tiga kategori utama, yaitu: isi, metoda, dan
efektivitas. Demonte (2013, p.6) menyatakan
bahwa menurut penelitian kegiatan pengem-
bangan profesi guru berisi lima karakteristik
berikut: (1) sejalan dengan tujuan sekolah, stan-
dar kabupaten, standar pemerintah, penilaian,
dan kegiatan belajar profesional lainnya (2)
Fokus pada kompetensi inti dan pemodelan
strategi pengajaran untuk kompetensi inti yang
dimaksud. (3)Termasuk kesempatan untuk
belajar aktif dalam strategi pengajaran baru. (4)
memberikan kesempatan bagi guru untuk
berkolaborasi (5)Termasuk tindak lanjut dan
umpan balik yang berkesinambungan.
Kegiatan pengembangan profesi guru
matematika yang disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, dibedakan dalam tiga kelompok
kegiatan yaitu kegiatan pengembangan diri,
kegiatan publikasi ilmiah, dan kegiatan karya
inovasi. Kegiatan pengembangan diri pada ke-
giatan pengembangan profesi guru matematika
adalah kegiatan yang dilakukan guru mate-
matika untuk meningkatkan kompetensi dan
206 - Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
keprofesiannya. Kegiatan tersebut dilakukan
melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) fung-
sional dan/atau melalui kegiatan kolektif guru.
Secara rinci penjelasan kedua macam kegiatan
dimaksud sebagai berikut; (1) mengikuti diklat
fungsional terkait dengan tugas guru secara
umum, misalnya: workshop, diklat, penataran,
dan kegiatan lain yang sejenis tentang kuriku-
lum, maupun terkait dengan tugas guru mate-
matika secara khusus, misalnya: workshop, dik-
lat, penataran, dan kegiatan lain yang sejenis
tentang pembelajaran dan pengembangan teori
matematika, (2) mengikuti kegiatan kolektif
guru matematika, misalnya: kegiatan MGMP,
seminar, lokakarya, inhouse training, koloqium,
diskusi panel, dan kegiatan lain yang sejenis).
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah
yang telah dipublikasikan kepada masyarakat
sebagai bentuk kontribusi guru terhadap pening-
katan kualitas proses pembelajaran di sekolah
dan pengembangan dunia pendidikan secara
umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 kelompok
kegiatan, yaitu: (1) Presentasi sebagai pemaka-
lah pada forum ilmiah matematika dan atau pen-
didikan matematika, (2) Publikasi hasil peneliti-
an atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan
Matematika, meliputi; Membuat Laporan hasil
penelitian, atau Tinjauan ilmiah, Tulisan Ilmiah
popular, Artikel Ilmiah, (3) Publikasi buku teks
pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman
guru, meliputi: membuat buku pelajaran mate-
matika, membuat buku matematika, membuat
modul pembelajaran matematika, membuat dik-
tat pembelajaran matematika, membuat terje-
mahan buku matematika, membuat buku pedo-
man guru matematika.
Karya Inovatif Pendidikan Matematika
adalah karya yang bersifat pengembangan,
modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk
kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas
proses pembelajaran di sekolah dan pengem-
bangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan
seni. Karya inovatif ini mencakup: (1) Mene-
mukan teknologi tepatguna; (membuat media
pembelajaran/bahan ajar Matematika interaktif
berbasis komputer, membuat program aplikasi
komputer, membuat alat/mesin yang bermanfaat
untuk pendidikan matematika atau masyarakat,
melakukan eksperimen/percobaan sains/teknolo-
gi dan membuat laporan, melakukan pengem-
bangan metodologi/evaluasi pembelajaran dan
membuat laporan kegiatannya. (1) menemukan/
menciptakan karya seni matematika, (2) mem-
buat/memodifikasi alat peraga/alat pelajaran/alat
praktikum matematika, (3) mengikuti pengem-
bangan penyusunan standar pedoman pembel-
ajaran matematika. (Permendiknas dan Refor-
masi Birokrasi No.16 tahun 2009, p.17).
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas
adalah kegiatan pengembangan profesi guru
matematika merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi beberapa masalah yang muncul dalam
proses pembelajaran matematka peserta didik
yang difasiltasi guru terkait dengan isi pelajaran,
metode pembelajaran, maupun hasil pembelajar-
an, dimana karekteristik kegiatan pengembangan
profesi guru harus sejalan dengan tujuan seko-
lah, standar kabupaten, standar pemerintah, stan-
dar penilaian, yang dapat dilaksanakan melalui
peningkatan kualifikasi melalui jenjang pen-
didikan formal, pendidikan dan latihan, kegiatan
yang dirancang oleh organisasi profesi, dan bel-
ajar mandiri, serta dibagi menjadi tiga subbagi-
an, yaitu; kegiatan pengembangan diri, Publikasi
Ilmiah, dan Karya Inofatif.
Penghargaan dan pengembangan profesi
guru sejak diaturnya PAK (Penilaian Angka
Kredit) bagi guru dengan Peraturan Pemerintah
nomor 3 tahun 1980, Kepmenpan nomor 26
tahun 1989, Kepmenpan nomor 84 tahun 1993
yang dijabarkan dengan SKB Mendikbud dan
BKN nomor 433/P/1993 dan nomor 25 tahun
1993, Juknis Mendikbud nomor 025/0/1995,
sampai dengan lahirnya UU Guru dan Dosen
dengan tujuan agar guru berlomba-lomba untuk
berprestasi. Peraturan terbaru mengenai PAK
(Penilaian Angka Kredit) guru menurut Pasal 17
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Apara-
tur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16
tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya menuntut guru untuk
melakukan kegiatan pengembangan profesi
mulai dari jabatan guru pertama golongan IIIA.
Guru yang tidak melakukan kegiatan pengem-
bangan profesi tidak bisa naik pangkat, jabatan,
dan golongan ruang. Akibatnya, kalau dengan
peraturan lama guru bisa naik pangkat/golongan
setiap dua tahun dan akhirnya berhenti pada
golongan ruang IVA, maka dengan aturan baru
guru yang tidak mau melakukan kegiatan
pengembangan profesi bisa berhenti kenaikan
pangkat dan golongannya pada golongan IIIA.
Data Dinas Pendidikan Kabupaten Wono-
sobo yang diperoleh pada Bulan April 2013
menunjukkan belum ada guru matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang mencapai golong-
an ruang IV-B. Berdasarkan hasil wawancara
secara acak dengan beberapa orang guru mate-
matika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
sudah diangkat sebagai pegawai negeri sipil
Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi .... (Endro Wibowo, Jailani) - 207
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
bergolongan ruang IV-A dengan masa kerja
golongan 10 tahun, diperoleh informasi bahwa
selama 10 tahun tidak mengajukan usulan ke-
naikan pangkat menuju golongan ruang IV-B
karena belum melaksanakan kegiatan pengem-
bangan profesi. Dari beberapa orang guru yang
diwanwancarai pada Penilaian Angka Kredit
(PAK) unsur utama pengembangan profesi rata-
rata nilainya masih kosong. Hasil wawancara
dengan beberapa orang guru matematika SMP di
Kabupaten Wonosobo yang sudah diangkat se-
bagai pegawai negeri sipil bergolongan ruang di
bawah IV-A, hampir semua guru yang diwa-
wancarai secara acak belum memiliki nilai pada
PAK unsur utama pengembangan profesi.
Peneliti menduga bahwa apabila kondisi
tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan meru-
gikan peserta didik, guru yang bersangkutan,
pihak sekolah, masyarakat, dan negara secara
umum. Peserta didik akan rugi dengan sebab
guru yang mendidiknya tidak memiliki profe-
sionalitas yang berkembang secara maksimal.
Apabila peserta didik dirugikan implikasinya
orang tua, masyarakat dan negara juga dirugi-
kan. Guru yang bersangkutan juga akan rugi
karena tidak mendapat penghargaan yang maksi-
mal yaitu tidak bisa mengikuti kenaikan pang-
kat/jabatan fungsional guru secara maksimal,
bahkan dihilangkan haknya untuk mendapat
tunjangan profesi, tunjangan fungsional dan
maslahat tambahan.
Berbagai hal yang mungkin menjadi
penyebab masih kosongnya nilai unsur utama
pengembangan profesi pada PAK (Penilaian
Angka Kredit) bagi guru matematika SMP di
Kabupaten Wonosobo, diantaranya adalah: per-
tama; guru belum memahami kebijakan
pemerintah terhadap jabatan fungsional dan
penilaian angka kredit bagi guru. Kedua; guru
belum memahami makna kegiatan pengembang-
an profesi terhadap kemajuan prestasi belajar
matematika peserta didik. Ketiga; guru meng-
alami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi tertentu. Keempat; guru
belum merasa perlu melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi. Peneliti berpendapat
bahwa penyebab ketiga inilah yang menjadi
alasan utama masih kosongnya nilai unsur
utama pengembangan profesi pada PAK (Peni-
laian Angka Kredit) guru matematika SMP,
maka rumusan masalah pada penelitian ini dapat
disusun sebagai berikut: bagaimana persentase
jumlah guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo yang telah memahami kegiatan
pengembangan profesi?, bagaimana persentase
jumlah guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo yang telah melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi?, Bagaimana persentase
jumlah guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi?,
dan Upaya apa sajakah yang telah dilakukan
oleh guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo untuk mengatasi kesulitan yang
dialaminya?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut
maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskrip-
sikan: Persentase jumlah guru matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah memahami
kegiatan pengembangan profesi, Persentase
jumlah guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo yang telah melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi, Persentase jumlah guru
matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
mengalami kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan profesi, dan Upaya
yang telah dilakukan oleh guru matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo untuk mengatasi kesu-
litan yang dialami dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi
METODE
Penelitian ini digolongkan dalam peneli-
tian descriptive dengan pendekatan survey.
Penelitian dilaksanakan di SMP se-Kabupaten
Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan
data dilaksanakan dimulai sejak 1 November
2013 sampai dengan 30 Januari 2014 melalui
pertemuan langsung dengan responden di Seko-
lah atau di rumah, pertemuan MGMP Matema-
tika SMP Kabupaten Wonosobo, pertemuan
dengan kepala sekolah, dan pertemuan dengan
kepegawaian dinas dikpora Kabupaten Wono-
sobo.
Populasi dalam penelitian ini adalah guru
matematika SMP di Kabupaten Wonosobo pada
tahun pelajaran 2013/2014 yang sudah diangkat
sebagai pegawai negeri sipil yang seluruhnya
berjumlah 131 orang. Pengambilan sampel
menggunakan prosedur clustering random
sampling. Sampel diambil dari seluruh guru
matematika SMP yang sudah berstatus sebagai
pegawai negeri sipil di satu SMP yang terletak
di wilayah kota kecamatan dan di satu SMP
yang terletak di wilayah pedesaan kecamatan,
dimana penentuan SMP yang akan diambil
sampelnya ditetapkan secara acak. Hasil Cluster
random sampling diperoleh 15 SMP di wilayah
kota kecamatan dan 15 SMP diwilayah pedesaan
208 - Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
ditambah 2 SMP Swasta. Sampel seluruhnya
berjumlah 86 orang.
Teknik yang digunakan untuk mengum-
pulkan data menggunakan dua cara yaitu de-
ngan: dokumentasi dan quosioner. Instrumen
yang digunakan untuk penelitian adalah (1)
dokumen data guru SMP se-Kabupaten Wono-
sobo yang diperoleh dari Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonosobo
digunakan untuk melihat Identitas dan pemetaan
guru matematika SMP di Kabupaten Wonosobo,
(2) Angket yang berisi pertanyaan dan atau
pernyataan terkait dengan kegiatan pengem-
bangan profesi guru matematika SMP di Kabu-
paten Wonosobo. Penelitian ini menggunakan
empat angket, yaitu angket A berisi pertanyaan
dan atau pernyataan tentang pemahaman guru
matematika SMP di Kabupaten Wonosobo ter-
hadap kegiatan pengembangan profesi, Angket
B berisi pertanyaan dan atau pernyataan tentang
pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi
oleh guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo, Angket C berisi tentang kesulitan
guru matematika SMP di Kabupaten Wonosobo
dalam melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi, dan angket D berisi tentang upaya yang
telah dilaksanakan guru matematika SMP di Ka-
bupaten Wonosobo dalam mengatasi kesulitan
pada pelaksanaan kegiatan pengembangan
profesi.
Bukti validitas Instrumen dalam peneli-
tian ini terdiri atas validitas isi (content validity)
dan validitas konstruk (construct validity). Bukti
validitas isi (content validity) yaitu untuk
mengetahui sejauh mana instrumen yang digu-
nakan dalam penelitian telah mencerminkan
keseluruhan aspek yang akan diukur. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam menentukan
bukti validitas isi adalah; (1) peneliti menyusun
menyusun butir-butir instrumen berdasarkan
indikator yang ditetapkan pada kisi-kisi, (2)
butir-butir instrumen yang telah disusun dikon-
sultasikan dengan ahli untuk memeriksa isi
instrumen secara sistematis serta mengevaluasi
relevansi instrumen dengan variabel yang
ditentukan sehingga diperoleh expert judgment.
Ahli yang terlibat dalam validasi (sebagai vali-
dator) instrumen dalam penelitian ini adalah ibu
Dr. Heri Retnawati dan bapak Dr. Ali Mahmudi.
Validitas konstruk (construct validity),
yaitu untuk mengukur sejauhmana item instru-
men mengukur trait atau konstrak teoretik yang
diukurnya. Instrumen untuk memperoleh data
pemahaman guru matematika SMP terhadap
kegiatan pengembangan profesi terdiri dari 10
butir pernyataan. Setelah instrumen diujicoba-
kan dan dilakukan analisis dengan bantuan
program SPSS diperoleh nilai Kaiser-Mayer-
Olkin (KMO) sebesar 0,821 yang menandakan
bahwa secara konstruk instumen valid karena
sudah memenuhi batas 0,50. Dengan melihat
total variance explained yang nilai eigen-
valuenya lebih dari 1, maka dari 10 item
pernyataan yang ada pada angket pemahaman
guru terhadap kegiatan pengembangan profesi
tersebut konstruknya mengelompok menjadi 2
faktor. Selanjutnya dengan melihat rotated
component matrixa pengelompokan faktor-
faktornya adalah sebagai berikut: Faktor perta-
ma item no 5, 6, 7, 8, 9. Faktor kedua item no 1,
2, 3, 4, 10.
Estimasi reliabilitas instrumen pada pene-
litian ini menggunakan Cronbach’s alpha
coefficient. Untuk mengestimasi Cronbach’s
alpha coefficient (koefisien reliabilitas) instru-
men digunakan formula Alpha Cronbach (Ebel
& Frisbie, 1986, p.79). Berdasarkan hasil perhi-
tungan secara manual menggunakan program
excel maupun dengan bantuan program SPSS 20
for windows diperoleh koefisien reliabilitas tes
pemahaman guru matematika SMP di Kabupa-
ten Wonosobo terhadap kegiatan pengembangan
profesi guru sebesar 0,873. Sedangkan hasil
perhitungan dengan program excel diperoleh
SEM sebesar 1,178. Hal ini menunjukkan bahwa
reliabilitas instrumen pemahaman guru mate-
matika SMP di Kabupaten Wonosobo terhadap
kegiatan pengembangan profesi guru termasuk
dalam kategori baik.
Teknik analisis data yang dilakukan da-
lam penelitian ini adalah analisis data secara
deskriptif. Teknik analisis ini digunakan untuk
mendeskripsikan data penelitian apa adanya dan
tidak digunakan untuk mengambil kesimpulan
statistik (Mulyatiningsih, 2012, p.38). Analisis
deskriptif data dalam penelitian ini terdiri dari
empat, yaitu;
Deskriptif terhadap data jumlah guru
matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
telah memahami kegiatan pengembangan
profesi, menggunakan kriteria pada tabel 1.
Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi .... (Endro Wibowo, Jailani) - 209
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
Tabel 1. Penentuan Kriteria Persentase
Banyaknya Guru yang Memahami Kegiatan
Pengembangan Profesi
Interval Kriteria
0%
0% < X 25%
25% < X 50%
50% < X 70%
70% < X 85%
85% < X 100%
Tidak ada yang memahami
sangat sangat sedikit
sedikit
sedang
banyak
sangat banyak
Keterangan: X = persentase jumlah guru yang
memahami kegiatan penegmbangan profesi
Deskripsi data banyaknya guru matema-
tika SMP di Kabupaten Wonosobo yang telah
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi,
menggunakan kriteria pada tabel 2.
Tabel 2. Penentuan Kriteria Persentase
Banyaknya Guru yang Melaksanakan Kegiatan
Pengembangan Profesi
Interval Kriteria
0%
0% < X 25%
25% < X 50%
50% < X 70%
70% < X 85%
85% < X 100%
Tidak ada yang melaksanakan
sangat sangat sedikit
sedikit
sedang
banyak
sangat banyak
Keterangan: X = persentase jumlah guru yang
melaksanakan kegiatan penegmbangan profesi
Deskripsi data banyaknya guru matema-
tika SMP di Kabupaten Wonosobo yang meng-
alami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi guru, menggunakan
kriteria pada tabel 3.
Tabel 3. Penentuan Kriteria Persentase
Banyaknya Guru yang Kesulitan dalam
Kegiatan Pengembangan Profesi
Interval Kriteria
0%
0% < X 25%
25% < X 50%
50% < X 70%
70% < X 85%
85% < X 100%
Tidak ada yang Kesulitan
sangat sangat sedikit
sedikit
sedang
banyak
sangat banyak
Keterangan: X = persentase jumlah guru yang
kesulitan dalam kegiatan pengembangan profesi
Deskripsi data upaya yang pernah
dilakukan guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo untuk mengatasi Kesulitan dalam
Melaksanakan Kegiatan Pengembangan Profesi,
dideskripsikan dengan menggunakan kriteria
pada tabel 4.
Tabel 4. Penentuan Kriteria Persentase
Banyaknya Guru yang Berpupaya Mengatasi
Kesulitan dalam Kegiatan Pengembangan
Profesi
Interval Kriteria
0%
0% < X 25%
25% < X 50%
50% < X 70%
70% < X 85%
85% < X 100%
Tidak ada melakukan upaya
sangat sangat sedikit
sedikit
sedang
banyak
sangat banyak
Keterangan: X = persentase jumlah guru banyaknya
guru yang berupaya mengatasi kesulitan dalam
kegiatan pengembangan profesi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Persentase Jumlah Guru Matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah Memahami
Kegiatan Pengembangan Profesi secara umum
termasuk dalam kategori sedang. Persentase
jumlah guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo yang telah memahami kegiatan
pengembangan profesi persubbagian, dapat
dideskripsikan sebagai berikut; yang telah
memahami subbagian pengembangan diri masuk
dalam kategori banyak, yang telah memahami
subbagian publikasi ilmiah masuk dalam kate-
gori sedang, yang telah memahami subbagian
karya inovatif masuk dalam kategori sedang.
Secara rinci disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Persentase Jumlah Guru yang telah
Memahami Kegiatan Pengembangan Profesi
Persubbagian
Subbagian Persentase Kategori
pengembangan diri 74,12% Banyak
publikasi ilmiah 51,18% Sedang
karya inovatif 52,94% Sedang
Persentase jumlah guru matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah memahami
kegiatan pengembangan profesi persubbagian,
dalam bentuk diagram dapat disajikan pada
gambar 1.
210 - Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
Gambar 1. Diagram Persentase Jumlah Guru
Matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
telah Memahami Kegiatan Pengembangan
Profesi Persubbagian
Persentase Jumlah Guru Matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah melaksana-
kan Kegiatan Pengembangan Profesi, Secara
umum pada kategori sedikit. Keterlaksanaan
kegiatan pengembangan profesi guru matema-
tika SMP di Kabupaten Wonosobo persubba-
gian; pada subbagian pengembangan diri terma-
suk dalam kategori sedang, pada subbagian
publikasi ilmiah termasuk dalam kategori sangat
sedikit, dan pada subbagian karya inovatif ter-
masuk dalam kategori sangat sedikit. Keterlak-
sanaan pengembangan profesi persubbagian
secara rinci disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Persentase Jumlah Guru yang telah
Melaksanakan Kegiatan Pengembangan Profesi
Persubbagian
Subbagian Persentase Kategori
pengembangan diri 50,73% Sedang
publikasi ilmiah 9,73% sangat sedikit
karya inovatif 19,57% sangat sedikit
Perbedaan persentase jumlah guru mate-
matika SMP di Kabupaten Wonosobo yang telah
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi
antara subbagian Pengembangan Diri, subbagian
Pelaksanaan Publikasi Ilmiah, subbagian pelak-
sanaan Karya Inovatif apabila dibuat diagram,
dapat disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Diagram Persentase Jumlah Guru
Matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
telah Melaksanakan Kegiatan Pengembangan
Profesi Persubbagian
Persentase Jumlah Guru Matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang mengalami kesu-
litan dalam melaksanakan kegiatan pengem-
bangan profesi, secara umum pada kategori
sangat sedikit. persentase jumlah guru mate-
matika smp di kabupaten wonosobo yang meng-
alami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi pada subbagian pengem-
bangan diri dalam kategori sangat sedikit, pada
subbagian publikasi ilmiah dalam kategori sa-
ngat sedikit, dan pada subbagian karya inovatif
pada kategori sangat sedikit. Secara rinci Per-
sentase Jumlah guru Matematika SMP yang
Mengalami Kesulitan dalam Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Profesi persubbagian
disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Persentase Jumlah Guru Matematika
SMP yang Mengalami Kesulitan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Profesi
Persubbagian
Subbagian Persentase Kategori
pengembangan diri 17,63% Sangat sedikit
publikasi ilmiah 23,32% sangat sedikit
karya inovatif 21,06% Sangat sedikit
Perbandingan Persentase Jumlah guru
Matematika SMP yang Mengalami Kesulitan
dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Profesi persubbagian dapat disajikan pada
gambar 3.
Gambar 3. Diagram Persentase Jumlah guru
Matematika SMP yang Mengalami Kesulitan
dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Profesi
Deskripsi upaya yang telah dilakukan
oleh guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo untuk mengatasi kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi
adalah sebagai berikut; mempelajari Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, dalam kategori sedang, melaksana-
kan tugas dari kepala sekolah atau dinas
Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi .... (Endro Wibowo, Jailani) - 211
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
pendidikan, bila ditugasi untuk mengikuti
kegiatan diklat fungsional guru matematika
(sosialisasi/bintek/workshop/dll) ataupun kegiat-
an kolektif guru matematika (MGMP/Seminar/
Lokakarya/dll), dalam kategori sangat banyak,
mencari informasi melalui internet atau sumber
informasi lain tentang diselenggarakannya
kegiatan diklat fungsional guru matematika
maupun kegiatan kolektif guru matematika,
kemudian mengikutinya dengan biaya sendiri),
dalam kategori sangat sedikit, melaksanakan
studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi (S1/S2/)
untuk meningkatkan kompetensi diri sebagai
guru matematika), dalam kategori sedikit, men-
coba melaksanakan penelitian tindakan kelas
pembelajaran matematika walaupun belum
membuat laporannya), dalam kategori sedang,
mencoba melaksanakan penelitian tindakan
kelas pembelajaran matematika dan membuat
laporannya), dalam kategori sedikit, mencoba
mempresentasikan hasil laporan penelitian
tindakan kelas pembelajaran matematika di
forum rapat guru di sekolah), dalam kategori
sangat sedikit, mencoba mempresentasikan hasil
laporan penelitian tindakan kelas di forum
MGMP Matematika), dalam kategori sangat
sedikit, mencoba membuat artikel pendidikan
matematika (hasil penelitian tindakan kelas/
tinjauan pustaka) *) untuk dimuat di Jurnal),
dalam kategori sangat sedikit, mencoba mem-
buat artikel pendidikan matematika (hasil pene-
litian tindakan kelas/ tinjauan pustaka) *) untuk
dimuat di media masa (surat kabar/majalah/
tabloit/dll)*)), dalam kategori sangat sedikit,
mencoba membuat modul/diktat pembelajaran
matematika), dalam kategori sedikit, mencoba
membuat buku matematika (buku siswa/buku
pengayaan/buku terjemahan/buku pedoman
guru)*)), dalam kategori sangat sedikit, men-
coba membuat program aplikasi komputer untuk
pembelajaran matematika inter aktif walaupun
belum membuat laporan), dalam kategori sangat
sedikit, mencoba membuat program aplikasi
komputer untuk pembelajaran matematika inter
aktif dan membuat laporannya), dalam kategori
sangat sedikit,
Pembahasan
Persentase Jumlah Guru Matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah Memahami
Kegiatan Pengembangan Profesi. Persentase
jumlah guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo yang telah memahami kegiatan
pengembangan profesi secara umum dalam
kategori sedang, rinciannya; pada subbagian
pengembangan diri dalam kategori banyak, pada
subbagian publikasi ilmiah dalam kategori se-
dang, dan pada subbagian karya inovatif dalam
kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bah-
wa sebagian besar guru matematika SMP di
Kabupaten Wonosobo sudah memahami dengan
baik kegiatan pengembangan profesi subbagian
pengembangan diri, namun untuk kegiatan pe-
ngembangan profesi subbagian publikasi ilmiah
dan karya inovatif masih perlu ditingkatkan
pemahamannya. Kegiatan pengembangan diri
lebih mudah dipahami karena hanya menuntut
pelaksananya menjadi peserta kegiatan, tidak
menuntut pelaksananya sebagai narasumber/-
pemrasaran yang memerlukan kreatifitas mau-
pun inovasi. Kegiatan pengembangan diri
merupakan upaya-upaya untuk meningkatkan
profesionalisme diri agar memiliki kompetensi
yang sesuai dengan peraturan perundang-un-
dangan agar mampu melaksanakan tugas pokok
dan kewajibannya dalam pembelajaran/pem-
bimbingan termasuk pelaksanaan tugas-tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/
madrasah (Kemendiknas Dirjen PMPTK, 2010,
p.13)
Persentase jumlah Guru Matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah Melaksana-
kan Kegiatan Pengembangan Profesi secara
umum pada kategori sedikit. Rinciannya; pada
subbagian pengembangan diri dalam kategori
sedang, pada subbagian publikasi ilmiah dalam
kategori sangat sedikit, dan pada subbagian
karya inovatif pada kategori sangat sedikit. Hal
tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan
kegiatan pengembangan profesi pada subbagian
“pengembangan diri” lebih banyak dibanding
keterlaksaaan kegiatan pengembangan profesi
pada subbagian “publikasi ilmiah” dan sub-
bagian “karya inovatif”. Persentase banyaknya
guru yang telah melaksanakan kegiatan pengem-
bangan profesi, berbanding lurus dengan persen-
tase banyaknya guru Matematika SMP yang
telah memahami kegiatan pengembangan pro-
fesi. Perbandingan tersebut disajikan dalam
tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Persentase Banyaknya
Guru yang Memahami dan yang Melaksanakan
Kegiatan Pengembangan Profesi
Guru yang
Memahami
Guru yang
Melaksanakan
Pengembangan Diri 74,12% 50,73%
Publikasi Ilmiah 51,18% 9,73%
Karya Inofasi 52,94% 19,57%
212 - Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
Tabel tersebut menunjukkan adanya
kesesuaian antara pemahaman dan pelaksanaan
kegiatan pengembangan profesi, bahwa yang
dilaksanakan oleh seorang guru adalah sesuatu
yang telah dipahami tetapi tidak semua yang
telah dipahami bisa dilaksanakan. Pada tabel
tersebut terlihat bahwa sebagian besar guru
matematika SMP di Kabupaten Wonosobo telah
memahami kegiatan pengembangan diri, tetapi
belum semua guru yang telah paham dapat
melaksanakannya. Kegiatan pengembangan
profesi guru yang mencakup tiga subbagian
yaitu Subbagian kegiatan pengembangan diri,
subbagian publikasi Ilmiah, dan subbagian karya
inofatif seharusnya dilaksanakan oleh guru
secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu
menjaga dan meningkatkan profesionalismenya,
tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit.
Hal tersebut di atas sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Mahsunah, dkk. (2012, p.27)
bahwa meskipun angka kredit seorang guru
diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional ter-
tentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-
jutan atau sering disebut juga dengan CPD
(Continuing Professional Development) sebe-
narnya merupakan sebuah kebutuhan bagi
semua guru, karena tidak mungkin selalu meng-
adakan pelatihan guru baru untuk menyediakan
guru masa depan dengan semua guru harus
mengetahui tentang subjek yang akan diajarkan
dan memahami bagaimana mengajar agar
peserta didik belajar dan bagaimana mengajar
agar peserta didik berpartisipasi secara efektif.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Smith
(2002, p.1) bahwa kebutuhan CPD bagi guru
adalah untuk semua guru mata pelajaran. Na-
mun, dengan melihat karakteristik matematika
dan ilmu pengetahuan lainnya maka harus ada
persyaratan khusus pada pelaksanaan CPD bagi
guru matematika yang baru maupun guru
matematika yang sudah berpengalaman, bagi
guru matematika yang memiliki latar belakang
pendidikan matematika maupun guru matema-
tika yang tidak memiliki latar belakang mate-
matika.
Sedikitnya persentase jumlah guru mate-
matika SMP di Kabupaten Wonosobo, hendak-
nya menjadi bahan renungan bagi guru mate-
matika SMP di Kabupaten Wonosobo khusus-
nya dan semua guru pada umumnya sampai
sejauh mana profesinya sebagai seorang guru
dibangun dan dikembangkan sehingga benar-
benar menjadi guru yang profesional.
Persentase banyaknya Guru Matematika
SMP di Kabupaten Wonosobo yang Mengalami
Kesulitan dalam Melaksanakan Kegiatan Pe-
ngembangan Profesi. Persentase jumlah guru
matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiat-
an pengembangan profesi secara umum dalam
kategori sangat sedikit, Rinciannya; pada subba-
gian pengembangan diri dalam kategori sangat
sedikit, pada subbagian publikasi ilmiah pada
kategori sangat sedikit, dan pada subbagian kar-
ya inovatif pada kategori sangat sedikit. Apabila
dibandingkan dengan Persentase jumlah guru
matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
telah memahami dan yang telah melaksanakan
serta yang mengalami kesulitan dalam pelak-
sanaan kegiatan pengembangan profesi maka
dapat disajikan dengan tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Persentase Jumlah Guru
Matematika SMP di Kabupaten Wonosobo yang
telah Memahami, Melaksanakan serta yang
Mengalami Kesulitan dalam Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Profesi
Persentase Kategori
Memahami 61,24% Sedang
Melaksanakan 26,68% Sedikit
Kesulitan 20,67% Sangat sedikit
Interpretasi data tersebut mengandung dua
pengertian, yaitu: Pertama; Banyaknya guru
matematika SMP yang telah memahami
kegiatan pengembangan profesi lebih dari
banyaknya guru yang melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi, dan banyaknya guru
yang telah melaksanakan kegiatan pengem-
bangan profesi lebih dari banyaknya guru
matematika SMP yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi. Sebagian besar guru matematika SMP
yang melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi tidak mengalami kesulitan dan sebagian
kecil mengalami kesulitan. Jika yang terjadi
demikian, maka berarti pelaksanaan kegiatan
pengembangan profesi oleh guru matematika
SMP di Kabupaten Wonosobo berlangsung
secara wajar dan secara umum bisa dikatakan
baik, karena demikianlah yang terjadi secara
umum pelaksanaan/penerapan berbagai bidang
ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi
oleh guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo berlangsung secara wajar dan secara
umum dan dikatakan kurang baik jika dari
Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi .... (Endro Wibowo, Jailani) - 213
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
banyaknya guru matematika yang melaksanakan
kegiatan pengembangan profesi, yang banyak-
nya guru matematika SMP mengalami kesulitan
lebih dari yang tidak mengalami kesulitan.
Kedua; hal tersebut merupakan temuan
yang bermasalah dan harus ditemukan penyebab
serta solusinya. Temuan tersebut adalah seba-
gian besar guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo memiliki pemahaman terhadap
kegiatan pengembangan profesi (persentasenya
dalam kategori sedang) dan tidak mengalami
kesulitan (persentasenya dalam kategori sangat
sedikit) jika akan melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi tetapi yang terjadi adalah
yang melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi sangat sedikit (persentasenya dalam
kategori sangat sedikit). Jika yang terjadi demi-
kian maka ada beberapa kemungkinan penye-
babnya, misalnya: belum ada niat untuk melak-
sanakan kegiatan pengembangan profesi, sedi-
kitnya motivasi untuk melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi, belum mengetahui
sanksi bagi guru yang tidak melaksanakan kegi-
atan pengembangan profesi. Alternatif solusinya
antaralain guru matematika SMP di Kabupaten
Wonosobo hendaknya; membangun keinginan
yang kuat untuk memberi pelayanan yang ter-
baik bagi peserta didiknya dengan semangat
Ibadah. Usaha memberi pelayanan terbaik
kepada peserta didik yang ditulis menjadi karya
ilmiah inilah inti kegiatan pengembangan pro-
fesi guru. Karya Ilmiah yang ditulis oleh guru
dari suatu kegiatan pembelajaran yang mem-
berikan pelayan terbaik kepada peserta didik
memiliki multi fungsi bagi peserta didik, pribadi
guru yang menulis, dan guru lain dan masya-
rakat umum yang membacanya. Dengan kata
lain, kegiatan pengembangan profesi merupakan
salah satu upaya guru untuk memberikan man-
faat kepada diri sendiri dan kepada orang lain,
sebagaimana tertulis dalam sebuah hadits yang
maknanya sebagai berikut: Jabirradhiyallahu
„anhu bercerita bahwa Rasulullah shallallahu
„alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik manu-
sia adalah yang paling bermanfaat bagi manu-
sia.”(al-Albani, 2004, p.3289).
Upaya yang telah dilakukan oleh guru
Matematika SMP di Kabupaten Wonosobo
untuk Mengatasi Kesulitan dalam Melaksanakan
Kegiatan Pengembangan Profesi tersebut diatas
bervariasi antar guru tidak sama. Hal tersebut
karena masing-masing guru berbeda dalam;
tingkat pemahaman, tingkat kesulitan, tingkat
kepedulian, tingkat motivasi, lingkungan tempat
guru melaksanakan tugas, dan kesempatan guru
matematika terhadap kegiatan pengembangan
profesi. Walaupun demikian, upaya terbanyak
yang telah dilakukan oleh guru matematika SMP
untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan profesi, diantaranya
adalah: melaksanakan studi lanjut ke jenjang
yang lebih banyak (S1/S2) untuk meningkatkan
kompetensi diri sebagai guru matematika, men-
coba melaksanakan penelitian tindakan kelas
pembelajaran matematika walaupun belum
membuat laporannya, mencoba membuat
modul/diktat pembelajaran matematika, mem-
pelajari Peraturan Menteri Negara Pemberda-
yaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsio-
nal Guru dan Angka Kreditnya.
Diantara solusi yang penting untuk me-
ningkatkan pelaksanaan kegiatan pengembangan
profesi adalah membangun kompetensi kepriba-
dian dan kompetensi sosial guru, agar dalam
menjalankan tugasnya guru benar-benar ber-
usaha bisa memberi manfaat kepada peserta
didik serta memberi manfaat kepada rekan guru
lain dari sisi keilmuan maupun dari sisi akhlaqul
karimah. Membangun kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial guru akan menumbuhkan
kemauan yang banyak untuk mengembangkan
profesionalitasnya, sehingga akan tercipta guru
yang efektif yaitu guru yang mempunyai ke-
mampuan (kompetensi profesional & kompe-
tensi pedagogik) yang banyak serta mempunyai
kemauan (kompetensi kepribadian dan kom-
petensi sosial) yang banyak pula.
Solusi khusus (secara parsial) guru yang
teridentifikasi mengalami kesulitan yang sama
diajak berdiskusi untuk menentukan alternatif
cara mengatasi kesulitan yang dialaminya dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi.
Dalam hal ini peneliti akan bekerjasama dengan
forum MGMP Matematika SMP (baik di tingkat
sekolah, pokja, maupun di tingkat kabupaten)
atau Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di
Kabupaten Wonosobo. Hal tersebut sesuai de-
ngan pengertian MGMP yang ditetapkan oleh
pemerintah dalam Standar Pengembangan
MGMP sebagai berikut “MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) adalah forum/wadah
kegiatan profesional guru mata pelajaran pada
SMP/MTs, SMPLB/MTsLB, SMA/MA, SMK/
MAK, SMALB/MALB yang berada pada satu
wilayah/kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gug
us sekolah”. Melalui MGMP Matematika SMP
diharapkan guru mempunyai pengalaman baru
dan strategi pembelajaran baru yang lebih
efektif dari hasil diskusinya dengan teman
214 - Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
teman seprofesi sehingga meningkatkan prestasi
belajar peserta didiknya.
Hal tersebut sesuai dengan yang nyatakan
oleh Mundry, S (2005, p.1) bahwa “ Expe-
rienced teachers who know both their content
and effective instructional strategies tend to
produce higher achievement outcomes among
their students. Studies have found that children
who are taught by several ineffective teachers in
a row tend to perform less well than similar
students who are taught by several more effec-
tive teachers in a row” Guru yang berpengalam-
an yaitu guru yang mengetahui baik isi maupun
strategi pembelajaran yang efektif, cenderung
menghasilkan hasil prestasi yang lebih banyak
di antara peserta didiknya. Studi telah menemu-
kan bahwa peserta didik yang diajarkan oleh
beberapa guru yang tidak efektif secara berturut-
turut cenderung kurang baik jika dibandingkan
dengan peserta didik yang sama yang diajarkan
oleh beberapa guru yang lebih efektif secara
berturut-turut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Persentase jumlah guru matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah memahami
kegiatan pengembangan profesi secara umum
dalam kategori sedang, rinciannya; pada sub-
bagian pengembangan diri dalam kategori
banyak, pada subbagian publikasi ilmiah dalam
kategori sedang, dan pada subbagian karya ino-
vatif dalam kategori sedang.
Persentase jumlah guru matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang telah melaksana-
kan kegiatan pengembangan profesi secara
umum pada kategori sedikit, Rinciannya; pada
subbagian pengembangan diri dalam kategori
sedang, pada subbagian publikasi ilmiah dalam
kategori sangat sedikit, dan pada subbagian kar-
ya inovatif pada kategori sangat sedikit.
Persentase jumlah guru matematika SMP
di Kabupaten Wonosobo yang mengalami kesu-
litan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan
profesi secara umum dalam kategori sangat se-
dikit, Rinciannya; pada subbagian pengem-
bangan diri dalam kategori sangat sedikit, pada
subbagian publikasi ilmiah pada kategori sangat
sedikit, dan pada subbagian karya inovatif pada
kategori sangat sedikit.
Upaya yang telah dilakukan oleh guru
matematika SMP untuk mengatasi kesulitan
dalam melaksanakan ketiga kegiatan pengem-
bangan profesi pada kegiatan pengembangan
diri; melaksanakan studi lanjut ke jenjang yang
lebih banyak (S1/S2) untuk meningkatkan
kompetensi diri sebagai guru matematika. Pada
kegiatan publikasi ilmiah pendidikan matemati-
ka; mencoba melaksanakan penelitian tindakan
kelas pembelajaran matematika dan membuat
laporannya. Pada kegiatan pembuatan karya ino-
vatif pendidikan matematika; mencoba membuat
alat peraga pembelajaran matematika walaupun
belum membuat laporannya.
Saran
Kepada Guru (termasuk peneliti); tum-
buhkan semangat (hilangkan rasa malas) untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi
dalam rangka memberikan yang terbaik kepada
peserta didik, tidak malu bertanya tentang ber-
bagai hal tentang kegiatan pengembangan pro-
fesi guru matematika SMP kepada teman
sejawat atau kepada pihak-pihak yang terkait,
Jika harus meninggalkan sekolah untuk mengi-
kuti kegiatan pengembangan profesi maka
siapkan tugas untuk peserta didik, dan setelah
selesai kegiatan pengembangan profesi segera
mengkoreksi tugas yang sudah dikerjakan peser-
ta didik. Kepada Sekolah; Memberikan dukung-
an dan bantuan kepada pendidik dan tenaga
kependidikan untuk melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi, Menambah buku-buku
referensi yang menunjang peningkatan keprofe-
sian guru matematika serta mengakolasikan
dana untuk peningkatan karier Pendidik dan
Tenga Kependidikan, Memfasilitasi pengem-
bangan media dan alat peraga pembelajaran
matematika. Kepada Dinas Pendidikan; Meng-
usulkan kepada pemda program-program yang
dapat meningkatkan profesionalitas guru untuk
setiap mapel, Melaksanakan program-program
yang dapat meningkatkan profesionalitas guru
mapel matematika dan semua mapel, Bekerja
sama dengan MGMP Matematika dan semua
mapel, untuk menyelenggarakan kegiatan yang
dapat meningkatkan profesionalitas guru mate-
matika dan mapel lain. Kepada Pemerintah
Daerah; Memasukkaan program kegiatan pe-
ningkatan profesionalitas guru dalam RABD,
Memberi kesempatan kepada guru secara merata
untuk mengikuti diklat dengan sharing anggara
antara lembaga diklat dengan pemerintah
kabupaten dalam program diklat kemitraan.
Kepada Pemerintah Pusat; Mengevaluasi prog-
ram peningkatan profesi guru yang telah
dilaksanakan, dan membuat program baru yang
lebih kreatif, inovatif, dan menarik bagi guru,
Setelah menyelenggarakan diklat fungsional,
Analisis Kesulitan Guru Matematika SMP dalam Pengembangan Profesi .... (Endro Wibowo, Jailani) - 215
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November 2014
hendaknya mengadakan monitoring dan evaluasi
terhadap guru sebagai peserta diklat atas pelak-
sanaan hasil diklat fungsional. Kepada LPMP/
P4TKMatematika: Memfasilitasi penyelengga-
raan kegiatan pengembangan profesi pengem-
bangan diri guru matematika SMP, Mewadahi
karya-karya ilmiah publikasi ilmiah kedalam
jurnal pendidikan matematika dan pada tahap
awal memberi kemudahan dalam hal prosedur
pengiriman naskah/artikel pendidikan matema-
tika yang akan dimuat pada jurnal pendidikan
matematika. Kepada LPTK; Menyusun kuriku-
lum dengan menjadikan kegiatan pengembangan
profesi guru sebagai suatu mata kuliah pada
jenjang S-2 atau ekstrakurikuler wajib pada
jenjang S-1
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, M.N., (2004). Shahih Al- Jami' Ash-
Shaghir. Edisi III. (Terjemahan lmran
Rosadi & Andi Arlin). Damaskus: Al
Maktab Al lslami (Buku asli terbit tahun
1988)
Brundrett, M., & Silcock, P. (2002). Achieving
competence,success and excellence in
teaching. London and New York:
Routledge Falmer.
Days, C. (2002). Developing teachers:the
challenges of lifelong learning. London:
Falmer Press.
Depdiknas. (2009). Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya
Depdiknas. (2013). Peraturan Menteri Pendi-
dikan dan Kebudayaan Republik Indo-
nesia nomor 65 tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah
Desimone, L.M., et.al, (2002). Effects of
Professional Development on Teachers'
Instruction: Results from a Three-year
Longitudinal Study. American Educa-
tional Research Association, Vol. 24,
No. 2, pp. 81-112. (http://www.
jstor.org/stable/3594138)
Direktorat jenderal PMPTK, Kemendiknas.
(2010a). Pedoman pengelolaa pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan.
Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik.
Direktorat Jenderal PMPTK, Kemendik-
nas..(2010b). Pedoman pelaksanaan
penilaian kinerja guru. Jakarta: Direk-
torat Profesi Pendidik.
Ebel, R.I, & Frisbie, D.A. (1986). Essencial of
educational measurement (4th ed). Engle
Wood: Prentice-Hell, Inc.
Francis, N. (2012). Bilingual competence and
bilingual profi ciency in child develop-
ment. England: The MIT Press.
Garet, M.S., et.al. (2014). What makes pro-
fessional development effective? results
from a national sample of teachers.
American Educational Research Journal
Winter 2001, Vol. 38, No. 4, pp. 915-
945
Hatta, A. (2009). Tafsir qur’an perkata dileng-
kapi dengan asbabun nuzul & terjemah.
Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Hidayatullah, F. (2009). Guru sejati membangun
insan berkarakter, kuat dan cerdas.
Surakarta: Yuma Pustaka
Leikin, R & Zazkis, R. (2010). Learning
through teaching mathematics develop-
ment of teachers’ knowledge and
expertise in practice. London: Springer
Science Business Media.
Mahsunah, D., etc all (2012). Kebijakan
pengembangan profesi guru. Jakarta:
Badan PSDMPK-PMP
Mundry, S. (2005). What Experience Has
Taught Us About Professional Develop-
ment. U.S. Department of Education,
under grant numbers R319A000001, 2,
4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, and 13; and
contract number RJ9707001
Republik Indonesia. (2005). Undang-undang
Republik Indonesia nomor 14, tahun
2005, tentang guru dan dosen.
Taylor, I. (2007). A practical guide to assess-
ment centres and selection methods.
London and Philadelphia: Kogan Page
Limited.
Winterton, J., & Winterton, R. (2002). Develop-
ing managerial competence. London and
New York: Routledge.
Yulaelawati, E. (2009). Kurikulum dan pembel-
ajaran, filosofi teori dan aplikasi.
Jakarta: Pakar Raya.