judi berdasarkan hukum islam, fatwa ulama, hadist dan hukum positif indonesia
DESCRIPTION
Tugas Mata Kuliah Hukum islamTRANSCRIPT
MAKALAH HUKUM ISLAM
Judi Berdasarkan Hukum Islam, Fatwa Ulama, dan
Peraturan yang Berlaku di Indonesia
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Hukum Islam
Disusun oleh :
Chairina Febrian Ramadhanty 1206240833 Hiyal Ulya Fillah 1206209974 Muhammad Ilham Bakhti 1206240852
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan
dan kebijaksanaan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ’’Judi
Berdasarkan Hukum Islam, Fatwa Majelis Ulama, dan Peraturan yang Berlaku di
Indonesia” tepat pada waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata Hukum Islam. Dan juga kami
mengucapkan terimakasih kepada.
1. Ibu Sulaikin Lubis S.H., M.H. dan Ibu Wirdyaningsih S.H., M.H. yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga terwujudnya
makalah ini.
2. Seseorang yang selalu ada di hati kami, terima kasih atas kesetiaanmu serta
nasihat dan motivasi yang telah diberikan.
3. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu
kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Depok, 9 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Judi .................................................................. 3
2.2 Judi berdasarkan Al-Quran ......................................................................... 3
2.3 Judi berdasarkan Fatwa Ulama ................................................................... 5
2.4 Judi berdasarkan Hadist .............................................................................. 7
2.5 Judi berdasarkan Peraturan yang Berlaku di Indonesia .............................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang menganut berbagai macam sistem
hukum, salah satunya ialah Hukum Islam. Dahulu, orang – orang Eropa menyebut
Hukum Islam sebagai Mohammedaansch Recht, yaitu ajaran atau aturan – aturan
yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W . Namun Hukum Islam kini telah
berkembang di seluruh dunia. Sumber – sumber Hukum Islam itu sendiri adalah (1)
Al – Qur’an, (2) As- Sunnah, serta (3) Akal Pikiran yang berguna untuk
menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang ada dalam kehidupan. Terus
berkembangnya peradaban manusia tentu saja akan menimbulkan permasalahan –
permasalahan yang baru dan membutuhkan penyelesaian yang baru namun tidak
bertentangan dengan aturan yang telah ada. Salah satu persoalan yang terus
berkembang ialah judi, tentu sudah diketahui bahwa hal tersebut merupakan sesuatu
yag haram. Tapi kita pun perlu mengetahui hal tersebut dalam berbagai pandangan,
tidak hanya dalam Hukum Islam, namun juga dalam pandangan hukum positif yang
berlaku di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Judi?
2. Apa saja jenis-jenis Judi?
3. Bagaimana Al-Quran memandang judi?
4. Bagaimana judi berdasarkan Fatwa Ulama?
5. Bagiamana judi berdasarkan Hadist?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata kuliah Hukum Islam serta menambah pengetahuan dan mengetahui lebih
lanjut mengenai judi dalam pespektif hukum islam.
2
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkaya wawasan penulis
pribadi serta pembaca mengenai judi berdasarkan perspektif hukum islam, majelis
ulama hadist, dan hukum positif Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini dususun secara sistematis melalui pembagian bab yang berjumlah tiga
buah, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab
pendahuluan terdiri atas: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan
dasar yang digunakan dalam membahas topik judi, yakni Al-Quran, Fatwa Ulama,
Hadist, dan Peraturan yang berlaku di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Judi
T.M Hasbi Ash - Shiddieqy mengartikan judi atau maisir sebagai segala bentuk
permainan yang terdapat wujud kalah-menangnya; pihak yang kalah memberikan
sejumlah uang atau barang yang disepakati sebagai taruhan kepada pihak yang
menang.1
Sejak lama permainan judi telah dikenal oleh manusia. Pada zama Jahiliah,
masyarakat Arab sangat menggemari permainan ini. Mereka menyebut permainan ini
dengan al-maisir. Pada masa itu mereka mengenal dua bentuk judi, yaitu al –
mukhatarah dan at – tajziah. Dalam bentuk al-mukhatarah dua orang laki-laki atau
lebih menempatkan harta dan istri mereka masing-masing sebagai taruhan dalam
suatu permainan. Orang yang berhasil memenangkan permainan itu berhak
mengambil harta dan istri dari pihak yang kalah. Bentuk ini diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas. Sedangkan dalam bentuk at-tajzi’ah permainannya adalah judi yang
dilakukan orang-orang Arab kala itu untuk menolong fakir miskin dengan
menggunakan sepuluh lot yang masing-masing diberi nama sesuai dengan bagian
daging unta yang akan mereka peroleh. Dalam permainan tersebut, 10 orang bermain
kartu. Dari potongan kartu yang jumlahnya 10 diberi angka 1 – 7 dengan 3 kartu
kosong, sehingga semua angkanya berjumlah 28 bagian. Untuk semua peserta diundi
untuk mengambil potongan daging sesuai angka, untuk yang mendapat kartu kosong
dinyatakan kalah dan harus membayar harga unta. Bentuk semacam ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Imam Al-Qurtubi.2
2.2 Judi berdasarkan Al-Quran
Judi merupakan suatu hal yang dilarang atau diharamkan oleh Islam. Hal ini
tercantum dalam kitab suci Al-Quran. Terdapat tiga ayat yang mengatur mengenai
judi, yakni ayat 219 dari Surah al-Baqarah, ayat 90 dan 91 dari Surah al-Maidah. 1 Ash-shiddieqy, T.M Hasbi. Al-Islam II. Jakarta : Bulan Bintang, 1997. 2 Ade Armando, Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jilid 3, hlm. 63
4
Perlu diketahui bahwa ketiga ayat tersebut juga membahas mengenai arak, sehingga
judi dan arak memiki posisi yang sama. Pengharaman judi di dalam Al-Quran berlaku
secara bertahap dan bukan secara sekaligus. Hal ini dikarenakan kondisi sosial
masyarakat pada zaman tersebut yang sudah terbiasa dengan arak maupun judi.
Sehingga untuk memecahkan permasalahan tersebut harus di mulai dengan
menerangkan kepada masyarakat bagaimana rusaknya pemikiran mereka mengenai
ketuhanan dan membimbing mereka kepada Ilah Tuhan yang sebenarnya. Setelah
jiwa mereka tulus kepada Allah dan mereka tidak punya pilihan lain selain apa yang
dipilihkan Allah, maka pada waktu itu dimulailah tugas-tugas dengan syiar-syiar
ta’abbudiyah. 3
Maka dari itu, ayat mengenai judi yang turun pertama kali merupakan
pendahuluan dari pengharaman arak dan judi yang pasti, yakni Al-Baqarah ayat 219
yang berbunyi
ااكبر ممنن ...ععههممااننفف عنٌسٴٔولونك االلخخممرر وواالٌمسر ققلل فهٌھما ٕ◌ااثم كبٌر ووممننااففعع للللننااسس وٕوااثمهھما ◌ٴٔ
Artinya : Mereka bertanya kepadamu (Wahai Muhammad) mengenai arak dan judi.
Katakanlah : “Pada keduanya ada dosa besar dan ada pula beberapa manfaat bagi
manusia tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya…”
Di dalam ayat ini pengharaman tidak disebutkan dengan tegas, melainkan dengan
cara sindiran. Ayat ini menyatakan bahwa selain terdapat dosa yang besar dalam judi,
juga terdapat beberapa manfaat darinya. Manfaat judi ialah kemenangan yang
dihasilkan oleh sebagian orang yang terlibat di dalamnya, maka dari hasil itu ia dapat
membelanjakannya buat dirinya sendiri dan keluarganya. 4 Namun, dosa yang ada
pada judi lebih besar dari manfaatnya. Dosa yang ada pada judi akan disebutkan
dalam Surah al-Maidah ayat 91.
Setelah diturunkannya Al-Baqarah ayat 219, Allah kemudian menurunkan
firmannya dalam Surah al-Maidah ayat 90 – 91 yang berbunyi:
اانن ٌ◌ووقع بٌنكم االلععددااووةة ووااأأللننصصاابب ززااللممووااأألل ررججسس ممنن ععمملل االٌشطانن (90) ففااججتتننببووهه ٕ◌اانما ٌ◌رٌردد االٌشطانن ◌ٴٔ 3 Sayyid Quthh, Tafsir Fi Zhilalil-Quran Jilid 3 (Jakarta:Gema Insani Press, 2002), hal 323 4 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 2 (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hal 407
5
اانتم ممننتتههوونن (91) االخمٕراانما وو االٌمسر فًواالبغضاء االلخخممرر وواالٌمسر وٌوصدكم ععنن ذذككرر ههللللاا ووععنن االلصصااللةة ففههلل ◌ٴٔ
Artinya : [90] Wahai orang-orang yang beriman! Bahwa sesungguhnya arak, dan
judi, dan pemujaan berhala, dan mengundi nasib dengan batang-batang anak panah
adalah (semuanya) kotor (keji) dari perbuatan Syaitan. Oleh itu hendaklah kamu
menjauhinya supaya kamu berjaya. [91] Sesungguhnya Syaitan itu hanyalah
bermaksud mahu menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dengan
sebab arak dan judi, dan mahu memalingkan kamu daripada mengingati Allah dan
daripada mengerjakan sembahyang. Oleh itu, mahukan kamu berhenti (daripada
melakukan perkara-perkara yang keji dan kotor itu atau kamu masih berdegil) ?
Ayat 90 dan 91 dari Surah al-Maidah ini sangat lantang dan jelas dalam
menjelaskan pengharaman arak dan judi. Dalam ayat 90 Surah al-Maidah, judi di
senafaskan dengan menyembah berhala dan mengundi nasib untuk membayangkan
besarnya dosa judi sehingga dilarang bersama dengan dosa syirik itu sendiri. Di
samping itu, ayat 91 secara khusus menyebutkan dosa atau keburukan dari judi, yaitu
menimbulkan permusuhan dan kebencian, serta memalingkan manusia dari
mengingat Allah dan melaksanakan sembahyang. Ayat ini mengandung ancaman dan
peringatan bagi umar muslim. 5Karena sifat dari kedua ayat yang bersifat keras
melarang judi tersebut, maka sahabat Rasulullah, yakni Umar berkata, “Kami telah
berhenti, kami telah berhenti”
2.3 Judi berdasarkan Fatwa Ulama
Mengenai judi masih terdapat banyak perdebatan pro dan kontranya, dikarenakan
zaman semakin berkembang, terkadang sesuatu dapat tidak sepenuhnya memenuhi
‘illat judi atau maisir. Maka dari itu, ulama pun memiliki pendapatnya masing –
masing mengenai hal – hal tersebut berdasarkan pemikirannya.6
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan bahwa meskipun lotre masuk dalam
kategori haram, namun keharamannya tidaklah sama dengan keharaman qimar atau
5 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 7 (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hal 34 6 Ash-shiddieqy, T.M Hasbi. Al-Islam II. Jakarta : Bulan Bintang, 1997. Hlm.
6
maisir karena pada qimar dan maisir langsung menimbulkan permusuhan,
pertengkaran bahkan terkadang sampai tikam-menikam antara yang menang dan yang
kalah. Dalam lotre ini tidak terdapat yang demikian. Namun, terdapat pula hal-hal
yang menyamakannya dengan qimar atau maisir. Muktamar Majlis Tarjih
Muhammadiyah di Sidoarjo pada tanggal 27 - 31 Juli 1969, seperti yang dikutip
Masjfuk Zuhdi, memutuskan antara lain bahwa Lotre Totalisator (Lotto), Nasional
Lotre (Nalo) dan sesamanya adalah termasuk perjudian, sehingga hukumnya haram.
Disebutkan pula dalam sebuah hadits yang diambil oleh Sirajuddin Abbas dari
Syarah Muslim Juz XV dan Sunan Abu Daud Juz IV bahwa :
شيیرفكاءنماصبغ لنردد با لعب من: لل ووسلمقا عليیهھ ااهللا صلى االنبي اابيیهھاانن بريیدةةعن بن سليیمانن عن
(مسلموواابوددااوودد ررووااهه) خنزيیر لحم فى يیدهه
Artinya : Dari Sulaiman bin Burdah dari Bapaknya Burdah r.a. beliau berkata : “
Berkata Nabi Muhammad SAW : “Barang siapa yang bermain dadu, maka ia telah
membenamkan tangannya ke dalam daging dan darah babi” (HR Imam Muslim dan
Abu Daud ).Walaupun dalam hadits ini hanya dikatakan main dadu, tetapi maksudnya
sekalian permainan yang bertaruh adalah judi, walaupun main catur, domino, teka-
teki, kelereng, laying-layang dan sebagainya. Kemudian Siradjuddin Abbas juga
mengambil sebuah hadits dari kitab Hadits Abu Daud :
(اابوددوودد رروواا) ووررسولهھ ااهللا االنرددفقدعصى لعب من : ووسلم عليیهھ ااهللا صلى االنبي الل
Artinya : Rasulullah SAW berkata : “Barangsiapa bermain dadu, maka ia telah
mendurhakai Allah dan Rasulnya” (HR Abu Daud).7
Almarhum Prof KH Ibrahim Hosen, LML (1917-2001). Pakar ushul fikih (filsafat
hukum Islam) dan fikih perbandingan lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir, ini
memimpin Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dua dasawarsa (1981-
7 Abdul Azis Dahlan, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, Cet. ke-1, 1997,
hlm. 1053
7
2000). Ia menerbitkan buku Ma Huwa al-Maisir: Apakah Judi itu? (1987). Ia meriset
berbagi literatur fikih yang mengupas maisir (ia artikan judi Arab). Ibrahim
berkesimpulan, definisi maisir yang diharamkan Al -Quran adalah ''Permainan yang
mengandung unsur taruhan yang dilakukan berhadap hadapan.''
Tidak setiap undian adalah judi. Nabi biasa mengundi istrinya untuk diajak
bepergian. Tidak setiap untung -untungan adalah maisir. Karena jual -beli dan sewa -
menyewa juga mengandung untung -untungan. Mengutip Imam Syafi'i, Ibrahim
mengatakan, "'Illat (alasan) haramnya maisir adalah ''taruhan dan berhadapan''.
Hikmah dari 'illat itu adalah karena ''taruhan yang berhadap- hadapan'' dapat
menimbulkan permusuhan dan lupa Allah. Maisir bukan haram li dzatihi (sifat
dasarnya), melainkan haram li sadz dzari'ah: sebagai tindakan preventif untuk
mencegah kerusakan. SDSB bukanlah maisir, karena tidak ada unsur berhadap -
hadapan. Statusnya mubah. Hanya saja, bila dalam prakteknya, SDSB menimbulkan
ekses negatif, berlaku kaidah "mencegah kerusakan harus didahulukan". Perbuatan
mubah bisa berubah haram bila menimbulkan kerusakan. Menurut Ibrahim, yang
berwenang menetapkan SDSB lebih banyak dam pak buruk atau tidak adalah
pemerintah. Setelah pemerintah menyatakan SDSB berdampak buruk, Ibrahim
berpendapat SDSB haram. Bukan karena statusnya judi, tapi karena pemicu
kerusakan, berdasarkan penilaian pihak berwenang. Setelah didemo oleh para ulama
maupun tokoh-tokoh yang mengkritisi tentang undian judi resmi berhadiah ini,
akhirnya Soedomo menutup SDSB tersebut. Ibrahim Hosen pun berpendapat bahwa
SDSB tidak termasuk kedalam maisir, karena hanya merupakan suatu sumbangan
yang disertai hadiah dan tidak mendatangkan permusuhan karena tidak berhadapan
muka.
2.4 Judi berdasarkan Hadist
Judi adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, dahulu perbuatan ini sering
sekali di lakukan oleh bangsa arab sehingga berjudi menjadi suatu kebiasaan di
kalangan bangsa arab pada saat itu. Pada masa itu orang arab rela untuk
mempertaruhkan harta bahkan istri dan anaknya, sehingga apabila ada pihak yang
kalah maka akan menimbulkan kebencian dan dendam di kalangan bangsa arab.
8
Dikarenakan judi lebih banyak mudhoratnya ketimbang manfaatnya maka Allah
pun melarang perbuatan judi sebagaimana Allah melarang meminum khamar.
Rasullah pun dalam beberapa hadis juga melarang perbuatan ini diantaranya:
Tersebut dalam kitab Hadis Artinya: Dari Sulaiman bin Burdah, dari bapaknya
Burdah Rda., beliau berkata: bersabda Nabi Muhammad Saw. Barangsiapa yang
bermain dadu maka ia telah membenamkan tangannya ke dalam daging dan darah
babi. 8
Dalam mensyarah hadits ini Imam Nawawi berkata : “Nabi Muhammad Saw
menyamakan main judi itu dengan memakan daging dan darah babi, karena sama-
sama haram.9
Tersebut dalam kitab Hadits abu daud :Artinya : Rasululloh Saw. Berkata :
Barangsiapa bermain dadu maka ia telah mendurhakai Alloh dan rasulNya.10 Dalam
hadis ini Rasullah hanya menyebutkan barang siapa yang bermain dadu saja secara
umum tanpa menyebutkan kata “taruhan” sehingga ada beberapa ulama yang
mengatakan bahwa bermain dadu haram hukumnya baik dilakukan dengan taruhan
ataupun tidak. Imam Ahmad bin Hambal menfatwakan larangan bermain dadu, dan
main catur dikarenakan dalam hadis ini hanya menyebutkan permainannya saja baik
dilakukan dengan taruhan ataupun tidak tetapi imam syafii membolehkan bermain
catur dikarenakan permain tersebut dapat meningkatkan kemapuan berstrategi
pemainnya, asalkan tidak mengucapkan perkataan bohong, melalaikan sholat dan
bertaruh.
Nabi bersabda: Perumpamaan orang yang main dadu dan kemudian ia
sembahyang, sama halnya dengan orang yang berwudhlu denganh nanah dan darah
babi, kemudian ia lantas sembahyang11 ( Ibnu Katsir II, halaman 92).
Hal ini menurut Ibnu Katsir diriwayatkan oleh Imam Ahmad Dalam Hadits ini
hanya dikatakan “Main dadu”, dan sesuai dengan firman-firman Alloh dalam surat-
8 Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim Juz XV, (Jakarta: Mustaqim, 2009), hal 15 dan Imam Abu Daud, Shahih Sunan Abu Daud Jilid 2 (Purbalingga: Pustaka Azzam, 2006) hal.215 9 Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim Juz XV, (Jakarta: Mustaqim, 2009), hal 16 10 Imam Abu Daud, Shahih Sunan Abu Daud Jilid 2 (Purbalingga: Pustaka Azzam, 2006) hal. 285 11 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 2 (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hal 92
9
surat Albaqarah 219, Al-Maidah 90 dan Al Maidah 91, maka sekalian permainan judi
yang bertaruh apa saja adalah haram hukumnya, dikutuk oleh Alloh dan Rasul.
2.5 Judi berdasarkan Peraturan yang Berlaku di Indonesia
Dalam hukum Indonesia, perihal judi pun telah diatur dalam Pasal 303 ayat 3
KUHP, ditegaskan bahwa permainan judi ialah permainan yang didalamnya
tergantung kepada keberuntungan belaka. Pada pasal 303 ayat 1 , pemerintah
melarang segala bentuk perjudian yang dilakukan ditempat umum, terbuka, digunaka
sebagai mata pencaharian, dan dilakukan tanpa izin pemerintah daerah. Ancaman
pidana perjudian sebenarnya sudah cukup berat, yaitu dengan hukuman pidana
penjara paling lama 10 tahun atau pidana denda sebanyak-banyaknya Rp.
25.000.000,00 (Dua puluh lima juta rupiah).12
Pasal 303 KUHP jo. Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1974 menyebutkan :
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda
paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barangsiapa tanpa mendapat ijin :
1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan
judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian, atau dengan sengaja turut
serta dalam suatu perusahaan untuk itu.
2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak
umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan
untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya
sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara.
3. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu.
12 Prof. Moeljanto, S.H. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana cet.30. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Hlm 111
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Judi merupakan suatu permainan yang dilakukan dengan taruhan dan terdapat
pihak yang menang dan pihak yang kalah. Banyak sekali keburukan yang datang di
akibatkan oleh perbuatan ini. Pada zaman jahiliyah orang-orang yang berjudi
mempertaruhkan anak dan istri mereka sendiri dan apabila mereka kalah maka akan
timbul dendam dan kebencian baik itu antara orang yang berjudi maupun antara
keluarga orang tersebut sehingga yang terjadi adalah permusuhan diantara masyarakat
jahiliyah pada saat itu. Selanjutnya dalam bermain judi selalu diiringi dengan
perbuatan maksiat lainnya seperti meminum khamar dan zina serta judi hanya akan
menghabiskan waktu, tenaga dan harta dan menjauhkan diri dari Allah SWT.
Dikarenakan begitu banyak keburukan-keburukan yang ditimbulkan oleh judi,
Allah dan Rasulnya melarang perbuatan ini. hal ini terdapat dalam al-Quran dan
hadis. Tidak hanya agama, negara khususnya bangsa indonesia juga melarang
perbuatan judi ini dilakukan, pelarangan tersebut terwujud dalam peraturan-peraturan
pemerintah dan fatwa ulama.
3.2 Saran
Di indonesia judi dilarang dengan tegas dengan adanya peraturan yang melarang
hal tersebut sehingga di Indonesia dilarang untuk membuka tempat-tempat perjudian
seperti yang ada di Amerika atau di Eropa. Tapi masih banyak perbuatan yang masih
menggunakan taruhan-taruhan yang sering orang-orang lakukan seperti dalam
permainan bola atau permainan lainnya walaupun hal tersebut tidak dilakukan secara
tidak resmi (informal).
Sehingga sebaiknya kita meninggalkan dan menolak permainan yang
mengunakan taruhan walupun kecil jumlah uang yang dipetaruhkan, karena perbuatan
tersebut merupakan dosa dan uang yang diperoleh adalah uang haram sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam agama Islam. Sebaiknya kita berhati-hati terhadap
perbuatan yang kita lakukan supaya tidak terjerumus ke jurang maksiat.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir. 2000. Tafsir Ibnu Kasir Juz
2. Bandung : Sinar Baru Algensindo
2. Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir. 2000. Tafsir Ibnu Kasir Juz
7. Bandung : Sinar Baru Algensindo
3. Ali, Muhammad Daud. 2012. Pengantar Hukum Islam dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
4. Armando, Ade. 2001. Ensiklopedia Islam untuk Pelajar. Jakarta: PT Ichitiar Baru
Van Hoeve
5. Ash-Shiddieqy, T.M Hasbi. 1997. Al-Islam II. Jakarta: Bulan Bintang
6. Dahlan, Abdul Azis. 1997. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve
7. Daud, Imam Abu. 2006. Shahih Sunan Abu Daud. Purbalingga: Pustaka Azzam
8. Joe Kapitan, 2012, SDSB: Soedomo Datang Semua, (online),
(http://sosok.kompasiana.com/2012/04/18/sdsb-soedomo-datang-semua-diam-
456064.html, diakses tanggal 29 April 2013)
9. Moeljanto. 2012. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: PT Bumi
Aksara
10. Nawawi, Imam. 2006. Syarah Shahih Muslim Juz XV. Jakarta: Mustaqim
11. Sururudin, 2008, Larangan Berjudi, (online),
(http://sururudin.wordpress.com/2008/08/03/ayat-ayat-judi/, diakses tanggal 2
Mei 2013)
12. Qardhawi, Muhammad Yusuf. 1993. Halal dan Haram dalam Islam. Jakarta: PT.
Bina Ilmu
13. Quthh, Sayyid. 2002. Tafsir Fi Zhilalil-Quran di bawah Naungan Al-Quran Jilid
3. Jakarta: Gemana Insani Press