jtptunimus gdl nursadiyah 5524 2 babi

6
 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tercap ainy a tumb uh kemb ang yang optimal tergantun g pada potensi  biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang merupakan hasil inte ra ksi be rbag ai faktor yang sali ng be rkai ta n yai tu fakt or ge ne ti k, lingkungan bio psikososial, dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir ya ng berbeda–beda yang me mberi kan cir i tersen di ri pada set iap anak (Soetjiningsih, 1995). Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan  berkesinambungan. Tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian anak, menurut WHO, yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun. Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua per tiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena it u, up aya untuk me ngoptimal kan tumbuh kembang pa da awal –awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan  pada setiap anak berbeda beda, tetapi ada patokan umur tertentu untuk mencap ai kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istilah mileston (Moersintowarti, 2002). Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah geraka n tubuh yang menggu nakan otot-oto t besar atau sebagi an  besar atau seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan duduk, menendang,  berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah ger aka n yan g men ggu nakan oto t-ot ot hal us atau sebagi an anggot a tub uh terte nt u, yang di pe ngaruhi oleh ke sempatan untuk belajar dan be rla ti h (Arfan,2008).

Upload: stephanus-kinshy-imanuel-pangaila

Post on 06-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

v

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi

    biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang merupakan hasil

    interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu faktor genetik,

    lingkungan bio psikososial, dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir

    yang berbedabeda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak

    (Soetjiningsih, 1995).

    Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

    berkesinambungan. Tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak

    dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian

    anak, menurut WHO, yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun.

    Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan

    diri guna menghadapi dua per tiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena

    itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang pada awalawal

    kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan

    pada setiap anak berbeda beda, tetapi ada patokan umur tertentu untuk

    mencapai kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istilah mileston

    (Moersintowarti, 2002).

    Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan

    tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan

    spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik

    kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian

    besar atau seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan duduk, menendang,

    berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah

    gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh

    tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih

    (Arfan,2008).

  • Perkembangan motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di

    usia batita (bawah tiga tahun) (Irwan, 2008) diawali dengan kemampuan

    duduk, merangkak, berdiri dan diakhiri dengan berjalan. Kemampuan gerak

    ditentukan oleh perkembangan kekuatan otot, tulang, dan koordinasi otak

    untuk menjaga keseimbangan tubuh (Widyastuti dan Widyani, 2007).

    Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum

    ia melewati tahapan sebelumnya sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa

    berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri bila

    pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri

    anak terhambat, karena itu perkembangan awal merupakan masa kritis karena

    akan menentukan perkembangan selanjutnya (Depkes RI, 2005).

    Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia

    mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat

    (Depkes, 2006) Menurut Pusponegoro (2006), setiap 2 dari 1.000 bayi

    mengalami gangguan perkembangan motorik, karenanya perlu kecepatan

    menegakkan diagnosis dan melakukan terapi untuk proses penyembuhannya,

    sedangkan berdasarkan suvey, perkembangan motorik di desa jolotunda

    terdapat perkembangan motorik yang terlambat contohnya anak usia lima

    bulan tidak mampu membalikkan badan dari posisi terlentang ke telungkup.

    Perkembangan motorik anak merupakan hasil interaksi antara faktor

    genetik-herediter-konstitusi dengan faktor lingkungan, baik lingkungan

    prenatal maupun lingkungan postnatal. Faktor lingkungan post natal ini

    meliputi berbagai macam lingkungan. Salah satunya lingkungan biologis,

    yang terdiri dari kepekaan terhadap penyakit yaitu imunisasi (IDAI, 2002).

    Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan

    seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan

    pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Dengan melakukan imunisasi

    terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak

    tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat

    imunitas imun yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (IDAI,

    2005). Imunisasi yang wajib diperoleh anak adalah imunisasi dasar, imunisasi

  • 3ini harus diperoleh sebelum usia 12 bulan.

    Cakupan imunisasi di Daerah Rembang tahun 2009 dengan sasaran 8634

    bayi, untuk imunisasi BCG 92.0 %, DPT(1) 89.9 % ; DPT(2) 87.8 % ; DPT(3)

    85.4 %, Campak 84.6%, Polio(1) 92.9 %; Polio(2) 90.9 %; Polio(3) 80.4 %;

    Polio(4) 88.8 %, dan Hepatitis B 79.2 %. Menurut data di Desa Jolotundo

    Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang pada tahun 2009 dengan sasaran 59

    bayi, Imunisasi BCG 69.5%, DPT(1) 72.9% ; DPT(2) 78.0% ; DPT(3)

    79.7% , Campak 110,2%, Polio(1) 69.5% ; Polio(2) 72.9% ; Polio(3) 78.0% ;

    Polio(4) 81.4%, dan Hepatitis B 52.5%. Berdasarkan data Daerah Jolotundo

    Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang masih belum mencapai target

    Universal Child Imunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal

    80% secara merata pada bayi di 100% Desa/Kelurahan (Dinkes Rembang,

    2009).

    Anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh

    terhadap serangan penyakit infeksi, sehingga anak akan jatuh sakit yang

    mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit

    infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada

    akhirnya akan mempengaruhi status gizi pada anak.

    Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

    bentuk variable tertentu atau perwujudan dari natritur dalam bentuk variable

    tertentu (Supariasa, dkk. 1995). Status gizi juga merupakan bagian dari

    pertumbuhan anak, sehingga kita dapat mendeteksi secara dini adanya

    kelainan atau gangguan pertumbuhan dengan melihat status gizinya dan dapat

    digunakan untuk mencari penyebab serta mengusahakan pemulihannya

    (Soetjiningsih, 1995).

    Masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih juga disebabkan susunan

    konsumsi makanan yang salah, baik secara kuantitatis/kualitas. Konsumsi

    makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik/status

    gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup akan zat-zat gizi yang

    digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

    perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada

  • tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami

    kekurangan satu/lebih zat-zat gizi essensial. Baik pada status gizi kurang,

    maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi

    Status gizi seorang anak dapat dipengaruhi oleh 2 hal yaitu asupan

    makanan yang kurang dan adanya infeksi. Penyakit infeksi dapat meningkat

    karena di pengaruhi oleh pelayanan kesehatan dan higiene sanitasi dan

    tindakan kuratif serta rehabilitatif (Supariasa,dkk. 2001).

    Cakupan status gizi di Daerah Rembang dengan jumlah Balita yang

    datang menimbang 33602 anak. Gizi lebih 0.659%, Gizi baik 85.69%, Gizi

    kurang 12.10%, Gizi buruk 1.33%. Sedangkan di Daerah Jolotundo

    Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang dengan jumlah Balita yang datang

    menimbang 225 anak. Gizi lebih 0.44%, Gizi baik 98.22%, Gizi kurang

    0.44%, Gizi buruk 0.88% (Dinkes Rembang, 2009).

    Berdasarkan hasil survey dan pengamatan di Desa Jolotundo Kecamatan

    Lasem ditemukan anak balita dengan imunisasi kurang lengkap, status gizi

    masih ditemukan kurang dan buruk, serta perkembangan motorik kurang.

    Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian ini, apakah kelengkapan imunisasi dasar dan status gizi menunjang

    perkembangan motorik kasar pada bayi.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui bahwa perkembangan

    anak tahap awal sangat penting untuk berlanjut ke tahap-tahap selanjutnya.

    Untuk mencapai perkembangan yang optimal yaitu perkembangan motorik

    kasar anak, tergantung dengan potensi biologiknya yang merupakan hasil

    interaksi antara faktor genetik-herediter-konstitusi dengan faktor lingkungan,

    baik lingkungan prenatal maupun post natal. Faktor lingkungan post natal ini

    meliputi berbagai macam lingkungan, salah satunya lingkungan biologis yang

    terdiri dari kepekaan terhadap penyakit yaitu imunisasi.

    Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada tubuh melalui vaksin,

    untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi pada anak. Anak yang tidak

  • 5mendapatkan imunisasi tidak mempunyai kekebalan tubuh sehingga anak akan

    jatuh dan menyebabkan status gizi turun.

    Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan apakah ada

    hubungan kelengkapan imunisasi dasar dan status gizi dengan perkembangan

    motorik kasar anak usia 0-1 tahun di Desa Jolotundo Kecamatan Lasem

    Kabupaten Rembang ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dan status

    gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 01 Tahun.

    2. Tujuan Khusus

    Untuk mengidentifikasi kelengkapan imunisasi dasar anak usia 01 Tahun.

    c. Untuk mengidentifikasi status gizi anak usia 0-1 Tahun..

    Untuk mengidentifikasi perkembangan motorik kasar anak pada usia 0-1

    Tahun.

    Menganalisis hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dengan

    perkembangan motorik kasar pada anak usia 0-1 Tahun.

    Menganalisis hubungan antara status Gizi dengan perkembangan motorik

    kasar pada anak usia 0-1 Tahun.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Petugas Keperawatan

    Berdasarkan adanya hubungan kelengkapan imunisasi dasar dan status gizi

    dengan perkembangan motorik kasar anak, perawat mampu membuat

    strategi untuk mengkaji dan membuat rencana tindakan serta

    mengimplementasikan tentang masalah atau faktor-faktor yang

    mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik kasar anak, sehingga

    perawat mampu memberikan informasi pentingnya kelengkapan imunisasi

    dasar, status gizi yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar

    anak.

  • 2. Bagi Masyarakat ( ibu )

    Menambah informasi tentang kondisi perkembangan anak dengan

    kelengkapan imunisasi dengan status Gizi.

    3. Bagi Peneliti lebih lanjut

    Diharapkan dapat menjadi awal pengembangan penelitian selanjutnya yang

    berkaitan tentang status gizi dengan perkembangan motorik halus pada

    anak.

    E. Bidang Ilmu

    Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan anak dan

    komunitas.