journal reading

16
Journal Reading Four Phases of Intravenous fluid Therapy: A conceptual Model Reza Rizky Al Rasyid 1410221018

Upload: dimaswiantadiguna

Post on 13-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

intravena fluid teraphy

TRANSCRIPT

Page 1: Journal Reading

Journal ReadingFour Phases of Intravenous fluid Therapy: A conceptual

ModelReza Rizky Al Rasyid

1410221018

Page 2: Journal Reading

Poin Kunci

Para penulis mengeksplorasi risiko terapi cairan intravena, dan didapatkan penggunaan terapi cairan yang tidak tepat dapat terjadi pada sampai dengan 20% dari pasien yang menerima terapi cairan

Mereka mengusulkan sebuah model untuk terapi cairan bahwa terapi cairan intravena dianggap sama dengan terapi obat lain, dengan hubungan antara respon terhadap dosis pemberian dan efek samping.

Mereka menyarankan bahwa dengan memperhatikan terapi cairan memiliki potensi untuk mengurangi risiko pada pasien.

Page 3: Journal Reading

Pendahuluan Terapi cairan intravena memainkan peranan penting dalam memelihara homeostasis seluler

pada pasien rawat inap. Pemberian cairan intravena merupakan salah satu terapi yang paling sering digunakan di rumah sakit.

Ketika digunakan secara tepat terapi cairan intravena jelas dapat memperbaiki kondisi pasien. Bagaimanapun, mengingat kompleksitas fisiologis yang mendasari penggunaan resusitasi cairan, banyak dokter yang menggunakan terapi cairan nampak kurang memperhatikan mengenai dampak ataupun potensinya untuk menyebabkan resiko kegawatan.

Ketidaksesuaian terapi cairan, meskipun jarang dilaporkan, dapat terjadi pada satu dari lima pasien. Ketidaksesuaian terapi cairan intravena dari resusitasi yang tidak memadai atau rehidrasi menyebabkan hipoperfusi jaringan sampai dengan terapi cairan yang berlebihan yang menyebabkan edema jaringan dan gangguan elektrolit yang berat, hal ini menyebabkan tingginya angka morbiditas, lamanya pasien rawat inap, dan bahkan kematian.

Bukti terkini menunjukkan bahwa terapi cairan serupa dengan terapi obat-obatan lainnya, efek dari cairan tersebut bergantung pada jenis dan banyaknya pemberian cairan dan keadaan tertentu dimana cairan diberikan.

Mengingat hal tersebut, komite dari konferensi Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI) ke-12 membentuk sebuah kerangka kerja dengan tema kapan dan bagaimana seharusnya terapi cairan diberikan untuk resusitasi pada pasien dengan sakit kritis.

Page 4: Journal Reading

Metode

Untuk metodologi khusus yang digunakan dalam konferensi ADQI ini, kami merujuk pembaca untuk membaca artikel yang membahas isu terkait dengan jurnal ini. Sebelum dimulainya konferensi, kelompok kerja membahas usulan pertanyaan melalui e-mail dan kemudian diidentifikasi dari berbagai literatur yang relevan yang menjadi dasar diskusi dan konsensus pada akhirnya. Sebuah tinjauan sistematis formal tidak dilakukan.

Page 5: Journal Reading

Hasil Penggunaan terapi resusitasi cairan tidak tergantung pada lokasi spesifik pada

pasien baik di dalam ataupun di luar rumah sakit, tetapi lebih pada indikasi untuk terapi cairan tersebut.

Baru-baru ini dilakukan penelitian mengenai “pemberian cairan sebagai terapi suportif, pada anak yang dirawat dengan infeksi berat di Afrika dan dipilih secara acak untuk tidak mendapatkan bolus cairan (kelompok kontrol), dan yang mendapatkan terapi bolus cairan baik dengan NaCl 0,9% atau albumin.

Pada 1 jam pertama, kebanyakan pasien yang menerima bolus cairan menunjukkan kondisi perbaikan dari shok yang dialami dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima bolus cairan. Setelah 48 jam, angka kematian di evaluasi dan didapatkan hasil bahwa pasien yang mendapat bolus cairan memiliki angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (Resiko relative 1.45,95%, Interval kepercayaan 1.13-1.86, P=0.003).

Page 6: Journal Reading

Definisi Tim kami mendefinikan terminology yang sesuai untuk topic terapi

cairan, (i) time-dependent, kondisi penyakit, ataupun keduanya (Box 1) dan (ii) jumlah volume cairan yang diberikan (Box 2).

Page 7: Journal Reading

Tahapan Terapi Cairan

Konsep baru ini diusulkan oleh Vincent dan De Backer yang meliputi empat tahap yang berbeda atau tahap resusitasi: Penyelamatan (Rescue) , Optimasi (Optimization), Stabilisasi (Stabilitazion), dan De-eskalasi (De-escalation) (ROS-D). Rescue: dibutuhkan terapi cairan segera, untuk dilakukan resusitasi pada

pasien dengan shok (yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, tanda gangguan perfusi jaringan ataupun keduanya), dan dilakukan penggunaan terapi bolus cairan

Optimasi: kondisi pasien tidak lagi dalam keadaan bahaya yang dapat mengancam nyawa namun telah mengalami syok yang terkompensasi (namun dengan resiko tinggi untuk terjadinya syok berulang) dan terapi cairan tambahan dilakukan secara lebih berhati-hati dan dititrasi dengan tujuan mengoptimalkan fungsi jantung untuk meningkatkan perfusi jaringan dengan tujuan akhir untuk menghindari terjdaninya disfungsi organ.

Page 8: Journal Reading

Stabilisasi: mencerminkan kondisi dimana pasien telah berada dalam keadaan stabil, sehingga terapi cairan yang diberikan hanya digunakan sebagai maintenance dalam keadaan tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang normal (ginjal, gastrointestinal, insensible), pada fase ini juga dapat merupakan infus cairan untuk pasien yang mengalami kehilangan cairan terus menerus akibat kondisi patologis yang terus berlangsung.

De-eskalasi: Akhirnya setelah dilakukan tiga tahap (‘ROS’), pada tahap akhir pemberian cairan (D) biasanya dihentikan pada pasien dan biasanya ditujukkan untuk mendapatkan keseimbangan cairan tubuh normal.

Page 9: Journal Reading
Page 10: Journal Reading

Pemantauan Penilaian Ulang

Aspek yang paling penting dalam konsep pemberian terapi cairan adalah penilaian kebutuhan cairan pasien, waktu pemberian cairan, dan penilaian kembali respon pada pasien ketika terapi cairan sedang diberikan.

Page 11: Journal Reading

Resistensi Antibiotik

Page 12: Journal Reading

Diskusi

Tahapan terapi cairan: relevansi dengan uji klinisBeberapa penelitian dalam beberapa tahun terakhir telah meneliti efek yang ditimbulkan dari komposisi cairan intravena yang berbeda pada berbagai macam situasi.1. Percobaan pertama menjelaskan mengenai kelompok pasien yang diberikan resusitasi setelah trauma berat. Pada pasien ini mengalami luka parah dan terdapat peningkatan yang signifikan pada laktat plasma. Pasien tersebut kemudian dibutuhkan lebih dari 5 liter dalam 24 jam pertama, yang menunjukkan bahwa percobaan ini mengambil bagian resusitasi dalam tahap rescue.2. Penelitian serupa juga dilakukan cristal, yang menunjukkan bahwa pasien sepsis dengan keadaan hipotensi berat mendapatkan terapi cairan dalam jumlah besar, hal ini juga menunjukkan bahwa pasien tersebut masuk dalam tahap rescue.

Page 13: Journal Reading

Resusitasi cairan pada periode perioperatifSalah satu subkelompok pasien adalah mereka yang menerima cairan pada keadaan perioperatif (biasanya dalam tahap Optimasi). Dalam hal ini, beberapa uji klinis (metaanalisis dan tinjauan sistematis) telah menunjukkan keuntungan dalam menggunakan monitor respon cairan dengan minimal invasive untuk menentukan jumlah terapi cairan yang bertujuan untuk mengoptimalkan perfusi oksigen ke jaringan. Namun hal ini mungkin perlu dipertimbangkan kembali, karena kondisi organ pernapasan pada penelitian ini dalam kondisi optimal.

Page 14: Journal Reading

Terapi cairan dalam pencegahan kerusakan organ pada studi kohort Terapi cairan juga dapat diberikan pada pasien tanpa kehilangan cairan yang signifikan atau bahkan tanpa kehilangan sedikitpun cairan. Contohnya, cairan mungkin diberikan untuk mencegah terjadinya kerusakan organ, misalnya sebelum dilakukan pemberian kontras pada pasien dengan sirosis hepar dengan bacterial peritonitis, atau cairan maintenance pada pasien yang tidak dapat menerima asupan cairan secara peroral.

Page 15: Journal Reading

Kesimpulan

Terapi cairan intravena dapat menyelamatkan nyawa namun seperti tindakan medis lainnya, hal ini memiliki resikonya sendiri. Tujuan kerangka kerja ini adalah untuk mendefinisikan ‘terapi cairan yang sesuai’ yang disesuaikan dengan indikasi, variable waktu dan fase pemberian ataupun keduanya, dan kondisi pasien tersebut. Kami membuat konsep kerangka kerja berikut ini sebagai panduan atau dapat dikembangkannya penelitian terkait. Tujuan artikel ini adalah untuk merubah pola “one size fits all” pendekatan untuk pemberian awal terapi cairan (diperkenalkan perbedaan antara bolus cairan dan fluid challenge) menjadi lebih memperhatikan dan lebih hati-hati pada pemberian terapi cairan untuk mengoptimalkan kondisi pasien.

Page 16: Journal Reading

TERIMA KASIH