journal reading
DESCRIPTION
jurdnhggTRANSCRIPT
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
JOURNAL READING
OBESITAS SEBAGAI SEBUAH FAKTOR RISIKO
UNTUK DENGUE SYOK SINDROM PADA ANAK
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit dr. A. K. Gani, Palembang
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Syamsu Rijal, Sp.A
Disusun Oleh :
Putri Dwi Wahyu Nur Utami 1310221007
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA
Rumah Sakit dr. A. K. Gani Palembang
PERIODE 16 September - 22 November 2013
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU KESEHATAN ANAK
Presentasi journal reading dengan judul :
OBESITAS SEBAGAI SEBUAH FAKTOR RISIKO
UNTUK DENGUE SYOK SINDROM PADA ANAK
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit dr. A. K. Gani, Palembang
Disusun Oleh:
Putri Dwi Wahyu Nur Utami 1310221007
Telah disetujui oleh Pembimbing:
Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal
dr. Syamsu Rijal, Sp.A ............................. .............................
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
dr. Syamsu Rijal, Sp.A
Mayor CKM 34082
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
hidayah - Nya sehingga saya dapat tepat waktu menyelesaikan laporan kasus ini.
Dalam journal reading ini tentunya terdapat banyak kekurangan. Namun dengan
kerendahan hati, saya memohon kritik dan saran apabila terdapat sesuatu hal dalam journal
reading ini yang dirasa kurang tepat.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan baik dalam
penulisan laporan kasus maupun dalam proses pembelajaran saya.
Terima kasih.
Palembang, Oktober 2013
(Penulis)
Obesitas Sebagai Sebuah Risiko Untuk
Dengue Syok Sindrom Pada Anak
Maria Mahdalena Tri Widiyati, Ida Safitri Laksanawati, Endy Paryanto Prawirohartono
Abstrak
Latar belakang
Demam berdarah dengue (DBD) mengarah terjadinya mortalitas dan morbiditas yang tinggi jika tidak di obati dengan benar dan segera. Obesitas mungkin memainkan sebuah peran didalam progresifitas dari demam berdarah dengue sampai syok dengue sindrom (DSS) dan bisa menjadi sebuah faktor prognosis.Tujuan
Untuk mengevaluasi anak-anak obesitas sebagai sebuah faktor prognosis untuk dengue syok sindrom.Metode
Kami meninjau ulang rekam medik dari pasien dengan demam berdarah dengue dan dengue syok sindrom yang masuk ke Departemen Kesehatan Anak RS. Dr. Sardjito, Yogyakarta antara Juni 2008 dan Februari 2011. Subjek adalah anak berumur < 18 tahun dan memenuhi kriteria WHO (1997) untuk demam berdarah dengue atau dengue syok sindrom. Kriteria eksklusi adalah demam dengue, sebuah bentuk penyakit yang ringan atau infeksi virus lain. Faktor risiko untuk dengue syok sindrom dianalisis oleh analisa regresi logistik.Hasil
Dari 342 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat 116 pasien DSS (33,9%) sebagai kelompok kasus dan 226 pasien demam berdarah dengue (66,1%) sebagai kelompok kontrol. Analisis univariat menyatakan bahwa faktor risiko untuk DSS adalah obesitas (OR=1,88;95% CI 1.01 sampai 3.51), jenis infeksi sekunder (OR=0.82;95% CI 0.41 sampai 1.63), plasma leakage dengan peningkatan hematokrit >25% (OR=3.42;95% CI 2.06 sampai 5.65), nilai trombosit < 20.000/μL (OR=1.95;95% CI 1.20 sampai 3.16) dan pengaturan cairan yang tidak adekuat dari rawat inap sebelumnya (OR=9.11;95% CI 1.13 sampai 73.66). Dengan analisis multivariat, plasma leakage dengan peningkatan hematokrit >25 % berhubungan dengan DSS (OR=2.51;95% CI 1,12 sampai 5.59), sementara obesitas tidak berhubungan dengan DSS (OR=1.03;95% CI 0.32 sampai 3.31).Kesimpulan
Obesitas adalah bukan sebuah faktor risiko dari DSS, sementara plasma leakage dengan peningkatan hematokrit >25% berhubungan dengan DSS.Kata Kunci
Demam Berdarah Dengue, Dengue Syok Sindrom, Obesitas
Infeksi dengue adalah sebuah penyakit endemik di Indonesia. Mempengaruhi
peningkatan jumlah pasien, ini adalah sebuah penyakit virus dengan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi pada anak umur kurang dari 15 tahun (86-95%), terutama pada anak umur 5-14
tahun. Prevalensi morbiditas dan mortalitas dari demam berdarah dengue bervariasi diseluruh
wilayah. Terutama karena untuk perbedaan didalam umur dari populasi, kepadatan vektor,
tingkat penyebaran dari virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi cuaca.
Hal ini adalah penting bagi klinisi untuk mengenali faktor risiko untuk DSS, dalam upaya
memberikan pengobatan perlakuan yang tepat dan cepat untuk mengurangi mortalitas DBD.
Diperkirakan faktor risiko dihubungkan dengan DSS adalah obesitas, trombosit <20.000/μL,
plasma leakage dengan peningkatan hematokrit >25%, infeksi sekunder dan pengaturan cairan
yang tidak adekuat dari rawat inap sebelumnya.
Secara teori, peningkatan produksi mediator interleukin IL-6, IL-8 dan Tumor Nekrosis
Faktor – α (TNF-α) pada pasien obesitas mungkin mempunyai sebuah hubungan dengan DSS,
menyebabkan kemajuan plasma leakage pada demam berdarah dengue. Penelitian sebelumnya
melaporkan bahwa obesitas berkontribusi untuk terjadinya dengue syok sindrom. Bagaimanapun,
ini adalah tetap tidak jelas jika anak obesitas ada risiko tinggi berkembang lebih parah menjadi
DBD sampai DSS, dibandingkan anak tidak obesitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi obesitas sebagai sebuah risiko dengue syok sindrom.
Metode
Kami terus mengkaji kemungkinan dari obesitas sebagai faktor risiko untuk keparahan
penyakit DSS dan pasien non-DSS. Subjek adalah berumur kurang dari kurang dari 18 tahun,
memenuhi kriteria WHO (1997) untuk DBD atau DSS dan masuk ke Departemen Kesehatan
Anak RS. Sardjito, Yogyakarta dari Juni 2008 sampai Februari 2011. Kami mengeksklusi pasien
dengan diagnosa demam dengue atau infeksi virus lainnya.
Subjek dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok kontrol terdiri dari subjek dengan DBD
derajat satu atau dua, tes turniqet positif, demam 2-7 hari, nilai trombosit <100.000/mm3, dan
tanda positif dari plasma leakage seperti peningkatan leukosit, efusi pleura, asites. Kelompok
kasus termasuk pasien dengan DBD derajat tiga atau empat, orang yang memenuhi kriteria dari
DBD derajat satu dan dua terdapat tanda syok, seperti nadi lemah, penyempitan tekanan nadi,
perfusi jaringan buruk, kulit lembab, dan penurunun pengeluaran urin.
Pengkuran sampel adalah dihitung berdasarkan sebuah rumus penelitian kasus kontrol
berpasangan, yang mana proporsi dari efek kontrol (P2) adalah 0.24; klinis signifikan saat odds
rasio (OR) adalah 2; α adalah 0.05 (Zα=1.96) dan β adalah 0,2 (Zβ=0.842). Subjek paling sedikit
diperlukan adalah 342 anak.
Data adalah kumpulan dari rekam medis, laporan data klinis pasien, orang tua, dan
riwayat penyakit. Status gizi dinilai dengan BMI (kg/m2) untuk umur, sesuai grafik pertumbuhan
WHO (2006).
Faktor penentu adalah obesitas, dimana sebagai hasil keparahan dengue (DSS atau DBD).
Faktor perancu adalah jenis infeksi, nilai trombosit, pengaturan cairan pada saat sebelum rawat
inap, dan plasma leakage. Klasifikasi obesitas pada anak jika indeks massa tubuh untuk umur
adalah > 2 SD, dan tidak obes jika indeks massa tubuh untuk usia adalah ≤ 2 SD. Jenis infeksi
diklasifikasikan sebagai infeksi primer dan sekunder. Diartikan sebagai infeksi primer jika IgM
anti dengue positif. Diartikan sebagai infeksi sekunder jika IgM dan IgG anti dengue positif, atau
positif IgG anti dengue saja. Trombositopenia ringan diartikan jika memiliki nilai platelet ≥
20.000/uL. Trombositopenia parah jika memiliki nilai platelet < 20.000/uL. Plasma leakage
diartikan sebagai peningkatan permeabilitas vaskular ditandai oleh asites, efusi pleura, dan
peningkatan hematokrit ≤ 25%, sementara keparahan plasma leakage diartikan sebagai
peningkatan hematokrit >25%. Pengaturan cairan yang cukup di rumah sakit sebelumnya
diklasifikasikan jika pasien menerima cairan sesuai kebutuhan dan protokol kebutuhan cairan,
sementara sebaliknya diklasifikasikan sebagai tidak sesuai.
Odds rasio dengan 95% interval kepercayaan adalah dihitung untuk dinilai sebuah
hubungan antara obesitas dan keparahan DBD. Penelitian ini diterima oleh komite etik penelitian
kedokteran dan kesehatan, Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran.
Hasil
Kami memasukan 342 subjek di dalam penelitian ini, terdiri dari 116 (33.9%) anak
dengan DSS dan 226 (66.1%) anak tanpa DSS. Karakteristik dasar dari subjek kedua kelompok
ditunjukkan dalam Tabel 1.
Analisa regresi logistik univariat dan multivariat menunjukan untuk mengidentifikasi
sebuah hubungan antara obesitas dan DSS. Analisa univariat menyatakan bahwa faktor risiko
signifikan untuk DSS adalah obesitas, jenis infeksi sekunder, nilai platelet <20.000/μL, plasma
leakage dengan peningkatan hematokrit >25% dan pengaturan cairan tidak cukup dari rawat inap
sebelumnya. Untuk analisis multivariat, kami masukan faktor risiko dengan P <0.25: obesitas,
nilai platelet rendah, plasma leakage dengan peningkatan hematokrit >25% dan pengaturan
cairan yang tidak cukup dari rawat inap sebelumnya. Hasil analisis logistik regresi ditunjukkan
dalam Tabel 2.
Hasil menunjukkan bahwa obesitas bukan sebuah faktor risiko untuk DSS (OR=1.025;
95% CI 0.32 sampai 3.31). Bagaimanapun, plasma leakage dengan peningkatan hematokrit
>25% adalah sebuah faktor risiko untuk DSS (OR=2.51; 95% CI 1.12 sampai 5.59)
Diskusi
Berdasarkan analisis univariat dan multivariat, obesitas bukan sebuah faktor risiko DSS
dalam subyek kami (OR= 1.03; 95% CI 0.32 sampai 3.31) sama dengan beberapa penelitian lain.
Bagaimanapun, perbedaan didalam penelitian kami, Chuansumrit et al. menunjukkan bahwa
anak dengan berat badan untuk umur persentil >50 lebih sering mempunyai derajat III dan IV
dibandingkan mereka dengan berat badan rendah (P=0.039). Mongkalangoon menemukan bahwa
obesitas pada anak meningkatkan risiko DSS (OR=3; 95% CI 1.2 sampai 7.48).
Menurut teori, obesitas mungkin mempengaruhi keparahan dari infeksi dengue akibat
meningkatnya produksi dari jaringan lemak putih dimana menyebabkan peningkatan produksi
mediator. Kemudian, kemajuan plasma leakage mengarah untuk risiko tinggi dari DSS.
Sehubungan dengan hipotesis diatas, kelebihan jaringan lemak pada pasien obesitas harus diukur
menggunakan ketebalan lipatan kulit, menurut teori secara langsung dari perbandingan jaringan
lemak dengan BMI untuk umur. Tidak menggunakan lipatan kulit sebagai indikator untuk
obesitas didalam penelitian kami mungkin menjadi alasan yang tidak signifikan hubungan antara
obesitas dan DSS. Mediator (IL-6, IL-8 dan TNF-α) juga telah diduga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan mungkin mendasari proses dari kemajuan dan keparahan plasma
leakage. Bagaimanapun, didalam penelitian Hung et al., mengenai kadar interferon–γ dan TNF
–α pada fase akut pasien DBD dan DSS, menemukan bahwa tingkat yang tinggi tidak akan
berbeda diantara jenis kelamin (P=0.2) atau status gizi (P=0.3). Dengan demikian, penelitian
lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan secara jelas sebuah hubungan antara obesitas dan
DSS.
Didalam penilitian ini plasma leakage dengan peningkatan trombosit >25% berhubungan
dengan DSS (OR=2.506;95% CI 1.122 sampai 5.593). Sama dengan, Chuansumrit et al,.
melaporkan bahwa diperkirakan untuk DSS adalah peningkatan hematokrit >25%, nilai
trombosit <40.000/μL, activated partial prothrombine time (APTT) >44 detik, prothrombine
time (PTT) >14 detik, dan thrombine time (TT) >16 detik. Tantracheewathorn et al,. melaporkan
bahwa pasien DBD dengan perdarahan dan hemokonsentrasi >22% menunjukkan tanda awal
syok (menyesuaikan OR=15.5; 95% CI 4.4 sampai 54.6).
Beberapa penelitian menunjukkan sebuah hubungan diantara tingkat hematokrit dan DSS,
walaupun mereka menggunakan potongan nilai dari penelitian kami. Sebuah penelitian
retrospektif di Jakarta menemukan bahwa tingkat hematokrit >41.5% didalam DSS dan DBD
ditemukan 68% dan 32% pasien, masing-masing (OR=1.7; 95% CI 1.1 sampai 2.6). Malavige et
al,. melaporkan nilai hematokrit > 45% didalam demam dengue dan DBD adalah 11% dan 58%
pasien, masing-masing (P<0.001). Kan et al,. menyimpulkan bahwa nilai hematokrit > 46%
adalah berhubungan dengan syok didalam DBD.
Perubahan didalam nilai hematokrit adalah sebuah tanda dari plasma leakage dan proses
perdarahan. Sebagai contoh, ini mungkin digunakan sebagai sebuah alat pemantau sederhana.
Bagaimanapun, nilai hematokrit tidak bisa digunakan sebagai sebuah indikator dari syok didalam
DBD, karena dipengaruhi oleh perdarahan dan pemberian cairan. Perdarahan mungkin
menyebabkan pengurangan hematokrit, sementara dehidrasi dan plasma leakage mungkin
mengarah untuk peningkatan hematokrit, gangguan perfusi jaringan, dan lebih lanjut, syok.
Sarwanto melaporkan bahwa pengaturan cairan yang cukup pada saat permulaan penyakit
mungkin mengurangi risiko dari kematian pada pasien dengan DBD. Tentrachewathorn et al,.
juga menyebutkan bahwa pengairan cairan yang cepat dan tepat mungkin menstabilkan cairan
intravaskular dan pengaturan hemodinamik yang stabil, mencegah perkembangan dari syok.
Bagaimanapun, kami menemukan bahwa pengaturan cairan yang tidak cukup adalah bukan
sebuah faktor risiko untuk keparahan untuk DBD (OR=8.10; 95% CI 0.98 sampai 66.70).
Nilai trombosit yang rendah mungkin menyebabkan perdarahan pada DBD, mempercepat
kejadian syok. Kami menemukan bahwa nilai trombosit <20.000/μL tidak berhubungan dengan
keparahan DBD (OR=0.93;95% CI 0.43 sampai 2.02). Sebaliknya, Dewi et al,. menemukan
bahwa pasien dengan DSS nilai platelet sering < 20.000/μL dibandingkan dengan pasien non
DSS (OR=4.4; 95% CI 1.9 sampai 9.8). Juga, Kan et al,. melaporkan bahwa nilai trombosit <
50.000/μL adalah berhubungan dengan kejadian dari DSS. Sutaryo menemukan bahwa lebih
banyak kasus syok nilai trombosit < 100.000/μL. Perbedaan hasil kami kemungkinan disebabkan
rekaman data tidak cukup didalam perdarahan. Dari 342 subyek, hanya satu volume darah di
catat. Hence, analisis kami berhubungan dari diantara keparahan dari perdarahan dan keparahan
DBD tidak berlaku.
Jenis dari infeksi adalah bukan sebuah faktor risiko untuk DSS didalam penelitian ini
(OR=1.33;95% CI 0.36 ampai 4.96). Bagaimanapun, ini kepercayaan bahwa produksi antibody
pada saat infeksi dengue terdiri dari IgG dimana menghalangi replikasi virus di dalam monosit,
yaitu, meningkatkan antibody dan menetralkan antibody. Produksi antibodi tidak netral pada saat
infeksi primer mungkin hasil didalam pembentukan dari kompleks imun di dalam infeksi
sekunder, merangsang replikasi virus. Oleh karena itu, infeksi sekunder cenderung berbeda
serotype untuk berkembang manifestasi DBD menjadi lebih parah DSS.
Keterbatasan penelitian ini dari penelitian ini adalah data yang tidak lengkap, sebuah
konsekuensi dari sebuah penelitian retrospektif menggunakan rekam medik. Data yang hilang
termasuk kurangnya dari pemeriksaan prosedur rutin, diagnosis serologis untuk infeksi dengue,
dan tidak lengkap rekaman pengaturan cairan dari perawatan rmah sakit sebelumnya. Masalah
ini mungkin telah menyebabkan bias dan mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Keterbatasan
lain dari penelitian kami adalah kekurangan dari pengukuran IL-6, IL-8, dan TNF-α, sebagai
sebuah risiko untuk keparahan DBD (DSS).
Kesimpulan, penelitan ini mengungkapkan bahwa obesitas adalah bukan sebuah faktor
risiko untuk DSS, dimana plasma leakage dengan peningkatan hematokrit > 25% adalah
berhubungan dengan DSS.
LAMPIRAN