journal reading

Upload: sevenheaven87

Post on 13-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

journal

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA SIDIK JARI DAN SIDIK BIBIR DALAM PENENTUAN JENIS KELAMIN DAN POLA YANG PALING DOMINAN PADA 5000 SUBYEK PENELITIANNeha Bansal1, Soheyl Sheikh2, Richa Bansal3, Shambulingappa Pallagati2

AbstrakSidik jari dipertimbangkan sebagai kriteria untuk idenfikasi individu yang paling dapat diandalkan. Puluhan tahun yang lalu, penelitian sidik jari (Cheiloscopy) menarik perhatian banyak peneliti sebagai suatu alat baru untuk identifikasi manusia terkait masalah perdata dan pidana.Penelitian ini dilakukan untuk mengamati hubungan antara pola sidik jari dan sidik bibir dalam penentuan jenis kelamin dan untuk menentukan pola yang paling berpengaruh dalam suatu sampel yang berjumlah 5000 orang. Penelitian ini dilakukan terhadap 5000 individu di Departemen Ilmu Penyakit Mulut dan Radiologi, Fakultas Penelitian dan Ilmu Gigi Moharishi Markandeshwar, Universitas M.M . Responden terdiri dari 2500 pria dan 2500 wanita. Sidik bibir dan sidik jari dari tangan kanan dikumpulkan kemudian dipelajari dan dianalisis secara statistik. Untuk sidik bibir, digunakan klasifikasi TSUCHIHASHIS Y. (1970); klasifikasi HENRYS (1897) digunakan untuk sidik jari. Pola alur-alur berputar terbanyak ditemukan pada pria, sedangkan pada wanita menunjukkan pola lingkaran sebagai frekuensi terbanyak. Pola sidik bibir tipe I, I, II merupakan yang paling mendominasi pada wanita sementara tipe III dan IV paling mendominasi pada pria. Penelitian yang ada menggambarkan secara detail bahwa pada pria dan wanita, pola sidik bibir yang paling mendominasi menunjukkan suatu hubungan dengan masing-masing pola sidik jari yang paling mendominasi. Pembentukan basis data dari Cheiloskopy dan Dactyloscopy dianjurkanuntuk semua individu di suatu wilayah tertentu; dapat digunakan sebagai suatu petunjuk dalam proses pengadilan perdata dan kasus pidana.Penelitian ini diharapkan dapat berguna terutama dalam ilmu forensik dan keadilan.

Kata kunci: identifikasi manusia, pidana dan perdata, Cheiloscopy, Dactyloscopy

Latar belakangIlmu forensic dipertimbangka sebagai ilmu modern. Identifikasi manusia adalah salah satu tantangan yang dihadapi manusia. Kewajiban dari dokter gigi bedah bukan hanya melayani pemeriksaan, investigasi, diagnosis, dan pengobatan penyakitoral dan orofasial local dan sistemik tetapi juga melayani fungsi lainnya dalam masyarakat. Dengan meningkatnya permintaan pelaksanaan hukum untuk menyediakan bukti fisik yang cukup dalam menghubungkan seseorang terhadap suatu tindakan criminal, mengakibatkan penggunaan berbagai ciri-ciri fisik untuk mengidentifikasi kesalahan tersangka terhadap bukti-bukti pelanggaran. Studi mengenai sidik jari memainkan peran utama dalam mengidentifikasi kesalahan tersangka terhadap bukti-bukti pelanggaran. Studi mengenai sidik jari memainkan peran utama dalam mengidentifikasi jenis kelamin seseorang sehingga menjadi bahan penting dalam tujuan identifikasi. Pengenalan sidik jari merupakan system biometri yang luas digunakan. Penggunaan sidik jari sebagai pengenal diterapkan secara luas mulai dari pembuktian personal dan hubungan pemerintah dengan masyarakat. Metode lain dalam mengidentifikasi seseorang dan membedakan jenis kelamin adalah pengenalan sidik bibir yang dikenal sebagai cheiloscopy. Fischer adalah antropology pertama yang menjelaskan alur dari bagian merah pada bibir tahun 1902. Penggunaan penanda bibir dalam identifikasi manusia pertama kali di rekomendasikan oleh seorang kriminologis prancis, Edmon Locard tahun 1932. Menurut FBI dan Illiniosis State Police, metode identifikasi sidik bibir sangat mirip dengan sidik jari dan hal ini diterima sebagai bentuk pembanding yang ilmiah. Sidik bibir meliki nilai yang sama dengan sidik jari. Ada garis normal dan fisura dari bentuk kerutan dan lekuk yang dipresentasikan pada zona transisi dari bibir antara mukosa bibir dan kulit luar. Sidik bibik merupakan hal yang unik dan tiidak berubah seumur hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa cheiloscopy memiliki kekuatan dalam identifikasi criminal. Hubungan yang mungkin antara sidik bibir dengan sidik jari seseorang dapat membantu menetukan jenis kelamin seseorang dan dapat sangat menguntungkan dalam praktik forensik dan criminal. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan hubungan sidik bibir dengan sidik jari antara sekelompok pria dan wanita dan peran sidik bibir dalam menentukan jenis kelamin. Dan membedakan bentuk sidik jari yang mendominasi pada pria dan wanita untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara bentuk sidik bibir dengan sidik jari dengan tujuan mengetahui apakah bentuk sidik jari dan sidik bibir dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Metode Penelitian ini dilakukan pada kelompok yang terdiri dari 5000 subjek dengan usia antara 20-50 tahun yang terdiri dari 2500 wanita dan 2500 pria. Penelitian ini dilakukan oleh Departemen Ilmu Penyakit Mulut dan Radiologi, Fakultas Penelitian dan Ilmu Gigi Moharishi Markandeshwar, Universitas M.M. Izin etis telah didapatkan untuk penelitian ini. Pengumpulan data : subjek diminta untuk membuka mulut dan lipstick dengan warna gelap dipakaikan pada perbatasan perbatasan merah bibir dengan menggunakan kuas dalam satu sapuan. Subjek diminta untuk menggesekkan kedua bibir untuk melebarkan lipstick yang dipakai. Subjek diminta untuk menjaga mulut dalam posisi tetap selama pemeriksaan. Bagian menempel dari plester kaca dipasangkan pada bibir. Plester dipasang secara tepat dengan tekanan mantap untuk beberapa detik. Kemudian plester diangkat secara perlahan dari bibir dari ujung satu keujung lainnya untuk mencegah coretan baru dari cetakan. Plester kaca ditempelkan pada kertas putih ukuran A4. Ini digunakan sebagai rekaman permanen cetakan bibir.Selanjutnya, sidik jari tangan kanan subjek diambil dengan menggunakan tinta pada bantalan stempel. Sidik jari diambil dari tangan kanan karena diperkirakan 85% orang menggunakan tangan kanan dan bagian ini yang dikumpulkan oleh kebanyakan agen pemerintah. Gambaran dari kelima jari diletakkan pada kertas A4 yang sama dengan sidik bibir. Kemudian masing-masing kertas A4 diberi nomor. Pemeriksaan sidik:Kedua berkas divisualisasikan dengan menggunakan lensa pembesar untuk melihat masing-masing pola. Sidik tersebut diperiksa dengan menggunakan lensa pembesar.Alur pola bibir pada 1 cm dari pertengahan bibir bawah dicatat dan alur tersebut diklasifikasikan menurut Tsuchihashis Y. Klasifikasi dari tipe I sampai tipe IV dan klasifikasi dicatat pada kertas A4.Pola sidik jari dicatat sesuai dengan klasifikasi Henry pada kertas A4 yang sama.Pola sidik bibir dan sidik jari yang didapatkan dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan dicatat. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan uji Pearson Chi-Square. Didaptkan hasil signifikan secara statistik. Uji Chi-square digunakan untuk perbandingan data dalam bentuk skala nominal kategorik. Metode analisis ini dibuat berdasarkan adanya hubungan antara variabel-variabel yang diobservasi.

HasilUsia rata-rata subjek perempuan adalah 29,78 tahun dengan standar deviasi 8,127, sedangkan umur rata-rata subjek laki-laki adalah 29,89 tahun dengan standar deviasi 8,196.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola cetakan bibir tipe I ditemukan pada 800 perempuan atau 32% dan 253 laki-laki atau 10,1%. Pola sidik bibir tipe I ditemukan pada 635 perempuan atau 25,4% dan 343 laki-laki atau 13,7%. Pola sidik bibir tipe II ditemukan pada 673 perempuan atau 26,9% dan 440 laki-laki atau 17,6%. Pola sidik bibir tipe III ditemukan pada 854 laki-laki atau 34,2% dan 257 perempuan atau 10,3%. Pola sidik bibir tipe IV ditemukan pada 610 laki-laki (24,4%) dan 135 perempuan (5,4%).Pada perempuan, insidens tertinggi adalah tipe I yaitu 32%, dengan nilai p kurang dari 0,001, tipe I ditemukan pada 25,4% dari perempuan, dengan nilai p kurang dari 0,001, tipe II ditemukan pada 26,9% dari perempuan, dengan nilai p kurang dari 0,001.Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa insidens pola sidik bibir dari tipe I, I, dan tipe II pada perempuan secara satistik adalah signifikan.Diantara laki-laki, insidens paling tinggi adalah tipe III yaitu 34,2%, dengan nilai p kurang dari 0,001. Tipe IV ditemukan 24,4% dari laki-laki dengan nilai p kurang dari 0,001. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa insidens pola sidik bibir dari tipe III dan IV pada laki-laki secara statistik adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola sidik bibir tipe I, I, dan tipe II adalah predominan pada perempuan dan pola sidik bibir tipe III dan tipe IV adalah predominan pada laki-laki.Hasil statistic menunjukkan hanya 56,6% dari laki-laki masuk ke dalam tipe III dan IV, sedangkan 43,4% masuk dalam kelompok perempuan dari tipe I, I dan II; hal ini menunjukkan bahwa sidik bibir memiliki kelemahan dalam menentukan jenis kelamin pada pria.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sidik jari Loops ditemukan pada 63,4% perempuan dan 42,2% laki-laki. Pola sidik jari Whorls ditemukan pada 44,0% laki-laki dan 20,4% perempuan. Pola sidik jari Arches ditemukan pada 11,5% perempuan dan 9,5% laki-laki. Pola sidik jari Double ditemukan pada 3,7% laki-laki dan 3,7% dari perempuan, yang menunjukkan bahwa pola distribusi sidik jari double loops yang sama pada kedua-dua jenis kelamin. Pola sidik jari pocket loops ditemukan pada 0,3% wanita dan 0,1% laki-laki. Pola sidik jari tent arches terdapat pada 0,9% wanita dan 0,4% laki-laki.Distribusi menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa di antara perempuan, insiden tertinggi pola sidik jari adalah pola Loops dimana terdapat 7923 dari 12500 orang yaitu 63,4%, dengan nilai p kurang dari 0,001. Distribusi menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa di antara laki-laki, insiden tertinggi pola sidik jari adalah pola whorls dimana terdapat 5499 dari 12500 orang yaitu 44,0%, dengan nilai p kurang dari 0.003Di antara sampel perempuan, terlihat bahwa perempuan dengan sidik jari yang predominan adalah Pola Loops dan Pola Bibir yang predominan adalah Tipe I dengan jumlah 2677 (66,9%). Wanita dengan sidik jari predominan Pola Loops dan Pola Bibir predominan Tipe I berjumlah 2179 (68,6%). Wanita dengan sidik jari predominan Pola Loops dan Pola Bibir predominan Tipe II berjumlah 2175(64,6%). Nilai P kurang dari 0,0146 menunjukkan bahwa hasil ini signifikan secara statistik. Di antara sampel laki-laki, terlihat bahwa laki-laki dengan sidik jari predominan Pola Whorls memiliki pola bibir predominan Tipe III dengan jumlah 2646 (62%). Pria dengan sidik jari predominan Pola Whorls memiliki pola bibir predominan tipe IV dengan jumlah 1845 (60,5%). Nilai P kurang dari 0,0001 menunjukkan bahwa hasil ini signifikan secara statistik.DISKUSIIdentifikasi diperlukan untuk berbagai sebab seperti personal, sosial dan alasan hukum, termasuk sertifikasi kematian.5 Secara historis, identifikasi manusia adalah salah satu hal yang paling menantang yang dihadapi manusia. Konsep identitas adalah seperangkat karakteristik fisik, fungsional atau psikik, normal atau patologis, yang mendefinisikan individual.1 Identifikasi pribadi diperlukan untuk setiap orang diketahui meninggal dalam kasus pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, bencana besar dan lain-lain. Hal ini juga diperlukan untuk mencari individu hidup yang hilang atau pelaku yang menyembunyikan identitas mereka.Pada masa lalu, peneliti telah melakukan penelitian pada sidik bibir dengan ide untuk membuktikan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak ada dalam sidik bibir. Menurut sebuah studi oleh Sonal Nayak, pola Tipe I dan Tipe I ' ditemukan dominan pada wanita , sedangkan pola tipe III dan IV jenis dominan pada laki-laki. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Harpreet Singh, Dr. Pankaj Chhikara et al pada tahun 2001, telah menyimpulkan bahwa pola sidik bibir Type II paling sering terlihat pada wanita, sedangkan pola bibir Type IV sering terlihat pada laki-laki. Pada studi lain oleh Gondivkar SM et al pada tahun 2009, telah disimpulkan bahwa pada laki-laki, pola yang dominan pada sidik bibir adalah pola cetak bibir Type III, sedangkan pada wanita pola sidik bibir yang dominan adalah pola sidik bibir Tipe II.Pada kasus sidik jari, ditemukan bahwa loop lebih sering terdapat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada laki-laki, whorls secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh G.G Reddy et al pada tahun 1975 .

Hasil yang sama diperoleh oleh Dr. Prateek Rastogi et al pada tahun 2010 dan Muralidhar Reddy Sangam et al pada tahun 2009 di penelitian mereka. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa pada perempuan dengan pola sidik bibir Tipe I, Tipe I' dan Type II sangat berhubungan dengan pola sidik jari loop.Pada laki-laki, pola sidik bibir Tipe III dan tipe IV bibir sangat berhubungan dengan pola sidik jari whorl. Tapi tidak ada studi sebelumnya yang melakukan penelitian untuk menghubungkan sidik bibir yang mendominasi dengan pola sidik jari sebagai alat bantu dalam penentuan jenis kelamin. Ini adalah penelitian pertama yang dilakukan dengan ukuran sampel yang besar di India.Pola sidik bibir yang paling mendominasi berhubungan dengan pola sidik jari yang mendominasi pada kedua kelompok laki-laki dan perempuan. Dengan adanya pola bibir dan sidik jari serta hubungan dari kedua tipe, adalah mungkin untuk menentukan jenis kelamin dari seseorang dalam investigasi forensic Kesimpulan Korelasi antara sidik bibir dan pola sidik jari akan membantu dalam berbagai kasus kejahatan, hukum dan keadilan .Ini dapat membantu dalam membatasi salah identifikasi dan akan bertindak sebagai alat tambahan dalam ilmu forensic. Identifikasi individu, hidup atau mati didasarkan pada teori bahwa semua individu adalah unik. Sama uniknya dengan suatu karakter, perbandingan kelompok menjadi lebih kecil hingga mencapai kesatuan . Pada saat itu , identifikasi dapat dibuat . Investigasi kriminal modern telah mencapai titik kecanggihan tetap membutuhkan keterlibatan banyak disiplin untuk memecahkan kejahatan . Masing-masing disiplin memecahkan bagian dari teka-teki sampai lengkap. Hal ini penting untuk memahami apa yang setiap ahli forensic harus tawarkan.Banyak lembaga penegak hukum tidak sadar bertapa penting kegunaan sidik bibir dan sidik jari berkorelasi dalam mengidentifikasi tersangka , dan sebagai akibatnya , bukti yang penting menjadi hilang. Dengan jumlah yang meningkat kejahatan yang belum terpecahkan, peradilan pidana masyarakat harus melihat dengan serius setiap metode baru yang memberikan bukti diperlukan untuk mendapatkan keyakinan .Aparat hukum harus mulai mempertimbangkan korelasi analisa sidik bibir dan sidik jari sebagai alat lain yang akan digunakan untuk memecahkan kejahatan . Jika jenis kelamin individu diketahui, hal ini akan memudahkan untuk mengurangi daftar tersangka dengan motif untuk kejahatan. Penelitian ini mampu menyampaikan bahwa korelasi antara sidik bibir dan sidik jari akan berguna dalam ilmu forensik untuk penentuan jenis kelamin individu . Hasil yang diperoleh penelitian ini tidak terbukti menjadi metode yang sempurna tapi ini adalah untuk mendapatkan satu langkah lebih dekat dengan kebenaran . Meskipun metode yang 100% akurat , korelasi dapat digunakan sebagai alat tambahan dalam penentuan jenis kelamin .

Referansi

1. Vahanwala Sonal, Nayak C.D Pagara S.S. Study of lip prints as aid for Sex Determination. Medical journal. 2005, 5(3). 2. Michael D Frick, Shimon K Modi, Stephen J Elliot, Eric P Kukula. Impact of Gender on Fingerprint Recognition systems. 5th international conference on information technology and application, 2008. 3. Preeti Sharma, Susmita Saxena, Vanita Rathod. Cheiloscopy: The study of lip prints in Sex Identification. JFDS, 2009 Jan; 1(1). 4. C.Stavrianos, A.Kokkas, A.Elides and E.Andreopoulos. Applications of Forensic Dentistry. Research Journal of Medical Sciences.2010; 4(3):187-194. 5. Shailesh M Gondivkar, Atul Indurkar, Shirish Degwekar, Rahul Bhowate. Cheiloscopy for sex determination. Journal of Forensic Dental Sciences.2009; 1(2):56-60. 6. T.R.saraswathi,Gauri Mishra,K Ranganathan. Study of Lip Prints. Journal of Forensic Dental Sciences.2009; 1(1):28-31. 7. Harpreet Singh, Pankaj Chhikara, et al. Lip Prints as Evidence. Journal of Punjab Academy and Forensic Medicine Toxicology 2011; 11(1). 8. Reddy GG. Finger dermatioglyphics of the Bagathas of Araku valley (Andhra Pradesh) India. J Phys Anthropol, 1975(March); 42(2):225-8. 9. Muralidhar Reddy Sangam et al. A study of finger prints: Bilateral asymmetry and sex difference in region of Andhra Pradesh. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 2011(June); 5(3):597-600. 10. Prateek Rastogi, Ms. Keerthi R Pillai et al. A study of fingerprints in relation to gender and blood group J Indian Acad Forensic Med, 32(1).