jika aku menjadi

3
Jika Aku Menjadi Tokoh Agama Desa Ciranjeng Di zaman dahulu masjid merupakan pusat peradaban Agama Islam, bukan hanya tempat sholat ataupun ibadah yang bersifat ritual lainnya. Sebelum adanya pesantren Tahfidz Mari Beriman di Desa Ciranjeng, Masjid At-Taqwa menjadi pusat pendidikan agama bahkan pendidikan umum seperti bahasa asing dan ilmu pengetahuan umum. Namun dengan adanya pesantren tahfidz 2 tahun yang lalu, pengajian khususnya anak-anak hanya difokuskan pada hafalan Al-Qur’an. Hal ini saya pandang sebagai ketidakseimbangan, karena Islam tidak hanya mencakup hafalan Al-Qur’an namun seluruh aspek kehidupan penganutnya. Desa Ciranjeng merupakan desa yang sedang menciptakan masyarakat yang Islami, penduduknya 100% menganut agama Islam. Anak tingkat sekolah dasar mulai dari kelas II sudah dianjurkan memakai jilbab, selain itu mulai tahun ajaran 2015 mereka diwajibkan untuk mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah sepulang sekolah. Disamping pendidikan di sekolah, anak SD Ciranjeng aktif menghafal Al-Qur’an di pesantren tahfidz. Melalui observasi dalam waktu sebulan lamanya, anak-anak desa Ciranjeng memang sangat bagus dalam hafalan Al-Qur’an namun kurang dalam pengetahuan umum lainnya baik dari keagamaan atau global. Maka dari itu diperlukan perubahan materi pendidikan agama di Desa Ciranjeng. Optimalisasi fungsi MD (Madrasah Diniyah) sebagai sarana pembelajaran agama menjadi salah satu pilihan agar terpenuhinya pendidikan agama secara menyeluruh. Namun guru MD sangat perlu memerhatikan metode dalam penyampaian materi agar anak tidak jenuh dalam belajar. Penerapan metode belajar sambil bermain masih diperlukan bagi anak usia SD. Menanamkan jiwa gemar

Upload: ssandraliani

Post on 13-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Tentang Ciranjeng

TRANSCRIPT

Page 1: Jika Aku Menjadi

Jika Aku Menjadi Tokoh Agama Desa Ciranjeng

Di zaman dahulu masjid merupakan pusat peradaban Agama Islam, bukan hanya tempat sholat ataupun ibadah yang bersifat ritual lainnya. Sebelum adanya pesantren Tahfidz Mari Beriman di Desa Ciranjeng, Masjid At-Taqwa menjadi pusat pendidikan agama bahkan pendidikan umum seperti bahasa asing dan ilmu pengetahuan umum. Namun dengan adanya pesantren tahfidz 2 tahun yang lalu, pengajian khususnya anak-anak hanya difokuskan pada hafalan Al-Qur’an. Hal ini saya pandang sebagai ketidakseimbangan, karena Islam tidak hanya mencakup hafalan Al-Qur’an namun seluruh aspek kehidupan penganutnya.

Desa Ciranjeng merupakan desa yang sedang menciptakan masyarakat yang Islami, penduduknya 100% menganut agama Islam. Anak tingkat sekolah dasar mulai dari kelas II sudah dianjurkan memakai jilbab, selain itu mulai tahun ajaran 2015 mereka diwajibkan untuk mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah sepulang sekolah. Disamping pendidikan di sekolah, anak SD Ciranjeng aktif menghafal Al-Qur’an di pesantren tahfidz. Melalui observasi dalam waktu sebulan lamanya, anak-anak desa Ciranjeng memang sangat bagus dalam hafalan Al-Qur’an namun kurang dalam pengetahuan umum lainnya baik dari keagamaan atau global. Maka dari itu diperlukan perubahan materi pendidikan agama di Desa Ciranjeng.

Optimalisasi fungsi MD (Madrasah Diniyah) sebagai sarana pembelajaran agama menjadi salah satu pilihan agar terpenuhinya pendidikan agama secara menyeluruh. Namun guru MD sangat perlu memerhatikan metode dalam penyampaian materi agar anak tidak jenuh dalam belajar. Penerapan metode belajar sambil bermain masih diperlukan bagi anak usia SD. Menanamkan jiwa gemar membaca dengan menyediakan buku bacaan yang menarik bagi anak akan menjadikan anak pribadi muslim yang berwawasan luas sehingga menunjang proses pendidikan Islam yang sedang dijalankan di MD.

Pesantren tahfidz pun harus dilakukan peningkatan materi. Setelah anak mampu menghafal 15 Juz, diberikan materi tambahan tentang menerjemahkan Al-Qur’an agar memantapkan hafalan yang sudah didapat dengan cara mengetahui arti dari apa yang telah dihafalkan. Menurut sebagian penghafal Qur’an dengan mengetahui terjemah dari ayat yang dihafalkan lebih memudahkan dalam menambah dan mempertahankan hafalannya. Namun metode ini juga harus mempertimbangkan usia atau lebih tepatnya kualitas intelektual santri tahfidz, maka harus diadakan tes tertentu dalam penentuan kelas-kelas agar dapat meningatkan kualitas dan kuantitas hafalan tiap santri.

Para orang tua di Ciranjeng pun secara bertahap mulai mengikuti kegiatan menghafal Al-Qur’an di pesantren tahfidz tersebut. Ini menjadi peluang yang sangat baik sekali dalam meningkatkan frekuensi menghafal anak, karena selain

Page 2: Jika Aku Menjadi

dilakukan di tahfidz anak mampu melakukannya di rumah secara mandiri dengan orang tuanya. Jika seluruh orang tua di Ciranjeng sudah mampu membimbing anaknya secara mandiri dalam menghafal Al-Qur’an, maka kegiatan menghafal di tahfidz menjadi berkurang waktunya dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Penggalian serta pengasahan bakat dapat menjadi salah satu agenda yang menarik bagi anak. Bakat yang ditemukan dan diasah sejak dini akan menjadikan anak berkarakter dan percaya diri, dan ini merupakan salah satu ciri dari pendidikan Islam yang membebaskan setiap pemeluknya mencari ilmu sebanyak-banyaknya namun tetap fokus pada keahlian diri.

Mengoptimalkan fungsi MD, pemberian motivasi belajar, pengadaan buku bacaan anak, metode belajar dengan permainan, serta materi tambahan terjemah Al-Qur’an dan pengasahan bakat, dapat menjadi solusi untuk menyeimbangkan pendidikan agama Islam yang ada di Desa Ciranjeng. Dengan beberapa solusi sederhana tersebut, masyarakat Ciranjeng dapat menerapkannya secara bertahap dan kontinyu demi terciptanya masyarakat Ciranjeng yang religius seperti visi yang disampaikan oleh Sang Kepala Desa.