jihad ala netter intelektual muda muslim di dunia digital
DESCRIPTION
esayTRANSCRIPT
-
Jihad ala Netter Intelektual Muda Muslim di Dunia Digital
Semarak millennium ketiga telah diramaikan manusia dengan hentakan hentakan
menuju babak sebuah peradaban baru. Sebuah langkah maju bukti keberhasilan manusia
menapak tangga kemajuan ilmu pengetahuan yang selalu dinamis di sepanjang sejarah
peradaban. Salah satu yang terlihat kentara dan kasat mata adalah perkembangan pesat
dunia teknologi informasi. Merunut data yang dilansir oleh majalah info computer,
dicatat bahwa pertumbuhan dunia teknologi informasi berkisar sekitar 18,75 persen
pertahun. Prosentasi yang mengejutkan mengingat bahwa dunia ini tergolong pendatang
baru di beberapa dekade terakhir.
Dunia tersebut kian hari kian melesat berkembang seiring hausnya manusia
akan asupan informasi disetiap waktu. Supporting tool teknologi informasi mengalami
perkembangan mengiringi semakin dibutuhkannya media untuk mempermudah akses
transfer informasi yang seolah bak aliran darah di tubuh manusia. Telepon genggam
yang pada awalnya hanya digunakan untuk mengirim seraya menerima pesan, kini telah
berkembang kian canggih. Di era ini, ponsel tak sekedar menjadi alat komunikasi.
Handphone makin memanjakan penggunanya dengan aneka fitur dan media informasi
dan komunikasi . Facebook dan Twitter sebagai media sosial juga telah diaplikasikan ke
dalam telepon genggam. Selain itu kecanggihan gadget dunia informatika juga merasuk
ke bilik bilik rumah tangga. Amazon Instant Video, Netflix serta Vudu sebagai televisi
Internet dengan kecepatan koneksi Internet dengan teknologi Wi-MAX atau Long Term
Evolution yang begitu membludak diminati publik seperti menambah sederet opini
bahwa kian lama masyarakat kita kian terikat sebagai komunitas digital dimana media
komunikasi dan informasi bak menjadi santapan tiap hari bahkan di tiap detiknya.
Perkawinan teknologi transmisi mutakhir dengan computer telah melahirkan
new age di perjalanan peradaban manusia. Dunia informasi digital bak piranti layar
sentuh ini membuat sedemikian mudah manusia dapat tersambung dengan mitranya di
seluruh belahan dunia dengan sekali klik saja. Dunia teknologi informasi ini
menawarkan segala kemudahan, tanpa tersulitkan dengan kendala jarak dan waktu.
Lingkaran Hitam Putih bagi Muslim di Era Informatika
-
Informasi menjadi kebutuhan di setiap jengkal manusia berada. Era informatika
telah melingkupi seluruh belahan dunia. Salah satunya wahana informan raksasa
sekarang adalah media internet. Media ini yang tengah menjadi teman familiar bagi
manusia seantero dunia. Ketergantungan manusia dengan kemunculan produk ini
memang mendarah daging. Internet telah dianggap menjadi sekian dari key password
aktivitas manusia. Jaringan dunia maya seolah menjadi dunia kedua yang belum bisa
terpisahkan dari kehidupan manusia. Begitupula dengan kaum muslimin. Sebagai salah
satu komponen penduduk dunia, kaum muslimin mau tak mau juga akan terkena
dampak dari melejitnya era informatika yang mendunia.
Meninjau dampaknya dari segi putih dan hitam bagi kaum muslim, keduannya
tentulah pasti ada. Mencoba untuk mengurai benang putih kemanfaatan yang dapat
diambil dari melesatnya media informasi dan komunikasi ini bagi kaum muslimin,yakni
media ini dapat dimanfaatkan untuk mempermudah kaum muslim menyerap informasi
dan memperoleh akses komunikasi di dunia yang luas, namun disisi yang lain, dunia
teknologi informasi ini juga menjadi tantangan dan ancaman yang cukup diperhitungkan
bagi kaum muslimin. Dunia klik ini terkadang telah menjadi medan yang sulit dan
ujian yang tajam bagi kaum muslimin sekaligus juga berpotensi menjebak kaum muslim
untuk terpeleset ke jalan yang tidak dibenarkan
Seperti yang diungkapkan pengamat dunia informasi, Chellin Cheeri, bahwa
perkembangan teknologi komunikasi yang cepat telah mengakibatkan adanya ledakan (
explosion) besar besaran. Arus lalu lintas informasi telah berlipat ganda secara
geometrik, dan berkonsekuensi dengan jumlah kontak komunikasi global yang
membludak menjadi salah satu pemicu lahirnya Globall village. Globall village sendiri
adalah fenomena yang merupakan konsekuensi dari era informasi global yang semakin
meluas, dimana negara negara akan masuk berada dalam lingkup satu lingkar dunia, dan
tapal batas antar negara telah menembus dimensi ruang dan waktu sehingga tak ayal
dikatakan bahwa sekat antar negara menjadi kabur.
Hal tersebut berdampak dengan ancaman adanya penetrasi budaya secara besar
besaran. Ekspansi budaya, pemikiran, lifestyle dan seabrek produk pemikiran impor dari
Barat yang sarat nuansa hedonisme, feodal dan liberal taksadar telah merasuk ke fitur
fitur hiburan di layar layar kaca dan media digital kaum muslim. Selain itu pergeseran
-
norma dan budaya yang berkembang. Standar etika dan norma sudah tak cukup
diperhitungkan dalam ukuran untuk menakar pertimbangan sebuah tindakan. Belum
lagi tentang sebaran virus model gaya hidup yang ditawarkan yang mengkiblatkan diri
pada life style kebarat baratan. Legalisasi hal hal terlarang juga begitu diumbar
sembarangan di pojok pojok situs hitam yang bertebaran. Kondisi tersebut telah
berpengaruh terhadap kontrol moral yang kian menipis. Dunia di balik bilik ini memang
dunia tak kasat mata dan tersembunyi, namun sejatinya memiliki efek ledak yang
bahkan jauh lebih menyeramkan daripada di dunia nyata.
Jihad ala Netter Intelektual Muda Muslim di Dunia Digital
Mahasiswa selalu identik dengan intelektualitas. Kemafhuman atas predikat
maha yang bertengger di kata depan sebelum siswa tentu membuat stigma
mahasiswa sebagai kaum intelektual, tak lagi menjadi diksi yang asing di telinga.
Mahasiswa juga digadang gadang menjadi aktor perubahan. Mahasiswa dengan slogan
klasiknya, agent of change dan iron stock menjadi tumpuan masyrakat untuk mampu
berperan sebagai kontributor vital dalam menapak perjalanan bangsa.
Tidak sekedar huruf berjajajar, slogan slogan diatas ternyata telah mampu
dibuktikan karya nyatanya oleh mahasiswa muslim. Merunut kembali layar sejarah,
Mahasiswa muslim ternyata menjadi salah satu komponen inisiator perkembangan
media teknologi informasi di Indonesia. Di awal perkembanganya, kemunculan Isnet
(the Islamic Network), milis yang dibuat mahasiswa Muslim Indonesia yang berkuliah
di Amerika Serikat, menjadi salah satu pioneer dialog agama di dunia maya. Adanya
langkah inovatif mahasiswa ini, tentu akan lebih menguatkan sebuah stigma, bahwa
sejak puluhan tahun lalu pun, meski tetaplah sosok mahasiswa dengan segudang
pemikiran dan idealismennya, namun mereka mampu menginisiasi awal sebuah
perkembangan dunia dibalik jendela, dunia global dan maha luas, yang masih begitu
asing di telinga rakyat Indonesia kala itu. Mahasiswa muslim mampu membuka mata
publik bahwa mereka bisa selangkah lebih maju
Oleh karena itu, dalam menanggapi adanya efek dari lingkaran hitam dan putih
bagi umat muslim di era digital yang tersebut diatas, mahasiswa muslim selaku salah
satu golongan dengan prosentasi besar, yakni masuk dalam kategori muda dan remaja
-
dimana menempati sekitar 65% dari total sekian juta user wahana teknologi informasi,
diharapkan di malang melintang dunia digital ini dengan berbagai cerita dan
fenomenanya, mereka dapat mengambil langkah cerdas dan bijak dalam merumuskan
strategi untuk mampu mengambil sari atas mutiara kebaikan kebaikannya
sekaligusmenjadi pagar betis dari garis garis hitamnya. Kaum intelektual muslim muda
ini, telah ditunggu tunggu untuk menjadi persemaian harapan bagi umat muslim.
Mahasiswa muslim diharapkan mampu menjadi garda terdepan untuk mampu
memanfaatkan peluang kebaikan di era digital ini.
Salah satu strategi ala mahasiswa muslim yang dapat dilakukan adalah melalui
Jihad versi digital. Jihad bukan berarti selalu identik dengan peperangan. Dalam Islam,
seperti yang ditulis oleh KH Ali Yafie (1999), jihad bisa dikategorikan menjadi empat
macam, yaitu jihad al-harb (jihad ke medan perang), jihad al-nafs (jihad melawan hawa
nafsu), jihad al-usrah (jihad dalam keluarga), dan jihad al-mujtama' (jihad dalam
masyarakat). Dalam pemaknaan yang lebih implisit jihad adalah adalah bentuk dari
sebuah konsekuensi keimanan atau religiositas.
Dalam kaitannya dengan mengais peluang kebaikan di dunia kabel kabel
informasi, penulis berpendapat bahwa setidaknya ada dua macam jihad yang hendaknya
para mahasiswa muslim lakukan. Yakni aksi bagian dari Jihad untuk masyarakat atau
khalayak luas yang termaktub dalam kategori jihad al-mujtama' dan aksi upaya
pertahanan diri para netter (sebutan untuk para peselancar dunia maya) muslim untuk
mengendalikan hawa nafsunya menghadapi terjangan godaan di dunia ketika
berselancar maya yang termasuk dalam jihad al-nafs
Dalam upaya jihad al-mujtama' untuk mensholihkan masyarakat, seorang
mahasiswa muslim sepantasnya mengoptimalkan aksi dakwah di sisi kebaikan untuk
menjadi salah satu peluang. Karena lewat dakwahlah, pesan ajaran Islam mampu
tersampaikan kepada objeknya. Adanya kemudahan dan fleksibilitas dari dunia
teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam penyebaran dakwah
islamiyah Dakwah di dunia digital melalui media internet dan jejaring komunikasi yang
lainnya untuk menyebarkan kebenaran ajaran Islam keseluruh penjuru dunia, dianggap
sebagai sebuah inovasi yang menguntungkan bagi perkembangan syiar islam. Seperti
yang kita tahu bahwa era kemajuan infomasi telah menciptakan ribuan server yang
-
dapat membreakdown informasi dalam tempo edar yang kian pendek dan cakupan yang
luas. Hal ini dapat menjadi kans besar bagi dakwah islam, untuk lebih berkembang tidak
sekedar berkutat di alam konvensional namun juga merasuk ke dunia yang lebih lebar
lagi hingga syiar dakwah akan dapat tersasar pada objek yang lebih besar dengan
cakupan area dakwah yang semakin mendunia. Dengan karunia berupa kekuatan, kreasi
serta ide ide yang masih segar, tentu akan muncul banyak inisiasi kreatif yang bisa
dimunculkan oleh netter mahasiswa muslim untuk mampu menggemilangkan peluang
emas ini
Bertebarannya situs muslim dan berbagai macam bentuk media muslim yang
menyajikan menu informasi berbasis keislaman yang positif baik kepada internal umat
Islam sendiri maupun kalangan diluar islam menjadi suatu action yang seharusnya
senantiasa diupayakan kaum muslim untuk tetap bisa eksis dan bertumbuhkembang
setiap saat. Mahasiswa muslim dengan berbekal daya nalar tinggi dan intelektualitasnya
bisa mengambil peluang untuk berperan aktif disana.
Keberhasilan salah satu situs Islam di sebuah tempat di luar negeri yang mampu
mengislamkan ratusan para jamaah mayanya dari berbagai bangsa serta fenomena
Moslem Booming di AS paska Black Tuesday 11 september yang menjadi efek dari
semakin gencarnya muslim menyuarakan kebenaran di ranah media informasi menjadi
salah satu bukti bahwa keberadaan media kaum muslim yang mendunia di era ini
memang selayaknya dibutuhkan. Sediaan informasi yang bersumber dari pusat yang
shohih ini akan mampu menjadi corong umat Islam untuk berbicara dari satu personal
computer ke personel computer lainnya yang terhubung di seantero dunia. Kabel kabel
informasi ini dapat mengalirkan pesan pesan kebaikan Islam secara utuh dan
menyeluruh, bukan sekedar spekulasi atau syak (prasangka) belaka yang kerap
menghinggapi kalangan di luar umat muslim.
Selain dakwah via digital tersebut, Netter muslim selayaknya juga sigap
menangkis banyaknya flood information ( banjir informasi) yang menyerbu masyarakat,
karena aroma provokasi memecah belah umat kerap kali berhembus di dunia maya dan
dimana hal tersebut juga sering menimbulkan perselisihan. Mahasiswa muslim
hendaknya tidak mudah terpengaruh dengan setiap informasi yang datang, sepantasnya
mereka juga turut menjadi corong bagi umat untuk menyebarkan informasi yang benar
-
dan melakukan tabayayyun serta checking pada informasi yang datang dan tersebar di
wahana komunikasi dan informasi. Setiap informasi memang sudah seharusnya untuk
diteliti asal muasal dan kebenaranyya.
Hal tersebut mengingat bahwa kaum muslim sekarang tengah dihantui media
raksasa dunia yang dikuasai negara sekutu Barat yang bergentayangan dengan opini
kebathilan. Dan yang sekarang dapat kita baca adalah upaya Barat untuk lebih jauh
menguasai kabel kabel informasi dunia. Dunia informasi digital dan media menjadi
lahan empuk yang dimanfaatkan Barat untuk menodai citra Islam dan menjatuhkannya
lewat edaran informasi yang penuh intrik dan kedustaan. Untuk itu media Islam sangat
diperlukan sebagai counter atau perlawanan terhadap opini bernuansa bathil yang
dilancarkan. Hal ini juga menjadi salah satu upaya untuk mengangkat harga diri kaum
muslimin.
Sedangkan yang terkait dengan jihad al nafs, penulis memaparkan beberapa
gagasan dan pandangan yang sekiranya mampu untuk di kejawentahkan dalam nilai
nilai moral di tataran aplikasi secara personal.
Pertama adalah memegang kendali niat. Mahasiswa Netter muslim seharusnya
mengendalikan niat pada posisi utama. Sebagaimana para ulama mengatakan bahwa
niatan adalah poros perbuatan. Memancang niat di awal, untuk beramal sholih dan
meraih serta menebar kebaikan sebanyak banyaknya lewat media ini harus menjadi
prioritas pertama sebelum niat yang lainnya. Apabila niatan kebaikan di awal sudah
terlupakan, maka yang banyak terjadi adalah keterlenaan. Dunia maya begitu
menggoda, hingga bahkan manusia tidak tersadar telah terperdaya. Oleh karena itu,
hendaknya setiap diri harus menanamkan ini pada masing masing pribadi sebagai
komitmen personal. Mahasiswa muslim sepantasnya untuk menepis niatan yang tidak
sesuai atau justru menyimpang dari koridor syariat.
Hal kedua adalah mengatur batas waktu. Tanpa adanya komitmen untuk
membatasi waktu sejak awal, waktu para netter akan mudah terbuang pada hal yang
bersifat ghulluw ( kesia siaan ) dan ifrath (berlebihan) ketika berselancar di dunia maya.
Aktivitas nongkrong di internet berlama lama hanya untuk sekedar ber facebook atau
twitter ria atau aktivitas game online chatting, koprol, dan sebagainya secara berlebihan
-
akan menurunkan daya produktivitas dan keterjagaan terhadap waktu waktu ibadah.
Waktu hanya akan terbuang sia sia tanpa ada hasil produktif yang nyata dan progress
ibadah yang gradual. Maka, dari itu Netter harus mampu cerdas mengatur interaksinya
dengan dunia ini di batas kewajaran dan kebutuhan secara rasional dan mengendalikan
hasratnya untuk berlama lama melanglang wahana online
Ketiga, Netter muslim sudah seharusnya tetap menjaga akhlak dan rasa malu
ketika berselancar di dunia maya. Sebagaimana umat islam mengenal konsep ihsan
sebagai salah satu pilar setelah islam dan iman, maka sudah seharusnya nilai nilai ihsan
harus masing ditanamakan sebagai akhlak masing masing personal. Merasa bahwa
betapa luasnya dunia yang dikunjungi dan apapun bentuk yang dilihat pasti takkan
luput dari pengawasan Allah azza wa jalla. Sehingga hal ini menjadi filter di garda
terdepan pertahanan untuk menghadapi dunia yang begitu luas ini. Bagaimanapun juga
self controlling adalah kontrol paling efektif untuk memagari diri sekaligus sebagai
imunitas jiwa dari hal-hal yang tidak benar sehingga hal yang tidak baik yang diperoleh
tidak akan berpengaruh atau bahkan merubah akhlak dan kepribadian.
Pada akhirnya sebagai penutup, penulis menyimpulkan bahwa bagaimanapaun
juga, tak bisa disangkal lagi, mahasiswa muslim mewakili komponen kaum muslim
pada umumnya memang sudah selayaknya bersegera untuk dapat mengoptimalkan
kemajuan media teknologi informasi dunia demi kebaikan dan kepentingan diinul haqq
ini. Mengutup pernyataan Prof. Dr. Ichlasul Amal, Komite Dewan Pers Nasional bahwa
segenap kaum muslim sejatinya memiliki kewajiban bersama untuk dapat mendukung
perkembangan media informasi yang membawa misi keislaman. Dengan melakukan hal
tersebut, setidaknya kita telah selangkah lebih maju berkontribusi menghadapi
gempuran perang pemikiran yang mengancam umat.