jenis tanah

3
1. Tanah Humus Tanah Humus berada di lapisan atas, berwarna gelap, dan bersifat gembur.Tanah humus terbentuk dari pembusukan tumbuhan-tumbuhan. Tanah humus banyak ditemukan di hutan tropis termasuk di Indonesia. 2. Tanah Kapur Tanah kapur terbuat dari pelapukan batuan kapur. Tanah kapur sangat mudah dilalui air dan sedikit mengandung humus. Tanah jenis ini cocok untuk pertumbuhan jati. 3. Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk di daerah rawa. Tanah ini bersifat asam, berwarna gelap, dan bertekstur lunak dan basah. Tanah gambut kurang subur sehingga tak cocok untuk pertanian. 4. Tanah Vulkanik Tanah Vulkanik banyak terdapat di lereng gunung berapi. Tanah ini terbentuk dari material abu yang tertinggal setelah terjadi letusan gunung berapi. Tanah ini bersifat sangat subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam. 5. Tanah Pasir Tanah Pasir sangat mudah dilalui air atau bersifat porous. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah pasir kurang baik bagi pertanian, karena mengandung sedikit humus, tetapi cocok untuk bahan bangunan. 6. Tanah Podzolik Tanag Podzolik mudah ditemukan di pegunungan bercurah tinggi dan beriklim sedang.Tanah jenis ini terbetuk dari pelapukan batuan yang mengandung banyak kuarsa sehingga warna tanah ini kecoklatan. Tanah ini kurang sur karena mineral terbawa oeh air hujan. 7. Tanah Aluvial Tanah Aluvial disebut juga tanah endapan karena terbentukdari endapan

Upload: ebran-andromeda

Post on 28-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jenis tanah

1. Tanah Humus 

Tanah Humus berada di lapisan atas, berwarna gelap, dan bersifat gembur.Tanah humus terbentuk dari pembusukan tumbuhan-tumbuhan. Tanah humus banyak ditemukan di hutan tropis termasuk di Indonesia. 

2. Tanah Kapur 

Tanah kapur terbuat dari pelapukan batuan kapur. Tanah kapur sangat mudah dilalui air dan sedikit mengandung humus. Tanah jenis ini cocok untuk pertumbuhan jati. 

3. Tanah Gambut 

Tanah gambut terbentuk di daerah rawa. Tanah ini bersifat asam, berwarna gelap, dan bertekstur lunak dan basah. Tanah gambut kurang subur sehingga tak cocok untuk pertanian. 

4. Tanah Vulkanik 

Tanah Vulkanik banyak terdapat di lereng gunung berapi. Tanah ini terbentuk dari material abu yang tertinggal setelah terjadi letusan gunung berapi. Tanah ini bersifat sangat subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam. 

5. Tanah Pasir 

Tanah Pasir sangat mudah dilalui air atau bersifat porous. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah pasir kurang baik bagi pertanian, karena mengandung sedikit humus, tetapi cocok untuk bahan bangunan. 

6. Tanah Podzolik 

Tanag Podzolik mudah ditemukan di pegunungan bercurah tinggi dan beriklim sedang.Tanah jenis ini terbetuk dari pelapukan batuan yang mengandung banyak kuarsa sehingga warna tanah ini kecoklatan. Tanah ini kurang sur karena mineral terbawa oeh air hujan. 

7. Tanah Aluvial 

Tanah Aluvial disebut juga tanah endapan karena terbentukdari endapan lumpur yang terbawa air hujan ke dataran rendah. Tanah ini bersifat subur karena terbentuk dari kikisan tanah humus. 

8. Tanah Laterit 

Tanah Laterit berada di lapisan bawah. Tanah ini berwarna kemera-merahan dan tidak subur. 

9. Tanah Liat 

Tanah liat tau lempung terdiri atas butiran-butiran liat yang halus sehingga bersifat liat. Tanah ini sukar dilalui air, tetapi mudah dibentuk sehingga dimanfaatkan untuk membuat gerabah

Page 2: Jenis tanah

Tanah Pasir

Tanah pasir merupakan tanah yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki

butir kasar dan berkerikil. Kapasitas serap air pada tanah pasir sangat rendah, ini disebabkan

karena tanah pasir tersusun atas 70% partikel tanah berukuran besar (0,02-2mm). 

Tanah pasir bertekstur kasar, dicirikan adanya ruang pori besar diantara butir-butirnya. Kondisi ini

menyebabkan tanah menjadi berstruktur lepas dan gembur. Melihat dari ciri-ciri tanah pasir tersebut

dapat dengan mudah dijelaskan bahwa tanah pasir memiliki kemampuan mengikat air yang sangat

rendah.

Tanah pasir sangat tidak cocok digunakan sebagai media tanam disebabkan tanah ini memiliki

partikel besar kurang dapat menahan air. Air dalam tanah akan berinfiltrasi, bergerak ke bawah

melalui rongga tanah. Akibatnya tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kondisi semacam ini

apabila berlangsung terus menerus dapat mematikan tanaman.