jenis pengujian

18
JENIS-JENIS PENGUJIAN Dalam mengembangkan keseluruhan rencana audit, Auditor memiliki lima jenis pengujian (testing) yang dapat digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko salah saji material. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur audit lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang teridentifikasi. Prosedur Pengukuran Risiko Standar pekerjaan lapangan kedua adalah mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk mengukur risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien. Dalam Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Pengujian Pengendalian Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan efektivitas kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian yang diterapkan untuk menilai control risk (risiko pengendalian) Pengujian tersebut meliputi jenis prosedur audit sebagai berikut :

Upload: rudi-hartono

Post on 20-Oct-2015

840 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

audit

TRANSCRIPT

Page 1: JENIS PENGUJIAN

JENIS-JENIS PENGUJIAN

Dalam mengembangkan keseluruhan rencana audit, Auditor memiliki lima jenis

pengujian (testing) yang dapat digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah

disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai

risiko salah saji material. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur audit

lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang teridentifikasi.

Prosedur Pengukuran Risiko

Standar pekerjaan lapangan kedua adalah mengharuskan auditor untuk mendapatkan

pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk

mengukur risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien. Dalam Prosedur

pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.

Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis,

serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian terhadap salah saji material

sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350).

Pengujian Pengendalian

Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan efektivitas

kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian yang diterapkan untuk

menilai control risk (risiko pengendalian) Pengujian tersebut meliputi jenis prosedur audit

sebagai berikut :

Meminta keterangan dari personil klien

Menguji dokumen, arsip, dan laporan

Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian

Melaksanakan kembali prosedur klien

Dua prosedur yang pertama sama dengan jenis bahan bukti yang diperoleh dalam memahami

struktur pengendalian intern. Sehingga, penetapan resiko pengendalian dan pengujian atas

pengendalian dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari prosedur audit yang digunakan untuk

memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern. Perbedaan utama adalah bahwa

dengan pengujian atas pengendalian tersebut, tujuan menjadi lebih spesifik dan pengujian

menjadi ekstensif.

Pengujian Substantif Transaksi

Page 2: JENIS PENGUJIAN

Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk menguji

kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran

saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji moneter (dalam

satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo

laporan keuangan. Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan

apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan

dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.

Prosedur Analitis

Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka

tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi rasio

yang dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio

average industry. Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :

a. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan

b. Mengurangi  pengujian audit yang lebih rinci

Pengujian Terinci atas Saldo   

Pengujian Terinci atas Saldo merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji

moneter (monetary misstatement) untuk menentukan apakah  9 balance-related audit

objective (tujuan audit terkait dengan saldo) telah terpenuhi. DTOB berfokus pada saldo

akhir buku besar, baik untuk neraca maupun laba-rugi, dengan penekanan utama pada angka-

angka di neraca saldo. Pengujian terinci atas saldo akhir tersebut penting dalam pelaksanaan

audit, karena bahan bukti diperoleh dari sumber yang independen dari klien sehingga dinilai

berkualitas tinggi.

MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN

Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas

laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih

dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk ketersediaan

kedelapan bukti, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektivitas pengendalian internal serta

risiko bawaan. Hanya dua faktor pertama yang akan dibahas lebih lanjut karena dua sisanya

telah dibahas pada bab sebelumnya.

Page 3: JENIS PENGUJIAN

Ketersediaan Jenis Bukti Prosedur Audit Lanjutan

Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan jenis bukti audit

(konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya)

Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam.

Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.

Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.

Dokumentasi digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.

Pengerjaan ulang digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan satu

pengecualian.

Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas transaksi ketika

melakukan pengujian substantif transaksi dan saldo akun ketika melakukan pengujian atas

perincian saldo.

Biaya-Biaya Relatif

Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk

mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk dipertimbangkan. Jenis

pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya dari yang terendah

sampai ke yang tertinggi:

Prosedur analitis

Prosedur penilaian resiko termasuk prosedur untuk mendapat pemahaman atas pengendalian

internal.

Pengujian pengendalian.

Pengujian substantif transaksi.

Pengujian terperinci saldo.

Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah sedangkan

prosedur penilian resiko tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat dengan

mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur

analitis. Namun demikian pengujian pengendalian juga lebih mahal dibandingkan dengan

prosedur penilaian resiko karena lebih luas daripada pengujian yang dihariskan utuk

mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika

pengujian pengendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Pengujian substantif

transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatlkan

Page 4: JENIS PENGUJIAN

pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya sering kali melibatkan penghitungan ulang dan

penelusuran. Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal dibandingkan dengan jenis

prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan penghitungan

persediaan

Hubungan Pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substantif

Suatu pengecualian dalam pegujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah

saji yang mempengarihui nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian

dalam pengjuian substantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah

saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian dinamakan deviasi

uji pengendalian. Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberpa pengujian pengerjaan dan

penghitungan ulang, banyak auditor yang melakukannya sebagai bagian dari pengujian atas

pengendalian awal. Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil

dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang diperlukan.

Hubungan Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif

Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan

kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Ketika

prosedur analitis mengidentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukan

pengujian substanif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah

saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis substantif dan

meyakini bahwa kemungkinan terjadinya salah saji itu kecil, pengujian substantif lainnya

dapat dikurangi.

Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

Auditor membuat keputusan selama perencanaan apakah akan menetapkan risiko

pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian harus dilakukan untuk

menentukan apakah risiko pengendalian yang ditetapkan akan dibenarkan. Jika risiko

pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum, resiko penemuan yang direncanakan

dalam model risiko audit ditingkatkan sehingga pengujian substantif yang direncanakan dapat

dikurangi.

Dampak Tekonologi Informasi Terhadap Pengujian Audit

Page 5: JENIS PENGUJIAN

Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi resiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan melakukan pengujian subtantif. Contoh, kemungkinan pemasukan atas perubahan informasi yang tidak tepat dapat menjadi lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi itu, auditor harus melakukan pengujian pengendalian untukmendapatkan bukti yang mendukung tingkat resiko pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas sesuatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan komputer (pengendalian otomatis) harus diuji auditor jika auditor menganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan. Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah.

Untuk pengujian pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektivitas pengendalian umum teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program dan pengendalian atas akses. Ketika auditor menguji pengendalian manual yang berdasarkan pada laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelaahan manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.

Bukti Gabungan

Untuk mendapatkan bukti yang tepat dalam memadai untuk menghadapi resiko-resiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian resiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya.

Analisis audit 1

Klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan resiko bawaan rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian subtanstif lainnya. Hal ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dala audit terintegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan perusahaan publik.

Analisi audit 2

Page 6: JENIS PENGUJIAN

Perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberapa resiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih banyak pengujian yang luas yang akan dibutuhka jika resiko bawaan yang khusus ditemukan.

Analisi audit 3

Perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan beberapa resiko bawaan yang signifikan. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Tidak ada pengujian atas pengendalian yang dilakukan karena bergantung pada pengendalian internal tidak tepat ketika pengendaliannya tidak efektif untuk suatu perusahaan non publik. Auditor menekankan pada pengujian terperinci saldo dan pengujian substantif transaksi, namun beberapa prosedur analitis substantif juga dilakukan. Jika auditor sudah memperkirakan akan menemukan salah saji material dalam saldo akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak murah karena jumlah pengujian substantif yang lebih terperinci.

Analisi audit 4

Rencana awal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor menyimplkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak dapat diterima.

Perancangan Program Audit

Perancangan program audit untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan

yang berkaitan dengan transaksi. Auditor juga merancang audit untuk memenuhi tujuan audit

yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Program audit berisi prosedur penilaian

resiko yang dilaksanakan selama tahap perencanaan, program audit bagi kebanyakan audit

juga dirancang dalam tiga bagian tambahan: pengujian pengendalian dan pengujian substantif

atas transaksi, prosedur analitis substansif, dan pengujian rincian saldo.

a. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi

biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas

pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.

Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian

pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Prosedur audit tersebut meliputi

Page 7: JENIS PENGUJIAN

pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, yang bervariasi

tergantung pada penilaian risiko pengendalian. Apabila pengendalian sudah efektif

dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor sangat menekankan pada pengujian

pengendalian. Jika risiko pengendalian dinilai maksimum, hanya pengujian substantif

atas transaksi yang akan digunakan, dengan asumsi audit itu dilakukan atas

perusahaan nonpublik.

Prosedur Audit

Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi risiko pengendalian

yang diperkirakan

1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi

yang diuji.

2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian

untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian

internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko

pengendalian bawah maksimum.

4. Merancang pengujian substantif atas transaksi yang tepat dengan

mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal

b. Prosedur Analitis

Prosedur analitis dilaksanakan selama pengujian substantif, seperti audit piutang

usaha, biasanya lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai

bagian dari perencanaan. Selama tahap perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi

persentasi marjin kotor untuk total penjualan, sementara selama pengujian substantif

atas piutang usaha, auditor mengkalkulasi presentase marjin kotor per bulan atau per

lini bisnis, atau keduanya.

1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha

2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren piutang

usaha.

Page 8: JENIS PENGUJIAN

3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan

4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif

atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.

5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.

6. Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit

yang berkaitan dengan saldo.

c. Program audit ilustratif

Program audit ilustratif dikembangkan setelah mempertimbangkan semua faktor yang

mempengaruhi pengujian rincian saldo dan didasarkan pada beberapa asumsi tentang

risiko inheren, risiko pengendalian, dan hasil dari pengujian pengendalian, pengujian

substantif atas transaksi, serta prosedur analitis substantif.

d. Hubungan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang

berkaitan dengan saldo serta penyajian dan pengungkapan.

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo:

1. Nilai yang dapat direalisasikan

2. Hak dan kewajiban

Hubungan antara prosedur audit yang dilaksanakan untuk memenuhi tujuan audit

yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.

Auditor melaksanakan prosedur audit untuk mendapatkan assurance atau keyakinan

tentang empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyaian dan pengungkapan.

IKHTISAR ISTILAH-ISTILAH PENTING TERKAIT BUKTI

Fase Proses Audit (Phase of The Audit Process) Empat fase proses audit dalam kolom

pertama merupakan cara yang mendasar di mana suatu audit disusun seta menunjukkan

komponen-komponen kunci terhadap keempat fase dalam proses pengauditan ini.

Tujuan Audit (Audit Objectives) Merupakan tujuan-tujuan dalam sustu pengauditan yang

harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelompok transaksi atau

saldo akun telah disajikan secara wajar.

Page 9: JENIS PENGUJIAN

Jenis-jenis Pengujian (Types of Test) Lima jenis pengujian audit yang dibahas sebelumnya

di bab ini yang digunakan auidtor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan

secara wajar dimasukkan dalam kolom ketiga.

Keputusan Bukti (Evidence Decisions) Empat sub kategori keputusan yang dibuat oelh

auditor dalam pengumpulan bukti dimasukkan dalam kolom keempat.

Jenis-jenis Bukti (Types of Evidence) Delapan ketegori luas dalam bukti yang dikumpulkan

auditor dimasukkan dalam kolom terakhir.

Tabel Hubungan Antara Lima IstilahTerkait Bukti

Fase dalam Proses Audit

Tujuan Audit Jenis Pengujian Keputusan Bukti Jenis Bukti

Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit (fase I)

Prosedur penilaian risiko:Prosedur memahami bisnis dan industri klienProsedur memahami pengendalian internalProsedur analitis perencanan

Prosedur auditPenentuan waktu

DokumentasiTanya jawab klienProsedur analitis

Melakukan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi (fase II)

Tujuan audit terkait transaksi :KeterjadianKelengkapanAkurasiPemindahbukuan dan pengikhtisaranKlaisfikasiPenentuan waktu

Prosedur untuk mendapatkan suatu pemahaman dan pengujian atas pengendalian

Pengujian substantif transaksi

Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu

Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu

DokumentasiPengamatanTanya jawab klienPengerjaan ulangPenghitungan ulang

Melakukan prosedur analitis dan pengujian terperinci atas salso (fase III)

Tujuan audit terkait saldo:KeberadaanKelengkapanAkurasiKlasifikasiPisah batasKeterkaitan perincianNilai realisasiHak dan kewajiban

Prosedur analitis

Pengujian terperinci saldo

Prosedur auditPenentuan waktu

Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu

Pemeriksaan fisikKonfirmasiDokumentasiTanya jawabPengerjaan ulangProsedur analitisPenghitungan ulang

Menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit (fase IV)

Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan :Keterjadian serta hak dan kewajibanKelengkapanAkurasi dan penilaianKlasifikasi dan kemampuan untuk memahami

Prosedur analitis

Pengujian terperinci saldo

Prosedur auditPenentuan waktu

Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu

Prosedur analitisDokumentasiTanya jawab klien

Page 10: JENIS PENGUJIAN

IKHTISAR PROSES AUDIT

Fase I : Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit

Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko terkait

dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami industri dan bisnis klien, menilai

risiko bisnis klien, dan melakukan prosedur analitis pendahuluan yang bertujuan untuk

menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima. Di akhir fase I, auditor harus

memiliki suatu rencana audit dan program audit yang sangat jelas untuk audit secara

keseluruhan,

Fase II : Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi selama fase

ini. Tujuan dari fase II adalah untuk :

1. Mendapatkan bukit yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi terhadap

penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor.

2. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi.

Dikarenakan hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi merupakan

penentu utama dari keluasan pengujian terperinci saldo, kedua pengujian tersebut

diselesaikan dua atau tiga bulan sebelum tanggal neraca. Hal itu membantu auditor merevisi

program audit pengujian terperinci saldo untuk hasil-hasil yang tak terduga dalam pengujian

sebelumnya dan untuk menyelesaikan audit sesegera mungkin setelah tanggal neraca.

Untuk sistem akunatnsi yang terkomputerisasi auditor sering kali melakukan pengujian

pengendalian dan pengujian substantif transaksi di sepanjang tahun untuk mengidentifikasi

transaksi yang signifikan atau tidak biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang

dilakukan terhadap program komputer klien.

Fase III : Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian Terperinci Saldo

Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk

menentukan apakah saldo akhir dan catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah

disajikan dengan wajar. Dua kategori umum dalam prosedur umum fase III adalah :

Page 11: JENIS PENGUJIAN

1. Prosedur analitis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-transaksi dan

saldo-saldo akun.

2. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah saji

moneter dalam saldo-saldo akun di laporan keuangan.

Tabel 11-7 menunjukkan prosedur analitis yang dilakukan sebelum dan sesudah tanggal

neraca. Prosedur analitis biasanya dilakukan di awal, dengan menggunakan data awal

sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan pengarahan bagi audit lainnya untuk

bagian-bagian khusus. Tabel 11-7 juga menunjukkan bahwa pengujian terperinci saldo

biasanya dilakukan terakhir. Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah

tanggal neraca.

Fase IV : Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Suatu Laporan Audit

Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait

dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan auidt, dan

melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Fase ini memiliki beberapa bagian :

Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian dan Pengungkapan

Prosedur yang dilakukan auditor untuk mendukung tujuan audit terkait penyajian dan

pengungkapan sama dengan prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung tujuan audit

terkait transaksi maupun saldo. Auditor juga melakukan pengujian substantif untuk

mendapatkan bukti yang tepat dan memadai bahwa informasi yang diungkapkan dalam

catatan-catatan kaki merefleksikan transaksi dan saldo yang sebenarnya dan bahwa penyajian

kewajiban klien adalah utnuk mendukung tujuan keterjadian serta hak dan kewajiban.

Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait denga kewajiban

kontinjensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjensi harus

diungkapkan dalan catatan kaki klien. Auditor juga harus yakin bahwa pengungkapan telah

lengkap dan akurat.

Pengumpulan Bukti Akhir Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan

fase II dan untuk setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut :

Melakukan prosedur analitis akhir.

Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern).

Mendapatkan surat representasi klien.

Page 12: JENIS PENGUJIAN

Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang

disajikan konsisten dengan laporan keuangan.

Menerbitkan Laporan Audit Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada

bukti yang dikumpulkan dan temuan-temuan auditnya.

Komunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen Auditor diharuskan untuk

mengkomunikasikab setiap kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan pada

komite audit atau manajemen senior.