jenis pengujian
DESCRIPTION
auditTRANSCRIPT
JENIS-JENIS PENGUJIAN
Dalam mengembangkan keseluruhan rencana audit, Auditor memiliki lima jenis
pengujian (testing) yang dapat digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai
risiko salah saji material. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur audit
lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang teridentifikasi.
Prosedur Pengukuran Risiko
Standar pekerjaan lapangan kedua adalah mengharuskan auditor untuk mendapatkan
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk
mengukur risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien. Dalam Prosedur
pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis,
serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian terhadap salah saji material
sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350).
Pengujian Pengendalian
Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan efektivitas
kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian yang diterapkan untuk
menilai control risk (risiko pengendalian) Pengujian tersebut meliputi jenis prosedur audit
sebagai berikut :
Meminta keterangan dari personil klien
Menguji dokumen, arsip, dan laporan
Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
Melaksanakan kembali prosedur klien
Dua prosedur yang pertama sama dengan jenis bahan bukti yang diperoleh dalam memahami
struktur pengendalian intern. Sehingga, penetapan resiko pengendalian dan pengujian atas
pengendalian dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari prosedur audit yang digunakan untuk
memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern. Perbedaan utama adalah bahwa
dengan pengujian atas pengendalian tersebut, tujuan menjadi lebih spesifik dan pengujian
menjadi ekstensif.
Pengujian Substantif Transaksi
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji moneter (dalam
satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo
laporan keuangan. Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan
apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan
dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka
tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi rasio
yang dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio
average industry. Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
a. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
b. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci
Pengujian Terinci atas Saldo
Pengujian Terinci atas Saldo merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji
moneter (monetary misstatement) untuk menentukan apakah 9 balance-related audit
objective (tujuan audit terkait dengan saldo) telah terpenuhi. DTOB berfokus pada saldo
akhir buku besar, baik untuk neraca maupun laba-rugi, dengan penekanan utama pada angka-
angka di neraca saldo. Pengujian terinci atas saldo akhir tersebut penting dalam pelaksanaan
audit, karena bahan bukti diperoleh dari sumber yang independen dari klien sehingga dinilai
berkualitas tinggi.
MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN
Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas
laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih
dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk ketersediaan
kedelapan bukti, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektivitas pengendalian internal serta
risiko bawaan. Hanya dua faktor pertama yang akan dibahas lebih lanjut karena dua sisanya
telah dibahas pada bab sebelumnya.
Ketersediaan Jenis Bukti Prosedur Audit Lanjutan
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan jenis bukti audit
(konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya)
Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam.
Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
Dokumentasi digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.
Pengerjaan ulang digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan satu
pengecualian.
Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas transaksi ketika
melakukan pengujian substantif transaksi dan saldo akun ketika melakukan pengujian atas
perincian saldo.
Biaya-Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk
mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk dipertimbangkan. Jenis
pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya dari yang terendah
sampai ke yang tertinggi:
Prosedur analitis
Prosedur penilaian resiko termasuk prosedur untuk mendapat pemahaman atas pengendalian
internal.
Pengujian pengendalian.
Pengujian substantif transaksi.
Pengujian terperinci saldo.
Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah sedangkan
prosedur penilian resiko tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat dengan
mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur
analitis. Namun demikian pengujian pengendalian juga lebih mahal dibandingkan dengan
prosedur penilaian resiko karena lebih luas daripada pengujian yang dihariskan utuk
mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika
pengujian pengendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Pengujian substantif
transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatlkan
pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya sering kali melibatkan penghitungan ulang dan
penelusuran. Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal dibandingkan dengan jenis
prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan penghitungan
persediaan
Hubungan Pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substantif
Suatu pengecualian dalam pegujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah
saji yang mempengarihui nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian
dalam pengjuian substantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah
saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian dinamakan deviasi
uji pengendalian. Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberpa pengujian pengerjaan dan
penghitungan ulang, banyak auditor yang melakukannya sebagai bagian dari pengujian atas
pengendalian awal. Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil
dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang diperlukan.
Hubungan Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Ketika
prosedur analitis mengidentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukan
pengujian substanif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah
saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis substantif dan
meyakini bahwa kemungkinan terjadinya salah saji itu kecil, pengujian substantif lainnya
dapat dikurangi.
Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Auditor membuat keputusan selama perencanaan apakah akan menetapkan risiko
pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian harus dilakukan untuk
menentukan apakah risiko pengendalian yang ditetapkan akan dibenarkan. Jika risiko
pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum, resiko penemuan yang direncanakan
dalam model risiko audit ditingkatkan sehingga pengujian substantif yang direncanakan dapat
dikurangi.
Dampak Tekonologi Informasi Terhadap Pengujian Audit
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi resiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan melakukan pengujian subtantif. Contoh, kemungkinan pemasukan atas perubahan informasi yang tidak tepat dapat menjadi lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi itu, auditor harus melakukan pengujian pengendalian untukmendapatkan bukti yang mendukung tingkat resiko pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas sesuatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan komputer (pengendalian otomatis) harus diuji auditor jika auditor menganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan. Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah.
Untuk pengujian pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektivitas pengendalian umum teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program dan pengendalian atas akses. Ketika auditor menguji pengendalian manual yang berdasarkan pada laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelaahan manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.
Bukti Gabungan
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dalam memadai untuk menghadapi resiko-resiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian resiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya.
Analisis audit 1
Klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan resiko bawaan rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian subtanstif lainnya. Hal ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dala audit terintegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan perusahaan publik.
Analisi audit 2
Perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberapa resiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih banyak pengujian yang luas yang akan dibutuhka jika resiko bawaan yang khusus ditemukan.
Analisi audit 3
Perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan beberapa resiko bawaan yang signifikan. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Tidak ada pengujian atas pengendalian yang dilakukan karena bergantung pada pengendalian internal tidak tepat ketika pengendaliannya tidak efektif untuk suatu perusahaan non publik. Auditor menekankan pada pengujian terperinci saldo dan pengujian substantif transaksi, namun beberapa prosedur analitis substantif juga dilakukan. Jika auditor sudah memperkirakan akan menemukan salah saji material dalam saldo akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak murah karena jumlah pengujian substantif yang lebih terperinci.
Analisi audit 4
Rencana awal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor menyimplkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak dapat diterima.
Perancangan Program Audit
Perancangan program audit untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan
yang berkaitan dengan transaksi. Auditor juga merancang audit untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Program audit berisi prosedur penilaian
resiko yang dilaksanakan selama tahap perencanaan, program audit bagi kebanyakan audit
juga dirancang dalam tiga bagian tambahan: pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi, prosedur analitis substansif, dan pengujian rincian saldo.
a. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas
pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Prosedur audit tersebut meliputi
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, yang bervariasi
tergantung pada penilaian risiko pengendalian. Apabila pengendalian sudah efektif
dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor sangat menekankan pada pengujian
pengendalian. Jika risiko pengendalian dinilai maksimum, hanya pengujian substantif
atas transaksi yang akan digunakan, dengan asumsi audit itu dilakukan atas
perusahaan nonpublik.
Prosedur Audit
Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi risiko pengendalian
yang diperkirakan
1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi
yang diuji.
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian bawah maksimum.
4. Merancang pengujian substantif atas transaksi yang tepat dengan
mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal
b. Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilaksanakan selama pengujian substantif, seperti audit piutang
usaha, biasanya lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai
bagian dari perencanaan. Selama tahap perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi
persentasi marjin kotor untuk total penjualan, sementara selama pengujian substantif
atas piutang usaha, auditor mengkalkulasi presentase marjin kotor per bulan atau per
lini bisnis, atau keduanya.
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha
2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren piutang
usaha.
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif
atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.
6. Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo.
c. Program audit ilustratif
Program audit ilustratif dikembangkan setelah mempertimbangkan semua faktor yang
mempengaruhi pengujian rincian saldo dan didasarkan pada beberapa asumsi tentang
risiko inheren, risiko pengendalian, dan hasil dari pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, serta prosedur analitis substantif.
d. Hubungan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo serta penyajian dan pengungkapan.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo:
1. Nilai yang dapat direalisasikan
2. Hak dan kewajiban
Hubungan antara prosedur audit yang dilaksanakan untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Auditor melaksanakan prosedur audit untuk mendapatkan assurance atau keyakinan
tentang empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyaian dan pengungkapan.
IKHTISAR ISTILAH-ISTILAH PENTING TERKAIT BUKTI
Fase Proses Audit (Phase of The Audit Process) Empat fase proses audit dalam kolom
pertama merupakan cara yang mendasar di mana suatu audit disusun seta menunjukkan
komponen-komponen kunci terhadap keempat fase dalam proses pengauditan ini.
Tujuan Audit (Audit Objectives) Merupakan tujuan-tujuan dalam sustu pengauditan yang
harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelompok transaksi atau
saldo akun telah disajikan secara wajar.
Jenis-jenis Pengujian (Types of Test) Lima jenis pengujian audit yang dibahas sebelumnya
di bab ini yang digunakan auidtor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar dimasukkan dalam kolom ketiga.
Keputusan Bukti (Evidence Decisions) Empat sub kategori keputusan yang dibuat oelh
auditor dalam pengumpulan bukti dimasukkan dalam kolom keempat.
Jenis-jenis Bukti (Types of Evidence) Delapan ketegori luas dalam bukti yang dikumpulkan
auditor dimasukkan dalam kolom terakhir.
Tabel Hubungan Antara Lima IstilahTerkait Bukti
Fase dalam Proses Audit
Tujuan Audit Jenis Pengujian Keputusan Bukti Jenis Bukti
Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit (fase I)
Prosedur penilaian risiko:Prosedur memahami bisnis dan industri klienProsedur memahami pengendalian internalProsedur analitis perencanan
Prosedur auditPenentuan waktu
DokumentasiTanya jawab klienProsedur analitis
Melakukan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi (fase II)
Tujuan audit terkait transaksi :KeterjadianKelengkapanAkurasiPemindahbukuan dan pengikhtisaranKlaisfikasiPenentuan waktu
Prosedur untuk mendapatkan suatu pemahaman dan pengujian atas pengendalian
Pengujian substantif transaksi
Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu
Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu
DokumentasiPengamatanTanya jawab klienPengerjaan ulangPenghitungan ulang
Melakukan prosedur analitis dan pengujian terperinci atas salso (fase III)
Tujuan audit terkait saldo:KeberadaanKelengkapanAkurasiKlasifikasiPisah batasKeterkaitan perincianNilai realisasiHak dan kewajiban
Prosedur analitis
Pengujian terperinci saldo
Prosedur auditPenentuan waktu
Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu
Pemeriksaan fisikKonfirmasiDokumentasiTanya jawabPengerjaan ulangProsedur analitisPenghitungan ulang
Menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit (fase IV)
Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan :Keterjadian serta hak dan kewajibanKelengkapanAkurasi dan penilaianKlasifikasi dan kemampuan untuk memahami
Prosedur analitis
Pengujian terperinci saldo
Prosedur auditPenentuan waktu
Prosedur auditUkuran sampelUnsur yang dipilihPenentuan waktu
Prosedur analitisDokumentasiTanya jawab klien
IKHTISAR PROSES AUDIT
Fase I : Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko terkait
dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami industri dan bisnis klien, menilai
risiko bisnis klien, dan melakukan prosedur analitis pendahuluan yang bertujuan untuk
menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima. Di akhir fase I, auditor harus
memiliki suatu rencana audit dan program audit yang sangat jelas untuk audit secara
keseluruhan,
Fase II : Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi selama fase
ini. Tujuan dari fase II adalah untuk :
1. Mendapatkan bukit yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi terhadap
penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor.
2. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi.
Dikarenakan hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi merupakan
penentu utama dari keluasan pengujian terperinci saldo, kedua pengujian tersebut
diselesaikan dua atau tiga bulan sebelum tanggal neraca. Hal itu membantu auditor merevisi
program audit pengujian terperinci saldo untuk hasil-hasil yang tak terduga dalam pengujian
sebelumnya dan untuk menyelesaikan audit sesegera mungkin setelah tanggal neraca.
Untuk sistem akunatnsi yang terkomputerisasi auditor sering kali melakukan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi di sepanjang tahun untuk mengidentifikasi
transaksi yang signifikan atau tidak biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang
dilakukan terhadap program komputer klien.
Fase III : Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian Terperinci Saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk
menentukan apakah saldo akhir dan catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah
disajikan dengan wajar. Dua kategori umum dalam prosedur umum fase III adalah :
1. Prosedur analitis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-transaksi dan
saldo-saldo akun.
2. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah saji
moneter dalam saldo-saldo akun di laporan keuangan.
Tabel 11-7 menunjukkan prosedur analitis yang dilakukan sebelum dan sesudah tanggal
neraca. Prosedur analitis biasanya dilakukan di awal, dengan menggunakan data awal
sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan pengarahan bagi audit lainnya untuk
bagian-bagian khusus. Tabel 11-7 juga menunjukkan bahwa pengujian terperinci saldo
biasanya dilakukan terakhir. Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah
tanggal neraca.
Fase IV : Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Suatu Laporan Audit
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait
dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan auidt, dan
melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Fase ini memiliki beberapa bagian :
Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian dan Pengungkapan
Prosedur yang dilakukan auditor untuk mendukung tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan sama dengan prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung tujuan audit
terkait transaksi maupun saldo. Auditor juga melakukan pengujian substantif untuk
mendapatkan bukti yang tepat dan memadai bahwa informasi yang diungkapkan dalam
catatan-catatan kaki merefleksikan transaksi dan saldo yang sebenarnya dan bahwa penyajian
kewajiban klien adalah utnuk mendukung tujuan keterjadian serta hak dan kewajiban.
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait denga kewajiban
kontinjensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjensi harus
diungkapkan dalan catatan kaki klien. Auditor juga harus yakin bahwa pengungkapan telah
lengkap dan akurat.
Pengumpulan Bukti Akhir Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan
fase II dan untuk setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut :
Melakukan prosedur analitis akhir.
Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern).
Mendapatkan surat representasi klien.
Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang
disajikan konsisten dengan laporan keuangan.
Menerbitkan Laporan Audit Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada
bukti yang dikumpulkan dan temuan-temuan auditnya.
Komunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen Auditor diharuskan untuk
mengkomunikasikab setiap kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan pada
komite audit atau manajemen senior.