web viewjika pada kedalaman tertentu jenis tanahnya sudah berupa tanah keras dan dari pengujian...
TRANSCRIPT
“ PENYELIDIKAN TANAH PADA LONGSORAN TEPI EMBUNG JERING ”
METODE PENYELIDIKAN LOKASI
Titik Penyelidikan Tanah
Dalam menentukan lokasi titik penyelidikan tanah maka dilakukan survei
topografi. Dari pengamatan tersebut bisa ditentukan jumlah titik penyelidikan,
kedalaman penyelidikan, jumlah sampel macam dan jenis pengujian, serta kondisi
geologi. Hasil survei topografi dapat dilihat pada gambar di bawah.
Untuk data hasil survei topografi dapat dilihat pada tabel di bawah.
Bor
No.
Sondir
No.Titik Elevasi (m) Keterangan
3 3 A 125.133 Bor dan sondir
4 B 125.756 Sondir
2 2 C 128.404 Bor dan sondir
1 1 D 132.393 Bor dan sondir
5 E 129.993 Sondir
6 F 129.062 Sondir
4 7 G 124.958 Bor dan sondir
H 128.471 Bor
5 8 I 129.795 Sondir
6 9 J 132.878 Bor dan sondir
7 K 139.848 Bor
8 L 143.121 Bor
Pengeboran tanah dilakukan dengan menggunakan bor tangan. Pengeboran
dilakukan sampai pada kedalaman tertentu. Dari pengeboran tersebut didapatkan
hasil berupa profil tanah pada tiap-tiap kedalaman tertentu. Contoh profil tanah
pada titik no 4:
Dari profil tanah tersebut dapat diketahui tebal tanah lunak sekitar 4 m.
Selain dilakukan pengeboran, juga dilakukan pengambilan sampel tanah.
Pengambilan sampel tanah ini dilakukan di 8 titik yang letaknya sama dengan
lokasi pengeboran. Sampel tanah selanjutnya akan di uji di Laboratorium. Dari
hasil pengeboran dapat diketahui ketinggian muka air tanahnya. Muka air tanah
dangkal 0,56 – 2,6 m di bawah muka lereng.
Penentuan Lapis Keras Tanah
Dalam menentukan letak lapis keras dapat dilakukan dengan pengujian
sondir. Pengujian ini dilakukan pada lokasi titik penyelidikan tanah yang sudah
ditentukan sampai pada kedalaman tertentu. Hasil pengujiannya berupa nilai qc
(kg/cm2) pada tiap-tiap kedalaman tertentu. Hasil pengujian tersebut kemudian
diplotkan pada grafik yang menunjukkan hubungan nilai sondir (qc) dengan
kedalaman lapisan tanah.
Letak awal mula lapis keras berada pada kedalaman pada saat nilai qc
mulai naik secara drastis. Selain itu juga harus dilihat dari profil tanahnya. Jika
pada kedalaman tertentu jenis tanahnya sudah berupa tanah keras dan dari
pengujian sondir kekuatan tanahnya relatif besar maka pada kedalaman tersebut
dapat ditentukan sebagai letak tanah kerasnya.
Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah pada daerah longsor diketahui dengan melakukan uji
permeabilitas. Pengujian permeabilitas dilakukan dengan menggunakan lubang
bor. Pengujian dilakukan di 5 titik (yaitu titik K, C, A, J, G) dan pada tiap titik
dilakukan 4 kali pengujian dengan kedalaman yang berbeda-beda. Dari hasil
pengujian akan didapatkan koefisien permeabilitas tanahnya. Dengan demikian,
besarnya kemampuan tanah dalam meloloskan air dapat diketahui. Data hasil
pengujian dapat dilihat pada berikut.
Tabel Koefisien Permeabilitas Hasil Uji Lapangan
Permeabilitas, k (cm/detik)
No test Titik uji
K C A J G
1 3.16 x 10-5 2.80 x 10-6 2.87 x 10-4 2.79 x 10-6 3.55 x 10-4
2 3.21 x 10-5 3.05 x 10-6 3.63 x 10-4 2.83 x 10-6 4.21 x 10-4
3 3.57 x 10-5 2.75 x 10-6 3.34 x 10-4 2.88 x 10-6 4.33 x 10-4
4 3.34 x 10-5 2.83 x 10-6 4.54 x 10-4 2.93 x 10-6 3.40 x 10-4
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tiap titik (titik K misalnya)
dengan kedalaman yang berbeda-beda ternyata nilai koefisien permeabilitasnya
hampir sama. Selain itu, nilai koefisien permeabilitas tersebut menunjukkan
kemampuan tanah dalam meloloskan air adalah rendah sampai sangat rendah.
Pengujian Vane Shear Test
Uji vane shear untuk menentukan kuat geser “undrained” dari tanah
kohesif yang lunak dan kenyang air di lapangan. Pengujian vane shear tersebut
dilakukan di 6 titik yang letaknya berdekatan dengan titik lokasi pengeboran dan
sondir. Berikut tabel nilai kohesi tanah yang didapatkan dari pengujian vane
shear.
No. LokasiKedalama
nMomen
TorsiMomenRemolded
Koreksi Batang C
C Remolded Sensitivitas
Uji Titik (m) (kgcm) (kgcm) (kgcm) (kg/cm2) (kg/cm2) 1 BH6 1 800 0.87 SR9 1.5 800 30 0.87 0.04 24.33 2 640 100 70 0.68 0.04 19.00 2.5 240 100 0.20 0.04 5.67 3 460 210 0.47 0.17 2.79 3.2 800 140 0.87 0.08 10.432 BH4 1 140 180 0.01 0.06 0.20 SR7 1.5 300 40 0.20 0.05 4.25 2 800 580 0.80 0.54 1.49 2.3 800 130 0.80 3 SR5 0.5 260 180 0.31 0.21 1.44 1 320 180 0.05 0.21 0.22 1.5 220 240 0.26 0.29 0.92 2 270 210 280 0.32 0.25 1.29 2.5 550 440 0.32 0.19 1.69 3 800 0.62 4 SR4 0.5 260 140 0.31 0.17 1.86 1 210 200 0.25 0.24 1.05 1.5 590 150 0.13 0.18 0.73 2 800 580 0.38 0.12 3.20 2.5 800 500 480 0.38 0.02 16.00 3 710 470 0.27 0.56 0.49 3.5 800 660 0.38 0.21 1.785 BH3 0.5 180 140 0.21 0.17 1.29 SR3 1 340 180 0.07 0.21 0.33 1.5 350 210 0.08 0.25 0.33 2 420 240 0.17 0.29 0.58 2.5 330 280 0.06 0.33 0.18 3 800 280 0.62 6 BH1 1 260 160 0.02 0.19 0.13 SR1 1.5 260 180 0.02 0.21 0.11 2 360 220 240 0.14 0.26 0.55 2.5 380 260 0.17 0.02 7.00 2.9 800 0.67
Hasil pengujian vane shear sebenarnya dapat digunakan sebagai
pembanding terhadap hasil dari uji di laboratorium dan hasilnya akan lebih bagus
karena pengujiannya langsung di lapangan dengan kondisi tanah undisturbed.
Akan pada penelitian kali ini hasil pengujian vane shear tersebut tidak digunakan
karena pada saat pengujian, koreksi batangnya hanya dilakukan 1 kali di tiap titik
bor/sondirnya. Hal itu mengakibatkan nilai kohesi (yang sebenarnya) pada
kedalaman (yang tidak ada koreksi batangnya) tidak dapat diketahui.
Pengujian Sampel Tanah di Laboratorium
Pengujian yang dilakukan di laboratorium antara lain:
a. Pengujian Kadar Air Tanah
b. Pengujian Berat Jenis Tanah
c. Pengujian Batas Konsistensi
- Pemeriksaan Batas Cair Tanah
- Pemeriksaan Batas Plastis Tanah
- Pemeriksaan Batas Susut Tanah
d. Pengujian Distribusi Ukuran Butir Tanah
e. Pengujian Tekan Bebas Tanah
f. Pengujian Triaxial
Berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada tersebut,
maka dapat diketahui jenis tanah dan parameter-parameter tanahnya. Menurut
klasifikasi British Standart, 8 sampel tanah undisturbed yang diambil dari 8 titik
bor merupakan tanah berbutir halus (tanah lanau/lempung) dan termasuk dalam
kategori CH (Clay High-plasticity) yaitu lempung tak organik dengan plastisitas
tinggi, lempung gemuk. Nilai-nilai parameter tanah bervariasi disetiap titik dan
kedalaman, seperti pada tabel berikut.
Tabel Karakteristik Tanah Hasil Uji Laboratorium
No. Parameter Tanah BH1 BH 2 BH 3 BH 4 BH 5 BH 6 BH 7 BH 81. Kedalaman (m) 0.95-2 2 - 3.3 4 - 4.8 2 0-1 1-1.8 1.5 0-12. Kadar air, w (%) 32.36 42.68 38.28 45.02 35.6 33.18 37 25.8
3. Kohesi, c (kg/cm2) 0.23 0.31 0.4 0.18 0.35 0.4 0.29 0.544. Sudut gesek
internal, 0 0 0 0 0 0 0 0
5. Berat jenis, Gs 2.55 2.50 2.46 2.38 2.50 2.46 2.48 2.526. Berat volume
basah, b (gr/cm3) 1.84 1.76 1.86 1.78 1.79 1.96 1.92 2.14
7. erat volume tanah kondisi jenuh air, sat
(gr/cm3)
1.85 1.74 2.10 1.71 1.79 2.16 1.83 2.02
8. Berat volume kering, d (gr/cm3) 1.39 1.23 1.86 1.22 1.32 1.96 1.4 1.7
9. Batas cair, LL (%) 56.63 89.32 79.64 85.4 65.9 51.92 80 66.410. Batas plastis (%) 28.97 29.43 29.66 33.68 29.2 26.14 31 25.311. Batas susut, SL 15.75 16.03 12.46 11.76 15.3 13.43 14.2 12
Dari hasil pengujian di laboratorium dan dari pengamatan profil bor serta
dilihat dari kekuatan tanahnya (uji sondir), maka dapat disimpulkan bahwa tanah
pada kedalaman-kedalaman tersebut merupakan tanah lempung jenuh. Tanah
lempung jenuh ini dapat dikategorikan sebagai tanah lunak. Sehingga karakteristik
tanah lunak dapat diketahui dari pengujian di laboratorium ini. Untuk karakteristik
tanah lunak tersebut, maka nilai kohesi tanah (c), berat volume basah (b) , berat
volume tanah kondisi jenuh air (sat ), berat volume kering (d ) diambil yang
terkecil dari 8 sampel tanah uji. Nilai modulus elastisitas (Eref) diambil nilai
terendah dari 8 sampel uji yaitu sebesar 645,7 kN/m2.
Analisis Penentuan Bidang Longsor
Analisis penentuan bidang longsor didasarkan pada hasil pengeboran, uji
sondir dan pengujian di laboratorium. Dari hasil pengeboran akan didapatkan
profil tanahnya. Pada kedalaman tertentu didapat jenis tanah keras berupa
semented lanau lempung, pasir halus, berkerikil, cokelat (satuan batu pasir tufan).
Letak bidang longsornya yaitu bidang yang berada di antara lapisan tanah lunak
(lempung) dan lapisan tanah keras (batu pasir tufan). Bidang longsor tersebut
berupa tanah lempung yang nilai kohesinya paling rendah. Dan dilihat dari uji
sondir, letak bidang longsor berada pada kedalaman saat nilai qc mulai naik secara
drastis.
Pada potongan P.2 ada 3 lokasi titik bor (sekaligus 3 titik sondir), yaitu
BH1 (SR1), BH2 (SR2), dan BH3 (SR3).
- Profil bor BH 1 menunjukkan bahwa tanah keras (berupa semented
lanau lempung, pasir, kerikil) berada pada kedalaman 4 m dan dilihat
dari uji sondir, nilai qc-nya sebesar 45 kg/cm2(relatif besar). Sehingga
pada titik BH1 bidang longsor berada pada kedalaman sekitar 4 m.
- Pada titik BH2, tanah keras berada pada kedalaman 3,6 m dan nilai
qc = 110 kg/cm2. Maka letak bidang longsor di titik BH2 berada pada
kedalaman sekitar 3,6 m.
- Pada titik BH 3, tanah keras berada pada kedalaman 5,2 m dan nilai
qc = 120 kg/cm2. Maka letak bidang longsor di titik BH3 berada pada
kedalaman sekitar 5,2 m.
-
Pada potongan P.5 hanya terdapat 2 lokasi titik sondir yaitu SR5 dan SR4.
- Hasil sondir di titik SR5 menunjukkan bahwa nilai qc mulai naik pada
kedalaman 5,6 m dengan qc sebesar 30 kg/cm2. Sehingga letak bidang
longsor diperkirakan pada kedalaman sekitar 5,6 m.
Letak bidang longsor (warna hijau)25
Awal mula bidang longsor, karena pada lokasi tersebut terdapat rekahan.
26
24Semented
lanau lempung, pasir, kerikil Tanah lempung
- Hasil sondir di titik SR4 menunjukkan bahwa nilai qc mulai naik pada
kedalaman 3,4 m dengan qc sebesar 60 kg/cm2. Maka letak bidang
longsor dapat diperkirakan pada kedalaman sekitar 3,4 m.
Pada potongan P.9 terdapat 2 lokasi titik bor (sekaligus titik sondir) yaitu BH6
(SR9) dan BH4 (SR7).
- Pada profil bor di titik BH6 tidak ditemukan adanya tanah keras
sehingga menentukan tanah kerasnya dari uji sondir. Hasil sondir
menunjukkan bahwa nilai qc mulai naik secara drastis pada kedalaman
6,8 m dengan qc sebesar 50 kg/cm2. Sehingga letak bidang longsor
diperkirakan pada kedalaman sekitar 6,8 m.
- Pada titik BH4, tanah keras berada pada kedalaman 4 m berupa lapisan
cadas lanau lempung, pasir sedang, kerikil, coklat sisipan hitam dan
nilai qc = 56 kg/cm2. Maka letak bidang longsor dapat diperkirakan
pada kedalaman sekitar 4 m .
Letak bidang longsor (warna hijau)Semented
lanau lempung, pasir, kerikil Tanah lempung
Awal mula bidang longsor, karena pada lokasi tersebut mengalami penurunan.
Awal mula bidang longsor, karena pada lokasi tersebut mengalami penurunan.
Letak bidang longsor (warna hijau)
Semented lanau lempung,
pasir, kerikil
Tanah lempung
PEMBAHASAN
Jenis tanah pada pembentuk lereng sangat berpengaruh terhadap terjadinya
longsoran. Dari hasil pengamatan di lapangan dan hasil uji di laboratorium, jenis
tanah pada lapisan atas berupa tanah lempung. Salah satu sifat dari lempung
adalah mudah menyerap air karena softening sehingga tanah menjadi lunak. Pada
tanah lempung berbutir halus, sebelum tanah runtuh, di permukaan tanah akan
tampak retak-retak. Kondisi ini mengindikasikan telah terjadi gerakan tanah dan
keseimbangan kritis antara gaya geser yang timbul akibat beban tanah yang akan
longsor dengan tahanan geser bidang gelincirnya telah terjadi.
Uji laboratorium juga menunjukkan derajat kejenuhan air sangat tinggi
hingga mencapai 100%. Semakin tinggi derajat kejenuhan tanah, maka matric
suction semakin rendah. Hal itu menyebabkan kuat geser tanah berkurang,
sehingga stabilitas lereng pun turun.
Dari hasil uji permeabilitas tanah, nilai koefisien permeabilitas tanah
sangat kecil yaitu berkisar antara 10-4-10-6 cm/detik. Sehingga kemampuan tanah
dalam meloloskan air rendah sampai sangat rendah. Hal itu menunjukkan bahwa
air di dalam tanah akan sulit mengalir keluar, sehingga air tertahan di dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh, berat volume tanah bertambah . Jika
berat volume tanah bertambah, maka beban pada lereng akan semakin berat.
Lereng menjadi rawan longsor.
Kondisi geologi lereng embung Jering terdiri dari lapisan atasnya lempung
atau lanau dan lapisan bawah berupa cadas/batu pasir tufan. Batas antara dua
lapisan tanah yang berbeda karakteristiknya, mempengaruhi kestabilan lereng.
Bidang kontak kedua lapisan ini merupakan bagian yang lemah dan berpotensi
menjadi bidang gelincir dari tanah yang akan longsor. Hal itu dikarenakan pada
bagian ini tahanan tanah dalam menahan geseran lebih rendah.
Kondisi iklim saat terjadinya longsor adalah pada musim penghujan,
dimana sebelumnya merupakan musim kemarau yang kering. Hujan dengan
intensitas tinggi dan durasi yang lama di awal musim hujan akan menimbulkan
perubahan parameter tanah yang berkaitan dengan pengurangan kuat gesernya.
Tanah lempung menyusut dan retak-retak ketika musim kemarau. Dan saat
musim hujan tiba, air dengan mudah terinfiltrasi ke dalam tanah lewat retakan-
retakan di permukaan tanah. Air hujan ini dapat menambah licin bidang geser.
Ditambah lagi sifat tanah lempung yang menyerap air. Ketika terjadi hujan lebat
dengan durasi waktu yang lama, muka air tanah naik, tanah menjadi mengembang
(sangat jenuh), massa tanah bertambah berat, kuat geser tanah turun, sehingga
menimbulkan gerakan lateral.
Pada kondisi tanah kenyang air, maka seluruh ruang pori tanah terisi air,
tekanan air pori (uw) akan sama dengan tekanan udara pori (ua), sehingga matric
suction (ua- uw) diabaikan (= 0). Oleh karena tekanannya berupa tekanan air positif
, maka parameter tegangan dalam tanah menjadi tegangan efektif ( - uw ). Dalam
tinjauan tegangan efektif, kuat geser tanah () = c’ + ( - uw ) tg . Dimana c’ =
kohesi efektif, = tegangan normal pada bidang runtuh, ’= sudut gesek dalam
efektif, uw = tekanan air pori. Jika tekanan air pori (uw) naik, maka tegangan
normal efektif berkurang yang berakibat turunnya kuat geser tanah, sehingga
stabilitas lereng berkurang.
Rekahan pada permukaan tanah, memudahkan air hujan masuk ke dalam
tanah. Masuknya air hujan akan menaikkan tinggi muka air tanah, sehingga tanah
menjadi jenuh dan beban lereng semakin berat. Sehingga hal tersebut dapat
memicu terjadinya longsor. Selain itu, juga ditemukan rembesan pada daerah kaki
lereng menimbulkan terjadinya peristiwa erosi buluh (piping). Pada kondisi ini
tanah di bagian kaki lereng kehilangan kuat dukungnya dan bahkan mendekati
harga sama dengan nol, sehingga perlawanan terhadap gaya yang melongsorkan
menurun, dan lereng menjadi rawan longsor. Rembesan air ini berasal dari saluran
sekunder yang berada di atas lereng.
SOLUSI
Solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ada
didasari oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi tanah
yang mengalami jenuh air hingga 100%, rembesan air dari saluran sekunder yang
berada di atas tebing embung, serta rembesan air sendiri dari embung. Karena
tanah yang jenuh tersebut maka beban tanah di lereng tersebut juga semakin besar.
Oleh karena itu diperlukan beberapa solusi untuk memperbaiki kondisi lereng
yang telah mengalami kelongsoran. Solusi tersebut antara lain:
1. Mengubah geometri lereng
Mengubah geometri lereng dapat dilakukan dengan cara pemotongan dan
penimbunan pada ujung kaki. Metoda penanggulangan ini mempunyai prinsip
mengurangi gaya dorong dari massa tanah yang longsor dan menambah gaya
penahan dengan cara penimbunan pada ujung kaki lereng, sehingga faktor
keamanan lereng dapat bertambah.
Geometri yang diubah pada lereng adalah bekas longsoran yang ditimbulkan.
Maka perlu dilakukan penimbunan tanah pada daerah bekas longsoran
tersebut. Hal itu bertujuan untuk mengatasi air permukaan dari embung
apabila meninggi saat musim hujan.
2. Mengendalikan air rembesan dari saluran sekunder
Maksud dari mengendalikan air rembesan (drainase bawah permukaan) adalah
untuk menurunkan muka air tanah di daerah longsoran. Dalam memilih cara yang
tepat perlu dipertimbangkan jenis dan letak muka air tanah.
Usaha mengeringkan dan atau menurunkan air tanah dalam lereng dengan
mengendalikan air rembesan, umumnya cukup sulit dan memerlukan
penyelidikan yang ekstensif. Apabila air rembesan berhasil dikendalikan maka
angka air pori tanah akan turun secara drastis. Hal itu akan berakibat pada
kenaikan nilai faktor aman pada lereng tanah.
Salah satu metoda yang bisa digunakan untuk kasus ini adalah horizontal drain,
dimana ditempatkan di bawah muka air tanah atau prediksi muka air tanah yang
akan mengalami penurunan. Horizontal drain berfungsi untuk mengalirkan air
pori berlebih di dalam tanah atau mengalirkan air rembesan yang berasal dari
permukaan tanah. Air tersebut kemudian dibuang menuju tepian lereng dan
ditampung di embung.
Timbunan baru
3. Merancang dinding penahan tanah
Penambatan merupakan cara penanggulangan yang bersifat mengikat atau
menahan massa tanah yang bergerak, sedangkan tindakan lain dilakukan bila
penanggulangan dengan cara mengubah geometri lereng, mengendalikan air dan
penambatan tidak dapat diterapkan.
Penambatan tanah umumnya dilakukan dengan bangunan penahan yang berfungsi
sebagai penahan terhadap massa tanah yang bergerak, sehingga meningkatkan
tahanan geser.
Bangunan penahan yang cocok dipakai untuk kasus ini adalah tembok penahan.
Karena karakteristik tanah yang lempung jenuh mengakibatkan besar beban tanah
yang sedemikian besar. Apabila hanya ditunjang turap maka akan berpotensi
terguling. Ditambah lagi kedalaman tanah kerasnya sekitar 4 m.
Tembok penahan merupakan bangunan penambat tanah dari pasangan batu, beton
atau beton bertulang. Tipe tembok penahan terdiri dari dinding gaya berat (gravity
wall), semi gaya berat (semi gravity wall) dan dinding pertebalan (counterfort
wall). Sama halnya dengan bronjong keberhasilannya tergantung dari kemampuan
menahan geseran, tetapi perlu pula ditinjau stabilitas terhadap guling.
Tembok penahan ini disamping digunakan untuk menahan gerakan tanah
digunakan juga untuk melindungi bangunan dari runtuhan. Tembok penahan
harus diberi fasilitas drainase seperti lubang penetes (weep hole) dan pipa salir
yang diberi bahan penyaring (filter) supaya tidak tersumbat, sehingga tidak
menimbulkan tekanan hidrostatis yang besar.
4. Merancang turap di bawah dinding penahan tanah
Turap ditambahkan pada bawah dinding penahan tanah dengan tujuan untuk
mencegah rembesan air permukaan embung yang mengalir menuju kedalaman
air tanah yang berada di bawah lereng.
Kemudian untuk pencegahan terhadap kemungkinan longsor di masa mendatang
maka diperlukan langkah-langkah pencegahan. Langkah-langkah pencegahan
yang dapat diterapkan yaitu penataan wilayah dan penanaman pepohonan di
sekitar lereng. Penataan wilayah dapat diartikan pada penataan pemukiman di
sekitar wilayah embung agar tidak menempati bagian atas lereng. Kemudian juga
perbaikan saluran sekunder agar lebih kedap air. Sehingga tidak terjadi rembesan
air kembali. Penanaman pohon bertujuan untuk mengambil air pori berlebih dari
dalam tanah.